EFEK HIPOKOLESTEROLEMI Lactobacillus Acidophilus D2 DARI SUSU FERMENTASI PADA TIKUS (Hypocholesterolemic Effect of Lactobacillus Acidophilus D2 from Fermented Milk in Rats) A. Yuniastuti Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Universitas Negeri Semarang, Semarang
ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk mengetahui efek hipokolesterolemi dari susu fermentasi yang mengandung Lactobacillus acidophilus D2 dengan menggunakan 28 ekor tikus putih jantan galur Sprague Dawley. Setelah satu minggu masa adaptasi terhadap lingkungan penelitian, pada minggu I selama 7 hari diberikan pakan standar, kemudian diambil darahnya melalui plexus retro orbitalis untuk diperiksa kadar kolsetrol total awal. Selanjutnya tikus mendapatkan pakan standar yang ditambah dengan lemak sapi 10 gram selama 4 minggu, dan setelah itu serum darah diambil dan dianalisis kadar total kolesterol akibat pakan tinggi lemak. Hewan percobaan kemudian dibagi menjadi 4 kelompok secara acak yaitu kelompok kontrol (LA-0) yang hanya mendapat pakan standar; kelompok I (LA-1) yaitu kelompok yang mendapat susu fermentasi yang mengandung Lactobacillus acidophilus D2 10%; kelompok II (LA-2) yaitu kelompok yang mendapat susu fermentasi yang mengandung Lactobacillus acidophilus D2 15%; dan kelompok III (LA-3) yaitu kelompok yang mendapat susu fermentasi yang mengandung Lactobacillus acidophilus D2 20%. Pemberian susu fermentasi Lactobacillus acidophiluus D2 ini dilakukan selama 4 minggu, dan kemudian kadar kolesterol total serum darah diamati lagi. Data yang terkumpul dianalisis dengan analisis ragam berdasarkan rancangan acak lengkap pola satu arah, untuk menguji perbedaan antara perlakuan digunakan uji perbedan nilai tengah (uji t) pada tingkat kepercayaan 95%. Perbedaan kadar total kolesterol antara kelompok perlakuan diuji dengan uji Anova dilanjutkan dengan uji ‘least significant difference’. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi penurunan kadar total kolesterol serum tikus sebagai akibat dari konsumsi susu fermentasi yang mengandung Lactobacillus acidophilus D2. Penggunaan susu fermentasi yang mengandung Lactobacillus acidophilus D2 dengan tingkat pemberian 20% pada tikus dapat memulihkan kondisi hiperkolesterolemik. Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan pada manusia sebagai uji klinis tentang pengaruh konsumsi susu fermentasi yang mengandung bakteri asam laktat Lactobacillus untuk menurunkan kadar kolesterol darah. Kata kunci : hipokolesterolemi, Lactobacillus acidophilus D2, kadar kolesterol ABSTRACT The research was conducted to clarify the hypocholesterolemic effect of fermented milk containing Lactobacillus acidophilus D2 in rats. Twenty eight male Sprague Dawley rats were acclimated to the experimental condition for 7 days, then were fed on standard diet for 7 days, and were followed by blood sample collection via plexus retroorbitalis to determine their standard concentrations of serum total cholesterol. Each animal then were supplemented with 10 g tallow per day for 4 weeks to produce hypercholesterolemic
Hypocholesterolemic Effect of Lactobacillus Acidophilus D2 from Fermented Milk (Yuniastuti)
69
condition, and blood sample were taken for assesment of serum total cholesterol concentration. Then, animals were randomly devided into 4 groups, and were fed on standard diet (LA-0), standard diet + 10% fermented milk containing Lactobacillus acidophilus D2 (LA-1); standard diet + 15% fermented milk containing Lactobacillus acidophilus D2 (LA-2); and standard diet + 20% fermented milk containing Lactobacillus acidophilus D2 (LA-3), respectively for 4 weeks. Blood samples were collected for serum total cholesterol analysis. The results showed that there was a significant decrease (P<0.05) in serum total cholesterol concentration as a consequence of consuming the fermented milk. It was suggested that the use of 20% fermented milk containing Lactobacillus acidophilus D2 could recover hypercholesterolemic condition in rats. Further study is recommended as clinical test in human in order to decrease high blood cholesterol concentration. Keywords : hypocholesterolemic, Lactobacillus acidophilus D2, blood cholesterol
PENDAHULUAN Penyakit kardiovaskuler merupakan salah satu penyebab kematian penduduk di negara berkembang usia di atas 40 tahun, yang akhir-akhir ini kedudukannya bergerak ke peringkat teratas (Sulistiyani, 1996). Banyak penelitian epidemiologi, laboratorium dan klinis yang memperlihatkan adanya hubungan antara tingginya kolesterol total dan kolesterol ‘low density lipids’ (LDL) dengan terjadinya penyakit Kardiovaskuler (Taranto et al., 2000). Oleh karena itu telah banyak dikembangkan penggunaan obat-obatan dari bahan sintetis maupun tradisional dan produk makanan yang berpotensi menurunkan kolesterol. Perhatian konsumen dan produsen terhadap penggunaan produk pangan probiotik sebagai suplemen makanan beberapa tahun terakhir ini semakin meningkat sekitar 9% seiring dengan dikembangkannya penelitian-penelitian yang membuktikan pentingnya peranan mikroflora intestinal bagi kesehatan sebagai efek probiotik seperti bakteri asam laktat, yang berperan positif menjaga keseimbangan mikroflora intestinal (Schezeinmer dan de verse, 2001), salah satunya adalah lactobacilli. Keseimbangan mikroflora intestinal (bakteri usus) dapat menjadi barometer kondisi kesehatan seseorang dengan mendorong keseimbangan bakteri usus ke arah yang menguntungkan. Spesies Lactobacillus acidophilus merupakan bakteri asam laktat yang memiliki efek
70
probiotik telah banyak diteliti yaitu berperan dalam penurunan kolesterol serum pada binatang percobaan (Taranto et al., 2000; Taranto et al., 1998; Rodas et al., 1996). Pengaruh bakteri probiotik terhadap penurunan kadar kolesterol menurut Gilliland dan Speck (1977) karena kemampuannya dalam mengasimilasi kolesterol dan mendekonjugasi garam empedu. Mengingat bakteri asam laktat probiotik lebih alami untuk menurunkan kolesterol maka perlu dilakukan perhatian yang serius terhadap produk probiotik sebagai obat atau suplementasi makanan kesehatan yang mudah digunakan, berkhasiat dan harganya terjangkau. Penelitian bertujuan untuk mengetahui efek hipokolesterolemi susu fermentasi yang mengandung Lactobacillus acidophilus D2 yang berperan sebagai probiotik pada tikus.
MATERI DAN METODE Penelitian menggunakan 28 ekor tikus putih jantan galur Sprague dawley umur 15 minggu, berat badan 180-220 gram. Semua tikus mendapatkan pakan ternak BR-II, dengan komposisi sebagai berikut (g/kg diet) : air maksimum 12%; protein kasar minimum; lemak kasar minimumm 4%; serat kasar maksimum 5%; abu maksium 6,5 %; kalsium 0,9-1,1%; fosfor 0,7 - 0,9%; coccidiostat (+); dan antibiotika (+) produksi PT Japfa Comfeed Indonesia, lemak sapi 10 gram/100 gram pakan.
J.Indon.Trop.Anim.Agric.29 (2) June 2004
Tahap pertama penelitian ini adalah pembuatan susu fermentasi yang mengandung Lactobacillus acidophilus D2. Hasil penelitian Ngatirah (1998) bahwa bakteri lactobacillus acidophilus D2 berperan dalam penurunan kadar kolesterol secara in vitro. Tahap berikutnya adalah aklimatisasi tikus percobaan selama 7 hari, diberi pakan standar dan minum air ad libitum, selanjutnya diberi pakan tinggi kolesterol selama 4 minggu. Setelah itu dibagi secara acak dalam 4 kelompok : kelompok I sebagai kelompok kontrol (LA-0) hanya diberi pakan standar tanpa susu fermentasi Lactobacillus acidophilus D2; kelompok II (LA-1) sebagai kelompok perlakuan diberi susu fermentasi Lactobacillus acidophilus D2 konsentrasi 10%; kelompok III (LA-2) diberi susu fermentasi Lactobacillus acidophilus D2 konsentrasi 15%; kelompok IV (LR-3) diberi susu fermentasi Lactobacillus acidophilus D2 konsentrasi 20%. Pemberian susu fermentasi selama 4 minggu. Pengambilan darah melalui plexus retro orbitalis menggunakan mikrohematokrit dilakukan pada awal pemeliharaan, setelah pemberian pakan tinggi lemak dan setelah perlakuan susu fermentasi. Kolesterol total ditentukan secara enzimatik dengan metode CHOD-PAP (Tim Patologi Klinik, 1996). Data yang terkumpul dilakukan ‘cleaning’, ‘coding’ dan tabulasi, kemudian dilakukan analisis diskriptif data. Pada analisis diskriptif, data didiskripsikan sebagai rerata dengan simpangan baku dan median. Status perubahan kadar kolesterol yang terjadi setiap perlakuan susu fermentasi Lactobacillus acidophilus D2 dianalisis dengan uji t berpasangan (‘paired t-test’). Perbedaan antar kelompok perlakuan menggunakan uji anova dan dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil dengan tingkat kepercayaan 95%. Analisis dilakukan dengan menggunakan program SPSS for window Release 7.5. HASIL DAN PEMBAHASAN Kadar Kolesterol Awal Setelah pemberian pakan dengan kadar lemak yang tinggi selama 4 minggu, tikus dibagi secara acak menjadi 4 kelompok yaitu kelompok kontrol (LAo), kelompok perlakuan I (LA1), kelompok perlakuan II (LA2) dan kelompok perlakuan III (LA3).
Kadar kolesterol total setelah pemberian pakan tinggi lemak pada keempat kelompok tikus percobaan disajikan pada Tabel 1. Pada Tabel 1, kadar kolesterol total rata-rata setelah pemberian pakan tinggi lemak pada kelompok kontrol adalah (200.71 ± 5,94) mg/dl, kelompok perlakuan I (202,25 ± 8,03) mg/dl, kelompok perlakuan II (201,07 ± 5,94) mg/dl, kelompok perlakuan III (202,73 ± 7,37) mg/dl. Secara statistik, kadar kolesterol total antar keempat kelompok tikus percobaan setelah pemberian pakan tinggi lemak tidak berbeda secara signifikan (p=0,938; F= 0,135). Pada tahap awal penelitian, tikus normal yang dibebani dengan pakan tinggi lemak mengalami peningkatan kadar kolesterol total pada empat minggu setelah perlakuan dan terdapat perbedaan yang signifikan dengan kadar kolesterol total awal sebelum perlakuan pakan tinggi lemak (p<0,05). Kolesterol makanan akan menaikkan kadar kolesterol total dalam serum pada spesies-spesies hewan laboratorium, jika diberikan dalam kadar yang cukup tinggi (Baynen et al. disitasi oleh Rukmi, 1999). Pemberian pakan tinggi lemak selama 4 minggu pada penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan kadar kolesterol total. Hasil ini sesuai dengan laporan penelitian Purnamaningsih (1998) yang menyatakan bahwa tikus yang diberi pakan tinggi lemak tinggi kolesterol (TLTK) dapat menyebabkan kenaikan kadar kolesterol. Kondisi yang menunjukkan adanya kenaikan kadar kolesterol di dalam darah diketahui sebagai keadaan hiperkolesterolemia. Mekanisme terjadinya hiperkolesterolemi dapat dipengaruhi oleh faktor makanan (eksogen) atau faktor bukan makanan (endogen), khususnya mekanisme pengaturan metabolik endogen yang dapat ditentukan secara genetik. Faktor makanan yang dapat menyebabkan hiperkolesterolemi adalah kuantitas kolesterol yang dikonsumsi dan kombinasi konsumsi bahan pangan yang dipergunakan. Kuantitas dan tipe (kualitas) lemak yang terdapat dalam bahan pangan juga mempengaruhi kenaikan kadar kolesterol serum. Asam lemak jenuh lebih bersifat hiperkolesterolemik dibandingkan dengan asam lemak tak jenuh. Temme et al. (1996) menyatakan bahwa asam lemak jenuh
Hypocholesterolemic Effect of Lactobacillus Acidophilus D2 from Fermented Milk (Yuniastuti)
71
(asam laurat dan palmitat) lebih bersifat hiperkolesterolemik dibandingkan dengan asam oleat. Namun mekanisme spesifik dari lemak jenuh dan tidak jenuh berpengaruh pada kadar kolesterol serum darah belum diketahui secara pasti. Secara umum, lemak-lemak yang diambil dari hewan seperti “tallow” (lemak sapi), mentega dan lemak babi lebih jenuh daripada yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Lemak-lemak hewan mengandung sekitar 40-60% asam lemak jenuh, 3050% asam lemak monoenoat dan asam-asam lemak polienoat dalam jumlah relatif rendah, sedangkan lemak tumbuh-tumbuhan mempunyai sekitar 10-20% asam lemak jenuh dan 80-90% asam-asam lemak tidak jenuh (Montgomery dan Dryer, 1983). Pada percobaan dengan menggunakan kera, dikatakan bahwa lemak sapi dan lemak babi sebagai asam lemak jenuh lebih bersifat menimbulkan hiperkolesterolemik dibandingkan minyak jagung (Montgomery dan Dryer, 1983). Lemak yang digunakan dalam penelitian ini adalah lemak yang diketahui merupakan sumber utama lemak jenuh, yaitu lemak sapi. Walaupun diketahui bahwa tidak ada satu jenis lemak yang hanya mengandung satu jenis asam lemak, karena umumnya semua lemak mengandung ketiga jenis asam lemak, hanya kandungan yang satu mungkin lebih dominan dibandingkan dengan jenis lainnya. Meskipun mekanisme spesifik lemak jenuh dalam meningkatkan kolesterol belum diketahui secara pasti, banyak penelitian yang menghasilkan bukti bahwa pemberian lemak jenuh akan meningkatkan kolesterol sedangkan lemak tidak jenuh akan menurunkannya. Hasil penelitian ini mendukung beberapa pendapat yang sudah ada. Kadar Kolesterol Total setelah Pemberian Susu Fermentasi Setelah tikus percobaan mengalami hiperkolesterolemi dan dibagi secara acak menjadi 4 kelompok selanjutnya ketiga kelompok tikus diberi perlakuan dengan pemberian susu fermentasi per oral menggunakan sonde. Satu kelompok sebagai kontrol tanpadiberi perlakuan, yaituLAo = kelompok tikus yang diberi pakan standar tanpa pemberian susu fermentasi yang mengandung Lactobacillus acidophilus D2 (kelompok kontrol), LA1 , LA2 , dan
72
LA3 adalah kelompok yang diberi pakan standar BRII ditambah dengan pemberian susu fermentasi. Kelompok perlakuan I (LA1) mendapat dosis susu fermentasi 10% Lactobacillus acidophilus D2, kelompok II (LA2) mendapat dosis susu fermentasi 15% Lactobacillus acidophilus D2, dan kelompok III (LA3) mendapat dosis susu fermentasi 20% Lactobacillus acidophilus D2. Rerata kadar kolesterol sebelum dan setelah pemberian susu fermentasi disajikan pada Tabel 2. Pada tikus kelompok kontrol (LAo) yang hanya diberi pakan standar BR-II tanpa pemberian susu fermentasi, kadar kolesterol rata-rata serum darah tikus adalah (173,35 ± 4,67) mg/dl, sedangkan kadar kolesterol total serum darah rata-rata kelompok I (LA1), kelompok II (LA2) dan kelompok III (LA3) berturut-turut adalah (152,00 ± 7,28) mg/dl, (133,14 ± 4,16) mg/dl, dan (119,89 ± 4,30) mg/dl. Rata-rata kadar kolesterol total kelompok perlakuan III ini lebih rendah jika dibandingkan dengan rata-rata kadar kolesterol kelompok I dan kelompok II. Secara statistik, terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok III dengan kelompok I (p<0,05) dan kelompok III dengan kelompok II (p<0,05). Secara umum rata-rata kadar kolesterol total setelah pemberian susu fermentasi mengalami penurunan dibandingkan dengan kadar kolesterol tikus pada saat hiperkolesterolemi, dan perbedaan tersebut nyata ( p<0,05). Rata-rata kadar kolesterol total a setelah pemberian susu fermentasi secara statistik berbeda nyata dengan rata-rata kadar kolesterol total pada awal mulai dilakukannya penelitian ini. Setelah pemberian susu fermentasi yang mengandung Lactobacillus acidophilus D2 kadar kolesterol total serum darah tikus percobaan mengalami penurunan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Usman dan Hosono (2000) yang menyatakan bahwa suplementasi susu fermentasi yang mengandung Lactobacillus gasseri SBT 0270 dalam pakan menurunkan kadar kolesterol total, kolesterol ‘low density lipids’ dan trigliserida. Penurunan kadar kolesterol darah kemungkinan disebabkan oleh adanya kemampuan bakteri Lactobacillus acidophilus D2 dalam mengasimilasi kolesterol. Pada mekanisme asimilasi
J.Indon.Trop.Anim.Agric.29 (2) June 2004
Tabel 1. Kadar Kolesterol Total setelah Pemberian Pakan Tinggi Lemak pada Keempat Kelompok Tikus Percobaan (mg/dl) Kontrol Perlakuan I Perlakuan II Perlakuan III 204,98 197,51 191,70 196,68 199,17 196,68 203,32 211,62 200,83 209,96 204,98 193,36 190,87 191,70 200,,83 206,64 203,32 214,94 209,13 211,,62 196,68 203,32 202,49 197,51 209,13 201,66 195,02 201,66 Total 1404,98 1415,77 1407,47 1419,09 Rata-rata 200,71 202,25 201,07 202,73
kolesterol, Lactobacillus acidophilus D2 akan mengambil atau mengabsorpsi kolesterol dan selanjutnya kolesterol akan bergabung menjadi satu pada membran seluler bakteri, sehingga bakteri lebih tahan terhadap lisis. Akibat penurunan absorpsi kolesterol diet dari sistem pencernaan, maka kadar kolesterol di dalam darah juga mengalami penurunan. Beberapa hasil penelitian melaporkan bahwa Lactobacillus acidophilus mampu mengasimilasi kolesterol sekitar 20,5 mg/ml sampai 103,9 mg/ml (Walker dan Gilliland, 1993; Buck dan Gilliland, 1994). Mekanisme lain yang diduga karena terjadinya aktivitas dekonjugasi oleh Lactobacillus acidophilus D2. Dugaan ini didukung oleh hasil penelitian Gilliland dan Speck (1977), aktivitas dekonjugasi beberapa bakteri yang berasal dari feses. L. casei dan L. plantarum mampu mendekonjugasi glycocholat, sedangkan L. acidophilus mampu mendekonjugasi glycocholat dan taurocholat. Kemampuan mendekonjugasi garam empedu berhubungan erat dengan aktivitas enzim bile sal hidrolase yang dimiliki oleh bakteri asam laktat. Tannock et al (1989) mengamati beberapa strain
Total
5647,31 201,69
lactobacillus yang memiliki aktivitas bile salt hidrolase seperti L. acidophilus, L. casei, L. plantarum, L. brevis dan L. fermentum, dan diduga aktivitas ini dikode oleh plasmid. Dari dua karakteristik spesifik tersebut ternyata kemampuan mendekonjugasi garam empedu lebih dominan dibanding kemampuan mengasimilasi kolesterol. Di dalam tubuh kemampuan mengasimilasi kolesterol terkait dengan kolesterol yang berasal dari luar tubuh (kolesterol pakan), sedangkan dalam dekonjugasi garam empedu jenis kolesterol yang berkaitan erat adalah kolesterol yang disintesis oleh tubuh. Kolesterol yang terdegradasi dan hilang setiap hari dari tubuh pada prinsipnya terjadi melalui empedu. Walaupun kolesterol dan asam empedu yang disintesis di hati dan dialirkan ke kantung empedu disekresikan ke usus sebagian besar diserap kembali, namun yang dikeluarkan melalui feses cukup banyak dibanding produksi dan/atau penyerapan makanan setiap hari yaitu sebanyak sekitar 1,1 kkal ( Linder, 1992).
Tabel 2. Rata-rata Kadar Kolesterol Total Sebelum dan Sesudah Pemberian Susu Fermentasi pada Keempat Kelompok Tikus Percobaan Hiperkolesterolemi (mg/dl) Kolesterol akhir (mg/dl) n P0 7 (200,71 ± 5,94) (173,35 ± 4,67)a P1 7 (202,25 ± 8,03) (152,00 ± 7,29)a P2 7 (201,07 ± 5,94) (133,14 ± 4,16)a P3 7 (202,73 ± 7,37) (119,89 ± 4,30)a,b Po= kelompok kontrol P1, P2, P3 = Kelompok perlakuan susu fermentasi Lactobacillus acidophilus D2 dosis 10%, 15% dan 20% a,b Huruf superscript menunjukkan perbedaan nyata (p<0,05)
Hypocholesterolemic Effect of Lactobacillus Acidophilus D2 from Fermented Milk (Yuniastuti)
73
KESIMPULAN
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa susu fermentasi Lactobacillus acidophilus D2 mampu menurunkan kadar kolesterol total serum darah tikus hiperkolesterolemi. Kesimpulan ini mengandung implikasi bahwa dilakukan penelitian lebih lanjut tentang penggunaan susu fermentasi Lactobacillus acidophilus D2 pada manusia.
Biokimia Harper. Ed. 22, EGC. Jakarta. p. 163 177. Mayes, P.A. 1997b. Pengangkutan dan Penyimpanan Lipid. Dalam Murray, R.K., Granner, D.K., Mayes P.A. dan Rodwell, V.W (eds.). Biokimia Harper. Ed. 22, EGC. Jakarta. p. 283 - 301. Montgomery R dan Dryer R.L 1993. Biokimia Suatu Pendekatan berorientasi kasus. Jilid 2. Edisi keempat. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
DAFTAR PUSTAKA Buck, M.L. and S.E. Gilliland. 1994. Comparison of freshly isolated strains of Lactobacillus acidophilus of human intestinal origin for ability to assimilate cholesterol during growth. J. Dairy Sci. 77 : 2929-2933.
Montes, R.G., T.M. Bayless, J.M. Savedra and J.A. Perman. 1995. Effect of milk inoculated with Lactobacillus acidophilus or a yogurt starter culture in lactose maldigesting children. J. Dairy Sci. 78 : 1657 - 1664.
Gilliland, S.E. and M.L. Speck. 1977. Deconjugation of bile acids by intestinal lactobacilli. Appl. Environ. Microbiol. 33 : 15-18.
Ngatirah. 1998. Seleksi Bakteri Asam laktat sebagai agensia Probiotik yang berpotensi menurnkan kolesterol. Tesisi S-2. Program Pasca Sarjana. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Kaplan, M.D. 1979. Prevention of Coronary heart disease in practical management of the risk factor. W.B. Saunders Company, Philadelphia.
Pratiknya, A.W. 1993. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. p. 150 – 151.
Koolman ,J dan Klaus, H.R. 2000. Biokimia, atlas berwarna dan teks. Hipokrates. Jakarta
Purnamaningsih, H. 1998. Profil Lipid darah dan Gangguan Kardiovaskular pada tikus putih yang diberi ransum Tinggi Kolesterol dan/ atau Tinggi Lemak. Tesis S-2. Program Studi veteriner. Jurusan Ilmu-ilmu Pertanian. Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah mada. Yogyakarta.
Linder, M.C. 1992. Biokimia Nutrisi dan metabolisme. Penerjemah : Universitas Indonesia Press. Jakarta. (Diterjemahkan oleh : A. Parakkasi) Marks, D.B., A.D. Marks and C.M. Smith, 2000. Metabolisme Kolesterol dan Lipoprotein Darah .Biokimia Kedokteran dasar. Sebuah Pendekatan Klinis. Penerbit buku Kedokteran EGC, Jakarta . p. 518 - 530.
Raharja, S. 1995. Produk oksidasi lemak salah satu penyebab Penyakit Jantung Koroner. Agritech. 15 : 31 - 35.
Mayes, P.A. 1997a. Lipid dengan makna fisiologis yang penting. Dalam : Murray, R.K., Granner, D.K., Mayes P.A. dan Rodwell, V.W (eds.).
Rukmi, I. 1999. Pengaruh ransum tempe gembus dalam ransum pakan terhadap profillipid serum darah tikus. Tesis S-2. Program Magister Ilmu Biomedik. Program Pascasarjana Universitas Diponegoro. Semarang.
74
J.Indon.Trop.Anim.Agric.29 (2) June 2004
Rodas, B.Z., S.E. Gilliland and C.V. Maxwell. 1996. Hypocholesterolemic action Lactobacillus acidophilus ATCC 43121 and Calcium in Swine with Hypercholesterolemia Induced by diets. J. Dairy Sci. 79 : 2121 - 2128.
Temme, E.H. M., Mensink, R.P. and Hornstra, G. 1996. Commparison of The Effect of diets enriched in lauric, palmitic or oleic acids on serum lipids and lipoprotein in healthy women and men. Am.J. Clin. Nutr. 63 : 897 - 903.
Schrenzenmeir, J. and de Vrese, M. 2001. Probiotics, Prebiotics and synbiotics approaching a definition. Am. J. Clin. Nutr. 73(S) : 361 - 364.
Tim Patalogi Klinik. 1996. Tuntunan Praktikum Patologi Klinik. Laboratorium Patalogi Klinik, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Sulistiyani. 1996. Terapi estrogen dan Jantung Koroner. Harian KOMPAS, Minggu, 14 Januari 1996. Taranto, M.P., M. Medici, G. Perdigon, A.P. Ruiz Holdago and G.F. Valdez. 1998. Evidence for hypocholesterolemic effect of Lactobacillus reuteri in hypercholesterolemic mice. J. Dairy Sci. 81 : 2336 - 2340. Taranto, M.P., M. Medici, G. Perdigon, A.P. Ruiz Holgado and G.F. Valdez. 2000. Effect of Lactobacillus reuteri on the prevention of hypercholesterolemia in mice. J. Dairy Sci. 83 : 401 - 403.
Usman and A. Hosono. 2000. Effect of administration of Lactobacillus gasseri on serum lipids and fecal steroids in hypercholesterolemic rats. J. Dairy Sci. 83, 1705 - 1711. Walker, D.R. and S.E. Gilliland. 1993. Relationship among bile tolerance, bile salt deconjugation, and assimilation of cholesterol by Lactobacillus acidophilus. J. Dairy Sci. 76 : 956 - 961.
Hypocholesterolemic Effect of Lactobacillus Acidophilus D2 from Fermented Milk (Yuniastuti)
75