JURNAL TEMATIK
ISSN : 1979-0633
PENGARUH PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK DAN BERPIKIR LOGIS TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SD BHARLIND SCHOOL MEDAN Oleh MIKA ROMAULI1 ABSTRAK. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui : (1) Perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang diajar dengan pembelajran matematika realistik kelompok dan hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan pembelajaran matematika realistik individu, (2) Perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang memiliki kemampuan berfikir logis tinggi dan memiliki kemampuan berfikir logis rendah, (3) Interaksi antara pembelajaran matematika realistik dan kemampuan berfikir logis terhadap hasil belajar matematika siswa SD Bharlind School Medan. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD Bharlind school Medan, berjumlah 74 orang yang berasal dari 2 kelas. Jumlah sampel penelitian untuk pembelajaran matematika realistik kelompok terdiri 38 siswa dan 36 siswa untuk pembelajaran matematika realistik individu. Instrumen pengukuran untuk mengukur hasil belajar digunakan tes berbentuk essay tes yang terdiri dari 8 soal yang meiliki koefisien reliabilitas sebesar 0,75. Metode penelitian menggunakkan metode quasi eksperimen dengan desain penelitan factorial 2x2. Teknik analisis data menggunakan ANAVA dua jalur pada taraf signifikan α = 0,05. Temuan penelitian menunjukkan bahwa: (1) Hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan pembelajaran matematika realistik kelompok (𝑥 = 23,97) lebih tinggi daripada hasil belajar siswa yang diajar dengan pembelajaran matematika realistik individu (𝑥 = 22,88) dengan Fhitung = 4,50 > Ftabel = 3,97 , (2) Hasil belajar matematika siswa yang memiliki kemampuan berfikir logis tinggi (𝑥 = 24,41) lebih tinggi daripada hasil belajar siswa yang memiliki kemampuan berfikir logis rendah (𝑥 = 22,00), dengan Fhitung=15,22 > Ftabel = 3,97, (3) Terdapat interaksi antara pembelajaran matematika realistik dan kemampuan berfikir logis terhadap hasil belajar matematika siswa, dengan Fhitung = 28,50 > Ftabel = 3,97. Perhitungan uji lanjut dengna uji Scheffe menunjukkan perbedaan yang signifikan pada hasil belajar matematika antara pembelajaran matematika realistik kelompok dan pembelajaran matematika realistik individu, begitu pula antara kemampuan berfikir logis tinggi dan kemampuan berfikir logis rendah.
1
Mika Romauli, Guru SMA Negeri 2 Rantau Selatan
Volume : 003/No.12/DIKSAS/Desember 2013
1
JURNAL TEMATIK
ISSN : 1979-0633
ABSTRACT This research was animed to find out : (1)The difference of achievement in mathematics between Group RME and RME Individual (2) The defference achievement of mathematics between students’ who had High Ability thingk Logical and Low on the students’ achievement in mathematics. The population of this research was all class IV of students SD Bharlind School Medan, which had 74 students, that consisted of twq class. The sample was taken by using cluster random sampling method. The total sample of the research for learning model’s wich 38 students’ taught by Group RME and 36 students’ done by Individual RME. instrument scale fo mathematics achievement used the measure the achievement was essayntest with 8 item test with reliability coefficient 0.80. The research method used quasi experiment with factorial design 2x2. Technique of analyzing data used ANOVA of two directions at significant α = 0.05. The finding of research showed that : (1) The students’ achievement in mathematics that taught by group RME (𝑥 = 23.97) is higher than the students’ achievement tha taught by Individual RME (𝑥 = 22.88) with Fratio = 4.50 > Ftable = 3.97 , (2) The students’ achievement in Ability think high logical (𝑥 = 24.41) is higher than Ability think low logical (𝑥 = 22.00), with Fratio = 15.22 > Ftable = 3.97, (3) Be found interaction between RME and the Ability think logical on the students’ achievement in mathematics, with Fratio = 28.50 > Ftable = 3.97. The multiple comparation by scheffe teste also showed significant difference of achievement in mathematics between Group RME and RME Individual similar with achievement in mathematics between Ability think high logical and ability think low logical.
LATAR BELAKANG MASALAH Pada kurikulum SD (2006) dinyatakan bahwa kurikulum tingkat satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah berpedoman pada standar kompetensi lulusan dan standar isi serta panduan penyusunan kurikulum yang dibuat oleh BSNP. Kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan multi strategi dan multimedia, sumber belajar dan teknologi yang memadai, dan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar, dengan prinsip alam takambang jadi guru ( semua yang terjadi, tergelar dan berkembang di masyarakat dan lingkungan sekitar serta lingkungan alam semesta dijadikan sumber belajar). Piaget dituliskan ulang dalam Suparno (2001) menyarankan agar dalam pengajaran matematika untuk murid, terlebih sebelum tahap operasional formal, lebih ditekankan kepada aktivitas pengalaman dan penggunaan metode aktif.
Volume : 003/No.12/DIKSAS/Desember 2013
2
JURNAL TEMATIK
ISSN : 1979-0633
Penekanan aktivitas pengalaman dan penggunaan metode aktif ini dinilai Piaget sangat cocok untuk siswa pada tahap operasi konkrit (umur 7-11 tahun) di mana pada usia ini siswa masih berada pada tingkat Sekolah Dasar (SD). Aktivitas pengalaman dan penggunaan metode aktif ini dapat dilakukan dengan metode pembelajaran matematika realistik di mana siswa Sekolah Dasar berada pada tahap operasi konkrit (7-11 tahun). Pengetahuan dan aneka informasi mengenai sumber belajar yang dapat dikembangkan menjadi Aktivitas Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) dapat menjadi jembatan yang menghubungkan anak dengan dunianya dalam wilayah belajarnya. Berfikir logis adalah kegiatan berfikir yang didasarkan atas kaidah-kaidah, aturan-aturan sistematika dan teknik berfikir yang tepat dan benar, sehingga tidak mengandung kesalahan dan dapat menghasilkan kesimpulan yang benar. Kemampuan berfikir logis merupakan salah satu karakteristik yang dimiliki siswa, sebagi potensi turut mempengaruhi efektifitas proses belajar, karena itu aspek ini juga perlu mendapat perhatian guru dalam pembelajaran. Dilihat dari segi kemampuan berfikir siswa dalam menanggapi pelajaran yang diberikan juga bervariasi (ada yang rendah, sedang dan tinggi). Hal ini disebabkan oleh kemampuan dalam menerima dan mentransfer informasi yang diperoleh mempunyai tingkatan yang berbeda-beda.
RUMUSAN MASALAH Yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan pembelajaran matematika realistik kelompok dengan individu dalam pembelajaran pembagian di kelas IV SD? 2. Apakah terdapat perbedaaan hasil belajar matematika siswa yang memiliki kemampuan berfikir logis tinggi dengan siswa yang memiliki kemampuan berfikir logis rendah pada pokok bahasan Pembagian pada murid SD? 3. Apakah terdapat interaksi antara pembelajaran matematika realistik dan kemampuan berfikir logis terhadap pencapaian hasil belajar matematika pada pokok bahasan pembagian pada murid SD?
Volume : 003/No.12/DIKSAS/Desember 2013
3
JURNAL TEMATIK
ISSN : 1979-0633
KAJIAN PUSTAKA 1. PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK Kata “realistik” merujuk pada pendekatan dalam pendidikan matematika yang telah dikembangkan di Nederlands Belanda selama kurang lebih 32 tahun (dimulai tahun 1970). Pendekatan ini mengacu kepada pendapat Freudenthal (dalam Gravemeijer,1994) yang mengatakan bahwa matematika harus dikaitkan dengan realita dan matematika merupakan aktivitas manusia. Lebih lanjut soedjadi menjelaskan yang dimaksud dengan realitas yaitu hal-hal yang nyata atau konkret yang dapat diamati atau dipahami peserta didik lewat membayangkan, sedangkan yang dimaksud dengan lingkungan adalah lingkungan tempat peserta didik berada baik lingkungan sekoloah, keluarga maupun masyarakat yang dapat dipahami peserta didik. Lingkungan ini disebut kehidupan sehari-hari peserta didik. Pembelajaran bermakna bagi siswa jika pembelajaran dimulai dari masalah kontekstual (masalah dunia nyata). Kemudian siswa diberi kesempatan seluas-luasnya menyelesaikan masalah itu dengan caranya sendiri sesuai dengan skema yang dimiliki dalam pikirannya. Artinya siswa diberi kesempatan melakukan refleksi, interpretasi dan mencari strateginya yang sesuai. Rekonstruksi terjadi bila siswa dalam aktivitasnya melakukan refleksi, interpretasi dan abstraksi. Prinsip PMR a. Guided Reinvention dan Progressive Mathematizing b. Didactical Phenomenology c. Self Depeloped Models Karakteristik RME 1. Menggunakan Konteks “Dunia Nyata” 2. Menggunakan Model-model (Matematisasi) 3. Menggunakan Produksi dan Konstruksi 4. Menggunakan Interaktif 5. Menggunakan Keterkaitan (Intertwinment) Langkah-langkah Pembelajaran Matematika Realistik 1. Memahami masalah kontekstual
Volume : 003/No.12/DIKSAS/Desember 2013
4
JURNAL TEMATIK
ISSN : 1979-0633
2. Menjelaskan masalah kontekstual 3. Menyelesaikan masalah kontekstual 4. Membandingkan dan mendiskusikan jawaban 5. Menyimpulkan Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Matematika Realistik Menurut Suwarsono (2001:5) terdapat beberapa kelebihan PMR yaitu : 1. PMR memberikan pengertian yang jelas dan operasional kapada siswa tentang keterkaitan antara matematika dengan kehidupan sehari-hari (kehidupan dunia nyata) dan kegunaan matematika pada umumnya bagi manusia. 2. PMR memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada siswa bahwa matematika adalah suatu bidang kajian yang dikontruksi dan dikembangkan sendiri oleh siswa tidak hanya oleh mereka yang disebut pakar dalam bidang tersebut. 3. PMR memberikan pengertian yang jelas dan operasional kapada siswa bahwa cara penyelasaian suatu soal atau masalah tidak harus tunggal, dan tidak harus sama antara orang yang satu dengan orang yang lain. Setiap orang bisa menemukan atau menggunakan cara sendiri, asalkan orang itu bersungguh-sungguh dalam mengejakan soal atau masalah tersebut. 4. PMR memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada siswa bahwa dalam mempelajari matematika, proses pembelajaran merupakan sesuatu yang utama, dan untuk mempelajari matematika orang harus menjalani proses itu dan berusaha untuk menemukan sendiri konsepkonsep matematika, dengan bantuan pihak lain yang sudah lebih tahu (misalnya guru). Tanpa kemauan untuk menjalani sendiri proses tersebut pembelajaran yang bermakna akan terjadi. Menurut Suwarsono terdapat beberapa kelemahan PMR, yaitu : 1. Upaya mengimplementasikan PMR membutuhkan perubahan yang sangat mendasar mengenai beberapa hal lain tidak mudah untuk dipraktekkan, misalnya mengenai siswa, guru, dan peranan kontekstual. 2. Pencarian soal-soal kontekstual yang memenuhi syarat-syarat yang dituntut PMR tidak selalu mudah untuk setiap topik matematika yang
Volume : 003/No.12/DIKSAS/Desember 2013
5
JURNAL TEMATIK
ISSN : 1979-0633
perlu dipelajari siswa, terlebih-lebih karena soal-soal tersebut harus biasa diselesaikan dengan bermacam-macam cara. 3. Upaya mendorong siswa agar bisa menemukan berbagai cara untuk menyelesaikan soal juga merupakan hal yang tidak mudah dilakukan oleh guru. 4. Proses pengembangan kemampuan berfikir siswa, melalui soal-soal kontekstual, proses matematisasi horizontal, dan proses matematisasi vertikal juga bukan merupakan sesuatu yang sederhana, karena proses dan mekanisme berfikir siswa harus diikuti dengan cermat, agar guru bisa membantu siswa dalam melakukan penemuan kembali tehadap konsepkonsep matematika tertentu.
2. BERFIKIR LOGIS Salah satu tujuan khusus pengajaran matematika di SD adalah mempunyai pandangan yang cukup luas dan memiliki sikap logis, kritis, cermat, kreatip dan disiplin serta menghargai kemampuan matematika (Soejadi, 2000). Pemahaman tentang berpikir logis, awalnya kita akan memahami dulu pengertian berpikir. Berpikir menurut Mundiri (1994: 7) adalah penyaring dan penilai dengan cara serius dan terpelajar serta bertujuan untuk mendapatkan kebenaran. Sedangkan menurut Plato bahwa berfikir itu berarti berbicara dalam batin. Dari kedua pendapat ini dismpulkan bahwa berpikir berarti menggunakan batin dalam menyaring, menilai maupun menimbang segala sesuatu. Sedangkan istilah logis merupakan kata sifat dari kata benda logika. Logika berasal dari bahasa yunani, logos, yang berarti sabda, pikiran, ilmu. Secara etimologi, logika adalah ilmu tentang pikiran atau ilmu menalar. Nama logika untuk pertama kali muncul pada filsuf Cicero (abad ke-1 Sebelum Masehi), tetapi dalam arti seni berdebat
HIPOTESIS 1. Terdapat hasil belajar Matematika dengan strategi pembelajaran realistik kelompok lebih tinggi dibandingkan dengan Pembelajaran Realistik Individu.
Volume : 003/No.12/DIKSAS/Desember 2013
6
JURNAL TEMATIK
ISSN : 1979-0633
2. Terdapat hasil belajar matematika pada kelompok yang Kemampuan Berfikir Logis tinggi lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok yang Kemampuan Berfikir Logis rendah. 3. Terdapat
interaksi antara pembelajaran matematika realistik dan
Kemampuan Berfikir Logis dalam memberikan pengaruh terhadap hasil belajar matematika.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Data 1. Hasil Belajar Matematika Siswa Yang Dibelajarkan Dengan Pembelajaran Matematika Realistik Kelompok Berdasarkan data yang diperoleh dapat diketahui bahwa skor hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan pembelajaran matematika realistik kelompok diperoleh skor terendah 17 dan skor tertinggi 30, rata-rata adalah 23,97, skort modus 24,50, median 24,06 dan simpangan baku 3,43.. Hasil belajar matematika untuk pembelajaran matematika realistik kelompok ditunjukkan pada tabel 4.1 berikut ini : Tabel 4.1 Hasil Belajar Matematika Siswa Dengan Pembelajran Matematika Realistik Kelompok. No Kelas Interval Frekuensi F. Relatif (%) 1 17 - 18 3 7,89 2 19 - 20 4 10,53 3 21 - 22 5 13,16 4 23 - 24 8 21,05 5 25 - 26 8 21,05 6 27 - 28 7 18,42 7 29 - 30 3 7,89 Jumlah 38 100,00 Dari Tabel 4.1 diperoleh data bahwa hasil belajar matematika siswa dengan pembelajaran matematika ralistik kelompok, diperoleh 21,05% berada pada kelas interval rata-rata, 31,58% berada dibawah rata-rata, sedangkan 47,36% berada diatas rata-rata. Hasil belajar matematika siswa untuk pembelajaran matematika kelompok diagram paling tinggi pada skor antara 22,5 sampai 24,5 serta 24,5 sampai 26,5 dengan jumlah siswa masing-masing 8 orang dan terendah
Volume : 003/No.12/DIKSAS/Desember 2013
7
JURNAL TEMATIK
ISSN : 1979-0633
pada skor antar16,5 sampai 18,5 serta 28,5 sampai 30,5 dengan jumlah siswa masing-masing 3 orang. 2.
Hasil Belajar Matematika Siswa Yang Dibelajarkan Dengan Model Pembelajaran Matematika Realistik Individu. Berdasarkan data yang diperoleh dapat diketahui bahwa skor hasil belajar
matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran matematika realistik individu diperoleh skor terendah 18 skor tertinggi 28, rata-rata skor adalah 22,88, modus 23,17, median 22,95, dan simpangan baku 2,48. Untuk melihat skor siswa digunakan kelas interval, frekuensi , dan frekuensi relatif. Hasil belajar matematika untuk model pembelajaran matematika realistik individu belajar ditunjukkan pada Tabel 4.2 berikut ini: Tabel 4.2 Hasil belajar Matematika Siswa Dengan Model Pembelajaran Matematika Realistik Individu No Kelas Interval Frekuensi F. Relatif (%) 1 18 19 4 11,11 2 20 21 6 16,67 3 22 23 11 30,56 4 24 25 10 27,78 5 26 27 4 11,11 6 28 29 1 2,78 Jumlah 36 100,00 Hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran matematika realistik individu dari Tabel 4.2, diperoleh 30,56% berada pada kelas interval skor rata-rata 27,78% berada dibawah rata-rata, sedangkan 41,67 berada di atas rata-rata. Hasil belajar matematika untuk model pembelajaran matematika realistik individu diagram paling tinggi pada skor antar 21,5 sampai 23,5 dengan jumlah siswa 11 orang sedangkan untuk diagram terendah pada skor antara 27,5 sampai 29,5 dengan jumlah 1 orang siswa. 3. Hasil Belajar Matematika Siswa Dengan Kemampuan Berfikir Logis Tinggi. Dari data hasil belajar matematika siswa yang memiliki kemapuan berfikir logis tinggi diperoleh skor terendah 18 dan skor tertinggi 30, rata-rata skor adalah 24,41 besar modus 24,83, median 24,50 dan simpangan baku 3,02. Hasil belajar
Volume : 003/No.12/DIKSAS/Desember 2013
8
JURNAL TEMATIK
ISSN : 1979-0633
matematika pada siswa dengan kemampuan berfikir logis tinggi ditunjukkan pada tabel 4.3 berikut : Tabel 4.3 Hasil Belajar Matematika Siswa Untuk Kemampuan Berfikir Logis Tinggi No Kelas Interval Frekuensi F. Relatif (%) 1 18 - 19 3 6,98 2 20 - 21 4 9,30 3 22 - 23 9 20,93 4 24 - 25 11 25,58 5 26 - 27 10 23,26 6 28 - 29 4 9,30 7 30 - 31 2 4,65 Jumlah 43 100,00 Berdasarkan Tabel 4.3, hasil belajar matematika siswa dengan kemampuan berfikir logis tinggi diperoleh 25,58% siswa berada pada kelas interval rata-rata, 36,91% berada dibawah rata-rata, sedangkan 37,21% berada diatas rata-rata. Hasil belajar matematika pada siswa yang memiliki kemampuan berfikir logis tinggi, diagram paling tinggi pada skor antara 23,5 sampai 25,2 dengan jumlah siswa 11 orang dan terendah pada skor antara 29,5 sampai 31,5 dengan jumlah siswa 2 orang. 4. Hasil Belajar Matematika Siswa Dengan Kemampuan Berfikir Logis Rendah Dari data hasil belajar
matematika siswa yang memiliki kemampuan
berfikir logis rendah diperoleh skor terendah adalah 17 dan skor tertinggi 28, skor rata-rata adalah 22,00, besarnya modus 21,70, median 21,94, dan simpangan baku sebesar 2,41. Hasil belajar matematika pada siswa yang memiliki kemampuan berfikir logis rendah dapat dilihat pada Tabel 4.4. Tabel 4.4 Hasil Belajar Matematika Siswa Dengan Kemampuan Berfikir Logis Rendah No Kelas Interval Frekuensi F. Relatif (%) 1 17 18 3 9,68 2 19 20 6 19,35 3 21 22 9 29,03 4 23 24 7 22,58 5 25 26 5 16,13 6 27 28 1 3,23 Jumlah 31 100,00
Volume : 003/No.12/DIKSAS/Desember 2013
9
JURNAL TEMATIK
ISSN : 1979-0633
Berdasarkan Tabel 4.4 hasil belajar matematika siswa dengan kemampuan berfikir logis rendah 29,03% berada pada skor rata-rata, 29,03% berada dibawah rata-rata, dan 41,94% berada diatas rata-rata. Hasil belajar matematika pada siswa yang memiliki kemampuan berfikir logis rendah, diagram paling tinggi pada skor antara 20,5 sampai 22,5, dengan jumlah siswa 9 orang dan diagram terendah pada skor 26,5 sampai 28,5 dengan jumlah 1 orang siswa. 5. Hasil Belajar Matematika Siswa Untuk Pembelajaran Matematika Realistik Kelompok dengan Kemampuan Berfikir Logis Tinggi. Dari data yang diperoleh dapat diketahui bahwa hasil belajar matematika siswa yang diajarkan dengan pemaelajaran matematika realistik kelompok yang memiliki kemampuan berfikir logis tinggi diperoleh skor terendah 23 dan skor tertinggi 30, rata-rata skor adalah 26,23 modus 26,36 median 26,25 dan simpangan baku 2,34. Hasil belajar matematika siswa untuk pembelajaran matematika realistik pada siswa yang memiliki kemampuan berfikir logis tinggi ditunjukkan pada Tabel 4.5. Tabel 4.5. Hasil Belajar Matematika Siswa untuk pembelajaran matematika realistik Kelompok dengan Kemampuan Berfikir Logis Tinggi. No 1 2 3 4 5
Kelas Interval 22 - 23 24 - 25 26 - 27 28 - 29 30 - 31 Jumlah
Frekuensi 3 5 8 4 2 22
F. Relatif 13,64 22,73 36,36 18,18 9,09 100,00
Berdasarkan Taberl 4.5, Hasil belajar matematka siswa yang diajar dengan pembelajaran matematika realistik kelompok dengan kemampuan berfikir logis tinggi 36,36% berada pada kelas interval rata-rata, 26,73% berada dibawah ratarata, sedangkan 27,27% berada diatas rata-rata. Hasil belajar matematika siswa untuk pembelajaran matematika realistik kelompok pada siswa yang memilki kemampuan berfikir logis tinggi, diagram paling tinggi terletak pada skor antara 25,5 sampai 27,5 dengan jumlah siswa 8 orang dan terendah pada skor antara 29,5 sampai 31,5 dengan jumlah 2 orang.
Volume : 003/No.12/DIKSAS/Desember 2013
10
JURNAL TEMATIK
ISSN : 1979-0633
6. Hasil Belajar Matematika Siswa untuk Pembelajaran Matematika Realistik Kelompok dengan Kemampuan Berfikir Logis Rendah. Dari data yang diperolehuntuk hasil belajar matematika siswa yang diajarkan dengan pembelajaran matematika realistik kelompok pada siswa yang memiliki kemampuan berfikir logis rendah, skor terendah yang diperoleh adalah 17 dan skor tertinggi 25, rata-rata skor adalah 21, modus 21,30, median 20,67 dan simpangan baku 2,22. Selanjutnya hasil belajar matematika siswa yang diajarkan dengan pembelajaran matematika realistik kelompok pada siswa dengan kemampuan berfikir logis rendah ditunjukkan pada tabel 4.6. berikut : Tabel 4.6. Hasil Belajar Matematika Siswa untuk Strategi Pembelajaran Matematika realistik Kelompok pada siswa dengan Kemampuan Berfikir Logis Rendah. No Kelas Interval Frekuensi F. Relatif 1 17 - 18 3 18.75 2 19 - 20 4 25,00 3 21 - 22 5 31,25 4 23 - 24 2 12,50 5 25 - 26 2 12,50 Jumlah 16 100,00 Berdasarkan Tabel 4.6. Hasil belajar matematika siswa yang diajarkan dengan pembelajaran matematika realistik kelompok dengan kemampuan berfikir logis rendah terlihat bahawa 31,25% berada pada kelas interval rata-rata 43,75% berada di bawah rata-rata, dan 25,00% berada di atasa rata-rata. Hasil belajar matematika siswa untuk pembelajaran matematika realistik kelompok pada siswa yang memilki kemampuan berfikir logis rendah, diagram paling tinggi terletak pada skor antara 20,5 sampai 22,5 dengan jumlah siswa 5 orang dan terendah pada skor antara 22,5 sampai 24,5 dan 24,5 sampai 26,5 dengan jumlah masingmasing 1 orang siswa. 7. Hasil Belajar Matematika Siswa Untuk Pembelajaran Matematika Realistik Individu dengan Kemampuan Berfikir Logis Tinggi. Dari data yang diperoleh hasil belajar matematika siswa yang diajarkan dengan pembelajaran matematika realistik individu pada siswa yang memiliki kemampuan berfikir logis tinggi, skor terendah yang diperoleh adalah 18 dan skor tertinggi 27, rata-rata nilai adalah 22,41, modus 21,70 median 21,33 dan
Volume : 003/No.12/DIKSAS/Desember 2013
11
JURNAL TEMATIK
ISSN : 1979-0633
simpangan baku 2,40. Selanjutnya hasil belajar matematika siswa yang diajarkan dengan pembelajaran matematika realistik kelompokpada siswa dengan kemampuan berfikir logis rendah ditunjukkan pada tabel 4.7. berikut : Tabel 4.7. Hasil Belajar Matematika Siswa untuk Strategi Pembelajaran Matematika Realistik Individu dengan Kemampuan Berfikir Logis Tinggi. No Kelas Interval Frekuensi F. Relatif 1 18 - 19 3 14,29 2 20 - 21 4 19,05 3 22 - 23 7 33,33 4 24 - 25 5 23,81 5 26 - 27 2 9,52 Jumlah 21 100,00 Berdasarkan Tabel 4.7. Hasil belajar matematika siswa yang diajarkan dengan pembelajaran matematika realistik individu dengan kemampuan berfikir logis tinggi terlihat bahawa 33,33% berada pada kelas interval rata-rata 33,34% berada di bawah rata-rata, dan 33,33% berada di atasa rata-rata. Hasil belajar matematika siswa untuk pembelajaran matematika realistik individu pada siswa yang memilki kemampuan berfikir logis tinggi, diagram paling tinggi terletak pada skor antara 21,5 sampai 23,5 dengan jumlah siswa 7 orang dan terendah pada skor antara 25,5 sampai 27,5 dengan jumlah 2 orang siswa.
8. Hasil Belajar Matematika Siswa Untuk Pembelajaran Matematika Realistik Individu dengan Kemampuan Berfikir Logis Rendah. Dari data yang diperolehuntuk hasil belajar matematika siswa yang diajarkan dengan pembelajaran matematika realistik individu pada siswa yang memiliki kemampuan berfikir logis rendah, skor terendah yang diperoleh adalah 19 dan skor tertinggi 28, rata-rata nilai adalah 23,37, modus 23,83, median 23,00 dan simpangan baku 2,33. Selanjutnya hasil belajar matematika siswa yang diajarkan dengan pembelajaran matematika realistik individu pada siswa dengan kemampuan berfikir logis rendah ditunjukkan pada tabel 4.8. berikut :
Volume : 003/No.12/DIKSAS/Desember 2013
12
JURNAL TEMATIK
ISSN : 1979-0633
Tabel 4.8. Hasil Belajar Matematika Siswa untuk Strategi Pembelajaran Matematika Realistik Individu pada Siswa dengan Kemampuan Berfikir Logis Rendah. No 1 2 3 4 5
Kelas Interval 19 - 20 21 - 22 23 - 24 25 - 26 27 - 28 Jumlah
Frekuensi 2 3 5 4 1 15
F. Relatif 13,33 20,00 33,33 26,67 6,67 100,00
Berdasarkan Tabel 4.8. Hasil belajar matematika siswa yang diajarkan dengan pembelajaran matematika realistik individu dengan kemampuan berfikir logis rendah terlihat bahawa 33,33% berada pada kelas interval rata-rata 33,33% berada di bawah rata-rata, dan 33,34% berada di atasa rata-rata. Hasil belajar matematika siswa untuk pembelajaran matematika realistik individu pada siswa yang memilki kemampuan berfikir logis rendah, diagram paling tinggi terletak pada skor antara 22,5 sampai 24,5 dengan jumlah siswa 5 orang dan terendah pada skor antara 26,5 sampai 28,5 dengan jumlah 1 orang siswa. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Perbedaan Hasil Belajar Matematika antara Siswa yang diajarkan dengan Pembelajaran Matematika Realistik Kelompok dengan Pembelajaran Matematika Realistik Individu. PMR individu merupakan kemampuan siswa untuk membangun sendiri pengetahaun di
dalam benaknya dan peran guru bukan hanya sekedar
memberikan pengetahuan kepada siswa melainkan memberikan kemudahan belajar pada siswa dengan memberikan kesempatan kepada siswa unutk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri. Dalam PMR individu, belajar lebih diarahkan kepada kegiatan
aktif siswa untuk membangun
pengetahuannya. Siswa sendiri yang melakukan penalaran melalui seleksi dan organisasi pengalaman serta mengintegrasikannya dengan apa yang telah diketahui.
Volume : 003/No.12/DIKSAS/Desember 2013
13
JURNAL TEMATIK
ISSN : 1979-0633
PMR kelompok juga memiliki keunggulan yaitu mengharapkan siswa dalam belajar
secara suasana
kelompok yang berkaitan dengan konteks
kehidupan sosial sebenarnya. Dengan PMR kelompok belajar umumnya siswa lebih diarahkan pada susatu proses kerjasama dalam memecahkan masalah secara bersama-sama. Inti dari model ini adalah kerjasama dalam kehidupan sosial. Meski PMR kelompok dan PMR individu memiliki kelebihan masingmasing, namun dalam pembelajaran matematika khususnya dalam kompetensi dasar menggunakan pembagian bilangan empat angka dalam pemecahan masalah kebutuhan siswa dalam belajar untuk kompetensi dasar ini lebih mengutamakan pemecahan masalah yang intinya harus dilalui dalam rangkaian kegiatan pemecahan masalah melalui aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan. Pada dasarnya tiap pembelajaran selain memiliki keunggulan juga memiliki kelemahan, ini dibuktikan dengan tetap adanya siswa yang memperoleh skor rendah berdasarkan tes hasil belajar dalam penelitian ini. Berdasarkan observasi selama penelitian berlangsung dapat disimpulkan bahan untuk PMR kelompok, baik siswa maupun guru kurang memiliki kesiapan mental dalam mengikuti model ini, selain itu pembelajaran ini kurang berhasil dalam kelas besar, misalnya sebagian waktu hilang karena membantu siswa menemukan teori-teori atau menemukan bagaimana bentuk kata-kata atau menyatakan suatu pembagian tertentu dalam memberikan kesimpulan yang berkenaan dengan teori akhir dari penemuan yang dilakukan, hal lain adalah harapan yang ditumpahkan pada model ini mungkin mengecewakan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pembelajarn secara tradisional jika guru tidak menguasai PMR kelompok, dengan alasan-alasan ini maka hasil belajar beberapa siswa juga masih dibawah rata-rata dari apa yang diharapkan dalam keberhasilan pembelajaran ini. 2. Perbedaan Hasil Belajar Matematika Antara Siswa Yang Memiliki Kemampuan Berfikir Logis Tinggi dengan Kemampuan Berfikir Logis Rendah. Berdasarkan skor hasil penelitian beberapa siswa dalam kelompok berfikir logis rendah
memperolah skor di bawah rata-rata, hal ini sisebabkan oleh
beberapa hal, diantara suasana kelas dengan jumlah siswa yang cukup besar dan kegiatan pembelajaran yang memungkinkan siswa banyak mengeluarkan suara
Volume : 003/No.12/DIKSAS/Desember 2013
14
JURNAL TEMATIK
ISSN : 1979-0633
menjadi kendala pada siswa kelompok berfikir logis rendah yang merasa sulit belajar dalam suasana yang tidak tenang dan banyak gangguan, siswa kelompok ini juga merasa sulit memahami penjelasan guru tanpa disertai dengan gambar atau bagan, dan terganggu konsentrasinya saat melihat tampilan (baik penampilan seseorang atau tampilan suatu informasi ) yang menurutnya tidak menarik atau justru jelek hal ini tampak sekali terjadi pada PMR individu, berbagai penampilan siswa dalam mengemukakan pendapat mempengaruhi persepsi siswa terhadap materi pelajaran yang disajikan. Sama halnya dengan kelompok berfikir lopgis rendah, berdasarkan skor hasil penelitian beberapa siswa dalam kelompok berfikir logis tinggi juga memperoleh skor dibawah rata-rat, hal ini terjadi disebabkan dalam kedua pembelajaran dituntut kemampuan siswa untuk membaca melalui literature dalam pengumpulan data, dan kelemahan siswa kelompok berfikir logis rendah adalah kurang baik dalam membaca, kurang dapat mengingat apa yang dibacanya bila tidak disuarakan, sehingga siswa dalam kelompok ini merasa sulit dalam mengumpulkan data untuk membuktikan hipotesis, ditambah lagi siswa kelompok ini kurang baik dalam menulis karangan, artinya dalam membuat suatu hipotesis dan kesimpulan siswa kurang pandai dalam menyusun kata-kata menjadi sebuah teori dan hal ini berindikasi pada rendahnya hasil belajar siswa. 3. Interaksi Antara Pembelajaran Matematika Realistik dan Kemampuan Berfikir Logis Terhadap Hasil Belajar Matematika. Pembelajaran matematika realistik kelompok merupakan pendekatan pembelajaran yang menuntut adanya intekasi dua arah antara guru dan siswa, serta siswa dengan siswa. Siswa diberi tugas untuk memecahkan persoalan matematika dalam konteks kehidupan nyata dengan kegiatan yang menyenangkan namun serius dalam pemerolehan berbagai konsep yang akan ditemukan. Dengan jalan ini siswa yang memiliki kemampuan berfikir logis tinggi akan lebih terpacu untuk menemukan ide-ide atau gagasan-gagasan yang lebih relevan dalam rangka menyelesaikan langkah-langkah kerja dan memecahkan berbagai persoalan dan isu yang dikemukakan. Pada siswa yang memiliki kemampuan berfikir logis tinggi adanya variasi dalam kegiatan pendahuluan hingga kegiatan penutup yang
Volume : 003/No.12/DIKSAS/Desember 2013
15
JURNAL TEMATIK
sengaja dikondisikan guru secara bermakna,
ISSN : 1979-0633
memudahkan siswa untuk
mamahami materi pelajaran matematika. Selain itu pola pikir realistik dan kemampuan bekerja sama yang lebih tinggi yang dimilki oleh siswa yang berpikir sekunsial konkrit akan memudahkan mereka dalam belajar. Siswa yang memiliki kemampuan berfikir logis rendah jika diajar dengan pembelajaran matematika reallistik kelompok akan mengalami kesulitan untuk membangun atau mengkonstruk pengetahuan dan keterampilan matematika yang dibutuhkannya, sebab siswa dengan kemampuan berfikir logis rendah memiliki tingkat kecapatan yang rendah dalam menyelesaikan soal-soal metematika. Pembelajaran matematika realistik kelompok menuntut kemampuan dalam menyelesaikan soal-soal secara rinci, terurut, dan sistematis. Sebaliknya siswa yang mimilki kemampuan berfikir logis rendah akan mudah belajar dengan menggunakan pembelajaran matematika realistik individu, karena pembelajaran ini mengarahkan siswa pada sejumlah informasi yang membawa mereka memahami situasi sosial yang ada disekelilingnya. Implikasi Dengan menggunakan pembelajaran matematika realistik kelompok ini siswa diberi kesempatan memeperbaiki gagasan yang keliru yang dimilikinya. Kesalahan yang dilakukan siswa dapat digunakan sebagai bagian dari proses pengalaman mereka akan kelemahan-kelemahan yang telah dilakukan para siswa. Dari pengalaman- pengalaman yang diperoleh akan berkeinginan menemukan hal yang baru dalam memecahkan masalah atau ide yang timbul. Hasil belajar matematika yang diajarkan dengan pembelajaran matematika realistik kelompok terbukti lebih tinggi dari dari hasil belajar siswa yang diajarkan dengan pembelajaran matematika realistik individu. Hasil temuan penelitian ini perlu disosialisasi temuan peneliti ini dapat dilakukan lewat pendidikan dan latihan. Memperkenalkan model pembelajaran matematika realistik melalui pendidikan dan latihan kepada guru-guru sebagai salah satu
alternative
pembelajaran
matematika. Termasuk memperkenalkan pembelajaran matematika, dimana hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran matematika realistik kelompok terbukti lebih memberikan hasil lebih tinggi dibanding dengan pembelajaran matematika realistik individu. Volume : 003/No.12/DIKSAS/Desember 2013
16
JURNAL TEMATIK
ISSN : 1979-0633
Usaha memperkenalkan model pembelajaran matematika realistik kelompok dilakukan lewat simulasi mengajar dengan pembelajaran matematika realistik kelompok atau praktek langsung di laboratorium dan guru-guru yang lain sebagai observernya. Dengan cara seperti ini guru-guru
dapat mengamati
langsung dan dapat melihat langkah-langkah dan kegiatan yang dilakukan dengan pembelajaran matematikar realistik kelompok ini, sehingga dapat menerapkannya dikelas yang di asuhnya. Simpulan 1. Terdapat perbedaan antara hasil belajar matematika siswa yang diajarkan dengan PMR kelompok dengan individu, dimana hasil belajar matematika siswa yang diajarkan dengan PMR kelompok lebih tinggi dibadingkan dengan hasil belajar matematika siswa yang diajarkan dengan PMR individu. 2. Terdapat perbedaan antara hasil belajar matematika siswa yang memiliki KBLT dengan siswa yang memiliki KBLR, dimana hasil belajar matematika siswa yang memiliki KBLT lebih tinggi dari pada siswa yang memiliki KBLR. 3. Terdapat interaksi antara pembelajaran matematika realistik dan kemampuan berfikir logis yang memberikan pengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa . Perbedaan pengaruh tersebut adalah : a. Rata-rata hasil belajar matematika siswa dengan KBLT yang diajar dengan PMR kelompok lebih tinggi dari pada rata-rata hasil belajar siswa dengan PMR ndividu. b. Rata-rata hasil belajar matematika siswa dengan KBLR yang diajar dengan PMR individu lebih tinggi dari pada rata-rata hasil belajar siswa dengan PMR kelompok. Saran 1. Pembelajaran matematika realistik mampu meningkatkan kemampuan berfikir logis yang mempengaruhi hasil belajar siswa. 2. Dalam
melaksanakan
pembelajaran
matematika
realistik
kelompok
memerlukan guru yang lebih dari satu orang guru.
Volume : 003/No.12/DIKSAS/Desember 2013
17
JURNAL TEMATIK
ISSN : 1979-0633
3. Dalam pembelajaran matematika realistik hendaknya jumlah siswa tidak banyak supaya dapat terkontrol keseluruhan 4. Bagi guru yang hendak melaksanakan PMR dalam pelaksanaan pembelajaran benar-benar memahami kajian teori tentang prinsip utama PMR, melibatkan semua siswa agar berinteraksi secara positif, menuangkan masalah masalah kontekstual, memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan model dan mengaitkannya dengan konsep lain. 5. Subjek pada penelitian ini terbatas, untuk itu perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran matematika realistik dalam meningkatkan kemampuan berfikir logis dan hasil belajar siswa.
DAFTAR PUSTAKA Departemen Pendidikan Nasional,(2006). Kurikulum Pendidikan Matematika SD Jakarta. Fauzi Amin (2002). Pembelajaran Matematika Realistik Pada Pokok Bahasan Pembagian di SD. Surabaya 2002. Gravemeijer, K.P.E. 1994. Depeloping Realistic Mathematiccs Education. Untrecht : CD B Press. Kastono, ST. Mengembangkan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Kompas, 26 April 2002. Hal. 1-5. Treffer, A 1991. Didactical Background of a Mathematics program for Primary Education. Dalam Streefland, L. (Ed). Realistic Mathematics Education in Primary School. Utrecht :B Press. Suwarsono,St. 2001.Beberapa Permasalahan yang Terkait dengan Upaya Implementasi Pendekatan Matetika Realistik di Indonesia. Sanata Dharma. Makalah. Soedjadi, 2001.Pembelajaran Matematika Realistik Pengenalan Awal dan Praktis. Makalah yang disampaikan kepada guru SD/MI terpilih.. ----------, (2007), Menumbuh kembangkan Berfikir Logis dan Sikap Positif Siswa Terhadap Matematika Melalui Pendekatan Matematika Realistik, http://zainurie.files . wordpress.com/2007
Volume : 003/No.12/DIKSAS/Desember 2013
18