BUKAN KISAH RAMA SINTA Oleh: Irahayuni Sang surya sudah mulai menampakkan diri dari tidurnya dan siap menggantikan tugas dari sang rembulan , burung-burung pun mulai bernyanyi seakan menghibur seluruh makhluk hidup yang menghuni alam ini. Seperti biasa suara gong selalu menggema di seluruh ruangan ini. Itu tandanya seluruh penghuni ruangan ini harus segera berkumpul untuk bersiap sarapan. Dalam waktu beberapa menit saja semua sudah berkumpul di meja makan. “ Dimana dia?” tanya seseorang yang bisa dikatakan orang yang paling dihormati disini. Ya siapa lagi kalau bukan sang kepala keluarga. “ Sebentar Bapak mungkin Sinta sedang berdandan dikamarnya bukankah kebanyakan wanita selalu seperti itu ingin selalu terlihat cantik didepan semua orang” jawab sang Ibu dengan nada yang menenangkan. “ Kau selalu saja membelanya padahal dia sering berbuat kesalahan, kau juga selalu memanjakannya dan sekarang lihatlah apa yang bisa kau petik darinya? Cepat kau panggil dia kesini sekarang juga.” Perintah sang Bapak dengan nada yang sedikit marah. “Iya baiklah” Jawab sang Ibu. --------------------------------Aku seperti berada di sebuah lorong yang tak berujung tidak ada setitik cahaya pun disini semua nya gelap dan sunyi. Aku sendirian dan tidak tahu harus berjalan kearah mana tetapi instingku mengatakan bahwa aku harus tetap berjalan kedepan. Ketika mulai berjalan aku merasakan ada sesuatu yang aneh di kakiku. Yah, ternyata kedua kakiku terikat rantai yang sangat kuat.
1
Aku semakin berat berjalan menyusuri lorong ini hingga aku samarsamar mendengar langkah kaki dibelakangku. Tanpa sadar aku berjalan semakin cepat tapi langkah kaki misterius itu juga sepertinya mengejarku. Dan akhirnya aku melihat setitik cahaya, kulangkahkan kakiku lebih cepat dan lagi-lagi aku seperti dikejar oleh seseorang misterius. Dan tiba-tiba“ Yak, bangun Sinta” teriak Ibu Aku kaget dan segera membuka kedua mataku. Aku bisa melihat dengan jelas siapa yang berdiri didepanku sekarang. Yah, dia Ibuku walaupun sudah berumur kurang lebih setengah abad akan tetapi wajah nya masih terawat dengan baik. Belum muncul kerutan sedikitpun diwajahnya. “ Astaga, Ibu kau mengagetkanku kau tau aku tadi bermimpi seram sekali. Begini, aku berjalan disebuah tempat yang gelap sekali, disana aku sendirian dan-“ “ Cukup Sinta apa yang kau lakukan? Kau mau Bapak mu itu marah lagi kepadamu? Sekarang cepat kau bangun, mandi, dan langsung ke meja makan.” Perintah Ibu dengan nada yang keras. “ Iya- iya aku tahu” jawabku santai sambil menguap. “Tunggu apalagi? Cepat sekarang!” kata Ibu dengan ekspresi pasrah melihat sang anak yang selalu melakukan kesalahan. “Ahh, iya-iya Ibu baiklah” Jawab Sinta yang segera berjalan cepat menuju kamar mandi. -------------------------------Setelah selesai mandi, badanku terasa lebih segar . Aku segera menuruni tangga dan bersiap bergabung di meja makan. “ Hai semuanya! Selamat pagi” Sapa ku riang
2
“Ada apa? Hmm apa ada yang salah dengan penampilanku?” Tanyaku pada mereka. “ Kau lihat sekarang sudah jam berapa? Kau bersikap seolah kau tidak melakukan kesalahan sedikitpun.” Kata Bapak dengan nada yang tinggi. Aku hanya terdiam mendengar kalimat yang dilontarkan Bapak. “ Sudahlah Pak, Sinta mungkin kelelahan setelah kemarin berlatih tari.” Bela sang Ibu “ Ayo cepat duduk dan segera makan Sinta” Kata Sang Ibu lagi. “Iya” Jawabku lirih -----------------------------------“ Kalian latihan sekali lagi setelah itu istirahat. Aku akan keluar membeli makan sebentar.” Ucap yang tidak lain pelatih tariku yaitu Roro kalau aku biasa memanggilnya Mbak Roro. “ Iya Mbak” jawabku “ Kau sudah lelah ? “ tanya Rama padaku. Rama adalah teman kecilku sekaligus teman duet tariku. Dia sangat baik dan peduli, dia juga bisa dikatakan lumayan tampan. Seperti nama kami Rama dan Sinta di kisah Ramayana. Aku dan Rama juga memerankan Rama dan Sinta di pertunjukan sendratari Ramayana. Akan tetapi bedanya adalah Aku dan Rama tidak menjalin kasih seperti kisah Ramayana yang sangat romatis itu. Aku dan Rama hanya bersahabat. “ Belum, aku sudah terbiasa menari berjam-jam seperti ini. Ayo kita latihan! “ Ucapku dengan bersemangat.
3
---- 2 jam kemudian ---“ Oke latihan hari cukup, besok kalian bisa latihan dengan lebih bagus lagi” ungkap Mbak Roro kepada kami. “ Oke Mbak Roro terima kasih.” Jawab kami. -------------------------Setelah berlatih tari untuk pertunjukan Ramayana, aku segera menuju ke parkiran motorku. Sebelum aku sempat mengendarai motorku kulihat disamping ada seseorang yang entah kenapa selalu menarik perhatianku. Aku belum mengenalnya akan tetapi aku tahu namanya Arjuna. Ya, seperti namanya dia sangat tampan, dia mempunyai mata yang bulat coklat, alis yang tebal, hidung yang mancung, rahang yang keras dan tirus, bibirnya yang tipis bewarna merah muda ditambah lagi tubuh yang tegap. Astaga, dia benar-benar seperti Arjuna di tokoh pewayangan Pandhawa. Seperti yang kalian tahu entah kenapa aku menyukainya. Aku juga ingin lebih dekat dengannya. Walaupun aku tahu dia tidak begitu menyukai tari. Aku tidak tahu penyebabnya. Dari yang kutahu bukankah tari itu universal? Siapapun bisa saja menyukai tari. Apalagi tari itu adalah warisan budaya yang sangat berharga yang dimiliki oleh bangsa ini. Bukankah kita sebagai generasi muda penerus bangsa harusnya melestarikan budaya kita sendiri? Terlebih lagi tari itu bukan hanya mencakup gerakan tari tetapi juga ada unsur musik didalamnya yaitu musik gamelan yang sangat eksotis dibanding dengan musik yang lain. Yah, kalau ini sih hanya pendapatku saja. “Hey, Sinta apa yang kau lakukan? Bukankah kau sudah pulang dari tadi ? ternyata kau masih ada di parkiran ya? Tanya Rama dengan heran. “ Apa memangnya ini sudah jam berapa? Tanyaku dengan kaget.
4
“ Coba kau lihat jam tangan mu itu. “ Jawab Rama “ APA?? jam 7 malam?” Ucapku dengan nada sedikit berteriak dan kaget. “ Hey, memangnya apa yang menarik perhatianmu sampai kau lupa waktu begitu? Hahaha” ledek Rama sambil tertawa. Aku hanya bisa merutuki kesalahan diriku sendiri. Lagi-lagi aku berbuat kesalahan. Kalian tahu kan kalau Bapak ku itu sangat disiplin sekali, apalagi soal waktu. Hahh aku membuang nafas beratku, pasti nanti aku akan mendengar omelan dari Bapak lagi. “ Kau tidak mau pulang sekarang.” Tanya Rama “ Ah, iya aku akan pulang sekarang.” Jawabku dengan cepat. Dengan cepat aku menyalakan motor kesayangan ku ini, kutengokkan kepalaku ternyata Arjuna sudah tidak lagi disana, dia sudah pergi. “ Kau tidak apa-apa Sinta?” Tanya Rama dengan nada sedikit khawatir. “ Oh, tidak apa-apa.” Jawabku dengan tersenyum. ---- Keesokan harinya ---Hari ini aku datang ke sanggar tari lebih awal daripada biasanya. Bukan apa-apa aku hanya penasaran dengan orang yang bernama Arjuna itu. Kebetulan disamping sanggar juga terdapat taman yang bisa digunakan untuk bersantai.
5
Lucky i’m in love with love again Lucky to have been where I have been Lucky to be coming home again Ooo ooo ooo ooo Suara baritone itu bukan kah dia Arjuna? Astaga ternyata suaranya sangat indah sekali. Dalam beberapa detik saja aku langsung terpikat olehnya. Oh Tuhan bisakah kau hentikan waktu sebentar saja untukku. Tanpa kusadari dia juga menengok kearahku. Tidak, ini tidak boleh terjadi. Dia tidak boleh tau apa yang terjadi kalau ternyata aku diam-diam mengaguminya. Kutengokkan kepalaku lagi kearah Arjuna, tapi ternyata dia sudah tidak ada, cepat sekali dia pergi. Yah, sebenarnya aku sedikit sedih. “Kau sedang mencariku?” Tanya Arjuna dengan tiba-tiba “ Aa aku sedang-“ “ Mengagumi wajah indahku?” Tanya Arjuna cepat “iya, ahh tidak maksudku aku sedang bersantai disini.” Jawabku dengan terbata-bata karena gugup. Kalian tahu rasanya jantungku berdentum dengan kencang sekali, aku hampir kehabisan nafas, mendadak aliran darahku tidak lancar. Aku juga tidak bisa bergerak. “ Kau tidak latian ?” tanya Arjuna “ Ah, aku latian beberapa jam lagi.” Jawabku dengan senang “ Bodoh.” Ucap Arjuna dengan jelas “ Apa?” Tanyaku dengan cepat
6
“ Kau itu bodoh, bukankah kau seorang penari tradisional? Aku heran kepadamu kenapa kau mau menjalani profesi seperti itu, seorang penari itu tidak punya masa depan yang jelas. Seorang penari juga tidak memiliki penghasilan yang tetap dan juga seorang penari itu“ Cukup” Teriak ku cepat kepada Arjuna “ Kau tidak tau apa-apa tentang profesiku. Jadi kau jangan ikut campur dengan masalah ini. Menjadi seorang penari adalah keinginanku sendiri. Kau bilang bahwa penari itu tidak punya masa depan kan, kau salah penari itu punya masa depan yang sangat besar yaitu masa depan budaya bangsa kita sendiri. Kau juga bilang bahwa tidak punya penghasilan yang tetap, kau salah menjadi seorang penari itu tidak mengharap penghasilan yang besar tapi dengan bisa melestarikan budaya kita sendiri itu sudah cukup membanggakan bagiku.” Jawaku dengan nada keras sambil berdiri seakan menantang tepat didepanya. Setelah Arjuna mengatakan itu rasanya hatiku hancur berkepingkeping. Orang yang kukagumi selama ini ternyata dia tidak bisa menerimaku apa adanya. “ Benarkah? Kau tidak bisa bertahan hidup hanya dengan sebuah keinginan dan kebanggaan. Tetapi kau bisa bertahan hidup jika kau memiliki banyak uang. Bukankah itu sangat realita? Ucap Arjuna dengan nada yang meremehkan sambil berlalu meninggalkanku pergi. Seiring dengan berlalu nya Arjuna, aku masih diam dan terpaku disini. Aku tidak tahu apa yang harus ku lakukan sekarang. Apakah aku harus tetap mengagumi orang yang bahkan tidak bisa menghargai budaya bangsa nya sendiri. Entahlah, rasanya sekarang aku hanya ingin lenyap saja dari sini. “ Hey, Sinta sedang apa kau disitu?” Teriak Rama yang membuatku sedikit kaget.
7
“ Aa aku sedang“ Apakah kau sedang berlatih gerakan tari sendiri di taman ?” Timpal Rama. “ Iya aku sedang berlatih disini, aku ingin merasakan suasana yang baru.” Jawabku asal pada Rama “ Aku akan menemanimu.” Ucap Rama “ Tidak usah, ayo kita segera ke sanggar saja untuk latihan.” Ucapku sambil berlalu meninggalan taman. -------------------------“ Tunggu Sinta aku ingin bicara sesuatu hal yang penting padamu.” Ucap Rama “ Sesuatu yang penting, apa maksudmu?” Tanyaku “ I love you.” Ucap Rama dengan cepat “ APA???” Kataku dengan tidak percaya “ Sebenarnya sudah lama aku memendam perasaan ini. Aku tidak tahu kapan perasaan ini datang yang kutahu aku hanya ingin disampingmu aku hanya ingin bersamamu, aku ingin menjagamu seperti nama kita Rama dan Sinta yang ada dalam tokoh Ramayana. Aku ingin mewujudkan kisah Ramayana itu benar-benar terjadi didalam kehidupan kita, aku juga ingin“ Cukup Rama, aku harus pergi sekarang.” Kataku dengan cepat sambil berlari. “ Tapi kau belum menjawab” Teriak Rama ---- Keesokan harinya ----
8
Tidak seperti biasanya Rama datang untuk latian lebih awal. Sejujurnya dia hanya ingin jawaban dan penjelasan tentang kejadian kemarin. Sinta, ya hanya nama itu saja yang sekarang ini menguasai pikiran dan hatinya. “ Hei, Rama bukankah ini belum waktunya latihan?” Tanya Mbak Woro yang menyadarkan lamuman Rama “ Ah, itu Mbak Woro aku hanya ingin bersantai saja dan lagi pula tugas kampus juga sudah selesai ku kerjakan.” Jawabku asal “ Jadi begitu, ohh ya aku hampir lupa ada titipan surat dari Sinta untukmu.” Ucap Mbak Woro “ Sinta? Iya Mbak Woro terima kasih.” Ucapku dengan sedikit terheran Rama sahabatku mungkin jika kau sudah membaca surat ini aku sudah tidak berada di Indonesia. Aku tahu tentang semua perasaanmu, tapi apa kau ingat janji kita pada waktu kecil kita akan selamanya menjadi sahabat. Ya, sahabat kau akan selamanya menjadi sahabat terbaik ku. Pasti kau bertanya-tanya apa yang terjadi sekarang. Rama, aku sudah memutuskan untuk pindah kuliah di luar negeri. Keputusan ini sudah sangat matang kuambil. Aku pindah keluar negeri karena ingin mendalami profesi tari ku ini.Aku hanya ingin membuktikan kepada seseorang bahwa seorang penari itu adalah sebuah profesi yang sangat membanggakan. Kita dulu juga sudah berjanji bukan bahwa kita akan menjadi seorang penari tradisional yang bisa membanggakan bangsa kita. Aku akan menunggumu untuk sukses juga dan akan menyusul ku disini.Aku akan berlatih keras disini dan aku juga ingin memperkenalkan tarian tradisional disini kuharap kau juga melakukan hal yang sama denganku.
9
Mungkin kau benar nama kita Sinta dan Rama sama seperti tokoh Ramayana. Tapi kisah kita tidak sama seperti kisah Ramayana, aku sudah mencintai seseorang. Hey kau tahu, kau itu sangat tampan pasti kau bisa mendapatkan Sinta yang lain untuk mewujudkan kisahmu seperti kisah Ramayana. Sekali lagi aku minta maaf padamu Rama Setelah membaca surat dari Sinta, Rama hanya bisa menangis dan tertunduk lesu di lantai. Hatinya hancur ya sangat hancur. Mungkin benar kata Sinta kehidupan ini berbeda dengan kehidupan di kisah pewayangan Ramayana. Sama seperti Sinta aku juga akan mewujudkan semua citacitaku yaitu sebagai seorang penari tradisional yang membanggakan tanah air ku yaitu Indonesia.
10