RESPONS ERITHROSIT TERHADAP PERLAKUAN MIKROMINERAL Cu, Fe, DAN Zn PADA AYAM (Gallus gallus domesticus) (Responses of Erythrocytes to Several Microelements Administration of Copper, Iron, and Zinc in the Chicks) K. Praseno Jurusan Biologi Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Diponegoro, Semarang
ABSTRAK Observasi laboratorik bertujuan untuk mengetahui potensi mikromineral Cu, Fe, dan Zn terhadap dinamika erythrosit, dalam rangka pemanfaatan mikromineral tersebut sebagai bahan optimasi produktivitas pada ayam. Beberapa percobaan dilaksanakan, yaitu : percobaan – 1 : berupa perlakuan Cu berlebihan secara oral pada ayam, percobaan – 2 : perlakuan kombinasi Cu dan Fe secara oral, percobaan – 3 : perlakuan oral kombinasi Cu dan Zn, percobaan – 4 : perlakuan Cu berlebihan dengan frkuensi berbeda, dan percobaan – 5 : perlakuan larutan kombinasi Cu, Fe, Zn, sebagai air minum pada ayam. Data yang diperoleh diolah menggunakan anova dengan rancangan dasar acak lengkap. Hasil percobaan menunjukkan bahwa berbagai perlakuan mikromineral tunggal tidak menyebabkan perubahan jumlah erithrosit pada ayam setelah perlakuan, akan tetapi pemberian larutan kombinasi Cu, Fe, Zn, meningkatkan jumlah erithrosit (P<0,05). Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa kombinasi mikromineral Cu, Fe, Zn, memiliki potensi untuk dimanfaatkan sebagai optimasi produktivitas ayam. Kata kunci : erithrosit, tembaga, besi, seng, ayam ABSTRACT Several laboratory experiments were objected to study the microelements potential of cooper, iron, and zinc on erythrocytes number, and to study the relationship among cooper, iron, and zinc as optimization agents for the productivity of the chicks. Experiment 1 was the oral administration of excess cooper in the chicks. Experiment 2 was the oral administration of combination between cooper and iron. Experiment 3 was the oral administration of combination between cooper and zinc. Experiment 4 was the treatment of excess cooper with different frequency in the chicks. Experiment 5 was the combination treatment among cooper, iron, and zinc in drinking water in the chicks. Experimental data were analysed using anova based on completely randomized design. General result indicated that the single microelement treatment could not fluctuate the erythrocytes number of chicks, but the combination treatment among cooper, iron, and zinc increased (P<0.05) the erythrocytes number. In conclusion, the combination treatment of microelements could be used for optimization of productivity in the chicks. Keywords: erythrocytes, copper, iron, zinc, chicks
Responses of Erythrocytes to Several Microelements Administration in the Chicks (Praseno)
179
PENDAHULUAN Produktivitas ayam merupakan akumulasi potensi berbagai proses fisiologis yang terjadi dalam tubuh ayam. Proses metabolisme merupakan proses mendasar yang menentukan produktivitas ayam. Jika proses metabolisme berjalam optimal, maka produktivitas ayam tersebut optimal pula. Optimasi proses metabolisme dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Optimasi tidak langsung dapat dilakukan melalui optimasi jumlah erithrosit. Jumlah erithrosit menentukan kuantitas dan kualitas suply oksigen dalam sel tubuh ayam. Oksigen dibutuhkan untuk oksidasi dalam metabolisme sehingga dihasilkan energi ATP atau adenosin trifosfat (Conn dan Stumpf, 1976). Jika oksigen tersedia optimum, maka oksidasi berjalan optimum, ATP yang dihasilkan optimum. Energi ATP tersebut digunakan untuk proses produksi dalam tubuh ayam. Erithrosit merupakan produk proses erithrofoesis, proses tersebut terjadi dalam sungsum tulang merah (medulla osseum rubrum) yang antara lain terdapat dalam berbagai tulang panjang. Erithrofoesis membutuhkan bahan dasar protein, glukosa, dan berbagai aktivator, beberapa aktivator proses erithrofoesis adalah mikromineral Cu, Fe, dan Zn. Pemberian unsur Cu dan Fe dengan rasio tertentu mampu meningkatkan status hematologis dan pertumbuhan ayam (McNaughton dan Day, 1979). Unsur Cu, Fe, dan Zn, berperan dalam metabolisme protein. khususnya Cu berperan dalam pembentukan protein kollagen, Fe berperan dalam pembentukan senyawa heme, dan Zn berperan dalam pembentukan protein pada umumnya (McDowell, 1992) Adisi mikromineral Cu, Fe, dan Zn melalui air minum diharapkan dapat meningkatkan jumlah erithrosit sehingga kualitas darah ayam tersebut meningkat sehingga dapat meningkatkan aktivitas metabolisme dan akhirnya akan meningkatkan produktivitas ayam tersebut. Informasi mengenai pemanfaatan larutan mikromineral ebagai air minum (“drinking water”) pada pemeliharaan ayam relatif masih kurang. Oleh karena itu perlu pengkajian potensi larutan mikromineral sebagai air minum pada ayam melalui status erithrosit setelah pemberian mikromineral secara per-oral maupun melalui air minum, sehingga diketahui secara pasti kemungkinan
180
pemanfaatan larutan mikromineral sebagai bahan aditif dan diberikan sebagai air minum pada pemeliharaan ayam. MATERI DAN METODE Percobaan laboratorik dilakukan dengan menggunakan sejumlah ayam pedaging yang diperoleh dari peternak broiler di Semarang. Lima rangkaian percobaan secara terpisah telah dilakukan berturut-turut, yaitu : Percobaan-1 : pemberian Cu berlebihan peroral pada ayam. Sembilan ekor ayam pedaging dipisahkan menjadi 3 kelompok, masing-masing kelompok diberikan kristal CuSO4.5H2O sebanyak 0 mg (0 ppm Cu), 200 mg (80 mg Cu), dan 400 mg (160 mg Cu). Frekuensi pemberian perlakuan sekali pada awal percobaan. Perhitungan jumlah erithrosit pada minggu I dan III setelah perlakuan. Darah diambil melalui vena ekstremitas anterior, dengan pipet erithrosit, kemudian darah dalam pipet erithrosit tersebut diencerkan. Perhitungan erithrosit menggunakan bilik hitung “Improve Neubauer”. Data yang diperoleh diolah menggunakan anova dengan dasar rancangan acak lengkap dan uji lanjut BNJ pada taraf 5%. Percobaan-2 : perlakuan kombinasi Cu dan Fe per-oral pada ayam. Delapan belas ekor ayam pedaging dipisahkan menjadi 9 kelompok, setiap kelompok berisi dua ekor. Masing-masing kelompok diberikan perlakuan per-oral larutan kombinasi mikromineral Cu-Fe : 70 ppm Fe dan 3 ppm Cu, 70 ppm Fe dan 5 ppm Cu, 70 ppm Fe dan 7 ppm Cu, 80 ppm Fe dan 3 ppm Cu, 80 ppm Fe dan 5 ppm Cu, 80 ppm Fe dan 7 ppm Cu, 90 ppm Fe dan 3 ppm Cu, 90 ppm Fe dan 5 ppm Cu, 90 ppm Fe dan 7 ppm Cu. Pemberian kombinasi larutan setiap hari selama 2 minggu, sebanyak 1 cc / hari. Sumber Cu adalah CuSO4.5H2O, dan sumber Fe adalah FeCl3.6H2O. Jumlah erithrosit dihitung 2 minggu setelah perlakuan dimulai. Pengambilan darah melalui vena ekstremitas anterior dengan pipet erithrosit dan perhitungan dengan bilik hitung “Improve Neubauer”. Pengolahan data menggunakan anova dengan dasar rancangan acak lengkap dan uji lanjut BNJ pada taraf 5%. Percobaan-3 : perlakuan larutan kombinasi mikromineral Cu dan Zn secara per-oral. Delapan
J.Indon.Trop.Anim.Agric. 30 (3) September 2005
belas ekor ayam pedaging dipisahkan menjadi 9 kelompok, masing-masing kelompok diberikan perlakuan per-oral berupa larutan kombinasi mikromineral Cu dan Zn, 3 ppm Cu dan 30 ppm Zn, 3 ppm Cu dan 50 ppm Zn, 3 ppm Cu dan 70 ppm Zn, 5 ppm Cu dan 30 ppm Zn, 5 ppm Cu dan 50 ppm Zn, 5 ppm Cu dan 70 ppm Zn, 7 ppm Cu dan 30 ppm Zn, 7 ppm Cu dan 50 ppm Zn, 7 ppm Cu dan 70 ppm Zn. Sumber Cu adalah CuSO4.5H2O dan sumber Zn adalah ZnSO4.7H2O Perlakuan setiap hari selama 4 minggu. Minggu ke 5 dilakukan perhitungan jumlah erithrosit. Pengambilan darah melalui vena pada ekstremitas anterior dan perhitungan jumlah erithrosit
kelompok diberikan air minum berupa air murni, larutan Cu 5 ppm-Fe 80 ppm, Cu 5 ppm-Zn 40 ppm, Fe 80 ppm-Zn 40 ppm, Cu 5 ppm-Fe 80 ppm-Zn 40 ppm, Fe 80 ppm. Cu 5 ppm, dan Zn 40 ppm. Sumber Cu adalah CuSO4.5H2O, sumber Fe adalah FeSO4.7H2O, dan sumber Zn adalah ZnSO4.7H2O. Perlakuan diberikan selama 4 minggu, minggu ke 5 dilakukan perhitungan jumlah erithrosit. Darah diambil dengan vakutainer yang mengandung zat antikoagulan, dan perhitungan jumlah erithrosit dengan bilik hitung “improve Neubauer”. Data diolah menggunakan analisis varians dengan dasar rancangan acak lengkap, dan uji BNJ pada tingkat 5%.
Tabel 1. Jumlah Erithrosit Pada 1 dan 3 Minggu, dan Pertambahan Jumlah Erithrosit, setelah Perlakuan CuSO4.5H2O Per-Oral (per ml) 0 mg CuSO4 .5H2O 200 mg CuSO4 .5H2O 400 mg CuSO4 .5H2O ( 0 mg Cu ) ( 80 mg Cu ) ( 160 mg Cu ) Minggu 1 1.709.166,667 1.821.666,667 2.065.000,000 Minggu 3 2.213.750,000 2.160.416,667 2.496.250,000 Pertambahan 504.583,333 338.750,000 431.250,000
dengan bilik hitung “Improve Neubauer”. Data diolah menggunakan anova dengan dasar rancangan acak lengkap dan uji lanjut BNJ pada taraf 5%. Percobaan-4 : perlakuan Cu berlebihan dengan frekuensi pemberian berbeda pada ayam. Delapan belas ekor ayam pedaging dipisahkan menjadi 6 kelompok. Masing-masing kelompok mendapatkan perlakuan pemberian 89 ppm Cu diberikan 1x per 1 hari, 89 ppm Cu diberikan 1x per 2 hari, 178 ppm Cu diberikan 1x per 1 hari, 178 ppm Cu diberikan 1x per 2 hari, 267 ppm Cu diberikan 1x per 1 hari, 267 ppm Cu diberikan 1x per 2 hari. Sumber Cu adalah CuSO4.5H2O. Perlakuan dlaksanakan selama 4 minggu, dan pada minggu ke-5, dilakukan perhitungan jumlah erithrosit. Pengambilan darah melalui vena pada ekstremitas anterior dan perhitungan jumlah erithrosit dengan bilik hitung “Improve Neubauer”. Data yang dipeoleh diolah menggunakan anova dengan dasar rancangan acak lengkap dan uji lanjut BNJ pada taraf 5%. Percobaan-5 : perlakuan larutan kombinasi mikromineral Cu, Fe, dan Zn, sebagai air minum pada ayam. Dua puluh empat ekor ayam pedaging dipisahkan menjadi 8 kelompok. Masing-masing
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil percobaan-1 dijelaskan pada Tabel 1. Tabel 1 menunjukkan bahwa pemberian CuSO4.5H2O per-oral secara belebihan dengan frekuensi pemberian 1 kali pada awal percobaan, perbedaan tidak bermakna (Praseno, 1999). Berarti perlakuan tidak mengubah pola perkembangan jumlah erithrosit yang berorientasi dengan umur. Lucas dan Jamroz (1974) menyatakan bahwa jumlah erithrosit akan berkembang sejalan dengan bertambahnya umur. Hal tersebut dapat dimengerti bahwa dengan bertambahnya umur, maka bobot tubuh hewan tersebut bertambah pula, salah satu konsekuensinya adalah bertambahnya jumlah erithrosit. Pertanyaan yang muncul mengapa tidak merubah pola perkembangan jumlah erithrosit. Perlakuan yang diberikan sebanyak 200 mg CuSO4.5H2O (80 mg Cu) dan 400 mg CuSO4.5H2O (160 mg Cu) dengan frekuensi 1 kali. Jumlah tersebut relatif berlebihan dibandingkan kebutuhan unsur Cu pada ayam, berkisar 3 – 5 ppm (Wahyu, 1980), akan tetapi jumlah tersebut belum menunjukkan gejala toksikologis. Perubahan terjadi pada perilaku ayam
Responses of Erythrocytes to Several Microelements Administration in the Chicks (Praseno)
181
Tabel 2. Jumlah Erithrosit setelah Perlakuan Kombinasi Cu – Fe per-Oral selama Percobaan (Juta/Cc) Perlakuan Rerata Fe 70 ppm : Cu 3 ppm 2,9175 a Fe 70 ppm : Cu 5 ppm 2,9400 a Fe 70 ppm : Cu 7 ppm 2,9800 a Fe 80 ppm : Cu 3 ppm 3,0450 ab Fe 80 ppm : Cu 5 ppm 3,0545 ab Fe 80 ppm : Cu 7 ppm 3,2230 ab Fe 90 ppm : Cu 3 ppm 3,3230 ab Fe 90 ppm : Cu 5 ppm 3,8980 b Fe 90 ppm : Cu 7 ppm 3,5000 ab Angka yang diikuti dengan huruf berbeda menunjukkan perbedaan bermakna (P<0,005).
Tabel 3. Jumlah Erithrosit setelah Pemberian Kombinasi Cu dan Zn (juta/ml) Perlakuan Rerata Cu 3 ppm : Zn 30 ppm 2,8000 Cu 3 ppm : Zn 50 ppm 2,6775 Cu 3 ppm : Zn 70 ppm 2,7150 Cu 5 ppm : Zn 30 ppm 2,8250 Cu 5 ppm : Zn 50 ppm 2,7550 Cu 5 ppm : Zn 70 ppm 2,6725 Cu 7 ppm : Zn 30 ppm 2,8450 Cu 7 ppm : Zn 50 ppm 2,7525 Cu 7 ppm : Zn 70 ppm 2,6165
percobaan, pengamatan visual perilaku ayam percbaan menunjukkan gejala anoreksia, konsumsi air bertambah, dan feses relatif cair. Peningkatan konsumsi air menunjukkan adanya usaha untuk netralisasi, adanya unsur anorganik yang berlebihan menyebabkan cairan tubuh relatif hipertonis sehingga perlu netralisasi dengan penambahan air. Hasil percobaan-2 dapat dilihat pada Tabel-2. Pemberian mineral Fe dan Cu dengan rasio 70:3, 70:5, 70:7 ppm menghasilkan perbedaan tidak bermakna pada jumlah erithrosit, demikian juga pemberian Fe dan Cu dengan rasio 80:3, 80:5, 80:7 dan 90:3, 90:7 ppm juga menghasilkan perbedaan bermakna dalam hal jumlah erithrosit. Rasio Fe dan Cu 90 : 5 ppm menghasilkan perbedaan bermakna dengan semua perlakuan, dan menghasilkan jumlah erithrosit tertinggi dibandingkan perlakuan yang lain (Praseno et al, 2000). Hasil tersebut memperkuat penelitian McNaughton and Day (1979), yang menyatakan bahwa perbandingan Fe dan Cu sebesar 10:1 memberikan hasil PVC dan kadar hemoglobin tertinggi dibandingkan rasio lainnya.
182
Hasil tersebut dapat diartikan bahwa untuk meperoleh jumlah erithrosit yang optimal dibutuhkan mineral Fe dan Cu dengan rasio tertentu, dalam konteks percobaan ini adalah rasio 90 ppm Fe dan 5 ppm Cu. Proses erithrofoesis berjalan optimum bila terdapat tambahan mineral Fe sebanyak 90 ppm dan Cu sebanyak 5 ppm. Kebutuhan Fe bagi ayam berkisar 70 – 90 ppm, sedangkan kebutuhan Cu berkisar antara 3 – ppm (McDowell, 1992). Berdasarkan penelitian, bagi ayam berumur sekitar 4 minggu membutuhkan kadar optimal dari kedua jenis mineral tersebut, sedikit kelebihan unsur Cu akan menyebabkan penurunan jumlah erithrosit yang dihasilkan, meskipun penurunan tidak terlalu bermakna. Secara fisiologis, unsur Fe dan Cu sangat berperan dalam metabolisme, termasuk proses erithrofoesis. Fe berperan sebagai substrat anorganik bagi biosinteis hemoglobin, selain itu Fe merupakan komponen enzim sitokhrom oksidase, suatu enzim yang berperan dalam transfer elektron dalam rangka pembentukan energi ATP. Unsur Cu juga berperan
J.Indon.Trop.Anim.Agric. 30 (3) September 2005
dalam mobilisasi Fe menjadi bentuk Ferri, senyawa Ferri tersebut merupakan bentuk yang berperan dalam biosintesis hemoglobin, selain itu unsur Cu juga berperan dalam sintesis protein kollagen, enzim sitokhrom oksidase, kesemuanya proses yang menghasilkan energi ATP. Energi ATP berperan memacu proliferasi sel dalam proses erithrofoesis. Sehingga dapat dimengerti jika adanya adisi kedua unsur tersebut pada kadar yang tepat mampu meningkatkan proses erithrofoesis, sehingga jumlah erithrosit meningkat. Percobaan-3 merupakan percobaan kombinasi unsur Cu dan Zn memperlihatkan hasil seperti yang dapat dilihat pada Tabel 3. Perlakuan kombinasi Cu dan Zn berbagai tingkat rasio menghasilkan jumlah erithrosit tidak bermakna pada semua kelompok perlakuan (Mujahidah et al, 2000). Hal tersebut menunjukkan bahwa kombinasi mineral Cu dan Zn tidak menyebabkan perubahan produktivitas proses erithrofoesis, berarti adisi kedua unsur tersenut tidak dapat memacu proses erithrofoesis. Kedua unsur tersenut secara fisiologis berperan dalam sintesis protein, meskipun demikian ternyata kombinasi unsur tersebut tidak mampu memacu sintesis protein pendukung proses erithrofoesis. Interaksi kedua
unsur tersebut bersifat antagonis (Oestreicher dan Cousins, 1985), dengan demikian peran kedua unsur tersebut tidak saling mendukung, akibatnya peran kedua unsur tersebut tidak optimum. Percobaan-4 bertujuan melihat potensi toksikologis unsur Cu bila diberikan dengan frekuensi berbeda. Hasil Percobaan dapatdi lihat pada Tabel 4. Jumlah erithrosit setelah perlakuan menunjukkan perbedaan tidak bermakna pada semua perlakuan. Hal tersebut dapat diartikan bahwa kadar perlakuan yang diberikan dan frekuensi pemberian tidak menyababkan perubahan jumlah erithrosit ayam percobaan. Secara fisiologis dapat diartkan bahwa kadar yang diberikan tidak menyebabkan akumulasi Cu dan munculnya gejala toksikologis. Pemberian Cu dengan kadar 500 dan 750 ppm pada ayam, menyebabkan akumulasi Cu dalam hepar dan mampu menghmbat pertumbuhan dan pemanfaatan bahan pakan ( Jensen dan Maurice, 1979). Kadar Cu perlakuan tidak menimbulkan gejala tokskologis, artinya akumulasi Cu selama percobaan belum mencapai kadar tersebut sehingga tidak mnimbulkan gejala toksikologis. Percobaan-5 merupakan uji pemanfaatan kombinasi mineral Fe, Cu, dan Zn sebagai air minum
Tabel 4. Jumlah Rithrosit setelah Perlakuan Diberikan (juta/ml) Perlakuan Rerata Cu 89 ppm / 1 kali per 1 hari 1,6950 Cu 89 ppm / 1 kali per 2 hari 2,8550 Cu 178 ppm / 1 kali per 1 hari 2,8450 Cu 178 ppm / 1 kali per 2 hari 3,0883 Cu 267 ppm / 1 kali per 1 hari 3,1916 Cu 267 ppm / 1 kali per 2 hari 3,5883
Tabel 5. Jumlah Erithrosit setelah Perlakuan Kombinasi Fe, Cu, dan Zn sebagai Air Minum pada Ayam (juta/ml) Perlakuan Rerata H20 3,5175 ab Fe 80 ppm – Cu 5 ppm 3,9225 c Cu 5 ppm - Zn 40 ppm 4,0550 c Fe 80 ppm - Zn 40 ppm 2,6900 a Fe 80 ppm – Cy 5 ppm – Zn 40 ppm 2,7533 a Fe 80 ppm 3,5733 bc Cu 5 ppm 3,8633 bc Zn 40 ppm 3,1100 a Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan bermakna.
Responses of Erythrocytes to Several Microelements Administration in the Chicks (Praseno)
183
pada ayam. Hasil percobaan dapat dilihat pada Tabel 5. Kadar mikromineral yang digunakan sesuai dengan kebutuhan mineral pada ayam (McDowell, 1992). Hasil percobaan menunjukkan bahwa air minum dengan kombinasi Fe-Cu dan Cu-Zn menghasilkan jumlah erithrosit lebih tinggi (secara bermakna) daripada kombinasi mineral lainnya. Jumlah erithrosit terrendah adalah pada ayam yang diberikan air minum dengan kombinasi Fe-Cu, Fe-Cu-Zn, dan larutan tunggal Zn (Setyowati et al., 2004) Berdasarkan hasil itu dapat diketahui, unsur Fe dan Cu jika dikombinasikan atau diberikan secara tunggal relatif akan meningkatkan jumlah erithrosit. Selain itu jika unsur Zn diberikan secara tunggal dan jika dikombinasikan dengan unsur Fe relatif menurunkan jumlah erithrosit, akan tetapi jika unsur Zn dikombinasikan dengan unsur Cu akan meningkatkan jumlah erithrosit. Unsur Fe secara fisiologis memiliki interelasi sinergis dengan unsur Cu (Benerjee, 1978), sehingga dapat difahami bila kombinasi unsur tersebut mampu meningkatkan jumlah erithrosit. Hadirnya bentuk Ferri dipercepat dengan adanya Cu, ferii merupakan substrat dalam proses biosintesis hemoglobin, selain itu Fe dan Cu berperan memacu produk energi sehingga proses-proses dalam erithrofoesis akan terpacu sehingga jumlah erithrosit yang dihasilkan meningkat. Interrelasi unsur Zn dengan unsur Fe antagonis, sehingga dapat dimengerti apabila menyebabkan inoptimasi proses erithrofoesisakan tetapi unsur Cu dan Zn sangat berperan dalam proses sintesis protein, sehingga kombinasi kedua unsur tersebut mampu memacu proliferasi sel dalam kaitannya proses erithrofoesis, akibatnya jumlah erithrofoesis meningkat. KESIMPULAN Analisis data hasil percobaan-1 sampai dengan percobaan-5, secara umum diketahui bahwa ketiga mineral tersebut dengan dosis percobaan yang diberikan tidak menimbulkan efek toksik tetapi memberikan efek positif pada dinamika jumlah erithrosit pada ayam. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa ketiga mineral tersebut memiliki potensi untuk
184
dimanfaatkan sebagai alternatif bahan aditif dan dapat diberikan melalui air minum dalam pemeliharaan ayam. UCAPANTERIMAKASIH Ucapan terimakasih ditujukan kepada rekanrekan peneliti Fisiologi di Laboratorium Biologi Struktur dan Fungsi Hewan Jurusan Biologi, serta Laboratorium Fisiologi dan Biokimia Jurusan Produksi Ternak, para teknisi laboratorium dan para mahasiswa peneliti di Laboratorium Biologi Struktur dan Fungsi Hewan Jurusan Biologi. DAFTAR PUSTAKA Benerjee, G.C. 1978. Animal Nutrition. Oxford and IBH Publ. Co. Singapore. Conn, E.E. and P.K. Stumpf. 1976. Outlines of Biochemistry. John Willey and Sons Inc. New York. Czarnecky, G.L., M.S. Edmonds, O.A. Izquiero, and D.H.Baker. 1984. Effect of 3-nitro4hydroxyphenillarsonic on Copper Utilization by Pig, Rat, and Chick. J. Anim. Sci. 59 : 1023 – 1030. Hill, R. 1977. Copper Toxicity I. Br. Vet. J. 133 : 3 – 10. Hill, R. 1977. Copper Toxicity II. Br. Vet. J. 133 : 11 – 20. Mujahidah, I.. K. Praseno, T. R. Saraswati. 2000. Status darah Gallus sp setelah pemberian Cu secara oral berbagai konsentrasi dan frekuensi. Hasil Penelitian. Jurusan Biologi Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Diponegoro, Semarang. Jensen, L.S. and D.V.Maurice. 1979. Influence of sulfur amino acid on copper toxicity in chicks. J. Nut. 109: 221-228. Wahyu, J. 1992. Ilmu Nutrisi Unggas. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
J.Indon.Trop.Anim.Agric. 30 (3) September 2005
Praseno, K. 2001. Fisiologi Hewan. Jurusan Biologi Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Diponegoro, Semarang. (Tidak diterbitkan). Praseno, K. 1999. Hematological response and structure of intestine on oral administration of excess copper in the chicks. Scientific Article Report. Jurusan Biologi Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Diponegoro, Semarang. (Tidak diterbitkan). Praseno, K., Intan, Eko, dan Fatimah. 2000. Respons Fisiologis akibat Pemberian berbagai Kadar Larutan Fe dan Cu per-oral pada ayam. Sellula Vol. VIII No. 1. Linder, M.C. 1992. Nutritional Biochemistry and Metabolism. Universitas Indonesia Press. Jakarta. Diterjemahkan oleh A. Parakkasi.
McDowell, L.R. 1992. Mineral and Animal and Human Nutrition. Academic Press. London. McNaughton, J.L. and E.J. Day. 1979. Efect dietary fe to cu ratios on hematological and growth of broiler chikckens. J. Nut. 109 : 229 – 238. Oestreicher, P. and R.J. Cousins. 1985. Copper and Zinc Absorption in the Rat: Mechanism of Mutual Antagonism. J. Nutr. 115 : 549 – 558. Setyowati, K. Praseno, S. M. Mardiati. 2004. Jumlah erithrosit dan kadar hemoglobin setelah pemberian kombinasi mikromineral fe, cu, zn sebagai air minum pada ayam. Hasil Penelitian. Jurusan Biologi Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Diponegoro, Semarang. (Tidak diterbitkan).
Responses of Erythrocytes to Several Microelements Administration in the Chicks (Praseno)
185