Jurnal Matematika dan Sains Vol. 7 No. 2, Oktober 2002, hal 71 – 76
Kajian Tentang Kinetika Transfer Asam Asetat Pada Antarmuka Cair-Cair Dengan Menggunakan Rotating Membrane Cell Hendrawan Jurusan Kimia-FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia Jl. Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung – 40145 Diterima tanggal 5 Maret 2002, disetujui untuk dipublikasikan 14 Mei 2002 Abstrak Penelitian ini mengkaji teknik rotating membrane cell (RMC) sebagai suatu teknik absolut untuk mempelajari kinetika transfer terlarut antar fasa cair-cair dan penerapannya untuk mengkaji efek elektrolit inert terhadap transfer asam asetat (AA) dari fasa air yang mengandung berbagai konsentrasi garam ke dalam isopropil miristat (IPM). Pengujian metode tersebut dengan menggunakan suatu sistem transfer cepat dan eksperimen autodifusi membuktikan validitasnya serta menunjukkan kontrol hidrodinamik yang baik. Untuk kasus transfer AA, diperoleh bahwa elektrolit inert berperan secara signifikan pada proses yang terjadi pada antarmuka cair-cair, yang membawa pada ungkapan serupa hipotesis kinetika Brönsted. Kata kunci : kinetika, transfer terlarut, efek garam, ekstraksi. Abstact This work concerns the technique of rotating membrane cell (RMC) as an absolute technique to study the kinetic of solute transfer between liquid-liquid phases and its application to investigate the effect of an inert electrolyte on transfer of acetic acid (AA) from aqueous phase containing various concentrations of added salt into isopropyl myristate (IPM). Testing of the method using a fast transfer system and a set of autodiffusion experiment confirm its validity, and show an excellent control of hydrodynamics. For the case of acetic acid transfer, it is found that the added salt plays a significant role in the process occurring at the liquid-liquid interface, leading to an expression of Brönsted`s kinetic hypothesis type. Keywords: kinetic, solute transfer, salt effect, extraction. teknik yang beroperasi pada tingkat makroskopik, bila terlarut ditransferkan dari suatu kolom donor ke kolom akseptor, masih merupakan sumber informasi utama. Selain problem yang berkaitan dengan metode yang digunakan, permasalahan pada kajian transfer terlarut bertambah saat konstituen lain yang ada di dalam sistem ikut berperan. Kehadiran ion-ion elektrolit inert dapat mengubah laju transfer. Biasanya diskusi tentang efek elektrolit inert ini berkisar pada peranannya di dalam ruah, tanpa mengindahkan efeknya terhadap antarmuka antar fasa. Pada tulisan ini dikemukakan suatu metode alternatif untuk mempelajari kinetika transfer antar fasa cair dan aplikasinya untuk mempelajari efek elektrolit inert. Cara ini disebut teknik rotating membrane cell (RMC). Cara ini digunakan untuk mempelajari efek penambahan elektrolit inert pada transfer asam asetat dari fasa air ke dalam isopopil miristat sebagai fasa organik.
1. Pendahuluan Transfer terlarut melalui antarmuka cair-cair merupakan topik mendasar yang telah mendapat perhatian sekitar 40 tahun. Riset pada bidang ini telah memberikan informasi yang sangat berguna pada berbagai sistem kimia pada tingkat makroskopik dan telah membantu perkembangan aplikasi industri hidrometalurgi, industri farmasi, teknologi membran cair dan industri nuklir1). Walaupun demikian, pengetahuan kita pada tingkat mikroskopik masih jauh ketinggalan. Banyak persoalan mendasar pada bidang ini masih belum terkaji. Keadaan ini masih merupakan kontroversi dan menjadi sumber perdebatan yang berkelanjutan. Mekanisme-mekanisme yang diajukan cenderung bergantung terhadap teknik yang digunakan. Suatu mekanisme transfer yang diperoleh dari hasil eksperimen dengan menggunakan teknik sel Lewis 2) cenderung keantarmukaan. Sebaliknya, mekanisme cenderung nir-keantarmukaan menggunakan teknik rotating diffusion cell (RDC) yang dikembangkan oleh Albery 3,4). Beberapa pendekatan baru seperti teknik optis 5) dan metode simulasi numerik6) merupakan pendekatan-pendekatan yang sangat menjanjikan untuk dikemudian hari. Walaupun demikian, teknik-
2. Teknik RMC Teknik RMC merupakan generasi lanjut teknik rotating stabilized cell (RSC)7), yang secara prinsip termasuk dalam teknik RDC yang dikembangkan oleh Albery 3,4). Deskripsi komplit teknik RMC diberikan oleh Simonin dan Hendrawan8,9). Secara sederhana, 71
72
JMS Vol. 7 No. 2, Oktober 2002
teknik ini diberikan pada bagian tulisan ini. Pada teknik jenis ini, luas permukaan antarmuka diketahui secara pasti. Karakteristik utama dari teknik RCM bahwa transport difusi terkontrol, yang ditentukan dengan cara mengukur koefisien difusi terlarut pada kedua fasa secara terpisah. Teknik RMC merupakan suatu metode absolut, yang tidak memerlukan kalibrasi karena transport difusi dikontrol pada kedua fasa. Karakteristik teknik RMC dijelaskan berikut. Sketsa sel tersebut diberikan pada Gambar 1.
τB = σLδ /(KDB )
(5)
jika τf adalah waktu karakteristik untuk reaksi keantarmukaan maju, τA adalah waktu difusi rata-rata dalam membran dan τB adalah waktu hunian rata-rata spesi dalam lapisan difusi organik sebagai hasil dari kompetisi antara laju ekstraksi balik dan laju pelarutan oleh fasa organik. Pada ungkapan-ungkapan di atas, L adalah tebal membran, k f adalah tetapan reaksi keantarmukaan maju, DA adalah koefisien difusi efektif terlarut dalam fasa air, DB adalah koefisien difusi efektif terlarut dalam fasa organik, K adalah tetapan kesetimbangan, σ adalah porositas membran, dan δ adalah ketebalan lapisan difusi pada fasa organik yang diberikan oleh persamaan Levich10) δ = 1,612 (ν/ω)1/2 Sc-1/3
(6)
dengan ν adalah viskositas kinematis, ω adalah laju rotasi sel, dan Sc adalah bilangan Schmidt. Jika kinetika keantarmukaan sangat cepat, artinya k f → ∞ , persamaan (2) menjadi
τ∞ = τ A + τ B
(7)
yang artinya bahwa keseluruhan proses dikontrol oleh difusi. Gambar 1. Diagram skematik sel pada teknik RMC.
3. Bahan dan metode 3.1 Bahan
Sel ini terdiri dari sebuah membran hidrofil (jenis HVLP, dengan ketebalan ≅ 120 µm, ukuran pori dalam orde 0,45 µm) yang direkatkan pada sebuah silinder yang terbuat dari gelas fleksi. Diameter membran sekitar 0,8 cm. Membran dimuati fasa air yang mengandung terlarut. Kemudian sel dipasangkan pada elektroda putar (rotating electrode). Sel ini di set ke dalam laju putaran tertentu dan dicelupkan ke dalam fasa organik pada waktu (t) = 0. Kuantitas terlarut yang terekstraksi dalam rentang waktu yang diinginkan diikuti dengan menggunakan perunut radioaktif. Pada sel ini, fraksi terlarut yang ditransferkan (P) didekati dengan pendekatan waktu-reaksi-ratarata, yang dalam kasus ini dinyatakan sebagai P(t) ≅ 1 – exp(-t/τ)
(1)
dengan t adalah total waktu ekstraksi dan τ adalah waktu pelewatan rata-rata. Dengan memasukkan asumsi bahwa reaksi kimia (kalau terjadi) antara pngekstrak dan terlarut pada fasa air tidak berkontribusi terhadap total waktu, maka τ hanya dikontribusi oleh difusi pada kedua fasa dan proses keantarmukaan. Secara matematis, waktu pelewatan rata-rata diberikan sebagai τ = τf + τA + τ dengan
(2)
τf = L/k f
(3)
τA = L /(3DA )
(4)
2
Semua bahan kimia pada norma murni digunakan tanpa pemurnian lebih lanjut. Larutan air disiapkan dengan menggunakan air terdeionisasi. Garam dan IPM yang digunakan diperoleh dari Merck dan metil heptanoat (MH) dari Fluka dengan tingkat analitis. Natrium asetat radioaktif, 14 CH3 14 COONa, diperoleh dari Amersham. Larutan yang mengandung spesi radiolabeling diukur dengan menggunakan counter β Packard Tricarb 2100-TR. Membran diperoleh dari Millipore. Membran yang digunakan dalam kajian ini adalah membran PVDF hidrofil jenis HVLP. Bahan ini dipilih untuk alasan kompatibilitas kimiawi yang baik dengan larutan asam dan pelarut alifatik. Ketebalan membran adalah 120 ± 1 µm diukur dengan mikrometer dan ukuran rata-rata pori 0,45 µm (ukuran pabrik). 3.2. Metode Ekperimen yang dilakukan meliputi pengujian metode dan efek garam terhadap kinetika transfer nonelektrolit. Untuk kedua eksperimen ini, digunakan AA pada orde perunut sebagai terlarut dalam larutan HCl 0,1 M. Hal ini dimaksudkan untuk menjamin AA tetap berada dalam bentuk tak-terdisosiasinya. Pada kajian ini, sistem transfer terlarut dari larutan fasa air ke dalam MH digunakan sebagai sistem untuk tes metode. Sistem ini dikenal sebagai sistem kinetika cepat, yaitu bahwa keseluruhan transfer dikontrol sepenuhnya oleh difusi. Sementara itu, untuk mempelajari efek garam, fasa organik
JMS Vol. 7 No. 2, Oktober 2002
73
adalah IPM. Sistem ekstraksi terakhir ini dikenal sebagai sistem kinetika lambat sehingga memungkinkan untuk mempelajari efek penambahan elektrolit inert terhadap laju transfer. Viskositas dan koefisien difusi Viskositas kinematis (ν) MH dan IPM diambil dari literatur11). Dalam hal ini, νMH = 1,28 x 10-2 cm2 s 1 dan νIPM = 6,22 x 10-2 cm-2 s -1 masing-masing untuk MH dan IPM. Koefisien difusi AA dalam fasa air, Dsol , ditentukan dengan menggunakan teknik kapiler terbuka 12). Kuantitas koefisien difusi dalam membran (pada arah tegak lurus terhadap muka membran), DA , diperoleh dengan dua cara. Pertama, DA dihitung dari Dsol dan faktor tortuositas, τm , dengan menggunakan hubungan DA = Dsol /τm 13). Cara yang kedua dilakukan dengan melakukan eksperimen analog terhadap eksperimen ekstraksi dengan menggunakan RMC. Dalam cara ini, fasa donor dan fasa akseptor adalah larutan yang sama kecuali bahwa fasa donor mengandung AA (terlarut). Koefisien partisi dan aktivitas AA Koefisien partisi terlarut dari organik-ke-air, K / C aq , ditentukan secara eksperimen dengan menggunakan perunut radioaktif. Sevolume yang sama fasa organik dan air disetimbangkan dalam tabung terbuat dari teflon. Kedua cairan tersebut dipaksa-kontakkan dengan cara mengocoknya menggunakan pengaduk magnetik selama sekitar 24 jam. Kuantitas AA dalam kedua fasa ditentukan setelah sebelumnya disentrifugasi. Koefisien aktivitas AA kemudian dihitung dengan ungkapan ≡ C org
γ = K K ref
(8)
Diperoleh hasil bahwa adsorpsi AA pada membran adalah pada rentang ketaktentuan eksperimen. Di samping itu, dengan melumurkan larutan radioaktif ke dalam wadah teflon dan dengan mengukur aktivitas spesifik sebelum dan sesudahnya diperoleh kesimpulan yang sama yang berkaitan dengan adsorpsi pada dinding wadah. Kemungkinan terjadinya hidrolisis IPM diperiksa dengan metode refraktometri dan spektroskopi-IR. Kedua hasil instrumentasi memberikan kesimpulan yang sama bahwa pada sistem ini tidak terdeteksi terjadinya hidrolisis pada batas kepekaan alat tersebut. 4.2. Porositas dan faktor tortuositas membran Aktivitas spesifik AA dalam larutan ditentukan dengan cara mengukur sejumlah tertentu larutan yang bersangkutan, dan diperoleh hasil aktivitas ≅ 64920 CPM/µL. Aktivitas larutan yang termuatkan dalam membran untuk tiga kali pengukuran diperoleh hasil 252659, 263185 dan 258003 CPM. Hal ini memberikan hasil volume efektif membran adalah 3,89, 4,05 dan 3,97 µL. Oleh karena itu, porositas membran, σ, adalah 0,685 ± 0,015, yang sesuai dengan yang dilabelkan pabrik, yaitu 0,70. Dari hasil pengukuran resistansi ekuivalen, ketebalan membran, porositas dan data baku konduktan ekuivalen larutan NaCl 0,1 M diperoleh harga faktor tortuositas membran, τm , 1,75. Harga ini dikonfirmasi dengan percobaan autodifusi AA dalam larutan LiCl 8 M dengan menggunakan RMC. Dengan memasukkan harga τm tersebut diperoleh koefisien difusi AA dalam membran sebesar 2,00 × 106 cm2 s -1 yang sangat bersesuaian dengan hasil yang diperoleh dengan metode kapiler terbuka. Hasil percobaan autodifusi tersebut diberikan pada Gambar 2.
bila K dan Kref masing-masing adalah koefisien partisi AA pada konsentrasi tertentu garam, Cs , dan untuk Cs = 0 (rujukan).
Membran dimuati dengan sejumlah kecil volume larutan air yang mengandung terlarut. Kemudian, kelebihan larutan dibersihkan dan segera setelah itu setetes fasa organik (MH atau IPM) ditempatkan di atas membran untuk meminimalkan penguapan. Selanjutnya, sesegera mungkin, sel dalam keadaan berputar dicelupkan ke dalam fasa organik. Setelah mencapai rentang waktu yang diinginkan, putaran dihentikan dan sel diangkat kemudian kuantitas terlarut pada kedua fasa ditentukan. Eksperimen dilakukan pada suhu (22 ± 1) o C. 4. Hasil dan diskusi 4.1. Artefak dan
Kemungkinan artefak yang meliputi adsorpsi hidrolisIS dipelajari sebelum percobaan.
PAA (%)
Eksperimen ekstraksi
Gambar 2. Autodifusi AA dalam buffer yang mengandung LiCl 8 M dengan menggunakan RMC. (¯) titik-titik hasil percobaan; kurva: hasil perhitungan dengan harga DA = 2,00 × 106 cm2 s -1 .
74
JMS Vol. 7 No. 2, Oktober 2002
4.2. Parameter transport Koefisien difusi AA dalam MH dan IPM diambil dari literatur13). Harga-harganya adalah 1, 5 × 10 − 5 cm 2 s −1 untuk MH dan 0 ,443 × 10 − 5 cm 2 s −1 untuk IPM. Hasil percobaan koefisien difusi AA dalam larutan air, Dsol , dan koefisien difusi AA dalam membran diberikan pada Tabel 1. Tabel 1. Koefisien difusi AA dalam larutan LiCl: Dsol dalam ruah dan DA dalam membran (DA = Dsol /τm ). [LiCl] Dsol ± SDa DA -1 mol L (10-6 cm2 s -1 ) (10-6 cm2 s -1 ) 0,0 11,4 ± 0,20 5,64 0,5 11,0 ± 0,10 6,30 1,0 10,5 ± 0,10 6,01 4,0 7,51 ± 0,11 4,29 6,0 5,65 ± 0,21 3,23 8,0 3,49 ± 0,14 2,00 a Standar deviasi dihasilkan dari 6 kali pengukuran
tetapan yang hanya bergantung pada sifat elektrolit pendukung dan nonelektrolit, dan Cg adalah konsentrasi elektrolit pendukung. Walaupun ada diantaranya harga k yang negatif, tetapi kebanyakan adalah berharga positif termasuk bila LiCl digunakan sebagai elektrolit pendukung15). Hal ini disebabkan karena LiCl merupakan garam yang mudah terhidrasi. Sebagai konsekuansi dari harga k yang positif ini adalah harga γ meningkat dengan naiknya konsentrasi elektrolit pendukung. 4.4. Kinetika ekstraksi Test metode Teknik ini diuji dengan melakukan ekstraksi AA dari fasa air tanpa penambahan elektrolit pendukung ke dalam MH pada laju rotasi 400, 600, dan 800 rpm. Tipikal hasil ekstraksi pada 800 rpm diberikan pada Gambar 3.
Viskositas kinematis MH dan IPM diambil dari literatur11). Harga-harganya adalah −2 2 −2 ν MH = 1,28 × 10 cm s untuk MH dan
ν IPM = 6, 22 ×10 −2 cm2 s −2 untuk IPM. 4.3. Koefisien partisi dan koefisien aktivitas Koefisien partisi AA dari fasa air pada berbagai konsentrasi garam terhadap IPM dan koefisien aktivitas yang bersesuaian dengannya diberikan pada Tabel 2. Tabel 2. Koefisien partisi (K) dan koefisisen aktivitas (γ) IPM pada berbagai konsentrasi LiCl. [LiCl] (mol L-1 ) 0,0 0,5 1,0 2,0 3,0 4,0 5,0 6,0 8,0
KIPM 0,0399 0,0463 0,0516 0,0638 0,0766 0,0909 0,1020 0,1130 0,1320
γIPM 1,00 1,16 1,29 1,60 1,92 2,28 2,55 2,84 3,32
Pada Tabel 2 terlihat bahwa γIPM naik dengan naiknya konsentrasi LiCl. Hal ini menunjukkan bahwa kelarutan IPM berkurang dengan naiknya konsentrasi LiCl, c.f. persamaan (8). Fenomena ini sesuai dengan persamaan fenomenologis Setchenov14-16) yang diberikan sebagai ln(γ γ 0 ) = kCg dengan γ° dan γ adalah koefisien aktivitas nonelektrolit tanpa dan dengan kehadiran elektrolit pendukung, k adalah
Gambar 3. Plot -ln [1 – (P(t)] terhadap (t) untuk ekstraksi AA oleh MH pada 800 rpm. (¯) : hasil eksperimen; garis mulus : limit difusif; kurva titik : finite difference untuk limit difusif. Hasil tersebut menunjukkan bahwa transfer AA ke dalam HM dikontrol sepenuhnya oleh difusi. Hal ini sesuai dengan karakter sistem tersebut yang merupakan sistem transfer cepat. Hasil lain yang mengkonfirmasi validitas teknik ini adalah transfer AA ke dalam IPM yang dilakukan pada berbagai laju rotasi. Sistem ini dikenal sebagai sistem lambat yang memungkinkan untuk memperoleh tetapan kinetika keantarmukaan k f . Pada percobaan ini diperoleh hasil k f = (2,34 ± 0,11) × 10-4 , (2,33 ± 0,10) × 10-4 , dan (2,47 ± 0,12) × 10-4 cm s-1 untuk masing-masing 400, 600, dan 800 rpm. Kenyataan bahwa harga k f yang diperoleh pada laju putaran yang berbeda adalah praktis sama mengkonfirmasi validitas teknik yang digunakan. Tipikal hasil untuk eksperimen ini untuk 400 rpm dan 800 rpm diberikan oleh Gambar 4.
JMS Vol. 7 No. 2, Oktober 2002
75
menggantikan konsentrasi adalah tidak relevan dalam kasus ini. Fakta tersebut dapatlah dihubungkan pada kenyataan bahwa efek garam terhadap terlarut pada antarmuka tidak diperhitungkan. Walaupun demikian, diskusi yang konklusif sangat sulit untuk diberikan pada kasus ini. Sebagai langkah awal, terhadap asumsi yang menghubungkan k f dan
γk 0f kita tambahkan faktor
koefisien aktivitas terlarut pada antarmuka, yang mana dapat kita pandang sebagai kompleks senyawa antara terlarut dari suatu fasa ke fasa lain. Jadi, dalam hal ini kita dapatkan hubungan
k f = k 0f (γ γ X ) Gambar 4. Plot –ln[P(t)] terhadap waktu (t) untuk ekstraksi AA oleh IPM. (¯): pada 400 rpm; (™) : pada 800 rpm.
k f (10-4 cm/s)
Selanjutnya, sistem ektraksi yang terakhir ini dijadikan sebagai sistem dasar untuk mempelajari efek garam. Pada percobaan ini, AA yang terkandung dalam larutan penyangga yang mengandung berbagai konsentrasi garam LiCl ditransferkan ke dalam IPM pada 400 rpm, 600 rpm dan 800 rpm. Harga-harga k f hasil percobaan beserta hasil hitungan dengan menggunakan ungkapan k f = γ k f 0 diberikan pada Gambar 5.
(9)
dengan X adalah kompleks senyawa antara. Deskripsi ini dapat lebih lanjut diperluas dengan menggunakan model pelewatan rintangan (barrier crossing). Berkaitan dengan pelewatan rintangan, kurvatur dari profil energi pada lokasi tersebut merupakan parameter yang penting, seperti ditunjukkan oleh Kramers 17). Dalam kerangka model ini, X berlokasi pada puncak rintangan. Keadaan teraktivasi diharapkan berkaitan dengan keadaan senyawa antara dari pelarutan tak-sempurna. Oleh karena itu, potensial kimia efektif pada puncak rintangan dapat diberikan sebagai ∆ g X = kT ln γ X
(10)
dengan γ X adalah koefisien aktivitas senyawa antara pada antarmuka. Lebih lanjut, penambahan elektrolit inert menurunkan energi aktivasi sebesar k B T ln( γ / γ X ) , dengan k B adalah tetapan Boltzmann, T adalah suhu absolut, dan γ adalah koefisien aktivitas terlarut dalam ruah air. Penurunan energi aktivasi tersebut berkaitan dengan perubahan perbedaan antara energi pendorong terlarut dalam ruah air dan pada keadaan transisi. Walaupun demikian, elusidasi mekanisme yang presisi pada proses tersebut perlu melibatkan teknik lain, yang cocok dan mampu memprobing antarmuka pada level mikroskopik. 5. Kesimpulan
Gambar 5. Tetapan laju transfer AA dari larutan penyangga yang mengandung LiCl ke dalam IPM. (˜) : k f kasil percobaan; (™): k f dihitung dengan γ k f 0 . Pada Gambar 5 terlihat bahwa harga k f hasil percobaan berbeda secara signifikan dengan harga k f yang dihitung dengan γ k f 0 kecuali pada konsentrasi garam 6 M. Kenyataan bahwa harga k f hasil percobaan melebihi harga k f yang dihitung dengan ungkapan γ k f 0 secara signifikan pada konsentrasi rendah dan moderat menunjukkan bahwa asumsi umum yang menyatakan bahwa aktivitas harus
Teknik RMC merupakan suatu teknik absolut yang memiliki kontrol hidrodinamik yang sangat baik untuk mempelajari kinetika transfer terlarut antar fasa cair. Elektrolit inert memegang peranan yang signifikan pada proses yang berlangsung pada antarmuka cair-cair. Ungkapan serupa hipotesa kinetika Brönsted adalah cocok untuk merepresentasikan eksistensi kompleks senyawa antara pada antarmuka. Acknowledgment Ucapan terima kasih disampaikan pada Mr. Jean-Piere SIMONIN “Laboratoire Liquides Ioniques et Interfaces Chargés”, Université Piere et Marie Curie – Paris – France.
76
JMS Vol. 7 No. 2, Oktober 2002
Daftar Pustaka 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Danesi, P.R., dalam Principles and Practices of Solvent Etraction (Editor: J. Rydberg, C. Musikas dan G.R. Choppin), Marcel Dekker, New York, 1992, hal. 157-207. Hanna, G.J. dan Noble, R.D., “Measurement of Liquid-Liquid Interfacial Kinetics”, Chem. Rev., 85, (1985), 538. Albery, W.J., Cooper, A.M.., Hadgraft, J. dan Ryan, C., “Transport and Kinetics in Two Phase Systems”, J. Chem. Soc. Far. Trans I, 70, (1974), 1124. Albery, W.J., Burke, J.F., Leffler, E.B. dan Hadgraft, J., “Interfacial Transfer Studied with a Rotating Diffusion Cell”, J. Chem. Faraday Soc., 72, (1976), 1618. Eisenthal, K.B., “Liquid Interfaces Probed by Second-Harmonic and Sum-Frequency Spectroscopy”, Chem. Rev., 99, (1996), 1343. Benjamin, I., “Chemical Reactions and Solvation at Liquid Interfaces: A Microscopic Perspective”, Chem. Rev., 96, (1996), 1449 Simonin, J-P., Turq, P. dan Musikas, C., “Rotating Stabilized Cell: A New Tool for the Investigation of Interfacial Extraction Kinetics between Liquid Phases”, J. Chem. Soc. Faraday. Trans., 87, (1991), 2715. Hendrawan, Etude de l’effet d’un sel sur des cinétiques de réaction en solution, et de transfert de soluté entre phases liquides, Thésis Doctorat, LI2C - Université Piere et Marie Curie, Paris France, 2001.
9.
10. 11.
12.
13.
14. 15.
16.
17.
Simonin, J-P.dan Hendrawan, H., “Effect of a Salt on the Kinetics of Solute Transfer at a Free Liquid/Liquid Interface”, J. Phys. Chem. B, 104, (2000), 7163. Levich, V.G., Phsycochemical Hydrometallurgy, Prentice Hall, Englewood Cliffs, NJ, 1962. Simonin, J-P., “The Kinetics of Acetic Acid Extraction Studied with the Rotating Stabilized Cell Technique. Application of the Barrier Model”, Solvent Extraction and Ion Exchange, 13, (1995), 941. Tivant, P., Etude des Propriétés de Transport ionique en Solution Aqueuses de polyéléctrolytes par diffusion quasi-élastique de la lumière et par diffusion de traceur, Thésis Doctorat, LI2C Université Piere et Marie Curie, Paris -France, 1984. Simonin, J-P., “Rotating Membrane Cell Technique for the Study of Liquid/Liquid Extraction Kinetics”, Solvent Extraction and Ion Exchange, 16, (1998), 1493. Marcus, Y., “Principles of Solubility and Solution”, dalam referensi [1] hal. 21 s/d 70. Martin, F.S. dan Holt, R.J.W., “Liquid-Liquid Extraction in Inorganic Chemistry”, Quarterly Reviews, 23, (1959), 327. Long, F.A. dan McDevit, W.F., “Actifity Coefficients of nonelectrolyte Solutes in Aqueous Salt Solutions”, Chem. Rev., 51, (1952), 119. Hynes, J.T., “Chemical Reaction Rates and Solvent Friction”, J. Stat. Phys., 42, (1986), 149.