Seminar Nasional Ergonomi 2007, 26 Juli 2007
IDENTIFIKASI ASPEK ERGONOMI DALAM ANGKUTAN UMUM DALAM KOTA (ANGKOT) Kadek Heri Sanjaya dan Moh. Redho Kurnia Bidang Sarana Transportasi, Puslit Telimek-LIPI, Jalan Cisitu 21/154D, Bandung, Telp : 022-2503055 ext.1414, Fax : 022-2504773 e-mail :
[email protected] Abstrak Ergonomi dalam angkutan umum merupakan isu yang rumit karena melibatkan pengemudi, penumpang dan faktor perawatan. Kebutuhan masing-masing harus diperhatikan, karena kepentingan ketiganya seringkali bertentangan, sehingga identifikasi awal aspek-aspek ergonomi perlu dilakukan untuk memperoleh gambaran detail tentang kepentingan masing-masing pengguna. Seiring tantangan untuk menarik lebih banyak orang menggunakan angkutan umum, maka ergonomi penumpang harus lebih diperhatikan. Dalam kaitan usaha penerapan teknologi alternatif dalam perancangan mobil angkot, seperti mobil listrik ataupun hibrid, maka keterkaitan faktor ergonomi dengan teknologi yang diusung mobil angkot perlu ditelaah. Hal pertama yang perlu dilakukan sebelum melakukan penelitian lapangan maupun laboratorium adalah menentukan hal-hal apa saja yang akan diteliti agar diperoleh gambaran yang menyeluruh permasalahan yang dihadapi. Karena itu dilakukan penggalian literatur yang dibandingkan dengan pengalaman subyektif sebagai pengguna angkot sehingga diperoleh hipotesa-hipotesa. Studi didasarkan pada analisa aktifitas pengguna dan kebutuhan yang ditimbulkannya. Kajian ini akan menghasilkan faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam perancangan mobil angkot, yang akan melandasi penelitian ergonomi lebih lanjut, yang akan menjadi persyaratan perancangan mobil angkot. Lebih lanjut, hasil kajian ini akan menjadi titik awal penelitian ergonomi transportasi umum untuk menunjang riset rancang bangun sistem transportasi ramah lingkungan dan hemat energi berupa mobil listrik dan hibrid. Kata Kunci : Angkot, Ergonomi, Studi Aktifitas kota di Asia mencoba menghapus atau
1. PENDAHULUAN Angkot merupakan bus kecil yang
mengurangi angkot dengan alasan seperti
beroperasi pada rute tetap yang umumnya
bersaing secara tidak adil dengan bus jalur
dimiliki secara individual oleh operator
utama, tidak disiplin, berhubungan dengan
kecil
dalam
tindak kriminal, menggunakan kendaraan
menggunakan rute yang sama)[5]. Angkot
yang mengakibatkan polusi, mengakibatkan
lebih sering berhenti menurut permintaan
kemacetan, berhenti di tempat-tempat yang
ketimbang pada halte bus, sehingga sering
berbahaya, menunggu di lokasi yang macet,
dianggap mengganggu lalu lintas. Beberapa
dikendarai dengan ugal-ugalan dan lain-lain
(yang
bekerja
sama
Design Of The Work Environment
36
Seminar Nasional Ergonomi 2007, 26 Juli 2007
[5]. Namun angkot memenuhi kebutuhan di
meningkatkan daya tarik desain dengan
kota yang tidak dapat dilakukan oleh sistem
mengeksploitasi skema warna interior dan
transportasi lainnya, terutama di jalan-jalan
pencahayaan yang imajinatif [9].
sempit di sekitar komplek perumahan.
Awalnya angkot yang menggunakan
Angkot memiliki kelebihan dalam sifat
tempat duduk penumpang tipe berhadapan
responsif terhadap kebutuhan masyarakat
dirancang untuk menampung penumpang
untuk melengkapi angkutan utama. Secara
sebanyak-banyaknya dalam ruang yang
umum kota-kota dengan pendekatan liberal
sempit. Tetapi akhir-akhir ini, dari hasil
terhadap angkot dengan aturan yang lebih
pengamatan sekilas, mulai ada angkot yang
ditujukan pada keselamatan penumpang
menggunakan sound system besar yang
telah
mengorbankan
mampu
mempertahankan
tingkat
ruang
penumpang
alasan
untuk
di
penggunaan angkutan umum yang tinggi
belakang,
dengan
lebih
dengan lebih baik ketimbang kota-kota yang
menarik
penumpang,
melarang angkutan ini[5].
adanya perubahan. Segelintir angkot malah
memperlihatkan
yang
ada yang mulai memakai TV LCD dan
didesain dengan baik, yang memperhatikan
memainkan pencahayaan untuk menarik
pengguna yang bisa membujuk pengguna
penumpang. Hal di atas menunjukkan
kendaraan pribadi beralih[9]. Angkutan
bahwa kenyamanan dan hiburan mulai
umum memiliki pemakaian yang lebih
diperhatikan untuk menarik penumpang.
Hanya
angkutan
umum
Dalam
sering dan siklus operasi yang lebih panjang sehingga harus mampu bertahan lama
(ARN)
melalui
perlunya
desain
yang
memperhatikan
Agenda
bidang
Riset
transportasi
dipertimbangkan
Nasional disebutkan aspek
perawatan dan daya tahan, dan memastikan
kemanusiaan yang menyangkut kualitas
bahwa semua peralatan interior terbuat dari
layanan dan keadilan yang menyangkut
material yang awet dan kuat, panel-panelnya
kesetaraan aksesibilitas baik yang terkait
modular dan mudah diganti, sehingga
strata sosial, wilayah, jender, dan lain-lain,
menurunkan
seperti ibu-ibu hamil, para lanjut usia dan
biaya
produksi
dan
perawatan[9]. Angkutan umum memberi orang
kebebasan
untuk
penyandang cacat.
bergerak,
berkebalikan dengan konsep dasar mobil pribadi. Pada malam hari, lampu interior mobil
pribadi
biasanya
dimatikan,
2. METODE Makalah
ini
berusaha
menggali
sementara dalam angkutan umum justru
aspek-aspek ergonomi berupa hipotesa-
harus menyala. Ini memberi kesempatan
hipotesa yang akan ditindaklanjuti dengan
Design Of The Work Environment
37
Seminar Nasional Ergonomi 2007, 26 Juli 2007
riset untuk memperoleh gambaran secara
meningkatkan nilai-nilai tertentu seperti
menyeluruh ergonomi angkot, sebagai awal
keselamatan, mengurangi fatigue dan stress,
dari penelitian yang berkelanjutan tentang
meningkatkan kenyamanan, meningkatkan
transportasi umum di Puslit Telimek LIPI.
penerimaan
Analisis dilakukan dengan membandingkan
kepuasan kerja, dan meningkatkan kualitas
data-data sekunder dari studi literatur,
hidup. Pendekatan ergonomi merupakan
dengan
aplikasi sistematis dari informasi-informasi
diskusi
mengenai
pengalaman
pengguna,
meningkatkan
subyektif beberapa anggota tim penelitian
mengenai
menggunakan
karakteristik, tingkah laku, dan motivasi
angkot,
serta
observasi
terbatas pada beberapa angkot di Bandung.
kemampuan,
keterbatasan,
manusia untuk merancang benda-benda dan
Pada tahap pertama, diuraikan pola
prosedur yang digunakan manusia, yang
operasi angkot dan karakteristik angkot
berfungsi sebagai dasar rekomendasi desain
yang
dan prediksi efek-efek yang mungkin terjadi
ada,
dan
tahap
kedua
dengan
menguraikan aktifitas pengguna angkot
dari
yang meliputi pengemudi, penumpang, dan
melibatkan
orang yang merawat angkot. Dari analisis di
dirancang untuk memastikannya memenuhi
atas akan diperoleh gambaran umum aspek-
tujuan yang dimaksud.
aspek ergonomi dalam angkot serta metode
Pertimbangan-pertimbangan
penelitiannya yang akan ditindaklanjuti
untuk bus umum [11] meliputi :
dengan riset yang lebih detail pada tiap
beragam
alternatif
evaluasi
1. Pengemudi :
desain
serta
benda-benda
yang
visibilitas
ergonomi
eksterior,
aspek, baik berupa penelitian lapangan
visibilitas dan aksesibilitas kontrol
maupun penelitian skala laboratorium.
dan
display,
pengawasan
visual
terhadap penumpang, pengurangan 3. TINJAUAN PUSTAKA ERGONOMI Ergonomi berfokus pada manusia dan interaksinya dengan produk, peralatan, fasilitas, prosedur, dan lingkungan yang
pantulan saat malam, dan kursi yang nyaman diduduki dalam waktu yang lama. 2. Penumpang :
kemudahan
dipergunakan dalam kerja dan kehidupan
mengidentifikasi
sehari-hari
untuk
dilakukan dari jauh maupun dekat,
menyesuaikan hal-hal tersebut agar sesuai
pintu masuk yang nyaman dengan
dengan
dan
pegangan; ketinggian lantai, lorong
kebutuhan manusia[6]. Ergonomi memiliki
antar kursi yang lebar, kursi yang
dua tujuan utama, yaitu meningkatkan
baik dengan clearance untuk lutut
efektivitas
dan siku, visibilitas untuk mencari
dengan
kemampuan,
dan
usaha
keterbatasan
efisiensi
Design Of The Work Environment
kerja;
dan
bus
yang
bisa
38
Seminar Nasional Ergonomi 2007, 26 Juli 2007
pemberhentian, pencahayaan untuk
angkut penumpang[12]. Posisi ini memiliki
membaca
dengan
keterbatasan dalam hal ketidaknyamanan
baik,
akibat keterbatasan pandang, dan faktor
kebisingan minimal, dan kualitas
privacy yang kurang baik. Jika posisi ini
berkendara yang mencukupi.
dipakai pada bus besar akan meningkatkan
aman,
atau
bergerak
penghawaan
yang
3. Orang yang merawat angkot: akses
daya angkut dengan memaksimalkan ruang
yang nyaman ke semua komponen
berdiri. Tempat duduk penumpang berupa
yang
satu bangku panjang dengan lebar 35-37
memerlukan
servis
dan
cm, ketinggian dari lantai 26-35 cm, dan
pemeliharaan yang rutin.
panjang 126 cm dan 220 cm[12]. Bentuk 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
dan konstruksi tempat duduk penumpang
4.1 Kondisi dan Pola Operasi Angkot
dirancang sederhana dengan pertimbangan
Umumnya angkot di Asia beroperasi dalam jarak 4-8 km dengan kecepatan rata-
penggunaan oleh penumpang dalam waktu relatif singkat.
rata 12-20 km/jam[5]. Rute operasi angkot
Angkot memiliki tiga pintu, yaitu
berpencar dan mampu menjangkau jalan-
sepasang pintu depan, dan satu pintu
jalan kecil dekat perumahan. Tetapi pada
belakang untuk penumpang belakang yang
kenyataannya
Indonesia
terletak di sebelah kiri bagian tengah. Satu
beroperasi dalam jarak yang lebih jauh. Di
pintu kanan depan berfungsi sebagai pintu
kota Bandung, angkot dengan rute operasi
pengemudi. Pada hakekatnya, tiga pintu
pendek memiliki jarak tempuh mencapai 12
mengurangi waktu naik dan turunnya
km dan jarak jauh bisa mencapai 24 km [1].
penumpang, namun karena ketiga pintu
Jadi
sebagian
tidak dihubungkan oleh satu alur maka
penumpang berada di dalam angkot lebih
keuntungan ini tidak optimal. Kekurangan
lama.
tiga pintu adalah mengurangi kapasitas
pengemudi
Angkot basis
angkot
di
angkot
dan
umumnya
minibus
menggunakan
untuk
kendaraan
ruang
penumpang.
Pintu
penumpang
belakang biasanya dibiarkan terbuka untuk
duduk
memudahkan keluar masuknya penumpang.
normalnya adalah 11-12 orang, tetapi pada
Lebar pintu tersebut 650-825 mm dengan
kenyataannya bisa memuat sekitar 15 orang
tinggi pintu 130-150 cm.
domestik[10].
Kapasitas
tempat
dengan posisi duduk yang sesak. Pengaturan tempat duduk adalah tipe berhadapan (longitudinal) untuk memaksimumkan daya
Design Of The Work Environment
39
Seminar Nasional Ergonomi 2007, 26 Juli 2007
Untuk angkot di kota Bandung,
48 menit sampai 10 jam sehari untuk rute
waktu operasi bervariasi mulai 05.00-20.00
jarak jauh. Sisa waktu operasinya adalah
atau 22.00. Pada rute tertentu ada juga yang
waktu angkot berada di terminal ataupun
beroperasi sampai lewat tengah malam.
pangkalan.
Jumlah ritnya juga beragam, dimana untuk jarak pendek bisa 7-9 rit, sedangkan untuk
4.2 Aktifitas Pengguna Angkot
trayek jarak jauh 4-5 rit[1]. Dengan asumsi
4.2.1 Pengemudi
kecepatan rata-rata angkot 12-20 km/jam,
Pengemudi
adalah
orang
yang
maka satu rit jarak pendek ditempuh selama
mengendalikan angkot, yang selalu berada
36 – 60 menit, dan jarak jauh ditempuh
di dalam angkot selama angkot beroperasi.
selama 72 – 120 menit. Dan angkot berada
Pengemudi menempati stasiun kerjanya
di jalan selama 4 jam 12 menit sampai 9 jam
lebih lama daripada penumpang, sehingga
sehari untuk jarak pendek, dan selama 4 jam
pertimbangan ergonominya pun berbeda.
Design Of The Work Environment
40
Seminar Nasional Ergonomi 2007, 26 Juli 2007
Mengemudi mobil memerlukan rangkaian
mengalihkan perhatian terlalu lama
penuh kemampuan manusia, mencakup
dari jalan.
persepsi, pengambilan keputusan, dan skill
4. Kondisi
lingkungan
penghawaan,
motor[6]. Dalam perancangan stasiun kerja
seperti
serta
fasilitas
penunjang aktifitas sekunder harus
pengemudi, hal-hal yang perlu diperhatikan,
disediakan
yaitu :
pengemudi tetap nyaman dan tidak
1. Untuk
menjamin
keselamatan,
pengemudi harus tidak terganggu oleh
penumpang
dalam
untuk
menjaga
mudah lelah. 5. Desain tempat duduk harus nyaman dipakai dalam waktu yang lama. Tempat duduk pengemudi harus
mengoperasikan angkot. melihat
lebih baik daripada tempat duduk
calon penumpang dengan mudah
penumpang dan tidak cepat rusak.
dari jauh, ruang pandang harus
Letak kursi harus di tengah-tengah
cukup dan di malam hari ada
roda kemudi untuk memudahkan
penerangan yang cukup dan tidak
pengendaliannya.
menyilaukan
Ruang
Pengemudi angkot umumnya adalah
pandang juga harus memperhatikan
laki-laki dewasa yang sudah memiliki SIM
persepsi
A atau B1. Karena itu perancangan ruang
2. Pengemudi
harus
dapat
pengemudi.
ruang
kecepatan. Herman,
dan
Ada
persepsi
temuan
Lam,
dan
oleh
Rothery
(1973)[6] bahwa jumlah permukaan jalan antara ujung depan mobil
pengemudi mengacu pada anthropometri laki-laki dewasa.
Aktifitas pengemudi
angkot adalah sebagai berikut : 1. Aktifitas Primer merupakan aktifitas
dengan ujung belakang mobil di
yang
depannya merupakan isyarat utama
pengemudi dalam mengemudikan
mempersepsikan
angkot dan melayani penumpang.
mobil
kecil
jarak,
sehingga
cenderung
merapat
harus
2. Aktifitas
dilakukan
Sekunder
oleh
merupakan
dengan mobil di depannya dan
aktifitas yang dilakukan pengemudi
sebaliknya
yang bersifat opsional dan tidak
kecil
pengemudi
mengambil
bertubuh
jarak
agak
renggang.
merupakan
keharusan,
kecuali
membayar pungutan.
3. Display indikator harus dapat mudah
Aktifitas sekunder umumnya tidak
dilihat oleh pengemudi tanpa harus
berhubungan langsung dengan mengemudi maupun
Design Of The Work Environment
pelayanan
penumpang,
tetapi 41
Seminar Nasional Ergonomi 2007, 26 Juli 2007
berhubung waktu di jalan yang cukup lama,
tidak naik dari terminal, tapi dari daerah
aktifitas sekunder seringkali berguna untuk
yang tidak tercantum dalam keterangan
mempertahankan kinerja pengemudi angkot.
trayek. Trayek angkot juga ditunjukkan
Aktifitas
saat
dengan perbedaan warna eksterior dan
di
komposisinya. Tetapi karena komposisi
pangkalan, ataupun waktu berjalan pelan-
warna yang diolah relatif sedikit dibanding
pelan sambil mencari-cari penumpang.
jumlah trayek, ada beberapa trayek yang
itu
“ngetem”,
biasanya
menunggu
dilakukan penumpang
sepintas memiliki warna sama. Kondisi dalam angkot, apakah penuh
4.2.2 Penumpang LP ITB melakukan klasifikasi orang
sesak ataupun kosong, merupakan salah satu
melakukan perjalanan dalam lima aktifitas,
pertimbangan
meliputi
memutuskan apakah akan naik angkot yang
aktifitas
ekonomi,
sosial,
calon
lewat
atau
penumpang
pendidikan, rekreasi dan hiburan, dan
sedang
menunggu
angkot
kebudayaan [1].
berikutnya, oleh karena itu visibilitas dari luar angkot ke dalam angkot juga perlu
4.2.3 Penumpang Sebelum Naik Angkot
diperhatikan. Seringkali
Hal pertama yang dilakukan calon penumpang sebelum naik angkot adalah
mendadak
mengidentifikasi
menghentikan
angkot,
yaitu
melihat
angkot
ketika
calon
angkot.
berhenti penumpang Jika
calon
trayek yang ditempuh. Tulisan trayek ada di
penumpang dapat mengidentifikasi angkot
bagian depan angkot, seperti bagian atas
dari jauh dan pengemudi juga dapat melihat
kaca depan; dan di kaca belakang. Juga ada
calon penumpang dari jarak yang cukup
yang ditulis di bagian samping. Tulisan
akan
trayek dibuat dari cat/stiker biasa yang sulit
berhenti, sehingga tidak berhenti mendadak.
dapat
berancang-ancang
untuk
dilihat di waktu malam dari jauh karena tidak didukung pencahayaan. Untuk calon penumpang yang baru pertama kali menggunakan angkot dan belum
hafal
arah
angkot,
akan
sulit
mengidentifikasi sedang kemana angkot bergerak, misalnya untuk trayek DagoKalapa, apakah sedang ke Dago atau ke Kalapa, tanpa bertanya terlebih dahulu kepada pengemudi. Hal ini jika penumpang Design Of The Work Environment
42
Seminar Nasional Ergonomi 2007, 26 Juli 2007
penumpang sudah sesak, penumpang yang 4.2.4
Penumpang
Naik
dan
Dalam
baru akan memperoleh tempat duduk dekat pintu
Angkot Pintu masuk angkot yang paling
keluar,
sehingga
mengurangi
ketidaknyamanan dan waktu naik.
banyak dipakai penumpang adalah pintu ruang belakang. Pintu ini berupa pintu lipat yang dibiarkan terbuka selama angkot beroperasi untuk mempermudah masukkeluarnya
penumpang.
Karena
dimensi
pintu angkot serta ketinggian ceiling yang lebih rendah dari tinggi badan mayoritas orang
dewasa,
umumnya
orang
Gambar 1. Penumpang naik angkot
menundukkan badan ketika naik maupun berjalan mencari tempat duduk. Ketika Design Of The Work Environment
43
Seminar Nasional Ergonomi 2007, 26 Juli 2007
Aktifitas paling lama penumpang
Selain aktifitas di atas, ada aktifitas
selama di dalam angkot adalah duduk[10].
lain yang sering dilakukan penumpang,
Karena pengguna angkot dari segala usia,
tetapi tidak spesifik berdasarkan klasifikasi
jenis kelamin, maupun kondisi fisik, maka
motivasi. Seperti menggunakan HP yang
definisi
sekarang
kenyamanan
sudah
umum,
tidak
selalu
duduk
harus
hati-hati.
Selama
digunakan oleh orang yang naik angkot
duduk penumpang umumnya diam, atau
dengan motif sosial. Juga membaca koran
sesekali menggerakkan bagian badannya
ataupun mendengarkan walkman maupun
jika merasa pegal. Namun jika mengacu
mp3
pada klasifikasi orang melakukan perjalanan
penumpang umumnya terjadi jika antara
secara
penumpang sudah saling mengenal.
diketengahkan
umum,
secara
maka
akan
diperoleh
player.
Aktifitas
berbicara
antar
gambaran-gambaran lebih detail tentang aktifitas penumpang seperti pada Tabel.3.
Design Of The Work Environment
44
Seminar Nasional Ergonomi 2007, 26 Juli 2007
Penumpang harus mencari tahu sendiri dengan bertanya kepada pengemudi atau penumpang
di
sekitarnya,
jika
belum
mengetahui dengan persis daerah tujuannya. Untuk menghentikan angkot, dilakukan dengan meminta angkot untuk berhenti Gambar 2. Posisi duduk penumpang
ataupun melalui bel di ceiling jika tersedia.
dekat pintu
Waktu turun yang paling lama dialami penumpang yang duduk di bangku
Karena sebagian penumpang berada
belakang, terlebih jika angkot penuh. Kaki-
dalam waktu cukup lama dalam angkot,
kaki
akibat daerah tujuan yang cukup jauh, atau
keleluasaan bergerak menuju pintu keluar.
waktu menunggu angkot penuh yang cukup
Hal
lama di terminal maupun saat angkot
penumpang yang sudah harus menunduk
“ngetem” membuat fasilitas hiburan di
sebelumnya, apalagi jika berpostur tinggi.
penumpang
ini
menjadi
menambah
penghalang
kekurangnyamanan
dalam angkot mulai mendapatkan pemikiran tersendiri, terutama jika penumpang tidak membawa
alat
sendiri.
Pengalaman
subyektif serta diskusi dengan beberapa teman pemakai angkot menemukan ada kecenderungan
untuk
mengorbankan Gambar 3. Penumpang membayar
sebagian tempat duduk penumpang untuk
angkot
sound system, karena pengemudi angkot merasa itu bisa menarik penumpang, bahkan
Sesudah berada di luar angkot,
ada segelintir yang mulai memasang TV
penumpang membayar ongkos angkot. Jika
LCD kecil. Hal ini belum ditemui di
uang
Bandung, tetapi di kota seperti Tangerang,
kembalian, maka waktu berhenti angkot jadi
atau kota di Sumatera seperti Bandar
agak lama. Pembayaran dilakukan melalui
Lampung.
jendela samping kiri, yang agak jauh dari
yang
pengemudi
menginformasikan
ada
alat
penumpang
sehingga
baik
memerlukan
pengemudi
maupun penumpang harus menjulurkan
4.2.5 Penumpang Keluar Angkot Tidak
dibayarkan
yang
tangan jika harus bertransaksi.
sudah
sampai dimana waktu menaiki angkot. Design Of The Work Environment
45
Seminar Nasional Ergonomi 2007, 26 Juli 2007
grafik, simbol ataupun tanda-tanda lainnya
4.2 6 Perawatan Angkot oleh
sehingga angkot mudah dikenali. Ide awal
beragam orang membuat angkot menjadi
yang terlintas adalah adanya sinkronisasi
mudah kotor maupun rusak, terutama pada
sistem
fasilitas
keseluruhan
Pemakaian
yang
yang
intensif
digunakan
penumpang.
identifikasi sistem
angkot
dengan
transportasi
umum
Karena itu bahan dan konstruksinya harus
dalam kota, baik itu dengan bus, terminal,
mudah dibersihkan dan mudah diganti jika
halte dan sebagainya, seperti misalnya
rusak
biaya
angkot dengan tujuan ke suatu terminal
perawatan. Angkot yang terawat akan lebih
dapat dilihat dari sistem identifikasinya,
menarik untuk dinaiki oleh penumpang.
dimana ada kesamaan dengan angkot lain
sehingga
menurunkan
Dalam merancang angkot untuk kemudahan perawatan, perlu diketahui pola-
dengan tujuan sama meskipun asalnya berbeda. Selain itu perlu juga diteliti jarak
pola perawatannya yang meliputi : siapa misalnya
aman pengereman angkot yang berpengaruh
membersihkan angkot ataupun mengganti
pada jarak angkot dapat diidentifikasi oleh
komponen yang rusak; bagian mana yang
calon penumpang. Hal ini akan membantu
paling
mengurangi
yang
melakukan
sering
perawatan,
kotor
dan
apakah
kebiasaan
angkot
berhenti
penyebabnya; bagian mana yang paling
mendadak. Sistem identifikasi yang baik
sering rusak dan apakah penyebabnya; rata-
akan
rata lama usia bagian dari angkot, baik
penumpang bertanya-tanya tentang rute
fasilitas penumpang, maupun komponen
angkot sehingga mengurangi waktu berhenti
penggeraknya dan lain sebagainya. Sesudah
angkot.
mengurangi
kemungkinan
calon
Dengan pahamnya calon penumpang
pertanyaan di atas bisa dijabarkan dan terjawab dengan jelas, barulah rancangan
akan
rute
angkot
akan
angkot dengan pertimbangan kemudahan
pengemudi
perawatan dibuat dan dipilih alternatif
penumpangnya sehingga mengurangi waktu
solusinya.
pengemudi
angkot
angkot
membantu
melihat
melihat-lihat
calon
untuk
mencari penumpang. Hal ini perlu didukung 4.3
Uraian
Aspek-Aspek
Ergonomi
bagi pengemudi. Dalam hal ini analisa
Angkot
posisi calon penumpang angkot di pinggir
4.3.1 Eksterior Hal dalam
oleh tersedianya ruang pandang yang cukup
pertama
eksterior
yang
angkot
diperhatikan
adalah
sistem
jalan akan sangat menentukan penentuan ruang pandang pengemudi.
identifikasi angkot yang mencakup teks, Design Of The Work Environment
46
Seminar Nasional Ergonomi 2007, 26 Juli 2007
Perancangan
pintu
masuk
penumpang yang ergonomis memerlukan
terhadap
kecepatan
keluar
masuk
penumpang.
penelitian mengenai studi gerak dan waktu
Aktifitas primer pengemudi yang
penumpang dalam masuk mapupun keluar
tidak diakomodasi adalah yang berhubungan
dari
memerlukan
dengan pelayanan penumpang. Sungguh
pengamatan tentang sikap dan posisi masuk
ironis jika melihat keinginan menarik minat
dan keluar penumpang, dan anthropometri
semakin banyak orang untuk menggunakan
penumpang
angkutan
angkot.
Hal
yang
ini
berhubungan
dengan
umum
dengan
meningkatkan
dimensi pintu. Kemungkinan bagian tubuh
kualitas layanan. Karena itu perbaikan
yang
sistem
mengalami
kesulitan
maupun
pembayaran,
tambahan
perlu dikaji, misalnya apakah kaki atau lutut
pengemudi maupun pengembangan sistem
sering
kesulitan-
terpadu secara keseluruhan, yang tidak
kesulitan menundukkan badan bagi orang
hanya membuat nyaman penumpang dan
tua, dan lain sebagainya. Prinsip yang sama
pengemudi, tetapi juga mengurangi waktu
diterapkan juga dalam perancangan pintu
transaksi. Aktifitas sekunder pengemudi
masuk pengemudi dengan pembeda pada
juga perlu dikaji lebih jauh untuk diperoleh
karakteristik pengemudi yang lebih seragam
klasifikasi tentang aktifitas yang perlu atau
dibandingkan penumpang serta fungsi pintu
tidak perlu, yang bisa menjadi masukan
yang lebih banyak bagi pengemudi, seperti
berharga dalam perancangan stasiun kerja
visibilitas, dan aktifitas lainnya.
pengemudi angkot.
sisi
pintu,
pada
stasiun
berupa
kecelakaan ketika memasuki angkot juga
terbentur
sarana
apakah
kerja
Sikap dan posisi kerja mengemudi perlu dianalisa terutama dalam kaitan untuk
4.3.2 Interior Akibat
angkot
merupakan
memperoleh efisiensi gerakan pengemudi
dan
yang nantinya berpengaruh pada desain
modifikasi itu tidak menyentuh bagian
sarana, apakah suatu sarana diadakan,
stasiun
tidak
dihilangkan, digabungkan atau dipisahkan.
aktifitas
Disini analisa elemen gerakan therbligs dan
modifikasi
kendaraan
kerja
menampung
domestik
pengemudi, keseluruhan
maka
pengemudi angkot. Hal ini pula membuat
peta
tangan
kanan-tangan
kiri
akan
kabin penumpang terbagi menjadi kabin
berperan. Kelelahan-kelelahan utama yang
depan di sebelah pengemudi dan kabin
dialami pengemudi angkot dan aktifitas
belakang, sehingga tidak ada kesatuan alur
untuk menanggulanginya selama ini juga
keluar masuk penumpang yang membuat 2
perlu diamati lebih seksama.
pintu penumpang tidak berpengaruh banyak Design Of The Work Environment
47
Seminar Nasional Ergonomi 2007, 26 Juli 2007
Dalam penumpang,
perancangan
ruang
karena permintaan penumpang yang tiba-
pertama
perlu
tiba.
hal
yang
ditentukan adalah kapasitas angkut yang
Sirkulasi udara dalam angkot harus
pada
baik. Apakah cukup dengan menggunakan
dimensi angkot secara keseluruhan. Dalam
ventilasi atau perlu AC, perlu dikaji dari
hal ini terjadi benturan antara ruang nyaman
sudut ekonomi dan teknologi, terutama yang
penumpang dengan efisiensi ruangan yang
berkaitan dengan efisiensinya pada angkot,
dikehendaki operator angkot. Karena itu
serta dengan tidak melupakan kebutuhan
perlu didefinisikan terlebih dahulu batasan
penggunanya,
kompromi
penumpang.
dikehendaki,
yang
antara
berpengaruh
keduanya
melalui
yaitu
pengemudi
dan
gambaran detail karakteristik penumpang angkot
terutama
anthropometri
yang
4.3.3 Perawatan Angkot
berpengaruh pada dimensi ruang. Setelah itu
Ada beberapa hal yang menjadi ide
dikaji pergerakan penumpang mulai dari
awal untuk kemudahan dalam merawat
masuk angkot, mencari tempat duduk,
angkot, antara lain:
duduk, menghentikan angkot, berdiri untuk
1. Posisi lubang tangki BBM yang
turun dan turun dari angkot. Kedua hal ini
memudahkan
berpengaruh pada desain lay out dan bentuk
menjangkaunya dalam waktu singkat
tempat duduk penumpang, termasuk di
sehingga mengurangi waktu di stasiun
dalamnya apakah diberi ruang berdiri atau
pengisian BBM.
tidak. Untuk menentukan sarana tambahan
2. Kemudahan
pengemudi
dalam
untuk
membersihkan
dalam ruang penumpang, selain berdasarkan
angkot, seperti dalam membersihkan
studi aktifitas, juga mendata keinginan dan
interior, karena itu perlu dihindari
keluhan penumpang angkot.
bentuk-bentuk dengan relief terlalu
Visibilitas ruang penumpang perlu
rumit
yang
menjadi
tempat
dirancang dengan baik untuk alasan seperti
berkumpulnya kotoran seperti debu,
perasaan aman, kemudahan beraktifitas dan
yang sulit dibersihkan dengan mudah.
mengidentifikasi kondisi sekitar, serta untuk
3. Kerusakan-kerusakan
yang
terjadi
daya tarik angkot terutama di malam hari.
akibat penggunaan oleh penumpang,
Pencahayaan yang cukup diperlukan baik
seperti
siang maupun malam hari. Visibilitas
trimming
penumpang terhadap daerah tujuannya dari
lainnya harus mudah diganti. Perlu
dalam
dikaji kompromi antara daya tahan
angkot
juga
mengurangi
kemungkinan angkot berhenti mendadak Design Of The Work Environment
pada
komponen
bangku
interior
penumpang,
maupun
terhadap
yang
intensitas 48
Seminar Nasional Ergonomi 2007, 26 Juli 2007
penggunaan
yang
tinggi
kemudahan
penggantiannya
dengan
hasil pengukuran obyektif seperti waktu
jika
kerja misalnya. Solomon, Mikulincer, dan Hobfoll
terjadi kerusakan.
(1987)
menemukan
bahwa
untuk
indikator-indikator subyektif dan obyektif
maupun
memiliki kegunaanya masing-masing dan
menanggulangi keadaan darurat harus
salah satu bisa menjadi lebih dominan
disediakan dalam angkot.
dibanding yang lain sesuai konteksnya[7].
4. Alat-alat
yang
perawatan
diperlukan rutin
dalam
Masalah-masalah yang ditemukan di
merawat angkot perlu dilakukan untuk
lapangan diidentifikasi dan dibuat hipotesa-
mempermudah perawatan. Keluhan-keluhan
hipotesanya untuk diuji secara obyektif
dan
orang yang
dengan alat ukur, misalnya waktu masuk
merawat angkot juga perlu diperhatikan
dan keluar penumpang. Hal ini memerlukan
untuk memperoleh masukan ide yang
pembuatan mock up untuk simulasi dalam
obyektif. Efisiensi kerja yang baik akan
laboratorium. Dan akan lebih baik lagi jika
dapat menurunkan biaya perawatan angkot.
mock up itu bisa diuji juga di lapangan
Pengkajian
metode
harapan-harapan dari
kerja
dalam 4.3.4
Metode
Penelitian
yang
kondisi
mendekati
kenyataan
sebenarnya ketika angkot beroperasi.
Direncanakan Untuk
memperoleh
data
awal
untuk
mendapatkan karakteristik dasar pengguna angkot, dilakukan dengan metode deskriptif melalui observasi lapangan, survey dan kuesioner serta wawancara. Disini akan diperoleh data-data seperti anthropometri, keluhan-keluhan
dan
harapan-harapan
pengguna dalam merancang angkot yang ergonomis. Kuesioner memiliki kelemahan dalam hal validitas data, dan bersama-sama survey bersifat subyektif (Wickens, dkk, 2004). Outputnya bisa bertentangan dengan data
Design Of The Work Environment
49
Seminar Nasional Ergonomi 2007, 26 Juli 2007
5. KESIMPULAN DAN SARAN
permasalahan yang ada dalam angkot. Dari
Secara umum makalah ini lebih
studi literatur dan pengamatan terbatas
merupakan usulan untuk meneliti aspek-
diperoleh hipotesis-hipotesis kasar yang
aspek ergonomi angkot secara menyeluruh
masih
sebelum memulai perancangan angkot yang
memperoleh gambaran yang lebih akurat
ergonomis, yang dimaksudkan untuk betul-
dari permasalahan nyata di lapangan. Jadi
betul
menyelami
perlu
diuji
lebih
lanjut
untuk
permasalahan-
Design Of The Work Environment
50
Seminar Nasional Ergonomi 2007, 26 Juli 2007
banyak data dalam makalah ini masih perlu
Dasar dan Aplikasinya, Cetakan Kedua.
diperdebatkan. Analisa aktifitas pengguna angkot memberikan gambaran sekilas aspek-aspek ergonomi,
kemungkinan-kemungkinan
penelitian yang dilakukan, dan metode serta alat
yang
sehingga mendetail
Catatan Kuliah Desain Produk FSRDITB. Bandung: Penerbit ITB, 1999 [4] Priddle, Robert. (Executive Director).
lebih
lanjut
Bus System for The Future, Achieving
penelitian yang lebih
Sustainable Transport Worldwide. Paris:
tentang
tiap-tiap
aspek
dilaksanakan, masih mungkin sekali terjadi penyesuaian
[3] Palgunadi, Bram. Desain Produk II,
masih
Hal
pembahasan
ketika
Surabaya: Guna Widya, 1998
ini
diperlukan.
memerlukan
[2] Nurmianto, Eko.. Ergonomi Konsep
mengikuti
perkembangan
International Energy Agency, 2002 [5] Rahman, A. Dkk.. Mengambil Langkah, Panduan
Aksi
Masyarakat
pada
masalah yang dihadapi dan data-data yang
transportasi
diperoleh selanjutnya.
Berorientasi pada Rakyat, Adil, dan
Kajian ini diharapkan akan menjadi titik awal usaha penerapan prinsip ergonomi
Perkotaan
Surabaya:,
Berkelanjutan.
yang
Sustran
Network & GTZ, 2000
secara nyata dalam perancangan angkot,
[6] Sanders, Mark S., Ernest J. McCormick.,
terkait dengan rencana di Puslit Telimek-
Human Factors in Engineering and
LIPI untuk mulai menerapkan teknologi
Design, Seventh Edition. Singapore:
mobil listrik maupun mobil hibrid yang
McGraw-Hill, 1992.
sedang
dikembangkan
transportasi
umum,
dalam
sehingga
moda
[7] Wickens, Christopher, D. Et. Al. An
cita-cita
Introduction
to
transportasi ramah lingkungan dan hemat
Engineering,
Second
energi dapat diterapkan secara optimal.
Jersey: Pearson Education International,
Selain itu, kajian ini juga diharapkan
2004
Human
Factors
Edition.
New
tentang
[8] Wignjosoebroto, Sritomo. Ergonomi
ergonomi pada transportasi umum yang saat
Studi Gerak dan Waktu, Edisi Pertama.
ini belum ada di LIPI.
Surabaya: Guna Widya, 2003
memulai
riset
berkelanjutan
[9] Wijsenbeek, Siep. Design Is Not A Frill, Makalah dalam Jurnal Public Transport
6. DAFTAR PUSTAKA [1]
Iskandar,
Adiyasa.
Alternatif Alat
International. Paris: UITP, 2003
Transportasi Umum Kota Bandung.
[10] Wiyancoko, Dudy. Ergonomi dan
Bandung: Laporan Tugas Akhir Desain
Desain Angkutan Umum dalam Kota
Produk FSRD ITB, 2006 Design Of The Work Environment
51
Seminar Nasional Ergonomi 2007, 26 Juli 2007
(Angkot), Bandung: Laporan Akhir Riset Unggulan ITB, 2006 [11] Woodson, Wesley. Human Factors Design Handbook, New York: McGrawHill, 1981 [12] ------------. Studi penyusunan Pedoman teknis Perencanaan Sarana Kendaraan Bermotor Angkutan Jalan Raya dalam Kota. Jakarta: Laporan Akhir Badan Penelitian
dan
Pengembangan
Departemen Perhubungan, PT. Insan Mandiri Konsultan,1993
Design Of The Work Environment
52