KAJIAN AGRONOMI PENGEMBANGAN BUDIDAYA PADI TANAM BENIH LANGSUNG (TABELA) DAN KEDELAI
SYAMSUDIN KOLOI
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2005
SURAT PERNYATAAN Dengan ini menyatakan bahwa disertasi yang berjudul: Kajian Agronomi Pengembangan Budidaya Padi Tanam Benih Langsung (Tabela) dan Kedelai adalah karya saya sendiri dengan arahan Komisi Pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir disertasi ini.
Bogor, 12 Juli 2005
Syamsudin Koloi NIM 965021
ABSTRACT SYAMSUDIN KOLOI, 2005. A Study of the Agronomy Development of Direct Seeded Rice and Soybean (Supervised by: H. AMRIS MAKMUR as Principal Advisor, H. M.A. CHOZIN, SOEKISMAN TJITROSEMITO, FRED RUMAWAS, HARRIS A. BURHAN and H. MUHAJIR UTOMO as Co-Advisor). A series of 5 experiments were carried in Syngenta Research Station, Cikampek, West Java, Indonesia from August 1998 to February 2001 to study the agronomy development of direct seeded rice and soybean. The first experiment was aimed at selecting rice varieties suitable for planting under direct seeded methods. Sixty four rice lines and varieties were grown under a condition of 2-4 cm flood throughout the season. Ten morphological characters were measured, recorded and utilized as criteria to select suitable varieties or lines. There were 10 varieties, and 16 lines suitable for direct seeded methods exhibiting characters as high yield, medium to heavy panicles, medium to high height, low tiller, wide and long flag leaf, medium to long period of panicle formation, high density of grains at flooded condition, resistance to lodging and grain shattering. The second experiment was aimed at finding the optimum seeding rate (40, 60, and 80 kg rice/ha) on 4 selected rice varieties (Muncul, IR 64, S.3294-d-Jkn-Si17-1-1 and S.3383-1d-Pn-41-3-1) under 3 different land preparations (conventional tillage-CT, minimum tillage-MT and no tillage-NT) The optimum rate was found to be 60 kg rice/ha. Muncul was not suitable for further work as it showed a low harvesting index under NT. The rice line S.3383-1d-Pn-41-31-1 (now named as Ciherang), althought is prono to lodging, when planted under direct seeded, still achieved a yield of c.a. 6 tons/ha. It was shown that lodging was much affected by root volume, diameter of lower culm node, and number of tillers It seems that when the potential yield is high the sensitivity to lodge can be manipulated to minimize its effect. The third experiment was aimed at finding a suitable planting technique (transplanting, broadcast direct seeded, direct seeded in square pattern (25 cm squared sown), and direct seeded broadcasted in 1 m wide of field, on 3 different varieties and 3 different soil preparations (CT, MT, and NT) to minimize lodging in the effort to obtain a high yield. Direct seeded in a square of 25 cm facilitated a strong stem, with heavy rooting systems, low tiller density, less empty grain, less lodging and gave a consistent yield of 6 tons/ha on the average, whether carried out under CT or MT or NT even with different varieties tested higher than those produced by other technique. The fourth experiment was aimed at finding an optimum rate of N fertilizer ( 0, 100, 200, 300 kg urea/ha) on various soil preparation techniques (9 combinations of CT, MT, and NT). The optimum urea fertilizer varied (180.2 – 265.4 kg urea/ha) with the soil preparation, NT tended to require a higher urea fertilizer than CT. It seems that there was an immobilization of N in plots under NT. The Optimum rate N fertilizer higher on NT (191.9 kg/ha) to reaching yield 6.040 ton/ha. The fifth experiment was aimed at utilizing the area for growing soybean (PTR-6) stimulated by N fertilizer. Without N fertilizer the growth and yield of soybean under continues CT was lower (c.a.2.1 tons/ha) than those fertilized. The optimum urea fertilizer varied (41.2 – 78.8 kg urea/ha) with the previous soil preparation. The Optimum rate N fertilizer was lower on NT (47.1 kg/ha) to reaching yield 2.844 ton/ha. ----------------------------------------Keywords : Direct seeded rice in square pattern, no tillage, conventional tillage.
ABSTRAK SYAMSUDIN KOLOI, 2005. Kajian Agronomi Pengembangan Budidaya Padi Tanam Benih Langsung (Tabela) dan Kedelai (dibimbing oleh: H. AMRIS MAKMUR sebagai ketua, H. M. A. CHOZIN, SOEKISMAN TJITROSEMITO, FRED RUMAWAS, HARRIS A. BURHAN dan H. MUHAJIR UTOMO sebagai anggota). Penelitian dilakukan 5 tahap percobaan, dilaksanakan di R & D Station PT. Syngenta, Cikampek dari bulan Agustus 1998 hingga Maret 2001, untuk mengkaji aspek agronomi pengembangan budidaya padi Tabela dan kedelai. Percobaan I bertujuan melakukan seleksi varietas dan galur padi yang cocok dikembangkan dalam budidaya Tabela. Enam puluh empat varietas dan galur ditanam pada kondisi lahan tergenang 2 – 4 cm. Sepuluh karakter morfologi telah diukur dan dipakai sebagai kriteria untuk memilih varietas dan galur padi Tabela. Hasil seleksi mendapatkan 10 varietas dan 16 galur padi sesuai untuk Tabela dengan karakter: hasil gabah tinggi, anakan sedang, tinggi sedang, daun bendera lebar dan panjang, waktu membentuk malai sedang, kerapatan tinggi pada kondisi tergenang, tahan rebah dan gabah tidak rontok. Percobaan II bertujuan mendapatkan jumlah benih optimum (40, 60 dan 80 kg/ha) dari 4 varietas/galur terpilih (Muncul, IR 64, S.3294-d-Jkn-Si-17-1-1 dan S.3383-1d-pn-41-3-1) dengan 3 persiapan lahan (Olah Tanah Sempurna-OTS, Olah Tanah Minimum-OTM dan Tanpa Olah Tanah-TOT). Jumlah benih optimum padi Tabela sebar adalah 60 kg/ha. Varietas Muncul menghasilkan indeks panen rendah dan tidak cocok pada lahan TOT. Galur S.3383-1d-Pn-41-31-1 (sekarang Ciherang) adalah mudah rebah apabila disebar langsung dan masih dapat mecapai hasil 6 ton/ha. Volume akar, diameter dan panjang ruas batang serta jumlah anakan mempengaruhi kerebahan. Apabila potensi hasil gabah tinggi sensitif untuk rebah makan untuk mengurangi kerebahan dilakukan manipulasi cara tanam. Percobaan III bertujuan mendapatkan cara tanaman (Tapin, Tebala sebar, Tabela kuadrat 25 x 25 cm, dan Tabela sebat 1 m) dengan 3 varietas/galur pada 3 persiapan lahan. Cara tanam Tabela kuadrat menggunakan benih 25 kg/ha dan jarak tanaman teratur (25 x 25 cm) untuk mengurangi kerebahan sehingga diperoleh hasil gabah yang tinggi. Hasil percobaan menunjukkan, Tabela kuadrat memfasilitasi batang padi menjadi kokoh dan perakaran kuat, anakan banyak, tahan rebah, gabah hampa rendah dan menghasilkan gabah yang tinggi rata-rata 6 ton/ha dan cocok dikembangkan pada persiapan lahan OTS, OTM dan TOT. Percobaan IV bertujuan mendapatkan dosis pupuk urea optimum (0, 100, 200 dan 300 kg/ha) padi Tabela kuadrat dengan 9 cara persiapan lahan (9 kombinasi dari OTS, OTM dan TOT). Hasil percobaan menunjukkan, dosis urea optimum bervariasi antara 180-265.4 kg/ha pada 9 cara persiapan lahan. Dosis optimum pada lahan TOT cenderung lebih tinggi dibanding OTS karena terjadi imobilisasi N pada lahan TOT. Dosis optimum untuk padi Tabela kuadrat pada lahan TOT adalah 191.9 untuk mencapai hasil gabah 6.044 ton/ha. Percobaan V bertujuan mendapatkan dosis pupuk urea optimum (0, 50 dan 100 kg/ha) untuk menstimulasi pertumbuhan kedelai setelah padi sawah yang dipupuk urea dengan 9 cara persiapan lahan (9 kombinasi dari OTS, OTM dan TOT). Hasil percobaan menunjukkan, tanaman kedelai yang tidak dipupuk urea menghasilkan biji kedelai rendah (2.1 ton/ha) dibanding dengan yang dipupuk urea. Dosis optimum pupuk urea bervariasi antara 41.2 – 76.8 kg/ha dengan berbagai persiapan lahan, dan optimum pada lahan TOT lebih rendah (47.1 kg/ha) untuk mencapai hasil biji kedelai 2,844 ton/ha. --------------------------------------Kata kunci: Tabela kuadrat, tanpa olah tanah, olah tanah konvensional.
KAJIAN AGRONOMI PENGEMBANGAN BUDIDAYA PADI TANAM BENIH LANGSUNG (TABEL) DAN KEDELAI
SYAMSUDIN KOLOI
Disertasi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada Program Studi Agronomi
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2005
Judul Disertasi
: Kajian Agronomi Pengembangan Budidaya Padi Tanam Benih Langsung (Tabela) dan Kedelai
Nama Mahasiswa
: Syamsudin Koloi
NIM
: 965021
Program Studi
: Agronomi
Disetujui Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Ir. H. Amris Makmur, M.Sc. Ketua
Prof. Dr. Ir. H. M. A. Chozin, M.Agr. Anggota
Dr. Soekisman Tjitrosemito, M.Sc. Anggota
Dr. Ir. Fred Rumawas, M.Sc. Anggota
Dr. Harris A. Burhan, MSc. Agr. Anggota
Prof. Dr. Ir. H. Muhajir Utomo, M.Sc. Anggota Diketahui Ketua Program Studi Agronomi
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr. Ir. Satriyas Ilyas, MS.
Prof. Dr. Ir. Syafrida Manuwoto, MSc.
Tanggal ujian: 12 Juli 2005
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala nikmat yang telah diberikan sehingga dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan disertasi yang merupakan salah satu syarat memperoleh gelar Doktor pada Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Penulis menyadari bahwa penelitian dan penulisan disertasi merupakan karya atas bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, karena itu penulis menyampaikan rasa terima kasih yang setulusnya kepada: 1. Prof. Dr. Ir. H. Amris Makmur, M.Sc, sebagai ketua komisi pembimbing atas bimbingan dan nasihat serta rekomendasi yang telah diberikan untuk bisa masuk di IPB tahun 1996, demikian juga kepada Ibu Fauziah Amris Makmur yang senantiasa memberikan motivasi dan nasihat sebagai bekal menata hidup yang lebih baik dimasa datang. 2. Prof. Dr. Ir. H. M.A. Chozin, M.Agr, sebagai anggota komisi pembimbing, ditengah kesibukan menjalankan tugas sebagai Wakil Rektor I IPB, masih dapat memberikan bimbingan untuk perbaikan disertasi dan memberikan motivasi agar segera dapat menyelaikan pendidikan. 3. Dr. Soekisman Tjitrosemito, M.Sc, sebagai anggota komisi pembimbing, atas bimbingan dan nasihat dalam perbaikan disertasi. Sebagai Ketua Umum HIGI (Himpunan Ilmu Gulma Indonesi) dan anggota presidium FKOTK (Forum Kemunikasi Olah Tanah Konservasi), telah memberikan kesempatan dan kepercayaan membantu organisasi untuk menambah pengetahuan dan wawasan. Demikian juga atas motivasi bapak dan ibu Soekisman (Dr. Ir. Sri Sudarmiyati) di SEAMEO BIOTROP, yang selalu menyampaikan pesan “tidak ada pilihan lain, kecuali harus selesai pendidikan Doktor”. 4. Dr. Ir. Fred Rumawas, M.Sc, sebagai anggota komisi pembimbing atas bimbingan dan nasihat serta rekomendasi yang telah diberikan untuk bisa masuk di IPB tahun 1996, dan motivasinya agar cepat selesai pendidikan serta kontribusinya dalam pengembangan wawasan usaha tani. 5. Dr. Harris A. Burhan, MSc.Agr, sebagai anggota komisi pembimbing, atas kesempatan yang diberikan seluas-luasnya sehingga penelitian dapat dilakukan beberapa tahap di R & D Station, Cikampek PT. CIBA GIEGY (Sekarang PT. Sygenta Indonesia) dan juga bibimbingannya dalam penyelesaian pendidikan serta sumbangan pengalaman dalam organisasi HIGI dan FK-OTK. 6. Prof. Dr. Ir. H. Muhajir Utomo, M.Sc sebagai anggota komisi pembimbing, masih dapat membimbing ditengah kesibukan sebagai Rektor Universitas Lampung (Unila), demikian pula atas pengetahuan dan pengalaman yang diberikan dalam kapasitas sebagai ketua presidium FK-OTK (Forum Komunikasi Olah Tanah Konservasi). 7. Dr. Ir. Munif Gulamahdi, M.S, Dr. Ir. Syarifuddin Karama, M.Sc dan Dr. Ir. Hj. Sandra Azis, MS sebagai penguji luar komisi, atas kontribusinya dalam perbaikan disertasi.
8. Rektor dan Dekan Sekolah Pascasarjana beserta civitas akademika Institut Pertanian Bogor, yang telah memberikan kesempatan dan pelayanan selama mengikuti pendidikan program Doktor. 9. Rektor dan Dekan Fakultas Pertanian Universitas Tadulako (UNTAD) yang memberikan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan dan bantuan dana untuk penyelesaian studi. 10. Drs. Iskandar Zulkarnaen,MS Kepala R & D Station PT. Sygenta Indonesia, Cikampek dan Staf atas bantuan sarana dan prasarana selama melaksanakan penelitian. 11. Prof. Dr. Ir. H. Jody Moenandir dan Ir. H. Is Hidayat Utomo, MS sebagai pembina HIGI dan anggota presidium FK-OTK, atas nasihat dan dorongan serta kontribusinya selama pendidikan dan organisasi. 12. Dr. Ir. H. A. Muhammad Syakir, MS sebagai ketua umum Forum Pascasarjana KTI (Kawasan Timur Indonesia) dan Ketua Dewan Pakar Forum Mahasiswa Pascasarjana Indonesia serta rekan-rekan yang tergabung dalam forum tersebut, khususnya kepada Ir. Abd. Haris Bahrun, M.Si, atas segala bantuannya dalam penyelesaian disertasi. 13. Prof. Dr. Ir. H. Muhammad Hasyim Bintoro Djoefrie, sebagai Guru Besar Agronomi pada Jurusan Budidaya Pertanian IPB dan Ketua AMPOSI (Assosiasi Masyarakat Kompos Indonesia), atas kontribusi ilmu pengetahuan dan nasihat dalam program Doktor dan organisasi. 14. Ketua dan rekan-rekan anggota HMPN (Himpunan Masyarakat Pestisida Nasional) dan Crop Life serta staf Komisi Pestisida Deptan RI atas kerjasama dan partisipasinya sehingga sangat membantu penyelesaian program Doktor. 15. Rekan-rekan yang tergabung dalam organisasi HIMPAST-Bogor (Himpunan mahasiswa Pascasarjana, Sulawesi Tengah-Bogor, atas bantuan dan motivasinya selama mengikuti program Doktor. 16. Secara khusus ucapan terima kasih disampaikan kepada ayah Koloi Tinga (almarhum) dan ibu tercinta Aminah Sohoda serta istri tercinta Nurcutyanthi dan kedua anak tersayang (Vican Sefiany Koloi dan Vindi Augustiany Koloi), kedua mertua Thung Siusin dan Lien R. (almarhum), kakak dan adik serta semua keluarga atas segala pengorbanan, pengertian, doa dan motivasi serta telah memberikan yang terbaik. Semoga karya ilmiah ini memberikan banyak manfaat. Bogor, 12 Juli 2005 Syamsudin Koloi
viii
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Desa Buol, Kabupaten Buol, Sulawesi Tengah pada tanggal 12 Juli 1960, adalah anak ke tujuh dari sembilan bersaudara dari ayah Koloi Tingga dan ibu Aminah Sohoda. Penulis menikah dengan Nurcutyanthi pada tahun 1986 dan telah dikarunia dua orang anak: Vican Sefiany Koloi (19 thn, sekarang kuliah di Fakultas Kedokteran Unibraw, Malang) dan Vindi Augustiany Koloi (14 thn, sekolah di SMA Lab. Universitas Negeri Malang). Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar Negeri 1 Buol di Buol pada tahun 1973, Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Buol di Leok pada tahun 1976 dan Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Buol di Leok pada tahun 1979/80. Tahun 1986 lulus Sarjana Pertanian (S-1), jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian Universitas Tadulako (Untad) di Palu. Sejak tahun 1988 diangkat sebagai Pegawai Negeri Sipil dan hingga saat ini bekerja sebagai tenaga pengajar tetap pada Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Untad, Palu. Pada tahun 1989/90 mengikuti program Magister Sains (S-2) pada program studi Agronomi, Fakultas Pascasarjana, IPB dan lulus pada tahun 1993. Pada tahun ajaran 1996/97 mendapat kesempatan melanjutkan program Doktor (S-3) pada program studi Agronomi, Sekolah Pascasarjana, IPB dengan beasiswa Asian Development Bank (ADB-Loan).
DAFTAR ISI Halaman
DAFTAR TABEL .......................................................................................
xiii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................
xv
PENDAHULUAN .......................................................................................
1
Latar Belakang ................................................................................. Kerangka Pemikiran.......................................................................... Tujuan............................................................................................... Manfaat............................................................................................. Hipotesis ...........................................................................................
1 3 5 5 6
TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................................
7
Budidaya Padi Sawah Tapin .............................................................. Bidaya Padi Tapin …………………………………………… .......... Budidaya Padi Tabela…………………………………………......... Kerebahan Padi Tabela………………………………………… ...... Prototipe Padi Tabela ………………………………………. ...........
7 7 7 8 10
Persiapan Lahan Padi Sawah............................................................. Persiapan Lahan OTS…………………………………………. ....... Persiapan Lahan TOT .................................................................
11 11 14
Kompetisi Gulma pada Budidaya Padi Tabela ...................................
15
Budidaya Kedelai setelah Padi Sawah................................................ BudidayaKedelai TOT ................................................................. Nisbah C/N .................................................................................
15 16 18
SELEKSI KARAKTER MORFOLOGI PADI TABELA PADA KONDISI TERGENANG ...........................................................................
21
Pendahuluan......................................................................................
21
Bahan dan Metode ............................................................................
22
Hasil dan Pembahasan......................................................................
25
Kesimpulan........................................................................................
31
PENGARUH PERSIAPAN LAHAN, JUMLAH BENIH DAN VARIETAS TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI TABELA ...........................................................................................
32
Pendahuluan .....................................................................................
32
Bahan dan Metode ............................................................................
33
Hasil dan Pembahasan......................................................................
38
Kesimpulan........................................................................................
45
PENGARUH PERSIAPAN LAHAN, VARIETAS DAN CARA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI TAPIN DAN TABELA .....................................................................
46
Pendahuluan.....................................................................................
46
Bahan dan Metode............................................................................
47
Hasil dan Pembahasan .....................................................................
51
Kesimpulan .......................................................................................
55
PENGARUH PERSIAPAN LAHAN DAN PEMUPUKAN UREA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI TABELA KUADRAT ................................................................................
56
Pendahuluan.....................................................................................
56
Bahan dan Metode............................................................................
57
Hasil dan Pembahasan .....................................................................
60
Kesimpulan .......................................................................................
66
PENGARUH PERSIAPAN LAHAN DAN PEMUPUKAN UREA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI SETELAH PADI SAWAH ........................................................................
67
Pendahuluan.....................................................................................
67
Bahan dan Metode............................................................................
68
Hasil dan Pembahasan .....................................................................
71
Kesimpulan .......................................................................................
79
PEMBAHASAN UMUM........................................................................
80
Pengembangan Budiadaya Padi Tabela ...........................................
80
Pengembangan Budidaya Kedelai Setelah Padi Sawah ...................
83
KESIMPULAN DAN SARAN ...............................................................
85
Kesimpulan ......................................................................................
85
Saran ...............................................................................................
86
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................
87
DAFTAR ISTILAH ...............................................................................
91
xi
DAFTAR TABEL Nomor
Teks
Halaman
1. Hasil dan Komponen Hasil yang Dipengaruhi oleh Jumlah Benih Padi Tabela ....................................................................................................
9
2. Pengaruh Jumlah Benih terhadap Hasil Padi Tabela ...............................
9
3. Hasil Padi pada berbagai Cara Tabela ...................................................
10
4. Produksi GKG pada Budidaya Padi OTS dan TOT dibeberapa tempat dan Musim Tanam .....................................................................
14
5. Kehilangan Hasil Padi Tabela yang Disebabkan oleh Kompetisi dari Gulma yang Berbeda .......................................................................
16
6. Waktu Penggenangan Air dan Pemeliharaan Padi .................................
24
7. Hasil Pengamatan Komponen Pertumbuhan dan Produksi dari 64 Varietas dan Galur Padi Sawah yang Diseleksi untuk Tabela pada Macak-macak dan Tergenang .................................................................
26
8. Hasil Analisis Komponen Utama dari 64 Jenis Padi Tabela dengan Tinggi Genangan 2-4 cm ........................................................................
28
9. Pengelompokan Varietas dan Galur Berdasarkan Skor Komponen Utama dari 64 Varietas dan Galur Padi Tabela.......................................
31
10. Nilai t Terboboti yang Berkaitan dengan Rataan Kombinasi, Standar Galat dari Rataan yang Berbeda yang Melibatkan Lebih dari Satu Galat Kuadrat Tengah ............................................................................
35
11. Cara Persiapan Lahan dalam Sistem Budidaya Padi Sawah .................
36
12. Waktu Penggenangan Air dan Pemeliharaan Padi Tabela....................
37
13. Pengaruh Persiapan Lahan, Jumlah Benih dan Varietas terhadap Pertumbuhan Padi Tabela Sebar............................................................
39
14. Pengaruh Persiapan Lahan, Jumlah Benih dan Varietas terhadap Produksi Padi Tabela Sebar ...................................................................
42
15. Respon Indeks Hasil GKG dan Indeks Panen terhadap Pengaruh Interaksi antara Persiapan Lahan dan Varietas Padi ..............................
44
16. Waktu Penggenangan Air dan Pemeliharaan Padi .................................
50
17. Pengaruh Persiapan Lahan, Varietas dan Cara Tanam terhadap Pertumbuhan Padi Tapin dan Tabela Tapin dan Tabela .........................
52
18. Pengaruh Persiapan Lahan, Varietas dan Cara Tanam terhadap Produksi Padi Tapin dan Tabela .............................................................
53
19. Respon jumlah dan bobot kering malai pda Tabela (m2) terhdap pengaruh interaksi antara cara tanam dan persiapan lahan....................
54
20. Respon Hasil GKG (ton/ha) terhadap Pengaruh Interaksi antara Cara Tanam dengan Persiapan Lahan dan Varietas Padi Tabela ...................
55
21. Pengaruh Persiapan Lahan dan Pupuk Urea terhadap Pertumbuhan Padi Tabela Kuadrat ...............................................................................
61
22. Pengaruh Persiapan Lahan dan Pupuk Urea terhadap Produksi Padi Tabela Kuadrat .......................................................................................
62
23. Respon Hasil GKG (ton/ha) Padi Tabela Kuadrat terhadap Pengaruh Interaksi antara Persiapan Lahan dan Pemupukan Urea........................
63
24. Pendugaan Dosis Urea Optimum pada Persiapan Lahan untuk Padi Tabela Kuadrat .......................................................................................
64
25. Respon Tinggi Tanaman Kedelai PTR-6 terhadap Pengaruh Interaksi antara Pupuk Urea dan Persiapan Lahan ...............................................
72
26. Respon Jumlah Bintil Akar Kedelai PTR-6 terhadap Pengaruh Interaksi antara Pupuk Urea dan Persiapan Lahan ..............................................
73
27. Respon Jumlah Cabang dan Indeks Cabang Produktif Kedelai PTR-6 terhadap Pengaruh Interaksi antara Pupuk Urea dan Persiapan Lahan..
74
28. Respon Jumlah Polong dan Indeks Polong Isi Kedelai PTR-6 terhadap Pengaruh Interaksi antara Pupuk Urea dan Persiapan Lahan ................
75
29. Respon Hasil Biji dan Indeks Panen Kedelai PTR-6 terhadap Pengaruh Interaksi antara Pupuk Urea dan Persiapan Lahan................................
76
30. Pendugaan Dosis Urea Optimum pada Persiapan Lahan untuk untuk Kedelai PTR-6...............................................................................
77
Nomor
Lampiran
Halaman
1. Hasil pengamatan pertumbuhan dan produksi 64 varietas dan galur padi Tabela yang diseleksi pada tinggi penggenangan 2-4 cm ................
92
2 Varietas dan galur padi terpilih untuk dibudidayakan secara Tabela pada kondisi tergenang ...........................................................................
94
3. Hasil pengamatan tinggi tanaman padi Tabela sebar (cm) ......................
95
4 Hasil pengamatan jumlah anakan total padi sawah Tabela sebar............
96
5 Hasil pengamatan jumlah anakan per rumpun padi sawah Tabela sebar .......................................................................................................
97
xiii
6. Hasil pengamatan persentase jumlah anakan 1 (tunggal) tiap rumpun (m2) padi sawah Tabela sebar ................................................................
98
7. Hasil pengamatan persentase jumlah anakan 2 tiap rumpun (m2) padi sawah Tabela sebar..........................................................................
99
8. Hasil pengamatan persentase jumlah anakan 3 tiap rumpun (m2) padi sawah Tabela sebar..........................................................................
100
9. Hasil pengamatan persentase jumlah anakan 4 tiap rumpun (m2) padi sawah Tabela sebar .........................................................................
101
10. Hasil pengamatan diameter ruas pangkal batang padi sawah Tabela sebar (mm) .............................................................................................
102
11. Hasil pengamatan panjang ruas batang padi sawah Tabela sebar (mm) .............................................................................................
103
12. Hasil pengamatan volume akar padi sawah Tabela sebar (mm) ............
104
13. Hasil pengamatan kerebahan padi sawah Tabela sebar (%) ..................
105
14. Hasil pengamatan krebhan padi sawah paa Tabela sebar (%) ...............
106
15. Hasil pengamatan BK malai padi sawah Tabela sebar (g/m2) ................
107
16. Hasil pengamatan BK gabah hampa padi sawah Tabela sebar (kg/ha) ..
108
17. Hasil pengamatan GKG padi sawah Tabela sebar (ton/ha) ....................
109
18. Hasil pengamatan indeks panen padi sawah Tabela sebar (%)..............
110
19. Hasil analisis regresi komponen pertumbuhan terhadap kerebahan padi Tabela sebar...................................................................................
111
20. Hasil pengamatan bobot kering akar padi Tapin dan Tabela (g/m2) ......
112
21. Hasil pengamatan bobot batang padi Tapin dan Tabela (g/m2) ..............
113
22. Hasil pengamatan bobot daun padi Tapin dan Tabela (g/m2).................
114
23. Hasil pengamatan tinggi tanaman padi Tapin dan Tabela (cm)...............
115
24. Hasil pengamatan jumlah anakan padi Tapin dan Tabela (rumpun) ......
116
25. Hasil pengamatan jumlah anakan padi Tapin dan Tabela (m2) ..............
117
26. Hasil pengamatan volume akar padi sawah Tapin dan Tabela (mm) ......
118
27. Hasil pengamatan kerebahan padi sawah Tapin dan Tabela (data transformasi Vx+1) ...............................................................................
119
28. Hasil pengamatan jumlah malai padi sawah Tapin dan Tabela (m2) ......
120
29. Hasil pengamatan bobot malai padi sawah Tapin dan Tabela (kg/m2) ...................................................................................................
121
30. Hasil pengamatan gabah hampa padi sawah Tapin dan Tabela (kg/ha) ....................................................................................................
122
31. Hasil pengamatan GKG padi sawah Tapin danTabela (ton/ha) ..............
123
32. Hasil pengamatan indeks panen padi sawah Tapin dan Tabela (%) .......
124
xiv
33. Hasil pengamatan tinggi tanaman padi sawah Tabela kuadrat (cm) .......
125
34. Hasil pengamatan jumlah anakan total padi sawah Tabela kuadrat (rumpun).................................................................................................
126
35. Hasil pengamatan jumlah anakan produktif padi sawah Tabela kuadrat (rumpun) ....................................................................................
127
36. Hasil pengamatan indeks anakan produktif padi sawah Tabela kuadrat (%) .............................................................................................
128
37. Hasil pengamatan volume akar padi sawah Tabela kuadrat (mm) ..........
129
38. Hasil pengamatan panjang akar padi sawah Tabela kuadrat (g/m2).......
130
39. Hasil pengamatan bobot kering akar padi sawah Tabela kuadrat (g/m2) .....................................................................................................
131
40. Hasil pengamatan bobot kering daun padi sawah Tabela kuadrat (g/m2) .....................................................................................................
132
41. Hasil pengamatan bobot kering jerami padi sawah Tabela kuadrat (ton/ha) ...................................................................................................
133
42. Hasil pengamatan GKG padi sawah Tabela kuadrat (ton/ha) .................
134
43. Hasil pengamatan indeks panen padi sawah Tabela kuadrat (%) ...........
135
44. Hasil analisis regresi pengaruh dosis pupuk urea pada setiap persiapan lahan padi sawah Tabela kuadrat (%) ....................................
136
45. Hasil pengamatan tinggi tanaman kedelai PTR-6 (cm) ...........................
137
46. Hasil pengamatan jumlah bintil akar kedelai PTR-6 ................................
138
47. Hasil pengamatan jumlah cabang produktif kedelai PTR-6 .....................
139
48. Hasil pengamatan indeks cabang produktif kedelai PTR-6 .....................
140
49. Hasil pengamatan jumlah polong isi kedelai PTR-6 ................................
141
50. Hasil pengamatan indeks polong isi kedelai PTR-6 ................................
142
51. Hasil pengamatan biji kedelai PTR-6 ......................................................
143
52. Hasil pengamatan indeks panen kedelai PTR-6 .....................................
144
53. Hasil analisis regresi kuadratik pengaruh dosis pupuk urea pada setiap persiapan lahan kedelai PTR-6 ....................................................
145
xv
DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Dagram skor komponen dari 64 varietas dan galur padi yang diseleksi untuk padi tabela pada penggenangan 2-4 cm.....................
29
2. Dendogram dari 64 varietas dan galur padi yang diseleksi untuk Tabela pada penggenangan 2-4 cm ...................................................
30
3. Pengaruh persiapan lahan, varietas dan jumlah benih terhadap anakan total dan persentase anakan padi Tabela Sebar ...................
40
4. Hubungan antara jumlah benih dengan Volume Akar,dan Kerebahan padi Tabela Sebar..............................................................................
41
5. Hubungan antara Dosis Pupuk Urea dan Hasil GKG padi Tabela Kuadrat .............................................................................................
65
6. Hubungan antar dosis pupuk urea dan hasil Biji Kedelai PTR-6.........
78
xvii
PENDAHULUAN Latar Belakang Pangan adalah kebutuhan yang paling mendasar dari suatu bangsa yang kalau kekurangan dapat menimbulkan kerawanan sosial, ekonomi dan politik yang memicu terjadinya instabilitas nasional. Dalam rancangan program pembangunan
pertanian
Departemen
Pertanian
RI
tahun
2005-2009,
peningkatan produksi pangan nasional masih difokuskan pada tiga jenis komoditi utama yaitu padi, jagung dan kedelai. Kesenjangan pangan saat ini makin melebar karena kebutuhan pangan terus meningkat tidak diiringi laju peningkatan produksi karena konversi lahan pertanian produktif menjadi non-pertanian semakin meluas terutama di pulau Jawa yang tidak diikuti dengan ekstensifisikasi, degradasi kesuburan tanah terus meningkat
dan
ketersediaan
air
makin
terbatas.
Selain
itu
kemarau
berkepanjangan dan banjir yang melanda persawahan di beberapa daerah setiap tahun dan pemberlakuan UU otonomi daerah diperkirakan berpotensi sebagai penyebab kesenjangan penyediaan pangan di Indonesia. Produktivitas padi di Indonesia masih rendah, hanya mencapai 4,4 ton/ha dan 1.19 ton/ha untuk kedelai, sementara produktivitas padi di Australia mencapai 9.5 ton/ha, Jepang 6.65 ton/ha dan Cina 6.35 ton/ha (Purba dan Las 2002). Penduduk Indonesia saat ini mencapai 216 juta dan pertumbuhan ratarata per tahun 1,5 %, untuk mencapai swasembada pada tahun 2010 diperlukan peningkatan produksi sebesar 1,8 – 2,1 % pertahun (Suprihatno et al. 2001). Dalam upaya mengatasi kekurangan pangan, pemerintah membuat kebijakan instant dengan melakukan impor. Kebijakan tersebut ternyata menimbulkan kontroversi karena menyebabkan harga gabah petani turun dan berdampak terhadap menurunnya motivasi petani untuk tetap bekerja disektor pertanian. Dalam situasi yang tidak menguntungkan tersebut dan lebih diperburuk oleh naiknya harga sarana produksi pertanian sehingga berdampak luas terhadap pembangunan pertanian di Indonesia. Peningkatan produksi padi dan kedelai selama ini dilakukan dengan tiga cara yakin: (1) meningkatkan produktivitas lahan (2) perluasan areal penanaman dan (3) diversifikasi pangan. Perluasan areal tanam membutuhkan prasarana dan sarana serta biaya sangat
xviii tinggi, sementara dana terbatas, maka pendekatan yang dilakukan adalah meningkatkan IP (Indeks Pertanaman). Disinyalir oleh banyak kalangan, lahan sawah sudah sulit ditingkatkan produktivitasnya karena sudah pada tingkat jenuh (levelling off) dan karena itu harus mengembangkan teknik budidaya yang mengarah pada upaya perbaikan mutu lahan sawah, teknik budidaya yang lebih baik dan efisiensi dalam memanfaatkan waktu, penggunaan tenaga kerja dan biaya produksi. Budidaya padi Tapin (Tanam pindah) adalah suatu teknik budidaya padi melalui pembibitan atau persemaian dan dipindahkan (transplanting) ke lapang setelah bibit atau semai tersebut dianggap mampu beradaptasi dengan kondisi tempat tumbuh. Budidaya padi Tapin diketahui banyak kelemahannya sehingga perlu dikembangkan alternatif teknis budidaya padi Tabela (Tanam Benih Langsung). Tabela adalah suatu teknik menanam padi dengan cara benih ditanam
langsung di lapang tanpa melalui persemaian.
Tabela dapat
memberikan kontribusi nyata dalam peningkatan produksi padi sawah terutama melalui efisiensi pemanfaatan lahan dengan peningkatan indeks pertanaman dalam setahun (De Datta dan Nantasomsaran 1991; Fagi dan Zaini 1996). Selama ini budidaya padi Tabela dikembangkan pada lahan OTS (Olah Tanah Sempurna) karena benih dapat disebar secara merata dan tumbuh lebih cepat daripada gulma (De Datta dan Nantasomsaran 1991; Pathinayake et al. 1991). Persiapan lahan OTS adalah teknik menyiapkan lahan dengan cara membajak tanah sawah dua kali dan kemudian diratakan, tetapi cara tersebut memperlambat waktu tanam, membutuhkan air banyak saat membajak dan pelumpuran serta terbentuk lapisan kedap air pada kedalaman bajak. Oleh karena itu perlu dikembangkan teknik persiapan lahan TOT (Tanpa Olah Tanah) yaitu suatu teknik menanam padi tanpa melakukan pembajakan atau pelumpuran tanah. Menurut Utomo (1996), TOT dapat mengkonservasi tanah dan air sehingga dapat dimanfaatkan untuk jangka panjang, karena terjadi akumulasi bahan organik dari singgang/jerami padi dan sisa tumbuhan (gulma) yang dapat berfungsi memperbaiki sifat fisik dan meningkatkan kesuburan tanah (Utomo 1994 dan Tjitrosemito 2005). Dengan melihat sisi positif persiapan lahan TOT dan budidaya padi Tabela ini dapat merupakan alternatif budidaya yang perlu dikembangkan dengan mengkaji secara seksama berbagai aspek agronomi dalam pengembangannya.
xix Dalam pengembangan budidaya padi Tabela, banyak varietas dan galur tidak semuanya cocok ditanam secara Tabela karena karakter morfologi tidak mendukung, seperti vigor benih rendah sehingga tidak tumbuh pada kondisi lahan sawah tergenang, kerebahan tinggi, hasil dan mutu gabah rendah serta gangguan tikus/burung pada saat benih disebar dalam kondisi lahan macakmacak serta penyiangan gulma sulit dilakukan secara manual. Sehubungan dengan hal tersebut perlu dilakukan seleksi varietas dan galur yang dapat menyesuaikan terhadap lingkungan sub optimal (Makmur 1980). Di jalur Pantura Jawa Barat, produktivitas lahan sawah irigasi teknis masih rendah. Setelah dua kali musim tanam padi, lahan sawah tersebut tidak digarap (bera), sehingga IP tidak pernah mencapai 300 % dalam setahun. Menanam kedelai setelah padi sawah OTS sudah menjadi kebiasaan petani sejak lama, khusunya di jalur Pantura Jawa Tengah (Tjitrosemito 2005), namun karena air tanah dan suplai air irigasi yang sangat terbatas sehingga hanya sebagian kecil petani yang memanfaatkan sawahnya dan lebih banyak dibiarkan bera (Somaatmadja 1985; Hidayat et al. 1991). Sehubungan dengan berbagai hal berkaitan dengan upaya peningkatan produktivitas tanaman dan lahan sawah, maka dilakukan serangkaian penelitian untuk mengkaji aspek agronomi pengembangan budidaya padi Tabela dan kedelai setelah padi sawah sehingga selain ada upaya konservasi tanah dan air, juga memberikan kontribusi terhadap peningkatan pendapatan petani dan keluarganya serta swasembada dalam program ketahanan pangan. Kerangka Pemikiran Seleksi varietas dan galur padi yang cocok untuk budidaya Tabela sangat perlu dilakukan karena tidak semua varietas dan galur padi yang dibudidayakan secara Tapin dapat dikembangkan secara Tabela. Budidaya padi Tabela mensyaratkan adanya karakter morfologi yang mendukung hasil tinggi, seperti tidak mudah rebah dan vigor benih yang tinggi sehingga dapat tumbuh baik pada kondisi tergenang. Jika benih padi disebar dalam keadaan tanah macak-macak, timbul masalah gangguan hama tikus/burung serta kompetisi gulma yang sulit dihindarkan. Penggenangan sawah setelah benih disebar adalah suatu cara mengatasi gulma dan gangguan hama. Tetapi dalam implementasi dilapangan ternyata banyak diantara varietas dan galur yang telah ada, memiliki vigor benih yang rendah sehingga tidak tumbuh pada genangan yang tinggi.
xx Kerebahan dan penurunan mutu serta kehilangan hasil gabah adalah kasus umum yang seringkali terjadi. Kerebahan padi Tapin tidak sebesar yang dialami Tabela yang bisa terjadi lebih awal pada saat keluar malai (kerebahan dini) dan terutama menjelang panen. Bila suatu varietas atau galur padi mudah rebah dan bulirnya mudah rontok, akibatnya padi gagal dipanen. Keberhasilan budidaya padi Tabela ditentukan oleh banyak faktor yang berperan, selain aspek agronomi seperti varietas atau galur, populasi atau kerapatan tanaman, cara tanam Tabela dan pemupukan yang tepat, juga tenaga kerja dan biaya produksi menjadi pertimbangan. Kerapatan tanaman padi yang terlampau tinggi menyebabkan kompetisi diantara individu tanaman padi sehingga tanaman membentuk anakan sangat sedikit dan batang padi (dalam satu rumpun) tidak tumbuh kokoh, akibatnya tanaman padi menjadi sangat mudah rebah. Sebaliknya apabila populasi tanaman rendah, maka banyak ruang kosong tidak terisi (gap) akibatnya individu tanaman padi tumbuh kokoh dan tahan rebah, tetapi jumlah populasi tanaman padi tersebut tidak dapat mengkompensasi hasil gabah yang tinggi. Mineral tanah tidak menghasilkan nitrogen, sehingga suplai dari luar sangat diperlukan. Nitrogen merupakan kebutuhan dasar tanaman padi maupun kedelai untuk menghasilkan pertumbuhan secara optimal dan hasil yang tinggi. Jika N berlebihan maka akibatnya pertumbuhan vegetatif berlebihan dibanding generatif dan tanaman padi cenderung mudah rebah. Sebaliknya jika nitrogen tidak sesuai dengan kebutuhan tanaman maka bisa jadi pertumbuhan tidak optimal dan hasil padi menjadi rendah. Pada tanaman kedelai, N dibutuhkan dalam jumlah sedikit sebagai starter. Jika nitrogen kurang maka pertumbuhan vegetatif kurang baik, tetapi sebaliknya apabila nitrogen diberikan dalam jumlah berlebihan, maka pembentukan bintil akar terhambat dan akibatnya fiksasi N dari udara oleh bakteri Rhizobium menjadi rendah. Persiapan lahan OTS bertujuan melumpurkan tanah, mempercepat dekomposisi bahan organik dan mengendalikan gulma, tetapi membajak tanah hanya dapat dilakukan bila ada air irigasi dan tersedia alat pembajak seperti traktor dan kerbau. Oleh karena air irigasi terbatas, akibatnya waktu tanam lebih panjang dan musim tanam tidak serempak. Membajak tanah sawah secara terusmenerus akan menciptakan lapisan kedap air pada kedalaman bajak. Jika suplai air kurang atau sawah dikeringkan menjelang panen, maka tanah menjadi retak-
xxi retak dan akibatnya terbentuk bongkahan-bongkahan besar yang padat dan keras terutama tanah dengan kandungan liat tinggi. Membajak dan melumpurkan sawah dibutuhkan banyak air irigasi sehingga suplai air tidak tersedia cukup untuk mencakup areal sawah yang lebih luas. Selain itu dibutuhkan biaya besar untuk sewa traktor. Sementara persiapan lahan TOT dapat memugar lahan sawah karena terjadi akumulasi bahan organik, mengurangi
penggunaan
air
irigasi,
mengurangi
biaya
produksi
dan
mempercepat waktu tanam sehingga produktivitas tanaman dan lahan serta pendapatan petani meningkat. Menanam kedelai setelah padi sawah bertujuan untuk meningkatkan produktivitas lahan sawah dan meningkatkan produksi kedelai. Tetapi apabila sebelumnya lahan sawah diolah secara sempurna atau intensif secara terusmenerus, maka konsekuensinya adalah tanaman kedelai dihadapkan pada situasi lahan kurang baik yakni, tanah kering dan keras serta retak-retak, kandungan bahan organik rendah dan air tanah tidak cukup tersedia untuk menunjang pertumbuhan kedelai. Akibatnya tanaman kedelai tumbuh tidak seragam juga tidak merata karena banyak celah tanah (gap) yang terbentuk, tanaman tumbuh merana dan bahkan mati sebelum dipanen.
Tujuan Penelitian 1. Mencari varietas dan galur padi yang sesuai untuk dikembangkan dengan teknik budidaya padi Tabela. 2. Mengetahui varietas/galur padi Tabela sebar dengan jumlah benih optimum yang sesuai dengan persiapan lahan dengan hasil gabah yang tinggi. 3. Mendapatkan cara tanam padi Tabela dan varietas/galur padi yang tahan rebah, waktu panen lebih cepat, mudah pemeliharaannya dan sesuai dengan berbagai persiapan lahan. 4. Mendapatkan dosis pupuk urea optimal yang tidak menyebabkan kerebahan dan hasil gabah yang tinggi pada berbagai persiapan lahan untuk pengembangan budidaya padi Tabela kuadrat. 5. Mendapatkan dosis pupuk urea optimal pada persiapan lahan TOT untuk pengembangan kedelai setelah padi Tabela kuadrat.
Manfaat
xxii 1. Meningkatkan
produktivitas
tanaman
dan
lahan
sawah,
mengurangi
kebutuhan sarana produksi dan menghemat air irigasi. 2. Mendukung swasembada pangan khususnya beras dan kedelai untuk program ketahanan pangan nasional. 3. Memajukan olah tanah konservasi untuk menunjang pertanian berkelanjutan di Indonesia.
Hipotesis 1. Didapatkan varietas dan galur padi sesuai untuk budidaya padi Tabela dengan karakter morfologi tumbuh baik pada kondisi lahan tergenang, tahan rebah dan hasil gabah yang tinggi. 2. Varietas/galur padi Tabela sebar dengan kerapatan optimal sesuai untuk persiapan lahan OTM dan OTS. 3. Cara tanam padi Tabela kuadrat dapat mengurangi kerebahan varietas/galur padi yang mudah rebah, umur panen cepat, hasil gabah tinggi dan sesuai dengan persiapan lahan TOT. 4. Dosis pupuk urea yang optimal relatif sama pada persiapan lahan OTS dan TOT untuk pengembangan budidaya padi Tabela kuadrat. 5. Dosis pupuk urea optimal lebih rendah pada persiapan lahan TOT untuk pengembangan kedelai setelah padi Tabela kuadrat.
xxiii
TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Padi Sawah Tapin dan Tabela Budidaya Padi Tapin Sebagian besar persawahan di Indonesia ditanami padi dengan cara Tapin dan lahan diolah secara OTS (budidaya padi OTS), sedangkan tanpa olah tanah (budidaya padi TOT) masih sangat jarang dilakukan oleh petani. Menanam padi dengan cara Tapin, dimana benih disemaikan terlebih dahulu dan setelah bibit berumur 21 hari atau lebih kemudian dipindahkan ke lapang. Pada sistem budidaya Tapin, paling sedikit ada tiga akibat yang timbul yaitu: (1) sistem perakarannya menjadi rusak, (2) tanaman induk mati, (3) tanaman mengalami stagnasi (De Datta 1981). Bila bibit telah berumur lebih dari 21 hari maka daunnya dipotong dan lebih cepat mengeluarkan malai dibandingkan anakannya, sehingga tumbuhnya tidak seragam. Selanjutnya tanaman induk beserta malainya mengering dan mati. Untuk memacu pembentukan dan pertumbuhan anakan baru, maka tanaman padi perlu dipupuk dengan urea dengan dosis yang tepat. Melihat berbagai masalah dalam pengembangan budidaya Tapin maka banyak petani di Asia mulai beralih pada budidaya Tabela. Di Asia, budidaya Tapin mulai ditinggal dan mengembangkan budidaya Tabela (Azmi dan Hussain 1996; De Datta dan Nantasomsaran 1991; Lim et al. 1991; Burhan 1996), karena adanya suplai air irigasi, varietas padi modern berumur pendek dan biaya buruh meningkat serta tersedia herbisida yang selektif. Budidaya Padi Tabela Budidaya padi Tabela adalah suatu teknik menanam padi tanpa melalui persemaian dan pemindahan bibit (transplanting). Budidaya padi Tabela dapat mengatasi
kelemahan-kelemahan
pada
budidaya
padi
Tapin
sehingga
pertumbuhan dan hasil padi Tabela cenderung lebih tinggi dibanding Tapin. Budidaya padi Tabela yang dikembangkan saat ini adalah Tabela sebar dan Tabela larikan. Kelemahan utama padi Tabela sebar dan Tabela larikan adalah karena kerebahan sangat tinggi akibatnya kehilangan hasil panen cukup besar dan akan lebih besar mencapai hingga 100 % bila bulir padi mudah rontok.
xxiv Di Indonesia, sebenarnya budidaya padi Tabela telah lama dilakukan oleh petani tetapi karena berbagai alasan dan kendala maka sistem tersebut tidak berkembang dengan baik.
Budidaya Tabela baru mulai diterapkan didalam
program Sistem Usahatani Padi berbasis Agribisnis (SUTPA) tahun 1998, dan telah dicoba di 14 Propinsi di Indonesia. Berdasarkan hasil pengkajian SUTPA menunjukkan bahwa hasil ubinan panen perdana varietas Memberamo dengan cara Tabela lebih tinggi dibanding Tapin. Namun demikian varietas Memberamo ternyata mudah rebah dan persentase gabah hampa lebih tinggi dibanding cara Tapin (Fagi dan Zaini 1996). Selain varietas Memberamo juga dikembangkan varietas IR-64 dan Cisadane, namun produksinya lebih rendah 15-20 % dari varietas Memberamo. Berdasarkan kenyataan dalam pelaksanaan program SUTPA (Fagi dan Zaini 1996) yang ada di lapang, ternyata belum dapat memberikan hasil sesuai diharapkan, dan oleh karena itu dalam sistem produksi padi Tabela dapat dilakukan beberapa cara yang mungkin produksi padi dapat ditingkatkan, yakni antara lain: (1) perbaikan dalam pemupukan terutama N dan K, (2) jumlah benih yang akan disebar, (3) mencari varietas tahan rebah atau patah batang, (4) jumlah anakan kurang tetapi jumlah bulir tiap malai tinggi, dan (5) melakukan pengaturan air yang memadai, (6) mencari dan memperbaiki metode penanaman dan (7) menerapkan pengelolaan gulma yang lebih efisien. Kerebahan Padi Tabela Salah satu kendala utama dalam pengembangan budidaya padi Tabela adalah kerebahan karena berakibat rendahnya hasil padi (Fagi dan Zaini 1996; De Datta dan Natasomsaran 1991). Kerebahan padi setelah heading sangat menurunkan hasil gabah. Dikemukakan oleh Lim et al. (1991) tingkat kerebahan padi Tabela sebar pada tanah yang digenangi lebih besar daripada Tabela (direct seeding) pada tanah kering atau Tabela (drill seeding) pada tanah digenangi. Hasil penelitian Cia tahun 1990 (De Datta dan Nantasomsaran 1991) menunjukkan bahwa Tapin lebih fleksibel dan memiliki ketahanan rebah daripada Tabela. Menurut Lim et al. (1991) diduga bahwa ketebalan culm padi dan perakaran yang bertanggung jawab terhadap ketahanan rebah padi Tabela. Dari laporan divisi penelitian Syngenta tahun 1982 (Tabel 2), dilaporkan bahwa jumlah benih yang disebar terlampau banyak, tidak diikuti dengan bertambahnya hasil padi (Burhan, 1996). Hasil penelitian di Korea (Tabel 1)
xxv menunjukkan, dengan jumlah benih yang disebar lebih banyak, tidak selalu dapat memberikan hasil padi yang lebih tinggi (Lim et al. 1991). Sehubungan dengan hal tersebut, dengan jumlah benih 40 - 80 kg/ha sudah cukup untuk Tabela, meskipun dengan jumlah benih tersebut mungkin gulma dapat ditekan, tetapi hasil gabah tidak maksimal (Burhan 1996). Dalam kaitan dengan pengembangan budidaya padi Tabela dalam program SUTPA, disarankan agar menggunakan jumlah benih sebanyak 60 kg/ha (Fagi dan Zaini 1996). Tabel 1. Hasil dan komponen hasil yang dipengaruhi oleh jumlah benih padi Tabela Jumlah benih (kg/ha ) 16 18 21 27 35 40 43
Jumlah benih 2 Hidup/m
Jumlah 2 malai/m
30 40 60 80 100 120 140
333 363 365 419 427 470 476
d d d c bc ab a
Jumlah bulir/malai
ab ab a ab ab b ab
78 79 80 79 69 69 74
Sumber: Lim et al. (1991)
ab ab a ab ab b ab
Bulir matang (%)
Bobot 1000 (g)
Hasil padi (ton/ha)
91 a 89 ab 90 a 86 b 81 c 81 c 78 d
20.8 20.6 22.0 20.5 21.5 20.6 20.8
4.5 c 5.2 ab 5.4 a 5.6 a 4.9 bc 4.6 c 4.6 c
Tabel 2. Pengaruh jumlah benih terhadap hasil padi Tabela Jumlah benih (kg/ha) 20
Hasil padi (kg/ha) disiang bergulma 3394 1809
Perbedaan 1585
40
4749
2184
2565
60
4807
2889
1918
80
4813
2994
1819
100
4793
3294
1495
120
4786
3327
1459
Sumber: Burhan (1996) Keberhasilan budidaya Tabela selain ditentukan oleh vigor benih, cara penyiapan lahan dan pengelolaan gulma serta kontrol air, juga cara tanam dan jumlah benih ikut berperan. Perbedaan cara tanam ternyata menghasilkan gabah yang berbeda pula. Hasil penelitian (Tabel 3) yang dilaporkan Biswas et al. (1991) menunjukkan, cara tanam Tabela sangat menentukan hasil padi yang dapat dicapai meskipun dalam kondisi lahan yang relatif sama karena cara tanam tersebut berkaitan langsung dengan jumlah populasi tanaman dan tingkat
xxvi kerebahan padi yang terjadi. IRRI melaporkan tahun 1985 bahwa kerugian hasil padi karena kerebahan dapat mencapai hingga 1 ton/ha pada beberapa varietas modern (De Datta dan Natasomsaran 1991). Tabel 3. Hasil padi pada berbagai cara Tabela Metode tanam Sebar langsung (tidak ada penyulanan) Sebar langsung (dengan penyulaman) Tanam tugal Tanam mengikuti alur bajak Sumber: Biswas et al. (1991)
Hasil (ton/ha) 2.8 3.5 3.5 3.1
Prototipe Padi Tabela Hal penting yang perlu diketahui dalam budidaya Tabela adalah hubungan antara source (sumber) dan sink (lubuk). Sumber adalah bagian organ yang mensuplai asimilat sedangkan lubuk merupakan bagian organ tempat tujuan translokasi asimilat. Hubungan keduanya dipakai untuk menganalisis proses produksi hasil tanaman. Apabila suatu tipe tanaman memiliki sumber terbatas, ditandai dengan kehampaan yang tinggi (lebih dari 20 %). Untuk memperbaiki sumber terbatas maka dilakukan dengan cara meningkatkan aktifitas fotosintesis daun dan mencegah mengeringnya daun atau mencegah penuaan dini dari daun. Lubuk terbatas merupakan kasus umum padi di daerah tropis. Tanaman memiliki pertumbuhan vegetatif berlebihan sehingga suplai asimilat terbatas bagi gabah. Persentase gabah isi bisa mencapai 85 % dan terdapat hubungan yang erat antara hasil gabah dan jumlah gabah tiap satuan luas.
Murata dan Matsushima (1978 dalam Ismunadji dan Roechman 1988)
menjelaskan bahwa varietas-varietas yang mempunyai hubungan erat antara Indeks Luas Daun (ILD) saat berbunga dengan hasil termasuk varietas dengan lubuk terbatas. Besarnya nisbah antara potensi hasil dan ILD (lubuk/sumber) pada waktu berbunga cenderung dimiliki oleh varietas yang mempunyai ukuran gabah besar. Jumlah anakan dan tipe tumbuh tanaman dimana perpanjangan batangnya bersamaan dengan perkembangan malai, menyebabkan terjadinya kompetisi asimilat bagi kedua organ tersebut. Untuk mengatasi hal tersebut dapat digunakan varietas-varietas yang memiliki daun bendera yang berukuran kecil karena kurang kompetitif terhadap malai.
xxvii Menurut Vergara et al. (1991), upaya untuk meningkatkan potensi hasil dari suatu tipe tanaman difokuskan pada peningkatan laju fotosintesis, produksi biomass dan indeks panen. Beberapa tipe tanaman padi yang dianjurkan untuk padi Tabela adalah sebagai berikut: 1. Membentuk anakan sedikit, menghasilkan anakan yang vigor dan besar untuk menghasilkan kerapatan biji yang tinggi, 2. Tipe malai berat, untuk menghasilkan malai dengan cabang-cabang utama yang banyak, 3. Malai tersusun terutama pada cabang-cabang utama, karena cabang utama memiliki kerapatan biji yang tinggi dan sedikit yang hampa serta gabah setengah berisi (half-filled), 4. Pangkal malai (pedicellar) lebih besar, memperbaiki transport asimilat, 5. Culm tebal, untuk memperbesar jaringan pembuluh (vascular bundle), mengurangi kecenderungan untuk rebah, penyokong yang baik bagi malai, dan memungkinkan sebagai tempat yang luas untuk akumulasi karbohidrat, 6. Bulir berukuran sedang, karena biji yang besar mempunyai kepadatan yang rendah dan biasanya biji tidak terisi penuh, 7. Daun-daun tebal dan tegak, untuk memperbaiki distribusi cahaya dan meningkatkan laju fotosintesis tiap unit luas daun, 8. Pelepah daun bendera hijau gelap, untuk meningkatkan produksi asimilat, 9. Penuaan lambat, untuk meningkatkan produksi asimilat dan periode yang panjang untuk pengisian biji, 10. Laju fotosintesis tinggi ketika Photosinteticly Active Radiation (PAR) rendah, supaya suplai karbohidrat tidak begitu menjadi pembatas selama musim basah, 11. Lama pertumbuhan sedang, sehingga karbohidarat terakumulasi sebelum pembungaan (heading), 12. Tinggi tanaman sedang dengan indeks panen 0.55 dan oleh karena tanaman kerdil (semidwarf ) cenderung membentuk anakan yang banyak. Persiapan Lahan Padi Sawah Persiapan Lahan OTS Di Indonesia lahan sawah luasnya mencapai lebih dari 10 juta ha, ditanami 2 musim tanam dalam setahun dan umumnya diolah secara OTS, dibajak dengan traktor sehingga waktu tanam padi sawah sangat ditentukan oleh
xxviii pengaturan suplai air irigasi dan kesiapan traktor. Berbeda dengan lahan tadah hujan, sebagian besar dibajak dengan hewan atau dicangkul dan hanya sebagian kecil menggunakan traktor. Keadaan demikian itu antara lain sebagai penyebab waktu tanam terlambat dan musim tanam tidak serempak sehingga IP 300 % sulit dicapai dan akibatnya produktivitas lahan sawah menjadi rendah. Sudah saatnya pemerintah mengubah arah kebijakan persiapan lahan OTS menjadi TOT sebagai kebijakan nasional dalam rangka peningkatan produktivitas pangan nasional. Teknologi budidaya padi sawah selama ini menganjurkan agar petani menyiapkan lahan padi sawah dengan teknik OTS, yaitu mengolah tanah secara intensif dengan cara membajak tanah dua kali dan meratakannya sebelum ditanami. Teknik OTS dimaksudkan untuk melumpurkan tanah, memudahkan penanaman, mengendalikan gulma dan meningkatkan produksi padi. Tidak disadari oleh petani bahwa teknik tersebut berpotensi terhadap (1) degradasi mutu lahan, (2) memberikan kontribusi terhadap peningkatan gas rumah kaca terutama metan (CH4), dan (3) menggunakan air berlebihan untuk pelumpuran (Fagi dan Zaini 1996). Pengolahan tanah secara OTS terus-menerus pada tanah sawah khususnya tanah dengan kandungan liat tinggi, berakibat pada memburuknya sifat fisik tanah antara lain agregat tanah menjadi tidak mantap dan terbentuknya lapisan kedap air pada kedalaman bajak (20 - 30 cm). Adanya lapisan kedap air yang keras menyebabkan peresapan air kedalam tanah terhambat dan kehilangan air tanah dengan aliran permukaan berlangsung secara cepat sehingga kapasitas tanah sawah menjadi berkurang untuk menyimpan air lebih banyak dan bahkan kehilangan air lebih cepat terjadi ((evaporasi), sehingga tanah sawah tidak dapat menyediakan air cukup untuk mendukung pertumbuhan tanaman palawija pada musim tanam berikutnya terutama pada musim kemarau. Tanah dengan kadar liat tinggi dan mempunyai sifat mudah mengembang, apabila beberapa hari tidak diairi, maka apabila dilakukan OTS tanah menjadi retak-retak dan membentuk bongkahan yang menganga lebar. Kondisi demikian, dapat mengakibatkan akar tanaman padi terputus-putus dan kehilangan air tanah lebih cepat terjadi. Menurut Arsyad (1989), dalam proses pembentukan agregat dimulai dari penghancuran bongkahan-bongkahan tanah oleh akar tumbuhan dan akar tumbuhan memasuki bongkahan dan menyebabkan timbulnya tempattempat lemah, kemudian terpisah menjadi butir-butir sekunder. Akar tumbuhan
xxix maupun miselia jamur dapat mengikat butir-butir tanah secara mekanis maupun kimia sehingga agregat tanah menjadi mantap.
Pelumpuran tanah sawah dapat merusak struktur tanah dan mengubah poripori makro menjadi pori-pori mikro sehingga permiabilitas tanah tersebut menjadi rendah. Penggenangan air setelah pelumpuran dapat menghentikan difusi oksigen ke dalam tanah, akibatnya aktivitas mikroba aerob terhenti tetapi sebaliknya mikroba anaerob menjadi aktif. Tidak adanya oksigen pada sistem tanah yang digenangi tersebut menurut De Datta et al. (1980 dalam Ismunadji dan Roechman 1988), menyebabkan organisme fakultatif dan yang benar-benar anaerobik menjadi aktif. Selanjutnya dalam kondisi tanah yang demikian itu, maka dekomposisi bahan organik akan lebih lambat dan tidak komplet dalam sistem tanah anaerobik daripada sistem aerobik, demikian juga laju mineralisasi bahan organiknya. Pembajakan dan pelumpuran tanah sawah juga menyebabkan produktivitas tanah menurun karena banyak hara yang hanyut oleh air, dan apabila terjadi kekeringan yang berlangsung dalam jangka waktu lama maka tanah menjadi padat dan retak-retak. Dilaporkan, tanaman padi yang ditanam dengan tanah dibajak dan dilumpurkan dan apabila mengalami kekeringan dalam fase pertumbuhan vegetatif hasil gabah kering turun hingga mencapai 1.8 ton/ha bila dibanding dengan tanah yang tidak diolah, tetapi sebaliknya apabila terjadi kekeringan dalam fase premordia justru memberikan hasil padi relatif tinggi (Sanchez 1973 dalam Ardjasa et al. 1995). Sehubungan dengan pengembangan budidaya TOT, hasil-hasil penelitian di berbagai daerah di Indonesia menunjukkan bahwa persiapan lahan OTS dan TOT menghasilkan produksi padi yang relatif sama, dan bahkan hasil padi TOT terkadang sedikit lebih tinggi dibanding OTS (Tabel 4). Hasil penelitian diberbagai daerah di Indonesia menunjukkan bahwa budidaya padi OTS dan TOT memberikan hasil gabah relatif sama (Ardjasa et al. 1996; Bangun 1996). Hasil penelitian Ardjasa et al. (1996), dalam budidaya Tabela dan Tapin pada lahan TOT dan OTS dengan cara pengairan terus-menerus dan intermitten menunjukkan bahwa hasil padi Tabela cenderung lebih tinggi daripada Tapin pada lahan TOT daripada OTS. Sehubungan dengan itu, kualitas pengolahan tanah menentukan populasi gulma setelah benih padi disebar. Pengolahan tanah
xxx yang baik akan mengurangi populasi gulma setelah benih padi disebar dan tingkat kerebahan tananam padi dapat dikurangi terutama menjelang fase pembungaan (heading). Tabel 4. Produksi GKG pada budidaya padi OTS dan TOT di beberapa tempat dan musim tanam Daerah Lampung
Sumatra Selatan
Sumatra Barat Jawa Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Tengah
Hasil GKG (ton/ha) OTS TOT 4.46 5.05 5.76 5.08 4.69 4.91 5.25 5.45 5.81 5.60 5.03 4.60 4.39 4.19 3.14 3.58 3.85 3.90 4.12 4.18 3.84 4.25 4.65 4.54 4.26 3.92 3.51 3.84 3.96 4.32
*)rangkuman hasil penelitian
Sumber pustaka*) Sembodo DRJ. et al. (1996), MK 96 Sembodo DRJ. et al. (1997), MH 97 Ardjasa WS. et al. (1996), MH 95/96 Ardjasa WS. et al. (1997), MK 97 Susanto H (1997) Noor (1996), MH 95/96 Noor (1996), MK 93/94 Noor (1996), MH 92/93 Zainal K. et al. (1996), MH 95/96 Erdiman et al. (1996), MH 95/96 Erdiman et al. (1995), MH 95/96 Bangun F (1996) Bangun F (1996) Simatupang RS et al. (1997), MH 96/97 Simatupang RS et al. (1997), MK 96/97
Persiapan Lahan TOT Konsep dasar persiapan lahan secara OTK (Olah Tanah Konservasi) adalah menyisakan bahan organik 30 % atau lebih (Paul et al. 1986, Utomo dan Chozin 1997). Selanjutnya Utomo (1996) menyatakan bahwa teknik olah tanah yang termasuk dalam rumpun OTK adalah: (1) OTKB (Olah Tanah Konvensional Bermulsa, (2) OTM (Olah Tanah Minimum) dan (3) TOT (Tanpa Olah Tanah). OTK didefinisikan sebagai suatu praktek mereduksi, merubah atau meniadakan pengolahan tanah untuk memelihara residu pada permukaan tanah sehingga
mampu melindungi tanah dari erosi sepanjang tahun. Menurut
Tjitrosemito (2005) Teknik TOT tidak hanya sekedar tanpa mengolah tanah, tetapi juga tercakup adanya pengelolaan serasah atau sisa tanaman/gulma. Selain itu teknik TOT dapat menghemat air irigasi hingga 46 %, tenaga kerja berkurang hingga 30 % (Utomo 1994) dan hasil padi tidak lebih rendah dari OTS (Schumacher 1996). Persiapan lahan padi sawah TOT secara terus-menerus menyebabkan akumulasi bahan organik yang bersumber dari singgang (jerami) padi dan gulma yang telah mati. Akumulasi bahan organik yang tinggi merupakan potensi lahan
xxxi untuk dapat dimanfaatkan jangka panjang. Dengan cara TOT, secara langsung dapat memperbaiki sifat fisik tanah dan air dapat terjaga dan akibat lebih lanjut adalah perbaikan sifat kimia dan biologi tanah. Hasil penelitian Isnaeni et al. (1999) menunjukkan bahwa selama 4 musim tanam TOT, nilai kekerasan tanah dan bobot isi tanah tidak berbeda dengan OTS. Menurut Phillips et al. (1980) sifat fisik tanah yang terpengaruh oleh sistem pengolahan tanah konvensional adalah kepadatan curah (bulk density), yang mana kepadatan curah yang tinggi mempengaruhi infiltrasi dan aerasi tanah. Pada kondisi tanah tergenang, bahan organik tanah menjadi lambat terdekomposisi sehingga banyak terakumulasi. Perombakan bahan organik oleh mikroba akan melepaskan hara yang terikat dalam senyawa kompleks menjadi tersedia terutama N, P dan S. KTK bahan organik yang tinggi membuatnya menjadi hidroskopis sehingga daya pegang air dari tanah akan menjadi bertambah karena penambahan bahan organik ke dalam tanah. Kandungan bahan organik yang tinggi pada tanah gambut dalam keadaan basa, tanah menjadi masam karena penumpukan ion H dari fermentasi bahan organik. Dekomposisi bahan organik melibatkan aktivitas mikroorganisme yaitu bakteri, fungi dan aktinomisetes. Kondisi lingkungan tanah yang mempengaruhi dekomposisi bahan
organik
dan
pembentukan senyawa
humat
adalah
kelembaban, aerasi, pH tanah, suhu tanah, kadar liat dan aksesabilitas bahan organik terhadap mikroorganisme. Kompetisi Gulma pada Budidaya Padi Tabela Pengelolaan gulma pada pertanaman padi sawah perlu dilakukan untuk menunjang pertumbuhan padi optimal. Akibat persaingan antara gulma dan tanaman padi dapat menurunkan hasil padi sekitar 11% (De Datta 1981), 15% (Bangun 1996), 55% (Nyarko dan De Datta 1991), 48% pada sistem Tapin dan 55% pada sistem Tabela (Ridwan 1996). Keberhasilan dalam Budidaya padi Tabela sangat ditentukan oleh pengolahan tanah yang baik, penggunaan herbisida untuk mengendalikan gulma dan pengelolaan tanaman padi itu sendiri. Ridwan (1996) menyatakan budidaya Tabela memerlukan pengolahan tanah yang intensif dan penggunaan herbisida untuk mengendalikan gulma. Persiapan lahan untuk padi Tabela adalah secara esensial tidak berbeda dengan Tapin. Namun untuk budidaya Tabela diperlukan suatu kondisi yang baik untuk mencapai kontrol air yang
baik, tanaman tumbuh tegak, menghindari
xxxii perkecambahan yang buruk dan akar yang jelek jika air terlalu dalam (Burhan 1996; Fagi dan Zaini 1996). Gulma merupakan masalah utama dalam budidaya Tabela (Pane et al. 1990; Lim et al. 1991; De Datta dan Nantasomsaran 1991; Supaad dan Cheong 1991; Pathinayake et al. 1991; Burhan 1996). Gulma dapat menimbulkan stres biologi pada tanaman padi Tabela, dan pilihan cara pengelolaan gulma terbatas, maka kehilangan hasil Tabela lebih tinggi daripada Tapin (Pathinayake et al. 1991). Nampaknya bahwa pengurangan hasil padi cenderung lebih tinggi jika pada kolompok tersebut terdapat gulma rumput disusul teki (Burhan 1994). Laporan tahunan divisi penelitian padi tahun 1985 (Tabel 5) mengungkapkan bahwa kehilangan hasil padi Tapin yang tidak disiang berkisar 10-25 % sedangkan untuk Tabela lebih besar dari 50 % (Burhan 1996). Menurut Supaad dan Cheong (1991), pada areal yang baru, penerapan sistem Tabela secara lengkap tanpa mempelajari lebih dahulu teknologi yang sesuai, sangat berpengaruh terhadap hasil padi. Selanjutnya dikemukakan kehilangan hasil padi Tabela yang tidak disiangi lebih tinggi daripada Tapin, yakni sekitar
1
ton/ha.
De
Datta
dan
Nantasomsaran
(1991)
menjelaskan
mengendalikan gulma dengan herbisida pada Tabela (broadcast seeded flooded rice) secara nyata dapat mereduksi biomass gulma dan meningkatkan hasil gabah. Walaupun penggunaannya lebih efektif, keselamatan lingkungan harus dipertimbangkan (Soerjani 1997; Utomo dan Chozin 1997). Tabel 5. Kehilangan hasil padi Tabela yang disebabkan oleh kompetisi dari kolompok gulma yang berbeda Kelompok gulma Bebas gulma Daun lebar (BL) Teki-tekian (S) Rumput-rumputan (G) BL + S BL + G G+S BL + G + S Sumber: Burhan (1996)
(kg/ha) 3165 2279 2846 1880 2619 668 1287 580
Hasil padi
Budidaya Kedelai setelah Padi Sawah Budidaya Kedelai TOT
(%) 28 10 41 17 79 59 82
xxxiii Selama ini lahan padi sawah dipersiapkan secara OTS secara terusmenerus, sehingga pada keadaan kering (kemarau) tanahnya menjadi retakretak dan membentuk bongkahan yang besar terutama pada tanah dengan kandungan liat tinggi. Dengan kandungan bahan organik yang rendah dan tingginya evaporasi, menyebabkan tanah tidak dapat menyimpan air cukup untuk menunjang pertumbuhan kedelai secara optimal (Manwan et al. 1990). Pengamatan dilapangan menunjukkan bahwa jika air tersedia cukup, maka kedelai tumbuh dengan baik tetapi tidak seragam dan tidak merata, dan pada musim kemarau maka kedelai tumbuh sangat merana dan bahkan mati sebelum dipanen. Sebaliknya jika lahan sawah diolah secara TOT beberapa musim tanam, kemudian ditanami kedelai maka pertumbuhan dan hasil kedelai masih lebih tinggi dibanding tanah sawah yang diolah secara OTS karena akumulasi bahan organik dalam tanah sawah sehingga sifat fisik menjadi lebih baik, tanah tidak retak-retak dan ketersediaan air lebih banyak untuk menunjang pertumbuhan kedelai (Sumarno et al. 1994). Pengalaman Tjitrosemito (2005) menunjukkan bahwa penanaman kedelai dengan cara ditugalkan pada tanah sawah seusai padi "marengan" (gadu) dipanen dan jerami dibabat telah lama dilakukan oleh petani di Jawa Tengah. Selanjutnya penanaman kedelai di tanah sawah kering pada musim kemarau ini mendapatkan pembenaran dari para ahli sebagai salah satu teknik yang termasuk dalam rumpun OTK. Walaupun demikian harus difahami bahwa OTK tidak hanya sekedar dipraktekan karena ketidak tersediaan air yang memadai untuk menanam padi, tetapi lebih dari itu, yaitu dalam kerangka pengembangan sistem produksi pertanian berkelanjutan. Praktek penanaman kedelai seperti itu mungkin sekarang disebut sebagai menanam kedelai dengan teknik TOT, karena tanah itu tidak olah, sudah kering dan sangat keras serta pecah-pecah permukaannya "telo" (tanah retak-retak permukaannya). Begitu kerasnya tanah itu beberapa petani menugal tanah dengan linggis. Petani juga menanam biji kedelai dalam telo dan rupanya embun yang tejadi didalam telo itu cukup bagi biji kedelai untuk berkecambah. Menurut Sanchez (1976) sisa tumbuhan dipermukaan tanah terutama berpengaruh terhadap temperatur, kelembaban dan agregasi tanah. Sisa tanaman dan gulma serta sekresi dari jasad hewan, dan mikroba adalah sumber bahan organik tanah. Bahan organik dapat membentuk organik-liat kompleks,
xxxiv maka pemberian bahan organik akan memperbaiki agregat tanah dan tanah menjadi gembur. Mikroba tanah mendapatkan energi dari senyawa organik yang peka seperti gula, tepung atau pati, protein, hemiselulosa, dan selulosa; sedangkan lignin adalah senyawa yang tahan terhadap perombakan dan tertumpuk di dalam tanah sebagai humus. TOT dapat meningkatkan akumulasi bahan organik dan apabila bahan organik dari sisa tumbuhan dikelola dengan baik maka produktivitas tanah meningkat (Utomo 1996 dan Tjitrosemito 2005). Nisbah C/N Dalam
memanfaatkan
sumberdaya
alam
dan
organisme
perlu
mengembangkan TOT, karena terkandung maksud mengelola serasah atau sisa tanaman/gulma yang bertujuan menyediakan makanan atau energi bagi mikroorganisme tanah yang sangat bermanfaat bagi sistem produksi pertanian (Tjitrosemito 2005). Daun, akar, batang dan ranting, sekresi dari jasad hewan dan mikroba adalah sumber bahan organik yang dikandung oleh tanah. Mikroba tanah mendapatkan energi dari senyawa organik yang peka (mudah terdekomposisi) seperti gula, tepung, protein, hemiselulosa, dan selulosa; sedangkan lignin adalah senyawa yang tahan terhadap perombakan dan tertumpuk di dalam tanah sebagai humus. Senyawa organik bersifat seperti kompleks adsorpsi mineral liat karena karboksil (-COOH) dan amine (-CNH2). Bahkan KTK koloid organik 2 - 30 kali KTK mineral liat. Perombakan bahan organik oleh mikroba akan melepaskan hara yang terikat dalam senyawa kompleks menjadi tersedia terutama N, P dan S. KTK bahan organik membuatnya menjadi hidroskopis, maka daya pegang air dari tanah akan bertambah karena penambahan bahan organik ke dalam tanah. Kandungan bahan organik yang tinggi seperti pada tanah gambut dalam keadaan basa juga menyebabkan tanah menjadi masam karena penumpukan ion H dari fermentasi bahan organik.
Karboksil dan amine dapat bermuatan positif atau negatif tergantung pada pH tanah. Dalam keadaan basa karboksil akan bermuatan negatif, dalam keadaan asam, -COO- akan kembali netral atau amine akan bermuatan positif (-CNH3+), maka bahan organik dapat memainkan peran dalam menstabilkan pH tanah. Bahan organik dapat membentuk organik-liat kompleks, maka pemberian bahan organik akan memperbaiki agregat tanah dan tanah menjadi gembur. O
O + OH -
C OH
C O
-
+ H2O
xxxv
Pelumpuran tanah sawah merusak struktur tanah dan mengubah pori-pori makro menjadi pori-pori mikro sehingga permiabilitas tanah menjadi rendah. Penggenangan air setelah pelumpuran menghentikan difusi oksigen ke dalam tanah, akibatnya aktivitas mikroba aerob terhenti tetapi sebaliknya mikroba anaerob menjadi aktif. Tidak adanya oksigen pada sistem tanah yang digenangi menurut De Datta et al. (1980 dalam Ismunadji dan Roechman 1988) maka organisme fakultatif dan yang benar-benar anaerobik menjadi aktif. Selanjutnya dikemukakan bahwa dekomposisi bahan organik lebih lambat dan tidak komplit dalam sistem tanah anaerobik daripada sistem aerobik, demikian juga laju mineralisasi bahan organiknya. Mikroorganisme merupakan agen pertama penghancur bahan organik dan memerlukan makanan tertentu (energi). Satu masalah timbul adalah apabila kandungan nitrogen dari bahan organik yang didekomposisi sedikit, sebab mikroba-mikroba dapat menjadi perampas nitrogen dan bersaing dengan tanaman tingkat tinggi untuk mendapatkan nitrogen yang tersedia di dalam tanah. Kandungan karbon bahan organik relatif konstan, antara 40 – 50 %, sementara kandungan N bervariasi. Sifat bahan organik meliputi jumlah dan kualitas bahan organik dan kualitas bahan organik ditentukan oleh nisbah karbon : nitrogen (C/N), nisbah lignin : nitrogen (L/N). Makin tinggi nisbah C/N dan L/N bahan organik maka semakin sulit terdekomposisi, sebaliknya nisbah C/N dan L/N rendah berarti mudah terdekomposisi. Bahan organik yang sulit terdekomposisi akan semakin lama di dalam tanah sehingga pengaruhnya terhadap biodegradasi dan adsorbsi semakin lama. Bahan organik dapat berperan mengurangi pencemaran tanah oleh pestisida, logam atau senyawa beracun lainnya (Sanchez 1976).
Nitrogen adalah unsur hara yang esensial yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah banyak. Meskipun total nitrogen di dalam tanah tinggi tetapi kerapkali tidak tersedia bagi tanaman (Thompson dan Troch 1978), karena mengalami proses pencucian, volatilisasi, denitrifikasi dan imobilisasi (Tisdale dan Nelson 1975; Sanchez 1976). Menurut De Datta et al. (1980, dalam Ismunadji dan
xxxvi Roechman 1988) bahwa nitrogen hilang dari tanah karena diserap oleh tanaman, tetapi hal ini tidak dipertimbangkan sebagai sesuatu yang hilang dari mekanisme sistem tanah. Nitrogen hilang terutama karena denitrifikasi, volatilisasi amonia, pelindian (pencucian) dan limpasan permukaan. Selain itu immobilisasi dan fiksasi ammonium menjadikan nitrogen sewaktu-waktu tidak tersedia bagi tanaman padi, tetapi tidak menyebabkan nitrogen hilang dari sistem tanah. Sifat fisik tanah tidak dipengaruhi oleh pemupukan nitrogen, tetapi nitrogen hanya akan memacu dekomposisi bahan organik. Nitrogen tanah yang ada terutama dari kombinasi organik dalam tanah. Penguraian bahan organik berperan penting untuk melepaskan ion-ion amonium ke larutan tanah dengan kecepatan yang lebih lambat pada tanah tergenang daripada tanah tidak tergenang. Menurut De Datta et al. (1980, dalam Ismunadji dan Roechman 1988) bahwa suplai dan ketersediaan nitrogen pada tanah tergenang adalah lebih tinggi dibanding dengan tanah tidak tergenang.
Hasil penelitian yang dilakukan selama 8 tahun berturut-turut (Utomo 1996) menunjukkan bahwa kandungan C organik dan N total tanah pada sistem TOT lebih tinggi daripada sistem OTS. Selain N, hara lain seperti P, K, Ca, dan Mg juga meningkat. Umumnya permukaan butir liat diduduki oleh kation Ca++, Mg++, K+, dan Na+ diketahui sebagai unsur pembentuk basa. Selanjutnya dikemukakan bahwa kesuburan tanah OTK berkaitan erat dengan adanya pendaur-ulangan (recycle) internal hara melalui pemanfaatan mulsa tanaman maupun gulma in situ dan rendahnya erosi tanah serta pencucian hara. Untuk menjawab berbagai permasalahan yang telah dikemukakan dalam kerangka pemikiran dan hipotesis yang diajukan, maka dibuat serangkaian penelitian (lima tahap percobaan) dimana tahap percobaan yang satu dengan tahap percobaan berikutnya saling terkait sebagaimana tertuang dalam bagian-bagian percobaan berikut.
xxxvii
SELEKSI KARAKTER MORFOLOGI PADI TABELA PADA KONDISI TERGENANG PENDAHULUAN Percobaan I dilakukan untuk mendapatkan varietas dan galur padi yang dapat dikembangkan dengan cara Tabela. Varietas dan galur padi telah banyak dihasilkan
lembaga
penelitian
pemerintah
maupun
swasta
dan
telah
dikembangkan dengan teknik budidaya padi Tapin. Varietas dan galur padi tersebut tidak semua sesuai untuk teknik budidaya padi Tabela, karena mensyaratkan adanya karakter morfologi yang mendukung hasil tinggi, seperti vigor benih yang tinggi dan dapat tumbuh baik pada kondisi tergenang, tidak mudah rebah dan penampilan tanaman yang baik. Oleh karena itu perlu dilakukan seleksi varietas dan galur padi yang dapat menyesuaikan terhadap lingkungan sub optimal (Makmur 1980), untuk mendapatkan varietas dan galur padi sawah yang dapat dikembangkan secara Tabela. Budidaya padi Tabela adalah suatu teknik menanam padi tanpa melalui persemaian dan pemindahan bibit (transplanting). Tabela dikembangkan untuk mengatasi kelemahan pada budidaya padi Tapin, dimana bibit mengalami stagnasi, mutu gabah tidak seragam, waktu tanam terlambat dan waktu panen lebih lama serta biaya tanam lebih tinggi. Budidaya padi Tabela yang dikembangkan saat ini adalah Tabela sebar dan Tabela larikan. Kelemahan utama budidaya padi Tabela sebar dan Tabela larikan adalah kerebahan sangat tinggi yang berakibat pada kehilangan hasil panen cukup besar, mutu gabah rendah dan bahkan gagal panen apabila bulir padi mudah rontok. Kondisi lahan sawah yang tergenang air terutama pada musim penghujan ketika benih disebar, menjadi kendala utama pengembangan budidaya padi Tabela sebar, karena genangan air yang berlangsung beberapa lama, dimana suplai oksigen sangat terbatas (kondisi anaerob), menyebabkan benih padi tidak mampu berkecambah dan atau tidak dapat tumbuh dengan baik karena benih tersebut memiliki vigor rendah. Menggenangi sawah setelah benih padi disebar adalah suatu cara mengurangi infestasi gulma, sehingga kalau benih padi dapat berkecambah dan tumbuh dengan baik pada kondisi tersebut, maka teknik ini dapat mendukung pengembangan budidaya padi Tabela.
xxxviii Dalam teknik budidaya padi Tabela selama ini dianjurkan agar benih padi disebar dalam kondisi lahan sawah macak-macak agar benih padi tumbuh lebih cepat dan seragam. Tetapi ternyata kondisi lahan macak-macak menimbulkan banyak masalah antara lain gulma tumbuh lebih cepat dibanding tanaman padi, sulit dikendalikan secara manual jika herbisida tidak tersedia dan munculnya gangguan hama tikus/burung yang sangat sulit dihindarkan. Untuk mengatasi berbagai agronomi dalam pengembangan budidaya padi Tabela, maka dianggap perlu untuk melakukan seleksi terhadap sejumlah varietas dan galur yang ada agar diperoleh varietas dan galur padi yang memiliki karakter morfologi yang sesuai dikembangkan secara Tabela. Apabila didapatkan suatu varietas dan galur padi yang dapat tumbuh baik pada kondisi lahan sawah tergenang air, maka kompetisi gulma-tanaman padi dan gangguan hama dapat diatasi dengan baik. BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu. Percobaan dilaksanakan di R & D Station PT. Syngenta, Cikampek, Jawa Barat, Jenis tanah adalah Regosol, dan dilakukan pada akhir MH 1997/98, mulai bulan Agustus hingga bulan Desember 1998. Percobaan ini ditujukan untuk seleksi varietas/galur yang sesuai untuk budidaya padi Tabela. Bahan dan Alat. Bahan yang digunakan adalah benih padi dari 21 varietas dan 43 galur (64 jenis) berasal dari BALITPA, Sukamandi. Pupuk urea, TSP, dan KCl, dan pestisida: Dursban 200 EC (Klorpirifos: 200 g/l), Furadan 3 G (Karbofuran 3%) fungisida Score 250 EC (Difenokonazol: 250 g/l), herbisida Sofit 300 EC (Pretilaklor 300 g/l) dan Logran 20 WDG (Triasulfuron 20%). Alat yang digunakan adalah traktor mini, knapsack sprayer, penakar curah hujan, seed moisture tester, timbangan, seed counter, oven, dan meteran. Metode percobaan. Sebanyak 21 varietas dan 43 galur padi ditanam secara Tabela sebar dengan kerapatan tinggi (100 benih kg/ha) kemudian diseleksi agar didapatkan varietas dan galur yang cocok untuk Tabela, yang didasarkan pada karakter morfologisnya. Seleksi dilakukan pada tiga macam kondisi lingkungan yaitu: (1) macak-macak, (2) tinggi genangan 2-4 cm, dan 4-6 cm. Untuk mendapatkan varietas/galur yang diharapkan digunakan metode principle component analysis (Gaspersz 1992).
xxxix Percobaan disusun menurut rancangan acak kelompok (RAK) dengan tiga ulangan. Model matematik adalah: Yij = µ + ρi + αj + εij Jika Yij = hasil pengamatan pada ulangan ke i dan perlakuan ke j, ρi = ulangan atau blok ke i, αj = perlakuan ke j, µ = rataan umum, dan εij = galat pada ulangan ke i, dan perlakuan ke j Pelaksanaan a. Persiapan Lahan Tanah diolah secara sempurna, menggunakan traktor mini dengan cara dua kali dibajak dan kemudian diratakan. Petak-petak dibuat berukuran 1 m x 5 m sebanyak 195 unit dengan 3 ulangan sehingga jumlah unit percobaan adalah sebanyak 585 unit. Semua petak percobaan adalah dalam kondisi macak-macak pada saat benih padi disebar. Antar satu petak percobaan dipisahkan oleh pematang dengan lebar 50 cm, kemudian antar kelompok dipisahkan oleh pematang dan saluran pengairan. b. Penanaman Benih Benih direndam dalam air selama 24 jam kemudian diangin-anginkan (inkubasi) selama 24 jam.
Benih padi ditanam secara Tabela sebar, jumlah
benih 100 kg/ha. Sehari setelah benih padi disebar, maka dilakukan pengendalian gulma menggunakan herbisida pra tumbuh yaitu Sofit 300 EC (Pretilaclor 300 g/l) dengan dosis 2 l/ha, volume semprot 500 l/ha. Sehari sampai dua hari setelah benih padi disebar, kemudian air segera dimasukkan kedalam petakan sawah. Tinggi air genangan dipertahankan sesuai perlakuan yakni macak-macak, tinggi genangan 2 – 4 cm dan tinggi genangan 4 - 6 cm agar tujuan seleksi dapat dicapai. c. Pemupukan dan Pemeliharaan Pupuk urea, TSP, KCl diberikan sehari sebelum benih disebar. Dosis pupuk yang digunakan sesuai anjuran, yakni 300 kg urea/ha, 100 kg SP-36/ha, dan 100 kg KCl/ha. 1/3 dari pupuk urea dan semua dosis TSP dan KCl diberikan sehari sebelum tanam (pupuk dasar), 1/3 bagian dari urea diberikan umur 21 hari, dan 1/3 bagian lagi umur 56 hari setelah sebar (hss). Pupuk urea diberikan dengan
cara
disebar
secara
merata.
Pengaturan
pemberian
pemeliharaan tanaman dilakukan sebagaimana disajikan pada Tabel 6.
air
dan
xl Untuk mencegah dan memelihara tanaman dari kemungkinan serangan hama/penyakit digunakan insektisida Dursban 200 EC (Klorpirifos: 200 g/l), dan fungisida Score 250 EC (Difenokonazol: 250 g/l). Untuk mengendalikan gulma pada fase kritis tanaman padi (30-40 hst), digunakan herbisida selektif Logran 20 WDG (Triasulfuron 20 %), dosis 20-25 g/ha dan volume semprot 500 l/ha. Tabel 6. Waktu penggenangan air dan pemeliharaan padi No.
Umur padi Tabela (hss)
Pemupukan
Tinggi genangan
1
-1
dasar (urea, TSP, KCl)
-
2
1-10
-
a. macak-macak b. 2 - 4 cm c. 4 - 6 cm
3
15-30
-
(semua petak)
4
21
1/3 urea (susulan 1)
-
5
35-60
-
10-15 cm (semua petak)
+
Bahan pengendali gulma/hama Sofit 300 EC Furadan 3 G Logran 20 WG
Furadan 3 G Dursban 250 EC Fisik (gulma)
Dursban 250 EC Score 250 EC Fisik (gulma) + 6 56 1/3 urea Dursban 250 EC (susulan 2) Score 250 EC 7 65-90 10-15 cm Score 250 EC (semua petak) Dursban 250 EC + 40 hst. fase anakan aktif, 60 hst. memasuki fase inisiasi malai. * aplikasi bila diperlukan
Pengamatan Peubah yang diamati adalah terdiri dari: 1. Kerapatan tanaman tiap m2, dihitung jumlah tanaman yang tumbuh pada saat tanaman berumur 21 hss. 2. Tinggi tanaman (cm). Tinggi tanaman diukur mulai pangkal batang diatas tanah hingga ujung daun tertinggi. Pengamatan dilakukan pada 10 rumpun tanaman contoh dan diukur pada umur 80 hss. 3. Jumlah anakan total dan anakan produktif, diamati umur 60 hss. 4. Umur saat malai pertama keluar dan malai terbentuk 50 % (hss). 5. Panjang dan lebar daun bendera (cm). Pengamatan dilakukan terhadap 10 contoh daun bendera, diamati pada umur 80 Hss.
xli 6. Kerebahan (%). Ditentukan dengan kriteria: (1) sangat rendah 0-10 %, (2) rendah 10-20 %, (3) sedang 20-40 %, (4) tinggi 40-60 %), dan (5) sangat tinggi (> 60 %). Kerebahan padi diamati pada umur 80 Hss dan saat panen. 7. Bobot gabah dari 10 malai (g). Contoh malai diambil dari tiap petak saat padi dipanen kemudian ditimbang. 8.
Bobot 1000 butir (g). Contoh gabah yang ditimbang adalah sebanyak 1000 butir diambil dari gabah kering giling (GKG).
9. Bobot gabah kering giling (ton/ha). Diamati setelah panen. Gabah dikeringkan hingga mencapai kadar air 14% lalu dilakukan penimbangan. 10. Penampilan dan bentuk daun serta malai, diamati 80 hss. HASIL DAN PEMBAHASAN Respon Padi Tabela terhadap Tinggi Penggenangan Hasil seleksi 64 jenis padi (21 varietas dan 43 galur) yang ditanam secara Tabela sebar, menunjukkan bahwa benih padi Tabela yang disebar pada kondisi lahan sawah macak-macak dan yang disebar pada kondisi lahan sawah yang digenangi 2 – 4 cm memberikan respon pertumbuhan dan hasil gabah relatif sama. Berbeda dengan benih padi Tabela yang disebar pada kondisi lahan sawah yang digenangi lebih dalam (4 – 6 cm), ternyata menyebabkan banyak benih dari beberapa varietas dan galur padi tidak dapat berkecambah, pertanaman padi tumbuh tidak merata, pertumbuhan padi lambat
dan hasil
gabah rendah.
Tabel 7 menunjukkan, tinggi penggenangan memberikan respon yang berbeda terutama terhadap kerapatan tanaman, tingkat kerebahan, lamanya waktu pembentukan malai dan hasil gabah. Berdasarkan respon karakter morfologi yang diamati, penggenangan 2 – 4 cm menghasilkan pertumbuhan lebih baik pada hampir semua peubah diamati dibanding
penggenangan 4 - 6 cm (Tabel
Lampiran 1). Sehubungan respon berbagai karakter morfologi padi tersebut, maka seleksi untuk mendapatkan varietas dan galur padi untuk Tabela, dilakukan pada penggenangan 2 – 4 cm. Benih padi yang disebar pada kondisi lahan macak-macak dapat tumbuh dengan baik, namun penggenangan 4 – 6 cm banyak benih yang telah berkecambah tetapi akhirnya mengapung (mati), tanaman padi etiolasi dan cenderung mudah rebah, anakan produktif sedikit dan pembentukan malai lebih
xlii lambat, karena pada kondisi sawah tergenang benih padi mengalami kekurangan oksigen. Pada kondisi tergenang, oksigen sangat rendah (De Datta et al. 1980), dan respirasi anaerob yang terjadi tidak mampu menyediakan ATP yang cukup untuk memacu perkecambahan benih (Helms et al. 1991).
43 Tabel 7. Hasil pengamatan komponen pertumbuhan dan produksi dari 64 varietas dan galur padi sawah yang diseleksi untuk Tabela pada kondisi macak-macak dan tergenang Peubah pertumbuhan dan hasil padi
Perubahan respon (%)
Tinggi penggenangan
Macak-2 (A)
2-4 cm (B)
4-6 cm (C)
A terhadap B
A terhadap C
B terhadap C
Kerapatan tanaman (m2) rata-rata Minimum- maksimum Standar deviasi
202.03 122 - 286 36.63
204.64 145 – 260 25.52
157.67 95 - 222 29.66
3.36
-18.63
-19.95
Kerebahan (%) rata-rata Minimum- maksimum Standar deviasi
58.16 0 -100 31.23
44.38 0 –100 37.37
37.45 0 -100 35.86
-30.13
-41.01
-10.87
Tinggi tanaman (cm) ) rata-rata Minimum- maksimum Standar deviasi
104.13 87 - 128 9.70
104.25 88 – 130 9.47
104.53 92 - 132 8.94
0.09
0.25
0.22
Anakan produtif/tanaman ) rata-rata Minimum- maksimum Standar deviasi
4.09 3-6 0.83
3.77 3-5 0.50
3.83 3-4 0.38
-5.65
-2.63
4.45
Panjang daun bendera (cm) rata-rata Minimum- maksimum Standar deviasi
33.60 23.5-47.5 5.11
33.02 22.5-42.2 4.44
33.03 23.4-51.0 5.29
-0.32
-0.31
0.72
Lebar daun bendera (cm) rata-rata Minimum- maksimum Standar deviasi
1.58 1.3 – 2.1 0.18
1.55 1.1 – 2.2 0.25
1.55 1.3 – 2.0 0.19
-1.98
-1.47
1.40
Inisiasi malai (hari) ) rata-rata Minimum- maksimum Standar deviasi
55.28 45 – 68 4.85
55.55 45 – 68 5.18
58.48 45 – 74 5.82
0.43
5.53
4.85
Jumlah bulir/malai. rata-rata Minimum- maksimum Standar deviasi
122.7 108.1-140.9 10.43
121.0 101.0-157.6 14.08
126.6 110.9-139.0 10.99
-0.68
3.34
3.81
43
44 Karakteristik Varietas dan Galur Padi untuk Tabela Memilih suatu jenis padi untuk dikembangkan secara Tabela yang didasarkan pada karakter morfologi tidak sederhana karena antara satu peubah dengan peubah lainnya terjadi multikolinieritas. Untuk mengatasi hal tersebut digunakan analisis komponen utama (Principle component analysis). Memilih karakter morfologi padi yang cocok untuk padi Tabela digunakan beberapa kriteria kuantitatif dan kriteria kualitatif, yakni sebagai berikut: (1) Vigor benih tinggi dan tumbuh seragam (kerapatan tinggi tiap m2), (2) Tinggi tanaman sedang, (3) Inisiasi malai lambat dan pengisian bulir lebih lama, (4) Tipe malai berat (bobot bulir tiap malai), (5) bulir berukuran sedang, (6) Tidak mudah rebah dan atau rebah tetapi bulir tidak mudah rontok, (8) daun bendera relatif pendek hingga sedang dan (9) hasil Gabah Kering Giling (GKG) tinggi. Sedangkan karakter kualitatif yang digunakan antara lain adalah ketegapan daun yakni daun sempit (tight) dan tegak (erect) serta rasa nasi yang enak. Penggenangan dapat mempengaruhi perkecambahan benih padi yang disebar. Jika penggenangan tinggi, akibatnya vigor benih menjadi turun sehingga banyak benih padi tidak tumbuh, yang berarti bahwa kerapatan populasi tanaman menjadi rendah. Dengan kerapatan populasi tanaman padi rendah, maka hasil gabah Tabela sebar menjadi rendah. Selain menyebabkan vigor benih rendah, tanaman padi tumbuh lebih lambat dan mengalami etiolasi sehingga mudah rebah. Tingkat kerebahan dan kerapatan populasi tanaman padi Tabela sebar dapat mempengaruhi hasil dan mutu GKG yang dihasilkan. Kerebahan padi yang tinggi menyebabkan hasil gabah rendah dan apabila bulir padi terendam air maka mutu gabah menjadi rendah dan bahkan menyebabkan gagal panen apabila bulir padi mudah rontok. Berdasarkan pada hasil analisis komponen utama terhadap 64 varietas dan galur padi Tabela (Tabel 8), diperoleh skor komponen utama (eigen value) sebesar 68.5% masing-masing adalah komponen utama pertama Z1= 38.2 %, komponen utama kedua Z2= 16.8 % dan komponen utama ketiga Z3= 13.5 %. Artinya bahwa keragaman skor komponen utama dapat menjelaskan 68.5 % keragaman total data yang diamati. Keragaman total tersebut telah dapat menerangkan struktur hubungan peubah yang diamati sehingga skor komponen utama lainnya diabaikan.
45 Tabel 8. Hasil analisis komponen utama dari 64 jenis padi Tabela dengan tinggi genangan 2-4 cm No.
Peubah
Skor komponen utama Z1 (38.2 %)
Z2 (16.8 %)
Z3 (13.5 %
1
Hasil GKG (ton/ha)
-0.387
0.040
0.446
2
Bobor gabah 10 malai (g)
0.078
-0.527
-0.267
3
Tinggi tanaman (cm)
0.465
-0.199
0.115
4
Jumlah anakan produktif
-0.437
0.083
0.113
5
Panjang daun bendera (cm)
0.146
-0.201
0.616
6
Lebar daun bendera (mm)
-0.047
-0.697
-0.011
7
50 % malai terbentuk (hari)
-0.408
-0.359
-0.066
8
Kerapatan tanaman (m2)
-0.117
0.096
-0.662
9
Kerebahan padi (%)
0.484
0.097
0.011
Diagram penyebaran skor komponen pertumbuhan dan produksi dari 64 jenis varietas dan galur padi Tabela pada lahan yang digenangi 2 - 4 cm disajikan pada Gambar 1. Berdasarkan proyeksi komponen utama Z1 dan Z2 (Gambar 1a) serta proyeksi komponen utama Z2 dan Z3 (Gambar 1b) terlihat bahwa varietas dan galur padi Tabela dipisahkan komponen utama pertama Z1 oleh tinggi tanaman, jumlah anakan, 50 % malai terbentuk dan kerebahan; komponen utama kedua Z2 oleh bobot gabah dari 10 malai dan lebar daun bendera; sedangkan komponen utama ketiga Z3 oleh hasil GKG, panjang daun bendera dan kerapatan tanaman.
Sehubungan dengan pengelompokan varietas dan galur padi yang didasarkan pada hasil analisis komponen utama tersebut maka terlihat adanya kesamaan dengan pengelompokan yang didasarkan pada hasil analisis gerombol (cluster), sebagaimana disajikan pada gambar dendogram dengan tingkat kesamaan 33 % (Gambar 2). Dengan demikian sangat jelas terlihat bahwa dari 64 jenis varietas dan galur padi yang ditanam secara Tabela dapat dipisahkan menjadi tiga (3) kelompok besar sebagaimana disajikan pada Tabel 9. Masing-masing kelompok terdiri atas: Kelompok I (11 jenis), kelompok II (41 jenis) dan kelompok III (12 jenis).
46
Z2 35
34 39
40
26 63 25
44 49
60
2 64 1 59 61 33 43 42 4 37 6 15 55 4 6 1 7 5 10 13 1618 30 32 12 2 3 47 11 29 31 28 22 50 14 54 41 38
62
3 7
45 48
52
19 21 51 5358
36
24
57
56
8 9
Z1
27
Gambar 1a.1a.Aksis komponen Z1 Gambar Aksis skor skor kom ponenZ1dan Z2dan Z2
Z3 54 64 56
50 52 53 48
27 51 57
30 9
21 58 45 19
23
20 29 12 47 16 18 8 32 11 13 10 6 55 14 31 17 22 5 28
59 37 43 38 41 33 7 433 2 1 62 4 61 2 53 60 46
49 36 39 40 66 44 24 25
34
35
23
3
Gambar 1b.Aksis Aksis skor komponen Gambar 1b. skor komponen Z2 danZ2 Z3 dan Z3
Gambar 1. Diagram skor komponen dari 64 varietas dan galur padi yang diseleksi untuk padi Tabela pada penggenangan 2 - 4 cm
Z2
47 Kesamaan (%) 0.00
33.33 33.3
II
I
III
66.67 66.7
3
61 7 1 2 60 6 33 15 55 10 18 31 12 13 32 17 22 5 28 46 4 42 62 43 16 29 20 23 47 37 41 38 59 8 9 64 30 54 50 11 14 19 45 21 58 51 53 27 57 48 52 56 24 36 25 26 63 34 35 39 49 40 44
100.0 100 Nomor varietas dan galur padi ditanam Tabela Nomor varietas dan galur padisecara Tabela Gambar 2. Dendogram dari 64 varietas dan galur padi yang diseleksi untuk Tabela pada penggenangan 2 – 4 cm
47
48 Tabel 9. Pengelompokan varietas dan galur berdasarkan skor komponen utama dari 64 jenis padi Tabela Karakter morfologi Hasil GKG (ton/ha) Bobot gabah 10 malai (g) Tinggi tanaman (cm) Anakan produktif Panjang daun bendera (cm) Lebar daun bendera (mm) 50% malai terbentuk (hari) Kerapatan tanaman (m2) Kerebahan padi (%)
I 5.109 ± 0.342 27.4 ± 3.6 94 ± 4 4 ± 0.5 31.3 ± 2.3 1.6 ± 0.2 72 ± 4 215 ± 26 5±5
Pengelompokan II 4.583 ± 0.819 25.9 ± 4.4 103 ± 5 4 ± 0.5 32.8 ± 2.9 1.6 ± 0.2 64 ± 4 207 ± 25 42 ± 33
III 2.743 ± 1.468 28.8 ± 3.4 119 ± 8 3±0 34.1 ± 3.4 1.6 ± 0.2 61 ± 2.0 197 ± 24 90 ± 13
Berdasarkan pengelompokan itu, maka varietas dan galur padi yang termasuk dalam kelompok I dan II memiliki karakter morfologi yang baik untuk Tabela, sedangkan kelompok III tidak dipilih oleh karena varietas dan galur tersebut memiliki tiga karakter morfologi yang tidak menunjang pertumbuhan padi Tabela yakni: (1) hasil GKG rendah, (2) kerebahan sangat tinggi dan bulir mudah rontok dan (3) kerapatan tanaman rendah atau banyak benih tidak tumbuh pada kondisi tergenang. Hasil seleksi pada tinggi genangan 2 – 4 cm terhadap varietas dan galur Tabela sebar, diperoleh 26 jenis yang terdiri atas 10 varietas dan 16 galur padi yang dapat dibudidayakan secara Tabela sebar dan 6 jenis diantaranya mudah rebah (47 - 93%), tetapi memiliki hasil GKG diatas 5 ton/ha yang menunjukkan bahwa varietas dan galur padi tersebut memiliki karakter agronomi yang baik berupa bulir tidak mudah rontok (Tabel Lampiran 2). KESIMPULAN Didapatkan 26 dari 64 varietas/galur padi yang diseleksi pada tinggi genangan 2 - 4 cm memiliki karakter morfologi yang cocok untuk Tabela seperti vigor benih tinggi dan tumbuh baik pada kondisi tergenang, tahan rebah, bulir tidak rontok dan hasil GKG yang tinggi adalah: Sadang, Muncul, Citarum, IR 74, Digul, Cimanuk, Way Sepute dan IR 54; S 3212-1d-Pn-7-3-1, S 3294-d-Jkn-Si17-1-1, IR 48948-b-2-Mr-1, B 700-d-Mr-4-3-Kn-8, S 95663-f-Tb-12-1, B 8967-bMr-10-1, S 3382-3f-3-1, S 3393-2f-17-1-1, S 3429-4d-Pn-1-1-2, S 3428-2d-Pn-51, S 3382-3f-3-1-3, B 8969-b-Mr-2-6, Cipunagara dan IR 64; IR 54883-240-1-2-1Mr-5, S 3054-2d-12-2, B 8239-g-Kn-13-b,S 3383-1d-Pn-41-3-1.
PENGARUH PERSIAPAN LAHAN, JUMLAH BENIH DAN VARIETAS TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI TABELA SEBAR PENDAHULUAN Percobaan II, dilakukan untuk mengetahui pengembangan budidaya padi Tabela sebar pada lahan TOT, tidak terbatas pada OTS yang dianjurkan selama ini dengan melibatkan 4 varietas/galur yaitu varietas Muncul (tahan rebah), IR 64 (mudah rebah) serta galur S 3294-d-Jkn-Si-17-1-1 (tahan rebah) dan S.3383-1dPn-41-3-1 (mudah rebah), untuk dikaji secara mendalam penampilannya sehubungan dengan kerebahan dan hasil GKG yang diperoleh dari suatu varietas atau galur yang ditanam dengan kerapatan tanaman tinggi (jumlah benih disebar banyak) karena dengan kerapatan tanaman rendah, tidak dapat mengkonpensasi hasil gabah yang tinggi. Persiapan lahan OTS adalah suatu teknik menyiapkan lahan dengan cara membajak tanah sawah dua kali dan kemudian diratakan. Budidaya padi Tabela sebar yang dikembangkan selama ini, dianjurkan untuk ditanam pada tanah atau lahan yang diolah secara sempurna atau OTS agar pertumbuhan tanaman padi lebih baik dan sekaligus dapat mengendalikan gulma. Namun demikian, dengan cara OTS selain menyebabkan waktu tanam terlambat, dibutuhkan air lebih banyak untuk membajak dan pelumpuran serta menyebabkan degradasi mutu lahan, sebagai akibat terbentuknya lapisan kedap air pada kedalaman bajak. Dengan demikian perlu dikembangkan suatu cara persiapan lahan TOT sebagai teknologi alternatif yang dapat menguntungkan baik dari aspek agronomi dan ekonomi maupun aspek lingkungan. Budidaya padi sawah pada lahan TOT adalah suatu teknik menanam padi tanpa melakukan pembajakan atau pelumpuran tanah. Teknik budidaya TOT ini dikembangkan untuk mengatasi kelemahan pada cara OTS, karena dengan TOT, terjadi akumulasi bahan organik yang berasal dari singgang (jerami) padi serta sisa tumbuhan (gulma) yang dapat berfungsi memperbaiki sifat fisik dan meningkatkan kesuburan tanah serta menghemat penggunaan air (Utomo 1994 dan Tjitrosemito 2005). Tabela, dapat merupakan alternatif budidaya yang perlu dikembangkan dengan
mengkaji
secara
seksama
berbagai
aspek
agronomi
dalam
pengembangannya. Budidaya padi Tabela sebar hanya dapat menghasilkan
50 gabah yang tinggi apabila jumlah benih yang disebar banyak atau kerapatan tanaman tinggi, namun kerapatan yang terlampau tinggi, tanaman padi cenderung mudah rebah, akibatnya hasil dan mutu gabah menjadi rendah. Hasil penelitian di Korea menunjukkan, dengan jumlah benih yang disebar lebih banyak, tidak selalu dapat memberikan hasil gabah yang tinggi (Lim et al. 1991), demikian juga laporan divisi penelitian Syngenta tahun 1982, bahwa jumlah benih yang disebar terlampau banyak, tidak diikuti dengan bertambahnya hasil gabah, dan karena itu dengan jumlah benih 40 - 80 kg/ha sudah cukup untuk budidaya padi Tabela, meskipun dengan jumlah benih yang banyak tersebut mungkin gulma dapat ditekan, tetapi hasil gabah tidak maksimal (Burhan 1996). Oleh karena itu, dianjurkan menggunakan benih 60 kg/ha untuk pengembangan budidaya padi Tabela dalam program SUTPA (Fagi dan Zaini 1996). Tetapi dengan persiapan lahan secara TOT, mungkin jumlah benih yang disebar harus lebih banyak untuk padi Tabela sebar. Pertumbuhan suatu varietas/galur padi dipengaruhi cara budidaya dan lingkungan tempat tumbuh. Varietas/galur padi mudah rebah bisa jadi lebih tahan rebah apabila jumlah benih yang disebar sedikit (kerapatan tanaman rendah), sebaliknya varietas/galur yang tahan rebah mungkin menjadi rebah jika kerapatan tinggi. Kerapatan tanaman padi terlampau tinggi menyebabkan kompetisi diantara individu tanaman (intraspesifik) sehingga tanaman tidak menghasilkan anakan banyak dalam satu rumpun, tanaman tidak tumbuh kokoh dan akibatnya tanaman padi menjadi sangat mudah rebah. Sebaliknya bila kerapatan tanaman rendah, maka banyak ruang kosong tidak terisi (gap) sehingga jumlah populasi tanaman tidak dapat mengkompensasi hasil gabah yang tinggi. Tujuan percobaan adalah mengetahui penampilan varietas/galur padi Tabela sebar dengan jumlah benih optimum yang sesuai dengan persiapan lahan dengan hasil gabah yang tinggi. BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu. Percobaan dilaksanakan di R & D Station PT. Syngenta, Cikampek, Jawa Barat, Jenis tanah adalah Regosol, dan dilakukan pada akhir MH 1997/98, mulai bulan Mei hingga bulan September 1999. Bahan dan Alat. Bahan yang digunakan adalah benih padi dari varietas dan galur yang terpilih pada percobaan Tahap I, yaitu varietas Muncul, IR 64,
51 galur S.3294-d-Jkn-Si-17-1-1 dan S.3383-1d-Pn-41-3-1; pupuk urea, TSP, dan KCl; insektisida Regent 0.3 G (Fipronil 0.3%) dan Dursban 200 EC (Klorpirifos: 200 g/l), fungisida Score 250 EC (Difenokonazol: 250 g/l), herbisida Sofit 300 EC (Pretilaklor: 300 g/l) dan Logran 20 WDG (Triasulfuron: 20 %) serta Polaris 240 AS (Isopropil amina glifosat: 240 g/l). Alat yang digunakan adalah traktor mini, knapsack spayer, penakar curah hujan, seed moisture tester, seed counter, timbangan, oven dan meteran. Metode percobaan. Percobaan disusun menurut rancangan petak terpisah-pisah (split-split plot design) dengan tiga ulangan dan diacak didalam kelompok sebagai ulangan. Dasar pertimbangan adalah: (1) mengutamakan ketelitian pengamatan varietas/galur dan jumlah benih daripada persiapan lahan, (2) mudah menyusun percobaan tahap III, dan (3) mudah mengatur tataletak perlakuan dengan kondisi lingkungan dan pelaksanaan percobaan. Tata letak percobaan dalam percobaan ini didasarkan pada kondisi lingkungan dan tataletak petak percobaan yang diatur menurut arah masuk-keluarnya air irigasi dan waktu tanam . Perlakuan yang dicobakan terdiri atas tiga faktor yakni: A. Petak utama adalah persiapan lahan mencakup: 1. OTS(1) (OTS musim tanam 1) 2. OTM(1) (OTM musim tanam 1) 3. TOT(1) (TOT musim tanam 1) B. Anak petak adalah jumlah benih/ha yang disebar mencakup: 1. 40 kg/ha 2. 60 kg/ha 3. 80 kg/ha C. Anak-anak petak adalah varietas atau galur padi mencakup: 1. Galur S.3294-d-Jkn-Si-17-1-1, tahan rebah 2. Varietas Muncul, tahan rebah 3. Galur S.3383.1d-Pn-41-3-1, mudah rebah 4. Varietas IR 64, mudah rebah Model matematik untuk percobaan ini adalah sebagai berikut: Yijkl=µ+ρi+Pj+γij+Sk+(PS)jk+δijk+Vl+(PV)jl+(SV)kl+(PSV)jkl+εijkl Yijkl = hasil pengamatan kelompok ke i, perlakuan ke j, ke k dan ke l µ dan ρi = rataan umum dan pengaruh kelompok ke i
52 Pj, Sk dan Vl = Pengaruh perlakuan ke j, ke k, dan ke l γij = galat dari kelompok ke i dengan perlakuan ke j (PS)jk, (PV)jl dan (SV)kl= pengaruh interaksi perlakuan ke jk, ke jl, dan ke kl (PSV)jkl= pengaruh interaksi dari perlakuan ke j, ke k, dan ke l εijkl= galat dari kelompok ke i pada perlakuan ke j, ke k, dan ke l. Untuk menguji nilai tengah perlakuan yang berbeda nyata dalam rancangan petak terpisah-pisah terdapat 12 tipe pembandingan berpasangan (Tabel 10), masing-masing memerlukan suatu set nilai BNT yang layak dengan suatu nilai t terboboti (Gomez dan Gomez 1984). Perlakuan kombinasi yang dibandingkan diharapkan akan dapat memberikan suatu penafsiran kongkrit dari hasil percobaan. Tabel 10. Nilai t terboboti yang berkaitan dengan rataan kombinasi, standar galat dari rataan berbeda yang melibatkan lebih dari satu galat kuadrat tengah No.
Nomor pembandingan Perlakuan
1 2 3 4 5 6
1-7 8 9 10 11 12
Nilai t Tabel terboboti t Tabel dapat digunakan secara langsung (t-1)Ebtb + Eata/(s-1)Eb+Ea (v-1)Ectc + Ebtb/(v-1)Ec+Eb (v-1)Ectc + Ebtb/(v-1)Ec+Eb (v-1)Ectc + Eata/(v-1)Ec+Ea t(v-1)Ectc + (t-1)Ebtb + Eata/s(v-1)Ec+(t-1)Eb+Ea
Pelaksanaan a. Persiapan Lahan Petak-petak percobaan untuk perlakuan pengolahan tanah (sebagai PU) masing-masing seluas 72 m x 5 m sebanyak 3 x 3 unit (9 unit). Petak perlakuan jumlah benih (sebagai AP) berukuran 24 m x 5 m sebanyak 3 x 3 x 3 unit (27 unit). Perlakuan varietas (sebagai AAP) berukuran 6 m x 5 m sebanyak 3 x 3 x 3 x 4 (108 unit). Cara persiapan lahan dan waktu tunggu musim tanam berikutnya disajikan pada Tabel 11. Untuk perlakuan TOT, tanah tidak diolah dan semua bahan organik dari sisa tanaman dan gulma dibiarkan dipermukaan tanah, sedangkan untuk perlakuan OTM dan OTS, tanah diolah dan sisa tanaman dan gulma dibenamkan ke dalam tanah. Tabel 11. Cara persiapan lahan dalam budidaya padi Tabela
53 Persiapan lahan
Kegiatan yang dilakukan
TOT
Aplikasi Glifosat 240 AS dosis 6.0 l ha
OTM
Tanah diolah hanya 1 kali, lalu diratakan
Waktu tunggu pengolahan Tanah hingga tanam (hari) I II Tanam 10
-1 a) b)
7+10
-
7+10=17
c)
OTS a)
Tanah diolah 2 x, lalu diratakan 7+7 sd. 14 7+21=28 b c) tergantung kondisi lahan dan gulma, dan tergantung kondisi tanah dan air
b. Persiapan Tanam Padi Tabela Sebar Benih padi sesuai dengan perlakuan (40, 60 dan 80 kg/ha) direndam dalam air selama 24 jam kemudian dikering-anginkan (inkubasi) selama 24 jam, diharapkan sebelum disebar, perkecambahan dan pertumbuhan benih padi lebih cepat daripada perkecambahan biji dan pertumbuhan gulma. Untuk mendapatkan pertanaman padi Tabela sebar yang seragam, dilakukan seleksi benih yang baik dengan cara direndam. Benih ditanam secara Tabela sebar pada petak percobaan dan pada saat benih disebar, semua petak percobaan dalam kondisi macak-macak. c. Pemupukan dan Pemeliharaan Pupuk urea, TSP, dan KCl yang diberikan sesuai anjuran setempat, yakni 300 kg urea/ha, 100 kg SP-36/ha, dan 100 kg KCl/ha. Diberikan dengan cara disebar secara merata. Pada saat dilakukan pemupukan, semua petak percobaan dalam kondisi macak-macak. Pengaturan waktu pemberian dan dosis pupuk urea, pengairan dan pengendalian hama dilakukan sesuai dengan prosedur yang disajikan pada Tabel 12. Untuk mencegah serangan hama, digunakan insektisida Regent 0.3 G (Fipronil 0.3%) dan Dursban 200 EC (Klorpirifos 200 g/l), dosis 2 l/ha dengan volume semprot 500 l/ha, dan pencegahan penyakit digunakan fungisida Score 250 EC (Difenokonazol: 250 g/l), dosis 2 l/ha dengan volume semprot 500 l /ha. Pengamatan Peubah yang diamati adalah karakter agronomis tanaman padi yang mempengaruhi peningkatan produksi pada budidaya padi Tabela, yakni: 1. Kerebahan (%). Kerebahan ditentukan berdasarkan kriteria: (1) sangat rendah, 0-10 %, (2) rendah, 10-20 %, (3) sedang, 20-40 %, (4) tinggi, 40-60 %, dan (5) sangat tinggi, >60 %, diamati pada 80 Hss.
54 2. Tinggi tanaman (cm). Tinggi tanaman diukur mulai pangkal batang diatas tanah hingga ujung daun tertinggi, diamati pada umur 80 Hss. 3. Jumlah anakan total, anakan produktif dan persentase anakan dalam satu rumpun, diamati umur 60 Hss. 4. Diameter dan panjang ruas pangkal batang padi, diamati umur 80 Hss. 5. Bobot kering total jerami (g/m2). Pengamatan dilakukan pada saat panen. Bahan bagian atas tanaman diambil pada petak contoh berukuran 1 m2, kemudian gabahnya dikeluarkan dan dikeringkan selama 3 minggu. 6. Bobot GKG (ton/ha). Diamati saat panen, pada petak contoh berukuran 4 x 4 m, dan ditimbang setelah kadar air mencapai 14%. 7. Indeks panen (%). Diamati pada saat panen, yakni perbandingan bobot gabah terhadap bobot bahan kering total (IP= Hasil gabah/Hasil biologi). 8. Rendemen beras (%), yaitu perbandingan antara bobot beras terhadap bobot GKG sebelum digiling. Tabel 12. Waktu penggenangan dan pemeliharaan padi Tabela No.
Umur padi Tabela (hari)
Pemupukan
Tinggi genangan (cm)
1
-1
Dasar i/3 urea TSP, KCl)
macak-macak
Sofit 300 EC Regent 0.3 G
2
1-10
-
2-6 cm (semua petak)
Logran 20 WG
3
15-30
-
2-6 cm (semua petak)
Dursban 250 EC
4
21
1/3 urea (susulan 1)
-
5
35-60
-
10-15 cm (semua petak)
6
42
1/3 urea (susulan 2)
-
7
45-80
-
10-15 cm (semua petak)
+
+
Bahan pengendali Gulma/hama
Logran 20 WG & fisik (gulma)
*
Dursban 250 EC Score 250 EC Regent 0.3 G
Regent 0.3 G Dursban 250 EC Score 250 EC + 40 Hss. fase anakan aktif, 60 Hss. memasuki fase inisiasi malai. * aplikasi bila diperlukan
HASIL DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan Padi Tabela Sebar
55 Hasil percobaan pada Tabel 13 dan hasil analisis ragam Tabel Lampiran 313 menunjukkan perlakuan persiapan lahan, jumlah benih dan varietas/galur memberikan respon berbeda terhadap pertumbuhan padi Tabela sebar. Persiapan lahan memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah anakan total, diameter ruas batang dan persentase kerebahan padi. Persiapan lahan TOT menghasilkan anakan total lebih sedikit, diameter ruas batang lebih besar dan kerebahan lebih rendah. Hasil percobaan pada Gambar 3 (Tabel Lampiran 4-9) menunjukkan, persipan lahan TOT(1) mengurangi jumlah anakan total, tetapi sebaliknya persentase anakan • 4/rumpun lebih banyak dan pers entas e anakan 1/rumpun lebih sedikit dibanding OTM(1) dan OTS(1). Persiapan lahan OTS dan OTM menghasilkan persentase anakan 2 dan 3/rumpun lebih banyak dibanding persiapan lahan TOT(1). Pengurangan jumlah anakan total pada persiapan lahan TOT(1) tersebut bisa terjadi karena adanya tunggul/jerami padi dan sisa gulma yang telah mengering menutupi sebagian permukaan tanah (sebagai mulsa), bertindak sebagai penghalang benih padi untuk berkecambah sehingga sebagian benih yang disebar tidak dapat tumbuh, maka sebagai konsekuensi adanya ruang kosong (gap) yang tersedia memungkinkan setiap benih yang telah tumbuh membentuk anakan lebih banyak dalam tiap rumpunnya. Kerebahan padi Tabela pada persiapan lahan TOT(1) lebih rendah karena tersedia ruang yang cukup bagi benih yang tumbuh, untuk menghasilkan persentase anakan • 4/rumpun lebih banyak, diikuti pertumbuhan yang baik dan batang padi tumbuh kokoh, sedangkan pada OTS(1) dan OTM(1) menghasilkan persentase anakan 1 dan 2/rumpun banyak sehingga mudah rebah. Jumlah benih/ha tidak memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, diameter ruas batang dan panjang ruas batang, tetapi mengurangi jumlah anakan, menurunkan volume akar dan meningkatkan persentase kerebahan. Apabila jumlah benih disebar 40 kg/ha, maka jumlah anakan total/m2 sedikit dan persentase anakan • 4/rumpun lebih banyak. S ebaliknya dengan jumlah benih 80 kg/ha, anakan total/m2 relatif banyak, persentase anakan 2/rumpun lebih banyak tetapi persentase anakan • 4/ rumpun sedikit.
56 Tabel 13. Pengaruh persiapan lahan, jumlah benih dan varietas terhadap pertumbuhan padi Tabela sebar Peubah pertumbuhan diameter panjang ruas volume akar ruas batang batang (mm) (mm) (mm)
Tinggi tanaman (cm)
anakan total (m2)
jumlah anakan (rmp)
OTS (1) OTM (1) TOT(1) BNT 5% Jumlah benih
93.8 a 90.9 a 89.7 a -
166 a 145 b 94 c 10
3.5 a 3.3 a 3.5 a -
3.30 c 3.48 b 3.93 a 0.15
21.29 a 22.18 a 22.18 a -
53.61 a 58.06 a 64.17 a -
35.00 b 51.39 a 7.22 c 16.50
40 kg/ha 60 kg/ha 80 kg/ha BNT 5% Varietas/galur padi
90.7 a 91.1 a 92.6 a -
100 b 145 a 159 a 13
3.6 a 3.3 b 3.4 b 0.2
3.72 a 3.45 a 3.54 a -
22.21 a 21.62 a 21.81 a -
65.56 a 56.67 b 53.61 b 9.03
20.56 c 34.17 b 38.89 a 8.41
S.3294-d-Jkn-Si-17-1-1 Muncul S.3383-1d-Pn-41-3-1 IR 64 BNT 5%
87.4 b 92.8 a 90.1 ab 95.6 a 2.5
126 b 131 b 151 a 130 b 14
3.6 a 3.4 a 3.3 a 3.6 a -
3.47 ab 3.85 a 3.44 b 3.52 ab 0.40
20.61 c 20.14 c 24.28 a 22.48 b 1.04
55.93 b 70.00 a 52.59 b 55.93 b 9.61
32.78 b 0.56 c 58.15 a 33.33 b 8.95
Perlakuan
kerebahan (%)
Persiapan lahan
Nilai yang diikuti huruf sama dalam kolom berarti tidak berbeda nyata pada uji BNT 5 %
56
180 160 140 120 100 80 60 40 20 0
64 IR
1d -P n41 -3 -1
M un cu l S. 33 83 -
S. 32 94 -
dJk nSi -1 711
TO T
O
O
TM
Gambar 3a.
TS
Anakan total (m2)
57
45 Gambar 3b.
Persentase anakan (m2)
40 35 30 25 20 15
anakan 1 anakan 3
10 5
anakan 2 anakan > 4
0 40
60
80
Jumlah benih (kg/ha)
Gambar 3. Pengaruh persiapan lahan, jumlah benih dan varietas terhadap anakan total dan persentase anakan padi Tabela sebar Apabila jumlah benih yang disebar lebih sedikit, maka kerapatan tanaman rendah sehingga terdapat cukup ruang bagi tiap benih padi untuk tumbuh lebih baik dan menghasilkan anakan banyak dan membentuk suatu sistem perakaran yang lebih kokoh. Hasil percobaan menunjukkan, jumlah 40 kg/ha menghasilkan volume akar lebih besar dibanding jumlah benih 60 kg/ha dan 80 kg/ha. Hasil analisis regresi menunjukkan, makin banyak jumlah benih yang disebar, maka volume akar padi makin rendah, dan sebaliknya tanaman padi Tabela sebar makin mudah rebah (Gambar 4).
58 Varietas/galur padi berbeda nyata dalam tinggi tanaman, diameter batang dan panjang ruas batang, volume akar dan persentase kerebahan. Galur S.33831d-Pn-41-3-1 memiliki volume akar paling rendah dan kerebahan paling tinggi, diameter ruas batang kecil dan ruas batang lebih panjang sehingga mudah rebah. Berbeda dengan varietas Muncul yang memiliki diameter ruas batang lebih besar dan ruas batang lebih pendek, volume akar lebih besar sehingga lebih tahan rebah, sedangkan galur padi S.3294-d-Jkn-Si-17-1-1 dan varietas IR 64 tampaknya memiliki respon pertumbuhan yang relatif sama. Kemampuan
suatu
variatas/galur
padi
untuk
membentuk
atau
menghasilkan anakan berbeda-beda. Galur S.3383-1d-Pn-41-3-1 ternyata membentuk anakan total lebih banyak dibanding galur padi S.3294-d-Jkn-Si-171-1, varietas Muncul dan IR 64. Galur S.3294-d-Jkn-Si-17-1-1 dan varietas Muncul menghasilkan persentase anakan • 4/rumpun lebih banyak dibandin g galur S.3383-1d-Pn-41-3-1 dan varietas IR 64 yang menghasilkan persentase anakan 2/rumpun lebih banyak dan persentase anakan • 4/rumpun lebih s edikit , yang menunjukkan galur dan varietas tersebut memiliki potensi produksi tinggi untuk dikembangkan.
70
Kerebahan (%) dan Volume akar (mm)
60 y = -0.2987x + 76.538 R2 = 0.9265
50 40 30
y = 0.4583x + 3.7117 R2 = 0.9273
20
volume akar (mm) kerebahan (%)
10 0 40
60
80
JumlahJumlah Benih (kg/ha) benih (kg/ha) Gambar 4. Hubungan antara jumlah benih dengan volume akar dan kerebahan padi Tabela sebar
59 Produksi Padi Tabela Sebar Hasil pengamatan pada Tabel 14 dan analisis ragam pada Tabel Lampiran 14-17 menunjukkan, persiapan lahan tidak memberikan pengaruh nyata terhadap hasil GKG, sedangkan jumlah benih dan varietas/galur memberikan respon berbeda terhadap produksi tanaman padi Tabela sebar. Jumlah benih yang disebar memberikan pengaruh nyata terhadap hasil GKG dan indeks panen. Jumlah benih yang disebar 40 kg/ha, nampaknya menghasilkan GKG 5.392 ton/ha dan indeks panen yang lebih rendah 49.8 % dibandingkan jumlah benih yang disebar lebih banyak yakni 60 kg/ha (5.910 ton/ha) dan 80 kg/ha (5.925 ton/ha). Ditinjau dari aspek kerapatan tanaman tiap satuan luas, maka jumlah benih 40 kg/ha mempunyai kerapatan tanaman lebih rendah, maka walaupun tanaman padi tumbuh lebih baik dan kokoh (volume akar besar dan cukup tanah rebah), tetapi tidak dapat mengkompensasi hasil gabah yang tinggi dibanding jumlah benih banyak (kerapatan tanaman tinggi). Tabel 14. Pengaruh persiapan lahan, jumlah benih dan varietas terhadap produksi padi Tabela sebar Perlakuan Persiapan lahan OTS(1) OTM(1) TOT(1) BNT 5% Jumlah benih Benih 40 kg/ha Benih 60 kg/ha Benih 80 kg/ha BNT 5% Varietas/galur padi S.3294-d-Jkn-Si-17-1-1 Muncul S.3383-1d-Pn-41-3-1 IR 64 BNT 5%
-
-
Malai (g/m2)
Peubah produksi Hampa Hasil GKG (kg/ha) (ton/ha)
436.8 a 406.4 a 376.3 a
360.0 a 430.1 a 237.0 a
395.4 a 409.4 a 414.7 a
348.3 b 390.6 b 500.7 a 386.4 b 57.8
-
-
-
5.885 a 5.636 a 5.706 a
Indeks panen (%)
-
51.1 a 49.9 a 51.9 a
306.8 a 296.9 a 423.4 a
5.392 b 5.910 a 5.925 a 0.21
49.8 b 52.1 a 51.0 ab 1.8
337.2 a 307.4 a 434.3 a 290.4 a -
5.384 b 5.784 a 5.944 a 5.867 a 0.22
48.9 c 49.0 bc 53.8 a 52.2 a 1.9
Nilai yang diikuti hurup sama dalam kolom berarti tidak berbeda nyata pada uji BNT 5 %
Hasil percobaan menunjukkan bahwa jumlah benih yang disebar 60 kg/ha dan 80 kg/ha, tidak memberikan hasil GKG dan indeks panen yang berbeda,
60 maka jumlah benih 60 kg/ha cukup untuk digunakan dalam pengembangan budidaya padi Tabela sebar. Dengan jumlah benih yang disebar 80 kg/ha diketahui menyebabkan hasil gabah meningkat, tetapi indeks panen relatif sama dengan jumlah benih 40 kg/ha. Hasil percobaan ini menunjukkan, makin banyak jumlah benih yang disebar tidak menghasilkan GKG yang lebih tinggi. Lim et al. (1991) mengemukakan bahwa makin banyak jumlah benih yang digunakan dalam budidaya padi Tabela sebar tidak selalu hasil padi lebih banyak. Sehubungan dengan hal tersebut Burhan (1996) melaporkan, jumlah benih 40 80 kg/ha sudah cukup untuk Tabela dan meskipun jumlah benih banyak mungkin gulma dapat ditekan, tetapi hasil gabah tidak maksimal. Dalam pengembangan program SUTPA disarankan menggunakan benih sebanyak 60 kg/ha (Fagi dan Zaini 1996). Pertumbuhan dari varietas dan galur padi Tabela sebar diketahui berbeda nyata terhadap malai, hasil GKG dan indeks panen. Galur padi S.3383-1d-Pn-413-1 menghasilkan malai lebih banyak dan hasil GKG serta indeks panen yang lebih tinggi dibanding varietas dan galur lainnya, yang menunjukkan bahwa galur S.3383-1d-Pn-41-3-1 memiliki potensi hasil GKG yang masih dapat ditingkatkan apabila dilakukan perbaikan teknik budidaya untuk menurunkan tingkat kerebahan dan mengurangi gabah hampa. Pengaruh interaksi terhadap hasil GKG dan indeks panen dari pengaruh persiapan lahan dan varietas/galur padi disajikan pada Tabel 15. Interaksi yang nyata terjadi antara persiapan lahan TOT(1) dan galur S.3294-d-Jkn-Si-17-1-1 dengan hasil GKG paling rendah (5.032 ton/ha), menunjukkan galur tersebut mungkin tidak cocok pada lahan TOT(1) sedangkan varietas/galur lainnya lebih sesuai. Berbeda halnya dengan indeks panen, interaksi nyata terjadi pada persiapan lahan OTS dengan varietas Muncul menghasilkan indeks panen paling rendah (44.8 %), yang menunjukkan bahwa varietas Muncul tidak sesuai pada lahan OTS(1) sedangkan varietas/galur lainnya lebih sesuai. Varietas Muncul memiliki karakter agronomi yang berbeda dengan varietas/galur lainnya terutama dalam hal penampilan tanaman lebih kokoh, volume akar lebih besar dan sangat tahan terhadap kerebahan, namun umur panennya lebih lama. Hasil percobaan menunjukkan bahwa kerebahan tanaman padi Tabela sebar dipengaruhi oleh beberapa komponen pertumbuhan. Berdasarkan hasil analisis regresi berganda, diperoleh persamaan garis regresi Ykerebahan= 48 +
61 0.102 x1 – 46.0 x2 + 7.15 x3 - 0.44 x4 dan R2= 88.4 %, yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang nyata antara kerebahan dengan beberapa komponen pertumbuhan padi. Hasil analisis regresi pada Tabel Lampiran 18, menunjukkan bahwa kerebahan padi Tabela sebar berhubungan secara nyata dengan jumlah anakan total tiap m2 (x1), diameter ruas batang (x2) dan panjang ruas batang padi (x3), sedangkan volume akar (x4) tampaknya tidak menunjukkan hubungan yang nyata dengan kerebahan, yang berarti bahwa kerebahan bisa terjadi meskipun volume akar lebih besar. Tabel 15 Respon hasil GKG dan indeks panen terhadap pengaruh interaksi antara persiapan lahan dan varietas padi Perlakuan
S.3294-d-JknSi-17-1-1
Varietas padi S.3383-1d-PnMuncul 41-3-1
IR 64
…………………………………….Hasil GKG (ton/ha)…………………………. OTS(1) 5.959 a 5.470 a 6.042 a 6.068 a OTM(1) 5.161 a 5.638 a 5.850 a 5.896 a TOT(1) 5.032 b 6.245 a 5.939 ab 5.608 ab BNT 5 % 1.110 (ton/ha) …………………………………….Indeks panen (%)…………………………. OTS(1) 53.9 a 44.8 b 54.0 a 51.8 ab OTM(1) 45.0 a 49.6 a 52.1 a 52.9 a TOT(1) 47.7 a 52.6 a 55.4 a 51.8 a BNT 5 % 7.14 (%) Nilai yang diikuti hurup sama dalam baris berarti berbeda nyata pada uji BNT 5%
Varietas dan galur padi Tabela sebar yang menghasilkan jumlah anakan total yang lebih banyak dalam tiap m2, diameter ruas batang yang lebih besar, dapat mengurangi kerebahan padi Tabela, sebaliknya diameter kecil dan ruas pangkal batang padi yang lebih panjang, maka kerebahan padi Tabela makin tinggi. Sehubungan dengan kerebahan padi Tabela sebar tersebut, Vergara et al. (1991) menduga bahwa kemungkinan yang bertanggung jawab terhadap kerebahan padi Tabela sebar adalah perilaku dari perakaran dan ketebalan pangkal batang (culm), dan atau sebagaimana yang dikemukakan Moentono (2000), bahwa kerebahan terjadi karena diameter batang bawah padi yang lebih kecil dari ukuran normal.
62 KESIMPULAN 1. Kebutuhan benih untuk budidaya padi Tabela sebar adalah 60 kg/ha dan lebih sesuai untuk varietas/galur padi yang tahan rebah dan persiapan lahan OTS dan OTM. 2. Jumlah benih 40 kg/ha dapat mengurangi kerebahan varietas IR 64 dan galur S.3383-1d-Pn-41-3-1 yang mudah rebah, tetapi hasil gabah rendah. 3. Kerebahan padi Tabela sebar terjadi karena diameter ruas batang lebih kecil dan ruas batang lebih panjang.
PENGARUH PERSIAPAN LAHAN, VARIETAS DAN CARA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI TAPIN DAN TABELA PENDAHULUAN Percobaan III dilakukan untuk mengatasi kendala pengembangan budidaya padi Tabela sebar yaitu kerebahan yang tinggi, kesulitan menyiang secara manual dan kurang sesuai ditanam dengan persiapan lahan TOT daripada OTS dan OTM, karena dengan TOT terdapat tunggul/jerami padi dan sisa gulma yang telah mengering dipermukaan tanah (belum terdekomposisi) bertindak sebagai penghalang fisik sehingga banyak benih tidak tumbuh. Jumlah benih yang disebar sebanyak 40 kg/ha tidak berperan banyak mengurangi kerebahan padi Tabela sebar khususnya varietas/galur padi yang mudah rebah, tetapi justru mengurangi hasil GKG sehingga perlu dilakukan modifikasi cara tanam Tabela mengarah pada pengurangan jumlah benih, mengurangi tingkat kerebahan, mendapatkan hasil gabah yang tinggi dan sesuai untuk lahan TOT. Budidaya padi Tapin (Tanam pindah) adalah suatu teknik menam padi melalui pembibitan atau persemaian dan dipindahkan ke lapang (transplanting) setelah bibit atau semai tersebut dianggap mampu beradaptasi dengan kondisi lingkungan tempat tumbuh. Pada budidaya tanam dipindah, paling sedikit ada tiga akibat yang timbul yaitu: (1) sistem perakarannya menjadi rusak, (2) tanaman induk mati, (3) tanaman mengalami stagnasi (De Datta 1981). Budidaya padi Tapin selama ini dikembangkan dengan persiapan lahan OTS. Pengalaman menunjukkan, budidaya padi Tapin OTS diketahui memiliki banyak kelemahan terutama aspek produktivitas tanaman dan lahan yang belum optimal, biaya produksi yang tinggi dan kesuburan tanah makin rendah, sehingga perlu dikembangkan suatu teknik budidaya padi Tabela alternatif untuk meningkatkan produktivitas tanaman dan lahan sawah. Hasil penelitian diberbagai daerah di Indonesia menunjukkan bahwa budidaya padi OTS dan TOT memberikan hasil gabah relatif sama (Ardjasa et al. 1996; Bangun, 1996). Hasil penelitian Ardjasa et al. (1996) bahwa budidaya Tabela dan Tapin TOT serta Tapin OTS yang diairi secara terus-menerus dan intermitten menunjukkan hasil padi Tabela cenderung lebih tinggi daripada Tapin TOT dan Tapin OTS. Selanjutnya dikemukakan, kualitas pengolahan tanah menentukan populasi
64 gulma setelah benih padi disebar. Pengolahan tanah yang baik akan mengurangi populasi gulma dan tingkat kerebahan tananam padi dapat dikurangi terutama menjelang fase pembungaan (heading). Kerebahan tanaman padi Tabela sebar, kehilangan hasil dan penurunan mutu gabah sebagaimana yang diketahui dari hasil percobaan sebelumnya adalah kasus umum yang seringkali terjadi. Kerebahan padi Tapin tidak sebesar yang dialami Tabela sebar yang bisa terjadi lebih awal yaitu setelah malai padi keluar (kerebahan dini) dan terutama menjelang panen. Varietas atau galur padi mudah rebah dan bulirnya mudah rontok berakibat gagal panen. Oleh karena itu untuk mendukung keberhasilan budidaya padi Tabela, digunakan varietas/galur yang baik, kerapatan tanaman sesuai dan cara tanam padi Tabela yang tepat. Budidaya padi Tabela kuadrat belum pernah ada selama ini dan perlu dikembangkan karena diperkirakan dapat memberikan kontribusi besar dalam peningkatan produktivitas tanaman padi karena Tabela kuadrat membutuhkan benih lebih sedikit, mudah pemeliharaan padi dan lebih cocok dikembangkan pada berbagai cara persiapan lahan terutama pada lahan TOT. Tujuan percobaan adalah untuk mendapatkan cara tanam padi Tabela dan varietas/galur padi yang tahan rebah, waktu panen lebih cepat, mudah pemeliharaannya dan sesuai dengan berbagai persiapan lahan. BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu. Percobaan dilaksanakan di R & D Station PT. Syngenta, Cikampek, Jawa Barat, Jenis tanah adalah Regosol, dan dilaksanakan pada MH 1999/2000, mulai bulan Desember 1999 hingga MK bulan April 2000. Bahan dan Alat. Bahan yang digunakan adalah jenis padi berumur genjah hingga sedang, yakni IR 64, galur S.3294-d-Jkn-Si-17-1-1 dan S.3383-1d-Pn-413-1; pupuk urea, TSP, dan KCl; insektisida Regent 0.3 G (Fipronil 0.3%) dan Dursban 200 EC (Klorpirifos: 200 g/l), fungisida Score 250 (Difenokonazol: 250 g/l). Herbisida Sofit 300 EC (Pretilaklor: 300 g/l), Logran 20 WDG (Triaslfuron: 20%) dan Polaris 240 AS (Isopropil amina glifosat 240 g/l). Alat yang digunakan: traktor mini, knapsack sprayer, penakar curah hujan, oven, seed counter, seed moisture tester, timbangan dan meteran. Metode Percobaan. Percobaan ini disusun menurut rancangan petak terpisah-pisah (split-split plot design) dengan tiga ulangan kemudian diacak dalam
kelompok
sebagai
ulangan.
Dasar
pertimbangan
adalah:
(1)
65 mengutamakan ketelitian cara tanam dan varietas daripada persiapan lahan, (2) memudahkan untuk menyusun rancangan untuk percobaan tahap IV dan (3) memudahkan pengaturan tataletak perlakuan dengan kondisi lingkungan dan pelaksanaan percobaan yang diharapkan. Perlakuan yang dicobakan terdiri atas tiga faktor yakni: A. Petak utama adalah persiapan lahan mencakup: 1. OTS(1,2) (OTS musim tanam 1,2) 2. OTM(1,2) (OTM musim tanam 1,2) 3. TOT(1,2) (TOT musim tanam 1,2)
B. Anak petak adalah jenis galur atau varietas padi mencakup: 1. Varietas IR 64, tidak tahan rebah 2. Galur S.3294-d-Jkn-Si-17-1-1, tahan rebah 3. Galur S.3383-1d-Pn-41-3-1, tidak tahan rebah C. Anak-anak petak adalah cara tanam padi mencakup: Tapin, jarak tanam 25 cm x 25 cm Tabela sebar 3. Tabela Kuadrat 25 cm x 25 cm 4. Tabela sebar 1 m Tata letak petak perlakuan didasarkan pada kondisi lingkungan tempat percobaan, yang diatur menurut arah masuk-keluarnya air irigasi dan penanaman serta pengamatan. Model matematik untuk percobaan ini adalah sebagai berikut: Yijkl=µ+ρi+Pj+γij+Vk+(PV)jk+δijk+Tl+(PT)jl+(VT)kl+(PVT)jkl+εijkl Yijkl = hasil pengamatan kelompok ke i, perlakuan ke j, ke k dan ke l µ dan ρi = rataan umum dan pengaruh kelompok ke i Pj, Vk dan Tl = Pengaruh perlakuan ke j, ke k, dan ke l γij = galat dari kelompok ke i dengan perlakuan ke j (PV)jk, (PT)jl dan (VT)kl= pengaruh interaksi ke jk, ke jl, dan ke kl (PTV)jkl= pengaruh interaksi dari perlakuan ke j, ke k, dan ke l εijkl= galat dari kelompok ke i pada perlakuan ke j, ke k, dan ke l.
Untuk menguji nilai tengah perlakuan yang berbeda digunakan metode yang disarankan Gomez dan Gomez (1984), sebagaimana digunakan pada percobaan II (Tabel 10). Pelaksanaan
66 a. Persiapan Lahan
Petak-petak percobaan untuk perlakuan pengolahan tanah (sebagai perlakuan PU) masing-masing seluas 72 m x 5 m sebanyak 3 x 3 unit (9 unit). Petak perlakuan varietas (sebagai perlakuan AP) berukuran 24 m x 5 m sebanyak 3 x 3 x 3 unit (27 unit). Cara tanam (sebagai perlakuan AAP) berukuran 6 m x 5 m sebanyak 3 x 3 x 3 x 4 (108 unit). Cara persiapan lahan dan waktu tunggu hingga musim tanam berikutnya disajikan pada Tabel 11. Untuk perlakuan TOT, gulma dikendalikan dengan herbisida Polaris 240 AS dengan dosis 6 l/ha, bahan organik dari jerami padi dan gulma dibiarkan dipermukaan tanah. Sedangkan untuk perlakuan OTM dan OTS, jerami padi dan gulma dibenamkan ke dalam tanah. b. Persemaian Benih untuk Tanam Pindah Petak persemaian dibuat sebanyak 3 unit (untuk 3 jenis varietas) berukuran masing 1 m x 5 m).
Tanah diolah secara OTS. Benih direndam
selama 24 jam dan dikering-anginkan (inkubasi) selama 24 jam, kemudian benih dari tiap verietas disebar pada masing-masing petak yang telah disiapkan. Setelah semai padi berumur 21 hari kemudian dipindahkan ke dalam petak-petak percobaan yang sudah ditentukan. Bersamaan dengan persemaian benih untuk Tapin, dilakukan penanaman padi Tabela pada petak percobaan sehingga waktu tanam padi Tapin dan Tabela secara bersamaan. c. Persiapan Tanam Tabela Petak-petak perlakuan cara tanam Tabela telah disiapkan sesuai dengan kondisi perlakuan persiapan lahan. Setiap petak diberikan pupuk urea, TSP, dan KCl sesuai dengan dosis yang ditetapkan. Benih direndam dalam air selama 24 jam sebelum disebar kemudian diinkubasi selama 24 jam agar perkecambahan dan pertumbuhan benih padi diharapkan lebih cepat daripada perkecambahan biji gulma. Banyaknya benih padi yang disemai pada kondisi macak-macak untuk Tapin 25 kg/ha, Tabela sebar 60 kg/ha, Tabela kuadrat 25 kg/ha dan Tabela 1 m adalah 50 kg/ha. d. Pemupukan dan Pemeliharaan Pupuk urea, TSP, KCl diberikan sesuai dosis anjuran, yakni 300 kg urea/ha, 100 kg SP-36/ha, dan 36 kg KCl/ha.
67 Pada saat dilakukan pemupukan, petak percobaan dalam kondisi macakmacak. Pengaturan waktu pemberian dan dosis pupuk, penggenangan serta waktu pengendalian hama dan gulma pada budidaya Tapin dan Tabela sesuai prosedur dalam Tabel 16. Tabel 16. Waktu penggenangan dan pemeliharaan padi No.
Umur di lapang (hari)
Pemupukan
Tinggi genangan (cm)
Tabela
Tapin
1
-1
-20
2
1-10
21-30
3
15-30
36-51
4
21
42
1/3 urea (susulan 1)
-
5
35-60
56-80
-
10-15 cm (semua petak)
6
42
62
1/3 urea (susulan 2)
-
7
45-80
65-80
-
10-15 cm (semua petak)
dasar (1/3 urea, TSP, KCl) -
Bahan pengendali gulma/hama
macak-macak
Sofit 300 EC Regent 0.3 G
2-6 cm (semua petak)
Logran 20 WG
2-6 cm (semua petak)
Dursban 250 EC
+
+
Logran 20 WG & fisik (gulma)
*
Dursban 250 EC Score 250 EC Regent 0.3 G
Regent 0.3 G Dursban 250 EC Score 250 EC + 40 hst, fase anakan aktif, 60 hst. memasuki fase inisiasi malai. * aplikasi bila diperlukan
Untuk
mencegah
dan
mengendalikan
serangan
hama,
digunakan
insektisida Dursban 200 EC (Klopirifos: 200 g/l) dosis 2 l/ha dengan volume semprot 500 l/ha, sedangkan untuk penyakit digunakan fungisida Score 250 EC (Difenokonazol 250 g/l) dosis 2 l/ha dan volume semprot 500 l/ha. Pengamatan Peubah yang diamati adalah karakter agronomis tanaman padi yang menunjang peningkatan produksi dalam budidaya Tabela, yakni: 1. Kerebahan (%). Kerebahan ditentukan berdasarkan kriteria: (1) sangat rendah, 0-10 %, (2) rendah, 10-20 %, (3) sedang, 20-40 %, (4) tinggi, 40-60 %, dan (5) sangat tinggi, >60 %, diamati pada 80 Hss. 2. Tinggi tanaman (cm). Tinggi tanaman diukur mulai pangkal batang diatas tanah hingga ujung daun tertinggi, diamati pada umur 80 hari.
68 3. Bobot kering total jerami (g/m2). Pengamatan dilakukan pada saat panen. Bahan bagian atas tanaman diambil pada petak contoh berukuran 1 m2, kemudian gabah dikeluarkan dan selanjutnya dikeringkan selama 3 minggu. 4. Bobot GKG (ton/ha). Diamati saat panen, pada petak contoh berukuran 4 x 4 m dan ditimbang setelah kadar air mencapai 14%. 5. Indeks panen (%). Diamati pada saat panen, yakni perbandingan bobot GKG terhadap bobot bahan kering total (IP= Hasil gabah/Hasil biologi). HASIL DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan Padi Tapin dan Tabela Hasil pengamatan pada Tabel 17 dan analisis ragam pada Tabel Lampiran 20-27, menunjukkan bahwa persiapan lahan tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman padi. Varietas dan galur padi berpengaruh nyata terhadap bobot kering daun, tinggi tanaman dan kerebahan. Galur S.3383-1d-Pn-41-3-1 memiliki bobot kering daun rendah, tinggi tanaman sedang dan kerebahan tinggi, relatif sama dengan IR. 64 dan berbeda dengan S.3294-d-Jkn-Si-17-1-1. Galur S.3383-1d-Pn-41-3-1 memiliki karakter morfologi dengan penampilan yang baik dan potensi hasil yang tinggi. Cara tanam padi berpengaruh nyata terhadap bobot kering, tinggi tanaman, jumlah anakan dan kerebahan. Tabela kuadrat memungkinkan padi tumbuh lebih baik, jumlah anakan/rumpun banyak dan kerebahan sangat rendah relatif sama dengan Tapin, karena dengan jarak tanam yang teratur tanaman padi memiliki ruang cukup untuk tumbuh secara kokoh. Tabela kuadrat tidak mengalami stagnasi, tidak seperti pada Tapin pada saat bibit dipindahkan yang berakibat pembentukan malai lebih lambat dan umur panen lebih panjang. Berbeda dengan Tabela sebar dan Tabela sebar 1 m menghasilkan anakan/rumpun sedikit, anakan/m2 lebih banyak dan mudah rebah (diatas 40%). Kerapatan tanaman yang tinggi pada budidaya padi Tabela sebar dan Tabela Sebar 1 m menyebabkan terjadinya kompetisi intraspesifik antara individu tanaman padi yang menyebabkan self thinning, maka jumlah anakan per rumpun sedikit (3-4 rumpun), diameter batang kecil dan lebih panjang sehingga tanaman padi menjadi mudah rebah. Kerebahan yang tinggi pada budidaya Tabela sebar 1 m sebelum panen ternyata memberikan hasil dan mutu gabah yang rendah.
52 Tabel 17. Pengaruh persiapan lahan, varietas dan cara tanam terhadap pertumbuhan padi Tapin dan Tabela
Bobot kering (g/m2)
Perlakuan akar Persiapan lahan OTS (1,2) OTM (1,2) TOT (1,2) BNT 5% Varietas/galur padi IR 64 S.3294-d-Jkn-Si-17-1-1 S.3383-1d-Pn-41-3-1 BNT 5% Cara tanam Tanam pindah Tabela sebar Tabela kuadrat Tabela sebar 1 m BNT 5%
batang
daun
Tinggi tanaman (cm)
Peubah pertumbuhan Jumlah 2
(rmp)
(m )
volume akar (mm)
Kerebahan (%)
230.6 a 268.2 a 259.9 a -
340.4 a 315.0 a 344.3 a -
86.3 a 73.8 a 86.8 a -
95.8 a 92.0 a 96.1 a -
11.0 a 10.2 a 11.7 a -
177.4 a 153.4 a 177.3 a -
230.6 a 253.5 a 259.9 a -
31.7 a 17.5 a 20.6 a -
266.1 a 239.1 a 253.5 a -
344.3 a 326.9 a 328.5 a -
80.4 ab 92.4 a 74.1 b 8.8
97.4 a 91.7 c 94.9 b 2.3
11.3 a 11.0 a 10.6 a -
169.1 a 174.3 a 164.7 a -
265.4 a 234.3 a 244.3 a -
33.7 a 10.5 b 25.7 a 0.9
197.8 b 257.0 ab 262.5 a 294.2 a 62.8
281.7 b 335.9 ab 343.0 a 372.3 a 42.8
61.6 b 93.7 a 75.2 b 98.7 a 9.4
94.6 b 94.2 b 96.5 a 93.3 b 2.5
15.1 b 4.6 c 21.1 a 3.0 c 1.9
115.4 d 186.7 a 165.6 c 209.8 a 4.3
196.1 a 243.0 a 268.5 a 284.3 a -
2.1 c 42.6 a 7.1 b 41.3 a 1.0
Nilai yang diikuti hurup sama dalam kolom berarti tidak berbeda nyata pada uji BNT 5 %
52
53 Tabel 18. Pengaruh persiapan lahan, varietas dan cara tanam terhadap produksi padi Tapin dan Tabela Gabah hampa (kg/ha)
Indeks panen (%)
Persiapan lahan OTS (1,2) OTM (1,2) TOT (1,2) BNT 5%
321.5 a 269.3 a 330.8 a -
49.6 a 48.4 a 48.1 a -
Varietas/galur padi IR 64 S.3294-d-Jkn-Si-17-1-1 S.3383-1d-Pn-41-3-1 BNT 5%
280.3 b 311.3 a 330.0 a 30.5
48.7 a 47.7 a 49.7 a -
Cara tanam Tanam pindah Tabela sebar Tabela kuadrat Tabela sebar 1 m BNT 5%
328.2 ab 293.8 bc 272.6 c 334.2 a 32.5
48.6 a 48.3 a 49.6 a 48.3 a -
Perlakuan
Nilai yang diikuti hurup sama dalam kolom berarti tidak berbeda nyata pada uji BNT 5 %
Cara tanam Tabela kuadrat ternyata menghasilkan gabah hampa yang sangat rendah, yang menunjukkan bahwa Tabela kuadrat lebih baik dibanding cara tanam Tapin dan Tabela sebar karena pada Tabela kuadrat, bulir padi matang seragam. Gabah hampa yang tinggi pada Tapin disebabkan oleh karena gabah yang dipanen tidak matang seragam, sedangkan pada Tabela sebar, disebabkan karena kerebahan yang tinggi. Tabel 19 menunjukkan, cara tanam padi dan persiapan lahan memberikan pengaruh interaksi terhadap jumlah dan bobot kering malai/m2. Cara tanam padi Tapin menghasilkan jumlah malai sedikit pada persiapan lahan OTS(1,2) dan OTM(1,2), reratif sama dengan Tabela kuadrat, tetapi kedua cara tanam tersebut menghasilkan malai lebih banyak pada lahan TOT(1,2), sedangkan Tabela sebar menghasilkan malai banyak karena kerapatan tinggi. Cara tanam Tabela kuadrat ternyata menghasilkan bobot kering malai rendah pada lahan TOT(1,2), karena jumlah bulir berisi lebih sedikit. Pada cara tanam Tapin, cara tanam Tabela sebar dan Tabela sebar 1 m menghasilkan jumlah bulir hampa lebih banyak. Jumlah dan bobot kering malai yang tinggi
54 pada pada Tabela sebar dan Tabela sebar 1 m karena kerapatan tanaman yang tinggi sehingga menghasilkan total anakan lebih banyak. Tabel 19. Respon jumlah dan bobot kering malai padi Tabela terhadap Pengaruh interaksi antara cara tanam dan persiapan lahan Cara tanam padi Tanam Tabela Tabela Tabela pindah sebar kuadrat sebar 1m …………………………..jumlah malai (m2)………………………… Persiapan lahan OTS (1,2) 212.7 b 406.7 a 365.1 ab 434.4 a OTM (1,2) 202.9 b 302.4 a 287.3 ab 324.7 b TOT (1,2) 280.9 a 302.7 a 276.8 a 333.6 a BNT 5 % 91.2 (m2) …………………………..bobot kerin g malai (g/m2)………………………… Persiapan lahan OTS (1,2) 368.2 a 430.0 a 424.0 a 424.9 a OTM (1,2) 319.3 a 371.8 a 337.3 a 381.6 a TOT (1,2) 494.2 a 372.7 bc 330.7 c 438.2 ab BNT 5 % 106.1 (g/m2) Perlakuan
Nilai yang diikuti hurup sama dalam baris berarti berbeda nyata pada uji BNT 5%
Tabel 20 menunjukkan, terjadi interaksi yang nyata antara cara tanam dan persiapan lahan terhadap hasil GKG. Cara tanam Tapin menghasilkan GKG yang rendah pada persiapan lahan OTS(1,2) dan OTM(1,2), tetapi lebih tinggi (6.160 ton/ha) pada persiapan lahan TOT(1,2). Berbeda dengan Tabela kuadrat yang menghasilkan GKG yang tinggi (6.414 ton/ha) pada persiapan lahan OTS(1,2) dan 6.234 ton/ha pada persiapan lahan TOT(1,2), yang menunjukkan bahwa Tabela kuadrat sesuai untuk dikembangkan pada persiapan lahan OTS(1,2) dan TOT(1,2). Tabela sebar dan Tabela sebar 1 m ternyata lebih sesuai pada persiapan lahan OTS(1,2), karena dengan TOT(1,2) banyak benih tidak tumbuh sehingga menghasilkan GKG yang rendah. Interaksi yang nyata juga terjadi antara varietas/galur dan cara tanam terhadap hasil GKG. Interaksi galur S.3383-1d-Pn-41-3-1 dengan Tabela kuadrat menghasilkan GKG yang tinggi (6.281 ton/ha), demikian juga dengan Tapin (6.160 ton/ha), sedangkan hasil GKG yang rendah diperoleh galur S.3294-d-JknSi-17-1-1 dengan Tapin (4.976 ton/ha), tetapi dengan Tabela kuadrat menghasilkan GKG yang tinggi (6.178 ton/ha). Varietas padi IR 64 tampaknya lebih sesuai ditanam dengan cara tanam Tapin dan Tabela, sedangkan galur
55 S.3383-1d-Pn-41-3-1 kurang baik apabila ditanam secara Tabela sebar dan Tabela sebar 1 m karena mudah rebah. Tabela kuadrat ternyata lebih sesuai pada semua cara persiapan lahan khususnya TOT(1,2) karena dapat meningkatkan hasil GKG terutama galur S.3383-1d-Pn-41-3-1 yang mudah rebah. Hasil GKG yang tinggi dengan Tabela kuadrat karena pertumbuhan padi lebih baik, tanaman padi tidak mengalami stagnasi pada awal pertumbuhannya setelah ditransplanting dan tanaman padi tidak rebah. Hasil GKG yang rendah pada Tabela sebar disebabkan kerebahan yang tinggi sebagai konsekwensi kerapatan tanaman yang tinggi terutama terutama pada persiapan lahan OTS(1,2) dan OTM(1,2). IRRI tahun 1985 melaporkan, kerugian hasil padi karena kerebahan dapat mencapai 1 ton/ha pada beberapa varietas modern (De Datta dan Natasomsaran 1991). Tabel 20. Respon hasil GKG (ton/ha) terhadap pengaruh interaksi antara cara tanam dengan persiapan lahan dan varietas padi Tabela Cara tanam padi Tanam Tabela Tabela Tabela pindah sebar kuadrat sebar 1 m Persiapan lahan OTS (1,2) 5.489 b 6.035 ab 6.414 a 5.996 ab OTM (1,2) 5.030 b 5.976 a 5.761 ab 6.036 a TOT (1,2) 6.160 a 5.563 ab 6.234 a 5.248 b BNT 5 % 0.819 ton/ha Varietas/galur padi IR 64 5.526 a 5.879 a 5.949 a 5.904 a S.3294-d-Jkn-Si-17-1-1 4.976 b 6.218 a 6.178 a 5.917 a S.3383-1d-Pn-41-3-1 6.176 a 5.478 b 6.281 a 5.460 b BNT 5 % 0.643 ton/ha Perlakuan
Nilai yang diikuti hurup sama dalam baris berarti berbeda nyata pada uji BNT 5%
KESIMPULAN 1. Tabela kuadrat dapat dikembangkan pada persiapan lahan OTS dan OTM dan cocok pada TOT, sedangkan Tabela sebar dan Tabela 1 m hanya cocok pada persiapan lahan OTS dan OTM. 2. Tabela kuadrat lebih tahan rebah dan mampu meningkatkan hasil GKG galur S.3383-1d-Pn-41-3-1 yang mudah rebah. 3. Kebutuhan benih padi untuk Tabela kuadrat sama dengan Tapin (25 kg/ha), tetapi hasil GKG Tabela kuadrat lebih tinggi.
PENGARUH PERSIAPAN LAHAN DAN PEMUPUKAN UREA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI TABELA KUADRAT PENDAHULUAN Percobaan IV, dilakukan untuk mengkaji secara mendalam aspek agronomi persiapan lahan TOT, OTM dan OTS setelah 3 musim tanam untuk mengetahui kebutuhan pupuk urea optimal, sehubungan dengan pengembangan budidaya padi Tabela kuadrat. Budidaya padi Tabela kuadrat diketahui membutuhkan benih yang disebar 25 kg/ha, mudah melakukan pemeliharaan tanaman padi, dan mengurangi kerebahan galur S.3383-1d-Pn-41-3-1 (sekarang menjadi varietas Ciherang) yang memiliki potensi hasil gabah dan indeks panen yang tinggi, berumur genjah, dan rasa nasi enak. Tanaman padi membutuhkan nitrogen secara optimal untuk pertumbuhan yang baik dan hasil gabah yang tinggi. Apabila tanaman padi mengalami kekurangan maka pertumbuhan dan hasil gabah rendah, sebaliknya tanaman padi yang
kelebihan nitrogen, maka pertumbuhan vegetatifnya berlebihan,
tanaman padi cenderung mudah rebah dan hasil gabah menjadi rendah. Persiapan lahan padi sawah TOT secara terus-menerus menyebabkan akumulasi bahan organik yang bersumber dari jerami padi dan gulma yang telah mati. Akumulasi bahan organik yang tinggi merupakan potensi lahan untuk dapat dimanfaatkan jangka panjang. Dengan persiapan lahan TOT, secara langsung dapat memperbaiki sifat fisik tanah dan air dapat terjaga dan akibat lebih lanjut adalah perbaikan sifat kimia dan biologi tanah. Hasil penelitian Isnaeni et al. (1999) menunjukkan bahwa selama 4 musim tanam TOT, nilai kekerasan tanah dan bobot isi tanah tidak berbeda dengan OTS. Menurut Phillips et al. (1980), sifat fisik tanah dipengaruhi oleh sistem pengolahan tanah konvensional adalah kepadatan curah (bulk density), bahwa dengan kepadatan curah yang tinggi, maka dapat mempengaruhi infiltrasi dan aerasi tanah.
Nitrogen adalah unsur hara esensial yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah banyak. Meskipun total nitrogen di dalam tanah tinggi tetapi kerapkali tidak tersedia bagi tanaman (Thompson dan Troch 1978), karena mengalami proses pencucian, volatilisasi, denitrifikasi dan imobilisasi (Tisdale dan Nelson 1975; Sanchez 1976). Menurut De Datta et al. (1980 dalam Ismunadji dan Roechman 1988), nitrogen hilang dari tanah karena diserap oleh tanaman, tetapi hal ini tidak
57 dipertimbangkan sebagai sesuatu yang hilang dari mekanisme sistem tanah. Nitrogen hilang terutama karena denitrifikasi, volatilisasi amonia, pelindian (pencucian) dan limpasan permukaan. Selain itu immobilisasi dan fiksasi ammonium menjadikan nitrogen sewaktu-waktu tidak tersedia bagi tanaman padi, tetapi tidak menyebabkan nitrogen hilang dari sistem tanah. Hasil penelitian yang dilakukan selama 8 tahun berturut-turut (Utomo, 1996) menunjukkan bahwa kandungan C organik dan N total tanah pada sistem TOT lebih tinggi daripada sistem OTS. Selain N, hara lain seperti P, K, Ca, dan Mg juga meningkat. Umumnya permukaan butir liat diduduki oleh kation Ca++, Mg++, K+, dan Na+ diketahui sebagai unsur pembentuk basa. Selanjutnya dikemukakan bahwa kesuburan tanah OTK berkaitan erat dengan adanya pendaurulangan (recycle) internal hara melalui pemanfaatan mulsa tanaman maupun gulma in situ dan rendahnya erosi tanah serta pencucian hara. Tujuan percobaan adalah mendapatkan dosis pupuk urea optimal yang tidak menyebabkan kerebahan dan hasil gabah yang tinggi pada berbagai persiapan lahan untuk pengembangan budidaya padi Tabela kuadrat. BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu. Percobaan dilaksanakan di R & D Station PT. Syngenta, Cikampek, Jawa Barat, Jenis tanah adalah Regosol dan dilaksanakan pada MK 2000/2001, mulai bulan Mei hingga September 2000. Bahan dan Alat. Bahan yang digunakan adalah benih padi dari galur yang terpilih dari hasil percobaan III, yaitu galur padi S.3383-1d-Pn-41-3-1 yang memiliki karakter: umur genjah, penampilan lebih baik, produksi tetap tinggi dan rasa nasi enak dibanding ke tiga jenis padi lainnya. Digunakan pupuk urea, TSP, dan KCl; insektisida Regent 0.3 G (Fipronil 0.3%) dan Dursban 200 EC (Klorpirifos: 200 g/l), fungisida Score 250 EC (Difenokonazol: 250 g/l), herbisida Sofit 300 EC (Pretilaklor: 300 g/l), Logran 20 WG (Triaslfuron:20%) dan Polaris 240 AS (Isopropil amina glifosat: 240 g/l). Alat yang digunakan: traktor mini, knapsack sprayer, penakar curah hujan, oven, seed counter, seed moisture tester, timbangan dan meteran. Metode Percobaan. Percobaan ini disusun menurut rancangan petak terpisah (split plot design) dengan tiga ulangan dan diacak didalam kelompok
58 sebagai ulangan. Dasar pertimbangan adalah: (1) mengutamakan ketelitian dosis pupuk urea daripada persiapan lahan, (2) memudahkan untuk menyusun rancangan untuk percobaan tahap V, dan (3) memudahkan pengaturan tataletak perlakuan dengan kondisi lingkungan dan pelaksanaan percobaan yang diharapkan. Perlakuan yang dicobakan terdiri atas dua faktor yakni: A. Petak utama adalah persiapan lahan mencakup: 1. OTS(1,2,3), (OTS musim tanam 1,2,3) 2. OTS(1,2)-OTM(3), (OTS musim tanam 1,2 dan OTM musim tanam 3) 3. OTS(1,2)-TOT(3), (OTS musim tanam 1,2 dan TOT musim tanam 3) 4. OTM(1,2,3), (OTM musim tanam 1,2,3) 5. OTM(1,2)-OTS(3), (OTM musim tanam 1,2 dan OTS musim tanam 3) 6. OTM(1,2)-TOT(3), (OTM musim tanam 1,2 dan TOT musim tanam 3) 7. TOT(1,2,3), (TOT musim tanam 1,2,3) 8. TOT(1,2)-OTM(3), (TOT musim tanam 1,2 dan OTM musim tanam 3) 9. TOT(1,2)-OTS(3), (TOT musim tanam 1,2 dan OTS musim tanam 3) B. Anak petak adalah dosis pupuk urea mencakup: 1. urea 0 kg/ha (tidak dipupuk urea) 2. urea 100 kg/ha 3. urea 200 kg/ha 4. urea 300 kg/ha
Model matematik untuk percobaan ini adalah sebagai berikut: Yijkl=µ+ρi+Pj+γij+Pk+(PU)jk+δijk Yijkl = hasil pengamatan kelompok ke i, perlakuan ke j, ke k dan ke l µ dan ρi = rataan umum dan pengaruh kelompok ke i Pj, dan Uk = Pengaruh perlakuan ke j, dan ke k γij = galat dari kelompok ke i dengan perlakuan ke j (PU)jk = pengaruh interaksi perlakuan ke jk εijk= galat dari kelompok ke i pada perlakuan ke j, dan ke k. Untuk menguji nilai tengah perlakuan, maka dalam rancangan petak terpisah-pisah
menurut
Gomez
dan
Gomez
(1984)
terdapat
12
tipe
pembandingan berpasangan, masing-masing memerlukan suatu set nilai BNT yang layak sebagaimana tercantum pada Tabel 10 dengan suatu nilai t terboboti
59 bagi pembandingan dua rataan PU pada taraf yang sama atau berbeda dari perlakuan AP, yaitu: t = (u-1)Ebtb + Eata/(u-1)Eb+Ea Perlakuan kombinasi yang dibandingkan diharapkan dapat memberikan penafsiran yang kongkrit dari hasil percobaan. Pelaksanaan a. Persiapan Lahan Petak-petak percobaan untuk perlakuan pengolahan tanah (sebagai PU) masing-masing seluas 25 m x 5 m sebanyak 9 x 3 unit (27 unit). Petak perlakuan dosis pupuk urea (sebagai AP) berukuran 6 m x 5 m sebanyak 3 x 9 x 4 unit (108 unit). Untuk perlakuan TOT, tanah tidak diolah dan jerami padi serta gulma dibiarkan dipermukaan tanah. Perlakuan OTM dan OTS, jerami padi dan gulma dibenamkan ke dalam tanah. b. Persiapan Tanam Tabela Kuadrat Petak-petak perlakuan cara tanam sebar langsung telah disiapkan sesuai dengan kondisi perlakuan persiapan lahan. Setiap petak diberikan pupuk TSP dan KCl sesuai dosis yang ditetapkan. Dosis pupuk urea sebagai perlakuan. Benih padi terlebih dahulu direndam dalam air selama 24 jam kemudian dikering-anginkan
(inkubasi)
selama
24
jam
agar
perkecambahan
dan
pertumbuhan benih padi diharapkan lebih cepat daripada perkecambahan biji gulma. Banyaknya benih yang digunakan adalah 25 kg/ha. Benih disebar secara Tabela kuadrat (25 cm x 25 cm) pada petak percobaan sebanyak 3 - 5 biji benih tiap rumpun. Benih disebar dalam kondisi tanah
macak-macak.
Untuk
mendapatkan
pertanaman
seragam
(3
tanaman/rumpun), pada umur 14 - 21 Hss dilakukan penjarangan/penyulaman. c. Pemupukan dan Pemeliharaan Pupuk TSP, dan KCl yang diberikan sesuai dengan dosis anjuran, yakni 100 kg SP-36/ha dan 100 kg KCl/ha. Semua dosis pupuk TSP dan KCl diberikan sehari setelah tanam.
Sedangkan sepertiga dari setiap dosis pupuk urea
diberikan setelah tanaman padi berumur 21 Hss dan sisanya duapertiga lagi diberikan saat berumur 56 Hss. Saat dilakukan pemupukan, semua petak percobaan dalam kondisi macak-macak. Pengaturan waktu pengairan dan pengendalian hama (kecuali pemupukan urea) dilakukan pada budidaya Tabela sesuai prosedur percobaan III yang disajikan pada Tabel 11 di atas. Untuk mencegah serangan hama, digunakan
60 insektisida Regent 0.3 G (Fipronil 0.3%) dan Dursban 200 EC (Klorpirifos 200 g/l) dosis 2 l/ha dengan volume semprot 500 l/ha, sedangkan untuk penyakit digunakan fungisida Score 250 EC (Difenokonazol: 250 g/l) dosis 2 l/ha dan volume semprot 500 l/ha. Pengamatan
Yang diamati adalah sifat-sifat agronomis tanaman padi yang menunjang produksi dalam budidaya padi Tabela, yakni: 1. Tinggi tanaman (cm). Tinggi tanaman diukur mulai pangkal batang diatas tanah hingga ujung daun tertinggi, diamati pada umur 80 Hss. 2. Jumlah anakan total dan anakan produktif, diamati umur 60 Hss. 3. Bobot kering total jerami (g/m2). Pengamatan dilakukan pada saat panen. Bahan bagian atas tanaman diambil pada petak contoh berukuran 1 m2. 4. Bobot GKG (ton/ha). Diamati saat panen, pada petak contoh berukuran 4 x 4 m, dan ditimbang setelah kadar air mencapai 14%. 5. Indeks panen (%). Diamati pada saat panen, yakni perbandingan bobot GKG terhadap bobot bahan kering total (IP= Hasil gabah/Hasil biologi).
6. Kandungan hara dari jenis gulma dominan, diamati setelah panen padi. HASIL DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan Padi Tabela Kuadrat
Hasil percobaan disajikan pada Tabel 21 dan hasil analisis keragaman disajikan pada Tabel Lampiran 33-40. Tabel 21 menunjukkan, persiapan lahan tidak memberikan pengaruh nyata terhadap semua komponen pertumbuhan padi Tabela kuadrat,
sedangkan pemupukan urea memberikan pengaruh nyata
terhadap tinggi tanaman, jumlah anakan total, anakan produktif, indeks anakan produktif, volume akar, bobot kering akar dan bobot kering daun. Tanaman padi Tabela kuadrat yang tidak dipupuk urea, pertumbuhannya kurang baik, sedangkan yang dipupuk dosis tinggi 300 kg/ha terlihat cenderung lebih subur, tanaman lebih tinggi, anakan banyak tetapi indeks anakan produktif rendah, volume akar lebih besar serta bobot kering akar dan daun lebih tinggi. Pertumbuhan vegetatif yang baik tidak selalu hasilnya padi lebih banyak karena bisa terjadi kompetisi terhadap alokasi hasil fotosintesis antara bagian vegetatif dan bagian produktif. N yang berlebihan akan menghasilkan pertumbuhan
61 vegetatif berlebihan, malai lebih lambat keluar dan hasil gabah menjadi rendah (De Datta 1981; Ismunadji dan Roechman 1988; Vergara et al. 1991).
62 Tabel 21. Pengaruh persiapan lahan dan pupuk urea terhadap pertumbuhan padi Tabela kuadrat
Perlakuan
OTS (1,2,3) OTS(1,2)-OTM(3) OTS(1,2-TOT(3) OTM(1,2,3) OTM(1,2)-OTS(3) OTM(1,2)-TOT(3) TOT(1,2,3) TOT(1,2)-OTM(3) TOT(1,2)-OTS(3) BNT 5%
Tinggi tanaman (cm) 94.5 a 90.7 a 88.0 a 91.4 a 90.4 a 86.0 a 92.1 a 90.2 a 93.8 a -
Peubah pertumbuhan padi Tabela kuadrat Jumlah anakan/rumpun Akar total indeks volume BK akar panjang Produktif (%) (mm) (g/rmp) (cm) Persiapan lahan 18.4 a 18.5 a 17.8 a 17.9 a 18.2 a 17.0 a 16.5 a 18.5 a 19.4 a -
14.9 a 14.0 a 13.9 a 14.3 a 14.4 a 13.7 a 13.9 a 14.7 a 15.3 a
81.5 a 76.4 a 79.1 a 80.8 a 81.2 a 79.2 a 85.0 a 79.6 a 79.1 a -
273.8 a 281.7 a 232.5 a 281.7 a 281.7 a 251.2 a 278.3 a 282.5 a 311.2 a -
Daun (g/rmp)
12.5 a 12.9 a 9.6 a 10.6 a 12.6 a 11.3 a 10.2 a 11.0 a 16.6 a -
21.6 a 20.1 a 20.3 a 20.2 a 20.5 a 20.1 a 20.7 a 20.5 a 20.5 a -
10.9 a 10.3 a 8.9 a 9.9 a 10.3 a 9.3 a 10.4 a 10.1 a 12.3 a
9.3 b 12.0 a 12.9 a 13.5 a 1.7
20.2 a 21.0 a 20.7 a 20.1 a -
7.2 c 9.5 b 11.9 a 12.5 a 1.2
Dosis pupuk urea Urea 0 kg/ha Urea 100 kg/ha Urea 200 kg/ha Urea 300 kg/ha BNT 5%
85.0 c 91.1 b 91.9 b 95.2 a 2.1
15.2d 17.2c 18.8b 20.9a 1.3
12.7 c 14.0 b 14.5 b 16.1 a 1.2
83.0 a 81.6 ab 78.4 b 77.7 b 4.3
253.7 b 270.4 ab 281.9 a 293.9 a 27.4
Nilai yang diikuti hurup sama dalam kolom berarti tidak berbeda nyata pada uji BNT 5 %
62
63
Murata dan Matsushima tahun 1978 dalam Ismunadji dan Roechman (1988), varietas yang mempunyai hubungan erat antara Indeks Luas Daun (ILD) saat berbunga dengan hasil termasuk varietas dengan lubuk terbatas. Varietas yang memiliki nisbah antara potensi hasil dan ILD (lubuk : sumber) yang besar pada waktu berbunga cenderung menghasilkan ukuran gabah besar. Selanjutnya jumlah anakan dan tipe tumbuh dimana batang memanjang bersamaan dengan perkembangan malai, maka terjadinya kompetisi asimilat antara kedua organ tersebut. Maka untuk mengatasi kompetisi tersebut, digunakan varietas yang memiliki daun bendera berukuran kecil karena kurang kompetitif terhadap malai. Produksi Padi Tabela Kuadrat Padi Tabela kuadrat membutuhkan pupuk urea untuk pertumbuhan dan meningkatkan hasil GKG, tetapi jika berlebihan hasil GKG menjadi rendah. Hasil percobaan pada Tabel 22 dan hasil analisis keragaman pada Tabel Lampiran 4143, menunjukkan persiapan lahan tidak memberikan pengaruh nyata terhadap bobot kering total jerami dan indeks panen padi Tabela kuadrat, sedangkan pemupukan urea memberikan pengaruh nyata. Tabel 22. Pengaruh persiapan lahan dan pupuk urea terhadap produksi padi Tabela kuadrat
Perlakuan
Peubah produksi padi Tabela kuadrat Jerami (ton/ha) Indeks panen (%)
OTS(1,2,3) OTS(1,2)-OTM(3) OTS(1,2)-TOT(3) OTM(1,2,3) OTM(1,2)-OTS(3) OTM(1,2)-TOT(3) TOT(1,2,3) TOT(1,2)-OTM(3) TOT(1,2)-OTS(3) BNT 5%
Persiapan lahan 7.641 a 7.070 a 6.204 a 6.770 a 7.063 a 6.468 a 6.643 a 6.096 a 6.730 a -
47.3 a 48.1 a 50.2 a 49.5 a 49.9 a 50.5 a 49.0 a 51.3 a 50.9 a -
Urea 0 kg/ha Urea 100 kg/ha Urea 200 kg/ha Urea 300 kg/ha
Dosis pupuk urea 4.910 d 6.240 c 7.455 b 8.365 a
51.4 b 52.1 b 49.8 b 45.2 a
64 BNT 5%
0.612
2.5
Nilai rata-rata sekolom diikuti huruf sama berarti tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%
Tanaman padi membutuhkan Nitrogen dalam jumlah tertentu untuk mencapai
pertumbuhan
optimal
dan
menghasilkan
gabah
yang
tinggi.
Pemupukan urea dengan dosis 200 kg/ha menghasilkan jerami dan indeks panen relatif tinggi, tetapi dengan meningkatkan dosis hingga 300 kg/ha tampaknya menghasilkan bobot kering total jerami yang tinggi, tetapi indeks panen rendah, yang berarti bahwa tanaman padi tidak membutuhkan jumlah Nitrogen yang terlampau tinggi untuk mencapai hasil gabah yang tinggi. Hasil percobaan pada Tabel 23 menunjukkan bahwa terjadi pengaruh interaksi yang nyata antara persiapan lahan dan dosis pupuk urea terhadap hasil GKG padi Tabela kuadrat. Hasil GKG padi Tabela kuadrat yang tidak dipupuk urea adalah rendah dan meningkat dengan bertambahnya pupuk urea hingga 200 kg/ha pada semua persiapan lahan. Penambahan pupuk urea hingga 300 kg/ha justru menyebabkan hasil GKG menjadi rendah terutama pada persiapan lahan OTS (1,2,3) dan OTS (1,2)-OTM (3) serta TOT (1,2,3). Diduga bahwa pemupukan urea dosis tinggi, tanaman padi menghasilkan pertumbuhan vegetatif berlebihan sehingga asimilat yang seharusnya dialokasikan untuk mengisi bulir tetapi digunakan untuk pertumbuhan. Gardner et al. (1991), N yang diabsorpsi itu harus dirombak menjadi amine atau as am amino, dan untuk itu diperlukan á-keto asam glutarat sebagai komponen siklus asam Trikarboksilat Tabel 23. Respon hasil GKG (ton/ha) padi Tabela kuadrat terhadap pengaruh interaksi persiapan lahan dan pemupukan urea Persiapan lahan
0 kg/ha
OTS (1,2,3) OTS(1,2)-OTM(3) OTS(1,2-TOT(3) OTM(1,2,3) OTM(1,2)-OTS(3) OTM(1,2)-TOT(3) TOT(1,2,3) TOT(1,2)-OTM(3) TOT(1,2)-OTS(3)
4.445 b 4.220 c 4.196 b 3.887 b 4.997 b 3.980 c 4.534 c 3.941 c 5.078 b
BNT 5 %
Dosis pupuk urea 100 kg/ha 200 kg/ha 6.069 ab 5.948 a 5.352 a 5.785 a 6.214 a 5.486 b 5.366 ab 5.366 b 5.804 a
6.278 a 6.292 a 5.613 a 6.294 a 6.160 a 6.165 ab 6.037 a 6.308 a 6.448 a
0.738 kg/ha
300 kg/ha 5.535 b 4.988 b 5.731 a 5.964 a 6.086 a 6.209 a 5.334 b 6.342 a 6.033 a
Nilai rata-rata selajur diikuti huruf sama berarti tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%
65 Hasil analisis regresi pada Tabel Lampiran 44 yang disajikan dalam Gambar 5, menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang nyata antara pemupukan urea dengan hasil GKG. Berdasarkan persamaan garis regresi pada Tabel 24, diketahui bahwa dosis pupuk urea optimum yang dibutuhkan tanaman padi Tabela kuadrat berbeda antara persiapan lahan yang satu dengan persiapan lahan lainnya. Dari Gambar 5 dan persamaan garis regresi tersebut diketahui, bahwa makin tinggi dosis pupuk urea yang diberikan sampai dosis tertentu maka hasil GKG padi Tabela kuadrat makin meningkat, tetapi dengan menambahkan dosis pupuk urea sampai pada suatu taraf yang lebih tinggi maka hasil GKG padi Tabela kuadrat cenderung menurun. Ismunadji dan Roechman (1988) menyatakan, pemberian pupuk N yang optimal akan memberikan pertumbuhan padi yang baik dan menghasilkan GKG yang tinggi. Tabel 24. Pendugaan dosis urea optimum pada persiapan lahan untuk padi Tabela kuadrat
Y = -0.000056x2 + 0.020612x + 4.47615
Dosis optimum (kg/ha) 184.0
(•) GKG (ton/ha) 6.256
Y = -0.000076x2 + 0.027388x + 4.20680
180.2
6.793
OTS (1,2-TOT(3)
Y = -0.000026x2 + 0.012651x + 4.23360
243.3
5.620
OTM (1,2,3)
Y = -0.000056x2 + 0.023450x + 3.91450
209.4
6.303
OTM (1,2)-OTS(3)
Y = -0.000032x2 + 0.012896x + 5.05955
201.5
6.166
OTM (1,2)-TOT(3)
Y = -0.000037x2 + 0.018331x + 3.98960
247.7
6.168
TOT (1,2,3)
Y = -0.000038x2 + 0.014584x + 4.47335
191.9
6.044
TOT (1,2)-OTM(3)
Y = -0.000035x2 + 0.018578x + 3.91975
265.4
6.317
TOT (1,2)-OTS(3)
Y = -0.000029x2 + 0.012067x + 5.02915
208.1
6.451
Persiapan lahan
Persamaan garis regresi
OTS (1,2,3) OTS (1,2)-OTM(3)
Gbr.
5a
5b
5c
Apabila hasil analisis regresi dihubungkan dengan hasil GKG pada Tabel 25, diperoleh gambaran jelas bahwa untuk menghasilkan GKG yang tinggi, dibutuhkan dosis pupuk urea yang lebih banyak. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa pada persiapan lahan OTS (1,2,3) dosis pupuk urea optimal adalah 184 kg/ha dengan hasil GKG 6.256 ton/ha, pada persiapan lahan OTM (1,2,3) dosis pupuk urea optimal adalah 209.4 kg/ha dengan hasil GKG 6.303 ton/ha, pada persiapan lahan TOT (1,2,3) dosis pupuk urea optimal adalah 191.9 kg/ha dan hasil GKG 6.044 ton/ha. Hasil percobaan ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilaporkan Ardjasa et al. (1999) bahwa untuk mencapai hasil GKG sekitar 6.0 – 6.1 ton/ha dibutuhkan N sebanyak 84 - 86 kg N/ha (setara dengan 187 – 191 kg
66 urea/ha). Dengan demikian, pada persiapan lahan TOT dibutuhkan pupuk urea sebanyak 200 kg/ha untuk capai hasil GKG yang tinggi sekitar 6 ton/ha.
OTS(1,2,3)
Hasil GKG (ton/ha)
6.5
OTS(1,2)-OTM(3)
OTS(1,2)-TOT(3)
5.5 y = -0.000056x 2 + 0.020612x + 4.4761 R2 = 0.99 y = -0.0000758x2 + 0.0252880x + 4.2218 R2 = 0.99
4.5
y = -0.000026x 2 + 0.012651x + 4.2336 R2 = 0.98
Gambar 5a 3.5 0
Hasil GKG (ton/ha)
6.5
100 OTM(1,2,3)
200
OTM(1,2)-OTS(3)
300
OTM(1,2)-TOT(3)
5.5 y = -0.000032x 2 + 0.012896x + 5.0595 R2 = 0.92 4.5
y = -0.000037x 2 + 0.018331x + 3.9896 R2 = 0.99 y = -0.000056x 2 + 0.023450x + 3.9145 R2 = 0.99
Gambar 5b 3.5 0
Hasil GKG (ton/ha)
6.5
100 TOT(1,2,3)
200
TOT(1,2)-OTM(3)
300
TOT(1,2)-OTS(3)
5.5 y = -0.000029x 2 + 0.012067x + 5.0291 R2 = 0.95 y = -0.000038x 2 + 0.014584x + 4.4733 R2 = 0.93
4.5
y = -0.000035x 2 + 0.018578x + 3.9197 R2 = 0.99
Gambar 5c 3.5 0
100
200
300
Dosis Pupuk Urea (kg/ha)
Gambar 5. Hubungan antara dosis pupuk urea dan hasil GKG padi Tabela kuadrat
67
68 KESIMPULAN 1.
Dosis pupuk urea optimum padi Tabela kuadrat untuk persiapan lahan TOT (191.9 kg/ha), OTM (209.4 kg/ha) dan OTS (184.0 kg/ha).
2.
Hasil GKG padi Tabela kuadrat untuk persiapan lahan TOT (6.044 ton/ha), OTM (6.303 ton/ha) dan OTS (6.256 ton/ha).
3.
Budidaya padi Tabela kuadrat menghasilkan GKG yang tinggi untuk galur yang mudah rebah (S.3383-1d-Pn-41-3-1) pada persiapan lahan TOT, OTM dan OTS.
69
PENGARUH PERSIAPAN LAHAN DAN PEMUPUKAN UREA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI SETELAH PADI SAWAH PENDAHULUAN Percobaan V, dilakukan untuk mengembangkan budidaya kedelai setelah padi sawah TOT untuk memanfaatkan bahan organik yang terakumulasi, residu pupuk dan sisa air tanah tersedia. Umumnya setelah 2 musim tanam padi sawah di jalur pantura Jawa Barat lahan sawah dibiarkan bera, sedangkan di Jawa Tengah ditanami palawija, khusunya kedelai. Perubahan kondisi dari basah menjadi kering menjadikan tanah lebih subur karena dekomposisi bahan organik berlangsung secara cepat, dan dengan ketersediaan air dan unsur hara maka dapat menunjang pertumbuhan kedelai. Pengalaman Tjitrosemito (2005) menunjukkan bahwa penanaman kedelai dengan cara ditugalkan sesudah padi "marengan" (gadu) dipanen dan jerami dibabat telah lama dilakukan petani di Jawa Tengah dan praktek seperti itu mungkin sekarang disebut sebagai teknik TOT, karena tanah tidak olah. Tanahnya kering dan sangat keras serta pecah-pecah permukaannya "telo". Begitu kerasnya tanah, beberapa petani menugal tanah dengan linggis, selain itu ada juga yang menanam biji kedelai dalam telo karena adanya embun di dalam telo, cukup bagi biji kedelai untuk berkecambah. Ternyata kedelai yang ditanam dengan cara tersebut di atas tumbuh tidak seragam dan bahkan banyak petani yang gagal panen terutama pada musim kemarau. Telo bisa terbentuk sebagai akibat cara budidaya padi OTS sebelumnya. Budidaya padi sawah OTS secara terus-menerus memberikan dampak kurang menguntungkan pada tanaman kedelai sesudahnya. Apabila sawah dikeringkan terutama menjelang panen, tanah menjadi retak-retak dan membentuk bongkahan yang besar terutama tanah yang mengandung liat tinggi. Dengan kandungan bahan organik rendah dan tingginya evaporasi (terutama musim kemarau), menyebabkan tanah tersebut tidak dapat menyimpan air cukup untuk menunjang pertumbuhan kedelai secara optimal (Manwan et al. 1990). Pengamatan dilapangan menunjukkan, kedelai yang ditanam setelah padi sawah OTS, tumbuh tidak seragam dan tidak merata dan bahkan mati sebelum panen terutama pada musim kemarau. Sebaliknya jika lahan sawah diolah secara TOT beberapa musim tanam, kemudian ditanami kedelai maka pertumbuhan dan hasil kedelai masih lebih tinggi karena dengan akumulasi bahan organik dalam tanah
70 sawah menjadikan sifat fisik menjadi lebih baik, tanah tidak retak-retak dan air cukup tersedia menunjang pertumbuhan kedelai (Sumarno et al. 1994). Menanam kedelai secara TOT segera setelah padi sawah dipanen berarti menyisakan banyak jerami dan sisa gulma dipermukaan tanah. Menurut Sanchez (1976) sisa tumbuhan dipermukaan tanah terutama berpengaruh terhadap temperatur, kelembaban dan agregasi tanah. Sisa tanaman dan gulma serta sekresi dari jasad hewan, dan mikroba adalah sumber bahan organik tanah. TOT dapat meningkatkan akumulasi bahan organik dan apabila bahan organik dari sisa tumbuhan dikelola dengan baik maka produktivitas tanah meningkat (Utomo 1996 dan Tjitrosemito 2005). Mineral tanah tidak menghasilkan nitrogen, sehingga suplai dari luar sangat diperlukan. Nitrogen dibutuhkan kedelai untuk menghasilkan pertumbuhan secara optimal dan hasil biji kedelai tinggi. Jika N berlebihan maka akibatnya pertumbuhan vegetatif berlebihan, sebaliknya jika nitrogen tidak sesuai dengan kebutuhan tanaman kedelai, maka bisa jadi pertumbuhan tidak optimal dan hasil biji kedelai menjadi rendah. Tanaman kedelai, membutuhkan N dalam jumlah sedikit sebagai starter untuk menstimulir pertumbuhan awal dan pembentukan bintil akar, yang kalau N diberikan dalam jumlah berlebihan maka pembentukan bintil akar terhambat dan akibatnya mengganggu atau menghambat fiksasi N dari udara oleh bakteri Rhizobium. Tanaman kedelai menambat (mengikat) nitrogen dari udara dengan bantuan bakteri Rhizobium pada bintil akarnya sehingga suplai nitrogen dari luar hanya dibutuhkan dalam jumlah sedikit “sebagai starter”, maka tanaman kedelai tumbuh secara optimal dan menghasilkan biji yang tinggi. Jenis kedelai yang digunakan adalah kedelai PTR-6 (Plantaro 6), merupakan satu dari beberapa jenis kedelai PTR berumur dalam yang telah dikembangkan Dr. Fred Rumawas sejak tahun 1980an di Institut Pertanian Bogor. Tujuan percobaan adalah mendapatkan dosis pupuk urea optimal pada persiapan lahan TOT untuk pengembangan kedelai setelah padi Tabela kuadrat. BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di R & D Station PT. Syngenta, Cikampek, Jawa Barat, Jenis tanah adalah Regosol, dan dilaksanakan pada awal MH 2000/2001, mulai akhir bulan Oktober 2000 hingga pertengahan bulan Maret 2001.
71 Bahan dan Alat. Bahan yang digunakan adalah kedelai PTR.6, pupuk urea, TSP, dan KCl; insektisida Dursban 200 EC (Klorpirifos: 200 g/l), Furadan 3 G (Karbofuran) dan Supracide 40 EC (Metidation 40 g/l), fungisida Anvil 50 SC (Heksakonazol: 50 g/l) dan Marshal. Untuk mengendalikan gulma pada persiapan lahan digunakan herbisida Polaris 240 AS (Isopropil amina glifosat: 240 g/l). Alat yang digunakan: traktor mini, knapsack sprayer, penakar curah hujan, oven, seed counter, seed moisture tester, timbangan dan meteran. Metode Penelitian Percobaan ini disusun dalam rancangan petak terpisah (split plot design) dalam rancangan acak kelompok dengan empat ulangan. Perlakuan yang dicobakan terdiri atas dua faktor yakni:
A. Petak utama adalah dosis pupuk urea mencakup: 1. Dosisi urea 0 kh/ha (tanpa pupuk urea). 2. Dosis urea 50 kg/ha, diberikan 1 x pada saat umur 21 Hst. 3. Dosis urea 100 kg/ha, diberikan 2 x pada saat umur 21 & 42 Hst. B. Anak petak adalah persiapan lahan setelah padi sawah mencakup: 1. OTS(1,2,3,4), (OTS musim tanam 1,2,3,4) 2. OTS(1,2)-OTM(3,4), (OTS musim tanam 1,2 dan OTM musim tanam 3,4) 3. OTS(1,2)-TOT(3,4), (OTS musim tanam 1,2 dan TOT musim tanam 3,4) 4. OTM(1,2,3,4), (OTM musim tanam 1,2,3,4) 5. OTM(1,2)-OTS(3,4), (OTM musim tanam 1,2 dan OTS musim tanam 3,4) 6. OTM(1,2)-TOT(3,4), (OTM musim tanam 1,2 dan TOT musim tanam 3,4) 7. TOT(1,2,3,4), (TOT musim tanam 1,2,3,4) 8. TOT(1,2)-OTM(3,4), (TOT musim tanam 1,2 dan OTM musim tanam 3,4) 9. TOT(1,2)-OTS(3,4), (TOT musim tanam 1,2 dan OTS musim tanam 3,4)
Tata letak percobaan didasarkan pada pertimbangan bahwa lahan bekas padi sawah Tabela kuadrat berbeda karena jumlah pupuk urea yang diberikan berbeda. Selain itu lahan percobaan cukup luas sehingga tidak cukup waktu mengamati setiap peubah secara seksama dalam waktu bersamaan. Model matematik dari percobaan tersebut adalah: Yijkl=µ+ρi+Nj+γij+Pk+(NP)jk+δijk Yijkl = hasil pengamatan kelompok ke i, perlakuan ke j dan ke k
72 µ dan ρi = rataan umum dan pengaruh kelompok ke i Nj, dan Pk = Pengaruh perlakuan ke j dan ke k γij = galat dari kelompok ke i dengan perlakuan ke j (NP)jk = pengaruh interaksi perlakuan ke jk εijk= galat dari kelompok ke i pada perlakuan ke j dan ke k. Untuk menguji nilai tengah perlakuan, digunakan prosedur yang disarankan Gomez dan Gomez (1984), sebagaimana pada percobaan Tabel 10 di atas dengan suatu nilai t terboboti yaitu: t = (u-1)Ebtb + Eata/(u-1)Eb+Ea Pelaksanaan a. Persiapan Lahan
Petak-petak percobaan untuk perlakuan dosis pupuk urea (sebagai PU) masing-masing seluas 72 m x 5 m sebanyak 3 x 4 unit (12 unit) dan petak perlakuan persiapan lahan (sebagai AP) berukuran 24 m x 5 m sebanyak 3 x 9 x 4 t (108 unit). b. Penanaman Benih kedelai ditanam secara larikan 1 biji tiap lubang, dengan jarak tanam antar baris 40 cm dan dalam baris 10 cm. Benih ditanam pada kedalaman 3-4 cm. Sebelum tanam benih dicampur dengan rhizopus 7.5 g/kg benih kedelai. Seminggu
sesudah
tanam,
dilakukan
penyulaman
untuk
mendapatkan
pertanaman kedelai seragam. Tanaman penyulam adalah berumur sama, diambil dari petakan yang telah disediakan. c. Pemupukan dan Pemeliharaan Pemupukan urea dilakukan sesuai dengan perlakuan. Pupuk urea diberikan pada saat umur 21 dan 42 hari setelah tanam (hst) dengan dosis sesuai perlakuan. Sebagian pupuk dasar diberikan adalah TSP dan KCl, diberikan saat tanam, dengan dosis masing-masing adalah 50 kg TSP/ha, dan 50 kg KCl/ha. Pupuk diberikan di antara baris tanaman dengan kedalaman 5-10 cm dari permukaan tanah. Untuk mencegah serangan hama, digunakan insektisida Dursban 200 EC (klorfiripos: 200 g/l) dosis 2 l/ha dengan volume semprot 500 l/ha dan Furadan 3 G (Karbofuran), sedangkan untuk penyakit digunakan Delsene MX 200 (Carbendazim: 6.2% dan Mancozeb: 73.8%), dosis 5 l/ha dengan volume
73 semprot 500 l/ha. Pengendalian gulma pada pertanaman kedelai dilakukan 1 kali secara manual yakni pada fase kritis (30-35 hst.) dan fase pengisian biji. Pengamatan Peubah yang diamati terdiri dari: 1. Tinggi tanaman kedelai, diamati pada umur 80 hst. 2. Jumlah bintil akar, diamati pada umur 60 hst 3. Jumlah cabang produktif, diamati pada umur 80 hst. 4. Indeks cabang produktif (%), diamati umur 80 Hst, yaitu perbandingan jumlah cabang produktif terhadap jumlah seluruh cabang yang terbentuk. 5. Jumlah polong isi, diamati saat panen(110-115 Hst). 6. Indeks polong isi (%), diamati saat panen, yaitu perbandingan jumlah polong isi terhadap jumlah seluruh polong yang terbentuk. 7. Bobot bahan kering total atau brangkasan (g/m2). Pengamatan dilakukan pada saat panen.
Bahan bagian atas tanaman (termasuk kulit polong)
diambil pada petak contoh berukuran 1 m2, kemudian dipisahkan biji kedelai dan selanjutnya dikeringkan dalam oven selama 48 jam pada suhu 80oC. 8. Bobot kering biji (ton/ha), diamati pada saat panen. Biji dikeringkan dan ditimbang pada kadar air mencapai 14%. 9. Indeks panen (%), diamati pada saat panen, yakni perbandingan bobot biji terhadap bobot bahan kering total (IP= Hasil biji/Hasil biologi). HASIL DAN PEMBAHASAN
Pertumbuhan Kedelai PTR-6 Hasil percobaan pada Tabel 25 dan hasil analisis keragaman pada Tabel Lampiran 45 menunjukkan adanya interaksi yang nyata antara dosis pupuk urea dan persiapan lahan terhadap tinggi tanaman kedelai. Tampak bahwa tinggi tanaman kedelai meningkat dengan bertambahnya pupuk dari 0 kg/ha menjadi 100 kg/ha. Kedelai PTR 6 termasuk kedelai berumur dalam yang berdasarkan hasil pengamatan bahwa tingginya mencapai antara 60 – 90 cm. Secara umum pemupukan urea dosis tinggi (100 kg/ha) dapat meningkatkan pertumbuhan kedelai khususnya tinggi tanaman. Tinggi tanaman kedelai pada lahan TOT (1,2,3,4) terlihat cenderung lebih tinggi dibanding persiapan lahan lainnya, karena adanya bahan organik mengungkinkan air tersedia cukup untuk
74
perumbuhan kedelai, sedangkan pada persiapan lahan TOT (1,2)-OTM(3,4) dan TOT (1,2)-OTS(3,4) karena selain air cukup tersedia, juga tanah relatif lebih gembur akibat adanya bahan organik terakumulasi yang segera terdekomposisi akibat tanah diolah kembali. Tabel 25. Respon tinggi tanaman kedelai PTR-6 terhadap pengaruh interaksi pupuk urea dan persiapan lahan Persiapan lahan OTS (1,2,3,4) OTS (1,2)-OTM(3,4) OTS (1,2)-TOT(3,4) OTM (1,2,3,4) OTM (1,2)-OTS(3,4) OTM (1,2)-TOT(3,4) TOT (1,2,3,4) TOT (1,2)-OTM(3,4) TOT (1,2)-OTS(3,4) BNT 5 %
0 kg/ha 63.1 b 64.4 c 69.5 c 66.0 b 67.6 a 72.6 b 67.3 c 63.7 c 65.9 c
Dosis pupuk urea 50 kg/ha 100 kg/ha 70.4 a 70.3 a 72.1 b 77.2 a 76.8 a 72.9 b 61.7 c 73.9 a 65.5 b 70.6 a 62.3 c 75.5 a 70.9 b 80.4 a 67.1 b 88.6 a 72.8 b 84.9 a 2.3 cm
Nilai rata-rata dalam lajur diikuti huruf sama berarti tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%
Hasil percobaan pada Tabel 26 dan hasil analisis keragaman pada Tabel Lampiran 46 menunjukkan adanya interaksi yang nyata antara dosis pupuk urea dan persiapan lahan terhadap jumlah bintil akar. Tampak bahwa jumlah bintil akar kedelai meningkat dengan penambahan pupuk dari 0 kg/ha menjadi 50 kg/ha, sebaliknya jumlah bintil akar tersebut berkurang apabila pupuk urea ditambahkan hingga 100 kg/ha terutama pada persiapan lahan TOT(1,2,3,4), lahan TOT(1,2)OTM(3,4) dan lahan TOT(1,2)-OTS(3,4), yang menunjukkan bahwa pada persiapan lahan tersebut tidak sesuai apabila diberikan pupuk urea dengan dosis tinggi. Dengan demikian, N hanya dibutuhkan dalam jumlah kecil sebagai “starter” untuk pembentukan bintil akar kedelai yang lebih banyak. Nodulasi pada akar kedelai akan mulai efektif setelah tanaman kedelai berumur dua minggu, maka pemberian N sangat dianjurkan (Somaatmadja 1985), dan mencapai puncaknya umur 8 minggu setelah tanam kedelai berumur dalam seperti PTR 332 (Ghulamahdi 1999). Berkurangnya jumlah bintil akar juga terjadi pada persiapan lahan lainnya apabila diberikan pupuk urea 100 kg/ha, tetapi pada persiapan lahan OTS(1,2,3,4), bintil akar kedelai justru bertambah karena pertumbuhan akar lebih lebih banyak
75
yang diikuti pembentukan rambut-rambut
akar sehingga bintil akar banyak
terbentuk. Bintil akar tanaman kedelai dapat memainkan peran penting penting dalam mensuplai kebutuhan nitrogen untuk pertumbuhan dan pembentukan polong isi, hasil biji dan indeks panen kedelai PTR-6. Menurut Gardner et al. (1991), bakteri Rhizobium yang berhubungan dengan legum, dapat memfiksasi 100 kg N/ha per musim tanam bahkan tiga kali lebih besar dari jumlah tersebut. Tabel 26. Respon jumlah bintil akar kedelai PTR-6 terhadap pengaruh interaksi pupuk urea dan persiapan lahan Persiapan lahan OTS (1,2,3,4) OTS (1,2)-OTM(3,4) OTS (1,2)-TOT(3,4) OTM (1,2,3,4) OTM (1,2)-OTS(3,4) OTM (1,2)-TOT(3,4) TOT (1,2,3,4) TOT (1,2)-OTM(3,4) TOT (1,2)-OTS(3,4) BNT 5 %
0 kg/ha 61.1 a 33.9 b 37.3 a 40.9 b 38.5 b 50.1 a 70.1 a 56.6 b 63.8 a
Dosis pupuk urea 50 kg/ha 56.7 a 64.6 a 55.1 a 68.1 a 64.3 a 46.3 a 62.1 a 79.5 a 74.1 a 22.8
100 kg/ha 65.3 a 50.1 ab 50.5 a 56.4 ab 52.2 ab 56.6 a 37.8 b 41.6 b 36.2 b
Nilai rata-rata dalam lajur diikuti huruf sama berarti tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%
Hasil percobaan pada Tabel 27 dan hasil analisis keragaman pada Tabel Lampiran 47-48 menunjukkan adanya interaksi yang nyata antara dosis pupuk urea dan persiapan lahan terhadap jumlah cabang dan indeks cabang produktif kedelai. Pola pengaruh interaksi terhadap jumlah cabang dan indeks cabang produktif
tampak
relatif
sama.
Interaksi
tersebut
menunjukkan,
yang
menunjukkan bahwa jumlah cabang dan indeks cabang produktif meningkat dengan penambahan pupuk dari 0 kg/ha menjadi 50 kg/ha, sebaliknya jumlah jumlah cabang dan indeks cabang produktif menurun apabila pupuk urea ditambahkan hingga 100 kg/ha terutama pada persiapan lahan OTS(1,2)TOT(3,4), OTM(1,2)-TOT(3,4), TOT(1,2,3,4) dan TOT(1,2)-OTM(3,4). Secara umum bahwa pada persiapan lahan selama 4 musim tanam TOT dan atau setelah 2 musim tanam TOT atau OTM, tampaknya tanaman kedelai tidak memberikan respon yang lebih baik dalam pembentukan cabang produktif apabila diberikan pupuk urea melampaui kebutuhannya, yang menunjukkan bahwa pemberian pupuk urea dengan dosis tinggi (100 kg/ha) kurang baik dibanding
76
dengan pupuk urea yang lebih rendah (50 kg/ha) untuk pembentukan cabang produktif kedelai yang lebih banyak.
Tabel 27. Respon jumlah cabang dan indeks cabang produktif kedelai PTR-6 terhadap pengaruh interaksi antara pupuk urea dan persiapan lahan Persiapan lahan
0 kg/ha
……………………….Jumlah OTS(1,2,3,4) 19.3 a OTS(1,2)-OTM(3,4) 19.3 b OTS(1,2)-TOT(3,4) 18.1 b OTM(1,2,3,4) 18.0 b OTM(1,2)-OTS(3,4) 22.1 a OTM(1,2)-TOT(3,4) 20.1 a TOT(1,2,3,4) 19.3 a TOT(1,2)-OTM(3,4) 18.5 b TOT(1,2)-OTS(3,4) 20.6 a BNT 5 %
Dosis pupuk urea 50 kg/ha 100 kg/ha cabang....…..…………..….. 19.0 a 19.1 a 18.8 b 23.4 a 21.2 a 18.2 b 17.1 b 19.7 a 16.5 b 21.8 a 17.9 b 18.3 b 20.1 a 17.9 b 25.1 a 19.6 b 21.2 a 21.5 a 2.2
………………………..Indeks cabang produktif (%)…..……...……….. OTS(1,2,3,4) 84.5 b 91.3 a 83.8 b OTS(1,2)-OTM(3,4) 82.7 b 85.5 a 79.2 c OTS(1,2)-TOT(3,4) 88.9 a 84.1 b 78.9 c OTM(1,2,3,4) 69.4 b 78.2 a 78.5 a OTM(1,2)-OTS(3,4) 90.8 a 83.8 b 90.2 a OTM(1,2)-TOT(3,4) 82.8 b 84.8 b 93.6 a TOT(1,2,3,4) 81.5 b 92.7 a 81.1 b TOT(1,2)-OTM(3,4) 74.8 b 95.5 a 69.6 c TOT(1,2)-OTS(3,4) 86.8 a 78.7 b 86.2 a BNT 5 % 2.2 % Nilai rata-rata dalam lajur diikuti huruf sama berarti tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%
Produksi Kedelai PTR-6 Hasil percobaan pada Tabel 28 dan hasil analisis keragaman pada Tabel Lampiran 49-50 menunjukkan bahwa pemupukan urea dan persiapan lahan memberikan pengaruh interaksi nyata terhadap jumlah polong dan indeks polong isi. Pola pengaruh interaksi terhadap jumlah polong isi dan persentase polong isi tampak relatif sama. Interaksi tersebut menunjukkan bahwa terjadi peningkatan jumlah polong isi diikuti kenaikan indeks polong isi dengan penambahan pupuk urea dari 0 kg/ha menjadi 50 kg/ha, dan sebaliknya cenderung menurun apabila penambahan pupuk urea dari 50 kg/ha menjadi 100 kg/ha khususnya pada
77 persiapan
lahan
OTS(1,2,3,4),
OTS(1,2)-TOT(3,4),
OTM(1,2)-TOT(3,4),
TOT(1,2,3,4), TOT(1,2)-OTM(3,4) dan TOT(1,2)-OTS(3,4). Persiapan lahan selama 4 musim tanam TOT dan atau setelah 2 musim tanam TOT atau OTM, tampaknya tanaman kedelai tidak memberikan respon yang lebih baik dalam pembentukan polong isi apabila diberikan pupuk urea melampaui kebutuhannya, yang menunjukkan bahwa pemberian pupuk urea dengan dosis tinggi (100 kg/ha) kurang baik dibanding dengan pupuk urea yang lebih rendah (50 kg/ha) untuk pembentukan polong isi kedelai yang lebih banyak. Tabel 28. Respon jumlah polong dan indeks polong isi kedelai PTR-6 terhadap pengaruh interaksi antara pupuk urea dan persiapan lahan Persiapan lahan ………………………. OTS(1,2,3,4) OTS(1,2)-OTM(3,4) OTS(1,2)-TOT(3,4) OTM(1,2,3,4) OTM(1,2)-OTS(3,4) OTM(1,2)-TOT(3,4) TOT(1,2,3,4) TOT(1,2)-OTM(3,4) TOT(1,2)-OTS(3,4) BNT 5 % ……………………… OTS(1,2,3,4) OTS(1,2)-OTM(3,4) OTS(1,2)-TOT(3,4) OTM(1,2,3,4) OTM(1,2)-OTS(3,4) OTM(1,2)-TOT(3,4) TOT(1,2,3,4) TOT(1,2)-OTM(3,4) TOT(1,2)-OTS(3,4) BNT 5 %
0 kg/ha
Dosis pupuk urea 50 kg/ha 100 kg/ha
Jumlah polong isi....… ..…………..….. 44.9 b 51.7 a 46.8 b 42.0 b 43.6 b 58.6 a 39.8 c 52.0 a 45.1 b 29.9 c 44.9 b 57.8 a 36.3 c 52.0 b 58.2 a 42.6 c 53.7 a 45.7 b 47.9 b 54.6 a 38.7 c 42.4 c 76.1 a 49.2 b 54.1 a 54.8 a 50.3 b 2.2 ..Indeks polong isi (%)… ..…… ...……….. 83.5 c 92.6 a 89.3 b 78.5 b 85.9 a 83.9 a 85.9 b 93.6 a 85.8 b 74.3 c 85.4 b 93.8 a 78.5 c 86.4 b 93.2 a 85.0 b 85.7 b 93.2 a 89.6 b 93.4 a 80.6 c 86.7 b 94.3 a 85.3 b 88.7 b 94.7 a 88.5 b 2.2 %
Nilai rata-rata dalam lajur diikuti huruf sama berarti tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%
Hasil percobaan pada Tabel 29 dan hasil analisis keragaman pada Tabel Lampiran 51-52 menunjukkan terjadi pengaruh interaksi yang nyata antara persiapan lahan dan pupuk urea terhadap hasil dan indeks panen kedelai. Interaksi terhadap hasil kedelai menunjukkan, terjadi peningkatan hasil kedelai dengan penambahan pupuk urea dari 0 kg/ha menjadi 50 kg/ha, dan sebaliknya
78 menurun apabila penambahan pupuk urea dari 50 kg/ha menjadi 100 kg/ha pada hampir semua persiapan lahan. Hasil tersebut sesuai dengan respos hasil kedelai yang ditunjukkan pada Gambar 6. Penambahan pupuk urea dari 0 kg/ha menjadi 50 kg/ha pada lahan TOT(1,2)-OTS(3,4), diperoleh hasil kedelai yang cukup tinggi (3.239 ton/ha), tetapi dengan menaikkan jumlah pupuk urea menjadi 100 kg/ha, hasil kedelai justru menjadi lebih rendah (2.747 ton/ha). Tabel 29. Respon hasil biji dan indeks panen kedelai PTR-6 terhadap pengaruh interaksi antara pupuk urea dan persiapan lahan Persiapan lahan
0 kg/ha
Dosis pupuk urea 50 kg/ha 100 kg/ha
……………………….Hasil biji (ton/ha)……………..….. OTS(1,2,3,4) 1.663 b 2.919 a OTS(1,2)-OTM(3,4) 2.335 b 3.064 a OTS(1,2)-TOT(3,4) 2.143 b 2.955 a OTM(1,2,3,4) 2.151 b 3.001 a OTM(1,2)-OTS(3,4) 2.161 b 2.888 a OTM(1,2)-TOT(3,4) 2.531 a 2.775 a TOT(1,2,3,4) 2.578 a 2.853 a TOT(1,2)-OTM(3,4) 2.808 a 2.844 a TOT(1,2)-OTS(3,4) 2.991 ab 3.239 a BNT 5 % 0.483 ton/ha ………………………….Indeks panen (%)……… OTS(1,2,3,4) 40.2 a 40.2 a OTS(1,2)-OTM(3,4) 41.7 a 41.4 a OTS(1,2)-TOT(3,4) 39.3 a 39.1 a OTM(1,2,3,4) 38.7 a 40.2 a OTM(1,2)-OTS(3,4) 40.7 a 41.2 a OTM(1,2)-TOT(3,4) 39.0 b 42.9 a TOT(1,2,3,4) 40.8 a 41.3 a TOT(1,2)-OTM(3,4) 42.3 a 44.1 a TOT(1,2)-OTS(3,4) 41.4 a 40.7 a BNT 5 % 3.2 %
2.731 a 2.506 b 2.661 a 3.030 a 2.665 a 2.772 a 2.548 a 2.756 a 2.747 b
……….. 41.2 a 39.6 a 40.8 a 38.2 a 36.7 b 39.0 b 37.4 b 38.5 b 41.8 a
Nilai rata-rata dalam lajur diikuti huruf sama berarti tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%
Tabel 29 memperlihatkan adanya pengaruh interaksi terhadap indeks panen kedelai yang menunjukkan bahwa indeks panen kedelai meningkat dengan penambahan pupuk urea dari 0 kg/ha menjadi 50 kg/ha, sebaliknya indeks panen tersebut menurun dengan penambahan pupuk urea dari 50 kg/ha menjadi 100 kg/ha pada hampir semua persiapan lahan. Penambahan pupuk urea dari 0 kg/ha menjadi 50 kg/ha pada lahan TOT (1,2,3,4), menghasilkan indeks panen cukup tinggi (41.3 %) tetapi dengan menaikkan pupuk urea
79 menjadi 100 kg/ha, indeks panen kedelai menjadi rendah (37.4 %). Telah diketahui bahwa nitrogen yang tinggi tidak selalu menaikkan hasil kedelai (Soeharsono dan Adisarwanto, 1985; Ghulamahdi, 1999; Moentono 2000). Hasil analisis regresi pada Tabel Lampiran 51 yang disajikan dalam Gambar 10, menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang nyata antara pemupukan urea dengan hasil kedelai. Berdasarkan Gambar 6 dan persamaan garis regresi pada Tabel 30, diketahui dosis pupuk urea optimum yang dibutuhkan tanaman kedelai berbeda antara suatu persiapan lahan dengan persiapan lahan lainnya. Makin tinggi dosis pupuk urea sampai dosis tertentu maka hasil kedelai makin meningkat, tetapi dengan menambahkan dosis pupuk urea sampai pada suatu taraf yang lebih tinggi maka hasil kedelai menurun. Tabel 30. Pendugaan dosis urea optimum pada persiapan lahan untuk kedelai PTR-6
y = -0.00029x2 + 0.0396x + 1.663
Dosis optimum (kg/ha) 68.2
(•) Biji (ton/ha) 3.014
y = -0.00026x2 + 0.0274x + 2.335
52.8
3.062
y = -0.00022x2 + 0.0272x + 2.146
61.8
2.985
OTM (1,2,3,4)
y = -0.00016x2 + 0.0252x + 2.151
78.8
3.144
OTM (1,2)-OTS(3,4)
y = -0.00019x2 + 0.0240x + 2.161
63.3
2.924
OTM (1,2)-TOT(3,4)
y = -0.000049x2 + 0.007x + 2.530
75.0
2.805
TOT (1,2,3,4)
y = -0.00012x2 + 0.0113x + 2.578
47.1
2.844
TOT (1,2)-OTM(3,4)
y = -0.000065x2 + 0.0079x + 2.61
61.2
2.852
TOT (1,2)-OTS(3,4)
y = -0.00015x2 + 0.0124x + 2.991
41.2
3.246
Persiapan lahan
Persamaan garis regresi
OTS 1,2,3,4) OTS (1,2)-OTM(3,4) OTS (1,2)-TOT(3,4)
Gambar 6a
6b
6c
Berdasarkan hasil analisis regresi dapat diketahui dosis optimum dan hasil biji kedelai yang didapatkan. Dosis pupuk urea optimal kedelai dengan persiapan TOT(1,2,3,4) yang lebih rendah adalah 47.1 kg/ha untuk menaikkan hasil kedelai sebesar 2.853 ton/ha pada lahan dan 63 kg/ha untuk menaikkan hasil kedelai sebesar 3.001 ton/ha pada lahan OTM(1,2,3,4) serta 66 kg/ha untuk menaikkan hasil kedelai sebesar 2.919 ton/ha pada lahan OTS(1,2,3,4), sedangkan kebutuhan urea optimal adalah sebesar 62 kg/ha untuk menaikkan hasil kedelai sebesar 3.239 ton/ha pada persiapan lahan TOT(1,2)-OTS(3,4). Penambahan pupuk urea hingga dosis 100 kg/ha tidak menyebabkan kenaikkan hasil kedelai, tetapi justru menjadi rendah. Hal ini bisa terjadi mungkin karena dengan N yang tinggi, pembentukan bintil akar terhambat sehingga mengurangi jumlah N yang difiksasi. Dari berbagai hasil penelitian dilaporkan
80 Pasaribu dan Suprapto (1985) menyimpulkan, kandungan N tanah yang tinggi atau pemupukan N takaran tinggi dapat menekan dan memperlambat pembentukan bintil akar dan mengurangi N yang ditambat tanaman kedelai.
81 OTS(1,2,3,4)
OTS(1,2)-OTM(3,4)
OTS(1,2)-TOT(3,4)
Hasil kedelai (ton/ha)
3
2
y = -0.00026x2 + 0.02745x + 2.3350 R2 = 1.0 y = -0.00022x2 + 0.02721x + 2.1460 R2 = 1.0
1 Gambar 6a
y = -0.00029x 2 + 0.03956x + 1.663 R2 = 1.0
0 0
50 OTM(1,2,3,4)
OTM(1,2)-OTS(3,4)
100 OTM(1,2)-TOT(3,4)
Hasil kedelai (ton/ha)
3
2 y = -0.00019x 2 + 0.02404x + 2.1610 R2 = 1.0
1
y = -0.000049x 2 + 0.007350x + 2.5310 R2 = 1.0 Gambar 6b
0 0
y = -0.00016x2 + 0.02521x + 2.1510 R2 = 1.0
50 TOT(1,2,3,4)
TOT(1,2)-OTM(3,4)
100 TOT(1,2)-OTS(3,4)
Hasil kedelai (ton/ha)
3
2 y = -0.00015x 2 + 0.01236x + 2.9910 R2 = 1.0 y = -0.000065x 2 + 0.007960x + 2.6080 R2 = 1.0
1
Gambar 6c
0 0
y = -0.00012x 2 + 0.01130x + 2.5780 R2 = 1.0
50
100
Dosis pupuk urea (kg/ha)
Gambar 6. Hubungan antara dosis pupuk urea dan hasil biji kedelai PTR-6
Perubahan keadaan dari basah (lahan sawah, anaerob) menjadi kering (aerob) merupakan suatu kondisi yang memungkinkan tanaman kedelai tumbuh dengan baik dan hasil lebih tinggi, karena selain akumulasi bahan organik selama 2 sampai 3 MT padi segera terdekomposisi, juga air tanah tersedia cukup untuk menunjang pertumbuhan kedelai sehingga memungkinkan mikroorganisme tanah sebagai dekomposer melakukan tugasnya dengan baik. Persiapan lahan yang diolah secara terus-menerus selama 4 musim tanam atau OTS(1,2,3,4), menyebabkan bahan organik terus mengalami dekomposisi sehingga tidak terakumulasi dan air tanah cepat hilang karena evapotranspirasi. Namun dengan pengolahan tanah, kondisi tanahnya menjadi lebih gembur sehingga akar kedelai dengan mudah masuk ke dalam tanah untuk membentuk akar rambut yang banyak dan dengan demikian banyak bintil akar terbentuk yang memungkinkan fiksasi N dari udara lebih banyak sehingga suplai N dari luar tidak banyak dibutuhkan tanaman kedelai. Penggunaan inokulasi bakteri Rhizobium pada percobaan ini nampaknya memberikan dampak positif terhadap peningkatan penambatan N dari udara pada tanah yang diolah tersebut, sehingga mengurangi penggunaan pupuk urea. Pada tanah sawah, pemakaian inokulusi Rhizobium sangat diperlukan untuk mengurangi penggunaan N-anorganik sehingga lebih efisien (Somaatmadja 1985; Hidayat et al. 1991).
KESIMPULAN 1. Dosis optimal untuk budidaya kedelai PTR-6 setelah padi sawah adalah lebih rendah pada persiapan lahan TOT dan lebih tinggi pada OTM dan OTS. 2. Dosis pupuk urea optimum kedelai PTR-6 adalah 47.1 kg/ha (TOT), 78.8 kg/ha (OTM) dan 68.2 kg/ha (OTS) dengan hasil biji kering kedelai masingmasing 2.884 ton/ha (TOT), 3.144 ton/ha (OTM) dan 3.014 ton/ha (OTS) setelah 4 musim tanam. 3. Pengembangan budidaya kedelai setelah padi sawah Tabela kuadrat dengan persiapan lahan TOT lebih baik dibanding OTM dan OTS.
lxxxiii
PEMBAHASAN UMUM Pengembangan Budidaya Padi Tabela Banyak varietas dan galur yang dikembangkan saat ini sesuai untuk Tapin, tetapi tidak semua cocok untuk Tabela karena mensyaratkan adanya karakter morfologi pendukung seperti vigor benih yang tinggi dan tumbuh dengan baik dalam kondisi tergenang, anakan sedang, tipe malai berat, tidak mudah rebah dan hasil GKG tinggi. Kondisi lahan sawah yang tergenang air setelah benih padi Tabela disebar dan berlangsung lama menjadi masalah dalam pengembangan padi Tabela. Oleh karena itu banyak peneliti yang menyarankan agar benih padi disebar dalam kondisi lahan macak-macak (De Datta dan Nantasomran 1991, Biswas et al. 1998). Kondisi lahan yang tergenang menyebabkan banyak diantara varietas dan galur padi tidak tumbuh dan atau tumbuh tetapi mengalami etiolasi, mudah rebah, hasil dan mutu gabah rendah. Dengan demikian sangat perlu dilakukan seleksi varietas dan galur padi yang mengarah pada kondisi sub optimal sebagaimana yang disarankan Makmur (1980), untuk mendapatkan varietas dan galur padi yang cocok dikembangkan dengan cara budidaya Tabela, sekaligus dapat mengurangi kompetisi gulma dan gangguan hama tikus/burung dapat dihindarkan. Benih padi yang disebar pada kondisi lahan macak-macak dapat tumbuh dengan baik tetapi investasi gulma tertentu seperti Monochoria vaginalis, Ludwigia octovalvis, Limnocharis flava, Fimrbristylis littoralis dan Echinocloa crus-galli lebih tinggi sehingga sulit dikendalikan secara manual, kecuali dengan herbisida. Untuk mengurangi kompetisi interspesifik gulma-tanaman, gulma harus dikendalikan (Pane et al. 1990; Utomo dan Chozin 1997). Pada kondisi lahan yang digenangi 2-4 cm benih padi dapat tumbuh dengan baik, pertumbuhan dan penampilan lebih baik dan hasil gabah tinggi serta investasi gulma berkurang. Sebaliknya penggenangan yang lebih dalam 4-6 cm menyebabkan banyak benih tidak dapat tumbuh, tanaman padi mengalami etiolasi, mudah rebah dan hasil gabah rendah. Hasil seleksi terhadap 64 varietas dan galur padi pada tinggi genangan 2 4 cm, telah didapatkan 26 jenis padi (10 varietas dan 16 galur) yang cocok dikembangkan secara Tabela sebar yang memiliki karakter morfologi utama:
lxxxiv Hasil gabah tinggi, anakan sedang, tinggi sedang, daun bendera lebar dan panjang, waktu membentuk malai sedang, kerapatan tinggi pada kondisi tergenang, tahan rebah dan gabah tidak mudah rontok. Varietas dan galur yang mudah rebah dan bulir padi tidak rontok dan memiliki potensi hasil gabah tinggi, dapat dikembangkan secara Tabela dengan cara mengatur kerapatan populasi tanaman optimum, melakukan modifikasi cara tanam Tabela dan pemupukan urea yang tepat. Budidaya padi Tabela sebar hanya dapat menghasilkan gabah yang tinggi apabila jumlah benih yang disebar lebih banyak (kerapatan populasi tinggi), tetapi akibatnya dari kerapatan populasi yang terlampau tinggi, terjadi kompetisi intraspesifik antara individu tanaman padi dalam ruang terbatas sehingga tanaman mengurangi
anakan/rumpun
dengan
sendirinya
(self
thinning),
tanaman mengalami etiolasi dan akibatnya tanaman padi cenderung mudah rebah, meskipun varietas/galur yang ditanam tahan rebah. Sebaliknya dengan kerapatan populasi tanaman rendah, kerebahan dapat dikurangi tetapi hasil dan mutu gabah menjadi rendah. Kerebahan padi Tabela sebar yang tinggi menjadi penyebab gagalnya pengembangan padi Tabela sebagaimana hasil penelitian yang dilaporkan banyak peneliti (De Datta 1981; Lim et al. 1991; Fagi dan Zaini (1996). Jumlah benih padi Tabela sebar adalah 60 - 80 kg/ha (kerapatan populasi tinggi) menghasilkan gabah yang tinggi terutama pada varietas/galur padi yang tahan rebah, sebaliknya jumlah benih 40 kg/ha (kerapatan populasi rendah), tidak menghasilkan gabah yang tinggi karena populasi tanaman padi tersebut tidak dapat mengkompensasi hasil gabah yang tinggi, tetapi dapat mengurangi kerebahan varietas/galur yang mudah rebah. Hasil penelitian ini sejalan dengan yang dilaporkan Burhan (1994) bahwa jumlah benih 40 – 80 kg/ha sudah cukup untuk Tabela sebar. Dengan jumlah benih 60 kg/ha padi Tabela sebar dapat dikembangkan dengan persiapan lahan OTS dan OTM, tetapi kurang sesuai dengan persiapan lahan TOT karena banyak benih padi tidak tumbuh akibat adanya singgang atau jerami padi dan sisa gulma menutupi sebagian permukaan tanah, yang bertindak sebagai penghalang benih berkecambah. Meskipun demikian apabila dilakukan modifikasi cara tanam Tabela untuk mengurangi kerebahan dan hasil gabah tetap tinggi, maka dikembangkan dengan persiapan lahan TOT.
budidaya Tabela dapat
lxxxv Cara tanam padi Tabela sebar 1 m dengan jumlah benih 50 kg/ha lebih sesuai dengan persiapan lahan TOT, OTM dan OTS karena dapat mengurangi kerebahan varietas/galur padi yang mudah rebah dan dalam penerapannya lebih baik dibanding Tabela sebar karena dengan adanya tanaman pinggir yang tumbuh kokoh (stand up plant) diantara lajur petak Tabela sebar 1 m selebar 40 cm berperan sebagai penghalang kerebahan serta memudahkan pemeliharaan tanaman padi. Budidaya padi Tabela kuadrat menggunakan benih 25 kg/ha sesuai untuk persiapan lahan TOT, OTM dan OTS dan mampu mengurangi kerebahan varietas IR 64 padi dan galur S.3383-1d-Pn-41-3-1 yang mudah rebah, karena dengan ruang tumbuh yang tersedia (jarak tanam 25 cm x 25 cm) tanaman padi membentuk sistem perakaran baik, pertumbuhan dan penampilan tanaman lebih baik serta tumbuh secara kokoh, diameter batang yang lebih besar dan ruas batang lebih pendek. Selain itu dengan cara tanam Tabela kuadrat, tidak mengalami stagnasi dalam pertumbuhannya sehingga waktu panen lebih cepat, gabah hampa rendah, hasil dan mutu gabah tinggi. Tidak seperti cara tanam Tapin, bibit yang dipindahkan mengalami stagnasi sehingga umur panen lebih lama, hasil gabah lebih rendah dan gabah yang panen tidak matang seragam (mutu gabah rendah). Hasil GKG yang rendah pada Tapin disebabkan karena tanaman padi mengalami stagnasi pada saat bibit dipindahkan, sebagaimana hasil penelitian yang dilaporkan oleh De Datta (1981). Tabela kuadrat menghasilkan GKG yang lebih tinggi dengan persiapan lahan OTS (6.414 ton/ha) dan pada persiapan lahan TOT (6.234 ton/ha), sedangkan Tapin lebih rendah (5.489 ton/ha) pada persiapan lahan OTS. Galur S.3383-1dPn-41-3-1 yang mudah rebah ditanam secara Tabela kuadrat menghasilkan GKG yang lebih tinggi (6.281 ton/ha) dibanding dengan Tapin (6.160 ton/ha). Mineral tanah tidak menghasilkan N dan sangat mudah hilang sehingga suplai dari luar sangat diperlukan. Untuk menghasilkan pertumbuhan yang baik dan hasil gabah yang tinggi, tanaman padi Tabela kuadrat membutuhkan nitrogen (N) dalam jumlah optimal. Tetapi jika dosis berlebihan tanaman padi mengalami etiolasi, mudah rebah, hasil GKG dan indeks panen menjadi rendah. Persiapan lahan TOT secara terus menerus (3 musim tanam padi), banyak bahan organik dari singgang/jerami padi dan gulma telah terakumulasi sehingga sifat fisik tanah menjadi lebih baik. Sebaliknya dengan persiapan lahan OTS dan
lxxxvi OTM, dekomposisi bahan organik lebih cepat terjadi. Tanah menjadi retak-retak dan membentuk bongkahan pada saat sawah dikeringkan. Bahan organik yang terakumulasi dengan nisbah C/N yang tinggi setelah 3 musim tanam persiapan lahan TOT, menyebabkan dosis pupuk urea yang dibutuhkan lebih tinggi, karena bahan organik yang terakumulasi lambat terdekomposisi dan hasilnya tidak sempurna, maka kemungkinan N yang ditambahkan sebagian dimanfaatkan oleh mikroorganisme dekomposer sehingga N mengalami imobilisasi. Menurut Stevenson (1994 dalam Isnaini et al. 1999), dibutuhkan N yang cukup besar oleh mikroorganisme dalam menyusun tubuhnya untuk melakukan perombakan bahan organik tersebut sehingga menyebabkan imobilisasi N di dalam tanah. Sehubungan dengan hal tersebut, makin tinggi nisbah C/N bahan organik maka semakin sulit terdekomposisi dan semakin tinggal lama di dalam tanah (Sanchez 1976; Utomo 1994; Tjitrosemito 2005), sehingga produktivitas tanah sawah banyak ditentukan oleh kandungan bahan organik tanah (Yosida 1981 dalam Isnaeni et al. 1999). Pemupukan
urea
dengan
dosis
tinggi
(300
kg/ha) menghasilkan
pertumbuhan vegetatif padi Tabela kuadrat berlebihan, tetapi tidak diikuti dengan peningkatan
hasil
GKG,
namun
dengan
pemupukan
urea
optimum,
pertumbuhan padi Tabela kuadrat lebih baik dan menghasilkan GKG yang tinggi. Dari hasil percobaan ini diketahui bahwa dosis optimum pupuk urea untuk menghasilkan pertumbuhan dan hasil gabah yang tinggi relatif sama antara satu persiapan lahan dengan persiapan lahan lainnya. Dosis optimum untuk persiapan lahan TOT adalah 191.9 kg/ha dengan produksi GKG adalah 6.044 kg/ha. Hasil percobaan ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilaporkan Ardjasa et al. (1999), bahwa untuk mencapai hasil GKG yang tinggi sekitar 6.0 – 6.1 ton/ha, dibutuhkan urea 187 – 191 kg urea/ha. Pengembangan Budidaya Kedelai Setelah Padi Sawah Kedelai PTR-6 yang digunakan pada percobaan adalah satu dari beberapa jenis kedelai PTR berumur dalam yang telah dikembangkan Dr. Fred Rumawas sejak tahun 1980an di Institut Pertanian Bogor. Kedelai PTR-6 termasuk kedelai yang memiliki potensi hasil yang tinggi dibanding jenis kedelai lainnya seperti varietas Willis, Orba dan Lumajang Bewo serta NS. Dampak dari cara persiapan lahan
yang
berbeda, menyebabkan
pertumbuhan tanaman kedelai dan infestasi gulma berbeda. Persiapan lahan
lxxxvii OTS atau OTM ternyata menyebabkan infestasi gulma lebih banyak berasal dari biji (seed bank), sebaliknya dengan persiapan lahan TOT, memacu pertumbuhan gulma dari perenating part. Dengan demikian pengendalian gulma disesuaikan dengan kondisi persiapan lahan. Persiapan lahan secara OTM untuk budidaya kedelai masih mungkin untuk dilakukan, tetapi dengan cara OTS sulit dilakukan, karena tidak efisien dari segi biaya dan waktu serta tidak dapat mengkonservasi tanah dan air untuk jangka panjang. Umumnya persiapan lahan untuk sawah dilakukan secara OTS, dimana kondisi tersebut tidak mendukung pertumbuhan kedelai secara optimal, karena kedelai tumbuh tidak merata, mengalami kekeringan dan bahkan mati sebelum dipanen sebagai akibat dari kandungan bahan organik rendah, tanah yang kering, keras dan retak-retak serta air tanah tidak cukup menunjang pertumbuhannya. Kandungan bahan organik yang rendah setelah padi sawah OTS menyebabkan pupuk yang diberikan terutama P dan N untuk kedelai menjadi tidak efisien, karena lebih banyak dimanfaatkan oleh mikro organisme dibanding
yang dimanfaatkan oleh tanaman kedelai. Dengan demikian
manajemen serasah (bahan organik) pada lahan sawah perlu dilakukan. Persiapan lahan TOT dapat memperbaiki sifat fisik tanah melalui penambahan bahan organik dari singgang padi dan gulma serta meningkatkan ketersediaan air tanah. Ditinjau dari aspek kepadatan tanah, persiapan TOT tidak berbeda dengan OTS. Nilai kekerasan tanah atau bobot isi tanah tidak berbeda antara OTS dengan TOT selama 4 musim tanam (Isnaeni et al. 1999). Sifat fisik tanah yang terpengaruh oleh sistem pengolahan tanah konvensional adalah kepadatan tanah (bulk density), diamana
kepadatan tanah yang tinggi
mempengaruhi infiltrasi dan aerasi tanah (Phillips et al. 1980; Utomo 1994). Setelah 3 musim tanam padi sawah TOT (dalam kondisi basah), bahan organik banyak terakumulasi, maka setelah lahan ditanami kedelai (kondisi berubah menjadi kering), bahan organik tersebut segera didekomposisi (dirombak) oleh mikroorganisme dekomposer. Untuk merombak bahan organik, mikroorganisme membutuhkan sumber energi dan N untuk mengembangkan dirinya sehingga menyebabkan imobilisasi N, dan segera tersedia setelah mikroorganisme tersebut mati. Tanaman kedelai menambat (mengikat) nitrogen dari udara dengan bantuan bakteri Rhizobium pada bintil akarnya sehingga suplai nitrogen dari luar
lxxxviii hanya dibutuhkan dalam jumlah sedikit “sebagai starter”. Peningkatan jumlah bintil akar pada kedelai dapat meningkatkan indeks polong isi. Bintil akar kedelai yang terbentuk berperan penting dalam mensuplai kebutuhan nitrogen untuk pertumbuhan dan pembentukan polong isi. Nodulasi pada akar kedelai akan mulai efektif setelah tanaman kedelai berumur dua minggu, maka pemberian N sangat dianjurkan (Somaatmadja 1985), dan mencapai puncaknya pada umur 8 minggu setelah tanam untuk kedelai berumur dalam seperti PTR 332 (Ghulamahdi 1999). Bintil akar kedelai sangat diperlukan perannya terhadap suplai hara N dari hasil fiksasi N udara untuk menghasilkan biji dan meningkatkan indeks panen kedelai. Pemupukan
urea
dengan
dosis
tinggi
(100kg/ha)
menghasilkan
pertumbuhan vegetatif yang baik, tetapi tidak diikuti dengan peningkatan komponen hasil dan hasil biji kedelai kecuali dengan pemupukan urea optimum. Kebutuhan pupuk urea untuk menghasilkan pertumbuhan dan hasil biji kedelai yang tinggi ternyata lebih rendah pada persiapan lahan TOT (47.1 kg/ha) daripada OTS dan OTM, untuk mencapai hasil biji kedelai 2.844 kg/ha.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 4.
Varietas dan galur padi yang telah dikembangkan sesuai untuk Tapin, tetapi tidak semua cocok untuk Tabela.
5.
Budidaya padi Tabela mensyaratkan adanya karakter morfologi pendukung yaitu vigor benih tinggi, benih tumbuh baik dalam kondisi tergenang, anakan sedang, tipe malai berat, tidak mudah rebah dan hasil gabah yang tinggi.
6.
Budidaya padi Tabela sebar membutuhkan benih 60 kg/ha dan Tabela 1 m 50 kg/ha serta lebih sesuai dikembangkan untuk varietas/galur padi tahan rebah dan hanya cocok untuk persiapan lahan OTM atau OTS.
7.
Kebutuhan benih untuk budidaya padi Tabela kuadrat sama dengan Tapin yaitu 25 kg/ha untuk berbagai varietas/galur padi baik yang tahan maupun yang mudah rebah (galur S.3383-1d-Pn-41-3-1).
8.
Budidaya padi Tabela kuadrat dapat dikembangkan dengan berbagai cara persiapan lahan, tetapi lebih cocok dengan persiapan lahan TOT.
9.
Dosis pupuk urea optimum padi Tabela kuadrat pada persiapan lahan TOT adalah 191.9 kg/ha untuk mencapai hasil gabah sebanyak 6.044 ton/ha,
lxxxix relatif sama dengan dosis optimum dan hasil gabah yang dicapai pada persiapan lahan OTM dan OTS. 10. Dosis pupuk urea optimum kedelai PTR-6 setelah padi Tabela kuadrat untuk persiapan lahan TOT adalah 47.1 kg/ha lebih rendah untuk mencapai hasil biji kering kedelai sebanyak 2.884 ton/ha, yang relatif sama dengan hasil biji kering kedelai yang dicapai pada persiapan lahan OTM dan OTS setelah 4 musim tanam. 11. Budidaya padi sawah Tabela kuadrat dengan persiapan lahan TOT memberikan keuntungan lebih banyak dibanding dengan OTM dan OTS untuk pengembangan kedelai setelah padi sawah. Saran 1. Budidaya padi Tabela kuadrat dapat dikembangkan untuk tujuan produksi benih padi bermutu. 2. Untuk mendukung pengembangan budidaya padi Tabela kuadrat secara luas, perlu dibuat alat tanam (planter). 3. Diperlukan pengkajian secara seksama aspek agronomi dan ekonomi untuk pengembangan pola tanam padi Tabela kuadrat TOT dan kedelai musim tanam berikutnya.
xc
DAFTAR PUSTAKA Ardjasa W.S, Widyantoro., H. Sugiyanti., W. Hermawan, dan S. Asmono. 1995. Pengaruh tanpa olah tanah dengan herbisida polaris dan genangan air sebelum tanam pada budidaya padi sawah. Pros. Seminar Nasional V. Budidaya pertanian olah tanah konservasi. Bandar Lampung, 8-9 Mei 1995. pp 317-325. ____________. Widyantoro., W. Hermawan, dan S. Asmono. 1996. Budidaya padi sawah sistem tanam benih langsung dengan tanpa olah tanah dan pengairan intermiten pada lahan sawah irigasi. Pros. Seminar Nasional. Prospek tanam benih langsung padi sawah Indonesia. Padang, 12 Maret 1996. pp 66-79. Ardjasa W.S, E. Susanto, dan W. Candiarsa. 1999. Peranan pupuk hayati E2001 dalam meningkatkan efektivitas pupuk dan produktivitas padi sawah system Tabela dan TOT pada lahan irigasi. Pros. Seminar Nasional pertanian organik. Palembang, 30 Oktober 1999. pp 13 - 29. Arsyad, S. 1989. Konservasi tanah dan air. IPB Press. Bogor Azmi, M. dan M.D. Hussain. 1996. Pengalaman Malaysia dalam teknik sebar langsung pada tanaman padi. Makalah disampaikan dalam Seminar pengembangan sistem usahatani berbasis padi pada lahan rawa pasang surut. Kerja sama Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan dan PERAGI. Bogor, 22 Mei 1996. 10 p. Bangun, P. 1996. Penyiangan gulma padi sawah secara manual, mekanik, biologik dan kimiawi. Seminar hasil penelitian tanaman pangan Sukamandi, Puslitbangtan. pp. 282-288. Biswas. S., S. Sankaran, and S. Palanianppan. 1991. Direct seeding practices in India. International rice research conference. Direct seeded flooded rice in the tropics. IRRI Manila, Philippines. p 55-64. Burhan, H.A. 1994. Competitive ability some dominant weed species in transplanted rice. Proc. of the Symposium on weeds and fourth tropical weed science conference. Seameo-Biotrop, Bogor-Indonesia. pp 63-87. Burhan, H.A. 1996. Current status of weed management in direct seeded rice. Makalah Utama. Pros. Seminar Nasional. Prospek tanam benih langsung padi sawah Indonesia. Padang, 12 Maret 1996. pp 25-32. Dingkuhn, M., F.W. Penning de Vries., S.K. De Data, and H.H. Van Laar. 1991. Concepts for a new plant type for direct seeded flooded tropical rice. International rice research conference. Direct seeded flooded rice in the tropics. IRRI Manila, Philippines. pp 17-38. Direktur Jenderal Tanaman Pangan dan Hortikultura. 1996. Kebijaksanaan pengembangan tanam benih langsung padi sawah. Makalah Utama. Pros.
xci Seminar Nasional. Prospek tanam benih langsung padi sawah Indonesia. Padang, 12 Maret 1996. pp 3-7. Departemen Peranian. 2005. Rencana Pembangunan Pertanian Tahun 20052009. Departemen Pertania RI. Jakarta, Januari 2005. De Datta, S.K. 1981. Principles and practices of rice production. John Wiley & Sons, Inc. pp 89-419. ___________. and P. Nantasomsaran. 1991. Status and prospects of direct seeded flooded rice in tropical Asia. International rice research conference. Direct seeded flooded rice in the tropics. IRRI Manila, Philippines. pp 1-16. Fagi, A.M., dan Z. Zaini. 1996. Sistem usatani berbasis padi dengan wawasan agribisnis: Awal revolusi hijau kedua. Makalah Utama. Pros. Seminar Nasional. Prospek tanam benih langsung padi sawah Indonesia. Padang, 12 Maret 1996. pp 8-20. Gardner, F.P., R.B. Pearce, R.L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. UIPress Jakarta. 424 hal. Gaspersz, V. 1992. Teknik analisis dalam penelitian percobaan. Buku 2. Tarsito, Bandung. 719 hal. Gomez, K.A ., and A.A Gomez. 1984. Statistical procedures for agricultural research. 2nd ed. John Wiley & Sons. 680 p. Ghulamahdi, M. 1999. Perubahan fisiologi tanaman kedelai (Glycine max (L.) Merr) pada budidaya jenuh air. Disertasi program pascasarjana IPB,Bogor Hidayat, J.R., S.A.S Wityanara., K. Pirngadi., S. Kartaatmadja dan A.M. Fagi. 1991. Teknik budidaya kedelai di lahan sawah irigasi. Balai penelitian tanaman pangan sukamandi. 63 hal. Ismunadji, M dan S. Roechman. 1988. Hara mineral tanaman padi, pp. 231-269. Padi, Buku 1. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. 319 hal. Hill, J.E., D.E. Bayer., S.Bocchi, and W.S. Clampett. 1991. Direct seeded rice in the temperate climates of Australia, Italy, and the United States. International rice research conference. Direct seeded flooded rice in the tropics. IRRI Manila, Philippines. pp 91-102. Isnaeni., Agustina, K., Kuswanto, F.H. 1999. Sifat fisika tanah dan pertumbuhan tanaman padi sawah sistem Tabela pada olah tanah sempurna dan tanpa olah tanah. Pros. Seminar Nasional. Pertanian organik. Palembang, 30 Oktober 1999. pp 207-215. Lim, M.S., Y.D Yun., C.W. Lee., S.C. Kim., S.K. Lee, and G.S. Chung. 1991. Research status and prospects of direct seeded rice in Korea. International rice research conference. Direct seeded flooded rice in the tropics. IRRI Manila, Philippines. pp 65-76.
xcii Loveless, A.R., 1991. Principles of Plant Biology for the Tropics. Terjemahan Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah Tropik. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 408 hal. Helms, R.S., R.H. Dilday, and R.D. Carlson. 1991. Using GA3 seed treatment in direct seeded rice in southern U.S.A. International rice research conference. Direct seeded flooded rice in the tropics. IRRI Manila, Philippines. pp 113114. Mahmud, Z. 1983. Perembesan senyawa N dari bintil akar kedelai (Glycine max L. Merril). Disertasi Doktor, FPS. Institut Pertanian Bogor, Bogor. h. 1-38. Makmur, A. 1980. Pendidikan dan pemuliaan tanaman pangan ke arah penyesuaian lingkungan sub optimal. IPB, Bogor. 21 hal. Manwan, I., Sumarno., A.S. Karama, dan A.M. Fagi. 1990. Teknologi peningkatan produksi kedelai di Indonesia. Puslitbang Tanaman Pangan, Edisi khusus. Moentono. D, Agus Setyono, I Nyoman Widiarta, Iwan Juliardi, Husin M.T, Aryati Tyiasdjaja, Ooy S.L., 2000. Laporan Tahunan 2000 Balai Penelitian Tanaman Padi, Sukamandi. 120 hal. Nyarko. K.A, and S.K. De Datta. 1991. A. hand book for weed cotrol in rice. IRRI, Philippines. 113 p. Pane, H., Rochmat, dan A.M. Fagi. 1990. Efikasi herbisida pada padi sebar langsung. Pros. 2. Konferensi X HIGI. malang, 13-15 Maret 1990. pp 78-87. Paul, F.H, R.W. Parmelee., D.A. Crossley, Jr., D.C. Coleman., E.P. Odum, and P.M. Groffman. 1986. Detritus food webs in conventinal and no-tillage agroecosystems. BioScience Vol. 36 No. 6. pp 374-380. Phillips, R.E., R.L. Blevins, G.W. Thomas, W.W. Frye, and S.H. Phillips. 1980. No-tillage agriculture. Sci. 208:1108-1113. Pathinayake, B.D., L.Nugaliyadde, and C.A. Sandanayake. 1991. Direct seeding practices for rice in Sri Langka. International rice research conference. Direct seeded flooded rice in the tropics. IRRI Manila, Philippines. pp77-90. Ridwan. 1996. Pengaruh cara tanam dan verietas/galur terhadap pertumbuhan dan hasil padi sawah serta pertumbuhan gulma. Pros. Seminar Nasional. Prospek tanam benih langsung padi sawah Indonesia. Padang, 12 Maret 1996. pp 60-65. Schumacher, R.W. 1996. New products, challenges and opportunities for the future. Makalah Utama pada Konferensi Nasional XIII dan Seminar Ilmiah HIGI. Bandar Lampung, 5-7 November 1996. Sanches, P.A. 1976. Properties and management of soil in the tropics. John Wiley and Sons, New York. pp. 195-213.
xciii Soerjani, M. 1997. Masalah gulma dalam kehidupan. Makalah penataran pengelolaan gulma secara terpadu, Biotrop 13-17 Oktober 1997 14 p. Soeharsono dan Adisarwanto, T. 1985. Budidaya dan pola tanam kedelai pada lahan sawah. Kedelai. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor.Pp. 121-133. Somaatmadja, S. 1985. Peningkatan produksi kedelai melalui perakitan varietas. Kedela. Balai penelitian tanaman pangan Bogor, Bogor. Pp. 243-260 Sumarno, D. Pasaribu, Harnoto. 1994. Teknologi peningkatan produksi kacangkacangan dan perbaikan gizi masyarakat. Pros. Simposium Penelitian Tanaman Pangan III. Bogor. pp. 23-25 Supaad, M.A., and A.W. Cheong. 1991. Problems with continuous seeding of rice in Malaysia. International rice research conference. Direct seeded flooded rice in the tropics. IRRI Manila, Philippines. pp 105-107. Suprihatno, B., Agus Setyono., Hendarsih., Hosn M.T., Ooy.S.L., 2001. Laporan Tahunan 2001 Balai Penelitian Tanaman Padi. 100 hal. Thompson, L.M., and F.R. Troch. 1987. Soil and soil fertility. 4rd ed. McGraw-Hill book Company. pp. 235-245. Tjitrosemito, S. 2005. Olah tanah konservasi. Makalah disampaikan pada acara HUT ke XXXV PT. Agricon Indonesia, Bogor. 15 hal. Tisdale, S.L., W.L. Nelson. and SW. Biton 1990. Soil fertility and soil fertilizer. 4th ed. Macmilan Publishing Company, New York. P. 112-183. Utomo, I.H dan M.A. Chozin. 1997. Kontribusi herbisida dalam pembangunan pertanian. Makalah disampaikan pada acara diskusi pakar “Kontribusi peningkatan kualitas SDM dalam pengelolaan bahan perlindungan tanaman untuk pembangunan pertanian berkelanjutan menjelang abad XXI”. IPB Bogor, 18 Desember 1997. Utomo, M. 1994. Reorientasi kebijakan sistem olah tanah. Pros. Seminar Nasional V. Budidaya pertanian olah tanah konservasi. Bandar Lampung,8-9 Mei 1995.pp 1-7. ________.1996. Teknologi olah tanah konservasi di lahan kering. Makalah disampaikan dalam penataran pengelolaan gulma secara terpadu, Biotrop 13-17 Oktober 1997. 16 hal. Vereijken, P. 1990. Research on integrated arable farming and organic mixed farming in the Netherlands. Pp. 287-296. Ed. By Clive A. Edwards, Rattan L,. P. Madden., R.H. Miller and G. House. 1990. Sustainable agriculture systems in the tropics. p. 696 Vergara. B.S., B. Venkateswarlu., M. Janoria., J.K. Ahn., J.K. Kim, and R.M. Visveras. 1991. Rationale for a low-tillering rice plant type with high-density grains.. International rice research conference. Direct seeded flooded rice in the tropics. IRRI Manila, Philippines. p 39-54.
xciv
DAFTAR ISTILAH Galur adalah sekelompok tanaman yang akan dilepas setelah uji daya hasil pada multi lokasi Macak-macak, suatu kondisi tanah sawah jenuh air, tidak dalam kondisi kering dan atau dalam kondisi tergenang air pada saat benih padi disebar Persiapan lahah OTM atau Olah Tanah Minimum, adalah cara penyiapan lahan atau tanah dengan melakukan pengolahan tanah secara minimum, yaitu satu kali dibajak/dicangkul dan kemudian diratakan sebelum tanam Persiapan lahah OTS atau Olah Tanah Sempurna, adalah cara penyiapan lahan atau tanah dengan melakukan pengolahan tanah secara sempurna atau intensif, yaitu dua kali dibajak/dicangkul, kemudian diratakan sebelum tanam Persiapan lahan TOT atau Tanpa Olah Tanah, adalah cara penyiapan lahan atau tanah, tanpa melakukan pengelohan tanah sebelum tanam Singgang atau tunggul padi adalah sisa potongan pohon/batang padi setelah dipanen, umumnya singgang masih tumbuh dan menghasilkan gabah, apabila kondisi air cukup tersedia Tapin atau Tanam pindah, suatu cara tanam bibit padi melalui persemaian benih terlebih dahulu, kemudian bibit dipindahkan ke lapang dengan jarak tanam teratur antar dan dalam baris sama, umumnya 25 x 25 cm Tabela atau Tanam benih langsung, suatu cara tanam padi tanpa melalui persemaian benih terlebih dahulu, tetapi benih padi langsung disebar di lapang Tabela sebar, suatu cara tanam benih padi dengan menyebar benih secara merata pada luasan petak tertentu, tanpa ukuran lebar petak Tabela sebar 1 m, suatu cara tanam benih padi dengan menyebar benih secara merata pada luasan petak tertentu selebar 1 m dan dibatasi lajur yang tidak ditanami selebar 30 - 40 cm Tabela larikan, suatu cara tanam benih padi dengan menyebar benih secara merata dalam tiap larikan dengan lebar antar larikan/lajur 25 – 30 cm Tabela kuadrat, suatu cara tanam padi dengan jarak tanam teratur antar dan dalam baris sama besar, dalam percobaan ini dibuat 25 x 25 cm Varietas atau kultivar adalah sekelompok tanaman yang mempunyai ciri-ciri khusus yang seragam dan stabil serta mengandung perbedaan yang jelas dari varietas yang lain
LAMPIRAN
Tabel Lampiran 1. Hasil pengamatan pertumbuhan dan produksi 64 varietas dan galur padi Tabela yang diseleksi pada tinggi penggenangan 2-4 cm
KEL.
No.
Varietas dan galur padi
1 I
2 19 21 27 45 48 51 52 53 56 57 58 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
3 S 3212-1d-Pn-7-3-1 S 3294-d-Jkn-Si-17-1-1 IR 48948-b-2-Mr-1 Sadang Muncul Citarum IR 74 Digul Cimanuk Way Sepute IR 54 S 3140-d-Pn-5-1 IR 56450-4-2-2-Mr-1 S 3382-2g-5-1 S 3047-23c-Pn-26 S 3382-2d-Pn-12-12 IR 54883-240-1-2-1-Mr-5 S 2817-5f-Kn-17-2-2 B 700-d-Mr-4-3-Kn-8 IR 60937-40-3-2-2 S 3382-2d-Pn-6-3-3 S 95663-f-Tb-12-1 S 3205-1d-Pn-13-3 S 3382-2d-Pn-27-4-2 B 8967-b-Mr-10-1 S 3382-3f-3-1 S 3393-2f-17-1-1 S 3429-4d-Pn-1-1-2
II
Hasil
Bobot
Tinggi
Anakan
Panjang d.
Lebar d.
50% malai
kepadatan
Tingkat
GKG (ton/ha) 4 4.640 5.250 5.468 4.960 5.317 4.833 4.632 5.237 5.303 5.682 4.882 4.638 3.520 2.795 4.020 3.360 5.572 3.535 5.385 5.498 4.543 4.760 4.923 5.037 4.830 5.175 4.835 4.863
gabah 10 malai (g) 5 23.4 29.7 23.0 21.4 28.6 29.2 32.0 30.4 30.7 24.4 28.6 22.8 21.1 21.9 24.9 20.0 26.4 27.6 26.7 29.1 28.2 26.0 26.7 21.6 24.3 22.7 28.0 20.4
tanaman (cm) 6 92 94 102 97 100 94 90 93 86 96 92 104 105 105 105 103 104 105 114 99 106 100 104 108 102 100 103 105
produktif (rmp) 7 4 4 5 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4
bendera (cm) 8 30.0 28.0 33.0 31.9 32.4 30.5 34.5 27.1 32.0 31.9 33.4 35.3 34.6 29.0 34.6 32.9 32.9 27.1 40.1 39.5 34.7 31.7 32.0 29.5 31.0 34.7 32.1 31.9
bendera (cm) 9 1.5 1.6 1.8 1.7 2.0 1.7 1.4 1.7 1.5 1.6 1.4 1.5 1.6 1.6 1.5 1.5 1.3 1.6 1.7 1.5 1.7 1.9 1.6 1.5 1.5 1.5 1.7 1.7
terbentuk (hari) 10 68 68 76 76 76 76 74 70 68 74 70 58 62 62 64 64 62 64 66 66 62 63 62 64 64 60 62 64
tanaman (m2) 11 222 243 188 192 207 248 214 208 195 214 258 193 181 245 224 252 210 221 213 164 249 231 174 180 232 199 218 194
kerebahan (%) 12 3 10 0 7 0 0 7 3 17 0 7 73 73 60 13 10 67 10 7 10 0 3 7 17 0 3 10 30
92
1
III
3 S 3382-2d-Pn-6-2-2 S 3428-2d-Pn-5-1 S 3382-3f-3-1-3 B 9720-f-Kn-20-1-7-Pn-3-3-Mr-2 B 8969-b-Mr-2-6 S 3054-2d-12-2 B 8239-g-Kn-13-b S 2823-e-Kn-29 B 8967-b-Mr-10-2 S 969-b-265-1-1-1 B 9071-f-Tb-7 B 7974-f-Mr-2-2-2 S 3383-1d-Pn-41-3-1 Bogowonto IR 36 IR 48 Cibodas Cipunagara Cisanggarung Maros Memberamo IR 64 Lariang B 9698-f-Pn-1-1 B 9702-f-Pn-3-2 S 3594-1h-8 S 3253-1g-8-2 S 3574-1h-8 S 2824-1d-6 B 1003-d-Ct-b S 3385-5e-16-3-2 Sentani Jangkok Batur
4 4.875 5.268 5.145 2.400 5.187 5.185 4.705 5.315 5.037 4.835 4.195 4.348 5.268 3.690 4.100 3.322 4.568 5.188 4.908 4.733 3.238 5.167 6.158 3.712 3.863 4.853 0.420 3.817 2.768 1.832 3.883 2.163 1.742 3.617
5 23.4 28.4 21.3 29.4 17.4 34.9 22.4 26.5 25.2 27.3 29.0 24.9 29.5 18.3 29.3 34.4 36.2 21.0 29.5 24.5 25.0 25.7 35.0 24.1 23.9 25.1 31.3 28.3 32.6 34.0 28.1 29.3 32.8 27.5
6 103 102 100 95 103 101 103 102 98 101 103 93 98 94 94 100 106 104 106 112 111 98 117 120 119 127 126 120 121 118 98 123 108 124
7 4 4 4 4 4 4 4 5 3 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
8 28.1 30.0 34.8 33.8 31.3 32.1 32.8 31.7 33.7 30.5 32.3 31.4 29.4 30.7 31.6 34.7 31.1 35.4 35.2 40.2 33.1 31.1 34.2 36.8 36.7 34.3 31.1 40.4 27.9 34.6 33.6 31.8 32.9 37.6
9 1.5 1.6 1.4 2.0 1.2 1.5 1.5 1.3 1.6 1.5 1.4 1.7 1.8 1.4 1.3 1.9 1.9 1.4 1.6 1.7 1.3 1.5 2.0 1.4 1.6 1.9 1.7 1.6 1.6 1.5 1.6 1.6 1.5 2.1
10 65 62 63 68 64 64 68 58 61 62 58 65 62 65 66 74 74 72 68 66 62 60 66 60 64 62 59 60 62 60 64 62 62 64
11 184 193 217 206 224 187 221 202 178 183 183 199 206 196 219 231 177 197 196 260 257 222 177 158 194 210 208 152 208 235 199 212 190 199
12 40 20 13 20 33 47 47 60 33 93 87 77 93 90 87 0 20 53 70 67 90 87 80 90 70 97 100 90 97 100 57 97 90 90
93
2 18 20 22 23 28 30 31 32 33 37 38 42 43 46 47 50 54 55 59 60 61 62 64 24 25 26 35 36 39 40 41 44 49 63
Tabel Lampiran 2. Varietas dan galur padi terpilih untuk dibudidayakan secara Tabela pada kondisi tergenang Hasil Bobot Tinggi Anakan GKG gabah 10 tanaman produktif (ton/ha) malai (g) (cm) (rmp) 19 S 3212-1d-Pn-7-3-1 4.640 23.4 92 4 21 S 3294-d-Jkn-Si-17-1-1 5.250 29.7 94 4 27 IR 48948-b-2-Mr-1 5.468 23.0 102 5 45 Sadang 4.960 21.4 97 4 48 Muncul 5.317 28.6 100 4 51 Citarum 4.833 29.2 94 4 52 IR 74 4.632 32.0 90 4 53 Digul 5.237 30.4 93 4 56 Cimanuk 5.303 30.7 86 5 57 Way Sepute 5.682 24.4 96 5 58 IR 54 4.882 28.6 92 4 6 IR 54883-240-1-2-1-Mr-5 5.572 26.4 104 4 8 B 700-d-Mr-4-3-Kn-8 5.385 26.7 114 4 11 S 95663-f-Tb-12-1 4.760 26.0 100 4 14 B 8967-b-Mr-10-1 4.830 24.3 102 4 15 S 3382-3f-3-1 5.175 22.7 100 3 16 S 3393-2f-17-1-1 4.835 28.0 103 4 17 S 3429-4d-Pn-1-1-2 4.863 20.4 105 4 20 S 3428-2d-Pn-5-1 5.268 28.4 102 4 22 S 3382-3f-3-1-3 5.145 21.3 100 4 28 B 8969-b-Mr-2-6 5.187 17.4 103 4 30 S 3054-2d-12-2 5.185 34.9 101 4 31 B 8239-g-Kn-13-b 4.705 22.4 103 4 43 S 3383-1d-Pn-41-3-1 5.268 29.5 98 3 55 Cipunagara 5.188 21.0 104 3 62 IR 64 5.167 25.7 98 3 Rara-rata 5.105 26.0 99 4 Standar deviasi 0.286 4.2 6 1 Keterangan: *)varietas dan galur mudah rebah, tetapi bulir tidak tidak mudah rontok No.
Varietas dan galur padi
Panjang d. bendera (cm) 30.0 28.0 33.0 31.9 32.4 30.5 34.5 27.1 32.0 31.9 33.4 32.9 40.1 31.7 31.0 34.7 32.1 31.9 30.0 34.8 31.3 32.1 32.8 29.4 35.4 31.1 32.2 2.5
Lebar d. bendera (cm) 1.5 1.6 1.8 1.7 2.0 1.7 1.4 1.7 1.5 1.6 1.4 1.3 1.7 1.9 1.5 1.5 1.7 1.7 1.6 1.4 1.2 1.5 1.5 1.8 1.4 1.5 1.6 0.2
50% malai terbentuk (hari) 68 68 76 76 76 76 74 70 68 74 70 62 66 63 64 60 62 64 62 63 64 64 68 62 72 60 67 5
kepadatan tanaman (m2) 222 243 188 192 207 248 214 208 195 214 258 210 213 231 232 199 218 194 193 217 224 187 221 206 197 222 214 19
Tingkat kerebahan (%) 3 10 0 7 0 0 7 3 17 0 7 67* 7 3 0 3 10 30 20 13 33 47* 47 93* 53* 87* 22 27
94
Tabel Lampiran 3. Hasil pengamatan tinggi tanaman padi Tabela sebar (cm) Perlakuan 1
S-3294-d-Jkn-Si-17-1-1 2 3
Benih 40 kg/ha Benih 60 kg/ha Benih 80 kg/ha
86.0 88.3 86.8 261.0
98.0 91.0 94.0 283.0
85.5 87.8 83.8 257.0
Benih 40 kg/ha Benih 60 kg/ha Benih 80 kg/ha
90.9 90.8 87.5 269.1
82.5 83.3 82.0 247.8
84.5 90.5 91.3 266.3
Benih 40 kg/ha Benih 60 kg/ha Benih 80 kg/ha
93.8 90.0 89.5 273.3 803.4
86.3 84.5 89.0 259.8 790.5
74.0 79.5 89.0 242.5 765.8
Total Sumber keragaman Ulangan P. lahan (P) Galat a Benih (B) PxB Galat b Varietas (V) PxV BxV PxBxV Galat c Total
Derat bebas 2 2 4 2 4 12 3 6 6 12 54 107
Jumlah kuadrat 216.30 308.89 261.10 74.72 149.17 255.97 1005.75 125.63 206.88 176.94 975.90 3757.23
Muncul 1 2 3 OLAH TANAH SEMPURNA 98.3 100.8 99.0 94.3 101.0 84.5 103.3 95.5 102.0 295.8 297.3 285.5 OLAH TANAH MINIMUM 92.0 86.5 86.5 97.0 93.5 88.5 90.0 98.0 91.3 279.0 278.0 266.3 TANPA OLAH TANAH 86.5 88.8 82.3 81.8 94.5 80.5 102.8 99.5 88.5 271.0 282.8 251.3 845.8 858.0 803.0 Kuadrat tengah 108.15 154.45 65.27 37.36 37.29 21.33 335.25 20.94 34.48 14.74 18.07
S-3383-1d-Pn-41-3-1 1 2 3
1
92.0 95.8 95.0 282.8
88.3 94.5 91.8 274.5
87.3 85.8 88.5 261.5
97.0 98.3 94.3 289.5
96.0 95.8 96.5 288.3
101.5 95.8 102.3 299.5
93.0 93.8 81.8 268.5
86.3 91.5 95.0 272.8
87.0 92.0 88.3 267.3
97.3 95.0 89.0 281.3
98.8 89.0 93.0 280.8
102.3 95.0 99.5 296.8
91.3 97.3 86.3 274.8 826.0
90.8 95.3 94.0 280.0 827.3
81.0 81.3 88.3 250.5 779.3
88.8 94.3 95.8 278.8 849.5
94.5 97.5 96.8 288.8 857.8
91.0 90.5 95.5 277.0 873.3
F. hitung 1.66 2.37 tn
5% 3.93 3.93
1% 6.51 6.51
1.75 tn 1.75 tn
3.08 3.33
4.32 4.68
2.99 3.21 3.21 3.38
3.94 4.18 4.18 4.41
18.55 1.16 1.91 0.82
** tn tn tn
IR 64 2
3
F. tabel
95
Tabel Lampiran 4. Hasil pengamatan jumlah anakan total padi sawah Tabela sebar Perlakuan 1
S-3294-d-Jkn-Si-17-1-1 2 3
1
Benih 40 kg/ha Benih 60 kg/ha Benih 80 kg/ha
130 156 188 474
121 159 163 443
82 162 144 388
Benih 40 kg/ha Benih 60 kg/ha Benih 80 kg/ha
119 168 224 511
104 120 154 378
75 140 116 331
Benih 40 kg/ha Benih 60 kg/ha Benih 80 kg/ha
95 115 134 344 1329
82 62 88 232 1053
71 116 117 304 1023
Total Sumber keragaman Ulangan P. lahan (P) Galat a Benih (B) PxB Galat b Varietas (V) PxV BxV PxBxV Galat c Total
Derat bebas
2 2 4 2 4 12 3 6 6 12 54 107
Jumlah kuadrat
22755 98608 988 68513 3265 7907 10006 5332 6406 6454 35870 266104
Muncul 2
S-3383-1d-Pn-41-3-1 1 2 3
3
OLAH TANAH SEMPURNA 150 122 148 214 139 180 212 118 144 576 379 472 OLAH TANAH MINIMUM 132 95 127 200 121 117 241 165 109 573 381 353 TANPA OLAH TANAH 108 36 63 143 69 84 126 107 70 377 212 217 1526 972 1042 Kuadrat tengah
11378 49304 247 34256 816 659 3335 889 1068 538 664
F. hitung
IR 64 2
3
153 202 319 674
137 190 176 503
132 182 194 508
119 179 262 560
102 184 219 505
98 168 211 477
136 149 163 448
91 175 173 439
106 196 227 529
103 159 187 449
115 157 155 427
91 131 165 387
61 160 127 348 1470
92 109 121 322 1264
74 121 109 304 1341
30 89 129 248 1257
36 100 76 212 1144
62 92 95 249 1113
F. tabel 5%
1%
46.05 199.54 **
3.93 3.93
6.51 6.51
51.99 ** 1.24 tn
3.08 3.33
4.32 4.68
2.99 3.21 3.21 3.38
3.94 4.18 4.18 4.41
5.02 1.34 1.61 0.81
1
** tn tn tn
96
Tabel Lampiran 5. Hasil pengamatan jumlah anakan per rumpun padi sawah Tabela sebar 40 Hss Perlakuan 1
S-3294-d-Jkn-Si-17-1-1 2 3
Benih 40 kg/ha Benih 60 kg/ha Benih 80 kg/ha
6.5 6.0 4.5 17
4.5 3.5 4.5 12.5
4.5 5.5 4.0 14
Benih 40 kg/ha Benih 60 kg/ha Benih 80 kg/ha
3.5 3.5 4.5 11.5
2.5 3.5 4.5 10.5
4.0 6.5 4.0 14.5
Benih 40 kg/ha Benih 60 kg/ha Benih 80 kg/ha
5.5 5.5 4.0 15.0 43.5
5.5 7.0 4.0 16.5 39.5
5.5 6.0 4.0 15.5 44.0
Total
Sumber keragaman Ulangan P. lahan (P) Galat a Benih (B) PxB Galat b Varietas (V) PxV BxV PxBxV Galat c Total
Derat bebas 2 2 4 2 4 12 3 6 6 12 54 107
Jumlah kuadrat 5.89 10.57 12.51 4.03 1.45 4.18 19.91 6.65 6.69 16.21 37.92 126.02
Muncul 1 2 3 OLAH TANAH SEMPURNA 2.5 3.0 2.0 3.5 5.0 3.0 5.5 3.0 2.5 11.5 11 7.5 OLAH TANAH MINIMUM 4.0 4.5 5.0 3.0 4.0 3.5 2.5 3.5 3.0 9.5 12 11.5 TANPA OLAH TANAH 3.0 3.5 4.5 3.0 3.5 4.0 3.5 2.5 4.5 9.5 9.5 13.0 30.5 32.5 32.0
Kuadrat tengah 2.95 5.29 3.13 2.02 0.36 0.35 6.64 1.11 1.11 1.35 0.70
S-3383-1d-Pn-41-3-1 1 2 3
3
5.5 4.0 3.5 13
4.0 3.5 5.0 12.5
4.5 3.0 3.5 11
5.0 3.5 3.0 11.5
5.0 3.0 3.0 11
5.0 3.5 5.0 13.5
4.0 2.5 3.5 10
4.5 4.0 4.0 12.5
4.5 4.0 3.5 12
3.5 4.5 4.0 12
3.0 3.5 3.5 10
5.0 5.5 4.5 15
4.0 3.0 4.0 11.0 34.0
6.5 4.5 5.5 16.5 41.5
5.5 7.0 5.5 18.0 41.0
5.0 4.0 3.0 12.0 35.5
5.0 3.5 4.5 13.0 34.0
6.0 6.0 5.5 17.5 46.0
F. hitung 0.94 1.69 tn
5% 3.93 3.93
1% 6.51 6.51
5.79 * 1.04 tn
3.08 3.33
4.32 4.68
9.45 1.58 1.59 1.92
2.99 3.21 3.21 3.38
3.94 4.18 4.18 4.41
** tn tn tn
IR 64 2
1
F. tabel
97
Tabel Lampiran 6. Hasil pengamatan jumlah anakan per rumpun padi sawah Tabela sebar 60 Hss Perlakuan 1
S-3294-d-Jkn-Si-17-1-1 2 3
Benih 40 kg/ha Benih 60 kg/ha Benih 80 kg/ha
4.5 3.5 5.0 13.0
3.0 3.0 2.5 8.5
3.0 3.0 3.5 9.5
Benih 40 kg/ha Benih 60 kg/ha Benih 80 kg/ha
3.5 3.5 3.5 10.5
3.5 4.5 3.5 11.5
3.5 3.0 3.5 10.0
Benih 40 kg/ha Benih 60 kg/ha Benih 80 kg/ha
5.0 4.0 3.0 12.0 35.5
4.5 3.5 3.5 11.5 31.5
3.5 3.5 3.0 10.0 29.5
Total
Sumber keragaman Ulangan P. lahan (P) Galat a Benih (B) PxB Galat b Varietas (V) PxV BxV PxBxV Galat c Total
Derat bebas 2 2 4 2 4 12 3 6 6 12 54 107
Jumlah kuadrat 6.685 1.116 1.426 1.796 1.315 2.139 2.352 1.606 1.148 4.185 24.083 266104
Muncul 1 2 3 OLAH TANAH SEMPURNA 3.0 5.0 3.0 4.0 3.0 3.5 3.5 4.0 2.5 10.5 12.0 9.0 OLAH TANAH MINIMUM 3.5 3.5 3.0 3.0 3.5 3.0 3.5 3.5 3.0 10.0 10.5 9.0 TANPA OLAH TANAH 3.0 3.0 4.0 4.5 3.0 2.5 4.5 3.5 2.5 12.0 9.5 9.0 32.5 32.0 27.0
Kuadrat tengah 3.343 0.558 0.356 0.898 0.329 0.178 0.784 0.268 0.191 0.349 0.446
S-3383-1d-Pn-41-3-1 1 2 3
IR 64 2
3
3.5 3.5 3.5 10.5
4.5 2.5 4.5 11.5
3.0 3.0 3.0 9.0
4.0 4.0 3.0 11.0
3.5 5.0 4.0 12.5
3.0 3.5 4.0 10.5
2.5 3.0 3.0 8.5
4.0 3.0 4.5 11.5
3.5 2.0 3.0 8.5
3.5 4.0 3.0 10.5
3.5 2.5 3.0 9.0
4.0 2.5 3.5 10.0
3.0 3.5 3.5 10.0 29.0
4.5 4.0 3.0 11.5 34.5
2.5 2.0 2.5 7.0 24.5
5.5 3.5 3.5 12.5 34.0
4.0 3.5 4.0 11.5 33.0
4.0 3.5 3.0 10.5 31.0
F. hitung 9.38 1.56 tn
5% 3.93 3.93
1% 6.51 6.51
5.04 ** 1.84 tn
3.08 3.33
4.32 4.68
1.76 0.60 0.43 0.78
2.99 3.21 3.21 3.38
3.94 4.18 4.18 4.41
tn tn tn tn
1
F. tabel
98
Tabel Lampiran 7. Hasil pengamatan persentase jumlah anakan 1 (tunggal) tiap rumpun (m2)padi sawah Tabela sebar Perlakuan 1
S-3294-d-Jkn-Si-17-1-1 2 3
Benih 40 kg/ha Benih 60 kg/ha Benih 80 kg/ha
8.0 12.0 35.0 55.0
15.0 28.0 34.0 77.0
6.0 18.0 31.0 55.0
Benih 40 kg/ha Benih 60 kg/ha Benih 80 kg/ha
3.5 3.5 3.5 10.5
3.5 4.5 3.5 11.5
3.5 3.0 3.5 10.0
Benih 40 kg/ha Benih 60 kg/ha Benih 80 kg/ha
5.0 4.0 3.0 12.0 35.5
4.5 3.5 3.5 11.5 31.5
3.5 3.5 3.0 10.0 29.5
Total
Sumber keragaman Ulangan P. lahan (P) Galat a Benih (B) PxB Galat b Varietas (V) PxV BxV PxBxV Galat c Total
Derat bebas 2 2 4 2 4 12 3 6 6 12 54 107
Jumlah kuadrat 6.685 1.116 1.426 1.796 1.315 2.139 2.352 1.606 1.148 4.185 24.083 266104
Muncul 1 2 3 OLAH TANAH SEMPURNA 20.0 25.0 35.0 46.0 30.0 54.0 47.0 15.0 28.0 113.0 70.0 117.0 OLAH TANAH MINIMUM 3.5 3.5 3.0 3.0 3.5 3.0 3.5 3.5 3.0 10.0 10.5 9.0 TANPA OLAH TANAH 3.0 3.0 4.0 4.5 3.0 2.5 4.5 3.5 2.5 12.0 9.5 9.0 32.5 32.0 27.0
Kuadrat tengah 3.343 0.558 0.356 0.898 0.329 0.178 0.784 0.268 0.191 0.349 0.446
F. hitung 9.38 1.56 tn
S-3383-1d-Pn-41-3-1 1 2 3
IR 64 2
3
7.0 21.0 135.0 163.0
22.0 39.0 61.0 122.0
16.0 47.0 83.0 146.0
9.0 21.0 54.0 84.0
3.0 21.0 37.0 61.0
8.0 43.0 54.0 105.0
2.5 3.0 3.0 8.5
4.0 3.0 4.5 11.5
3.5 2.0 3.0 8.5
3.5 4.0 3.0 10.5
3.5 2.5 3.0 9.0
4.0 2.5 3.5 10.0
3.0 3.5 3.5 10.0 29.0
4.5 4.0 3.0 11.5 34.5
2.5 2.0 2.5 7.0 24.5
5.5 3.5 3.5 12.5 34.0
4.0 3.5 4.0 11.5 33.0
4.0 3.5 3.0 10.5 31.0
F. tabel 5% 3.93 3.93
1% 6.51 6.51
5.04 ** 1.84 tn
3.08 3.33
4.32 4.68
1.76 0.60 0.43 0.78
2.99 3.21 3.21 3.38
3.94 4.18 4.18 4.41
tn tn tn tn
1
99
Tabel Lampiran 8. Hasil pengamatan persentase jumlah anakan 2 tiap rumpun (m2)padi sawah Tabela sebar Perlakuan 1
S-3294-d-Jkn-Si-17-1-1 2 3
Benih 40 kg/ha Benih 60 kg/ha Benih 80 kg/ha
8.0 38.0 57.0 103.0
20.0 52.0 55.0 127.0
17.0 53.0 38.0 108.0
Benih 40 kg/ha Benih 60 kg/ha Benih 80 kg/ha
11.0 43.0 88.0 142.0
30.0 32.0 57.0 119.0
5.0 33.0 18.0 56.0
Benih 40 kg/ha Benih 60 kg/ha Benih 80 kg/ha
14.0 18.0 34.0 66.0 311.0
13.0 5.0 14.0 32.0 278.0
7.0 22.0 25.0 54.0 218.0
Total
Sumber keragaman Ulangan P. lahan (P) Galat a Benih (B) PxB Galat b Varietas (V) PxV BxV PxBxV Galat c Total
Derat bebas 2 2 4 2 4 12 3 6 6 12 54 107
Jumlah kuadrat 3504.22 24120.06 713.56 18899.39 2720.06 2872.89 6123.66 1816.54 2666.76 1999.13 10086.67 75522.92
Muncul 1 2 3 OLAH TANAH SEMPURNA 47.0 26.0 57.0 80.0 45.0 77.0 79.0 34.0 53.0 206.0 105.0 187.0 OLAH TANAH MINIMUM 43.0 21.0 29.0 82.0 40.0 22.0 81.0 48.0 17.0 206.0 109.0 68.0 TANPA OLAH TANAH 35.0 2.0 6.0 41.0 16.0 12.0 38.0 27.0 11.0 114.0 45.0 29.0 526.0 259.0 284.0
Kuadrat tengah 1752.11 12060.03 178.39 9449.69 680.01 239.41 2041.22 302.76 444.46 166.59 186.79
F. hitung 9.82 67.61 **
S-3383-1d-Pn-41-3-1 1 2 3
1
43.0 74.0 141.0 258.0
45.0 82.0 75.0 202.0
37.0 74.0 82.0 193.0
18.0 47.0 109.0 174.0
17.0 67.0 89.0 173.0
20.0 46.0 76.0 142.0
43.0 59.0 66.0 168.0
16.0 61.0 59.0 136.0
38.0 53.0 87.0 178.0
16.0 49.0 61.0 126.0
25.0 47.0 62.0 134.0
10.0 34.0 61.0 105.0
6.0 47.0 36.0 89.0 515.0
13.0 19.0 26.0 58.0 396.0
12.0 31.0 40.0 83.0 454.0
1.0 16.0 24.0 41.0 341.0
2.0 11.0 6.0 19.0 326.0
7.0 23.0 24.0 54.0 301.0
F. tabel 5% 3.93 3.93
1% 6.51 6.51
39.47 ** 2.84 tn
3.08 3.33
4.32 4.68
10.93 1.62 2.38 0.89
2.99 3.21 3.21 3.38
3.94 4.18 4.18 4.41
** tn tn tn
IR 64 2
3
100
Tabel Lampiran 9. Hasil pengamatan persentase jumlah anakan 3 tiap rumpun (m2) padi sawah Tabela sebar Perlakuan 1
S-3294-d-Jkn-Si-17-1-1 2 3
Benih 40 kg/ha Benih 60 kg/ha Benih 80 kg/ha
43.0 65.0 78.0 186.0
39.0 42.0 38.0 119.0
18.0 57.0 34.0 109.0
Benih 40 kg/ha Benih 60 kg/ha Benih 80 kg/ha
42.0 56.0 39.0 137.0
28.0 27.0 29.0 84.0
20.0 43.0 31.0 94.0
Benih 40 kg/ha Benih 60 kg/ha Benih 80 kg/ha
17.0 35.0 23.0 75.0 398.0
6.0 6.0 13.0 25.0 228.0
9.0 30.0 21.0 60.0 263.0
Total
Sumber keragaman Ulangan P. lahan (P) Galat a Benih (B) PxB Galat b Varietas (V) PxV BxV PxBxV Galat c Total
Derat bebas 2 2 4 2 4 12 3 6 6 12 54 107
Jumlah kuadrat 3023.463 13505.852 947.370 5057.241 341.426 734.333 991.287 1285.852 2169.574 3176.204 3936.833 35169
Muncul 1 2 3 OLAH TANAH SEMPURNA 48.0 26.0 34.0 53.0 32.0 31.0 54.0 38.0 42.0 155.0 96.0 107.0 OLAH TANAH MINIMUM 40.0 24.0 21.0 45.0 24.0 39.0 16.0 33.0 16.0 101.0 81.0 76.0 TANPA OLAH TANAH 16.0 1.0 7.0 26.0 12.0 19.0 24.0 24.0 17.0 66.0 37.0 43.0 322.0 214.0 226.0
Kuadrat tengah 1511.731 6752.926 236.843 2528.620 85.356 61.194 330.429 214.309 361.596 264.684 72.904
F. hitung 6.38 28.51 ** 41.32 ** 1.39 tn 4.53 2.94 4.96 3.63
** tn ** **
S-3383-1d-Pn-41-3-1 1 2 3
1
58.0 83.0 31.0 172.0
39.0 39.0 23.0 101.0
47.0 52.0 14.0 113.0
28.0 76.0 84.0 188.0
22.0 68.0 66.0 156.0
22.0 51.0 56.0 129.0
30.0 53.0 33.0 116.0
31.0 46.0 45.0 122.0
24.0 66.0 48.0 138.0
21.0 46.0 64.0 131.0
26.0 43.0 28.0 97.0
20.0 33.0 35.0 88.0
4.0 42.0 31.0 77.0 365.0
20.0 25.0 36.0 81.0 304.0
13.0 28.0 29.0 70.0 321.0
2.0 13.0 33.0 48.0 367.0
1.0 16.0 13.0 30.0 283.0
6.0 22.0 15.0 43.0 260.0
F. tabel 5% 3.93 3.93
1% 6.51 6.51
3.08 3.33
4.32 4.68
2.99 3.21 3.21 3.38
3.94 4.18 4.18 4.41
IR 64 2
3
101
Tabel Lampiran 10. Hasil pengamatan persentase jumlah anakan 4 tiap rumpun (m2) padi sawah Tabela sebar Perlakuan 1
S-3294-d-Jkn-Si-17-1-1 2 3
Benih 40 kg/ha Benih 60 kg/ha Benih 80 kg/ha
71.0 41.0 18.0 130.0
47.0 37.0 36.0 120.0
41.0 34.0 41.0 116.0
Benih 40 kg/ha Benih 60 kg/ha Benih 80 kg/ha
55.0 50.0 29.0 134.0
29.0 21.0 21.0 71.0
47.0 41.0 43.0 131.0
Benih 40 kg/ha Benih 60 kg/ha Benih 80 kg/ha
59.0 50.0 59.0 168.0 432.0
53.0 37.0 48.0 138.0 329.0
47.0 40.0 47.0 134.0 381.0
Total
Sumber keragaman Ulangan P. lahan (P) Galat a Benih (B) PxB Galat b Varietas (V) PxV BxV PxBxV Galat c Total
Derat bebas 2 2 4 2 4 12 3 6 6 12 54 107
Jumlah kuadrat 3023.46 13505.85 947.37 5057.24 341.43 734.33 991.29 1285.85 2169.57 3176.20 3936.83 35169.44
Muncul 1 2 3 OLAH TANAH SEMPURNA 35.0 45.0 22.0 35.0 32.0 18.0 32.0 31.0 21.0 102.0 108.0 61.0 OLAH TANAH MINIMUM 32.0 35.0 39.0 21.0 24.0 34.0 5.0 30.0 42.0 58.0 89.0 115.0 TANPA OLAH TANAH 40.0 31.0 43.0 45.0 35.0 45.0 35.0 34.0 30.0 120.0 100.0 118.0 280.0 297.0 294.0
Kuadrat tengah 1511.73 6752.93 236.84 2528.62 85.36 61.19 330.43 214.31 361.60 264.68 72.90
F. hitung 6.38 28.51 ** 41.32 ** 1.39 tn 4.53 2.94 4.96 3.03
** tn ** tn
S-3383-1d-Pn-41-3-1 1 2 3
1
IR 64 2
3
45.0 24.0 12.0 81.0
31.0 30.0 17.0 78.0
32.0 9.0 15.0 56.0
64.0 35.0 15.0 114.0
60.0 28.0 27.0 115.0
48.0 28.0 25.0 101.0
23.0 12.0 20.0 55.0
29.0 28.0 22.0 79.0
32.0 25.0 19.0 76.0
56.0 33.0 41.0 130.0
52.0 26.0 32.0 110.0
53.0 35.0 36.0 124.0
48.0 40.0 43.0 131.0 267.0
47.0 49.0 39.0 135.0 292.0
35.0 32.0 17.0 84.0 216.0
26.0 50.0 45.0 121.0 365.0
33.0 53.0 43.0 129.0 354.0
45.0 37.0 44.0 126.0 351.0
F. tabel 5% 3.93 3.93
1% 6.51 6.51
3.08 3.33
4.32 4.68
2.99 3.21 3.21 3.38
3.94 4.18 4.18 4.41
102
Tabel Lampiran 11 Hasil pengamatan diameter ruas pangkal batang padi sawah Tabela sebar (mm) Perlakuan 1
S-3294-d-Jkn-Si-17-1-1 2 3
Benih 40 kg/ha Benih 60 kg/ha Benih 80 kg/ha
3.3 3.0 3.4 9.7
3.8 3.6 3.1 10.5
3.4 2.7 3.1 9.2
Benih 40 kg/ha Benih 60 kg/ha Benih 80 kg/ha
3.4 3.1 3.4 9.9
3.5 3.8 3.4 10.7
3.8 3.6 3.7 11.1
Benih 40 kg/ha Benih 60 kg/ha Benih 80 kg/ha
3.9 3.9 3.8 11.6 31.2
4.3 3.8 4.0 12.1 33.3
3.0 3.0 3.0 9.0 29.3
Total Sumber keragaman Ulangan P. lahan (P) Galat a Benih (B) PxB Galat b Varietas (V) PxV BxV PxBxV Galat c Total
Derat bebas 2 2 4 2 4 12 3 6 6 12 54 107
Jumlah kuadrat 1.123 7.550 2.459 1.340 1.071 6.327 2.858 1.886 1.223 4.845 14.520 45.202
Muncul 1 2 3 OLAH TANAH SEMPURNA 3.8 4.0 3.7 3.2 3.9 3.5 3.5 3.8 3.3 10.5 11.7 10.5 OLAH TANAH MINIMUM 3.9 3.6 4.0 3.8 3.9 3.6 3.6 3.2 3.8 11.3 10.7 11.4 TANPA OLAH TANAH 4.9 3.9 3.0 4.1 3.9 4.0 4.2 3.8 6.0 13.2 11.6 13.0 35.0 34.0 34.9 Kuadrat tengah 0.561 3.775 0.615 0.670 0.268 0.527 0.953 0.314 0.204 0.404 0.269
S-3383-1d-Pn-41-3-1 1 2 3
3
3.0 2.9 3.0 8.9
3.5 3.3 3.2 10.0
3.6 3.3 3.2 10.1
3.2 2.6 2.9 8.7
3.0 3.1 3.2 9.3
3.1 3.5 3.0 9.6
3.5 3.1 3.1 9.7
3.5 3.6 3.2 10.3
3.4 3.8 3.3 10.5
3.3 3.0 3.2 9.5
3.1 3.3 3.3 9.7
3.5 3.6 3.5 10.6
4.0 3.8 4.0 11.8 30.4
4.0 3.8 3.8 11.6 31.9
3.0 3.0 4.0 10.0 30.6
3.7 3.5 3.8 11.0 29.2
8.3 3.7 3.5 15.5 34.5
4.0 3.0 4.0 11.0 31.2
F. hitung 0.91 6.14 **
5% 3.93 3.93
1% 6.51 6.51
1.27 tn 0.51 tn
3.08 3.33
4.32 4.68
3.54 1.17 0.76 1.50
2.99 3.21 3.21 3.38
3.94 4.18 4.18 4.41
** tn tn tn
IR 64 2
1
F. tabel
103
Tabel Lampiran 12. Hasil pengamatan panjang ruas batang padi sawah Tabela sebar (mm) Perlakuan 1
S-3294-d-Jkn-Si-17-1-1 2 3
Benih 40 kg/ha Benih 60 kg/ha Benih 80 kg/ha
19.8 20.2 19.4 59.4
20.4 16.6 21.7 58.7
16.2 16.8 16.6 49.6
Benih 40 kg/ha Benih 60 kg/ha Benih 80 kg/ha
15.5 21.7 17.8 55.0
21.4 19.9 22.9 64.2
21.0 21.7 25.5 68.2
Benih 40 kg/ha Benih 60 kg/ha Benih 80 kg/ha
24.2 20.0 21.6 65.8 180.2
25.2 24.6 23.4 73.2 196.1
20.8 18.9 22.7 62.4 180.2
Total
Sumber keragaman Ulangan P. lahan (P) Galat a Benih (B) PxB Galat b Varietas (V) PxV BxV PxBxV Galat c Total
Derat bebas 2 2 4 2 4 12 3 6 6 12 54 107
Jumlah kuadrat 1.717 18.845 93.300 6.695 29.134 43.484 290.280 139.521 34.914 110.886 370.358 1139.135
Muncul 1 2 3 OLAH TANAH SEMPURNA 21.3 22.0 21.8 22.6 21.6 19.1 23.9 20.9 17.6 67.8 64.5 58.5 OLAH TANAH MINIMUM 24.5 20.2 23.4 20.5 20.1 17.6 23.1 16.3 21.7 68.1 56.6 62.7 TANPA OLAH TANAH 16.7 20.7 19.0 17.8 17.6 16.2 20.3 22.2 15.2 54.8 60.5 50.4 190.7 181.6 171.6
Kuadrat tengah 0.858 9.422 23.325 3.347 7.284 3.624 96.760 23.254 5.819 9.241 6.858
S-3383-1d-Pn-41-3-1 1 2 3
3
27.1 23.6 20.1 70.8
30.9 21.0 23.3 75.2
24.0 16.5 20.1 60.6
20.4 23.7 22.8 66.9
20.9 20.7 19.4 61.0
20.5 25.1 25.5 71.1
21.1 20.2 19.6 60.9
22.3 29.3 25.9 77.5
21.8 22.3 21.6 65.7
25.3 25.8 19.6 70.7
27.2 27.0 23.4 77.6
25.5 29.9 30.4 85.8 230.3
24.4 25.1 25.7 75.2 206.9
17.8 24.2 23.7 65.7 218.4
22.1 21.8 21.3 65.2 191.5
26.0 19.2 21.2 66.4 204.0
22.9 26.2 23.8 72.9 211.5
5% 3.93 3.93
1% 6.51 6.51
0.92 tn 2.01 tn
3.08 3.33
4.32 4.68
2.99 3.21 3.21 3.38
3.94 4.18 4.18 4.41
** ** tn tn
IR 64 2
25.4 23.1 24.9 73.4
F. hitung 0.04 0.40 tn
14.11 3.39 0.85 1.35
1
F. tabel
104
Tabel Lampiran 13. Hasil pengamatan volume akar padi sawah Tabela sebar (mm) Perlakuan 1
S-3294-d-Jkn-Si-17-1-1 2 3
Benih 40 kg/ha Benih 60 kg/ha Benih 80 kg/ha
30 70 60 160
50 30 40 120
50 60 60 170
Benih 40 kg/ha Benih 60 kg/ha Benih 80 kg/ha
70 50 60 180
40 60 30 130
60 50 60 170
Benih 40 kg/ha Benih 60 kg/ha Benih 80 kg/ha
100 90 80 270 610
40 60 50 150 400
90 40 30 160 500
Total
Sumber keragaman Ulangan P. lahan (P) Galat a Benih (B) PxB Galat b Varietas (V) PxV BxV PxBxV Galat c Total
Derat bebas 2 2 4 2 4 12 3 6 6 12 54 107
Jumlah kuadrat 205.56 2022.22 1338.89 2772.22 1422.22 3705.56 4869.44 266.67 1205.56 4066.67 21616.67 43491.67
Muncul 1 2 3 OLAH TANAH SEMPURNA 40 40 80 80 50 60 170 180 OLAH TANAH MINIMUM 50 90 40 80 40 60 130 230 TANPA OLAH TANAH 60 80 60 90 90 70 210 240 510 650
Kuadrat tengah 102.78 1011.11 334.72 1386.11 355.56 308.80 1623.15 44.44 200.93 338.89 400.31
S-3383-1d-Pn-41-3-1 1 2 3
3
140 30 60 230
80 60 40 180
40 50 30 120
50 30 40 120
80 40 40 160
100 60 40 200
50 40 30 120
120 80 70 270
60 50 40 150
50 50 60 160
80 40 50 170
90 30 50 170
70 40 60 170
50 40 70 160
80 80 70 230 730
50 80 50 180 510
50 70 40 160 440
70 60 50 180 470
50 60 70 180 510
60 70 50 180 550
50 40 80 170 450
F. hitung 0.31 3.02 tn
5% 3.93 3.93
1% 6.51 6.51
4.49 ** 1.15 tn
3.08 3.33
4.32 4.68
4.05 0.11 0.50 0.85
2.99 3.21 3.21 3.38
3.94 4.18 4.18 4.41
** tn tn tn
IR 64 2
1
F. tabel
105
Tabel Lampiran 14. Hasil pengamatan kerebahan padi sawah Tabela sebar (%) Perlakuan 1
S-3294-d-Jkn-Si-17-1-1 2 3
Benih 40 kg/ha Benih 60 kg/ha Benih 80 kg/ha
45 35 25 105
10 25 85 120
5 65 25 95
Benih 40 kg/ha Benih 60 kg/ha Benih 80 kg/ha
10 60 25 95
85 80 100 265
80 90 5 175
Benih 40 kg/ha Benih 60 kg/ha Benih 80 kg/ha
0 30 0 30 230
0 0 0 0 385
0 0 0 0 270
Total
Sumber keragaman Ulangan P. lahan (P) Galat a Benih (B) PxB Galat b Varietas (V) PxV BxV PxBxV Galat c Total
Derat bebas 2 2 4 2 4 12 3 6 6 12 54 107
Jumlah kuadrat 2467.13 35890.74 2543.98 6524.07 3503.70 3213.89 45152.78 12033.33 6233.33 4388.89 26341.67 148293.52
Muncul 1 2 3 OLAH TANAH SEMPURNA 0 0 0 0 15 0 15 0 OLAH TANAH MINIMUM 0 0 0 0 0 0 0 0 TANPA OLAH TANAH 0 0 0 0 0 0 0 0 15 0
Kuadrat tengah 1233.56 17945.37 636.00 3262.04 875.93 267.82 15050.93 2005.56 1038.89 365.74 487.81
S-3383-1d-Pn-41-3-1 1 2 3
3
0 0 0 0
85 100 85 270
0 90 85 175
10 50 80 140
5 35 75 115
0 45 50 95
10 25 95 130
0 0 0 0
100 100 100 300
55 90 85 230
90 45 90 225
20 65 90 175
85 90 95 270
10 15 90 115
0 0 0 0 0
20 70 50 140 710
15 25 50 90 495
0 0 0 0 365
0 0 0 0 290
0 0 0 0 365
0 0 0 0 245
F. hitung 1.94 28.22 **
5% 3.93 3.93
1% 6.51 6.51
12.18 ** 3.27 tn
3.08 3.33
4.32 4.68
30.85 4.11 2.13 0.75
2.99 3.21 3.21 3.38
3.94 4.18 4.18 4.41
** * tn tn
IR 64 2
1
F. tabel
106
Tabel Lampiran 15. Hasil pengamatan BK malai padi sawah Tabela sebar (g/m2)
Perlakuan 1
S-3294-d-Jkn-Si-17-1-1 2 3
Benih 40 kg/ha Benih 60 kg/ha Benih 80 kg/ha
338.4 345.3 528.2 1211.9
382.9 291.1 274.3 948.3
292.1 437.0 501.2 1230.3
Benih 40 kg/ha Benih 60 kg/ha Benih 80 kg/ha
453.2 241.9 275.7 970.8
364.3 328.2 361.2 1053.7
218.2 276.1 339.2 833.5
Benih 40 kg/ha Benih 60 kg/ha Benih 80 kg/ha
309.3 895.2 311.4 1515.94 3698.64
403.1 264.9 286.3 954.3 2956.3
301.9 219.7 162.8 684.4 2748.2
Total
Sumber keragaman Ulangan P. lahan (P) Galat a Benih (B) PxB Galat b Varietas (V) PxV BxV PxBxV Galat c Total
Derat bebas 2 2 4 2 4 12 3 6 6 12 54 107
Jumlah kuadrat 64839.1 65877.2 113048.3 7141.8 30518.1 134131.8 349113.9 81028.4 37239.3 153843.0 585227.0 1622007.8
Muncul 1 2 3 OLAH TANAH SEMPURNA 421.3 321.9 433.2 341.5 422.1 323.7 512.2 454.3 512.4 1275 1198.3 1269.3 OLAH TANAH MINIMUM 421.4 354.7 232.9 345.1 532.8 424.3 312.3 471.2 249.8 1078.8 1358.7 907 TANPA OLAH TANAH 334.1 365.9 255.6 421.1 432.1 325.1 532.2 365.9 427.6 1287.4 1163.9 1008.3 3641.2 3720.9 3184.6
Kuadrat tengah 32419.6 32938.6 28262.1 3570.9 7629.5 11177.6 116371.3 13504.7 6206.6 12820.3 10837.5
S-3383-1d-Pn-41-3-1 1 2 3
3
551.1 488.1 422.0 1461.2
581.2 553.2 611.2 1745.6
572.3 388.0 434.3 1394.6
353.2 366.2 359.1 1078.5
392.2 433.3 273.8 1099.3
493.2 584.1 397.2 1474.5
443.3 528.0 604.1 1575.41
685.4 361.3 346.5 1393.2
464.2 345.1 505.2 1314.5
558.8 528.1 411.9 1498.8
329.6 349.2 491.2 1170
248.5 477.3 418.6 1144.4 4432.3
447.2 527.2 687.7 1662.1 4698.71
433.4 407.6 409.3 1250.3 4389.1
174.9 245.2 451.6 871.7 3580.8
385.1 392.2 427.2 1204.5 3781.8
376.1 189.9 234.6 800.6 3069.9
5% 3.93 3.93
1% 6.51 6.51
0.32 tn 0.68 tn
3.08 3.33
4.32 4.68
2.99 3.21 3.21 3.38
3.94 4.18 4.18 4.41
** tn tn tn
IR 64 2
541.2 706.1 566.1 1813.4
F. hitung 1.15 1.17 tn
10.74 1.25 0.57 1.18
1
F. tabel
107
Tabel Lampiran 16. Hasil pengamatan BK gabah hampa padi sawah Tabela sebar (kg/ha) Perlakuan 1
S-3294-d-Jkn-Si-17-1-1 2 3
Benih 40 kg/ha Benih 60 kg/ha Benih 80 kg/ha
445.5 471.0 327.2 1243.7
650.1 377.0 402.8 1429.8
265.3 358.0 394.5 1017.8
Benih 40 kg/ha Benih 60 kg/ha Benih 80 kg/ha
413.5 473.5 405.8 1292.8
403.0 223.8 292.3 919.0
160.5 248.0 203.0 611.5
Benih 40 kg/ha Benih 60 kg/ha Benih 80 kg/ha
371.0 638.5 439.0 1448.5 3984.9
203.5 193.0 200.3 596.8 2945.6
170.8 163.8 211.3 545.8 2175.0
Total
Sumber keragaman Ulangan P. lahan (P) Galat a Benih (B) PxB Galat b Varietas (V) PxV BxV PxBxV Galat c Total
Derat bebas 2 2 4 2 4 12 3 6 6 12 54 107
Jumlah kuadrat 846610 687878 713164 356451 1256007 3222513 334729 1737334 1590235 3198571 13228741 27172232
Muncul 1 2 3 OLAH TANAH SEMPURNA 240.8 392.0 330.0 290.8 317.8 359.5 279.5 408.3 271.5 811.0 1118.0 961.0 OLAH TANAH MINIMUM 378.5 193.8 341.0 374.8 275.5 285.8 326.3 256.0 339.5 1079.5 725.3 966.3 TANPA OLAH TANAH 334.8 283.0 248.0 309.3 286.3 231.3 351.3 357.5 238.0 995.3 926.8 717.3 2885.7 2770.0 2644.5
Kuadrat tengah 423305 343939 178291 178226 314002 268543 111576 289556 265039 266548 244977
S-3383-1d-Pn-41-3-1 1 2 3
IR 64 2
3
311.8 505.4 273.5 1090.6
300.5 441.8 253.3 995.5
211.3 145.5 191.0 547.8
1035.8 388.1 308.3 1732.1
671.8 426.0 356.0 1453.8
198.5 139.0 220.5 558.0
153.5 214.0 345.8 713.3
168.5 450.8 5334.3 5953.5
245.8 213.3 283.8 742.8
485.2 499.3 276.8 1261.2
231.8 0.0 386.3 618.0
193.5 200.3 205.8 599.5
256.4 203.3 230.4 690.0 2493.8
193.0 205.8 203.5 602.3 7551.3
125.3 134.0 131.0 390.3 1680.8
159.3 287.5 184.5 631.3 3624.6
159.5 178.5 176.3 514.3 2586.0
118.0 177.5 177.5 473.0 1630.5
F. hitung 2.37 1.93 tn
5% 3.93 3.93
1% 6.51 6.51
0.66 tn 1.17 tn
3.08 3.33
4.32 4.68
0.46 1.18 1.08 1.09
2.99 3.21 3.21 3.38
3.94 4.18 4.18 4.41
tn tn tn tn
1
F. tabel
108
Tabel Lampiran 17. Hasil pengamatan GKG padi sawah Tabela sebar (ton/ha) Perlakuan 1
S-3294-d-Jkn-Si-17-1-1 2 3
Benih 40 kg/ha Benih 60 kg/ha Benih 80 kg/ha
5.647 6.366 5.014 17.027
5.296 6.550 6.449 18.294
5.830 6.366 6.112 18.307
Benih 40 kg/ha Benih 60 kg/ha Benih 80 kg/ha
5.808 6.767 5.632 18.207
5.435 4.727 5.542 15.703
3.933 4.125 4.483 12.542
Benih 40 kg/ha Benih 60 kg/ha Benih 80 kg/ha
4.382 5.965 4.300 14.647 49.880
4.492 4.447 3.512 12.450 46.448
5.866 6.120 6.205 18.191 49.040
Total
Sumber keragaman Ulangan P. lahan (P) Galat a Benih (B) PxB Galat b Varietas (V) PxV BxV PxBxV Galat c Total
Derat bebas 2 2 4 2 4 12 3 6 6 12 54 107
Jumlah kuadrat 0.635 1.181 5.843 6.629 0.246 1.944 4.966 7.481 1.989 3.384 20.216 54.515
Muncul 1 2 3 OLAH TANAH SEMPURNA 5.129 5.974 4.332 5.343 6.002 5.753 5.704 6.603 4.392 16.176 18.579 14.477 OLAH TANAH MINIMUM 5.467 4.643 5.640 6.572 5.867 4.975 5.682 6.533 5.362 17.720 17.043 15.977 TANPA OLAH TANAH 5.847 5.660 6.220 5.627 6.397 6.435 6.485 6.687 6.845 17.958 18.743 19.500 51.854 54.366 49.953
Kuadrat tengah 0.318 0.591 1.461 3.315 0.062 0.162 1.655 1.247 0.332 0.282 0.374
S-3383-1d-Pn-41-3-1 1 2 3
3
5.937 5.941 6.363 18.241
6.607 5.861 6.205 18.673
5.350 5.743 6.920 18.013
5.740 5.560 6.506 17.806
5.711 6.670 6.413 18.794
5.533 6.057 6.663 18.254
5.020 6.579 6.532 18.130
4.488 5.900 5.881 16.270
5.670 6.543 6.406 18.619
5.868 5.838 5.701 17.408
4.948 6.210 5.883 17.041
5.379 6.443 6.297 18.119 53.834
5.792 5.865 6.371 18.027 54.399
5.783 6.060 5.460 17.303 52.245
4.895 5.958 5.725 16.578 53.210
5.982 6.028 6.135 18.145 53.359
4.120 5.390 6.238 15.748 51.583
5% 3.93 3.93
1% 6.51 6.51
20.46 ** 0.38 tn
3.08 3.33
4.32 4.68
2.99 3.21 3.21 3.38
3.94 4.18 4.18 4.41
** * tn tn
IR 64 2
5.691 5.716 6.055 17.462
F. hitung 0.22 0.40 tn
4.42 3.33 0.89 0.75
1
F. tabel
109
Tabel Lampiran 18. Hasil pengamatan indeks panen padi sawah Tabela sebar (%) Perlakuan 1
S-3294-d-Jkn-Si-17-1-1 2 3
Benih 40 kg/ha Benih 60 kg/ha Benih 80 kg/ha
52.38 54.34 44.59 151.31
52.58 60.79 55.88 169.25
50.09 57.67 56.45 164.20
Benih 40 kg/ha Benih 60 kg/ha Benih 80 kg/ha
44.27 52.53 48.08 144.89
48.14 36.80 33.50 118.44
50.50 41.53 49.90 141.93
Benih 40 kg/ha Benih 60 kg/ha Benih 80 kg/ha
39.80 52.55 45.92 138.28 434.48
45.42 54.64 41.42 141.48 429.17
50.82 53.53 45.44 149.79 455.91
Total
Sumber keragaman Ulangan P. lahan (P) Galat a Benih (B) PxB Galat b Varietas (V) PxV BxV PxBxV Galat c Total
Derat bebas 2 2 4 2 4 12 3 6 6 12 54 107
Jumlah kuadrat 53.074 72.440 203.947 97.508 21.324 146.540 482.700 627.356 97.828 250.279 1609.563 3662.559
Muncul 1 2 3 OLAH TANAH SEMPURNA 46.65 50.26 35.21 44.22 50.31 43.36 45.06 49.43 39.06 135.93 150.00 117.64 OLAH TANAH MINIMUM 45.79 55.27 45.40 44.56 59.84 41.76 46.52 61.45 45.83 136.88 176.56 132.99 TANPA OLAH TANAH 44.38 61.16 51.02 46.31 62.42 49.85 49.39 54.98 53.56 140.07 178.56 154.44 412.88 505.12 405.06
Kuadrat tengah 26.537 36.220 50.987 48.754 5.331 12.212 160.900 104.559 16.305 20.857 29.807
S-3383-1d-Pn-41-3-1 1 2 3
IR 64 2
3
53.31 49.98 56.87 160.15
53.63 55.12 55.42 164.18
56.28 52.15 52.94 161.37
46.26 52.09 56.39 154.74
49.55 47.37 53.99 150.92
49.81 56.51 54.38 160.70
54.44 53.83 56.04 164.32
39.51 56.71 43.13 139.36
49.15 57.23 58.64 165.02
52.65 57.11 56.03 165.79
51.17 46.82 47.26 145.25
50.57 58.66 55.67 164.90
51.56 56.44 56.07 164.08 488.55
57.79 54.43 55.72 167.94 471.48
53.59 55.88 57.42 166.89 493.28
49.20 54.48 48.34 152.02 472.55
57.31 54.98 54.64 166.92 463.09
47.25 49.13 51.07 147.44 473.04
F. hitung 0.52 0.71 tn
5% 3.93 3.93
1% 6.51 6.51
3.99 * 0.44 tn
3.08 3.33
4.32 4.68
5.40 3.51 0.55 0.70
2.99 3.21 3.21 3.38
3.94 4.18 4.18 4.41
** * tn tn
1
F. tabel
110
Tabel Lampiran 19. Hasil analisis regresi komponen pertumbuhan terhadap kerebahan padi Tabela sebar
Perlakuan
jumlah anakan total (m2) x1 166 145 94 100 145 159 126 131 151 130
1.OTS 1.OTM 1.TOT Benih 40 kg/ha Benih 60 kg/ha Benih 80 kg/ha S.3294-d-Jkn-Si-17-1-1 Muncul S.3383-1d-Pn-41-3-1 IR 64
diameter batang x2 3.3 3.48 3.93 3.72 3.45 3.54 3.47 3.85 3.44 3.52
panjang batang x3 21.29 22.18 22.18 22.21 21.62 21.81 20.61 20.14 24.28 22.48
volume akar kerebahan (mm) (%) x4 Y 45.0 35 48.9 51.39 58.9 7.22 51.7 20.56 49.4 34.17 51.7 38.89 48.5 32.78 58.1 0.56 43.7 58.15 53.3 33.33
Y = 48 + 0.102 x1 - 46.0 x2 + 7.15 x3 - 0.44 x4 R2=88.4 % Sumber keragaman Regresi
Galat Total
x1 x2 x3 x4
1 1 1 1
Derajat bebas 4
5 9
Jumlah kuadrat 2519.58 1165.09 733.67 614.93 5.89 330.85 2850.43
Kuadrat tengah 629.895 1165.09 733.67 614.93 5.89 66.17
F 9.52 17.61 11.09 9.29 0.09
P ** ** ** ** tn
6.26 5.54 5.54 5.54 5.54
111
Tabel Lampiran 20. Hasil pengamatan bobot kering akar padi Tapin dan Tabela (g/m2) Perlakuan
Tapin 2
1
3
1
IR 64 S.3294-d-Jkn-Si-17-1-1 S.3383-1d-Pn-41-3-1
115 191 118 425
176 73 163 412
214 183 120 517
164 174 138 476
IR 64 S.3294-d-Jkn-Si-17-1-1 S.3383-1d-Pn-41-3-1
126 147 80 353
228 156 331 716
305 235 339 879
114 168 188 469
IR 64 S.3294-d-Jkn-Si-17-1-1 S.3383-1d-Pn-41-3-1
266 264 146 675 1453
247 200 238 685 1812
230 179 272 680 2076
312 310 312 934 1879
Jumlah kuadrat 209163.0 28063.1 205814.0 13179.1 13794.6 157870.7 130978.9 119603.4 30382.9 39345.2 547410.3 1495605.4
Kuadrat tengah 104581.5 14031.5 51453.5 6589.6 3448.6 13155.9 43659.6 19933.9 5063.8 3278.8 10137.2
Total Sumber keragaman Ulangan P. lahan (P) Galat a Varietas (V) PxV Galat b Cara tanam (C) PxC VxC PxVxC Galat c Total
Derajat bebas 2 2 4 2 4 12 3 6 6 12 54 107
Tabela sebar Tabela kuadrat 2 3 1 2 OLAH TANAH SEMPURNA 444 248 157 226 150 200 270 177 229 178 155 280 823 625 582 682 OLAH TANAH MINIMUM 450 298 125 252 242 333 294 350 407 301 126 353 1100 933 546 955 TANPA OLAH TANAH 500 182 327 238 158 370 163 208 290 78 327 196 948 631 816 641 2870 2188 1945 2279 F. hitung 2.03 0.27 tn
5% 3.93 3.93
1% 6.51 6.51
0.50 tn 0.26 tn
3.08 3.33
4.32 4.68
4.31 1.97 0.50 0.32
2.99 3.21 3.21 3.38
3.94 4.18 4.18 4.41
** tn tn tn
3
1
Tabela sebar 1 m 2 3
233 322 338 893
138 127 121 386
582 493 518 1594
408 214 263 886
492 465 510 1467
136 241 178 555
234 160 490 885
377 286 133 796
145 194 165 504 2864
245 344 245 834 1775
502 353 614 1469 3948
144 211 185 540 2222
F. tabel
112
Tabel Lampiran 21. Hasil pengamatan bobot batang padi Tapin dan Tabela (g/m2) Perlakuan 1
Tapin 2
3
1
IR 64 S.3294-d-Jkn-Si-17-1-1 S.3383-1d-Pn-41-3-1
399.2 286.4 364.2 1049.8
392.4 478.8 389.8 1261.0
300.8 375.4 498.2 1174.4
290.6 294.8 212.6 798.0
IR 64 S.3294-d-Jkn-Si-17-1-1 S.3383-1d-Pn-41-3-1
357.0 293.8 361.8 1012.6
374.4 412.2 339.4 1126.0
304.8 435.2 339.0 1079.0
274.8 272.4 276.4 823.6
IR 64 S.3294-d-Jkn-Si-17-1-1 S.3383-1d-Pn-41-3-1
323.2 361.6 344.4 1029.2 3091.6
387.6 384.8 386.0 1158.4 3545.4
388.6 369.8 408.2 1166.6 3420.0
390.2 378.0 390.2 1158.4 2780.0
Jumlah kuadrat 63416.3 8999.2 62827.7 422.1 21310.8 16727.5 18267.8 8583.0 16637.7 18290.7 231497.3 466980.3
Kuadrat tengah 31708.1 4499.6 15706.9 211.1 5327.7 1394.0 6089.3 1430.5 2773.0 1524.2 4287.0
Total Sumber keragaman Ulangan P. lahan (P) Galat a Varietas (V) PxV Galat b Cara tanam (C) PxC VxC PxVxC Galat c Total
Derajat bebas 2 2 4 2 4 12 3 6 6 12 54 107
Tabela sebar Tabela kuadrat 2 3 1 2 OLAH TANAH SEMPURNA 442.2 314.8 229.2 437.0 335.4 357.4 322.8 311.0 490.0 268.4 379.2 387.4 1267.6 940.6 931.2 1135.4 OLAH TANAH MINIMUM 345.4 298.4 281.4 272.2 415.0 333.4 319.4 276.2 365.2 301.0 318.2 306.0 1125.6 932.8 919.0 854.4 TANPA OLAH TANAH 422.8 305.8 327.6 350.4 362.0 388.6 425.4 337.0 321.2 222.4 327.6 361.2 1106.0 916.8 1080.6 1048.6 3499.2 2790.2 2930.8 3038.4 F. hitung 2.02 0.29 tn
5% 3.93 3.93
1% 6.51 6.51
0.15 tn 3.82 **
3.08 3.33
4.32 4.68
1.42 0.33 0.65 0.36
2.99 3.21 3.21 3.38
3.94 4.18 4.18 4.41
tn tn tn tn
3
1
Tabela sebar 1 m 2 3
405.0 309.2 364.0 1078.2
378.6 297.0 242.2 917.8
570.4 363.4 544.4 1478.2
374.0 263.4 285.0 922.4
492.2 465.0 509.8 1467.0
246.8 369.0 291.8 907.6
344.4 376.0 368.2 1088.6
377.2 285.8 339.4 1002.4
361.8 376.8 356.8 1095.4 3640.6
375.4 358.8 375.4 1109.6 2935.0
456.4 401.2 366.6 1224.2 3791.0
300.6 377.0 324.0 1001.6 2926.4
F. tabel
113
Tabel Lampiran 22. Hasil pengamatan bobot daun padi Tapin dan Tabela (g/m2) Perlakuan 1
Tapin 2
3
1
Tabela sebar 2
IR 64 S.3294-d-Jkn-Si-17-1-1 S.3383-1d-Pn-41-3-1
50.8 67.5 63.7 182.0
72.1 40.5 68.2 180.8
41.5 78.0 55.2 174.7
99.8 94.3 73.4 267.5
119.2 116.9 105.2 341.3
IR 64 S.3294-d-Jkn-Si-17-1-1 S.3383-1d-Pn-41-3-1
45.8 53.2 33.0 132.0
62.4 46.2 69.4 178.0
52.5 50.9 72.9 176.3
67.8 92.7 66.2 226.7
52.0 113.8 78.9 244.7
IR 64 S.3294-d-Jkn-Si-17-1-1 S.3383-1d-Pn-41-3-1
62.1 60.9 68.7 191.7 505.7
59.3 114.6 62.8 236.7 595.5
71.8 72.9 65.7 210.4 561.4
108.1 126.4 108.1 342.6 836.8
119.6 118.2 69.5 307.3 893.3
Jumlah kuadrat 1020.26 3931.15 6231.13 6230.41 1283.74 3526.53 23690.61 3166.41 2265.06 1888.08 16315.41 69548.78
Kuadrat tengah 510.13 1965.58 1557.78 3115.20 320.93 293.88 7896.87 527.73 377.51 157.34 302.14
Total Sumber keragaman Ulangan P. lahan (P) Galat a Varietas (V) PxV Galat b Cara tanam (C) PxC VxC PxVxC Galat c Total
Derajat bebas 2 2 4 2 4 12 3 6 6 12 54 107
Tabela kuadrat 3 1 2 OLAH TANAH SEMPURNA 75.3 62.1 94.8 118.2 102.3 85.1 77.7 58.7 79.2 271.2 223.1 259.1 OLAH TANAH MINIMUM 82.7 50.2 91.2 102.3 80.7 62.9 82.0 46.5 51.1 267.0 177.4 205.2 TANPA OLAH TANAH 84.5 53.4 83.3 121.5 95.2 78.2 54.6 53.4 71.0 260.6 202.0 232.5 798.8 602.5 696.8
F. hitung 0.33 1.26 tn
5% 3.93 3.93
1% 6.51 6.51
10.60 ** 1.09 tn
3.08 3.33
4.32 4.68
26.14 1.75 1.25 0.52
2.99 3.21 3.21 3.38
3.94 4.18 4.18 4.41
** tn tn tn
Tabela sebar 1 m 2 3
3
1
81.2 76.0 82.9 240.1
95.6 126.2 74.1 295.9
127.3 143.2 123.1 393.6
88.9 88.9 99.7 277.5
84.1 124.9 91.8 300.8
98.7 110.9 78.9 288.5
82.1 46.2 61.2 189.5
88.9 75.6 104.3 268.8
74.9 73.8 41.0 189.7 730.6
110.3 149.3 110.3 369.9 954.3
124.3 136.5 87.9 348.7 931.8
75.2 80.7 76.0 231.9 778.2
F. tabel
114
Tabel Lampiran 23. Hasil pengamatan tinggi tanaman padi Tapin dan Tabela (cm) Perlakuan 1
Tapin 2
3
1
IR 64 S.3294-d-Jkn-Si-17-1-1 S.3383-1d-Pn-41-3-1
101.3 84.3 100.0 285.5
97.8 90.8 94.8 283.3
92.8 97.8 96.0 286.5
93.5 99.3 100.0 292.8
IR 64 S.3294-d-Jkn-Si-17-1-1 S.3383-1d-Pn-41-3-1
91.0 86.3 86.3 263.5
92.5 86.8 96.5 275.8
96.5 90.8 100.8 288.0
86.5 86.5 88.0 261.0
IR 64 S.3294-d-Jkn-Si-17-1-1 S.3383-1d-Pn-41-3-1
99.3 85.5 98.0 282.8 831.8
102.0 96.5 98.3 296.8 855.8
100.0 95.8 95.8 291.5 866.0
94.0 93.5 94.0 281.5 835.3
Jumlah kuadrat 281.58 373.52 500.86 596.28 46.26 248.76 145.01 71.82 145.54 111.39 776.30 3297.32
Kuadrat tengah 140.79 186.76 125.21 298.14 11.56 20.73 48.34 11.97 24.26 9.28 14.38
Total Sumber keragaman Ulangan P. lahan (P) Galat a Varietas (V) PxV Galat b Cara tanam (C) PxC VxC PxVxC Galat c Total
Derajat bebas 2 2 4 2 4 12 3 6 6 12 54 107
Tabela sebar 2 3 OLAH TANAH SEMPURNA 97.3 93.8 97.5 96.0 92.8 87.8 287.5 277.5 OLAH TANAH MINIMUM 93.3 100.8 92.5 88.8 90.3 94.8 276.0 284.3 TANPA OLAH TANAH 102.3 105.8 98.5 91.3 90.0 95.3 290.8 292.3 854.3 854.0
1
1
Tabela sebar 1 m 2 3
104.5 93.8 98.8 297.0
104.5 85.5 97.5 287.5
99.0 90.8 96.8 286.5
103.0 86.3 92.8 282.0
96.0 92.8 98.5 287.3
94.0 90.5 85.8 270.3
89.3 84.8 92.5 266.5
98.5 98.0 103.8 300.3
91.8 86.8 87.8 266.3
92.0 87.0 85.0 264.0
100.8 91.8 105.0 297.5
97.8 91.3 97.8 286.8 852.5
106.8 98.8 100.8 306.3 869.8
103.8 92.0 100.0 295.8 883.5
87.0 88.5 87.0 262.5 815.3
98.0 92.5 95.0 285.5 831.5
104.0 91.5 93.3 288.8 873.5
5% 3.93 3.93
1% 6.51 6.51
14.38 ** 0.56 tn
3.08 3.33
4.32 4.68
2.99 3.21 3.21 3.38
3.94 4.18 4.18 4.41
* tn tn tn
3
95.5 99.3 100.8 295.5
F. hitung 1.12 1.49 tn
3.36 0.83 1.69 0.65
Tabela kuadrat 2
F. tabel
115
Tabel Lampiran 24. Hasil pengamatan jumlah anakan padi Tapin dan Tabela (rumpun) Perlakuan 1
Tapin 2
3
1
IR 64 S.3294-d-Jkn-Si-17-1-1 S.3383-1d-Pn-41-3-1
20.0 13.2 16.0 49.2
15.2 14.2 13.0 42.4
14.5 18.7 3.5 36.7
3.5 3.6 25.5 32.6
IR 64 S.3294-d-Jkn-Si-17-1-1 S.3383-1d-Pn-41-3-1
14.5 15.5 10.5 40.5
12.0 13.0 14.0 39.0
15.7 12.0 19.0 46.7
2.4 2.4 17.0 21.8
IR 64 S.3294-d-Jkn-Si-17-1-1 S.3383-1d-Pn-41-3-1
17.5 8.2 17.7 43.4 133.1
19.7 23.5 18.7 61.9 143.3
22.0 16.0 9.7 47.7 131.1
2.8 3.1 2.8 8.7 63.1
Jumlah kuadrat 0.28 36.48 67.76 10.35 33.24 143.45 6060.02 134.63 173.31 123.55 1414.29 8197.35
Kuadrat tengah 0.14 18.24 16.94 5.18 8.31 11.95 2020.01 22.44 28.88 10.30 26.19
Total Sumber keragaman Ulangan P. lahan (P) Galat a Varietas (V) PxV Galat b Cara tanam (C) PxC VxC PxVxC Galat c Total
Derajat bebas 2 2 4 2 4 12 3 6 6 12 54 107
Tabela sebar 2 3 OLAH TANAH SEMPURNA 2.5 2.9 3.6 5.8 2.3 2.6 8.4 11.3 OLAH TANAH MINIMUM 3.3 2.7 6.0 3.0 2.1 3.6 11.4 9.3 TANPA OLAH TANAH 3.1 3.6 5.5 2.6 2.5 2.9 11.1 9.1 30.9 29.7
Tabela kuadrat 2
1
Tabela sebar 1 m 2 3
25.0 24.5 23.5 73.0
26.2 16.0 22.7 64.9
3.1 3.4 3.3 9.8
2.5 4.4 2.3 9.2
3.7 2.9 2.2 8.8
19.0 19.0 3.1 41.1
15.7 20.7 21.2 57.6
22.5 21.7 28.7 72.9
2.6 3.1 1.9 7.6
1.9 3.4 1.9 7.2
3.4 3.0 6.6 13.0
27.7 25.2 27.7 80.6 171.1
20.7 22.5 20.5 63.7 194.3
22.7 24.2 20.5 67.4 205.2
3.0 2.9 3.0 8.9 26.3
2.4 3.0 2.3 7.7 24.1
3.5 3.7 1.9 9.1 30.9
5% 3.93 3.93
1% 6.51 6.51
0.43 tn 0.70 tn
3.08 3.33
4.32 4.68
2.99 3.21 3.21 3.38
3.94 4.18 4.18 4.41
** tn tn tn
1
23.2 23.2 3.0 49.4
F. hitung 0.01 1.08 tn
77.13 0.86 1.10 0.39
3
F. tabel
116
Tabel Lampiran 25. Hasil pengamatan jumlah anakan padi Tapin dan Tabela (m2) Perlakuan
Tapin 2
1
3
1
IR 64 S.3294-d-Jkn-Si-17-1-1 S.3383-1d-Pn-41-3-1
116 120 111 347
96 97 99 292
94 127 97 318
229 187 164 580
IR 64 S.3294-d-Jkn-Si-17-1-1 S.3383-1d-Pn-41-3-1
106 103 73 282
98 80 98 276
107 90 122 319
154 155 176 485
IR 64 S.3294-d-Jkn-Si-17-1-1 S.3383-1d-Pn-41-3-1
127 123 149 399 1028
147 163 169 479 1047
165 123 116 404 1041
236 229 236 701 1766
Jumlah kuadrat 11367.7 13680.5 26179.4 1646.2 3944.6 8171.2 131259.7 10044.8 2549.9 4561.9 74699.0 288104.9
Kuadrat tengah 5683.9 6840.3 6544.9 823.1 986.2 680.9 43753.2 1674.1 425.0 380.2 1383.3
Total Sumber keragaman Ulangan P. lahan (P) Galat a Varietas (V) PxV Galat b Cara tanam (C) PxC VxC PxVxC Galat c Total
Derajat bebas 2 2 4 2 4 12 3 6 6 12 54 107
Tabela sebar 2 3 OLAH TANAH SEMPURNA 223 196 208 178 260 185 691 559 OLAH TANAH MINIMUM 165 169 210 190 175 134 550 493 TANPA OLAH TANAH 223 132 158 206 166 96 547 434 1788 1486
Tabela kuadrat 2
1
Tabela sebar 1 m 2 3
219 153 211 583
177 176 187 540
185 270 166 621
276 261 279 816
203 128 187 518
143 159 116 418
97 130 138 365
184 222 204 610
134 237 212 583
186 268 192 646
192 135 170 497
191 192 191 574 1512
148 184 118 450 1398
146 125 139 410 1560
275 314 275 864 2068
249 216 182 647 2109
133 188 152 473 1488
5% 3.93 3.93
1% 6.51 6.51
1.21 tn 1.45 tn
3.08 3.33
4.32 4.68
2.99 3.21 3.21 3.38
3.94 4.18 4.18 4.41
** tn tn tn
1
168 168 184 520
F. hitung 0.87 1.05 tn
31.63 1.21 0.31 0.27
3
F. tabel
117
Tabel Lampiran 26. Hasil pengamatan volume akar padi sawah Tapin dan Tabela (mm) Perlakuan 1
Tapin 2
3
1
IR 64 S.3294-d-Jkn-Si-17-1-1 S.3383-1d-Pn-41-3-1
115.2 191.2 118.4 424.8
175.8 73.4 162.8 412.0
213.8 183.2 119.6 516.6
164.4 173.6 138.4 476.4
IR 64 S.3294-d-Jkn-Si-17-1-1 S.3383-1d-Pn-41-3-1
125.6 146.8 0.0 272.4
228.4 156.4 330.8 715.6
443.6 174.4 215.8 833.8
114.0 167.6 187.6 469.2
IR 64 S.3294-d-Jkn-Si-17-1-1 S.3383-1d-Pn-41-3-1
265.6 264.0 345.8 875.4 1572.6
246.8 199.6 238.4 684.8 1812.4
229.6 178.8 271.8 680.2 2030.6
311.6 310.4 311.6 933.6 1879.2
Jumlah kuadrat 173883.0 47314.9 165906.0 16673.4 5252.4 162270.2 130966.6 135215.6 18933.3 116412.4 578849.3 1551676.9
Kuadrat tengah 86941.5 23657.5 41476.5 8336.7 1313.1 13522.5 43655.5 22535.9 3155.5 9701.0 10719.4
Total Sumber keragaman Ulangan P. lahan (P) Galat a Varietas (V) PxV Galat b Cara tanam (C) PxC VxC PxVxC Galat c Total
Derajat bebas 2 2 4 2 4 12 3 6 6 12 54 107
Tabela sebar Tabela kuadrat 2 3 1 2 3 OLAH TANAH SEMPURNA 443.6 247.6 157.2 225.6 233.4 150.4 199.6 269.8 176.6 321.6 228.8 177.6 155.4 280.2 338.4 822.8 624.8 582.4 682.4 893.4 OLAH TANAH MINIMUM 450.2 160.2 125.4 252.2 638.0 242.2 186.8 294.4 350.4 595.2 407.4 209.8 126.4 352.6 394.4 1099.8 556.8 546.2 955.2 1627.6 TANPA OLAH TANAH 499.6 182.4 326.6 238.0 384.8 358.4 369.8 363.0 207.6 193.6 289.6 118.4 326.6 395.6 265.4 1147.6 670.6 1016.2 841.2 843.8 3070.2 1852.2 2144.8 2478.8 3364.8 F. hitung 2.10 0.57 tn
5% 3.93 3.93
1% 6.51 6.51
0.62 tn 0.10 tn
3.08 3.33
4.32 4.68
4.07 2.10 0.29 0.90
2.99 3.21 3.21 3.38
3.94 4.18 4.18 4.41
** tn tn tn
1
Tabela sebar 1 m 2 3
137.8 127.4 120.6 385.8
582.4 493.4 518.4 1594.2
408.4 214.4 262.8 885.6
135.6 240.8 178.4 554.8
234.4 160.4 490.2 885.0
204.4 190.8 133.4 528.6
245.4 343.6 245.4 834.4 1775.0
502.0 353.0 213.6 1068.6 3547.8
143.6 211.4 184.6 539.6 1953.8
F. tabel
118
Tabel Lampiran 27. Hasil pengamatan kerebahan padi sawah Tapin dan Tabela (Data transformasi Vx+1) Perlakuan 1
Tapin 2
3
1
Tabela sebar 2 3 OLAH TANAH SEMPURNA
IR 64 S.3294-d-Jkn-Si-17-1-1 S.3383-1d-Pn-41-3-1
15.5 14.9 26.4 56.8
14.0 14.1 24.2 52.3
16.0 14.0 25.2 55.2
19.4 18.1 34.1 71.6
20.4 22.8 37.2 80.4
IR 64 S.3294-d-Jkn-Si-17-1-1 S.3383-1d-Pn-41-3-1
14.6 14.6 25.2 54.4
12.7 14.0 23.5 50.2
13.5 15.7 25.3 54.4
14.6 14.6 25.2 54.4
20.5 18.7 33.2 72.4
IR 64 S.3294-d-Jkn-Si-17-1-1 S.3383-1d-Pn-41-3-1
16.0 16.0 27.6 59.6 170.8
18.1 18.4 31.0 67.5 170.0
15.7 15.3 28.4 59.4 169.0
16.0 16.0 27.6 59.6 185.6
17.8 18.2 33.1 69.1 222.0
18.9 19.3 33.5 71.6
1
Tabela kuadrat 2
3
1
Tabela sebar 1 m 2 3
18.4 19.2 32.3 69.8
17.5 20.6 34.2 72.2
18.8 19.4 32.9 71.0
23.3 18.2 35.3 76.8
22.9 23.6 40.4 86.9
16.0 19.4 32.2 67.6
14.6 14.6 25.2 54.4
16.2 16.6 27.0 59.8
21.1 20.2 34.9 76.3
14.6 14.6 25.2 54.4
23.2 19.6 36.0 78.8
16.5 18.5 31.5 66.5
16.0 16.0 27.6 59.6 183.8
19.2 15.4 30.0 64.6 196.7
15.8 16.7 28.7 61.2 208.5
16.0 16.0 27.6 59.6 190.8
20.8 19.1 36.0 75.9 241.6
19.4 17.5 30.8 67.7 201.7
OLAH TANAH MINIMUM
19.5 16.4 31.4 67.3
TANPA OLAH TANAH
Total Sumber keragaman Ulangan P. lahan (P) Galat a Varietas (V) PxV Galat b Cara tanam (C) PxC VxC PxVxC Galat c Total
Derajat bebas 2 2 4 2 4 12 3 6 6 12 54 107
Jumlah kuadrat
3.20 29.89 24.75 92.76 11.77 39.68 472.10 51.08 41.08 14.75 158.82 939.87
Kuadrat tengah
1.60 14.94 6.19 46.38 2.94 3.31 157.37 8.51 6.85 1.23 2.94
20.3 13.9 29.5 63.7 202.6
F. hitung
F. tabel
0.26 2.42
tn
5% 3.93 3.93
1% 6.51 6.51
14.03 0.89
* tn
3.08 3.33
4.32 4.68
53.50 2.89 2.33 0.42
** tn tn
2.99 3.21 3.21 3.38
3.94 4.18 4.18 4.41
119
Tabel Lampiran 28. Hasil pengamatan jumlah malai padi sawah Tapin dan Tabela (m2) Perlakuan
Tapin 2
1
3
1
IR 64 S.3294-d-Jkn-Si-17-1-1 S.3383-1d-Pn-41-3-1
232 240 222 694
192 194 198 584
188 254 194 636
458 374 328 1160
IR 64 S.3294-d-Jkn-Si-17-1-1 S.3383-1d-Pn-41-3-1
212 212 212 636
196 160 196 552
214 180 244 638
212 212 212 636
IR 64 S.3294-d-Jkn-Si-17-1-1 S.3383-1d-Pn-41-3-1
254 254 254 762 2092
294 326 338 958 2094
330 246 232 808 2082
254 254 254 762 2558
Jumlah kuadrat 121418.3 110790.3 58566.8 4382.5 10806.6 32328.2 263036.0 96162.6 7879.7 15257.4 262305.3 982933.7
Kuadrat tengah 60709.1 55395.1 14641.7 2191.3 2701.6 2694.0 87678.7 16027.1 1313.3 1271.5 4857.5
Total Sumber keragaman Ulangan P. lahan (P) Galat a Varietas (V) PxV Galat b Cara tanam (C) PxC VxC PxVxC Galat c Total
Derajat bebas 2 2 4 2 4 12 3 6 6 12 54 107
Tabela sebar 2 3 OLAH TANAH SEMPURNA 446 392 416 356 520 370 1382 1118 OLAH TANAH MINIMUM 330 338 420 380 350 268 1100 986 TANPA OLAH TANAH 446 264 316 412 332 192 1094 868 3576 2972 F. hitung 4.15 3.78 * 0.81 tn 1.00 tn 18.05 3.30 0.27 0.26
** * tn tn
Tabela kuadrat 2
1
3
1
Tabela sebar 1 m 2 3
336 336 368 1040
438 306 422 1166
354 352 374 1080
370 540 332 1242
552 522 558 1632
406 256 374 1036
212 212 212 636
194 260 276 730
368 444 408 1220
212 212 212 636
372 536 384 1292
384 270 340 994
254 254 254 762 2438
296 368 236 900 2796
292 250 278 820 3120
254 254 254 762 2640
498 432 364 1294 4218
266 376 304 946 2976
F. tabel 5% 3.93 3.93
1% 6.51 6.51
3.08 3.33
4.32 4.68
2.99 3.21 3.21 3.38
3.94 4.18 4.18 4.41
120
Tabel Lampiran 29. Hasil pengamatan bobot malai padi sawah Tapin dan Tabela (kg/m2) Perlakuan
Tapin 2
1
3
1
IR 64 S.3294-d-Jkn-Si-17-1-1 S.3383-1d-Pn-41-3-1
426 444 406 1276
410 240 326 976
294 460 308 1062
396 380 416 1192
IR 64 S.3294-d-Jkn-Si-17-1-1 S.3383-1d-Pn-41-3-1
248 312 110 670
376 344 280 1000
430 316 458 1204
354 328 442 1124
IR 64 S.3294-d-Jkn-Si-17-1-1 S.3383-1d-Pn-41-3-1
442 542 442 1426 3372
474 582 520 1576 3552
584 550 312 1446 3712
398 408 398 1204 3520
Jumlah kuadrat 9558.7 80494.3 66629.0 15776.5 26611.9 25688.9 35328.1 150695.6 72569.0 18933.3 358478.0 860763.4
Kuadrat tengah 4779.4 40247.1 16657.3 7888.3 6653.0 2140.7 11776.0 25115.9 12094.8 1577.8 6638.5
Total Sumber keragaman Ulangan P. lahan (P) Galat a Varietas (V) PxV Galat b Cara tanam (C) PxC VxC PxVxC Galat c Total
Derajat bebas 2 2 4 2 4 12 3 6 6 12 54 107
Tabela sebar 2 3 OLAH TANAH SEMPURNA 458 402 502 314 606 396 1566 1112 OLAH TANAH MINIMUM 394 264 438 396 444 286 1276 946 TANPA OLAH TANAH 396 292 314 408 432 308 1142 1008 3984 3066
Tabela kuadrat 2
1
1
Tabela sebar 1 m 2 3
408 362 456 1226
478 348 472 1298
426 366 500 1292
404 360 342 1106
506 442 658 1606
404 284 424 1112
278 270 308 856
202 304 364 870
396 382 532 1310
286 430 458 1174
342 364 430 1136
412 326 386 1124
370 368 370 1108 3190
310 288 264 862 3030
326 290 390 1006 3608
524 482 524 1530 3810
396 400 450 1246 3988
264 428 476 1168 3404
F. hitung 0.29 2.42 tn
5% 3.93 3.93
1% 6.51 6.51
3.68 * 3.11 tn
3.08 3.33
4.32 4.68
1.77 3.78 1.82 0.24
2.99 3.21 3.21 3.38
3.94 4.18 4.18 4.41
tn * tn tn
3
F. tabel
121
Tabel Lampiran 30. Hasil pengamatan gabah hampa padi sawah Tapin dan Tabela (kg/ha) Perlakuan 1
Tapin 2
3
1
IR 64 S.3294-d-Jkn-Si-17-1-1 S.3383-1d-Pn-41-3-1
226.6 338.7 359.3 924.6
227.5 296.5 407.1 931.1
397.8 356.4 365.6 1119.8
357.0 348.8 359.8 1065.6
IR 64 S.3294-d-Jkn-Si-17-1-1 S.3383-1d-Pn-41-3-1
265.4 203.9 426.0 895.3
198.7 343.8 410.8 953.3
267.6 201.8 274.8 744.2
300.8 151.8 232.0 684.6
IR 64 S.3294-d-Jkn-Si-17-1-1 S.3383-1d-Pn-41-3-1
259.0 302.4 449.2 1010.6 2830.5
264.0 426.4 474.4 1164.8 3049.2
324.9 404.0 389.1 1118.0 2982.0
422.8 447.6 422.8 1293.2 3043.4
Jumlah kuadrat 65537.0 78974.8 40460.4 45360.6 37345.0 42443.5 68778.0 42030.3 56167.7 36300.3 324175.4 837573.0
Kuadrat tengah 32768.5 39487.4 10115.1 22680.3 9336.3 3537.0 22926.0 7005.1 9361.3 3025.0 6003.2
Total Sumber keragaman Ulangan P. lahan (P) Galat a Varietas (V) PxV Galat b Cara tanam (C) PxC VxC PxVxC Galat c Total
Derajat bebas 2 2 4 2 4 12 3 6 6 12 54 107
Tabela sebar Tabela kuadrat 2 3 1 2 3 OLAH TANAH SEMPURNA 354.1 203.9 324.6 308.8 148.2 312.9 256.4 251.8 315.6 203.6 349.5 242.5 348.9 323.7 237.9 1016.5 702.8 925.3 948.1 589.7 OLAH TANAH MINIMUM 151.4 228.8 212.7 163.5 235.7 263.0 303.1 310.1 207.1 348.6 246.8 155.7 248.2 219.7 359.2 661.2 687.6 771.0 590.3 943.5 TANPA OLAH TANAH 303.4 301.9 275.1 320.0 243.9 354.8 336.4 309.7 518.6 193.2 323.3 201.7 275.1 255.8 201.0 981.5 840.0 859.9 1094.4 638.1 2659.2 2230.4 2556.2 2632.8 2171.3 F. hitung 3.24 3.90 tn
5% 3.93 3.93
1% 6.51 6.51
6.41 ** 2.64 tn
3.08 3.33
4.32 4.68
3.82 1.17 1.56 0.50
2.99 3.21 3.21 3.38
3.94 4.18 4.18 4.41
* tn tn tn
1
Tabela sebar 1 m 2 3
446.7 386.1 466.7 1299.5
351.6 401.2 429.3 1182.1
218.3 218.0 433.7 870.0
282.0 335.8 250.8 868.6
214.7 311.6 471.6 997.9
312.8 165.0 421.0 898.8
340.9 573.3 340.9 1255.1 3423.2
341.3 301.9 339.3 982.5 3162.5
294.7 207.8 166.8 669.3 2438.1
F. tabel
122
Tabel Lampiran 31. Hasil pengamatan GKG padi sawah Tapin dan Tabela (ton/ha) Perlakuan 1
Tapin 2
3
1
IR 64 S.3294-d-Jkn-Si-17-1-1 S.3383-1d-Pn-41-3-1
5.775 5.401 6.977 18.154
5.348 3.153 5.862 14.363
5.500 4.386 6.997 16.884
6.134 6.045 6.329 18.508
IR 64 S.3294-d-Jkn-Si-17-1-1 S.3383-1d-Pn-41-3-1
5.676 5.155 5.709 16.539
4.693 3.375 4.775 12.842
4.630 5.660 5.597 15.887
7.221 5.519 5.548 18.288
IR 64 S.3294-d-Jkn-Si-17-1-1 S.3383-1d-Pn-41-3-1
5.903 5.904 7.303 19.109 53.802
6.316 5.475 6.112 17.903 45.108
5.894 6.278 6.251 18.424 51.194
5.407 5.863 5.407 16.677 53.473
Jumlah kuadrat 3.555 1.483 2.973 0.024 1.203 4.582 4.662 11.114 10.672 6.006 21.169 67.444
Kuadrat tengah 1.778 0.742 0.743 0.012 0.301 0.382 1.554 1.852 1.779 0.501 0.392
Total Sumber keragaman Ulangan P. lahan (P) Galat a Varietas (V) PxV Galat b Cara tanam (C) PxC VxC PxVxC Galat c Total
Derajat bebas 2 2 4 2 4 12 3 6 6 12 54 107
Tabela sebar 2 3 OLAH TANAH SEMPURNA 6.176 6.075 6.560 6.586 6.009 4.403 18.745 17.064 OLAH TANAH MINIMUM 4.879 6.393 6.303 6.732 5.681 5.511 16.863 18.635 TANPA OLAH TANAH 5.752 4.873 5.821 6.534 6.215 4.200 17.788 15.606 53.396 51.305
1
Tabela kuadrat 2
3
1
Tabela sebar 1 m 2 3
7.442 6.940 6.498 20.880
5.599 7.052 6.360 19.011
5.176 5.795 6.868 17.839
6.169 6.389 7.138 19.696
5.402 6.528 5.473 17.403
5.960 5.847 5.062 16.869
5.910 6.393 5.452 17.755
4.985 5.181 5.908 16.074
4.807 7.270 5.939 18.016
6.305 6.680 5.479 18.465
6.293 6.315 5.585 18.192
5.923 5.663 6.081 17.666
6.128 6.762 6.128 19.018 57.653
6.372 5.343 7.188 18.903 53.987
7.123 4.869 6.192 18.184 54.040
5.295 5.200 5.295 15.791 53.952
5.800 5.271 4.549 15.620 51.215
5.985 5.358 4.481 15.825 50.360
F. hitung 2.39 1.00 tn
5% 3.93 3.93
F. tabel 1% 6.51 6.51
0.03 tn 0.79 tn
3.08 3.33
4.32 4.68
3.96 ** 4.73 ** 4.54 ** 1.28
2.99 3.21 3.21 3.38
3.94 4.18 4.18 4.41
123
Tabel Lampiran 32. Hasil pengamatan indeks panen padi sawah Tapin dan Tabela (%) Perlakuan 1
Tapin 2
3
1
IR 64 S.3294-d-Jkn-Si-17-1-1 S.3383-1d-Pn-41-3-1
52.6 52.0 51.0 155.6
47.1 40.5 50.3 137.9
51.9 42.4 54.1 148.4
54.7 53.9 53.9 162.5
IR 64 S.3294-d-Jkn-Si-17-1-1 S.3383-1d-Pn-41-3-1
54.1 53.8 57.4 165.3
42.8 40.9 40.3 124.0
43.5 47.6 48.8 140.0
52.2 45.7 53.5 151.4
IR 64 S.3294-d-Jkn-Si-17-1-1 S.3383-1d-Pn-41-3-1
49.1 47.6 58.7 155.4 476.3
49.0 42.2 48.4 139.6 401.5
47.4 52.0 46.7 146.1 434.4
43.7 42.7 43.7 130.1 443.9
Jumlah kuadrat 346.01 42.77 296.04 66.81 60.99 77.05 28.51 105.20 52.54 176.17 822.87 2074.96
Kuadrat tengah 173.01 21.38 74.01 33.41 15.25 6.42 9.50 17.53 8.76 14.68 15.24
Total Sumber keragaman Ulangan P. lahan (P) Galat a Varietas (V) PxV Galat b Cara tanam (C) PxC VxC PxVxC Galat c Total
Derajat bebas 2 2 4 2 4 12 3 6 6 12 54 107
Tabela sebar 2 3 OLAH TANAH SEMPURNA 45.7 50.4 53.9 50.8 43.0 44.0 142.6 145.2 OLAH TANAH MINIMUM 42.8 52.4 46.0 47.2 46.4 50.1 135.2 149.7 TANPA OLAH TANAH 42.6 48.0 49.3 45.9 49.1 52.4 141.1 146.3 418.9 441.2
1
3
1
Tabela sebar 1 m 2 3
56.8 51.3 54.2 162.2
46.7 53.5 47.1 147.2
46.3 46.3 47.6 140.2
52.0 55.9 56.3 164.2
44.1 44.5 44.9 133.5
46.8 52.9 45.4 145.1
54.7 49.3 55.3 159.2
46.5 44.2 50.1 140.8
40.7 44.0 48.2 132.8
47.9 49.3 52.1 149.3
50.3 54.0 46.5 150.7
48.3 45.5 49.6 143.4
47.7 51.1 47.7 146.5 467.9
50.1 47.9 55.0 153.0 441.0
57.0 44.6 54.5 156.1 429.1
46.4 41.2 46.4 134.0 447.5
44.2 43.0 45.5 132.8 417.0
56.0 45.9 49.6 151.5 440.0
F. hitung 2.34 0.29 tn
5% 3.93 3.93
1% 6.51 6.51
5.20 ** 2.37 tn
3.08 3.33
4.32 4.68
0.62 1.15 0.57 0.96
2.99 3.21 3.21 3.38
3.94 4.18 4.18 4.41
tn tn tn tn
Tabela kuadrat 2
F. tabel
124
Tabel Lampiran 33. Hasil pengamatan tinggi tanaman padi sawah Tabela kuadrat (cm) Perlakuan
OTS (1,2,3) OTS (1,2)-OTM (3) OTS (1,2)-OTO (3) OTM (1,2,3) OTM (1,2)-OTS (3) OTM (1,2)-TOT (3) TOT (1,2,3) TOT (1,2)-OTM (3) TOT (1,2)-OTS (3) Total
Sumber keragaman Ulangan P-lahan (P) Galat a Pupuk urea (U) PxU Galat b Total
Pupuk urea 0 kg/ha 1 2
3
Pupuk urea 100 kg/ha 1 2
3
Pupuk urea 200 kg/ha 1 2
3
Pupuk urea 300 kg/ha 1 2
3
86.5 82.3 84.5 90.5 84.5 78.3 80.5 82.0 88.3
88.0 90.8 85.0 83.0 84.0 68.5 90.3 93.0 93.3
93.3 78.0 76.5 89.5 82.3 81.8 87.5 86.5 86.0
92.0 96.3 84.8 98.0 94.0 92.0 91.8 89.5 98.8
97.8 86.8 85.5 79.5 88.0 89.0 93.8 94.8 92.0
94.3 90.5 88.0 95.5 95.0 83.8 91.8 83.5 93.8
95.5 91.0 88.5 93.8 92.5 80.8 93.8 93.0 100.5
92.8 95.3 91.3 85.5 89.8 91.5 93.8 95.5 97.3
97.0 87.5 92.3 94.3 93.0 88.3 96.8 78.0 92.0
100.0 99.0 99.3 97.0 92.0 96.5 94.5 97.5 100.8
98.5 101.5 95.8 91.8 90.3 89.8 92.5 99.3 95.3
99.0 90.0 85.3 98.0 100.0 91.8 98.5 89.8 87.8
757.3
775.8
761.3
837.0
807.0
816.0
829.3
832.5
819.0
876.5
854.5
840.0
Jumlah kuadrat 56.49 675.82 788.30 1479.10 264.60 823.83 4088.14
Kuadrat tengah 28.25 84.48 49.27 493.03 11.03 15.26 681.31
Derasjat bebas 2 8 16 3 24 54 107
F hitung 0.57 1.71 tn 32.32 ** 0.72 tn
F. tabel 5% 1% 3.63 6.22 2.59 3.89 2.78 1.72
4.18 2.16
125
Tabel Lampiran 34. Hasil pengamatan jumlah anakan total padi sawah Tabela kuadrat (rumpun) Perlakuan
OTS (1,2,3) OTS (1,2)-OTM (3) OTS (1,2)-OTO (3) OTM (1,2,3) OTM (1,2)-OTS (3) OTM (1,2)-TOT (3) TOT (1,2,3) TOT (1,2)-OTM (3) TOT (1,2)-OTS (3) Total
Sumber keragaman Ulangan P-lahan (P) Galat a Pupuk urea (U) PxU Galat b Total
Pupuk urea 0 kg/ha 1 2
3
Pupuk urea 100 kg/ha 1 2
3
Pupuk urea 200 kg/ha 1 2
3
Pupuk urea 300 kg/ha 1 2
3
16.5 16.3 13.8 16.3 17.5 13.8 13.3 15.3 18.3
15.3 15.5 15.8 13.5 13.8 8.8 15.0 17.5 15.3
17.0 12.8 19.3 19.0 15.0 16.5 11.5 12.0 15.5
15.5 20.8 10.8 13.8 14.5 19.8 18.5 17.8 24.0
21.0 17.0 12.3 17.3 19.8 16.0 17.5 22.3 19.5
17.5 17.0 13.5 19.5 18.3 14.0 13.3 16.0 18.3
16.0 20.5 13.5 20.5 17.0 22.8 20.8 20.0 20.8
17.3 20.5 17.5 14.0 17.0 16.8 17.5 18.5 18.5
22.5 20.5 26.0 18.8 21.5 18.8 14.8 19.3 15.5
21.0 25.0 25.8 20.5 20.8 16.3 17.5 24.5 23.0
20.3 17.8 20.8 20.8 19.5 21.3 18.5 23.5 22.3
21.0 18.5 25.0 20.5 23.8 19.0 19.5 15.5 22.0
140.8
130.3
138.5
155.3
162.5
147.3
171.8
157.5
177.5
194.3
184.5
184.8
Jumlah kuadrat 10.316 73.896 226.299 471.479 175.850 312.469 1270.307
Kuadrat tengah 5.158 9.237 14.144 157.160 7.327 5.786 198.812
Derasjat bebas 2 8 16 3 24 54 107
F hitung 0.36 0.65 tn 27.16 ** 1.27 tn
F. tabel 5% 1% 3.63 6.22 2.59 3.89 2.78 1.72
4.18 2.16
126
Tabel Lampiran 35. Hasil pengamatan jumlah anakan produktif padi sawah Tabela kuadrat (rumpun) Perlakuan
OTS (1,2,3) OTS (1,2)-OTM (3) OTS (1,2)-OTO (3) OTM (1,2,3) OTM (1,2)-OTS (3) OTM (1,2)-TOT (3) TOT (1,2,3) TOT (1,2)-OTM (3) TOT (1,2)-OTS (3) Total
Sumber keragaman Ulangan P-lahan (P) Galat a Pupuk urea (U) PxU Galat b Total
Pupuk urea 0 kg/ha 1 2
3
Pupuk urea 100 kg/ha 1 2
3
Pupuk urea 200 kg/ha 1 2
3
Pupuk urea 300 kg/ha 1 2
3
14.8 12.3 11.5 14.0 16.0 11.0 10.0 13.8 15.0
14.0 11.5 11.5 9.5 12.8 8.5 14.5 14.5 14.3
13.0 10.3 14.8 17.0 13.5 13.5 10.3 10.8 9.8
11.5 13.3 9.0 12.8 13.5 17.5 15.0 16.5 20.0
17.3 14.0 11.3 11.5 15.0 14.0 17.0 21.5 13.8
14.5 14.5 10.3 16.8 13.8 9.5 11.0 10.5 14.3
14.0 14.3 12.0 15.8 13.0 17.5 17.0 15.0 17.8
11.8 17.8 12.5 11.0 13.5 13.8 14.3 14.8 14.0
17.5 12.8 19.8 15.3 17.5 13.5 11.8 12.0 12.8
16.3 20.0 19.0 16.0 14.0 13.0 14.8 19.3 19.8
17.0 14.8 15.8 16.3 16.3 17.8 15.3 18.8 16.3
17.0 12.8 19.0 16.0 14.5 14.3 15.8 9.3 16.5
118.3
111.0
112.8
129.0
135.3
115.0
136.3
123.3
132.8
152.0
148.0
135.0
Jumlah kuadrat 22.30 29.62 238.09 163.58 103.84 263.99 821.41
Kuadrat tengah 11.15 3.70 14.88 54.53 4.33 4.89 93.47
Derasjat bebas 2 8 16 3 24 54 107
F hitung 0.75 0.25 tn 11.15 ** 0.89 tn
F. tabel 5% 1% 3.63 6.22 2.59 3.89 2.78 1.72
4.18 2.16
127
Tabel Lampiran 36. Hasil pengamatan indeks anakan produktif padi sawah Tabela kuadrat (%) Perlakuan
OTS (1,2,3) OTS (1,2)-OTM (3) OTS (1,2)-OTO (3) OTM (1,2,3) OTM (1,2)-OTS (3) OTM (1,2)-TOT (3) TOT (1,2,3) TOT (1,2)-OTM (3) TOT (1,2)-OTS (3) Total
Sumber keragaman Ulangan P-lahan (P) Galat a Pupuk urea (U) PxU Galat b Total
Pupuk urea 0 kg/ha 1 2
3
Pupuk urea 100 kg/ha 1 2
3
Pupuk urea 200 kg/ha 1 2
3
Pupuk urea 300 kg/ha 1 2
3
89.4 75.1 83.7 86.2 91.6 78.4 76.5 89.7 81.9
92.3 75.6 74.0 71.1 93.3 72.2 96.3 83.5 93.4
76.7 80.2 75.9 89.0 90.7 81.7 89.5 89.6 64.6
79.2 63.7 82.8 92.8 93.1 88.6 78.4 93.1 85.2
82.7 83.6 89.7 66.7 75.7 87.0 98.6 96.2 71.3
81.7 88.0 74.9 86.0 75.9 69.9 82.9 63.8 72.2
88.5 69.5 92.5 79.4 76.3 76.8 88.4 75.3 86.1
68.8 86.7 71.0 79.8 80.2 82.0 83.2 79.9 75.8
77.9 64.4 77.4 80.9 81.5 72.2 78.1 62.8 82.1
77.0 80.2 74.2 78.5 71.3 81.9 84.9 79.7 85.5
83.6 80.8 75.8 80.5 83.4 83.4 80.8 80.5 73.4
80.8 68.9 77.3 78.6 61.5 76.0 81.9 61.2 77.5
752.5
751.7
737.8
756.9
751.6
695.2
732.7
707.3
677.3
713.0
722.0
663.6
Jumlah kuadrat 542.19 531.23 1216.15 521.99 960.80 3296.71 7069.08
Kuadrat tengah 271.10 66.40 76.01 174.00 40.03 61.05 688.59
Derasjat bebas 2 8 16 3 24 54 107
F hitung 3.57 0.87 tn 2.85 * 0.66 tn
F. tabel 5% 1% 3.63 6.22 2.59 3.89 2.78 1.72
4.18 2.16
128
Tabel Lampiran 37. Hasil pengamatan volume akar padi sawah Tabela kuadrat (mm) Perlakuan
OTS (1,2,3) OTS (1,2)-OTM (3) OTS (1,2)-OTO (3) OTM (1,2,3) OTM (1,2)-OTS (3) OTM (1,2)-TOT (3) TOT (1,2,3) TOT (1,2)-OTM (3) TOT (1,2)-OTS (3) Total
Sumber keragaman Ulangan P-lahan (P) Galat a Pupuk urea (U) PxU Galat b Total
Pupuk urea 0 kg/ha 1 2
3
Pupuk urea 100 kg/ha 1 2
3
Pupuk urea 200 kg/ha 1 2
3
Pupuk urea 300 kg/ha 1 2
3
290 185 150 240 230 180 205 240 330
335 345 195 205 260 400 225 300 285
270 150 250 420 270 250 170 210 260
150 300 110 210 190 250 270 270 430
320 350 170 225 330 310 550 330 290
310 265 260 320 250 200 205 215 220
190 250 230 270 230 150 265 360 360
300 395 300 300 280 275 360 280 320
350 270 365 225 270 270 240 225 280
240 270 220 320 430 170 260 390 390
290 330 280 340 330 290 380 320 330
240 270 260 305 310 270 210 250 240
2050
2550
2250
2180
2875
2245
2305
2810
2495
2690
2890
2355
Jumlah kuadrat 62896.3 46639.4 173395.4 23724.8 92877.3 135691.7 535224.8
Kuadrat tengah 31448.1 5829.9 10837.2 7908.3 3869.9 2512.8 62406.2
Derasjat bebas 2 8 16 3 24 54 107
F hitung 2.90 0.54 tn 3.15 * 1.54 tn
F. tabel 5% 1% 3.63 6.22 2.59 3.89 2.78 1.72
4.18 2.16
129
Tabel Lampiran 38. Hasil pengamatan panjang akar padi sawah Tabela kuadrat (g/m2) Perlakuan
OTS (1,2,3) OTS (1,2)-OTM (3) OTS (1,2)-OTO (3) OTM (1,2,3) OTM (1,2)-OTS (3) OTM (1,2)-TOT (3) TOT (1,2,3) TOT (1,2)-OTM (3) TOT (1,2)-OTS (3) Total
Sumber keragaman Ulangan P-lahan (P) Galat a Pupuk urea (U) PxU Galat b Total
Pupuk urea 0 kg/ha 1 2
3
Pupuk urea 100 kg/ha 1 2
3
Pupuk urea 200 kg/ha 1 2
3
Pupuk urea 300 kg/ha 1 2
3
21.3 20.5 20.5 23.5 21.0 21.3 20.8 20.5 20.3
22.0 19.3 18.3 18.3 20.8 23.8 19.5 21.0 17.3
23.3 15.3 20.5 18.8 20.3 18.3 18.5 18.8 21.5
20.5 19.8 19.0 22.3 19.5 21.8 23.3 21.8 25.8
20.8 20.0 20.0 18.5 20.5 21.0 25.5 25.5 19.5
21.5 21.5 21.8 22.3 21.5 15.3 17.5 20.0 21.8
25.8 21.0 20.5 20.5 22.3 18.8 21.8 22.3 21.8
20.5 21.8 19.8 19.8 21.3 21.8 20.5 18.0 18.8
19.8 21.5 22.0 19.0 19.3 18.5 20.0 20.5 20.8
21.0 20.8 20.0 19.8 19.8 19.8 19.3 21.0 20.8
21.3 20.5 20.0 20.8 18.8 20.8 22.8 20.0 18.3
21.5 18.8 21.8 19.0 20.8 20.5 18.5 16.5 20.3
189.5
180.0
175.0
193.5
191.3
183.0
194.5
182.0
181.3
182.0
183.0
177.5
Jumlah kuadrat 25.45 20.27 96.64 15.65 55.97 143.88 357.85
Kuadrat tengah 12.72 2.53 6.04 5.22 2.33 2.66 31.51
Derasjat bebas 2 8 16 3 24 54 107
F hitung 2.11 0.42 tn 1.96 tn 0.88 tn
F. tabel 5% 1% 3.63 6.22 2.59 3.89 2.78 1.72
4.18 2.16
130
Tabel Lampiran 39. Hasil pengamatan bobot kering akar padi sawah Tabela kuadrat (g/m2) Perlakuan
OTS (1,2,3) OTS (1,2)-OTM (3) OTS (1,2)-OTO (3) OTM (1,2,3) OTM (1,2)-OTS (3) OTM (1,2)-TOT (3) TOT (1,2,3) TOT (1,2)-OTM (3) TOT (1,2)-OTS (3) Total
Sumber keragaman Ulangan P-lahan (P) Galat a Pupuk urea (U) PxU Galat b Total
Pupuk urea 0 kg/ha 1 2
3
Pupuk urea 100 kg/ha 1 2
3
Pupuk urea 200 kg/ha 1 2
3
Pupuk urea 300 kg/ha 1 2
3
21.3 20.5 20.5 23.5 21.0 21.3 20.8 20.5 20.3
22.0 19.3 18.3 18.3 20.8 23.8 19.5 21.0 17.3
23.3 15.3 20.5 18.8 20.3 18.3 18.5 18.8 21.5
20.5 19.8 19.0 22.3 19.5 21.8 23.3 21.8 25.8
20.8 20.0 20.0 18.5 20.5 21.0 25.5 25.5 19.5
21.5 21.5 21.8 22.3 21.5 15.3 17.5 20.0 21.8
25.8 21.0 20.5 20.5 22.3 18.8 21.8 22.3 21.8
20.5 21.8 19.8 19.8 21.3 21.8 20.5 18.0 18.8
19.8 21.5 22.0 19.0 19.3 18.5 20.0 20.5 20.8
21.0 20.8 20.0 19.8 19.8 19.8 19.3 21.0 20.8
21.3 20.5 20.0 20.8 18.8 20.8 22.8 20.0 18.3
21.5 18.8 21.8 19.0 20.8 20.5 18.5 16.5 20.3
189.5
180.0
175.0
193.5
191.3
183.0
194.5
182.0
181.3
182.0
183.0
177.5
Jumlah kuadrat 25.45 20.27 96.64 15.65 55.97 143.88 357.85
Kuadrat tengah 12.72 2.53 6.04 5.22 2.33 2.66 31.51
Derasjat bebas 2 8 16 3 24 54 107
F hitung 2.11 0.42 tn 1.96 tn 0.88 tn
F. tabel 5% 1% 3.63 6.22 2.59 3.89 2.78 1.72
4.18 2.16
131
Tabel Lampiran 40. Hasil pengamatan obobt kering daun padi sawah Tabela kuadrat (g/m2) Perlakuan
Pupuk urea 0 kg/ha 1 2
3
Pupuk urea 100 kg/ha 1 2
3
Pupuk urea 200 kg/ha 1 2
3
Pupuk urea 300 kg/ha 1 2
3
OTS (1,2,3) OTS (1,2)-OTM (3) OTS (1,2)-OTO (3) OTM (1,2,3) OTM (1,2)-OTS (3) OTM (1,2)-TOT (3) TOT (1,2,3) TOT (1,2)-OTM (3) TOT (1,2)-OTS (3)
8.5 6.7 5.3 8.6 8.1 5.7 12.1 6.6 7.3
4.3 8.9 4.6 5.5 9.5 7.8 4.8 5.7 10.2
10.1 3.3 6.4 6.8 7.2 7.3 5.7 8.5 8.7
11.0 10.9 5.3 9.7 10.6 7.3 10.4 10.2 17.0
10.9 10.2 7.4 8.3 7.9 9.2 6.9 9.2 10.2
11.3 8.3 9.9 12.0 8.4 5.5 10.3 8.3 9.5
11.6 11.2 10.0 12.0 11.6 13.1 13.6 11.1 15.8
11.4 11.1 9.1 9.9 12.1 12.3 12.2 15.1 13.7
13.1 11.9 11.7 11.5 10.6 14.2 12.1 5.2 13.6
12.9 14.6 14.8 12.9 12.0 4.7 11.1 15.5 13.9
15.7 12.9 9.8 8.9 12.7 14.5 11.0 19.5 12.6
10.3 14.3 12.2 13.0 12.6 10.3 14.4 5.9 15.3
Total
68.9
61.2
63.7
92.3
80.1
83.4
110.0
106.8
103.8
112.1
117.6
108.1
Jumlah kuadrat 8.71 92.02 139.17 479.84 73.72 276.57 1070.03
Kuadrat tengah 4.35 11.50 8.70 159.95 3.07 5.12 192.70
Sumber keragaman Ulangan P-lahan (P) Galat a Pupuk urea (U) PxU Galat b Total
Derasjat bebas 2 8 16 3 24 54 107
F hitung 0.50 1.32 tn 31.23 ** 0.60
F. tabel 5% 1% 3.63 6.22 2.59 3.89 2.78 1.72
4.18 2.16
132
Tabel Lampiran 41. Hasil pengamatan bobot kering jerami padi sawah Tabela kuadrat (ton/ha) Perlakuan
OTS (1,2,3) OTS (1,2)-OTM (3) OTS (1,2)-OTO (3) OTM (1,2,3) OTM (1,2)-OTS (3) OTM (1,2)-TOT (3) TOT (1,2,3) TOT (1,2)-OTM (3) TOT (1,2)-OTS (3) Total
Sumber keragaman Ulangan P-lahan (P) Galat a Pupuk urea (U) PxU Galat b Total
Pupuk urea 0 kg/ha 1 2
3
Pupuk urea 100 kg/ha 1 2
3
Pupuk urea 200 kg/ha 1 2
3
Pupuk urea 300 kg/ha 1 2
3
5.22 5.12 4.75 5.86 5.13 4.48 6.82 4.28 5.58
4.45 5.45 4.42 2.57 5.40 5.03 5.18 6.16 5.49
5.29 3.04 4.84 4.74 6.74 4.05 3.46 4.42 4.62
6.95 7.35 6.26 6.79 6.77 7.45 6.89 5.63 5.60
7.82 7.45 5.36 6.00 6.10 6.38 5.28 5.58 6.31
7.02 6.08 5.61 6.87 6.12 3.58 6.04 5.48 5.74
9.64 6.25 5.41 8.79 7.44 7.88 7.09 6.12 8.70
9.73 7.25 6.00 5.13 7.85 7.43 6.88 8.64 7.14
7.97 9.98 8.15 10.00 7.36 5.10 7.30 5.18 6.92
6.72 10.46 6.72 8.47 8.75 8.58 8.24 8.07 8.58
9.97 10.49 8.93 7.26 8.26 8.06 7.82 7.86 9.07
10.94 5.93 8.00 8.77 8.85 9.59 8.75 5.74 7.03
47.24
44.14
41.19
59.69
56.26
52.54
67.31
66.03
67.96
74.56
77.71
73.59
Derasjat bebas 2 8 16 3 24 54 107
Jumlah kuadrat 2.622 21.749 35.905 182.282 15.318 67.923 325.799
Kuadrat tengah 1.311 2.719 2.244 60.761 0.638 1.258
F hitung 0.58 1.21 tn 48.31 ** 0.51 tn
F. tabel 5% 1% 3.63 6.22 2.59 3.89 2.78 1.72
4.18 2.16
133
Tabel Lampiran 42. Hasil pengamatan GKG padi sawah Tabela kuadrat (ton/ha) Perlakuan
OTS (1,2,3) OTS (1,2)-OTM (3) OTS (1,2)-OTO (3) OTM (1,2,3) OTM (1,2)-OTS (3) OTM (1,2)-TOT (3) TOT (1,2,3) TOT (1,2)-OTM (3) TOT (1,2)-OTS (3) Total
Sumber keragaman Ulangan P-lahan (P) Galat a Pupuk urea (U) PxU Galat b Total
Pupuk urea 0 kg/ha 1 2
3
Pupuk urea 100 kg/ha 1 2
3
Pupuk urea 200 kg/ha 1 2
3
Pupuk urea 300 kg/ha 1 2
3
4.47 4.47 4.50 3.94 4.77 3.68 4.38 4.35 4.72
4.74 5.01 4.04 2.97 4.85 4.51 5.40 3.69 5.64
4.12 3.18 4.05 4.75 5.36 3.75 3.83 3.78 4.88
6.23 6.01 5.80 6.25 6.01 5.18 5.70 6.05 6.25
6.28 6.41 5.04 4.76 6.26 5.80 5.28 6.61 5.61
5.70 5.42 5.22 6.35 6.38 5.49 5.12 3.44 5.74
6.26 7.00 5.44 6.29 5.88 5.93 5.72 5.94 6.86
6.33 5.82 5.60 5.77 6.14 6.40 6.71 6.68 6.54
6.18 6.06 5.80 6.82 6.46 6.17 5.69 6.31 5.95
5.62 5.00 5.72 5.79 5.76 5.77 5.50 6.33 5.45
5.94 5.17 5.73 5.83 6.24 6.85 5.00 6.47 6.99
5.34 4.79 5.75 6.28 6.26 6.01 5.50 6.22 5.66
39.28
40.85
37.71
53.48
52.04
48.85
55.31
55.98
55.43
50.93
54.23
51.81
Derasjat bebas 2 8 16 3 24 54 107
Jumlah kuadrat 1.205 4.778 9.014 51.030 8.496 10.967 85.491
Kuadrat tengah 0.603 0.597 0.563 17.010 0.354 0.203
F hitung 1.07 1.06 tn 83.75 ** 1.74 *
F. tabel 5% 1% 3.63 6.22 2.59 3.89 2.78 1.72
4.18 2.16
134
Tabel Lampiran 43. Hasil pengamatan indeks panen padi sawah Tabela kuadrat (%) Perlakuan
OTS (1,2,3) OTS (1,2)-OTM (3) OTS (1,2)-OTO (3) OTM (1,2,3) OTM (1,2)-OTS (3) OTM (1,2)-TOT (3) TOT (1,2,3) TOT (1,2)-OTM (3) TOT (1,2)-OTS (3) Total
Sumber keragaman Ulangan P-lahan (P) Galat a Pupuk urea (U) PxU Galat b Total
Pupuk urea 0 kg/ha 1 2
3
Pupuk urea 100 kg/ha 1 2
3
Pupuk urea 200 kg/ha 1 2
3
Pupuk urea 300 kg/ha 1 2
3
50.2 50.7 52.7 44.2 52.3 49.2 43.0 54.5 49.8
55.6 52.0 51.8 57.6 51.4 51.3 55.1 41.3 54.7
47.8 55.2 49.6 54.1 48.4 52.1 56.6 50.1 55.4
52.6 49.1 52.1 52.0 52.3 45.0 49.3 55.8 56.8
49.8 50.3 52.5 48.3 54.7 51.7 54.0 58.2 50.3
48.8 51.2 52.2 52.1 56.2 64.3 50.0 42.5 54.0
43.3 56.8 54.2 45.7 48.2 47.0 48.7 53.3 48.1
43.6 48.6 52.3 57.0 47.9 50.3 53.4 47.6 51.9
48.9 41.7 45.6 44.5 50.8 58.7 47.8 58.9 50.3
49.6 36.0 50.0 44.6 43.6 44.2 44.0 48.0 42.8
41.2 36.7 43.0 48.6 47.1 50.0 43.0 49.2 47.6
36.5 48.7 45.8 45.7 45.4 42.4 42.5 56.0 48.6
446.5
470.9
469.4
465.0
469.8
471.5
445.3
452.7
447.2
402.8
406.3
411.8
Derasjat bebas 2 8 16 3 24 54 107
Jumlah kuadrat 29.96 163.08 348.98 769.57 275.28 1,153.85 2,740.71
Kuadrat tengah 14.98 20.38 21.81 256.52 11.47 21.37
F hitung 0.69 0.93 tn 12.01 ** 0.54 tn
F. tabel 5% 1% 3.63 6.22 2.59 3.89 2.78 1.72
4.18 2.16
135
Tabel Lampiran 44. Hasil analisis regresi pengaruh dosis pupuk urea pada setiap persiapan lahan padi sawah Tabela kuadrat (%)
Persiapan lahan 3.OTS SK Regression Residuals
DB 2 1
Persiapan lahan 3.OTM JK 1.969 0.019
KT 0.984 0.019
F 2.000
P 0.099
Persiapan lahan 2.OTS-OTM.3 SK Regression Residuals
DB 2 1
DB 2 1
DB 2 1
JK 3.512 0.015
KT 1.756 0.015
F 116.110
P 0.065
Persiapan lahan 2.OTM-OTM.3 JK 2.649 0.003
KT 1.324 0.003
F 380.058
P 0.036
Persiapan lahan 2.OTS-TOT.3 SK Regression Residuals
SK Regression Residuals
Persiapan lahan 3.TOT
SK Regression Residuals
DB 2 1
KT 0.726 0.028
F 25.698
P 0.138
SK Regression Residuals
DB 2 1
DB 2 1
JK 1.061 0.074
KT 0.530 0.074
F 7.208
JK 3.801 0.009
KT 1.900 0.009
F 210.423
JK 0.956 0.031
KT 0.478 0.031
F 15.277
Persiapan lahan 2.TOT-OTM.3 JK 0.933 0.078
KT 0.466 0.078
F 5.960
P 0.278
Persiapan lahan 2.OTM-OTS.3 JK 1.453 0.028
SK Regression Residuals
SK Regression Residuals
DB 2 1
Persiapan lahan 2.TOT-OTS.3 JK 3.247 0.002
KT 1.624 0.002
F 828.29
P 0.025
SK Regression Residuals
DB 2 1
136
Tabel Lampiran 34. Hasil analisa biaya produksi untuk persiapan lahan dan cara tanam padi sawah Keterangan Total biaya (rp.) Biaya TK (rp.) Poduksi (ton/ha) Penjualan (1200/kg) Keuntungan Ratio B/C Ratio R/C Ratio R/LC Total biaya (rp.) Biaya TK (rp.) Poduksi (ton/ha) Penjualan (1200/kg) Keuntungan Ratio B/C Ratio R/C Ratio R/LC Total biaya (rp.) Biaya TK (rp.) Poduksi (ton/ha) Penjualan (1200/kg) Keuntungan Ratio B/C Ratio R/C Ratio R/LC Total biaya (rp.) Biaya TK (rp.)
Persiapan lahan TOT OTM TAPIN (25 x 25) 2,985,000 3,084,000 387,000 606,000 6,160 5,030 7,392,000 6,036,000 4,407,000 2,952,000 2.48 1.96 1.48 0.96 11.39 4.87 TABELA SEBAR 2,966,505 3,064,500 366,000 464,000 5,563 5,976 6,675,600 7,171,200 3,709,095 4,106,700 2.25 2.34 1.25 1.34 10.13 8.85 TABELA SEBAR 1 m 2,931,500 3,029,500 366,000 464,000 5,258 6,036 6,309,600 7,243,200 3,378,100 4,213,700 2.15 2.39 1.15 1.39 9.23 9.08 TABELA KUADRAT (25 x 25) 2,884,000 2,982,000 366,000 504,000
OTS 3,184,000 706,000 5,489 6,586,800 3,402,800 2.07 1.07 4.82 3,164,500 564,000 6,035 7,242,000 4,077,500 2.29 1.29 7.23 3,129,500 564,000 5,996 7,195,200 4,065,700 2.30 1.30 7.21 3,082,000 604,000
137
Poduksi (ton/ha) Penjualan (1200/kg) Keuntungan Ratio B/C Ratio R/C Ratio R/LC
6,234 7,480,800 4,596,800 2.59 1.59 12.56
5,761 6,913,200 3,931,200 2.32 1.32 7.80
6,414 7,696,800 4,614,800 2.50 1.50 7.64
Tabel Lampiran 45. Hasil pengamatan tinggi tanaman kedelai PTR-6 (cm) Perlakuan 1 OTS (1,2,3,4) OTS (1,2)-OTM (3,4) OTS (1,2)-OTO (3,4) OTM (1,2,3,4) OTM (1,2)-OTS (3,4) OTM (1,2)-TOT (3,4) TOT (1,2,3,4) TOT (1,2)-OTM (3,4) TOT (1,2)-OTS (3,4) Total
Sumber keragaman Ulangan Pupuk urea (U) Galat a P. lahan (P) UxP Galat b Total
Pupuk urea 0 kg/ha 2 3
4
1
Pupuk urea 50 kg/ha 2 3
4
1
Pupuk urea 100 kg/ha 2 3
4
62.3 64.5 64.0 71.5 67.3 73.5 67.0 66.5 69.8
62.5 66.0 77.5 60.5 66.0 77.0 76.0 66.3 75.5
64.5 60.0 66.0 66.5 73.5 62.0 69.8 63.8 70.8
63.3 67.3 70.5 65.5 63.8 78.0 71.0 72.0 75.0
71.3 71.0 81.8 64.3 65.7 68.7 79.5 92.3 85.5
64.8 75.5 77.3 58.0 65.7 54.3 84.3 87.3 85.3
71.0 68.5 75.3 62.0 68.3 62.3 78.5 86.8 82.5
74.5 73.3 73.0 62.3 62.3 63.7 79.5 88.0 86.3
68.5 90.0 70.3 74.5 73.5 83.5 67.8 68.0 68.5
73.3 73.5 80.0 76.8 73.0 74.8 70.0 65.5 64.5
70.3 67.0 65.3 74.5 70.5 70.5 71.0 58.8 63.3
69.0 78.3 76.3 70.0 65.3 73.3 60.5 62.5 67.5
606.3
627.3
596.8
626.3
679.9
652.3
655.2
662.8
664.5
651.3
611.0
622.5
Jumlah kuadrat 157.050 521.236 791.253 709.489 3360.195 600.640 6139.863
Kuadrat tengah 52.350 260.618 131.875 88.686 210.012 8.342 751.884
Derasjat bebas 3 2 6 8 16 72 107
F hitung 0.40 1.98 tn 10.63 ** 25.17 **
F. tabel 5% 1% 4.76 9.78 5.14 10.92 2.08 1.82
2.78 2.31
138
Tabel Lampiran 46. Hasil pengamatan jumlah bintil akar kedelai PTR-6 Perlakuan 1 OTS (1,2,3,4) OTS (1,2)-OTM (3,4) OTS (1,2)-OTO (3,4) OTM (1,2,3,4) OTM (1,2)-OTS (3,4) OTM (1,2)-TOT (3) TOT (1,2,3,4) TOT (1,2)-OTM (3,4) TOT (1,2)-OTS (3,4) Total
Sumber keragaman Ulangan Pupuk urea (U) Galat a P. lahan (P) UxP Galat b Total
Pupuk urea 0 kg/ha 2 3
4
1
Pupuk urea 50 kg/ha 2 3
4
1
Pupuk urea 100 kg/ha 2 3
4
48.75 25.50 30.50 10.00 13.75 15.50 21.00 15.25 10.75
15.50 47.75 40.00 12.25 2.00 28.00 14.25 23.25 15.75
23.50 22.00 32.25 13.25 25.50 14.25 7.50 15.50 27.75
26.50 24.75 43.00 22.75 10.25 23.50 25.50 17.00 14.50
8.00 20.75 14.50 24.25 18.50 24.75 22.25 17.00 21.50
24.75 23.25 7.00 36.00 44.25 14.25 21.75 22.00 15.50
13.75 14.50 11.25 38.75 10.75 12.00 17.00 14.25 21.00
8.50 19.50 9.00 39.50 16.50 25.00 23.50 17.00 8.50
11.75 19.00 14.50 12.75 32.75 22.50 42.50 30.00 21.25
18.25 31.75 15.25 16.50 9.50 18.00 18.75 13.00 38.50
25.50 20.25 19.50 9.75 13.25 26.75 43.50 20.25 24.25
10.25 16.25 24.25 33.75 18.25 15.75 60.00 42.75 27.25
191.00
198.75
181.50
207.75
171.50
208.75
153.25
167.00
207.00
179.50
203.00
248.50
Jumlah kuadrat 141.234 264.347 2142.481 611.771 4866.726 3740.503 11767.063
Kuadrat tengah 47.078 132.174 357.080 76.471 304.170 51.951 968.925
Derasjat bebas 3 2 6 8 16 72 107
F hitung 0.13 0.37 tn 1.47 tn 5.85 **
F. tabel 5% 1% 4.76 9.78 5.14 10.92 2.08 1.82
2.78 2.31
139
Tabel Lampiran 47. Hasil pengamatan jumlah cabang produktif kedelai PTR-6 Perlakuan 1 OTS (1,2,3,4) OTS (1,2)-OTM (3,4) OTS (1,2)-OTO (3,4) OTM (1,2,3,4) OTM (1,2)-OTS (3,4) OTM (1,2)-TOT (3) TOT (1,2,3,4) TOT (1,2)-OTM (3,4) TOT (1,2)-OTS (3,4) Total
Sumber keragaman Ulangan Pupuk urea (U) Galat a P. lahan (P) UxP Galat b Total
Pupuk urea 0 kg/ha 2 3
4
1
Pupuk urea 50 kg/ha 2 3
4
1
Pupuk urea 100 kg/ha 2 3
4
20.00 20.00 18.50 20.50 20.75 18.50 16.25 17.75 20.75
18.25 17.75 16.50 15.25 23.50 20.75 18.50 15.00 22.50
21.25 17.25 19.50 16.00 24.50 19.25 20.50 21.50 18.25
17.75 22.25 18.00 20.25 19.50 22.00 22.00 19.75 21.00
19.00 19.50 17.50 19.00 20.25 21.50 17.50 29.25 18.50
20.75 22.75 21.25 12.25 12.75 13.75 21.75 24.50 16.50
16.75 15.25 19.75 16.50 18.75 15.75 22.25 19.75 27.75
19.50 17.50 26.25 20.75 14.25 20.50 19.00 27.00 22.00
19.75 22.50 21.50 19.25 21.25 21.25 19.50 23.50 22.75
14.25 22.50 18.75 19.00 23.00 18.50 13.50 16.00 23.75
20.75 21.00 14.50 22.50 22.00 15.25 18.25 15.75 16.50
21.75 27.50 18.00 18.00 20.75 18.25 20.25 23.25 23.00
173.00
168.00
178.00
182.50
182.00
166.25
172.50
186.75
191.25
169.25
166.50
190.75
Jumlah kuadrat 74.960 3.751 251.073 102.091 287.499 371.701 1091.076
Kuadrat tengah 24.987 1.876 41.845 12.761 17.969 5.163 104.600
Derasjat bebas 3 2 6 8 16 72 107
F hitung 0.60 0.04 tn 2.47 * 3.48 **
F. tabel 5% 1% 4.76 9.78 5.14 10.92 2.08 1.82
2.78 2.31
140
Tabel Lampiran 48. Hasil pengamatan indeks cabang produktif kedelai PTR-6 Perlakuan 1 OTS (1,2,3,4) OTS (1,2)-OTM (3,4) OTS (1,2)-OTO (3,4) OTM (1,2,3,4) OTM (1,2)-OTS (3,4) OTM (1,2)-TOT (3) TOT (1,2,3,4) TOT (1,2)-OTM (3,4) TOT (1,2)-OTS (3,4) Total
Sumber keragaman Ulangan Pupuk urea (U) Galat a P. lahan (P) UxP Galat b Total
Pupuk urea 0 kg/ha 2 3
4
1
Pupuk urea 50 kg/ha 2 3
4
1
Pupuk urea 100 kg/ha 2 3
4
76.92 73.39 90.24 75.23 98.81 64.35 86.67 68.93 95.40
91.25 78.02 90.41 64.21 97.92 85.57 62.71 65.93 90.91
94.44 88.46 95.12 60.95 77.78 97.47 82.00 90.53 80.22
75.53 90.82 80.00 77.14 88.64 83.81 94.62 73.83 80.77
92.68 83.87 73.68 82.61 72.97 72.88 89.74 120.62 60.16
85.57 91.92 98.84 59.04 52.04 54.46 98.86 95.15 72.53
88.16 71.76 63.71 76.74 58.14 78.75 93.68 86.81 82.22
98.73 94.59 100.00 94.32 79.17 82.00 88.37 100.00 112.82
84.04 76.27 88.66 77.78 100.00 92.39 82.11 70.15 79.13
57.58 80.36 92.59 97.44 95.83 94.87 83.08 68.09 91.35
100.00 76.36 65.91 62.94 91.67 92.42 70.19 54.78 89.19
93.55 83.97 68.57 75.79 73.45 94.81 89.01 85.32 85.19
729.95
726.93
766.97
745.16
749.23
708.39
699.99
850.01
750.53
761.17
703.46
749.65
Jumlah kuadrat 657.06 30.91 3424.28 991.61 5805.00 7265.37 18174.23
Kuadrat tengah 219.02 15.45 570.71 123.95 362.81 100.91 1392.86
Derasjat bebas 3 2 6 8 16 72 107
F hitung 0.38 0.03 tn 1.23 tn 3.60 **
F. tabel 5% 1% 4.76 9.78 5.14 10.92 2.08 1.82
2.78 2.31
141
Tabel Lampiran 49. Hasil pengamatan jumlah polong isi kedelai PTR-6
Perlakuan 1 OTS (1,2,3,4) OTS (1,2)-OTM (3,4) OTS (1,2)-OTO (3,4) OTM (1,2,3,4) OTM (1,2)-OTS (3,4) OTM (1,2)-TOT (3) TOT (1,2,3,4) TOT (1,2)-OTM (3,4) TOT (1,2)-OTS (3,4) Total
Sumber keragaman Ulangan Pupuk urea (U) Galat a P. lahan (P) UxP Galat b Total
Pupuk urea 0 kg/ha 2 3
4
1
Pupuk urea 50 kg/ha 2 3
4
1
Pupuk urea 100 kg/ha 2 3
4
39.8 43.3 30.5 61.3 64.8 42.5 35.0 44.8 51.5
41.3 30.3 41.3 23.0 49.8 55.8 48.5 28.5 54.3
43.0 36.8 43.3 40.3 47.5 55.3 56.3 53.3 49.8
55.8 57.8 44.3 55.3 46.0 61.3 51.8 43.0 60.8
48.3 42.5 44.3 26.5 44.3 53.3 49.3 78.5 44.5
54.5 53.8 60.0 18.5 32.0 24.0 58.0 67.5 41.8
42.0 45.5 41.5 25.8 44.3 43.0 54.3 56.5 74.5
62.0 32.5 62.3 48.8 24.5 50.0 56.8 102.0 58.5
49.8 65.5 54.3 59.8 55.3 42.5 41.0 38.8 54.3
33.8 41.3 54.8 61.3 60.5 45.3 38.5 48.0 63.5
43.5 60.3 24.3 61.3 58.0 37.3 40.0 50.5 41.5
60.3 67.5 47.0 49.0 59.0 57.8 35.3 59.5 42.0
413.3
372.5
425.3
475.8
431.3
410.0
427.3
497.3
461.0
446.8
416.5
477.3
Jumlah kuadrat 1030.67 191.31 3213.67 1275.06 6834.33 4677.80 17222.84
Kuadrat tengah 343.56 95.66 535.61 159.38 427.15 64.97 1626.32
Derasjat bebas 3 2 6 8 16 72 107
F hitung 0.64 0.18 tn 2.45 * 6.57 **
F. tabel 5% 1% 4.76 9.78 5.14 10.92 2.08 1.82
2.78 2.31
142
Tabel Lampiran 50. Hasil pengamatan indeks polong isi kedelai PTR-6 Perlakuan 1 OTS (1,2,3,4) OTS (1,2)-OTM (3,4) OTS (1,2)-OTO (3,4) OTM (1,2,3,4) OTM (1,2)-OTS (3,4) OTM (1,2)-TOT (3) TOT (1,2,3,4) TOT (1,2)-OTM (3,4) TOT (1,2)-OTS (3,4) Total
Sumber keragaman Ulangan Pupuk urea (U) Galat a P. lahan (P) UxP Galat b Total
Pupuk urea 0 kg/ha 2 3
4
1
Pupuk urea 50 kg/ha 2 3
4
1
Pupuk urea 100 kg/ha 2 3
4
81.54 73.93 68.93 89.74 93.17 81.34 92.72 90.86 89.96
82.91 66.12 95.38 71.13 70.82 82.90 88.58 77.03 87.50
77.48 88.02 94.02 92.00 86.76 85.00 88.95 82.24 82.57
92.15 85.87 85.10 88.76 94.85 90.74 88.09 96.63 94.92
94.61 87.18 93.16 63.27 76.10 92.84 96.10 90.75 94.18
92.77 86.35 96.77 72.73 84.08 69.68 93.93 94.08 95.43
90.32 89.66 91.71 78.11 89.62 92.02 87.63 94.96 93.42
92.88 80.25 92.91 83.20 64.35 88.09 95.78 97.61 95.90
89.64 92.91 93.53 93.00 94.44 97.70 63.57 60.31 90.79
91.22 66.80 97.77 94.96 94.90 85.78 92.22 92.75 89.12
83.65 84.56 58.43 94.59 95.08 95.51 89.39 95.28 97.08
92.69 91.53 93.53 92.45 88.39 93.90 77.05 92.97 77.06
762.18
722.37
777.04
817.10
788.18
785.80
807.45
790.97
775.90
805.52
793.58
799.58
Jumlah kuadrat 215.881 166.493 2124.284 563.325 2276.336 3797.809 9144.128
Kuadrat tengah 71.960 83.247 354.047 70.416 142.271 52.747 774.688
Derasjat bebas 3 2 6 8 16 72 107
F hitung 0.20 0.24 tn 1.33 tn 2.70 **
F. tabel 5% 1% 4.76 9.78 5.14 10.92 2.08 1.82
2.78 2.31
143
Tabel Lampiran 51. Hasil pengamatan biji kedelai PTR-6 Perlakuan 1 OTS (1,2,3,4) OTS (1,2)-OTM (3,4) OTS (1,2)-OTO (3,4) OTM (1,2,3,4) OTM (1,2)-OTS (3,4) OTM (1,2)-TOT (3) TOT (1,2,3,4) TOT (1,2)-OTM (3,4) TOT (1,2)-OTS (3,4) Total
Sumber keragaman Ulangan Pupuk urea (U) Galat a P. lahan (P) UxP Galat b Total
Pupuk urea 0 kg/ha 2 3
4
1
Pupuk urea 50 kg/ha 2 3
4
1
Pupuk urea 100 kg/ha 2 3
4
1.534 1.777 1.849 2.799 2.044 2.467 2.723 3.073 2.620
1.901 2.702 2.135 1.797 1.901 2.975 2.452 2.964 3.233
1.575 2.558 2.532 2.461 2.962 1.875 2.612 2.649 3.138
1.640 2.304 2.057 1.549 1.738 2.806 2.526 2.545 2.975
2.845 2.688 2.623 2.773 3.027 2.623 2.890 2.762 3.400
3.129 2.425 3.125 3.164 2.606 3.099 2.474 2.708 3.074
2.539 2.543 2.910 2.890 2.546 2.466 3.190 3.346 3.338
3.164 2.368 3.164 3.177 2.480 2.914 2.858 2.558 3.144
2.734 3.318 2.396 3.268 2.844 2.734 2.254 2.389 2.623
2.860 2.649 3.626 3.240 2.757 2.396 2.371 2.836 2.755
2.324 2.984 1.946 3.203 2.933 2.689 2.682 3.091 2.922
3.007 3.307 2.675 2.409 3.017 3.268 2.885 2.708 2.687
20.886
22.059
22.362
20.141
25.633
25.802
25.769
25.827
24.560
25.489
24.773
25.964
Jumlah kuadrat 0.115 5.087 0.656 2.360 5.087 8.425 21.7298
Kuadrat tengah 0.038 2.543 0.109 0.295 0.318 0.117 3.4209
Derasjat bebas 3 2 6 8 16 72 107
F hitung 0.35 23.25 ** 2.52 * 2.72 **
F. tabel 5% 1% 4.76 9.78 5.14 10.92 2.08 1.82
2.78 2.31
144
Tabel Lampiran 52. Hasil pengamatan indeks panen kedelai PTR-6 Perlakuan 1 OTS (1,2,3,4) OTS (1,2)-OTM (3,4) OTS (1,2)-OTO (3,4) OTM (1,2,3,4) OTM (1,2)-OTS (3,4) OTM (1,2)-TOT (3) TOT (1,2,3,4) TOT (1,2)-OTM (3,4) TOT (1,2)-OTS (3,4) Total
Sumber keragaman Ulangan Pupuk urea (U) Galat a P. lahan (P) UxP Galat b Total
Pupuk urea 0 kg/ha 2 3
4
1
Pupuk urea 50 kg/ha 2 3
4
1
Pupuk urea 100 kg/ha 2 3
4
34.02 41.28 40.47 38.93 39.66 38.11 43.53 43.80 44.97
42.31 40.35 37.59 38.10 42.43 37.61 39.74 44.70 41.00
41.92 45.43 39.74 40.41 41.48 41.50 41.90 40.23 38.93
42.41 39.65 39.42 37.35 39.27 38.85 38.03 40.43 40.85
40.76 41.75 38.60 41.29 36.00 35.25 40.59 48.46 39.20
40.41 39.02 39.40 42.02 44.11 40.75 44.81 42.96 41.72
40.12 43.03 39.17 38.42 42.24 45.47 44.21 41.86 43.02
39.69 41.67 39.38 39.23 42.37 50.29 35.71 42.99 38.92
40.79 36.73 40.41 38.55 36.77 39.66 35.00 36.02 38.78
42.36 42.07 40.86 37.83 38.71 39.10 42.95 37.39 43.20
41.02 41.07 40.93 36.20 35.27 38.01 34.60 39.27 40.71
40.69 38.63 41.14 40.37 36.09 39.29 37.11 41.28 44.34
364.76
363.83
371.54
356.27
361.91
375.19
377.55
370.26
342.72
364.47
347.08
358.93
Jumlah kuadrat 24.370 72.430 148.709 69.256 148.623 362.256 825.645
Kuadrat tengah 8.123 36.215 24.785 8.657 9.289 5.031 92.100
Derasjat bebas 3 2 6 8 16 72 107
F hitung 0.33 1.46 tn 1.72 tn 1.85 *
F. tabel 5% 1% 4.76 9.78 5.14 10.92 2.08 1.82
2.78 2.31
145
Tabela Lampiran 53. Hasil analisis regresi kuadratik pengaruh dosis pupuk urea pada setiap persiapan lahan kedelai PTR 6 Persiapan lahan 3-4.OTS SK Regression Residuals
DB 2 0
Persiapan lahan 3-4.OTM JK 0.9178
KT 0.4589
F
P
Persiapan lahan 2.OTS-OTM.3-4 SK Regression Residuals
DB 2 0
JK 0.2907
DB 2 0
JK 0.3354
DB 2 0
JK 0.2774
KT 0.1387
F
P
Persiapan lahan 2.OTM-OTM.3-4 KT 0.1453
F
P
Persiapan lahan 2.OTS-TOT.3-4 SK Regression Residuals
SK Regression Residuals
Persiapan lahan 3-4.TOT
SK Regression Residuals
DB 2 0
JK 0.2774
F
P
SK Regression Residuals
DB 2 0
JK 0.0392
DB 2 0
JK 0.0565
KT 0.0283
F
P
KT 0.0142
F
P
KT 0.0605
F
P
Persiapan lahan 2.TOT-OTM.3-4 KT 0.1387
F
P
Persiapan lahan 2.OTM-OTS.3-4 KT 0.1677
SK Regression Residuals
SK Regression Residuals
DB 2 0
JK 0.0284
Persiapan lahan 2.TOT-OTS.3-4 KT 0.0196
F
P
SK Regression Residuals
DB 2 0
JK 0.1210
146