Jurnal Teknika
ISSN : 2085 - 0859
Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan
Volume 2 No.2 Tahun 201
PEMBUATAN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN DALAM PENGEMBANGAN INDUSTRI POTENSIAL DENGAN METODE PROMETHEE II Ahmad Jalaluddin1 1)
Dosen Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan
Abstrak Banyaknya industri kecil menengah di Lamongan merupakan suatu potensi daerah yang cukup besar dan seharusnya mendapat perhatian khusus dari pemerintah untuk dikembangkan, seiring perkembangan teknologi diperlukan sebuah sistem yang mampu memudahkan pihak dinas untuk melakukan pengambilan sebuah keputusan dalam memilih industri yang akan di kembangkan. Promethee yang merupakan salah satu metode penentuan urutan atau prioritas dalam analisis multikriteria sangat tepat untuk digunakan karena dugaan dari dominasi kriteria yang digunakan dalam promethee adalah penggunaan nilai dalam hubungan outrangking. Sehingga diperoleh solusi atau hasil dari beberapa alternatif untuk diambil sebuah keputusan. Hasil perangkingan menunjukkan bahwa Promethee I yang berdasarkan pada nilai leaving flow dan enter flow (Perangkingan Parsial) sedangkan Promethee II yang didasarkan pada nilai net flow (Perangkingan Lengkap). Kata kunci : Promethee,leaving flow, enter flow,net flow. 1. PENDAHULUAN Bertolak titik dari krisis pada tahun 1998 yang terjadi di Indonesia, maka semakin sadar bahwa pertumbuhan ekonomi dan perkembangan suatu bangsa tidak hanya tergantung pada kesetabilan politik bangsa itu sendiri, melainkan sebagian besar terletak pada bagaimana kemampuan dan kemauan serta semangat sumber daya manusianya sebagai aset utama dan terbesar dalam mengembangkan potensi masing-masing daerah. Banyaknya industri di Kabupaten Lamongan merupakan suatu potensi besar yang harus mendapat perhatian dari pemerintah untuk dibina dan dikembangkan, sehingga dapat memberikan kontribusi positif bagi pemerintah serta menjadikan pertumbuhan ekonomi daerah berjalan dengan baik. Industri yang ada di Lamongan dimasa yang akan datang mempunyai peluang dan tantangan yang cukup besar dalam persaingan pasar, sehingga perlu dibina dan dikembangkan agar mampu
mempertahankan hasil cipta yang khas daerah serta mampu menciptakan penemuan baru. Disisi lain perkembangan teknologi dewasa saat ini telah memberikan signal bahwa sudah saatnya lembaga pemerintahan atau instansi beralih dari sistem yang bersifat manual ke sistem yang terintegrasi dengan komputer, karena perkembangan teknologi informasi telah berkembang dari pengolahan data elektronik (PDE) ke sistem informasi manajemen (SIM) dan berlanjut pada sistem pendukung keputusan (SPK). 2. DASAR TEORI 2.1 Sistem Pendukung Keputusan. Sistem Pendukung Keputusan atau Decision Support System adalah Management Information System yang dirancang untuk menunjang pengambilan keputusan yang menyangkut area permasalahan tertentu oleh individu tertentu atau sekelompok individu. SPK merupakan sistem pengambilan keputusan terhadap permasalahan atau pekerjaan yang sifatnya semi terstruktur.
37
Jurnal Teknika
ISSN : 2085 - 0859
Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan
Volume 2 No.2 Tahun 201
Pada dasarnya pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan sistematis pada hakekat suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta, penentuan yang matang dari alternatif yang dihadapi dan pengambilan tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat. SPK digunakan untuk membantu mempercepat dan mempermudah proses pengambilan keputusan dengan tujuan untuk membantu pengambil keputusan dalam menentukan alternatif keputusan dari hasil pengolahan informasi-informasi yang tersedia melalui model-model pengambil keputusan. 2.2 Metode PROMETHEE 2.2.1 Dasar Promethee Promethee adalah salah satu metode penentuan urutan atau prioritas dalam analisis multikriteria atau MCDM (Multi Criterion Decision Making). Dugaan dari dominasi kriteria yang digunakan dalam promethee adalah penggunaan nilai dalam hubungan outrangking. Masalah pokoknya adalah kesederhanaan, kejelasan dan kestabilan. Semua parameter yang dinyatakan mempunyai pengaruh nyata menurut pandangan ekonomi (Brans et.,1986). Data dasar untuk evaluasi dengan methode promethee disajikan pada tabel 2.1 sebagai berikut : Tabel 2.1 Data Dasar analisis Promethee A1
(.) (a1)
f2 (.) f2 (a1)
… ……….
…… ……….
fk(.) fk (a1)
a2
(a2)
f2 (a2)
……
……
fk (a2)
…..
……
…….
….
….
…….
ai
(ai)
f2 (ai)
fk (ai)
…..
…….
…….
…….
an
(an)
f2 (an)
fk (an)
2.2.2 Dominasi Kriteria
Nilai f merupakan nilai nyata dari suatu kriteria, f : K → Я (Real Word ) dan tujuan berupa prosedur optimasi untuk setiap alternatif a ε K, f (a) merupakan evaluasi dari alternatif tersebut untuk setiap kriteria. Pada saat dua alternatif dibandingkan, a, b ε K, harus dapat ditentukan perbandingan preferensinya. Penyampaian Intensitas (P) dari preferensi alternatif a terhadap alternatif b sedemikian rupa sehingga: - P (a,b) = 0,berarti tidak ada beda (indefferent) antara a dan b, atau tidak ada preferensi dari a lebih baik dari b. - P (a,b) ≈ 0, berarti lemah preferensi dari a lebih baik dari b. - P (a,b) = 1, kuat preferensi dari a lebih baik dari b. - P (a,b) ≈ 1, berarti mutlak preferensi dari a lebih baik dari b. Dalam metode ini fungsi preferensi seringkali menghasilkan nilai fungsi yang berbeda antara dua evaluasi , sehingga : P (a,b) = P (f (a) – f(b)) Untuk semua kriteria, suatu alternatif akan dipertimbangkan memiliki nilai kriteria yang lebih baik ditentukan nilai f dan akumulasi dari nilai ini menentukan nilai preferensi atas masing–masing alternatif yang akan dipilih. 2.2.3
Rekomendasi Fungsi Preferensi Untuk Keperluan Aplikasi
Dalam metode Promethee ada enam bentuk fungsi preferensi kriteria. Untuk memberikan gambaran yang lebih baik terhadap area yang tidak sama, maka digunakan fungsi selisih kriteria nilai kriteria 38
Jurnal Teknika
ISSN : 2085 - 0859
Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan
Volume 2 No.2 Tahun 201
alternatif H (d) dimana hal ini mempunyai hubungan langsung pada preferensia. Keenam fungsi kriteria tersebut meliputi :
3. Kriteria dengan Preferensi Linier d / p. jika p d p H d 1 jika.d p.atau.d p
1. Kriteria Biasa (Usual Criterion) Kriteria ini menjelaskan bahwa selama nilai selisih memiliki nilai yang 0 jika.d 0 H d lebih rendah dari p , preferensi dari 1 jika.d 0 keputusan meningkat secara d f a f 1 pembuat dimana d = selisih nilai kriteria linier dengan nilai d, jika nilai d lebih Pada kasus ini , tidak ada beda antar besar dibandingkan dengan nilai p, maka a dan b jika f (a) = f(b): apabila nilai kriteria terjadi preferensi mutlak. Fungsi H(d) pada masing-masing alternatif memiliki nilai untuk preferensi ini disajikan pada berbeda, sehingga pembuat keputusan gambar 2.4. membuat preferensi mutlak untuk alternatif H(d) memiliki nilai yang lebih baik Fungsi H(d) 1 untuk preferensi ini disajikan pada gambar berikut ini : -p
0
d
p
H(d)
Gambar 2.4. Preferensi Kriteria dengan Preferensi Linier
1
d
0
4. Kriteria Level (Level Criterion)
Gambar 2.2. Preferensi Usual Criterion 2. Kriteria Quasi (Quasi Criterion) 0 jika q d q H d 1 jika.d q.atau.d q
Kriteria ini memiliki alternatif preferensi yang sama penting selama selisih atau nilai H (d) dari masingmasing alternatif untuk kriteria tertentu tidak melebihi nilai q, dan apabila selisih hasil evaluasi untuk masing-masing alternatif melebihi nilai q maka terjadi bentuk preferensi mutlak, jika pembuat meputusan menggunakan kriteria ini, maka decision maker tersebut harus menentukan nilai q, dimana nilai ini dapat dijelaskan pengaruh yang signifikan dari suatu kriteria. Fungsi H(d) untuk preferensi ini disajikan pada gambar 2.3. H(d) 1
-q
0
q
d
Gambar 2.3. Preferensi Quasi Criterion
0 jika d q H d 0.5 jika.q d p 1 jika. p d
Dalam kasus ini kecenderungan tidak berbeda q dan kecenderungan preferensi p ditentukan secara simultan. Jika d berada diantara nilai q dan p, hal ini berarti situasi preferensi yang lemah (H(d) = 0.5). Fungsi H(d) untuk preferensi ini disajikan pada gambar 2.5. H(d) 1 0.5 -p
-q
0
q
p
d
Gambar 2.5. Preferensi Kriteria Level 5. Kriteria dengan Preferensi Linier dan Area yang tidak Berbeda 0 jika d q H d (d q ) /( p q ) jika.q d p 1 jika. p d
Dalam kasus ini pengambilan keputusan mempertimbangkan peningkatan preferensi secara linier dari tidak berbeda hingga preferensi secara 39
Jurnal Teknika
ISSN : 2085 - 0859
Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan
Volume 2 No.2 Tahun 201
linier dari tidak berbeda hingga preferensi mutlak dalam area antara dua kecenderungan q dan p. Dua parameter tersebut telah ditentukan. Fungsi H(d) untuk preferensi ini disajikan pada gambar 2.6. H(d)
3.Kriteria Preferensi Linier (Criterin with linier preference)
P
4. Kriteria Level (Level Criterion)
q.p
5.Kriteria dengan preferensi linier dan area yang tidak berbeda.
q.p
1
-p -q 0
q
d
p
Gambar 2.6. Kriteria dengan preferensi linier dan area yang tidak berbeda. 6. Kriteria Gaussian H(d)= 1-exp {-d /2 } Fungsi ini bersyarat apabila telah ditentukan nilai , dimana dapat dibuat berdasarkan distribusi normal dalam statistik. Fungsi H(d) untuk preferensi ini disajikan pada gambar 2.7.
6. Kriteria Gaussian (Gausian Criterion)
H(d) 1
0
d
2
H(d) 1
0
Perangkingan yang digunakan dalam metode promethee meliputi tiga bentuk antara lain : a. Leaving flow Untuk setiap nilai node a dalam grafik nilai outrangking ditentukan berdasarkan leaving flow dengan persamaan :
d
Gambar 2.7. Preferensi Kriteria Gaussian Untuk lebih jelasnya bisa dilihat sebagaimana tabel 2.2. dibawah ini: Tabel 2.2. Tipe Fungsi Preferensi Kriteria. Kriteria
2.1.1.Arah dalam grafik nilai outrangking.
Tipe Preferensi
Parameter
1.Kriteria Umum (Usual Criterion)
-
2. Kriteria Quansi (Quansi Criterion)
Q
Leaving flow adalah jumlah dari node yang memiliki arah menjauh dari node a dan hal ini merupakan karakter pengukuran outrangking. b. Entering Flow Sedangkan secara simetris dapat ditentukan nilai entering flow dengan persamaan:
Entering flow diukur berdasarkan karakter outrangking dari a. c. Net Flow Sehingga pertimbangan dalam penentuan net flow diperoleh dengan persamaan : 40
Jurnal Teknika
ISSN : 2085 - 0859
Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan
Volume 2 No.2 Tahun 201
Ø (a)= Ø+ (a) – Ø-(a) Semakin besar nilai leaving flow dan semakin kecil entering flow maka alternatif tersebut memiliki kemungkinan dipilih yang semakin besar. Perangkingan dalam promethee I dilakukan secara parsial, yaitu didasarkan pada nilai leaving flow dan entering flow. Sedangkan promethee II termasuk perangkingan kompleks karena didasarkan pada nilai net flow masing-masing alternatif yaitu alternatif dengan nilai net flow lebih tinggi menempati satu rangking yang lebih baik. 2.2.5 Langkah – langkah perhitungan dengan metode promethee adalah sebagai berikut : 1. Menentukan beberapa alternatif yang ada dalam lingkup masalah dan akan di pilih sebagai solusi. 2. Menentukan beberapa kriteria yang akan digunakan dalam proses pengambilan keputusan. 3. Menentukan dominasi kriteria, ini didasarkan pada karakteristik tujuan dari setiap kriteria. 4. Menentukan tipe preferensi untuk setiap kriteria yang paling cocok didasarkan pada data dan pertimbangan di lapangan. tipe preferensi ini berjumlah 6. 5. Memberikan nilai parameter untuk setiap kriteria berdasarkan preferensi yang telah dipilih. 6. Memberi nilai kriteria atau skor alternatif untuk masing-masing alternatif yang akan dilakukan proses pemilihan. 7. Membandingkan nilai kriteria untuk setia alternatif dengan mempertimbangkan dominasi kriteria dan preferensi yang telah dipilih serta nilai parameter yang diberikan. 8. Perangkingan dalam Promethee: Dalam metode promethee ada 2 macam perangkingan yang disandarkan pada hasil berhitungan, antara lain : a. Perangkingan Parsial yang didasarkan pada nilai Leaving Flow dan Enter Flow b. Perangkingan lengkap atau complete yang didasarkan pada nilai Net Flow.
3. ANALISA SISTEM
3.1. Disain Database atau ER-Diagram Sistem ini menggunakan database sebagai media penyimpanan data. Rancangan database tersebut disajikan dua tahap seperti berikut: 3.1.1 Conceptual Data Model ( CDM) Rancangan CDM merupakan rancangan dasar dari setiap tabel yang akan dibuat dalam database. Rancangan CDM untuk SPK pemilihan industri potensial disajikan seperti gambar 3.12. jenis_alternatif
User id_user
I <M> username VA15 ttl VA10 alamat VA100 email VA15 password VA15 level I
kode_jenis_alternatif VA5 <M> nama_jenis_alternatif VA15
mempunyai3
kode_Jenis_Alternatif
pempunyai2
mempunyai1
id_user
kreteria id_kriteria I <M> kode_kreteria A5 nama_kreteria VA25 kode_dominasi A1 kode_preferensi A1 nilai_q F nilai_p F nilai_x F
Alternatif
memiliki1 memiliki
id_kriteria
id_alternatif I <M> kode_alternatif A5 nama_alternatif VA20 Pimpinan VA15 Alamat_Alternatif VA30 kecamatan VA25 Bentuk_Badan_Usaha VA5 No_telp N12 Tgl_Ijin D id_alternatif
nilai_kriteria id_nilai_kriteria I <M> bobot I id_nilai_kriteria
promethee id_promethee1 I <M> Kordinat_X F4 Kordinat_Y F4 Kordinat_XY F4 id_promethee
TRangking id_rangking I <M> kode_alternatif A5 Level_Flow F Enter_Flow F Net_Flow F id_rangking
Gambar 3.2 Rancangan Conceptual Data Model 3.2.2. Physical Data Model Rancangan PDM merupakan rancangan secara nyata dari tabel yang akan dibuat dalam sebuah database. Rancangan PDM untuk SPK pemilihan dan pengembangan industri potensial di sajikan seperti gambar 3.3. 41
Jurnal Teknika
ISSN : 2085 - 0859
Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan
Volume 2 No.2 Tahun 201
jenis_alternatif
User id_user username ttl alamat email password level
FK_%REFERENCE%
kode_jenis_alternatif varchar(5) nama_jenis_alternatif varchar(15)
int varchar(15) varchar(10) varchar(100) varchar(15) varchar(15) int
FK_%REFERENCE%
FK_%REFERENCE%
kriteria yang hasilnya dicocokkan dengan dominasi kriteria dan tipe preferensi yang dipakai. b. Hasil dari perhitungan diletakkan di (A1) dan (A2) dan seterusnya untuk semua alternatif, sebagai contoh : Untuk K1(.) d = 8 -13 = 5 Berdasarkan kaidah Min d -p 0 p diperoleh P1( A1,A2) = 0 p=3 P2( A1,A2) = 1 H(d) Untuk K1(.) d = 24-12 = 12 1 Berdasarkan kaidah Max d diperoleh -p -q 0 q p q P1( A1,A2) = 0 = 12 p = 24 P2( A1,A2) = 0 H(d) Untuk K1(.) 1 d = 5-8 = -3 0.5 d Berdasarkan kaidah Max -p -q 0 q p diperoleh q=2 , p P1( A1,A2) = 0 =4 P2( A1,A2) = 0.5 H(d)
kreteria id_kriteria kode_jenis_alternatif kode_kreteria nama_kreteria kode_dominasi kode_preferensi nilai_q nilai_p nilai_x
int varchar(5) char(5) varchar(25) char(1) char(1) float float float
1
Alternatif id_alternatif FK_%REFERENCE%kode_jenis_alternatif kode_alternatif nama_alternatif Pimpinan FK_%REFERENCE% Alamat_Alternatif kecamatan Bentuk_Badan_Usaha No_telp Tgl_Ijin
int varchar(5) char(5) varchar(20) varchar(15) varchar(30) varchar(25) varchar(5) numeric(12,0) date
nilai_kriteria id_nilai_kriteria id_kriteria id_alternatif bobot
int int int int
TRangking promethee id_promethee1 Kordinat_X Kordinat_Y Kordinat_XY
int float(4) float(4) float(4)
id_rangking kode_jenis_alternatif kode_alternatif Level_Flow Enter_Flow Net_Flow
int varchar(5) char(5) float float float
Gambar 3.3. Physical Data Mode 3.2.3 Menentukan nilai parameter berdasarkan pemilihan tipe preferensi. Penentuan nilai parameter didasarkan pada tipe preferensi yang dipilih, mengenai nilainya sendiri didasarkan pada kebiasaan, sehingga diperlukan orang yang berpengalaman dibidangnya.
c. Menjumlahkan P1 dan P2 untuk setiap kriteria serta membaginya dengan jumlah alternatif. P1(A1,A2) = 1/jml UKM(KP1+ KP2+ KP3+ KP4+....+KP16) P2(A2,A1) = 1/jml UKM(KP1+ KP2+ KP3+ KP4+…+KP16) Untuk (A1,A2) = 1/ jml UKM -15 (0+0+0+0.864+0)= 0 Untuk (A2,A1) =1/5 (0.5+0+0.6+0+0.393) = 0.125 Untuk lebih lengkapnya bisa dilihat pada tabel hasil perhitungan dari tiap matriknya sebagaimana sebagai Berikut :
langkah-langkah yang dipakai adalah sebagai berikut : a. Membandingkan nilai kriteria untuk masing-masing alternatif, dan melakukan perhitungan selisih nilai 42
Jurnal Teknika
ISSN : 2085 - 0859
Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan
Volume 2 No.2 Tahun 201
c. Form view proses perhitungan. Form ini digunakan untuk melihat data alternatif, untuk lebih jelasnya bisa dilihat gambar 4.3.
Gambar 4.3. Form view proses perhitungan. d. Form view perangkingan complete atau lengkap.
4. Implementasi Program. Dalam penentuan Lokasi pendirian UKM. Dalam methode promethee hal yang harus diperhatikan adalah penentuan dominasi kriteria dan penentuan tipe preferensi serta nilai parameternya yang didasarkan pada tipe preferensi yang dipilih.
Form ini digunakan untuk melihat hasil perangkingan secara parsial yang didasarkan pada nilai net flow terbesar. untuk lebih jelasnya bisa dilihat gambar 4.4.
b. Form pemrosesan data. Form ini digunakan untuk melakukan perhitungan nilai kriteria dengan menggunakan metode promethee sehingga akan didapatkan hasil yang optimal. untuk lebih jelasnya bisa dilihat gambar 4.2. dibawah ini. Kesimpulan Hasil analisa data dan uji coba yang telah di lakukan terhadap perhitungan-perhitungan pengolahan data yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut: Gambar 4.2. Form untuk pemrosesan data 43
Jurnal Teknika
ISSN : 2085 - 0859
Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan
Volume 2 No.2 Tahun 201
1. Dalam proses pemilihan alternatif industri potensial yang akan dipilih dan dikembangkan, Dinas perindustrian dan perdagangan harus mempertimbangkan kriteria-kriteria yang akan di jadikan sebuah acuan untuk tiap-tiap alternatif, sehingga kriteria yang di jadikan pedoman bisa bersifat proposional. 2.
Penentuan dominasi kritetia akan mempangaruhi hasil perhitungan dalam promethee, maka dalam menentukanya harus sesuai dengan tujuan yang optimal.
DAFTAR PUSTAKA [1] Novayanti, 2006 , Aplikasi metode Promethee untuk Pemilihan suplier terbaik , Teknik Industri, UTM. [2] Suryadi K ,M.A. Ramadhani, 2003, Sistem pendukung keputusan “ suatu wacana Struktural Idealisasi dan implementasi Konsep Pengambilan keputusan” , PT Remaja Rosdakarya, bandung [3] Yuspitarini, Selvia 2005 , Aplikasi metode Promethee untuk penentuan Lokasi tempat Pembuangan Akhir Sampah, Teknik Industri.ITS
44