ISSN: 1410-0029 Agrin Vol. 16, No. 1, April 2012 KAJIAN DAYA RACUN CUKA (ASAM ASETAT) TERHADAP PERTUMBUHAN GULMA PADA PERSIAPAN LAHAN Toxicity Study of Vinegar (Acetic Acid) on growth of weeds at land preparation Oleh: Hidayat Pujisiswanto Staf Pengajar Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung Jln. Soemantri Brojonegoro No.1Bandar Lampung 35145 Alamat korespondensi: Hidayat Pujisiswanto (
[email protected]) ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi cuka (asam asetat) terhadap pertumbuhan gulma pada persiapan lahan. Penelitian dilakukan di Politeknik Lampung, Lampung dari bulan Juli sampai dengan September 2011. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok Lengkap satu faktor, yaitu : konsentrasi cuka dengan empat taraf : 0%, 5%, 10% dan 20% dengan empat ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) konsentrasi cuka 10% - 20% mampu mengendalikan pertumbuhan gulma sampai dengan 4 MSA, terlihat dari tertekannya bobot kering dan persentase penutupan gulma total. (2) konsentrasi cuka 10% - 20 % mampu mengendalikan pertumbuhan gulma daun lebar Asystasia gangética, sedangkan gulma daun lebar lain yaitu kacangan (LCC) dan Mikania micrantha mampu dikendalikan dengan konsentrasi 20% sampai dengan 4 MSA. (3) Gulma golongan rumput yaitu Digitaria longiflora tidak mampu dikendalikan oleh cuka sampai 8 MSA. Kata kunci : Cuka (asam asetat), Konsentrasi, gulma
ABSTRACT
The objective of this research was to think the effect concentrations of vinegar (acetic acid) on growth of weeds at land preparation. The experiments conducted in Politeknik Lampung, Lampung from July to September 2011. The research design was used Completely Randomized Design (CRD) with one factor, i.e : concentration of vinegar with four levels : 0, 5%, 10%, and 20% with four replications. The results showed that: (1) vinegar concentration of 10% - 20% are able to control weed growth to 4 MSA, seen from the suppression of the dry weight and percentage of total weeds. (2) vinegar concentration of 10% - 20% are able to control the growth of broad leaf weeds Asystasia gangética, while the other broad leaf weeds are nuts (LCC) and Mikania micrantha able to be controlled by the concentration of 20% up to 4 MSA. (3) Type of grass weed i.e Digitaria longiflora is not able to be controlled of vinegar to 8 MSA. Key words : Vinegar (Acetic acid), concentration, weeds
seperti hara, air, cahaya, maupun ruang
PENDAHULUAN Gulma merupakan tumbuhan yang
tumbuh,
tetapi
gulma
juga
dapat
merugikan kepentingan manusia, baik dari
merugikan petani atau perusahan agribisnis
segi
kesehatan,
dengan cara menurunkan kualitas produk
maupun estetika. Kehadiran gulma selama
pertanian, mengganggu proses produksi
proses budidaya tanaman tidak selalu
seperti
berkonotasi dengan kemampuan gulma
sebagai inang sementara atau tempat
tersebut berkompetisi dengan tanaman
sembunyi
dalam memperebutkan sarana tumbuh,
mengganggu keindahan lahan.
40
ekonomi,
ekologis,
pemupukan hama
dan
dan
pemanenan,
penyakit,
dan
ISSN: 1410-0029 Agrin Vol. 16, No. 1, April 2012 Ada beberapa metode pengendalian
yang banyak digunakan dalam persiapan Menurut Akinloye et al (2011)
gulma yang dikembangkan, salah satunya
lahan.
adalah pengendalian gulma secara kimia.
Paraquat (PQ) adalah salah satu bahan
Pengendalian
kimia beracun yang banyak digunakan
herbisida
kimia
sering
menggunakan
dilakukan
untuk
sebagai
herbisida
di
negara-negara
menghemat tenaga. Pengetahuan tentang
berkembang. Hal ini telah menyebabkan
jenis dan dosis herbisida yang tepat sangat
kontaminasi luas terhadap lingkungan,
bermanfaat untuk memudahkan dalam
makanan dan produk makanan.
usaha pengendalian gulma yang tepat,
Penggunaan cuka sebagai herbisida
efektif, dan efisien, mengingat biaya
diharapkan dapat sebagai alternatif
pengendalian
dari
herbisida
gulma cukup
dan
pembelian
besar.
Namun,
paraquat,
namun
masih
lain perlu
dilakukan penelitian. Penggunaan cuka
penggunaan herbisida secara terus menerus
atau
selama 30 tahun terakhir ini dilain pihak
menimbulkan bahaya jika tidak benar
juga berdampak negatif bagi lingkungan,
dalam
terjadinya
organisme
perlengkapan pelindung waktu aplikasi
nontarget, polusi sumber-sumber air dan
seperti baju dan celana panjang, penutup
kerusakan tanah, juga keracunan akibat
hidung dan mulut, serta penutup mata
residu herbisida pada produk pertanian
(U.S. Environmental Protection Agency,
(Genowati dan Suwahyono, 2008).
2008). Namun, asam asetat dilaporkan
keracunan
Menurut
Chinery
pada
(2002)
bahwa
diinformasikan tentang penggunaan cuka
herbisida
yang
penggunaannya,
lain
dapat termasuk
tidak terakumulasi di lingkungan dan mudah rusak oleh air (Owen, 2002).
makanan sebagai bioherbisida, namun
Hasil penelitian Dayan et al. (2009)
penelitian yang mendukung masih terbatas.
bahwa larutan asam asetat (10-20%)
Sejak laporan tersebut, para ilmuwan mulai
mampu mengendalikan lebih dari 80%
meneliti daya racun asam asetat sebagai
gulma muda. Hasil Penelitian Evans et al.
herbisida organik (Johnson et al., 2003).
(2009) bahwa cuka 20% cuka diterapkan
Menurut Owen (2002) bahwa mekanisme
pada volume 636 L / ha memberikan
kerja dari asam asetat adalah mirip dengan
pengendalian Amaranthus retroflexus .L
paraquat dimana asam asetat menyebabkan
100% (6 hari setelah aplikasi dan kematian
pembubaran cepat keutuhan membran sel
(9 hsa ). Oleh karena itu perlu dilakukan
mengakibatkan pengeringan jaringan daun,
percobaan
dan akhirnya kematian tanaman. Paraquat
mengetahui pengaruh konsentrasi asam
di
lahan
bertujuan
untuk
merupakan salah satu herbisida kontak 41
ISSN: 1410-0029 Agrin Vol. 16, No. 1, April 2012 asetat terhadap pertumbuhan gulma pada
percobaan dua lokasi. Pengambilan contoh
persiapan lahan.
dilakukan dengan cara memotong gulma tepat setinggi permukaan tanah pada petak contoh. Letak petak contoh ditentukan
METODE PENELITIAN Percobaan dilaksanakan di Politeknik Negeri
Lampung,
Bandar
Lampung.
secara sistematis. Pengamatan terhadap dominansi
gulma
dilakukan
sebelum
Waktu pelaksanaan percobaan dimulai dari
aplikasi dan setelah aplikasi pada 2, 4, dan
bulan Juni sampai Juli 2011. Rancangan
8 minggu setelah aplikasi herbisida.
yang digunakan adalah Rancangan Acak
Variabel yang diamati meliputi
Lengkap (RAK) yang terdiri satu faktor
: jenis dan tingkat dominansi gulma
yaitu konsentrasi cuka yaitu : 0, 5%, 10%,
Summed
dan 20%.
Pertumbuhan (Bobot kering gulma total
Pengelompokan dilakukan
berdasarkan keragaman gulma.
Setiap
Dominance
Ratio
(SDR),
dan dominan), persen luas permukaan tanah yang ditutupi gulma (% weed
perlakuan diulang empat kali. Satu satuan dalam percobaan ini
coverage) dari gulma total. Data dianalisis
adalah luas 1,5 m x 2 m. Jarak antar satuan
dengan
petak adalah satu meter. Pengaturan letak
mengetahui tingkat signifikansi, apabila
percobaan
terdapat
dan
kelompok
diusahakan
menggunakan pebedaan
uji
yang
F
nyata
untuk maka
sedemikian rupa sehingga penyebaran
dilakukan uji lanjut dengan uji BNT pada
gulma sasaran relatif merata. Sebelum
taraf 5%.
melakukan aplikasi cuka, terlebih dahulu dilakukan kalibrasi sprayer. Sprayer yang
HASIL DAN PEMBAHASAN
digunakan adalah sprayer punggung merek
Kondisi Awal Gulma
Matabi bernosel biru dengan metode luas
Kondisi gulma sebelum penelitian
sehingga hasil kalibrasi adalah 150 ml/3m2
dicari lokasi yang tingkat penutupannya
atau
minimal
sekitar
500
l/ha.
Selanjutnya
75%,
sedangkan
kondisi
melarutkan cuka dengan air bersih dan
penutupan gulma pada lahan percobaan
diaduk untuk aplikasi sesuai perlakuan.
yang
Aplikasi cuka dilakukan satu kali secara
Sebelum percobaan dimulai, dilakukan
merata pada seluruh gulma yang menutupi
analisis vegetasi pada lahan yang akan
90% permukaan lahan.
digunakan. Dari analisis tersebut diketahui
Pengamatan gulma dilakukan pada
akan
diaplikasi
sebesar
bahwa terdapat 6 spesies gulma pada lahan
petak contoh berukuran 0.5 m x 0.5 m.
percobaan, yang terdiri dari
Jumlah petak contoh pada setiap satuan
golongan
42
90%.
berdaun
lebar,
4 spesies 1
spesies
ISSN: 1410-0029 Agrin Vol. 16, No. 1, April 2012 golongan rumputan dan 1 spesies golongan
38%, kacangan (LCC) dengan SDR 21%
teki. Tingkat dominansi gulma sebelum
dan Mikania micrantha dengan nilai SDR
aplikasi cuka berdasarkan nilai SDR
20%. Jenis gulma rumput yang dominan
tercantum dalam Tabel 1.
adalah Digitaria longiflora dengan SDR
Nilai (SDR) atau Jumlah Nisbah Dominansi
(JND)
menunjukkan
11%. Pertumbuhan Gulma Total
kemampuan suatu gulma menguasai sarana
Pertumbuhan gulma total dapat
tumbuh yang ada di lahan tersebut, seperti
dikendalikan dengan menggunakan cuka
air, unsur hara, cahaya, dan ruang tumbuh.
pada konsentrasi 5% - 20% hingga 4
Hal tersebut berarti bahwa semakin tinggi
minggu setelah aplikasi (MSA) (Tabel 2).
nilai SDR jenis gulma maka kemampuan
Hal ini terlihat pada bobot kering gulma
untuk berkompetisi di lahan tersebut
total perlakuan cuka yang lebih rendah
semakin tinggi. Pengamatan kondisi gulma
dibandingkan kontrol. Aplikasi cuka 20%
di
terlihat
areal
sebelum
aplikasi
herbisida
lebih
mempu
mengendalikan
menunjukkan bahwa tingkat dominansi
gulma total dibandingkan cuka 5%, namun
gulma daun lebar di semua areal yaitu
daya kendali berimbang atau sama dengan
Asystasia gangetica dengan nilai SDR
cuka 10%.
Tabel 1. Komposisi jenis gulma sebelum aplikasi cuka pada lahan tanpa tanaman No 1 2 3 4 5 6
Jenis Gulma Asystasia gangetica Mikania micrantha Kacangan / LCC Mimosa sp Digitaria longiflora Cyperus brevifolius
Nilai SDR (%) 38 (1) 20 (3) 21 (2) 5 (5) 11 (4) 4 (6) Total 100 Keterangan: Angka dalam kurung ( ..) menunjukkan urutan dominasi gulma
Tabel 2. Pengaruh konsentrasi cuka terhadap bobot kering gulma total Bobot Kering Gulma (g/0,5m2) 2 MSA 4 MSA 8 MSA 1 Cuka 5% 129,00 ab 184,43 b 174,27 a 2 Cuka 10% 125,37 ab 158,57 bc 273,80 a 3 Cuka 20% 57,23 b 104,20 c 214,42 a 4 Kontrol (tanpa cuka) 202,07 a 350,87 a 161,43 a BNT 0,05 80,71 77,086 168,05 Keterangan: Nilai selajur yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda menurut uji BNT 0,05; MSA = minggu setelah aplikasi No
Perlakuan
43
ISSN: 1410-0029 Agrin Vol. 16, No. 1, April 2012 Pada pengamatan 8 MSA, aplikasi cuka
tidak
mampu
pertumbuhan
gulma,
mengendalikan hal
ini
diduga
cuka yang lebih rendah dibandingkan kontrol. Hasil ini sesuai dengan penelitian di rumah kaca bahwa Asystasia gangética Synedrella
nudiflora
disebabkan cuka termasuk bersifat kontak
dan
sesuai dengan penelitian Webbler &
dikendalikan dengan konsentrasi 10% -
Shrefler (2009) dan Pujisiswanto (2011)
20% sampai 4 MSA dengan tingkat
bahwa daya racun yang ditimbulkan oleh
keracunan sekitar 30 -100% (Pujisiswanto,
cuka
karena
2011). Daya kendali antarkonsentrasi cuka
berdasarkan pengamatan visual keracunan
tidak berbeda satu dengan yang lainnya.
yang ditimbulkan terlihat efek bakar dan
Pada pengamatan 8 MSA, aplikasi cuka
bercak- bercak pada gulma yang terkena
tidak mampu mengendalikan pertumbuhan
cuka. Pada bagian yang tidak terkena
gulma, hal ini disebabkan gulma Asystasia
terutama ruas batang dengan cepat tumbuh
gangetica
tunas kembali dan kondisi lahan yang
ganda baik melalui biji maupun dengan
terbuka menyebabkan gulma mendapatkan
tunas batangnya sehingga gulma dapat
intensitas cahaya yang cukup, dengan
dengan cepat tumbuh kembali karena
demikian gulma
tersedianya
adalah
bersifat
kontak,
dapat
dengan
cepat
memiliki
sarana
alat
mampu
perbanyakan
tumbuh
yang
tumbuh kembali karena tersedianya sarana
berlimpah. Selain itu kondisi lahan yang
tumbuh yang berlimpah.
terbuka menyebabkan gulma mendapatkan
Pertumbuhan Gulma Dominan
intensitas cahaya yang cukup sehingga biji
Dalam
pembahasan
pertumbuhan
gulma penting juga untuk melihat efikasi cuka
terhadap
gulma
dominan
yaitu
Asystasia gangetica, Mikania micrantha dan kacangan (LCC) dari golongan daun
lebar dan satu gulma golongan rumput yaitu Digitaria longiflora. Berdasarkan bobot kering gulma Asystasia gangetica (Tabel 3), cuka 10% terlihat
mampu
mengendalikan
pertumbuhan gulma ini hingga 4 MSA. Hal ini dapat dilihat dari bobot kering gulma Asystasia gangetica pada perlakuan 44
Mikania micrantha Bedasarkan data bobot kering gulma pada Tabel 5 terlihat bahwa cuka 5% 20% mampu menekan pertumbuhan gulma Mikania micrantha pada 2 MSA.
Hal
tersebut terlihat dari bobot kering gulma
Asystasia gangetica
20%
gulma berkecambah dengan cepat.
Mikania micrantha yang lebih rendah dibandingkan dengan kontrol. Perbedaan efikasi
antar
konsentrasi
cuka
tidak
terlihat. Pada pengamatan 4 MSA terlihat bahwa pertumbuhan gulma ini hanya mampu dikendalikan dengan cuka 20%,
ISSN: 1410-0029 Agrin Vol. 16, No. 1, April 2012 hal ini dapat terlihat dari bobot kering
MSA, disebabkan gulma ini bersifat
gulma ini yang lebih rendah dibandingkan
menjalar dan memiliki akar pada tiap ruas
kontrol. Hal ini sesuai penelitian Barker
batang
dan Prostak (2009) bahwa asam asetat
potongan batang melebihi 95%. cuka yang
harus digunakan pada kekuatan penuh
bersifat
(sekitar
memberikan
gulma dengan cara mematikan bagian
penekanan pertumbuhan vegetative. Daya
gulma yang terkena larutannya, tetapi tidak
kendali cuka terhadap gulma Mikania
sampai pada akar ruas batang sehingga
micrantha sudah tidak terlihat lagi pada 8
tumbuh tunas baru.
20%)
untuk
sehingga kontak
kemampuan hanya
tumbuh
mengendalikan
Tabel 3. Pengaruh konsentrasi cuka terhadap bobot kering gulma Asystasia gangetica Bobot Kering Gulma (g/0,5m2) 2 MSA 4 MSA 8 MSA 1 Cuka 5% 48,53 ab 148,06 a 136,43 a 2 Cuka 10% 62,16 ab 91,10 b 100,37 a 3 Cuka 20% 31,90 b 44,86 b 97,26 a 4 Kontrol (tanpa cuka) 82,73 a 204,80 a 139,93 a BNT 0,05 41,73 60,535 88,942 Keterangan: Nilai selajur yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda menurut uji BNT 0,05; MSA = minggu setelah aplikasi No
Perlakuan
Tabel 4. Pengaruh konsentrasi cuka terhadap bobot kering gulma Mikania micrantha Bobot Kering Gulma (g/0,5m2) 2 MSA 4 MSA 8 MSA 1 Cuka 5% 5,50 b 16,73 ab 29,63 a 2 Cuka 10% 8,30 b 14,23 ab 28,70 a 3 Cuka 20% 1,50 b 7,23 b 12,70 a 4 Kontrol (tanpa cuka) 30,46 a 36,60 a 34,50 a BNT 0,05 21,05 26,45 22,32 Keterangan: Nilai selajur yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda menurut uji BNT 0,05; MSA = minggu setelah aplikasi No
Perlakuan
Tabel 5, Pengaruh konsentrasi cuka terhadap bobot kering kacangan (LCC) Bobot Kering Gulma (g/0,5m2) 2 MSA 4 MSA 8 MSA 1 Cuka 5% 17,86 ab 18,13 ab 27,03 a 2 Cuka 10% 6,80 ab 2,86 ab 5,20 a 3 Cuka 20% 3,03 b 1,36 b 5,20 a 4 Kontrol (tanpa cuka) 38,60 a 34,60 a 38,93 a BNT 0,05 32,83 33,00 33,79 Keterangan: Nilai selajur yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda menurut uji BNT 0,05; MSA = minggu setelah aplikasi No
Perlakuan
45
ISSN: 1410-0029 Agrin Vol. 16, No. 1, April 2012 Kacangan (LCC) Daya
Digitaria longiflora yang seimbang dengan
kendali
cuka
terhadap
dibandingkan kontrol.
Penelitian rumah
kacangan (LCC) diperlihatkan pada Tabel
kaca menunjukkan bahwa gulma rumput
4. Pada 2 dan 4 MSA hanya cuka dengan
yang lebih toleran terhadap cuka dari pada
konsentrasi
gulma berdaun lebar (Johnson et al, 2003).
20%
yang
mampu
mengendalikan kacangan (LCC), hal ini
Gulma
terlihat dari bobot kering kacangan (LCC)
perkembangbiakan dengan
yang lebih rendah dibandingkan dengan
stolon sehingga dimungkinkan aplikasi
kontrol.
cuka
Pada pengamatan 8 MSA,
ini
selain
yang
mempunyai
bersifat
alat
biji, juga
kontak
aplikasi cuka tidak mampu mengendalikan
ditranlokasikan
pertumbuhan gulma, hal ini sama dengan
menyebabkan
Mikania micrantha.
kembali. Menurut Zimdahl (2007) bahwa
Digitaria longiflora
gulma
yang
sampai
tidak
gulma
cepat
mempunyai
stolon tumbuh cara
Data pada Tabel 6 memperlihatkan
perkembangbiakan lebih dari satu cara
bahwa cuka tidak mampu mengendalikan
yaitu dapat secara generatif dan vegetatif
gulma Digitaria longiflora hingga 8 MSA,
akan menjadi masalah karena lebih cepat
hal ini terlihat bobot kering gulma
berkembangbiak dan sulit dikendalikan.
Tabel 6. Pengaruh konsentrasi cuka terhadap bobot kering gulma Digitaria longiflora Bobot Kering Gulma (g/0,5m2) 2 MSA 4 MSA 8 MSA 1 Cuka 5% 7,16 a 11,40 a 10,30 a 2 Cuka 10% 6,30 a 8,96 a 7,30 a 3 Cuka 20% 6,03 a 3,16 a 7,77 a 4 Kontrol (tanpa cuka) 5,43 a 9,66 a 8,96 a BNT 0,05 12,95 25,87 21,52 Keterangan: Nilai selajur yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda menurut uji BNT 0,05; MSA = minggu setelah aplikasi No
Perlakuan
Tabel 7, Pengaruh konsentrasi cuka terhadap persentase penutupan gulma total Bobot Kering Gulma (g/0,5m2) 2 MSA 4 MSA 8 MSA 1 Cuka 5% 78,33 b 83,33 ab 95,00 a 2 Cuka 10% 63,33 b 76,66 b 94,30 a 3 Cuka 20% 30,00 c 58,33 c 93,33 a 4 Kontrol (tanpa cuka) 96,66 a 100,00 a 98,33 a BNT 0,05 16,22 17,26 5,76 Keterangan: Nilai selajur yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda menurut uji BNT 0,05; MSA = minggu setelah aplikasi No
46
Perlakuan
ISSN: 1410-0029 Agrin Vol. 16, No. 1, April 2012 2.
Persentase Penutupan Gulma Total Penutupan gulma menunjukkan luas permukaan
lahan/tanah
yang
Konsentrasi cuka 10% - 20 % mampu mengendalikan pertumbuhan gulma
ditutupi
daun
lebar
Asystasia
gangética,
gulma dan dapat menggambarkan adanya
sedangkan gulma daun lebar lain yaitu
tingkat kompetisi gulma pada suatu lahan.
kacangan
Hasil
persentase
micranta mampu dikendalikan dengan
penutupan gulma total (Tabel 7) secara
konsentrasi 20% sampai dengan 4
umum memperlihatkan bahwa di seluruh
MSA.
pengamatan
visual
petak perlakuan cuka mempunyai tingkat
3.
Gulma
(LCC)
golongan
dan
rumput
Mikania
yaitu
rendah
Digitaria longiflora tidak mampu
dibandingkan dengan kontrol pada 2 MSA,
dikendalikan oleh cuka sampai 8
sedangkan pada 4 MSA terlihat bahwa
MSA.
penutupan
gulma
yang
lebih
cuka 10% dan 20% mempunyai tingkat penutupan yang lebih dengan control. Ini
DAFTAR PUSTAKA
berarti bahwa aplikasi cuka 10% dan 20%
Akinloye O. A., Adamson I., Ademuyiwa O. and Arowolo T. A. 2011. Paraquat toxicity and its mode of action in some commonly consumed vegetables in Abeokuta, Nigeria. International Journal of Plant Physiology and Biochemistry, 3(4): 75-82.
pada 2 dan 4 MSA mampu mengendalikan pertumbuhan gulma total. Pada 8 MSA, cuka tidak mampu lagi menekan pertumbuhan gulma, hal tersebut terlihat dari persentase penutupan gulma total pada petak perlakuan cuka yang tidak berbeda dengan kontrol. Seperti halnya pada bobot kering, diduga hal ini juga disebabkan oleh sifat kontak cuka yang berarti hanya dapat mengendalikan gulma dengan cara mematikan bagian gulma yang terkena larutannya. KESIMPULAN 1.
Konsentrasi cuka 10% - 20% mampu mengendalikan pertumbuhan gulma sampai dengan 4 MSA, terlihat dari tertekannya
bobot
kering
dan
Barker, V. A., and R. G. Prostak. 2009. Acetic Acid Alternative Management of roadside vegetation. HortTechnology, 19 (2): 346 – 352. Chinery, D. 2002. Using Acetic Acid (Vinegar) As A Broad-Spectrum Herbicide. Cooperatif Extension Educator, Cornell Cooperative Extentsion of Rensselaer Country, 61 state street, try NY. Dayan, F.E, Charles L. Cantrell, Stephen and O. Duke. 2009. Natural products in crop protection. Natural Products Utilization Research Unit, Agricultural Research Service, United States Department of Agriculture, University. Bioorganic & Medicinal Chemistry, (17): 4022–4034.
persentase penutupan gulma total. 47
ISSN: 1410-0029 Agrin Vol. 16, No. 1, April 2012 Evans, G. J., Bellinder, R.R. and M. C. Goffinet. 2009. Herbicidal Effects of Vinegar and a Clove Oil Product on Redroot Pigweed (Amaranthus retroflexus) and Velvetleaf (Abutilon theophrasti). Weed Technology, 23(2):292-299. Genowati, I dan U. Suwahyono. 2008. Prospek Bioherbisida sebagai Alternatif Penggunaan Herbisida Kimiawi. Direktorat Bioindustri, TAB, BPP teknologi, Jakarta. Johnson, E N., Wolf, T M. and B. C. Caldwell. 2003. Vinegar (Acetic acid) For Pre-Seed And PostEmergence Control Of Broadleaf Weeds in Spring Wheat (Triticum aestivum L.). Proc. 2003 Nat. Meet., Canadian Weed Sci. Soc. 57th Annual Meeting. Halifax, Nova Scotia, Canada, 57: 87 Owen, M. D. K. 2002. Acetic acid (vinegar) for weed control revisited. Organic weed management
48
workshop on July 1, IC-488 (11), page 91. Pujisiswanto, H. 2011. Uji Daya Racun Cuka (Asam Asetat) pada Awal Pertumbuhan Gulma. Enviagro, 4 (2) : 1-6 U.S. Environmental Protection Agency. 2008. Minimum risk pesticides (online). http://www.epa.gov/oppbppd1/ biopesticides/regtools/25b_list.htm diakses 6 Oktober 2008. Webber III, C. L., and J.W. Shrefler. 2009. Acetic Acid and Weed Control in Onions (Allium cepa L). p.49-54. Proceeding of Nasional Allium Research Conference, Desember 1013, Savannah, Georgia. Zimdahl, R.L. 2007. Fundamentals of Weed Science. Academic Press. Deprtment of Bioagricultural Science and Pest Management Colorado State University. Colorado California. 666 p.