KAITAN BABAD BULELENG DENGAN KISAH RAMA MENURUT A BALINESE DYNASTIC GENEALOGY
Tulisan ini disusun untuk memenuhi SEMINAR FILOLOGI 20 Mei 2001 Oleh: Kalsum
PROGRAM ILMU SASTRA UNIVERSITAS PADJADJARAN
PRAKATA Alhamdulillah saya panjatkan rasa syukur kepada Ilahi Robbi yang telah memberikan karunia kenikmatan atas terselesaikannya tulisan ini. Buku sumber yang dijadikan bahan dengan Bahasa Pengantar bahasa Inggris, sebuah objek karya Nusantara yang diteliti oleh peneliti asing P J Worsley. Ternyata dari Babad Buleleng yang kami baca banyak persinggungan budaya dengan budaya Sunda. Penelitian orang asing ini sangat teliti terhadap aspek yang berhubungan dengan pernaskahan dan budaya Bali. Penilaian ini bukanlah berarti peneliti pribumi kurang cermat, namun pada umumnya peneliti pribumi mengabaikan sesuatu karena sesuatu tersebut dianggap bukan hal yang
penting
dan
mempermasalahkannya. Bandung, Mei 2001
dianggap
suda h
menjadi
hal
yang
umum
sehing ga
tak
DAFTAR ISI
PRAKATA DAFTAR ISI I Pengantar II Babad Buleleng Tinjauan Genealogi III Bentuk, Fungsi, Tema Babad Buleleng dan Kaitannya dengan Kisah Rama IV Kesimpulan
KAITAN BABAD BULELENG DENGAN KISAH RAMA MENURUT A BALINESE DYNASTIC GENEALOGY Oleh: Kalsum 1. Pengantar Buku ini berjudul Babad Buleleng A Balinese Dynastic Genealogy "Babad Buleleng Sebuah Genealogi Dinasti Bair oleh P.J. Worsley, tahun 1972. Alasan penelitiannya adalah, studi kesusastraan Bali dan Jawa dalam studi filologi, masih dalam taraf dasar dan pengembangan. Secara umum penelitian naskah hanya sebatas edisi kritik dan terjemahan sejumlah karya sastra dari naskah yang dihasilkan dalam kurun waktu seribu tahun rentang keberaksaraan di wilayah Nusantara. Babad Buleleng ditemukan dalam sejumlah varian naskah. Di dalamnya mengandung versi yang sama dengan detail yang berbeda. Titi mangsa kepengarangan tidak terungkap lebih jauh. Dilihat dari MSS yang survive paling awal edisi yang disajikan tahun 1928., sebuah tanggal pada MS. C yang kemungkinan dikopi dari Djl. D 31. Dalam babad itu sendiri tak mengandung informasi kapan ditulis oleh pengarangnya. Peristiwa final yang terekam balam Babad Buleleng yakni pembuangan raja terakhir Den Bukit K. G. Nglurah Ketut Jlantik pada tahun 1872, jadi babad ini tidak mungkin ditulis lebih awal dari tahun tersebut. Penulisan di antara tahun 1872 -1928.
II. Babad Buleleng Tinjauan Genealogi Babad Buleleng sebuah genealogi dari dinasti keturunan yang berperan di Den Bukit yang menurunkan silsilah dari Ki Gusti Ngurah Panji Sakti (selanjutnya ditulis K, G. Ng. Panji Sakti) sebagai garis keturunan pertama pemegang kerajaan Bali Utara. Silsilah mencatat dua garis keturunan. Garis pertama berisi 8 generasi, jejak sebuah garis dari Dang Hyang Kapakisan melalui Dalem Kresna Kapakisan. Leluhur dari garis ini sebagai pendiri kerajaan Samrangan. Garis kedua dari Kerajaan Gelgel kemudian sampai kepada K. G. Ng. Panji Sakti seorang anak laki-laki dari Sagening. Genealogi yang disebutkan kedua dibangun oleh tujuh generasi, berawal dari Jarantik kemudian sampai kepada Panji Sakti. Genealogi yang berpusat kepada K. G. Ng. Panji Sakti dibangun oleh kelahiran dan adopsi. Setelah Ki. G. Ng. Panji sakti meninggal menurunkan 8 generasi pemerintahan. Fungsi dari babad telah dirancang dalam komposisi struktur, yakni legitimasi klan Jaranti dan Karangasem sebagai peranan ketiga dari Den Bukit.
III. Bentuk, Fungsi, Tema Babad Buleleng, dan Kaitannya dengan Kisah Rama
Babad ini membuka cerita untuk K. G. Ng. Panji Sakti, episode dirinya menduduki 25 dari 45 halaman. Jadi episode yang memuat kehidupan K. G. Ng. Panji Sakti meliputi sekitar 55%. Bentuk demikian merupakan rancangan legitimasi atas K. G. Ng. Panji Sakti dalam Kerajaan Den Bukit. K. G. Ng. Panji Sakti menjalankan pemerintahan secara ideal dengan karakter pemerintahan yang stabil dan harmonis. Setelah Panji Sakti meninggal garis turunan diteruskan kepada anak laki-lakinya bernama Ki Gusti Ngurah Panji Gede, periode ini dilalui begitu saja. Kemudian pemerintahan diteruskan kepada cucunya yang bernama Ki Gusti Ngurah Panji Bali. Episode ini pun sama juga dengan penceritaan Ki Gusti Ngurah Panji Gede yakni singkat saja, hanya ada catatan bahwa pemerintahan Ki Gusti Ngurah Panji Bali stabil. Periode ini dikatakan periode kedua. Selanjutnya anak-cucu Ki Gusti Ngurah Panji Sakti menjadi besar. Hal yang menjadi catatan penting yakni adanya pertempuran dari keturunan K. G. Ng. Panji Sakti dengan Ki Gusti Ngurah Jlantik yang memimpin Karangasem. Kemudian sebuah hal yang menyedihkan terjadi. Den Bukit jatuh di bawah pengaruh pemerintahan Karangasem. Peristiwa ini terjadi pada tahun 1815. Kemudian keturunan K. G. Ng. Panji Sakti tumbuh menjadi klan-klan. Itu terjadi pada generasi keempat. Antara generasi keempat dengan kelima ada informasi garis keturunan Ki Gusti Ayu Nambangan dengan 3 keponakan, bagian ini hanyalah sebuah penyisipan saja. Dua buah uraian berisi generasi ke-5 dan ke-6 dari keturunan K. G. Ng. Panji Sakti, di antaranya yakni tentang pemerintahan generasi ke-4 ketika peranan Karangasem atas Den Bukit berlangsung. Pada periode ini Ki Agung Pahang telah melakukan pembunuhan secara liar besar-besaran terhadap keturunan K. G. Ng. Panji Sakti. Pemerintahan Karangasem zaman pemerintahan Ki Agung Pahang. ini sebuah tanda pemerintahan yang tidak harmonis. Ki Agung Pahang meninggal, gambaran secara singkat tentang pemerintahan Ki Gusti Ngurah Made. Masuk pengaruh Belanda ke dalam masalah Den Bukit. Oleh Ki Gusti Ngurah Made dengan patih Jlantik Gingsir klan Panji Sakti direstorasi secara benar dalam peranan Den Bukit. Pemenntahan Ki Gusti Made Rahi dari Sukasada diberitahukan sebagai generasi ketujuh dari keurunan K. G. Ng. Panji Sakti. Padahal Belanda tidak terlibat dengan Bali Utara sampai abad ke-19. Hal ini diambil oleh BB sebagai penguat legitimasi untuk klan K, G. Ng. Panji Sakti tentang kestabilan pemerintahannya. Keharmonisan pemerintahan suatu negara dan rajanya sebagai penguat dari genealogi yang terkandung dalam isinya,
II a Bentuk
Seperti sudah dikemukakan pada pengantar, bahwa BB berporos pada perjalanan hidup K. G. Ng. Panji Sakti yakni sebanyak 55% dari isi. Tema dari BB didukung sepenuhnya oleh cerita K. G. Ng. Panji Sakti. Kerangka Cerita K. G. Ngurah Panji Sakti
No I
Episode
Paragraf
Nenek Moyang Panji Sakti
K.G.
Bagian Paragraf
Ng 1) Menurunkan sampai ke Dalem Kresna Kapakisan
a) Garis keturunan dari 2) Anak-anak Dalem Istana Gelgel Kresna Kapakisan 3) Menurunkan anak-anak sampai ke Dalem Sagening 1) Anak-anak b) Garis keturunan dari Istana
Mahajaja
Jerantik
Kapakisan 2) Anak-anak dari Nuh Aya
II
3)Turunan sampai K. G. Ng Jarantik Bogol Orang Tua K. G. Ng. Panji 1) Dengan kelahiran Sakti
III
Orang Tua K. G. Ng. Panji l)Oleh adopsi Sakti
IV
Kelahiran Sakti
V
K.G. Ng. Panji Sakti, sebagai 1) K.G.Ng. Panji Sakti Panakawan pada Dalem menjadi panakawan Sagening 2) Kilatan cahaya pada ubun-ubun K. G. Ng. Panji Sakti 3) Reaksi Dalem Sagening Keputusan mengirim K. G. a) Keputusan NG. Panji Sakti ke Den Bukit b) Persiapan
VI
K.G.
Ng.
Panji
c) Keberangkatan VII
Perjalanan ke Den Bukit
a) Perjalanan dari Gelgel ke Watu Saga b) Keaslian Banyu Anaman (Toya Katipat)
VIII
Vin Gendis
IX
Kecelakaan kapal K. Mpu 1) Kecelakaan Awwang perjanjian
Kematian Kunyakan 1) PerintahK. Semang a) Deskripsi membunuh K. Punyakan pemerintahan K. Gendis Punyakan Gendis b) PerintahK. Semang kepada K.G. Ng Panji Sakti 1) Kematian Punyakan a) Kematian K. Gendis Punyakan Gendis b) Anak K. Punyakan Gendis dan penggantian pemerintahan dan a) Kecelakaan dan perjanjian b) K. Bandesa Gendis menentukan pembebasan kapal
2) K.G.Ng. Panji Sakti a) K.G.Ng Panji Sakti memperbaiki kembali kapal membetulkan kapal b) Tanggung jawab atas perbaikan kapal X
K.G. Ng.Panji Sakti menjadi 1) pemimpin
Deskripsi
kepemimpinan
dari K.
G.
Ng.Panji Sakti XI
Deskripsi K.Awak
pegangan
XII
K.G.Ng.
Panji
kens
sakti a)
Rakyat dari Den Bukit
memperluas pemeriksaan ke mendatangi K. G. Ng. Panji Den Bukit
Sakti b)
K.G.Ng
Saktimemperluas
Panji a) Sakti
K. G.Ng. Panji memperluas
pemeriksaan ke timur We pemeriksaanny
a
ke
Nirmala dan barat We Mala
timur We Nirmala b)
K. G.Ng. Panji
Sakti
memperluas
pemeriksaan ke barat We Mala c)
Deskripsi
pemerintahan K.G.Ng. Panji Sakti XIII
Deskripsi
K.
G.
Ng.Panji
Sakti menjadi agung XIV
Sejumlah hubungan K. G.
a)
Ng.
Padanda
Panji
Sakti
dengan
Purohita
Nenek moyang Kumenuh
Purohita kepada K. G. Ng. Panji Sakti b) Purohita pertama c)
Deskripsi
hubungan Panji
K.
G.Ng.
Sakti
dan
Purohita kedua XV
Perang
melawan1) Persiapan
Barangbangan
a)Anak-anak
K. G.
perang Ng. Panji Sakti oleh I Dewayu Juruh b) Upacara c) 2)
Perang
Barangbangan
Persiapan perang
terhadap a)Pertempuran b) sakti
K. G. Ng. Panji mengunjungi
Penguasa Solo c)
Meninggalnya
Danudresta putra K. G. Ng. Panji Sakti
XVI
Kolonialisasi dari Buleleng
1)
Kolonialisasi dari
dan kedekatan patani
Buleleng
dan
kedekatan patani 2)
K.G.Ng, Panji
Sakti
merebut
Jaranbanya
XVII Perang melawan Mangewi XVII Perang Melawan Badung I
1)
Kegagalan
dalam
penyerangan Candi Badung 2) Penyerangan kedua dan perdamaian dengan saudara laki-laki Penguasa Badung XIX
K.
G,
Ng.
Panji
Sakti
a)
K. G.Ng. Panji
menolong membantu cucu K.
Sakti
G.
menolong
Ng
Jarantik
melawan
terhadap Penguasa Gelgel
dengan
memberikan bantuanpada K. G. Ng Jarantik
untuk
mendesak Tojan b)
Deskripsi
hubungan persahabatan di antara K. G. Ng.Panji Sakti dan K. G. Ng. Jarantik XX
K.
G.
Ng.
Panji Sakti
a) Pasukan dari Sri
membantu kepada Sri Dalem
Dalem
Dewagung Jambe melawan
Jambe
Kyayi Agung Maruti
b)
Dewagung
Pertempuran
di
antara K. G. Ng. Panji Sakti
dengan
Kyayi
Agung Maruti XXI
WafatnyaK.
G.Ng.
Panji
a) WafatnyaK. G. Ng.
Sakti
Panji Sakti b) Anak anak dari K. G. Ng. Panji Sakti
Pada bagian akhir sebagai penjelasan bahwa K. G. Ng. Panji Sakti sebagai leluhur dari penguasa Den Bukit Berikutnya dalam uraian pendek penyajian tentang pembunuhan K.G. Agung Pahang. Penempatan ini untuk pernyataan bahwa keturunan K. G. Ng. Panji Sakti bertahan (survive). Dimasukannya pemerintahan K.G. Made Rahi dan Belanda sebagai penguat untuk peranan Den Bukit. Yang mendasan keberadaan K. G. Ng. Panji Sakti melalui dua garis keturunan yang kuat yakni, Dang Hiyang Kapakisan ke Dalem Sagening, sebagai pendiri kerajaan Samprangan. Panji Sakti hadir ke Sagening melalui adopsi, lainnya melalui Nuh Aya kepada K.G. Ng. Jarantik Bogol. Uraian Panji Sakti ke Bogol melalui kelahiran. Asal usul kelahirannya K.G. Ng. Panji Sakti di sana, melalui orang tua yang hadir sebagai imigran dari Majapahit yang mendapat julukan Batara Majapahit. Panji Sakti dilihat dari asal - usul kehidupannya menjadi alasan yang kuat untuk mendasari Babad Buleleng sebagai babad, untuk dijadikan nenek-moyang klan, ditempatkan sebagai garis pertama penguasa Bali Utara Den Bukit. la memiliki darah kerajaan yang kuat dari dua aliran yakni berasal dari adopsi dan kelahiran. Legitimasi kelurusan dan kekuatan turunan K. G. Ng. Panji Sakti dalam peranan penguasa Ball Utara Den Bukit, dalam babad hal yang sangat menguatkan. Panji Sakti memiliki existance independent dari babad. Dukungan tempat, nama, etimologi mendukung kehormatan kepada kekuatan babad. Kata Jarantik dengan alternatif Jlantik memiliki nilai kehormatan yang paling berat sebagai pendukung babad. Ngurah mendukung kepada harga diri. Dalem hanya satu-satunya dalam Babad Buleleng yang dijadikan untuk pendukung babad. Ki/I dan dalam penempatan nama secara etimologis mendukung pada kekuatan babad. Babad Buleleng yang terdiri dari 21 episode, merupakan pengumpulan unsur-unsur naratif untuk memunculkan single theme (tema tunggal) yakni peranan K.G. Ng. Panji Sakti sebagai raja di Den Bukit. Pementing peranan ini yakni pertanyaan seputar legitimasi yang dituntut dalarn kepemimpinan seorang penguasa. Dari 21 episode dirancang dalam susunan naratif kronologis yang dapat dibagi dalam dua bagian. Pertama 7 episode menyangkut periode kanak-kanak KG. Ng. Panji Sakti yang menjalani kehidupan di kerajaan Ball selatan
Gelgel, masuk mengikuti alunan nasib menjadi penguasa Den Bukit Bali Utara. Keputusan ibunya mengirim Panji Sakti ke daerah Bali Utara merupakan perjalanan nasib sebuah pembuka dari cerita yang membuka cerita selanjutnya.. Bagian kedua dari cerita. periode sebagai pemegang kekuasaan di Den Bukit, juga dirancang dalam 2 kelompok. Kelompok pertama terdiri dari 9 episode merupakan gambaran realisasi dari karunia Panji Landung, kelompok kedua terdiri dari 4 episode yang memuat Bali Selatan, episode akhir memuat kematiannya dan garis keturunan anak-anakrtya. Permulaan cerita dari episode kedua yakni pembunuhan yang membawa kepada kekuasaan K.G. Ng. Panji Sakti di Den Bukit. Peristiwa ini sepenuhnya rancangan pengarang berupa penyajian kronologis yang membawa keberuntungan bagi KG. Ng. Panji Sakti untuk menjadi penguasa di Den Bukit. Kekuasaan yang lainnya diperoleh karena aliran nasib, yakni peristiwa munculnya kilauan cahaya pada ubun-ubun KG. Ng. Panji Sakti, kepemilikan keris Ki Semang dan Ki Pangkajatatwa anugrah dari Panji Landung waktu membunuh Punjakan Gendis. dan peristiwa kerjasama dengan Dampu Awang. Konteks ini mendukung terhadap tuntutan babad, sebuah pemegang pemerintahan yang meneguhkan kekuatan negara. Keteguhan kekuatan negara merupakan keharmonisan pemerintahan. Konteks ini merupakan rancangan sebuah pesan, legitimasi untuk keyakinan kestabilan pemerintahan. Babad Buleleng mencari kemantapan legitimasi bagi pemerintahan Den Bukit. Dasar babad yakni legitimasi tentang hak K. G. Ng. Panji Sakti atas Den Bukit? yang merupakan kriteria utama. Penempatannya dalam BB berupa penekanan atas keturunan, yakni melalui Dalem Sagening, lainnya melalui kelahiran dari Batara Maospati nenek moyang yang berasal dari Jawa, yang memiliki kekuatan, sebagai figur pendiri Kerajaan Samprangan. Nilai yang sangat bermakna yakni disebut-sebutnya purohita dalam BB. Penyajian ini sangat cermat, telah menempatkan K. G. Ng, Panji Sakti dalam garis turunan Ahli Agama. Keadaan itu merupakan sebab akibat dari asal-usul K. G. Ng. Panji Sakti yang leluhurnya imigran dari Majapahit Imigran Majapahit pada masyarakat Ball dikenal sebagai nenek moyang yang menurunkan klan - klan Brahmana. Unsur ii merupakan pemenuhan kriteria terhadap babad yakni sebagai power (sakti) dalam penampilan diri K. G. Ng. Panji Sakti. Garis keturunan inilah mendasari sebab akibat adanya kilauan cahaya di atas ubunubun K. G. Ng. Panji Sakti dan kepemilikan kedua keris Ki Semang dan Ki Pangkajatatwa yang dikenal dalam babad untuk menampilkan Panji Sakti mendapat pertolongan Tuhan. Panji Landung menganugerahkan kehormatan yang misteri kepada Panji Sakti.
Akhirnya basis babad mencari kestabilan dan legitimasi dari pemerintahan K. G. Ng. Panji Sakti di Den Bukit melalui karakternya sebagai pemimpin. Babad Buleleng merupakan bacaan yang manis, teks suci dari sebuah generasi yang memiliki tokoh sebagai subjek yaitu K.
G.
Ng.
Panji
Sakti
yang
dip ertimbangkan
dilindungi
dari
musuh-musuhnya,
dipertimbangkan dari perlindungan sebagai personal yang jahat, sebagai personal yang memiliki keberanian dalam pertempuran. Hal-hal inilah yang membangun karakter kemantapan keharmonisan dari pemerintahan K. G. Ng. Panji Sakti. Setelah K. G. Ng. Panji Sakti meninggal dunia, 3 kali penggantian pemerintahan terjadi yakni pemerintahan K. G. Ng. Panji Gede, K. G. Ng. Panji Made dan K. G. Ng. Panji Ball dideskripsikan dalam bagian yang pendek. Kemudian gambaran periode kejatuhan Den Bukit kepada pemerintahan Karangasem akibat perang sodara antara Ki Gusti Ngurah Panji dengan Ki Gusti Ngurah Jlantik, merupakan subsekuen perebutan kedaulatan Den Bukit oleh Karangasem, sehingga Den Bukit jatuh di bawah kekuasaan Karangasem. Pada tahun 1815 pembersihan, pelurusan genealogi K. G. Ng. Panji Sakti sebagai nenek moyang dari klan melalui Babad Buleleng. BB merupakan genealogi Kerajaan Bali dengan legitimasi jejak turunan yang paling awal K. G. Ng. Panji Sakti yang mengawali klan penguasa Bali Utara Kerajaan Den Bukit. Melalui pribadi K. G. Ng. Panji Sakti mata rantai klan dimulai dari Gelgel melalui Dalem Krisna Kapakisan seorang imigran dari Majapahit yang diberi gelar Batara Maospahit. K. G. Ng. Panji Sakti menuju ke cabang penerusnya Jlantik dan sejumlah bangsawan di Bali. Genealogi meliputi 15 generasi pergantian kekuasaan, Terhadap penggantian kekuasaan itu dapat disimpulkan bahwa: a. Tentang legitimasi K. G. Ng. Panji Sakti. b. Legitimasi pemindahan kekuasaan dari Den Bukit ke Karangasem. c. Pengakuan kembali pemerintahan Den Bukit, Pengakuan tanpa keragu-raguan bahwa klan-klan asli dari kerajaan seputar Den Bukit berasal dari turunan K. G. Ng. Panji Sakti.. Babad berkonsentrasi pada tema yakni sebuah pokok masalah esensi, yaitu penggantian pemerintahan, kemudian dipilih karakter/tokoh yang paling mendukung tema. Karakter/tokoh yang dipilih ialah tokoh yang legitimit dari para pemegang pemerintahan. Tipe ideal raja sesuai dengan tipe ideal penguasa dalam Kekawin Ramayana. Karakter/Penokohan I. G. Ng. Panji Sakti sebagai berikut:
la seorang pribadi penuh kekuatan, harmonis bagi seorang raja, dan legitimit pada pemerintahan Bali Selatan yakni Gelgel. Dengan perincian sebagai berikut: 1.
Banyu Ananam menggambarkan sebuah manifestasi kecintaan K. G. Ng. Panji Sakti
kepada Tuhan. 2. Penerimaan Dampu Awang merupakan penerimaan atas pribadi K. G. Ng. Panji Sakti. 3.
Kerja sama dengan Ki Semang merupakan ketaatan K. G. Ng.Panji Sakti dalam
menjalankan perintah Tuhan. 4.
Sifat herois dimiliki oleh K. G, Ng. Panji SaktL Kekuatan herois merupakan dasar
kekuatan babad. 5.
Tuntutan Ki Semang untuk membunuh Penguasa Barangbangan mengangkat K. G. Ng.
Panji Sakti menjadi seseorang yang penting, sebagai penguasa dunia. 6.
K. G. Ng. Panji Sakti memberikan bantuan kepada familinya. Peristiwa ini berupa
dukungan legitimit pada figurnya sebagai raja. Sepak terjangnya itu sebagai perjuangan untuk menata kestabilan kerajaan. 7. Fasih berbicara mendukung terhadap pemerintahan.
Ill b Karakter Tokoh Utama dan Kaitannya dengan Kisah Rama Karakter K. G. Ng. Panji Sakti merupakan gambaran kepemimpinan ideal, dalam tradisi India Kuna di Kerajaan Ayodhya yang disampaikan Rama kepada Barata, yakni kode satria, moral, religius, sesuai dengan tuntunan Kitab Suci. Figur raja yang diskgitimit digambarkan oleh tokoh Rawana, yakni sebagai 7 jiwa yang gelap/ peteng (seven layer of darkness) yakni: a. Congkak, sombong, lupa kepada asal-usul diri. b. Sembrono, nekat karena merasa memiliki kesaktian tinggi. c. Tamak, rakus kepada kekayaan. d. Kasar ketika membunuh dalam peperangan. e. Terlalu kagum, bangga terhadap kekuatan diri. f. Mengumbar seks. g. Tidak kontrol diri (meditasi).
K. G. Ng. Panji Sakti figurnya dibangun oleh tipe ideal raja. Tema sentral dari Babad Buleleng adalah hubungan K. G. Ng. Panji Sakti dengan Purohita yakni hubungan penguasa dengan para pendeta. Isi babad adalah prinsip-prinsip yang harus dimiliki oleh seorang raja yang legitimit. Legitimasi raja adalah bagaimana ia berdiri pada sentral sebuah rancangan keharmonisan negaranya, bagaimana ia loyal terhadap prinsip kefigurannya. Raja yang dislegitimit yakni raja yang tidak loyal pada agama dan moral sasana acuh terhadap keharmonisan kesatuan, bertindak kekerasan, melalaikan hubungan dengan golongan agama, tidak memiliki kerangka kerja bagi persatuan, terjadi pergolakan anarki dalam pemerintahan. Dalam suksesi Kerajaan Den Bukit terdapat hal yang kacau. Maka Babad Buleleng menetapkan K. G. Ng. Panji Sakti sebagai karakter pemimpin yang legitimit, potret yang baik, sebagai subjek yang loyal pada prinsip legitimasi raja. Kepemimpinan Karangasem tak memiliki legitimit tuntutan raja dalam pemerintahannya, akibatnya terjadi pergolakan karena pemimpinnya tak loyal kepada prinsip legitimasi raja. BB merupakan jawaban dari gambaran pemerintahan yang legitimit, Ia terhormat dalam struktur pemerintahan, dapat meluaskan daerah, tak memperluas jurang pemisah antara subjek pemimpin dengan objek yang dipimpin. Pada pemerintahan Ki Agung Pahang terjadi kejadian yang menyedihkan. Hal ini terjadi karena suksesi bukan dari tokoh keturunan yang benar. Babad sepenuhnya memiliki fungsi didaktis bagi suksesi para penguasa di suatu daerah. . Raja bukan personal yang bebas. Legitimasi suksesi daiam babad bukan hanya jatuh pilihan pada kualitas personal, namun ada pula unsur-unsur lain yang dipertimbangkan yakni: a. Nenek moyang figur yang dipilih memiliki ikatan famili dengan penguasa terdahulu. b. Figur yang dipilih yang memiliki keterikatan dengan keagamaan/taat kepada Tuhan. c. Seseorang yang menjunjung tinggi nenek moyang. Walaupun K. G. Ng. Panji Sakti gagal dalam menaklukkan Kyayi Agung Maruti, namun sikap ini mendukung kepada kelengkapan figur raja dalam tuntutan legitimasi raja ideal, yakni membela keluarga. Peristiwa Panji Landung dipertimbangkan untuk mendukung figur K. G. Ng. Panji Sakti yang taat kepada agama. Hubungan peristiwa yang bersifat Ketuhanan ada juga hubungan yang bersifat transendental, hubungan ini merupakan peristiwa-peristiwa yang dianggap baik bagi keberuntungan K. G. Ng. Panji Sakti, seperti suksesi Den Bukit bagi kedudukan K. G. Ng. Panji Sakti, kekuatan K.G.Ng. Panji Sakti dalam membantu Jarantik, kekuatan Keris Ki
Semang dan Pangkajatatwa. Sedangkan penyerangan candi di Badung merupakan hukuman Tuhan. Dalam babad, kekuatan transendental identik dengan kekuatan dunia. Di Bali dalam kesusastraan tutur mengenal transendental niskala dan imanen sakala. Babad merupakan penekanan konsep karakter penguasa kerajaan, dimaksudkan untuk mempengaruhi penguasa, fungsinya sebagai karya didaktis. Alat untuk mempengaruhi penguasa ini diemban oleh pelaku-pelaku cerita yang menggambarkan tipe ideal yang dicitacitakan, yang digerakkan oleh nasib dan bukan nasib. Tipe ideal yang diemban oleh para pelaku dalam babad merupakan pengganti dari karaker dewa, yang masuk dalam alur cerita yang akhirnya dapat diramalkan. Selanjutnya mengesahkan kembali sebuah klan dari nenek moyang dengan kurun masa lalu yang tak terbatas. Menurut De Graaf K. G. Ng. Panji Sakti seorang penguasa yang diambil oleh BB menjadi Raja di Bali Utara dapat diidentifikasi seputar pertengahan kedua abad ke-17. Pada dekade abad ke-18 pecah perang sodara. Singaraja jatuh tahun 1815. Belanda menaklukkan Kerajaan Bali Utara yakni raja terakhir Den Bukit pada dekade perempatan akhir menuju ke abad ke-19. Pembuangan K. G. Ngurah Ketut Jlantik raja terakhir Den Bukit ke Sumatra pada tahun 1872. Peristiwa-peristiwa di atas dihubungkan dengan kejadian tidak meragukan. Jika hal ini betul terjadi kemungkinannya hanya berdasar pembuktian karakter-karakter (tokohtokoh) yang terlibat di dalam BB, sebagai sejarah perseorangan dari penduduk yang hidup di Tanah Bali pada waktu lampau.
IV. Kesimpulan Babad Buleleng merupakan genealogi dari klan-klan nenek moyang di Bali. Tema merupakan genealogi Kerajaan Bali Utara Den Bukit. Isi dari BB 55% menceriterakan tentang perjalanan hidup K. G, Ng. Panji Sakti. Genealogi diasalkan kepada tokoh K.G. Ng. Panji Sakti sebagai nenek moyang dari klan-klan penguasa di Bali. Tokoh ini legitimit baik dilihat dari kelahiran maupun dilihat dari karakter yang dituntut bagi seorang raja. Raja yang legitimit dan dislegitimit berasal dari ideal raja India kuna, yang masuk ke Nusantara melalui Kekawin Ramayana. Raja yang terpilih dalam suksesi merupakan personal yang tidak bebas. la harus menurut garis keturunaa, ia harus baik hubungannya dalam menjalankan agama, dan ia harus menjunjung tinggi nenek moyang. Jika raja tidak loyal akan tuntutan legitimasi raja maka akan terjadi pergolakan-pergolakan dan pemerintahannya tidak harmonis. Raja K. G. Ng Panji Sakti seorang yang harmonis dalam pemerintahannya, karena ia loyal terhadap tuntutan legitimasi raja dan ia juga kebetulan memiliki ikatan darah kuat sebagai penguasa.
Babad memiliki fungsi didaktis untuk menentukan calon penguasa dalam suksesi. Dalam naskah tercantum bahwa K. G. Ng. Panji Sakti namanya direstorasi tahun 1815 oleh K. G. Made Rahi dan patihnya Jlantik Gingsir dengan campur tangan Belanda. Padahal Belanda menaklukkan Bali Utara pada akhir abad ke-19. Babad Buleleng diperkirakan ditulis antara tahun 1872 - 1928. DAFTAR PUSTAKA Ikram, Achdiati 1980
Hikavat Sri Rama. Suntingan dan Naskah, disertasi telaah, amanat dan struktur.
Disertasi.. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. 1972
Filologia Nusantara. Penyunting Titik Pudjiastuti, dkk. Jakarta: PustakaJaya.
Jauss, Hans Robert 1972 Aesthetic Experience and Literary Hermeneutics. diterjemakan ke dalam bahasa Inggris oleh Michael Shaw, Minneapolis: University of Minnesota Press. 1972
Toward an Aesthetic of Reception, diterjemahkan ke dalam bahasa Inggeris oleh
Timothy Bahtiintroduction oleh Paul de Man, Theory and History of Literature, volume 2. Minneapolis: University of Minnesota Press. Kern, H. 1972
Ramayana Oudiavaansch Heidendicht. Met toegewijd door Karel Frederik
Holle, van het Koninklijk Instituut voor Taal, Land Volkenkunde van Nederlands Indie (KITLV) ‘s Gravenhage, Holland: Martinus Nijhoff. Koentjaraningrat 1986
Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: AksaraBaru.
Lal,P. 1972
Ramayana, Edisi Pertama, diterjemahkan oleh Djokoleleono, dari buku: The
Ramayana of Wahniki. 1981. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya atas bantuan The Toyota Foundation, Tokyo - Japan.