JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6
1
Pengembangan Optical Component Analyzer (OCA) System berbasis Broadband Amplified Spontaneous Emission (ASE) Source Untuk Karakterisasi Komponen Optik Pasif Rionda Bramanta Kuntaraco1), Bambang Widiyatmoko2), Sekartedjo1) 1) Jurusan Teknik Fisika, Fakultas Teknologi Industri, ITS Surabaya Indonesia 60111 2) Pusat Penelitian Fisika, LIPI, Serpong Tangerang Indonesia 15314 E-mail:
[email protected] Abstrak— Sistem komunikasi serat optik berkembang pesat sejak ditemukan pada tahun 1966. Saat ini 99% transmisi data jarak jauh menggunakan serat optik. Sistem transmisi data optik banyak menggunakan komponen-komponen optik pasif, dimana setiap komponen memiliki karakteristik sebagai fungsi panjang gelombang yang spesifik. Salah satu alat yang dipakai untuk melakukan karakterisasi yaitu optical spectrum analyzer (OSA), namun OSA memiliki harga yang sangat mahal. Maka dari itu dalam tugas akhir ini dirancang dan dirakit optical component analyzer (OCA) system sebagai alternatif karakterisasi yang lebih murah. Sistem OCA yang dirancang terdiri dari broadband amplified spontaneous emission (ASE) source dan tunable optical filter dengan OSA sebagai kalibratornya. Hasil dari penelitian menunjukkan sistem OCA yang dirancang memiliki daerah kerja 1514,91 – 1562,93 nm yang merupakan daerah kerja sistem komunikasi serat optik. Maka komponen optik pasif yang bekerja pada daerah C-band (1530 – 1565 nm) dapat diukur dengan sistem OCA. Error pengukuran untuk daerah C-band didapatkan sebesar 0,5841 nm atau sebesar 1,54% dengan resolusi 0,48 nm. Karakterisasi spesifikasi panjang gelombang FBG tipe K094-030 dengan menggunakan sistem OCA memberikan nilai 1551,80 nm sedangkan spesifikasi panjang gelombang dari pabrikan yakni 1552 nm. Ada error pengukuran sebesar 0,2 nm. Untuk FBG tipe K117-61 dengan menggunakan sistem OCA memberikan nilai 1550,04 nm sedangkan spesifikasi panjang gelombang dari pabrikan yakni 1550 nm. Maka terjadi error sebesar 0,04 nm. Nilai error pengukuran dengan sistem OCA yang dirancang disebabkan akurasi tunable optical filter yang digunakan, suhu saat pengukuran dan kondisi komponen yang diuji. Kata Kunci— Fiber Bragg Grating, Komponen Optik Pasif, Optical Component Analyzer, Optical Spectrum Analyzer, Tunable Optical Filter
I. PENDAHULUAN
S
alah satu aplikasi terpenting teknologi serat optik adalah dalam komunikasi. Sejak dikembangkan pada dekade 1980-an, penggunakan sistem komunikasi serat optik berkembang pesat dalam tiga dekade terakhir [1]. Saat ini lebih dari 99% lalu lintas komunikasi jarak jauh di seluruh dunia menggunakan sistem komunikasi serta optik. Sistem komunikasi serat optik memiliki ciri unik yaitu kapasitas transfer data yang besar dan sifat-sifat khusus serat optik serta komponen-komponen pendukungnya. Maka dari itu teknik untuk melakukan karakterisasi komponen-komponen baik komponen aktif maupun pasif sangat penting dalam perancangan dan pengembangan jaringan transmisi optik [2].
Beberapa komponen optik pasif yang telah dikembangkan misalnya optical filter, fiber-optical power divider, coupler, switching optics dan lain sebagainya [3]. Untuk mendapatkan karakteristik dari komponen-komponen optik pasif tersebut, dapat digunakan metode numerik seperti finite element method [4], beam propagation method [5] dan method of lines [6]. Meski cukup akurat, metode-metode numerik di atas memiliki kelemahan yakni harus dilakukan perhitungan analitik, properties optik dari material komponen dan penjalaran gelombangnya harus diketahui. Hal ini menjadikan metode numerik kurang praktis, sehingga dibuat sistem pengamatan karakteristik komponen optik pasif secara langsung. Pengamatan secara langsung dapat dilakukan dengan menggunakan optical component analyzer (OCA). Sistem OCA konvensional terdiri atas tunable laser sebagai source dan optical spectrum analyzer (OSA) sebagai observer. Tunable laser merupakan laser yang dapat diubah spesifikasi panjang gelombang keluarannya. Namun untuk mengubah nilai panjang gelombang keluaran dalam skala broadband tidak bisa dilakukan secara cepat dan alatnya memiliki harga tinggi. OSA berfungsi untuk mengukur kerapatan spektral dari sinyal optik pada panjang gelombang yang berbeda. OSA memiliki rentang panjang gelombang yang lebar, kalibrasi yang akurat, resolusi, sensitivitas dan akurasi pengukuran yang tinggi serta amplitudo yang stabil [2]. Hanya saja OSA tidak portabel karena ukurannya yang besar dan berat serta biaya pengadaannya yang mahal (http://www.metrictest.com). Saat ini para peneliti, terutama untuk kebutuhan industri, banyak yang melakukan riset untuk mendapatkan sistem karakterisasi komponen optik pasif lebih murah tetapi tetap akurat [7]. Dalam penelitian ini akan dikembangkan rancangan alternatif sistem optical component analyzer (OCA). Sistem OCA yang dirancang merupakan evaluator karakterisasi komponen optik pasif berbasis broadband amplified spontaneous emission (ASE) source. Sistem OCA yang akan dikembangkan memiliki harga lebih murah dan akurasi yang cukup. II.
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bagian ini dibahas mengenai teori-teori yang berkaitan dangan penelitian ini yaitu mengenai broadband ASE source, optical component analyzer, tunable optical filter dan fiber bragg grating.
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6
2
2.1 Broadband Amplified Spontaneous Emission (ASE) Source Broadband Amplified Spontaneous Emission (ASE) source mengalami kemajuan pesat. Broadband ASE source merupakan sumber cahaya optik yang berasal dari proses ASE dengan spesifikasi rentang panjang gelombang lebar, lebih dari 30 nm (broadband). Broadband ASE source memiliki keunggulan dalam daya keluaran yang besar, tingkat kerataan yang baik, jangkauan panjang gelombang lebar dan kestabilan yang tinggi. Selain laser dioda sebagai pumping system-nya, broadband ASE source memerlukan gain medium. Erbiumdoped fiber sebagai gain medium dapat menghasilkan panjang gelombang pada daerah C-band (1530 – 1565 nm) dengan daya keluaran mencapai 10 – 17 dBm [8]. Prinsip kerja broadband ASE source dapat dilihat pada gambar 1.
2.2. Optical Component Analyzer Optical Component Analyzer (OCA) adalah suatu divais optik untuk melakukan karakterisasi komponen optik. Secara umum, OCA dapat digunakan untuk melakukan karakterisasi baik komponen optik aktif maupun pasif. Konfigurasi dasar sistem OCA konvensional menggunakan tunable laser sebagai sumber cahayanya. Tunable laser merupakan laser yang keluaran panjang gelombangnya dapat dimanipulasi dengan mengatur temperaturnya. Perubahan temperatur media penguat dalam tunable laser akan mempengaruhi dimensi media penguatnya. Perubahan dimensi ini akan berpengaruh terhadap keluaran panjang gelombang tunable laser. Spektrum keluaran dari tunable laser dapat diamati menggunakan OSA. Gambar. 3 menunjukkan konfigurasi dasar OCA konvensional yang banyak dipakai saat ini.
Gambar. 1. Proses Terbentuknya Broadband ASE Source untuk Gain Medium Erbium-doped Fiber
Gambar. 3. Konfigurasi Dasar Sistem OCA Konvensional
Laser dioda dengan panjang gelombang 980 nm akan menaikkan level energi ion-ion erbium dari level 4I 15/2 menuju level 4I 11/2 . Pada level 4I 11/2 akan terjadi relaksasi yang membuat ion-ion pada level tersebut turun ke level 4I 13/2 yang merupakan daerah metastabil. Pada level 4I 13/2 terdapat starksplitting yang menyebabkan level energi pada daerah ini tidak tunggal melainkan terdiri atas berbagai sub level yang level energinya tidak sama. Selanjutnya populasi ion pada daerah metastabil, 4I 13/2 , mengalami pelemahan (attenuasi) secara spontan ke level energi rendah 4I 15/2 dan menghasilkan radiasi emisi spontan. Emisi spontan ini terjadi untuk seluruh sub level energi sehingga panjang gelombang yang dihasilkan pun beragam dan membuat cahaya keluarannya berupa broadband. Cahaya broadband ini akan mengalami amplifikasi di sepanjang erbium-doped fiber dan menciptakan broadband ASE source. Gambar 2 menunjukkan spektrum ASE yang terbentuk dengan erbium-doped fiber sebagai gain mediumnya.
Gambar. 2. Spektrum ASE dengan Gain Medium Erbium-doped Fiber [9]
2.3 Tunable Optical Filter Tunable optical filter merupakan bandpass filter dan terbuat dari dua cermin atau permukaan reflektor terpisah yang membentuk rongga. Di antara kedua cermin terdapat material piezzoelektrik yang kerapatannya dapat berubah tergantung masukan tegangan yang diberikan. Tunable optical filter berfungsi sebagai selektor panjang gelombang. Skemanya dapat dilihat pada gambar 4.
Gambar. 4. Skema Tunable Optical Filter
Tunable optical filter menghasilkan perubahan indeks bias Karakteristik spektral dari tunable optical filter ditentukan dari tingkat refleksi dan panjang rongga. Dengan memberikan masukan tegangan terhadap material piezzoelektrik, kerapatan dan panjang rongga pun berubah. Maka panjang gelombang keluaran dari tunable optical filter juga berubah mengikuti masukan tegangan yang diberikan. Persamaan (1) menunjukkan free spectral response (Δλ) dari suatu tunable optical filter. λ20 … … … … … … … … (1) Δλ = 2nL cos θ
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 2.4. Fiber Bragg Grating Fiber Bragg Grating (FBG) merupakan salah satu contoh komponen optik pasif. FBG adalah jenis serat optik yang pada bagian tertentu memiliki variasi indeks refraktif. FBG akan mereleksikan cahaya pada rentang panjang gelombang tertentu dan mentransmisikan sisanya. Prinsip kerja FBG menerapkan hukum difraksi kisi bragg. Dari gambar 5, dapat diketahui bahwa terdapat grating (kisi) di daerah serat optik tertentu. FBG hanya akan memantulkan panjang gelombang sesuai kisi-kisi yang terdapat dalam FBG. Untuk panjang gelombang lainnya tidak terpengaruh dan diteruskan. Dengan kata lain hanya cahaya dengan panjang gelombang sama dengan spesifikasi panjang gelombang FBG yang akan dipantulkan.
Gambar. 5. Skema Fiber Bragg Grating[10]
III. METODE PENELITIAN 3.1. Tahapan Perancangan Sistem OCA Sistem OCA yang dirancang memiliki perbedaan dengan sistem OCA konvensional. Rancangan sistem OCA yang akan dibuat dapat dilihat pada gambar. 6. Pada rancangan sistem OCA ini diperlukan sumber cahaya broadband dan selector panjang gelombang. Sumber cahaya broadband dalam desain adalah broadband ASE source berbasis erbium-doped fiber. Rancangan broadband ASE source yang dibuat terdiri atas laser dioda sebagai pumping system dan erbium-doped fiber sebagai gain medium. Selector panjang gelombang yang dipilih adalah tunable optical filter berbasis material piezzoelektrik.
Gambar. 6. Blok Diagram Sistem OCA
3 3.2. Tahapan Pengujian Spektrum Optik Alat Broadband ASE Source Tahapan ini merupakan tahapan pengujian dan karakterisasi dari alat broadband ASE source yang telah dibuat. Tujuannya untuk mengetahui profil spektrum optik yang dihasilkan oleh alat broadband ASE source yang dibuat. Berdasarkan profil tersebut juga dapat ditentukan apakah alat yang dibuat ini benar-benar menghasilkan cahaya ASE. Broadband ASE source dihubungkan ke OSA, lalu daya optik keluaran broadband ASE source divariasikan dengan mengubah-ubah arus yang diinjeksikan ke laser diode putaran port I pada LD controller. Hasil spektrum diamati di alat OSA. Data yang diamati yaitu peak wavelength, peak level dan lebar spektral. 3.3. Tahapan Karakterisasi Tunable Optical Filter Karakterisasi ini ditujukan untuk menentukan hubungan antara tegangan masukan tunable optical filter terhadap panjang gelombang yang dipilih. Broadband ASE source yang digunakan sebagai sumber cahaya diatur pada tegangan injeksi maksimum yang bisa dilakukan yakni 200 mA. Tegangan masukan tunable optical filter diatur dengan menggunakan DC power supply regulator. Ada dua DC power supply regulator yang digunakan dengan skala pergeseran berbeda. Spesifikasinya adalah sebagai berikut : DC power supply regulator I Rentang tegangan masukan 1 – 10 volt dengan skala pergeseran 0,5 volt DC power supply regulator I Rentang tegangan masukan 0 – 10 volt dengan skala pergeseran 0,1 volt Selanjutnya dicari persamaan yang merepresentasikan panjang gelombang sebagai fungsi tegangan masukan tunable optical filter. 3.4. Tahapan Karakterisasi Spektrum Broadband ASE Source dengan Sistem OCA Karakterisasi ini ditujukan sebagai uji coba sistem OCA yang didesain. Pada tahapan ini OSA sudah tidak lagi digunakan dan digantikan fungsinya dengan tunable optical filter yang telah dikarakterisasi dan power meter. Broadband ASE source yang digunakan adalah pada arus injeksi 200 mA. Tunable optical filter akan di-adjust pada rentang 0 – 10 volt dengan skala pergeseran 0,1 volt. Pada semua variasi tegangan masukan, dicatat daya optik yang terukur oleh power meter. Variasi tegangan masukan tunable optical filter ini merepresentasikan panjang gelombang yang dipilih. Selanjutnya dibuat grafik hubungan antara panjang gelombang yang dipilih tunable optical filter dengan daya optik terukur oleh power meter. 3.5. Tahapan Karakterisasi Komponen Optik Pasif Pada tahap ini akan dilakukan karakterisasi komponen optik pasif dengan sistem OCA yang didesain. Komponen optik pasif yang dikarakterisasi yaitu FBG tipe K094-030 dan tipe K117-061. Sebelumnya FBG tersebut dikarakterisasi terlebih dahulu menggunakan OSA. Broadband ASE source yang digunakan adalah pada arus injeksi 200 mA. Tunable optical filter akan di-adjust pada rentang 0 – 10 volt dengan skala pergeseran 0,1 volt. Pada semua variasi tegangan
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 masukan, dicatat daya optik yang terukur oleh power meter. Variasi tegangan masukan tunable optical filter ini merepresentasikan panjang gelombang yang dipilih. Selanjutnya dibuat grafik hubungan antara panjang gelombang yang dipilih tunable optical filter dengan daya optik terukur oleh power meter. Berikutnya grafik tersebut dibandingkan dengan grafik karakterisasi tunable optical filter dan grafik karakterisasi dari OSA.
4 daya optik sebesar mungkin agar dapat dideteksi oleh OSA dan power meter sebab attenuasi yang diakibatkan komponenkomponen yang dipakai juga cukup besar.
IV. HASIL PENELITIAN 4.1 Karakterisasi Broadband ASE Source Karakterisasi dari broadband ASE source yang dibuat dilakukan dengan menggunakan alat Optical Spectrum Analyzer (OSA). Batas arus maksimal yang dapat diinjeksikan ke laser dioda dibatasi hingga 200 mA untuk safety komponen. Gambar 7 menunjukkan hasil karakterisasi alat broadband ASE source yang dibuat.
Gambar. 8. Lebar Spektrum ASE sebagai Fungsi Arus Injeksi
4.2 Karakterisasi Tunable Optical Filter Tunable optical filter menggantikan peran OSA untuk menentukan karakteristik panjang gelombang komponen optik pasif. Pada tunable optical filter, tidak ada parameter berupa panjang gelombang. Hanya ada variasi berupa tegangan listrik (volt). Dengan menggunakan regresi linier didapatkan persamaan kesebandingan antara panjang gelombang yang dipilih dengan tegangan masukan dari tunable optical filter. Untuk DC power supply regulator I persamaan kesebandingan ditunjukkan pada persamaan (2) sedangkan untuk DC power supply regulator II pada persamaan (3). Error antara hasil pengukuran dengan pendekatan regresi ditentukan dengan menghitung root mean square error (RMSE). Besarnya RMSE persamaan (2) untuk daerah C-band sebesar 0,652 nm dan untuk persamaan (3) didapat sebesar 0,5841 nm.
Gambar. 7. Daya Keluaran ASE sebagai Fungsi Arus Injeksi
Dari hasil karakterisasi, diketahui bahwa peak level dari spektrum ASE yang diperoleh sebanding dengan kenaikan arus injeksi yang diberikan. Selain itu, terdapat arus threshold. Pada daerah arus injeksi 0 – 60 mA, daya keluaran broadband ASE source sangat kecil, hampir mendekati 0. Pada arus injeksi di atas 60 mA, baru dihasilkan daya keluaran yang besar sehingga arus injeksi 60 mA merupakan arus thresholdnya. Gambar 8 menunjukkan lebar spektrum ASE sebagai fungsi arus injeksi. Pada arus injeksi dengan nilai yang rendah, lebar spektrum yang dihasilkan broadband ASE source memiliki rentang yang lebar tetapi tidak stabil. Pada rentang arus injeksi 0 – 20 mA, lebar spektrum yang diperoleh tidak konstan. Hal ini disebabkan pada daerah arus injeksi tersebut, laser dioda yang digunakan sebagai pumping system masih menghasilkan emisi spontan karena berada di bawah nilai current threshold. Pada arus injeksi di atas 100 mA, lebar spektrum yang dihasilkan mulai stabil yaitu + 40 nm. Lebar spektrum ini dihitung – 10 dB dari daya maksimumnya. Pada keadaan ini lebar spektrum yang diperoleh berkisar pada 1525 – 1565 nm (Daerah C-band) dengan peak wavelength pada + 1532 nm. Ini berarti spektrum ASE yang terbentuk sesuai dengan karakteristik yang diinginkan. Dalam sistem OCA yang dirancang, akan digunakan spesifikasi arus injeksi sesuai kapasitas maksimumnya yakni 200 mA untuk mendapatkan
λ = 1563,5829 − 4,7518 𝑉𝑉 λ = 1563,7523 − 4,7965 𝑉𝑉
(2) (3)
Dari hasil yang didapat, error tunable optical filter memang masih lebih besar dibanding OSA (0,1 nm). Hal ini karena tunable optical filter yang digunakan masih di-adjust secara manual dengan memutar slot tegangan memakai tangan. Padahal untuk putaran yang sangat kecil saja, tegangannya sudah berubah cukup besar. Selain itu juga terjadi fluktuasi tegangan masukan dalam orde mV. Namun, error ini masih berada dalam lingkup toleransi spesifikasi komponen optik pasif yakni + 1 nm. Maka tunable optical filter sudah mampu untuk menggantikan fungsi display panjang gelombang pada OSA. 4.3 Karakterisasi Spektrum Broadband ASE Source dengan Sistem OCA Pada karakterisasi ini, OSA sudah tidak lagi dipergunakan dan digantikan perannya menggunakan tunable optical filter dan power meter. Karakterisasi diperlukan untuk mengetahui keadaan awal spektrum ASE tanpa ada komponen optik pasif yang diuji. Hal ini digunakan sebagai referensi. Hasil karakterisasi ditampilkan pada grafik seperti pada gambar 9. Sebagai pembanding, gambar 10 menampilkan profil broadband ASE source yang diamati menggunakan OSA. Secara umum profil broadband ASE source yang
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 didapatkan menggunakan sistem OCA memiliki tren yang sama dengan pengamatan melalui display OSA selisih daya optik yang terukur. Pada sistem OCA, terjadi attenuasi hingga mencapai + 10 dBm untuk semua rentang panjang gelombang. Hal ini sesuai spesifikasi tunable optical filter yang dapat menyebabkan attenuasi hingga 15 dBm. Attenuasi ini tidak berpengaruh terhadap karakterisasi yang dilakukan sistem OCA yang didesain. Sebab karakterisasi dilakukan untuk menentukan spesifikasi panjang gelombang. Maka yang terpenting adalah profil ASE yang terbentuk. Selisih daya terukur tidak masalah karena terjadi secara linier di semua rentang panjang gelombang.
5 pada tegangan masukan 2,54 volt. Dengan menggunakan persamaan (3), nilai tegangan masukan ini dapat dikonversi dalam satuan panjang gelombang. Diperoleh panjang gelombang 1551,8 nm. Untuk pengamatan dengan OSA power drop diperoleh pada panjang gelombang 1551,55 nm. Hasil ini menunjukkan ada error sebesar 0,25 nm. Namun demikian, besarnya error ini masih berada dalam toleransi spesifikasi FBG K094-030. Ini berarti bahwa spesifikasi panjang gelombang FBG K094-030 berada pada daerah 1552 + 1 nm. Maka hasil pengukuran menggunakan sistem OCA bisa dikatakan cukup valid.
Gambar. 11. Tampilan Sistem OCA untuk Karakterisasi FBG K094-030
Gambar. 9. Profil Broadband ASE Source pada Arus Injeksi 200 mA Diukur Menggunakan Sistem OCA
Gambar. 12. Tampilan OSA untuk Karakterisasi FBG K094-030
Gambar. 10. Profil Broadband ASE Source pada Arus Injeksi 200 mA Diamati dengan OSA
4.4 Karakterisasi Komponen Optik Pasif Komponen optik pasif yang diuji coba adalah fiber bragg grating (FBG). Ada dua jenis FBG yang akan dikarakterisasi yakni FBG K094-030 dengan spesifikasi panjang gelombang dari pabrikan pada 1552 nm dan FBG K117-061 pada 1550 nm. Selain itu, kedua jenis FBG ini memiliki spesifikasi suhu operasi 20°C dan toleransi panjang gelombang + 1 nm. 4.3.1 FBG K094-030 Hasil karakterisasi ditampilkan pada grafik seperti pada gambar 11. Sebagai pembanding, gambar 12 menampilkan hasil karakterisasi bila menggunakan OSA. Dari gambar 11 dan 12, terjadi power drop (atenuasi yang signifikan) pada daerah panjang gelombang tertentu. Hasil pengamatan menggunakan sistem OCA menunjukkan power drop terjadi
Adanya perbedaan nilai yang terukur dapat disebabkan oleh suhu operasi. Spesifikasi suhu operasi FBG K094-030 adalah 20°C. Pada saat pengukuran suhu ruangan adalah 16°C. Selain itu, FBG K094-030 yang diukur merupakan komponen yang sudah lama dipakai, sehingga spesifikasi dapat berubah karena hal-hal mekanis selama pemakaian. 4.3.2 FBG K117-061 Hasil karakterisasi ditampilkan pada gambar 13. Sebagai pembanding, gambar 14 menampilkan hasil karakterisasi menggunakan OSA. Pengukuran dengan sistem OCA memberikan nilai spesifikasi panjang gelombang 1550,04 nm. Untuk pengamatan dengan OSA diperoleh spesifikasi panjang gelombang 1549,62 nm. Hasil ini menunjukkan ada error sebesar 0,58 nm yang masih berada dalam toleransi spesifikasi FBG K117-061. Maka hasil pengukuran menggunakan sistem OCA bisa dikatakan cukup valid. Sperti halnya pada FBG K094-030, error ini dapat disebabkan pengaruh suhu dan masalah perubahan mekanis dari FBG.
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6
6
sehingga broadband ASE source yang digunakan memiliki profil yang makin baik. Selain itu perlu dikaji penggunaan tunable optical filter dengan tegangan masukan yang lebih stabil dan dapat di-adjust secara elektronik (tidak lagi manual) untuk meningkatkan akurasi. UCAPAN TERIMA KASIH
Gambar. 13. Tampilan Sistem OCA untuk Karakterisasi FBG K117-061
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Pusat Penelitian Fisika LIPI yang telah mengizinkan penulis untuk menggunakan fasilitas dan peralatan yang digunakan dalam penelitian ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada yayasan Karya Salemba Empat (KSE) dan PT. Indofood Sukses Makmur yang telah memberikan dukungan finansial melalui beasiswa KSE Unggul. DAFTAR PUSTAKA [1]
Gambar. 14. Tampilan OSA untuk Karakterisasi FBG K117-061
V. KESIMPULAN Dari penelitian yang dilakukan, telah berhasil dibuat sistem OCA untuk karakterisasi komponen optik pasif yang lebih murah dan cukup akurat dibanding sistem OCA konvensional. Sistem OCA yang dibuat dapat melakukan karakterisasi komponen optik pasif pada daerah C-band dengan error pengukuran sebesar 0,5841 nm. Besar error ini dipengaruhi kestabilan tegangan masukan tunable optical filter. Karakterisasi spesifikasi panjang gelombang FBG tipe K094-030 dengan menggunakan sistem OCA memberikan nilai 1551,80 nm sedangkan OSA sebagai sistem karakterisasi konvensional memberikan nilai pengukuran 1551,55 nm. Karakterisasi spesifikasi panjang gelombang FBG tipe K117061 dengan menggunakan sistem OCA memberikan nilai 1550,04 nm sedangkan OSA sebagai sistem karakterisasi konvensional memberikan nilai pengukuran 1549,62 nm. Perbedaan hasil karakterisasi tersebut selain dipengaruhi akurasi sistem OCA, juga disebabkan spesifikasi panjang gelombang FBG yang diuji dapat berubah akibat suhu ruangan maupun perlakuan mekanik yang diberikan. Suhu ruangan saat pengujian berada di bawah suhu ideal sesuai spesifikasi FBG. Hal ini akan merubah nilai indeks bias efektif dan periode grating FBG sehingga spesifikasi panjang gelombangnya berubah. Untuk penelitian selanjutnya, perlu dikaji penggunaan
laser dioda dengan daya keluaran yang lebih besar
Montgomery, J. 2001. Compounds for Fibre-Optic Communications 2000-2010. III vs Review vol 14 (2) page 42-44. [2] Rui, R dan O’Sullivan, M. 2009. Fiber Optic Measurement Technique. USA : Elsevier Academic Press. [3] Kogelnik, H. 1975. Theory of Dielectric waveguide in Integrated Optics chapter 2. USA : Springer-Verlag. [4] Rahman, B. A. M., dan Davies, J. B. 1983. Finite element Analysis of Optical and Microwave Problems. IEEE Trans. Microwave Theory Tech Vol 11 page 20-28. [5] Yevick, D. 1994. A Guide to Electric Field Propagation Techniques for Guided-wave Optics. Optic Quantum Electron Vol 26 Page 185-197. [6] Pregla, R dan Pascher, W. 1989. The Method of Lines in Numerical Techniques for Microwave and Milimeter Passive Structures chapter 6. USA : Wiley. [7] Mark, F., Soller, B., Moore, E., dan Wolfe, M. 2002. Optical Component Characterization: A Linear Systems Approach. Lunatechnologies. [8] Barnes, N. P., dan Walsh, B. M. 1999. Amplified Spontaneous Emission – Application to Nd:YAG lasers. IEEE J. Quantum Electron. Vol 35 (1), page 101. [9] Pan, J.J., Huang, Z.G., dan Pang, J. 2011. Fiber Source : High-power ASE Tunable Laser Shows Their Colors.
[10] Aseh, A., Sandgre, S., Aslfeldt, H., Sahlgren, B., Stubbed, R., dan Edwall, G. 1998. Fiber Optical Bragg Grating Refractometer. Fiber Intgr. Opt Vol 17 page 61-62.