JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6
1
Analisa Koordinasi Surja Arrester Saluran Udara Tegangan Tinggi 150 kV Menggunakan ATP/EMTP Dan Metode Monte Carlo di GIS Tandes Ricahya Wiguna Setiawan, IGN Satriyadi Hernanda, ST, MT., Dr. Eng. I Made Yulistya N, ST, M.Sc Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected]
Abstrak— Evaluasi surja arrester dengan simulasi pemodelan sambaran langsung pada kawat fasa SUTT 150 kV Double Circuit yang menimbulkan efek kegagalan perlindungan(shielding failure) menggunakan Matlab 7 metode monte-carlo didapatkan untuk tiap area 1 pertahun nilai ratarata probabilitas sambaran ke tower adalah sebesar 0,02 dari 100 sambaran per satu kilometer persegi pertahun. Simulasi menggunakan software ATP/EMTP pada menara transmisi dari GIS Tandes ke Sawahan yang terdiri dari 11 menara, dengan amplitudo arus sambaran mencapai 30 kA, dan waktu impulsnya 1,2/50 us. Menunjukkan bahwa sistem yang menggunakan alat pelindung petir seperti arrester mampu melindungi sistem dari arus petir sampai 30 kA. Sedangkan sistem yang tidak memakai perlindungan arrester tidak mampu menahan tegangan lebih sebesar 920 kV. Kata Kunci— Shielding failure, Proteksi petir, Tegangan induksi petir, Saluran transmisi tegangan tinggi .
I. PENDAHULUAN
K
erapatan sambaran petir di Indonesia juga sangat besar 2
yaitu 12/km per tahun, yang berarti pada setiap luas 2
area 1 km berpotensi menerima sambaran petir sebanyak 12 kali setiap tahunnya. Sambaran petir memiliki karakteristik yang berbeda-beda pada setiap sambarannya, seperti besar arus dan konstanta waktu. Oleh karena itu perlu dilakukan studi lebih lanjut untuk mengetahui kemungkinan terjadinya kegagalan perlindungan terhadap sambaran petir. Sambaran petir dapat mengakibatkan gangguan seperti kegagalan isolasi, flashover, back flashover, dan gangguan lainnya. Sambaran petir langsung terdiri dari dua macam, yaitu sambaran pada kawat tanah, dan sambaran pada kawat fasa. Untuk menganalisis fenomena terhadap sambaran langsung dilakukan analisis melalui simulasi dengan memodelkan parameter-parameter pada saluran transmisi, diantaranya model menara, isolator saluran, kawat tanah, kawat fasa, dan sistem pentanahan disimulasikan dengan menggunakan perangkat lunak EMTP (Electromagnetic Transients Program)[1]. Sambaran langsung petir apabila kilat menyambar pada kawat fasa (untuk saluran tanpa kawat tanah) atau pada kawat tanah (untuk saluran dengan kawat tanah). Fenomena dimana terjadi kegagalan perlindungan dikarenakan ketika petir menyambar kawat tanah atau kawat fasa akan timbul arus besar dan sepasang gelombang berjalan yang merambat pada kawat. Arus besar ini dapat membahayakan peralatan yang berada pada saluran. Besarnya arus atau tegangan akibat sambaran ini bergantung pada besar arus petir, waktu
muka dan jenis tiang saluran. Oleh karena itu diperlukan melakukan simulasi tentang kegagalan perlindungan. Pada penelitian ini menganalisa dan memodelkan gangguan sambaran petir dan prosentasi kegagalan perlindungannya. II. TEORI PENUNJANG DAN GANGGUAN PETIR PADA SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH. A. Sistem Tenaga Listrik Secara sederhana sistem tenaga listrik adalah sekumpulan pusat listrik dan gardu induk (pusat beban) yang satu dengan yang lain dihubungkan oleh jaringan transmisi dan distribusi sehingga merupakan sebuah satu kesatuan yang terinterkoneksi. Suatu sistem tenaga listrik terdiri dari tiga bagian utama, yaitu pusat pembangkit listrik, saluran transmisi, dan sistem distribusi. Pada Sistem Tenaga listrik di Indonesia, Tenaga listrik yang di hasilkan dari pembangkit dinaikan melalui transformator step up untuk di transmisikan. Sistem transmisi di Indonesia menggunakan sistem transmisi 150kV atau yang biasa di sebut Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT), dan 500kV atau yang biasa disebut Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET)[2]. B. Petir Petir terjadi akibat perpindahan muatan negatif (elektron) menuju ke muatan positif (proton). Para ilmuwan menduga lompatan bunga api listriknya sendiri terjadi, ada beberapa tahapan yang biasanya dilalui. Pertama adalah pemampatan muatan listrik pada awan bersangkutan. Umumnya, akan menumpuk di bagian paling atas awan adalah listrik muatan negatif di bagian tengah adalah listrik bermuatan positif; sementara di bagian dasar adalah muatan negatif yang berbaur dengan muatan positif. Pada bagian bawah inilah petir biasa berlontaran. Pelepasan muatan ini disertai dengan pancaran cahaya dan radiasi elektromagnetik lainnya. Pada musim hujan petir perlu diwaspadai, petir biasanya muncul pada saat akan hujan atau ketika hujan sudah turun[3]. III. PEMODELAN SUTT DOUBLE CIRCUIT DAN PERMODELAN MONTE-CARLO A. Model Transmisi Udara 150 kV Saluran transmisi 150 kV GI Tandes dengan jurusan Tandes-Sawahan yang memiliki 11 menara transmisi, dengan panjang saluran sekitar 3,2Km. Dan untuk memodelkan kondisi sebenarnya dari SUTT digunakan datadata transmisi dan hasil pengukuran tahanan pentanahan menara SUTT 150 kV line Tandes-Sawahan.
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6
2
Tabel 1 Data transmisi PT. PLN (Persero) P3B Region Jawa Timur dan Bali UPT Surabaya GARDU TRANSMISI TERPASANG INDUK – No TEG ROUTE MM2/ NOM. JURUSA JENIS (kV) (KM) MCM (AMP) N Tandes – 1. 150 ACSR 2X340 1480 3,200 Sawahan I Tandes – Sawahan 150 ACSR 2X340 1480 3,200 2. II Tabel 3 Data spesifikasi menara SUTT 150 kV Parameter Menara Jarak lengan menara: Lengan Menara Pertama Panjang Lengan Menara Kedua Panjang Lengan Menara Ketiga Panjang Lengan Menara Keempat Panjang Lengan Menara Kawat Tanah A Panjang Lengan Menara Kawat Tanah A’ Panjang Lengan Menara konduktor A, A’ Panjang Lengan Menara konduktor B, B’ Panjang Lengan Menara konduktor C, C’ Jarak konduktor terhadap tanah pada: Tinggi Kawat Konduktor A Tinggi Kawat Konduktor B Tinggi Kawat Konduktor C Tinggi Kawat Konduktor A’ Tinggi Kawat Konduktor B’ Tinggi Kawat Konduktor C’ Keterangan lain dari menara: Lebar Dasar Menara Jarak Span Sudut Perlindungan Panjang Isolator Jarak Bundle Radius Kawat Tanah Radius Konduktor
Besaran 6 meter 7 meter 7 meter 7 meter 2,1 meter 2,1 meter 2,6 meter 2,6 meter 2,6 meter 33,7 meter 29,6 meter 25,5 meter 25,5 meter 29,6 meter 33,7 meter 6,751 meter 300 meter 15 ° 0, 5842 meter 45,7 cm 0,45 cm 1.45 cm
Gambar 1 Menara transmisi 150 kV
B. Two Point Method untuk Perhitungan Lightning Performance pada Saluran Transmisi Dengan menggunakan metode two point method untuk perhitungan lightning performance pada saluran transmisi dalam buku J.G. Anderson, kita dapat menghitung jarak sambaran maksimum dan minimum. Langkah-langkah perhitungannya adalah sebagai berikut: 1. Impedansi Surja Menara[3] Pada menara tipe menara jenis suspensi dengan penghantar bundel maka kita dapat menentukan impedansi surja menara dengan korona yaitu : 0
Tabel 4 Data spesifikasi menara 150kV Parameter menara Besaran Tinggi Menara 37,7 meter Tinggi kawat Tanah 37,7 meter Jumlah Kawat Tanah 2 buah Besaran Design spesification Voltage 150 kV Number of Circuit 2 Horizontal Angle 0o – 3o Besaran Power conductor Kind and size ACSR 340 mm2 Diameter 25 mm Weight 1,18 kg/m Kuat tarik minimum 9474 kg R DC 20O C 0,0851 ohm/ km Besaran Ground wire Kind and Size AW 55 mm2 Diameter 9,6 mm Weight 0,44 kg Max. Working Tension 1,5 kg Besaran Wind Pressure Menara 120 kg/m2 Wire (Cont & GW) 40 kg/m2 Insulator String 60 g / 2 string
STRUKTURAL TO TYPE D
0 √ln
2h
ln
2h
Dimana : = Impedansi surja menara dengan korona(ohm). = Radius corona(m). = Radius penghantar ekivalen tunggal dari bundel penghantar fasa tanpa korona(m). = Tinggi rata-rata kawat fasa(m) . 2. Menentukan Tegangan Flashover[3] Dengan memilih dua titik untuk waktu 2μs dan 6μs, semua persamaan tegangan akan disederhanakan. Dengan mensubstitusikan dengan nilai 2μs dan untuk tanpa adanya pantulan dari menara yang berdekatan. Tegangan kritis flashover saat 2μs dan μs adalah: ( ) ( ) Dimana ( ) adalah tegangan kritis flashover saat 2μs dan ( ) adalah tegangan kritis flashover saat μs, dan W adalah panjang isolator (m). berdasarkan Gambar 2 waktu muka petir(yang cenderung membahayakan) adalah 2μs, maka dipilih waktu awal sambaran 2μs sebagai standart yaitu ( ) .
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6
3 Dimana : = Arus minimum yang menyebabkan kegagalan perlindungan(kA). = Tegangan kritis flashover(kV). = Impedansi surja menara dengan korona(ohm).
Gambar 2 Grafik Arus Sambaran dan Tegangan Isolator Dihitung pada Dua Titik Waktu [3]
C. Perhitungan Perlindungan Sempurna Terhadap Sambaran Petir [3] Bila sambaran petir mendekat dengan jarak S dari saluran dan bumi, sambaran petir itu akan dipengaruhi oleh benda apa saja yang berada di bawah dan melompati jarak S untuk mengadakan kontak dengan benda itu. Bila = 0 jarak S pada perlindungan sempurna dilihat dari jarak sambaran disebut . Gambar 3 menunjukkan model perlindungan sempurna dilihat dari daerah yang dilindungi.
3. Perhitungan Arus Sambaran Minimum [3] Apabila masih terjadi kegagalan perlindungan dari ( ). sambaran petir maka kita harus menghitung Karena pada saluran transimi GIS Tandes menggunakan penghantar bundel, maka kita tambahkan radius korona dengan jarak bundle untuk perkiraan radius korona R(m). Menggunakan persamaan metode NewtonRapshon dari persamaan: Dimana : R = Radius korona(m). h = Tinggi rata-rata kawat fasa (m). = Tegangan kritis flashover (kV). = Batas gradien korona dimana sampul korona tidak bertambah lagi (kV/m)=1500kV/m. Menghitung tinggi rata-rata kawat fasa h(meter), tinggi kawat fasa tertinggi (m), tinggi kawat fasa terendah (m) berdasarkan model elektrogeometri maka: (
)
Dimana : = Tinggi kawat fasa tertinggi(m). = Tinggi kawat fasa terendah(m). Penghantar dengan bundel 2 maka radius ekivalen tunggal dari bundel penghantar fasa tanpa korona(meter). Dimana r adalah jarak bundle kawat fasa. Maka kita dapatkan persamaan : √
Gambar 3 Model elektrogeometri perlindungan sempurna [3]
Jarak sambaran maksimum oleh Love dirumuskan : Dimana : = Jarak sambaran maksimum(m). = Arus minimum kegagalan perlindungan(kA). D. Perhitungan Perlindungan Tidak Sempurna Terhadap Sambaran Petir [3] Sambaran B setelah mencapai busur PQ, akan menyambar kawat fasa karena jaraknya ke kawat tanah dan bumi lebih besar dari jarak sambaran. Pada Gambar 4 menunjukkan model elektrogeometri perlindungan tidak sempurna.
Maka untuk perkiraan radius corona dari bundel : Dimana : R = Radius korona(m). = Radius corona dari bundel(m). = radius ekivalen tunggal dari bundel penghantar fasa tanpa korona(meter) Untuk mengetahui kemungkinan besarnya arus minimum yang dapat menyebabkan kegagalan perlindungan kita dapat menentukan dengan persamaan:
Gambar 4 Model elektrogeometri perlindungan tidak sempurna [3]
Dalam teori elektrogeometri perlindungan tidak sempurna Semakin panjang maka busur PQ menjadi kecil sekali, di asumsikan OP dimana jarak sambaran minimum pada pertengahan garis G terhadap
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 titik P, maka kita dapat menentukan pada Gambar 5.
Gambar 5 Cara menentukan harga
[
√
dengan persamaan
untuk memperoleh
[3]
]
Dimana :
4 yaitu kawat fasa terendah, maka perhitungan jarak sambaran minimum dan jarak sambaran maksimum adalah sebagai berikut : 1. Tegangan kritis flashover (kV) dari rentengan isolator pada 2 μs ( ) : ( ) 2. Tinggi rata-rata kawat fasa h(meter), dilihat dari daerah yang dilindungi yaitu kawat fasa terendah maka: 3. Menghitung radius sampul korona menggunakan metode Newton-Raphson: R = 0,073 meter. 4. Radius ekivalen tunggal dari bundel penghantar fasa tanpa korona(meter): 5. Radius corona dari bundel :
Dimana persamaan garis: ( (
) )
Dimana : = Selisih tinggi antara kawat fasa tertinggi dan kawat tanah. m = Kemiringan garis OP terhadap garis G (m). = Tinggi kawat tanah dari fasa terendah(m). = Tinggi kawat fasa tertinggi(m). = Panjang lengan kawat fasa(m). = Panjang lengan kawat tanah(m). = Jarak sambaran akhir dari kilat ke bumi saluran tegangan tinggi (HV) adalah 1,0 Setelah kita ketahui jarak sambaran minimum kita dapat mensimulasikan kegagalan perlindungan dengan menggunakan matlab 7 metode Monte-Carlo. E. Permodelan Sambaran Petir Metode Monte Carlo. Metode Monte-Carlo disini digunakan untuk untuk mengetahui kemungkinan terjadinya kegagalan perlindungan terhadap sambaran petir secara langsung. Program ini ditulis dalam bahasa C menggunakan matlab 7 dengan menggunakan parameter berdasarkan perhitungan model elektrogeometri perlindugan sempurna dan tidak sempurna terhadap sambaran petir. Dimana jumlah sambaran untuk daerah yang dilakukan simulasi sambaran secara acak dimana jumlah sambaran yang mencakup luas tanah per kilometer persegi per tahun. Tingkat kegagalan perlindungan dari sistem berdasarkan kerapatan kerapatan sambaran petir pada daerah tersebut. Untuk jumlah sambaran ditentukan sendiri, untuk struktur tinggi rendahnya struktur tanah dan keadaan geografis di abaikan. IV. PERMODELAN DAN ANALISA KEGAGALAN PERLINDUNGAN PADA SALURAN TRANSMISI A. Perhitungan Kegagalan Perlindungan (Shielding Failure). Pandangan pertama metode two point method untuk perhitungan lightning performance pada saluran transmisi dalam buku J.G. Anderson yaitu sambaran petir secara langsung pada kawat fasa. Penghitungan jarak sambaran minimal dan maksimal terhadap daerah yang dilindungi
6. Impedansi surja menara 7. Arus sambaran minimum, 8. Jarak sambaran maksimum
(ohm). (kA): standar love :
9. Selisih tinggi kawat fasa tertinggi dan kawat tanah : meter 10. Kemiringan garis OP terhadap garis G adalah 11. Persamaan garis adalah :
12. Nilai dari
adalah
B. Hasil Simulasi Monte-Carlo. 1. Hasil Simulasi Monte-Carlo Perlindungan Sempurna Berdasarkan hasil hitungan kita dapat memasukkan nilai untuk jarak sambaran maksimum (pada lingkaran biru). Penulis mengasumsikan jumlah sambaran pertahun per 1 pertahun adalah 100 titik sambaran. Hasil simulasi sebagai berikut :
Gambar 6 Hasil simulasi area perlindungan pada jarak sambaran maksimum dengan jumlah titik-titik sambaran.
Berdasarkan hasil simulasi jarak sambaran maksimum menunjukkan bahwa petir tidak ada yang masuk kedalam lingkaran artinya tidak terjadi kegagalan.
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 2. Hasil Simulasi Monte-Carlo Perlindungan Tidak Sempurna Berdasarkan hasil hitungan kita dapat memasukkan nilai untuk jarak sambaran minimum (pada lingkaran merah). Penulis mengasumsikan jumlah sambaran pertahun per 1 pertahun adalah 100 titik sambaran. Maka kita dapatkan hasil sebagai berikut :
5 D. Pengukuran Tegangan saat Impuls Petir 1,2/40 μs Sambaran petir mengenai kawat fasa A dengan amplitudo 10 kA dan waktu impuls 1,2/50μs. Tegangan yang terukur di titik sambaran dengan menggunakan arrester dapat di lihat pada Gambar 10 dibawah ini. 1,6 [MV] 1,2
0,8
0,4
0,0
-0,4
-0,8 0
5
10
(f ile SUTTtnds.pl4; x-v ar t) v :X0048A
15 v :X0048B
20
25
30
35
[us]
40
v :X0048C
Gambar 10 Grafik tegangan puncak menara di fasa A, B, dan C saat sambaran di fasa A.
Gambar grafik tegangan akibat impuls pada busbar dapat dilihat pada Gambar 11 di bawah ini. 300
Gambar 7 Hasil simulasi matlab7 area perlindungan pada jarak sambaran minimum dengan jumlah titik-titik sambaran.
[kV] 200
100
Pada permodelan Gambar 8 sambaran petir yang terjadi secara acak dengan mengasumsikan sebanyak 100 titik per 1 pertahun. Perlindungan elektrogeometri untuk area sambaran minimum (pada lingkaran merah). Dari percobaan di atas kita dapatkan untuk tiap area 1 k nilai probabilitas sambaran ke tower adalah sebesar 0,02 dari 100 titik sambaran per 1 kilometer persegi per tahun. C. Analisis koordinasi Arrester Menggunakan Permodelan ATP/EMTP Pada pemodelan simulasi ini model petir yang digunakan pada simulasi ini menggunakan tipe Heidler, impuls petir dengan bentuk surja langsung pada saluran udara dekat dengan arester dengan amplitudo 10kA, 20kA dan 30kA., impuls petir dengan bentuk surja tipikal (1.2/50μs). Untuk mengetahui tegangan lebih pada saluran udara akibat sambaran, dilakukan pengukuran tegangan puncak pada titik sambaran, tegangan setelah arrester dan pada busbar. Gambar 9 berikut adalah model saluran transmisi pada Gis Tandes.
0
-100
-200
-300 0
5
10
(f ile SUTTtnds.pl4; x-v ar t) v :BUS2A
15 v :BUS2B
20
25
30
35
[us]
40
v :BUS2C
Gambar 11 Grafik tegangan busbar dengan adanya pengaruh arrester.
Tegangan puncak pada titik sambaran dengan variasi amplitudo sambaran 10 kA, 20 kA, 30 kA dengan impuls 1,2/50μs dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini. Tabel 5 Tegangan puncak menara saat impuls 1,2/50μs Tegangan Puncak Menara (MV) Arus Petir Fasa Fasa Fasa Fasa Fasa (kA) A* B C A’ B’ 0,16 0,06 1,6 0,48 0,3 10 0,330 0,12 2,8 0,9 0,6 20 0,460 0,2 4,05 1,3 1 30 Fasa A* yang tersambar
Fasa C’ 0,05 0,1 0,18
Gambar 12 Grafik tegangan puncak menara terhadap perubahan arus sambaran petir saat impuls 1,2/50μs
Tegangan puncak pada busbar dengan variasi amplitudo sambaran 10kA, 20kA, 30kA dengan impuls 1,2/50μs dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini.
Gambar 9 Model Gis Tandes pada software ATP/EMTP
Tabel 6 Tegangan puncak busbar saat impuls 1,2/50μs Tegangan Puncak Busbar (kV) Arus Petir Fasa Fasa Fasa Fasa Fasa (kA) A* B C A’ B’ 215 73 70 175 68 10 220 83 77 185 73 20 230 95 85 220 95 30 Fasa A* yang tersambar
Fasa C’ 60 65 70
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6
6 terjadi flashover semakin besar, seperti pada saat arus puncak petir 30 kA. 4. Pada simulasi tugas akhir ini, untuk SUTT 150 kV Doble Circuit di GIS Tandes tegangan pada Busbar mencapai 230 kV pada Arus sambaran 30 kA.
Gambar 13 Grafik tegangan puncak di busbar terhadap perubahan arus sambaran petir saat impuls 1,2/50μs
. Pada Tabel 7 akan diperlihatkan perbedaannya tegangan busbar dengan amplitudo 10 kA, dan waktu impuls 1,2/50 μs . Tabel 7 Perbandingan tegangan puncak di busbar fasa A, B dan C menggunakan arrester dan tanpa arrester saat impuls 1,2/50μs Arus Tegangan Puncak Busbar Fasa A (kV) Sambaran Dengan Arrester Tanpa Arrester (kA) 215 312 10 220 625 20 230 920 30
Gambar 14 Grafik perbandingan tegangan puncak di busbar fasa A menggunakan arrester dan tanpa arrester terhadap perubahan arus sambaran petir saat impuls 1,2/50μs.
Berdasarkan grafik pada Gambar 14, tegangan di busbar tidak menggunakan arrester (grafik merah) sedangkan tegangan menggunakan arrester (grafik biru). tegangan tanpa arrester tidak mendapatkan perlindungan terhadap tegangan lebih yang menyambar menara pada kawat fasa A. Sehingga tegangan fasa A pada busbar saat arus sambaran 30 kA mencapai 920 kV.
B. Saran Saran yang dapat diberikan setelah mengerjakan Tugas Akhir ini adalah : 1. Dalam pemilihan sistem perlindungan petir eksternal harap diperhatikan mengenai kondisi dan letak topografi dari peralatan tegangan tinggi tersebut. 2. Software ATP-EMTP ini dapat digunakan untuk melakukan simulasi dan menganalisa performa perlindungan sistem tidak hanya terhadap petir, tetapi juga untuk gangguan lain seperti pada saat terjadi switching impuls. 3. Perlu diperhatikan nilai IKL dan perhitungan sambaran ke tanah dari suatu daerah pada saat akan membangun menara SUTT, agar dapat dihitung terlebih dahulu nilai jumlah kegagalan yang dapat ditimbulkan. 4. Pemasangan arrester di dekat gardu induk sangat berguna untuk membatasi tegangan berlebih pada gardu induk akibat adanya arus surja. UCAPAN TERIMA KASIH Saya Ricahya Wiguna Setiawan mengucapkan Puji Syukur Kehadirat Allah SWT. Terimakasih kepada Bapak IGN Satriyadi H. dan Bapak I Made Yulistya N. atas bimbingan dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. terimakasih kepada Ayah dan Ibu yang sudah memberikan izin belajar dan dukungan finansial untuk belajar di Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Terimakasih juga kepada teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu-persatu yang telah memberikan dukungan dan suportnya. [1]
[2] [3]
IV. PENUTUP
[4]
Berdasarkan pembahasan perhitungan, hasil simulasi matlab dan analisis simulasi ATP-EMTP, maka pada Tugas Akhir ini didapatkan beberapa kesimpulan dan saran, yaitu :
[5]
A. Kesimpulan 1. Berdasarkan perhitungan didapatkan untuk tipikal tower di GIS tandes arus sambaran minimal untuk loncatan kegagalan perlindungan adalah sebesar 6,72 kA dengan jarak sambaran minimal adalah sebesar 30,6 meter dan jarak sambaran maksimal adalah sebesar 34,49 meter. 2. Berdasarkan hasil simulasi matlab 7 dengan metode monte-carlo nilai rata-rata probabilitas sambaran ke tower adalah sebesar 0,02 dari 100 sambaran per satu kilometer persegi pertahun. 3. Semakin besar arus puncak sambaran petir dan semakin lama tail time dari petir mengakibatkan kemungkinan
DAFTAR PUSTAKA Aslimeri., “Teknik Transmisi Tenaga Listrik Jilid 2” Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, 2008. Kadir, Abdul., “Transmisi Tenaga Listrik”, UI – Press, 1998. Mustofa, Arif., Diktat Kuliah ― Proteksi Petir‖, Jurusan Teknik Elektro ITS, Surabaya, 2010. Anderson, J.G., ― Transmission Line Reference Book – 345kV and Above‖, Electric Power Research Institute, Palo Alto, California, 1982. Shahida, Noor., ― Lightning simulation study on line surge arresters and protection design of simple structures‖, Malaysia, 2008.