Jurnal Khasanah Ilmu - Volume 6 No 2 – 2015 – lppm3.bsi.ac.id/jurnal
Dampak Pengembangan Kawasan Ranu Pani Sebagai Daya Tarik Wisata Minat Khusus Berbasis Konservasi Nanny Roedjinandari, M Baiquni, Chafid Fandeli, Nopirin Manajemen Pariwisata, Universitas Merdeka, Malang
[email protected] Abstract - One effort to increase community participation in the area of Ranu Pani in the construction of special interest is through a community empowerment program which is expected to sensitize them to be independent in preserving natural resources. One of the effects of the increasing number of wisatan visiting, able to change their mind-set from that rely on agriculture until they could be a porter and guide and manager homestay. Based on this background, the formulation of the problem in this research is how the development impact of Ranu Pani area as a tourist attraction conservation-based special interest. Being the purpose of this study was to determine the impact of Ranu pani development of the area as a tourist attraction conservation-based special interest. From these results, it was found that the development of Ranu Pani region as a tourist attraction of special interest based conservation has several effects, among others: 1) Impact on the Environment; 2) Economic Impact; 3) Social Impact of Culture. Keywords: tourism development, special interest tours, Conservation Abstraction - One effort to meningatkan community participation in the area of Ranu Pani in the construction of special interest is through a community empowerment program which is expected to sensitize them to be independent in preserving natural resources. One of the effects of the increasing number of wisatan visiting, able to change their mind-set from that rely on agriculture until they could be a porter and guide and manager homestay. Based on this background, the formulation of the problem in this research is how the development impact of Ranu Pani area as a tourist attraction conservation-based special interest. Being the purpose of this study was to determine the impact of Ranu pani development of the area as a tourist attraction conservation-based special interest. From these results, it was found that the development of Ranu Pani region as a tourist attraction of special interest based conservation has several effects, among others: 1) Impact on the Environment; 2) Economic Impact; 3) Social Impact of Culture. Keywords: tourism development, special interest tours, Conservation Abstraksi - Salah satu upaya untuk meningatkan peran serta masyarakat di kawasan Ranu Pani dalam pembangunan wisata minat khusus adalah melalui program pemberdayaan masyarakat yang diharapkan mampu menyadarkan mereka untuk mandiri dalam menjaga kelestarian sumber daya alam. Salah satu dampak dari semakin banyaknya wisatan yang berkunjung, mampu merubah mindset mereka dari yang hanya mengandalkan pertanian hingga mereka bisa menjadi porter dan guide serta pengelola homestay. Berdasar pada latar belakang tersebut, rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana dampak pengembangan Kawasan Ranu Pani sebagai daya tarik wisata minat khusus berbasis konservasi. Sedang tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak pengembangan kawasan ranu pani sebagai daya tarik wisata minat khusus berbasis konservasi. Dari hasil penelitian ini, ditemukan bahwa pengembangan kawasan Ranu Pani sebagai daya tarik wisata minat khusus berbasis konservasi memiliki beberapa dampak antara lain: 1)Dampak terhadap Lingkungan; 2) Dampak Ekonomi; 3) Dampak Sosial Budaya. Kata Kunci : Pengembangan wisata, Wisata minat khusus, Konservasi 1. PENDAHULUAN Sektor kepariwisataan Indonesia dalam lima tahun terakhir memperlihatan dua sisi yang menarik, Ini semua dapat dilihat dari sisi produk potensi sumber daya pariwisata Indonesia yang sangat besar baik dalam bentuk atraksi alam maupun budaya. Indonesia pada tahun 2014 memiliki 50 Taman Nasional yang tersebar di beberapa pulau besar dan kecil (www.dephut.go.id). Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, ISSN : 2087 - 0086
pariwisata dan rekreasi. (Pasal 1 butir 14 UU No. 5 Tahun 1990). Sebagai salah satu negara yang memiliki biodiversitas tinggi, Indonesia harus mampu melakukan terobosan baru yang dapat mendukung sektor pariwisata dengan memanfaatkan alam yang ada untuk dapat menarik wisatawan berkunjung. Sektor kepariwisataan Indonesia dalam lima tahun terakhir memperlihatkan dua sisi yang menarik. Pertama, dari sisi produk, potensi sumber daya pariwisata Indonesia yang sangat besar baik dalam bentuk atraksi alam maupun budaya. Keragaman budaya lokal 62
Jurnal Khasanah Ilmu - Volume 6 No 2 – 2015 – lppm3.bsi.ac.id/jurnal
juga menjadi salah satu daya tarik Indonesia sebagai destinasi wisata global (Damanik dan Teguh, 2012). Kedua, dari sisi marketnya adanya peningkatan jumlah wisatawan yang tercatat sebesar 5,5 juta (tahun 2007) dan naik hingga 8,0 juta di tahun 2012 dengan rerata sebesar 7,8%/tahun (BPS, 2013). Meski demikian rata-rata Length of Stay (LoS) mereka menurun dari 9,02 hari di tahun 2007 menjadi 7,84 hari di tahun 2012 (BPS, 2013). Seiring dengan dinamika kepariwisataan global yang berdampak pada sektor kepariwisataan nasional tampaknya diperlukan perumusan strategi secara lebih komprehensif. Salah satu sasaran kebijakan pengembangan pariwisata khususnya dari aspek produk perlu dikembangan produk wisata baru yang memiliki keunggulan saing dan keunggulan banding dengan produk-produk wisata destinasi lainnya. Pengembangan dan pengelolaan produk yang berkualitas akan memberikan nilai daya tarik sendiri bagi potensi pasar wisatawan yang tengah tumbuh pesat dengan karakter yang spesifik (Lickorish,1997). Secara potensial, pengembangan wisata minat khusus ini bertumpu pada potensi sumber daya wisata alam dan budaya. Potensi objek dan daya tarik wisata alam yang menjadi basis pengembangan wisata minat khusus dapat berupa aspek alam seperti flora, fauna, fisik geologi, hidrologi, hutan alam atau Taman Nasional maupun kelautan, yang kemudian sering dikemas dalam bentuk wisata petualangan, wisata bahari, wisata alam geologi, wisata olah raga khusus, dimana wisatawan terlibat secara fisik terhadap kondisi dan tantangan alam serta berbagai karakteristik alam dengan berbagai keunikan dan hal-hal yang dapat dipelajarinya. Potensi-potensi tersebut dapat ditemukan hampir diseluruh Indonesia. Bromo Tengger Semeru ditetapkan sebagai zona Taman Nasional karena memiliki beberapa potensi yang menonjol yaitu adanya flora dan fauna langka, ekosistem yang khas, adanya gunung api yang aktif, serta adanya fenomena yang unik dan menakjubkan berupa hamparan lautan pasir. Selain itu di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru terdapat beberapa potensi hidrologi sebagai daerah tangkapan air DAS Brantas dan adanya budaya dan adat istiadat yang khas dan masih eksis sampai saat ini yaitu suku Tengger. Sesuai dengan peraturan revisi zonasi di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru pada tahun 2013 oleh Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, maka dilakukan penataan ulang zonasi yang diharapkan dapat mewujudkan pengelolaan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru yang efektif sebagai berikut : 1) Zona inti mewakili formasi biota tertentu dan ekosistem khas. Tipe ekosistem yang ISSN : 2087 - 0086
2)
3)
4)
ada di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru yaitu tipe ekosistem gunung api yang berada di Gunung api Bromo dan Gunung api Semeru Zona inti yang langsung berbatasan dengan kawasan luar atau permukiman, sesuai dengan peraturan zonasi. Zona inti dibatasi dengan zona rimba sebelumnya berbatasan dengan zona pemanfaatan. Zona pemanfaatan terletak dilokasi Penanjakan-Dingklik, Cemorolawang, Jemplang, Ranu Pani, Ireng-Ireng, Darungan. Di zona pemanfaat ini terdapat aktivitas wisata dan aktivitas budaya yaitu dikawasan Gunung Bromo dan Laut pasir. Akses jalan menuju desa enclave, yaitu desa Ngadas (Kab Malang) dan desa Ranu Pani (Kab Lumajang) masih berstatus zona rimba yang tidak sesuai dengan fungsi zona rimba.
Pada tahun 2011 jumlah kunjungan wisatawan yang mengunjungi Bromo Tengger Semeru menurun akibat erupsi Gunung Bromo, dan ditutupnya kawasan tersebut bagi wisatawan selama lebih kurang 6 bulan. Namun sejak awal tahun 2012, kunjungan wisatawan terus meningkat. Tabel 1 Data Kunjungan Wisatawan Bromo Tengger Semeru N o. 1 2 3 4
2010 Lokasi Cemorol awang Wonokit ri Tumpan g Ranupa ni Total
Wis Nus 88.7 07 38.6 56 7.16 7 2.80 5 137. 335
2011
Wis Man 14.5 51 10.2 73 665 304 25.7 93
Wis Nus 60.6 38 28.5 54 14.8 83 3.84 3 107. 918
Wis Man 13.3 97 7.71 2 1.63 5 362 23.1 06
2012 (November) Wis Wis Nus Man 144. 16.1 083 16 61.1 7.30 47 2 12.2 1.51 15 3 9.69 494 9 227. 25.4 144 25
Sumber: Balai Besar Taman Nasional BTS, tahun 2012 Tabel tersebut menunjukkan bahwa kunjungan wisatawan menuju Bromo Tengger Semeru paling banyak melalui pintu masuk Cemorolawang. Minimnya minat wisatawan menuju Gunung Bromo melalui Ranu Pani disebabkan karena jarak tempuh yang sangat jauh, kondisi jalan yang rusak, serta susahnya transportasi bila memakai kendaraan pribadi. Pada tahun 2012, jumlah wisatawan yang berkunjung ke Ranu Pani sebanyak 10.193 63
Jurnal Khasanah Ilmu - Volume 6 No 2 – 2015 – lppm3.bsi.ac.id/jurnal
jiwa, jika dibagi rata-rata setidaknya 849 wisatawan.
sebulan
terdapat
Sumber: Olahan Peneliti Gambar 1. Taman Nasional Bromo Tengger Semeru Pada umumnya wisatawan memilih menjadi independent travel untuk mencari objek yang lebih orisinil dan mencoba dekat dengan kehidupan masyarakat setempat. Fokus perjalanan yang dirancang wisatawan model ini adalah mencari pengalaman wisata yang unik akibat dari motivasi yang sangat kental dengan hal-hal pribadi seperti, ekspresi diri, aktualisasi diri,pengayaan pengalaman dan kontak lebih mendalam (Prebesen,et.al., 2003; Kreilkamp, 2004 dikutip Damanik 2007). Disadari atau tidak tulang punggung dari aktivitas wisata di lingkungan pedesaan ditentukan oleh kualitas lingkungan desa itu sendiri. Ranu Pani merupakan salah satu wilayah pemukiman yang berada di lereng Gunung Semeru, tepatnya terletak di Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang. Lokasi ini menjadi pos awal bagi pendakian Gunung Semeru. Jarak dengan Kecamatan Senduro 28 Km sedangkan dengan Kabupaten Lumajang 45 Km dan dari Surabaya sekitar 175 Km.
Sumber: Balai Besar Taman Nasional BTS, tahun 2013 Gambar 2. Peta Desa Ranu Pani
Berdasar pada latar belakang di atas, maka bagaimana dampak pengembangan Kawasan Ranu Pani dapat dijadikan sebagai daya tarik wisata minat khusus berbasis konservasi. Sedang tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak pengembangan kawasan ranu pani sebagai daya tarik wisata minat khusus berbasis konservasi. 2. LANDASAN TEORI Sebagai salah satu negara yang memiliki biodiversitas tinggi, Indonesia harus mampu melakukan terobosan baru yang dapat mendukung sektor pariwisata dengan memanfaatkan alam yang ada untuk dapat menarik wisatawan berkunjung. Sektor kepariwisataan Indonesia dalam lima tahun terakhir memperlihatkan dua sisi yang menarik.Pertama, dari sisi produk, potensi sumber daya pariwisata Indonesia yang sangat besar baik dalam bentuk atraksi alam maupun budaya. Keragaman budaya lokal juga menjadi salah satu daya tarik Indonesia sebagai destinasi wisata global (Damanik dan Teguh, 2012). Kedua, dari sisi marketnya adanya peningkatan jumlah wisatawan yang tercatat sebesar 5,5 juta (tahun 2007) dan naik hingga 8,0 juta di tahun 2012 dengan rerata sebesar 7,8%/tahun (BPS, 2013). Meski demikian rata-rata Length of Stay (LoS) mereka menurun dari 9,02 hari di tahun 2007 menjadi 7,84 hari di tahun 2012 (BPS, 2013). Seiring dengan dinamika kepariwisataan global yang berdampak pada sektor kepariwisataan nasional tampaknya diperlukan perumusan strategi secara lebih komprehensif. Salah satu sasaran kebijakan pengembangan pariwisata khususnya dari aspek produk perlu dikembangan produk wisata baru yang memiliki keunggulan saing dan keunggulan banding dengan produk-produk wisata destinasi lainnya. Pengembangan dan pengelolaan produk yang berkualitas akan memberikan nilai daya tarik sendiri bagi potensi pasar wisatawan yang tengah tumbuh pesat dengan karakter yang spesifik (Lickorish,1997). Beberapa potensi serta aktivitas yang dapat dijalankan di Ranu Pani, seperti tampak di tabel 1.2 berikut. Tabel 2 Potensi Kawasan Ranu Pani No.
Jenis Wisata
Daya tarik
Level
Inti
ISSN : 2087 - 0086
Utama
Pendukung
64
Jurnal Khasanah Ilmu - Volume 6 No 2 – 2015 – lppm3.bsi.ac.id/jurnal
1.
Minat Khusus
Berkemah, out bond, tracking, pendidikan, & penelitian
2.
Alam
Wisata alam Nuansa danau Ranu ekologi Pani danau & berperahu
Nuansa ekologi danau & keanekara gaman hayatinya
Rekreasi pendidikan & penelitian
Layanan informasi, Pusdik Konservasi, Kantor Resort, Shelter warung makanan & minuman
Relaksasi & rekreasi
Layanan informasi, Kantor Resort, Shelter, warung makanan & minuman
Sumber: Bappeda Prov. Jatim, 2013 Data kunjungan wisatawan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru sampai bulan November 2012 yang terdata dari 4 titik pintu masuk mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan sebelumnya. 2.1. Model Pengembangan Pariwisata Minat Khusus Konsep wisata yang berbasis ekologi atau yang lebih dikenal dengan ekowisata dilatarbelakangi dengan perubahan pasar global yaitu pertumbuhan ekonomi yang tinggi pada negara-negara asal wisatawan. Selain itu, ekowisata memiliki ekspektasi yang lebih mendalam dan lebih berkualitas dalam melakukan perjalanan wisata dan konsep wisata ini disebut wisata minat khusus (Fandeli, 2002). Wisatawan minat khusus umumnya memiliki intelektual yang lebih tinggi dan pemahaman serta kepekaan terhadap etika, moralitas dan nilai-nilai tertentu, sehingga bentuk wisata ini adalah bentuk pencarian pengalaman baru. Wisatawan cenderung beralih kepada alam dibandingkan pola-pola wisata buatan yang dirasakan telah jenuh dan kurang menantang (Damanik &Weber, 2006: 58). Perjalanan wisata minat khusus didasari pada motivasi atau keinginan wisatawan untuk melakukan perjalanan ke suatu tempat karena interest atau minat tertentu yang ingin dicapai dan dilakukan dilokasi tertentu.Berdasarkan esensi tersebut, pengembangan kegiatan wisata minat khusus harus mendasarkan pada motivasi wisatawan sebagai dasar penyusunan arahan pengembangan produk, atau dalam konteksi perencanaan disebut sebagai pendekatan yang berorentasi pada karakteristik pasar (market led approach). Lebih jauh prinsip-prinsip pengembangan kegiatan wisata minat khusus dikembangkan lagi dengan istilah REAL travel yang oleh Weiler dan Hall (1992), dijabarkan sebagai berikut: 1) Penghargaan (Rewarding)
ISSN : 2087 - 0086
Yaitu penghargaan atau sesuatu obyek dan daya tarik wisata yang dikunjungi, yang diwujudkan pada kegiatan wisatawan untuk dapat belajar memahami atau bahkan mengambil bagian dalam aktivitas yang terkait dengan obyek wisata tersebut. 2) Pengkayaaan (Enriching) Yaitu mengandung aspek pengkayaan atau penambahan pengetahuan dan kemampuan terhadap sesuatu jenis atau bentuk kegiatan yang diikuti wisatawan. 3) Petualangan (Adventuresome) Yaitu mengandung aspek pelibatan wisatawan kegiatan yang memiliki sesuatu resiko secara fisik dalam bentuk kegiatan petualangan. 4) Proses belajar (Learning) Yaitu mengandung aspek pendidikan melalui proses belajar yang diikuti wisatawan terhadap sesuatu kegiatan edukatif tertentu yang diikuti wisatawan. 2.2. Konsep Potensi Wisata Minat Khusus Inskeep (1991) menyatakan bahwa “Special interest tourism and adventure tourism doesn’t require large scale or even greatly expensive development of facilities and infrastructure”. Pariwisata minat khusus mempunyai kaitan dengan petualangan. Dalam hal ini, wisatawan secara fisik mengeluarkan dan menguras tenaga serta ada unsur tantangan yang harus dilakukan. Tabel 3 Ruang Lingkup Produk Wisata Minat Khusus di Indonesia Potensi Alam
Jenis Kegiatan Wisata alam atau hutan, perairan, pedalaman Wisata alam geologi-vulkanik Wisata alam bahari
Budaya
Peninggalan sejarah Kehidupan masyarakat
Buatan
Olah raga khusus Wisata agro
Rincian Kegiatan Penjelajahan hutan, pengamatan flora dan fauna langka, wisata buru, penyusuran sungai, pelayaran danau, arung jeram, kayak sungai, kayak danau Pendaki gunung, pengamatan gunung api, caving Scuba, coral viewing, surfing, wind surving, yachting, sea cruising, kayak laut, sailing, deep sea fishing Wisata arsitektur, wisata arkeologi, wisata nostalgia, wisata ziarah Wisata pedesaan, peristiwa khusus, wisata ramuan obat tradisional, wisata eksotik Golf dan produk bertema Tanaman pangan, perkebunan, perikanan,
holtikultura, peternakan,
Sumber: Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Wisata Minat Khusus, Pusat Antar Universitas Studi Sosial UGM, 1997
65
Jurnal Khasanah Ilmu - Volume 6 No 2 – 2015 – lppm3.bsi.ac.id/jurnal
2.3. Ekowisata Dalem (2006), menyatakan “Ekowisata didefinisikan sebagai penyelenggara kegiatan wisata yang bertanggungjawab di tempat-tempat alami dan/atau daerah-daerah yang dibuat berdasarkan kaedah alam, yang mendukung upaya-upaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya) dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat”. Definisi tersebut kemudian dijabarkan oleh Dalem (2006) kedalam sembilan prinsip yaitu : 1) Peka dan menghormati nilai-nilai sosial budaya dan tradisi keagamaan masyarakat setempat. 2) Memiliki kepedulian, komitmen dan tangung jawab terhadap konservasi alam dan warisan budaya. 3) Menyediakan interpretasi yang memberikan peluang kepada wisatawan untuk menikmati alam dan meningkatkan kecintaannya terhadap alam. 4) Edukasi : Ada proses pembelajaran dialogis antara masyarakat dengan wisatawan. 5) Pengembangannya harus didasarkan atas persetujuan masyarakat setempat melalui musyawarah. 6) Memberdayakan dan mengoptimalkan partisipasi serta sekaligus memberikan kontribusi secara kontinyu terhadap masyarakat setempat. 7) Mentaati peraturan perundangundangan yang berlaku 8) Secara konsisten memberikan kepuasan kepada konsumen. 9) Dipasarkan dan dipromosikan dengan jujur dan akurat sehingga sesuai dengan harapan (pemasaran yang bertanggung jawab). Ekowisata merupakan suatu konsep yang mengkombinasikan kepentinganindustri kepariwisataan dengan para pencinta lingkungan. Para pencintalingkungan menyatakan bahwa perlindungan dan pelestarian lingkungan hiduphanya dapat tercapai dengan melibatkan orang-orang yang tinggal danmenggantungkan hidupnya pada daerah yang akan dikembangkan menjadi suatukawasan wisata dan menjadikan mereka partner dalam upaya pengembanganwisata tersebut. Metode ini ISSN : 2087 - 0086
diperkenalkan oleh Presiden World Wild Fund (WWF) pada konfrensi tahunan ke-40 Asosiasi Perjalanan Asia Pasifik (PATA). Perkembangan ekowisata saat ini, tidak hanya sekedar untuk melakukan pengamatan burung, mengendarai kuda, penelusuran jejak di hutan belantara, tetapi telah terkait dengan konsep pelestarian hutan dan penduduk lokal. Ekowisata ini kemudian merupakan suatu perpaduan dari berbagai minat yang tumbuh dari keprihatinan terhadap lingkungan, ekonomi dan sosial. Ekowisata tidak dapat dipisahkan dengan konservasi. Oleh karenanya, ekowisata disebut sebagai bentuk perjalanan wisata bertanggungjawab. 3. METODOLOGI Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif fenomenologis. Pengolahan data dalam penelitian ini diolah secara kualitatif menggunakan lingkungan alamiah sebagai sumber data langsung. Sedang data pada penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan beberapa teknik, yaitu: 1) Focus Group Discussing (FGD) yaitu diskusi kelompok dengan cara mengumpulkan sejumlah partisipan dengan persyaratan tertentu, misalanya usia, status dalam masyarakat atau kelompok yang dikenai perlakuan tertentu yang sama. 2) Wawancara mendalam (Indepth Interview) yaitu metode pengambilan data yang dilakukan dengan cara menemui partisipan secara pribadi. Wawancara dilakukan terhadap pengelola dan para stakeholder. 3) Dokumentasi yaitu merupakan pelengkap penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. 4. HASIL PENELITIAN 1) Dampak terhadap Lingkungan Masyarakat Ranu Pani memiliki upaya dalam mengoptimalkan kondisi lingkungan disekitar desa sehingga dapat menjadi salah satu basis terbentuknya Desa Wisata. Karena menyimpan unsur-unsur ekowisata yang layak untuk dikembangkan dan juga memiliki ragam kearifan lokal yang berfungsi menjadi cagar budaya dan alam.
66
Jurnal Khasanah Ilmu - Volume 6 No 2 – 2015 – lppm3.bsi.ac.id/jurnal
2) Dampak Ekonomi Bertambahnya jasa pemandu wisata lokal dan bertumbuhnya homestay. Banyak masyarakat yang sudah mengenal dan memahami arti dari pariwisata. Sehingga, banyak masyarakat yang pendidikannya semakin maju. 3) Dampak Sosial Budaya Budaya suku Tengger yang tetap melekat pada masyarakat kawasan Ranu Pani mempunyai daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Contohnya, Upacara yang disebut a. Unan-Unan : diperingati warga Tengger satu kali dalam satu windu, dimaksuskan untuk bersih-bersih Desa dari gangguan mahkluk halus. b. Hari Raya Karo : jatuh pada bulan kedua dalam kalender Tengger, upacara ini mirip dengan perayaan Hari Raya Idul Fitri yang dirayakan umat Islam. PENUTUP 1) Semakin meningkatnya kesadaran masyarakat mengenai lingkungan telah mendorong lahirnya wisatawan peduli lingkungan yang memiliki beberapa motivasi, antara lain : a. Wisatawan mencari kehidupan dalam tata lingkungan yang berbeda. b. Wisatawan ingin merasakan lingkungan yang asli, utuh dan tenang. c. Wisatawan memperoleh pengalaman-pengalaman baru. d. Wisatawan menikmati panorama alam. e. Wisatawan dapat menambah wawasan dalam keanekaragaman flora dan fauna. 2) Masyarakat kawasan Ranu Pani semakin sadar akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan. Sehingga masyarakat memiliki andil serta mendukung adanya konservasi dengan adanya peraturan-peraturan desa. Contohnya, larangan menebang pohon atau membakar hutan.
ISSN : 2087 - 0086
DAFTAR PUSTAKA [1] Baldwin P. and Brodess D. 1993. Asia’s New Age Travelers. Asia Travel Trade. [2] Dalem, Raka, A. A. G., 2006, ”Ekoturisme”, Fakultas MIPA Universitas Udayana. [3] Damanik, J & Weber, 2007, Perencanaan Ekowisata dari Teori ke Aplikasi, Penerbit Andi, Yogyakarta. [4] Edward Inskeep, 1991, Tourism Planning An Intergrated and Sustainable Development Approach, New York. [5] Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Wisata Minat Khusus, Pusat Antar Universitas Studi Sosial UGM, 1997 [6] Lickorish, Leonard J, 1997, An Introduction To Tourism Butterworth-Heinemann, London. [7] Permenhut No. P.56/ Menhut-II/2006 tentang Pedoman Zonasi Taman Nasional [8] Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem [9] Weiler, B dan Hall, 1992, C.M. Special Interest Tourism, Behaven Press, London, UK.
67