PENELITIAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN VOL. 26 NO. 2 2007
Tingkat Kehilangan Hasil Kacang Tanah Tipe Spanish dan Valencia Akibat Kekeringan Joko Purnomo, Trustinah, dan Novita Nugrahaeni
Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian Jl. Kendalpayak, Kotak Pos 66 Malang, Jawa Timur
ABSTRACT. Yield Lossess on Spanish and Valencia Groundnut Type Due to Drought. In Indonesia groundnut (Arachis hypogaea) is mostly grown on dryland or rainfed lowland. Drought stress during mid to end of groundnut growth stage was reported frequently, and it may cause yield loss. Yield loss could be prevented by growing drought tolerance variety. A number of promissing genotypes including both Spanish and Valencia types were evaluated at Muneng research station to select the high yielding and tolerance genotypes. Drought stress during generatif stage created intencity stress index 0.261. There was highly significant responses among genotypes, where yield loss among genotypes varied from 8.3 to 42.0%, and was slightly different between Spanish and Valencia types. Generaly yield loss on Valencia type was slightly higher than that of Spanish, due to different times of maturity, and was closely related to the number of pods and seed weight. Genotypes tolerant to drought with yield losses less than 20% are JP/TB-93-B-19, ICGV, A/1697-96-B-92, L.LMG/ICGV 8712393-B-13, A/1697-96-B-94, L.LMG/ICGV 87123-93-B-14, L.TBN/ L.JPR-93-B-35, MHS/1697-96-B-29, ICGV 87055, Jerapah for the Spanish types, and K/PI 298115-90-B-16, Singa, 86680/L.TBN-93B-68, ICGV 86680/L.TBN-93-B-37 for the Valencia types. Keywords: Drought stress, yield losses, drought, groundnut, Spanish, Valencia ABSTRAK. Kacang tanah umumnya ditanam di lahan kering pada musim hujan dan di lahan tadah hujan maupun lahan sawah pada musim kemarau. Kekeringan yang terjadi pada pertengahan hingga akhir fase pertumbuhan seringkali menyebabkan kehilangan hasil cukup besar. Tingkat kehilangan hasil kacang tanah karena kekeringan dapat dikurangi dengan menanam varietas toleran. Sejumlah galur harapan terdiri dari tipe Spanish dan Valencia dievaluasi di Muneng, Probolinggo, Jawa Timur toleransinya terhadap kekeringan, untuk mengidentifikasi galur yang memiliki produktivitas tinggi dengan tingkat kehilangan hasil rendah. Kekeringan selama fase generatif menimbulkan intensitas cekaman 0,261. Tanggap galur sangat nyata dan tingkat kehilangan hasil beragam antara 8,3-42,2%. Tipe Valencia maupun Spanish sama berpeluang mengalami kehilangan hasil, tetapi secara umum, tingkat kehilangan hasil kacang tanah tipe Valencia sedikit lebih besar dibanding tipe Spanish. Hal tersebut terkait dengan umur panen kedua tipe tanaman yang berbeda. Tingkat kehilangan hasil pada lingkungan kekeringan dikarenakan jumlah polong terbentuk lebih sedikit dan ukuran polong/biji lebih kecil dibanding lingkungan normal. Galur-galur yang cukup toleran terhadap kekeringan dengan tingkat kehilangan hasil < 20% di antaranya adalah JP/TB-93-B-19, ICGV, A/1697-96-B-92, L.LMG/ ICGV 87123-93-B-13, A/1697-96-B-94, L.LMG/ICGV 87123-93-B14, L.TBN/L.JPR-93-B-35, MHS/1697-96-B-29, ICGV 87055, dan Jerapah (tipe Spanish), dan galur K/PI 298115-90-B-16, Singa, 86680/L.TBN-93-B-68, ICGV 86680/L.TBN-93-B-37 (tipe Valencia). Kata kunci: Cekaman kekeringan, kehilangan hasil, kacang tanah, Spanish, Valencia
K
acang tanah pada dasarnya merupakan tanaman lahan kering pada wilayah beriklim kering. Kebutuhan air bagi tanaman kacang tanah berkisar antara 250-700 mm (Sivakumar 1985) untuk masa pertumbuhan selama 90-160 hari. Variabilitas angka tersebut dipengaruhi oleh umur tanaman dan toleransi varietas, yang terkait dengan karakter agronomis tanaman seperti bentuk dan kedudukan kanopi daun, pertumbuhan bulu pada batang dan daun, lapisan lilin atau jumlah dan luas sebaran akar. Toleransi yang tinggi terhadap kekeringan karena kacang tanah memiliki akar yang banyak dengan jangkauan sebaran yang luas (Metelerkamp 1975, Hamond and Boote 1978). Pada lingkungan optimal, tekstur tanah gembur, dan kelembaban cukup, perakaran kacang tanah dapat mencapai kedalaman 150-200 cm, tetapi 39-55% jumlah akar tersebut tersebar di kedalaman 35-40 cm. Kebutuhan air tertinggi tanaman kacang tanah terjadi pada saat kanopi tanaman telah penuh menutup tanah (Davidson and Garton 1973). Tanggap kacang tanah terhadap lingkungan kurang air diekspresikan melalui perubahan beberapa komponen pertumbuhan dan hasil, yakni reduksi ukuran helai daun, panjang ruas batang, ukuran batang, reduksi jumlah bunga, jumlah polong, dan kualitas biji. Dengan demikian tingkat kehilangan hasil dapat dijadikan tolok ukur tingkat toleransi tanaman terhadap lingkungan kurang air. Saat terjadinya kekeringan berpengaruh terhadap besarnya kehilangan hasil. Periode pembentukan dan pengisian polong merupakan masa yang paling kritis bagi tanaman terhadap kekurangan air. Kegagalan pertanaman kacang tanah lebih banyak terjadi pada musim kemarau. Tujuan penelitian adalah untuk mengevaluasi toleransi dua kelompok tipe galur kacang tanah terhadap kekurangan air.
BAHAN DAN METODE
Evaluasi toleransi galur kacang tanah generasi F8 terhadap kekeringan dilakukan di Kebun Percobaan Muneng, Jawa Timur pada MK 2004. Bahan terdiri dari 127
PURNOMO ET AL.: KEHILANGAN HASIL KACANG TANAH AKIBAT KEKERINGAN
40 galur, ditanam di dua lingkungan, dalam rancangan petak terpisah, dua ulangan. Petak utama adalah lingkungan kecukupan air dan kekurangan air selama fase generatif. Anak petak adalah 40 galur kacang tanah, berasal dari seleksi toleransi kekeringan. Lingkungan kecukupan air diperoleh dari tindakan memberikan irigasi secara berkala, dengan selang waktu 7 hari sejak tanam hingga menjelang panen. Lingkungan kekurangan air diperoleh dari tindakan menghentikan irigasi sejak tanaman berbunga, yakni sejak tanaman berumur 45 HST hingga panen. Petak percobaan berukuran 1,2 m x 5 m, jarak tanam 40 cm x 10 cm, satu tanaman setiap rumpun. Tanaman dipupuk dengan 50 kg urea + 100 kg SP36 + 100 kg KCl/ ha, semua pupuk diberikan pada saat tanam. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara intensif. Penyiangan dua kali, yakni pada saat tanaman berumur 25 dan 45 HST. Pengamatan dilakukan terhadap jumlah tanaman tumbuh, jumlah tanaman dipanen, skor penularan penyakit karat dan bercak daun pada umur 75 HST, skor penyakit layu akibat cekaman kekeringan pada 80 dan 90 HST, dan tinggi tanaman. Jumlah polong isi dan hampa diamati dari lima tanaman contoh/petak. Hasil polong kering diamati dari semua petak percobaan. Evaluasi tanggap galur terhadap kekeringan didasarkan pada indeks toleransi di lingkungan terdera menurut prosedur yang dikemukakan Fernandez (1992), mengikuti formula STI = (YP)(YS)/(Yp)2 , di mana STI adalah indeks toleransi galur terhadap cekaman kekeringan, YP adalah hasil pada lingkungan tidak tercekam kekeringan, YS adalah hasil galur di lingkungan tercekam kekeringan, dan Yp rata-rata hasil seluruh galur di lingkungan tidak tercekam kekeringan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Keragaan Umum Tanaman
Kekeringan selama periode generatif berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah polong isi, bobot biji, dan hasil polong kering (Gambar 1). Pada 30 hari pertama sejak irigasi dihentikan, keragaan sebagian besar galur nampak layu dengan tingkat sedang hingga agak berat (skor 2-3 dari lima skala). Tanggap galur terhadap kondisi kurang air memberikan peluang untuk terpilihnya galur-galur toleran kekeringan (Tabel 1). Salah satu bentuk tanggapan galur terhadap kekeringan adalah tumbuh lebih pendek meskipun tekanan kekeringan terjadi sejak tanaman berbunga. Umur berbunga tidak terpengaruh karena kondisi kekeringan diperlakukan selama fase generatif, sejak tanaman 50% berbunga 128
hingga panen. Masa pembungaan akan tertunda apabila cekaman kekeringan terjadi sejak awal pertumbuhan (Bhagsari 1976). Bobot 100 biji berkisar antara 28-44 g. Sebanyak 26 galur memiliki ukuran biji sedang, yakni 30-40 g/100 biji, dan 14 galur memiliki ukuran biji agak besar yakni 40-50 g/100 biji. Tinggi tanaman berkisar antara 28-43 cm, jumlah polong isi 10-24 polong/tanaman. Sebanyak 17 galur memiliki lebih dari 20 polong isi/tanaman. Hasil polong kering bervariasi antara 1,3-3,7 t/ha, 17 galur memiliki produktivitas lebih dari 3 t/ha polong kering, dan 23 galur memberikan hasil 1,3-3 t/ha polong kering (Tabel 1). Kehilangan Hasil
Perlakuan tekanan kekeringan pda fase reproduktif menurunkan hasil dengan tingkat yang beragam antargalur (Gambar 2), berkisar antara 8,3-42,2%. Dengan batas kehilangan hasil (KH) 20%, terseleksi 11 galur (Tabel 2). Sejumlah galur menunjukkan KH lebih besar dari 20%, sebagian di antaranya terkompensasi oleh produktivitas yang lebih tinggi, seperti galur ICGV 91227 (V), K/PI 259747-90-B-1 (V), K/PI 405132-90-B1-2-57 (V), dan K/PI 390595//K-90-B-54 (V) yang tergolong tipe valencia dan galur ICGV 88358/G-92-B-34 (S), ICGV 88252/ LM-92-B-4 (S) yang tergolong tipe spanish, dengan ratarata hasil mencapai 3,1 t/ha polong kering. Galur berikutnya adalah L.Lam/Jpr-93-B1-133 (S), ICGV 86680/ L.JPR-93-B-13 (V), L.JPR/L.LMG-93-B-3 (S), dan L.TBN/ L.LMG-93-B-24 (S) yang tergolong tahan penyakit layu bakteri dengan produktivitas 2,5-2,8 t/ha polong kering. Toleransi Galur
Toleransi galur di lingkungan normal dan tertekan kekeringan dievaluasi dengan konsep Fernandez (1992) 50 40
Normal Terdera
30 20 10 0 UB
B100
TT
LY
JPI
JPH
HP
Gambar 1. Pengaruh cekaman kekeringan terhadap umur berbunga (UB, hari), bobot 100 biji (B100, g), skor layu (LY, skor), tinggi tanaman (TT, cm), jumlah polong isi (JPI, polong), jumlah polong hampa (JPH, polong), dan hasil polong kering (HP, ton). Muneng, MK 2003.
PENELITIAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN VOL. 26 NO. 2 2007
Tabel 1. Rata-rata bobot 100 biji, tinggi tanaman, jumlah polong isi, jumlah polong hampa, dan hasil polong kering beberapa galur kacang tanah, Muneng, MK 2003. Galur
Tipe tanaman
Bobot 100 biji (g)
Tinggi tanaman (cm)
Jumlah polong isi per tanaman
Jumlah polong hampa per tanaman
Hasil polong kering (t/ha)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40.
Spanish Spanish Spanish Spanish Spanish Spanish Spanish Spanish Valencia Spanish Spanish Spanish Spanish Spanish Valencia Valencia Spanish Spanish Spanish Spanish Spanish Spanish Valencia Spanish Valencia Valencia Spanish Spanish Spanish Spanish Valencia Valencia Valencia Valencia Valencia Valencia Valencia Valencia Valencia Spanish
36,2 36,4 40,9 37,8 39,7 35 36,5 37,4 40,6 33,7 35,8 37,1 39 37 35,5 32,2 44,5 39,6 37,6 40,9 39,6 39,4 40,5 38,1 36,8 42,5 32,3 28,5 36,8 39,7 43,7 44,5 39 40,3 40,8 44,4 36,1 44,3 44,3 40,5
29,7 32 36,6 31,5 31,9 28,7 29,8 28,5 31,3 28,6 32,8 32,8 32,8 33,7 30,2 29,3 34,5 29,3 36,6 31,6 36,5 29 33,5 33,5 30,1 27,2 29,9 32,9 31,5 33 30,9 35,9 31,3 38 35,9 35,9 34 37,5 43,2 34,3
24 18 21 19 18 22 22 25 19 24 23 20 20 19 20 18 19 18 16 24 17 19 19 17 21 21 27 21 20 11 10 11 15 12 12 13 15 14 15 20
1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
2,66 2,78 2,25 1,89 2,33 1,82 2,20 1,70 2,66 1,32 2,06 1,99 2,30 2,12 2,18 2,12 1,96 1,97 2,36 1,87 2,56 2,02 2,61 2,83 1,93 2,11 1,76 2,17 2,03 3,03 3,02 3,31 3,00 3,09 3,17 3,70 1,70 3,87 2,75 2,28
** ** TN 5,65
* * TN 4,2
** ** TN 5,2
TN TN TN 5,3
* ** TN 0,42
L,TBN/L,LMG-93-B-24 (1) L,JPR/L,LMG-93-B-3 (2) JP/TB-93-B-19 (3) ICGV 86680/L,TBN-93-B-68 (4) L,LMG/L,JPR-93-B-133 (5) L,LMG/L,JPR-93-B-91 (6) L,LMG/ICGV 87123-93-B-13 (7) L,JPR/L,LMG-93-B-24 (8) ICGV 86680/L,JPR-93-B-13 (9) A/87846-96-B-41 (10) A/1697-96-B-92 (11) A/1697-96-B-94 (12) L,TBN/L,LMG-93-B-29 (13) L,LMG/L,JPR-93-B-87 (14) ICGV 86680/L,TBN-93-B-18 (15) ICGV 86680/L,TBN-93-B-37 (16) L,JPR/L,LMG-93-B-32 (17) ICGV 87123/L,TBN-93-B-16 (18) L,LMG/ICGV87254-93-B-34 (19) L,LMG/ICGV 87123-93-B-14 (20) L,TBN/L,JPR-93-B-35 (21) L,TBN/L,JPR-93-B-40 (22) MHS/1697-96-B-185 (223) L,Lam/Jpr-93-B1-133 (24) MHS/1697-96-B-29 (25) MHS/1697-96-B-146 (26) JRP/91260-96-B-315 (27) ICGV 87055 (28) K/SHM2-88-B-7 (29) ICGV 88252/LM-92-B-4 (30) G/PI 259747-92-B-28 (31) K/PI 405132-90-B1-2-57 (32) K/PI 298115-90-B-16 (33) K/PI 390595//K-90-B-54 (34) K/PI 259747-90-B-1 (35) ICGV 88358/G-92-B-34 (36) SIMA (37) TS-11 ICGV 91227 (38) Singa (39) Jerapah (40)
Irigasi Genotipe Interaksi BNT 0,05 TN = tidak nyata; * dan ** nyata pada taraf BNT 5% dan 1%.
tentang Stress Tolerancy Index (STI). Dengan metode tersebut dapat dikelompokkan galur-galur yang unggul di lingkungan tertekan kekeringan di lingkungan normal atau unggul pada kedua lingkungan tersebut. Tingkat toleransi galur yang tinggi pada lingkungan tercekam kekeringan dicirikan oleh nilai STI yang makin tinggi. Tekanan kekeringan selama pertumbuhan generatif hingga akhir pertumbuhan (menjelang panen) yang
mencapai kelengasan tanah 25% dari kapasitas lapang menimbulkan intensitas cekamannya 0,26. Angka ini menunjukkan telah terjadinya deraan kekeringan pada tingkat ringan. Kelayuan yang terjadi pada sebagian besar galur menunjukkan bahwa toleransi galur terhadap kekeringan tidak tinggi, sehingga galur-galur demikian hanya akan bertahan dan berproduksi jika lingkungan sangat mendukung. Menurut Fernandez (1992), galur 129
PURNOMO ET AL.: KEHILANGAN HASIL KACANG TANAH AKIBAT KEKERINGAN
t/ha
5,0
Hasil polong kering
demikian diindikasikan oleh indeks yang rendah. Dalam kajian ini indeks berada pada kisaran 0,24-1,93. Dari 40 galur yang dievaluasi, 15 galur di antaranya memiliki indeks <0,6, 16 galur dengan indeks 0,6-1,0, dan 9 galur dengan indeks >1,0. Galur L.LMG/L.JPR-93-B-91, A/ 87846-96-B-41, dan SIMA memiliki nilai indeks toleransi cekaman cukup rendah. Dengan demikian galur-galur tersebut termasuk kurang toleran terhadap perubahan lingkungan yang tajam. Galur G/PI 259747-92-B-28 (v), K/PI 405132-90-B1-2-57 (v), K/PI 298115-90-B-16 (v), K/ PI 390595//K-90-B-54 (v), K/PI 259747-90-B-1 (v), ICGV 88358/G-92-B-34 (v) dan Singa (v) memiliki tingkat toleransi yang lebih tinggi dengan rata-rata indeks lebih tinggi dari 1,0 (Tabel 3). Deraan kekeringan berpengaruh terhadap tingkat intensitas penularan penyakit karat dan bercak daun, keduanya merupakan faktor biotik yang berpengaruh langsung terhadap kehilangan hasil kacang tanah. Pada lingkungan normal (umur 75 dan 90 hari), tingkat penularan penyakit karat masing-masing dengan skor 4,0 dan 5,8 dan pada lingkungan terdera kekeringan cukup tinggi masing-masing mencapai skor 6,5 dan 8,5. Penularan penyakit bercak daun pada saat itu lebih rendah dibanding penyakit karat daun. Di lingkungan cukup air, intensitas penularan penyakit bercak daun berturut-turut dengan skor 3,0 dan 3,7, sedangan di lingkungan kekeringan masing-masing dengan skor angka 3,0 dan 4,0. Galur L.JPR/L.LMG-93-B-24, G/PI 259747-92-B-28, K/PI 405132-90-B1-2-57, K/PI 390595// K-90-B-54, ICGV 88252/LM-92-B-4, dan ICGV 91227 menunjukkan tingkat ketahanan yang lebih baik, setara dengan varietas pembanding Singa (Tabel 4)
4,5
YP
4,0
YS
3,5 3,0 2,5 2,0 1,5 1,0 0,5 0 1
4
7
10
13
16
19
22
25
28
31
34
37
40
Galur (lihat Tabel 1)
Gambar 2. Hasil polong kering beberapa galur kacang tanah di lingkungan cukup air (YP) dan terdera keringan (YS).
Indeks 2,5 2,0 1,5 1,0 0,5 0 1
3
5
7
9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39 Galur (lihat Tabel 1)
Gambar 3. Indeks toleransi terhadap deraan kekeringan (STI) beberapa galur harapan kacang tanah.
Tabel 2. Galur-galur terpilih dengan tingkat kehilangan hasil <20%.
Galur
Tipe tanaman
Hasil di lingkungan cukup air (t/ha)
Hasil di lingkungan kurang air pada fase generatif (t/ha)
Kehilangan hasil (%)
JP/TB-93-B-19 (3) ICGV 86680/L,TBN-93-B-68 (4) L,LMG/ICGV 87123-93-B-13 (7) A/1697-96-B-92 (11) A/1697-96-B-94 (12) ICGV 86680/L,TBN-93-B-37 (16) L,LMG/ICGV 87123-93-B-14 (20) L,TBN/L,JPR-93-B-35 (21) MHS/1697-96-B-29 (25) ICGV 87055 (28) K/PI 298115-90-B-16 (33 Singa (39) Jerapah (40)
Spanish Spanish Spanish Spanish Spanish Valencia Spanish Spanish Valencia Spanish Valencia Valencia Spanish
2,45 2,2 2,25 2,15 2,1 2,1 2 2,75 2,1 2,3 3,05 3,05 2,4
2,05 1,75 2,0 1,75 1,7 1,9 1,6 2,2 1,8 1,9 2,7 2,45 2,2
16,25 20,45 11,17 18,37 18,31 8,70 19,19 20,04 14,09 16,38 10,88 19,62 8,33
2,71 1,60 4,30 0,586
2,00 1,10 3,30 0,394
24,95 8,33 42,22
Rata-rata 40 galur Terendah Tertinggi BNT 0,05
130
PENELITIAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN VOL. 26 NO. 2 2007
Tabel 3. Galur-galur terpilih kacang tanah dengan tingkat toleransi cukup tinggi terhadap tekanan kekeringan pada fase generatif. Galur
Tipe tanaman
L.Lam/Jpr-93-B1-133 ICGV 88252/LM-92-B-4 G/PI 259747-92-B-28 K/PI 405132-90-B1-2-57 K/PI 298115-90-B-16 K/PI 390595//K-90-B-54 K/PI 259747-90-B-1 ICGV 88358/G-92-B-34 ICGV 91227 Singa
Spanish Valencia Valencia Valencia Valencia Valencia Valencia Valencia Valencia Valencia
Rata-rata 40 galur Terendah Tertinggi BNT 05
Tabel 4. Pengaruh kecukupan dan kekeringan air pada galur kacang tanah terhadap tingkat infeksi penyakit karat daun. Muneng, MK 2003.
Indeks toleransi 1,00 1,28 1,15 1,44 1,12 1,27 1,38 1,94 1,61 1,01 0,78 0,25 1,94 0,239
Skor infeksi penyakit karat pada umur tanaman (HST)
Penyakit karat daun Cukup air Kurang air Penyakit bercak daun Cukup air Kurang air
45
60
75
90
2 2
3 3,5
4 6,5
5,8 8,5
1,7 1,7
1,9 2
3,01 3,03
3,66 4,01
Skor penyakit karat dan bercak daun mengikuti skor 1-9 metode Subrahmanyam (1995)
DAFTAR PUSTAKA KESIMPULAN
Kondisi kekeringan selama fase generatif yang mencapai 25% kapasitas lapang atau setara dengan -4,58 sampai 0,91 MPa menimbulkan cekaman sebesar 0,261. Tanggap galur sangat nyata dan tingkat kehilangan hasil beragam antara 8,3-42,2%. Kacang tanah tipe Valencia maupun Spanish memiliki peluang yang hampir sama dalam kehilangan hasil. Kehilangan hasil galur tipe Spanish berkisar antara 8,3-37,3 dan tipe Valencia 8,742,2%. Tingkat kehilangan hasil kacang tanah tipe Valencia lebih besar dibandingtipe Spanish. Galur-galur yang toleran kekeringan dengan tingkat kehilangan hasil < 20% adalah JP/TB-93-B-19 (S), ICGV, A/1697-96-B-92 (S), L.LMG/ICGV 87123-93-B-13 (S), A/ 1697-96-B-94 (S), L.LMG/ICGV 87123-93-B-14 (S), L.TBN/ L.JPR-93-B-35 (S), MHS/1697-96-B-29 (S), ICGV 87055 (S), dan Jerapah (S) tergolong tipe Spanish, dan galur K/PI 298115-90-B-16 (V), Singa (V), , 86680/L.TBN-93-B-68 (V), ICGV 86680/L.TBN-93-B-37 (V) tergolong tipe Valencia.
Bhagsari A.S, 1976. Effect of moisture stress on photosyinthesis and some related physicological characteristics in peanut. Crop Sci. 16:712-714 Davidson, J.M. and J.E. Garton. 1973. Irrigation and water use in Peanut-Culture and uses. Oklahoma, USA. American Peanut Research Association. p.361.
Fernandez, G.C.J. 1992. Effective selection criteria for assessing plant stress tolerance, p.257-270. In C.G. Kuo (Ed). Adaptation of food crops to temperature and water stress. Proc. Internat. Symp. AVRDC, Taiwan. Hammond, L.C. and K.J. Boote. 1978. Water use and yield of peanut on a well drained sandy soil. Proceeding of American Peanut Research and Education Association 10:73.
McDonald, D., P. Subrahmanyam, and D.H. Smith. 1985. Ealry and late leaf spot of groundnut. Information Bulletin no. 21 Patancheru, A.P. 502324 India. ICRISAT 24 p. Metelerkamp, H.R.R. 1975. Irrigation scheduling by means of class a pan evaporation. Rhodesian Agriculture Journal Technical Bulletin 16.
Sivakumar. M.V.K and P.S. Sarma.1985. Studies on water relation of groundnut. Agrometeorology of groundnut Proceeding of an International Symposium ICRISAT Sahelian Center, Niamey, Neger 21-26 August 1985. p:83-98
Subrahmanyam, P., D.McDonald., F.Waliyar., L.J. Reddy., S.N. Nigam., R.W. Gibbons., and V. Ramanatha Rao. 1995. Screening methods and sources of resistance tom rust and late leaf spot of groundnut. ICISAT, Patancheru, Andhra Pradesh, India.
131