TEMU ILMIAH IPLBI 2015
Kajian Angkutan Umum yang Baik terkait Korespondensi Lokasi Tempat Tinggal dan Profesi Komuter Salwa B. Gustina Program Studi Magister Rancang Kota, SAPPK, Institut Teknologi Bandung.
Abstrak Banyaknya permasalahan yang timbul akibat penggunaan kendaraan pribadi di kota menjadikan angkutan umum sebagai alternatif moda transportasi. Angkutan umum telah menjadi kebutuhan sehari-hari terutama bagi komuter yang beraktifitas di pusat kota dan tinggal di pinggir kota. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk memahami angkutan umum yang ideal bagi komuter serta mengetahui fasilitas di dalamnya sebagai penunjang kebutuhan terkait lokasi tempat tinggal dan profesi mereka. Data dikumpulkan melalui menyebar kuesioner on-line yang berisi pertanyaan terbuka mengenai pengertian angkutan umum yang baik dan fasilitas yang mereka harapkan, dan diolah dengan beberapa metode yakni content analysis, analisis distribusi dan analisis korespondensi. Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa angkutan umum yang dianggap baik oleh komuter adalah yang nyaman secara fisik, aman, dan tertib. Dan fasilitas yang diharapkan secara umum adalah adanya AC, tercukupinya tempat duduk yang baik dari segi daya tampung, serta keberadaan halte yang mendukung intergrasi sarana transportasi lanjut dengan kemudahan pencapaiannya. Kata-kunci : angkutan umum, komuter, kota, profesi, transportasi
Pengantar Kota merupakan pusat kegiatan penduduk yang berisi berbagai sarana dan selalu menjadi daya tarik bagi penduduk kota sekitarnya. Besarnya ukuran sebuah kota menentukan kebutuhan sarana dan prasarana kota tersebut. Sehingga semakin banyaknya sarana yang ditawarkan serta prasarana yang memadai, maka akan semakin banyak pula interaksi yang ditimbulkan kota tersebut dengan kota-kota lain di sekelilingnya dan memicu tingginya pergerakan. Seiring dengan tingginya pergerakan tersebut, dibutuhkan sarana dan prasarana penunjang kelancaran mobilisasi, salah satunya adalah dengan pengadaan alternatif moda transportasi selain kendaraan pribadi, yaitu dengan angkutan umum, baik angkutan umum massal dan angkutan umum pribadi terutama bagi penduduk yang beraktifitas di pusat kota dan memiliki tempat tinggal di pinggir kota.
Berdasarkan hal tersebut, muncul pertanyaan akan indikator angkutan umum yang baik bagi komuter terkait lokasi tempat tinggal dan profesi mereka. Karena pada kenyataannya, pengadaan angkutan umum belum terakomodasi dengan baik secara kualitatif maupun kuantitatif sehingga menyebabkan berbagai permasalahan. DKI Jakarta, misalnya, pada tahun 2010 memiliki jumlah komuter mencapai 5,4 juta per hari (Suara Pembaruan, 2010), yang berasal dari wilayah sekitar Jakarta, yakni Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Hal ini menjadi tantangan pemerintah untuk merencanakan sis-tem transportasi umum yang berhadapan dengan kendala perkotaan, yaitu kemacetan dan beberapa masalah lainnya, seperti tidak adanya jadwal yang tetap, pola rute yang memaksa terjadinya transfer, kelebihan penumpang pada saat jam sibuk, cara mengemudikan kendaraan yang sembarangan dan membahayakan keselamatan, dan kondisi internal dan eksternal yang buruk (Tamin, 1999). Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2015 | A 007
Kajian Angkutan Umum yang Baik di Indonesia
Oleh karena itu, perlu dikaji pengembangan kebutuhan angkutan umum yang terkait lokasi tempat tinggal dan profesi para komuter di sekitar pusat kota agar didapat indikator ideal dalam perencanaan angkutan umum kota dan fasilitas apa saja yang diharapkan hadir untuk mendukung kebutuhan dan meningkatkan kualitas sistem transportasi di kota dan sekitarnya.
tangga (4), pelajar (21), wira usaha (10), pegawai negeri (4), dan pegawai swasta (34).
Metode Penelitian ini diolah dengan menggunakan metode penelitian kualitatif (Creswell, 2008) untuk mengumpulkan data teks yang sebanyakbanyaknya dan bersifat eksploratif (Groat & Wang, 2002) dengan harapan munculnya keberanekaragaman informasi yang diberikan oleh responden. Metode pengumpulan data dilakukan dengan teknik survey, yaitu dengan menyebarkan kuesioner on-line kepada masyarakat umum secara pribadi maupun melalui media sosial yang berisi pertanyaan terbuka mengenai pengertian angkutan umum yang baik dan apa fasilitas dalam angkutan umum yang mereka harapkan. Setiap pertanyaan dapat dijawab oleh responden dengan bebas tanpa ada opini dari peneliti, namun diwajibkan mengisi kolom tempat tinggal dan profesi yang mereka geluti saat ini. Total responden mencapai 73 orang, dimana responden tinggal tersebar di Indonesia seperti yang tertera pada Diagram 1, yaitu Jabodetabek (37), Bandung (20), dan kota lain (16).
Diagram 2. Analisis distribusi profesi komuter
Proses analisis data selanjutnya dilakukan dengan menggunakan analisis isi (contentanalysis), analisis distribusi dan analisis korespondensi. Tahap awal analisis dimulai dengan mengurai data teks yang diperoleh dari kuesioner mengenai angkutan umum yang baik dan fasilitas yang mereka inginkan, kemudian menetapkan kata kunci yang muncul dari masing-masing jawaban responden. Selanjutnya kata-kata kunci tersebut dikategorikan secara umum sehingga dapat diketahui frekuensi munculnya kata kunci tertentu. Untuk mengetahui hubungan antara kategori tempat tinggal dan kategori profesi, analisis kores-pondensi dilakukan untuk menghitung tingkat kebetulan antara frekuensi tempat tinggal dan frekuensi profesi dengan menggunakan metode selective coding. Analisis dan Interpretasi Berdasarkan hasil pengolahan data teks dari kuesioner yang terkumpul, ditemukan 15 kategori yang mewakili definisi angkutan umum yang baik yang disusun dengan metode axial coding, dapat dilihat pada Tabel 1. Kategori ini kemudian digunakan untuk tahap analisis selanjutnya; analisis distribusi; untuk menentukan kategori yang paling dominan.
Diagram 1. Analisis distribusi tempat tinggal komuter
Adapun pekerjaan mereka adalah yang seperti diperlihatkan pada Diagram 2, yaitu ibu rumah A 08 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2015
Salwa B. Gustina Tabel 1. Contoh axial coding definisi angkutan umum yang baik No
1.
2.
Kategori
Tertib
Aman
Kata Kunci Tidak ugal-ugalan (12) Tidak berhenti sembarangan (9) Memiliki standar pelayananan angkutan penumpang (2) Taat rambu lalu lintas (5) Supir memiliki SIM (2) Supir mengenakan seragam (1) Tidak ada pengamen dan pedagang(1) Terjaga dari tindakan kriminal (3) Memperhatikan aspek keselamatan (22)
Hasil analisis distribusi untuk definisi angkutan umum yang baik dapat dilihat pada Diagram 3. Terlihat bahwa faktor-faktor dominan yang dianggap mendefinisikan angkutan umum yang baik adalah “Nyaman” dengan jumlah 42 (17%), disusul dengan “Tertib” sebanyak 32 (13%), dan “Aman” dan “Waktu Operasi Jelas” sebanyak 25 (10%). “Aksesibel bagi Difabel” dan “Informatif” menjadi jawaban dengan jumlah paling sedikit, yaitu sebanyak 1 (0.4%).
Informatif Aksesibel Memiliki akses online Terintergrasi Bersih Rute luas Tarif terjangkau Waktu operasi jelas Cepat Fasilitas lengkap Daya tampung sesuai Kondisi kendaraan… Nyaman Aman Tertib 0
1 1
2 16 20 11 15 25 14 7 23
18 42 25 32 20
40
60
Diagram 3. Analisis distribusi definisi angkutan umum yang baik
Hasil ini menunjukkan bahwa tingkat kenyamanan, secara fisik maupun non-fisik, seperti supir yang ramah, sirkulasi udara yang baik, sirkulasi jalan di dalam kendaraan baik, dan tempat duduk ergonomis yang sesuai dengan daya tampung merupakan hal utama bagi komuter dalam menilai angkutan umum. Selanjutnya aspek ketertiban menjadi faktor penting bagi komuter untuk menjaga nilai keamanan dan kenyamanan dalam penggunaan angkutan umum. Aman dan kejelasan waktu operasi juga menjadi nilai tambah komuter dalam perhitungan penggunaan angkutan umum. Sementara keberadaan fasilitas yang aksesibel bagi kaum difabel dan fasilitas informasi dalam angkutan umum tidak menjadi unsur penting dalam penggunaan angkutan umum. Tahap selanjutnya dilakukan analisis korespondensi untuk mengetahui hubungan dan melihat tingkat coincident antara definisi angkutan umum yang baik dan lokasi tempat tinggal komuter yang tertera pada Diagram 4.
Aksesibel Memiliki akses online Fasilitas lengkap Aman Kota Lain Rute luas Bersih Terintergrasi Waktu operasi jelas Nyaman Cepat Daya tampung sesuai Jabodetabek Kondisi kendaraan baik Tarif terjangkau Bandung Tertib Informatif Diagram 4. Analisis korespondensi antara definisi angkutan umum yang baik dan lokasi tempat tinggal komuter
Dapat kita lihat pada diagram, bahwa terdapat kecenderungan perbedaan definisi angkutan Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2015 | A 09
Kajian Angkutan Umum yang Baik di Indonesia
umum berdasarkan lokasi tempat tinggal komuter. Komuter yang tinggal di Jabodetabek, mendefinisikan angkutan umum yang baik sebagai angkutan umum yang memiliki daya tampung yang sesuai, melaju cepat, dan nyaman. Berbeda dengan Jabodetabek, komuter Bandung mendefinisikan angkutan umum yang baik sebagai angkutan umum yang tertib dengan tarif yang terjangkau. Kota-kota lain di Indonesia menyebutkan kategori aman, dan memiliki jangkauan rute yang luas sebagai indikator angkutan umum yang baik. Diagram 5 menjelaskan latar belakang profesi para komuter sebagai dasar alasan mereka mendefinisikan angkutan umum yang baik.
Selanjutnya, ditemukan 4 kategori yang menyebutkan fasilitas apa saja yang komuter inginkan agar menunjang kebutuhannya sehari-hari dapat dilihat pada Tabel 2. Kategori ini kemudian digunakan untuk tahap analisis selanjutnya. Tabel 2. Axial coding fasilitas yang diharapkan No
Kategori
1.
Kebutuhan Fisik
2.
Kebutuhan Keruangan
3.
Ekslusivitas
4.
Keramahan
Bandung Pelajar
Wira Usaha Ibu Rumah Tangga
Kota Lain
Jabotabek Pegaw ai Sw asta Pegaw ai Negeri
Diagram 5. Analisis korespondensi antara pekerjaan dan lokasi tempat tinggal komuter
Komuter yang tinggal di daerah Jabodetabek ternyata adalah yang mayoritas bekerja sebagai pegawai swasta. Dapat diasumsikan bahwa mereka adalah komuter yang tinggal di sekitar Jakarta dan bekerja di pusat kota Jakarta. Sedangkan komuter yang tinggal di Bandung adalah yang mayoritas berkegiatan sehari-hari sebagai pelajar atau mahasiswa. Sisanya yang tinggal di kota-kota besar lain di Indonesia merupakan yang bekerja sebagai wira usaha, pegawai negeri, dan ibu rumah tangga. Hal ini menunjukkan bahwa beberapa faktor seperti tujuan perjalanan, jarak tempuh perjalanan, dan penghasilan pelaku perjalanan (Jotin & Kent, 2005) menjadi penentu indikator angkutan umum yang baik.
A 010 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2015
Kata Kunci Tempat sampah (5) Papan informasi (8) CCTV (3) Locker (1) Tempat duduk sesuai daya tampung (20) Stopping bell (1) Pegangan tangan (2) AC (32) Pengharum ruangan (1) Koneksi WiFi (9) Media (10) Terminal listrik (3) Pengangkut sepeda (1) Pemisahan pria dan wanita (1) Ruang khusus merokok (3) Kursi prioritas (4) Halte (22) Parkir (2) Pusat perbelanjaan (3) Tempat ibadah (1) Toilet (3) Jalur khusus angkutan umum (4) Keanggotaan (9) Alternarif pembayaran (5) Supir dan petugas ramah (4)
Hasil analisis distribusi untuk fasilitas yang komuter inginkan terdapat pada Diagram 6. Terlihat bahwa “Kebutuhan Fisik”, seperti AC, tempat duduk yang sesuai daya tampung, dan tersedianya media menjadi fasilitas yang komuter inginkan secara dominan dengan jumlah 107 (64%). Disusul dengan “Kebutuhan Keruangan”, seperti halte yang memadai dan terintergrasi, jalur khusus angkutan umum menjadi fasilitas penunjang yang penting terkumpul sebanyak 43 (26%). “Eksklusivitas”, seperti keangotaan dan alternative metode pembayaran, dan “Keramahan “ menjadi fasilitas yang paling sedikit mengumpulkan jumlah, yaitu sebesar 14 (8%) dan 4 (2%).
Salwa B. Gustina
Keramahan Ekslusivitas Kebutuhan Keruangan Kebutuhan Fisik
4 14 43 107
0
100
Diagram 6. Analisis distribusi fasilitas angkutan umum yang komuter inginkan
200
dalam
Hal lain yang menarik diteliti adalah keterkaitan antara fasilitas yang komuter inginkan dengan lokasi tempat tinggal dan profesi mereka. Dimana disebutkan dalam Diagram 7. AC Tempat duduk baik Jabodetabek Alternatif pembayaran Kursi prioritas CCTV Terminal listrik Tempat sampah Halte Ruang merokok Pengendara ramah Jalur khusus Locker Pemisahan pria w anita Pengangkut sepeda Stopping bell Tempat ibadah Pegangan tangan Lainnya WiFi Parkir Toilet Kota Lain Pusat perbelanjaan Keanggotaan Bandung Media Papan informasi Pengharum Diagram 7. Analisis korespondensi antara fasilitas yang diharapkan dan lokasi tempat tinggal komuter
Komuter yang tinggal di Jabodetabek, dengan jumlah profesi sebagian besar adalah pegawai swasta, menginginkan fasilitas yang mewadahi kebutuhan fisik, seperti AC, dan tempat duduk yang memadai. Selain itu mereka juga menginginkan adanya alternatif pembayaran untuk mendukung kelancaran dan kecepatan operasional. Kebutuhan ruang prioritas bagi lanjut usia, ibu hamil, dan kaum difabel juga diharapkan ada di angkutan umum bagi komuter yang berasal dari Jabodetabek. Di Bandung, yang mayoritas bekerja sebagai pelajar, lebih menginginkan fasilitas keanggotaan untuk memangkas tarif angkutan umum. Selain itu mereka juga berharap adanya media untuk menambah nilai kenyamanan dalam angkutan umum, seperti TV dan pemasangan musik. Di kota-kota besar lain di Indonesia, seperti Medan, Yogyakarta, dan Semarang, mengharapkan terdapatnya fasilitas penunjang seperti toilet, parkir, dan integrasi pusat perbelanjaan untuk bepergian jarak jauh. Kesimpulan Definisi angkutan umum yang baik bagi komuter secara umum adalah yang nyaman dan aman, maupun secara fisik atau non fisik, tertib, jelas dan tepat waktunya dalam beroperasi, bersih, dan terawat kondisi kendaraannya. Dalam praktiknya sehari-hari, kebutuhan atas penggunaan angkutan umum dipengaruhi lokasi tempat tinggal dan profesi komuter. Warga Jabodetabek memiliki definisi sendiri mengenai angkutan umum yang baik terkait lokasi yang dipengaruhi oleh profesi komuter. Mereka menganggap angkutan umum yang baik adalah yang memiliki daya tampung yang sesuai, melaju cepat, dan nyaman. Hal ini disebabkan mayoritas profesi komuter Jabodetabek sebagai pengguna angkutan umum adalah mayoritas pegawai swasta yang membutuhkan fasilitas yang mewadahi kebutuhan fisik, seperti AC, tempat duduk yang laik dan memadai, sampai fasilitas alternatif pembayaran sebagai pendukung kelancaran dan kecepatan. Berbeda dengan Jaodetabek, Bandung yang mayoritas pengguna angkutan umum adalah pelajar dan mahasiswa, menganggap angkutan umum yang baik adalah yang tertib dan memiliki tarif yang terjangkau dan juga memiliki fasilitas yang Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2015 | A 011
Kajian Angkutan Umum yang Baik di Indonesia
mendukung rendahnya tarif, seperti fasilitas keanggotaan. Di kota-kota besar lain di Indonesia, yang mayoritas komuternya berprofesi sebagai pegawai negeri, wira usaha, dan ibu rumah tangga menyebutkan bahwa angkutan umum yang baik adalah yang aman dan nyaman serta memiliki jangkauan rute yang luas untuk pertimbangan bepergian jarak jauh, dengan harapan fasilitas yang mencukupi kebutuhan keruangan, seperti toilet, parkir, dan sarana integrasi dengan pusat perbelanjaan. Dari penjelasan tersebut, penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi pe-rancang kota terkait perencanaan sistem transportasi untuk mempertimbangkan profesi komuter di tiap lokasi yang berbeda sebagai wujud pelayanan yang mengakomodasi kebu-tuhan masyarakat. Daftar Pustaka Creswell, J. (2008). Research Design: Qualitative,
Quantitative, and Mixed Methods Approaches. California: Sage Publications, Inc. Groat, I., & Wang, D. (2002). Architectural Research Methods. New York: Wiley & Sons, Inc. Jotin, K. C., & Kent, L. B. (2005). Dasar-dasar Rekayasa Transportasi (Jilid 1). Jakarta: Erlangga. Suara Pembaruan. (2010, September 23). Paguyuban Keluarga Besar Pulukadang Jabodetabek. Retrieved September 23, 2010, from http://paguyubanpulukadang.forumotion.net/t161554-juta-komuter-serbu-dki-jakarta-setiap-hari Tamin, O. Z. (1999). Konsep Manajemen Kebutuhan Transportasi (MKT) sebagai Alternatif Pemecahan Masalah Transportasi Perkotaan di DKI Jakarta. Jurnal PWK, 2.
A 012 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2015