Edisi Mei 2015
Kabar Masyarakat Ternak
MTN Cetak Peternak Muda dan Menginspirasi
Sapa Direktur
Pesantren Mandiri Program Pesantren Mandiri merupakan yang bertujuan untuk menumbuhkan kecakapan beternak dan berwirausaha para santri, meningkatkan ekonomi pesantren, serta turut meningkatkan jumlah domba. Pada program Pesantren Mandiri, MTN akan menyalurkan bantuan 20 domba betina dan 4 domba jantan serta menyalurkan bantuan pembuatan kandang. Peluncuran perdana program dilakukan di Pesantren Darul Mustofa, Kec. Tanjungsiang, Kab.Subang. MTN ingin membentuk santri yang berdaya dan mandiri finansial. Untuk alasan itulah MTN membuka peluang kerja sama bagi seluruh pesantren yang tertarik untuk mengembangkan peternakan.
Mari bersama MTN Ciptakan Santri Mandiri melalui dunia Peternakan Anda dapat berpartisipasi dalam Transfer Donasi No. Rek MTN Mandiri Syariah: 7032.230.298 an MASYARAKAT TERNAK NUSANTARA Mandiri: 131 0000 335358 an YAYASAN MASYARAKAT TERNAK CIMB NIAGA: 5020-1002-65000 anYAYASAN MASYARAKAT TERNAK BNI syariah: 352 187952 an MASYARAKAT TERNAK NUSANTARA
Sapa Direktur Assalamualaikum Wrwb. Anak Muda Desa yang Bahagia Sudah tahukah Anda bahwa tahun 2012 merupakan momentum bagi kependudukan indonesia. Karena di tahun 2012 terjadi titik persimpangan, dimana jumlah penduduk kota menyalip jumlah penduduk desa. Data tahun 2012 jumlah penduduk kota mencapai 54% atau sekitar 129,6 juta, padahal tahun 2010 jumlah penduduk kota 49,8 %. Tahun 2015 ini pasti angka penduduk kota sudah lebih tinggi lagi. Disatu sisi artinya semakin banyak penduduk yang menikmati kehidupan dengan fasilitas infrastruktur kota. Dengan catatan kota mampu menyiapkan diri dengan segala daya dukungnya sampai pada kapasitas maksimumnya. Namun, dalam hukum keseimbangan, desa pun tetap harus berpenghuni, dan orang desa pun tetap harus memiliki indeks kebahagiaan yang relatif sama dengan kota. Saat ini indeks kebahagiaan penduduk kota lebih besar dari desa yaitu perbandingan antara 69,62 dan 66,95. Sehingga, pembangunan di kedua tipe wilayah ini harus seimbang. Untuk itu perlu diupayakan bagaimana membangun desa secara komprehensif. Kami di MTN mencoba berkontribusi dari sektor peternakan. Sebuah sektor yang sangat dekat hubungannya dengan desa. Diawal keberadaan MTN, sektor peternakan “dimonopoli” oleh peternak dengan usia lebih dari 50 tahun. Kami melihat diperlukan darah baru yaitu peternak muda. Setahun kemudian peternak muda ini mulai menunjukkan hasilnya. Mulai terdengar keinginan dari anak muda lainnya menggeluti sektor peternakan. Meskipun motivasi diawal masih “daripada ke kota...” kita akan rubah menjadi “saya memilih menjadi anak muda desa yang bahagia dengan berternak”. Usaha ini perlu di akselerasi bersama sektor lainnya agar arus urbanisasi bisa berkurang dan desa semakin bahagia. Waalaikumsalam wrwb. Noor Yahya Muhammad Direktur MTN
1
kabar Utama
MTN Cetak Peternak Muda dan Menginspirasi Tak bisa dipungkiri, Indonesia kini menjadi negara saat ini yang paling beruntung, selain memiliki kekayaan yang luar biasa baik hampran laut serta potensi subur dari mulai sabang hingga tanah papua. Tidak hanya itu saja, selain hamparan dari alamnya, ada satu hal yang menjadi keunggulan yang dimiliki Indonesia, yaitu ledekan usia produktif. Hal ini menjadi salah satu kekuatan penting dalam komposisi demografi Indonesia yang memiliki hubungan dengan perekenomian adalah penduduk usia muda yang ada di Indonesia. Mereka adalah kekuatan kerja (asal ada cukup banyak kesempatan kerja). Rata-rata usia penduduk Indonesia adalah 28.2 tahun (perkiraan tahun 2011). Ini adalah median age yang berarti separuh dari populasi Indonesia berusia 28.2 tahun lebih dan separuhnya lagi umurnya di bawah 28.2 tahun. Mengenai jenis kelamin, rata-rata median age wanita di Indonesia adalah 28.7 tahun, sementara median age pria lebih muda setahun (27.7 tahun). Di bawah ini adalah persentase penduduk Indonesia yang dikategorikan dalam tiga kelompok usia dan jenis kelamin: Presentasi Gabungan Total Populasi
Pria (Absolut)
Wanita (Absolut)
0-14 tahun
27.3
34,165,213
32,978,841
15-64 tahun
66.5
82,104,636
81,263,055
6.1
6,654,695
8,446,603
65 tahun ke atas Source: CIA World Factbook
Pada tahun 2010, sekitar 19 persen penduduk Indonesia adalah anak yang umurnya di bawah sepuluh tahun, sekitar 37 persen di bawah dua puluh tahun dan sekitar setengah populasi Indonesia berusia di bawah tiga puluh tahun. Angka-angka ini menunjukkan - dari perspektif demografis - bahwa Indonesia memiliki potensi besar dalam hal produktifitas dan kreatifitas. Langkanya Peternak Muda Pasar peternakan domba dan kambing masih sangat begitu luas, bahkan potensi kita untuk ekspor pun masih sangat terbuka, terbukti dari besarnya pasar permintaan dari negara tetangga baik itu Asia maupun diluar Asia. Namun, pertanyaannya mengapa sampai saat ini kita masih impor? Menurut catatan pemerintah, 60-80 persen kebutuhan pangan nasional masih bergantung pada pangan impor. Rata-rata impor sejumlah produk pangan delapan tahun terakhir, lebih dari US$ 3 miliar setahun, sedangkan ekspor hanya sekitar US$ 300 juta. Pada 2011, nilai impor beras, jagung, gandum, kedelai, gula, susu, dan daging sapi mencapai US$ 9,4 miliar, sedangkan nilai ekspornya jauh lebih kecil, hanya sekitar US$ 150 juta. Tak hanyaitu, catatan kelam lainnya lagi sektor peternakan ini pun mulai ditinggal banyak sarjana peternakannya. Atau banyak sarjana peternakan yang tidak mau jadi peternak. Bahkan hitungan kalkulasi dari dari seorang yang ahli dibidang peternakan mengatakan bahwa program SMD (Sarjana Masuk Desa) pun seolah hanya sebatas menjalankan program setelahnya, kebanyakan para sarjana peternakan itu “murtad” lagi. Dari situlah mengapa, salah satu program MTN ditahun ini berupaya keras bisa menumbuhkan cinta akan dunia peternakan. Dengan menumbuhkan semangat beternak yang meskipun tidak memiliki background mendasar namun berawal diniatan rasa-rasanya bisa memunculkan motivasi baik untuk peternak muda itu sendiri maupun warga sekitarnya.
2
kabar Utama Tercatat, salah satu kendala dunia peternakan Indonesia belum terlalu maju dalam mengelola peternakan itu sendiri karena faktor tradisional dalam sistem pengelolaannya, hal inilah berdampak pada kurang minatnya para sarjana peternak serta beberapa masyarkat desa meninggalkan profesi yang sudah dilakukan sejak nabi. “Merubah mindset peternak ini memang sangat besar tantangan, selain karena faktor ilmu nya juga ada banyak faktor yang mempengaruhi sehingga peternak indonesia khususnya masih kurang berkembang,” ungkap Noor Yahya Mohammad , Direktur MTN. Asep dan Endi Peternak Muda yang Bermimpi Sukses di Peternakan Asep (23 tahun) dan Endi (20 tahun), dua peternak yang sudah tidak asing di wilayah kampung Cirelek, Subang , Jawa Barat. Mulanya dari kebosanan menjadi pegawai dibeberapa tempat nampaknyaAsep dan Endi merasa bahwa beternak lah jalan kesuksesannya. “Saya dulu sempat kerja sana sini, nah beberapa waktu lalu pernah ikut pelatihan menjadi pengusaha dan saya rasa beternak ini bisa jalan saya menjadi pengusaha yang sukses,” ungkap Asep kepada MTN di kediamannya. Tidak berbeda dengan Asep, Endi pun demikian, merasa memiliki waktu yang cukup luang dan memiliki kecintaan yang luar biasa pada domba iapun merasa harus serius menggeluti nya. “Alhamdulillah, beternak sudah lama saya tekuni dan semenjak ada MTN saya semakin yakin untuk terus serius dan mudah-mudahan bisa sukses,” tutur Endi. Kini dengan berbekal semangat mereka itu tertular tidak hanya di keluarga mereka bahkan satu kampung mulai kembali tertarik beternak, karena merasa ada harapan di dunia peternakan jika mau serius digeluti. “mereka kini jadi bisa menumbuhkan semangat beternak di kampung mereka, sebelumnya warga sekitar membiarkan kandangnya kosong tanpa hewan hingga akhirnya, warga mulai meminta bantuan ke MTN untuk bisa beternak,” tutur Nana Hidayat selaku Pendamping Masyarakat Ternak. Masih menurut Nana, pendamping Asep dan Endi mengungkapkan bahwa keduanya kian mahir dari sebelumnya ia ajarkan. “mereka kini jauh lebih jago untuk urusan membuat silase, saya yang ajarkan bahkan jadi belajar kepada mereka,” tutur Nana Pendamping Masyarakat Ternak (PMT). Berawal dari bantuan pinjaman mesin pencacah dari kepala desan, kini Asep dan Endi peternak muda dari MTN beserta 11 anggota peternak lainnya yang tergabung dalam kelompok ternak “Wargi Saluyu” Subang ini berharap dengan adanya bantuan dari MTN baik berupa domba maupun pembinaan serta pelatihan bisa terus ada, sehingga mimpi sukses dengan domba bisa terwujud di kampung mereka. “Saya pengen belajar banyak lagi, gak Cuma bisa jago silase tapi bisa sukses domba dengan teknis atau ilmu peternakan lainnya,”tutur Asep. (Hartini)
3
Peternak Inspirasi
Dibalik Peternak Inspirasi, Ada PMT yang Menginspirasi Subang: Dibalik lahirnya peternak-peternak hebat nan menginspirasi tidak terlepas dari campur tangan Pendamping Masyarakat Ternak (PMT) yang menginspirasi pula. Melalui tangan, ilmu serta kesabaranlah yang membuat para peternak akhrinya tidak pantang menyerah dan terus berusaha untuk bisa memperbaiki ekonomi masa depan peternaknya. Kalem, Penuh senyum dan ramah ini adalah kesan pertama yang mungkin terasa saat pertama kali jumpa.Ia adalah Muhammad Sutisna Sanjaya atau akrab disapa Tisna yang pada April lalu dinobatkan sebagai Pendamping Masyarakat Ternak (PMT) Inspirasi. Lelaki pendiam ini bergabung menjadi pendamping masyarakat ternak di MTN ini bertepatan dengan hari sumpah pemuda dua tahun yang lalu. Awalnya ia memegang 20 orang peternak binaan dengan jumlah hewan mencapai 120 ekor domba. Dan saat ini jumlah peternak binaannya sudah 38 peternak dan 224 ekor domba. “ia menjadi PMT terbaik karena selain 100 persen kunjungan ke 38 peternak binaan, dalam segi penjualan anakan dari peternak binaan nya pun tidak kalah baik yaitu peringkat kedua, tutur Irwan Yusup selaku Program Managemen Dept Head.
4
Ayah dari anak satu ini menuturkan bahwa salah satu motivasinya berada di MTN adalah membantu memberikan fasilitas dan baginya itulah merupakan kebahagiaan tersendiri. “menjadi fasilitator atau menjadi PMT ini memberikan kebahagiaan tersendiri karena bisa bantu mereka,” ungkap Tisna saat mendapatkan penghargaan PMT terbaiknya di Subang. SelaIn itu, Tisna yang sebelumnya berjualan keliling ini juga sempat beternak meski saat ini ternak nya tengah dipelihara oleh sepupunya. “Dulu memang pernah jualan sekarang sudah berhenti karena bearlih ke yang lain, dan baru 2 bulan belakangan ini domba saya titipkan ke saudara saya yaitu 2 ekor jantan dan 3 bibit,” tambah Tisna. Namun dibaik kisah bahagianya, tersimpan pula kisa pilu nya yang membawa cerita pula, bagi pria kelahiran Subang 25 November , 33 tahun silam ialah saat para peternak harus mengakui ketidaksanggupannya beternak kembali karena kondisi yang bermacam-macam. “Dukanya, saat peternak ingin berhenti jadi peternak karena tidak sanggup atau lain sebagainya sehingga meminta domba nya untuk dipindahkan di jam-jam yang terkadang tidak tepat, jadi harus terus siap siaga,” tutupnya. (Hartini)
Kabar Foto
5
Kabar Mitra
Pensiunan Krakatau Steel Belajar Beternak dengan MTN Subang: Dalam mengoptimalkan masa-masa pensiun , 40 pensiunan karyawan Krakatau Steel lakukan kunjungan sekaligus belajar lebih dalam mengenai dunia peternakan melalui MTN. Selain menjadi wadah informasi bagi ke 40 peserta tersebut, kunjungan ini diharapkan dapat menjadi salah satu pilihan bagi pensiunan krakatau steel. Bertempat di Subang, para peserta diajak untuk mendengarkan peluang serta tantangan kekinian dalam dunia peternaka. Noor Yahya Muhammad, pembicara sekaligus Direktur Masyarakat Ternak Nusantara (MTN) memaparkan betapa saat ini peluang dunia peternakan khususnya domba dan kambing sangat terbuka luas. “Kalau kita bicara soal kebutuhan, saat ini pasar dari peternakan khusus domba dan kambing ini begitu luas, mulai dari konsumsi makanan dari restoran, akikah hingga kurban Indonesia tercatat masih belum bisa angka pemenuhan konsumsidari produksi yang ada, sehingga kehadiran Bapak Ibu untuk menggeluti dunia peternakan masih terbuka luas walau masih masih beberapa tantangan di dalamnya,” tutur Yahya dihadapan peserta kunjungan di RM Mang Yeye, Subang (30/4). Setelah pemaparan, acara kunjungan ini dilanjutkan diskusi seputar pengalaman peserta hingga mitos daging domba yang mengandung kolesterol dan lain-lain. Setelah makan siang kunjungan dilanjutkan melihat langsung kandang percontohan yang merupakan mitra dari MTN. “Terima kasih MTN telah memfasilitasi serta mengedukasi mantan karyawan kami yang saat ini tengah mempersiapkan masa pensiupnya untuk lebih produktif, semoga ini silaturahim yang tidak berhenti di sini,” tutup Burhan salah karyawan Krakatu Steel sekalgus penyelenggara kunjungan ini. (Hartini)
6
Mau Program Dengan Banyak Manfaat? KABITA
Kampung Bibit Nusantara I Pesantrean Mandiri
KEAMANAN NASIONAL • Membantu Meningkatkan Indeks Ketahanan Pangan Nasional • Melestarikan Plasma Nutfah asli Indonesia SOSIAL • Meningkatkan Model Sosial melalui pembentukan Gapoktan • Mengurangi Urbanisasi • Meningkatkan kesalehan sosial melalui pembinaan berkurikulum PENDIDIKAN • Mengajarkan Hikmah Leadersheep • Mengajarkan Kasih Sayang • Ektrakulikuler Enterpreneurship, melahirkan pengusaha muda AGAMA • Merupakan profesi para nabi • Fardhu Kifayah mendukung Ibadah Qurban dan Aqiqah
EKONOMI • Menumbuhkan Lembaga Ekonomi Produktif • Meningkatkan Pendapatan • Mengurangi Kemiskinan • Mengurangi Biaya pada industri tertentu LINGKUNGAN • Mengembalikkan kesehatan Tanah sebagai faktor produksi • Mengurangi ketergantungan energi melalui Biogas KESEHATAN • Meningkatkan pemenuhan gizi dari susu dan daging keluarga • Mencegah stress! • Back to nature, more fresh!
Terima kasih mitra-mitra MTN
7
MTN Update Satu Tahun, Penyaluran Kambing MTN Korban Kelud Bertambah 19 Anakan Kediri: Bantuan Masyarakat Ternak Nusantara (MTN) berupa 11 ekor kambing Etawa kepada korban letusan Kelud satu tahun lalu kini perkembangannya sudah baik, bahkan jumlah anakan nya bertambah hingga 19 ekor, sehingga total kambing yang ada kini mencapai 30 ekor dalam kurun satu tahun. Adalah Ersanto yang merupakan Penanggung Jawab sekaligus Relawan Inspirasi ini menuturkan bahwa sepanjang satu tahu program bantuan kambing perah ini nyaris tak ada kendala, masyarakat senantiasa antusias dan berterima kasih atas bantuan yang telah diberikan MTN. “Program bantuan bagi korban erupsi di kelud dari MTN yang jumlah penerima manfaat nya 8 orang begitu antusias atas bantuan tersebut karena di samping faktor pakan yang melimpah sebagian besar mereka juga memiliki ladang sehingga dengan adanya kambing tersebut tentu akan semakin membantu kondisi ekonomi mereka,” tutur Ersanto saat di hubungi MTN (7/5). Santo menambahkan, sejauh ini kendala yang dihadapi selama setahun terakhir ini belum ada yang yang berarti , kedelapan peternak tersebut , sudah sangat menguasai bidang peternakan khususnya kambing. “Kendala sih ada tapi masih bisa kami dihadapi seperti masuk angin dan penyakit lain-lain,” tambah Santo. Kedepannya, santo berharap MTN bisa terus mendukung kegiatan peternakan kelompok nya tersebut, semisal memberikan bantuan perbaikan kandang karena saat ini kondisi anakan yang semakin banyak dan kondisi kandang yang cukup sempit . “sepertinya kebutuhan yang paling mendesak saat ini ialah membuat kandang, karena anakan terus bertambah jadi kandang yang sudah ada tidak bisa lagi menampung anakan yang lahir ,” tutupnya Santo. Untuk diketahui, selain 11 ekor kambing Etawa , diwaktu yang sama MTN juga memberika bantuan 150 bungkus susu bubuk kambing Etawa kepada peternak yang menjadi korban letusan Kelud beberapa waktu lalu. Penyaluran tersebut dilakukan di Dusun Petung yang terletak 5 – 6 km dari puncak Kelud. Saat erupsi Kelud, dusun ini termasuk dusun terparah yang terkena dampak erupsi tersebut. 33 Peternak Menerima Program Gaduh Sapi di Probolinngo Probolinggo: Sebagai upaya memberdayakan ekonomi peternak di Desa Sember Kare, Kecamatan Wonomerto Kabupaten Probolinggo , Jawa timur, MTN dan RZ memberikan bantuan program Gaduh sapi kepada 33 Peternak dengan total 40 ekor sapi.
8
MTN Update Selain itu, program ini bertujuan memberikan solusi pemenuhan kebutuhan sapi menjelang hari raya qurban atau Idul Adha. “Program fattening sapi yang diberikan ke 33 peternak di sana selain untuk mebantu ekonomi mereka yang nantinya akan dirasa saat menjelang hari raya kurban atau idul adha,” tutur Yanta selaku Program Admin saat dihubungi MTN. (8/5). Adalah pak Murso, salah satu peternak binaan yang ikut menjadi bagian dari program gaduh sapi ini berharap, dengan program ini kondisi ekonominya nanti bisa terus bisa lebiih baik, khusunya menjelang lebaran haji mendatang. “Terima kasih RZ, saya bisa di kasih sapi untuk menambah penghasilan saya dan sekeluarga,” ungkap Murso. (Hartini) MTN Senantiasa Bantu Monitoring Kesehatan Hewan Ternak Subang: Selain pedampingan serta pembinaan baik secara spritual maupun skill beternak, MTN juga memberikan prioritas dalam hal memberikan pantauan secara rutin dengan kunjugan tiap pekan ke setiap peternak. “Kami setiap pekan pasti kelillingan mengnjungi peternak binaan guna pastikan kondisi hewan serta monitor peternak itu sendiri,” ungkap Nana Hidayat, Pendamping Masyarakat Ternak (PMT) MTN di Subang (3/5). Nana menambahkan bahwa monitoring ini sangat penting selain membantu PMT dalam pendampingan, peternak juga membantu peternak dalam mengatasi segala perkembangan masalah yang terjadi di hewan ternak masing. “Seperti yang terjadi di peternak Rastib saat ini, beberapa kali kondisi hewan mengalami ganguan kesehatan dan dengan monitoring ini kita bisa pantau dan mengambil tindakan seperti menyuntikkan obat,” tutup Nana. (Hartini)
9
Tamu Kita
Urusan Pangan Dahulu, Kini dan Nanti (II) Oleh: Muhaimin Iqbal TIGA dari setiap delapan penduduk dunia tergolong miskin bila kita gunakan standar daya beli US$ 2/hari. Ini berarti ada sekitar 2.7 milyar penduduk dunia yang miskin yang sangat rentan terhadap krisis pangan. Oleh sebab itu krisis ini harus bisa diantisipasi, dicegah dan diminimisasi dampaknya – bukan hanya oleh pemerintah, tetapi juga oleh penduduk negeri-negeri seperti kita. Bagaimana caranya? Sebagaimana penyebabnya yang diuraikan dalam tulisan sebelumnya bahwa krisis itu berasal dari ulah tangan-tangan manusia – seperti di era kolonialism dahulu dan kapitalisme kini – maka dari sinilah kita mencegah krisis itu agar jangan sampai terjadi. Pertama yang harus dihindari adalah penguasaan sumber-sumber produksi hanya oleh segelintir pihak tertentu. Ini bisa lahan, sumber air, benih, pupuk, obat-obatan, energy, pengetahuan dlsb. Sumber produksi utama seperti lahan, air dan energi harus dikelola secara bersama sebagaimana petunjuk Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam: “Orang-orang muslim itu berSyirkah dalam tiga hal, dalam hal padang rumput, air dan api.” (Sunan Abu Daud, no 3745) Kuncinya ada di Syirkah tersebut dan ini pengertiannya sangat luas, bisa dicari bentuk-bentuk Syirkah yang paling efektif untuk membangun ketahanan pangan itu. Ketika petani kita tidak berSyirkah, penguasaan lahan mereka rata-rata terlalu kecil. Seandainya lahan mereka sudah subur-pun, tetap tidak memberi penghasilan yang memadai untuk Pak Tani dan keluarganya, lihat tulisan saya tentang “Matematika Petani”. Bila selama ini sudah ada bentuk-bentuk Syirkah seperti di sejumlah Kelompok Tani dan Koperasi Unit Desa (KUD), namun belum berhasil membangun kemakmuran para petani dan belum juga membangun ketahanan pangan – maka barangkali perlu dicarikan bentuk-bentuk Syirkah yang lain yang lebih efektif. Urusan pangan ini adalah urusan yang sangat besar, namun agar mudah ditangani – maka urusan tersebut kita bisa breakdown menjadi urusan-urusan yang lebih kecil – kita atasi masalah tersebut dari desa ke desa. Setelah menjadi skala desa, insyaAllah akan banyak yang (merasa) sanggup untuk melakukannya dan mudah-mudahan benar-benar sanggup. Kita di Indonesia memiliki jumlah lulusan sarjana pertanian saat ini sekitar 34,000 per tahun. Asumsikan 80 % Muslim dan asumsikan 50% saja tertarik untuk mempraktekkan ilmunya di bidangnya, asumsikan dari sini 5 % saja yang tertarik untuk melandasi penerapan ilmunya dengan petunjuk Al-Qur’an, Hadits dan sirah – maka mestinya tidak sulit untuk memperoleh sekitar 680 orang kader inti pertanian setiap tahun yang mau dibekali dengan petunjuk-petunjukNya.
10
Tamu Kita Mereka kemudian diterjunkan ke desa-desa untuk menjadi prime mover dalam gerakan Syirkah pertanian di desa-desa. Mulai dari memetakan potensi dan masalah yang ada di desa tersebut, mengatasi satu per satu masalah yang ada, mengefektifkan kerja petani, mencarikan mereka bibit-bibit tanaman yang dibutuhkan, mengelola pasar hasil bumi petani dengan konsep pasar Madinah, mengolah hasil pertaniannya di lokasi bila perlu dlsb.dlsb. Maka si sarjana pertanian ini akan seperti Abdurrahman bin Auf yang tanpa bekal di hari pertamanya terjun ke pasar, tetapi kemudian dia mampu berSyirkah dengan seluruh penduduk Madinah dan memakmurkan Madinah pada jamannya. Demikianlah si sarjana ini nanti berperan di desanya yang baru, dia membangun Syirkah dengan seluruh petani dan penduduk desa untuk kemudian memakmurkannya. Apa jaminannya bahwa si sarjana ini akan berhasil? Yang menjamin keberhasilan dia bukan kita, tetapi Allah, itulah maka dipersyaratkan di atas si sarjana ini harus mau dibekali dengan al-Qur’an, hadits, sirah dlsb adalah untuk membangun keimanan dan ketakwaannya. Yang dia lakukan di desa bukan hanya mengajari bertani dan berdagang, tetapi juga membangun keimanan dan ketakwaan petani dan penduduk desa – baru setelah itulah jaminan keberkahan dari Allah berlaku untuk mereka (QS 7 : 96). Di antara bentuk keimanan dan keberkahan itu adalah keyakinan bahwa Al-Qur’an memberi jawaban untuk seluruh masalah (QS 16:89), maka si sarjana pertanian akan mencari solusi dari setiap masalahnya di Al-Qur’an. Ketika ketemu tanah yang tandus dan mati apa yang dia harus lakukan (QS 36:33), ketika ketemu hasil bumi yang tidak memadai – apa pula yang dia harus lakukan (QS 13:4) dlsb. Sebagai contoh dengan surat Abasa yang dia bisa ajarkan ke para petani untuk membacanya, menghafalkannya dan sekaligus mengamalkannya – dia akan bisa mengurusi seluruh kebutuhan pangan petani. Mulai dari kebutuhan protein dari biji-bijian (QS 80:27), kebutuhan karbohidrat dan lemak (QS 80-29), kebutuhan vitamin dan mineral (QS 80 : 28 dan 31), kebutuhan tanaman obat (QS 80 : 30) dan bahkan juga tanaman-tanaman untuk ternak mereka (QS 80 : 31-32). Setelah metode ini berhasil dengan 680 orang sarjana di 680 desa percontohan, tinggal diikuti dengan sarjana-sarjana berikutnya di desa-desa lainnya. Setiap tahun penambahan desa yang digarap, yang diterjunkan adalah dua kali dari yang sebelumnya – referensinya ada di papan catur dalam tulisan saya sebelumnya ‘Yang Ngurusi Bukan Ngrusuhi’. Maka dengan pendekatan ini insyaAllah Indonesia yang memiliki sekitar 74.000 desa akan bisa makmur dalam periode kurang dari 10 tahun.
11
Tamu Kita Bagaimana kalau para sarjana pertanian tidak tertarik untuk membangun desa? Tidak masalah karena banyak sarjana lain dan bahkan juga pemuda-pemuda terampil yang bisa diajari dengan konsep yang sama. Yang lebih penting bukan sarjana atau tidaknya, yang penting adalah mau menggunakan petunjukNya atau tidak. Yang mendatangkan kemakmuran bukan kesarjanaannya, tetapi adalah keimanan dan ketakwaannya – maka inilah syarat utamanya. Untuk membekali para sarjana atau pemuda trampil tersebut terjun ke desa-desa, bisa saja dibentuk Syirkah level berikutnya. Yaitu Syirkah para pemodal dengan para pemuda yang akan terjun ke desadesa tersebut. Orang-orang yang tinggal di kota-kota seperti saya dan Anda-pun insyaAllah akan mau berSyirkah mendanai para pemuda yang akan memakmurkan desa dan insyaAllah juga akan memakmurkan negeri ini secara keseluruhan – bahkan juga negeri-negeri lain dengan pola yang sama. Untuk mencapai dampak yang massif secara nasional dan bahkan juga internasional, puluhan ribu sarjana dan tenaga terampil di desa-desa tersebut dapat terus didampingi dan diintegrasikan dengan konsep Bertani di Era Wiki yang systemnya sudah siap beroperasi di Wikitani (www.wikitani.com). Dari 2.7 milyar penduduk dunia yang miskin yang saya sebut di awal tulisan tersebut di atas, 700 juta diantaranya berada di sekitar kita yaitu Asia Tenggara. Maka ini mudah-mudahan bisa menjadi wasilah kita untuk mendekatkan diri kepada Allah, agar Dia ridlo untuk memasukkan kita menjadi golongan kanan atas upaya kita untuk bisa memberi makan di hari-hari kelaparan ini (QS 90 : 12-18). Agar solusi ini tidak hanya menjadi wacana dan tulisan belaka, lets just do it!. Bagi Anda yang berminat untuk program ini, maupun yang berminat untuk menjadi sponsornya – kami undang untuk bergabung dalam acara pembukaan Startup Center di Jl. Juanda 43 Depok – tentative tanggal 16 November 2013. InsyaAllah.* Penulis adalah Direktur Gerai Dinar Editor: Cholis Akbar
12
Terima Kasih
13
Kantor Pusat: Kantor Pusat : Jl. Turangga No. 63, Bandung Jl. Matraman Raya No. 148 Blok A 1 No. Hp: 081 5990 777 5 Website: www.masyarakatternak.org Telp : 021 – 8591 8020 Email:
[email protected] Fax : 021 – 8591 8021 Hotline : 0815 990 7777
Website : www.masyarakatternak.org FB : Masyarakat Ternak Twitter : @masyarakaternak