DIDAKTIKA ISLAMIKA
Vol. 3 No. 1 - Maret 2014
KAJIAN ANALISIS TENTANG KADAR ZAKAT PROFESI Oleh: Ikhsan Intizam
Abstract: Besaran kadar zakat profesi tidak akan dijumpai dalam nash-nash Hadits apalagi dalam al Qur’an. Karena zakat profesi sendiri merupan hasil ijtihadiyah ulama kontemporer yang tidak dijumpai pada zaman Nabi Mumahammad SAW atau Khulafaur Rosidin. Banyaknya macam dan jenis profesi, menjadikan perselisihan yang memicu ketidak puasan penetapan dengan kadar zakat mal yang 2,5 %. Ketidak puasan itu dilatar belakangi perbedaan bentuk-bentuk usaha, besaran penghasilan, tingkat kemudahan dan kesulitan serta waktu memperolehnya. Pemicu perselisihan lainnya adalah karena tidak adanya kesamaan illat hukum yang akan dijadikan dasar untuk meng-qiyas-kan dengan kadar zakat yang lain. Kata Kunci: Zakat Profesi, Ijtihadiyah, dan Qiyas
A. Pendahuluan Besaran kadar zakat profesi tidak akan dijumpai dalam nash-nash Hadits apalagi dalam al Qur’an. Karena zakat profesi sendiri merupan hasil ijtihadiyah ulama kontemporer yang tidak dijumpai pada zaman Nabi Mumahammad SAW atau Khulafaur Rosidin. Banyaknya macam dan jenis profesi, menjadikan perselisihan yang memicu ketidak puasan penetapan dengan kadar zakat mal yang 2,5 %. Ketidak puasan itu dilatar belakangi perbedaan bentuk-bentuk usaha,
Penulis adalah Dosen STIT Muhammadiyah Kendal.
Ikhsan Intizam
41
DIDAKTIKA ISLAMIKA Vol. 3 No. 1 - Maret 2014
besaran penghasilan, tingkat kemudahan dan kesulitan serta waktu memperolehnya. Seorang broker, kontraktor, dai kondang, pemain bola, pebulutangkis atau artis dan lainnya dapat memperoleh penghasilan yang sangat besar hanya dalam waktu yang singkat dan tidak membutuhkan energi yang banyak. Di sisi lain profesi seorang guru, karyawan, pegawai dan lainnya harus banting tulang untuk mendapatkan penghasilan yang tidak begitu besar dan dalam waktu yang lama. Apakah adil kalau kadar zakatnya disamakan yaitu, 2,5 % ? Sedang seorang petani saja yang mempunyai penghasilan 5 wasaq ( 750 kg) dibedakan kadarnya antara 5 % dan10 %, sesuai tingakat kesulitannya. Kalau tadah hujan zakatnya 10 % karena tidak banyak mengeluarkan biaya, sedang yang diairi irigasi kadarnya 5 % karena banyak mengeluarkan biaya. Pemicu perselisihan lainnya adalah karena tidak adanya kesamaan illat hukum yang akan dijadikan dasar untuk meng-qiyas-kan dengan kadar zakat yang lain. Oleh karena itu pembahasan ini akan meliputi pengertian kadar zakat, pendapat-pendapat ulama tentang kadar zakat profesi beserta alasanalasannya serta metode pengambilan hukumnya, munaqosatul adilah dan kesimpulan. Kemudian pengambilan pendapat yang lebih kuat.
B. Kadar Zakat Dalam penjelasan atas Undang-undang RI nomor 38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan kadar zakat adalah besarnya perhitungan atau persentase zakat yang harus dikeluarkan (Penjelasan UU RI Nomor 38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Kadar Zakat Profesi
42
DIDAKTIKA ISLAMIKA
Vol. 3 No. 1 - Maret 2014
Zakat pasal 10 ayat 3). Kadar zakat dalam konsep fikih zakat berbeda- beda sesuai jenis harta yang dizakati. Berikut ini macam-macam harta yang wajib dizakti dengan kadar zakat yang ditentukan dengan nash (hadits): 1. 40 ekor kambing kadar zakatnya 1 ekor kambing (= 2,5%) 2. 5 ekor unta kadar zakatnya 1 ekor kambing
(= 2,5%)
3. 30 ekor kerbau, sapi, kuda kadar zakatnya 1 sapi umur 1 tahun lebih (= 2,5%) 4. 5 wasaq tanaman kadar zakatnya 5 % bila diairi air atau irigasi. 10 % jika tadah hujan. 5. 20 dinar emas kadar zakatnya ½ dinar. (= 2,5%) 6. 200 dirham perak kadar zakatnya 5 dirham.(= 2,5%) 7. Rikaz atau harta temuan kadar zakatnya 1/5 atau 20 % (Ibnu Rusyd, 1990: 545) Oleh karena macam harta yang wajib dikeluarkan zakatnya itu sangat terbatas, maka ulama-ulama sepakat bahwa harta yang tidak disebutkan kewajiban zakatnya oleh nash harus di-qiyas-kan kepada harta yang disebutkan didalam nash, sehingga dengan demikian kadar zakatnya juga menyesuaikan, apakah menganut prinsip 2,5 % atau 5 % atau 10 % atau 20 %. Contoh, zakat perdagangan. Nisab dan kadar zakat perdagangan tidak ditentukan oleh Rasulullah saw, padahal perdagangan pada zaman Rosul sudah sangat pesat dan meliputi berbagai macam barang dagangan. Karena tidak ada ketentuan nisab dan kadarnya maka ulama berbeda pendapat dalam menentukan zakat perdagangan
ini.
Madzhab
Dhohiriyah
berpendapat
bahwa
zakat
perdagangan tidak ada karena tidak ada nash yang mewajibkan. Madzhab Imamiyah mengatakan barang dagangan tidak wajib dizakati, tapi Ikhsan Intizam
43
DIDAKTIKA ISLAMIKA Vol. 3 No. 1 - Maret 2014
keuntungan dari hasil perdagangan wajib dizakati. Menurut Imamiyah kadar zakatnya di kiaskan kepada harta rampasan perang yaitu 1/5 atau 20 %. Sedang menurut Jumhur ulama barang dagangan wajib dizakti dan kadarnya di-qiyas-kan kepada kadar zakat emas dan perak yaitu 2,5%. Hal ini karena emas dan perak lebih dekat illatnya dan lebih stabil.
C. Bagai mana dengan Kadar Zakat Profesi? Lazimnya para ulama dalam berijtihad adalah dengan menggunakan qiyas. Akan tetapi, penggunaan qiyas untuk permasalahan zakat profesi ini sangat rumit karena ketidak jelasan harus di-qiyaskan kemana, karena tidak ada illat yang sama. Sehingga banyak menimbulkan perselisihan. Dalam hal ini ulama terbagi dalam tiga pendapat; (Muhammad, 2002: 64). 1. Kadar zakat profesi di-qiyas-kan kepada zakat pertanian yaitu 5 % bila dialiri air atau irigasi, 10 % bila tadah hujan. Pendapat ini dikemukakan diantaranya oleh Syekh Muhammad al Ghozali. 2. Kadar zakat profesi di-qiyas-kan kepada zakat emas dan perak yaitu 2,5 %. Pendapat ini dikemukakan oleh Yusuf Qordhowi, Wahbah Zuhaily, Abdul Wahab Kholaf, Muhammad Abu Zahrah, dan lainnya. 3. Kadar zakat profesi di-qiyas-kan kepada kadar zakat rikaz yaitu 20 %. Pendapat ini muncul dari ulama-ulama zaman modern seperti Amin Rais pada Muktamar Muhammadiyah di Surakarta yang mengemukakan perlunya peninjauan ulang kadar zakat profesi yang 2,5 % karena semakin mudah dan besar penghasilan yang diperoleh dari profesinya. Juga dalam bukunya “Aspek sosial Pengelolaan Zakat”. Serta ulamaulama lainnya.
Kadar Zakat Profesi
44
DIDAKTIKA ISLAMIKA
Vol. 3 No. 1 - Maret 2014
D. Dalil-dalil 1. Pendapat yang meng-qiyas-kan dengan zakat pertanian didasari pada: a. Keumuman dalil diwajibkannya zakat atas pekerjaan Firman Allah Surat Al Baqoroh:16, Artinya: Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, Padahal kamu sendiri tidak mau
mengambilnya
melainkan
dengan
memincingkan
mata
terhadapnya. dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji. Kasabtum artinya semua hasil kerja kalian, baik pegawai, guru atau lainnya termasuk petani. b. Hadits Rosulullah saw yang diriwayatkan oleh Bukhori dalam shohihnya. “Bagi setiap muslim zakat itu dikeluarkan dari hartanya, dari hasil kerja tangannya yang bermanfaat dirinya” (HR Bukhori dari Abi Musa Asy’ari.). Dalam Shoheh Bukhri, Kitab Zakat II. 143. c. Syara’ telah mewajibkan zakat atas hasil-hasil pertanian sebagai hasil usaha dan jerih payah Pak Tani. Maka tidak ada perbedaan antara Pak Tani dengan hasil kejanya di sawah dengan Pegawai dari hasil usaha di kantor, atau buruh dari hasil usaha di pabrik dan lain sebagainya. Jadi kesamaan illat-nya adalah sama-sama merupakan upah dari hasil kerja.
Ikhsan Intizam
45
DIDAKTIKA ISLAMIKA Vol. 3 No. 1 - Maret 2014
Berdasar dalil-dalil tersebut, maka setelah mencapai nisab 5 wasaq (750 Kg) kadar yang di ambil adalah 5% bila diairi atau irigasi dan 10% bila tadah hujan. Artinya, kalau pekerjaan atau profesi itu membutuhkan tenaga dan biaya yang banyak maka kadarnya 5 % seperti sawah yang di airi irigasi. Sedang pekerjaan atau profesi yang tidak membutuhkan tenaga atau biaya banyak dan dengan mudah dapat memperoleh hasil yang lebih banyak maka kadarnya 10 %, seperti sawah tadah hujan. 2. Pendapat yang meng-qiyas-kan dengan emas dan perak berpedoman dengan dalil-dalil: a. Ijmak atau kesepakatan semua ulama dari mulai sahabat, tabi’in dan para fuqoha. Diantaranya Abdullah bin Mas’ud, Muawiyah, Umar bin Abdul Aziz dan pemikir Islam modern seperti Yusuf Qordhowi. b. Kedekatan illat. Peng-qiyas-an kadar zakat profesi, kepada emas dan perak lebih dekat dan lebih cocok dari pada kepada pertanian, karena sama-sama berupa uang. Gaji, honor dan upah adalah berbentuk uang sehingga tidak ada alasan untuk tidak meng-qiyaskan kepada emas dan perak. c. Praktek langsung kholifah Umar bin Abdul Aziz yang memungut gaji dari para tentaranya sebesar 2,5 % (Muhammad, 2002: 65). 3. Pendapat yang meng-qiyas-kan dengan kadar zakat 20 % menggunakan dasar sebagai berikut: a. Pada Firman Allah Swt dalam Al Qur’an Al Anfal: 41 Artinya: Ketahuilah, Sesungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh sebagai rampasan perang, Maka Sesungguhnya seperlima untuk Allah, rasul, Kerabat rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan ibnussabil, jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa Kadar Zakat Profesi
46
DIDAKTIKA ISLAMIKA
Vol. 3 No. 1 - Maret 2014
yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) di hari Furqaan, Yaitu di hari bertemunya dua pasukan. dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Kata Ghonimtum berasal dari kata ghonima yang artinya bukan hanya harta rampasan perang saja. Tapi dalam kamus Bahasa Arab Al Munjid fii lughoh wal a’lam karangan Luwis Makluf diterangkan bahwa Ghonimah juga berarti memperoleh sesuatu dengan tanpa kepayahan. Ghonimah juga berarti untung, manfaat dan faedah (Luwis Makluf, 1986: 561). Jadi, jika ditinjau dari makna lughowi ayat diatas berarti juga berlaku untuk penghasilan diluar perang juga. Kalau perang yang dilakukan dengan pengorbanan yang sangat berat baik tenaga, harta bahkan nyawa sekalipun harus mengeluarkan 20%, maka penghasilan yang banyak dan dapat diperoleh dengan tanpa susah payah seharusnya lebih pantas kalau kadar zakatnya 20%.
b. Praktik yang dilaksanakan Rasul SAW. 1) Rombongan Bani Qays menemui Nabi SAW, mereka mengeluh tidak dapat menemui Nabi SAW kecuali dibulan Haram. Mereka takut kepada kaum musyrik Mudhor. Nabi SAW memerintahkan mereka
mengucapkan
syahadat,
menegakkan
sholat
dan
mengeluarkan seperlima dari kelebihan penghasilan mereka. 2) Nabi mengutus Umar bin Hazm ke Yaman, Nabi SAW menyuruhnya untuk mengumpulkan perlimaan di samping zakat.
Ikhsan Intizam
47
DIDAKTIKA ISLAMIKA Vol. 3 No. 1 - Maret 2014
c. Qiyas kepada Rikaz yang mempunyai kesamaan illat yaitu dalam kemudahan dalam memperoleh harta.
E. Munaqosatul Adilah 1. 5 % atau 10 % a. Pendapat yang menggunakan Surat Al Baqoroh ayat 267 dan hadits diatas sebagai dalil kadar zakat profesi 5% atau 10% adalah bentuk yang mengada-ada. Ayat dan Hadits tersebut sangat umum. Jika sebagai dalil untuk kewajiban zakat profesi masih dapat diterima tapi tidak untuk menetapkan kadar zakatnya 5% atau 10%. b. Bertentangan kesepakatan ulama dari mulai sahabat dan tabi’in serta praktek yang dilakukan kholifah Umar bin Abdul Aziz yang menarik zakat 2,5 %. c. Penggunaan Illat sama-sama upah hasil kerja tidak tepat. Karena menggembala kambing, sapi, unta dll termasuk perdagangan juga merupakan sebuah pekerjaan yang mendatangkan hasil. d. Zakat pertanian dikeluarkan langsung setelah panen. Hal ini menjadi sulit bagi pegawai, guru, dokter dan lain-lain yang memperoleh penghasilan harian, mingguan atau bulanan. Dan untuk menentukan mana yang harus 5% atau 10 % tidak ada standar yang jelas.
2. 2,5 % Peng-qiyas-an kepada zakat emas dan perak memang ada kedekatan illat, tapi zakat emas dan perak disyaratkan mencapai haul, sedang zakat profesi tidak semua pakai haul, tergantung jenis profesi dan pembayarannya. Ada yang sekali kerja hasilnya melebihi nisab seperti Kadar Zakat Profesi
48
DIDAKTIKA ISLAMIKA
Vol. 3 No. 1 - Maret 2014
pebulutangkis professional, kontraktor, broker dan lainnya. apakah mereka harus menunggu haul untuk zakatnya? Qiyas seperti agak muskil karena ketidak samaan illat.
3. 20 % 1. Beristidlal dengan Surat Al Anfal ayat 41 sangat tidak relefan. Karena meskipun kata ghonimtum secara bahasa berarti bukan hanya harta rampasan perang, tapi secara urfi sudah maklum bahwa kata-kata ghonimah itu yang dimaksud tidak ada yang lain kecuali harta rampasan perang bukan usaha atau profesi yang lain. Membawa makna Ghonomtum kepada makna bahasanya tidak dibenarkan selama ada makna urf i (Al Qurtuby, 1995: 362). 2. Adapun praktik yang dilakukan Rasul mengambil 1/5 dari selain rampasan perang juga tidak serta merta menunjukkan bahwa penetapan kadar zakat profesi 1/5. 3. Penggunaan qiyas kepada rikaz adalah sangat jauh. Karena kalau rikaz itu benar-benar memperoleh harta yang banyak karena bukan kerja keras. Ia adalah anugerah dari Allah. Berbeda dengan profesi, ia harus usaha maksimal agar dapat hasil yang banyak. Meskipun akhirnya dapat memeperoleh hasil yang banyak dengan mudah tapi awalawalnya melalui perjuangan yang berat. Hasil keuletan modal, keahlian dan usaha maksimal.
Ikhsan Intizam
49
DIDAKTIKA ISLAMIKA Vol. 3 No. 1 - Maret 2014
D. Kesimpulan Setelah melihat masing-masing pendapat dan dalil-dalil yang dikemukakan serta munaqosatul adilah, maka dapat dimabil pendapat yang lebih kuat dari ketiga pendapat diatas yaitu pendapat kedua yang mengatakan kadar zakat profesi 2,5 %. Pendapat ini dipilih oleh Yusuf Qordhowi,Wahbah Zuhaily, Abdul Wahab Kholaf, Muhammad Abu Zahrah dan lainnya. Alasannya: 1. Dalil yang dikemukakan lebih kuat dibanding dengan dalil-dalil pendapat lain. 2. Illatnya lebih dekat. 3. Pernah dipraktekkan oleh kholifah Umar bin Abdul Aziz. Adapun dalam munaqosah disebutkan ada ketidak cocokan dalam illat qiyas karena harus mencapai haul sedang penghasilan profesi tidak semua harus mencapai haul maka dapat katakan sebagai berikut: “Menurut Yusuf Qardhawi, persyaratan haul dalam seluruh harta termasuk harta penghasilan tidak berdasarkan nash yang mencapai tingkat shohih”. Oleh kerena itu zakat profesi dapat dikeluarkan saat menerima penghasilan yang sudah mencapai nisab.
DAFTAR KEPUSTAKAAN Al Zuhaily, Wahbah, 1996, Al Fiqhu Al Islamiy wa Adilatuhu, Bairut: Dar el fikr. Al Buny, Djamaludin Ahmad, 1983, Problematika Harta dan Zakat, Surabaya:Bina Ilmu. Al Qurtuby, Abi Abdillah Muhammad bin Ahmad Al Anshory, 1995, Al Jami’u Liahkami al Qur’an, Bairut: Dar El Fikr.
Kadar Zakat Profesi
50
DIDAKTIKA ISLAMIKA
Vol. 3 No. 1 - Maret 2014
Dewan Syari’ah Lazis Muhammadiyah, 2004, Pedoman Zakat Praktis. Suara Muhammadiyah Makluf, luwis, 1986, Al Munjud fi Al Lughah wa Al A’lam, Bairut: Dar Al Masyriq. Muhammad, 2002, Zakat Profesi: Wacana Pemikiran dalam Fiqih Kontemporer. Jakarta: Salemba Diniyah. Qardhawy, Yusuf , 1994, Fiqhu Zakat, Dirasah Muqaranah liahkamiha wa falsafatiha fii dhaui Al Qur’an wa As Sunah, Bairut: muasasah Ar Risalah. Rusyd, Ibnu, 1990, Bidayatul Mujtahid (Terjemahan: M.A. Abdurrahman, A. Haris Abdullah) Semarang: CV. As Syfa’. Undang-undang RI Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat, Jakarta: Departemen Agama.
Ikhsan Intizam
51