JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6
1
PENGARUH VARIASI BENTUK DAN UKURAN GORESAN PADA LAPIS LINDUNG POLIETILENA TERHADAP SISTEM PROTEKSI KATODIK ANODA TUMBAL PADUAN ALUMINIUM PADA BAJA AISI 1045 DI LINGKUNGAN AIR LAUT Moch. Novian Dermantoro dan Ir. Muchtar Karokaro, M.Sc. Jurusan Teknik Material dan Metalurgi, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
Abstrak—Setiap logam yang terpasang pada konstruksi dan mengalami kontak dengan air laut akan sangat berpotensi terkena korosi. Penanganan yang dilakukan adalah melapisi logam dengan polietilena dan menerapkan sistem proteksi katodik anoda tumbal. Dalam pemasangan polietilena sering terjadi kesalahan sehingga timbul goresan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh bentuk dan ukuran goresan lapis lindung polietilena terhadap proteksi katodik anoda tumbal paduan aluminium pada baja AISI 1045 di lingkungan air laut. Penelitian dilakukan dengan memberikan goresan pada lapis lindung polietilena baja AISI 1045 dengan variasi bentuk dan ukuran terhadap proteksi katodik dengan anoda tumbal paduan aluminium di lingkungan air laut. Hasil yang telah didapatkan adalah pada bentuk goresan persegi panjang dengan pencelupan selama 20 hari, semakin besar ukuran goresan, maka laju korosi anoda semakin naik dari 3,83143 mpy menjadi 12,76827 mpy. Sedangkan pada pencelupan selama 40 hari, semakin besar ukuran goresan, maka laju korosi anoda semakin naik dari 2,58598 mpy menjadi 8,74699 mpy. Pada bentuk goresan lingkaran dengan pencelupan selama 20 hari, semakin besar ukuran goresan, maka laju korosi anoda semakin naik dari 2,25322 mpy menjadi 6,21776 mpy. Sedangkan pada pencelupan selama 40 hari, semakin besar ukuran goresan, maka laju korosi anoda semakin naik dari 2,44812 mpy menjadi 3,50343 mpy. Pada baja berlapis polietilena dengan bentuk goresan persegi panjang mempunyai laju korosi anoda yang lebih tinggi daripada baja berlapis polietilena dengan bentuk goresan lingkaran. Pola korosi yang terlihat pada baja adalah uniform corrosion terutama pada area goresan. Sedangkan pola korosi yang terlihat pada anoda adalah cenderung pitting corrosion. Kata Kunci—Kata kunci: Air Laut, Anoda Tumbal, Baja AISI 1045, Goresan, Paduan Aluminium, Polietilena
I. PENDAHULUAN
S
truktur atau komponen banyak yang masih menggunakan baja. Baja yang dipakai pada umumnya adalah baja karbon. Dalam bidang gas dan perminyakan, baja dipilih sebagai penyusun utama pada komponen baik dalam konstruksi instalasi, reparasi, perawatan, maupun sarana transportasi. Baja memiliki kelebihan, salah satunya yaitu sifat mekanik baja sangat mudah untuk diubah sesuai dengan kebutuhan. Namun, baja mempunyai kelemahan-kelemahan, salah satunya adalah mudah sekali terkena korosi. Oleh sebagian besar orang, korosi diartikan sebagai karat, yakni sesuatu yang hampir dianggap musuh umum masyarakat. Karat (rust), adalah sebutan yang belakangan ini
hanya dikhususkan bagi korosi pada besi, sedangkan korosi adalah gejala destruktif yang mempengaruhi hampir semua logam. (Trethewey, 1991). Dampak yang ditimbulkan korosi dapat berupa kerugian langsung dan kerugian tidak langsung. Kerugian langsung adalah berupa terjadinya kerusakan pada peralatan, permesinan atau stuktur bangunan. Pada konstruksi yang dibangun di dermaga ataupun tempat pengeboran minyak lepas pantai menggunakan baja untuk menyelenggarakan kegiatan produksi. Tak sedikit dari konstruksi yang dibuat menggunakan baja yang dilapisi polietilena sebelum disertakan sistem proteksi anoda tumbal sebagai proteksi baja. Namun, dalam proses pemasangan polietilena, sering kali terdapat ketidaksempurnaan sehingga timbul sobekan yang memungkinkan untuk bisa meningkatkan laju korosi yang menyerang sebuah konstruksi yang terbuat dari baja, padahal konstruksi tersebut merupakan konstruksi yang terpasang dan terhubung dengan air laut. Keadaan ini tentu saja bisa mempengaruhi proteksi katodik yang dipasangkan. Air laut adalah salah satu faktor lingkungan yang bisa membuat baja mengalami kegagalan karena terkena korosi. Dewasa ini, metode pencegahan korosi telah banyak dikembangkan. Banyak sekali yang dapat dilakukan untuk mencegah atau menghambat terjadinya korosi antara lain proteksi anodik atau katodik, pelapisan (coating), penggunaan anoda tumbal, pengunaan inhibitor, dan lain-lain.(Thretewey, 1991). Salah satu metode yang dimaksud adalah dengan pemakaian anoda tumbal (sacrificial anode). Anoda tumbal bekerja berdasar pada prinsip proteksi katodik. Selain itu juga perlu ditambahkan adanya pelapisan sebelum diproteksi dengan proteksi katodik. Kombinasi pelapisan pada baja dan proteksi katodik menghasilkan sistem perlindungan yang paling ekonomis. (Francis, 2000). Namun, pengamatan mengenai pengaruh keadaan terhadap anoda tumbal pada baja berlapis lindung masih sedikit, sehingga perlu dikaji lebih dalam lagi. Pada penelitian ini dilakukan kajian tentang pengaruh bentuk dan ukuran goresan pada lapis lindung polietilena AISI 1045 terhadap sistem proteksi katodik dengan menggunakan anoda tumbal paduan aluminium di lingkungan air laut.
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6
penimbangan berat akhir spesimen anoda untuk didapatkan laju korosi anoda. Laju korosi diperhitungkan dari kehilangan berat spesimen selama pengujian korosi oleh formula yang diambil dari ASTM G 1-90
II. URAIAN PENELITIAN Mulai
Preparasi baja AISI 1045
Preparasi Air Laut
Preparasi Anoda Tumbal
Pemasangan Polietilena Penimbangan berat awal anoda
Pemberian Goresan
2
Menghubungkan baja berlapis polietilena dengan anoda tumbal Proses Imersi ke dalam media air laut Pengukuran Arus dan Potensial Penimbangan Berat Akhir Spesimen Anoda Pengamatan Makro Katoda dan Anoda Analisa Data dan Pembahasan
Kesimpulan
III. DATA PEMBAHASAN 3.1. Hasil Pengukuran Potensial Proteksi, Arus Galvanik, Berat Anoda yang Hilang, dan Laju Korosi Anoda Hasil dari pengukuran potensial proteksi dan arus galvanik disajikan pada tabel dan grafik perbandingan hasil potensial proteksi, arus galvanik, berat anoda yang hilang, dan laju korosi anoda sebagai berikut: Tabel 3.1. Tabel Perbandingan Hasil Potensial Proteksi, Arus Galvanik, Berat Anoda yang Hilang, dan Laju Korosi Anoda Bentuk dan Ukuran Goresan
Waktu
Persegi panjang, p = 25 mm l = 2 mm Persegi panjang, p = 25 mm l = 4 mm Persegi panjang, p = 25 mm l = 10 mm Lingkaran, d = 7,96 mm Lingkaran, d = 11,28 mm Lingkaran, d = 17,84 mm Tanpa Goresan
Tanpa Pemasangan lapis lindung polietilena
20 hari
Potensial Proteksi (V) -1,115
Arus Galvanik (mA) 4,523
Berat hilang (gr) 0,0403
Laju Korosi Anoda(mpy)
40 hari
-1,086
4,299
0,0544
2,58598
20 hari
-1,112
4,423
0,0497
4,72512
40 hari
-1,076
4,307
0,0548
2,60499
20 hari
-1,058
4,188
0,1343
12,76827
40 hari
-0,963
4,359
0,1840
8,74699
20 hari
-1,098
4,335
0,0237
2,25322
40 hari
-1,093
4,287
0,0515
2,44812
20 hari
-1,095
4,308
0,0519
4,93428
40 hari
-1,026
4,336
0,0538
2,55746
20 hari
-0,918
3,813
0,0654
6,21776
40 hari
-1,043
4,409
0,0737
3,50343
20 hari
-1,117
4,325
0,0103
0,97925
40 hari
-1,114
4,239
0,0104
0,49438
20 hari
-0,862
4,003
0,0622
5,91353
40 hari
-1,020
4,485
0,0796
3,78390
3,83143
Selesai
Penelitian dilakukan dengan memberikan goresan pada lapis lindung polietilena baja AISI 1045 dengan variasi bentuk dan ukuran terhadap proteksi katodik dengan anoda tumbal paduan aluminium di lingkungan air laut. Pemberian goresan diberikan dengan variasi bentuk dan ukuran goresan sebagai berikut: 1. Bentuk persegi panjang dan ukuran p = 25 mm l = 2 mm, p = 25 mm l = 4 mm, dan p = 25 mm l = 10 mm. 2 . Bentuk lingkaran dan ukuran d = 7,96 mm, d = 11,28 mm, dan d = 17,84 mm. Kemudian dihubungkan dengan paduan aluminium yang sebelumnya ditimbang untuk mendapatkan berat awal anoda, dan diimersi ke dalam air laut selama 20 hari dan 40 hari. Setelah itu dilakukan pengukuran potensial proteksi dan arus galvanik setiap 4 hari sekali. Setelah mengalami imersi selama 20 hari dan 40 hari, dilakukan
Gambar 4.1. Grafik Perbandingan Potensial Proteksi pada semua spesimen selama 20 hari
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6
Gambar 4.2. Grafik Perbandingan Arus Galvanik pada semua spesimen selama 20 hari
Gambar 4.3. Grafik Perbandingan Potensial Proteksi pada semua spesimen selama 40 hari
Gambar 4.4. Grafik Perbandingan Arus Galvanik pada semua spesimen selama 40 hari Potensial anoda yang memproteksi katoda dengan nilai terendah pada pencelupan selama 20 hari adalah katoda tanpa pemasangan lapis lindung polietilena yaitu –1,117 V. Sedangkan Potensial anoda yang memproteksi katoda dengan nilai tertinggi pada pencelupan selama 20 hari adalah katoda dengan bentuk persegi panjang dan ukuran goresan p = 25 mm, l = 10 mm yaitu –1,058 V. Potensial anoda yang memproteksi katoda dengan nilai terendah pada pencelupan selama 40 hari adalah katoda dengan bentuk lingkaran dan ukuran goresan d = 7,96 mm yaitu –1,093 V. Sedangkan Potensial anoda yang memproteksi katoda dengan nilai tertinggi pada pencelupan selama 20 hari adalah katoda dengan bentuk persegi panjang dan ukuran goresan p = 25 mm, l = 10 mm yaitu –0,963 V.
3
Arus anoda yang memproteksi katoda dengan nilai terendah pada pencelupan selama 20 hari adalah katoda dengan bentuk goresan lingkaran dan ukuran d = 17,84 mm yaitu 3,813 mA. Sedangkan arus anoda yang memproteksi katoda dengan nilai tertinggi pada pencelupan selama 20 hari adalah katoda dengan bentuk goresan persegi panjang dengan ukuran p = 25 mm, l = 2 mm yaitu 4,523 mA. Arus anoda yang memproteksi katoda dengan nilai terendah pada pencelupan selama 40 hari adalah katoda dengan bentuk goresan lingkaran dan ukuran d = 7,96 mm mm yaitu 4,287 mA. Sedangkan arus anoda yang memproteksi katoda dengan nilai tertinggi pada pencelupan selama 40 hari adalah katoda tanpa pemasangan lapis lindung polietilena yaitu 4,485 mA. Setelah terkumpul data-data maka dilakukan perbandingan dengan mengelompokkan grafik potensial proteksi dan arus galvanik dalam range waktu 20 hari dan 40 hari, maka dapat dijelaskan bahwa semua potensial proteksi dan arus galvanik mengalami ketidakstabilan dalam pengukuran awal. Setelah itu, nilai potensial proteksi dan arus galvanik cenderung stabil setelah melewati range waktu 12 hari dan 16 hari dan seterusnya hingga 40 hari. Pada grafik perbandingan juga terlihat bahwa nilai potensial proteksi pada anoda yang memproteksi baja berlapis PE dengan bentuk goresan lingkaran dan ukuran d = 17,84 mm mengalami kenaikan bahkan hampir menyamai potensial proteksi anoda yang memproteksi baja tanpa lapis lindung polietilena. Hal ini disebabkan adanya goresan yang berukuran besar dengan bentuk lingkaran menyebabkan adanya kenaikan nilai potensial proteksi dibandingkan dengan anoda yang memproteksi katoda dengan perlakuan yang berbeda. Pada dasarnya, bila potensial proteksi meningkat maka arus galvanik juga meningkat sebab nilai tahanan dari air laut adalah tetap. Hal ini sesuai dengan teori nilai potensial adalah hasil kali antara nilai arus dan nilai tahanan. Namun, pada hasil pengukuran potensial proteksi dan arus galvanik ada yang mengalami fluktuatif. Hal ini disebabkan terjadi polarisasi pada permukaan katoda dan anoda sebagai akibat reaksi anodik terhadap lingkungannya dalam hal ini adalah air laut. Dari hasil uji pencelupan anoda yang digunakan untuk memproteksi katoda menghasilkan nilai laju korosi dari anoda. Nilai laju korosi anoda yang tertinggi adalah nilai yang ditunjukkan oleh anoda yang digunakan untuk memproteksi katoda yang dilapisi lapis lindung polietilena dengan bentuk goresan persegi panjang dan ukuran goresan p = 25 mm l = 10 mm dengan pencelupan selama 20 hari yaitu 12,76827 mpy. Hal ini disebabkan dalam melindungi baja yang dilapisi lapis lindung polietilena dengan bentuk goresan persegi panjang dan ukuran goresan p = 25 mm l = 10 mm dengan pencelupan selama 20 hari, anoda menjadi sangat lambat dalam membentuk lapisan pasif Al 2 O 3 karena luasan katoda yang diproteksi lebih besar dibandingkan dengan bentuk dan ukuran goresan yang lain. Sedangkan laju korosi yang terendah adalah nilai yang ditunjukkan oleh anoda yang digunakan untuk memproteksi katoda yang dilapisi lapis lindung polietilena dengan bentuk
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6
goresan lingkaran dan ukuran goresan d = 7,96 mm dengan pencelupan selama 20 hari yaitu 2,25322 mpy. Hal ini disebabkan dalam melindungi baja yang dilapisi lapis lindung polietilena dengan bentuk goresan lingkaran dan ukuran goresan d = 7,96 mm dengan pencelupan selama 20 hari, anoda menjadi lebih cepat membentuk lapisan pasif Al 2 O 3 karena luasan katoda yang diproteksi lebih kecil dibandingkan dengan bentuk dan ukuran goresan yang lain. Untuk laju korosi anoda pada 40 hari bisa dijelaskan bahwa nilai laju korosi terendah adalah nilai yang ditunjukkan oleh anoda yang digunakan untuk memproteksi katoda yang dilapisi lapis lindung polietilena dengan bentuk goresan lingkaran dan ukuran goresan d = 7,96 mm dengan pencelupan selama 40 hari yaitu 2,44812 mpy. Sedangkan untuk laju korosi anoda pada 40 hari bisa dijelaskan bahwa nilai laju korosi tertinggi adalah nilai yang ditunjukkan oleh anoda yang digunakan untuk memproteksi katoda yang dilapisi lapis lindung polietilena dengan bentuk goresan persegi panjang dan ukuran goresan p = 25 mm l = 10 mm dengan pencelupan selama 40 hari yaitu 8,74699 mpy. Dari uraian di atas maka bisa dijelaskan bahwa dengan adanya goresan, maka bisa menaikkan tingkat laju korosi anoda. Sedangkan bentuk goresan persegi panjang lebih besar pengaruhnya dalam meningkatkan laju korosi anoda. Hal ini disebabkan bahwa goresan dengan bentuk persegi panjang sangat mudah memberikan celah kepada media korosif untuk menimbulkan adanya korosi, baik korosi celah maupun korosi uniform. Bila dibandingkan dengan hasil yang ditunjukkan pada goresan dengan bentuk lingkaran, maka pada ukuran d = 17,84 mm dengan pencelupan selama 20 hari-lah yang paling mendekati dengan nilai laju korosi anoda yaitu 6,21776 mpy, namun hal itu juga masih berada pada range yang jauh dari hasil yang ditunjukkan oleh laju korosi anoda yang digunakan untuk memproteksi katoda yang dilapisi lapis lindung polietilena dengan bentuk goresan persegi panjang dan ukuran goresan p = 25 mm l = 10 mm dengan pencelupan selama 40 hari. 3.2. Foto Makro Setelah Proses Pencelupan Katoda dan Anoda Melalui uji pencelupan, dapat diketahui hasil foto makro setelah spesimen katoda dan anoda yang telah mengalami pencelupan setelah 20 hari dan 40 hari. Berikut adalah hasil uji pencelupan tersebut.
(a) (b) Gambar 3.5. Hasil Foto Makro Setelah Proses Pencelupan Katoda Baja AISI 1045 dengan Bentuk Goresan Persegi panjang Ukuran Goresan p = 20 mm dan l = 10 mm selama 20 hari (a) dan 40 hari (b).
4
(a) (b) Gambar 3.6. Hasil Foto Makro Setelah Proses Pencelupan Katoda Baja AISI 1045 dengan Bentuk Goresan Persegi panjang Ukuran Goresan p = 20 mm dan l = 4 mm selama 20 hari (a) dan 40 hari (b).
(a) (b) Gambar 3.7. Hasil Foto Makro Setelah Proses Pencelupan Katoda Baja AISI 1045 dengan Bentuk Goresan Persegi panjang Ukuran Goresan p = 20 mm dan l = 2 mm selama 20 hari (a) dan 40 hari (b).
(a) (b) Gambar 3.8. Hasil Foto Makro Setelah Proses Pencelupan Katoda Baja AISI 1045 dengan Bentuk Goresan Lingkaran Ukuran Goresan d = 17,84 mm selama 20 hari (a) dan 40 hari (b).
(a) (b) Gambar 3.8. Hasil Foto Makro Setelah Proses Pencelupan Katoda Baja AISI 1045 dengan Bentuk Goresan Lingkaran Ukuran Goresan d = 11,28 mm selama 20 hari (a) dan 40 hari (b).
(a)
(b)
Gambar 3.9. Hasil Foto Makro Setelah Proses Pencelupan Katoda Baja AISI 1045 dengan Bentuk Goresan Lingkaran Ukuran Goresan d = 7,96 mm selama 20 hari (a) dan 40 hari (b).
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6
(a) (b) Gambar 3.10. Hasil Foto Makro Setelah Proses Pencelupan Katoda Baja AISI 1045 Tanpa Goresan selama 20 hari (a) dan 40 hari (b).
(a) (b) Gambar 3.11. Hasil Foto Makro Setelah Proses Pencelupan Katoda Baja AISI 1045 Tanpa Lapis Lindung Polietilena selama 20 hari (a) dan 40 hari (b).
(a) (b) Gambar 3.12. Hasil Foto Makro Setelah Proses Pencelupan Anoda paduan aluminium untuk memproteksi Katoda Baja AISI 1045 dengan Bentuk Goresan Persegi panjang Ukuran Goresan p = 20 mm dan l = 10 mm selama 20 hari (a) dan 40 hari (b).
(a) (b) Gambar 3.13. Hasil Foto Makro Setelah Proses Pencelupan Anoda paduan aluminium untuk memproteksi Katoda Baja AISI 1045 dengan Bentuk Goresan Persegi panjang Ukuran Goresan p = 20 mm dan l = 4 mm selama 20 hari (a) dan 40 hari (b).
(a) (b) Gambar 3.14. Hasil Foto Makro Setelah Proses Pencelupan Anoda paduan aluminium untuk memproteksi Katoda Baja AISI 1045 dengan Bentuk Goresan Persegi panjang Ukuran Goresan p = 20 mm dan l = 2 mm selama 20 hari (a) dan 40 hari (b).
5
(a) (b) Gambar 3.15. Hasil Foto Makro Setelah Proses Pencelupan Anoda paduan aluminium untuk memproteksi Katoda Baja AISI 1045 dengan Bentuk Goresan Lingkaran Ukuran Goresan d = 17,84 mm selama 20 hari (a) dan 40 hari (b).
(a) (b) Gambar 3.16. Hasil Foto Makro Setelah Proses Pencelupan Anoda paduan aluminium untuk memproteksi Katoda Baja AISI 1045 dengan Bentuk Goresan Lingkaran Ukuran Goresan d = 11,28 mm selama 20 hari (a) dan 40 hari (b).
(a) (b) Gambar 3.17. Hasil Foto Makro Setelah Proses Pencelupan Anoda paduan aluminium untuk memproteksi Katoda Baja AISI 1045 dengan Bentuk Goresan Lingkaran Ukuran Goresan d = 7,96 mm selama 20 hari (a) dan 40 hari (b).
(a) (b) Gambar 3.18. Hasil Foto Makro Setelah Proses Pencelupan Anoda paduan aluminium untuk memproteksi Katoda Baja AISI 1045 tanpa goresan selama 20 hari (a) dan 40 hari (b).
(a) (b) Gambar 3.19. Hasil Foto Makro Setelah Proses Pencelupan Anoda paduan aluminium untuk memproteksi Katoda Baja AISI 1045 tanpa lapis lindung polietilena selama 20 hari (a) dan 40 hari (b).
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6
Katoda merupakan baja karbon dengan kandungan C mencapai 0,5%. Sebagai struktur yang dilapisi oleh lapis lindung polietilena dan diproteksi oleh anoda tumbal paduan aluminium seharusnya tidak mengalami korosi. Namun, terlihat adalah adanya produk korosi pada baja yang dilapisi lapis lindung polietilena dengan goresan yang mempunyai luasan paling besar, baik pada bentuk persegi panjang maupun lingkaran serta pada baja yang tidak dilapisi oleh lapis lindung polietilena. Artinya terdapat laju korosi pada baja khususnya baja yang berlapis lapis lindung polietilena yang diberi goresan dan baja yang tidak berlapis lapis lindung polietilena. Sehingga juga bisa dikatakan bahwa baja mempunyai laju korosi yang tidak bisa hilang sama sekali atau dengan kata lain laju korosi nol. Pada hasil foto makro, terlihat bahwa terjadi peningkatan pola korosi pada baja yang dilindungi lapis lindung polietilena yang diberi goresan baik dalam bentuk goresan persegi panjang maupun lingkaran. Pada hasil foto makro setelah pencelupan selama 40 hari terlihat mengalami peningkatan pola korosi lebih tajam pada katoda yang dilindungi lapis lindung polietilena dengan bentuk goresan persegi panjang dan ukuran goresan p = 25 mm l = 10 mm. Peningkatan pola korosi juga terlihat setelah pencelupan selama 40 hari pada katoda yang dilindungi lapis lindung polietilena dengan bentuk goresan lingkaran dan ukuran goresan d = 17,84 mm. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan pola korosi yang paling tinggi dibandingkan dengan pola korosi pada baja yang lain, baik pada daerah goresan maupun pada daerah sekitar goresan itu sendiri. Sedangkan hasil foto makro yang dihasilkan pada anoda, terlihat pola korosi yang terjadi adalah pitting corrosion hal ini disebabkan anoda tercelup pada media korosif yang tidak bergerak (konstan) sehingga memudahkan terjadinya pitting corrosion / korosi celah. Keadaan ini erat juga kaitannya dengan kerja ion-ion Cl- yang mempunyai kecenderungan untuk terus membuat korosi celah / pitting corrosion. Pada penambahan luasan goresan terdapat kecenderungan pada anoda untuk bertambahnya jumlah pitting yang berbanding lurus dengan hasil laju korosi anoda. KESIMPULAN Dari analisa terhadap hasil pengujian yang telah dilakukan maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Pada bentuk goresan persegi panjang dengan pencelupan selama 20 hari, semakin besar ukuran goresan, maka laju korosi anoda semakin naik dari 3,83143 mpy menjadi 12,76827 mpy. Sedangkan pada pencelupan selama 40 hari, semakin besar ukuran goresan, maka laju korosi anoda semakin naik dari 2,58598 mpy menjadi 8,74699 mpy. 2. Pada bentuk goresan lingkaran dengan pencelupan selama 20 hari, semakin besar ukuran goresan, maka laju korosi anoda semakin naik dari 2,25322 mpy menjadi 6,21776 mpy. Sedangkan pada pencelupan selama 40 hari, semakin besar ukuran goresan, maka laju korosi
6
3.
4.
anoda semakin naik dari 2,44812 mpy menjadi 3,50343 mpy. Pada bentuk goresan persegi panjang mempunyai laju korosi anoda yang lebih tinggi daripada bentuk goresan lingkaran. Pola korosi yang terlihat pada baja adalah uniform corrosion terutama pada area goresan. Sedangkan pola korosi yang terlihat pada anoda adalah cenderung pitting corrosion. DAFTAR PUSTAKA
[1]
[2] [3] [4] [5]
[6]
[7]
[8] [9] [10]
[11]
[12] [13]
[14] [15]
Anggono, Juliana dan Soejono Citro. Studi Perbandingan Kinerja Anoda Korban Paduan Aluminium dengan Paduan Seng dalam Lingkungan Air Laut. Surabaya: UK PETRA. ASM International, ASM Metal Handbook Vol 13A Corrosion: Fundamental, Testing, and Protection, 2003. Novelty, OH ASTM International, ASTM Standard Vol 03.02 Wear and Erosion; Metal Corrosion, 1999. New York Billmayer JR, Fred. 1984. Text Book of Polymer Science. New York : John Wiley and Sons. Francis, P.E. 2000. Cathodic Protection.
[cathodic_ protection_in_practice.pdf] Gurrappa, I., 2005. “Cathodic protection of cooling water systems and selection of appropriate materials”. Journal of Materials Processing Technology 166 (2005) 256–267 Jatmiko, Sukanto. Studi Komparasi Proteksi Kathodik Antara Anoda Zink Dengan Anoda Aluminium Setelah Diaplikasikan Pada Tug Boat Universal Dan Tug Boat Mariner. Semarang: UNDIP Kusumo, Eko. Studi Pengaruh Scratch Permukaan terhadap Laju Korosi pada Pelat Baja Karbon Rendah. Surabaya: ITS Mars, G. Fontana. Corrosion Engineering, 3rd edition.1987. New York: Mc Graw-Hill Book Company. NACE Standard RP0169-2002, Control Of External Corrosion Of Underground or Submerged Metallic Piping System, Houston, TX : NACE. Sasono, Eko Julianto. Efektivitas Penggunaan Anoda Korban Paduan Aluminium Pada Pelat Baja Kapal Aisi E 2512 Terhadap Laju Korosi Di Dalam Media Air Laut. Semarang: UNDIP Sulistijono., Diktat Korosi. 1999. Surabaya ITS Tomczak, M., 2002. An Introduction to Physical Oceanography, . Trethewey, K.R. dan J. Chamberlain. 1991. Korosi untuk Mahasiswa dan Rekayasawan. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Uhlig, H. H., Revie, R. W., 2000. Uhlig’s Corrosion Handbook 2nd edition. New York: John Wiley & Sons, Inc.