JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5
1
Pengaruh Polutan Terhadap Karakteristik dan Laju Korosi pada Baja AISI 1045 dan Stainless Steel 304 di Lingkungan Muara Sungai Muhammad Nanang Muhsinin1, Budi Agung Kurniawan2 Mahasiswa Teknik Material dan Metalurgi, 2Staf Pengajar Teknik Material dan Metalurgi Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail:
[email protected]
1
Muara sungai adalah tempat bertemunya air sungai dengan air laut. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap korosi dilingkungan muara sungai diantaranya adalah kandungan Cl-, SO 4 2-, CaCO 3 dan intensitas pencemaran. Oleh karena itu dilakukan penelitian tentang pengaruh polusi terhadap karakteristik dan laju korosi baja AISI 1045 dan SS 304 di lingkungan muara sungai. Pada eksperimen laboratorium, dilakukan pengujian potentiostat dimana sampel air muara sungai dibedakan menjadi 4 jenis dengan periode waktu yang berbeda yaitu pagi, siang, sore dan malam. Pada muara sungai, spesimen dicelupkan langsung ke dalam air muara sungai selama 90 hari kemudian dilakukan pengujian weight loss, ketebalan lapisan korosi, SEM-EDAX dan XRD. Pada pengujian potentiostat didapatkan laju korosi tertinggi yaitu pada waktu sore hari dimana AISI 1045 sebesar 10,361 mpy dan SS 304 sebesar 1,0354 mpy. Korosi yang terbentuk pada AISI 1045 adalah korosi merata dan SS 304 tidak terjadi korosi. Pada pengujian weight loss selama 90 hari didapatkan laju korosi AISI 1045 sebesar 18,1733 mpy dan SS 304 sebesar 0,0793 mpy. Ketebalan lapisan korosi pada AISI 1045 sebesar 0,2 mm dan SS 304 tidak ada. Pada pengujian XRD, produk korosi yang terbentuk pada AISI 1045 adalah Fe 3 O 4 dan FeS serta membentuk scale berupa CaCO 3 dan pada SS 304 tidak terbentuk produk korosi.
mudah mengalami korosi karena lingkungan air yang mengandung unsur unsur kimia yang bersifat korosif. Faktorfaktor yang mempengaruhi korosi seperti faktor temperatur, keasaman (pH), kadar garam (NaCl), kadar klorida (Cl-), kadar sulfat (SO 4 2-) dan juga oksigen terlarut sehingga menyebabkan baja karbon mudah terkorosi. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik dan laju korosi korosi pada baja AISI 1045 dan baja stainless steel 304 di lingkungan muara sungai. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisa pengaruh polutan pada air muara sungai terhadap perilaku korosi baja AISI 1045 dan SS 304 serta menganalisa karakteristik korosi pada baja AISI 1045 dan SS 304 di sekitar muara sungai. Untuk kedepannya, dapat memberikan gambaran tentang pengaruh air muara sungai terhadap karakteristik dan laju korosi pada baja sehingga apabila dilakukan pembangunan kontruksi yang menggunakan baja khususnya baja karbon dan stanless steel dapat digunakan sebagai salah satu pertimbangan untuk mengetahui umur pakai material tersebut dan juga sebagai salah satu bahan pertimbangan untuk mengurangi terjadinya korosi di lingkungan muara sungai.
Kata kunci : Muara sungai, Periode waktu, Korosi.
II. METODOLOGI PENELITIAN I. PENDAHULUAN uara sungai adalah tempat bertemunya air sungai dengan air laut. Air muara sungai adalah air payau mempunyai kandungan sodium klorida antara 1-2,5%, baik dari sumber alami di sekitar air sungai ataupun campuran dari air laut. Banyak konstruksi atau struktur yang terpasang pada lingkungan muara sungai terbuat dari bahan logam terutama baja karbon. Muara sungai banyak dimanfaatkan untuk beberapa bangunan di pelabuhan sampai bangunan hilir seperti jembatan dan bendungan yang memiliki peranan penting seperti dalam bidang transportasi dan sistem irigasi. Penggunaan baja tahan karat juga mulai digunakan, karena ketahanan korosi yang lebih tinggi walaupun dengan biaya yang lebih mahal karena dapat mengurangi kemungikinan serangan korosi. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap korosi dilingkungan muara sungai diantaranya adalah kadar garam, kandungan oksigen, temperatur, dan intensitas pencemaran. Penggunaan baja pada struktur bangunan di muara sungai
M
A. Rancangan Penelitian Penelitian dilakukan dengan dua metode, yaitu pengujian skala laboratorium dan juga dilakukan pengujian dengan mencelupkan sampel bahan kedalam muara sungai Tambak Wedi, Suramadu, Surabaya. Pada pengujian laboratorium, pengujian yang dilakukan adalah potentiostat dengan metode tafel untuk mengetahui pengaruh kandungan air muara sungai terhadap laju korosi. Air muara sungai dibedakan menjadi 4 jenis yaitu pada waktu pagi, siang, sore dan malam. Pada pengujian dengan mencelupkan sampel kedalam muara sungai selama 90 hari di dilakukan untuk mengetahui laju korosi pada lingkungan muara sungai, untuk mengetahui produk-produk korosi yang terbentuk serta untuk mengetahui bentuk korosi yang terbentuk pada lingkungan air muara sungai. B. Bahan Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah spesimen baja AISI 1045 dan SS 304 yang digunakan pada
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 pengujian potentiostat memiliki dimensi Ø 10 mm x 5mm dan pada pengujian weight loss memiliki dimensi Ø 17 mm x 10 mm. Spesimen dimounting dengan resin sehingga tebal spesimen diabaikan karena hanya luas permukaan yang digunakan. Tabel 1. Komposisi baja AISI 1045 Elemen Carbon Mangan Fosfor Sulfur
Komposisi (%) 0,43 – 0,50 0,60 – 0,90 Maksimum 0,040 Maksimum 0,050
dikarenakan bereaksi dengan lingkungan muara sungai sehingga baja akan teroksidasi dengan ion korosif di lingkungan muara sungai. Sedangkan pada SS 304 dengan kode S belum nampak mengalami perubahan. B. Hasil Pengujian Kandungan Air Dari pengujian kandungan air sungai yang diambil, didapatkan hasil sebagai berikut : Tabel 3. Kandungan air muara sungai Parameter
Tabel 2. Komposisi baja SS 304 Elemen Carbon Mangan Fosfor Sulfur Silikon Chromium Nikel Elemen lain
2
Komposisi (%) 0,08 2,00 0,045 0,030 0,75 18,00 – 20,00 8,00 – 10,5 N 0,10
C. Persiapan Larutan pada pengujian potentiostat Air muara sungai yang digunakan pada penelitian ini menggunakan volume 1000 ml. Air yang digunakan dibedakan menjadi 4 jenis yaitu air muara pagi hari jam 07.00 WIB, siang hari pada jam 14.00 WIB, sore hari jam 17.00 WIB dan malam hari pada jam 22.00 WIB. Dari perbedaan waktu pengambilan, dilakukan pengujian potentiostat untuk mendapatkan laju korosi dari masing-masing waktu.
UJI FISIKA Jumlah Zat Padat Tersuspensi (TSS) Daya Hantar Listrik (DHL) UJI KIMIA Kimia anorganik pH Kalsium (Ca2+) Khlorida (Cl-) Sulfat (SO 4 2-) Nitrat (NO 3 ) Nitrit (NO 2 ) Oksigen Terlarut (DO) Alkalinitas Salinitas Kimia Organik Zat Organik
Pagi
Hasil Analisa Siang Sore
Malam
62
68
60
58
5980
24300
38000
12500
7,15 85,71 1580 77,28 0,02 0,026 0,00 280,00 3,18
7,50 464,28 6780 1844,88 0,03 0,000 0,00 300,00 15,70
7,86 721,43 18800 1092,76 0,80 0,000 0,00 325,00 23,00
7,57 121,43 4220 82,31 0,00 0,010 0,00 296,00 7,08
40,45
98,51
113,16
51,19
Dari hasil uji kandungan air, menunjukkan kandungan Clyang tertinggi mencapai 18.800 ppm. Dengan kandungan Clyang tinggi karena pada kandungan air laut adalah sekitar 24.000 ppm, menunjukkan bahwa lingkungan muara sungai adalah lingkungan yang agresif terhadap korosi. Tingginya kandungan khlorida juga akan menyebabkan naiknya sanilitas dan juga daya hantar listrik. Kandungan SO 4 2- dalam air muara sungai juga tinggi menyebabkan laju korosi mengalami kenaikan.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengamatan Visual Dari pengamatan visual selama 90 hari, didapatkan hasil sebagai berikut :
1A
2A
3A
1S
2S
3S
C. Hasil Pengujian XRD
Untuk mengetahui unsur atau senyawa yang terbentuk selama pengujian, dilakukan analisa XRD pada masing-masing sampel spesimen yaitu AISI 1045 dan SS 304.
Gambar 1. Hasil pengamatan visual selama 3 bulan Dalam pengamatan yang dilakukan selama 3 bulan, dapat diketahui bahwa pada baja AISI 1045 dengan kode A sudah mengalami perubahan warna pada bulan pertama dimana sampel 1A sudah berubah menjadi hitam dan setiap bulan lapisan hitam semakin tebal dan merata seperti terlihat pada sampel 3A bulan ketiga. Perubahan warna pada logam tersebut
Gambar 2. Hasil pengujian XRD AISI 1045 dan SS 304
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 Pada pengujian XRD seperti pada gambar 2, produk korosi yang terbentuk pada AISI 1045 adalah FeS dan Fe 3 O 4 serta membentuk scale berupa CaCO 3 . Adanya FeS, Fe 3 O 4 dan juga CaCO 3 pada AISI 1045 dipengaruhi oleh kandungan air muara sungai. Pada tabel 3 menunjukkan bahwa air muara sungai mempunyai kandungan sulfat dan kalsium. Kandungan sulfat dalam air muara sungai mengalami reaksi menjadi H 2 S yang kemudian bereaksi dengan anoda akan membentuk FeS. Pada waktu pembentukan FeS, terbentuk juga Fe(OH) 2 dimana dalam lingkungan air Fe(OH) 2 akan mengalami reaksi membentuk Fe 3 O 4 . Fe 3 O 4 sendiri terbentuk karena ion positif dari baja bereaksi dengan air dan karena terbatasnya oksigen yang ada sehingga produk korosi akan terhenti pada Fe 3 O 4 . Tingginya kandungan khlorida namun produk korosi FeCl tidak terbentuk disebabkan karena FeCl bereaksi dengan H 2 O dan membentuk Fe(OH) 2 . CaCO 3 terbentuk karena air muara sungai termasuk dalam kategori hard water karena mempunyai kandungan kalsium lebih dari 180 ppm. Dengan adanya karbon dioksida yang terlarut dalam air membentuk asam karbonat H 2 CO 3 yang bereaksi dengan ion Ca2+ membentuk kalsium karbonat CaCO 3 , kalsium karbonat tersebut cenderung membentuk scale pada lapisan logam yang bersifat protektif karena tidak larut dalam air. Dari pengamata visual SS 304 tidak terlihat adanya korosi. Dari hasil pengujian XRD, senyawa oksida yang kemungkinan terbentuk seperti FeS dan Fe 3 O 4 serta scale yang menempel pada permukaan logam berupa CaCO 3 tidak terbentuk pada SS 304. Hal ini disebabkan memang SS 304 adalah logam yang tahan terhadap korosi karena mempunyai lapisan Cr 2 O 3 . D. Hasil Pengujian Berat yang Hilang Dari penimbangan berat yang dilakukan setelah proses cleaning untuk spesimen AISI 1045 dan SS 304 yang dibagi menjadi 3 yaitu bulan ke 1, ke 2 dan ke 3 di dapatkan hasil sebagai berikut : Tabel 4. Hasil hasil pengujian kehilangan berat Bulan
Spesimen
1 2 3 1 2 3
AISI 1045 AISI 1045 AISI 1045 SS 304 SS 304 SS 304
Berat awal (mg) 13,7286 14,8119 16,3288 15,9176 17,5785 14,8446
Berat Akhir (mg) 13,4690 14,1274 14,9640 15,9156 17,5748 14,8403
Berat hilang (mg) 0,2596 0,6845 1,0324 0,0020 0,0037 0,0043
Dari hasil pengujian kehilangan berat pada baja AISI 1045 menunjukkan bahwa kehilangan berat setiap bulan mengalami kenaikan. Namun, jika dilihat dari selisih berat yang hilang dari bulan pertama ke bulan kedua naik sebesar 0,4296 mg dan kehilangan berat pada bulan kedua ke bulan ketiga naik sebesar 0,3479 mg. hal ini menunjukkan bahwa terjadi penurunan selisih berat sekitar 20% dari bulan 1-2 ke bulan 23. Artinya, semakin lama baja terkorosi maka lapisan karat akan semakin tebal namun akibat lapisan karat yang tebal maka reaksi elektrokimia tidak berjalan dengan baik karena dengan adanya lapisan karat pada baja maka lapisan karat berfungsi sebagai lapisan passivasi sehingga kandungan
3 polutan yang terlarut pada muara sungai seperti Cl- dan SO 4 2tidak dapat menyerang logam. Dari hasil pengujian kehingan berat pada SS 304 juga menunjukkan bahwa setiap bulan berat yang hilang mengalami kenaikan namun terjadi perbedaan selisih. Kehilangan berat dari bulan pertama ke bulan ke dua naik sebesar 0,0017 mg dan kehilangan berat pada bulan kedua ke bulan ketiga naik sebesar 0,0006 mg. Hal ini menunjukkan bahwa kehilangan berat pada SS 304 ada namun tidak cukup signifikan. Artinya memang pada SS 304 terjadi penggerusan logam namun kandungan ion-ion agresif seperti Cl- pada muara sungai belum cukup untuk merusak lapisan Cr 2 O 3 yang ada.
Gambar 3. Laju korosi akibat dari berat yang hilang Dari hasil perhitungan laju korosi, diketahui laju korosi mengalami peningkatan untuk AISI 1045 dari bulan 1 sebesar 14,2244 mpy menjadi 19,2762 mpy pada bulan kedua. hal ini menunjukkan bahwa lapisan korosi belum terbentuk sempurna karena kandungan polutan penyebab korosi yang cukup tinggi sehingga proses elektrokimia masih berlangsung. Pada bulan ke 3, laju korosi mengalami penurunan menjadi 18,1733 mpy. Hal ini menunjukkan lapisan korosi yang terbentuk lebih tebal dan rapat sehingga lapisan korosi pada logam berfungsi sebagai lapisan passivasi akan menurunkan laju korosi. Dari hasil laju korosi yang didapat, menunjukkan bahwa ketahanan korosi pada baja AISI 1045 dapat digolongkan dalam kategori baik karena laju korosi berkisar antara 5-20 mpy. Untuk SS 304 terjadi penurunan laju korosi dari bulan 1 dengan nilai sebesar 0,1020 mpy menjadi 0.0930 mpy pada bulan ke 2 dan menjadi 0,0793 mpy, penurunan berat yang sangat kecil sekali menunjukkan bahwa laju korosi pada SS 304 relatif stabil terhadap lingkungan muara sungai. hal ini disebabkan adanya lapisan passivasi Cr 2 O 3 , lapisan tersebut berperan untuk melindungi stainless steel dari serangan korosi yang ada di lingkungan air sungai, akan tetapi dengan berjalanya waktu lapisan tersebut mulai hilang dan menyebabkan peningkatan laju korosi, namun peningkatan laju korosi tidak naik secara signifikan dan masih dalam batas outstanding karena < 1 mpy. E. Hasil Pengujian Potentiostat Pengujian potentiostat digunakan untuk mengetahui laju korosi pada baja. Dengan memperhatikan bentuk garis-garis reaksi katoda pada gambar 4, dapat diketahui bahwa rekasi katoda yang terjadi masih terjadi secara normal.
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5
Gambar 4. Diagram tafel pada baja AISI 1045 dan SS 304 Dari gambar, diketahui bahwa reaksi yang terjadi mengalami pergeseran baik ke kanan dan ke kiri. Pergeseran ini menandakan perbedaan laju korosi yang terjadi. Semakin kekanan, laju korosi akan semakin meningkat dan sebaliknya, semakin kekiri laju korosi akan semakin kecil. Untuk mengetahui nilai laju korosi pada baja AISI 1045 dan SS 304 dilakukan interpolasi pada hasil diagram tafel yang kemudian didapat nilai I corr seperti pada tabel 5. Tabel 5. Hasil pengujian korosi pada air muara sungai Spesimen Larutan I corr Laju Korosi (mpy) (μA/cm2) Pagi 7,758 3,5476 Siang 19,729 9,0157 AISI 1045 Sore 22,656 10,3610 Malam 10,119 4,6259 Pagi 1,059 0,4324 Siang 2,163 0,8819 SS 304 Sore 2,541 1,0354 Malam 1,135 0,4646 Dari tabel 5 tersebut diplot grafik kondisi larutan versus laju korosi, sehingga diperoleh grafik seperti pada gambar 5.
4
Dari gambar 5 diketahui bahwa laju korosi lebih tinggi pada siang dan sore hari dibandingkan dengan pagi dan malam hari baik pada AISI 1045 maupun SS 304. Hal ini sebanding dengan hasil uji kandungan air pada tabel 3 dimana kandungan Cl- sangat tinggi pada siang dan sore hari. Pada AISI 1045 laju korosi tertinggi ada pada sore hari yaitu sebesar 10,361 mpy dan pada SS 304 sebesar 1,0354 mpy. Laju korosi pada lingkungan muara sungai lebih banyak dipengaruhi oleh kandungan Cl- daripada kandungan unsur yang lainnya. kandungan Cl- juga sebanding dengan meningkatnya salinitas dan juga daya hantar listrik. Laju korosi pada air muara sungai semakin meningkat dengan bertambahnya kandungan khlorida karena kandungan khlorida tertinggi sebesar 18.800 ppm atau sekitar 1,9 %. Laju korosi belum mengalami penurunan karena kandungan dari khlorida belum mencapai 3 %. Adanya unsur SO 4 2- yang tinggi pada air muara sungai dimana yang paling kecil kandungannya adalah sekitar 1580 ppm sebenarnya akan menurunkan laju korosi karena sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Tengku Inez P dengan metode immersi dan juga penelitian yang dilakukan oleh A. Abd El Meguid dengan metode potentiodinamik menunjukkan kandungan sulfat yang lebih dari 500 ppm atau sekitar 0,01 M akan menurunkan laju korosi dari logam dan juga akan menurunkan kemungkinan terjadinya pitting corrosion. Kandungan kalsium pada muara sungai juga cukup tinggi sehingga termasuk dalam kategori hard water sebenarnya akan menurunkan laju korosi karena kalsium cenderung membentuk lapisan scale berupa kalsium karbonat (CaCO 3 ) yang tidak larut dalam air dan mengendap pada permukaan logam sehingga berfungsi sebagai lapisan protektif dari serangan korosi. Namun dengan tingginya kandungan khlorida pada muara sungai, kandungan khlorida lebih berpengaruh terhadap laju korosi daripada kandungan SO 4 2- dan CaCO 3 . F. Hasil Pengujian SEM Untuk mengetahui penampakan morfologi korosi yang terbentuk pada baja AISI 1045 dan SS 304 dilakukan pengujian SEM untuk mengetahui perbedaan bentuk permukaan yang terkorosi akibat pengaruh polutan di lingkungan muara sungai.
(a) (b) Gambar 6. Hasil pengujian SEM (a) AISI 1045 (b) SS 304
Gambar 5. Laju korosi baja AISI 1045 dan SS 304
Dari hasil pengujian menunjukkan bahwa permukaan pada baja AISI 1045 sudah tertutup rata dengan lapisan korosi. Lapisan korisi tersebut adalah berupa FeS dan Fe 3 O 4 serta membentuk scale berupa CaCO 3. Pada permukaan SS 304
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 tidak terjadi korosi sumuran namun dari hasil pengujian berat yang hilang menunjukkan adanya penggerusan atau kehilangan berat namun belum menyebabkan korosi. Dari pengamatan yang dilakukan secara visual pada gambar 1 dan pengujian XRD seperti pada gambar 2 tidak ditemukan adanya senyawa oksidasi yang merupakan produk korosi.
5 [9]
[10]
[11] [12]
IV. KESIMPULAN Dari analisa terhadap hasil pengujian yang telah dilakukan terhadap sampel AISI 1045 dan SS 304 pada lingkungan air muara sungai diperoleh kesimpulan : 1. Laju korosi pada spesimen AISI 1045 dan SS 304 : a. Laju korosi dengan metode weight loss selama 90 hari didapatkan laju korosi pada AISI 1045 sebesar 18,1733 mpy dan pada SS 304 sebesar 0,0793 mpy. b. Laju korosi dengan metode elektrokimia cenderung fluktuatif dimana laju korosi paling tinggi ada pada air muara sungai sore hari yaitu pada AISI 1045 sebesar 10,361 mpy dan SS 304 sebesar 1,0354 mpy. c. Dalam lingkungan air muara sungai, ketahanan korosi pada baja AISI 1045 berada pada kategori baik dan pada SS 304 berada pada kategori oustanding. 2. Kandungan yang berpengaruh terhadap laju korosi adalah Cl-daripada kandungan SO 4 2- dan CaCO 3 . Semakin tinggi kandungan Cl-, laju korosi juga semakin meningkat. 3. Karakteristik korosi pada AISI 1045 dan SS 304 adalah : a. Pada AISI 1045 terjadi serangan korosi merata. Pada hasil pengujian XRD ditemukan produk korosi yang terbentuk yaitu Fe 3 O 4 , FeS dan CaCO 3 . Ketebalan lapisan korosi selama 90 hari sebesar 0,2 mm. b. Pada SS 304 tidak terjadi pitting corrosion. serangan korosi yang terjadi sangat kecil sehingga pada pengujian XRD juga tidak ditemukan produk korosi.
DAFTAR PUSTAKA [1]
[2] [3]
[4] [5]
[6] [7]
[8]
Ahmad, Zaki, 2006, “Principles of Corrosion Engineering and Corrosion Control” Elsevier Science & Technology Books, king fahd university of petroleum & minerals, saudi arabia. Annual Book of ASTM Standards, 1986, “Wear and Erosion” Vol. 03.02, ASTM, Philadelphia. Djatmiko, Eddy, dkk, 2009, “Analisis laju korosi dengan metode polarisasi dan potensiodinamik bahan baja SS 304L” Prosiding Seminar Nasional ke-15 Teknologi dan Keselamatan PLTN Serta Fasilitas Nuklir, Surakarta. Fontana, Mars G., 1978, “ Corrosion Engineering “,McGraw-Hill Companies, Inc., New York. Library of Congress Catalog in Publication Data , 2005, “Corrosion Tests and Standards: Aplication and Interpretation“, 2nd. Ed. Robert Baboian, Baltimore Marcus, Philippe, 2002, “Corrosion mechanisms In theory and practice”, marcel dekker, inc., Printed in the united states of america. Melchers, R.E. ,2005, “The effects of water pollution on the immersion corrosion of mild and low alloy steels”, Centre for Infrastructure Performance and Reliability, School of Engineering, The University of Newcastle, Australia. Meguid, Abd El. ,1999, “The effect of some sulphur compounds on the pitting corrosion of type 304 stainless steel”, Electrochemistry and Corrosion Department, National Research Centre Dokki, Cairo, Egypt.
[13] [14] [15]
[16] [17] [18]
Primasuri, Tengku Inez, 2005, “ Pengaruh Variasi Konsentrasi Klorida dan Sulfat dalam Lingkungan Air Terhadap Perilaku Korosi SS 304 dengan dan tanpa Pemanasan Temperatur Sintetis “, Tugas Akhir, Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI-ITS, Surabaya Perdhana, Syohan Demega, 2011, “Studi Laju Korosi pada Plat Stainless Steel (Ss) 304 dan 316 dengan Variasi Media Korosi”, Tugas Akhir, Jurusan Teknik Kelautan FTK-ITS, Surabaya Perez, Nestor, 2004, “Electrochemistry And Corrosion Science”, Kluwer Academic Publishers, Boston. Roberge, Pierre R., 2000, “ Handbook of Corrosion Engineering “,McGraw-Hill Companies, Inc., New York Roberge, Pierre R., 2008, “ Corrosion engginering : Principles and practice “,McGraw-Hill Companies, Inc., New York Sulistijono, 2000, “ Diktat Korosi “, Jurusan Teknik Mesin FTI-ITS, Surabaya Sulistyoweni, W, dkk, 2002, “pengaruh unsur – unsur kimia korosif terhadap laju korosi tulangan beton di dalam air rawa”, makara, teknologi, vol. 6, no. 2, agustus 2002. Threthewey, Kennet R., 1988, “Korosi untuk Mahasiswa Sains dan Rekayasawan”, PT. Gramedia, Jakarta. Tacung, Andi Baso, 2007, “ Pengelolaan Kualitas Air dalam Budidaya Perairan “ , PT Rinaka Cipta, Jakarta. Talbot, David, 1998,”Corrosion Science and Technology” CRC Press LLC, Boca Raton, Florida.