Vol 2. No. 2 September 2011
ISSN : 2087-1899
Jurnal Socio Humaniora PENANGGUNG JAWAB Ketua LPPM Universitas Mercu Buana Yogyakarta Ketua Umum : Ir Setyo Utomo, MP Sekretaris : Dr. Hermayawati, S.Pd., M.Pd Dewan Redaksi : Dr. Kamsih Astuti, MA Awan Santosa, SE., M.Sc Penyunting Pelaksana : Tutut Dewi Astuti, SE., M.Si Dra. Indra Ratna KW, M.Si Restu Arini, S.Pd Sumiyarsih, SE., M.Si Pelaksana Administrasi : Gandung Sunardi Hartini Guest Editor : Prof. Dr. Bimo Walgito Alamat Redaksi Sirkulasi : LPPM Mercu Buana Yogyakarta Jl. Wates Km 10 Yogyakarta Tlp (0274)6498212 Pesawat 133 Fax (0274)6498213 E-mail :
[email protected] Jurnal yang memuat ringkasan laporan hasil penelitian ini diterbitkan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Mercu Buana Yogyakarta, terbit 2 kali setiap tahun. Redaksi menerima naskah hasil penelitian, baik yang berbahasa Indonesia maupun berbahasa Inggris. Naskah harus ditulis sesuai dengan formatdi jurnal Sosio Humaniora dan harus diterima oleh redaksi paling lambat dua bulan sebelum terbit.
KATA PENGANTAR Assalamu’ALAIkum wr. Wb. Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga Jurnal “Sosio-Humaniora” ini dapat diterbitkan. Jurnal ini memuat berbagai hasil penelitian dan pengabdian kepada masyarakat di bidang ekonomi, psikologi dan kependidikan, yang diterbitkan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Mercu Buana Yogyakarta dan terbit dua kali dalam setahun. Jurnal Sosio-Humaniora Volume ke-2 ini menyuguhkan 9 (sembilan) judul hasil penelitian dan pengabdian kepada Masyarakat yaitu sebagai berikut: “Pengaruh Iklan dan Promosi Harga Terhadap Ekuitas Merek”, Bisnis MICE Sebagai Potensi Unggulan Pariwisata di Yogyakarta”, ”Faktor yang Menentukan Omzet Penjualan Jamu”, “Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga, dalam Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Melalui
Pendampingan
Kader
PAUD
Desa
Sumbersari,
Moyudan,
Sleman,
Yogyakarta”, Hubungan Antara Kepribadian Narsistik Dengan Perilaku Konsumtif Pada Remaja di Yogyakarta”, ”Peningkatan Kompetensi Berbahasa Inggris Fungsional Kontekstual Bagi Calon Pekerja Migran Kecamatan Moyudan Kabupaten Sleman”, ”Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial/ Social Disclosure”, “Pengaruh Struktur Kepemilikan Institusional dan Kualitas Audit Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR)”. Redaksi menyadari penerbitan jurnal Sosio-Humaniora Volume ke-2 ini masih banyak kekurangannya, oleh karena itu saran yang membangun dari para pembaca sangat kami harapkan. Akhir kata, semoga jurnal ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Amin. Wassalamu’alaikum wr.wb.
Yogyakarta, September 2011-09-17 Redaksi
ii
ISSN: 2087-1899
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL
i
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
iii
PENGARUH IKLAN DAN PROMOSI HARGA TERHADAP EKUITAS MEREK
1
Agus Mahendra Wibowo BISNIS MICE SEBAGAI POTENSI UNGGULAN PARIWISATA DI YOGYAKARTA
16
M. Agus Prayudi FAKTOR YANG MENENTUKAN OMZET PENJUALAN JAMU
25
Siti Eny Walsiati PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN KELUARGA DALAM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) MELALUI PENDAMPINGAN KADER PAUD DESA SUMBERSARI, MOYUDAN, SLEMAN, YOGYAKARTA
37
Sri Muliati Abdullah, Rahma Widyana dan Kamsih Astuti HUBUNGAN ANTARA KEPRIBADIAN NARSISTIK DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA DI YOGYAKARTA
53
Yusi Ambarwati dan Ranni Merli Safitri PENINGKATAN KOMPETENSI BERBAHASA INGGRIS FUNGSIONAL KONTEKSTUAL BAGI CALON PEKERJA MIGRAN KECAMATAN MOYUDAN KABUPATEN SLEMAN
61
Hermayawati PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP PENGUNGKAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL (SOCIAL DISCLOSURE)
74
Nugraeni PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL DAN KUALITAS AUDIT TERHADAP PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)
88
Imannuel Wiryawan & Martinus Budiantara PEDOMAN PENULISAN NASKAH
100
iii
PENGARUH IKLAN DAN PROMOSI HARGA TERHADAP EKUITAS MEREK Agus Mahendra Wibowo Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKP Yogyakarta ABSTRACT Marketing communications may provide the means for developing strong, customer-based brand equity. Among marketing communication tools, advertising and price promotion have always played a pivotal role. Hence, this research examines the effect of perceived advertising spending and price promotion on brand equity across experience goods/services. Jean was chosen as goods because it’s quality can be judged well before and after purchase or use it and bank was chosen as experience products due to its quality is unable to judge before use and able to judge quality after use. This research finds that advertising has significant positive impact on brand equity for both goods product and experience product. However, price promotion, for goods product, has significant negative impact on brand awareness and brand association and, for experience product (banking service), has positive effect on perceived quality and brand loyalty. In order to build strong brand equity effectively, managers must invest in the advertising but considering product categories when applying price promotion. Key Word:
Advertising, Price Promotion, Brand Equity, Product Category merek di memori dan kemampuan konsumen
PENDAHULUAN nilai
untuk mengidentifikasi merek di bawah
keseluruhan merek, adalah konsep kunci
kondisi yang berbeda" dan mendefinisikan
dalam manajemen merek. Ekuitas merek
citra merek sebagai "persepsi mengenai
diidentifikasi sebagai sumber keunggulan
sebuah merek yang tercermin oleh asosiasi
kompetitif bagi banyak organisasi. Keller
merek dalam memori konsumen".
Ekuitas
merek,
ukuran
dari
(2003) menyebut konsep ekuitas merek
Ekuitas merek-pelanggan adalah satu
sebagai "efek diferensial pengetahuan merek
set yang berhubungan dengan asosiasi merek
terhadap respon konsumen ". Selanjutnya,
yang dimiliki oleh konsumen dalam memori.
Keller mengusulkan (1) pengetahuan merek
Dalam
sebagai pusat definisi ekuitas merek dan
dianggap sebagai keyakinan, mempengaruhi,
tingkat pengetahuan merek meningkatkan
dan
probabilitas
berkaitan
pemilihan
merek,
(2)
perspektif
pengalaman dengan
ini,
ekuitas
subyektif merek
merek
lain
yang
(yaitu,
sikap
mendefinisikan pengetahuan merek dalam
terhadap merek, brand image, dll), penelitian
hal kesadaran merek dan image,
dan (3)
yang ada terhadap ekuitas merek digunakan
brand awareness sebagai "kekuatan jejak
untuk mengidentifikasi empat "komponen"A
1
kognitif
dari
ekuitas
merek
berbasis
pelanggan seperti sikap terhadap merek, kekuatan preferensi, pengetahuan merek,
lanjut atas pemilihan konsumen terhadap merek ketika merek itu sudah hafal. Kualitas
yang
dirasakan
dapat
dan merek heuristik (Girish dan Clayton,
mempengaruhi keputusan pembelian dan
2004).
Untuk memperluas ekuitas merek
loyalitas merek secara langsung, terutama
dengan memasukkan konstruksi, seperti
bila pelanggan belum dirangsang oleh
loyalitas merek, kesadaran merek, persepsi
bujukan atau tidak dapat membuat analisis
kualitas, dan asosiasi merek
rinci. Asosiasi Merek dapat membantu
Ekuitas merupakan seperangkat aset
pelanggan untuk berurusan dengan atau
dan kewajiban terkait dengan merek, yang
mengingat informasi dan menjadi dasar
menambah nilai atau mengurangi nilai dari
perbedaan produk, yang akan memberikan
sebuah produk dalam hubungannya dengan
alasan pembelian bagi pelanggan dan timbul
pelanggan. Nilai ekuitas merek berasal dari
perasaan positif (Ali Hasan, 2010).
lima aset ekuitas merek (loyalitas merek,
Aset merek eksklusif lainnya (paten,
kesadaran merek, persepsi kualitas, asosiasi
merek dagang, distributor dll) lebih sulit
merek dan aktiva lainnya), di mana persepsi
diukur dari perspektif pelanggan. Dalam hal
kualitas dan asosiasi merek merupakan dua
ini, ini membuat kesan kualitas, loyalitas
aset yang paling penting.
Semua aset
merek, kesadaran merek dan asosiasi merek
ekuitas merek ini memberi nilai tambah bagi
sebagai variabel ukuran ekuitas merek
perusahaan dan pelanggan.
berdasarkan prestasi atau kinerja merek pada
(Keller, 2003). Dari sudut pandang ini dapat
pelanggan dapat mempertahankan serangan
ditemukan bahwa ekuitas merek dapat
dari pesaing, dan dampak upaya-upaya
membawa
pemasaran produsen yang lebih kompetitif
produsen. Nilai pelanggan dari ekuitas
untuk menarik pelanggan setia dari merek
merek adalah dasar untuk menciptakan nilai
lain yang tidak memuaskan.
Kesadaran
produsen. Dalam lima aset ekuitas merek,
merek bisa memberikan keakraban untuk
loyalitas merek dapat dipengaruhi oleh
merek dan sinyal dari kekukuhan dan janji
dimensi kunci lain (kesadaran merek, kesan
jika pelanggan tahu merek, dan pada saat itu
kualitas dan asosiasi merek) dari ekuitas
akan
merek, sehingga loyalitas merek dapat
Loyalitas
merek
mempengaruhi
didasarkan
pertimbangan
nilai
bagi
konsumen
dan
pelanggan untuk merek dan pengaruh lebih
2
dianggap sebagai dasar utama dari ekuitas
terhadap
merek dan independen dari dimensi lain
komunikasi yang efektif memungkinkan
Berdasarkan uraian diatas maka fokus penelitian dirumuskan sebagai berikut : (1) apakah iklan berpengaruh terhadap ekuitas
ekuitas
merek.
Artinya,
formasi kesadaran merek dan citra merek yang positif. Gambar 1. Kerangka Konseptual
merek untuk produk barang dan produk pengalaman/jasa. (2) apakah harga promosi,
Iklan
untuk produk barang, memiliki dampak
Ekuitas Merek
terhadap kesadaran merek dan asosiasi merek, dan (3) apakah produk pengalaman (layanan perbankan), berpengaruh terhadap persepsi kualitas dan loyalitas merek. KONSTRUKSI
TEORITIS
Harga Promosi
1
menunjukkan
konseptual, yang menjelaskan
• •
DAN
Persepsi Kualitas Loyalitas Merek Kesadaran
Katego ri Produk
HIPOTESIS PENELITIAN Gambar
•
kerangka efek dari
belanja iklan dan harga promosi pada ekuitas merek, diantarai oleh peran kategori produk sebagai variable moderator.
Ketika konsumen melihat belanja iklan yang tinggi, ini memberikan kontribusi untuk persepsi mereka tentang tingkat
Hubungan Iklan dan Brand Equity
kepercayaan
bahwa
manajer pemasaran
Periklanan pengeluaran, sebagai alat
dalam produk, belanja iklan yang dirasa
komunikasi pemasaran utama di pasar
memiliki efek positif, tidak hanya pada
konsumen, harus dipertimbangkan ketika
ekuitas merek secara keseluruhan, tetapi
menentukan
komunikasi
juga pada masing-masing elemen yang
pemasaran pada konsumen, dan persepsi
terdiri dari; kesadaran, persepsi dan kualitas,
bahwa pesan memprovokasi antara individu-
asosiasi dan loyalitas merek. Loyalitas
individu target yang berbeda (Angel dan
merek dianggap sebagai dimensi dan hasil
Manuel, 2005).
dari ekuitas merek (Morgan, 2000).
efek
dari
Keller (2003) mencatat
bahwa komunikasi pemasaran berkontribusi
3
yang
mempengaruhi tidak hanya kualitas merek
untuk
yang dipersepsikan, tetapi juga mendukung
oleh
keputusan pembelian dengan meningkatkan
penelitian yang berbeda. Hubungan antara
nilai produk. Oleh karena itu pengeluaran
belanja komunikasi pemasaran dan investasi
iklan cenderung positif terhadap ekuitas
pada merek, yang melibatkan persepsi
merek.
kualitas yang lebih tinggi. Hubungan antara
yang akan diuji secara empiris diusulkan
investasi dalam komunikasi pemasaran dan
tentang pengeluaran iklan dan ekuitas merek
kualitas mempengaruhi tidak hanya kualitas
sebagai berikut.
merek dirasakan, tetapi juga mendukung
H1
Hubungan
antara
dirasakan
dan
komunikasi
pemasaran
kualitas
pengeluaran dibenarkan
Berdasarkan logika ini hipotesis
Skala ariabel ekuitas merek seperti
: Pengeluaran Iklan Mempengaruhi Ekuitas Merek H1a : Iklan pengeluaran yang positif berkaitan dengan persepsi kualitas. H1b : Iklan pengeluaran yang positif berkaitan dengan loyalitas merek. H1c : Iklan pengeluaran yang positif berkaitan dengan brand awareness. H1d : Iklan pengeluaran yang positif berkaitan dengan asosiasi merek.
"brand awareness" dan "sikap merek" dapat
Hubungan antara Harga Promosi dan
menggunakan
Brand Equity
keputusan pembelian dengan meningkatkan nilai produk, penerima iklan menganggap pengeluaran iklan dirasakan pada merek sebagai
upaya
menegaskan
kembali
keputusan pembelian.
"efek
paparan"
untuk
meningkatkan evaluasi pelanggan terhadap
Promosi penjualan mengikis ekuitas
merek. "Efek paparan" akan berarti jika
merek, dan biasanya, harga disesuaikan oleh
dampak beberapa tujuan pemasaran terjadi
produsen sebagai metode promosi langsung
secara berulang. Konsumen akan memiliki
untuk meningkatkan pembelian pelanggan.
lebih banyak sikap positif untuk tujuan
Sebagian besar efek dari pemotongan harga
pemasaran jika dampak yang muncul secara
terlihat dalam jangka pendek pilihan merek.
teratur. "Efek paparan " merupakan faktor
Promosi meningkatkan sensitivitas harga
kunci untuk mengubah preferensi dan sikap.
pada pelanggan yang tidak setia.
Validasi pengaruh "efek paparan" pada
tetapi umumnya tidak tahan saat efek jangka
"pengetahuan merek", " sikap merek ",
panjang dipertimbangkan.
"keakraban
dan
dengan menggunakan harga promosi berarti
kepercayaan. Hubungan antara investasi
penurunan ekuitas merek. Harga dianggap
dalam komunikasi pemasaran dan kualitas
sebagai standar skala kualitas produk tidak
merek",
pembelian
Akan
Dalam hal ini,
4
langsung oleh pelanggan. Ini adalah konsep
mengusulkan hipotesis untuk diuji secara
bahwa harga berkorelasi positif dengan
empiris adalah sebagai berikut :
kualitas produk, yaitu harga yang lebih
H2
tinggi, lebih baik kualitasnya. Penggunaan harga promosi memiliki efek
H2a
negatif terhadap ekuitas merek, karena
H2b
dianggap
H2c
bahwa
konsumen
merasakan
hubungan negatif antara ekuitas merek dan perlu menggunakan insentif untuk penjualan yang mempengaruhi tingkat kemapanan harga (Donthu dan Lee, 2000). Penjualan promosi pada umumnya, dan khususnya harga
promosi,
dianggap
melemahkan
ekuitas merek meskipun memili manfaat jangka pendek yang mereka berikan kepada konsumen (Yoo, Donthu dan Lee, 2000). Secara
keseluruhan,
efek
jangka
panjang harga promosi penjualan yang negative, oleh karena itu harga promosi mungkin memiliki pengaruh negatif pada persepsi pelanggan diferensial membuat kesadaran persepsi pelanggan pada kualitas, dan kemudian mempengaruhi ekuitas merek produk dan kesediaan pembelian pelanggan. Kegiatan berdasarkan penurunan harga dapat menempatkan konsumen
merek
akan
ketidakstabilan,
dalam
bahaya,
terprovokasi
dengan
kebingungan
dan
variabilitas menyebabkan kualitas image tidak stabil. Oleh karena itu, penelitian ini
H2d
: Harga promosi mempengaruhi ekuitas merek; : Harga promosi negatif yang terkait dengan persepsi kualitas; : Harga promosi negatif yang terkait dengan loyalitas merek; : Harga promosi negatif yang terkait dengan brand awareness; : Harga promosi negatif yang terkait dengan asosiasi merek.
Kategori Produk Kategori
produk
ditetapkan
pada
sebuah kontinum produk barang (goods), pengalaman (experience), atau kepercayaan (credence) --- GEC, atas dasar evaluasi pelanggan terhadap barang/jasa dengan cara yang berbeda.
Produk barang didominasi
oleh informasi atribut lengkap bisa diperoleh sebelum membeli, pada produk pengalaman /jasa, pelanggan dapat mengevaluasi setelah mengkonsumsi, dan barang kepercayaan didominasi oleh atribut bahwa pelanggan tidak dapat memverifikasi bahkan setelah digunakan . Atribut barang dapat dianalisis dalam tiga sifat, pengalaman, produk barang dan kepercayaan. Produk barang memiliki karakteristik
yang
dapat
diidentifikasi
melalui pemeriksaan dan sebelum membeli. Pengalaman, di sisi lain, memiliki fitur yang terungkap hanya melalui konsumsi. Kenyataan bahwa konsumen tidak bisa memastikan kualitas dan nilai kepercayaan, 5
produk, dan pengalaman. Produk barang,
Karena
kesulitan
mendapatkan
seperti yang didefinisikan oleh kerangka
informasi prepurchase, maka memberikan
GEC, bahwa ketidakpastian pra-pembelian
informasi tambahan dapat mengurangi risiko
adalah rendah.
bagi pelanggan.
Pada pengalaman, dan
Selain itu, kepercayaan
dengan
barang/jasa sangat profesional dan terkait
ketidakpastian yang lebih tinggi, sehingga
dengan tingkat variabilitas yang lebih tinggi,
strategi iklan untuk penjual barang mungkin
hal ini lebih sulit bagi pelanggan untuk
akan sangat berbeda dari kepercayaan dan
menilai
produk pengalaman.
kepercayaan
kepercayaan
yang
ditandai
Meskipun, hubungan
positif antara kualitas merek
dan belanja
iklan yang diharapkan, hubungan akan
kualitas
atau
barang/jasa,
pengalaman, harga
murah
sehingga dapat menjadi petunjuk bagi keterbatasan kualitas.
berbeda dengan produk yang berbeda. Oleh
Peneliti berpendapat bahwa dampak
karena itu, penelitian ini mengusulkan
harga promosi pada ekuitas merek untuk
hipotesis yang akan diuji secara empiris
produk barang/jasa berbeda dari yang non-
dirumuskan sebagai berikut :
produk
H3: Dampak iklan terhadap ekuitas merek
kepercayaan).
barang
(pengalaman
Maka
hipotesis
dan yang
untuk produk barang berbeda dari yang
diusulkan untuk diuji secara empiris adalah :
non
H4 : Dampak promosi harga pada ekuitas
barang/jasa
(pengalaman
dan
merek untuk produk barang/jasa berbeda
kepercayaan).
dari yang non-produk Variabilitas produk barang / jasa rendah
juga
membuatnya
layak
kepercayaan) barang / jasa.
bagi
konsumen untuk memperoleh pengetahuan penuh tentang kinerja produk sebelum membeli.
(pengalaman dan
METODE PENELITIAN Definisi dan Pengukuran
Harga akan menjadi pendorong
utama untuk pelanggan.
Untuk layanan
Penelitian ini berfokus pada tiga
kepercayaan, harga mungkin bukan atribut
konstruksi yaitu iklan, promosi harga dan
yang paling penting.
ekuitas merek.
dan pengetahuan
Pengeluaran periklanan,
meningkat sepanjang ada kontinuitas dari
sebagai alat komunikasi pemasaran utama di
kepercayaan untuk jasa.
pasar konsumen, harus dipertimbangkan ketika menentukan efek dari komunikasi
6
merek, terutama pada persepsi kualitas,
biaya iklan dan promosi harga.
loyalitas merek dan asosiasi merek.
menghindari dampak collinearity antara
Analisis Regresi
variabel
Jean
mengadopsi diagnostik collinearity. Iklan berpengaruh positif signifikan
independen,
penelitian
Untuk
penelitian
menunjukkan
ini Hasil
bahwa
VIF
terhadap persepsi kualitas (β 0,343, t =>
(Variance Inflation Factor) kurang dari 10.
1,645), loyalitas merek (β 0,232, t => 1,645),
Artinya,
kesadaran merek (β 0,566, t => 1,645) dan
berpengaruh
asosiasi merek (β = 0,481, t> 1,645). Harga
estimasi model regresi.
promosi
berpengaruh
negatif
signifikan
tingkat
collinearity
secara
signifikan
tidak terhadap
Riset ini mencoba untuk memperluas
terhadap brand awareness (β =- 0,180, t <-
ekuitas
1,645) dan asosiasi merek (β =- 0,108, t <-
konstruksi loyalitas merek, kesadaran merek,
1,645) Harga promosi pengaruh negatif tidak
kesan
signifikan terhadap persepsi kualitas (β =-
Spesifikasi
0,078,> t - 1,645). Selain itu, harga promosi
karena konstruksi yang sama muncul untuk
tidak
memainkan peran ganda. Sebagai contoh,
berpengaruh
signifikan
terhadap
loyalitas merek (β 0,013, t = <1,645).
merek
kualitas
dengan
dan
konseptual
menggunakan
asosiasi bisa
merek.
bermasalah
loyalitas merek dianggap sebagai dimensi dan hasil dari ekuitas merek. Oleh karena
Bank
itu, penelitian ini lebih lanjut meneliti
Iklan berpengaruh positif signifikan terhadap persepsi kualitas (β 0,296, t => 1,645), loyalitas merek (β 0,149, t => 1,645), kesadaran merek (β 0,174, t => 1,645) dan asosiasi merek (β = 0,329, t> 1,645). Harga promosi
berpengaruh
positif
signifikan
terhadap persepsi kualitas (β = 0,231), loyalitas merek (β = 0,209). Harga promosi tidak berpengaruh signifikan terhadap brand awareness (β =- 0,038) dan asosiasi merek (β = 0,073). Analisis korelasi menggambarkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
hubungan antara loyalitas merek, kesadaran merek, persepsi kualitas, dan asosiasi merek dengan memperlakukan loyalitas merek sebagai
variabel
terikat.
Tabel
13
menunjukkan bahwa, untuk jean, persepsi kualitas
berpengaruh
positif
signifikan
terhadap loyalitas merek (β 0,392, t => 1,645) dan asosiasi merek berpengaruh positif signifikan terhadap loyalitas merek (β = 0,317, t> 1,645). Kesadaran merek tidak berpengaruh signifikan terhadap loyalitas merek bank (β =- 0,037, t> -1,645). Persepsi
10
kualitas, kesadaran merek dan asosiasi
variabel independen menjelaskan kesadaran
merek semua berpengaruh positif signifikan
merek (adjusted R ² = 0,364) dan asosiasi
terhadap loyalitas merek (β 0,380, t =>
merek (adjusted R ² = 0,245) lebih baik dari
1,645), (β 0,158, t => 1,645), (β = 0,269, t>
melihat kualitas (adjusted R ² = 0,119) dan
1,645).
loyalitas merek (adjusted R ² = 0,044). Ini membuktikan
PEMBAHASAN
bahwa
marketer
harus
mempertimbangkan faktor penting lainnya Berdasarkan hasil analisis di atas, penelitian
ini
menemukan
iklan
yang
memiliki hubungan positif yang signifikan terhadap ekuitas merek produk barang dan produk jasa.
Selanjutnya, hasil analisis
regresi menemukan bahwa promosi harga tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
loyalitas merek merek jean. Hal ini karena konsumen tertarik terhadap merek oleh utilitas transaksi yang memberikan harga promosi (sesaat), dan ketika akhir promosi, mereka kehilangan minat pada merek. Dengan
demikian,
perubahan
loyalitas
merek setelah berakhirnya promosi tidak mungkin terjadi kecuali merek ini dianggap unggul dan memenuhi kebutuhan konsumen lebih
baik
daripada
merek
pesaing.
Meskipun harga promosi tidak memiliki dampak yang signifikan terhadap persepsi kualitas, arah dan harapan tetap menjadi nilai negatif. Saat melihat kekuatan penjelas dari model regresi, adjusted R ², ada perbedaan besar antara kekuatan penjelas dari pengeluaran iklan dan harga promosi untuk dimensi ekuitas merek.
ketika menyelidiki loyalitas merek. Selain itu, ditemukan bahwa promosi harga secara signifikan berpengaruh positif terhadap persepsi kualitas dan loyalitas merek bank.
ini mungkin karena bank
adalah layanan industri berskala besar. Ketika Bank menggunakan harga promosi berjangka pendek, konsumen tidak akan mempertanyakan kepada orang lain tentang kualitas pelayanan bank, atau harga seperti tingkat bunga dan biaya layanan dapat menjadi salah satu faktor kunci bagaimana pelanggan menilai kualitas bank. Penelitian ini juga menemukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara harga promosi dan kesadaran merek atau asosiasi merek, karena dan tinggi rendahnya harga bisa sama-sama kuat terkait merek dalam memori yang membawa manfaat kepada konsumen. Riset ini menunjukkan bahwa iklan berpengaruh
positif
signifikan
terhadap
ekuitas merek produk jean dan bank. Namun, tingkat dampaknya tidak sama,
Kedua 11
iklan
persepsi kualitas, 0,083 pada loyalitas
memiliki dampak lebih tinggi pada empat
merek, 0,016 pada kesadaran merek, dan
dimensi ekuitas merek produk barang (jean)
0.125 pada asosiasi merek.
hasilnya,
dapat
diketahui
bahwa
(koefisien standar) dari pada yang produk
Dengan kata lain, adjusted R ² nilainilai dari kekuatan penjelas pengeluaran
bank. Harga promosi berpengaruh moderat
iklan dan harga promosi pada layanan
yang berbeda pada ekuitas merek karena
perbankan semuanya kurang dari 15%. Ini
perbedaan kategori produk, ini berarti bahwa
menunjukkan
harga
moderator terhadap ekuitas merek non
promosi
membuat
pengaruh
bertentangan mengenai produk tangible dan
bahwa
pengaruh
variabel
produk barang yang berbeda.
intangible. Harga promosi dalam kesadaran merek dan asosiasi merek jean memiliki dampak
negatif
Namun,
Penelitian ini meneliti iklan di kategori
persepsi
produk barang dan non barang. Di kedua
kualitas dan loyalitas merek di industri
kategori, merek dengan anggaran iklan yang
perbankan. Loyalitas merek konsumen pada
lebih tinggi menghasilkan tingkat yang lebih
produk barang dapat ditingkatkan, jika
tinggi secara substansial dari ekuitas merek.
berpengaruh
signifikan.
KESIMPULAN
positif
terhadap
identifikasi integral pada kualitas produk dan
Riset ini mencatat bahwa perusahaan
asosiasi merek yang baik dapat ditingkatkan.
periklanan berkontribusi terhadap ekuitas
Loyalitas merek sangat dipengaruhi oleh tiga
merek dan loyalitas meningkat.
dimensi ekuitas merek produk layanan bank.
iklan menunjukkan hubungan kausal yang
Kekuatan
variable
Belanja
penjelas
menguntungkan bagi tiga dari empat dimensi
pengeluaran iklan dan harga promosi pada
ekuitas merek. Semakin tinggi belanja iklan
ekuitas merek (adjusted R ²), pengeluaran
untuk merek, semakin baik kualitas produk
periklanan dan harga promosi memiliki
seperti yang dirasakan oleh konsumen,
kekuatan penjelas yang lebih baik pada
semakin tinggi tingkat kesadaran merek dan
kesadaran merek jean dan asosiasi merek
asosiasi yang lebih terkait dengan produk,
pada layanan perbankan.
pembentukan loyalitas merek.
Dalam layanan
Artinya,
perbankan, R ² nilai disesuaikan dari
kegiatan
kekuatan penjelas pengeluaran iklan dan
memungkinkan formasi kesadaran merek
periklanan
yang
efektif
harga promosi menunjukkan 0,178 pada
12
dan kualitas yang dirasakan positif, loyalitas
merek
merek dan asosiasi merek.
demikian,
Untuk meringkas, iklan memiliki efek
dan
asosiasi
merek.
statistik
membuktikan
Namun
produk
bahwa
barang
promosi
harga
positif terhadap ekuitas merek. Oleh karena
memiliki dampak negatif yang signifikan
itu, hipotesis H1a, H1b, H1c dan H1d
pada kesadaran merek dan asosiasi merek.
diterima.
Oleh karena itu, H2 sebagian diterima.
Pertanyaan
penelitian
yang
menyangkut penelitian ini adalah apakah
Riset ini menguji secara sistematik
harga promosi dapat memberikan kontribusi
driver kemungkinan perbedaan di kategori
terhadap konstruksi ekuitas merek.
produk dan implikasi dari temuan ini.
Harga
promosi memiliki efek negatif terhadap
Hasilnya
ekuitas merek dalam jangka panjang. Harga
produk memang memiliki efek moderat di
promosi
antara harga promosi dan ekuitas merek.
sebagai
meningkatkan
insentif
penjualan
telah
untuk terbukti
Hasil
membuktikan
penelitian
bahwa
kategori
menunjukkan
bahwa
memiliki efek negatif terhadap ekuitas
kategori produk yang memoderasi hubungan
merek.
antara iklan, harga promosi dan ekuitas
Meskipun mereka dapat menyebarkan
merek. Pengaruh iklan dan harga promosi
manfaat jangka pendek kepada konsumen,
pada ekuitas merek berbeda dari produk
dari perspektif strategis menunjukkan efek
barang dan non barang (pengalaman dan
negatif ini dapat mempengaruhi kualitas
kepercayaan). Dibandingkan produk barang,
yang dirasakan dari produk buruk, karena
produk jasa secara positif lebih efektif
manfaat
beriklan di ekuitas merek.
yang diperoleh melalui harga
Arah dan dimensi dampak harga
promosi tidak bertahan lama, dan tidak menularkan
keamanan
atau
keyakinan
promosi pada ekuitas merek dalam kategori
bahwa merek harus menginspirasi berkaitan
berbagai produk berbeda.
Dalam produk
dengan utilitas yang diharapkan.
jean,
negatif
Namun,
mengadopsi
perspektif
memiliki
signifikan
pada
dampak kesadaran
yang
merek
dan
pengetahuan merek berbasis ekuitas merek
asosiasi merek. Produk non barang (bank),
konsumen, riset ini menunjukkan bahwa
memiliki dampak positif yang signifikan
harga promosi dari bank berguna untuk
terhadap
menciptakan ekuitas merek karena efek
Kategori produk memberikan sebuah efek
positif pada persepsi kualitas, loyalitas
moderator pada hubungan antara ekuitas
kualitas dan
loyalitas
merek.
13
merek dan harga iklan atau promosi.
meningkatkan
loyalitas
pelanggan
dan
Dengan demikian hipotesis H3 dan H4
meningkatkan
laba
diterima.
produk non barang, harga promosi dapat
perusahaan.
Untuk
meningkatkan kualitas dan loyalitas merek.
Implikasi Manajerial
Di pasar yang kompetitif dan dinamis, Banyak
perusahaan
menghabiskan
ratusan
besar
miliar
pada
komunikasi pemasaran, seperti iklan dan harga promosi. promosi
Apakah iklan dan harga
memperkuat
ekuitas merek? manajer
atau
melemahkan
Bagaimana seharusnya
mengalokasikan
sumber
daya
keuangan untuk iklan dan harga promosi? Mengapa bisnis bersedia untuk membayar begitu banyak untuk nama merek?
Untuk
membangun ekuitas merek yang kuat dan efisien, manajer harus berinvestasi dalam iklan, namun mempertimbangkan kategori produk ketika menerapkan harga promosi. Karena harga promosi bisa menyiratkan rendahnya kualitas produk barang, mungkin tidak meningkatkan ekuitas merek.
jangka pendek dengan harga promosi, mungkin tidak sesuai dengan persepsi kualitas tinggi, dan akan mengurangi ekuitas
seharusnya
tidak
promosi.
Manajer
marketing
mix
mengoperasikan Dengan
Manajer
menggunakan harus
yang dan
demikian
komunikasi pemasaran untuk seluruh merek. Untuk
tujuan
memasukkan
ini,
foresight
manajer
harus
strategis
dalam
perencanaan pemasaran dengan melihat ke depan
dan
penalaran
mundur
dalam
membuat keputusan yang optimal. Dengan melihat ke depan, setiap manajer merek, ramalan
masa
depan
rencananya
dan
mengantisipasi keputusan harus dibuat oleh merek pesaing lainnya; dengan penalaran mundur, manajer harus secara optimal keputusan
yang
dibuat
dapat
sebagai
tanggapan terhadap strategi terbaik dari semua merek. Oleh karena itu, terlepas dari produk barang atau non barang, persepsi pelanggan
Meskipun memiliki manfaat dalam
merek dalam jangka-panjang.
para manajer harus menyadari pentingnya
harga
menerapkan
akurat
untuk
mengelola
merek.
mereka
dapat
dalam pengeluaran iklan memiliki dampak positif terhadap ekuitas merek. Dari hasil penelitian
ini
menunjukkan
bahwa
pengeluaran iklan dirasakan oleh pelanggan mendekati angka 3 untuk industri jeans dan kategori perbankan di-point 5. Oleh karena itu, bagaimana mempromosikan pengeluaran iklan dirasakan oleh pelanggan adalah upaya
14
masa depan untuk manufaktur, khususnya
DAFTAR PUSTAKA
untuk industri perbankan.
Ali
Hasan, 2010. Marketing-ed3. Yogyakarta: Media Presindo. hlm 84, 142-162.
Angel
F. Villarejo-Ramos, Manuel J. Sa´nchez-Franco. 2005, ‘The impact of marketing communication and price promotion on brand equity’, Brand Management, vol.12, No.6, 431-444.
Keterbatasan penelitian dan saran Beberapa keterbatasan penelitian ini. Pertama, riset ini berkonsentrasi pada efek pengeluaran iklan dan harga promosi. Oleh karena itu direkomdasikan Interaksi upaya pemasaran
lain
yang
perlu
dipelajari,
misalnya harga, kekuatan distribusi dan citra toko. Kedua, riset ini hanya menekankan pada perbandingan non produk barang dan produk barang. Setiap perbandingan produk barang, pengalaman dan kepercayaan tidak tercakupi. Sepadan dengan kerangka GEC, disarankan agar penelitian mendatang dapat melibatkan analisis lebih mendalam dan perbandingan lebih dari dua jenis produk dan diusulkan untuk menguji model pengukuran pada sampel konsumen lain. Ketiga, subjek penelitian ini adalah mahasiswa, oleh karena itu penelitian mendatang dapat memperluas sampel ke konsumen umum, dan Keempat, penelitian masa depan dapat mengungkap hubungan
sebab
dan
akibat
menggunakan analisis longitudinal.
jika
Girish N. Punj, Clayton L. Hillyer. 2004. ‘A cognitive model of customer-based brand equity for frequently purchased products: conceptual framework and empirical results’, Journal of Consumer Psychology, 14(1&2), 124-131. Keller, K. L. 2003, ‘Strategic Brand Management’, Upper Saddle River, NJ: Prentice-Hall. Martin, F. A. 2000 ‘Medicio´n de la calidad de servicio percibida en el transporte pu´ blico urbano: Metodologı´a y relacio´n con variables de marketing’, doctoral dissertation, University of Seville, Spain. Morgan, R. P. 2000. ‘A consumer-oriented framework of brand equity’, International Journal of Market Research, 42, 65–78. Yoo, B., Donthu, N. and Lee, S. 2000 ‘An examination of selected marketing mix elements and brand equity’, Journal of the Academy of Marketing Science, Vol. 28, No. 2, pp. 195–211.
15
BISNIS MICE SEBAGAI POTENSI UNGGULAN PARIWISATA DI YOGYAKARTA M. Agus Prayudi Dosen Akademi Pariwisata Indraphrasta Yogyakarta
Abstract Mice in the tourism industry is type of tourism activity in which a large group, usually carefully planned, take departure together for particular purpose. The mice world is a world that has not received optimal attention from the tourism agent in Indonesia . Mice is very promising, especially for the Yogyakarta city, which is the education and tourism city and of course often to be the scene of meetings and exhibitions either regional, national and even international. Mice business is very reasonable to be developed in Yogyakarta because the city has various advantages either the hotel facilities, convention hall, human resources, means and infrastructure of transportation, telecommunications networks and availability the type of culinary and handicrafts tourism. Keywords: Mice, Meeting, Incentive, Convention and Exhibition Pariwisata merupakan salah satu industri
terbukanya daerah itu terhadap pertumbuhan
raksasa dunia yang mendorong pertumbuhan
pariwisata di tingkat lebih luas, baik nasional
sektor ekonomi paling cepat.
maupun
Pada 2008,
internasional.
Di
kepercayaan
Indonesia,
diperkirakan wisatawan di dunia mencapai
peningkatan
dari
dunia
920 juta, tetapi karena terjadinya krisis
internasional terhadap negara ini sebagai
global, jumlah kunjungan menurun 4%
tujuan wisata yang menarik mendorong
menjadi 880 juta pada 2009. Walau terjadi
tumbuhnya
bisnis
MICE
(Meeting,
penurunan, industri pariwisata terutama di
Incentive,
Conference,
and
Exhibition),
Asia Pasifik sudah kembali pulih, sehingga
terutama sejak 2007.
pada 2010 kontribusi pariwisata pada PDB
Dampak besar bisnis MICE dapat
mencapai 9,2% (US $5.751 milyar) dengan
dilihat dari perolehan devisa pariwisata
pertumbuhan 0,5% serta menciptakan 235,8
dengan
juta
dari
konvensi internasional skala besar seperti
kesempatan kerja dunia) (Kusmayadi, 2010
PATA Travel Mart dan Global Climate
diktipari .org).
Change yang berhasil diadakan di Indonesia
kesempatan
kerja
(8,1%
diadakannya
sejumlah
kegiatan
Salah satu penentu perkembangan
pada 2010. Peran Departemen Kebudayaan
dunia pariwisata di suatu daerah adalah
dan Pariwisata (Depbudpar), para pelaku
16
bisnis MICE, INCCA (Indonesia Congress
perusahaan
and Convention Association), dan perguruan
minat
tinggi
membahas suatu permasalahan bersama.
penting
dalam
mendukung
yang mempunyai
dengan
tujuan
dan
kesamaan kepentingan
bisnis
Kedua, incentive mengacu pada perjalanan
MICE dalam konteks promosi pariwisata di
insentif yang merupakan suatu kegiatan
Indonesia, terutama di sepuluh kota besar
perjalanan yang diselenggarakan oleh suatu
yang ditetapkan sebagai destinasi unggulan
perusahaan untuk karyawan dan mitra usaha
MICE,
sebagai imbalan penghargaan atas prestasi
perkembangan
antara
dan
pertumbuhan
lain:
Jakarta,
Bandung,
Yogyakarta, Surabaya, Bali, Medan, Batam,
mereka
Padang, Makasar dan Ma-nado. Keberadaan
penyelengaraan konvensi yang membahas
Direktorat MICE di Depbudpar diharapkan
perkembangan kegiatan perusahaan yang
mampu mendorong semakin meningkatnya
bersangkutan dan/atau kegiatan pameran.
Bisnis MICE merupakan bisnis jasa kepariwisataan yang bergerak di seputar Pertemuan, Insentif, Konvensi, dan Pameran Convention,
and
Exhibition, yang disingkat MICE). Keempat jenis kegiatan kepariwisataan ini merupakan usaha untuk memberi jasa pelayanan bagi suatu
pertemuan
sekelompok
orang,
khususnya para pelaku bisnis, cendekiawan, eksekutif pemerintah dan swasta, untuk membahas berkaitan termasuk
berbagai dengan
persoalan
kepentingan
memamerkan
yang
bersama,
produk-produk
cendekiawan, profesional dan sebagainya) untuk mambahas masalah yang berkaitan dengan
kepentingan
bersama,
biasanya
dengan jumlah peserta banyak. Keempat,
exhibition,
yaitu
bentuk
kegiatan mempertunjukkan, memperagakan, memperkenalkan,
mempromosikan,
dan
menyebarluaskan informasi hasil produksi barang atau jasa maupun informasi visual di suatu tempat tertentu dalam jangka waktu tertentu untuk disaksikan langsung oleh masyarakat dalam meningkatkan penjualan, memperluas pasar dan mencari hubungan dagang.
bisnis. Pertama, meeting merupakan rapat atau pertemuan
dengan
sekelompok orang (negarawan, usahawan,
A. Apa Bisnis MICE?
Incentive,
berkaitan
Ketiga, convention, yaitu pertemuan
industri jasa MICE di negara ini.
(Meeting,
yang
sekelompok
orang
yang
tergabung dalam sebuah asosiasi, di mana
Usaha
jasa
MICE
tidak
dapat
dipisahkan dari mata rantai usaha di bidang kepariwisataan dan berbagai sektor usaha
17
semakin
terbukanya
melibatkan banyak sektor usaha atau industri
internasional
dan
dan banyak pihak, yang menimbulkan
teknologi informasi dan transportasi. Kota
pengaruh ekonomi berlipat ganda (multiplier
besar khususnya Jakarta, dan kota-kota besar
effect) yang menguntungkan dan dapat
lain yang berdekatan, masih menyumbang
dirasakan oleh banyak pihak, khususnya
persentase terbesar dalam mendatangkan
karena daya-pengeluaran finansial (spending
tamu yang menginap dalam kerangka bisnis
power) dari segmen MICE tinggi, sekitar 8-
MICE.
lainnya.
Penyelenggaraan
MICE
selalu
perdagangan
berkembang
pesatnya
10 kali wisatawan biasa. Di antara pihak
Dalam kapasitas sebagai pengambil
yang potensial mendapatkan keuntungan
kebijakan, pemerintah sudah mengatur dunia
besar bisnis MICE adalah Percetakan, Hotel,
pariwisata melalui Undang-Undang Nomor
Perusahaan Sovenir, Biro Perjalanan Wisata,
10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan,
Transportasi,
Conference
yang menyebutkan ada 13 sektor usaha
Kecil
pariwisata, yaitu: (1) Daya Tarik Wisata, (2)
Organizer
Professional (PCO),
Usaha
dan
Kawasan Pariwisata, (3) Jasa Transportasi
Menengah (UKM), dan Event Organizer. B. Potensi Perkembangan Bisnis MICE
Makanan & Minuman, (6) Penyediaan
di Indonesia Secara
global,
industri
MICE
di
berbagai kawasan ASEAN, Asia Pasifik, Eropa dan Amerika Serikat pada 2007 ratarata mengalami pertumbuhan dua digit, dan kondisi ini memiliki dampak positif terhadap industri MICE di Indonesia. Intinya, kondisi global bisnis itu mendorong bisnis MICE di negara ini. Pada dekade 1990-an, bisnis MICE
menjadi
bagian
penting
dari
perkembangan kepariwisataan di Indonesia, walaupun di negara-negara industri maju bidang pariwisata ini sudah jauh lebih berkembang
Wisata, (4) Jasa Perjalanan Wisata, (5) Jasa
sebelumnya.
Pesatnya
perkembangan bisnis MICE terjadi seiring
Akomodasi, (7) Penyelenggaraan Kegiatan Hiburan & Rekreasi, (8) Penyelenggaraan Pertemuan, Perjalanan Insentif, Konferensi & Pameran, (9) Jasa Informasi Pariwisata, (10 Jasa Konsultan Pariwisata, (11) Jasa Pramu Wisata, (12) Wisata Tirta, dan (13) Spa. Terkait dengan MICE, pada Mei 2009 diterbitkan Peraturan Menteri Kebudayaan dan
Pariwisata
18/UM.001/MKP/2009
Nomor
tentang
Pedoman
Penggunaan Jasa dan Produk Usaha Mikro Kecil Menengah dalam Kegiatan Pertemuan, Perjalanan
Insentif,
Konferensi
dan
Pameran. Diharapkan, kesempatan terbuka
18
lebar
bagi
pelaku
UMKM
untuk
mempromosikan jasa dan produknya dalam
UMKM, terutama di kota-kota besar seluruh Indonesia.
kegiatan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran atau bisnis MICE.
C. Bisnis MICE di Yogyakarta
Sejumlah penyelenggaraan kegiatan MICE
Yogyakarta adalah daerah tujuan
di Indonesia terbukti memberi kontribusi
wisata utama di Pulau Jawa, Indonesia.
konkret
ekonomi,
Kombinasi unik antara candi-candi kuno,
antara lain berbentuk penerimaan cadangan
sejarah, tradisi, budaya, pendidikan dan
devisa
kekuatan
dalam
dalam
pembangunan
waktu
relatif
singkat,
alam
menjadikan
Yogyakarta
penerimaan pajak, penyerapan tenaga kerja
sangat menarik untuk dikunjungi. Kota ini
dan pengembangan infrastruktur di kota
merupakan daerah tujuan wisata MICE yang
besar
banyak diminati berbagai kalangan, karena
seperti
Bandung,
Batam,
Semarang,
Medan,
Jakarta,
Yogyakarta,
Bali,
memiliki fasilitas yang cukup lengkap untuk mendukung kegiatan itu. Di kota ini,
Makassar, dan Manado. Penghasilan besar dari bisnis MICE itu
misalnya, banyak terdapat hotel dan gedung
dapat diperoleh dari subsektor bisnis MICE,
pertemuan yang mempunyai standar MICE
antara lain: usaha akomodasi seperti hotel,
dan siap menggelar berbagai kegiatan, baik
wisma, dan losmen; usaha jasa penyewaan
skala nasional maupun internasional.
audio visual, usaha konsumsi baik berbentuk
Berdasarkan
data
kantor
Dinas
restoran maupun perusahaan jasa boga atau
Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta
katering; usaha suvenir yang meliputi pusat
(DIY), sampai sekarang di daerah ini tercatat
perbelanjaan, toko-toko hadiah, perusahaan
terdapat 33 hotel berbintang, dan 835 hotel
kerajinan
melati,
dari
berbagai
bahan
tekstil
di
samping yang
sejumlah
pakaian, kulit, kerajinan bambu, kayu, dan
pertemuan
rotan; usaha jasa hiburan seperti orkestra,
Yogyakarta sebagai tujuan wisata MICE.
sendratari, sanggar kesenian dan kebudayaan
Banyaknya
serta lawak, dan usaha jasa pengiriman cepat
pameran maupun kegiatan lainnya berskala
(ekspres) dan pelayaran (shipping). Semua
nasional maupun internasional yang digelar
jenis usaha ini bisa dikelola oleh UMKM
di Kota Yogyakarta menunjukkan bahwa
atau setidaknya melibatkan banyak sektor
posisi Yogyakarta sebagai salah satu daerah
peserta
dapat
gedung
seminar,
mendukung
komvensi,
pariwisata berbasis MICE semakin kokoh.
19
Pengembangan kegiatan bisnis MICE menjadi
salah
satu
prioritas
program
pameran, pertemuan, dan lain sebagainya. Dengan kondisi seperti itu banyak pelaku
pengembangan pariwisata karena kegiatan
jasa
yang digelar di kota akan berdampak positif
mendukung
terhadap
kerangka bisnis MICE. Sekarang, fasilitas
sektor
Silaturahmi
Insan
pariwisata.
Forum
Pariwisata
(Fosipa)
wisata
kebutuhan
menyambut berbagai
untuk
optimis
kegiatan
masyarakat
dan dalam
termasuk
Indonesia yang berpusat di Yogyakarta
wisatawan di Yogyakarta semakin lengkap.
mempunyai anggota dari kalangan pelaku
Ketika wisatawan mau belanja, misalnya,
usaha wisata, baik pengelola hotel, restoran,
pilihan wisata belanja semakin banyak
jasa transportasi wisata, dan pramuwisata se
tersedia,
Jawa-Bali serta sebagian Sumatera. Di
didirikannya pusat perbelanjaan mo-dern di
samping itu, banyaknya kegiatan MICE
berbagai sudut kota ini.
mengingat
semakin
banyak
yaitu
Tidak hanya urusan belanja, untuk
meningkatkan penghasilan, termasuk para
wisata MICE yang lain di Yogyakarta sangat
pemangku
memadai. Banyak hotel berbintang, Jogja
dapat
memberikan
keuntungan,
kepentingan
(stakeholder)
pariwisata. Misalnya, produk kerajinan,
Expo Center (JEC), Malioboro
Mall,
rumah makan atau restoran, dan hotel
Ambarukmo Plasa, termasuk Gedung Pasifik
banyak diuntungkan banyaknya kegiatan
Hall di Jalan Magelang, adalah beberapa
MICE, baik nasional, regional maupun
tempat konvensi dan pameran yang banyak
internasional.
diminati para pengunjung. Dibandingkan
Sebagai kota wisata, Yogyakarta terus
lainnya, Pasifik Hall masih unggul karena
berbenah dan menambah berbagai fasilitas
tempatnya yang luas dan fasilitas yang
yang dibutuhkan wisatawan. Bertambahnya
memadai. Tempatnya juga stategis dan
hotel, restoran, pusat perbe-lanjaan dan
mudah dijangkau. Banyak masyarakat dari
fasilitas
semakin
luar Yogyakarta mau mengikuti seminar,
memanjakan para wisatawan untuk merasa
pertemuan kantor, pa-meran sampai hajatan
nyaman berkunjung ke Yogyakarta. Selain
pernikahan menggunakan tempat ini.
olah
raga
tentu
menjadi
Dari penjelasan di atas, dapat diketahui
daya tarik tersendiri bagi masyarakat untuk
bahwa salah satu fasilitas sangat penting
mengadakan acara skala nasional, regional
dalam
maupun
adalah ruang pertemuan (hall) dan hotel.
itu, kondisi kota ini yang aman
internasional,
baik
seminar,
suatu
penyelenggaraan
konvensi
20
kamar
jarak Bandara Adisucipto hanya sekitar 8 km
berikut fasilitas-fasilitasnya secara langsung
dari pusat kota, dan didukung dengan
akan
penyediaan
transportasi lokal yang relatif memadai,
fasilitas pendukung untuk usaha wisata
terutama armada angkutan darat dalam kota,
MICE. Di antara hotel yang sangat terkenal
seperti taksi, transjogja, bis umum, kereta
untuk penyelenggaraan bisnis MICE antara
api dengan tarif relatif murah. Kondisi ini
lain: hotel Bintang 5 (Aquila Prambanan
didukung dengan kondisi jalan yang baik
Hotel dan Melia Purosani Hotel); hotel
dan lalu-lintas yang relatif tidak sering
Bintang 4 (Natour Garuda Hotel, Santika
mengalami
kemacetan.
Hotel,
pada
Pertumbuhan
hotel
berpengaruh
dan
jumlah
terhadap
Hal
ini
Hotel,
Yogya
berpengaruh
Jayakarta
Hotel,
kemudahan bagi wisatawan konvensi, baik
Radisson Plaza Hotel); hotel Bintang 3
selama berlangsungnya konvensi maupun
(Mutiara Hotel, Puri Artha Hotel, Sriwedari
setelah acara itu selesai.
Sahid
International
Garden Hotel,
kenyamanan
sangat dan
Hotel & Cottages, Phoenix Heritage Hotel);
Selain itu, ada juga fasilitas yang
hotel Bintang 2 (Mendut Hotel, Matahari
sangat mendukung berkembangnya bisnis
Hotel); hotel Bintang 1 (Cakra Kembang
MICE,
Hotel, Air Langga Hotel, Dwi Pari Hotel)
telekomunikasi secara memadai. Yogyakarta
(Dinas Pariwisata Yogyakarta, 2007).
banyak memiliki tempat yang melayani jasa
yaitu
tersedianya
sarana
Perkembangan hotel yang ada di
telekomunikasi yang dapat digunakan untuk
Yogyakarta sangat dipengaruhi pula oleh
tujuan lokal, interlokal, dan interlokal.
akses dari dan/atau ke dunia pariwisata
Berkembangnya Warnet (Warung Internet),
internasional. Dibukanya
Bandar Udara
jaringan telpon kabel yang dipadu dengan
Adisucipto Yogyakarta sebagai bandar udara
speedy dari Telkom, jaringan komunikasi
internasional pada 21 Februari 2004 telah
wireless
membuka
bagi
pesatnya perkembangan inovatif berbagai
internasional,
merek komputer dan HP dengan kualitas
termasuk bisnis MICE di kota budaya ini.
jauh lebih tinggi memperbesar peluang
Lokasi geografisnya yang strategis jelas
berkembangnya pariwisata, termasuk bisnis
membuat kota Yogyakarta mudah dijangkau
MICE.
baik
tersebut sangat membantu pengguna jasa
peluang
pengembangan
sangat
pariwisata
menggunakan
lebar
transportasi
udara
untuk
Semua
koneksi
fasilitas
Internet,
dan
telekomunikasi
maupun darat. Untuk transportasi udara,
21
telekomunikasi, baik untuk penduduk lokal
usaha wisata MICE
maupun untuk wisatawan.
berlipatganda (multiplier effect) yang sangat
Akhirnya, kehadiran wisatawan di
kaitannya
dengan
memiliki dampak
mata-rantai
usaha
Yogyakarta tidak dapat dilepaskan juga dari
kepariwisataan lainnya, mulai dari usaha
berkembangnya wisata kuliner di kota
yang besar seperti hotel berbintang, usaha
budaya
transportasi,
ini.
Berdirinya
berbagai
hotel
akomodasi
sampai
usaha
informal
seperti
usaha
berbintang yang menyediakan berbagai jenis
terkecil
masakan dan fasilitas restoran yang bertaraf
pembuatan dan penjualan cenderamata. Pada
internasional
mendukung
tingkat yang lebih riil, di antara pihak yang
pertumbuhan bisnis MICE internasional. Di
mendapat keuntungan dari perkembangan
lokasi tengah kota dan pinggiran kota juga
bisnis ini adalah: pengusaha transportasi,
terdapat rumah makan dengan berbagai tipe
baik tingkat lokal, interlokal, nasional
dengan berbagai jenis makanan seperti
maupun internasional; akomodasi, baik hotel
Indonesian Food, Chinese Food, European
berbintang maupun tak-berbintang; restoran;
Food, Sea Food, Pizza, Fried Chicken,
hibur-an; shooping; cenderamata. Akhirnya,
Thailand Food, Japanese Food, dan lain-lain
pemerintah juga dapat menetapkan pajak
menambah khasanah wisata kuliner di
dengan lebih banyak obyek dan subyek
Yogyakarta. Dengan demikian Yogyakarta
pajak terkait dengan berbagai acara bisnis
mempunyai jumlah dan jenis rumah makan
MICE yang diadakan di berbagai gedung
yang cukup banyak untuk melayani selera
pertemuan besar.
sangat
wisatawan, termasuk mereka yang terlibat dalam penyelenggaraan bisnis MICE. Beragamnya fasilitas penyelengga-raan
dan
Uraian mengenai keterkaitan antarsektor usaha yang berhubungan dengan penyelenggaraan
bisnis
MICE
tersebut
pariwisata di Yogyakarta menjadi daya tarik
memperlihatkan keunggulan bisnis MICE
luar biasa dalam penyelenggaraan acara
dibandingkan atraksi atau usaha pariwisata
pertemuan, insentif, konvensi dan pameran
lainnya. Penyelenggaraan suatu acara bisnis
untuk memeriahkan obyek-obyek wisata
MICE akan memberikan efek berlipat ganda
yang ada. Pengembangan yang disengaja
(multiplier effect) yang lebih luas dan lebih
atas bisnis MICE ini tentu akan memicu
besar terhadap sektor-sektor pendukung
perkembangan acara itu di masa yang akan
pariwisata yang lain.
datang. Karena itu, dapat dikatakan bahwa
22
D. Kendala Bisnis MICE di Yogyakarta Dalam perkembangannya sekarang, harus
diakui
bahwa
Yogyakarta
juga
menghadapi kendala dalam pengembangan bisnis MICE. Sebagaimana disebutkan di atas, bisnis MICE banyak berhubungan dengan antara
kombinasi bisnis
dan
kepentingan
khusus
pertemuan,
insentif,
konvensi dan pameran. Dalam kerangka itu, diperlukan
banyak
upaya
pemenuhan
fasilitas MICE yang memadai dan layanan yang ramah serta berkualitas. Hanya saja, sumber daya manusia yang mensuplai bisnis ini belum memadai, baik di dalam maupun di
luar
hotel,
sehingga
adaka-lanya
pelaksanaan acara dalam kerangka bisnis MICE tidak berlangsung dengan baik dan tidak sedikit yang kurang memuaskan. Pembenahan fasilitas harus terus dilakukan, termasuk dalam masalah peralatan dengan teknologi tinggi seperti alat presentasi audio visual, sound system, lighting, komputer, telekomunikasi pada setiap kamar dengan
samping
itu,
dalam
kerangka
pemasaran, program promosi untuk bisnis MICE juga masih relatif terbatas atau parsial.
Masing-masing
hotel
masih
membuat program pemasaran untuk wisata MICE dan mempromosikan fasilitas MICE sendiri-sendiri.
Promosi
terkait dengan bisnis MICE cenderung tidak diikutsertakan menjadi satu informasi. Fakta seperti itu sebenarnya juga menunjukkan semakin ketatnya persaingan yang terjadi di antara pelaku usaha wisata MICE, baik tingkat lokal, nasional, regional maupun internasional. Padahal, kalau ditangani dengan baik, program pemasaran terpadu yang melibatkan berbagai pihak yang terkait dengan wisata konvensi dapat menyediakan informasi dan menyajikannya dalam bentuk promosi yang utuh dan dapat meraih pasar secara bersamasama. Sinergi ini sangat penting jika para pelaku bisnis MICE ingin dapat bersaing kuat dalam pariwisata MICE di tingkat internasional. Singapura menjadi salah satu negara pesaing besar di dalam bisnis MICE, baik dari jalur Australia sampai Korea maupun dari Asia Pasifik ke Eropa dan Amerika Serikat. Dengan kualitas sumber daya manusia yang tidak memadai, para pelaku bisnis MICE di Indonesia, dalam hal
jaringan internasional, dan serupa itu. Di
transportasi, obyek dan atraksi wisata yang
ini Yogyakarta cenderung akan kalah saing. Dalam
konteks
itu,
keterpaduan
dan
koordinasi antara pemerintah dan swasta dalam kerangka kemitraan sangat penting, begitu
pula
dengan
kiprah
dari
para
pengelola perguruan tinggi, baik universitas,
restoran,
23
sekolah tinggi, institut, politeknik dan serupa
antara para bisnis MICE dalam kegiatan
itu.
promosi dan pemasaran serta kemitraan antara
E. Penutup
pemerintah
dan
swasta
dalam
pengembangan dan penyelenggaraan acara Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa bisnis MICE sangat layak dikembangkan di Yogyakarta karena kota ini memiliki berbagai keunggulan, baik
MICE, terutama untuk tingkat nasional, regional
dan
internasional
untuk
membangun daya saing dan keunggulan bersama.
dilihat dari fasilitas perhotelan, gedung pertemuan,
sarana
dan
prasarana
transportasi, jaringan telekomunikasi dan ketersediaan berbagai jenis wisata termasuk kuliner dan kerajinan. Rasa aman tinggal di Yogyakarta cenderung membuat banyak wisatawan tinggal lebih lama, yang pada gilirannya akan menimbulkan efek yang berlipat ganda dari bisnis wisata MICE. Dengan predikat sebagai kota wisata, kota Yogyakarta sangat potensial dikembangkan lebih lanjut menjadi kawasan tujuan wisata MICE dengan cakupan fasilitas yang lebih
DAFTAR PUSTAKA Fandy Tjiptono, 2006, Pemasaran Jasa, Malang, Bayumedia Publishing. Philip Kotler, John Bower, James Makens, 2002, Pemasaran Perhotelan dan Kepariwisataan, Edisi Bahasa Indonesia, Jakarta, PT Prenhallindo. Oka A. Yoeti, 2003, Manajemen Pemasaran Hotel, PT Perca, Jakarta ---------------, 2007, Hotel Jakarta, PT Perca.
Marketing,
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan.
luas dan berkualitas. Untuk itu, sinergi di
24
FAKTOR YANG MENENTUKAN OMZET PENJUALAN JAMU Siti Eny Walsiati Staf Pengajar di Akademi Pariwisata Indraphrasta Abstract Jamu is an herbal traditional product. Jamu often considered by society as alternative way from chemical medicines. In order to increase the quality and keep the hygiene, Jamu must be managed and produced in modern way. Some factors, which are considered as important aspect of selling number; are: condition and capability of the seller, market condition, company condition, promotion, as well as customer service quality. Keyword: jamu, selling number
Indonesia paling tidak sudah mempunyai
PENDAHULUAN
tradisi meracik dan meminum jamu sejak
A. Latar Belakang Masalah
periode
Sejak berabad abad lamanya, jamu
kerajaan
dibuktikan
Hindu-Jawa.
dengan
adanya
Hal
ini
Prasasti
dipercaya memiliki khasiat tinggi untuk
Madhawapura dari jaman Majapahit yang
menjaga kesehatan termasuk mengobati
menyebut adanya profesi ‘tukang meracik
berbagai penyakit. Jenis jamu tertentu juga
jamu’ yang disebut Pada relief candi
dipercaya
aura
Borobudur (th 800 – 900 masehi) juga
kecantikan seorang perempuan termasuk
menggambarkan adanya kegiatan peracikan
membuatnya awet muda. Namun, rasa pahit
jamu.
dapat
mempertajam
dan bau kurang enak jamu seringkali
Beberapa hal yang membedakan antara
mengalahkan keinginan mereguk khasiatnya.
jamu dengan obat kimia modern, salah
Istilah “JAMU” merupakan sebutan
satunya adalah bahan pembuatnya. Jamu
orang Jawa terhadap obat hasil ramuan
menggunakan berbagai macam tumbuh-
tumbuh-tumbuhan asli baik daun, batang dan
tumbuhan yang langsung diambil dari alam.
akar dari alam. Jamu sebenarnya merupakan
Sedangkan obat kimia modern dihasilkan
seni dalam pengobatan tradisional. Tidak
dari senyawa bahan-bahan kimia sintetis.
ada
kapan
Oleh karena itu, tingkat efek samping jamu
munculnya tradisi minum jamu. Masyarakat
relatif sangat minim dibanding dengan obat
yang
dapat
memastikan
25
kimia modern. Dengan kata lain jamu
dan yakin tidak ada campuran lain di
merupakan obat alami yang bebas efek
dalamnya. Konsumen pun tidak keberatan
samping.
meski harus menyeduh sendiri ramuan
Seiring merebaknya gaya hidup sehat
bahan-bahan jamu yang dibeli.
dan alamiah, jamu kembali ditengok orang.
Gencarnya promosi budaya back to
Jamu yang sesungguhnya adalah racikan
nature yang mendorong masyarakat kembali
berbagai dedaunan berkhasiat obat dipercaya
pada pemanfaatan bahan-bahan alami juga
minim efek samping, tidak seperti obat-
banyak
obatan
kimia. Terpuruknya perekonomian
permintaan masyarakat akan jamu. Menurut
Indonesia beberapa tahun belakangan ini
Sidik Raharjo (31), pimpinan produsen jamu
juga membawa dampak diliriknya kembali
godok dan instan Merapi Farma di Sariharjo,
jamu dalam membantu mengobati berbagai
Ngaglik menyatakan dalam harian Kompas
penyakit yang oleh beberapa masyarakat
(16/07/2007) bahwasanya saat ini konsumen
terutama
menengah
juga semakin pintar. Mereka dapat memilih
dianggap paling efektif dilihat dari segi
obat-obatan yang paling sedikit mengandung
harganya yang relatif lebih terjangkau.
risiko atau efek samping negatif.
kalangan
ekonomi
Konsumsi obat-obatan tradisional di
Selain
memengaruhi
itu,
peningkatan
turunnya
daya
beli
masyarakat, seperti jamu godok, dalam
masyarakat untuk mengonsumsi obat-obatan
beberapa tahun terakhir terus mengalami
kimia yang semakin mahal juga mendorong
peningkatan. Bermacam-macam jamu untuk
masyarakat
berbagai penyakit seperti asam urat, diabetes
alternatif yang mereka percayai aman untuk
mellitus, ataupun kolesterol tinggi banyak
dikonsumsi. Pasca gempa 27 Mei, sebagian
diminati masyarakat. Produksi jamu-jamuan
masyarakat yogyakarta, khususnya yang
tersebut pun terus bertambah. saat ini
tinggal di Bantul kehilangan pekerjaan
masyarakat banyak mencari jamu-jamuan
pokok mereka, sehingga praktis dalam hal
berbahan
Kekhawatiran
pengobatan mereka lebih mengadalkan akan
masyarakat terhadap efek samping obat-
khasiat jamu dibandingkan dengan obat-
obatan kimia secara langsung memang
obatan kimia yang harganya melambung.
meningkatkan
Bahan-bahan
dasar
mentah.
konsumsi
jamu-jamuan
untuk
mencari
rempah banyak
obat-obat
pembuat
terdapat
di
jamu
berbahan mentah. Mereka lebih tenang
sebenarnya
daerah
ketika melihat sendiri bahan- bahan jamu
pedesaan akan tetapi kurang diperdayakan
26
oleh masyarakat untuk membuat bahan
meramu, menumbuk, dan memanfaatkan
ramuan jamu sendiri oleh karena repot serta
daun, akar, serta umbi tanaman untuk obat
memakan waktu dalam pembuatannya dan
dan perawatan kecantikan. Di candi terbesar
tidak tahan lama dalam penyimpanannya.
ini juga tergambar jelas pahatan pohon
General Manager Operation PT Air Mancur, James M Sinambela, Selasa (24/6)
kalpataru yang melambangkan alam sebagai sumber kesehatan. Dalam sejarahnya, ilmu jejamuan ini
dalam harian Kompas mengatakan, selain produk,
semula ini hanya dimiliki oleh bangsawan di
pengusaha jamu juga harus melakukan
dalam keraton untuk menjaga keindahan
inovasi
masyarakat
raga dan kesehatan mereka. Kemudian, pada
cenderung menginginkan obat-obatan yang
awal abad XVII, ahli botani Belanda
murah, tanpa efek samping tetapi juga
bernama Jacobus Bontius menemukan 60
praktis
jenis tanaman obat berkhasiat di Indonesia,
meningkatkan
standardisasi
produk.
tanpa
Saat
repot
ini
membuatnya
atau
dan
memperolehnya.
menulisnya
dalam
buku
Histiria
Naturalist et Medica Indiae. Penemuan ini dilanjutkan
PEMBAHASAN
oleh
disempurnakan
A. Jamu
Van
Rheede,
Gregorius
lalu
Everhardus
Rumphius yang berdiam di Maluku dan
Jamu adalah sebutan untuk obat tradisional
menghimpunnya dalam buku Herbarium
dari Indonesia. Belakangan populer dengan
Amboinense.
sebutan herba atau herbal (Depdikbud.1995).
pendudukan
Jamu dibuat dari bahan-bahan alami, berupa
modern sudah banyak dijumpai, terbitlah
bagian dari tumbuhan seperti rimpang (akar-
buku
akaran), daun-daunan dan kulit batang, buah.
Soloensis (Kompas, 9/10/2004)
Ada juga menggunakan bahan dari tubuh hewan,
seperti
empedu
kambing
atau
tangkur buaya.
Sementara Jepang,
pada
saat
Formularium
masa
obat-obatan
Medicamentorum
Akhirnya, ilmu jamu-jamuan yang semula hanya dikuasai kerabat keraton pun menyebar kepada masyarakat luas, terutama
Pembuatan jamu Nusantara ini telah
di sekitar tembok keraton. Lambat laun,
berlangsung sejak zaman batu. Hal ini dapat
jamu
dilihat
Candi
sehingga mulai diperjualbelikan di warung,
Borobudur yang menggambarkan kegiatan
oleh tabib, atau dijajakan berkeliling oleh
dari
salah
satu
relief
pun
mengalami
komersialisasi
27
tukang-tukang jamu Jawa berkebaya yang
prabrik. Hal ini terlihat dari sedikitnya
cantik. Bakul jamu yang gandes luwes itu
penjual jamu gendong atau keliling yang
biasanya berjualan bersama, dan berangkat
meramu bahan jamunya sendiri. Hanya jamu
berbondong-bondong berkeliling kampung
tertentu seperti kunir asem dan beras kencur
sambil menggendong keranjang berisi botol
yang
jamu.
Sedangkan untuk jamu lain, sudah tersedia
masih
diolah
tangan
sendiri.
Industrialisasi jamu saat ini sudah
bahan serbuk buatan pabrik yang tinggal
berkembang dengan munculnya pabrik-
seduh saja kemudian ditambahkan dengan
pabrik jamu besar seperti Nyonya Meneer,
bahan-bahan lain seperti telur atau madu.
Sido Muncul pada, dan Air Mancur. Kini,
Meskipun prinsip pembuatan jamu
pasar jamu telah dipenuhi oleh sekitar 600
pada dasarnya sama, cara pembuatan yang
produsen jamu dari skala rumah tangga
dipilih tukang jamu gendong atau keliling
sampai pabrik besar dengan ribuan pekerja.
lain-lain. Ada yang menggunakan cara
Jamu pun dikenal lebih banyak orang,
tumbuk, ulek, atau pipis. Bakul jamu yang
terlihat dari makin menjamurnya outlet jamu
bermodal menggunakan blender. Ada pula
di berbagai sudut kota, iklannya yang
penjual yang tinggal mencampur bahan-
berjejal di berbagai media, dan omzet
bahan yang sudah berupa serbuk. Alam
penjualan yang mencapai sekitar Rp 2,4
tropis ini memberikan kesempatan 30.000
triliun per tahun
spesies flora untuk tumbuh, dan 8.000 jenis
Dalam industri jamu terdapat tiga jenis
di antaranya adalah tanaman yang memiliki
produk, yaitu jamu tradisional yang masih
khasiat obat. Meski baru ratusan spesies
mempertahankan resep warisan leluhur,
yang telah termanfaatkan sebagai bahan
jamu
berdasarkan
baku obat tradisional atau jamu. Dan
referensi, serta fitofarmaka. Fitofarmaka
tanaman obat yang paling populer bagi
berasal dari tanaman yang sudah melalui
orang Jawa adalah jahe, kencur, kunyit,
proses
temulawak, temu ireng, kapulaga, lengkuas,
yang
uji
persyaratan
dikembangkan
klinis formal
dan
pre
produk
uji
klinis
pengobatan
serta lempuyang Berdasarkan cara pembuatan, jamu
(Ibid). dengan
dibedakan menjadi jamu pipis, seduhan,
tradisional
infus, serbuk, pil, kapsul, dan sirup. Selain
kalah saing dengan jamu-jamu buatan
itu ada juga jamu parem, pilis, lulur, dan
Namun perkembangan
kini,
seiring
zaman,
jamu
28
mangir. Jamu pipis dan seduhan merupakan
kulit kapsul tersebut halal atau tidak. Bahan
jamu yang paling tradisional, paling dikenal
dasar pembuatan kulit kapsul adalah gelatin
masyarakat luas, dan bertahan sampai kini.
yang bersumber dari tulang dan kulit
Jamu ini pula yang selalu dijajakan penjual
binatang. Selain itu, bahan perekat pada
jamu
pembuatan tablet dan kaplet juga perlu
keliling
ke
kampung-kampung. untuk
diwaspadai. Biasanya digunakan magnesium
menyembuhkan, merawat, dan mencegah
stearat yang merupakan turunan dari lemak
penyakit. Sementara parem, pilis, lulur, dan
sebagai pengikat.
Semuanya
berfungsi
sama,
mangir lebih banyak diasosiasikan sebagai jamu perawatan kecantikan.
2. Alkohol dalam jamu cair
Penjualan jamu secara nasional turun
Jamu cair perlu dicermati sebab adanya
30 persen pada Juni dan Juli 2007 (Kompas
penggunaan alkohol. Jamu cair biasanya
3/8/2007).Hal
berasal dari ekstraksi bahan aktif dari bahan
itu
disebabkan
sebagian
konsumen khawatir adanya jamu yang
jamu.
menggunakan bahan kimia obat sebagai
menggunakan
campurannya. Untuk mendongkrak kembali
menggunakan alkohol. Pada jamu instan
omzet
Badan
berbentuk bubuk, alkohol biasanya telah
Pengawas Obat dan Makanan sebaiknya
diuapkan hingga kering. Namun pada jamu
menyosialisasikan jamu yang baik kepada
cair biasanya residu alkoholnya masih cukup
masyarakat. Mengontrol pengrajin-pengrajin
tinggi, sehingga menjadikannya tidak halal.
penjualan
jamu
maka
jamu yang nakal serta perlu adanya inovasi baru yang berhubungan dengan jamu agar
3. Penambahan
ekstraksi air--,
telur
ini
--selain
kadang-kadang
mentah
ketika
akan meminum jamu seduh
menyarakat mempunyai alternatif lain cara mengkonsumsi jamu.
Proses
Telur yang sering dipakai oleh para tukang jamu adalah telur ayam kampung
Beberapa hal yang harus diperhatikan
atau telur bebek. Dengan kandungan gizinya
dalam mengkonsumsi jamu (yahoo.com
yang lengkap, telur ini dikenal sebagai
6/12/2007) yaitu :
makanan yang memberikan efek kesehatan.
1. Kulit kapsul dan bahan perekat tablet
Telur
jamu
disajikan
mentah
atau
setengah
matang. Dari segi kandungan gizi, telur
Jamu dengan bentuk kapsul perlu
mentah lebih baik, karena proteinnya belum
dikaji ulang terkait dengan aspek apakah
mengalami kerusakan (denaturasi). Namun
29
pada kondisi dimana wabah virus flu burung
berjamur. Keberadaan air dalam jamu cair
cukup marak, penggunaan telur mentah ini
juga memungkinkan tumbuhnya bakteri.
perlu dipertimbangkan.
7. Penggunaan simplisia hewan
4. Penggunaan anggur obat dalam jamu Bahan yang sering dianggap obat dan banyak
dikonsumsi
masyarakat
Jamu dipersepsikan oleh masyarakat awam sebagai obat yang berasal dari
adalah
tumbuhan. Padahal tidak selalu demikian.
anggur obat atau sering dikenal dengan
Definisi simplisia (jamu) secara farmasi
nama anggur kolesom. Bahan ini adalah
ialah bahan alamiah yang digunakan sebagai
minuman fermentasi yang terbuat dari
obat dan belum mengalami pengolahan apa
perasan buah anggur. Dari segi bahan dan
pun. Kecuali dinyatakan lain, ia berupa
proses pembuatan sama persis dengan
bahan yang dikeringkan. Simplisia terdiri
pembuatan wine atau minuman keras yang
dari dua jenis, yakni simplisia nabati dan
berasal dari anggur. Dalam minuman ini
hewani. Keduanya merupakan bagian utuh,
juga ditambahkan ramuan-ramuan lain yang
bagian, atau eksudat dari masing-masing
dianggap berkhasiat bagi kesehatan.
tumbuhan atau hewan dan bukan merupakan
5. Penggunaan senyawa-senyawa kimia
senyawa
sintetik dalam jamu
menggunakan
Belakangan ini, sering terdengar razia terhadap
produk
jamu
kimia
yang
ternyata
kehalalan
murni.Jika
simplisia menjadi
hewan, terkait
jamu tentu dengan
penyembelihan hewan tersebut
dicampur dengan senyawa-senyawa sintetik obat di dalamnya. Hal ini bertentangan dengan ketentuan tentang definisi jamu. Keberadaan
senyawa-senyawa
kimia
di
dalamnya berbahaya karena interaksinya dengan bahan lain dan efeknya terhadap tubuh tidak dianalisis secara akurat.
sering
1. Wirausaha Pada
umumnya
masyarakat
menganggap wirausaha sinonim dengan
wirausaha yang hebat , yang unggul.
Kebanyakan produk jamu rumahan, kadaluwarsanya
Penjualan
pengusaha. Pengusaha yang hebat berarti
6. Tanggal kadaluwarsa jamu tanggal
B. Faktor – Faktor Penentu Omzet
tidak
dicantumkan. Padahal jamu tetap memiliki
Anggapan itu banyak benarnya namun untuk keperluan pembinaan dan pengembangan yang sistematis, operasional dan berjenjang,
masa pakai. Simplisia dalam jamu bisa
30
ada baiknya digunakan pengertian yang
Sumber dana yang mencukupi (money); (c)
lebih tajam.
Peralatan dan mesin yang tepat guna dan
(machine); (d) Cara kerja yang efektif
wirausaha kesemuanya adalah orang-orang
(methods); (e) Pasar dan langganan yang
yang terlibat langsung dalam kegiatan usaha
setia (markets).
Pekerja
bebas,
pengusaha
(bisnis). Pekerja bebas adalah orang yang
Man atau manusia adalah unsur utama
melakukan suatu usaha yang mandiri atau
dari suatu perusahaan, haruslah mampu
tanpa majikan akan tetapi tidak berorientasi
mengelola usaha yang dijalankannya. Unsur
untuk memperoleh keuntungan. Bila pekerja
permodalan,
bebas bekerja bersama-sama dalam suatu
pemasaran
ruangan maka koordinasinya yang biasanya
keberhasilan
adalah pemasok modal utama bukan sekedar
Pengusaha
pekerja bebas, tetapi pengusaha, karena
dikualifikasikan
disitu telah berlangsung proses perusahaan.
Memiliki rasa percaya diri atau sikap
Wirausaha dapat dipahami dari menguraikan
mandiri yang tinggi untuk berusaha mencari
istilah tersebut. Wira berarti utama, gagah,
penghasilan
luhur,
pejuang.
perusahaan; (b) Mau dan mampu menangkap
Sedangkan wirausaha berarti pejuang yang
peluang usaha yang menguntungkan; (c)
gagah, luhur, berani dan pantas menjadi
Mau dan mampu bekerja keras dan tekun
teladan dalam bidang usaha. Dengan kata
dalam menghasilkan barang dan jasa serta
lain wirausaha adalah orang-orang yang
mencoba cara kerja yang lebih tepat dan
mempunyai sifat kewirausahaan yaitu :
efisien; (d) Mau dan mampu berkomunikasi,
keberanian mengambil resiko, keutamaan,
tawar-menawar dan musyawarah dengan
kreatifitas dan keteladanan dalam menangani
berbagai pihak yang besar pengaruhnya pada
nusaha atau perusahaan dengan berpijak
kemajuan usahanya terutama para pembeli
pada kemauan dan kemampuan sendiri.
atau langganan; (e) Menghadapi hidup dan
Pada dasarnya suatu bentuk usaha jasa atau
menangani usaha dengan terencana, jujur,
barang
hemat dan disiplin; (f) Mencintai kegiatan
berani,
apapun
teladan,
baik
atau
itu
berbentuk
peralatan, tidak
tata
dapat
cara
dan
perlepas
dari
sebuah
perusahaan
kecil.
yang
handal
dapat
sebagai
dan
(g)
berikut
keuntungan
Mau
dan
:
(a)
melalui
perusahaan mapuan home industri tidak
usahanya;
mampu
lepas dari unsur manajemen yaitu : (a)
meningkatkan kapasitas diri sendiri dan
Sumber daya manusia yang baik (man); (b)
kapasitas perusahaandengan memanfaatkan
31
dan memotivasi orang lain; (h) Berusaha
pentingnya hubungan antara membangun
mengenal dan mengendalikan lingkungan
relasi dan mengirimkan jasa ke pelanggan
serta
dan kinerja keuangan perusahaan. Tiga isu
menggalang
kerjasama
yang
penting tentang strategi bisnis yaitu
menguntungkan dengan berbagai pihak.
a.
2. Strategi Bisnis Strategi
Siapa : Menentukan pelanggan yang akan dilayani
bisnis
adalah
serangkaian
Pelanggan
dapat
dibagi
menjadi
komitmendan tindakan yang terintegrasi dan
kelompok-kelompok berdasarkan perbedaan
terkoordinasi,
untuk
dalam kebutuhan mereka. Disebut sebagai
menyediakan nilai kepada para pelanggan
segmentasi pasar, ini merupakan suatu
dan mendapatkan keunggulan kompetitif
proses
dengan
kompetensi-
dengan kebutuhanyang sama dikelompokkan
kompetensi inti dari pasar produk individual
kedalam individu dan kelompok yang dapat
dan
Jadi
diidentifikasi. Segmentasi pasar merupakan
keyakinan
proses dua langkah dalam menamakan pasar
perusahaan tentang dimana dan bagaimana
produk yang luas dan mensegmentasikan
ia
dibandingkan
mereka untuk memilik pasar sasaran dan
dengan lawan-lawannya. Berkaitan dengan
mengembangkan bauran pemasaran yang
lingkungan
dan
cocok. Hampir setiap cirri manusia dan
interaksi yang dimiliki perusahaan maka
organisasi yang dapat diidentifikasi bias
sudah
karyawan
digunakan untuk membagi suatu pasar
memahami apa yang menjadi keunggulan
kedalam bsegmen-segmen yang berbeda satu
perusahaan. Pertanyaan-pertanyaan tentang
sama lain. Faktor-faktor yang mempengaruhi
strategi perusahaan dimasa dating dan
segmentasi pelanggan misalnya : (i) faktor
keunggulan
menjadi
demografis (usia, pendapatan, seks dll); (ii)
dasarnya harus dipecahkan dengan cepat
faktor sosiodemografis (kelas social, tahap
untuk
dalam siklus hisup berkeluarga); (iii) faktor
yang
mengeksploitasi
spesifik
strategi
dirancang
(Thomson.2001:151).
bisnis
memiliki
merefleksikan
keunggulan
persainagn
selayaknya
perusahaan
semua
kompetitif
yang
memungkinkan
dilakukannya
tindakan-tindakan strategis yang efektif.
dimana
melaluinya
orang-orang
geografis (perbedaan kultural, regional dan
Para pelanggan adalah dasar dari
nasional); (iv) faktor psikologis (gaya hidup,
keberhasilan strategi bisnis. Perusahaan
cirri-ciri kepribadian); (v) faktor persepsi
perusahaan
(segmentasi manfaat, pemetaan persepsi).
terus
menerus
menekankan
32
b. Apa : menentukan kebutuhan pelanggan
biaya paling rendah, relatif terhadap para pesaing dengan ciri-ciri yang dapat diterima
yang ingin dipuaskan Ketika sebuah perusahaan memutuskan
para pelanggan. Implementasi yang efektif
siapa yang akan ia layani, ia harus secara
dari
bersamaan
kebutuhan
memungkinkan perusahaan menghasilkan
kelompok pelanggan sasaran yang dapat
laba di atas rata-rata selain adanya faktor-
dipuaskan oleh barang dan jasanya. Suatu
faktor kompetitif yang kuat seperti berikut.
mengidentifikasi
strategi
Pertama,
keunggulan kompetitif tambahan meningkat
kepemimpinan
persaingan
biaya
dengan
ini
para
bagi mperusahaan-perusahaan yang mampu
pesaing yang sudah ada. Memiliki posisi
mengantisipasi dan kemudian memuaskan
biaya rendah merupakan pertahanan yang
kebutuhan yang sebelumnya tidak diketahui
berharga dalam menghadapi para pesaing,
oleh pelanggan. Kemampuan yang secara
karena posisi yang menguntungkan sebagai
positif dan kontinu memberi kejutan pada
pemimpin biaya, para pesaing akan ragu
para
dengan basis harga.
pelanggannya
memungkinkan
perusahaan itu menghasilkan laba rata-rata
Kedua,
kekuatan
tawar-menawar
karena selalu menciptakan kembali dirinya
pembeli
dari waktu ke waktu.
berkuasa dapat mendesak pemimpin biaya
c. Bagaimana : Menentukan kompetensi
untuk
(pelanggan).
mengurangi
Pelanggan
harga-harganya,
yang
tapi
inti yang diperlukan untuk memuaskan
harga tersebut tidak akan didesak sampai
kebutuhan pelanggan
ketingkat harga dimana pesaing industri
Perusahaan menggunakan kompetensikompetensi
intinya
untuk
menerapkan
strategi penciptaan-nilai dan memuaskan kebutuhan pelanggan.
Ketiga,
kekuatan
tawar
menawar
suplier. Pemimpin biaya beroperasi dengan yang
lebih
besar
dari
para
pesaingnya. Diantara banyak keuntungan,
a. Strategi kepemimpinan biaya
margin lebih tinggi yang relatif dengan
Strategi kepemimpinan biaya adalah
margin
para
pesaing
memungkinkan
integratif
yang
pemimpin biaya untuk menerapkan kenaikan
memproduksi
atau
harga suplier. Dengan cara laian, pemimpin
mengirimkan barang-barang atau jasa pada
biaya yang kuat dapat mndesak para suplier
dirancang
tindakan
rata.
margin
3. Tipe-tipe Strategi Bisnis
serangkaian
lainnya dapat menghasilkan laba-di atas rata-
untuk
33
untuk menahan harga mereka, mengurangi
dalam hal-hal yang penting bagi mereka.
margin mereka dalam proses tersebut.
Dengan strategi diferensiasi, atribut dan
Keempat, peserta potensial. Melalui
karakteristik unik produk perusahaan (selain
usaha yang terus menerus untuk mengurangi
biaya) memberikan nilai bagi pelanggan.
biaya ketingkat yang lebih rendah dari para
Strategi ini memusatkan diri pada investasi
pesaingnya, pemimpin biaya menjadi sangat
dan pengembangan ciri yang terus menerus
efisien.
dan
Karena
mereka
meningkatkan
bukan
fokus
pada
biaya,
yang
margin laba, tingkat efisien yang selalu
membedakan barang dan jasanya dalam hal
diperbaiki ini menjadi halangan masuk yang
yang dihargai oleh pelanggan, yaitu sebagai
signifikan bagi peserta bisnis yang potensial.
berikut.
Margin laba pemimpin biaya yang rendah mengharuskan
pemimpin
biaya
untuk
Pertama, pesaing
persaingan
yang
sudah
dengan
ada.
para
Pelanggan
menjual produknya dalam volume yang
cenderung menjadi pembeli yang setia
lebih besar untuk mendapatkan laba di atas
terhadap produk yang didiferensiasi dengan
rata-rata.
cara-cara yang bermakna bagi mereka.
Kelima, Produksi pengganti. Ketika
Ketika
kesetiaan
mereka
pada
barang
dihadapkan dengan kemungkinan substitusi,
meningkat, kepekaan pelanggan terhadap
pemimpin biaya lebih memiliki fleksibilitas
kenaikan harga berkurang.
dari para pesaingnya. Untuk mmpertahankan
Kedua, kekuatan tawar-menawar pembeli
para pelanggannya, pemimpin biaya dapat
(pelanggan). Keunikan diferensiasi barang
mengurangi harga barang atau jasanya.
dan jasa mengisolasi suatu perusahaan dari
Tetap dengan harga yang lebih rendah dan
persaingan
kualitas yang dapat diterima, pemimpin
kepekaan
biaya
harga.
meningkatkan
kemungkinan
pelanggan akan memilih produknya daripada
kompetitif pelanggan
Ketiga,
dan
terhadap
kekuatan
Karena
mengurangi kenaikan
tawar-menawar
perusahaan
yang
produk pengganti.
suplier.
b. Strategi diferensiasi
mengimplementasikan strategi diferensiasi adalah
membebankan harga premium untuk produk
yang
produknya, suplier harus memasok bahan-
dirancang untuk memproduksi barang atau
bahan yan berkualias tinggi. Adapun biaya
jasa yang dianggap para pelanggan berbeda
suplier yang relatif tinggi dibebankan pada
Strategi serangkaian
diferensiasi tindakan
integratif
34
biaya tambahan perlengkapan ke pelanggan
pemberian hadiah sering mempengaruhi
dengan
penjualan. Dalam hal ini diperlukan dana
menaikkan
harga
dari
produk
yang tidak sedikit. Dalam bentuk promosi
uniknya. Keempat, Peserta potensial. Loyalitas pelanggan mengatasi
dan
kebutuhannya
keunikan
produk
untuk
diferensial
merupakan hambatan yang substansial bagi masuknyan
peserta
bisnis
potensial.
Memasuki suatu industri dengan kondisi seperti ini menuntut investasi sumberdaya
dengan kemasan yang menarik bagi pembeli. Ketiga, Harga yang terjangkau, pemberian pelayanan
dan
tempat
penjualan
yang
strategis. KESIMPULAN Produk jamu banyak diminati semua
yang signifikan dan kemauan untuk bersabar
kalangan
mencari loyalitas pelanggan.
pengganti pengobatan non medis yang lebih
Kelima, Produk pengganti. Perusaan-
masyarakat,
sebagai
produk
murah dan terjangkau harganya. Namun
perusahaan yang menjual barang dan jasa
dalam
bermerek pada pelnggan
memperhatikan faktor-faktor seperti konsep
yang loyal
pengelolaan
bisnis
jamu
harus
dalam
wirausaha, konsep strategi bisnis, strategi
substitusi.
diferensiasi produk. Disamping itu tempat
Sebaliknya, perusahaan yang tidak meiliki
yang strategis sangat dibutuhkan konsumen
loyalitas merek lebih tunduk pada pelanggan
untuk mudah memperoleh produk jamu yang
yang biasanya mereka akan beralih produk
tetap higienis dikonsumsi.
memiliki
posisi
menghadapi
yang
efektif
produk-produk
yang menawarkan bentu-bentuk diferensiasi yang melayani fnsi yang sama. C. Faktor – Faktor Lain (Swastha dan Irawan : 1990) Pertama,
Kondisi
organisasi
perusahaan. Pada perusahaan besar, biasanya masalah penjualan ditangani oleh bagian tersendiri (Bagian Penjualan) yang dipegang orang-orang yang ahli dibidang penjualan. Kedua, Faktor yang tidak kalah pentingnya adalah : periklanan, peragaan, kampanye,
DAFTAR PUSTAKA Darwin Bangun, 1989, Manajemen Perusahaaan, Dep. P & K, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan, Jakarta. Geofferey G. Meredith, 1992, Kewirausahaan Teori dan Praktek, PT. Pustaka Binawan Pressindo. Gilarso T. 1992, Ilmu Ekonomi Bagian Makro, Yogyaakrta, Kanisius http://www.geocities.com/jamuherbacure/Ja mu.htm
35
http://id.wikipedia.org/wiki/Gula#Pembuata n_gula Indriyo Gitosudarmo, 1996, Pengantar Bisnis, Edisi 2, BPFE, Yogyakarta
LPPM, 1996, Manajemen Umum, Modul 1 Proses Manajemen, Pendidikan Manajemen Multi Media, Jakarta
Kompas. 9 Oktober 2004. Jamu Gendong Bertahan Ditengah Himpitan Industri
Marbum, B.N. 1996, Manajemen Perusahaan Kecil, PT. Pustaka Binaman Presendo, Jakarta.
________16 Juli 2007. Industri Kecil. Konsumsi Jamu Tardisional Terus Alami Peningkatan
Michael A. Hitt., dkk, 2001. Manajemen Strategi Daya saing dan Globalisasi. Jakarta. Salemba Jakarta
________ 27 Juli 2007. Industri Jamu Indonesia hadapi Tantangan Besar
Tarsi Tarmudji, Manajemen Bisnis, Liberty, Yogyakarta
________ 3 Agustus 2007. Obat-obatan. Penjualan Jamu Turun
Wisnu Giyono. 2002. Jiwa Wirausaha Penduduk Desa Tertinggal di DIY. Laporan Penelitian. Yogyakarta : Akpar Buana Wisata
36
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN KELUARGA DALAM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) MELALUI PENDAMPINGAN KADER PAUD DESA SUMBERSARI, MOYUDAN, SLEMAN, YOGYAKARTA Sri Muliati Abdullah Rahma Widyana Kamsih Astuti Dosen Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta ABSTRACT The center of early childhood education (ECE) is the right of organizational community to be the center of early childhood stimulation activities. ECE will be able to have an optimal role when supported by adequate resources both human resources, financial resources and educational facilities. Given the importance of early childhood education as a place of early learning for the next generation, the SCT team was moved to take part in coaching and mentoring in early childhood education. The purpose of the activities is to educate, to train, and to assist trainers of early childhood education, became a pilot group in early childhood education in Sumbersari. Then this group stimulates the formation of new ECE in the village, to educate the cadres of the PKK in early childhood education, giving direction in the administration of early childhood education, to empower communities, build awareness and increase of community participation in early childhood education programs. Group partners are four nonformal groups of early childhood education under PKK Sumbersari guidance that will be a pilot and nine pioneering groups of early childhood education will be initiated its establishment. The method for the application of science and technology are: (a) Education and training for trainers of early childhood childhood education, about Early Childhood Development, Education and early childhood learning, and socialization and community empowerment and (b) Assistance pilot trainer to provide guidance for the others PKK cadres to initiated the establishment of early childhood education. The implementation of this community service for 3 months. Outcomes from these activities is a pilot group on early childhood education that stimulates the formation of another group of early childhood education in the village Sumbersari. At the end of activities, all of dukuh in the village Sumbersari (13 dukuh) has been established early childhood education, this means that each dukuh in the village Sumbersari already has a group of early childhood education providers. Keywords: early childhood group, the PKK cadres Sumbersari Village, education, training, mentoring.
37
Pendahuluan Desa Sumbersari memiliki wilayah seluas 546.000,5 Ha, dengan jarak 3 km dari pusat kecamatan Moyudan, 15 km dari pusat
kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.” Permasalahan Mitra
Kabupaten Sleman, dan 12 km dari pusat propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Desa ini terdiri dari 13 dusun yaitu Dusun Tegalrejo, Klisat, Nasri, Semingin, Tumut, Menulis,
Tiwir,
Blendung,
Bendosari,
Ngaglik, Gesikan, Nglahar, dan Sombangan. Berdasarkan data penduduk per Desember 2008, jumlah penduduk berusia 0-6 tahun sebanyak 579 jiwa. Menyikapi hal ini, mulai tahun 2007, PKK desa Sumbersari merintis pendirian lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) jalur nonformal sebagai upaya penumbuhan dan pengembangan anak usia dini khususnya yang berusia praTK. PAUD
Dalam perjalanan selama hampir 2 tahun,
PAUD
desa
Sumbersari
telah
menunjukkan suatu kemajuan. Namun tidak dapat disangkal, kendala atau hambatan juga banyak dialami. Berdasarkan hasil focus group discussion (FGD) yang dilakukan tim pengusul proposal dengan para kader PKK desa dan kader PAUD dari 4 dusun pada tanggal 21 Mei 2009, diperoleh data permasalahan
yang dapat
dikategorikan
menjadi dua yaitu permasalahan pengelolaan PAUD dan permasalahan masyarakat. 1. Permasalahan pengelolaan oleh Kader
ini menerima peserta didik usia 2 sampai 5
PAUD, meliputi:
tahun. Diharapkan setelah anak mengikuti
a. Penyelenggaraan
PAUD
PAUD ini dapat siap masuk sekolah Taman
melingkupi
Kanak-Kanak. Tujuan didirikannya lembaga
Sumbersari. Baru 4 dari 13 dusun yang
PAUD ini sesuai dengan isi UU no. 20 tahun
berinisiatif menyelenggarakan PAUD.
2003, pasal 1, butir 14 yaitu seperti berikut:
Kesadaran perangkat dusun, khususnya
“Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah “suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki
seluruh
dusun
belum desa
kader PKK dari 9 dusun yang lain untuk memberi
pelayanan
PAUD,
perlu
dimunculkan. b.Kegiatan PAUD di 4 dusun belum dapat dilaksanakan sesuai jadwal. Hal ini terkait dengan jumlah pendidik yang sangat terbatas. Ketika pendidik sedang
38
mempunyai
kesibukan
bekerja
atau
mempunyai acara keluarga, mereka tidak masuk. Bahkan ketika semua pendidik saat
itu
berhalangan
hadir,
PAUD
memenuhi
pengetahuan
mereka
tentang kurikulum. e. Terbatasnya kondisi tempat kegiatan, ruang dan alat untuk belajar, ruang
diliburkan. Hal ini menimbulkan kendala
bermain
dalam rutinitas penyelenggaraan PAUD.
permainan edukatif dirasakan pula
c. Kualifikasi tingkat pendidikan dan
sebagai
latar
belakang
pendidik
pendidikan
PAUD
memenuhi
yang
persyaratan.
para kurang
Ketentuan
serta
minimnya
kendala
proses
alat
belajar
mengajar. 2. Permasalahan masyarakat, meliputi: a. Masyarakat
dari
4
dusun
yang
S1
mempunyai PAUD (Dusun Menulis,
PAUD. Para pendidik PAUD belum
Blendung, Tiwir, dan Nglahar) belum
ada
seluruhnya
ideal
pendidik
yang
PAUD
adalah
memenuhi
ketentuan
aktif
mengikutsertakan
tersebut. Hanya pendidik PAUD dusun
anaknya mengikuti kegiatan PAUD.
Blendung
yang tingkat
dan
Kalaupun
belakang
pendidikannya
mendekati
latar
telah
terdaftar
belum
seluruhnya aktif mengantar anaknya sesuai jadwal hari kegiatan PAUD.
ideal. persyaratan
Ketika orangtua sedang mempunyai
kualifikasi tingkat pendidikan dan latar
kesibukan, anak tidak diantar ke
belakang pendidikan para pendidik
PAUD. Bahkan di Kelompok Bermain
PAUD,
PAUD dusun Nglahar, jumlah anak
d. Kurang
terpenuhinya
kebutuhan
menyebabkan untuk
besarnya
mengetahui
dan
mengembangkan kurikulum. Meskipun rambu-rambu
kurikulum
dari
berkurang cukup banyak. b. Partisipasi masyarakat untuk terlibat sebagai
pendidikan
PAUD
masih
pemerintah telah ada, namun pendidik
rendah. Hal ini dikarenakan pekerjaan
merasakan banyak keterbatasan dalam
sebagai pendidik PAUD merupakan
mengembangkan
pekerjaan sosial / sukarela (tidak ada
Sebenarnya
para
kurikulum. pendidik
telah
imbalan gaji), sehinggahanya sedikit
mengikuti beberapa pelatihan tentang
yang
bersedia
PAUD, namun dirasakan cukup untuk
pendidik PAUD.
bergabung
sebagai
39
Gambaran Ipteks yang ditransfer pada mitra: PENDAMPINGAN INTEGRATIF (khususnya untuk kelompok PAUD percontohan)
Kelompok PAUD percontohan
o Permasalahan PAUD tingkat dusun di Desa Sumbersari
o o o
dgn pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh dari pendampingan TIM dapat melakukan penberdayaan masyarakat
Transfer metode pendidikan anak usia dini: teknik stimulasi dan pendidikan anak usia dini sosialisasi dan pengayaan kurikulum PAUD penyelenggaraan wadah pendidikan anak usia dini yang ideal di PAUD tingkat dusun metode pendidikan pada keluarga tentang PAUD
• membangun kesadaran kader PKK dusun untuk merintis PAUD • memberikan contoh dan arahan tentang penyelenggaraan PAUD • mengedukasi masyarakat ttg PAUD
LUARAN : PAUD percontohan dapat menstimulasi terbentuknya PAUD-PAUD lain di desa Sumbersari
a. Perkembangan anak usia dini, meliputi:
Metode Penerapan IPTEKS
Perkembangan Berdasarkan identifikasi permasalahan di atas, tim dan mitra menetapkan metode penerapan ipteks yakni : 1. Peningkatan
pengetahuan
ketrampilan melalui pendidikan dan pelatihan, khususnya pada kader dari 4 PAUD. Secara rinci, materi pelatihan
usia
dini,
Permasalahan perkembangan anak usia dini,
deteksi
penyimpangan dan
anak
dini
terhadap
perkembangan
anak
usia dini dan dinamika keluarga dalam mewujudkan pengasuhan yang ideal untuk anak usia dini Pendidikan dan pembelajaran anak usiagaraan, wadah
kader PAUD adalah sebagai berikut. 40
PENINGKATAN KOMPETENSI BERBAHASA INGGRIS FUNGSIONAL KONTEKSTUAL BAGI CALON PEKERJA MIGRAN KECAMATAN MOYUDAN KABUPATEN SLEMAN Hermayawati, dkk Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mercu Buana Yogyakarta
ABSTRACT The District of Moyudan, Sleman Yogyakarta has a relatively high unemployment rate with the job seekers of 6.109 male and 5.293 female. Most of them (especially female) desiredly want to work at overseas as Indonesian Overseas Workers, or Tenaga Kerja Indonesia (TKI). The problem is, they must not merely have job-skill, but also have to be able to use the target language in the job target country, at least English as a means of communication with their new environment. In facts, several research showed that they are not able to communicate in English well. Meanwhile, English is a key instrument to communicate especially with their employers. Based on this fact, this program of Ipteks bagi Masyarakat (IbM) aimed at conducting English training especially for community of the migrant workers candidates. The training program was held by using Functional English Learning Model (Materi Ajar Bahasa Inggris Fungsional /MABIF). The training was conducted for 24 meetings and followed by 40 participants. They consisted of 20 undergraduates degree, 17 higher level students, and 3 person were the graduates of Senior Highschools. This program resulted: (1) MABIF with level of significance of α = 0.04; (2) Article of Publication in a Daily Regional Newspaper (Kedaulatan Rakyat) and a Journal (Socio-Humaniora); (3) Training Certificate showed Functional English Mastery; and (4) the Existence/the establishment of Association of Moyudan’s Overseas Worker Candidates (Paguyuban Calon Pekerja Migran di Moyudan) to keep the project sustainability. Kata kunci: Functional English, Migrant, MABIF PENDAHULUAN Kecamatan Moyudan berjarak 15 Km dari pusat Kota Yogyakarta dan 4 Km dari perguruan tinggi Penulis. Sebagai salah satu wilayah Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta, Moyudan wajib ikut serta dalam mewujudkan visi daerahnya, yaitu menuju masyarakat Sleman yang lebih
sejahtera pada tahun 2010. Masalahnya, hingga saat ini angka pengangguran masih relatif tinggi dan tentunya perlu solusi. Menurut data yang ada di Kecamatan, jumlah pencari kerja mencapai 6.109 lakilaki dan 5.293 perempuan dan di antaranya ingin bekerja di luar negeri sebagai Tenaga Kerja Indonesia di luar negeri (TKI). 61
yang
menyimpulkan bahwa TKI kurang diminati
subur, kebanyakan penduduk usia muda di
di sembilan negara Asia-Pasifik dan Timur
wilayah
kurang
Tengah, yaitu Singapura, Malaysia, Taiwan,
berminat untuk bertani atau pun menjadi
Hong Kong, Korea, Jepang, Saudi Arabia,
perajin. Berdasarkan data yang ada, terdapat
Iran, dan Amerika. Pengguna jasa di
sekitar 40 orang pencari kerja yang tertarik
sembilan negara tersebut lebih memilih
untuk bekerja di luar negeri, baik di sektor
tenaga kerja dari Philipina, India, dan
domestik (sebagai penatalaksana rumah
Vietnam, yang dipandang lebih terampil
tangga/PRT) maupun di sektor formal,
dalam berkomunikasi dan mengurus rumah
terutama sebagai buruh pabrik. Dengan
tangga
bekerja di luar negeri, mereka berharap akan
(Depnakertrans, 2000: i-ii). Implikasinya,
mendapatkan penghasilan yang jauh lebih
proses pelatihan bahasa asing (Inggris)
tinggi dibanding di Indonesia sehingga akan
Calon
dapat menyejahterakan keluarga mereka.
Optimalisasi pelatihan bahasa Inggris salah
Mekipun
termasuk
Kecamatan
wilayah
Moyudan
Permasalahan utama yang dihadapi
dibandingkan
TKI
satunya
(CTKI)
dapat
dengan
kurang
meningkatkan
pencari
(Hermayawati, 2007: 323-324).
migran
kurang
mampu
Materi
berbahasa Inggris. Padahal, bahasa Inggris
optimal.
dilakukan
oleh mitra program adalah: kebanyakan kerja
TKI
kualitas
dengan
materi
ajar merupakan
ajarnya
komponen
untuk
kunci dan sarana pembantu ketercapaian
berkomunikasi dengan lingkungan bekerja
tujuan program pembelajaran dan pelatihan
mereka di luar negeri. Hal ini dapat
pada semua tataran belajar. Untuk itu
dimaklumi jika mengingat bahwa kualitas
penyusunannya
sumber daya manusia Indonesia berada di
dengan analisis kebutuhan target (Richards,
urutan paling bawah di antara negara-negara
2001: 21, 257). Pemilihan atau penyusunan
Asia-Pasifik
materi ajar tidak terlepas dari kualitas guru
merupakan
sarana
lain
utama
(Madya,
2001:
1;
atau
penelitian
bersama
bersangkutan. Namun pada kenyataannya,
Penelitian
Universitas
Lembaga
perencana
disesuaikan
Gunarwan, 2004: 11-12). Selain itu, hasil antara
pun
mestinya
program
berbagai
hasil
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi
bahwa
guru,
(Depnakertrans) tahun 2000, yang berjudul:
pembelajaran
“Situasi
kurang tepat dalam memilih atau pun
TKI
di
Indonesia
Sembilan
dan
Negara”,
penelitian
yang
dan
menunjukkan
perencana
program
pelatihan
seringkali
62
menyusun materi ajar bagi peserta didiknya.
berbagai kenyataan sebagaimana disebutkan
Dengan kata lain, muatan materi ajar yang
di muka, model MABIF secara normatif
digunakan para guru seringkali tidak sesuai
telah disesuaikan dengan kebutuhan program
dengan
IbM ini.
kebutuhan
peserta
didik
yang
notabene sama dengan kebutuhan pengguna lulusan (Hermayawati, 2005: 47-51; 2007: 323-324). Sebagai akibatnya, output dan
METODE 1. Pelaksanaan Program
outcome-nya kurang berterima di dunia kerja
Sesuai dengan fenomena permasalahan
(Depnakertrans, 2000: i-ii) karena kurang
yang ada, program IbM ini menggunakan
sesuai dengan tuntutan yang ditargetkan.
metode penyuluhan, pendidikan dan latihan. atas
Materinya menggunakan Model Materi Ajar
bersifat
Bahasa Inggris Fungsional (MABIF) yang
kompleks (Byram & Fleming, 1998: 11),
sebenarnya merupakan temuan penelitian
baik menyangkut tata bahasa maupun dalam
disertasi yang berjudul: “Pengembangan
hal berinteraksi dan beradaptasi dengan
Materi
budaya mereka (Koentjaraningrat, 2002:
Pendekatan
132-133).
Pengembangan
Permasalahan menunjukkan
tersebut
bahwa
Bahasa
di
bahasa
merupakan
alat
ajar
Bahasa
Inggris
Fungsional di
dengan
(Penelitian
PJTKI
Jakarta)”
komunikasi yang paling efektif. Tanpa
(Hermayawati, 2008: 324-325) yang telah
penguasaan bahasa yang digunakan sehari-
terbukti efektif dan sengaja digunakan
hari, orang akan kesulitan berinteraksi,
menjadi
termasuk para TKI di lingkungan bekerja
Program ini. Model Materi Ajar Bahasa
mereka.
Inggris Fungsional (MABIF) sebenarnya
Model
Pembelajaran
dalam
Kesalahpahaman dalam berinteraksi
secara khusus didesain bagi para calon
yang terjadi secara terus menerus dari waktu
tenaga kerja Indonesia (CTKI) yang sedang
ke waktu antara pekerja dan majikan dapat
menjalani pelatihan di Perusahaan Jasa
memicu kekerasan yang berujung pada
Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI) Jakarta.
penolakan
yang
Namun demikian, model ini telah juga telah
bersangkutan. Jika terjadi secara masal, tentu
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan
hal tersebut akan mengakibatkan rendahnya
peserta pelatihan dan users mereka di luar
posisi tawar (bargaining position) para
negeri. Sebagai ilustrasi, ciri-ciri MABIF
pencari kerja di luar negeri. Atas dasar
disajikan pada Tabel 1.
terhadap
pekerja
63
Tabel 1. Ciri-Ciri Materi Ajar Bahasa Inggris Fungsional/ MABIF Aspek Bahasa Materi Ajar Bahasa Inggris Fungsional/MABIF No. yang Dipelajari 1.
Bentuk Wacana
Materi ajar ditampilkan dalam bentuk percakapan otentik (Authentics Dialogues, Monologues) yang sesuai dengan tujuan dan analisis kebutuhan target.
2.
Aspek Linguistik
Pengembangan aspek linguistik difokuskan pada pemenuhan kebutuhan pembelajar, yaitu penguasaan speaking skill yang melibatkan aspek struktur, kosakata, pelafalan, kefasihan, dan pemahaman pertuturan (listening comprehension).
3.
Aspek Semantik
Kosakata yang sebagian besar diakses dari materi ajar lama disajikan secara kontekstual dan terpadu dalam bentuk dialog dengan mengacu pada konsep Minimum-adequate Vocabulary.
4.
Aspek Pragmatik/ Aspek pragmatik yang terkait dengan budaya penutur target disajikan secara Budaya terpadu (embedded) di dalam wacana.
5.
Keterampilan berbahasa (L.Skills)
Keterampilan berbicara (speaking skill) yang meliputi unsur struktur, kosakata, pelafalan, kefasihan/kecepatan bertutur, dan pemahaman (listening comprehension).
6.
Keterkaitan antarkonsep (Networking)
Ada keterkaitan antarmateri/antarkonsep berbahasa (yaitu penggunaan fungsi bahasa “Imparting and seeking factual informations” yang tersaji dalam bentuk wacana dan tercantum secara berurutan di dalam Bab atau Unit Pokok Bahasan) secara luwes dan seimbang.
7.
Tata Ringkasan Materi ajar diurutkan dari mudah ke sulit; sederhana ke agak kompleks; (Structured disertai tampilan language focus dan sentence patterns yang dapat digunakan Summaries) sebagai dasar pemahaman pertuturan target bagi pembelajar.
8.
Tampilan Naskah
Materi ajar dibuat menarik bagi penggunanya karena pertuturan ditampilkan dalam bentuk dialog-dialog otentik disertai dengan ilustrasi yang dapat memperjelas pemahaman konsep pertuturan target.
2. Pelaksanaan Kegiatan Program kegiatan IbM ini didasarkan
pelatihan,
peserta
diklat
akan
mampu
atas asumsi sebagai berikut: (a) para peserta
menggunakan fungsi-fungsi bahasa target
diklat rata-rata memiliki kemampuan awal
yang
(intakes)
mereka,
bahasa
Inggris
pada
taraf
cocok yaitu
dengan
level
“imparting
kemampuan and
seeking
pembelajaran pemula (threshold dan/atau
factual informations” untuk berkomunikasi
false-beginning level), yaitu pembelajar yang
dengan orang lain, baik di dalam maupun di
sudah pernah belajar bahasa Inggris selama
luar pelatihan; (c) jika hal itu terjadi, para
bertahun-tahun tetapi tetap tidak mampu
peserta
menggunakannya; (b) setelah mengikuti
menggunakan bahasa target tersebut dengan
akan
mampu
berkomunikasi
64
para pengguna (users), manakala mereka
kecamatan berfungsi sebagai rekomendator
bekerja di luar negeri; dan (d) instruktur dan
dan legitimator pelaksanaan kegiatan yang
peserta
didukung
pelatihan
akan
dapat
oleh
empat
Kalurahan
yang
menyebarluaskan Model MABIF yang yang
meliputi: Kalurahan Sumbersari, Sumber
memungkinkan untuk dipelajari sendiri oleh
Agung, Sumber Rahayu, Sumber Arum.
penggunanya.
Namun atas dasar kesepakatan bersama dan
Pelaksanaan
program
IbM
ini
melibatkan 40 orang partisipan. Instruktur diklat adalah dua orang dosen pendidikan bahasa Inggris (PBI) dan sekaligus adalah Ketua dan Anggota Tim IbM. Dalam melaksanakan diklat, instruktur dibantu oleh lima orang mahasiswa PBI FKIP Universitas Mercu
Buana
Yogyakarta.
Sebagai
gambaran, berikut ini disajikan langkahlangkah pelaksanaan programnya. Mengidentifikasi masalah menentukan masalah utama menganalisis kebutuhan program menentukan tujuan menyusun/mengembangkan materi diklat memberikan pengarahan tentang pelaksanaan kegiatan melaksanakan kegiatan sesuai jadwal mengevaluasi program menganalisis hasil evaluasi melakukan perbaikan program hasil akhir (terampil berbahasa Inggris pada level ambang, diseminasi melalui Artikel Publikasi dan Sustainability).
3. Partisipasi Mitra dalam Pelaksanaan
berbagai pertimbangan yang ada, kegiatan dipusatkan
di
Kalurahan
Sumbersari.
Pertimbangan terhadap lokasi pusat kegiatan tersebut didasarkan pada berbagai faktor berikut: (1) letak geografisnya yang paling strategis di antara empat kelurahan yang ada; (2) tempatnya luas dan lebih kondusif dibanding
tiga
kelurahan
lainnya;
(3)
pemukiman penduduk saling berdekatan sehingga
memudahkan
antarpelaku
kegiatan;
Sumbersari
merupakan
komunikasi (4)
Kelurahan
daerah
terdekat
dengan perguruan tinggi Tim Pelaksana IbM sehingga lebih memperlancar pelaksanaan kegiatan; (5) fasilitas yang ada lebih memadai daripada tempat lain. 4. Evaluasi Hasil Kegiatan Evaluasi
program
IbM
ini
menggunakan dua bentuk instrumen yang berupa tes tulis (paper-and-pencil test) dan
Program
tes lisan (oral production test). Untuk Mitra utama program IbM ini adalah lembaga
Kecamatan
Moyudan
yang
keperluan tersebut penulis menyusun kisikisi tes tulis dengan memadukan konsep
didukung sepenuhnya oleh sumber daya
Gronlund
manusia yang ada. Dalam hal ini, lembaga
Rubrik/Panduan Penskoran Bahasa Lisan
(1978:
50-51)
dan
model
65
(O’Malley & Pierce, 1996: 67) lengkap
tertera pada Tabel 2.
dengan jenjang skala penskorannya, seperti
Tabel 2. Tabel Spesifikasi 90-Butir tes Tulis Penguasaan Fungsi Bahasa Target Content Areas on: Imparting and seeking factual informations Total number of test items/ descriptors
(1)
(2)
(3)
(4)
Total
Identifying
Reporting Describing & Narrating)
Correcting (Agreeing
Asking (for help /invitation/
Five Variables
67
4
10
/Denying)
questions) 9
90
Tabel 2 menunjukkan bahwa tes tulis
kepentingan dan frekuensi penggunaannya
yang berjumlah 90 butir soal meliputi
di dalam komunikasi khusus bagi penutur
pengembangan
pada tataran pemula (false beginners).
kecakapan
menggunakan
fungsi bahasa target, yaitu “imparting and
Komponen kecakapan berbicara yang
seeking factual informations” yang meliputi
diuji
kategori identifying, reporting (termasuk
kecepatan berbicara, kosakata, struktur, dan
describing
dan
narrating),
adalah
pelafalan,
kefasihan
atau
correcting
pemahaman (terhadap pertuturan orang lain).
(termasuk agreeing dan denying), dan asking
Kriteria yang digunakan ada dua kategori.
(for help, questions, dan invitation) (Van Ek,
Secara
1987: 113). Penentuan jumlah butir soal
berbicara
pada masing-masing variabel fungsi bahasa
Penskoran Bahasa Lisan (O’malley &
dilakukan dengan mempertimbangkan taraf
Pierce, 1996: 67) dengan rentang skala 1-2,
holistik
penilaian
menggunakan
kemampuan
Rubrik/Panduan
khusus bagi level pemula seperti tercantum pada Tabel 3.
66
Tabel 3. Rubrik Penskoran Bahasa Lisan untuk Level Pemula Rating Scale 2
1
Descriptions on Speaking Skill
Speaking Skill Components Mastery
- Begins to communicate personal and survival needs
Fluency
- Speaks in single-word utterances and short patterns
Structure/Pronunciation
- Uses functional vocabulary
Vocabulary
- Understands words and phrases; requires repetitions
Comprehension
- Begins to name concrete objects
Vocabulary/ Pronunciation
- Repeats words and phrases
Fluency/Structure
- Understands little or no English
Comprehension
peserta
Pengembangan butir-butir instrumen
mampu: menyebutkan nama objek benda
menggunakan dua bentuk tes, yaitu tes tulis
atau pun orang (begins to name concrete
dan tes lisan. Butir-butir tes tulis ditekankan
objects); menirukan kata dan frase dengan
pada
lafal
menggunakan fungsi-fungsi bahasa target.
Skor
satu
diperoleh
jika
yang benar (repeats words and
phrases);
dan
memahami
pertuturan
Tes
kemampuan
lisan
yang
peserta
bertujuan
dalam
mengukur
sederhana orang lain (understands little or
kompetensi berbicara pada tataran ambang
no English). Peserta mendapat skor dua jika
ini menggunakan kriteria penilaian O’malley
mampu: mengucapkan tuturan pada level
& Pierce (1996: 76) sebagai berikut: (1)
bahasa pemula (begins to communicate
validitas
personal and survival needs); menggunakan
penilaian hendaknya mengukur kompetensi
tuturan dan pola kalimat pendek (speaks in
pemahaman/menyimak dan berbicara, dan
single-word utterances and short patterns);
aktivitas
menggunakan kosakata fungsional (uses
pengajaran; (2) validitas butir-butir soal
functional vocabulary); memahami kosakata
(task validity), yaitu penilaian hendaknya
atau pun frase yang terkadang perlu didengar
benar-benar
berulangkali
pemahaman dan berbicara, bukan mengukur
(understands words and
phrases; requires repetitions).
aspek
isi
(content
tersebut
validity),
menjadi
mengukur
menyangkut
yaitu
bagian
kemampuan
kognitifnya;
(3)
67
kesesuaian dengan tujuan dan kemampuan
Pierce,
menyesuaikan/
Penggunaan
bahasa
mengembangkan
target
konsep
(purposefulness
and
transferability), yaitu penilaian hendaknya
1996:
68;
Bailey,
kelima
2005:
komponen
2).
tersebut
diintegrasikan ke dalam penggunaan fungsifungsi bahasa target tersebut di muka.
merefleksikan tujuan memahami konteks
Ketiga, pengukuran kesesuaian materi
dan berbicara dalam kehidupan sehari-hari;
tes
dan
kemampuan peserta dalam menggunakan
(4)
keotentikan,
hendaknya
mengukur
yaitu
penilaian
kecakapan
siswa
yang
bertujuan
untuk
mengukur
fungsi-fungsi bahasa target yang telah
dalam memahami dan berbicara yang sesuai
dipelajari,
dengan tataran peserta tes. Berikut ini
pertanyaan-pertanyaan penguji. Jika peserta
dikemukakan
mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan
penjelasan
masing-masing
butir kriteria penilaian tersebut.
dilakukan melalui kegiatan oral interview penggunaan
menjawab
penguji dengan menggunakan bahasa target
Pertama, pengukuran validitas isi yang
menyangkut
terutama dalam
fungsi-fungsi
secara
tepat,
maka
pengukuran
dapat
dikatakan sesuai dengan tujuan wawancara. Keempat,
pengukuran
keotentikan
bahasa target, dikembangkan dalam materi
materi
ajar alternatif, yaitu kategori “imparting and
kemampuan
seeking factual information”, yang meliputi
tuturan dan berinteraksi dengan penguji,
fungsi-fungsi bahasa: identifying, reporting
termasuk
(termasuk
pragmatika bahasanya. Lingkup penguasaan
dan
describing
narrating),
dilakukan peserta
melalui dalam
pemahaman
pengukuran memahami
budaya
dan
correcting (yang meliputi agreeing dan
bahasanya
disagreeing), dan asking (termasuk di
penggunaan
dalamnya asking for information dan asking
berhubungan dengan kebutuhan interaksi
for help).
sehari-hari (survival needs) di negara target
Kedua, pengukuran butir
soal
pengukuran berfokus
yang
validitas butir-
dilakukan
kemampuan
pada
kecakapan
peserta
terutama
difokuskan
pada
fungsi-fungsi bahasa yang
bekerja, terutama sebagai penatalaksana
melalui
rumah tangga/PRT. Tabel 4 merupakan
yang
Matriks Kegiatan Penilaian Bahasa Lisan
pemahaman,
khusus bagi peserta tes (false beginners).
pelafalan, kefasihan (speed of speaking),
Selain tes tulis, tes wawancara (scored-
kosakata, dan tata bahasa (O’malley &
interview) juga dilakukan secara individual
68
oleh dua orang evaluator (interviewer).
data kuantitatif, yaitu hasil pengukuran yang
Materi tes meliputi pengukuran kemampuan
berupa informasi numerik. Data kuantitatif
siswa dalam menggunakan fungsi-fungsi
dikumpulkan dari peserta tes dengan topik
bahasa asking: for help/for information;
yang ditargetkan dan dapat dianalisis secara
dan
statistik sehingga menghasilkan ketentuan-
identifying reporting: cued
someone/something; describing/narrating.
Desscriptions/Stories
pengukuran
penguasaan
fungsi-fungsi correcting.
bahasa
siswa
Picture-
ketentuan
khusus.
Berdasarkan
meliputi
tersebut,
penulis
menggunakan
terhadap
pendekatan ini melalui instrumen dalam
dan
bentuk tes tulis sebagai sarana pengumpul
describing
Information
meliputi
Gap
konsep jenis
data numeriknya.
pengukuran penguasaan peserta terhadap
Tes tulis dilakukan melalui langkah-
fungsi-fungsi bahasa describing, asking
langkah sebagai berikut: (1) membuat kisi-
for/giving information, dan giving direction.
kisi tes penguasaan fungsi-fungsi bahasa
Roleplays meliputi pengukuran penguasaan
target
siswa terhadap fungsi-fungsi bahasa asking
informations:
for/giving
information
dan
correcting:
Prosedur pelaksanaan tes ini mengacu pada konsep Cohen et al. (2000: 392) dan Richards (2001b: 296-297), yaitu bahwa pada pelaksanaan evaluasi program bahasa,
pendekatan
data
dilakukan
kualitatif
dan
dengan
kuantitatif.
dapat
diekspresikan
secara
numeriki.
Pendekatan kualitatif diperoleh dari hasil pengumpulan berbagai informasi, yang di antaranya adalah interviu, yang menjadi alat pengumpul data lisan dalam kegiatan IbM ini. Pendekatan kuantitatif menghasilkan
seeking
identifying,
factual
reporting,
keterampilan
berbicara;
(2)
merancang butir-butir tes; (3) menyiapkan komponen
penilaian,
yaitu
pedoman
penilaian, tabel konversi nilai, dan lembar jawab; (4) melaksanakan tes tulis; dan (5) mengadakan test-scoring dengan rentang skor 1-90. Tes lisan dilakukan dengan langkah-
Pendekatan kualitatif menghasilkan data kualitatif, yaitu hasil pengukuran yang tidak
and
correcting, dan asking), yang integratif ke dalam
agreeing/disagreeing.
pengumpulan
(imparting
langkah sebagai berikut: (1) wawancara pendahuluan; (2) wawancara lanjutan; dan (3)
penyimpulan
hasil
wawancara.
Wawancara dimulai dengan pertanyaanpertanyaan sosial seperti “How are you to day?”, “What city do you from?”, “How long have you studied English?”, dan “Are you
69
married?” untuk membiasakan peserta tes
tingkat penguasaan kecakapan berbicara
menjawab
otomatis,
menggunakan fungsi-fungsi bahasa target
karena pertanyaan-pertanyaan semacam itu
dan kelima unsur keterampilan berbicara.
akan selalu dijumpai di mana pun, termasuk
Wawancara diakhiri secara luwes agar
di negara tujuan bekerja para calon pekerja
peserta
migran.
kecakapan berbicara merupakan pengalaman
pertanyaan
Kedua,
secara
wawancara lanjutan
untuk
tes
menganggap
bahwa
ujian
yang menyenangkan.
menjajaki kemampuan peserta tes dalam
Keempat,
melakukan
pengumpulan
menerapkan kelima komponen kecakapan
data dan menganalisis hasilnya. Data berupa
berbicara (termasuk pengetahuan budaya
skor tes tulis (0 - 90) dan tes lisan yang
dan pragmatika bahasa yang diekspresikan
dilakukan dengan kriteria penskoran model
oleh pewawancara) secara terpadu ke dalam
“Rubrik Penskoran Bahasa Lisan bagi
fungsi-fungsi bahasa ”imparting and seeking
Pembelajar
factual
informations”,
berikut:
“Name?;
“Destination?”;
seperti
“Age?”;
dan
“Got
Pemula
(Beginner’s
Rubric Scoring of Oral-language)” dengan
“Address?”;
rentang skala skor 0 – 2. Tes kecakapan
it?”.
pemahaman sosial budaya
Level
tuturan
Tes
berbicara
dilakukan
secara
lisan
(oral
diwujudkan
production test) (O’malley & Pierce, 1996:
dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan berikut
67; Bailey, 2005: 84). Namun demikian,
ini: “What you have to do in the morning
dalam
time, when your employers have not got
menggunakan tes tulis dan tes lisan demi
up?” atau “What you have to do if there is a
menjaga kesahihan hasil pengukuran dan
call while your employers are outsides”.
keluasan target cakupan penguasaan semua
Dalam
unsur
hal
ini,
penguji
secara
rileks
mengamati dan menilai respons peserta tes
kegiatan
dan
area
IbM
ini
linguistik
penulis
yang
telah
diajarkan.
yang diarahkan pada penggunaan unsurunsur ketrampilan berbicara dan fungsi
HASIL KEGIATAN
bahasa target.
Hasil kegiatan IbM bagi calon pekerja
Ketiga, penyimpulan hasil wawancara dilakukan sesuai
setelah dengan
pengujian tujuan
dipastikan
atau
target
pelaksanaannya. Penyimpulan berfokus pada
migran di Kecamatan Moyudan ini adalah sebagai
berikut.
Pertama,
peningkatan
kecakapan berbicara para peserta pelatihan yang
dibuktikan
melalui
pengujian
70
efektivitas MABIF dengan taraf signifikansi
lingkungan Kecamatan Moyudan Sleman,
α = 0.04. Pengujian kecakapan berbicara
Yogyakarta. Paguyuban ini dibentuk sebagai
meliputi pelafalan, tata bahasa, kosakata,
upaya untuk menjamin keberlangsungan
kefasihan, dan pemahaman menggunakan
(sustainability) program IbM. Paguyuban ini
fungsi-fungsi bahasa level threshold/false
berfungsi sebagai wadah kegiatan praksis
yaitu
pelatihan berbahasa Inggris lisan (English
imparting and seeking factual informations
speaking club) yang anggota dan pelaksana
(Van Ek, 1987: 113) serta dengan penerapan
kegiatannya adalah para lulusan pelatihan.
konsep
(minimum-
Para lulusan yang merupakan pencari kerja
pemahaman
lulusan berbagai perguruan tinggi negeri dan
pengetahuan sistem gramatikal bahasa target
swasta membentuk kelompok belajar yang
yang cukup untuk memahami kebutuhan
siap bekerja di luar negeri dan bertugas
dasar
(minimum-adequate
merekrut dan menyediakan fasilitas yang
grammar) (Wilkins, 1987: 97). Skor kedua
diperlukan oleh para peserta pelatihan
bentuk tes dari kedua kelompok partisipan
berikutnya
merupakan data pengujian yang kemudian
bimbingan dosen dan mahasiswa bahasa
dianalisis menggunakan uji-t.
Inggris UMBY.
(Bailey,
beginning
adequate
kosakata
2005:
minimum dan
vocabulary)
komunikasi
Kedua,
30),
sertifikasi
bagi
peserta
secara
Keempat,
swadaya
di
terwujudnya
bawah
Artikel
berbahasa
Publikasi sebagai sarana penyebarluasan
Inggris untuk survival life. Sertifikasi yang
pengalaman atau pun informasi menyangkut
dilegalisasi oleh LPPM Universitas Mercu
hasil pelaksanaan kegiatan yang dapat
Buana ini dapat digunakan sebagai bukti
digunakan
rekomendasi untuk
inspirasi bagi peneliti dan pengabdi sejenis.
pelatihan
khusus
penguasaan
mengikuti pelatihan
lanjutan di lembaga penyelenggara pelatihan bagi calon tenaga kerja migran yaitu PJTKI (Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia) dan BLKLN (Balai Latihan Kerja untuk
sebagai
referensi
atau
pun
SIMPULAN Berdasarkan berbagai penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa IbM ini menghasilkan: (1) Kecakapan berbahasa
Luar Negeri) Depnakertrans.
Inggris terutama untuk survival life; (2) Ketiga,
terbentuknya
“Paguyuban
Calon Tenaga Kerja Migran” khususnya di
Sertifikat Pelatihan Inggris
Fungsional;
Penguasaan bahasa (3)
terbentuknya
71
Paguyuban Calon Pekerja Migran untuk menjamin keberlangsungan (sustainability) program IbM ini (4) Artikel Publikasi sebagai sarana diseminasi hasil kegiatan. DAFTAR PUSTAKA Bailey, Kathleen M. 2005. Practical English Language Teaching Speaking. New York: McGraw-Hill. Byram, Michael. & Fleming, Michael. 1998. Language Learning in Intercultural Perspective (Approaches through drama and ethnography). Cambridge, UK: Cambridge University Press. Brown, Douglas, H. 1996. Teaching by Principles: An Interactive Approach to Language Pedagogy. Englewood Cliffs, New Jersey 07632: PrenticeHall, Inc. ---------. 2000. Principles of Language Learning and Teaching: Fourth Edition. New York: Addison Wesley Longman, Inc. A Pearson Education Company. Cohen, Louis., et al. 2000. Research Methods in Education. Great Britain: TJ International Ltd, Padstow, Cornwall.
Depnakertrans RI. ---------. 2007. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2006 Tentang Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Luar Negeri (BNP2TKI). Jakarta: Biro Hukum Depnakertrans RI. Dubin, Fraida. & Olshtain, Elite. 1992. Course Design: Developing programs and materials for language learning. Cambridge: Cambridge University Press. Fromkin, Victoria., et al. 2003. An Introduction to Language. USA: Heinle, a part of Thomson Corporation. Gronlund, Norman E. 1978. Stating Objectives for Classroom Instruction: Second Edition. New York: Macmillan Publishing Co., Inc. Gunarwan, Asim. 2004. Pragmatik, Kebudayaan, dan Pengajaran Bahasa. Surakarta: UNS. Hammerly, H. 1991. Fluency and Accuracy: Toward Balance in Language Teaching and Learning. Clevedon: Multilingual Matters, Ltd.
Depdiknas. 2003. Kurikulum Berbasis kompetensi: Pengembangan Silabus. Jakarta: Dirjen Dikdasmen Depdiknas.
Hermayawati. 2007. The Relevance of English Learning Materials at the Senior Highschools to the Culture’s Conservation and Tourism Development in Yogyakarta City: Makalah hasil penelitian disajikan dalam Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya, terakreditasi ISSN 1693-623X Vol. 5, No. 1, edisi April 2007. Surakarta: Prodi PBI PPs UNS.
Depnakertrans RI. 2000. Situasi TKI di 9 Negara: A Cooperative Research between the research centre of the University of Indonesia and The Department of Man-power. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan
---------. 2009. Developing Functional English Learning Materials for the Migrant Domestic Worker Candidates: Makalah dalam “Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya”, PBI PPs UNS Surakarta ISSN 1693-623X Vol. 6,
Cunningsworth, Alan. 1995. Choosing Your Coursebook. Great Britain: The Bath Press.
72
No.1, Eds. April 2009. Surakarta: PPs UNS. Hutchinson, Tom & Waters, Alan. 1994. English for Specific Purposes: a Learning-centred Approach. Cambridge: Cambridge University Press. Johnson, Elaine B. 2007. Contextual Teaching and Learning (Edisi Terjemahan). Bandung: MLC.
O’malley, J.Michael. & Pierce, Valdez, Lorraine. 1996. Authentic Assessment for English Language Learners: Practical Approaches for Teachers. USA: Addison-Wesley Publishing Company, Inc. Richards, J.C. 2001. Curriculum Development in Language Teaching. Cambridge: Cambridge University Press.
Koentjaraningrat. 2002. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: PT Gramedia.
Tomlinson, Brian. & Masuhara, Hitomi. 2004. Developing Language Course Materials. Singapore: SEAMEO Regional Language Centre.
Littlewood, William. 1992. Teaching Oral Communication: A Methodological Framework. Cambridge, Massachusetts 02142 USA: Blackwell Publishers.
Van Ek. 1987. The Threshold Level (an extract). Oxford: Oxford University Press.
McDonough, Jo. & McDonough, Steven. 1997. Research Methods for English Language Teachers. New York: St Martin’s Press Inc.
Wilkins, D.A. 1987. Grammatical, Situational and Notional Syllabuses (an extract). Oxford: Oxford University Press.
73
PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP PENGUNGKAPAN TANGGUNGJAWAB SOSIAL / SOCIAL DISCLOSURE Nugraeni Staf pengajar pada Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Mercu Buana Yogyakarta ABSTRACT The issue which becomes a concern of community today is the role of a company to its environment, both external environment and internal environment of the company. In addition to profit-oriented activities, companies need to conduct other activities, such as activities to provide a safe working environment for its employees, ensure that no pollution to its surrounding area is produced from the production process, transparent duty stationing of employess, to produce safe products for consumers, and maintaining the external environment to achieve corporate social responsibility. Disclosure of social responsibility is one of the selected media to show concern of the company to the surrounding community. CSR (Corporate Social Responsibility) disclosure is useful as added value for a company as well as reducing the social costs arising from company activities. In addition to above mentioned benefits of CSR, the company can gain legitimacy by demonstrating social responsibility through CSR disclosure in the media and in the company's annual report. Results of several studies concluded that the percentage of management ownership and type of industry has significant influence in company policy in expressing social information; company size and structure of ownership significantly influence the broad of voluntary disclosure in corporate annual reports. Keywords: management ownership, social disclosure PENDAHULUAN FASB Concepts Statement No. 1
maupun lingkungan ekstern perusahaan.
dalam Kieso (2002) menyatakan bahwa
Perusahaan
beberapa informasi yang bermanfaat lebih
memberi manfaat positif terhadap ekonomi
baik disajikan dalam laporan keuangan, dan
juga berkontribusi terhadap menurunnya
beberapa lainnya lebih baik disajikan dengan
kondisi
menggunakan media pelaporan keuangan
perusahaan mendapat kritik karena telah
selain laporan keuangan. Isu yang sedang
menciptakan masalah sosial seperti polusi,
menjadi perhatian masyarakat saat ini yaitu
penyusutan sumber daya, limbah, mutu dan
peran
keamanan produk, hak dan status karyawan,
suatu
perusahaan
terhadap
lingkungannya, baik lingkungan intern
mempunyai
sosial
peran
masyarakat.
selain
Beberapa
keselamatan kerja dan lain-lain.
74
lingkungan
manajemen. Agar laporan keuangan yang
ekonomi banyak berpengaruh pada dunia
sudah diperiksa oleh akuntan publik dapat
usaha.
menjadi
Berubahnya
kondisi
Untuk
dapat
lebih
bersaing,
dasar
yang
berguna
bagi
perusahaan dihadapkan pada kondisi untuk
pengambilan keputusan, salah satu cara yang
dapat
dalam
dapat ditempuh adalah dengan membuat
mengungkapkan informasi perusahaannya,
kriteria perlunya disclosure (pengungkapan)
sehingga
tertentu
lebih
transparan
akan
lebih
membantu
para
pengambil keputusan dalam mengantisipasi kondisi yang semakin berubah. Tujuan laporan
keuangan
informasi
yang
adalah
menyediakan
menyangkut
posisi
yang
dapat
mencakup
semua
perusahaan publik (Irawan, 2006: 19). Menurut
Statement
of
Financial
Accounting Concepts (SFAC) No. 1, tujuan pelaporan
adalah
untuk
memberikan
keuangan, kinerja serta perubahan posisi
informasi yang berguna bagi investor, calon
keuangan suatu perusahaan yang dapat
investor, kreditur, calon kreditur dan para
bermanfaat bagi sejumlah pengguna dalam
pemakai lainnya dalam membuat keputusan
pengambilan keputusan. Laporan keuangan
investasi, kredit dan keputusan lainnya
yang
tersebut
secara rasional. Menurut Susanto (1992)
kebutuhan
Subroto (2003) dan Irawan (2006) informasi
disusun
diharapkan
untuk
dapat
tujuan
memenuhi
bersama sebagian besar pengguna.
yang terkandung dalam laporan keuangan
Profesi akuntan sebagai penyedia informasi
sangat
tidak dapat melepaskan diri dari situasi
mengalokasikan dana-dana investasi secara
perkembangan
Semakin
efisien dan produktif. Daarough (1993)
besar suatu usaha bisnis, semakin dirasakan
Subroto (2003) Irawan (2006) menunjukkan
perlunya informasi akuntansi, baik untuk
arti pentingnya informasi laporan keuangan
pertanggung jawaban maupun untuk dasar
dengan menyatakan bahwa, perusahaan –
pengambilan
Berhubungan
perusahaan memberikan laporan keuangan
dengan pengujian informasi keuangan dari
kepada berbagai stakeholder, dengan tujuan
pihak luar (investor), profesi akuntan perlu
untuk memberikan informasi yang relevan
mengatur cara-cara pengujian informasi
dan tepat waktu agar berguna dalam
keuangan suatu badan usaha dan memberi
pengambilan
jasa audit untuk menentukan kewajaran
monitoring,
laporan
pembuatan kontrak-kontrak. Irawan (2006)
perekonomian.
keputusan.
keuangan
yang
disusun
oleh
penting
sebagai
keputusan penghargaan
dasar
untuk
investasi, kinerja
dan
75
menyatakan
bahwa
investasi
kualitas
dipengaruhi
keputusan
oleh
kualitas
pengungkapan perusahaan yang diberikan melalui laporan tahunan. Agar informasi
PEMBAHASAN Pertanggungjawaban social perusahaan (CSR) Dauman dan Hargreaves (1992) dalam
yang disajikan dalam laporan keuangan
Sulastini
dapat dipahami dan tidak menimbulkan
tanggung jawab perusahaan dapat dibagi
salah interpretasi, maka penyajian laporan
menjadi tiga level sebagai berikut :
keuangan
1. Basic responsibility (BR)
harus
pengungkapan
disertai
yang
dengan
cukup
(adequate
disclosure).
(2007)
menyatakan
bahwa
Pada level pertama, menghubungkan tanggung jawab yang pertama dari suatu
Saat
ini
perusahaan
pihak-pihak
semakin
managerial
menyadari
bahwa
perusahan, yang muncul karena keberadaan perusahaan
tersebut
seperti;
perusahaan
perusahaan tidak lagi dihadapkan pada
harus membayar pajak, memenuhi hukum,
tanggung jawab yang berpijak pada single
memenuhi
standar
pekerjaan,
dan
perusahaan
memuaskan pemegang saham. Bila tanggung
(corporate value) yang direfleksikan dalam
jawab pada level ini tidak dipenuhi akan
kondisi keuangannya (financial) saja, namun
menimbulkan dampak yang sangat serius.
juga harus berpijak pada triple bottom lines
2. Organization responsibility (OR)
bottom
yaitu
line,
nilai
yaitu memperhatikan masalah sosial dan lingkungannya. Dunia usaha bukan lagi sekedar
kegiatan
menciptakan
profit
ekonomik demi
untuk
kelangsungan
usahanya, melainkan tanggung jawab sosial dan
lingkungan.
Jika
menggantungkan
semata-mata pada kesehatan finansial tidak akan
menjamin
perusahaan
akan
bisa
Pada level kedua ini menunjukan tanggung
jawab
memenuhi
perusahaan
perubahan
untuk
kebutuhan
”Stakeholder” seperti pekerja, pemegang saham, dan masyarakat di sekitarnya. 3. Sociental responses (SR) Pada
level
ketiga,
menunjukkan
tumbuh secara berkelanjutan (sustainable)
tahapan ketika interaksi antara bisnis dan
(Adhianta 2008)
kekuatan
lain
dalam
masyarakat
yang
demikian kuat sehingga perusahaan dapat tumbuh
dan
berkembang
secara
berkesinambungan, terlibat dengan apa yang
76
terjadi
dalam
lingkungannya
secara
ekonomi berkelanjutan, melalui kerja sama dengan para karyawan serta perwakilan
keseluruhan. Tanggung jawab perusahaan tidak
mereka,
keluarga
mereka,
komunitas
keuangan
setempat maupun masyarakat umum untuk
perusahaan, tetapi juga harus bertanggung
meningkatkan kualitas kehidupan dengan
jawab
yang
cara yang bermanfaat baik bagi bisnis
ditimbulkan oleh aktivitas operasional yang
sendiri maupun untuk pembangunan (The
dilakukan perusahaan. Adapun Teuku dan
World Business Council for Sustainable
Imbuh (1997) Nur Cahyonowati (2003)
Development (WBCSD) Ambadar, 2008:19
dalam
Djoe mee 2009). Konsep CSR melibatkan
hanya
terbatas
pada
terhadap
kinerja
masalah
sosial
Sulastini (2007) mendeskripsikan
tanggung jawab sosial sebagai kewajiban
tanggung
organisasi yang tidak hanya menyediakan
pemerintah,
barang dan jasa yang baik bagi masyarakat,
masyarakat,
tetapi
(lokal). Kemitraan ini tidaklah bersifat pasif
juga
mempertahankan
kualitas
lingkungan sosial maupun fisik, dan juga
dan
memberikan
tanggung
kontribusi
positif
terhadap
jawab
kemitraan
lembaga serta
statis.
sumber
komunitas
Kemitraan
jawab
antara
ini
secara
Definisi
daya setempat
merupakan
sosial
antara
SEA
(Social
kesejahteraan komunitas dimana mereka
stakeholders.
berada. Sedangkan menurut Ivan Sevic
Economic
Accounting):
(Hasibuan,2001) Sulastini (2007) tanggung
pengaturan,
pengukuran
jawab sosial diartikan bahwa perusahaan
pengungkapan pengaruh ekonomi sosial dari
mempunyai tanggung jawab pada tindakan
kegiatan
yang mempengaruhi konsumen, masyarakat,
mengukur
dan lingkungan. Selain itu Weston dan
kegiatan perusahaan terhadap lingkungan,
Brigham
mencakup: Financial, Managerial Social
menyatakan berperan
(1990) bahwa aktif
Sulastini
(2007)
perusahaan
harus
dalam
menunjang
kesejahteraan masyarakat luas. Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial perusahaan
perusahaan. dan
Accounting
menyangkut analisis,
Bertujuan
melaporkan
dan
Social
dan
untuk
pengaruh
Auditing
(Harahap,2004:349 Djoe mee 2009). Pengungkapan
(disclosure)
tanggung
jawab sosial Menurut
Hackston
dan
Milne,
didefinisikan sebagai komitmen bisnis untuk
tangggung jawab sosial perusahaan sering
memberikan kontribusi bagi pembangunan
disebut
juga
sebagai
corporate
social 77
atau
responsibility
social
disclosure,
cenderung
membatasi
persepsi
tentang
corporate social reporting, social reporting
tanggung jawab sosial yang dilaporkan.
merupakan
Pendekatan
proses
pengkomunikasian
kedua
dengan
dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan
pengungkapan
ekonomi
kelompok
perusahaan pada suatu pengujian peran
khusus yang berkepentingan dan terhadap
informasi dalam hubungan masyarakat dan
masyarakat secara keseluruhan (Sembiring,
organisasi. Pandangan yang lebih luas ini
2005) dalam Sri Sulastini (2007). Hal
telah menjadi sumber utama kemajuan
tersebut
jawab
dalam pemahaman tentang pengungkapan
organisasi dalam hal ini perusahaan, di luar
tanggung jawab sosial perusahaan dan
peran tradisionalnya untuk menyediakan
sekaligus merupakan sumber kritik yang
laporan keuangan kepada pemilik modal,
utama terhadap pengungkapan tanggung
khususnya
jawab sosial perusahaan.
tersebut
organisasi
terhadap
memperluas
pemegang
dibuat
tanggung
saham.
dengan
Perluasan
asumsi
bahwa
Banyak
tanggung
meletakkan
teori
jawab
yang
sosial
menjelaskan
perusahaan mempunyai tanggung jawab
mengapa
yang lebih luas dibanding hanya mencari
mengungkapkan informasi yang berkaitan
laba untuk pemegang saham (Gray et.al
dengan aktivitasnya dan dampak yang
(1995) Hasibuan (2001) Sulastini (2007).
ditimbulkan oleh perusahaan tersebut. Gray
Menurut Gray et.al. dalam Sembiring (2005)
et.al. (1995) dalam Henny dan Murtanto
Sulastini (2007) ada dua pendekatan yang
(2001) Sulastini (2007). menyebutkan ada
secara signifikan berbeda dalam melakukan
tiga studi yaitu :
penelitian tentang pengungkapan tanggung
1. Decision usefullness studies.
jawab
sosial
pengungkapan
perusahaan. tanggungjawab
Pertama, sosial
perusahaan
Sebagian dilakukan
oleh
dari para
cenderung
studi-studi
yang
peneliti
yang
perusahaan mungkin diperlakukan sebagai
mengemukakan teori ini menemukan bukti
suatu suplemen dari aktivitas akuntansi
bahwa informasi sosial dibutuhkan oleh para
konvensional. Pendekatan ini secara umum
pemakai laporan keuangan. Dalam hal ini
akan menganggap masyarakat keuangan
para analis, banker, dan pihak lain yang
sebagai
pengungkapan
dilibatkan dalam penelitian tersebut diminta
tanggung jawab sosial perusahaan dan
untuk melakukan pemeringkatan terhadap
pemakai
utama
informasi akuntansi.
Informasi akutansi
78
tersebut
tidak
terbatas
pada
informasi
pembenaran dari para stakeholders dalam
akuntansi tradisioanal yang telah dikenal
menjalankan
selama ini, namun juga informasi lain yang
Sehingga berakibat semakin besar pula
relatif baru dalam wacana akuntansi. Mereka
kecenderungan
menempatkan informasi aktivitas social
diri terhadap keinginan para stakeholders-
perusahaan pada posisi yang moderately
nya.
untuk
important pertimbangan
digunakan
oleh
para
operasi
perusahaannya.
perusahaan
mengadaptasi
sebagai
Informasi yang diungkapkan dalam laporan
dalam
keuangan tahunan dapat dikelompokkan
users
pengambilan keputusan
menjadi dua, yaitu pengungkapan wajib
2. Economic theory studies
(Mandatory disclosure) dan pengungkapan
Studi ini menggunakan agency theory
sukarela
(Voluntery
dan positive accounting theory, dimana teori
Pengungkapan
tersebut
pengungkapan
menganalogikan
manajemen
disclosure).
wajib yang
merupakan
diharuskan
oleh
sebagai agen dari suatu prinsipal. Dalam
peraturan yang berlaku, dalam hal ini adalah
penggunaan
prinsipal
peraturan yang ditetapkan oleh lembaga
diartikan sebagai pemegang saham atau
yang berwenang. Sedangkan pengungkapan
traditional users lain. Namun pengertian
sukarela
prinsipal tersebut meluas menjadi seluruh
melebihi dari yang diwajibkan.
agency
theory,
pengungkapan
yang
yang
Menurut Hendriksen (2002) Hartanti
bersangkutan. Sebagai agen manajemen
(2005) ada tiga konsep pengungkapan yang
akan berupaya mengoperasikan perusahaan
umumnya diusulkan, adalah sebagai berikut
sesuai
:
interest
group
dengan
perusahaan
adalah
keinginan
publik
(1)
Pengungkapan
cukup
(Adequate
(stakeholder).
disclosure). Pengungkapan cukup adalah
3. Social and political theory studies
pengungkapan minimum yang disyaratkan
Studi di bidang ini menggunakan teori stakeholders, teori legitimasi organisasi, dan teori ekonomi politik. Teori stakeholders mengasumsikan
bahwa
eksistensi
oleh peraturan yang berlaku, dimana angka yang dengan
disajikan
dapat
benar
oleh
diinterpretasikan investor
(2)
Pengungkapan wajar (Fair disclosure), yaitu
para
Pengungkapan yang wajar secara tidak
stakeholders. Perusahaan berusaha mencari
langsung menyiratkan suatu etika, yaitu
perusahaan
ditentukan
oleh
79
memberikan perlakuan yang sama kepada
pengungkapan
semua pemakai laporan keuangan; (3)
manufaktur adalah 68 item.
Pengungkapan penuh (Full disclosure), yaitu menyangkut
penyajian
informasi
yang
wajib
perusahaan
Menurut Murtanto (2006) Sulastini (2007), pengungkapan kinerja perusahaan
relevan. Bagi sebagian orang pengungkapan
seringkali
penuh berarti penyajian informasi secara
(voluntary disclosure)
berlimpah sehingga tidak tepat. Menurut
Adapun
mereka, terlalu banyak informasi akan
mengungkapkan
membahayakan. Karena penyajian rinci dan
sukarela antara lain:
yang tidak penting justru akan mengaburkan
oleh
dilakukan
secara oleh
alasan-alasan
sukarela perusahaan. perusahaan
kinerja
sosial
secara
1. Internal Decision Making
informasi yang signifikan membuat laporan Manajemen membutuhkan informasi
keuangan sulit ditafsir. Di Indonesia yang menjadi otoritas pengungkapan Setiap
wajib
perusahaan
adalah publik
Bapepam. diwajibkan
membuat laporan keuangan yang diaudit oleh akuntan publik independen sebagai sarana
pertanggungjawaban,
terutama
kepada pemilik modal. Bapepam melalui
untuk menentukan efektivitas informasi sosial tertentu dalam mencapai tujuan sosial perusahaan.
Walaupun
hal
ini
sulit
diidentifikasi dan diukur, namun analisis secara sederhana lebih baik daripada tidak sam sekali. 2. Product Differentiation
Surat Keputusan Bapepam No. 06/PM/2000
Manajer perusahaan memiliki insentif
tanggal 13 Maret 2000 tentang Pedoman
untuk membedakan diri dari pesaing yang
Penyajian Laporan Keuangan mensyaratkan
tidak bertanggung jawab secara sosial
elemen-elemen
seharusnya
kepada masyarakat. Akuntansi kontemporer
keuangan
tidak memisahkan pencatatan biaya dan
perusahaan-perusahaan publik di Indonesia.
manfaat aktivitas sosial perusahaan dalam
Kemudian untuk pedoman penyajian dan
laporan keuangan, sehingga perusahaan yang
pengungkapan laporan keuangan perusahaan
tidak peduli sosial akan terlihat lebih sukses
publik industri manufaktur diatur melalui
daripada perusahaan yang peduli. Hal ini
Surat Edaran Ketua Bapepam No. SE-
mendorong perusahaan yang peduli sosial
02/PM/2002 tanggal 27 Desember 2002.
untuk mengungkapkan informasi tersebut
diungkapkan
yang dalam
laporan
Dalam Surat Edaran tersebut total item
80
sehingga masyarakat dapat membedakan mereka dari perusahaan lain.
terdapatnya implikasi keuangan dari masalah-masalah lingkungan”.
Bagian Definisi paragraf 08 dinyatakan :
3. Enlightened Self-Interest Perusahaan melakukan pengungkapan untuk menjaga keselarasan sosialnya dengan para stakeholder karena mereka dapat
”........Pengungkapan tambahan, bagaimanapun, diperlukan atau dianjurkan agar merefleksikan secara penuh berbagai dampak lingkungan yang timbul dari berbagai aktivitas dari suatu perusahaan atau industri khusus”.
Bagian
Pengungkapan
paragraf
41
mempengaruhi pendapatan penjualan dan dinyatakan seperti berikut:
harga saham perusahaan. Ikatan dalam
Akuntansi
Pernyataan
Indonesia
Standar
(IAI)
Akuntansi
Keuangan (PSAK) Nomor 1 (revisi 2004)
”......... Pengungkapan yang demikian itu dapat dimasukkan dalam laporan keuangan, dalam catatan atas laporan keuangan atau, dalam kasus-kasus tertentu dalam suatu seksi laporan di luar laporan keuangan itu sendiri. ......”.
Sulastini (2007) paragraf sembilan secara
Berdasarkan pernyataan PSAK di atas,
implisit menyarankan untuk mengungkapkan
menunjukkan kepedulian akuntansi terhadap
tanggung jawab akan masalah sosial sebagai
masalah-masalah sosial yang merupakan
berikut :
pertanggungjawaban
“Perusahaan dapat pula menyajikan laporan tambahan seperti laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value added statement), khususnya bagi industri dimana faktor-faktor lingkungan hidup memegang peran penting dan bagi industri yang menganggap pegawai sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting”
Dalam Exposure Draft PSAK no 20 tahun
2005,
Masnila
(2008)
tentang
Akuntansi Lingkungan bagian Pendahuluan paragraph 01 dinyatakan bahwa : ”......perusahaan-perusahaan pada masa kini diharapkan atau diwajibkan untuk mengungkapkan informasi mengenai kebijakan dan sasaran-sasaran lingkungannya, program-program yang sedang dilakukan dan kos-kos yang terjadi karena mengejar tujuan-tujuan ini dan menyiapkan serta mengungkapkan risiko-risiko lingkungan. Dalam area akuntansi, inisiatif yang telah digunakan untuk memfasilitasi pengumpulan data dan untuk menigkatkan kesadaran perusahaan dalam hal
sosial
perusahaan.
Belum adanya standar baku yang merinci peraturan mengenai pengungkapan sosial mengakibatkan keleluasaan
perusahaan dan
memiliki
kebebasan
untuk
mengungkapkan informasi sosial tersebut. Struktur kepemilikan dan pengungkapan tanggungjawab sosial Pengungkapan
kinerja
lingkungan,
sosial dan ekonomi bertujuan untuk menjalin hubungan komunikasi yang baik dan efektif antara
perusahaan
dengan
publik
dan
stakeholders lainnya tentang bagaimana perusahaan
telah
mengintegrasikan
corporate social responsibilty (CSR): – lingkungan dan sosial – dalam setiap aspek 81
2007).
memonitor perusahaan. Perusahaan dengan
memperoleh
kepemilikan institusional yang besar (lebih
legitimasi dan memaksimalkan kekuatan
dari 5%) mengindikasikan kemampuannya
keuangannya dalam jangka panjang dengan
untuk
memonitor
memperlihatkan
besar
kepemilikan
kegiatan
operasinya
Perusahaan
(Darwin,
juga
dapat
tanggung
jawab
sosial
manajemen.
Semakin
institusional
melalui pengungkapan CSR dalam media
semakin
termasuk dalam laporan tahunan perusahaan
perusahaan dan diharapkan juga dapat
(Oliver, 1991; Haniffa dan Coke, 2005; Ani,
bertindak
2007)
pemborosan
dan
Kiroyan
(2006).
Hal
ini
efisien
pemanfaatan
maka
sebagai
pencegahan
yang
aktiva
terhadap
dilakukan
oleh
mengindikasikan bahwa perusahaan yang
manajemen (Faizal, 2004 dalam Arif, 2006).
menerapkan
Hal ini berarti kepemilikan institusi dapat
CSR
mengharapkan
akan
menjadi
direspon positif oleh para pelaku pasar. Kepemilikan asing dalam perusahaan merupakan pihak yang dianggap concern terhadap pengungkapan tanggung jawab
pendorong
perusahaan
untuk
melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial. Lebih lanjut dalam joernalakuntansi
luar
2010, dalam posisi sebagai bagian dari
terutama Eropa dan United State merupakan
masyarakat, operasi perusahaan seringkali
negara-negara yang sangat memperhatikan
mempengaruhi
isu-isu sosial; seperti pelanggaran hak asasi
Eksistensinya
manusia, pendidikan, tenaga kerja, dan isu
anggota
lingkungan
kaca,
eksistensinya pun dapat terancam bila
pembalakan liar, serta pencemaran air. Hal
perusahaan tidak dapat menyesuaikan diri
ini juga yang menjadikan dalam beberapa
dengan
tahun terakhir ini, perusahaan multinasional
masyarakat tersebut atau bahkan merugikan
mulai mengubah perilaku mereka dalam
anggota komunitas tersebut. Oleh karena itu,
beroperasi demi menjaga legitimasi dan
perusahaan,
reputasi perusahaan (Simerly dan Li, 2001;
mencoba memperoleh kesesuaian antara
Fauzi, 2006) dalam joernalakuntansi 2010.
tindakan organisasi dan nilai-nilai dalam
Struktur
adalah
masyarakat umum dan publik yang relevan
kepemilikan institusional, dimana umumnya
atau stakeholder-nya (Dowling dan Pfeffer,
dapat
1975 dalam Haniffa fan Cooke, 2005; Ani,
sosial
perusahaan.
Negara-negara
seperti,
efek
kepemilikan
bertindak
sebagai
rumah
lain
pihak
yang
masyarakat dapat
diterima
masyarakat,
norma
yang
melalui
sekitarnya.
top
sebagai sebaliknya
berlaku
dalam
manajemennya
82
2007).
Keselarasan
antara
tindakan
organisasi dan nilai-nilai masyarakat ini tidak
selamanya
diharapkan.
berjalan
Tidak
jarang
seperti akan
(Henderson et al, 2004, Nurhayati, et al, 2006).
yang terjadi
Perusahaan multinasional atau dengan kepemilikan
asing
utamanya
melihat
perbedaan potensial antara organisasi dan
keuntungan legitimasi berasal dari para
nilai-nilai sosial yang dapat mengancam
stakeholrder-nya
legitimasi perusahaan. Menurut Sethi dalam
berdasarkan atas home market (pasar tempat
Haniffa dan Cooke (2005); Ani (2007), hal
beroperasi)
ini
legitimasi
eksistensi yang tinggi dalam jangka panjang
organisasi yang berujung pada berakhirnya
(Suchman, 1995 dalam Barkemeyer, 2007).
eksistensi perusahaan.
Pengungkapan
dapat
menghancurkan
Suchman (1995) dalam Barkemeyer (2007)
memberikan
definisi
mengenai
dimana
yang
secara
dapat
tanggung
tipikal
memberikan
jawab
sosial
merupakan salah satu media yang dipilih untuk
memperlihatkan
organisational legitimacy sebagai berikut:
perusahaan
“Legitimacy is a generalized perception or
sekitarnya.
assumption that the actions of an entity are
perusahaan memiliki kontrak dengan foreign
desirable, proper, or appropriate within
stakeholders baik dalam ownership dan
someocially constructed system of norms,
trade, maka perusahaan akan lebih didukung
values, beliefs, and definitions”. Nasi, Nasi,
dalam melakukan pengungkapan tanggung
Philips, and Zyglidopoulos, 1997 dalam
jawab sosial. Penelitian Tanimoto dan
Nurhayati, Brown, dan Tower, 2006 dalam
Suzuki (2005), dalam melihat luas adopsi
joernalakuntansi 2010, mengatakan bahwa
GRI dalam laporan tanggung jawab sosial
“Legitimacy theory focuses of the adequacy
pada
of corporate social behaviour”. Ini berarti
membuktikan bahwa kepemilikan asing pada
bahwa society judge organisasi berdasarkan
perusahaan publik di Jepang menjadi faktor
atas image yang akan mereka ciptakan untuk
pendorong terhadap adopsi GRI dalam
diri mereka sendiri. Selanjutnya organisasi
pengungkapan tanggung jawab sosial.
dapat menetapkan legitimasi mereka dengan memadukan
antara
kinerja
terhadap
kepedulian
Dengan
perusahaan
Susanto
masyarakat kata
publik
(dalam
lain,
di
Marwata,
di
apabila
Jepang,
2006),
perusahaan
meneliti luas pengungkapan sukarela dalam
dengan ekspektasi atau persepsi publik
laporan tahunan perusahaan yang terdaftar di BEJ, menemukan pemilikan saham oleh 83
investor asing dalam penelitian ini tidak
hasil bahwa institutional ownership tidak
memiliki
memiliki
hubungan
dengan
luas
hubungan
terhadap
CSR.
laporan
Selanjutnya, Mani (2004) Kasmadi dan
tahunan. Kepemilikan institusional adalah
Susanto (2006), menguji faktor-faktor yang
kepemilikan saham perusahaan oleh institusi
menentukan luas pengungkapan sukarela
keuangan, seperti perusahaan asuransi, bank,
dalam laporan tahunan perusahaan di India,
dana pensiun, dan asset management (Koh,
menemukan financial institution investment
2003; Veronica dan Bachtiar, 2005). Tingkat
tidak
kepemilikan institusional yang tinggi akan
terhadap
menimbulkan usaha pengawasan yang lebih
laporan tahunan perusahaan di India.
pengungkapan
sukarela
dalam
besar oleh pihak investor institusional sehingga
dapat
menghalangi
berhubungan
secara
pengungkapan
signifikan
sukarela
dalam
Anggraini (dalam Dumadia, 2009)
perilaku
melakukan penelitian terhadap faktor-faktor
opportunistic manajer. Perusahaan dengan
yang mempengaruhi keputusan perusahaan
kepemilikan institusional yang besar (lebih
untuk mengungkapkan informasi sosial di
dari 5%) mengindikasikan kemampuannya
dalam laporan keuangan tahunan pada
untuk memonitor manajemen (Arif, 2006).
perusahaan-perusahaan
Shleifer and Vishny (1986) Barnae dan
Penelitian
Rubin
institutional
prosentase kepemilikan manajemen, tingkat
shareholders, dengan kepemilikan saham
leverage, biaya politis, dan profitabilitas.
yang
untuk
Hasil dari penelitian tersebut menyimpulkan
keputusan
bahwa persentase kepemilikan manajemen
institusi
dan tipe industri berpengaruh signifikan
(2005),
besar,
memantau perusahaan.
bahwa
memiliki
insentif
pengambilan Sebagai
bentuk
ini
di
Indonesia.
menggunakan
variabel
memerlukan pengungkapan CSR terjadi
terhadap
pada perbankan Eropa, dimana perbankan di
mengungkapkan informasi sosial. Irawan
Eropa
(2006)
menerapkan
kebijakan
perusahaan
dalam
kebijakan
dalam
hanya
kepada
mempengaruhi pengungkapan antara lain
mengimplementasikan
saham publik dan status perusahaan, dimana
CSR dengan baik. Barnae dan Rubin (2005)
adanya perbedaan dalam proporsi saham
dalam joernalakuntansi 2010,
melakukan
yang dimiliki oleh investor luar dapat
CSR sebagai
mempengaruhi kelengkapan pengungkapan
konflik berbagai shareholder menunjukkan
oleh perusahaan. Hal ini karena semakin
pemberian
pinjaman
perusahaan
yang
penelitian
untuk
melihat
bahwa
faktor-faktor
yang
84
banyak pihak yang membutuhkan informasi
menyediakan lingkungan kerja yang aman
tentang perusahaan, semakin banyak pula
bagi karyawannya, menjamin bahwa proses
detail-detail butir yang dituntut untuk dibuka
produksinya tidak mencemarkan lingkungan
dan
pengungkapan
sekitar perusahaan, melakukan penempatan
perusahan semakin luas. Dessy Amalia
tenaga kerja secara jujur, menghasilkan
(2005) Kumala Dewi (2007) hasil penelitian
produk yang aman bagi para konsumen, dan
menujukkan bahwa ukuran perusahaan dan
menjaga
struktur kepemilikan memiliki pengaruh
mewujudkan kepedulian sosial perusahaan.
dengan
demikian
yang signifikan terhadap luas pengungkapan
lingkungan
eksternal
untuk
Disclosure dalam laporan keuangan
sukarela dalam laporan tahunan perusahaan.
tahunan merupakan sumber informasi untuk
SIMPULAN
pengambilan keputusan investasi. Keputusan investasi sangat tergantung dari mutu dan
Perusahaan memiliki kewajiban sosial atas apa yang terjadi disekitar lingkungan masyarakat. Selain menggunakan dana dari pemegang
saham,
perusahaan
juga
menggunakan dana dari sumber daya lain yang berasal dari masyarakat (konsumen) sehingga hal yang wajar jika masyarakat mempunyai
harapan
tertentu
terhadap
perusahaan. Tanggung jawab sosial adalah suatu
bentuk
seharusnya
pertanggungjawaban
dilakukan
perusahaan,
yang atas
dampak positif maupun dampak negatif yang
luas pengungkapan yang disajikan dalam laporan
tahunan.
Mutu
dan
luas
pengungkapan laporan keuangan tahunan masing-masing
berbeda.
Perbedaan
ini
terjadi karena karakteristik dan filosofi manajemen masing-masing perusahaan juga berbeda. Selain digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan, disclosure dalam laporan keuangan tahunan juga digunakan sebagai
sarana
pertanggungjawaban
manajemen keuangan atas sumber daya yang dipercayakan.
ditimbulkan dari aktivitas operasionalnya, dan mungkin sedikit-banyak berpengaruh terhadap
masyarakat
internal
maupun
eksternal dalam lingkungan perusahaan. Selain melakukan aktivitas yang berorientasi pada laba, perusahaan perlu melakukan aktivitas lain, misalnya aktivitas untuk
Dengan adanya PSAK No 1 (revisi 2004) diharapkan menambah kesadaran perusahaan sosialnya
untuk
melaporkan
terhadap
perusahaan. mengungkapkan
kegiatan
lingkungan
Geliat tanggung
untuk jawab
sekitar selalu sosial
dalam bentuk CSR reporting sudah nampak 85
dan perusahaan mulai tidak ragu lagi. Bagi
DAFTAR PUSTAKA
perusahaan dengan menjalankan praktik akuntansi dan pelaporan atas aktivitas sosialnya diharapkan dapat memberikan nilai tambah yang diperoleh dari para stakeholdernya. Namun begitu tidak semua perusahaan
mengungkapkan
aktivitas
sosialnya. Pengungkapan perusahaan
selain
CSR
berguna
untuk
nilai
bagi
tambah
perusahaan juga mengurangi biaya sosial yang timbul nanti dari aktivitas perusahaan. Selain
itu
perusahaan
memperoleh
juga
legitimasi
memperlihatkan
tanggung
dapat dengan
jawab
sosial
melalui pengungkapan CSR dalam media
Bambang Irawan, 2006, “Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta”, Skripsi S1, Fakultas Ekonomi UII, Yogyakarta. David S.Gelb; Joyce A.Strawser, “Corporate Social Responsibility and Financial Disclosures:An Alternative Explanation for Increased Disclosure”, Journal of Business Ethics, Vol. 33, No. 1 (Sep., 2001) pp 1-13. Dewi Hartanti, 2005 : “ Pengaruh Faktorfaktor Fundamental Terhadap Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”, Skripsi S1, Universitas Negeri Semarang.
para pelaku pasar. Kepemilikan asing dalam
Dessy Amalia, 2005, “Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Luas Pengungkapan Sukarela (Voluntary Disclosure) Pada Laporan Tahunan Perusahaan”, Jurnal Akuntansi Pemerintah, Vol 1, No. 2, November 2005
perusahaan merupakan pihak yang dianggap
Djoe2x’s Blog-http://djoe2x.wordpress.com
concern terhadap pengungkapan tanggung
Edi Subiyantoro, Saarce Elsye Hatane, “Dampak Perubahan Kultur Masyarakat Terhadap Praktik Pengungkapan Laporan Keuangan Perusahaan Publik di Indonesia”, Jurnal Manajemen Dan Kewirausahaan, Vol. 9, No. 1, Maret 2007: 18-29
termasuk dalam laporan tahunan perusahaan. Perusahaan
yang
menerapkan
CSR
mengharapkan akan direspon positif oleh
jawab
sosial
perusahaan.
kepemilikan
lain
adalah
institusional,
dimana
Struktur kepemilikan
umumnya
dapat
bertindak sebagai pihak yang memonitor perusahaan. Kepemilikan institusi dapat menjadi
pendorong
perusahaan
untuk
melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial.
http://joernalakuntansi.wordpress.com http://www.dumadias.blogspot.com http://www.Theowordpower’s.webblog.com Kieso Donald E; Jerry J.Weygandt; Terry D. Warfield, 2002, “Intermediate
86
Accounting”, Edisi Kesepuluh, Jilid 3, Erlangga, Jakarta. Kumala Dewi, 2009 “ Pengaruh Luas Pengungkapan Laporan Keuangan Tahunan Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Indonesia Terhadap Keputusan oleh Investor”, Fakultas
Ekonomi, Jakarta.
Universitas
Gunadarma,
Sri Sulastini, 2007, “Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Social Disclosure Perusahaan Manufaktur yang telah go public”, Skripsi S1 Universitas Negeri Semarang.
87
PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL DAN KUALITAS AUDIT TERHADAP PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONCIBILITY (CSR) Imannuel Wiryawan (Staf Pengajar Fak Ekonomi Univ Kristen Imanuel) Martinus Budiantara (Staf Pengajar Fak Ekonomi Univ Mercu Buana Yogyakarta) Abstract Companies are sometimes less aware of the importance of environment upon the success of the business. Problems related to the environment, such as environmental pollution, should not occur if the company's activity is accompanied by a concern for society and the environment. Such conditions require that firms are not only oriented towards profit, but also accompanied by attention to the surrounding environment. This study examines the effect of audit quality and institutional ownership of corporate social disclosure responcibility. Key word: corporate social responcibility, institutional ownership, audit quality dengan
PENDAHULUAN Pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh aktivitas bisnis yang ada di suatu negara. Perusahaan-perusahaan akan saling bersaing untuk menjadi pemimpin di bidang industri masing-masing. Pada mulanya, keberhasilan perusahaan tidak banyak diikuti dengan kepedulian terhadap lingkungan sekitar. Perusahaan kurang menyadari akan arti pentingnya lingkungan terhadap kesusksesan usaha. Permasalahan yang terkait dengan lingkungan, seperti pencemaran lingkungan, seharusnya tidak terjadi apabila aktivitas perusahaan disertai dengan suatu kepedulian terhadap
masyarakat
Kondisi
seperti
perusahaaan
tidak
dan ini hanya
lingkungan. mengharuskan berorientasi
terhadap laba saja, namun juga disertai
perhatian
terhadap
lingkungan
disekitarnya. Dua motivasi yang mendasari perusahaaan dalam
mengungkapkan
(Corporate
Social
aktivitas
Respocibility)
CSR dalam
laporan keuangan. Dua motivasi tersebut didasarkan pada teori stakeholders dan teori legitimasi.
Dalam
teori
stakeholders
disebutkan bahwa perusahaan akan memilih stakeholders yang dianggap penting dan mengambil
tindakan
yang
dapat
menghasilkan hubungan harmonis antara perusahaan
dan
stakeholdesrnya.
Oleh
karena itu, perusahaan mempertimbangkan aktivitas serta pengungkapan CSR dengan harapan agar mempunyai hubungan yang baik dengan para stakeholders perusahaan. Teori
legitimasi
perusahaan
menyebutkan
sebaiknya
bahwa
menunjukkan
berbagai aktivitas sosial perusahaan agar
88
sensitivitas
industri
(industry
tujuan perusahaan diterima masyarakat. Oleh
leverage,
karena itu, perusahaan mempertimbangkan
sensitivity),
aktivitas serta pengungkapan CSR dengan
(media exposure) terhadap CSR.
harapan memperoleh legitimasi dari publik.
Pada umumnya perusahaan yang besar
Perusahaan
mengungkapkan lebih banyak informasi
menggunakan
pengungkapan
serta
pengungkapan
media
CSR untuk membenarkan atau melegitimasi
dibandingkan
dengan
perusahaan
aktivitas perusahaan di mata masyarakat.
Perusahaan
besar
pada
Hal ini dikarenakan, pengungkapan aktivitas
mempunyai jenis produk yang banyak,
CSR akan menunjukkan tingkat kepatuhan
sistem informasi yang canggih, serta struktur
suatu perusahaan seperti kepatuhan terhadap
kepemilikan
norma-norma yang berlaku, serta harapan-
memungkinkan dan membutuhkan tingkat
harapan publik kepada perusahaaan tersebut.
pengungkapan
Berdasarkan
studi
empirik,
yang
umumnya
lengkap,
secara
kecil.
sehingga
luas
(
Suripto,
1999,Zaleha, 2005)
menunjukkan bahwa aktivitas pengungkapan
Penelitian yang dilakukan oleh Adams
CSR beragam pada semua perusahaan
et al. (1998), Cullen and Christopher (2002),
industri.
juga
Hamid (2004), Haniffa dan Cooke (2005),
menunjukkan bahwa perilaku pengungkapan
Hossain et al. (1995), Neu et al.(1998), dan
CSR sangat penting dan secara sistematis
Patten
dipengaruhi oleh variasi perusahaan dan
menunjukkan hubungan yang signifikan
karakteristik industri yang mempengaruhi
antara
biaya-manfaat pengungkapan.
pengungkapan sosial. Sementara Hackston
Beberapa literatur
dan Milne (1996), Zaleha (2005) dan
Studi
empirik
lain
penelitian yang
(1991),
dalam
ukuran
perusahaan
tidak
(2008)
dengan
dilakukan oleh Cooke (2005), Hossain et al.
Anggraeni
(1995), Neu et al.(1998), dan Patten (1991),
hubungan dari kedua variabel tersebut.
dalam Reverte (2008) menunjukkan bahwa
(2006)
Reverte
menemukan
Sensitivitas industri dapat didefinisikan
yang
sebagai seberapa besar tingkat industri
kemungkinan menjelaskan variasi luasnya
tersebut bersinggungan langsung dengan
pengungkapan CSR dalam laporan tahunan.
konsumen dan kepentingan luas lainnya.
Munif (2010) menguji pengaruh
ukuran
Oleh karena itu, pada umumnya perusahaan
perusahaan (zise), keuntungan (profitability),
yang mempunyai sensitivitas industri yang
struktur kepemilikan (ownership structure),
tinggi
terdapat
beberapa
variabel
terhadap
lingkungannya
akan
89
memperoleh perhatian yang tinggi mengenai
mendesak kebijakan manajer dalam aktivitas
lingkungan tersebut dibandingkan dengan
CSR
perusahaan-perusahaan
mempengaruhi
yang
mempunyai
sensitivitas industri yang lebih rendah
yang
kepemilikan
potensi
umumnya
tinggi
dalam
langsung
kesuksesan
keuangan
Perusahaan yang mempunyai struktur
perusahaan tersebut mempunyai dampak lebih
tidak
perusahaa
terhadap lingkungannya. Hal ini dikarenakan
yang
secara
yang akan
terdispersi,
memperbaiki
pada
kebijakan
mempengaruhi kondisi serta keberadaan
pelaporan keuangan perusahaan dengan
lingkungan tersebut (Branco dan Rodrigues,
menggunakan pengungkapan CSR untuk
2008).
mengurangi asimetri informasi. Sedangkan
Pada beberapa penelitian yang telah
perusahaan dengan struktur kepemilikan
dilakukan menunjukkan bahwa perusahaan-
yang terpusat pada umumnya lebih kurang
perusahaan
manufaktur
termotivasi untuk mengungkapkan informasi
perusahaan mempunyai pengaruh negatif
tambahan pada kegiatan CSR perusahaan.
pada lingkungan, maka pengungkapan dan
Hal ini dikarenakan para shareholder pada
pelaporan
perusahaan
yang
akan
proses
lebih
informative
tersebut
dapat
memperoleh
dibandingkan dari industri lainnya (Reverte,
informasi secara langsung dari perusahaan
2008). Penelitian yang dilakukan oleh
(Reverte, 2008). Penelitian yang dilakukan
Anggraini
adanya
Brammer and Pavelin (2008); Prencipe
pengaruh yang signifikan antara sensitivitas
(2004); dalam Reverte (2008) menunjukkan
industri dengan pengungkapan tanggung
hubungan
jawab sosial.
kepemilikan dan pengungkapan tanggung
Pada umumnya, perusahaan dengan tingkat
jawab sosial.
(2006)
menunjukkan
yang
positif
antara
struktur
Pengungkapan media merupakan salah
leverage yang tinggi akan mengurangi pengungkapan tanggung jawab sosial yang
satu
dibuatnya agar tidak menjadi perhatian dari
lingkungan.
para debtholders. Brammer dan Pavelin
penting pada pergerakan mobilisasi sosial,
(2008)
juga
misalnya kelompok yang tertarik pada
menyatakan bahwa tingkat utang yang
lingkungan (Patten, 2002b dalam Reverte,
rendah
kreditor
2008). Pengungkapan CSR pada media,
yang
diharapkan perusahaan akan mempunyai
dalam
akan
perusahaan
Reverte
membuat
mengurangi
(2008)
para tekanan
sumber
utama Media
pada
informasi
mempunyai
peran
90
citra yang positif di mata publik, sehingga perusahaan mendapatkan legitimasi atas
Pengertian CSR menurut Wikipedia Indonesia menyatakan bahwa :
praktik CSR. Hal inilah yang menjadi bagian pada
proses
membentuk
membangun
norma
yang
institusi,
diterima
dan
legitimasi praktik CSR.
“ Tanggung jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility adalah suatu konsep bahwa organisasi, khususnya perusahaan adalah memiliki suatu tanggung jawab terhadap konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas dan lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan “
Perumusan Masalah 1.
Bagaimana pengaruh terhadap
kualitas audit
pengungkapan
corporate
disimpulkan
social responcibility (CSR). 2.
Bagaimana
pengaruh
Dari kedua definisi tersebut dapat
kepemilikan
institusional terhadap pengungkapan
terintegrasi
dijalankan
bisnis
perusahaan,
memperhatikan kepentingan stakeholders
memberikan Tujuan Penelitian
manfaat/kesejahteraan
bagi
masyarakat.
Untuk mengetahui pengaruh kualitas audit
terhadap
pengungkapan
Corporate Social Respocibility (CSR). 2.
dengan
CSR
(pemangku kepentingan) dengan harapan
corporate responsibility (CSR)
1.
bahwa
Untuk
mengetahui
kepemilikan pengungkapan
pengaruh
institusional Corporate
terhadap Social
Menurut Daniri (2007) CSR lahir dari desakan
masyarakat
atas
perilaku
perusahaan yang biasanya selalu fokus untuk memaksimalkan laba, mensejahterakan para pemegang
saham,
dan
mengabaikan
tanggung jawab sosial seperti perusakan
Responcibility (CSR).
lingkungan, eksploitasi sumber daya alam, Tinjauan dan Pengembangan Hipotesis
dan lain sebagainya. Konsep dan praktik
Corporate Social Responsibility (CSR)
CSR bukan lagi dipandang sebagai suatu
Seperti
dikemukakan
oleh
Robins
(2005) adalah sebagai berikut:
cost center tetapi juga sebagai suatu strategi perusahaan
yang
dapat
memacu
dan
menstabilkan pertumbuhan usaha secara CSR is a concept whereby companies integrate social and environmental concerns in their business operations and stakeholder relations on a voluntary basis; it is about managing companies in a socially responsible manner.
jangka panjang. Oleh karena itu penting untuk mengungkapkan CSR sebagai wujud pelaporan tanggung jawab sosial kepada masyarakat.
91
secara drastis dari perusahaan yang terkena
Good Corporate Governance (GCG) Menurut
Daniri
(2004),
dengan
kasus.
mengutip riset Berle dan Means pada tahun
Persoalan tata kelola perusahaan
1934, isu GCG muncul karena terjadinya
menjadi semakin jelas terlihat. Negara
pemisahan
antara
Amerika Serikat yang dikenal sebagai
pengelolaan
perusahaan.
kepemilikan
dan
Pemisahan
ini
negara
acuan
penerapan
tata
kelola
memberikan kewenangan kepada pengelola
perusahaan yang baik menjadi diragukan
(manajer/direksi) untuk mengurus jalannya
karena kasus-kasus manipulasi akuntansi.
perusahaan, seperti mengelola dana dan
Ada tuduhan yang menyebutkan bahwa
mengambil keputusan perusahaan atas nama
pemicu munculnya kasus manipulasi justru
pemilik. Pemisahan ini didasarkan pada
karena mekanisme tata kelola perusahaan di
principal-agency theory yang dalam hal ini
Amerika Serikat (Mayangsari, 2003). Penerapan
manajemen cenderung akan meningkatkan keuntungan
pribadinya
perusahaan. keuangan
Selain yang
daripada memiliki
baik,
perusahaan
diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk
kinerja
memberikan keyakinan kepada para investor
juga
akan menerima return atas dana yang
Corporate Governance atau sering disebut dengan tata kelola perusahaan mulai banyak sejak
terjadinya
Governance
tujuan
diharapkan memiliki tata kelola yang baik.
dibicarakan
Corporate
berbagai
skandal di dunia bisnis yang melibatkan manipulasi akuntansi. Skandal akuntansi
diinvestasikan, dan yakin bahwa manajer tidak
akan
menggelapkan
atau
tidak
menginvestasikan dana ke proyek-proyek yang tidak menguntungkan dan berkaitan dengan bagaimana investor mengontrol para manajer.
yang terjadi pada perusahaan-perusahaan
meliputi
Corporate Governance
besar seperti Enron, Xerox, Tyco, Global
serangkaian hubungan antara manajemen
Crossing, dan Worldcom. Terungkapnya
perusahaan,
skandal
direksi
akuntansi
bekurangnya
mengakibatkan
kepercayaan
masyarakat
dan
dewan
direksinya
dewan
komisaris),
(dewan para
pemegang saham dan stakeholders lainnya.
dalam
Corporate Governance juga merupakan
pasar uang dan pasar modal, salah satu
suatu yang memfasilitasi penentuan sasaran-
indikatornya adalah turunnya harga saham
sasaran dari suatu perusahaan, dan sebagai
khususnya
masyarakat
keuangan
sarana
pencapaian
sasaran
dan
sarana 92
menentukan (OECD,
teknik
1999).
monitoring
Corporate
kinerja
Governance
semua
pihak
yang
berkepentingan
Secara
(stakeholders).
lebih
rinci,
harus memberikan insentif yang tepat bagi
terminologi Corporate Governance dapat
dewan direksi dan manajemen dalam rangka
dipergunakan untuk menjelaskan peranan
mencapai sasaran, harus dapat memfasilitasi
dan perilaku dari Dewan Direksi, Dewan
monitoring yang efektif dan mendorong
Komisaris, pengurus (pengelola) perusahaan,
penggunaan sumber daya yang efektif.
dan para pemegang saham (FCGI, 2001).
Penerapan good corporate governance
Sebagaimana yang diuraikan oleh OECD
diyakini mampu menciptakan kondisi yang
(2004), yang dikutip oleh FCGI dalam
kondusif dan landasan yang kokoh untuk
terbitannya ada empat unsur penting dalam
menjalankan operasional perusahaan yang
CG yaitu:
baik, efisien dan menguntungkan. Penerapan
a. Keadilan (Fairness), yaitu kepastian
good corporate governance dapat didorong
perlindungan atas hak seluruh pemegang
dari dua sisi, yaitu etika dan peraturan.
dari penipuan (fraud) dan penyimpangan
Dorongan dari etika (ethical driven) datang
lainnya serta adanya pemahaman yang
dari kesadaran individu-individu, pelaku
jelas mengenai hubungan berdasarkan
bisnis untuk menjalankan praktik bisnis yang
kontrak diantara penyedia sumber daya
mengutamkan
perusahaan dan pelanggan.
kelangsungan
hidup
perusahaan, kepentingan stakeholders, dan menghindari
cara-cara
menciptakan
keuntungan sesaat. Di sisi lain, dorongan dari peraturan (regulatory driven) memaksa perusahaan untuk patuh terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kedua pendekatan ini memiliki kekuatan dan kelemahannya masing-masing dan seharusya saling
melengkapi
untuk
menciptakan
b. Transparansi
(Transparancy),
yaitu
keterbukaan mengenai informasi kinerja perusahaan,
baik
ketepatan
waktu
maupun akurasinya. Hal ini berkaitan dengan kualitas informasi akuntansi yang dihasilkan., c. Akuntabilitas
(Accountability),
yaitu
penciptaan sistem pengawasan yang
lingkungan bisnis yang sehat (KNKG,
efektif
2006).
wewenang, peranan, hak dan tanggung
Tujuan dari Corporate Governance adalah untuk menciptakan nilai tambah bagi
berdasarkan
pembagian
jawab dari pemegang saham, manajer, dan auditor.
93
(Responsibility),
untuk saham perusahaan yang memiliki CG
yaitu pertanggungjawaban perusahaan
yang lebih baik (wellgoverned company atau
kepada stakeholders dan lingkungan
WGC) dibandingkan perusahaan lain dengan
dimana perusahaan itu berada. CG
kinerja keuangan relatif sama.
d. Pertanggungjawaban
timbul karena kepentingan perusahaan untuk
memastikan
penyandang
dana
kepada
Penelitian Terdahulu
pihak Klapper dan
(principal/investor)
bahwa dana yang ditanamkan digunakan secara tepat dan efisien. Selain itu dengan CG, perusahaan memberikan kepastian bahwa manajemen (agent) bertindak yang terbaik demi kepentingan
Love (2002) dalam
Darmawati, dkk.(2005) menemukan adanya hubungan
positif
antara
corporate
governance dengan kinerja perusahaan yang diukur
dengan
Penemuan
ROA
penting
dan
lain
Tobins
adalah
Q.
bahwa
penerapan corporate governance di tingkat
perusahaan.
perusahaan lebih memiliki arti dalam Negara Penerapan good corporate governance diyakini mampu menciptakan kondisi yang
berkembang dibandingkan dalam negara maju.
kondusif dan landasan yang kokoh untuk
Wahyuni (2005) meneliti pengaruh
menjalankan operasional perusahaan yang
antara Current ratio, ROE, Total Asset Turn
baik, efisien dan menguntungkan. Coombes
Over dan DER terhadap harga saham.
dan Watson (2000) dalam Fachrurozi (2007)
Hasilnya menunjukkan bahwa current ratio,
menyatakan bahwa pemegang saham saat ini
ROE, total asset turn over (TAT), dan DER
sangat
aktif
perusahaan
dalam karena
meninjau
kinerja
berpengaruh
pemegang
saham
harha saham.
secara
signifikan
terhadap
menganggap bahwa CG yang lebih baik akan memberikan imbal hasil yang lebih tinggi bagi pemegang saham. Tujuh puluh lima persen dari investor mengatakan bahwa praktek CG paling tidak sama pentingnya dengan kinerja keuangan ketika investor mengevaluasi investasi.
perusahaan
Bahkan
80%
untuk dari
tujuan investor
mengatakan akan membayar lebih mahal
Siallagan
dan
Machfoedz
(2006)
meneliti hubungan mekanisme corporate governance,
kualitas
laba
dan
nilai
perusahaan. Dalam penelitian ini mekanisme corporate
governance
diproksi
oleh
kepemilikan manajerial, keberadaan komite audit,
dan
independen.
proporsi Hasil
dewan
komisaris
menunjukkan
bahwa
94
governance
Adhi Cahya Bramantya (2010) dalam
mempengaruhi nilai perusahaan (Tobin’s Q).
penelitiannya menemukan bahwa kinerja
mekanisme
corporate
Yuniasih
dan
Wirakusuma (2007)
meneliti pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai
perusahaan
dengan
mempertimbangkan CSR dan corporate governance
sebagai
variabel
moderasi.
Kinerja keuangan diproksikan dengan ROA, sedangkan
corporate
keuangan yang terdiri dari rasio Size, ROA, dan Leverage berpengaruh secara simultan terhadap pengungkapan CSR. Secara parsial kinerja keuangan yang berpengaruh terhadap pengungkapan CSR adalah variabel Size dan Leverage.
governance
diproksikan dengan kepemilikan manajerial. Hasilnya mengindikasikan bahwa ROA berpengaruh perusahaan,
positif
terhadap
pengungkapan
CSR
dapat
nilai perusahaan, akan tetapi kepemilkan tidak
hubungan
antara
dapat ROA
memoderasi dengan
nilai
perusahaan. Nurkhin (2009) meneliti corporate governance dan profitabilitas, pengaruhnya terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan.
Hasil
Pengungkapan CSR
nilai
memoderasi hubungan antara ROA dengan
manajerial
Kualitas Audit
penelitian
Kepemilikan Institusional
Hipotesis H1 :
Kualitas Audit berpengaruh positip terhadap pengungkapan CSR.
H2 : Struktur kepemilikan institusional berpengaruh terhadap pengungkapan CSR H3 :
Kualitas Audit dan struktur kepemilikan institusional secara bersama sama mempengaruhi pengungkapan CSR
menunjukkan bahwa Profitabilitas terbukti berpengaruh positif terhadap CSR. Rahayu Sri (2010) dalam penelitian menemukan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh
METODE PENELITIAN Populasi
yang
digunakan
dalam
signifikan terhadap hubungan antara ROE
penelitian ini adalah seluruh perusahaan
terhadap Tobins Q, pengungkapan CSR
yang termasuk dalam kelompok industri
tidak
manufaktur yang telah terdaftar di BEI.
mempengaruhi
hubungan
kinerja keuangan dan nilai perusahaan.
antara
Dipilihnya satu kelompok industry yaitu industri
manufaktur
sebagai
populasi 95
dimaksudkan untuk menghindari bias yang
dipublikasikan. Data diperoleh antara lain
disebabkan oleh efek industri (industrial
dari Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id).
effect), dan selain itu sector manufaktur memiliki
jumlah
terbesar
Metode Pengumpulan Data
perusahaan Metode
dibandingkan sektor lainnya.
yang
digunakan
dalam
penelitian ini adalah metode dokumentasi, Sampel
yaitu
mempelajari
catatan-catatan
ditentukan
perusahaan yang diperlukan yang terdapat
berdasarkan purposive sampling yang berarti
didalam annual report perusahaan yang
pemilihan
kriteria
menjadi sampel penelitian seperti informasi
perusahaan
pengungkapan CSR, kualitas audit, struktur
manufaktur yang dijadikan sampel antara
kepemilikan institusional, dan data lain yang
lain adalah seperti berikut: (a) Semua
diperlukan. Pengukuran kinerja CSR adalah
perusahaan yang termasuk dalam kelompok
melalui laporan kegiatannya, yakni dengan
industri manufaktur yang terdaftar di BEI
metode content analysis yang merupakan
dan mempublikasikan laporan keuangan
suatu cara pemberian skor pada pengukuran
tahun 2009; ((b) Perusahaan sampel tidak
pengungkapan sosial laporan tahunan yang
mengalami
dilakukan dengan pengamatan mengenai ada
Sampel
tertentu.
penelitian
sampel Adapun
berdasarkan kriteria
delisting
selama
periode
pengamatan; (c) Tersedia laporan keuangan
tidaknya
perusahaan secara lengkap pada tahun 2009,
ditentukan dalam laporan tahunan, apabila
baik secara fisik maupun melalui website
item informasi tidak ada dalam laporan
www.idx.co.id atau pada website masing-
keuangan maka diberi skor 0, dan jika item
masing perusahaan; (d) Memiliki data
informasi yang ditentukan ada dalam laporan
keuangan yang berkaitan dengan variabel
tahunan maka diberi skor 1.
penelitian secara lengkap.
suatu
item
informasi
yang
Variabel Independen
Jenis dan Sumber Data
Kualitas Audit
Jenis data yang digunakan dalam
DeAngello
(1981)
mendefinisikan
penelitian ini adalah data sekunder. Data
audit
penelitian diambil dari laporan tahunan
kemungkinan
perusahaan
memberikan a) penemuan mengenai suatu
yang
telah
diaudit
dan
quality
sebagai
“pasar
bahwa
auditor
menilai akan
pelanggaran dalam sistem akuntansi klien; 96
dan
b)
adanya
pelanggaran
dalam
pencatatannya.“ Pada public sector, GAO (1986) mendefinisikan audit quality yaitu
lain-lain tenaga kerja, 10 item produk, 9 item keterlibatan masyarakat, dan 2 item umum. Metode Analisis
pemenuhan terhadap standar profesional dan Penelitian
terhadap syarat-syarat sesuai perjanjian, yang harus dipertimbangkan. Pengertian lain yang digunakan berkaitan dengan studi mengenai audit quality adalah analisis terhadap kualitas yang ditinjau dari aturan yang dibuat oleh aparatur pemerintah. Kemudian dari tiga pendekatan tersebut Schroeder (1986) dan Carcello (1992) mengidentifikasi adanya hubungan antara atribut kualitas audit dan kualitas audit yang dirasakan (dalam Lowensohn, 2007).
ini
sederhana. Sebelum analisis dilaksanakan, terlebih dahulu perlu dilakukan uji asumsi klasik untuk menghasilkan nilai parameter model penduga yang sah. Nilai tersebut akan terpenuhi jika hasil uji asumsi klasiknya memenuhi asumsi normalitas, serta tidak terjadi heteroskedastisitas, autokorelasi, dan multikolinearitas. Uji Autokorelasi Correlations Inde ks CSR INST
Pengungkapan CSR ad pengungkapan informasi yang berkaitan dengan tanggung
Pengukuran CSR mengacu pada 78 item
Pearson Indeks CSR Correlation INST
pengungkapan yang digunakan oleh Siregar (2008). Pengukuran variabel ini dengan indeks pengungkapan sosial, selanjutnya ditulis CSR dengan membandingkan jumlah
yang diungkap oleh perusahaan berkaitan dengan aktifitas sosialnya yang meliputi 13 item lingkungan, 7 item energi, 8 item
.093
.364
.093
1.000
-.054
.364
-.054
1.000
.
.172
.000
.172
.
.290
UKAD
.000
.290
.
Indeks CSR
107
107
107
INST
107
107
107
UKAD
107
107
107
Sig. (1- Indeks CSR tailed) INST
N
UKA D
1.000
UKAD
pengungkapan yang diharapkan. Pengungkapan sosial merupakan data
dengan
menggunakan teknik analisis regresi linear
Variabel Dependen Pengungkapan CSR
jawab perusahaan di dalam laporan tahunan.
diuji
Uji Signifikansi/Pengaruh Simultan (Uji Statistik F)
kesehatan dankeselamatan kerja, 29 item
97
Dari hasil uji Anova diperoleh bahwa
ANOVAb Sum of Squares df
Model
1
Regression
.025
kepemilikan institusional dan kualitas audit
Mean Square
2
F
.013 8.824
Sig. .000 a
Residual
.148 104
Total
.173 106
secara bersama-sama berpengaruh terhadap pengungkapan CSR. Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikasnsi < 0,05
.001
a. Predictors: (Constant), UKAD, INST b. Dependent Variable: Indeks CSR
Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Standardized Coefficients
Std. Error -.014
.021
INST
.019
.015
UKAD
.022
.005
t
Beta
Sig.
-.697
.488
.113
1.239
.218
.370
4.075
.000
a. Dependent Variable: Indeks CSR Dari hasil perhitungan uji t, dapat dilihat
bahwa
kepemilikan
institusional
secara parsial tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR. Hal ini dapat dilihat dari nilai Sig > 0,05. Sedangkan kualitas audit secara parsial berpengaruh terhadap pengungkapan CSR. DAFTAR PUSTAKA Anggraini, Fr Reni Retno. 2006. ”Pengungkapan Informasi Sosial dan
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan Keuangan Tahunan (Studi Empiris pada Perusahaan-Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta)”. Makalah Disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi Ke-9. Padang, 23 – 26 Agustus. Branco, M. C. dan Rodrigues, L. L. 2008. “Factors Influencing Social Responsibility Disclosure by Portuguese Companies”. Journal of Business Ethics (2008) 83:685–701 DOI 10.1007/s10551-007-9658-z.
98
Daniri, Mas Achmad 2009. “Mengukur Kinerja Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Informasi CSR Sangat Terbatas, Bisnis Indonesia, 8 Juni 2009. Daniri, Mas Achmad, 2008, “Jadikan GCG Bermakna”, Bisnis Indonesia, 21 Desember 2008. Hasyir, Dede Abdul, 2009, “Pengungkapan Informasi Pertanggungjawaban Sosial Pada Laporan Tahunan Perusahaan Perusahaan Publik di Bursa Efek Jakarta”. Working Paper in Accounting and Finance, Universitas Padjajaran Bandung. Herawaty, Vinola, 2008, “Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variable Dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan”, Simposium Nasional Akuntansi 11 Pontianak 23-24 Juli 2008. Herdinata, Christian, 2008, “Good Corporate Governance vs Bad Corporate Governance: Pemenuhan Kepentingan Antara Para pemegang Saham Mayoritas dan Pemegang Saham Minoritas”, The 2nd National Conference UKWMS, Surabaya. IICG, 22 Februari 2010, “Corporate Governance”, http://www.iicg.org. Medley, Patrick. 1997. “Environmental Accounting – What Does It Mean to Professional Accountants? Journal of Accounting Auditing & Accountability”. Vol.10 No.4. p. 594600. Midiastuty, Pratana dan Machfoedz, Mas’udz, 2003, “Analisis Hubungan Mekanisme Corporate Governance dan Indikasi Manajemen Laba”, Simposium Nasional Akuntansi VI.
Nurlela, Rika dan Islahuddin, 2006, “Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Prosentase Kepemilikan Manajemen Sebagai Variabel Moderating”, Universitas Syah Kuala. Rosmasita, Hardhina, 2007, “Faktor-faktor Yang Mempengari Pengungkapan Sosial (Social Disclosure) Dalam Laporan Keuangan Tahunan Perusahaan Manufaktur di BEJ”, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta. Sabeni, Arifin, 2005, “Peran Akuntan Dalam Menegakkan Prinsip Good Corporate Governance (Tinjauan Perspektif Agency Theory)”, Pidato Pengukuhan Guru Besar , Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Sekaran, Uma, 2006, “Metodologi Penelitian Untuk Bisnis, Edisi 4”, Salemba Empat, Jakarta. Siallagan, Hamonangan dan Machfoedz, Mas’udz, 2006, “Mekanisme Corporate Governance, Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan”, Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang. Siregar, Baldric, 2008, “ Seminar Peran Akuntan dalam Pengukuran CSR”, Ina Garuda Yogyakarta, 11 Desember 2008. www.srsn.com www.yahoofinance.com Yuniasih, Ni Wayan dan Wirakusuma, Made Gede, 2007, ”Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Pengungkapan Corporate Social Responsibility Dan Good Corporate Governance Sebagai Variabel Pemoderasi”, Universitas Udayana, Bali.
99