IDENTIFIKASI LOKASI DAN FUNGSI HALTE SEBAGAI TEMPAT HENTI ANGKUTAN UMUM BERDASARKAN TATA GUNA LAHAN DI KOTA BOGOR (Studi Kasus Halte Trans Pakuan Koridor II Cidangiang – Ciawi - Harjasari) Rossaria Indah, Gde Ngurah Purnama Jaya*), Budi Arief**) Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik, Universitas Pakuan e-mail:
[email protected] Transportasi merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dan strategis dalam menunjang pembangunan di segala bidang. Sistem kegiatan penggunaan lahan (land use) merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam perencanaan transportasi. Dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk di Kota Bogor, menyebakan timbulnya masalah transportasi. Permasalahan transportasi yang mendasar adalah adanya permintaan lalu lintas yang melebihi penyediaan ruang jalan pada kawasan tertentu serta penggunaan lahan dan ruang jalan yang tidak optimal. Salah satu langkah yang dilakukan oleh pemerintah adalah dengan dioperasikannya moda angkutan publik yaitu Trans Pakuan.Untuk pengoperasin Bus Trans Pakuan diperlukan adanya fasilitas penunjang, salah satunya adalah halte.Lokasi penelitian dilakukan pada halte disepanjang koridor II Cidangiang – Ciawi – Harjasari dengan panjang jalan 10.2 Km (Evaluasi kinerja Angkutan Umum di Kota Bogor Tahun 2012. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis penggunaan lahan, sebaran lokasi eksisting dan lokasi hate pada segmen jalan di koridor II Bus Trans Pakuan.Dilakukan dengan menggunakan metode analisis kuantitatif dengan melihat penentuan sampel penumpang mengunakan metode statik slovin dengan jumlah sampel 399 sampel penumpang dan metode analisis kuatitatif dengan mengidentifikasi hubungan transportasi dengan penggunaan lahan serta mengidentifikasi naik dan turun penumpang, lokasi bangkitan yang mempunyai tingkat permintaan yang relatif tinggi dengan melihat jumlah naik dan turun penumpang. Berdasarkan hasil indentifikasi yang dilakukan jenis penggunaan lahan seperti pemukiman serta perdagangan dan jasa yang lebih mendominasi, pada segmen JPO Baranangsiang menempati rangking teratas dalam permintaan jumlah naik dan turun penumpang karena dilokasi tersebut terdapat terminal Baranang siang dan halte utama Trans Pakuan yaitu halte Cidangiang. Kata Kunci : Transportasi, Halte, Penggunaan Lahan. PENDAHULUAN Latar Belakang Kota Bogor sebagai bagian dari wilayah Provinsi Jawa Barat tidak dapat lepas dari interaksi dengan Kabupaten/Kota di sekitarnya. Serta salah satu kota yang sedang berkembang di Provinsi Jawa Barat yang memiliki luas wilayah keseluruhan 11.850 ha dengan jumlah penduduk Kota Bogor 905.132 jiwa (Kota Bogor dalam angka, 2007). Terdiri atas 6 kecamatan dan 68 kelurahan, setiap kecamatannya memiliki tingkat perkembangan yang berbeda, mengalami pertumbuhan penduduk yang tinggi akibat laju pertumbuhan ekonomi yang pesat. Dengan demikian menyebabkan kebutuhan penduduk untuk melakukan pergerakan semakin meningkat. Moda angkutan khususnya angkutan umum memegang peranan penting dalam sistem transportasi di Kota Bogor. Seiring dengan *)
pertumbuhan ekonomi tersebut, semakin memacu perkembangan pusat-pusat perekonomian baru baik pusat perdagangan, perkantoran, pemukiman dan lain-lain. Hal ini mengakibatkan meningkatnya kebutuhan sarana dan prasarana yang menunjang penduduk untuk mencapai tempat tujuannya. Untuk mendukung penyediaan angkutan umum perkotaan sesuai dengan keinginan masyarakat yakni efesien, aman, nyaman dan terjangkau oleh daya beli masyarakat, maka Pemerintah Kota Bogor telah menyediakan moda transportasi Bus Rapid Transit (BRT).Dengan pengoperasian BRT diharapkan dapat meningkatkan daya tarik masyarakat untuk menggunakan angkutan umum sehingga dapat menekan penggunaan kendaraan pribadi, sehingga dapat mengurangi tingkat kemacetan di Kota Bogor.Dalam pengoperasian BRT tentunya ditunjang dan didukung dengan adanya rute perjalanan. Rute perjalanan ini
Pembimbing 1 (Dosen Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Univ. Pakuan) Pembimbing 2 (Dosen Fakultas Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Univ. Pakuan)
**)
Identifikasi Lokasi dan Fungsi Halte (Rossaria Indah)
diharapkan mampu memenuhi tujuan, yaitu melayani kebutuhan masyarakat terhadap angkutan umum penumpang yang memiliki kelebihan dalam hal pelayanan dan fasilitas fisik yang memadai. Pengoperasaian Sistem Angkutan Umum Massal (SAUM) yang salah satunya dikenal dengan istilah Bus Rapid Transit (BRT) Di Kota – Kota besar Di Indonesia sudah diterapkan di berbagai daerah termasuk diKota Bogor. Pada penyelenggaraannya harus memperhatikan : a.
Potensi permintaan akan jasa angkutan umum;
b.
Kondisi dan unjuk kerja lalu lintas;
c.
Kesiapan prasarana dan kelengkapan jalan;
d.
Fasilitas terminal dan atau tempat pemberhentian (halte) yang ditetapkan untuk menaikkan dan menurunkan penumpang. (Perwali SAUM Kota Bogor No 17 tahun 2012, Tentang penyelenggaraansistem angkutan umum massal (SAUM) di Kota Bogor. Pemerintah Kota Bogor dengan dinas terkait berupaya mengatasi masalah transportasi tersebut dengan dijalankannya sarana angkutan Trans Pakuan sebagai sarana angkutan kota yang menjangkau semua kalangan masyarakat. Konsep angkutan Trans Pakuan ini mengikuti dari angkutan yang ada di Jakarta yaitu Trans Jakarta, yaitu hanya berhenti di halte-halte saja.Yang membedakan hanyalah bus ini tidak menggunakan jalur khusus dan menggunakan Bus jenis sedang dengan memberikan kelebihan seperti keamanan dan kenyamanan bagi penggunanya.tetapi secara klasifikasi angkutan Trans Pakuan memiliki perbedaan misalnya saja jalur angkutan menyatu atau (mix traffic) dengan jalur yang dilalui kendaraan lainnya, ukuran bus-nya tidak sebesar bus Trans Jakarta sehingga kapasitas penumpangnya lebih sedikit, haltenya masih bersifat terbuka (tidak dijaga petugas dan pengelolanya) dan perbedaanperbedaan yang spesifik lainnya. Bus ini juga diharapkan akan mengurangi jumlah angkot dan solusi kemacetan di Kota Bogor. Jalur Trans Pakuan Bogor untuk kondisi sekarang mempunyai III koridor yaitu, Koridor I dari titik Terminal Cidangiang (Baranang Siang) yang ada di Jalan Cidangiang sampai dengan Terminal Bubulak yang melewati rute Terminal Cidangiang (Baranang Siang) - Jl. Pajajaran - Jl. Soleh Iskandar - Jl. KH. R. Abdulrahman Bin Nuh - Terminal Bubulak Koridor II yaitu Terminal Cidangiang (Baranang Siang) - Jl. Pajajaran - Jl. Raya Tajur – Ciawi-Harjasari. Serta telah dibukanya
Identifikasi Lokasi dan Fungsi Halte (Rossaria Indah)
Koridor III yaitu Terminal Cidangiang (Baranang Siang) - Bellanova. Untuk pengoperasin BRT diperlukan adanya fasilitas penunjang, salah satunya adalah halte.Halte adalah tempat perhentian kendaraan penumpang umum yang berfungsi untuk menurunkan dan menaikan penumpang yang dilengkapi dengan bangunan (Departemen Perhubungan Darat, 1996).Keberadaan lokasi halte yang strategis diperlukan untuk menunjang penyelenggaraan Bus Rapid Transit Di Kota Bogor, agar dapat berjalan dengan efektif dan efesien bagi pengguna jasa transportasi di Kota Bogor. Menurut teori lokasi, fasilitas harus berlokasi pada tempat-tempat yang memiliki kemudahan untuk dicapai. Terkait dengan halte, halte harus ditempatkan pada tempat-tempat yang memiliki kemudahan untuk dicapai, yaitu pada lokasi pertemuan dengan kendaraan lain (persimpangan) untuk mengurangi jarak berjalan kaki penumpang yang akan beralih moda dan pada lokasi dimana penumpang yang menunggu angkutan umum harus terlindung dari gangguan lalu lintas (Vuchic,1981). Penentuan lokasi dan jumlah halte memiliki peran yang penting dalam pengguanan moda BRT. Pembangunan halte yang tidak baik akan mengakibatkan bertambahnya permasalahan transportasi. Untuk itu penempatan halte juga harus disesuaikan dengan penggunaan lahan disekitar penempatan lokasi halte. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut 1. Menganalisis penggunaanlahan di sekitar halte padajalurkoridor II Bus Trans PakuanyaituCidangiang – Ciawi - Harjasari. 2. Menganalisis sebaranlokasiexsistinghalte Bus Trans Pakuan di Koridor II. 3. Menganalisis lokasihalte Trans Pakuan pada segmen jalan, yang dapatberfungsi optimal bagi BRT Trans Pakuanberdasarkanjumlahnaikdanturunpen umpang, serta persepsi masyarakat di sekitar lokasi halte Koridor II Trans Pakuan. LANDASAN TEORI Kedudukan dan Fungsi Kota Bogor Secara Regional Kota Bogor berada dalam wilayah administratif Provinsi Jawa Barat dan secara regional mempunyai keterkaitan yang sangat erat dengan Provinsi DKI Jakartakhususnyadalamlingkup Kawasan Jabodeta bekpunjur. Keterkaitan ini terlihat pada
pola aktiftas pergerakan penduduk antara Kota Bogor dan kota-kota lainnya dalam lingkup Jabodeta bekpunjur.Hal ini membentuk sistem dan struktur pelayanan kegiatan yang memerlukan penanganan dalam hal pembagian perandan fungsi masing-masing kotadiwilayah tersebut. Peran dan fungsi Kota Bogor dipengaruhi oleh potensi dan kemampuan tumbuh dan berkembangnya.
Gambar 1 Kedudukan Kota Bogor dalam Lingkup Regional(Rencana Tata Ruang Wilayah(RTRW) Kota Bogor 2011-2031)
Kebijakan Transportasi Kota Bogor Pemerintah Kota Bogor telah menyusun pola tata ruang dalam rangka mendukung pengembangan dan arahan sistem transportasi di Kota Bogor, Rencana pola ruang tersebut mulai di berlakukan pada tahun 1999-2009 dengan beberapa arahan meliputi : a. Meningkatkan dan mengenbangkan jaringan jalan guna memberikan aksesbilitas dengan cara membuat jalan alternatif untuk mengurangi jarak tempuh dari daerah satu ke daerah yang lain serta mengatasi masalah kemacetan yang terjadi, merealisasikan rencana pembangunan jalan lingkar dan dalam lingkar selatan untuk mengurangi beban transportasi di pusat Kota, membangun jalan tembus sebagai salah satu alternatif pemecahan masalah kemacetan lalu lintas. b. Meningkatkan dan mengembangkan serta mempertegas fungsi jaringan jalan dan pengaturan lalu lintas yang optimal dan efisien, menyediakan dan meningkatkan sistem transportasi penumpang lokal maupun regional secara terpadu, merealisasikan pemindahan terminal Baranangsiang dan penambahan terminal regional serta sub terminal yang diarahkan ke pinggiran Kota c. Mengembangkan pola sirkulasi angkutan penumpang lokal dan angkutan regional
Identifikasi Lokasi dan Fungsi Halte (Rossaria Indah)
melalui penyediaan sub terminal untul mengurangi intensitas pergerakan di pusat Kota dan pemerataan pelayanan angkutan penumpang umum. Pengertian Perencanaan Transportasi Perencanaan transportasi merupaka bagian yang tidak terpisahkan dari perencanaan kota. Rencana kota tanpa mempertimbangkan keadaan dan pola perangkutan yang akan terjadi sebagai akibat rencana itu sendiri, yang aakan membawa akibat berantai cukup panjang dengan meningkatnya jumlah kecelakaan, pelanggaran lalu lintas, menurunnya sopan santun lalu lintas dan lain-lain (Perencanaan Transportasi Ir. G.N. Purnama Jaya . MT. 2006) Dalam kaitan antara perencanaan transportasi dan perencanaan kota, maka menetapkan suatu bagian kawasan kota menjadi tempat kegitan tertentu, bukanlah sekedar memilih lokasi. Pada akhirnya, dalam perencanaan tata guna lahan untuk perkotaan harus pula diperhitungkan lalu lintas bakal terjadi akibat penetapan lokasi itu sendiri, lalu lintas dalam kawasan itu sendiri serta lalu lintas antara kawasan itu dengan kawansan lain yang sudah ada terlebih dahulu. Perencaan transportasi itu sendiri dapat di definisikan sebagai suatu proses yang tujuannya mengembangkan sistem angkutan yang memungkinkan manusiabergerak atau berpindah tempat dengan aman dan murah. Selain itu masih ada unsur cepat, jadi selain aman dan murah, transportasi juga harus cepat.Bangkan untuk memindahkan manusia, sistem transportasi harus juga nyaman. Halte Pengertian Halte Pada sepanjang rute angkutan umum diperlukan pemberhentian angkutan umum atau halte, yang berfungsi sebagai tempat naik dan turunnya penumpang atau menunggu angkutan umum . Selain itu keberadaan halte dapat meminimalkan gangguan dan kelancaran lalu lintas. Keberadaan halte sangat penting dalam pengaturan sistem operasi dan layanan angkutan umum, yaitu memberi kepastian bagi pengemudi angkutan umum dalam mencari tempat calon penumpang dan bagi penumpang merupakan tempat menunggu serta mencari jurusan angkutan yang sesuai dengan tujuannya. Untuk itu halte perlu dilengkapi sarana dan prasarana yang memadai, serta lokasi yang sesuai dengan tata ruang lingkungan. Pengaturan halte angkutan umum perlu disesuaikan dengan kebutuhan, oleh karena itu perlu diperhatikan ketentuan mengenai :
a. b. c. d.
Jenis halte Jarak antar halte Kriteria penetuan lokasi halte Kriteria fasilitas halte
Kriteria Penentuan Lokasi Halte Dalam penentuan lokasi halte terdapat beberapa kriteria diantaranya, sebagai berikut : a. Penentuan lokasi didasarkan Pada Perencanaan Kota dan Persyaratan Penentuan lokasi haltedilakukan dengan memperhatikan rencana kebutuhan lokasi simpul jaringan aktivitas penumpang dan jalur kendaraan umum, serta perlu diperhatikan pula: a) Rencana umum tata ruang b) Kepadatan lalu lintas dan kapasitas jalan disekitar halte c) Keterpaduan antar moda transportasi d) Kondisi geografi lokasi halte e) Kelestarian lingkungan Selain itu sebaran lokasi halte harus memperhatikan berbagai aspek yang berkaitan dengan tuntutan umum (Suwardjoko P. Warpani, 2002) yaitu : a) Pusat keramaian yang ada, misalnya pasar, pertokoan, obyek wisata dan lain-lain b) Pusat kegiatan, misalnya kantor, sekolahan dan lain-lain c) Kemudahan perpindahan moda, misalnya persimpangan jalan Persyaratan penentuan lokasi halte secara umum (Iskandar Abubakar dan kawan-kawan , 1995) adalah sebagai berikut : a) Terletak pada jalur pejalan kaki/ trotoar (footway) b) Dekat dengan pusat kegiatan yang membangkitkan pemakai angkutan umum c) Tidak tersembunyi, aman terhadap gangguan kriminal d) Harus ada pengatur arus kendaraan, pemakai halte dan pejalan kaki, sehingga aman terhadap kecelakaan lalu lintas e) Tidak menggangu kelancaran lalu lintas Selain persyaratan secara umum tersebut di atas, dapat dipergunakan pedoman praktis untuk penetuan lokasi halte : a) Jarak maksimal terhadap fasilitas penyebrangan pejalan kaki adalah 50 meter. b) Sebaiknya disediakan halte c) Jarak minimal haltedari pertemuan jalan adalah 50 meter atau disesuaikan dengan panjang antrian. d) Jarak minimal halte dari gedung yang memerlukan ketenangan adalah 100 meter.
Identifikasi Lokasi dan Fungsi Halte (Rossaria Indah)
Melihat persyaratan umum dan pedoman praktis penetuan lokasi halte angkutan umum, maka perlu diperhatikan kondisi lapangan : a) Ada tidaknya trotoar. b) Tersedianya lahan untuk membuat halte c) Tingkat pelayanan jalan. d) Kecukupan lebar jalan. e) Tingkat permintaan penumpang yang menentukan perlu tidaknya lindungan. b.
Penentuan lokasi didasarkan Pada Layanan Persimpangan Prinsip utama persimpangan didasarkan pada volume kendaraan dan geometrik jalan yang merupakan data primer maupun sekunder. Pada analisa simpang, kapasitas simpang dapat diindikasikan dengan mengukur perbandingan v/c atau derajat jenuh pada setiap fase untuk simpangan bersinyal dan setiap lengan untuk simpangan tak bersinyal. Jika derajat jenuh mendekati atau lebih dari 1 (satu) menunjukan simpang jenuh yang mengakibatkan ketidak lancaran arus lalu lintas pada simpangan tersebut. Kualitas simpang juga diukur dari panjang antrian dan tundaan untuk masingmasing lajur. c. Penentuan lokasi Didasarkan Pada Asal dan Tujuan Penumpang Untuk memperoleh lokasi halte yang sesuai dengan asal dan tujuan penumpang, perlu diketahui jumlah penumpang dari asal dan tujuannya serta kebiasaan lokasi menunggu. Asal penumpang berikut jumlahnya akan menuju kelokasi tunggu pada ruas jalan yang merupakan lintasan rute kendaraan umum dan mudah dicapai untuk pergantian moda. Tujuan penumpang berpergian sangat bergantung pada kepentingan berpergian, sehingga ketepatan waktukeberangkatan mendorong calon penumpang memilih lokasi yang mudah dicapai. Jumlah, asal, tujuan penumpang dan lintasan rute kendaraan umum dapat menjadi landasan untuk memperoleh alternatif lokasi halte yang mudah dicapai, aman dan sesuai dengan kebugtuhan penumpang maupun kendaraan umum sendiri. Jarak Antar Halte Jarak antar halte (pemberhentian) merupakan jarak antara satu halte dengan halte berikutnya atau sebelumnya yang harus diperhitungkan (Departemen Perhubungan 1996) : a. Tidak terlalu jauh dan masih memungkinkan dijangkau seorang pejalan kaki dengan membaawa barang bawaan.
b. Tidak terlalu dekat, dalam artian tidak menyulitkan pengoperasian kendaraan angkutan umum oleh pengemudi. c. Kapasitas tempat henti dan adanya permintaan yang didasarkan pada kebutuhan. d. Tingkat ekonomis untuk pengoperasian kendaraan penumpang umum. Dengan memperhatikan aspek kondisi tata guna lahan, berikut ini penentuan jarak antara halte, dapat dilihat pada Tabel. 1 Tabel.1 Penentuan Jarak Antar Halte Zona
Tata Guna Lahan
Lokasi
Jarak Tempat Henti
Pasar kegiaatan sanagat padat : CBD, Kota 200-300* Pasar, pertokoan Padat : 2 perkantoran, Kota 300-400 sekolah, jasa 3 Permukiman Kota 300-400 Campuran padat : 4 Pinggiran 300-500 sekolah, jasa Campuran jarang : perumahan, 5 Pinggiran 500-1000 ladang, sawah, tanah kosong Keterangan : *)= jarak 200m dipakai bila sangat diperlukan saja, sedangkan jarak umumnya 300 m. (Sumber : Departemen Perhubungan 1996) 1
Hubungan Sistem Transportasi dengan Tata Guna Lahan Menurut Merliana (2006), bahwa transportasi dapat dipandang sebagai konsekuensi dari kenyataan bahwa berbagai jenis tata guna lahan di dalam kota terbagi-bagi menurut ruang. Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan suatu kota adalah tata guna lahan. Perencanaan transportasi untuk masa yang akan datang selalu dimulai dari perubahan dan perkembangan tata guna lahan. Hal ini semakin memperkuat asumsi dasar perencanaan transportasi, yaitu bahwa kebutuhan akan transportasi berhubungan langsung dengan penyebaran dan intensitas petak (tata) guna lahan yang berlainan didalam sebuah kota. Pembagian Segmen Halte Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia MKJI 1997, segmen didefinisikan sebagai suatu panjang yang mempunyai karakteristik yang serupa pada seluruh panjangnya. Titik dimana karakteristik jalan berubah secara bearti menjadi batas segmen. Setiap segmen dianalisa secara terpisah dan tidak dipengaruhi oleh simpang bersinyal atau simpang tak bersinyal utama dan
Identifikasi Lokasi dan Fungsi Halte (Rossaria Indah)
mempunyai karakteristik yang hampir sama sepanjang jalan. Untuk memudahkan dalam mengidentifikasi penggunaan lahan pada jalur koridor II Bus Trans Pakuan, Jalan Cidangiang sampai Harjasari dibagi menjadi 4 ruas Jalan yaitu, Jalan Pajajaran, Jalan Tajur – Unitex, Unitex – Jalan Raya Sukabumi (Ciawi), Jalan Raya Sukabumi (Ciawi) – Harjasari, dibagi dalam 20 segmen dengan jarak masing-masing segmen yaitu 500 meter, berdasarkan penentuan jarak antara halte, tata guna lahan pada lokasi studi merupakan campuran padat yang berisi perumahan, sekolah dan jasa. HASIL & PEMBAHASAN Dominasi jenis pemanfaatan lahan tersebar pada jalur Koridor II Trans Pakuan adalah pemukiman.Sebaran pemukiman telah meningkatkan perjalanan penduduk untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.Lalu lintas dipengaruhi oleh adanya tata guna lahan.Suatu perjalanan disebabkan karena perbedaan tata guna lahan dan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya setiap individu bergerak dari tata guna lahan tertentu ke tata guna lainnya.Hal ini membuat adanya hubungan yang erat antara tata guna lahan dan transportasi. Identifikasi Penggunaan Lahan Pada Jalur Koridor II Cidangiang (Baranang Siang) – Ciawi – Harjasari Jalan Pajajaran Menurut fungsinya Jalan Pajajaran merupakan jalan arteri primer yang memasuki kota dengan aktivitas lebih kepada kegiatan sekunder. Dari fungsinya, Jalan Pajajaran kini memiliki tingkat pelayanan yang lebih kepada tata guna lahannya, seperti tertuang dalam Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Bogor, pada rencana pengembangan jalan Wilayah Pengembangan (WP) A, yang menetapkan rencana penggunaan lahan pada sepanjang Jalan Pajajaran sebagai kawasan perdagangan/jasa, perkantoran serta pendidikan. Pada kenyataannya, di sepanjang Jalan Pajajaran lebih banyak tumbuh kegiatan yang sifatnya lokal sehingga fungsi pelayanannya ramai serta arusnya lalu lintasnya sibuk. Karena itulah, Jalan Pajajaran ditetapkan menjadi jalan perkotaan dengan fungsi sekunder karena telah memasuki kawasan perkotaan dengan kegiatan lebih banyak yang bersifat lokal. Pada sekitar Jalan Pajajaran didominasi oleh pemukiman masyarakat, perumahan, serta perdagangan dan jasa. Adanya perumahan serta pemukiman menimbulkan jumlah demand
(penumpang) yang lebih banyak, sehingga kebutuhan akan halte pun meningkat. Dalam penelitian dibagi dalam 5 segmen jalan dan 13 halte terdiri dari 8 halte besar dan 5 halte kecil.Penempatan halte pada Jalan Pajajaran, terutama halte depan Ada Swalayan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Kesesuaian ini terkait dengan penggunaan lahan sekitar terdapat fasilitas yang menjadi tujuan penumpang, seperti fasilitas pendidikan Sekolah MAN 2, terminal Barangsiang, tempat perbelanjaan Ada Swalayan, Giant dan rukoruko, termasuk perkantoran dan restoran. Kegiatan perdagangan dan jasa di sepanjang Jalan Pajajaran ini berkembang cukup pesat, hal ini dapat terlihat dari semakin banyak ruko-ruko dan perkantoran yang dibangun disepanjang jalan ini. Tidak jauh dari halte tersebut juga terdapat pemukiman dan tempat penginapan.
Penggunaan lahan pada tiap ruas di Jalan Tajur turut mempengaruhi kondisi lalu lintas di jalan Tajur. Penempatan halte yang berada di sepanjang jalan ini sudah sesuai penempatannya dengan kebutuhan penumpang, kesesuaian ini terkait dengan penggunaan lahan sekitar terdapat fasilitas yang menjadi tuuan mereka, seperti fasilitas perdagangan dan jasa, perkantoran, dan pemukiman, adanya pabrik pada jalan ini juga menimbulkan bangkitan lalu lintas menjadi besar.
Gambar 2. Peta Penggunaan Lahan Jl. Pajajaran
Gambar3. Peta Penggunaan Lahan Jl. Raya Tajur Unitex
Jalan Raya Tajur Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bogor 2011-2031, yang tertuang dalam Rencana Struktur Ruang, Jalan Raya Tajur merupakan Jalan Arteri Primer yang menghubungkan Jalan Pajajarandengan Jalan Raya Sukabumi. Dalam penelitian untuk memudahkan memberikan penjelasan, Jalan Tajur di bagi 2 yaitu Jalam Tajur sampai Unitex 1 dan Unitex 2 sampai Jalan Raya Ciawi (depan pasar Ciawi). Di sekitar jalan ini didominasi oleh penggunaan lahan pemukiman, perdanganan dan jasa, industri, pendidikan. Dalam penelitian ini Jalan Raya Tajur dibagi dalam 10 segmen jalan dengan jarak 500 meter/ segmen. Hal ini sudah dengan penetuan jarak halte pada pedoman teknis perekayasaan tempat perhentian kendaraan penumpang angkutan umum Departemen Perhubungan. Terdapat 23 halte eksisting, terdiri dari 8 halte besar dan 15 halte kecil.
Identifikasi Lokasi dan Fungsi Halte (Rossaria Indah)
Gambar 4. Peta Penggunaan Lahan Jl. Raya Tajur – Unitex - Ciawi
Jalan Raya Ciawi - Sukabumi Dalan rencana struktur ruang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bogor, Jalan Raya Sukabumi masuk kedalam jenis jalan arteri primer.Penempatan 2 halte besar dan 6 halte kecil dengan penggunaan lahan yang didominasi oleh perdagangan dan jasa, pemukiman serta industri, sudah sesuai dengan kebutuhan masyarakat, menimbulkan pengaruh bangkitan lalu lintas yang besar. Akan tetapi penempatan halte belum efektif penggunaannyam menjadikan banyak halte yang tidak terpakai. Padatnya aktifitas jalan mengakibatkan adanya tarikan bangkitan perjalanan.Pada jalan tersebut dibagi dalam 4 Segmen dengan 8 halte eksisting terdiri dari 2 halte besar dan 6 halte kecil.
Gambar 5. Peta Penggunaan Lahan Jl.Raya Tajur (UnitexCiawi)
Identifikasi Kondisi Eksisting Halte Trans Pakuan di Koridor II Secara Visual, pengamatan lapangan terdapat 45 Halte Trans Pakuan yang terdiri dari 21 Halte besar dan 24 Halte kecil (berbentuk undakan) dibangunnya halte ini berdasarkan banyaknya demand (penumpang) disekitar lokasi halte, untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam berlalu lintas agar berenti di tempatnya, juga untuk menyesuaikan tinggi Bus Trans Pakuan, agar memudahkan penumpang naik. Pada koridor II Bus Trans Pakuan jalur Jalan Cidangiang – Harjasari terdapat 24 halte yang dibagi dalam 11 halte Besar dan 13 halte kecil. Sedangkan untuk jalur Jalan Harjasari – Cidangiang terdapat 21 halte yang dibagi dalam 10 halte besar dan 11 halte kecil.
Gambar 6. Peta Sebaran Lokasi Halte Eksisting Trans Pakuan Koridor II
Identifikasi Lokasi Halte di Koridor II Berdasarkan Jumlah Naik dan Turun Penumpang serta Persepsi Masyarakat. Identifikasi Berdasarkan Jumlah Naik dan Turun Penumpang Setiap kegiatan transportasi atau pergerakan memiliki keterkaitan atau interaksi dengan penggunaan lahan, interaksi kedua sektor ini
Identifikasi Lokasi dan Fungsi Halte (Rossaria Indah)
saling berkaitan dan dipengaruhi oleh bebrapa aspek kepentingan yang terkandung didalamnya. Salah satu jenis penggunaan lahan yang memiliki pengaruh cukup besar terhadap pergerakan lalu lintas adalah perdagangan. Fasilitas perdagangan dan jasa yang terwujud dalam bentuk pasar dan pertokoan merupakan salah satu jenis penggunaan lahan yang menarik maupun membangkitkan perjalanan dalam jumlah signifikan. Jenis penggunaan lahan lain yang mampu meningkatkan bangkitan dan tarikan perjalanan adalah pemukiman dan keberadaan fasilitas pendidikan serta perkantoran. Atas dasar ini, maka kondisi fisik ruang akan menjadi salah satu pertimbangan dalam penentuan lokasi halte. Jumlah naik dan turun penumpang di suatu lokasi berdampak pada jumlah kebutuhan penumpang akan ketersediaan halte dilokasi tersebut. Lokasi permintaan halte merupakan sumber bangkitan dan tarikan pergerakan, dari hasil identifikasi terhadap setiap segmen, terdapat 5 lokasi segmen yang mempunyai tingkat permintaan yang relarif tinggi, yaitu pada segmen JPO Baranangsiang, Segmen Depan Pasar Ciawi – Pom Bensin Jalan Raya Sukabumi, Segmen Pintu Gerbang Ciawi – Depan Pasar Ciawi, Segmen Ekalokasari – Tajur Tas, Segmen Unitex – Pom Bensin Tajur. Persepsi Masyarakat Terhadap Halte Trans Pakuan Koridor II Persepsi masyarakat di peroleh dari penyebaran kuestioner sebanyak 399 kuestioner, berdasarkan perhitungan pada jumlah sampel penumpang (dapat dilihat pada 3.4.1) .Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil kuestioner diperoleh beberapa jawaban yang berkaitan dengan persepsi penumpang mengenai halte bus Trans Pakuan.Data ini diambil untuk mengetahui sejauh mana masyarakat mengetahui tentang keberadaan sarana bus Trans Pakuan dalam hal ini tentang kondisi halte yang ada di koridor II Bus Trans Pakuan. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dalam penelitian yang dilakukan pada penggunaan lahan disekitar halte Trans Pakuan koridor II di Kota Bogor diperoleh beberapa kesimpulan yaitu : 1. Penelitian dilakukan pada koridor II Bus Trans Pakuan, dengan rute Cidangiang – Ciawi – Harjasari. Dalam penelitian ini jalan dibagi menjadi 4 ruas Jalan yaitu, Jalan Pajajaran, Jalan Tajur – Unitex, Unitex –
Jalan Raya Sukabumi (Ciawi), Jalan Raya Sukabumi (Ciawi) – Harjasari. Unuk mengetahui jumlah naik dan turun penumpang jalan dibagi menjadi 20 segmen dengan jarak masing-masing segmen yaitu 500 meter, berdasarkan penentuan jarak antara halte, tata guna lahan pada lokasi studi merupakan campuran padat yang berisi perumahan, sekolah dan jasa. Pada jalan Pajajaran oleh pemukiman, perumahan serta perdagangan dan jasa sehingga kebutuhan akan halte pun meningkat. Jalan Raya Tajur didominasi oleh penggunaan lahan pemukiman, perdagangan dan jasa. Jalan Raya Ciawi – Sukabumi penggunaan lahan didominasi oleh perdagangan jasa, pemukiman serta industri. 2. Disepanjang jalur Koridor II Bus Trans Pakuan terdapat 45 halte, pada arah Cidangiang – Ciawi – Harjasari terdapat 24 Halte yang terdiri dari 11 halte besar dan 13 halte kecil, sedangkan dari arah sebaliknya pada arah Harjasari – Ciawi – Cidangiang terdapat 21 halte eksisting terdiri dari 10 halte besar dan 11 halte kecil. Pada Jalan Pajajaran terdapat 5 segmen dan 13 halte tediri dari 8 halte besar dan 5 halte kecil, pada Jalan Raya Tajur dibagi dalam 10 segmen, terdiri dari 23 halte yaitu 8 halte besar dan 15 halte kecil. Pada Jalan Raya Sukabumi terdapat 4 segmen dengan penempatan halte sebanyak 8 halte yaitu 2 halte besar dan 6 halte kecil. 3. Pada jumlah naik dan turun penumpang Segmen JPO Baranangsiang menempati rangking teratas dalam jumlah naik dan turun penumpang, hal ini disebabkan karena pada segmen ini berdekatan dengan pusat pelayanan angkutan umum diantaranya terminal Baranangsiang dan Halte Cidangian Trans Pakuan, sehingga jumlah demand (penumpang) naik dan turun tinggi di segmen ini. Pada segmen ini terdapat 2 halte eksisting berupa 1 halte besar Cidangiang dan 1 halte kecil di depan JPO Baranangsiang. Sedangkan segmen Gg. Karya – Pabrik Halim Ganesa menempati peringkat terendah dalam jumlah naik dan turun penumpang, hal ini di sebabkan karena pada lokasi tersebut penggunaan lahan merupakan kawasan industri yang tidak berpotensi menghasilkan jumlah demand (penumpang) yang tinggi. sedangkan rangking terendah ditempati oleh segmen Gg. Karya – Pabrik Halim Ganesa dikarenakan pada segmen ini jaraknya
Identifikasi Lokasi dan Fungsi Halte (Rossaria Indah)
berdekatan dengan halte Harjasari, sehingga penumpang lebih memilih untuk naik dan turun di halte tersebut. Persepsi masyarakat di peroleh dari penyebaran kuestioner sebanyak 399 kuestioner, berdasarkan perhitungan pada jumlah sampel penumpang Saran 1. Untuk meningkatkan minat masyarakat memakai moda transportasi Trans Pakuan perlu adanya perbaikan dan peningkatan fasilitas halte pada segmen JPO Baranangsiang, Segmen Pintu Gerbang Ciawi - Depan Pasar Ciawi, Segmen Depan Pasar Ciawi - Pom Bensin, agar fungsi halte sebagai tempat naik dan turun penumpang serta tempat tunggu angkutan umum di koridor II Bus Trans Pakuan dapat dioptmalkan, dan dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat. 2. Penempatan halte untuk penambahan disesuaikan dengan kebutuhan dan kebutuhan masyarakat dengan melihat penggunaan lahan di sekitar halte dan tingkat naik dan turun penumpang pada segmen : a. Segmen Depan Hoka-Hoka Bento, melihat tidak adanya halte yang berada di segmen ini, maka sebaiknya perlu di letakkan satu halte di depan Gedung Grapari karena di sekitar lokasi tersebut terdapat Jalan Binamarga yang merupakan jalan masuk ke perumahan dan Universitas Pakuan. b. Segmen Ekalokasari - Tajur Tas, jumlah naik dan turun penumpang yang berada pada rangking 4, menunjukan jumlah permintaan penumpang akan halte tinggi, namun halte yang ada di segmen ini hanya satu untuk itu perlu penambahan satu halte di depan Mall Ekalokasari agar dapat menampung jumlah naik dan turun penumpang yang ada disegmen tersebut. c. Segmen Pintu Gerbang Ciawi - Depan Pasar Ciawi, bentuk halte yang berupa undakan atau podium kurang efektif untuk menampung penumpang di sekitar lokasi halte yang merupakan pintu masuk Kota Bogor. Untuk itu perlu dibangun halte yang lebih baik dengan fasilitas yang memadai, mengingat lokasi tersebut sangat stategis dan banyaknya permintaan akan halte dilokasi tersebut. d. Segmen Depan Pasar Ciawi - Pom Bensi, Pada segmen ini jumlah naik dan turun penumpang menduduki rangking ke 2, hal ini menunjukan tingginya jumlaj penumpang disegmen ini, maka
sebaiknya halte yang ada saat ini ditingkatkan menjadi halte besar, penempatan halte di segmen ini dinilai efektif untuk menampung jumlah naik dan turun penumpang. DAFTAR PUSTAKA Abubakar I (1995).Persyaratan Lokasi Halte.
Penentuan
[Bappeda] Badan Perencanaan Daerah Kota Bogor. (2011). Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bogor (RTRW) Tahun 2011-2031. [Bappeda] Badan Perencanaan Daerah Kota Bogor.(2011).Master Plan Transportasi Kota Bogor Tahun 2011. [Dep.
PU]Departemen Pekerjaan Umum. (1997). Manual Kapasitas Jalan Indonesia. Jakarta : Direktorat Jendral Penataan Ruang.
[Dep. Perhubungan] Departemen Perhubungan. (1996). Pedoman Teknis Perekayasaan Tempat Perhentian Kendaraan Penumpang Angkutan Umum. Jakarta
[DLLAJ] Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Kota Bogor. (2011).Evaluasi Kinerja Angkutan Umum Di Kota Bogor. Bogor Dwiputrawan Aggy. (2010). Identifikasi Dampak Angkutan Umum Terhadap Permasalahan Kemacetan Lalu Lintas Disekitar Pasar Gunung Batu Kota Bogor. (Tugas Akhir). Bogor : Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Pakuan.
Identifikasi Lokasi dan Fungsi Halte (Rossaria Indah)
Jaya
GN
Purnama. (2006). Perencanaan Transportasi. Bogor: Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Pakuan.
Peraturan Walikota Bogor No. 17 Tahun 2012. Tentang Penyelenggaraan Sistem Angkutan Umum Massal (SAUM) Di Kota Bogor. Sekretariat Daerah. Bogor. Peraturan Walikota Bogor No. 51 Tahun 2005. Tentang Pola Angkutan Umum Di Kota Bogor. Sekretariat Daerah. Bogor. Undang - Undang Republik Indonesia No. 22 Tahun 2009. Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Sekretariat Negara. Jakarta. Undang - Undang Republik Indonesia No. 26 Tahun 2007. Tentang Penataan Ruang. Sekretariat Negara. Jakarta. Undang - Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 1992. Tentang Angkutan Umum Sekretariat Negara. Jakarta. Warpani S. (1990). Merencanakan Sistem Perangkutan. Bandung : ITB. Wigenrad, (1989).Jarak Berjalan Penumpang. RIWAYAT PENULIS 1. Rossaria Indah, ST. Alumni S-1 (2013) Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Pakuan, Bogor. 2. Ir. Gde Ngurah Purnama Jaya, MT., Staf Dosen Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, FT-Unpak 3. Ir. Budi Arief, MT. Staf Dosen Program Studi Teknik Sipil, FT-Unpak