Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Lingkungan Tempat-Tempat Umum dan Tempat Pengelolaan Makanan Berbasis Web di Dinas Kesehatan Kota Bogor Shindry Rihayaty1, Artha Prabawa2 1. Departemen Biostatistika dan Kependudukan, FKM UI, Depok 16424, Indonesia 2. Departemen Biostatistika dan Kependudukan, FKM UI, Depok 16424, Indonesia
[email protected]
Abstrak Penelitian Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Lingkungan Tempat-Tempat Umum dan Tempat Pengelolaan Makanan Berbasis Web di Dinas Kesehatan Kota Bogor membahas tentang rancang bangun sistem informasi kesehatan berbasis web untuk pencatatan dan pelaporan program kesehatan lingkungan tempat umum dan tempat pengelolaan makanan di Dinas Kesehatan Kota Bogor. Permasalahan penelitian ini yaitu, terlalu banyak proses penyalinan data pada pencatatan dan pelaporan Kesling TTU & TPM, kesulitan melacak dan membandingkan data kesehatan lingkungan TTU & TPM ketika volume data meningkat dari tahun ke tahun, dan pengolahan data TTU & TPM dari bentuk angka menjadi bentuk yang mudah dipahami seperti grafik, membutuhkan waktu yang lama. Tujuan penelitian adalah membuat formulir digital untuk menguji keabsahan data pembinaan tempat umum dan tempat pengelolaan makanan yang dilaporkan oleh Puskesmas ke Dinas Kesehatan Kota Bogor, membuat pangkalan data kesehatan lingkungan tempat umum dan tempat pengelolaan makanan, dan menyajikan informasi tempat umum dan tempat pengelolaan makanan dalam bentuk visual. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan iterative and incremental development. Terdapat empat tahap yang terdiri dari tahap awal, tahap perluasan, tahap konstruksi, dan tahap transisi. Hasil evaluasi pengembangan sistem dengan pendekatan PIECES menunjukan terjadi peningkatan dalam hal kinerja, kualitas informasi, pengendalian, efisiensi, dan pelayanan. Hasil penelitian menyarankan agar Dinas Kesehatan Kota Bogor membuat ketentuan, peraturan, dan perbaikan bisnis proses pada sistem pencatatan dan pelaporan sehingga implementasi teknologi dapat berlangsung secara konsisten dan berkesinambungan. Web-based Information System Development of Environmental Health of Public Places and Food Management in Bogor City Health Department Abstract The Web-based Information System Development of Environmental Health of Public Places and Food Management in Bogor City Health Department study discusses the design of webbased health information system for recording and reporting of environmental public health programs and food management in Bogor City Health Department. The research problem are too much copying process of recording and reporting data on Kesling TTU & TPM, difficulty track and compare health data environment TTU & TPM when the volume of data increases from year to year, and data processing TTU and TPM of the form of numbers into a graph take a long time. The purpose of the research is to create a digital formulir in order to test the
1 Pengembangan sistem.…, Shindry Rihayaty, FKM UI, 2014
validity of reported public places and food management data from Puskesmas to the Bogor City Health Department, a database of public places and food management environmental health, and present an information of the public places and food management place in the form of visual management. The method used is iterative and incremental development approach. There are four stages which consist of the inception phase, elaboration phase, construction phase, and transition phase. The results of the evaluation of the system development using PIECES approach showed an increase in terms of performance, quality of information, control, efficiency, and service. The results of the study suggest the Bogor City Health Department need to makes provision, regulation, and improvement a business process system on recording and reporting system so that the implementation of technology that can take place consistently and continuously. Keywords: information system, environmental health, iterative and incremental development
1. Pendahuluan Menurut Henrik L. Blum, ada 4 faktor yang mempengaruhi status kesehatan manusia, diantaranya adalah faktor lingkungan, disamping faktor pelayanan kesehatan, perilaku, dan genetik (Blum, 1974). Dengan demikian apabila terjadi perubahan lingkungan, maka akan terjadi pula perubahan kondisi kesehatan lingkungan dan kesehatan masyarakat. Pengelolaan lingkungan yang tepat adalah kunci untuk menghindari seperempat dari semua penyakit yang dapat dicegah secara langsung yang disebabkan oleh faktor lingkungan. Mencegah risiko lingkungan dapat mencegah kematian sebanyak tiga belas juta kematian, empat juta jiwa diantaranya anak-anak berusia kurang dari 15 tahun, terutama dari negara-negara berkembang. (WHO, 2013). Maka melalui upaya program kesehatan lingkungan dapat meningkatkan dukungan pada kesehatan berbasis masyarakat. Saat ini penyakit berbasis lingkungan masih menjadi permasalahan kesehatan masyarakat di Indonesia. ISPA dan diare yang merupakan penyakit berbasis lingkungan selalu masuk dalam 10 besar penyakit di hampir seluruh Puskesmas di Indonesia, selain Malaria, Demam Berdarah Dengue (DBD), Filariasis, TB Paru, Cacingan, Penyakit Kulit, Keracunan dan Keluhan akibat Lingkungan Kerja yang buruk. (Ditjen PPPL Kemenkes, 2012). Begitu pula di Kota Bogor, ISPA memiliki presentase tertinggi yaitu sekitar 35% dari sepuluh penyakit utama. Angka pertumbuhan penduduk Kota Bogor mencapai 2,79% dengan kepadatan penduduk Kota Bogor mencapai 950.334 jiwa/Km2 dengan kepadatan tertinggi di Kecamatan Bogor Tengah mencapai 12.172,63 jiwa/Km2. Kecamatan Bogor Tengah merupakan kecamatan terpadat sehingga mempunyai potensi untuk penularan penyakit. Seperti kasus demam berdarah, pnemonia, dan TBC (Dinkes Bogor, 2011). Kota Bogor memiliki peran
2 Pengembangan sistem.…, Shindry Rihayaty, FKM UI, 2014
penting bagi kemajuan pembangunan Indonesia. Kota Bogor merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi pengembangan pariwisata, baik di tingkat lokal, regional, nasional, maupun internasional (Bedi, 2013). Kota Bogor menjadi alternatif banyak orang untuk mencari tempat tinggal dan telah menjadi kota yang cukup berkembang terutama di bidang properti dan kuliner (Kompasiana, 2013). Peningkatan mutu lingkungan di Kota Bogor sangat berpengaruh terhadap peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan pembangunan Indonesia memerlukan kerjasama yang erat antara berbagai sektor. Dinas Kesehatan melalui kegiatan pemantauan oleh Seksi Kesehatan Lingkungan harus dapat memberikan kontribusi dalam rangka meningkatkan kerjasama lintas sektoral yang dapat membantu meningkatkan gerakan masyarakat dalam pembangunan kesehatan lingkungan tempat-tempat umum dan tempat pengolahan makanan. Pemantauan dalam bidang kesehatan yaitu serangkaian proses yang sistematik dan berkesinambungan dalam pengumpulan analisa dan intepretasi data kesehatan dalam upaya menguraikan dan memantau suatu peristiwa kesehatan berdasarkan karakteristik kunci (indikator). Program kesehatan lingkungan memiliki indikator dasar minimal yang telah ditetapkan Ditjen PP & PL Kementrian Kesehatan RI. (Ditjen PL Depkes, 2013). Indikator kesehatan lingkungan diantaranya terdapat indikator yang termasuk pada MDGs nomor 7 (target 7c) dan Renstra Pemerintah melalui Perpres No. 5 Tahun 2010 tentang RPJM Nasional 2010-2014 (Ditjen PL Depkes, 2013). Sehingga untuk melakukan suatu perbandingan atau pengamatan antara situasi kesehatan lingkungan tempat-tempat umum dan tempat pengolahan makanan yang diinginkan atau diharapkan dengan situasi sebenarnya yang sedang terjadi, harus merujuk pada data kesehatan lingkungan tempat-tempat umum dan tempat pengolahan makanan yang utuh dan kebutuhan indikator yang sesuai standar tersebut. (Pusdatin, 1996). Ketersediaan dan kualitas data kesehatan lingkungan tempat-tempat umum dan tempat pengolahan makanan dapat diperoleh dari pencatatan dan pelaporan data kesehatan lingkungan rutin. Saat ini Dinas Kesehatan Kota Bogor tidak dapat melakukan pemantauan yang ditindaklanjuti dengan pelaksanaan intervensi karena data yang tersedia tidak dianalisis secara rutin. Penelitian internasional menyatakan bahwa aplikasi terkomputerisasi dapat memberikan dukungan teknis yang dapat membantu upaya kesehatan lingkungan. Penelitian Thies dan Stanoevska-Slabeva menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kualitas informasi pada sistem informasi
pelaporan
kesehatan
lingkungan
dengan
pendekatan
KMS
(Knowlegde
Management System). (Thies, 2013). Penelitian yang berjudul Information System for Environmental Monitoring yang dilakukan oleh Finnseth dan tiga peneliti lainnya membahas tentang pengembangan gudang penyimpanan data untuk peningkatan pemanggilan, proses,
3 Pengembangan sistem.…, Shindry Rihayaty, FKM UI, 2014
analisa, dan penyajian data dalam pemantauan kesehatan lingkungan. (Finnseth, 2004). Shim melalui penelitian tentang Sistem Informasi Pelaporan Bencana dan Transmisi Informasi Bencana dapat menjelaskan bahwa pemanfaatan teknologi smart phone dapat membantu pengambilan keputusan dan manajemen bencana. (Shim, 2011). Bingshan dan dua peneliti lainnya membahas tentang Sistem Informasi Lingkungan yang dikembangkan dengan pendekatan Knowledge Management System dapat membantu dalam pengambilan keputusan untuk mendukung pembangunan kesehatan lingkungan di Wetland yang berkelanjutan. (Bingshan, 2010). Steinke menyatakan bahwa sistem informasi kesehatan lingkungan merupakan salah satu sistem yang memuat informasi dari berbagai sumber. Pengembangan sistem dengan pendekatan Knowledge-Based dapat menjamin keamanan terhadap akses data lingkungan pada database sistem tersebut. (Steinke, 1990). Miyamoto mengembangkan Sistem Informasi Lingkungan dengan pendekatan Basis Data Terdistribusi untuk mendukung diseminasi informasi kesehatan lingkungan secara efisien antara berbagai departemen. (Miyamoto, 1999). Di Indonesia sendiri, dukungan teknis untuk pencatatan dan pelaporan data kesehatan lingkungan tempat-tempat umum dan tempat pengolahan makanan juga dapat dilakukan melalui pengembangan sistem informasi, yang sekaligus menguatkan komponen utama SIK, yaitu pengembangan SIK, sesuai Roadmap Rencana Aksi Penguatan Sistem Informasi Kesehatan tahun 2011-2014 (Kemenkes RI, 2012) dan komponen information service avalaibility and quality (WHO, 2005). Permasalahan yang terdapat di Seksi Kesehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Bogor diantaranya terlalu banyak proses penyalinan data pada pencatatan dan pelaporan Kesling TTU & TPM, kesulitan melacak dan membandingkan data kesehatan lingkungan TTU & TPM ketika volume data meningkat dari tahun ke tahun, dan pengolahan data TTU & TPM dari bentuk angka menjadi bentuk yang mudah dipahami seperti grafik, membutuhkan waktu yang lama. Peningkatan kualitas program kesehatan lingkungan dapat dilakukan melalui pengembangan sistem informasi kesehatan lingkungan tempat-tempat umum dan tempat pengolahan makanan berbasis web. Sistem dibangun di atas infrastruktur teknologi internet dan data kesehatan lingkungan tempat-tempat umum dan tempat pengelolaan
makanan
ditempatkan
dalam
pangkalan
data
komperhensif
untuk
menghubungkan proses pencatatan dan pelaporan antara staf kesehatan lingkungan Puskesmas dengan pemegang program TTU/TPM DKK dari lokasi yang terpisah.
4 Pengembangan sistem.…, Shindry Rihayaty, FKM UI, 2014
2. Tinjauan Teoritis Bab ini membahas tentang teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tentang kesehatan lingkungan tempat-tempat umum dan tempat pengolahan makanan, pengembangan sistem informasi, dan UML. 2.1 Kesehatan Lingkungan Tempat-Tempat Umum dan Tempat Pengolahan Makanan (Kesling TTU dan TPM) Menurut (Depkes RI, 2004), tempat umum adalah suatu bangunan atau tempat yang dipergunakan untuk sarana pelayanan umum seperti: hotel, terminal, pasar, rumah sakit, pertokoan, depot air minum isi ulang, bioskop, tempat wisata, kolam renang, tempat ibadah,restoran. Tempat umum yang memenuhi syarat: terpenuhinya sanitasi dasar (seperti air, jamban, limbah, sampah), terlaksananya pengendalian vektor, pencahayaan dan ventilasi sesuai dengan kriteria standar kesehatan. Tempat pengolahan makanan (TPM) merupakan suatu bangunan yang dipergunakan untuk mengelola makanan oleh masyarakat umum seperti: pengrajin makanan, jasaboga, pembuat kue, dll. TPM yang memenuhi syarat: terpenuhinya sanitasi dasar (seperti:air, jamban, limbah, sampah), terlaksananya pengendalian vektor, higiene sanitasi makanan minuman, pencahayaan, & ventilasi sesuai dengan criteria standar kesehatan. Indikator adalah variabel yang dipergunakan sebagai alat ukur untuk mengevaluasi keadaan atau status dan memungkinkan dilakukannya pengukuran terhadap perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu (Siswanto, 2003). Dinas Kesehatan Kota Bogor menggunakan indikator dasar cakupan minimal program kesehatan lingkungan pengawasan TTU dan TPM sebagai berikut. 1. Cakupan Pengawasan Kinerja Program TTU, yaitu persentase jumlah TTU yang diperiksa di wilayah kerja Puskesmas pada kurun waktu satu tahun. Perhitungan persentase menggunakan rumus, !"#$%ℎ !!" !"#$%"&'( !"#$ !"! !" !"#$%$ℎ !"#$% !"#$%#&'# !"#"$ !"#"$ !"#$% !"#$ !"ℎ!" !"#$%"& !"!"#$#%#! !!" = ! 100% !"#$%ℎ !!" !"#$ !"! !" !"#$%$ℎ !"#$% !"#$%#!"# !"#"$ !"#"$ !"#$% !"#$ !"ℎ!"
2. Cakupan Pengawasan Kinerja Program TPM, yaitu persentase jumlah TPM yang diperiksa di wilayah kerja Puskesmas pada kurun waktu satu tahun. Perhitungan persentase menggunakan rumus, !"#$%ℎ !"# !"#$%"&'( !"#$ !"! !" !"#$%$ℎ !"#$% !"#$%#&'# !"#"$ !"#"$ !"#$% !"#$ !"ℎ!" !"#$%"& !"#$%&%'%# !"# = ! 100% !"#$%ℎ !"# !"#$ !"! !" !"#$%$ℎ !"!"# !"#$%#&'# !"#"$ !"#"$ !"#$% !"#$ !"ℎ!"
5 Pengembangan sistem.…, Shindry Rihayaty, FKM UI, 2014
2.2 Sistem Informasi Kesehatan Konsep sistem informasi kesehatan menurut (WHO, 2005) yaitu upaya terpadu untuk mengumpulkan, proses, melaporkan dan menggunakan informasi kesehatan & pengetahuan untuk mempengaruhi pembuatan kebijakan kesehatan, tindakan program & penelitian. Tujuan utama sistem informasi kesehatan adalah untuk menghasilkan informasi untuk mengambil tindakan di bidang kesehatan. Kinerja sistem harus diukur berdasarkan kualitas data yang dihasilkan dan penggunaan data tersebut untuk meningkatkan kesehatan & status kesehatan. Komponen dan standar Sistem Informasi Kesehatan yang ditetapkan WHO disesuaikan dengan situasi dan masalah SIK di Indonesia, yaitu: 1. Pengelolaan SIK, 2. Indikator, 3. Sumber Data, 4. Manajemen Data, 5. Sumber Daya SIK, 6. Pengembangan SIK, 7. Pemanfaatan dan Diseminasi. (Kemenkes RI, 2012). Pada tahun 2012, Kementrian Kesehatan RI mempublikasikan “Roadmap Rencana Aksi Penguatan Sistem Informasi Kesehatan tahun 2011-2014”, yang berisi upaya-upaya penguatan SIK dan pemanfaatan TIK supaya lebih optimal dan terkoordinasi. Grand Design tahapan pelaksanaan Roadmap Penguatan SIK 2011-2014 terdapat pada Gambar
Gambar 2.1 Tahapan Pelaksanaan Roadmap Penguatan SIK
2.3 Metode Iterative and Incremental Development Menurut (Larman, 2004), Iterative and Incremental Development memiliki ciri utama menggunakan use-case dan pendekatan iteratif. Siklus hidup iteratif berbasis pada pembesaran berturut-turut dan perbaikan sistem melalui beberapa iterasi, dengan umpan balik siklik dan adaptasi sebagai penggerak utama untuk berkumpul pada sebuah sistem akhir yang sesuai. Sistem tumbuh secara bertahap seiring waktu, iterasi demi iterasi, dan dengan demikian pendekatan ini juga dikenal sebagai pengembangan berulang-ulang dan tambahan (iterative and incremental development). (lihat Gambar 2.2). Umpan balik dan adaptasi
6 Pengembangan sistem.…, Shindry Rihayaty, FKM UI, 2014
menyusun perkembangan spesifikasi dan desain, siklus ini juga dikenal sebagai iterative and evolutionary development. Requirement Design Implementation & Test & Integration & More Design Final Integration & System Test
3 weeks (for example)
Time
Requirement Design Implementation & Test & Integration & More Design Final Integration & System Test
Feedback from iteration N leads to refinement and adaptation from requirements and design in iteration N+1
Iterations are fixed in length, or timeboxed.
The system grows incrementally
Sumber : (Larman, 2004) Gambar 2.2 Iterative and Incremental Development
Melalui Gambar 2.3 dapat dilihat pengembangan sistem dengan menggunakan metode Iterative and Incremental Development secara dua dimensi. 1.
Dimensi pertama digambarkan secara horizontal. Dimensi ini mewakili aspek-aspek dinamis dari pengembangan perangkat lunak yang dijabarkan dalam tahapan pengembangan atau fase, terdiri atas Inception, Elaboration, Construction, dan Transition. a. Insepsi (Inception), menentukan ruang lingkup, visi, dan business case. Awal fase ini mirip dengan studi kelayakan (feasibility study) untuk memutuskan apakah proyek dapat dilanjutkan ke penyelidikan lebih serius pada fase elaborasi atau tidak. b. Elaborasi (Elaboration), menganalisa berbagai persyaratan dan resiko, menetapkan base line, dan merencanakan fase berikutnya yaitu konstruksi. c. Konstruksi (Construction), melakukan sederetan iterasi. Pada setiap iterasi akan melibatkan proses analisis, desain, implementasi, dan testing. Maksud implementasi tersebut adalah programming dan membangun sistem, bukan deploying sistem. d. Transisi (Transition), melakukan instalasi dan deployment, membuat dokumentasi seperti training atau panduan pengguna, dan membuat rencana peluncuran produk ke komunitas pengguna. Setiap fase dapat terdiri dari satu atau beberapa iterasi. Iterasi awal secara alami cenderung untuk menerapkan penekanan yang relatif lebih besar untuk requirement (kebutuhan sistem) dan perancangan. Selama satu iterasi dapat berlangsung sebagian atau semua disiplin UP.
7 Pengembangan sistem.…, Shindry Rihayaty, FKM UI, 2014
2.
Dimensi kedua digambarkan secara vertikal. Dimensi ini mewakili aspek-aspek statis dari proses pengembangan perangkat lunak yang dikelompokkan ke dalam beberapa disiplin. Disiplin untuk pendekatan secara ringkas, hanya terdiri dari Business Modeling, Requirement, Analysis and Design, Implementation (lihat Gambar 2.3). Disiplin untuk RUP secara lengkap terdiri dari Business Modeling, Requirement, Analysis and Design, Implementation, Test, Deployment, Configuration dan Change Management, Project Management, Environment.
Sumber : (Larman, 2004) Gambar 2.3 Tahapan Metode Iterative and Incremental Development
3. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan metode iterative incremental. Terdapat empat tahap yang terdiri dari tahap awal (inception phase), tahap perluasan (elaboration phase), tahap konstruksi (construction phase), dan tahap transisi (transition phase). Alur penelitian terdiri dari tahapan insepsi yang meliputi kegiatan untuk memahami sistem pencatatan dan pelaporan Kesehatan Lingkungan TTU dan TPM dan memahami kepentingan pembuatan perangkat lunak untuk mengatasi permasalah kesehatan masyarakat di bidang Kesehatan Lingkungan. Tahapan selanjutnya adalah tahap elaborasi yang meliputi perancangan perangkat lunak yang dapat mengatasi permasalah pencatatan dan pelaporan Kesehatan Lingkungan TTU dan TPM di Dinas Kesehatan Kota Bogor. Tahap konstruksi adalah mengembangkan perangkat lunak sesuai dengan kebutuhan pemecahan masalah pencatatan dan pelaporan Kesehatan Lingkungan. Tahap transisi adalah tahap untuk melakukan sosialisasi perangkat lunak kepada Petugas Kesehatan Lingkungan di Dinas Kesehatan Kota Bogor dan Petugas Kesehatan Lingkungan di Puskesmas sebagai pengguna akhir.
8 Pengembangan sistem.…, Shindry Rihayaty, FKM UI, 2014
4. Hasil Penelitian Menurut (John, 1979), pengembangan sistem yang baru diharapkan dapat membuat peningkatan yang berhubungan dengan PIECES. Hasil peningkatan sistem setelah pengembangan Siskesling dievaluasi berdasarkan PIECES yang diuraikan pada Tabel 4.1 Tabel 4.1. Hasil Evaluasi Pengembangan Siskesling
Performance (kinerja) Kinerja diukur dari throughput dan respon time. Throughput : jumlah pekerjaan yang dapat dilakukan pada suatu saat tertentu. Respon time : Rata-rata waktu tertunda di antara dua transaksi Information (informasi) Aksesibilitas Mudah dipahami (comprehensibility) Relevan (relevance)
Validitas (validity) Economy (ekonomis) Control (pengendalian)
Efficiency (efisiensi) Services (pelayanan)
SISTEM LAMA Throughput : pelaporan data Kesling TTU dan TPM dari dua puluh empat Puskesmas tidak pada waktu yang bersamaan
SISKESLING Throughput : data TTU dan TPM hasil pencatatan di dua puluh empat Puskesmas dapat dikirim secara bersamaan
Respon time : terdapat rentang waktu tertunda pada pengiriman laporan TTU dan TPM hasil pencatatan dari Puskesmas ke Dinas Kesehatan Kota Bogor
Respon time : hasil pencatatan TTU dan TPM dari Puskesmas dapat langsung terkirim ke Dinas Kesehatan Kota Bogor
Akses informasi TTU dan TPM dengan pencarian file pada filebox Informasi TTU dan TPM dari laporan Puskesmas masih dalam bentuk angka mutlak Format formulir pencatatan dan pelaporan TTU dan TPM sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan Kemenkes Cross-check input data TTU dan TPM pada laporan dilakukan oleh SDM Kesling SDM, biaya pengadaan kertas dan tinta
Akses informasi TTU dan TPM dari basis data Informasi TTU dan TPM dapat langsung tersedia dalam bentuk grafik
Cross-check ulang validitas data ketika memasukan data ke formulir TTU dan TPM, lalu cross-check data lagi ketika penyalinan data ke formulir rekapitulasi, lalu cross-check data lagi ketika input data TTU dan TPM ke aplikasi spreadsheet Berapa langkah yang harus dilakukan untuk mencatat dan menghasilkan report tercantum pada Gambar 5.3. Pencatatan dan pelaporan terbatas pada jam kerja Puskesmas dan DKK
Format formulir digital pencatatan dan pelaporan TTU dan TPM sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan Kemenkes Cross-check input data TTU dan TPM pada laporan dilakukan oleh Siskesling SDM, web browser, dan biaya untuk pembelian domain dan hosting aplikasi Siskeling Formulir TTU dan TPM digital sudah dilengkapi pengecekan validitas input data
Menggunakan fitur aplikasi Siskesling F-01, F-02, F-03, F-04 Pencatatan dan pelaporan Kesling TTU dan TPM dapat dilakukan secara 24 jam dan dimanapun selama ada jaringan internet
Sumber data yang digunakan pada penelitian ini meliputi sumber data primer dan sekunder. Sumber data primer diperoleh dari hasil observasi dan wawancara dengan sumber daya manusia yang melaksanakan Program Kesling TTU dan TPM yang memiliki pengetahuan tentang Program Kesling TTU dan TPM, yaitu Kepala P3L Dinas Kesehatan
9 Pengembangan sistem.…, Shindry Rihayaty, FKM UI, 2014
Kota Bogor, Kepala Seksi Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Bogor, Staf Kesling Dinas Kesehatan Kota Bogor, Staf Kesling Puskesmas Lawang Gintung, Staf Kesling Puskesmas Sindang Barang, dan Staf Kesling Puskesmas Sempur Kota Bogor. Sumber data sekunder diperoleh dari formulir pelaporan kesehatan lingkungan TTU dan TPM Dinas Kesehatan Kota Bogor, literatur terkait Program Kesling TTU dan TPM, dan peraaturan yang terkait dengan program kesehatan lingkungan TTU dan TPM. Uji validitas data dilakukan melalui triangulasi-sumber dan triangulasi-metode, sehingga diperoleh data yang tidak berbeda antara data yang diungkapkan oleh setiap sumber data. Triangulasi-sumber pada penelitian ini dilakukan dengan wawancara mendalam terhadap tiga informan Penanggung jawab program Kesling dari Puskesmas Sindang Barang, Lawang Gintung, dan Sempur dan pemegang program TTU dan TPM di DKK. Triangulasimetode pada penelitian ini dilakukan dengan wawancara mendalam pada subjek penelitian dan telaah dokumen pada pencatatan dan pelaporan kesehatan lingkungan TTU dan TPM. 5. Pembahasan Pembahasan meliputi penjelasan tentang tahap insepsi, elaborasi, konstruksi dan transisi dari pengembangan sistem informasi kesehatan lingkungan TTU dan TPM berbasis web. Hasil analisis pada tahap awal (inception phase) menghasilkan spesifikasi perangkat lunak yang diusulkan untuk penelitian ini yang terdapat pada Tabel 5.1. Tabel 5.1. Spesifikasi Perangkat Lunak yang Diusulkan No
Masalah pada Sistem yang Ada Saat Ini
1.
Terlalu banyak proses penyalinan data pada pencatatan dan pelaporan kesehatan lingkungan TTU dan TPM
2.
Kesulitan melacak dan membandingkan data kesehatan lingkungan TTU dan TPM dalam bentuk paper based karena volume data kesehatan lingkungan TTU dan TPM semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pengolahan data kesehatan lingkungan TTU dan TPM dari bentuk angka menjadi grafik membutuhkan waktu yang lama.
3.
Peluang Pengembangan Petugas Kesling di Puskesmas dapat mencatat data Kesling TTU/TPM dengan mudah dan efisien 1. Staf Kesling TTU/TPM di DKK dapat mengumpulkan laporan, rekapitulasi, dan diseminasi data Kesling TTU/TPM secara efisien 2. Staf Kesling melakukan crosscheck kelengkapan dengan mudah Tingkat manajemen dapat melakukan pengembangan sistem secara cepat
Perangkat Lunak yang Diusulkan Formulir TTU/TPM digital untuk validasi 1. Aplikasi basis data TTU/TPM dan reporting TTU/TPM 2. Absensi digital
Penyajian informasi TTU/TPM dalam bentuk grafik
Pada tahap elaborasi, kebutuhan pengguna yang sudah diidentifikasi tahap insepsi, kemudian diperluas menjadi kebutuhan fungsional aplikasi Sistem Informasi Kesling
10 Pengembangan sistem.…, Shindry Rihayaty, FKM UI, 2014
TTU/TPM secara teknis, yang dikelompokkan berdasarkan spesifikasi use case tingkat konseptual. Use case dikelompokan berdasarkan area fungsional yang didalamnya terdapat peran pengguna dan bisnis proses pada Siskesling. Pengelompokan use case berdasarkan area fungsional ditunjukkan pada Gambar 5.1. Sistem Pencatatan dan Pelaporan Kesling TTU/TPM UC-01. Mencatat data Kesling TTU/TPM
Staf Kesling Pusk.
UC-03. Memverifikasi laporan Kesling TTU/TPM
UC-02. Merekap data Kesling TTU/TPM setiap semester UC-07. Menganalisis data Kesling TTU/TPM
Kepala Pusk.
UC-04. Mengumpulkan data Kesling TTU/TPM UC-05. Mengolah data Kesling TTU/TPM UC-06. Menyajikan data Kesling TTU/TPM
Manajemen DKK
Staf TTU/TPM DKK
Gambar 5.1 Use Case Sistem Pencatatan dan Pelaporan Kesling TTU/TPM
Dilakukan juga dengan deskripsi masing-masing use case. Contoh template desripsi use case pada Tabel 5.1 Tabel 5.1 Deskripsi Use Case untuk Modul Mencatat data Kesling TTU dan TPM UC.1.001. Mengisi form data Kesling TTU/TPM berdasarkan kelurahan Ringkasan : Use case ini dimaksudkan supaya agar Petugas Kesling Puskesmas dapat mengisi data kegiatan Kesling TTU/TPM berdasarkan kelurahan yang ada di wilayah kerja Puskesmas. Direct Actor : Petugas Kesling Puskesmas Prioritas : Penting Frekuensi Penggunaan : Sebulan sekali Pre Conditions : Aktor telah masuk ke dalam aplikasi Siskesling Skenario Sukses Utama : 1. Aktor menekan menu “pendataan” 2. Sistem menampilkan halaman “form pendataan Kesling” 3. Aktor memilih form “pendataan Kesling: TTU/TPM” 4. Sistem menampilkan halaman “form pendataan Kesling: TTU/TPM” 5. Aktor mengisi field “periode”, “Puskesmas”, “kelurahan”, “jenis TTU/TPM”, “TTU/TPM yang ada”, “TTU/TPM yang diperiksa”, “TTU/TPM yang ms”, semua field yang ada di form pendataan Kesling: TTU/TPM 6. Aktor menekan tombol “simpan” 7. Sistem menyimpan data TTU/TPM ke basis data Aktor dan sistem mengulang langkah 5-7 sampai mengisi semua jenis TTU/TPM 8. Sistem menampilkan “form pendataan Kesling” Skenario Sukses Alternatif : 1. Sistem memeriksa data Kesling TTU/TPM yang diinput aktor. Jika aktor salah mengisi data TTU/TPM atau tidak mengisi semua field yang ada pada form pendataan TTU/TPM, maka sistem akan memberikan peringatan. Catatan dan Pertanyaan : Kondisi benar: nilai data Kesling TTU/TPM field “yang ada” > nilai data filed “yang diperiksa” > nilai data Kesling TTU/TPM field “yang memenuhi syarat”
11 Pengembangan sistem.…, Shindry Rihayaty, FKM UI, 2014
Pada aplikasi Siskesling terdapat kebutuhan teknis, yaitu: 1.
Otoritas akses. Hanya pengguna yang memiliki wewenang melalui prosedur ini yang dapat mengakses data dalam Siskesling, yaitu: 1. Admin, 2. Dinkes, 3. Puskesmas.
2.
Ketersediaan layanan. Ketersediaan layanan Siskesling disesuaikan dengan level otoritas akses pengguna. Level admin dapat mengakses semua menu aplikasi, termasuk pengaturan pengguna aplikasi. Level Dinkes dapat mengakses semua menu aplikasi, kecuali menu pengaturan pengguna dan menu pendataan. Level Puskesmas hanya dapat mengakses menu pendataan. Kebutuhan lingkungan perangkat lunak untuk menjalankan aplikasi Siskesling adalah
web browser yang tertanam (ter-install) di PC Puskesmas dan notebook Staf Kesling TTU/TPM Dinkes. Aplikasi Siskesling dapat dijalankan pada Mozilla 16x, IE 7x, Opera 18x, Chrome 33x, tetapi aplikasi ini berjalan optimal pada web browser Mozilla Firefox 16x. Berdasarkan kebutuhan fungsional, teknis, dan lingkungan, diidentifikasi perancangan struktural, perancangan tingkah laku, antarmuka pengguna, perancangan arsitektur, dan perancangan basis data. Perancangan struktural meliputi visualisasi objek dengan menggunakan class diagram dan perancangan basis data dengan ER diagram pada Gambar 5.1. KECAMATAN «id» + id kecamatan: char «Property» + nama kecamatan: char
1 +id kecamatan *
1 +id kecamatan
KELURAHAN
*
«Property» + nama puskesmas: char + nama kapus: char + no hp kapus: char + nama petugas kesling: char + no hp petugas kesling: char
«id» + kode program: char
«id» + id kelurahan: char
PUSKESMAS «id» + id puskesmas: char
PROGRAM KESLING
* 1
+id puskesmas
«Property» + jenis program: int + target indikator: int
«Property» + nama kelurahan: char + jumlah rw: int + jumlah jiwa: int + jumlah rumah tangga: int 1
1
TTU TPM
«Property» + bulan inspeksi TTU: char * + tahun inspeksi TTU: char + jumlah TTU yang ada: int + jumlah TTU yang diperiksa: int + jumlah TTU yang ms: int *
«Property» + bulan inspeksi TPM: char + tahun inspeksi TPM: char + jumlah TPM yang ada: int + jumlah TPM yang diperiksa: int + jumlah TPM yang ms: int
Gambar 5.2 Class Diagram Aplikasi Siskesling
Desain tingkah laku dimaksudkan untuk mengilustrasikan tingkah laku antara sistem dengan pengguna aplikasi Siskesling. Pada tahap desain ini digambarkan use case diagram
12 Pengembangan sistem.…, Shindry Rihayaty, FKM UI, 2014
dan activity diagram untuk visualisasi tingkah laku tersebut. Penggunaan activity diagram diganti dengan penggunaan flowchart untuk memudahkan komunikasi teknis dengan pengguna Siskesling yang lebih mengerti flowchart. Antarmuka pengguna merupakan rancangan halaman web yang akan dibuat berdasarkan kebutuhan pengguna dan spesifikasi fitur. Gambar 5.3 adalah salah satu contoh rancangan antarmuka.
Gambar 5.3 Rancangan Antarmuka Pengguna Halaman Dashboard
Antarmuka halaman dashboard dapat digunakan oleh Petugas Kesehatan Lingkungan di Dinas Kesehatan untuk melihat indikator pencapaian cakupan TTU dan TPM di Kota Bogor, mengidentifikasi Puskesmas yang belum mengumpulkan data TTU dan TPM dari absensi pengumpulan data TTU dan TPM, dan ringkasan pencapaian cakupan TTU dan TPM per tahun. Perancangan arsitektur aplikasi Siskeling menggunakan pendekatan situs web dinamis, seperti pada supaya petugas Kesling di Puskesmas dengan Petugas Kesling di Dinkes dapat melakukan pertukaran data TTU dan TPM hasil pencatatan dan pelaporan dengan mudah. Perancangan basisdata meliputi identifikasi tabel basisdata yang digunakan untuk aplikasi Siskesling terdapat pada Gambar 5.4.
13 Pengembangan sistem.…, Shindry Rihayaty, FKM UI, 2014
KECAM AT AN_PUSKESM AS KECAM AT AN ID i nt NAM A_KECAM AT AN varchar(100)
PUSKESM AS ID_PUSKESM AS ID NAM A_PUSKESM AS KEPALA_PUSKESM AS ST AFF_KESLING
KECAM AT AN_KELURAHAN
KELURAHAN ID_KELURAHAN ID_PUSKESM AS ID NAM A_KELURAHAN JUM LAH_RW JUM LAH_RT JUM LAH_JIWA
i nt i nt i nt varchar(100) i nt i nt i nt
PUSKESM AS_KELURAHAN
i nt i nt varchar(100) varchar(100) varchar(100)
FK_PUSKESM AS_T PM
T PM KELURAHAN_T PM
KELURAHAN_T T U
TTU ID_T PM _T T U ID_T T U ID_KELURAHAN BULAN T AHUN YANG_ADA YANG_DIPERIKSA YANG_M EM ENUHI
i nt i nt i nt i nt i nt i nt i nt i nt
ID_T PM _T T U ID_T PM ID_PUSKESM AS ID_KELURAHAN BULAN T AHUN YANG_ADA YANG_DIPERIKSA YANG_M EM ENUHI
i nt i nt i nt i nt i nt i nt i nt i nt i nt
T PM _T T U_T PM T T U_T T U_T PM
T PM _T T U ID_T PM JENIS
i nt varchar(100)
Gambar 5.4. Perancangan Basis Data Model Fisik Perangkat Lunak Siskesling
Perancangan aplikasi Siskesling digunakan untuk pembangunan aplikasi Siskesling. Pembangunan aplikasi Siskesling berbasis web didasari oleh pentingnya pembuatan aplikasi untuk menunjang pencatatan dan pelaporan kegiatan Program TTU/TPM. Penggunaan aplikasi Siskesling berbasis web dapat membantu pertukaran data TTU/TPM antara Puskesmas dengan Dinas Kesehatan Kota Bogor secara efisien, efektif dan mudah. Pembuatan aplikasi Siskesling berbasis web menggunakan bahasa pemograman PHP dan basis data MySQL. Pembuatan aplikasi berbasis web ini bertujuan supaya Siskesling dapat diakses dengan mobile device oleh Petugas Kesling Puskesmas yang disibukkan dengan kegiatan di luar gedung Puskesmas. Pada tahap konstruksi dibuat pemodelan data, pembuatan aplikasi Siskesling per fitur, dan setelah pembuatan aplikasi per fitur selesai, maka dilakukan pengujian aplikasi sesuai metode test case. Test case adalah skenario pengujian aplikasi Siskesling sebelum disosialisasikan ke petugas Kesling di Puskesmas dan petugas Kesling di Dinkes. Terdapat empat test case untuk pengujian aplikasi Siskesling yang dijelaskan pada Tabel 5.4. Tabel 5.4. Test Case Formulir Digital Kesling TTU/TPM TC.01. Pengujian formulir digital Kesling TTU/TPM Fitur : F-01. Formulir digital Kesling TTU/TPM Aktor yang terlibat : Petugas Kesling Puskesmas Deskripsi : Test case ini digunakan untuk validasi dan menangkap data Kesling TTU/TPM dari Puskesmas Tujuan : Untuk mengetahui apakah fitur “formulir digital Kesling TTU/TPM” sudah berjalan dengan benar. Kondisi awal : Aktor telah masuk ke dalam aplikasi Siskesling Kondisi akhir : Data Kesling TTU/TPM yang diinput melalui formulir digital tersimpan ke basis data aplikasi Siskesling dan valid.
14 Pengembangan sistem.…, Shindry Rihayaty, FKM UI, 2014
Tahap transisi menghantarkan aplikasi Siskesling ke pengguna akhir dan menilai kinerja melalui UAT (User Acceptance Test). Pada tahap ini juga dibuat panduan untuk pemakaian Aplikasi Siskesling. Gambar 5.5 dan Gambar 5.6. merupakan contoh overview Siskesling.
Gambar 5.5. Halaman Dashboard Aplikasi Siskesling pada Alamat URL: http://www.siskesling-project.co.id.
Gambar 5.6. Contoh Halaman Web Aplikasi Siskesling Dari Setiap Menu
Aplikasi Siskeling diujicobakan di Dinas Kesehatan Kota Bogor pada 21 Januari 2014 kepada Pemegang Program TPM & TTU dan Kepala Seksi PL. Kegiatan pengujian meliputi: 1. Pengguna diberi penjelasan mengenai cara kerja aplikasi Siskesling dengan disertai panduan penggunaan aplikasi Siskesling.
15 Pengembangan sistem.…, Shindry Rihayaty, FKM UI, 2014
2. Pengguna diminta untuk mengoperasikan aplikasi Siskesling, misalnya melakukan entry data dasar, pencatatan, melihat pelaporan, dan melihat grafik yang dihasilkan. 3. Pengguna diminta menilai dan mengomentari mengenai kualitas prototype aplikasi Siskesling. 6. Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian tentang Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Lingkungan Tempat-Tempat Umum dan Tempat Pengelolaan Makanan Berbasis Web (Siskesling) di Dinas Kesehatan Kota Bogor adalah sebagai berikut. 1. Sistem informasi ini merupakan aplikasi berbasis web yang dapat digunakan untuk pencatatan dan pelaporan data Kesling TTU dan TPM di Dinas Kesehatan Kota Bogor. 2. Spesifikasi atau fitur fungsional yang dimiliki aplikasi Siskesling adalah formulir digital Kesling TTU/TPM, basis data dan reporting Kesling TTU/TPM, penyajian informasi TTU/TPM dalam bentuk visual, dan absensi digital Kesling TTU/TPM. Fitur non fungsional aplikasi Siskesling adalah otoritas akses dan ketersediaan layanan yang terdiri dari tiga level otoritas akses, yaitu: 1. Admin dapat mengakses semua menu aplikasi, 2. Dinkes dapat mengakses semua menu aplikasi, kecuali menu pengaturan pengguna dan menu pendataan, 3. Puskesmas hanya dapat mengakses menu pendataan. 3. Pengguna aplikasi Siskesling terdiri dari Petugas Kesling Puskesmas, Staf Kesling TTU/TPM Dinkes, dan Manajemen Dinkes. Petugas Kesling Puskesmas melakukan pencatatan data Kesling TTU/TPM. Staf Kesling TTU/TPM Dinkes mengumpulkan, mengolah, dan menyajikan data Kesling TTU/TPM. Manajemen Dinkes menganalisis cakupan kegiatan Kesling TTU/TPM. 4. Hasil evaluasi pengembangan sistem dengan pendekatan PIECES menunjukan terjadi peningkatan dalam hal kinerja, kualitas informasi, pengendalian, efisiensi, dan pelayanan. 7. Saran Saran dari penelitian Sistem Informasi Kesehatan Lingkungan Tempat-Tempat Umum dan Tempat Pengelolaan Makanan Berbasis Web (Siskesling) adalah sebagai berikut. 1. Membuat ketentuan dan peraturan supaya pemanfaatan sistem informasi Siskesling berbasis web dapat berjalan secara konsisten dan berkesinambungan. 2. Membuat perbaikan bisnis proses pada sistem pencatatan dan pelaporan kesehatan lingkungan TTU dan TPM yang berjalan saat ini, untuk memperkuat implementasi teknologi.
16 Pengembangan sistem.…, Shindry Rihayaty, FKM UI, 2014
8. Daftar Referensi (Bedi, 2013) Mulyana, Bedi. (2013). Pengembangan Kota Bogor Sebagai Destinasi Pariwisata Internasional. Retrieved October 22, 2013, from E-Journal Universitas Udayana: http://ojs.unud.ac.id (Bingshan, 2010) Bingshan, W., Weiguo, Z., & Jun, L. (2010). Knowledge-Based Environmental Information System for Sustainable Development of Wetland Area. IEEE Xplore , 178-182. (Blum, 1974) Blum, H. (1974). Planning for Health, Development and Aplication of Social Changes Theory. New York: Human Sciences Press. (Depkes RI, 2004) Depkes RI. (2004). BAB II Profil Kesehatan Indonesia. Retrieved November 20, 2013, from Departemen Kesehatan RI Web site: www.depkes.go.id/.../profil/.../BAB%20II_profil.doc (Dinkes Bogor, 2011) Dinas Kesehatan Kota Bogor. (2011). Profil Kesehatan Kota Bogor. Bogor: Dinas Kesehatan Kota Bogor. (Ditjen PL Depkes, 2013) Ditjen PL Depkes. (2013, September 8). Buku Evaluasi Indikator Tahun 2010 - 2012. Retrieved October 20, 2013, from Ditjen PPPL Kementrian Kesehatan RI Web Site: http://www.slideshare.net/budi_hermawan_a/buku-evaluasi-indikator-2010-2012 (Ditjen PPPL Kemenkes, 2012) Ditjen PPPL. (2012). Profil Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Tahun 2011. Retrieved October 4, 2013, from Ditjen PPPL Kementrian Kesehatan RI Web Site: http://www.pppl.depkes.go.id/ (Finnseth, 2004) Finnseth, A., Evertsen, G., Jokulsson, G., & Wasmuth, M. L. (2004). Information System for Environmental Monitoring. Geoscience and Remote Sensing Symposium (pp. 2178 - 2181 vol.3 ). Anchorage, AK : IEEE International. (John, 1979) John G. Burch, Jr, Felix R. Strater, Gary Grudnistski. (1979). Information Systems : Theory and Practice, Second Edition. New York, United States : John Wiley & Sons. (Kemenkes RI, 2012) Kemenkes RI. (2012). Roadmap Sistem Informasi Kesehatan tahun 2011-2014. Retrieved October 22, 2013, from Departemen Kesehatan RI Web site: http://www.depkes.go.id/downloads/ (Kompasiana, 2013) Ariani, Y. (2013, October 7). Bogor Bukan Kota yang Nyaman (lagi). Retrieved October 22, 2013, from Kompasiana.com: http://regional.kompasiana.com/2013/10/07/bogor-bukan-kota-yang-nyaman-lagi599243.html (Larman, 2004) Larman, C. (2004). Applying UML and Patterns: An Introduction to ObjectOriented Analysis and Design and Iterative Development, Third Edition. NJ: Addison Wesley Professional. (Miyamoto, 1999) Miyamoto, S., & Fujimoto, J. (1999). Development of Environmental Information Systems with Distributed Database. Eco Design International Symposium (pp. 148-153 ). Tokyo: IEEE Xplore.
17 Pengembangan sistem.…, Shindry Rihayaty, FKM UI, 2014
(Pusdatin, 1996) Pusat Data & Informasi Departemen Kesehatan RI. (1996). Dukungan Informasi Untuk Manajemen Kesehatan di Kabupaten/Kotamadya. Jakarta: Depkes RI. (Scott, 2001) Scott, D. R. (2001). Applying use case driven object modeling with UML : An Annotated e-Commerce Example. NJ: Publisher Addison Wesley. (Shim, 2011) Shim, H. S., Min, G. Y., & Jeong, D. H. (2011). A Study on The Development of Disaster Information Reporting and Status Transmission System based on Smart Phone. IEEE Xplore, 722-726. (Siswanto, 2003) Siswanto, Hadi. (2003). Kamus Populer Kesehatan Lingkungan. Jakarta: EGC. (Steinke, 1990) Steinke, G. (1990). Access Control Requirement for Environmental Information Knowledge Base System. Next Decade of Information Technology, 5th Jerusalem Conference (pp. 474-480 ). Jerusalem: IEEE Xplore. (Thies, 2013) Thies, H., & Stanoevska-Slabeva, K. (2013). Enhancing the Quality of Information in Inter-Organizational Environmental Reporting Information System. HIICSS (Hawaii International Conference on System Science) (pp. 3495-3504). Wailea, HI, USA: IEEE Xplore Komputer Society. (WHO, 2005) WHO. (2005). National and Subnational Health Information Systems. Retrieved November 20, 2013, from Health Metrics Network WHO Web Site: http://www.who.int/healthmetrics/library/issue_1_05apr.doc (WHO, 2013) World Health Organization. (2013). Public health and environment: Global Health Observatory (GHO). Retrieved October 22, 2013, from WHO Web Site: http://www.who.int/gho/phe/en/index.html
18 Pengembangan sistem.…, Shindry Rihayaty, FKM UI, 2014