Jurnal Serambi PTK, Volume 1 No. 1 Juni 2014 ISSN: 2355-9535
JURNAL SERAMBI PTK (Jurnal Pendidikan, Pembelajaran, dan Penelitian Tindakan Kelas)
Dewan Redaksi Ketua : Armi Sekretaris : Nurlena Andalia Anggota Redaksi Evi Apriana Anita Noviyanti Jailani Muhammad Saleh Muhammad Usman Hambali Musriadi M. Ridhwan Tata Usaha Almukarramah Mitra Bestari Saiman Yuhasriati Alamat Redaksi Jln. T. Imeum Lueng Bata Universitas Serambi Mekkah Email :
[email protected] Contact Person 085277271717/082277480500
Page | 1
Serambi PTK
Jurnal Serambi PTK, Volume 1 No. 1 Juni 2014 ISSN: 2355-9535 JURNAL SERAMBI PTK
(Jurnal Pendidikan, Pembelajaran, dan Penelitian Tindakan Kelas) Pedoman Penulisan 1. 2. 3. 4.
5.
Artikel di tulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris, merupakan tulisan orisinil penulis berupa hasil penelitian, gagasan konseptual, kajian dan aplikasi teori serta tinjauan teoritis yang belum pernah dikirim dan dipublikasikan di jurnal lain Artikel di ketik dengan program microsoft word pada kertas ukuran kwarto (A4) minimal 10 halaman dan maksimal 15 halaman dengan jarak baris 2 spasi Abstrak di tulis dalam bahasa Inggris atau bahasa Indonesia. Panjang abstrak 100-150 kata, di tulis dalam satu paragraf dan diketik dalam spasi tunggal Artikel hasil penelitian memuat : judul, nama pengarang (tanpa gelar akademik). Abstrak bahasa Inggris atau bahasa Indonesia, kata kunci, pendahuluan, tujuan, metode, hasil, pembahasan, kesimpulan dan saran, daftar rujukan, (berisi pustaka yang dirujuk dalam artikel) Daftar pustaka di sajikan mengikuti tata cara seperti contoh berikut dan diurutkan secara alfabetis dan kronologi Belawati, 2003. Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta : Pusat Penerbitan Universitas Terbuka Pinem, S. 2009. Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi. Jakarta: Trans Info Media.
6.
Naskah dikirim ke alamat sekretariat redaksi Jurnal Serambi PTK Jln. Tgk. Imuem Lueng Bata Batoh, Contact person Contact Person 085277271717/082277480500 atau via internet melalui email Email :
[email protected]
7.
Dewan Redaksi akan merespon semua naskah setelah mendapat jawaban dari Dewan Redaksi dan Mitra Bestari
8.
Penulis yang artikelnya di muat wajib menjadi pelanggan minimal selama satu tahun, dan memberikan konstribusi biaya cetak minimal 250.000,- dilunasi setelah naskah diperiksa dan dinyatakan publikasi oleh Dewan Redaksi serta Penulis yang artikelnya dimuat akan mendapatkan imbalan berupa bukti pemuatan 2 eksampler dan surat keterangan pemuatan yang ditanda tangani oleh Dewan Redaksi
Page | 2
Serambi PTK
Jurnal Serambi PTK, Volume 1 No. 1 Juni 2014 ISSN: 2355-9535
PENGANTAR REDAKSI Alhamdulillah segala puji bagi Allah swt, dengan taufik dan hidayah-Nya sehingga Jurnal Serambi PTK ini dapat menerbitkan VOLUME PERTAMA. Kemudian selawat dan salam kita sampaikan kepada Rasulullah Nabi Muhammad Saw yang telah membawa umat manusia dari samudera kebathilan menuju pantai ilmu pengetahuan serta yang menuntun hati manusia menuju jalan kebenaran dan berakhlakul karimah. Tulisan pada volume kedua ini memuat serangkaian artikel diantaranya Melalui Permainan Gambar Dapat Meningkatkan Hasil Dan Aktivitas Belajar Bahasa Inggris Materi Things Around Us Siswa Kelas Vii Smp Negeri 1 Darul Kamal Tahun Pelajaran 2013-2014, Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Mata Pelajaran Matematika Materi Pengurangan Bilangan Bulat Melalui Metode Pembelajaran Kooperatif Model Inkuiri di Kelas VII/A Smp Negeri 1 Darul Kamal Aceh Besar Semester I Tahun 2010/20011, Upaya Peningkatan Kemampuan Siswa Menulis Teks Berbentuk Report Melalui Model Pembelajaran Make A Match di Kelas Ix/5 Smp 2 Mesjid Raya, Penerapan Pembelajaran Kooperatif Learning Model Problem Based Introduction (Pbi) Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Ips Dengan Materi Mengidentifikasikan Ciri-Ciri Negara Berkembang Dan Negara Maju Bagi Siswa Kelas Viii/Asemester 2 Smp Negeri 1 Darul Kamal Tahun Pelajaran 2010/2011, Upaya Meningkatkan Kemampuan Siswa Pada Kompetensi Dasar Menerima Dan Mencatat Permintaan Reservasi Pelajaran Memeroses Reservasi Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Tps(Think Pair Share) Di Kelas Xi Ap2 Smk Negeri 8 Medan Ta. 2013 – 2014, Meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam Menyediakan Layanan Gueridon Service Keahlian Tata Boga dengan Menggunakan Model Pembelajaran TPS (Think Pair Share) Di Kelas Xi Boga 3 Smk Negeri 8 Medan T.A 2013-2014, Peningkatan Kreativitas Siswa Kompetensi Dasar Membuat Pola Dasar Pelajaran Mengambil Ukuran Tubuh Dengan Menggunakan Metode Pemberian Tugas Di Kelas Xi Busana 1 Smk Negeri 8 Medan Tahun Ajaran 2012/2013, Penerapan Model Pembelajaran Group Investigation Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Menjahit Lubang Kancing Passpoile Pelajaran Busana Wanita (Teknik Tailoring) Di Kelas Xii Busana 4 Smk Negeri 8 Medan Tahun Ajaran 2013/2014, Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Artikel Dengan Media Internet Pada Siswa Kelas Xi Smk Negeri 8 Medan Tahun Pelajaran 2011/2012, Upaya Perbaikan Perilaku Terpuji Siswa Pada Kompetensi Dasar Menghargai Karya Orang Lain Pelajaran Pendidikan Agama Islam Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Tps (Think Pair Share) Di kelas Xi Boga 3 Smk Negeri 8 Medan Ta. 2013-2014, Analisis Kebutuhan Bahan Ajar Biologi Berbasis Masalah Pada Konsep Sistem Reproduksi Di Sma Negeri Banda Aceh Page | 3
Serambi PTK
Jurnal Serambi PTK, Volume 1 No. 1 Juni 2014 ISSN: 2355-9535 Jurnal Serambi PTK ini terbit melibatkan banyak pihak dalam memberi bimbingan, motivasi, oleh karena itu sudah sepantasnya pada kesempatan ini
tim Dewan Redaksi menyampaikan
penghargaan dan ucapan terima kasih yang tulus dan ikhlas. Demikian isi Jurnal Serambi PTK Volume 1, No. 1 Juni 2014 ini, semoga dengan terbitnya edisi ini memacu para insan akademis untuk lebih kreatif dan mengungkapkan suatu ide dan pemikiran secara ilmiah dan profesional dalam tulisan.
Tim Redaksi
Page | 4
Serambi PTK
Jurnal Serambi PTK, Volume 1 No. 1 Juni 2014 ISSN: 2355-9535 Jurnal Serambi PTK
(Jurnal Pendidikan, Pembelajaran, dan Penelitian Tindakan Kelas) VOLUME 1
JUNI 2014
Melalui Permainan Gambar Dapat Meningkatkan Hasil Dan Aktivitas Belajar Bahasa Inggris Materi Things Around Us Siswa Kelas Vii Smp Negeri 1 Darul Kamal Tahun Pelajaran 2013-2014 Fauziah (1-7) Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Mata Pelajaran Matematika Materi Pengurangan Bilangan Bulat Melalui Metode Pembelajaran Kooperatif Model Inkuiri di Kelas VII/A Smp Negeri 1 Darul Kamal Aceh Besar Semester I Tahun 2010/20011 Zuhratuddin Upaya Peningkatan Kemampuan Siswa Menulis Teks Berbentuk Report Melalui Model Pembelajaran Make A Match di Kelas Ix/5 Smp 2 Mesjid Raya Sumarni Penerapan Pembelajaran Kooperatif Learning Model Problem Based Introduction (Pbi) Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Ips Dengan Materi Mengidentifikasikan Ciri-Ciri Negara Berkembang Dan Negara Maju Bagi Siswa Kelas Viii/Asemester 2 Smp Negeri 1 Darul Kamal Tahun Pelajaran 2010/2011 Wildan Upaya Meningkatkan Kemampuan Siswa Pada Kompetensi Dasar Menerima Dan Mencatat Permintaan Reservasi Pelajaran Memeroses Reservasi Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Tps(Think Pair Share) Di Kelas Xi Ap2 Smk Negeri 8 Medan Ta. 2013 – 2014 Sunarti Meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam Menyediakan Layanan Gueridon Service Keahlian Tata Boga dengan Menggunakan Model Pembelajaran TPS (Think Pair Share) Di Kelas Xi Boga 3 Smk Negeri 8 Medan T.A 2013-2014 Azizah Peningkatan Kreativitas Siswa Kompetensi Dasar Membuat Pola Dasar Pelajaran Mengambil Ukuran Tubuh Dengan Menggunakan Metode Pemberian Tugas Di Kelas Xi Busana 1 Smk Negeri 8 Medan Tahun Ajaran 2012/2013 Nova Aryani Penerapan Model Pembelajaran Group Investigation Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Menjahit Lubang Kancing Passpoile Pelajaran Busana Wanita (Teknik Tailoring) Di Kelas Xii Busana 4 Smk Negeri 8 Medan Tahun Ajaran 2013/2014 Kaniah Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Artikel Dengan Media Internet Pada Siswa Kelas Xi Smk Negeri 8 Medan Tahun Pelajaran 2011/2012 Herni Fauziah Upaya Perbaikan Perilaku Terpuji Siswa Pada Kompetensi Dasar Menghargai Karya Orang Lain Pelajaran Pendidikan Agama Islam Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Tps (Think Pair Share) Di kelas Xi Boga 3 Smk Negeri 8 Medan Ta. 2013-2014 Nursyaidah Analisis Kebutuhan Bahan Ajar Biologi Berbasis Masalah Pada Konsep Sistem Reproduksi Di Sma Negeri Banda Aceh
(8-15)
(16-24)
(25-35)
(36-41)
(42-52)
(53-56)
(57-61)
(62-70)
(71-79)
(80-87)
M. Ridhwan & Hambali
Diterbitkan Oleh : Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Serambi Mekkah Jurnal Serambi PTK
Page | 5
Volume 1
Hal 1- 87
Banda Aceh Juni 2014
Serambi PTK
Jurnal Serambi PTK, Volume 1 No. 1 Juni 2014 ISSN: 2355-9535 MELALUI PERMAINAN GAMBAR DAPAT MENINGKATKAN HASIL DAN AKTIVITAS BELAJAR BAHASA INGGRIS MATERI THINGS AROUND US SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 DARUL KAMAL TAHUN PELAJARAN 2013-2014 Fauziah (Guru di SMP N 1 Darul Kamal Kabupaten Aceh Besar)
ABSTRAK Sikap aktif dan kreatif yang dimiliki siswa merupakan modal utama keberhasilan belajar Bahasa Inggris. Sebanyak 80 % siswa di SMP Negeri 1 Darul Kamal tidak bergairah dan cenderung tidak aktif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan aktifitas belajar siswa dengan menggunakan teknik permainan gambar yang diharapkan akan terjadinya peningkatan PBM guru dan hasil belajat siswa. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri dari 2 siklus dengan tahapan kegiatan perencanaan, melakukan tindakan, observasi serta refleksi. Subyek penelitian adalah siswa kelas VII/A SMP Negeri SMP Negeri 1 Darul Kamal Tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 20 siswa. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di Kelas VII/b SMP 1 Darul Kamal dengan jumlah siswa sebanyak 20 siswa. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan dan aktifitas siswa dalam materi Things Around Us dengan cara permainan gambar dengan harapan strategi pembelajaran lebih efektif, efisien dan menyenangkan, Siswa dapat melibatkan diri secara aktif dalam kegiatan pembelajaran. Akhirnya penulis menyimpulkan berdasarkan penjelasan pada pembahasan diatas bahwa tujuan penelitian yang telah dilaksanakan mengalami keberhasilan. Dengan kata lain, impelmentasi tindakan pembelajaran melalui permainan gambar dapat meningkatkan kemampuan siswa aktifitas siswa dalam proses pembelajaran. Kata Kunci: Hasil belajar, aktivitas, permainan gambar PENDAHULUAN Bahasa Inggris merupakan bahasa internasional, dalam perkembangannya bahasa Inggris merupakan bahasa yang digunakan hampir oleh seluruh penduduk di dunia. Hal itu menjadikan Bahasa Inggris sebagai bahasa global yang dapat menjembatani segala macam kepentingan dalam berbagai bidang kehidupan di dunia ini. Karena pentingnya Bahasa Inggris di era globalisasi sekarang ini, maka penguasaan Bahasa Inggris merupakan suatu hal yang perlu yang harus diajarkan sejak dini. Pembelajaran Bahasa inggris sebaiknya haruslah menyenangkan. Khususnya guru Bahasa Inggris sebagai salah satu pelaksana pendidikan di sekolah harus mengubah mindset, dari paradigma lama ke paradigma baru dalam proses pembelajaran, karena itu guru perlu membekali dirinya dengan pengetahuan-pengetahuaan yang mendukung, mengingat Bahasa Inggris Page | 6
merupakan salah satu pelajaran rumit yang pada umum siswa kurang menyukainya, oleh karena itu guru harus mampu menyiasatinya dengan berbagai trik-trik atau stretegi pembelajaran yang jitu yang membuat siswa suka dan termotivasi untuk belajar yang pada tujuan akhirnya adalah pencapaian kompetensi. Sulitnya untuk memotivasi siswa atau menimbulkan rasa suka siswa terhadap Bahasa Inggris juga Penulis rasakan, SMP Negeri 1 Darul Kamal yang terletak di daerah pedesaan jangankan untuk berbicara Bahasa Inggris, bahasa Indonesia saja mereka belum begitu fasih. Hal ini tentu saja menjadi kendala pada proses pembelajaran Bahasa Inggris yang berakibat pada rendahnya prestasi dan aktivitas siswa dalam belajar. Sangat sulit bagi siswa untuk mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) padahal KKM yang ditetapkan tidaklah terlalu tinggi hanya 65, tetapi masih banyak sekali siswa yang tidak Serambi PTK
Jurnal Serambi PTK, Volume 1 No. 1 Juni 2014 ISSN: 2355-9535 tuntas. Permasalahan ini terselesaikan Setelah Penulis ditunjuk oleh Kepala Sekolah untuk mengikuti pelatihan ”Cara Pembelajaran Aktif” yang diselenggarakan oleh USAID. Setelah 2 hari pelatihan para peserta mempraktekkannya ke sekolah yang sudah disepakati bersama, Penulis bersama guruguru dari sekolah lain yaitu, SMP negeri 2 Mesjid Raya, SMP negeri 2 Peukan Bada dan SMP Negeri 1 Ingin Jaya memilih SMP Negeri 1 Darul Kamal yaitu sekolah dimana Penulis mengajar. Materi yang kami sepakati adalah salah satu materi yang dianggap sulit yaitu Things Around Us. Materi ini dianggap sulit karena memiliki banyak indikator yang harus dikuasai siswa, sementara alokasi waktu yang tersedia hanya 2 kali pertemuan. Judul yang kami tetapkan adalah ”Melalui permainan gambar dapat meningkatkan keaktifan dan hasill belajar Bahasa Inggris materi Things Around Us siswa kelas VII/A semester genap SMP Negeri 1 Darul Kamal Kabupaten Aceh Besar”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa pada materi Things Around Us. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalahnya “Apakah melalui permainan gambar dapat meningkatkan hasil dan aktivitas belajar bahasa Inggris materi things around us siswa kelas VII SMP Negeri 1 Darul Kamal Tahun Pelajaran 2013-2014?” TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui melalui permainan gambar dapat meningkatkan hasil dan aktivitas belajar bahasa Inggris materi things around us siswa kelas VII SMP Negeri 1 Darul Kamal Tahun Pelajaran 2013-2014?” KAJIAN PUSTAKA Menurut Nana Sudjana hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran, yakni berupa tes yang disusun secara terencana, baik tertulis, lisan maupun perbuatan. Sedangkan S. Nasution Page | 7
berpendapat bahwa hakikat hasil belajar adalah suatu perubahan pada individu yang belajar, tidak hanya mengenai pengetahuan, tetapi juga membentuk kecakapan dan penghayatan dalam pribadi individu yang belajar. Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti suatu materi tertentu, dari mata pelajaran yang berupa data kualitatif maupun kuantitatif. Untuk melihat hasil belajar dilakukan suatu penilaian terhadap siswa yang bertujuan untuk mengetahui apakah siswa telah menguasai materi atau belum. Penilaian merupakan upaya sistematis yang dikembangkan oleh suatu instruksi pendidikan yang ditujukan untuk menjamin tercapainya kualitas proses pendidikan serta kualitas kemampuan peserta didik sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. (Cullen dalam Fathul Himam, 2004). Hasil belajar dapat dilihat dari hasil ulangan harian (formatif), nilai ulangan tengah semester (subsumatif), dan nilai ulangan semester (sumatif). Dalam penelitian tindakan kelas ini, yang dimaksud hasil belajar siswa adalah hasil nilai ulangan harian siswa dalam mata pelajaran pengetahuan akhlak. Ulangan harian dilakukan secara selesai proses pembelajaran dalam satuan bahasan atau kompetensi tertentu. Ulangan harian ini terdiri dari seperangkat soal yang harus dijawab oleh para siswa, dan tugas-tugas terstruktur yang berkaitan dengan konsep yang sedang dibahas. Ulangan harian minimal dilakukan tiga kali dalam setiap semester. Tujuan ulangan harian ini bertujuan untuk memperbaiki modul dan program pembelajaran serta sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan nilai terhadap siswa. Istilah belajar dan pembelajaran yang kita jumpai dalam kepustakaan asing adalah learning dan instruction. Istilah learning mengandung pengetian proses perubahan yang relatif tetap dalam perilaku individu sebagai hasil dari pengalaman, (Fortuna,1981:147). Istilah instruction mengandung pengertian proses yang terpusat pada tujuan (goal directed teaching process) yang dalam banyak hal dapat direncanakan sebelumnya (pree-planed). Serambi PTK
Jurnal Serambi PTK, Volume 1 No. 1 Juni 2014 ISSN: 2355-9535 Proses belajar yang terjadi adalah proses pembelajaran, yakni proses membuat orang lain aktif melakukan proses belajar sesuai dengan rancangan, (Romiszowki, 1981:4). Pembelajaran merupakan sarana untuk memungkinkan terjadinya proses belajar dalam arti perubahan perilaku individu melalui proses belajar-mengajar. Namun harus diberi catatan bahwa tidak semua proses belajar-mengajar terjadi karena adanya proses pembelajaran atau kegiatan belajar-mengajar, seperti belajar dari pengalaman sendiri, (Udin Sarifuddin, 1995:3). Belajar dapat pula diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antar individu dengan lingkungannya. Burton mengatakan (1994) “Learning is change in the individual due to instruction of that individual and his environment, which fells a need and makes him more capable of dealing undauntedly with his environment. Dalam pengertian ini terdapat kata “change” (perubahan), yang berarti bahwa seseorang setelah mengalami proses pengetahuannya, keterampilannya, maupun pada aspek sikapnya, misalnya dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari ragu-ragu menjadi yakin, dari tidak sopan menjadi sopan, dan sebagainya. Kriteria keberhasilan dalam belajar diantaranya ditandai dengan terjadinya perubahan tingkah laku pada diri individu yang belajar. Pembelajaran identik sekali dengan proses belajar-mengajar. Proses dalam pengertiannya disini merupakan interaksi semua komponen atau unsur yang terdapat belajar-mengajar, yang satu dengan yang lainnya saling berhubungan (interindependent), dalam ikatan untuk mencapai tujuan. Yang dimaksud komponen atau unsur belajar-mengajar antara lain tujuan istruksional, yang hendak dicapai dalam pembelajaran, metode mengajar, alat peraga pengajaran, dan evaluasi sebagai alat ukur tercapai tidaknya tujuan pembelajaran. Page | 8
METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Darul Kamal Kabupaten Aceh besar. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap. Pemilihan waktu ini disesuaikan dengan alokasi waktu yang disudah ditetapkan dengan materi Things Around Us yang pelaksanaannya selama 3 bulan, yaitu mulai bulan Januari sampai bulan Maret 2014. Yang menjadi subjek pada Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah seluruh siswa dan siswi kelas VII/B, yang berjumlah 20 orang yang terdiri dari 9 siswa perempuan dan 11 siswa laki-laki. Sumber data pada penelitian ini diperoleh dari: Siswa, yaitu siswa dan siswi kelas VII/A SMP Negeri 1 Darul Kamal. Guru, yaitu guru bidang studi Bahasa Inggris. TEKNIK PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA Data dalam penelitian ini merupakan data yang diperoleh dari hasil evaluasi dan pengamatan selama dalam proses pelaksanaan penelitian. Data yang dikumpulkan dengan cara sebagai berikut: (1) Test, Test dilakukan pada setiap akhir proses pembelajaran dengan menggunakan instrumen soal (test tulis). Soal yang diberikan adalah soal uraian (2) Observasi, observasi yang dilakukan dengan menggunakan lembaran instrumen untuk melihat kegiatan siswa dalam proses pembelajaran diantaranya adalah aktivitas siswa pada saat melakukan diskusi dengan teman dikelompoknya dan diskusi kelas, observasi yang dilakukan oleh guru kolaborasi sebagai observer pada saat Proses belajar mengajar berlangsung. Intrumen yang digunakan berupa lembar aktivitas siswa dan butir soal. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis dekskriptif, yang meliputi: analisis deskriptif komparatif hasil belajar dengan cara membandingkan hasil belajar pada siklus I dengan siklus II dan membandingkan hasil belajar dengan indikator pada siklus I dan siklus II. Analisis deskriptif kualitatif hasil observasi dengan cara membandingkan hasil Serambi PTK
Jurnal Serambi PTK, Volume 1 No. 1 Juni 2014 ISSN: 2355-9535 observasi dan refleksi pada siklus I dan siklus II.
akan menjadi lebih baik sesuai dengan harapan dan tujuan yang ingin dicapai.
PROSEDUR PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian Tindakan kelas (PTK) yang terdiri dari 2 siklus. Adapun langkah-langkah dalam setiap siklus terdiri dari : 1. Planning Kegiatan yang dilakukan pada kegiatan ini adalah: a.Membuat perencanaan proses pembelajaran. Perencanaan yang dibuat adalah berupa silabus dan RRP beserta perangkatnya. b. Membuat media pembelajaran berupa gambar-gambar yang diambil dari internernet c. Membuat instrumen observasi kegiatan siswa
HASIL PENELITIAN Pelaksanaan pembelajaran Bahasa Inggris siklus awal, pelaksanaannya pada kondisi yang cukup memprihatinkan, terutama pada materi Thing Around Us. Pada Materi ini terdapat 3 indikator sulit yang harus dikuasai siswa, yaitu : (1) Mengidentifikasikan benda-benda yang ada di sekitar, (2) Menggunakan article, (3) Membedakan kata tunggal dan kata jamak. Ketiga indikator ini sangat sulit, siswa harus menguasai sekaligus 3 indikator tersebut dalam waktu 4x40 menit atau 2 kali pertemuan, sementara guru termasuk Penulis mengajar secara konvensional yang hanya menstranfer ilmu pada siswa tanpa menggunakan alat peraga, Guru atau Penulis tidak menyadari bahwa penggunaan alat peraga untuk materi ini sangatlah diperlukan tentu saja diiringi dengan metode pembelajaran yang menarik, karena tidak didukung oleh kedua faktor inilah yang membuat siswa pasif, kurang kreatif, dan menimbulkan kebosanan dalam belajar. Guru termasuk Penulis sendiri merasa kewalahan mengahadapi siswa yang tidak bersemangat dalam belajar, guru berbicara sendiri tanpa adanya respon dari siswa, siswa hanya mendengar dan diam dalam kebingungan. Tidaklah mengherankan atau lumrah saja apabila siswa mencapai nilai yang tidak memuaskan atau di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 65. Dibawah ini terpapar hasil belajar siswa dengan kondisi belajar seperti yang Penulis uraikan diatas. Dari hasil tes, sebagian besar siswa belum mencapai ketuntasan belajar, dari keseluruhan jumlah siswa hanya sebagian kecil atau 4 orang siswa (20%) yang telah mencapai ketuntasan belajar dan selebihnya atau 16 orang siswa (80%) tidak tuntas. Nilai tertinggi yang dicapai siswa pada indikator 1 Mengidentifikasikan benda-benda yang ada di sekitar 70 terendah 45, nilai tertinggi pada indikator 2 menggunakan Serambi PTK
2. Acting Kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan seluruh kegiatan yang terdapat didalam kegiatan perencanaan. 3. Observasi Melaksanakan observasi atau pengamatan yang dilakukan oleh guru peneliti terhadap siswa pada saat PBM berlangsung untuk melihat kegiatan siswa dan observasi yang dilakukan oleh guru kolaborasi terhadap PBM yang diselenggarakan oleh peneliti. 4. Refleting Refleksi dilakukan pada akhir PBM untuk melihat hasil dari kegiatan PBM yang telah dilaksanakan. Kemudian hasil dari refleksi pada siklus pertama merupakan acuan bagi peneliti untuk melakukan tindakan pada siklus selanjutnya (siklus II). Selanjutnya pada siklus II melakukan perubahan tindakan pada proses belajar mengajar terhadap kekurangan yang terjadi pada siklus I sehingga hasil PBM Page | 9
Jurnal Serambi PTK, Volume 1 No. 1 Juni 2014 ISSN: 2355-9535 article nilai tetringgi 70 terendah 70 dan pada Gambaran ketuntasan belajar siswa indikator 3 membedakan kata tunggal dan dan nilai rata-rata yang diperoleh dapat kata jamak nilai tetringgi 75 terendah 45. dilihat pada tabel 1 dan tabel 2: Tabel 1 Nilai Rata-Rata Perindikator Pra Siklus No Indikator Tertinggi Terendah Rata-rata 1 2 3
Mengidentifikasikan benda-benda yang ada di sekitar menggunakan article membedakan kata tunggal dan kata jamak
Siklus Pra Siklus
70
40
70 75
45 45
Tabel 2. Jumlah Ketuntasan Belajar Siswa Pra Siklus Jumlah Ketuntasan Ketuntasan (%) Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas 4 16 20% 80%
Pada saat proses belajar mengajar berlangsung sebagian besar siswa tidak memperhatikan penjelasan guru, mereka tidak termotivasi untuk belajar, tidak ada hal-hal yang menarik yang bisa membangkit semangat belajar mereka, tidak ada feed back antara guru dan siswa, siswa terlihat pasif, Sebelum pelaksanaan tindakan kelas Penulis sudah memperkenalkan pada siswa cara kerja kelompok bahkan siswa sudah mempunyai kelompok sendiri, namun pelaksanaannya belum terarah dan jauh dari sempurna. Pelaksanaan pembelajaran pada siklus I dengan menggunakan permainan gambar berdasarkan hasil tes, sebagian besar siswa sudah mencapai ketuntasan belajar, dari
No
54,45
Indikator
keseluruhan jumlah siswa hanya sebagian kecil atau 5 orang siswa (25%) yang belum mencapai ketuntasan belajar dan selebihnya atau 15 orang siswa (75%) sudah tuntas. Nilai tertinggi yang dicapai siswa pada indikator 1 Mengidentifikasikan benda-benda yang ada di sekitar 80 terendah 50, nilai tertinggi pada indikator 2 menggunakan article nilai tetringgi 75 terendah 55 dan pada indikator 3 membedakan kata tunggal dan kata jamak nilai tertinggi 80 terendah 55. Gambaran ketuntasan belajar siswa dan nilai rata-rata yang diperoleh dapat dilihat pada tabel-tabel berikut :
Tabel 3 Nilai Rata-Rata Perindikator Siklus I Tertinggi Terendah
Rata-rata
80
50
54,45
2
Mengidentifikasikan benda-benda yang ada di sekitar Menggunakan article
75
55
48,5%
3
Membedakan kata tunggal dan kata jamak
80
55
57,4%
1
Tabel 4 Jumlah Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I Page | 10
Serambi PTK
Jurnal Serambi PTK, Volume 1 No. 1 Juni 2014 ISSN: 2355-9535
Siklus Siklus I
Jumlah Ketuntasan
Ketuntasan (%)
Tuntas
Tidak Tuntas
Tuntas
15
5
75%
Tidak Tuntas 25%
keseluruhan jumlah siswa hanya tersisa 2 orang siswa (10%) yang tidak mencapai ketuntasan belajar dan selebihnya atau 18 orang siswa (90%) sudah tuntas. Nilai tertinggi yang dicapai siswa pada indikator 1 Mengidentifikasikan benda-benda yang ada di sekitar 80 terendah 50, nilai tertinggi pada indikator 2 menggunakan article nilai tetringgi 75 terendah 55 dan pada indikator 3 membedakan kata tunggal dan kata jamak nilai tertinggi 80 terendah 55. Gambaran ketuntasan belajar siswa dan nilai rata-rata yang diperoleh dapat dilihat pada tabel-tabel berikut :
Persentase aktivitas mencapai 68 %. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas siswa sudah terjadi peningkatan dibandingkaan pada pra siklus, namun masih kurang dari yang diharapkan oleh peneliti. Perbaikan harus dilakukan pada siklus berikutnya dengan cara lebih memotivasi dan membimbing siswa pada saat diskusi kelas maupun diskusi kelompok. Pada siklus II pelaksanaan proses pembelajaran sudah terjadi peningkatan yang signifikan. Dari hasil tes, hampir seluruh siswa mencapai ketuntasan belajar, dari
Tabel 5 Nilai Rata-Rata Per indikator Siklus II Tertinggi Terendah
No
Indikator
1
Mengidentifikasikan benda-benda yang ada di sekitar Menggunakan article
85
64
88
60
Membedakan kata tunggal dan kata jamak
85
60
2 3
Siklus Siklus II
Page | 11
54,45
Tabel 6. Jumlah Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II Jumlah Ketuntasan Ketuntasan (%) Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas 18
2
Persentase aktivitas belajar mencapai 88 %. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas siswa sudah terjadi peningkatan yang signifikan. Pelaksanaan PBM pada siklus II terjadi perubahan, siswa lebih senang serta lebih mudah mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. PEMBAHASAN
Rata-rata
90%
10%
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pelaksanaan siklus I dan II, maka dapat dikatakan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa. Hal ini dapat kita lihat dari hasil belajar siswa, aktivitas siswa pada saat PBM berlangsung. Hasil belajar dan aktivitas siswa kesemuanya tidak terlepas dari penggunaan media gambar yang bervariasi, sebagai upaya yang dilakukan guru untuk meningkatkan prestasi belajar. Penggunaan media Serambi PTK
Jurnal Serambi PTK, Volume 1 No. 1 Juni 2014 ISSN: 2355-9535 gambar ini sangat banyak kegunaannya, selain untuk memancing motivasi siswa dalam belajar juga sangat efektif karena materi Things Around Us sarat dengan materi yang harus dikuasai siswa hanya dalam waktu 2 kali pertemuan. Pada dasanya materi ini termasuk salah satu materi sulit terutama pada indikator 2 yaitu membedakan kata tunggal dan kata jamak, dengan penggunaan/permainan gambar siswa akan mampu memahami ke tiga indikator tersebut. Hasil belajar siswa yang diperoleh pada prasiklus 20%, pada siklus II meningkat menjadi 75% dan pada siklus II menjadi yaitu 90%. Jumlah ini jelas menunjukkan bahwa
telah terjadi peningkatan yang cukup signifikan dari prasiklus, siklus I dan siklus II dan hasil tersebut telah sesuai dengan yang diharapkan yaitu ketuntasan hasil belajar siswa sebesar 70%. Demikian juka keaktifan belajar siswa pada pra siklus 45% meningkat menjadi 68% pada siklus I dan 88% pada siklus II. Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas diatas persentasi ketercapaian pada siklus pertama dan kedua mengalami peningkatan yang signifikasi. Maka dapat disimpulkan bahwa temuan pada penelitian menjawab hipotesis yang dirumuskan Melalui permainan gambar dapat meningkatkan hasil
belajar Bahasa Inggris materi Things Around Us siswa kelas VII semester 1 tahun ajaran 2013/2014 SMP Negeri 1 Darul Kamal Aceh Besar.
DAFTAR PUSTAKA BNSP. 2006. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SMP/MTs. Jakarta: Depdiknas. Dave Meier. 2002. The Accelerated Learning Handbook. Terjemah:Rahmani Astuti. Bandung: Kaifa. Dimyati dan Mujiono. 1999. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Depdikbud Gordon Dryden dan Jeannette Vos. 2000. The Learning Revolution to Change The Way The World Learns atau Revolusi Cara Belajar. Terjemah: Baiquni Ahmad.Bandung: Kaifa. hhtp://id.wikipedia.org/wiki/ilmu alam. Tanggal akses 1 Oktober 2010 hhtp://id.wikipedia.org/wiki/information-andcommunication-technology. Tanggal akses 3 Januari 2011 Oemar Hamalik. 2002. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa teknik permainan gambar dapat digunakan sebagai strategi untuk meningkatkan aktifitas belajar siswa, hasil belajar siswa serta peningkatan proses belajar mengajar yang diselenggarakan oleh guru. Saran yang dapat disampaikan pada tulisan ini antara lain, penggunaan teknik permainan gambar dapat diaplikasikan untuk menambah variasi strategi pembelajaran Bahasa Inggris sehingga memberikan efek pada peningkatan keaktifan belajar, kreatifitas, kerjasama, kondisi pembelajaran dan pencapaian hasil.
Serambi PTK
Page | 12
Jurnal Serambi PTK, Volume 1 No. 1 Juni 2014 ISSN: 2355-9535 UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN MATEMATIKA MATERI PENGURANGAN BILANGAN BULAT MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL INKUIRI DI KELAS VII/A SMP NEGERI 1 DARUL KAMAL ACEH BESAR SEMESTER I TAHUN 2010/20011 ZUHRATUDDIN (Guru di SMP N 1 Darul Kamal Kabupaten Aceh Besar) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran Number Head Together dapat meningkatkan prestasi belajar dan keaktifan siswa tentang pengurangan bilangan bulat pada siswa kelas VII/A SMP Negeri 1 Darul Kamal semester 1 tahun 2009/2010. Penelitian ini diadakan di kelas VII/B SMP Negeri 1 Darul Kamal Kabupaten Aceh Besar yang merupakan tempat Penulis bertugas. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada hari-hari efektif sesuai dengan jadwal jam pelajaran. Adapun subyek penelitian adalah siswa kelas II SMP Negeri 1 Darul Kamal sebanyak 15 siswa. Pelaksanaan penelitian ini melibatkan 1 orang rekan guru sebagai pengamat terhadap aktivitas dan kegiatan pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Dari data yang peroleh terjadi peningkatan hasil belajar siswa. Pada siklus I, siswa yang yang memperoleh nilai tuntas KKM 65 sebanyak 20 siswa dengan persentase 62,5 % meningkat menjadi 23 orang dengan persentase 71,8%. Data hasil observasi terhadap aktivitas siswa terjadi peningkatan dari 60,6 % pada siklus I menjadi 69.1 % di siklus II. Dengan penelitian tindakan kelas ini dikatakan berhasil sehingga peneliti merekomendasikan kooperatif model inkuiri dapat menungkatkan preastasi belajar siswa. Kata Kunci : Kooperatif, Inquiri
PENDAHULUAN Matematika adalah pelajaran yang kurang diminati siswa. Mayoritas siswa menolak dan menghindari pelajaran ini, alasannya siswa menganggap bahwa matematika adalah pelajaran yang sangat sulit karena banyak menggunakan rumus-rumus yang membingungkan hal ini terbukti dengan hasil ujian yang tidak mencapai KKM yang telah ditentukan sebesar 65. permasalan seperti ini juga terjadi di sekolah tempat Penulis bertugas hal ini terbukti dengan hasil ujian yang tidak mencapai KKM yang telah ditentukan sebesar 65. Untuk menyikapi permaslahan tersebut penulis mencoba mencari solusinya untuk memperbaiki pembelajaran dengan mengkondisikan pembelajaran yang memudahkan, mengasyikkan, dan menyenangkan bagi siswa. Usaha tersebut akan diwujudkan dalam suatu penelitian tindakan kelas dengan judul, “Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Mata Pelajaran Matematika materi Pengurangan Bilangan Bulat Melalui metode Pembelajaran kooperatif model Inkuiri di Kelas VII/A SMP Negeri 1 Darul Kamal Aceh Besar semester I tahun 2010/20011”.
Serambi PTK
Page | 13
RUMUSAN MASALAH Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah penerapan metode pembelajaran model Diskusi dapat meningkatkan prestasi belajar siswa tentang pengurangan bilangan bulat pada siswa kelas VII/A SMP Negeri 1 Darul Kamal semester 1 tahun 2009/2010 2. Apakah penerapan metode pembelajaran model Number Head Together dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa tentang pengurangan bilangan bulat pada siswa kelas VII/A SMP Negeri 1 Darul Kamal semester 1 tahun 2009/2010. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran Number Head Together dapat meningkatkan prestasi belajar dan keaktifan siswa tentang pengurangan bilangan bulat pada siswa kelas VII/A SMP Negeri 1 Darul Kamal semester 1 tahun 2009/2010. KAJIAN PUSTAKA
Jurnal Serambi PTK, Volume 1 No. 1 Juni 2014 ISSN: 2355-9535 Dalam pembelajaran matematika salah satu upaya yang dilakukan oleh guru adalah dengan menggunakan model pembelajaran diskusi karena dengan menggunakan model pembelajaran ini dapat terjadi proses saling membantu diantara anggota-anggota kelompok untuk memahami konsep-konsep matematika dan memecahkan masalah matematika dengan kelompoknya. Untuk mencapai kemampuan tersebut perlu dikembang proses belajar matematika yang menyenangkan, memperhatikan keinginan siswa, membangun pengetahuan dari apa yang diketahui siswa, menciptakan suasana kelas yang mendukung kegiatan belajar, memberikan kegiatan yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, memberikan kegiatan yang menantang, memberikan kegiatan yang memberi harapan keberhasilan, menghargai setiap pencapaian siswa (Depdiknas, 2003:5). Menurut Nana Sudjana hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran, yakni berupa tes yang disusun secara terencana, baik tertulis, lisan maupun perbuatan. Sedangkan S. Nasution berpendapat bahwa hakikat hasil belajar adalah suatu perubahan pada individu yang belajar, tidak hanya mengenai pengetahuan, tetapi juga membentuk kecakapan dan penghayatan dalam pribadi individu yang belajar. Penilaian merupakan upaya sistematis yang dikembangkan oleh suatu instruksi pendidikan yang ditujukan untuk menjamin tercapainya kualitas proses pendidikan serta kualitas
kemampuan peserta didik sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. (Cullen dalam Fathul Himam, 2004). Menurut (Trowbridge, 1990) dalam (Putrayasa, 2001) menyatakan bahwa model inkuiri adalah sebuah model proses pengajaran yang berdasarkan atas teori belajar dan perilaku. Inkuiri merupakan suatu cara mengajar murid-murid bagaimana belajar dengan menggunakan keterampilan, proses, sikap, dan pengetahuan berpikir rasional. Sementara itu, Trowbridge (1990) dalam (Putrayasa, 2001) menjelaskan model inkuiri sebagai proses mendefinisikan dan menyelidiki masalah-masalah, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, menemukan data, dan menggambarkan kesimpulan masalah-masalah tersebut. Hal senada dikatakan oleh Roestiyah (1998) mengatakan bahwa inkuiri adalah suatu perluasan proses discovery yang digunakan dalam cara yang lebih dewasa. Sebagai tambahan pada proses discovery, inkuiri mengandung proses mental yang lebih tinggi tingkatannya, misalnya merumuskan masalah, merancang eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, menarik kesimpulan, menumbuhkan sikap objektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka dan sebagainya. METODELOGI PENELITIAN Penelitian ini diadakan di kelas VII/B SMP Negeri 1 Darul Kamal Kabupaten Aceh Besar yang merupakan tempat Penulis bertugas. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada hari-hari efektif sesuai dengan jadwal jam pelajaran. Waktu
N o
Kegiatan
Januri 1 2
3
4
Februari 5
1
1 Pengajuan proposal Penyusunan 2 rancangan penelitian 3 Pelaksanaan siklus I 4 Analisis hasil siklus I Serambi PTK
Page | 14
2
3
4
maret 5
1
2
3
4
5
Jurnal Serambi PTK, Volume 1 No. 1 Juni 2014 ISSN: 2355-9535 5 Pelaksanaan siklus II 6 Analisis hasil siklus II Penulisan hasil 7 penelitian
Adapun subyek penelitian adalah siswa kelas II SMP Negeri 1 Darul Kamal sebanyak 15 siswa. Pelaksanaan penelitian ini melibatkan 1 orang rekan guru sebagai pengamat terhadap aktivitas dan kegiatan pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Data yang dikumpulkan dari siswa meliputi data hasil tes tertulis. Tes tertulis dilaksanakan pada setiap akhir siklus yang terdiri atas materi pengurangan bilangan bulat. Selain siswa sebagai sumber data, penulis juga menggunakan teman sejawat sesama guru kelas sebagai sumber data. RANCANGAN PENELITIAN 1. Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran. 2. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil atau dampak dari diterapkannya metode ini 3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat. 4. Rancangan/observasi yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya. Observasi dibagi dalam tiga putaran, yaitu putaran 1, 2 dan 3, dimana masing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di akhir masing putaran. Dibuat dalam tiga putaran dimaksudkan untuk memperbaiki sistem pengajaran yang telah dilaksanakan.
Serambi PTK
Page | 15
DESKRIPSI HASIL SIKLUS I a. Perencanaan (Planning) Sebelum melakukan penelitian, peneliti mempersiapkan hal-hal sebagai berikut : 1. Mengidentifikasikan bahan pembelajaran 2. Menyusun silabus dan RPP tentang pengurangan bilangan bulat 3. Menyiapkan alat bantu pembelajaran 4. Menyiapkan lembar tes sistem pengurangan bilangan bulat 5. Menyiapkan lembar observasi b. Tindakan / pelaksanaan (Acting) Dalam tahap ini merupakan tahap pelaksanaan apa yang telah tertuang dalam rencana pembelajaran dengan modifikasi pelaksanaan sesuai dengan situasi yang terjadi, langkah-langkahnya adalah sebagai berikut : - Tindakan pertama yang perlu dilakukan adalah mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan awal untuk membangkitkan motivasi belajar. - Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa seputar tentang pengetahuan yang berkaitan dengan bilangan - Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok dan disetiap kelompok diberikan tugas - Guru mempersilahkan setiap kelompok untuk maju dan mensimulasikan fragmen adegan tersebut diatas - Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan hasil pembahasan materi dengan seksama dan tepat c. Observasi (Observing) Pada tahap observasi peneliti melakukan pengamatan selama kegiatan berlangsung, untuk perbaikan siklus selanjutnya. peneliti juga meminta bantuan teman guru untuk mengamati kegiatan proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar
Jurnal Serambi PTK, Volume 1 No. 1 Juni 2014 ISSN: 2355-9535 observasi aktifitas guru dan lembar keaktifan siswa. d. Refleksi (Reflecting) Tahap ini merupakan tahap menganalisa, mensintesa, hasil dari catatan selama kegiatan proses pembelajaran menggunakan instrumen lembar pengamatan dan tes. Dalam refleksi melibatkan siswa, teman sejawat yang mengamati dan kepala sekolah. Untuk melakukan perencanaan pada siklus berikutnya, peneliti mengidentifikasi dan mengelompokkan masalah yang timbul pada pembelajaran siklus I. DESKRIPSI HASIL SIKLUS II a. Persiapan/perencanaan (Planning) Sebelum melaksanakan tindakan siklus II, peneliti melakukan perbaikan-perbaikan terkait dengan temuan-temuan pada siklus I b. Tindakan/ pelaksanaan (Acting): - Guru mengajak siswa untuk mengamati gambar - Guru mengajak siswa melakukan studi kelompok dalam rangka memahami dan mengenal lebih jauh tentang cara pengurangan cepat - Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok dan disetiap kelompok diberikan tugas kelompok - Siswa diharapkan menyelesaikan tugas dengan tepat waktu dan mengerjakannya dengan berbagi tugas bersama rekannya dalam kelompok - Siswa melaporkan hasil kerjanya ke depan kelas dan memulai diskusi bersama-sama, dalam siklus II ini guru mengurangi peran dan intruksinya kepada siswa, hanya mengamati dengan seksama bagaimana pelaksanaan pembelajaran yang dilakukannya dan perubahan aktifitas siswa yang dialaminya - Pada sesi akhir guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran secara bersama-sama c. Observasi (Observing) Pada tahap observasi peneliti melakukan pengamatan selama kegiatan berlangsung, peneliti juga meminta bantuan teman guru untuk mengamati kegiatan proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi aktifitas guru dan lembar keaktifan siswa. d. Refleksi (reflecting) Serambi PTK Page | 16
Dari hasil pengamatan pada siklus kedua dapat digunakan untuk melakukan refleksi apakah hasil ulangan siswa sudah memenuhi ketuntasan secara klasikal maupun individual. PERANGKAT PENELITIAN Dalam melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas digunakan beberapa perangkat penelitian sebagai berikut : a. Rencana Pembelajaran Skenario pembelajaran dengan pokok bahasan perpangkatan dan akar yang berisi tahapan-tahapan kegiatan pembelajaran di dalam kelas, tentang bagaimana menerapakan metode variasi sehingga mampu meningkatkan minat siswa terhadap pembelajaran b. Media Pembelajaran Alat bantu pembelajaran yang digunakan oleh peneliti, dalam rangka mempermudah proses pembelajaran dengan metode variasi. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Hasi Pelaksanaan Siklus 1 1. Perencanan Kegiatan perencanaan yang dilakukan pada siklus I adalah mempersiapkan beberapa hal yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian yaitu: membuat silabus, membuat RPP, membuat LKS, menyusun instrumen aktivitas siswa dan instrumen PBM guru peneliti.. 2. Pelaksanaan Guru memulai kegiatan pembelajaran dengan mengajak siswa bertanya jawab tentang bilangan bulat . Guru dan siswa kemudian memperhatikan ilustrasi yang diberikan oleh guru. Siswa kemudian oleh guru diminta menjelaskan ke depan . Guru membagi siswa dalam 3 (tiga) kelompok. Kemudian guru mempersilahkan siswa untuk menyusun bersama kelompoknya tetang pengertian suhu, yang nantinya akan disimulasikan didepan kelas. Setelah simulasi kelas selesai dilakukan, setelah itu guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang materi pembelajaran. 3. Observasi
Jurnal Serambi PTK, Volume 1 No. 1 Juni 2014 ISSN: 2355-9535 Observasi yang dilakukan pada siklus I ini antara lain adalah aktivitas siswa saat PBM berlangsung dan Pelaksanaan PBM yang diselenggaran oleh guru. Hasil observasi guru terhadap aktivitas siswa pada saat proses belajar mengajar berlangsung dengan menggunakan lembar observasi aktivitas siswa. Walaupu pada siklus 1
Siklus I
No 1 2 3 4 5 6 7
Tabel 4.1 Hasil belajar siswa siklus I Perolehan hasil belajar (KKM 65) Nilai 65 keatas Nilai 64 kebawah 9 orang 6 orang
Ketuntasan (%) Tuntas Tidak Tuntas 62,5 % 37,5 %
Tabel 4.2 Data aktivitas siswa dalam PBM Siklus I Jumlah siswa Aspek yang diamati aktif Memperhatikan penjelasan guru 12 Bekerja dalam kelompok 10 Mengajukan pertanyaan pada diskusi 7 kelas Menjawab pertanyaan pada diskusi 8 kelas Memperbaiki jawaban yang salah 7 Tidak terlibat dalam diskusi kelompok 3 Ikut merangkum materi pelajaran 8 Rata-rata aktivitas siswa (%)
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa : 1. Melalui penggunaan metode inquiry ini siswa terlihat lebih bergairah dalam belajar 2. Dalam berdiskusi dan tanya jawab siswa terlihat mulai aktif, meski peran siswa masih kurang karena hanya beberapa orang saja 3. Motivasi siswa dalam memahami perbandingan alat ukur yang terlihat dengan adanya beberapa siswa bertanya terkait dengan simulasi yang dilakukan oleh siswa-siswa yang lain 4. Sebagian siswa masih ada yang belum bisa menjelaskan kepada teman-temannya dalam menyampaikan pengalamannya 5. Kualitas tanya jawab yang dihasilkan dari hasil diskusi belum maksimal. 4. Refleksi Setelah siklus I selesai dilaksanakan beserta penilaian terhadap hasil belajar siswa, aktivitas siswa dan kemampuan guru dalam melaksanakan PBM, guru peneliti bersama Serambi PTK
aktivitas siswa tergolong kategori cukup namun masih kurang dari yang diharapkan oleh peneliti. Perbaikan harus dilakukan pada siklus berikutnya dengan cara lebih memotivasi dan membimbing siswa pada saat diskusi kelas maupun diskusi kelompok.
Page | 17
Persentase 87.5 % 78.1 % 62.5 % 65.6 % 53.1 % 21.8 % 56.2 % 60.6 %
dengan guru kolaborasi membuat pertemuan untuk membahas tentang tindakan yang harus diperbaiki serta tindakan yang harus dipertahankan pada proses belajar mengajar di siklus II . Tindakan tersebut antara lain : Menyampaikan tujuan pembelajaran dapat dilakukan dengan lebih jelas kepada siswa. Memotivasi siswa yang tidak aktif dalam kelompoknya, membimbing siswa dalam diskusi kelompok dengan cara mendekati tempat duduk siswa untuk melihat aktivitas siswa lebih dekat serta membimbing siswa dalam kegiatan diskusi kelas. Pengelolaan waktu lebih efektif. Deskripsi Hasil Pelaksanaan Siklus 2 1. Perencanan Kegiatan yang dilakukan pada siklus II adalah :
Jurnal Serambi PTK, Volume 1 No. 1 Juni 2014 ISSN: 2355-9535 a. Membuat rencana pembelajaran atau skenario metode variasi, sesuai materi yang diajarkan guna perbaikan dari siklus 1 b. Membuat instrumen penelitian c. Memperbaiki RPP d. Membuat lembar kerja sesuai materi 2. Pelaksanaan a. Guru mengajak siswa dan menanyakan kepada siswa tentang cara pengurangan bilangan bulat. Sesi selanjutnya setelah siswa telah menyelesaikan tugas yang diberikan guru maka guru memulai kegiatan pembelajaran dengan memaparkan permasalahan dan siswa yang ditunjuk secara acak diminta untuk menanggapi permasalahan yang telah diberikan oleh guru b. Kemudian guru juga meminta siswa lain untuk memberikan tanggapan atau
Siklus II
pendapat yang berbeda sehingga kemudian pada saat siswa telah dianggap kondusif tugas yang telah disiapkan oleh guru. Siswa diharapkan menyelesaikan tugas dengan tepat waktu dan mengerjakannya dengan berbagi tugas bersama rekannya dalam kelompok c. Siswa melaporkan hasil kerjanya ke depan kelas dan memulai diskusi bersama-sama, dalam siklus II ini guru mengurangi peran dan intruksinya kepada siswa, hanya mengamati dengan seksama bagaimana pelaksanaan pembelajaran yang dilakukannya dan perubahan aktifitas siswa yang dialaminya. Pada sesi akhir guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran secara bersama-sama. 3. Pengamatan.
Tabel 4.3 Hasil belajar siswa siklus II Perolehan hasil belajar (KKM 65) Nilai 65 keatas Nilai 65 kebawah 12 orang 3 orang
Dari data yang peroleh terjadi peningkatan hasil belajar siswa. pada siklus I, siswa yang yang memperoleh nilai
Ketuntasan (%) Tuntas Tidak Tuntas 71,8 % 28,1 %
tuntas KKM 65 sebanyak 20 siswa dengan persentase 62,5 % meningkat menjadi 23 orang dengan persentase 71,8%.
Pelaksanaan PBM pada siklus II dapat dilihat dari tabel dibawah ini: Tabel 4.4 Data aktivitas siswa dalam PBM siklus II Jumlah siswa No Aspek yang diamati Persentase aktif 1 Memperhatikan penjelasan guru 13 93.7 % 2 Bekerja dalam kelompok 12 90.6 % 3 Mengajukan pertanyaan pada diskusi 9 75.0 % kelas 4 Menjawab pertanyaan pada diskusi 11 78.1 % kelas 5 Memperbaiki jawaban yang salah 8 59.3 % 6 Tidak terlibat dalam diskusi kelompok 2 15,6 % 7 Ikut merangkum materi pelajaran 10 71.8 % Rata-rata aktivitas siswa (%) 69.1 % Data hasil observasi terhadap aktivitas siswa terjadi peningkatan dari 60,6 % pada siklus I menjadi 69.1 % di siklus II. Kenaikan persentase aktivitas siswa disebabkan adanya aktivitas siswa pada kegiatan diskusi kelompok dan diskusi kelas. Selain itu tindakan guru yang terus membimbing siswa Serambi PTK Page | 18
pada kegiatan diskusi juga ikut mempengaruhi kenaikan aktivitas tersebut. Dari data yang diperoleh masih ada siswa yang tidak aktif dan telah dilakukan tindak lanjut dengan memberikan pertanyaan dan diberikan sanksi berupa tugas menyelesaikan persilangan dua
Jurnal Serambi PTK, Volume 1 No. 1 Juni 2014 ISSN: 2355-9535 tanda beda yang harus dilakukan didepan kelas tanpa bantuan dari kelompoknya. Selanjutnya hasil observasi yang dilakukan guru kolaborasi terhadap PBM yang dilakukan oleh guru juga terjadi peningkatan karena dapat memperbaiki kekurangan pada siklus I. Observasi juga dilakukan oleh guru observer yang sama di siklus I. Untuk lebih jelasnya.
Berdasarkan nilai hasil siklus I dan nilai hasil siklus II dapat diketahui bahwa pembelajaran kooperatif learning model inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar Matematika, khususnya kompetensi pengurangan bilangan bulat. PEMBAHASAN ANTAR SIKLUS Dari proses pembelajaran yang telah dilakukan terlihat perubahan dari siklus 1 dan siklus 2.
4. Refleksi Perbandingan perubahan dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.5 Data hasil belajar siswa antar siklus Perolehan hasil belajar (KKM 65) Ketuntasan (%) Kegiatan Nilai 65 keatas Nilai 65 kebawah Tuntas Tidak Tuntas Siklus I 9 6 62,5 % 37,5 % Siklus II 12 3 71,8 % 28,1 % Tabel 4 6 Data aktivitas siswa antar siklus Siklus I
Siklus II
No
Aspek yang diamati
Jumlah siswa aktif
Persentase
Jumlah siswa aktif
Persentase
1 2
Memperhatikan penjelasan guru Bekerja dalam kelompok
12 10
87.5 % 78.1 %
13 12
93.7 % 90.6 %
3
Mengajukan pertanyaan pada diskusi kelas Menjawab pertanyaan pada diskusi kelas Memperbaiki jawaban yang salah Tidak terlibat dalam diskusi kelompok Ikut merangkum materi pelajaran Rata-rata siswa aktif (%)
7
62.5 %
9
75.0 %
8
65.6 %
11
78.1 %
7
53.1 %
8
59.3 %
3
21.8 %
2
15,6 %
10
71.8 %
4 5 6 7
12
60.6 %
Berdasarkan pembahasan tabel di atas siswa pada siklus I sebanyak 60,6 % siswa aktif dalam kegiatan PBM. Angka persentase keaktifan siswa yang diperoleh belum maksimal karena dari hasil observasi masih ada siswa yang tidak bekerja dalam kelompoknya serta kegiatan diskusi kelompok siswa dan diskusi kelas yang masih kurang. Hal ini disebabkan karena kurangnya bimbingan guru dalam melaksanakan kegiatan tersebut. Setelah dilakukan perbaikan dalam Serambi PTK
56.2 %
Page | 19
13
PBM pada siklus II terjadi peningkatan aktivitas siswa menjadi 69,1 %\.. Berdasarkan perbandingan antara siklus 1 dan siklus 2 dapat disimpulkan bahwa imnplementasi tindakan pembelajaran melalui model pembelajaran inkuiri dapat meningkat kemampuan dan aktivitas siswa. KESIMPULAN 1. Penggunaan model pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa
Jurnal Serambi PTK, Volume 1 No. 1 Juni 2014 ISSN: 2355-9535 pada di kelas VII SMP Negeri 1 Darul Kamal 2. Penggunaan model pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan aktivitas siswa pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Darul Kamal. DAFTAR PUSTAKA Balai Putaka. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Depdiknas. 2006. Standar Isi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas. Muslim, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya:Universiti Press. Ratmi. 2004. Model Cooperatif Learning.Jakarta: Grasindo. Setiawan. 2009. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Widyantini. 2008.Model-model Pembelajaran. Jakarta: Grasindo. www.buatskripsi.com
Serambi PTK
Page | 20
Jurnal Serambi PTK, Volume 1 No. 1 Juni 2014 ISSN: 2355-9535 UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA MENULIS TEKS BERBENTUK REPORT MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DI KELAS IX/5 SMP 2 MESJID RAYA. SUMARNI (Guru SMP 2 Mesjid Raya) ABSTRAK Masalah penelitian tindakan kelas ini adalah rendahnya kemampuan siswa dalam menulis teks berbentuk report dan kurang aktifnya siswa kelas IX/5 SMP 2 Mesjid Raya. Tujuan penelitian ini adalah Untuk meningkatkan kemampuan bahasa Inggris materi menyusun teks berbentuk report melalui penerapan model pembelajaran make a match siswa Kelas IX/5 SMP 2 Mesjid Raya serta untuk meningkatkan aktivitas belajar bahasa Inggris. Melalui penelitian tindakan kelas ini, guru memperoleh pengalaman melakukan penelitian dan meningkatkan kualitas pembelajaran, sedangkan siswa memperoleh pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, dimana aktifitas setiap siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IX/5, sebanyak 28 orang siswa. Metode penelitian yang digunakan adalah menerapkan model cooperatif make a match atau mencari pasangan pada pembelajaran Bahasa Inggris materi teks berbebtuk report. Pelaksanaan penelitian secara kolaboratif dengan melibatkan 2 orang guru Bahasa Inggris. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan hasil belajar dan aktivitas belajar siswa. Siklus I dengan persentase siswa yang aktif adalah 66,29% dengan kategori cukup menjadi 77,14% pada kategori baik. Kemampuan guru dalam PBM meningkat dari 62,5% dengan kategori cukup pada siklus I menjadi 72,9% dengan kategori baik pada siklus II. Hasil belajar siswa 65,7 % siswa tuntas belajar pada siklus I meningkat menjadi 77,14% siswa tuntas belajar pada siklus II. Dengan demikian penelitian tindakan kelas ini dikatakan berhasil. Dengan kata lain, implementasi tindakan pembelajaran melalui pembelajaran make a match dapat meningkatkan kemampuan siswa, aktifitas siswa dalam proses pembelajaran. Kata Kunci: Report, make a match (mencari pasangan) PENDAHULUAN Pada jenjang SMP Bahasa Inggris merupakan salah satu pelajaran pokok yang di UN kan. Penguasan materi pelajaran Bahasa Inggris meliputi 4 skill, yaitu: listening (mendengar), speaking (berbicara), reading (membaca) dan writing (menulis) yang didukung dengan penguasaan vocabulary (Kosa Kata), tata Bahasa (grammar) dan Pronunciation (pengucapan). Dari keempat skill tersebut di atas, Penulis memilih Writing (menulis) karena unsur ini merupakan salah satu skill yang sulit bagi siswa. Untuk diteliti mengingat kemampuan menulis (writing ability) sangatlah dipengaruhi oleh penguasaan kosa kata, struktur bahasa dan kemampuan siswa dalam merangkai kata menjadi sebuah teks. Perbedaan secara grammatical antara bahasa Inggris sebagai bahasa asing dan bahasa Indonesia sebagai bahasa utama merupakan masalah yang sering timbul pada saat belajar menulis. Page | 21
Pembelajaran materi ini (teks Report) telah penulis lakukan secara klasikal. Dalam pembelajaran tersebut penulis menjelaskan materi pokok yang terdapat dalam indikator adalah Menyusun kalimat acak menjadi teks yang padu berbentuk Report. Dalam kegiatan inti pembelajaran, siswa biasanya diberi contoh teks monolog berbentuk report dan siswa diminta untuk mencari arti dari teks tersebut yang kemudian dirangkai menjadi sebuah kalimat yang benar. Proses pembelajaran seperti itu sudah biasa dilakukan oleh penulis dan ternyata hasil pembelajaran siswa tidak sesuai yang diharapakan dan siswa masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 65. Melalui metode pembelajaran klasikal ini terlihat siswa semakin bingung, bahkan ada beberapa siswa yang mengeluh tidak percaya diri dalam mengungkapkan ide atau gagasannya. Yang menyebabkan siswa kesulitan dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru Serambi PTK
Jurnal Serambi PTK, Volume 1 No. 1 Juni 2014 ISSN: 2355-9535 yang berdampak kegagalan terhadap hasil dan proses belajar. Pada akhirnya Penulis berkesimpulan bahwa metode pembelajaran tersebut tidak berhasil (gagal) dan cenderung tidak efektif. Sebagai upaya memperbaiki kegagalan tersebut penulis berusaha mencari metode dan strategi pembelajaran yang tepat sebagai solusi selanjutnya. Penulis sadar bahwa di era Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ini, guru dituntut untuk kreatif dan inovatif. Guru harus mampu mencari satu teknik pembelajaran yang sesuai dengan slajarituasi dan kondisi kelas. Prinsip PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan) guru harus jadi seorang fasilitator dan motor yang mampu memfasilitasi dan menggerakkan siswanya untuk mendapatkan ilmu pengetahuan yang mereka butuhkan. Dalam hal ini penulis mencoba menggunakan pendekatan Contextual Teaching And Learning dan pendekatan Cooperative Learning dengan menggunakan model pembelajaran Make a Match dengan judul “Upaya Peningkatan Kemampuan Siswa Menulis Teks Berbentuk Report Melalui Model Pembelajaran Make a Match di Kelas IX/5 SMP 2 Mesjid Raya. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut: a. Apakah melalui penerapan Model Pembelajaran Make a Match dapat meningkatkan Kemampuan Siswa Untuk Menyusun Teks Berbentuk Report di Kelas IX/5 SMP 2 Mesjid Raya? b. Apakah melalui penerapan Model Pembelajaran Make a Match dapat meningkatkan keaktifan Siswa Untuk Menyusun Teks Berbentuk Report di Kelas IX/5 SMP 1 Mesjid Raya? TUJUAN PENELITIAN Dari permasalahan diatas, yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk : a. Untuk meningkatkan kemampuan bahasa Inggris materi Menyusun Teks Berbentuk Report melalui penerapan Model
Page | 22
Pembelajaran Make a Match siswa Kelas IX/5 SMP 2 Mesjid Raya. b. Untuk meningkatkan aktivitas belajar bahasa Inggris materi Menyusun Teks Berbentuk Report melalui penerapan Model Pembelajaran Make a Match siswa Kelas IX/5 SMP 2 Mesjid Raya. KAJIAN PUSTAKA Cooperative Learning merupakan satu strategi pembelajaran yang terbaik yang telah diteliti. Hasilnya menunjukkan bahwa siswa memiliki kesempatan untuk bekerja bersamasama, belajar lebih cepat dan efisien, memiliki daya ingat yang lebih besar dan mendapat pengalaman belajar yang lebih positif. Pembelajaran kooperatif, siswa belajar dan membentuk pengalaman dan pengetahuannya sendiri secara bersama-sama dalam kelompoknya. MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH (MENCARI PASANGAN) Guna meningkatkan partisipasi dan keaktifan siswa dalam kelas, guru menerapkan model pembelajaran make a match. Metode make a match atau mencari pasangan merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan kepada siswa. Penerapan metode ini dimulai dari teknik yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin. Model pembelajaran make a match atau mencari pasangan dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Langkah-langkah penerapan metode make a match sebagai berikut: 1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban. 2. Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal/jawaban. 3. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang. 4. Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. Pemegang kartu yang bertuliskan penggalan kalimat prosedur A akan berpasangan dengan Serambi PTK
Jurnal Serambi PTK, Volume 1 No. 1 Juni 2014 ISSN: 2355-9535
5. 6.
7.
8.
9.
kalimat berikutnya yang dipegang oleh siswa di kelompok lain yang memegang kalimat prosedur B dan seterusnya. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin. Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan mendapatkan hukuman, yang telah disepakati bersama. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya. Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang kartu yang cocok. Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran.
METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Mesjid Raya kabupaten Aceh Besar, di kelas XI/5. Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2010/2011, yang dilaksanakan pada bulan September sampai dengan Desember. Pemilihan materi disesuaikan dengan alokasi waktu yang telah ditetapkan. Yang menjadi subjek penelitian adalah siswa-siswi kelas XI/5, dengan jumlah siswa 28 orang, yang terdiri dari 13 siswa lakilaki dan 15 siswa perempuan. Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI/5. Selain siswa sebagai sumber data, Penulis juga menggunakan guru sebagai sumber data. Guru yang dimaksud adalah guru bidang studi Bahasa Inggris yang menjadi guru kolaborasi dalam penelitian ini. TEKNIK PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA Tehnik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik tes yang digunakan pada akhir siklus I dan siklus II, yang terdiri atas materi teks report. Teknik non tes terdiri dari observasi yang digunakan pada saat pelaksanaan penelitian tindakan kelas, kemampuan memahami materi teks report pada siklus I dan siklus II, serta dokumentasi yang digunakan untuk mengumpulkan data khususnya nilai mata pelajaran Bahasa Inggris.
Page | 23
PROSEDUR PENILAIAN Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang ditandai dengan adanya siklus, adapun dalam penelitian ini terdiri atas 2 siklus. Setiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. 1. Perencanaan Tahap-tahap yang dilakukan pada tindakan perencanaan adalah : a. Menyusun RPP b. Membuat media pembelajaran c. Membuat instrumen observasi aktivitas siswa 2. Pelaksanaan Tahap-tahap yang dilakukan pada tindakan pelaksanaan adalah semua kegiatan yang terdapat pada tahap perencanaan 3. Pengamatan Tahap-tahap yang dilakukan pada tindakan pengamatan adalah melakukan pengamatan yang dilakukan oleh guru peneliti terhadap siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung yang gunanya untuk melihat aktifitas siswa 4. Refleksi Refleksi dilakukan pada akhir proses pembelajaran, untuk melihat hasil dari kegiatan yang dilakukan pada siklus satu, yang merupakan acuan bagi guru peneliti untuk pelaksanaan perbaikan pada siklus ke dua, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan harapan dan tujuan yang ingin dicapai. HASIL PENELITIAN Pembelajaran awal sebelum pelaksanaan tindakan kelas (classroom action research), guru melaksanakan proses pembelajaran dengan apa adanya, tanpa adanya upaya untuk membuat proses pembelajaran menjadi menarik, guru hampir setiap hari masuk kelas dengan tanpa persiapan apapun, guru lebih cenderung mengajar dengan metode ceramah dengan mengabaikan apakah siswa menyerap apa yang sudah diajarkan atau tidak, tidaklah mengherankan apabila nilai yang diperoleh siswa juga seadanya dengan kata lain dibawah KKM 65. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran terabaikan, guru lebih suka melihat anak duduk, diam, dengar dan selesai. Seperti halnya dengan SMP Negeri 2 Mesjid Raya juga pada umumnya melakukan hal yang Serambi PTK
Jurnal Serambi PTK, Volume 1 No. 1 Juni 2014 ISSN: 2355-9535 sama. Prestasi yang dicapai siswa pada
prasiklus pada dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 1 Nilai Tes Pra Siklus No
Hasil ( Angka )
Hasil ( Huruf )
1 2 3 4 5
85-100 75-84 65-74 55-64 <54
A B C D E Jumlah
Arti Lambang
Jumlah Siswa
Persen
Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang
2 3 6 15 2 28
7,1% 10,7% 21,4% 53,6% 7,1% 100%
Berdasarkan hasil analisis yang digambarkan dalam bentuk tabel diketahui bahwa jumlah siswa yang mendapat nilai A (sangat baik) sebanyak 2 siswa atau 7,1%, yang mendapat nilai B (baik) sebanyak 3 siswa atau 10,7%, yang mendapat nilai C (cukup) sebanyak 6 siswa atau 21,4%, yang mendapat nilai D (kurang) sebanyak 15 siswa atau 53,6%
dan yang mendapat nilai E (sangat kurang) sebanyak 2 siswa atau 7,1%. Dari hasil tes seperti tersebut diatas, hanya sebagian siswa saja yang tuntas belajar, sedangkan sebagian lagi belum tuntas belajar. Data ketuntasan belajar pada kondisi awal dapat diketahui pada tabel 2 dibawah ini.
Tabel 2 Ketuntasan Belajar Siswa Hasil Tes Pra Siklus Jumlah
Siswa
No
Ketuntasan Belajar
Jumlah
Persen
1
Tuntas
9
32,1%
2
Belum Tuntas Jumlah
19 28
67,9% 100%
Berdasarkan data pada tabel 2 tersebut diatas, diketahui bahwa pada kondisi awal ini terdapat 9 siswa (32,1%) yang memiliki nilai di atas KKM sebesar 65 yang dinyatakan tuntas belajar dan 19 siswa (67,9%) memiliki
nilai dibawah KKM yang dinyatakan belum tuntas belajar.
Tabel 3 Data Aktifitas Siswa Siklus I No Aspek yang diamati Jumlah Persentase Kategori 1 Memperhatikan penjelasan guru 6 21,4 D 2 Menghargai pendapat teman 5 17,9 E 3 Mengajukan pertanyaan 7 25 D 4 Menjawab pertanyaan 6 21,4 D 5 Menunjukkan sikap senang 9 32,1 D 6 Ikut merangkum pelajaran 11 39,3 E Rata-rata aktifitas peserta didik (%) 26,2 Cukup Tabel diatas menunjukkan bahwa perbaikan dengan cara menerapkan metode aktivitas siswa tergolong kategori (E) atau yang menarik untuk lebih memotivasi siswa masih sangat kurang. Atas dasar hasil tersebut dalam belajar. Pada prasiklus siswa belum Peneliti mencoba melakukan perubahan dan Page | 24
Serambi PTK
Jurnal Serambi PTK, Volume 1 No. 1 Juni 2014 ISSN: 2355-9535 belajar dalam kelompok, siswa belajar dan
memecahkan masalah secara individu.
DESKRIPSI HASIL SIKLUS I 1. Perencanaan tindakan Perencanaan tindakan dalam siklus I dapat diuraikan sebagai berikut : a. Pemilihan materi dan penyusunan RPP. Materi yang dipilih dalam penelitian tindakan kelas ini adalah kemampuan menulis teks report, kemudian disusun ke dalam RPP dengan alokasi waktu sebanyak 3 x 40 menit. Pada siklus ini terjadi dua kali pertemuan. b. Pembentukan kelompok Pada siklus I, siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil terdiri dari 3
orang perkelompok. Penentuan anggota kelompok sesuai dengan keinginan siswa. 2. Pelaksanaan tindakan Pelaksanaan pembelajaran pada siklus I dilaksanakan sesuai perencanaan yang telah disiapkan. Pada kegiatan pelaksanaan ini siswa melakukan diskusi kelompok untuk mengerjakan LKS yang telah dibagikan. Setiap kelompok diberi tugas untuk memasangkan kartu sesuai dengan pasangannya kemudian menuliskan per paragraf sehingga terbentuk sebuah teks report. Tes hasil belajar siswa terpapar pada tabel di bawah ini:
Tabel 4 Nilai Tes Siklus I No 1 2 3 4 5
Hasil ( Angka ) 85-100 75-84 65-74 55-64 <54
Hasil ( Huruf ) A B C D E Jumlah
Arti Lambang Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang
Dari hasil tes seperti tersebut diatas, dapat dilihat bahwa hanya sebagian siswa yang tuntas belajar, jumlahnya sudah meningkat menjadi 18 orang siswa sedangkan siswa yang
Jumlah Siswa 5 13 8 2 28
Persen 17,8% 46,4% 28,6% 7,1% 0% 100%
belum tuntas belajar berkurang menjadi 10 orang siswa. Data ketuntasan belajar pada siklus I dapat diketahui pada tabel 5 di bawah ini.
Tabel 5 Ketuntasan Belajar Siswa Hasil Tes Siklus I No 1 2
Ketuntasan Belajar Tuntas Belum Tuntas Jumlah
Dari hasil diskusi dengan guru kolaborasi perlu perbaikan dalam PBM, yaitu pengelolaan proses belajar mengajar dengan menggunakan kartu lebih banyak mengahabiskan waktu. Siswa terkendala pada penyusunan kartu menjadi sebuah teks berbentuk report sehingga butuh waktu lebih banyak. Sebaiknya petunjuk diberikan sebelum siswa menyusun kartu tersebut. Page | 25
Jumlah
Siswa
Jumlah 18 10 28
Persen 64,3% 35,7% 100%
Bimbingan lebih intensif pada siswa yang tidak aktif pada diskusi kelompok dan diskusi kelas
3. Observasi Observasi yang dilakukan pada siklus I ini antara lain adalah aktivitas siswa saat PBM berlangsung. Hasil observasi guru terhadap Serambi PTK
Jurnal Serambi PTK, Volume 1 No. 1 Juni 2014 ISSN: 2355-9535 aktivitas siswa pada saat proses belajar mengajar berlangsung dengan menggunakan lembar observasi aktivitas siswa, yaitu persentase aktivitas sebesar 69,6%. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas siswa tergolong kategori cukup namun masih kurang dari yang diharapkan oleh peneliti. Menurut observer hal ini disebabkan karena siswa belum terbiasa bekerja dalam kelompok mereka masih
terbawa kebiasaan lama. Perbaikan harus dilakukan pada siklus berikutnya dengan cara lebih memotivasi siswa karena masih ada siswa yang tidak memusatkan perhatian pada saat KBM berlangsung. Mereka cenderung membiarkan teman kelompok yang dianggap pandai mengerjakan tugas. Data aktivitas siswa dideskripsikan pada tabel di bawah ini.
Tabel 6 Data Aktifitas Siswa Siklus I No Aspek yang diamati Jumlah Persentase 1 Memperhatikan penjelasan guru 21 75 2 Bekerja pada saat diskusi kelompok 20 71,4 3 Menghargai pendapat teman 15 53,6 4 Melakukan kerjasama dalam memecahkan 22 78,6 masalah 5 Mengajukan pertanyaan pada diskusi kelas 17 60,7 6 Menjawab pertanyaan 18 64,3 7 Menunjukkan sikap senang 23 82,1 8 Ikut merangkum pelajaran 20 71,4 Rata-rata aktifitas peserta didik (%) 69,6 Dari hasil diskusi dengan guru kolaborasi perlu perbaikan dalam PBM, yaitu pengelolaan proses belajar mengajar lebih terarah. Bimbingan lebih intensif pada siswa yang tidak aktif pada diskusi kelompok dan diskusi kelas. 4. Refleksi. Setelah PBM pada Siklus I selesai, tim peneliti mengadakan pertemuan untuk membahas hal-hal yang harus diperbaiki pada pertemuan selanjutnya. Perbaikan PBM yang harus dilakukan adalah: 1. Melakukan pengawasan dan bimbingan yang lebih intensif terhadap siswa yang tidak ikut dalam kegiatan diskusi kelompok dan diskusi kelas. 2. Pengelolaan waktu harus lebih efektif. 3. Petunjuk diberikan lebih jelas sebelum siswa mengerjakan tugas. DESKRIPSI SIKLUS II 1. Perencanaan
Kategori B B C C C C B C Cukup
Perencanaan yang dibuat sama seperti pada siklus I yaitu membahas LKS. Terjadi perubahan pada kegiatan penyusunan, untuk menentukan apakah urutan gambar sudah benar, siswa membalik gambar tersebut dibelakang gambar sudah tersusun gambar berbentuk binatang. 2. Pelaksanaan Pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan sesuai perencanaan yang telah disusun pada siklus II. Pelaksanaan PBM pada siklus II lebih memfokuskan pada pengawasan dan bimbingan terhadap siswa yang tidak bekerja pada kelompoknya dan mengelola waktu menjadi lebih efektif. Pada siklus ini siswa menempelkan hasil kegiatan diskusi kelompoknya di papan pajangan, hasil kerja kelompok dinyatakan benar apabila kartu tersebut terbentuk menjadi sebuah gambar binatang.
Tabel 7 Nilai Tes Siklus II No 1 Page | 26
Hasil ( Angka ) 85-100
Hasil ( Huruf ) A
Arti Lambang Sangat Baik
Jumlah Siswa 7
Persen 25%
Serambi PTK
Jurnal Serambi PTK, Volume 1 No. 1 Juni 2014 ISSN: 2355-9535 2 3 4 5
75-84 65-74 55-64 <54
B C D E Jumlah
Baik Cukup Kurang Sangat Kurang
Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa perubahan nilai sudah menunjukkan hasil yang memuaskan, dibuktikan dengan meningkatnya jumlah siswa yang memperoleh nilai kategori A (sangat baik) sebanyak 7 orang siswa atau 25%, kategori B (baik) sebanyak 15 siswa atau 53,6%, kategori C (cukup) sebanyak 6 siswa
15 6 0 28
53,6% 21,4% 0% 0% 100%
atau 21,4%, sedangkan kategori D (kurang) dan kategori E (sangat kurang) 0%. Dari hasil nilai tes pada siklus II secara otomatis menunjukkan bahwa ketuntasan belajar siswa juga mengalami peningkatan, seperti yang terpapar pada tabel di bawah ini:
Tabel 8 Ketuntasan Belajar Siswa Hasil Tes Siklus II No 1 2
Ketuntasan Belajar Tuntas Belum Tuntas Jumlah
Terlihat bahwa siswa yang tuntas atau mencapai Kriterian Ketuntasa Minimal (KKM) sudah mencapai 25 siswa atau 89,3%, sedangkan 3 siswa tidak tuntas atau 10,7%, ketiga orang siswa ini perlu ditindak lanjuti dengan mengadakan tes ulang atau penambahan tugas. 3. Observasi Pelaksanaan PBM pada siklus II terjadi perubahan yang sangat memuaskan, antara lain :
Jumlah
Siswa
Jumlah 25 3 28
Persen 89,3% 10,7% 100%
Siswa sudah aktif belajar dalam kelompoknya Setiap siswa sudah memahami tugasnya dalam kelompok. Siswa terlihat lebih bersemangat dan senang dalam belajar Siswa lebih mudah mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Hasil observasi yang dilakukan pada siklus II terhadap aktifitas belajar siswa dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 9 Data Aktifitas Siswa Siklus I No Aspek yang diamati Jumlah Persentase 1 Memperhatikan penjelasan guru 21 75 2 Bekerja pada saat diskusi kelompok 23 82,1 3 Menghargai pendapat teman 27 96,4 4 Melakukan kerjasama dalam memecahkan 28 100 masalah 5 Mengajukan pertanyaan pada diskusi kelas 27 96,4 6 Menjawab pertanyaan 25 89,3 7 Menunjukkan sikap senang 28 100 8 Ikut merangkum pelajaran 28 100 Rata-rata aktifitas peserta didik (%) 92,4 Data hasil observasi terhadap aktivitas belajar siswa terjadi peningkatan dari 62,99% Page | 27
Kategori B A A A A A A A B
pada siklus I menjadi 92,4% di siklus II. Kenaikan persentase aktivitas siswa Serambi PTK
Jurnal Serambi PTK, Volume 1 No. 1 Juni 2014 ISSN: 2355-9535 disebabkan adanya aktivitas siswa pada kegiatan diskusi kelompok dan diskusi kelas. Selain itu tindakan guru yang terus membimbing siswa pada kegiatan diskusi juga ikut mempengaruhi kenaikan aktivitas tersebut. Dari data yang diperoleh masih ada
siswa yang tidak aktif dan telah dilakukan tindak lanjut dengan memberikan pertanyaan dan diberikan sanksi berupa tugas yang harus dilakukan di depan kelas tanpa bantuan dari kelompoknya. tidak mengurangai makna dari pembelajaran itu sendiri. Aktifitas belajar siswa, kemampuan guru dalam PBM dan hasil belajar siswa meningkat pada setiap siklusnya. Aktifitas belajar siswa meningkat dari siklus I dengan persentase siswa yang aktif adalah 66,29% dengan kategori cukup menjadi 77,14% pada kategori baik. Kemampuan guru dalam PBM meningkat dari 62,5% dengan kategori cukup pada siklus I menjadi 72,9% dengan kategori baik pada siklus II. Hasil belajar siswa 65,7 % siswa tuntas belajar pada siklus I meningkat menjadi 77,14% siswa tuntas belajar pada siklus II. Berdasarkan data diatas maka dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran Cooperative Learning model Make to Macth dapat digunakan sebagai strategi untuk meningkatkan aktifitas belajar siswa pada materi Menulis Teks Berbentuk Report. 2. Perbandingan antar siklus
PEMBAHASAN DAN PERBANDINGAN TIAP SIKLUS DAN ANTAR SIKLUS 1. Pembahasan Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pelaksanaan siklus I dan II, maka dapat dikatakan bahwa terjadi peningkatan aktifitas belajar siswa pada materi Menulis Teks Berbentuk Report. Selain itu juga terjadi perubahan dalam proses PBM yang diselenggarakan oleh guru yang ditandai dengan peningkatan kemampuan guru pada setiap siklusnya. Peningkatan lainnya adalah hasil belajar yang didapat dari test yang diberikan setiap akhir pembelajaran. Setelah dilakukan analisis keseluruhan peningkatan ini berkaitan langsung dengan penerapan pembelajaran Cooperative Learning model Make to Macth sebagai strategi yang digunakan dalam PBM. Model pembelajaran ini menarik perhatian siswa sehingga siswa termotivasi untuk mengikuti kegiatan belajar. Siswa menjadi lebih aktif, belajar sambil bermain namun
No 1 2 3 4 5
Tabel 4.10 Perbandingan Hasil Nilai Tes Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II Jumlah Siswa yang berhasil Hasil Tes Pra Siklus Siklus I Siklus II A (85-100) 1 8 10 B (75-84) 9 4 11 C (65-74) 6 12 10 D (55-64) 10 3 2 E (<54) 7 6 0 Jumlah 33 33 33
Tabel 4.11 Perbandingan Ketuntasan Belajar antara Pra Siklus dan Siklus I dan Siklus II Jumlah Siswa No 1
Ketuntasan
Tuntas Belum 2 Tuntas Jumlah
Page | 28
Pra Siklus Jumlah Persen 18 55%
Siklus I Jumlah 24
Persen 73%
Siklus II Jumlah 31
Persen 94%
15
45%
9
27%
2
6%
33
100%
33
100%
33
100%
Serambi PTK
Jurnal Serambi PTK, Volume 1 No. 1 Juni 2014 ISSN: 2355-9535
PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran Cooperative Learning model Make to Macth dapat digunakan sebagai strategi untuk meningkatkan aktifitas belajar siswa, hasil belajar siswa serta peningkatan proses belajar mengajar yang diselenggarakan oleh guru. Saran yang dapat disampaikan pada tulisan ini antara lain, penerapan pembelajaran Cooperative Learning model Match to Macth dapat diaplikasikan untuk menambah variasi strategi pembelajaran Bahasa Inggris sehingga memberikan efek pada peningkatan keaktifan belajar, kreatifitas, kerjasama, kondisi pembelajaran dan pencapaian hasil. DAFTAR PUSTAKA BNSP. 2006. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SMP/MTs. Jakarta: Depdiknas.
Page | 29
Dave Meier. 2002. The Accelerated Learning Handbook.Terjemah:Rahmani Astuti. Bandung: Kaifa Dimyati dan Mujiono. 1999. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Depdikbud Gordon Dryden dan Jeannette Vos. 2000. The Learning Revolution to Change The Way The World Learns atau Revolusi Cara Belajar. Terjemah: Baiquni Ahmad.Bandung: Kaifa. Oemar Hamalik. 2002. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Oos M. Anwas. 2007. Pengembangan Model Pembelajaran Kelas Rangkap Berbantuan Media Audio di Sekolah Dasar. Jakarta: Didasmen. Sutrisno. 2007. E-learning dan KTSP. Jakarta: Ditjen Dikti Depdiknas
Serambi PTK
Jurnal Serambi PTK, Volume 1 No. 1 Juni 2014 ISSN: 2355-9535 PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF LEARNING MODEL PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI) DAPAT MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MATERI MENGIDENTIFIKASIKAN CIRICIRI NEGARA BERKEMBANG DAN NEGARA MAJU BAGI SISWA KELAS VIII/A SEMESTER 2 SMP NEGERI 1 DARUL KAMAL TAHUN PELAJARAN 2010/2011 Wildan (Guru SMP Negeri 1 Darul Kamal Kabupaten Aceh Besar) ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar sertaprestasi belajar IPS materi mengidentifikasikan ciri-Ciri negara berkembang dan negara maju melalui pembelajaran kooperatif learning model problem based introduction (PBI) siswa kelas VIII/A Semester 2 SMP Negeri 1 Darul Kamal tahun pelajaran 2010/2011. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan selama 3 bulan, mulai dari bulan September sampai dengan bulan Desember 2012 di SMP N 1 Darul Kamal Aceh Besar, tempat Penulis bertugas. Yang menjadi subyek penelitiannya adalah siswa kelas VIII/A yang berjumlah 17 orang, terdiri dari 7 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik tes dan non tes. Tes tertulis digunakan pada akhir siklus I dan siklus II, yang terdiri atas materi Narrative Text. Sedangkan Teknik non tes meliputi teknik observasi dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis dekskriptif. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan hasil belajar dan prestasi belajar siswa. Data hasil analisis penilaian proses pembelajaran dari segi hasil dan keaktifan siswa terjadi perubahan tahap demi tahap Jika dibandingkan antara keadaan kondisi awal , siklus I dan siklus II dapat dilihat bahwa saat kondisi awal rata-rata kelas sebesar 4,83, sedangkan nilai rata-rata kelas siklus II sudah ada peningkatan menjadi 6,67. Adapun kenaikan rata-rata pada siklus II menjadi 7,66. Dengan demikian penelitian tindakan kelas ini dikatakan berhasil sehingga peneliti merekomendasikan penerapan pembelajaran kooperatif learning model problem based introduction (PBI) dapat meningkatkan hasil belajar IPS materi ciri-ciri negara berkembang dan negara maju dan prestasi belajar siswa. Kata Kunci : Prestasi, Hasil belajar, Kooperatif, problem based introduction (PBI)
PENDAHULUAN Tolok ukur keberhasilan pembelajaran pada umumnya adalah prestasi belajar. Prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di kelas VIII/A untuk beberapa kompetensi dasar umumnya menunjukkan nilai yang rendah. Hal ini disebabkan standar kompetensi dan kompetensi dasar IPS kelas memang sarat akan materi, di samping cakupannya luas dan perlu hafalan. Jika dilihat dari hasil ulangan harian sebagian besar masih di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu sebesar 72. Rendahnya prestasi belajar IPS di kelas VIII/A SMP Negeri 1 Darul Kamal dimungkinkan juga karena guru belum menggunakan metode atau pun media pembelajaran serta mendesain skenario Page | 30
pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik materi maupun kondisi siswa sehingga memungkinkan siswa aktif dan kreatif, guru masih terbiasa dengan cara mengajar dan malas untuk menerapkan modelmodel pembelajaran dan penggunaan media atau alat peraga guru lebih cenderungan menggunakan model pembelajaran yang bersifat satu arah, yang menyebabkan siswa merasa bosan. Kegiatan pembelajaran masih didominasi guru. Siswa sebagai obyek bukan subyek bahkan guru cenderung membatasi partisipasi dan kreatifitas siswa selama proses pembelajaran. Siswa dipaksa untuk mengahafaal materi yang sebenarnya sulit untuk mengingat. Mengacu pada permasalahan tersebut Peneliti mencoba untuk mengatasinya yang Serambi PTK
Jurnal Serambi PTK, Volume 1 No. 1 Juni 2014 ISSN: 2355-9535 tujuannya adalah dapat membuat siswa kreatif dalam proses pembelajaran. Peneliti memilih model pembelajaran Cooperative Learning model Problem Based introduction (PBI). Dengan pembelajaran Cooperative Learning model Problem Based introduction (PBI) diharapkan siswa dapat menggali dan menemukan pokok materi secara bersamasama dalam kelompok atau secara indivuidu. Penerapan Pembelajaran kooperatif learning model Problem Based introduction (PBI), merupakan tindakan pemecahan masalah yang ditetapkan dalam upaya meningkatkan hasil belajar IPS khususnya kompetensi dasar “Mengidentifikasikan CiriCiri Negara Berkembang dan Negara Maju, bagi siswa kelas VIII/A semester 2 SMP Negeri 1 Darul kamal tahun Pelajaran 2010/2011. sehingga diharapkan dapat membantu para guru untuk mengembangkan gagasan tentang strategi kegiatan pembelajaran yang efektif dan inovatif serta mengacu pada pencapaian kompetensi individual masingmasing peserta didik. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini adalah : 1. Apakah melalui “Penerapan Pembelajaran Kooperatif Learning Model Problem Based introduction (PBI) dapat meningkatkan hasil belajar IPS dengan materi Mengidentifikasikan Ciri-Ciri Negara Berkembang dan Negara Maju bagi siswa kelas VIII/A Semester 2 SMP Negeri 1 Darul Kamal Tahun Pelajaran 2010/2011”. 2. Apakah melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Learning Model Problem Based introduction (PBI) dapat meningkatkan prestasi belajar IPS materi Mengidentifikasikan Ciri-Ciri Negara Berkembang dan Negara Maju bagi siswa kelas VIII/A Semester 2 SMP Negeri 1 Darul Kamal Tahun Pelajaran 2010/2011. TUJUAN PENELITIAN Tujuan dilaksanakan penelitian tindakan kelas ini adalah :
Page | 31
1. Untuk meningkatkan hasil belajar IPS materi Mengidentifikasikan Ciri-Ciri Negara Berkembang dan Negara Maju melalui pembelajaran kooperatif learning model Problem Based introduction (PBI) siswa kelas VIII/A Semester 2 SMP Negeri 1 Darul Kamal Tahun Pelajaran 2010/2011. 2. Untuk meningkatkan prestasi belajar IPS materi Mengidentifikasikan Ciri-Ciri Negara Berkembang dan Negara Maju melalui pembelajaran kooperatif learning model Problem Based introduction (PBI) siswa kelas VIII/A Semester 2 SMP Negeri 1 Darul Kamal Tahun Pelajaran 2010/2011.
KAJIAN TEORI Menurut Gagne, (terjemahkan Munadir, 1999 III 3) proses pembelajaran dalah suatu usaha untuk membuat siswa belajar sehingga situasi tersebut merupakan sebagai peristiwa belajar (event of learning), yaitu usaha untuk terjadinya tingkah lakku dari siswa. Kegiatan belajar merupakan kegiatan aktif siswa untuk membangun makna/pemahaman terhadap suatu objek/ dikatakan, dan 90% dari apa yang dikatakan dan dilakukan. Hal ini menunjukkan bahwa jika guru mengajar dengan banyak ceramah, maka siswa akan mengingat hanya 20 % karena siswa hanya mendengarkan. Sebaiknya, jika guru meminta siswa untuk melakukan sesuatu dan melaporkannya, maka mereka akan mengingat sebanyak 90%.(Sujatmoko dkk.2003 :15). Pembelajaran kooperative merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerja sama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperative memiliki ciri-ciri : Untuk menuntas materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara bekerja sama, kelompok dibentuk dari yang kemampuan tinggi sedang dan rendah, setiap kelompok terdapat keheterogenan apabila ada, penghargaan diutamakan pada kelompok daripada perorangan. Belajar kooperatif adalah pembelajaran yang menggunakan kelompok Serambi PTK
Jurnal Serambi PTK, Volume 1 No. 1 Juni 2014 ISSN: 2355-9535 kecil sehingga siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan kegiatan belajarnya sendiri dan juga anggota yang lain( Anitah.2008:37). Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang didalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Adapun berbagai elemen dalam pembelajaran kooperatif adalah adanya: (1) saling ketergantungan positif; (2) interaksi tatap muka; (3) akuntabilitas individual, dan (4) keterampilan untuk menjalin hubungan antar pribadi atau keterampilan sosial yang secara sengaja diajarkan (Anitah dkk.2008:3738). Model pembelajaran Problem Based Introduction (PBI) disebut juga pembelajaran berdasarkan masalah. Model pembelajaran ini mengangkat satu masalah actual sebagai satu pelajaran yang menantang dan menarik. Peserta didik diharapkan dapat belajar
memecahkan masalah tersebut secara objective. Aktifitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran Kooperatif Learning model Problem Based introduction (PBI) memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks di samping menumbuhkan tanggung jawab, kerja sama, persaingan sehat, dan keterlibatan belajar. METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan, mulai dari bulan September sampai dengan bulan Desember 2012. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada hari-hari efektif sesuai dengan jadwal jam pelajaran. Adapun pembagian waktu penelitian dapat diperinci seperti pada tabel 1.
Tabel 1. Pembagian Waktu Penelitian Waktu No
Kegiatan
Januari
Maret
April
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 Pengajuan proposal Penyusunan 2 rancangan penelitian 3 Pelaksanaan siklus I 4 Analisis hasil siklus I 5 Pelaksanaan siklus II 6 Analisis hasil siklus II 7 Penulisan hasil penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMP N 1 Darul Kamal Aceh Besar, tempat Penulis bertugas. Yang menjadi subyek penelitiannya adalah siswa kelas VIII/A yang berjumlah 17 orang, terdiri dari 7 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan. Page | 32
TEKNIK PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA Dalam penelitian ini pengumpulan data menggunakan teknik tes dan non tes. Tes Serambi PTK
Jurnal Serambi PTK, Volume 1 No. 1 Juni 2014 ISSN: 2355-9535 tertulis digunakan pada akhir siklus I dan siklus II, yang terdiri atas materi Narrative Text. Sedangkan Teknik non tes meliputi teknik observasi dan dokumentasi. Observasi digunakan pada saat pelaksanaan penelitian tindakan kelas kemampuan memahami materi Mengidentifikasikan Ciri-Ciri Negara Berkembang dan Negara Maju Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis dekskriptif, yang meliputi: 2. Analisis deskriptif komparatif hasil belajar dengan cara membandingkan hasil belajar pada siklus I dengan siklus II dan membandingkan hasil belajar dengan indikator pada siklus I dan siklus II. 3. Analisis deskriptif kualitatif hasil observasi dengan cara membandingkan hasil observasi dan refleksi pada siklus I dan siklus II. PROSEDUR PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang ditandai dengan adanya siklus, adapun dalam penelitian ini terdiri atas 2 siklus. Setiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. 1. Siklus I a. Perencanaan (planning), terdiri atas kegiatan: 1) penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP); 2) penyiapan skenario pembelajaran. b. Pelaksanaan (acting), terdiri atas kegiatan; 1) pelaksanaan program pembelajaran sesuai dengan jadwal, proses pembelajaran dengan menerapkan pembelajran kooperatif learning pada kompetensi dasar Mengidentifikasikan Ciri-Ciri Negara Berkembang dan Negara Maju Page | 33
2) secara klasikal menjelaskan strategi dalam pembelajaran kooperatif learning model pembelajaran Problem Based introduction (PBI) dilengkapi lembar kerja 3) siswa memodelkan strategi dan langkah-langkah pembelajaran kooperatif learning model pembelajaran Problem Based introduction (PBI) 4) mengadakan observasi tentang proses pembelajaran, 5) mengadakan tes tertulis, 6) penilaian hasil tes tertulis. c. Pengamatan (observing), terdiri atas kegiatan: 1) Melakukan diskusi dengan guru IPS untuk rencana observasi 2) Melakukan pengamatan terhadap penerapan model pembelajaran pembelajaran Problem Based introduction (PBI) 3) Mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi saat penerepan model pembelajaran Problem Based introduction (PBI) 4) Melakukan diskusi dengan guru untuk membahas tentang kelemahan-kelemahan atau kekurangan-kekurangan yang dilakukan guru serta memberi saran perbaikan untuk pembelajaran berikutnya.. d. Refleksi (reflecting), yaitu menyimpulkan pelaksanaan hasil tindakan pada siklus I. 2. Siklus II Tahah-tahap pada siklus II ini pada dasarnya sama dengan tahap yang dilakukan pada siklus I, tetapi sudah terjadi perbaikan-perbaikan yang mengacu pada kekurangan-kekurangan atau kelemahan pada siklus I a. Perencanaan (planning), terdiri atas kegiatan: 1) penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP); 2) penyiapan skenario pembelajaran. b. Pelaksanaan (acting), terdiri atas kegiatan; Serambi PTK
Jurnal Serambi PTK, Volume 1 No. 1 Juni 2014 ISSN: 2355-9535 1) pelaksanaan program pembelajaran sesuai dengan jadwal, 2) pembelajaran kooperatif learning kompetensi dasar pada kompetensi Mengidentifikasikan Ciri-Ciri Negara Berkembang dan Negara Maju 3) siswa untuk menerapkan strategi pembelajaran kooperatif learning model pembelajaran Problem Based introduction (PBI), diikuti kegiatan kuis 4) mengadakan observasi tentang proses pembelajaran, 5) mengadakan tes tertulis, 6) penilaian hasil tes tertulis. c. Pengamatan (observing), yaitu mengamati proses pembelajaran dan menilai hasil tes serta hasil praktek sehingga diketahui hasilnya, d. Refleksi (reflecting), yaitu menyimpulkan pelaksanaan hasil tindakan pada siklus II. Dari tahap kegiatan pada siklus 1 dan 2, hasil yang diharapkan adalah agar (1) peserta didik memiliki kemampuan dan kreatifitas serta selalu aktif terlibat dalam proses pembelajaran IPS; (2) Guru memiliki kemampuan merancang dan menerapkan model pembelajaran interaktif dengan kerja kelompok; (3) Terjadi peningkatan prestasi peserta didik pada mata pelajaran IPS. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
dalam RPP dengan alokasi waktu sebanyak 4x40 menit. Pada siklus ini terjadi dua kali pertemuan. d. Pembentukan Kelompok Pada siklus I, siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil terdiri dari 3 orang perkelompok. Penentuan anggota kelompok sesuai dengan keinginan siswa. 2. Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan pada siklus I dapat dideskripsikan sebagai berikut : a. Pelaksanaan tatap muka Tatap muka I dan II dengan RPP tentang materi Mengidentifikasikan Ciri-Ciri Negara Berkembang dan Negara Maju. Metode pembelajaran yang digunakan adalah cooperative learning model pembelajaran Problem Based Introduction (PBI). Adapun langkahlangkahnya sebagai berikut : 1)
2)
3)
4)
DESKRIPSI HASIL SIKLUS I 5) 1. Perencanaan Tindakan Perencanaan tindakan dalam siklus I dapat diuraikan sebagai berikut : 6) c. Pemilihan materi dan penyusunan RPP. Materi yang dipilih dalam penelitian tindakan kelas ini adalah kompetensi dasar Mengidentifikasikan Ciri-Ciri Negara Berkembang dan Negara Maju. Berdasarkan konsep ini disusun ke Page | 34
7)
8)
Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai, dan menyajikan materi secara singkat sebagai pengantar dan strategi pembelajaran yang harus dilaksanakan siswa Siswa berdiskusi dalam kelompok yang terdiri dari 3-4 siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas. Guru memotivasi siswa untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang telah dipilih Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan permasalahan Guru membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya berupa laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi. Guru memberi umpan balik hasil pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari dengan mengadakan evaluasi berupa tes. Guru memberikan tindak lanjut. Serambi PTK
Jurnal Serambi PTK, Volume 1 No. 1 Juni 2014 ISSN: 2355-9535 Suasana pembelajaran pada siklus I, guru tidak lagi menerapkan pembelajaran yang hanya menstransfer ilmu, tapi siswa sudah belajar lebih mandiri secara berkelompok. Siswa nampak lebih bersemangat dan termotivasi dalam belajar. Siswa juga berusaha
Hasil (Angka) No
menyelesaikan tugas yang diberikan guru secara bersamasama dan mempersiapkan untuk ditampilkan di depan kelas. Untuk lebih jelas data hasil tes siklus dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2 Hasil Rekap Nilai Tes Siklus I Hasil Arti Lambang Jumlah Siswa ( Huruf)
Persen
1
85-100
A
Sangat baik
3
17,6 %
2
75-84
B
Baik
7
41,3 %
3
65-74
C
Cukup
4
23,5 %
4
55-64
D
Kurang
3
17,6 %
Jumlah
100 %
Dari hasil tes siklus I, menunjukkan bahwa hasil yang mencapai nilai A (sangat baik) adalah 3 siswa (17,6 %), sedangkan yang mendapat nilai B (baik) adalah 7 siswa a (41,1 %), sedangkan dari jumlah 17 siswa
yang masih mendapatkan nilai C (cukup) sebanyak 6 siswa (33,3 %) mendapatkan nilai C (cukup) sebanyak 4 siswa (23,5 %) , dan yang mendapat nilai D (kurang) ada 3 siswa (17,6 %).
Tabel 3 Ketuntasan Belajar Siswa Hasil Tes Siklus I Jumlah Siswa No
Ketuntasan Jumlah
Persen
1.
Tuntas
12
70,6 %
2.
Belum tuntas
5
29,4 %
17
100 %
Jumlah
Berdasarkan ketuntasan belajar siswa dari sejumlah 17 siswa terdapat 12 orang siswa atau 70,6 % yang sudah mencapai ketuntasan belajar. Sedangkan 5 siswa atau 29,4% belum Page | 35
mencapai ketuntasan. Adapun dari hasil nilai siklus I dapat dijelaskan bahwa perolehan nilai tertinggi adalah 78 , nilai terendah 68, dengan
Serambi PTK
Jurnal Serambi PTK, Volume 1 No. 1 Juni 2014 ISSN: 2355-9535 nilai rata-rata kelas sebesar 6,6, seperti pada
Tabel 4 Rata-rata Hasil Tes siklus I Keterangan
No
1.
tabel dibawah ini :
Nilai
1
Nilai tertinggi
78
2
Nilai Terendah
68
3
Nilai Rata-rata
70
Pengamatan Pengamatan dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung yang dilakukan oleh para observer dan teman sejawat. Indikator yang dinilai
Jumlah Siswa 17
Tabel 5 Aktivitas Siswa dalam PBM Siklus I KATEGORI Aktif 11 (64,7%)
2. Refleksi Berdasarkan tabel diatas dapat diambil kesimpulan bahwa proses pembelajaran pada siklus I masih jauh dari sempurna walaupun sudah terjadi peningkatan yang cukup memuaskan, kegagalan ini menurut observer disebabkan karena teknik pembelajaran PBI ini belum dilaksanakan secara optimal karena masih baru bagi guru maupun siswa. Pengalokasian waktu belum efektif terutama pada saat pembegian kelompok dan mengerjakan LKS, karena itu diperlukan tahap selanjutnya atau siklus II dengan harapan dapat mencapai hasil yang optimal DESKRIPSI HASIL SIKLUS II 1. Perencanaan tindakan Perencanaan tindakan dalam siklus II dapat diuraikan sebagai berikut :
Page | 36
pada keaktifan siswa adalah Perhatian, kerjasama dan partisipasi. Hasil pengamatan pada siklus I dapat dideskripsikan seperti pada tabel 4.5 berikut ini:
Pasif 6 (35,3%)
a. Penyusunan RPP untuk siklus I sudah adanya perbaikan baik dari segi waktu dan penambahan media berupa gambar b. Pembentukan kelompok pada siklus II, siswa dibagi dalam kelompok-kelompok seperti pada siklus I. Namun terjadi perubahan pada anggota kelompok, penentuan anggota kelompok tidak lagi berdasarkan pada kemampuan siswa, tapi dilihat dari segi jenis kelamin dan tingkat kemampuan. 2. Pelaksanaan tindakan Pelaksanaan tindakan pada siklus II dapat dideskripsikan sebagai berikut : Tatap muka I dan II dengan RPP materi Mengidentifikasikan Ciri-Ciri Negara Berkembang dan Negara Maju. Metode pembelajaran yang digunakan adalah cooperative model pembelajaran Problem Based Introduction dan dilengkapi dengan LKS. Adapun langkah-langkahnya sama dengan siklus I namun pada siklus II ini sudah diatur waktu seefektif mungkin. Serambi PTK
Jurnal Serambi PTK, Volume 1 No. 1 Juni 2014 ISSN: 2355-9535 Pada pelaksanaan pembelajaran pada siklus II siswa masih belajar secara kelompok, namun dalam kegiatan pembelajaran siswa juga diberikan tugas secara individu. Tugas
No
individu diberikan agar siswa lebih bertanggungjawab dan aktif dalam proses pembelajaran. Tabel di bawah ini dapat memperjelas hasil siklus II.
Tabel 6 Nilai Tes Siklus II Arti Lambang
Hasil
Hasil
Jumlah
Persen
(Angka)
(Huruf)
1
85-100
A
Sangat Baik
4
23,5 %
2
75-84
B
Baik
10
58,6 %
3
65-74
C
Cukup
2
11,8 %
4
55-64
D
Kurang
1
5,9 %
Jumlah
18
100%
Siswa
Ketuntasan belajar pada siklus II dapat ditabulasikan seperti pada tabel 4.12 di bawah ini :
No
Ketuntasan Belajar
Tabel 7 Ketuntasan Belajar Siklus II Jumlah Siswa Jumlah
Persen
1.
Tuntas
15
88,2 %
2.
Belum Tuntas
2
11,8 %
17
100 %
Jumlah
Berdasarkan data tersebut di atas diketahui bahwa siswa yang mencapai ketuntasan sebanyak 15 siswa ( 88,2%) yang berarti sudah ada peningkatan . Rata-
rata kelas pun menjadi meningkat Hasil Nilai Rata- rata Siklus II dapat diperjelas di bawah ini :
Tabel 8 Rata-rata Hasil Tes siklus II Keterangan
No
Nilai
1
Nilai tertinggi
78
2
Nilai Terendah
68
Page | 37
Serambi PTK
Jurnal Serambi PTK, Volume 1 No. 1 Juni 2014 ISSN: 2355-9535 3
Nilai Rata-rata
70
Sumber : Data yang diolah 3. Pengamatan Berdasarkan data yang diperoleh pada siklus II ada peningkatan keaktifan siswa pada proses pembelajaran dibandingkan
Jumlah Siswa 17
dengan pelaksanaan pada siklus I yaitu sebanyak 16 siswa atau 94,1%, sedangkan pasif hanya 1 orang atau 5,9%, untuk lebih jelas dapat dilihat pada table di bawah ini :
Tabel 9 Aktivitas Siswa dalam PBM Siklus II KATEGORI Aktif 16 (94,1%)
4. Refleksi Berdasarkan nilai hasil siklus I dan nilai hasil siklus II dapat diketahui bahwa pembelajaran kooperatif learning model Pembelajaran Problem Based Introduction dapat meningkatkan hasil belajar IPS dan keaktivan siswa khususnya kompetensi dasar Mengidentifikasikan Ciri-Ciri Negara Berkembang dan Negara Maju. PEMBAHASAN Data hasil analisis penilaian proses pembelajaran dari segi hasil dan keaktifan siswa terjadi perubahan tahap demi tahap Jika dibandingkan antara keadaan kondisi awal , siklus I dan siklus II dapat dilihat bahwa saat kondisi awal rata- rata kelas sebesar 4,83 , sedangkan nilai rata-rata kelas siklus II sudah ada peningkatan menjadi 6,67. Adapun kenaikan rata-rata pada siklus II menjadi 7,66. Berdasarkan hasil tes kemampuan awal dengan hasil tes kemampuan siklus I dapat
Pasif 1 (5,9%)
dilihat adanya pengurangan jumlah siswa yang masih di bawah Kriteria ketuntasan Minimal. Pada pra siklus jumlah siswa yang dibawah KKM sebanyak 14 anak dan pada akhir siklus I berkurang menjadi 7 anak. Nilai rata-rata kelas meningkat dari 4,83 menjadi 6,67. Jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan siklus I, Setelah terjadinya perbaikan pada siklus II maka diketahui bahwa siswa yang mencapai ketuntasan sebanyak 16 siswa ( 88,88%) yang berarti sudah ada peningkatan . Rata-rata kelas pun menjadi meningkat. Hasil antara pra siklus, siklus I dan siklus II ada perubahan secara signifikan , hal ini ditandai dengan peningkatan jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar . dari hasil tes akhir siklus II ternyata lebih baik dibandingkan dengan tingkat ketuntasan belajar siswa pada siklus I dan pra siklus. Perbandingan Hasil Tes Pra siklus, siklus I dan Siklus II, dapat dideskripsikan pada tabel berikut ini :
Tabel 10 Perbandingan Hasil Tes Pra siklus, siklus I dan Siklus II NO HasilLambang Hasil Arti Pra Model Model Evaluasi Lambang tindakan Siklus I Siklus Angka II
Page | 38
Serambi PTK
Jurnal Serambi PTK, Volume 1 No. 1 Juni 2014 ISSN: 2355-9535 1
85-100
A
Sangat Baik
1
3
4
2
75-84
B
Baik
3
7
10
3
65-74
C
Cukup
6
4
2
4
55-64
D
Kurang
7
3
1
17
17
17
Jumlah
No
Tabel 11 Perbandingan ketuntasan nilai rata-rata Pra siklus,siklus I dan siklus II Jumlah siswa Uraian Rata-Rata Tuntas Belum Tuntas
1
Kondisi Awal
3
14
40,83
2
Siklus I
12
6
60,67
3
Siklus II
15
2
70,66
No
Keterangan
Tabel 12 Rata-rata Hasil Tes siklus II Nilai Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
1
Nilai tertinggi
65
78
83
2
Nilai Terendah
35
68
70
3
Nilai Rata-rata
5,5
70
75
Atas dasar informasi pada tabel-tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif learning model Pembelajaran Problem Based Introduction khususnya pada penguasaan kompetensi dasar Mengidentifikasikan Ciri-Ciri Negara Berkembang dan Negara Maju ada peningkatan. Proses pembelajaran pada pra siklus menunjukkan bahwa siswa masih pasif, karena tidak diberi respon yang menantang. Siswa masih bekerja secara individual, tidak tampak kreatifitas siswa maupun gagasan yang Page | 39
muncul. Siswa terlihat jenuh dan bosan tanpa gairah karena pembelajaran selalu monoton. Proses pembelajaran pada siklus I sudah menunjukkan adanya perubahan, meskipun belum semua siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran . Hal ini dikarenakan kegiatan yang bersifat kelompok ada anggapan bahwa prestasi maupun nilai yang di dapat secara kelompok . Dari hasil pengamatan telah terjadi kreatifitas dan keaktifan siswa secara mental maupun motorik , karena kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan permainan serta perlu kecermatan dan Serambi PTK
Jurnal Serambi PTK, Volume 1 No. 1 Juni 2014 ISSN: 2355-9535 ketepatan . Ada interaksi antar siswa secara individu maupun kelompok , serta antar kelompok. Masing-masing siswa ada peningkatan latihan bertanya dan menjwab antar kelompok , sehingga terlatih ketrampilan bertanya jawab. Terjalin kerjasama antar kelompok. Ada persaingan positif antar kelompok mereka saling berkompetisi. Proses pembelajaran pada siklus II sudah menunjukkan semua siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini dikarenakan sekalipun kegiatan bersifat kelompok namun ada tugas individual yang harus dipertanggung jawabkan, karena ada kompetisi kelompok maupun kompetisi
individu.. Dari hasil pengamatan telah terjadi kreatifitas dan keaktifan siswa secara mental maupun motorik, yang memerlukan kecermatan dan ketepatan Ada interaksi antar siswa secara individu maupun kelompok , serta antar kelompok. Masing- masing siswa ada peningkatan latihan bertanya jawab dan bisa mengkaitkan dengan mata pelajaran lain maupun pengetahuan umum, sehingga disamping terlatih ketrampilan bertanya jawab , siswa terlatih berargumentasi. Ada persaingan positif antar kelompok untuk penghargaan dan menunjukkan jati diri pada siswa. Untuk memperjelas data dapat dilihat pada table berikut :
Tabel 13 Aktivitas Siswa dalam PBM Siklus II KATEGORI
Jumlah Siswa
Pra Siklus (Persentase) Aktif Pasif 5 (29,4%)
12 (70,6%)
Siklus I ( Persentase) Aktif Pasif 11 (64,7%)
Secara umum dari hasil pengamatan dan tes sebelum pra siklus, hingga siklus II dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan pembelajaran kooperatif learning model Problem Based Introduction dapat meningkatkan hasil belajar IPS kompetensi dasar Mengidentifikasikan Ciri-Ciri Negara Berkembang dan Negara Maju. KESIMPULAN Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas yang telah Penulis lakukan dapat disimpulkan bahwa : 1. Penerapan pembelajaran kooperatife Learning moodel Problem Based Introduction (PBI) dapat meningkatkan prestasi belajar IPS meteri Mengidentifikasikan Ciri-Ciri Negara Berkembang dan Negara Maju, bagi siswa kelas VIII/A semester 2 SMP Negeri 1 Page | 40
6 (35,3%)
Siklus II (Persentase) Aktif Pasif 16 (94,1%)
1 (5,9%)
Darul kamal tahun Pelajaran 2010/2011 yang dibuktikan dengan peningkatan nilai. 2. Penerapan pembelajaran kooperatife Learning moodel Problem Based Introduction (PBI) dapat meningkatkan aktivitas belajar IPS meteri Mengidentifikasikan Ciri-Ciri Negara Berkembang dan Negara Maju, bagi siswa kelas VIII/A semester 2 SMP Negeri 1 Darul kamal tahun Pelajaran 2010/2011 yang dibuktikan meningkatnya keaktifan siswa. DAFTAR PUSTAKA B. Suryosubroto. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Depdiknas. 2001. Buku 1 Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Sekolah. Jakarta:
Depdiknas.
Serambi PTK
Jurnal Serambi PTK, Volume 1 No. 1 Juni 2014 ISSN: 2355-9535 .............2006. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pengetahuan Sosial Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta : Puskur Balitbang Depdiknas. Indra Jati Sidi. 2004. Pelayanan Profesional, Kegiatan BelajarMengajar yang Efektif. Jakarta: Puskur Balitbang Depdiknas. Nana Sudjana. 2002. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Purwadi Suhandini. 2000. Penelitian Tindakan Kelas. Semarang: Lemlit UNNES. Puskur Balitbang Depdiknas. 2003. Supardi, Suharsimi Arikunto, Model-model Pembelajaran Efektif. Suhardjono. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Yakarta: Bumi Aksara. Tim MKDK IKIP Semarang. 1990. Psikologi Belajar. Semarang: IKIP Semarang Press. Zainal Aqib. 2007. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru. Bandung: Yrama Widy
Page | 41
Serambi PTK
Jurnal Serambi PTK, Volume 1 No. 1 Juni 2014 ISSN: 2355-9535 UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA PADA KOMPETENSI DASAR MENERIMA DAN MENCATAT PERMINTAAN RESERVASI PELAJARAN MEMEROSES RESERVASI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TPS(THINK PAIR SHARE) DI KELAS XI AP2 SMK NEGERI 8 MEDAN TA. 2013 – 2014
SUNARTI (Guru SMK Negeri 8 Medan) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan teknik menetapkan kamar (room assignment) siswa dengan menggunakan model pembelajaran TPS (Think Pair Share) pada kompetensi Memproses Reservasi di kelas XI AP-2. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Objek penelitian dalam PTK adalah antusias siswa dalam kegiatan pembelajaran, menyambut tamu, menerima pesanan, menetapkan kamar, pengisian formulir dan menanyakan metode pembayaran tamu sampai pada pemberian konfirmasi kepada tamu . Subjek penelitian sebanyak 35 orang siswa. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah observasi yang dilakukan pada siswa. Berdasarkan observasi hasil penelitian persentase tingkat kemampuan menetapkan kamar (room assignment) siswa meningkat dari 32 orang siswa terdapat 24,4% siswa yang memiliki kemampuan menetapkan kamar sangat baik, 61% siswa yang memiliki kemampuan menetapkan kamar baik, dan 14,6% siswa tingkat kemampuan menetapkan kamar cukup. Persentase hasil tingkat ketuntasan kemampuan menerima dan memeroses reservasi siswa dari 32 orang siswa pada siklus I pertemuam I mencapai 24,,4% siswa yang tuntas dan 75,6% siswa tidak tuntas. Siklus I pertemuan II terdapat 41,5% siswa yang tuntas dan 58,5% siswa yang tidak tuntas. Pada siklus II pertemuan I terdapat 58,5% siswa yang tuntas dan 41,5% siswa yang tidak tuntas sedangkan pada siklus II pertemuan II meningkat menjadi 100% atau 32 orang siswa yang tuntas. Dengan demikian sebagai kesimpulan adalah bahwa penerapan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran TPS dapat meningkatkan kemampuan menetapkan kamar dalam memeroses reservasi di kelas XI Akomodasi Perhotelan 2 SMK Negeri 8 Medan Kata Kunci : Reservasi, TPS
PENDAHULUAN Berdasarkan Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) khususnya Standar Kompetensi Memeroses Reservasi berorientasi pada hakikat pembelajaran praktik yang difokuskan pada penanganan penerimaan dan pencatatan permintaan reservasi di hotel. Pada kompetensi dasar Menerima dan memeroses reservasi, siswa diharapkan mampu menangani prosedur pelaksanaan reservasi di hotel, dimana guru berperan sebagai tamu. Urutan kegiatan / prosedur yang harus dilakukan siswa dimulai dengan menyambut dan menawarkan bantuan kepada tamu, sampai pada penetapan/penentuan jenis kamar sesuai permintaan tamu. Hingga pada pengisian formulir, konfirmasi metode pembayaran dan persiapan kedatangan tamu tiba oleh petugas reservasi (Reservation Clerk). Dalam proses penanganan permintaan reservasi, penulis hanya memfokuskan pada Page | 42
penetapan kamar untuk tamu, kemampuan menetapkan kamar tamu sangat mendukung proses pencatatan permintaan reservasi, Dengan memiliki kemampuan pencatatan dan dokumen pemesanan kamar , maka pelayanan yang diberikan kepada tamu akan maksimal Berdasarkan pengalaman di lapangan (empiris) diketahui bahwa kemampuan menetapkan kamar siswa kelas XI AP-2 SMK Negeri 8 Medan dalam proses pembelajaran masih rendah. Dari data yang ada menunjukan dari hasil perolehan nilai tersebut dari jumlah 32 orang siswa, hanya 36,59% (12 siswa) yang mendapat nilai 75 keatas ( kriteria ketuntasan minimal), sedangkan sisanya atau sebanyak 63.41% (20 siswa) mendapat nilai dibawah 7.5. Selain itu, dari tugas sebelumnya yang diberikan oleh guru tidak menampakkan adanya peningkatan kemampuan pencatatan dan dokumen pemesanan kamar.
Serambi PTK
Jurnal Serambi PTK, Volume 1 No. 1 Juni 2014 ISSN: 2355-9535 Bedasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti mencoba membuat penelitian melalui penelitian tindakan kelas dengan judul “ Upaya Meningkatkan Kemampuan Siswa pada Kompetensi Dasar Menerima dan Mencatat Permintaan Reservasi Pelajaran Akomodasi Perhotelan dengan Menggunakan Model Pembelajaran TPS (Think Pair Share) di kelas XI AP-2 SMK Negeri 8 Medan TA 2013 / 2014”. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan batasan masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ Apakah dengan menggunakan model pembelajaran TPS (Think Pair Share) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam pencatan dan dokumen pemesanan kamar siswa pada Pelajaran Memproses Reservasi ? TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah model pembelajaran TPS ( Think Pair Share) dapat meningkatkan kemampuan keterampilan siswa kelas XI AP-2 SMK Negeri 8 Medan pada Tahun Pelajaran 2013/2014 KAJIAN TEORITIS Kemapuan adalah suatu kecakapan atau potensi yang dimiliki oleh seseorang untuk melakukan suatu tindakan. Kemampuan menunjukan bahwa suatu tindakan dapat dilaksanakan sekarang. Kemampuan adalah kata yang sudah mengalami afiksasi ( pengimbuhan) dengan kata dasar mampu berarti sanggup. Menurut Chaplin (2009) ability ( kemampuan, kecakapan, ketangkasan, bakat, kesanggupan) merupakan tenaga (daya kekuatan) untuk melakukan suatu perbuatan. Sedangkan menurut Robbins (2008) kemampuan bisa merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir, atau merupakan hasil latihan atau praktek. Reservasi (Ni Wayan Suwithi 2008) adalah suatu proses permintaan pemesanan kamar dan fasilitas lain yang diinginkan oleh calon tamu untuk periode tertentu. Menerima permintaan pemesanan kamar adalah kegiatan atau proses mengumpulkan informasi atau data tentang calon tamu dan orang yang melakukan pemesanan kamar, oleh petugas reservasi/reservation clerk sebelum tamu menginap di hotel. Page | 43
Kemampuan dalam menerima permintaan pemesanan kamar sangat tergantung pada pencatatan dan dokumen pemesanan kamar. Sebelum memiliki kemapuan Menerima permintaan pemesanan kamar, seorang Reservation Clerk harus memiliki pengetahuan dasar tentang hotel, yang meliputi jenis jenis kamar berdasarkan lokasi, fungsi dan tempat tidur / bed dan dapat melakukan pencatatan dan dokumen pemesanan kamar. Apabila pengetahuan tersebut belum dipahami atau di kuasai oleh seorang reservation clerk maka operasional hotel khususnya pelayanan di front office akan terhambat karena tamu akan merasa tidak puas atas pelayanan yang diberikan. Faktor lain yang mendukung kemampuan menerima dan memproses reservasi adalah mengetahui produk hotel di tempat kerjanya. MODEL PEMBELAJARAN TPS ( THINK PAIR SHARE) Model think pair share merupakan salah satu dari pembelajaran kooperatif yang mengutamakan kerja sama antar siswa dalam kelompok. Model think pair and share berarti memberikan waktu kepada siswa untuk memberikan jawaban dari pertanyaan atau permasalahan yang akan diberikan guru. Siswa saling membantu dalam menyelesaikan masalah tersebut dengan kemampuan yang dimiliki masing – masing. Sebagai contoh media pembelajaran kartu kata atau kalimat adalah media yang digunakan dalam pembelajaran yang berisi kata atau kalimat tunggal. Media pembelajaran ini berfungsi untuk memudahkan siswa dalam menyelesaikan masalah kelompok. Misalnya guru memberikan sebuah wacana rumpang, setiap siswa, kemudian setiap siswa memikirkan jawaban yang tepat untuk mengisi kata atau kalimat yang hilang tersebut dengan kata atau kalimat yang tepat. Kartu kata dan kartu kalimat yang telah dibagikan dalam setiap kelompok dapat digunakan untuk mengisi kata atau kalimat yang hilang. Siswa saling bekerja sama untuk mengisi wacana rumpang tersebut. Menurut Munawaroh (2005: 31 – 32) langkah langkah dalam pembelajaran kooperatif medel think pair and share adalah berikut ini : 1. Berpikir (thinking): guru mengajukan pertanyaan atau isu atau meteri mengenai mata pelajaran tertentu dan siswa diberi Serambi PTK
Jurnal Serambi PTK, Volume 1 No. 1 Juni 2014 ISSN: 2355-9535 waktu untuk berpikir sendiri mengenai jawaban pertanyaan 2. Berpasangan (pairing): selanjutnya guru meminta kepada siswa untuk berpasangan. Namun, jika tidak memungkinkan, maka kelas dapat berbentuk kelompok dengan anggota empat sampai lima orang. Interaksi selama periode ini dapat menghasilkan jawaban jika suatu pertanyaan telah diajukan atau penyampaian ide bersama. 3. Berbagi ( sharing): pada langkah ini guru meminta pasangan pasangan tersebut atau kelompok tersebut untuk berbagi atau bekerja sama dengan kelas secara keseluruhan mengenai apa yang telah mereka bicarakan. Langkah ini akan menjadi efektif jika guru berkeliling kelas dari kelompok yang satu ke kelompok yang lain sehingga hampir setengah dari jumlah kelompok di dalam kelas mempunyai kesempatan untuk melaporkan hasil pekerjaannya. Model pembelajaran think pair and share merupakan struktur kegiatan pembelajaran gotong royong. Model ini memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sendiri dan bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan lain dari pembelajaran kooperatif ini adalah optimalisasi partisipasi siswa. Model think pair and share ini memberi kesempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada siswa untuk dikenali dan menunjukan partisipasi mereka kepada. Pembelajaran Memproses Reservasi diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam menerima dan mencatat permintaan reservasi kamar sehingga tidak terjadi kelebihan pemesanan kamar (over booking) sehingga anak dapat memberikan pelayan yang baik terhadap kepuasan tamu.
METODE PENELITIAN Penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam menerima dan mencatat permintaan reservasi dengan menggunakan model pembelajaran TPS (Think Pair Share) di kelas XI AP-2 SMK Negeri 8 Medan Tahun Ajaran 2013/2014. Page | 44
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI AP-2 yang berjumlah 35 orang siswa SMK Negeri 8 MedanTahun Ajaran 2013/2014. Penelitian dilaksanakan di kelas XI AP2 SMK Negeri 8 Medan Tahun Ajaran 2013/2014. Penelitaian ini dilaksanakan selama 3 bulan mulai kegiatan persiapan sampai pelaksanaan tindakan. PROSEDUR PENELITIAN Penelitian ini langsung dilakukan di dalam kelas meliputi kegiatan pelaksanaan PTK berupa tes awal, refleksi awal dan observasi untuk mengidentifikasi permasalahan yang terjadi di kelas. Pada peneltian ini, peneliti dibantu oleh seorang guru Bimbingan Konseling dalam mengidentifikasi dan mencari pemecahan masalah pembelajaran dalam mata pelajaran Memeroses Reservasi kelas XI AP1 SMK Negeri 8 Medan Tahun Ajaran 2013/2014. Pelaksanaan dilakukan selama dua siklus. a. Siklus I 1. Perencanaan Pada tahap ini, peneliti mengadakan beberapa kali pertemuan, dengan pertemuan tersebut dikaji kurikulum sebagai acuan untuk materi pelajaran antara lain : a. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) b. Membuat rencana katercapain pembelajaran (RKP) c. Membuat bahan ajar / materi (PPT) d. Membuat media pembelajaran 2. Pelaksanaan Kegiatan yang dilaksanakan pada tahab ini adalah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disusun dengan memperlihatkan tindakan yang ingin diterapkan yaitu metode simulasi. Pelaksanaan tindakannya yaitu : a. Guru menerangkan prosedur kerja b. Guru memberikan contoh percakapan penerimaan pemesanan kamar. c. Guru memberikan kasus permintaan kamar d. Guru memberikan metode pencatatan setiap formulir pemesanan kamar 3. Pengamatan Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini untuk mengetahui kondisi dan keaktifan siswa dalam melakukan tugas yang diberikan, mengetahui seberapa jauh Serambi PTK
Jurnal Serambi PTK, Volume 1 No. 1 Juni 2014 ISSN: 2355-9535 penerapan model pembelajaran TPS dalam meningkatkan keterampilan menerima dan mencatat permintaan reservasi. Dapat dilihat dari katagori penilaian dalam pengamatan yaitu faktor. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
Setelah melakukan penelitian sebanyak 2 siklus ( 4 x pertemuan ) dapat disimpulkan bahwa penerapan TPS ( think pair share ) pada pelajaran Memproses Reservasi baik secara individual maupun secara klasikal, hal ini dapat juga dilihat dari hasil data rekapitulasi mulai dari siklus I sampai dengan siklus II.
Tabel I Rekapitulasi Peningkatan Hasil Observasi Tingkat Kemampuan Menerima dan Mencatat Permintaan Pada Siklus I ( Pertemuan I dan II ) dan Siklus II ( Pertemuan I Dan II ) Nama Siswa Siklus I Siklus I Siklus II Siklus II Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan I Pertemuan II % Kategori % Kategori % Kategori % Kategori 84 % Baik 84 % Baik 86 % Sangat 84% Baik Ade Ray Baik Agnes 72 % Cukup 72 % Cukup 80 % Baik 75% Baik Yolanda Alvin 71 % Cukup 71 % Cukup 71 % Cukup 77% Baik Anita 83 % Baik 83 % Baik 83 % Baik 83% Baik Apriliani 70 % Cukup 70 % Cukup 79 % Cukup 79% Baik 72.5 % Cukup 72.5 % Cukup 72.5 Cukup 77.5% Baik Ari Chisco % 86.5 % Sangat 86.5 % Sangat 86.5 Sangat 89% Sangat Asri Anisya Baik Baik % Baik Baik 71 % Cukup 71 % Cukup 71 % Cukup 87% Sangat Dedek Mario Baik Delima 85 % Sangat 85 % Sangat 85 % Sangat 85% Sangat Fadilah Baik Baik Baik Baik Desra Uli 84 % Baik 84 % Baik 84 % Baik 84% Baik Dinda 74 % Cukup 74 % Cukup 74 % Cukup 76.5% Baik Larasati Dinda 71.5 % Cukup 71.5 % Cukup 85 % Sangat 77.5% Baik Paramita Baik Dinda Putri 81 % Baik 81 % Baik 81 % Baik 81% Baik 77.5 % Baik 77.5 % Baik 77.5 Baik 77.5% Baik Dinda Shaffa % 68.5 % Cukup 68.5 % Cukup 72.5 Cukup 85.5% Sangat Dwi Mutia % baik Felix 82 % Baik 82 % Baik 82 % Baik 82% Baik Christian Karmelita 71 % Cukup 71 % Cukup 71 % Cukup 75% Baik Liza Wilda 76 % Baik 76 % Baik 76 % Baik 76% Baik Mardinus 80.5 % Baik 80.5 % Baik 80.5 Baik 80.5% Baik Halawa % Natasya Ika 82.5 % Baik 82.5 % Baik 82.5 Baik 82.5% Baik Putri % Nisha Lovita 84 % Baik 84 % Baik 84 % Baik 84% Baik Nova 62 % Cukup 62 % Cukup 76 % Baik 79% Baik Roulina Page | 45
Serambi PTK
Jurnal Serambi PTK, Volume 1 No. 1 Juni 2014 ISSN: 2355-9535 Puspita Habibah Rama Adelina Reka Dayana Rika Dwijayanti Riska Ramadhani Risk Ade Fitri Sarah Tisa Tazari Putri Novianti Novia Asri Umi Syafitri Vinkan Dwi Agustin Yullia Willdannul A. Jumlah Rata-rata Kategori Keterangan :
84 %
Baik
84 %
Baik
84 %
Baik
84%
Baik
89 %
89 %
Sangat Baik Baik Baik
89%
67 % 80.3 %
Sangat Baik Cukup Baik
89 %
67 % 58 %
Sangat Baik Cukup Kurang
76% 80.3%
Sangat Baik Baik Baik
83.5 %
Baik
83.5 %
Baik
Baik
83.5%
Baik
85 %
85 %
83 % 75 % 81.5 %
Sangat Baik Baik Sangat Baik Baik Baik Baik
83% 75% 81.5%
Sangat Baik Baik Sangat Baik Baik Baik Baik
84 %
Baik
84 %
Baik
83 % 75 % 81.5 % 84 %
Sangat Baik Baik Sangat Baik Baik Baik Baik
85 %
83 % 56 % 81.5 %
Sangat Baik Kurang Sangat Baik Baik Kurang Baik
Baik
84%
Baik
57.5 %
Kurang
74%
Cukup
74 %
Cukup
78%
Baik
57 % 88 %
2564.1 73.26 Cukup Sangat Baik Baik Cukup Kurang
76 % 88 %
2739.9 78.28 Baik
79 % 80.5 % 83.5 % 85 % 76 % 88 %
2789 79.69 Baik
76% 88%
2840.8 81.17 Baik
: 85 % - 100 % : 75 % - 84 % : 60 % - 74 % : 0 % - 59 %
Tabel II Rekapitulasi Perubahan Tingkat Kemampuan Menerima Secara Klasikal Pada Siklus I dan Siklus II No Kategori SiklusI Pertemuan SiklusI Pertemuan I II Jlh % Jlh % 1 Sangat Baik 4 11.42% 5 14.28%
dan Mencatat permintaan Reservasi SiklusII Pertemuan I Jlh % 7 20 %
Siklus II Pertemuan II Jlh % 7 20 %
2
Baik
15
42.86%
18
51.43%
20
57.14 %
28
80 %
3
Cukup
11
31.43%
12
34.29%
8
22.86 %
0
0%
4
Kurang
5
14.29%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
35
100%
35
100%
35
100%
35
100%
Jumlah
Page | 46
Serambi PTK
Jurnal Serambi PTK, Volume 1 No. 1 Juni 2014 ISSN: 2355-9535 Hasil data diatas pda kemampuan mengolah makanan dari daging di siklus I pada pertemuan Idan 2 mengalami peningkatan, begitu pula di siklus II pada pertemuan I dan II juga mengalami peni ngkatan yakni; 1. Pada Kriteria sangat baik mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar20 % atau7 orang siswa
2. Pada kriteria baik mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 80 % atau28 orang siswa 3. Sedangkan kriteria cukup dan kurang pada siklus I ke siklus II mengalami penurunan hingga ) %dan tidak ada siswa yang kurang dari batas tuntas (KKM)
Tabel III Rekapitulasi Persentase Hasil Tingkat Ketuntasan Kemampuan Menerima dan Mencatat Permintaan reservasi Secara Klasikal Pada Siklus I Dan II No Tingkat Siklus I Siklus I Siklus II Siklus II Ketuntasan Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan I Pertemuan II Jlh
%
Jlh
%
Jlh
%
Jlh
%
1
Tuntas 75%
≥ 20
57.14%
22
62.86%
27
77.14 %
35
100 %
2
Tidak Tuntas 15 ≤ 75%
42.86%
13
37.14%
8
22.86 %
0
0%
Jumlah
100%
35
100%
35
100 %
35
100 %
35
KESIMPULAN Dari hasil pembahasan yang telah dikemukakan pada bab-bab sebelumnya serta analisis yang telah ada, maka peneliti peroleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Penggunaan Model Pembelajaran TPS ( think pair share ) dapat meningkatkan ketrampilan siswa pada pelajaran Memproses Reservasi di kelas XI Ap-2 SMK. Negeri 8 Medan Tahun Ajaran 2012/2013 2. Penelitian dibagi menjadi II siklus, setiap siklus terdiri dari 2 x pertemuan, peneliti menggunakan analisis data observasi 3. Hasil penelitian berdasarkan observasi yang dilakukan oleh guru
Riyanto, Yatim, 2010 Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi BagiGuru/Pendidik Dalam Implementasi Pembelajaran Yang Efektif Dan Berkualitas, Jakarta: Kencana Trianto, 2009, Mendesain Model Pembelajaran Inofatif-Progresif, Jakarta: Kencana Philip Dowell , Andrian Bailey, 1985, The Book Of Ingredients, London Endah Saraswaty, Dra, 1999/2000, Aneka Masakan Dari Daging, Jakarta Liliek Saripah, Dra, Maria Giovani, Dra, 1984, Pengetahuan Pengolahan DanPenyajian Makanan, Jakarta Rosmaidar, Dra. 1996/1997 ,Teknik Pengolahan Bahan Makanan, Jakarta
DAFTAR PUSTAKA Aqib, Zainal, Maftuh, M, Sujak, Kawentar, 2009, Penelitian Tindakan Kelasuntuk Guru SMP, SMA, SMK, Bandung : Yrama Widya Page | 47
Serambi PTK
Jurnal Serambi PTK, Volume 1 No. 1 Juni 2014 ISSN: 2355-9535
MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MENYEDIAKAN LAYANAN GUERIDON SERVICE KEAHLIAN TATA BOGA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARANTPS (THINK PAIR SHARE) DI KELAS XI BOGA 3 SMK NEGERI 8 MEDAN T.A 2013-2014 Azizah (Guru SMK Negeri 8 Medan) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untu mengetahui peningkatan kemampuan menyediakan layanan Gueridon Service siswa dengan menggunakan model Pembelajaran TPS (Think Pair Share) pada pelajaran melayani makanan dan minuman di Kelas XI Boga 3. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Objek penelitian tindakan kelas ini adalah antusias siswa dalam kegiatan pembelajaran, menjelaskan pengerian gueridon service, menjelaskan peralatan yang digunakan dalam penyajian gueridon service, kemampuan berkomunikasi dengan tamu, menyediakan layanan secara gueridon service, memasak makanan dihadapan tamu dengan teknik flambee dan bekerja sama. Subjek penelitian sebanyak 35 orang siswa. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah observasi yang dilakukan pada siswa. Berdasarkan observsi penelitian persentase tingkat kemampuan siswa dalam menyediakan layanan gueridon service meningkat dari 35 orang siswa terdapat 24,4% siswa yang memiliki kemampuan kemampuan dalam menyediakan layanan gueridon service sangat baik, 61% siswa yang memiliki kemampuan dalam menyediakan layanan gueridon service baik, dan 14,6% tingkat kemampuan dalam menyediakan layanan gueridon service cukup. Persentase hasil tingkat ketuntasan kemampuan dalam menyediakan layanan gueridon service dari 35 orang siswa pada siklus I pertemuan I mencapai 24,4% siswa yang tuntas dan 75,6% siswa tidak tuntas. Siklu I pertemuan II, terdapat 41,5% siswa yang tuntan dan 58,5% siswa yang tidak tuntas. Pada Siklus II Pertemuan I, terdapat 58,5% siswa yang tuntas dan 41,5% siswa yang tidak tuntas, sedangkan pada Siklus II pertemuan II, meningkat jadi 100% atau 365 orang siswa yang tuntas. Dengan demikian, dengan menggunakan model pembelajaran TPS (Think Pair Share) dapat meningkatkan dalam menyediakan layanan gueridon service siswa. Kata Kunci : Gueridon Service, Tata Boga, Tps (Think Pair Share) PENDAHULUAN Berdasarkan kurikulum Nasional kompetensi melayani makanan dan minuman pada hakekatnya adalah pembelajaran praktek yang berorientasi pada bagaimana siswa dapat menyajikan makanan ke hadapan tamu di restoran secara baik dan benar serta menghidangkan sesuai dengan standard operation procedure (SOP) mulai dari tamu masuk ke restoran hingga tamu meninggalkan restoran. Sesuai dengan judul penelitian tindakan kelas penulis yaitu meningkatkan kemampuan siswa dalam menyediakan
Page | 48
layanan gueridon service keahlian tata boga dengan menggunakan model pembelajaran TPS (think pair share) di kelas XI Boga 3 Smk Negeri 8 Medan penulis hanya memfokuskan pada kemampuan menyajikan makanan dengan cara “flambing”. Berdasarkan pengalaman di lapangan (empiris) diketahui bahwa kemampuan menyajikan makanan dengan cara flambing siswa kelas XI Boga 3 SMK Negeri 8 Medan dalam proses pembelajaran masih rendah. Dari data yang ada menunjukkan hasil perolehan nilai tersebut dari jumlah siswa 35 orang, hanya 36,59% (15 siswa) yang
Serambi PTK
Jurnal Serambi PTK, Volume 1 No. 1 Juni 2014 ISSN: 2355-9535
mendapat nilai 75 ke atas (batas ketuntasan guru), sedangkan sisanya atau sebanyak 63,41% (20 siswa) mendapat nilai di bawah 75. Selain itu, dari tugas sebelumnya yang diberikan oleh guru tidak menampakkan adanya peningkatan kemampuan menyajikan makanan dengan cara flambing. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti mencoba membuat penelitian melalui penelitian tindakan kelas dengan judul “Meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam Menyediakan Layanan Gueridon Service Keahlan Tata Boga Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Tps (Think Pair Share) Di Kelas Xi Boga 3 Smk Negeri 8 Medan T.A 2013-2014”. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ Apakah dengan menggunakan model pembelajaran TPS (Think Pair Share) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyediakan layanan dengan cara flambing dari penyajian gueridon service di kelas XI Boga 3 SMK Negeri 8 Medan T.A 2013/2014. TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan apakah model pembelajaran TPS (Think Pair Share) dapat meningkatkan kemampuan siswa menyajikan makanan dengan cara flambing dari penyajian gueridon service kelas XI Boga 3 SMK Negeri 8 Medan Tahun Ajaran 2013/2014. KAJIAN TEORITIS Menurut Chaplin (2009) ability (kemampuan, kecakapan, ketangkasan, bakat, kesanggupan) merupakan tenaga (daya kekuatan) untuk melakukan suatu perbuatan. Sedangkan menurut Robbins (2008) kemampuan bisa merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir, atau hasil latihan atau praktek. Dalam usaha pelayanan, terutama restoran yang berada di hotel akan dijumpai beberapa macam tipe pelayanan (types of Page | 49
service) yang memiliki prosedur pelayanan yang khas dan menggunakan jenis peralatan tersendiri. Salah satu pelayanan di restoan yaitu Gueridon Service. Gueridon Service adalah pelayanan mempergunakan trolly dimana dalam pelaksanaan penyajiannya dilakukan dengan cara flambing. Cara penghidangan Gueridon Service merupakan salah satu penghidangan yang mewah, karena dalam cara penghidangan ini dipergunakan pinggan (platter), alat pemanas, atau alat khusus untuk memasak makanan di hadapan para tamu di atas sebuah meja kecil (gueridon). Tipe pelayanan ini memerlukan tenaga yang profesional. Dan pada umumnya dalam cara ini memerlukan dua orang. Cara pelayanan ini berbeda dengan cara pelayanan yang lain karena makanan disajikan di atas meja kecil (gueridon). Gueridon yang dilengkapi taplak khusus, diletakkan di dekat meja tamu, dilengkapi dengan alat pemanas, alat memasak khusus (flambee rechaud) ataupun tempat memotong dan mengiris daging (cutting board), dan tinggi meja kecil ini adalah setinggi meja tamu. Dalam penyajian ini, makanan yang akan disuguhkan sebagian penyiapannya telah dilaksanakan di dapur oleh chef, dan di restoran diracik lagi atau dipotong-potong (carving), dikeluarkan tulangnya khususnya ikan (boning), dimasak (flambeeing) ataupun membuat bumbu dan membuat salad, semuanya ini dilaksanakn oleh chef deng rang. Hidangan lain seperti sop dari tempat sop ke mangkok sop dilakukan dengan mempergunakan sendok (soup ladle) di atas gueridon di hadapan tamu. Jadi cara penghidangan ini selalu meracik makanan di atas gueridon di hadapan tamu. MODEL PEMBELAJARAN TPS (THINK PAIR SHARE) Menurut Spencer Kagan (dalam Zainal Aqib 2009:43) menyatakan bahwa think pair share memberikan kesempatan kepada siswa memikirkan sendiri jawaban dari pernyataan yang kemudian berdiskusi
Serambi PTK
Jurnal Serambi PTK, Volume 1 No. 1 Juni 2014 ISSN: 2355-9535
dengan pasangannya untuk mencapai konsensus atas jawaban tersebut dan akhirnya guru meminta siswa untuk berbagi jawaban yang mereka sepakati kepada semua siswa di kelas. Langkah-langkah Penggunaan Pembelajaran dengan TPS (Think Pair Share) Menurut Munawaroj (2005: 31-32) langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif model Think Pair Service adalah sebagai berikut: a. Berpikir (thinking): guru mengajukan pertanyaan atau isu atau materi mengenai mata pelajaran tertentu dan siswa diberi waktu untuk berpikir sendiri mengenai jawaban pertanyaan tersebut. b. Berpasangan (pairing): selanjutnya guru meminta kepada siswa untuk berpasangan. Namun, jika tidak memungkinkan, maka kelas dapat dibentuk kelompok dengan anggota empat sampai lima orang. Interaksi selama periode ini dapat menghasilkan jawaban bersama jika suatu pertanyaan telah diajukan atau penyampaian ide bersama. c. Berbagi (sharing): pada langkah ini guru meminta pasangan-pasangan tersebut atau kelompok tersebut untuk berbagi atau bekerja sama dengan kelas secara keseluruhan mengenai apa yang telah mereka bicarakan. Langkah ini akan menjadi efektif jika guru berkeliling kelas dari kelomok yang satu ke kelompok yang lain sehingga hampir setengah dari jumlah kelompok di dalam kelas mempunyai kesempatan untuk melaporkan hasil pekerjaan. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI Boga 3 SMK Negeri 8 Medan Tahun Ajaran 2013-2014, dan dilaksanakan selama 3 bulan mulai kegiatan persiapan sampai pelaksanaan tindakan. Subjek dalam Page | 50
penelitian ini adalah siswa kelas XI Boga 3 yang berjumlah 35 orang siswa di SMK Negeri 8 Medan Tahun Ajaran 2013-2014. Penelitian ini langsung dilakukan di dalam kelas meliputi kegiatan pelaksanaan PTK berupa tes awal, refleksi awal dan observasi untuk mengidentifikasi permasalahan yang terjadi di kelas. Pada penelitian ini, peneliti di bantu oleh seorang guru dalam mengidentifikasi dan mencari pemecahan masalah pembelajaran dalam menyediakan layanan gueridon service secara flambing di Kelas XI Boga 3 SMK Negeri 8 Medan Tahun Ajaran 2013-2014. Pelaksanaan PTK dilakukan selama dua siklus. Siklus I 1. Perencanaan Pada tahap ini, peneliti mengadakan beberapa kal pertemuan, dengan pertemuan pertama tersebut dikaji kurikulum sebagai acuan untuk materi pelajaran antara lain : a. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) b. Menyusun silabus c. Membuat program pembelajaran d. Membuat program tahunan / program semester e. RKP 2. Pelaksanaan Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disusun dengan memperlihatkan tindakan yang ingin di terapkan yaitu metode simulasi. Pelaksanaan tindakannya yaitu: a. Guru memberikan sebuah percakapan b. Guru menjelaskan secara singkat materi ini akan diajarkan dengan kompetensi dasar yang akan dicapai c. Guru mengawali dengan mengajukan beberapa pertanyaan d. Guru menunjuk seorang siswa yang mengetahui pelayanan e. Guru menunjukkan contoh tata cara pelayanan. 3. Pengamatan Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini untuk mengetahui kondisi dan keaktifan siswa dalam melakukan tugas yang diberikan,
Serambi PTK
Jurnal Serambi PTK, Volume 1 No. 1 Juni 2014 ISSN: 2355-9535
mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang diberikan serta untuk mengetahui seberapa jauh penerapan model pembelajaran TPS dalam meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Dapat dilihat dari kategori penilaian dalam pengamatan yaitu: faktor pengetahun dan keterampilan. a) faktor pengetahuan yang perlu diperhatikan ialah (1) menjelaskan pengerian gueridon service (2) menjelaskan peralatan yang digunakan dalam penyajian gueridon service (3) kemampuan berkomunikasi dengan tamu (b) faktor keterempilan yang perlu diperhatikan ialah (1) menyediakan layanan secara gueridon service (2) memasak makanan dihadapan tamu dengan teknik flambee (3) bekerja sama. 4. Refleksi Refleksi dilakukan berdasarkan hasil analisis data observasi di dalam kelas dan tes hasil belajar siswa. Refleksi ini dilakukan mengarah kepada perbaikan-perbaikan tindakan selanjutnya. Hasil refleksi ini kemudian digunakan sebagai dasar untuk tahap perencanaan pada siklus berikutnya. Setelah siklus I dilakukan, dan belum menunjukkan hasil pada kemampuan siswa dalam keterampilan berbicara, maka dalam hal ini dilaksanakan siklus II dengan tahapan yang sama sebagai berikut: Siklus II 1. Perencanaan Prosedurnya sama seperti siklus I. Rencana tindakan pada siklus II disusun berdasarkan hasil kegiatan dan analisa data pada siklus I. 2. Pelaksanaan Pada tahap ini, kegiatan yang dilaksanakan adalah sama seperti pada siklus I yaitu dengan menggunakan metode simulasi juga, yaitu:
Page | 51
a. Guru memberikan sebuah percakapan b. Guru menjelaskan secara singkat materi ini akan diajarkan dengan kompetensi dasar yang akan dicapai c. Guru mengawali dengan mengajukan beberapa pertanyaan d. Guru menunjuk seorang siswa yang mengetahui pelayanan e. Guru menunjukkan contoh tata cara pelayanan. 3. Pengamatan Kegiatan observasi dan evaluasi yang dilaksanakan sama dengan siklus I dan pelaksanaan observasi juga tetap di bantu oleh guru kelas. Hasil observasi dan evaluasi ditindak lanjuti dengan analisis untuk bahan refleksi. 4. Refleksi Kegiatan refleksi ini dilakukan untuk mempertimbangkan pedoman mengajar yang dilakukan serta melihat kesesuaian yang dicapai dengan yang diinginkan dalam pembelajaran yang dilakukan pada siklus I. Pada akhirnya ditemukan kelemahan dan kekurangan tersebut pada siklus II sudah berkurang. TEKNIK PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA Pengumpulan data dilakukan melalui observasi pada siswa dan guru pada keseluruhan kegiatan mulai dari awal pelaksanaan tindakan sampai berakhirnya pelaksanaan tindakan. Tindakan berupa meningkatkan kemampuan siswa dalam menyediakan layanan gueridon service dengan teknik flambee dengan cara menggunakan model pembelajaran TPS (Think Pair Share) berpikir bepasangan berbagi.
Serambi PTK
Jurnal Serambi PTK, Volume 1 No. 1 Juni 2014 ISSN: 2355-9535
A. Untuk mengetahui keterampilan siswa dalam berbicara, peneliti menilai dari aspek yang terlihat sebagai berikut :
No.
`1.
Indikator
Aspek Pengetahuan
Aspek Keterampilan
2.
Tabel I Keterampilan siswa dalam berbicara Skala Penilaian Deskriptor 1 2 3 a. Menjelaskan pengerian gueridon service b. Menjelaskan peralatan yang digunakan dalam penyajian gueridon service c. Kemampuan berkomunikasi dengan tamu
4
a. Menyediakan layanan secara gueridon service b. Memasak makanan dihadapan tamu dengan teknik flambee c. Kekompakan dan kerja sama
B.
Observasi yang dilakukan oleh pengamat (guru pamong) merupakan pengamatan terhadap seluruh pengajaran yang dilakukan guru. Adapun bentuk observasi guru dan aspek penilainnya adalah sebagai berikut: Tabel II Observasi guru dan aspek penilainnya Indikator Skala Penilaian No Kemapuan Guru . 1 2 3 4
1.
Membuka Pelajaran
Melakukan persipan fisik a. Menentukan lokasi yang baik untuk di tempati oleh siswa saat pembelajarn berlangsung b. Menyiapkan alat bantu c. Melakukan apersepsi
2.
3.
Mengembangkan kegiatan belajar mengajar Menyajikan materi pembelajaran
Page | 52
a. Memberikan siswa kesempatan untuk aktif b. Mengembangkan kegiatan siswa a. Membuat dan menggunakan rencana pembelajaran
Serambi PTK
Jurnal Serambi PTK, Volume 1 No. 1 Juni 2014 ISSN: 2355-9535
b. Menyajikan materi sesuai dengan rencana pembelajaran a. Memberi petunjuk dan penjelasan 4. .
5.
Mengelola kelas
Menguasai materi
b.
Berkeliling mengontrol kerja siswa c. Menunjukkan sikap adil kepada seluruh siswa a. Materi diajarkan tepat waktu b. Materi diajarkan sesuai tujuan c. Materi diajarkan dengan lancar
6.
Menutup pelajaran
a. Memberikan rangkuman secara singkat b. Rangkuman sesuai dengan inti materi pelajaran c. Memberikan tugas rumah secara individu.
Analisis data penelitian yang akan dilakukan adalah kualitatif yang berupa pengisian lembar observasi siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
Pi = f x 100 n
Untuk mengetahui kemampuan siswa secara individu berdasarkan observasi dapat digunakan rumus sebagai berikut:
(Sudjana, 2009 : 133)
Pi = persentase hasil pengamatan f = jumlah skor hasil observasi n = jumlah skor maksimal
Hasil pengukuran ketuntasan kompetensi siswa yang telah ditetapkan oleh SMK Negeri 8 Medan. Tuntas : Apabila siswa dapat menguasai ≥ 60 dari indikator kemampuan Tidak Tuntas : Apabila siswa dapat menguasai ≤ 60 dari indikator kemampuan
Page | 53
Dari uraian di atas dapat diketahui siswa yang kurang, cukup, baik, dan sangat baik dalam pembelajaran dapat diketahui dari persentase perbandingan hasil belajar masingmasing individu yaitu dengan ketentuan sebagai berikut :
Serambi PTK
Jurnal Serambi PTK, Volume 1 No. 1 Juni 2014 ISSN: 2355-9535
Tabel III Persentase perbandingan hasil belajar masing-masing individu Rentang Nilai (%) Kriteria 85%-100% Sangat Baik 70%-84% Baik 55%-69% Cukup 0%-54% Kurang Dan untuk menentukan persentase kemampuan siswa secara klasikal dapat dicari dengan rumus: P = f x 100% n
(Sudjana, 2009 : 133)
P = jumlah persentase siswa yang mengalami perubahan f = jumlah siswa yang tuntas n = jumlah siswa keseluruhan
Secara individual dikatakan memiliki kemampuan belajar jika Pi dan P ≥ 65% dan
suatu kelas dikatakan tuntas belajar apabila P ≥ 80%.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan di SMK Negeri Medan di kelas XI Boga 3. Dimana pembelajaran ini dilasksankasn menggenakan model pembelajaran think pair share untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa dalam proses belajar mengajar. Penelitian ini terdiri dari dua sikus, dimana siklus pertama dilaksanakan dalam dua kali pertemuan dan
siklus kedua juga dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Setelah melakukan penelitian selama 2 siklus (4 pertemuan) dapat disimpulkan bahwa penerapan TPS (Think Pair Share) pada pembelajaran melayani makanan dan minuman dapat meningkatkan menyediakan layanan gueridon service siswa baik secara individual maupun secara klasikal. Hal ini juga dapat dilihat dari hasil data rekapitulasi mulai dari siklus I sampai II.
Tabel IV Rekapitulasi Peningkatan Hasil Obervasi Tingkat Kemampuan menyediakan layanan gueridon service Pada Siklus I (Pertemuan I Dan II) Dan Siklus II (Pertemuan I Dan II) Kode Siklus I Siklus I Pertemuan Siklus II Siklus II Siswa Pertemuan I II Pertemuan I Pertemuan II % Kategori % Kategori % Kategori % Kategori 1. 66,7 Cukup 73,1 Baik 85,7 Sangat 87,5 Sangat Baik Baik 2. 70,8 Baik 73,1 Baik 82,1 Baik 87,5 Sangat Baik 3. 33,3 Kurang 76,9 Baik 60,7 Cukup 87,5 Sangat Baik 4. 41,7 Kurang 57,7 Cukup 64,3 Cukup 75 Baik
Page | 54
Serambi PTK
Jurnal Serambi PTK, Volume 1 No. 1 Juni 2014 ISSN: 2355-9535
5.
75
Baik
76,9
Baik
85,7
Sangat Baik Cukup Sangat Baik Cukup Sangat Baik Cukup Cukup Baik
87,5
Sangat Baik
6. 7.
41,7 75
Kurang Baik
61,5 75
Cukup Baik
64,3 92,3
75 71,9
Baik Baik
8. 9.
45,8 75
Kurang Baik
66,7 92,3
67,9 92,9
10. 11. 12.
33,3 33,3 50
Kurang Kurang Kurang
61,5 57,7 57,7
Cukup Sangat Baik Cukup Cukup Cukup
75 87,5
Baik Sangat Baik
75 75 87,5
Baik Baik Sangat Baik
13.
75
Baik
76,9
Baik
89,3
90,6
Sangat Baik
84,4 84,4 87,5
Baik Baik Sangat Baik
53,6 50 42,9 50
Sangat Baik Baik Baik Sangat Baik Kurang Kurang Kurang Kurang
14. 15. 16.
62,5 62,5 70,8
Cukup Cukup Baik
65,4 65,4 65,4
Cukup Cukup Cukup
78,6 78,6 89,3
17. 18. 19. 20.
58,3 50 45,8 50
Cukup Kurang Kurang Kurang
53,8 46,2 42,3 50
Kurang Kurang Kurang Kurang
75 75 78,1 93,8
Baik Baik Baik Sangat Baik
21. 22. 23.
45,8 41,7 87,5
57,7 46,2 46,2
24.
87,5
25. 26.
50 87,5
27. 28. 29.
45,8 45,8 100
30.
58,3
Kurang Kurang Sangat Baik Sangat Baik Kurang Sangat Baik Kurang Kurang Sangat Baik Cukup
Cukup Kurang Kurang
67,9 50 46,4
Cukup Kurang Kurang
71,9 75 75
Baik Baik Baik
50
Kurang
57,1
Cukup
78,1
Baik
50 84,6
64,4 92,9
Cukup Sangat Baik Cukup Cukup Sangat Baik Baik
75 93,8
Baik Sangat Baik
78,1 81,3 100
Baik Baik Sangat Baik
69,2
Kurang Sangat Baik Kurang Kurang Sangat Baik Cukup
90,6
Sangat Baik
31. 32. 33.
50 54,2 41,7
Kurang Kurang Kurang
65,4 66,7 57,7
Cukup Cukup Cukup
75 75 85,7
78,1 81,3 78,1
Baik Baik Baik
45,8
Kurang
73,1
Baik
85,7
75
Baik
50
Kurang
84,1
Sangat Baik
82,1
Baik Baik Sangat Baik Sangat Baik Baik
34. 35.
75
Baik
Page | 55
53,8 53,8 100
57,1 57,1 71,4
67,9 67,9 100 75
Serambi PTK
Jurnal Serambi PTK, Volume 1 No. 1 Juni 2014 ISSN: 2355-9535
Dari data pada tabel rekapitulasi di atas peningkatan kemampuan menyediakan layanan gueridon service siswa secara individual terus meningkat selama 2 siklus (4 pertemuan). Pada siklus I pertemuan I, persentase rata-rata nilai tingkat kemampuan menyediakan layanan gueridon service siswa adalah 54,3% (kurang). Pada siklus I pertemuan II, persentase rata-rata nilai tingkat kemampuan menyediakan layanan gueridon service siswa adalah 62,4% (cukup). Pada
dapat diketahui bahwa rata-rata skor siklus II pertemuan I, persentase rata-rata nilai tingkat kemampuan menyediakan layanan gueridon service siswa adalah 69,9% (baik) dan pada siklus II pertemuan II mengalami peningkatan rata-rata nilai tingkat kemampuan menyediakan layanan gueridon service mencapai 79,2% (baik).
Tabel V Rekapitulasi Perubahan Tingkat Kemampuan kemampuan menyediakan layanan gueridon service Siswa Secara Klasikal Pada Siklus I (Pertemuan I Dan II) Dan Siklus II (Pertemuan I Dan II) No Kategori Siklus I Siklus I Siklus II Siklus II Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan I Pertemuan II Jlh % Jlh % Jlh % Jlh % 1 Sangat 5 9,8 5 9,8 9 22 12 24,4 Baik 2 Baik 5 9,8 6 12,2 8 26,8 23 61 3 Cukup 5 17,1 13 46,3 12 31,7 0 0 4 Kurang 20 63,4 11 31,7 6 19,5 0 0 Jumlah 35 100 35 100 35 100 35 100
Hasil data di atas pada kemampuan menyediakan layanan gueridon service di siklus I pada petemuan I dan 2 mengalami peningkatan,begitu pula di siklus II pada pertemuan 1 dan 2 juga sangat mengalami peningkatan yakni sebagai berikut: 1. Pada kriteria sangat baik mengalami peningkatan dari siklus I dan 2 ke siklus II pada pertemuan 1 dan 2 sebesar 24,4% atau sebanyak 12 orang siswa. 2. Pada kriteria baik mengalami peningkatan yang siknifikan dari siklus 1 pada pertemuan 1 dan 2 ke siklus Iipada pertemuan 1 dan 2 sebesar 61% atau sebanyak 23 orang siswa. 3. Pada kriteria cukup mengalami penurunan dari siklus I pada pertemuan 1 dan ke 2 siklus II pada pertemuan 1 dan 2 sebesar 0% atau sebanyak 0 orang siswa.
Page | 56
4.
Sedangkan untuk kriteria kurang mengalami penurunan dari siklus I pada pertemuan 1 dan 2 ke siklus II pada pertemuan 1 dan 2 sebesar 0% atau tidak ada siswa yang kurang dalam hal kemampuan menyediakan layanan gueridon service Pada diagram di atas dapat dilihat perubahan tingkat kemampuan menyediakan layanan gueridon service siswa secara klasikal pada siklus I dan siklus II. Pada siklus I pertemuan I dari 35 orang siswa terdapat 9,8% siswa tingkat kemampuan menyediakan layanan gueridon service sangat baik, 9,8% siswa memiliki tingkat kemampuan menyediakan layanan gueridon service baik, 17,1% siswa memiliki tingkat kemampuan menyediakan layanan gueridon service cukup dan 63,4% siswa memiliki tingkat kemampuan kurang. Pada siklus I
Serambi PTK
Jurnal Serambi PTK, Volume 1 No. 1 Juni 2014 ISSN: 2355-9535
pertemuan II dari 35 orang siswa terdapat 9,8% siswa tingkat kemampuan menyediakan layanan gueridon service sangat baik, 12,2% siswa memiliki tingkat kemampuan menyediakan layanan gueridon service baik, 46,3% siswa memiliki tingkat kemampuan menyediakan layanan gueridon service cukup dan 31,7% siswa memiliki tingkat kemampuan menyediakan layanan gueridon service kurang. Pada siklus II pertemuan I dari 35 orang siswa terdapat 22% tingkat kemampuan. menyediakan layanan gueridon service sangat baik, 26,8% siswa memiliki tingkat kemampuan menyediakan layanan gueridon service baik, 31,7% siswa memiliki
tingkat kemampaun menyediakan layanan gueridon service cukup dan 19,5% siswa memiliki tingkat kemampuan menyediakan layanan gueridon service kurang. dan pada siklus II pertemuan II persentase tingkat kemampuan menyediakan layanan gueridon service siswa meningkta dari 41 orang siswa terdapat 22,4% siswa tngkat kemampuan menyediakan layanan gueridon service sangat baik, 61% siswa tingkat kemampuan menyediakan layanan gueridon service baik dan 14,6% siswa tingkat kemampuan menyediakan layanan gueridon service cukup.
Tabel VI Rekapitulasi Persentase Hasil Tingkat Ketuntasan Kemampuan menyediakan layanan gueridon service Siswa Secara Klasikal. Pada Siklus I (Pertemuan I Dan II) Siklus II (Pertemuan I Dan II) No Tingkat ketuntasan Siklus I Siklus I Siklus II Siklus II kemampuan Pertemuan Pertemuan Peretemuan I Pertemuan II menyediakan layanan I II gueridon service Jlh % Jlh % Jlh % Jlh % Siswa 1 Tuntas ≥75% 10 24,4 11 41,5 17 58,5 35 100 2 Tidak Tuntas≤75% Jumlah
25 35
75,6 100
24 35
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa persentase hasil tingkat ketuntasan kemampuan menyediakan layanan gueridon service siswa dari 35 orang siswa pada siklus I pertemuan I mencapai 24,4% siswa yang tuntas dan 75,6% siswa tidak tuntas. Pada siklus I pertemuan II terdapat 41,5% siswa yang tuntas dan 58,5% siswa yang tidak tuntas. Pada siklus II pertemuan I terdapat 58,5% siswa yang tuntas dan 41,5% siswa yang tidak tuntas sedangkan pada siklus II pertemuan II meningkat menjadi 100% atau 35 orang siswa yang tuntas. KESIMPULAN Dari hasil pembahasan yang telah dikemukakan pada bab-bab sebelumnya serta analisis yang telah ada, makan peneliti memperoleh kesimpulan sebagai berikut:
Page | 57
58,5 100
18 35
41,5 100
0 35
0 100
1. Penggunaan model pembelajaran TPS (think pair share) dapat meningkatkan kemampuan menyediakan layanan gueridon service siswa di kelas XI Boga 3 SMK Negeri 8 Medan Tahun Ajaran 2013-2014. 2. Hasil penelitian berdasarkan observasi yang dilakukan oleh guru: rata-rata skor peningkatan kemampuan menyediakan layanan gueridon service siswa secara individual terus meningkat selama 2 siklus (4 pertemuan). Pada siklus I pertemuan I, persentase rata-rata nilai tingkat kemampuan menyediakan layanan gueridon service siswa adalah 54,3% (kurang). Pada siklus I pertemuan II, persentase rata-rata nilai tingkat kemampuan menyediakan layanan
Serambi PTK
Jurnal Serambi PTK, Volume 1 No. 1 Juni 2014 ISSN: 2355-9535 gueridon service siswa adalah 62,4% (cukup). 3. Dan hasil tingkat ketuntasan kemampuan menyediakan layanan gueridon service siswa dai 35 orang siswa dari siklus I pertemuan I mencapai 24,4% siswa yang tuntas dan 75,6% siswa tidak tuntas. Pada siklus I pertemuan II terdapat 41,5% siswa yang tuntas dan 58,5% siswa yang tidak tuntas. Pada siklus II pertemuan I terdapat 58,5% siswa yang tuntas dan 41,5% siswa yang tidak tuntas sedangkan pada siklus II pertemuan II meningkat menjadi 100% atau 35 orang siswa yang tuntas.
Serambi PTK
DAFTAR PUSTAKA Aqib, Zainal, Matfuh,M.,Sujak.,Kawentar. 2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SMP, SMA, SMK. Bandung: Yrama Widia Riyanto, Yatim. 2010. Paragigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi bagi Guru/Peneliti dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas. Jakarta: Kencana Trianto, 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta : Kencana Putu,G dan Gede,N. 1995. Tata Hidangan. Jakarta: Departemen Pendidikan Wiwoho, A. 2008. Pengetahuan Tata Hidang. Jakarta : Erlangga
Page | 58
Jurnal Serambi PTK, Volume 1 No. 1 Juni 2014 ISSN: 2355-9535 PENINGKATAN KREATIVITAS SISWA KOMPETENSI DASAR MEMBUAT POLA DASAR PELAJARAN MENGAMBIL UKURAN TUBUH DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMBERIAN TUGAS DI KELAS XI BUSANA 1 SMK NEGERI 8 MEDAN TAHUN AJARAN 2012/2013 NOVA ARYANI (Guru SMK Negeri 8 Medan) ABSTRAK Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 8 Medan, dengan jenis penelitian yaitu “Penelitian Tindakan Kelas”. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI Busana 1 yang berjumlah 26 orang siswa, objek dalam penelitian ini adalah metode pemberian tugas, dan data dikumpulkan dengan menggunakan lembar observasi dan angket. Berdasarkan angket awal yang dilakukan terhadap 26 siswa terdapat 10 siswa (38,5%) yang mendapatkan hasil belajar rendah dan hanya 4 orang siswa (15,4%) yang memiliki nilai baik dan nilai rata-rata yang diperoleh 64,3%. Kemudian pada siklus I ada 6 orang siswa atau (23,1%) yang mendapat kriteria nilai baik dengan rata-rata nilai 65,2%. Pada siklus II meningkat menjadi 21 orang atau (80,8%) pada kriteria kreativitas baik dan nilai rata-rata yang diperoleh 86,5%. Pada angket pertemuan akhir terdapat 3 orang siswa (11,5%) yang mendapat hasil belajar rendah dan hanya 21 orang siswa (80,7%) yang mendapat hasil belajar bak dan niai rata-rata yang diperoleh 80,5%. Berdasarkan hasil penelitian mulai dari siklus I dan siklus II secara empiris telah terbukti adanya peningkatan yang signifkan. Dengan demikian penggunaan metode pemberian tugas dapat meningkatkan kreativitas siswa pada mata pelajaran mengambil ukuran tubuh di kelas XI Busana I SMK Negeri 8 Medan. Kata Kunci : Kreativitas, Kompetensi dasar
PENDAHULUAN Penjelasan pada materi pembelajaran mengambil ukuransiswa kurang mempunyai daya serap sehingga siswa yang tidak memiliki rasa ingin tahu tentang materi pembelajaran yang sedang berlangsung, siswa tidak mampumengeluarkan pendapat (pikiran), siswa tidak dapat menguasai materi pelajaran, siswa tidak mampu menyesuaikan diri pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Sehingga menyebabkan kurangnya kemampuan siswa dalam mengambil ukuran pada pelajaran membuat pola. Melihat permasalahan yang saya temukan di atas, peneliti merasa segera mengambil tindakan dengan menawarkan beberapa alternatif solusi untuk mengatasi masalah-masalah tersebut. Beberapa alternatif solusi yang ditawarkan yaitu : 1) menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi dengan menggunakan metode pemberian tugas, 2) melakukan model pendekatan individual pada siswa yang kurang berminat belajar membuat Serambi PTK
pola yaitu dengan meningkatkan kreativitas siswa. Atas dasar inilah peneliti merasa tertarik untuk mengadakan Penelitian Tindakan Kelas untuk memperbaiki proses pembelajaran mata pelajaran Pembuatan Pola Busana materi mengambil ukuran tubuh dengan mengangkat judul “Peningkatan Kreativitas Siswa Kompetensi Dasar Membuat Pola Dasar Pelajaran Mengambil Ukuran Tubuh Dengan Menggunakan Metode Pemberian Tugas Di Kelas XI Busana 1 SMK Negeri 8 Medan Tahun Ajaran 2012/2013”. RUMUSAN MASALAH Setelah uraian pada identifikasi masalah dan pembatasan masalah diatas, yang menjadi rumuan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah dengan Menggunakan Metode Pemberian Tugas Dapat Meningkatkan Kreativitas Siswa dalam mengukur tubuh Di Kelas XI Busana 1 SMK Negeri 8 Medan Tahun Pelajaran 2013-2014”.
Page | 59
Jurnal Serambi PTK, Volume 1 No. 1 Juni 2014 ISSN: 2355-9535 TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian ini adalah “Peningkatan Kreativitas Siswa Kompetensi Dasar Membuat Pola Dasar Dengan Teknik Kontruksi Pelajaran Mengambil Ukuran Tubuh Dengan Menggunakan Metode Pemberian Tugas Di Kelas XI Busana 1 SMK Negeri 8 Medan Tahun Ajaran 2012/2013”. TINJAUAN TEORITIS Metode pemberian tugas merupakan salah satu metode yang ingin menerapkan asas “learning by doing”. Dalam menggunakan metode pemberian tugas ini siswa mempunyai kesempatan untuk saling membandingkan dengan hasil pekerjaan orang lain, dapat membandingkan, dapat mempelajari dan mendalami hasil uraian yang lain. Dengan metode pemberian tugas akan memperluas, memperkaya dan memperdalam pengetahuan, serta pengalaman siswa.
Untuk mendapatkan data yang mendukung penelitian ini, penelitian menyusun dan menyiapkan instrument untuk menjawab pertanyaan yaitu dengan angket dan observasi Penelitian ini memiliki 2 tahap yaitu tahap pertama siklus I dan tahap kedua siklus II. Pelaksanaan tindakan yang di uraikan pada siklus I adalah sebagai berikut yaitu siklus I dan siklus ke II TEKNIK ANALISIS DATA
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 =
Cara mengambil ukuran harus benarbenar diperhatikan secara cermat dan teliti, karena ukuran sangat menentukan baik atau tidaknya busana pada badan. Sebelum mengambil ukuran tubuh seseorang perhatikan bentuk bahu, badan, pinggan dan panggulnya. Ukuran pada bagian-bagian tersebut pasti berbeda pada setiap orang. Hal ini membuat setiap pola yang dibuat akan mempunyai ukuran yang berbeda juga. METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan pada siswa kelas XI Busana 1 SMK Negeri 8 Medan selama tiga bulan mulai dari observasi sebelum siklus, pelaksanaan tindakan, analisis data hingga penulisan hasil penelitian Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah semua siswa kelas XI Busana 1 SMK Negeri 8 Medan.
cara menganalisis data dengan menggunakan analisis kuantitatif. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui berhasil atau tidaknya tindakan yang dilakukan dalam penelitian. Berpedoman dengan pendapat Abdul Kadir mengemukakan “Berdasarkan pedoman penskoran yang telah dibuat, dihitung jumlah skor tiap-tiap butir pernyataan sesuai dengan aspek yang diamati”.Cara menghitung persentase kreativitas belajar peserta didik berdasarkan lembar observasi adalah sebagai berikut :
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑑𝑎𝑟𝑖 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑜𝑏𝑒𝑟𝑣𝑎𝑠𝑖 𝑥 100% 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 𝑥 𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑏𝑢𝑡𝑖𝑟 𝑜𝑏𝑠𝑒𝑟𝑣𝑎𝑠𝑖
Menurut Sudijono (2009:43) untuk mengukur variabel kreativitas belajar peserta didik secara klasikal dapat dirumuskan :
𝑃=
Serambi PTK
𝑓 100 % 𝑁
Page | 60
Jurnal Serambi PTK, Volume 1 No. 1 Juni 2014 ISSN: 2355-9535 HASIL PENELITIAN Berdasarkan data angket kreativitas siswa pertemuan awal di atas maka dapat dijelaskan bahwa kreativitas siswa masih rendah. Dari data diperoleh di kelas XI Busana 1 SMK Negeri 8 Medan diketahui bahwa di dapatkan rata-rata kreativitas siswa pada pertemuan awal dengan persentase 63,8%. Kreativitas siswa yaitu terdapat hanya 4 orang siswa dengan persentase 15,4% siswa yang memiliki kreativitas baik dan terdapat hanya 12 orang siswa dengan persentase 46,1% siswa yang memiliki kreativitas cukup dan terdapat 10 orang siswa dengan persentase 58,5% yang memiliki kreativitas rendah. Terdapat 4 orang siswa dengan persentase 15,4% mendapat nilai baik (80-100), terdapat 12 orang siswa dengan persentase 46,1 % mendapat nilai cukup (60-79) dan terdapat 10 orang siswa dengan persentase 38,5% dengan nilai rendah (0-59) ini dapat disimpulkan bahwa kreativitas siswa masih tergolong rendah pada mata pelajaran pembuatan pola busana materi mengambil ukuran tubuh selain itu pada pertemuan awal guru juga menemukan faktor penghambat dan pendukung yang menyebabkan kreativitas siswa masih tergolong cukup pada pertemuan awal Data yang diperoleh pada siklus I ada dua tahap atau pertemuan yaitu data pertemuan pertama adalah Berdasarkan lembar hasil observasi kegiatan mengajar guru pada siklus I pertemuan I materi mengambil ukuran tubuh diketahui bahwa di dapatkan rata-rata penilaian 2,2. Pada tabel lembar observasi dapat di lihat aspek yang perlu diperbaiki adalah keaktifan guru dalam mengelola proses belajar mengajar dalam kelas, cara menyampaikan materi ajar pembuatan pola busana, memberikan petunjuk kepada siswa mengenai tugas yang akan dikerjakan serta memberi dorongan/motivasi kepada siswa untuk mengerjakan tugas yang akan dikerjakan perlu ditingkatkan. Data untuk pertemuan ke dua yaitu dari data hasil observasi terhadap kreativitas siswa di atas dapat di katakan bahwa kreativitas siswa kelas XI Busana 1 SMK Negeri 8 Medan diketahui bahwa di dapatkan rata-rata kreativitas siswa pada siklus I pertemuan II yaitu 65,2%. Serambi PTK
Kreativitas siswa yaitu terdapat hanya 8 orang siswa dengan persentase 30,8% siswa yang memiliki kreativitas rendah dan terdapat hanya 12 orang siswa dengan persentase 46,1 % siswa yang memiliki kreativitas cukup. Terdapat 6 orang siswa dengan persentase 23,1% siswa yang memiliki kreativitas baik. Terdapat 8 orang siswa dengan persentase 30,8% mendapat nilai rendah (0-59), terdapat 12 orang siswa dengan persentase 46,1% mendapat nilai cukup (60-79) dan terdapat 6 orang siswa dengan persentase 23,1% mendapat nilai baik (80-100). Berikut ini diagram hasil observasi kreativitas siswa pada siklus I pertemuan II. Data yang diperoleh pada siklus ke II juga terdapat dua kali pertemuan yaitu pertemuan pertama Dari data hasil observasi terhadap kreativitas siswa di atas dapat di katakan bahwa kreativitas siswa kelas XI Busana 1 SMK Negeri 8 Medan diketahui bahwa di dapatkan rata-rata kreativitas siswa pada siklus II pertemuan I yaitu 78,2%. Kreativitas siswa yaitu terdapat hanya 2 orang siswa dengan persentase 7,70% siswa yang memiliki kreativitas rendah dan terdapat hanya 9 orang siswa dengan persentase 34,7% siswa yang memiliki kreativitas cukup. Terdapat 7 orang siswa dengan persentase 57,7% siswa yang memiliki kreativitas baik. Terdapat 2 orang siswa dengan persentase 7,7% mendapat nilai rendah (0-59), terdapat 9 orang siswa dengan persentase 34,6% mendapat nilai cukup (60-70) dan terdapat 15 orang siswa dengan persentase 57,7% mendapatkan nilai baik (80-100). Pada pertemuan ke dua yaitu Dari data hasil observasi terhadap kreativitas siswa di atas dapat di katakan bahwa kreativitas siswa kelas XI Busana 1 SMK Negeri 8 Medan diketahui bahwa di dapatkan rata-rata kreativitas siswa pada siklus II pertemuan II yaitu 86,5%. Kreativitas siswa yaitu terdapat hanya 2 orang siswa dengan persentase 7,7% siswa yang memiliki kreativitas rendah dan terdapat hanya 3 orang siswa dengan persentase 11,5% siswa Page | 61
Jurnal Serambi PTK, Volume 1 No. 1 Juni 2014 ISSN: 2355-9535 yang memiliki kreativitas cukup. Terdapat 21 orang siswa dengan persentase 80,8% yang memiliki kreativitas baik. Terdapat 2 orang siswa dengan persentase 7,7% mendapat nilai rendah (0-59), terdapat 3 orang siswa dengan persentase 11,5% mendapat nilai cukup (60-79) dan terdapat 21 orang siswa dengan persentase 80,8% mendapatkan nilai baik (80-100). Berikut ini Diagram Hasil Observasi Kreativitas Siswa pada Siklus II pertemuan II.
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan data penelitian yang dilakukan terhadap meningkatkan kreativitas siswa kelas XI Busana 1 SMK Negeri 8 Medan pada materi mengambil ukuran tubuh maka kesimpulan dari penelitian ini adalah : 1. Dengan menggunakan metode pemberian tugas pada pelajaran pembuatan pola busana dapat meningkatkan kreativitas siswa 2. Kreativitas siswa pada pelajaran pembuatan pola busana materi mengambil ukuran tubuh pada siklus I pertemuan I dengan rata-rata 59,1% pada siklus I pertemuan II dengan rata-rata 65,2%. Sedangkan dengan rata-rata angket pertemuan awal 63,8%. 3. Rata-rata kreativitas siswa melalui metode pemberian tugas pada siklus II pertemuan I dengan rata-rata meningkat menjadi 78,2%
Serambi PTK
pada siklus II pertemuan II dengan rata-rata 86,5% dengan rata-rata angket pada akhir pertemuan 80,4%. DAFTAR PUSTAKA Munandar, Utami. (2009) Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta : Rineka Cipta Roestiyah, N.K. (2008). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta Sudijono, Anas. (2008). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada Suharsimi, Arikunto. (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Rineka Cipta Suryosubroto, B. (2009). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta Catrri Sumaryati (1999). Pembuatan Busana Rekreasi, Jakarta : Proyek Pendidikan Menengah Kejuruan Soekarno (2010). Buku Penuntun Membuat Pola Busana Tingkat Dasar. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Page | 62
Jurnal Serambi PTK, Volume 1 No. 1 Juni 2014 ISSN: 2355-9535 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENJAHIT LUBANG KANCING PASSPOILE PELAJARAN BUSANA WANITA (TEKNIK TAILORING) DI KELAS XII BUSANA 4 SMK NEGERI 8 MEDAN TAHUN AJARAN 2013/2014 KANIAH (Guru SMK 8 Medan) ABSTRAK Siswa kelas XII Busana 4 SMK Negeri 8 Medan pada mata pelajaran produktif (praktek) selalu mengalami kesulitan karena tidak semua siswa menyukai pelajaran produktif seperti pelajaran hiasan lenan rumah tangga. Karena dalam pelajaran tersebut diperlukan suatu ketelitian dan ketekunan serta kesabaran dalam hal ini terjadilah kesenjangan antara harapan dan kenyataan yang merupakan masalah yang harus di selesaikan. Adapun rumusan masalah yang penulis kemukakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah model pembelajaran Group Investigation (menemukan secara kelompok) dapat meningkatkan minat belajar membuat hiasan lenan rumah tangga dan apakah mode pembelajaran Group Investigation dapat meningkatkan keterlibatan siswa dalam membuat hiasan lenan rumah tangga di kelas XII Busana 4 SMK Negeri 8 Medan. Dari hasil tes awal pada tabel I diatas tergambar bahwa dari 32 siswa kelas XII Busana 4 Negeri 8 Medan tahun ajaran 2013/2014, 27 orang siswa atau 85,30% belum mencapai batas nilai belajar yaitu nilai 75. Sedangkan yang telah mencapai nilai 75 sebanyak 5 orang siswa atau hanya 14,70% saja dan nilai rata-rata kelas hanya 63,23. Untuk data siklus 1 yaitu dari Hasil analisis data dari lembar pengamatan keterlibatan siswa pada proses pembelajaran pada siklus I menunjukkan bahwa partisipasi siswa sebesar 82,50%, persiapan alat dan bahan sebesar 77,50%, pemilihan motif sebesar 77,50%, sikap antusias sebesar 87,50%, kerjasama sebesar 75,00%, ketepatan waktu sebesar 81,87% dan kerapian hasil kerja sebesar 75,00%. Dari hasil analisis nilai ulangan harian diperoleh nilai rata-rata 74,12% dengan persentase ketuntasan belajar 55,88% (32 siswa), sedangkan siklus 2 yaitu Dari hasil analisis data ulangan harian siklus II diperoleh nilai rata-rata sebesar 77,30 dengan persentase ketuntasan belajar 100% (32 siswa). Kemudian dari aspek yang diamati diperoleh partisipasi siswa sebesar 95,00%, persiapan alat dan bahan sebesar 90,00%, pemilihan motif sebesar 87,50%, sikap antusias sebesar 95,00%, kerjasama sebesar 92,50%, ketepatan waktu sebesar 87,50% dan kerapian hasil kerja sebesar 87,50%. Jadi dengan Penggunaan metode Group Investigation pada proses pembelajaran menjahit lubang kancing passpoile dapat meningkatkan keterlibatan siswa pada proses pembelajaran Kata Kunci : Passpoile, Busana Wanita (Teknik Tailoring)
PENDAHULUAN Siswa kelas XII Busana 4 SMK Negeri 8 Medan pada mata pelajaran produktif (pratek) selalu mengalami kesulitan karena tidak semua siswa menyukai pelajaran produktif seperti pelajaran hiasan lenan rumah tangga. Karena Serambi PTK
dalam pelajaran tersebut diperlukan ketelitian, ketekunan, minat serta kesabaran yang tinggi. Karena tanpa memiliki semuanya ini, hiasan yang akan dibuat tidak dapat terwujud sesuai dengan yang diharapkan, maka terjadilah kesenjangan antara harapan dan kenyataan yang Page | 63
Jurnal Serambi PTK, Volume 1 No. 1 Juni 2014 ISSN: 2355-9535 merupakan masalah yang perlu dikaji secara ilmiah. Berdasarkan uraian tersebut diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Penerapan Model Pembelajaran Group Investigation Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Menjahit Lubang Kancing Passpoile Pelajaran Busana Wanita(Teknik Tailoring) Di Kelas XII Busana 4 Smk Negeri 8 Medan Tahun Ajaran 2013/2014”. RUMUSAN MASALAH Adapun rumusan masalah yang peneliti kemukakan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah : 1. Apakah model pembelajaran Group Investigation (menemukan secara kelompok) dapat meningkatkan minat belajar menjahit lubang kancing passpoile di kelas XII busana 4 SMK N 2. egeri 8 Medan? 3. Apakah model pembelajaran Group Investigation (menemukan secara berkelompok) dapat meningkatkan keterlibatan siswa dalam menjahit lubang kancing passpoile di kelas XII busana 4 SMK Negeri 8 Medan ? TUJUAN PENELITIAN Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam menjahit lubang kancing passpoile di kelas XII busana 4 SMK Negeri 8 Medan 2. Untuk meningkatkan keterlibatan siswa pada proses pembuatan menjahit lubang kancing passpoile di kelas XII busana 4 SMK Negeri 8 Medan, sehingga para siswa dapat memperoleh pengetahuan, keterampilan danperubahan sikap yang positif. KAJIAN TOERITIS 1. Model Pembelajaran Group Investigation Model adalah representasi realitas yang disajikan dengan suatu derajat sruktur dan urutan (Richey, 1986) Group Investigation Serambi PTK
adalah suatu model pembelajaran yang efektif dimana para siswa melakukan pembelajaran teori dan praktek dengan berkelompok dan melakukannya dengan aktif serta memungkinkan dalam menemukan suatu prinsip. Model pembelajaran Group Investigation ini membantu untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa serta mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan. Dengan model pembelajaran ini, minat belajar siswa akan semakin meningkat dan hasil pembelajaran diharapkan lebih berguna bagi siswa kelak dikemudian hari. 2. Pengertian Menjahit Menjahit adalah pekerjaan menyambung kain, bulu, kulit binatang, pepagan dan bahan-bahan lain yang bisa dilewati jarum dan benang. Menjahit dapat dilakukan dengan tangan memakai jarum tangan atau dengan mesin jahit. Teknik menjahit dibagi menjadi 2 yaitu : a. Menjahit perorangan merupakan teknik menjahit dalam jumlah yang tidak terlalu banyak menggunakan pola konstruksi dan teknik menjahit sebagian besar secara manual, ada 2 teknik yaitu : (1)Tailoring : teknik menjahit dengan menggunakan tangan secara manual (2) Semi Tailoring : teknik menjahit dengan menggunakan pola konstruksi sebagian menggunakan mesih dan hanya sebagian diberi furing. b. Menjahit konveksi merupakan teknik menjahit pakaian dalam jumlah banyak menggunakan pola dasar atau baku dan teknik penyelesaiannya sebagian besar memakai mesin. 3. Macam-Macam Rumah Kancing Menurut Ernawati (2008) kancing dan rumah kancing dipakai untuk menutup belahan yang terdiri atas 2 lapis yang bertumpukan yaitu pada bagian kiri dan bagian kanan busana. Pemasangan kancing pada umumnya di bagian tengah muka, tengah belakang dan ada juga yang di sisi ataupun pada bahu, letaknya tersebut disesuaikan dengan desain. Untuk busana wanita Page | 64
Jurnal Serambi PTK, Volume 1 No. 1 Juni 2014 ISSN: 2355-9535 letak belahan yang bagian kanan diatas dan bagian kiri dibawah atau rumah kancing terletak sebelah kanan dan kancing baju terletak disebelah kiri. Sedangkan untuk pria belahan bagian kiri diatas dan belahan bagian kanan dibawah (kebalikan dari letak belahan pakaian wanita) Rumah kancing ini ada 3 macam yaitu rumah kancing biasa, rumah kancing sengkelit dan rumah kancing passpoile. Rumah kancing biasa dapat dibuat dengan tangan yaitu dengan menggunakan teknik rumah kancing atau dengan tusuk festoon, biasanya di gunakan untuk blus wanita, kemeja atau busana anak-anak. METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini peneliti mengambil lokasi di SMK Negeri 8 Medan Jalan Dr. Mansyur/ Jalan SMTK Medan. Dengan beberapa pertimbangan dan alasan, peneliti menggunakan waktu penelitian selama 8 minggu dari tanggal 9 Juli sampai dengan 28 Agustus 2013.
Populasi semua siswa kelas XII dengan sampel Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas XII Busana 4 SMK Negeri 8 Medan Tahun ajaran 2013/2014. Jumlah siswa sebanyak 32 orang dengan latar belakang sosial ekonomi yang heterogen. Pertimbangan peneliti mengambil subyek penelitian ini karena peneliti mengajar di kelas XII Busana 4. PROSEDUR PENELITIAN Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus. Setiap siklus terdiri dari kegiatan perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Rencana tindakan setiap siklus pembelajaran dapat dilihat sebagai berikut : (1) Implementasi tindakan pada setiap siklus yaitu Siklus I dan siklus ke II.(2) Pemantauan (Observasi) dan (3) Analisis dan refleksi 1. Hasil dan Pembahasan Tes Awal Dari hasil tes awal konsep menjahit lubang kancing passpoile diperoleh hasil seperti tercantum pada tabel 1 sebagai berikut :
Tabel 1. Hasil Tes Awal No. 1 2 3 4 5 6
Nilai 50 55 60 65 70 75 Jumlah
Jumlah Siswa 3 6 7 6 4 5 32
Dari hasil tes awal pada tabel I diatas tergambar bahwa dari 32 siswa kelas XII Busana 4 Negeri 8 Medan tahun ajaran 2013/2014, 27 orang siswa atau 85,30% belum mencapai batas nilai belajar yaitu nilai 75. Sedangkan yang telah mencapai nilai 75 sebanyak 5 orang siswa atau hanya 14,70% saja dan nilai rata-rata kelas hanya 63,23.
Serambi PTK
Persentase (%) 8,82 20,58 26,47 17,64 11,76 14,70 100,00
Jumlah Nilai 150 385 540 390 280 375 2120
Rata-rata Kelas 4,41 11,32 15,88 11,47 8,23 11,02 62,35
Analisis data pada suklus I yaitu Hasil analisis data dari lembar pengamatan keterlibatan siswa pada proses pembelajaran pada siklus I menunjukkan bahwa partisipasi siswa sebesar 82,50%, persiapan alat dan bahan sebesar 77,50%, pemilihan motif sebesar 77,50%, sikap antusias sebesar 87,50%, kerjasama sebesar 75,00%, ketepatan waktu sebesar 81,87% dan kerapian hasil kerja sebesar Page | 65
Jurnal Serambi PTK, Volume 1 No. 1 Juni 2014 ISSN: 2355-9535 75,00%. Dari hasil analisis nilai ulangan harian diperoleh nilai rata-rata 74,12% dengan persentase ketuntasan belajar 55,88% (32 siswa).
No. 1 2 3
Untuk siklus ke II data dapat dilihat berdasarkan tabel
Tabel 2. Hasil belajar siswa sebelum dan sesudah siklus Sebelum Pencapaian hasil belajar Siklus I siklus Nilai rata-rata 62,35 74,12 Nilai >75 5 17 Persentase ketuntasan 14,70% 55,88%
Siklus II 77,30 34 100%
Dari tabel 3 diatas dapat dilihat bahwa siswa yang tuntas belajar sebelum siklus sebanyak 5 siswa atau 14,70%, siswa yang tuntas pada siklus I sebanyak 19 siswa atau 55,88% dan siswa yang tuntas pada siklus II sebanyak 32 siswa atau 100%.
KESIMPULAN
Untuk hasil angket dan wawancara yaitu Hasil angket pada table 4 diatas menggambarkan bahwa dari 32 siswa sebanyak 79,41% menyatakan sangat setuju bahwa penggunaan metode Group Investigation dalam proses pembelajaran menjahit lubang kancing passpoile adalah sangat menarik, mudah, menyenangkan dan sangat setuju untuk dilanjutkan kembali. Adapun sebanyak 20,58% siswa menyatakan setuju dantidak ada seorang pun siswa yang menyatakan tidak tahu, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Sedangkan wawancara yaitu Hasil wawancara pada siklus II dari 2 orang yang berkemampuan tinggi dan 3 orang siswa yang berkemampuan sedang, menunjukkan adanya peningkatan sikap antusias mereka karena mereka merasa lebih rileks dan senang dalam mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan metode Group Investigation dan dari 1 orang siswa berkemampuan rendah terungkap bahwa proses pembelajaran ini lebih mudah dipahami dan dimengerti.
1. Kesimpulan hasil Penggunaan metode Group Investigation pada proses pembelajaran menjahit lubang kancing passpoile dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa 2. Kesimpulan proses Penggunaan metode Group Investigation pada proses pembelajaran menjahit lubang kancing passpoile dapat meningkatkan keterlibatan siswa pada proses pembelajaran.
Serambi PTK
Berdasarkan hasil pembahasan penelitian tindakan kelas yang dilakukan dengan menggunakan metode Group Investigation dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
DAFTAR PUSTAKA Arikunto S, Suhardjo dan Supandi, 2006, Penelitian Tindakan kelas, Jakarta, Bumi Aksara Direktorat pendidikan menengah umum, 2009, Penelitian tindakan kelas, Jakarta, Departemen pendidikan dan kebudayaan Nawawi Hadari, 1989, Pengaruh hubungan manusia di kalangan murid terhadap prestasi belajar di sekolah menengah, Analisa pendidikan : II tahun 1989
Page | 66
Jurnal Serambi PTK, Volume 1 No. 1 Juni 2014 ISSN: 2355-9535 Sanjaya Wina, 2007, Strategi pembelajaran berorientasi standart proses pendidikan, Jakarrta : Kencana pranada Media Group. Porrie Muliawan. 2003. Analia pecah model, Jakarta : Gunung Mulia
Sanny Poespo. 2004. Busana kerja panduan celana panjang. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama Soekarno. 2003. Buku penuntun membuat pola busana tingkat dasar. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Rasmini Soekarno. 2005. Sistem Costume made dan tailoring tingkat terampil. Jakarta : Gramedia Widia Sarana Indonesia
Serambi PTK
Page | 67
Jurnal Serambi PTK, Volume 1 No. 1 Juni 2014 ISSN: 2355-9535 UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS ARTIKEL DENGAN MEDIA INTERNET PADA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 8 MEDAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012 HERNI FAUZIAH (Guru SMK Negeri 8 Medan) ABSTRAK Pelajaran menulis artikel di sekolah masih kurang memuaskan. Kebanyakan siswa hanya menghafal konsep-konsep dalam menulis. Dalam beberapa seminar, hal ini selalu dibicarakan, dan dalam media massa juga sering diulas, dan yang sering mendapat tudingan dan sorotan tajam adalah lembaga pendidikan itu sendiri, khususnya guru yang berperan dalam proses belajar mengajar. Untuk membuktikan adanya peningkatan terhadap kemampuan siswa dalam menulis artikel dengan menggunakan media internet pada siswa kelas XI Boga 1 SMK Negeri 8 Medan, dilakukanlah penelitian dengan menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Siklus I diajar dengan tidak menggunakan media internet, sedangkan siklus II diajar dengan menggunakan media internet. Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah essay test dan observasi selama proses belajar mengajar di dalam kelas berlangsung. Jumlah siswa yang menjadi sasaran penelitian adalah 36 orang yaitu kelas XI SMK Negeri 8 Medan. Teknik analisis data yang dipakai yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan rumus Presentasi Penilaian Hasil (PPH) : Pengujian hipotesis membuktikan bahwa ada peningkatan hasil belajar siswa. Dengan perolehan rata-rata awal 58,63 kemudian setelah dilakukan pembelajaran pada siklus I diperoleh nilai rata-rata 68,58 dan selanjutnya dilakukan lagi tes pada siklus II dengan menggunakan internet sebagai media pembelajaran, maka diperoleh nilai rata-rata 78,25. Maka hasil yang diperoleh dari 36 siswa memiliki peningkatan sebesar 19,61% dan dikategorikan baik. Kata Kunci : Artikel, Media internet
PENDAHULUAN Menulis adalah kegiatan menginterpretasikan pikiran dan ide dalam bentuk susunan huruf-huruf yang memiliki makna. Menulis berarti mengomunikasikan ide, pikiran dan gagasan ke dalam bentuk tulisan. Untuk melakukan kegiatan menulis, seseorang memerlukan masukan berupa informasi ke dalam pikirannya. Dan untuk mengomunikasikan ide-idenya dengan efektif kegiatan menulis harus dilakukan dari pembiasaan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, artikel adalah tulisan yang berisi karya ilmiah lengkap yang dimuat pada majalah dan surat kabar yang berisi pendapat atau tesis Serambi PTK
seseorang tentang suatu masalah atau fenomena. Berbeda dengan menulis karangan eksposisi, menulis artikel terasa lebih bebas. Perbedaan yang paling penting adalah bahwa karangan eksposisi sangat bersandar pada realita, sedangkan artikel pada fakta. Artikel selalu berusaha lebih faktual. Artikel tidak akan bercerita tentang apa yang terjadi pada umumnya, tapi apa yang terjadi pada orangorang tertentu yang diketahui penulisnya. Selain itu artikel memiliki kebebasan sehingga isi artikel bisa menggambarkan sesuatu (artikel pariwisata), menceritakan suatu kisah (artikel perjalanan), menyingkap sesuatu yang tertutup, serta bentuk lainnya yang dinamakan expose. Page | 68
Jurnal Serambi PTK, Volume 1 No. 1 Juni 2014 ISSN: 2355-9535 Ketidakpahaman siswa dalam keterampilan menulis tentunya akan berdampak buruk bagi perkembangan kognitif, psikomotorik, atau afektifnya. Bahkan tidak menutup kemungkinan siswa akan merasa bahwa belajar bahasa, khususnya menulis sama sekali tidak penting. Maka sangat wajar bila perkembangan kemampuan dalam menulis terutama menulis artikel semakin lama semakin menurun. Hal ini juga disebabkan penggunaan metode konvensional yang dilakukan di kelas tidak menarik minat siswa. RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimana kemampuan siswa kelas XI di SMK Negeri 8 Medan dalam menulis artikel dengan menggunakan media internet? 2. Apakah penggunaan media internet dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis artikel? TUJUAN PENELITIAN 1. Untuk mengetahui apakah situs, web, dan blog pada media internet tentang sebuah peristiwa yang sedang hangat dibicarakan dapat meningkatkan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis artikel oleh siswa kelas XI SMK Negeri 8 Medan Tahun Pelajaran 2011/2012. 2. Untuk mengetahui hasil keterampilan menulis artikel siswa dengan media internet tentang peristiwa yang sedang hangat dibicarakan pada siswa kelas XI SMK Negeri 8 Medan Tahun Pelajaran 2011/2012. MANFAAT PENELITIAN 1. Sebagai bahan informasi bagi sekolah untuk mengetahui keterampilan siswa dalam menulis artikel dengan media internet oleh siswa kelas XI SMK Negeri 8 Medan Tahun Pelajaran 2011/2012. 2. Sebagai bahan masukan bagi guru bidang studi Bahasa dan Sastra Indonesia terhadap penggunaan media internet sebagai alat pembelajaran.
Serambi PTK
3. Sebagai sarana penambah wawasan dan pengetahuan bagi pembaca tentang permasalahan yang diteliti. 4. Sebagai bahan kajian bagi peneliti lain yang bermaksud mengadakan penelitian pada masalah yang relevan. LANDASAN TEORITIS Menurut Morsey (1976:122) dalam Tarigan, menulis merupakan kegiatan yang dilakukan orang terpelajar untuk mencatat, merekam, meyakinkan, melaporkan/memberitahukan, dan mempengaruhi. Dan maksud serta tujuan seperti itu hanya dapat dicapai dengan baik oleh orangorang yang dapat menyusun pikirannya, dan mengutarakanya dengan jelas, kejelasan ini tergantung pada pikiran, organisasi, pemakaian kata-kata dan struktur kalimat. Kemudian tujuan menulis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tujuan penulisan karangan untuk mengamalkan ilmu pengetahuan atau membantu masalah-masalah yang sedang dihadapi masyarakat harus memiliki beberapa syarat. Adapun syarat-syarat suatu karangan menurut Semi (1990:18) bahwa ada lima syarat dalam mengarang yaitu (a) Mengandung suatu masalah dan pemecahannya. (b) Masalah yang dikemukakan harus objektif, sesuai dengan kenyataan bukanlah hasil rekayasa atau angan-angan belaka. (c) .Karangan harus lengkap..(d) Karangan harus disusun menurut metode tertentu sehingga dapat dipertanggungjawabkan kebenaran dan keobjektivannya. Menurut Sharon Scull (1987) artikel didefinisikan sebagai bentuk karangan yang berisi analisis suatu fenomena alam atau sosial dengan maksud untuk menjelaskan apa, siapa, kapan, dimana, bagaimana dan mengapa fenomena alam atau sosial tersebut terjadi. Suatu artikel kadang-kadang menawarkan suatu alternatif bagi pemecahan suatu masalah Page | 69
Jurnal Serambi PTK, Volume 1 No. 1 Juni 2014 ISSN: 2355-9535 Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:726) “Media adalah (1) alat, (2) alat atau sarana komunikasi seperti koran, majalah, radio, televisi, film, poster, dan spanduk, (3) yang terletak antara dua pihak. Sadiman, dkk (2007:7) “Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat. Media Internet (Inteconnected-Network) merupakan sekumpulan jaringan komputer yang menghubungkan berbagai macam situs. Internet menyediakan akses untuk layanan telekomunikasi dan sumber daya informasi untuk jutaan pemakainya yang tersebar di seluruh Indonesia bahkan seluruh dunia. Menurut Budi Raharjo (2002) yang kutipannya terdapat dalam artibelajarmengajar.blogspot.com , konsep penggunaan media internet dalam proses belajar mengajar adalah sebagai akses kepada sumber informasi, akses narasumber, dan akses kerjasama. Akses kepada sumber informasi yaitu sebagai perpustakaan online, sumber literatur, akses hasil-hasil penelitian, dan akses kepada materi pelajaran. Akses kepada narasumber, bisa
Menurut Arikunto (2006:16) dalam penelitian tindakan kelas ada empat tahapan dalam pelaksanaannya , yaitu: Rencana tindakan, Pelaksanaan tindakan, Observasi, dan Refleksi. INSTRUMEN PENELITIAN Instrumen penelitian yang digunakan oleh pengumpul data dalam penelitian ini adalah tes berbentuk essay test dan observasi aktivitas
Serambi PTK
dilakukan komunikasi tanpa harus bertemu secara fisik. Sebagai media kerjasama, internet bisa menjadi media untuk melakukan penelitian atau pembelajaran secara bersama-sama METODOLOGI PENELITIAN Sesuai dengan judul penelitian, lokasi penelitian ini ditetapkan menjadi tempat penelitian yaitu SMK Negeri 8 Medan. Penelitian ini diselenggarakan pada tahun pelajaran 2011/2012. Populasi semua siswa kelas XI SMKN 8 Medan yang terdiri dari 14 kelas dengan jurusan Boga, jurusan Busana Butik, jurusan Tata Kecantikan , dan jurusan Akomudasi Perhotelan jumlah siswa 240 orang dengan sampel penelitian siswa-siswa kelas XI Boga 1 yang berjumlah 36 orang siswa.
DESAIN PENELITIAN Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Kelas (classroom action research). Seluruh tahapan yang dilakukan dengan penelitian tindakan kelas ini merupakan tindakan-tindakan yang bebentuk siklus yang dapat dilihat pada gambar I berikut ini :
siswa selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Jumlah soal 1 (satu). Jawaban siswa benar diberi skor sesuai dengan yang telah ditentukan. Jika salah diberi skor 0 (nol) sehingga rentang skor 0 sampai 100. Untuk kesalahan penggunaan tes, terlebih dahulu divalidasi oleh validator. Selanjutnya dari hasil validasi tersebut, tes direvisi sesuai dengan saran yang diberikan oleh validator.
Page | 70
Jurnal Serambi PTK, Volume 1 No. 1 Juni 2014 ISSN: 2355-9535 Tabel 1. Skor pada materi pokok menulis artikel No
Indikator
Skor/Bobot
A. Kriteria Menulis Artikel 1
Pemilihan Tema
10
2
Pengumpulan Informasi
10
3
Kerangka Karangan
10
4
Kepaduan Makna (Koheren)
10
B. Kriteria Penulisan 1
Penulisan Tanda Baca
10
2
Kepaduan Bentuk (kohesif)
10
3
Ejaan yang tepat
10
4
Pemilihan kata yang tepat
10
5
Ketajaman isi
10
6
Penggunaan Istilah Asing
10
Jumlah/Skor
Dengan peringkat nilai sebagai berikut : Skor 85 – 100 (A)
: Sangat Baik
Skor 75 – 84 (B)
: Baik
Skor 65 – 74
: Cukup
(C) Skor 55 – 64 (D)
: Kurang
Skor 0 – 54
: Sangat Kurang
(E)
Serambi PTK
100
TEKNIK ANALISIS DATA Tahapan sesudah pengumpulan data adalah analisis data. Walaupun data yang telah dikumpulkan lengkap dan valid, jika peneliti tidak mampu menganalisisnya maka datanya tidak akan memiliki nilai ilmiah yang dapat digunakan untuk perkembangan ilmu pengetahuan. Kegiatan pengumpulan data yang benar dan tepat merupakan jantungnya penelitian tindakan, sedangkan analisis data akan memberi kehidupan dalam kegiatan penelitian. Untuk itu, seorang peneliti perlu memahami teknik analisis data yang tepat agar manfaat penelitiannya memiliki nilai ilmiah yang tinggi. Analisis data yang digunakan untuk menyelesaikan masalah yang disajikan dalam Page | 71
Jurnal Serambi PTK, Volume 1 No. 1 Juni 2014 ISSN: 2355-9535 penelitian ini adalah analisis deskriptif yaitu menjelaskan arah perubahan, peningkatan perubahan, dan pemahaman konsep siswa tentang materi menulis artikel. Analisis deskriptif bertujuan untuk menggambarkan keadaan siswa terhadap pokok bahasan menulis artikel dengan melaksanakan observasi untuk
PPH
Untuk mengetahui persentase kemampuan siswa digunakan rumus :
B 100% N
Keterangan : PPH : Persentase Penilaian Hasil B : Skor yang diperoleh N : Skor Total Kriteria : 0% ≤ PPH ≤ 65% siswa belum tuntas didalam belajar 65% ≤ PPH ≤ 100% siswa sudah tuntas belajar
Keterangan : PKK : Persentase Ketuntasan Klasikal Berdasarkan pendapat Suryo Subroto (1997:129) yang menyatakan bahwa “Kriteria ketuntasan belajar jika di kelas 85% yang telah mencapai persentase penilaian hasil 60%, maka ketuntasan belajar secara klasikal telah tercapai”.
Serambi PTK
mengetahui kemampuan siswa terhadap materi tersebut dan sebagai informasi dalam mengambil pertimbangan, dalam melaksanakan usaha-usaha perbaikan terhadap kelemahan-kelemahan yang ada.
Dari uraian diatas, dapat diketahui siswa yang belum tuntas belajar dan yang sudah tuntas belajar secara individual. Selanjutnya dapat diketahui apakah ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah dicapai dilihat dari persentasenya. Siswa yang sudah belajar dapar dirumuskan sebagai berikut :
HASIL PENELITIAN SIKLUS I Setelah pembelajaran siklus I pada pertemuan ke-1 dan ke-2, maka dilakukan refleksi terhadap proses dan hasil pembelajaran dapat ditemukan hasil pembelajaran menulis artikel siswa SMK Negeri 8 Medan tahun pelajaran 2011/2012. Hal itu terlihat melalui menulis artikel ada 2 (dua) aspek yang perlu diperbaiki, yaitu ketajaman isi (rata-rata 6,22) dan penggunaan istilah asing (rata-rata 6,22). Siklus I tersebut dijadikan dasar dalam penyusunan perencanaan pada siklus-2. Selanjutnya hasil tes menulis artikel dipaparkan sebagai berikut :
Page | 72
Jurnal Serambi PTK, Volume 1 No. 1 Juni 2014 ISSN: 2355-9535 Tabel 2. Peningkatan belajar hasil tes 1 No. Urut Siswa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 Jumlah Rata-rata
Tes Awal 59 56 57 57 54 55 57 54 62 58 56 54 51 58 58 58 64 63 60 55 56 60 60 56 59 62 55 58 57 65 66 66 59 64 61 61 2111 58,63
Tes I 70 66 67 67 66 66 66 67 71 69 66 65 64 68 67 68 72 73 68 66 65 66 70 65 70 71 64 68 69 74 74 74 71 73 72 71 2469 68,58
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa terdapat peningkatan hasil belajar siswa dari tes awal ke
Peningkatan 11 10 10 10 12 11 9 13 9 11 10 11 13 10 9 10 8 10 8 11 9 6 10 9 11 9 9 10 12 9 8 8 12 9 11 10 412 11,44
tes 1 dengan rata-rata dari 36 siswa sebesar 11,44. SIKLUS KEDUA II
Serambi PTK
Page | 73
Jurnal Serambi PTK, Volume 1 No. 1 Juni 2014 ISSN: 2355-9535 Secara lengkap hasil pembelajaran menulis
artikel siswa pada siklus-2 sebagai berikut.
Tabel 3. Peningkatan belajar hasil tes ii No. Urut Siswa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 Jumlah Rata-rata
Serambi PTK
Tes I 70 66 67 67 66 66 66 67 71 69 66 65 64 68 67 68 72 73 68 66 65 66 70 65 70 71 64 68 69 74 74 74 71 73 72 71 2469 68,58
Tes II 80 76 77 77 76 76 76 77 80 80 77 75 74 78 77 78 83 82 78 75 74 76 78 75 81 80 74 77 79 83 83 83 80 81 80 81 2817 78,25
Peningkatan 10 10 10 10 10 10 10 10 9 11 11 10 10 10 10 10 11 9 10 9 9 10 8 10 11 9 10 9 10 9 9 9 9 8 8 10 348 9,67
Page | 74
Jurnal Serambi PTK, Volume 1 No. 1 Juni 2014 ISSN: 2355-9535 Setelah dilakukan pembelajaran pada siklus II dan tes ke-2, diperoleh peningkatan hasil belajar siswa kelas XI SMK Negeri 8 Medan tahun pelajaran 2011/2012 pada materi penulisan artikel dengan menggunakan media internet. Peningkatan dari tes 1 ke tes 2 sebesar
9,67 poin dan sekaligus menandakan bahwa tidak perlu lagi dilaksanakan perbaikan pembelajaran. Dengan demikian perolehan nilai total peningkatan kemampuan siswa menulis artikel dari tes yang diberikan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4. Peningkatan hasil belajar siswa No.Urut Siswa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 Jumlah Rata-rata Serambi PTK
Tes Awal 59 56 57 57 54 55 57 54 62 58 56 54 51 58 58 58 64 63 60 55 56 60 60 56 59 62 55 58 57 65 66 66 59 64 61 61 2111 58,63
Tes II 80 76 77 77 76 76 76 77 80 80 77 75 74 78 77 78 83 82 78 75 74 76 78 75 81 80 74 77 79 83 83 83 80 81 80 81 2817 78,25
Peningkatan 21 20 20 20 22 21 19 23 18 22 21 21 23 20 19 20 19 19 18 20 18 16 18 19 22 18 19 19 22 18 17 17 21 17 19 20 706 19,61 Page | 75
Jurnal Serambi PTK, Volume 1 No. 1 Juni 2014 ISSN: 2355-9535 Berdasarkan hasil penelitian pada tabel diatas diperoleh rata-rata peningkatan dari 36 siswa sebesar 19,61 poin. Peningkatan ini dapat dilihat dari aktivitas belajar siswa selama proses belajar mengajar berlangsung. Dengan demikian, penerapan penggunaan media internet membantu meningkatkan kemampuan menulis artikel siswa kelas XI Boga 1 SMK Negeri 8 Medan tahun pembelajaran 2011/2012. Dari hasil penelitian pada tes awal telah diperoleh skor 58,63. Kemudian pada tes 1 (siklus I) terdapat peningkatan dengan skor rata-rata 68,58. Kemudian dilaksanakan kembali pembelajaran pada tes ke-2 (siklus II) dengan skor rata-rata 78,25. pembelajaran pada siklus ke-2 ini telah terbukti hasil belajar siswa meningkat. Dengan demikian telah terjadi peningkatan pada setiap siklusnya.
Pusat Bahasa. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Semi, Atar. 1990. Menulis Efektif. Padang: Angkasa Raya Syafie, Imam. 1988. Retorika Dalam Menulis. Jakarta: Depdiknas Tarigan, Henry Guntur. 1982. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa Zainal, Aqib. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung:Yrama Widya
KESIMPULAN 1. Sebelum pembelajaran dilakukan, keterampilan siswa dalam menulis artikel tergolong rendah. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata keseluruhan siswa sebesar 58,63. 2. Setelah dilakukan pembelajaran pada siklus 1 dengan tidak menggunakan media memakai alur Penelitian Tindakan Kelas (PTK), terbukti hasil belajar meningkat dengan rata-rata keseluruhan 68,58. 3. Untuk mencapai hasil yang lebih baik, maka dilaksanakanlah pembelajaran dengan menggunakan media internet pada siklus ke2. Hasil belajar siswa meningkat dengan rata-rata 78,25. 4. Peningkatan hasil belajar siswa setelah diberikan perbaikan pengajaran sebanyak dua kali secara total adalah19,61 poin. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsini dkk. 2008. PTK. Jakarta: Bumi Aksara Jakarta Belawati, Tian dkk. 2006. Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta:Universitas Terbuka Marahimin, Ismail. 2005. Menulis Secara Populer. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya. M.Mahbub. Media Internet sebagai Pembelajaran. www.scribd.com Serambi PTK
Page | 76
Jurnal Serambi PTK, Volume 1 No. 1 Juni 2014 ISSN: 2355-9535 Upaya Perbaikan Perilaku Terpuji Siswa Pada Kompetensi Dasar Menghargai Karya Orang Lain Pelajaran Pendidikan Agama Islam Dengan Menggunakan Model Pembelajaran TPS (Think Pair Share) DiKelas XI Boga 3 SMK Negeri 8 Medan TA. 2013-2014 Nursyaidah (Guru SMK Negeri 8 Medan) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbaikan perilaku terpuji siswa pada Kompetensi Dasar Menghargai Karya Orang Lain dengan menggunakan model pembelajaran TPS (Think Pair Share) pada pelajaran Pendidikan Agama Islam di Kelas XI Boga 3 SMK Negeri 8 Medan. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Objek penelitian dalam penelitian ini adalah antusias siswa dalam kegiatan pembelajaran, penggunaan bahasa yang baik, kesopanan, dan karya yang dihasilkan. Subjek penelitian ini adalah 32 orang siswa. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah observasi yang dilakukan pada siswa. Berdasarkan observasi hasil penelitian persentase perbaikan perilaku terpuji siswa dalam menghargai karya orang lain dari 32 orang siswa terdapat 25% siswa yang memiliki perbaikan perilaku terpuji sangat baik, 50% siswa memiliki peningkatan perilaku terpuji baik, 21, 9% siswa memiliki peningkatan perilaku terpuji cukup dan 3,1% siswa memiliki perbaikan perilaku terpuji kurang. Persentase hasil tingkat ketuntasan perilaku terpuji siswa dari 32 orang siswa pada siklus I pertemuan I mencapai 25% siswa yang tuntas dan 75% siswa tidak tuntas. Pada siklus I pertemuan II terdapat 50% siswa tuntas dan 50% siswa tidak tuntas. Pada siklus II pertemuan I terdapat 63,5% siswa yang tuntas dan 36,5% siswa tidak tuntas dan pada siklus II pertemuan II meningkat menjadi 93,75% siswa yang tuntas dan 6,25% siswa tidak tuntas. Dengan demikian penggunaan model pembelajaran TPS dapat meningkatkan perbaikan perilaku terpuji siswa dalam menghargai karya orang lain. Kata Kunci : Terpuji, Kompetensi Dasar, TPS (Think Pair Share)
PENDAHULUAN Salah satu dari beberapa sikap yang paling sering kita lihat dan saksikan diantara prilaku sehari-hari adalah tingkah laku, baik itu dari kejujuran, santun dalam berbuat, disiplin, tanggung jawab, cinta ilmu, menghargai keberagaman, gaya hidup sehat, dan lain sebagainya. Hakikat dari suatu prilaku terpuji tersebut adalah hasil dari suatu karya yang dihasilkan siswa setiap harinya yang tertuang dalam sebuah perkataan maupun perbuatan, yang pada dasarnya adalah cerminan dari budaya yang terbentuk baik itu dilingkungan rumah tangganya, lingkungan sekolahnya maupun lingkungan tempat anak tersebut bermain setiap harinya (lingkungan masyarakat). RUMUSAN MASALAH Berdasarkan batasan masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah dengan menggunakan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) dapat meningkatkan Perilaku terpuji siswa pada Serambi PTK
Kompetensi DasarMenghargai Karya Orang Lain di kelas XI Boga 3 SMK Negeri 8 Medan Tahun Ajaran 2013-2014?” TUJUAN PENELITIAN Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui model pembelajaran Think Pair Share ( TPS ) dapat meningkatkan Perilaku terpuji Siswa pada Kompetensi Dasar Menghargai Karya Orang Lain di kelas XI Boga 3 SMK Negeri 8 Medan Tahun Ajaran 2013-2014. KAJIAN TEORITIS Perilaku terpuji (akhlak) secara etimologi berasal dari kata khuluq dan jama’nya akhlaq yang berarti budi pekerti, etika, moral. Sejak dulu masalah akhlak mendapat perhatian dari tuhan dengan mengutus beberapa nabi dan rasul untuk membimbing, salah satunya nabi kita nabi Muhammad SAW yang membawa misi utamanya yaitu untuk memperbaiki akhlak (moral) manusia, Sebagaimana sabdanya yaitu : Page | 77
Jurnal Serambi PTK, Volume 1 No. 1 Juni 2014 ISSN: 2355-9535
ق ِ َِإنَّ َما بُعِثْتُ ألُتَمِ َّم َمكَا ِر َم االَ ْخال “ Sesungguhnya saya diutus (oleh Allah) untuk menyempurnakan akhlak Perilaku Ahlak Terpuji Dalam Pergaulan Siswa SMK Negeri 8 Medan Sifat Mahmudah atau juga dikenali dengan akhlak terpuji ialah sifat yang lahir didalam diri seseorang yang menjalani pembersihan jiwa dari sifat-sifat yang keji dan hina (sifat mazmumah). Sifat Mazmumah boleh dianggap seperti racun-racun yang boleh membunuh manusia secara tidak disadari dan sifat ini berlawanan dengan sifat mahmudah yang sentiasa mengajak dan menyuruh manusia melakukan kebaikan. Pengertian Karya dan Menghargai Karya Orang Lain Pada Kamus Besar Bahasa Indonesia kata “karya” mempunyai arti; kerja, pekerjaan, buatan, ciptaan (termasuk hasil kesenian). Sedangkan dalam Kamus Bahasa Arab dikenal dengan istilah “ihtirap”, dan orang yang berkarya disebut “muhtarip”. Sikap dan Perilaku Menghargai Karya Orang Lain Dalam buku pelajaran Pendidikan Agama Islam yang disusun oleh TIM MGMP PAI Kota medan (2008:100-101) menjelaskan perilaku menghargai karya orang lain dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya: a. Tidak menghina, mengejek, mencaci atau menganggap hasil karya rendah atau tidak bagus. b. Mau memberikan saran atau petunjuk agar hasil karya terebut bertambah baik, bagus dan bernilai tinggi di tengah masyarakat. c. Memberikan pujian atas hasil karya seseorang untuk memotivasinya lebih menekuni pekerjaan dan kalau ternyata hasil karyanya bagus, maka akan mendorongnya lebih baik lagi. d. Tidak menciplak hasil karya orang lain dan menjadikan karya sendiri. e. Jika seseorang memberi hasil karyanya kepada kita, jangan mempermalukannya, bisa jadi menurut kita tidak bagus, namun mampu sebagai penghargaan kepadanya
Serambi PTK
pemberian tersebut kita terima dengan baik. Membiasakan Diri Menghargai Karya Orang Lain Membiasakan menghargai karya orang lain merupakan perbuatan terpuji karena cara yang demikian akan dapat tetap terbina hubungan harmonis. Ada kalanya hasil karya orang lain menjadi sesuatu yang sangat berguna bagi kita, umpanya karya Imam Mazhab yang menjadi sumber bacaan untuk kita dalam melakukan ibadah dan muammalah antar sesama. Model Pembelajaran Think Pair Share Think pair share (TPS) atau berpikir, berpasangan dan berbagi merupakanjenisatau tipe pendekatan struktural yang sesuai dengan urutan atau susunan dari model pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Think Pair Share Fadholi (2009:1) mengemukakan 5 Kelebihan Model Pembelajaran Think Pair and Share ( TPS ) sebagai berikut: 1. Memberi murid waktu lebih banyak untuk berfikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain 2. Lebih mudah dan cepat membentuk kelompoknya 3. Murid lebih aktif dalam pembelajaran karena menyelesaikan tugasnya dalam kelompok, dimana tiap kelompok hanya terdiri dari 2 orang 4. Murid memperoleh kesempatan untuk mempersentasikan hasil diskusinya dengan seluruh murid sehingga ide yang ada menyebar 5. Memungkinkan murid untuk merumuskan dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai materi yang diajarkan karena secara tidak langsung memperoleh contoh pertanyaan yang diajukan oleh guru, serta memperoleh kesempatan untuk memikirkan materi yang diajarkan. Fadholi (2009:1) mengemukakan 5 Kelemahan Atau Kekurangan Model Pembelajaran Think Pair and Share ( TPS ) sebagai berikut:
Page | 78
Jurnal Serambi PTK, Volume 1 No. 1 Juni 2014 ISSN: 2355-9535 1. Jumlah murid yang ganjil berdampak pada saat pembentukan kelompok, karena ada satu murid tidak mempunyai pasangan 2. Jika ada perselisihan,tidak ada penengah 3. Jumlah kelompok yang terbentuk banyak 4. Menggantungkan pada pasangan 5. Sangat sulit diterapkan di sekolah yang rata-rata kemampuan muridnya rendah.
Penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran dalam meningkatkan prilaku terpuji dalam menghargai karya orang lain pada pelajaran pendidikan agama islam dengan menggunakan model pembelajaran think pair share di kelas XI Boga 3 SMK Negeri 8 Medan Tahun Ajaran 2013-2014.
PELAKSANAAN PENELITIAN PENGUMPULAN DATA Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI Pengumpulan data dilakukan melalui Boga 3 SMK Negeri 8 Medan Tahun Ajaran observasi pada siswa dan guru pada 2013-2014, yang dilaksanakan selama 3 bulan keseluruhan kegiatan mulai dari awal mulai dari kegiatan persiapan sampai dengan pelaksanaan tindakan sampai berakhirnya pelaksanaan tindakan. Subjek dalam penelitian pelaksanaan tindakan. Tindakan berupa ini adalah siswa kelas XI Boga 3 yang meningkatkan perilaku terpuji dengan berjumlah 32 orang di SMK Negeri 8 Medan menggunakan model pembelajaran Think Pair Tahun Ajaran 2013-2014. Share (berpikir berpasangan berbagi). A. Untuk mengetahui perilaku terpuji siswa, penelitian menilai dari aspek yang terlihat sebagai berikut: Tabel 1 Perilaku Terpuji Siswa No Indikator Deskriptor Skala Penilaian 1 1
Aspek
a. Berkata sopan
Perkataan
b. Memberikan saran
2
3
4
c. Memberikan pujian 2
Aspek
a. Menghasilkan karya sendiri (tidak menciplak karya orang lain)
Perbuatan b. Menerima pemberian orang lain
B. Observasi yang dilakukan oleh pengamat (guru pamong) merupakan pengamatan terhadap seluruh kegiatan pengajaran yang dilakukan guru. Adapun bentuk observasi guru dan aspek penilaiannya adalah sebagai berikut: Tabel 2 Observasi guru dan aspek penilaiannya Skala Penilaian No
Indikator
Deskripsi 1
1
Membuka Pelajaran
Serambi PTK
2
3
4
Melakukan persiapan fisik a. memulai pelajaran dengan mengucapkan basmalah dan kemudian berdoá bersama sebelum memulai pelajaran
Page | 79
Jurnal Serambi PTK, Volume 1 No. 1 Juni 2014 ISSN: 2355-9535 b. melakukan apersepsi c. menyiapkan kitab suci Al Qurán 2
Mengemban gkan KBM
a. memberikan kesempatan kepada siswa berpartisipasi aktif b. mengembangkan kegiatan siswa
Menyajikan materi
a. membuat dan menggunakan rencana pembelajaran b. menyajikan materi sesuai dengan rencana pembelajaran a. memberi petunjuk dan penjelasan
Mengelola kelas
b. menunjukkan sikap adil kepada siswa Menguasai materi
a. materi diajarkan tepat waktu b. Materi diajarkan sesuai tujuan c. materi diajarkan dengan lancar
Menutup Pelajaran
a. memberi rangkuman dengan jelas b. rangkuman sesuai dengan inti materi pelajaran c. memberikan tugas rumah
TEKNIK ANALISA DATA Analisis data penelitian yang akan dilakukan adalah kualitatif yang berupa
pengisian lembar observasi siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
Untuk mengatahui perilaku terpuji siswa secara individu berdasarkan observasi dapat digunakan rumus sebagai berikut: f
Pi = n x100 Pi = persentase hasil pengamatan f = jumlah skor hasil observasi n = jumlah skor maksimal Hasil pengukuran ketuntasan kompetensi siswa yang telah ditetapkan oleh SMK Negeri 8 Medan yaitu: Tuntas : Apabila siswa dapat menguasai > 60 dari indikator kemampuan Tidak Tuntas : Apabila siswa dapat menguasai < 60 dari indikator kemampuan
(Sudjana, 2009:131)
Dari uraian di atas dapat diketahui siswa yang kurang, cukup, baik, dan sangat baik dalam pembelajaran dapat diketahui dari persentase perbandingan hasil belajar masingmasing individu yaitu dengan ketentuan sebagai berikut:
Tabel 3 Rentang Nilai dan Kriteria Rentang Nilai (%) Kriteria 85% - 100% Sangat baik Serambi PTK
Page | 80
Jurnal Serambi PTK, Volume 1 No. 1 Juni 2014 ISSN: 2355-9535 70% - 84% 55% - 69% 0% - 54 %
Baik Cukup Kurang
Dan untuk menentukan persentase kemampuan siswa secara klasikal dapat dicari dengan rumus : f Pi = n x100 Dimana: P = jumlah persentase siswa yang mengalami perubahan f = jumlah siswa yang tuntas n = jumlah siswa keseluruhan Secara individual dikatakan memiliki kemampuan belajar jika Pi dan P > 65% dan suatu kelas dikatakan tuntas belajar apabila P > 80%
HASIL PENELITIAN Setelah melakukan penelitian selama 2 siklus (4 pertemuan) dapat disimpulkan bahwa penerapan TPS (Think Pair Share) pada Pelajaran Pendidikan Agama Islam dapat
memperbaiki perilaku terpuji siswa dalam menghargai karya orang lain baik secara individual maupun secara klasikal. Hal ini juga dapat dilihat dari hasil data rekapitulasi mulai dari siklus I sampai dengan siklus II.
Tabel IV Rekapitulasi Peningkatan Hasil Obeservasi Tingkat Perilaku Terpuji Pada Siklus I (pertemuan I dan II) dan siklus II (pertemuan I dan II ) Siklus II Siklus II Siklus I Pertemuan Siklus I Kode I pertemuan II pertemuan I Pertemuan II Siswa % Kategori % Kategori % Kategori % Kategori 79,2 Sangat 87,50 Sangat 66,70% Cukup Baik 85,70% 1 0% Baik % Baik 79,2 84,40 70,80% Baik Baik 82,10% Baik Baik 2 0% % 62,5 75,00 33,30% Kurang Cukup 60,70% Cukup Baik 3 0% % 62,5 75,00 41,70% Kurang Cukup 64,30% Cukup Baik 4 0% % 83,3 Sangat 87,50 Sangat 75,00% Baik Baik 85,70% 5 0% Baik % Baik 66,7 75,00 41,70% Kurang Cukup 64,30% Cukup Baik 6 0% % 62,5 62,50 33,30% Kurang Cukup 57,10% Cukup Cukup 7 0% % 66,7 75,00 45,80% Kurang Cukup 67,90% Cukup Baik 8 0% % Sangat 100, Sangat Sangat 87,50 Sangat 95,80% 92,90% 9 Baik 00% Baik Baik % Baik 66,7 75,00 33,30% Kurang Cukup 57,10% Cukup Baik 10 0% % 62,5 65,60 33,30% Kurang Cukup 57,10% Cukup Cukup 11 0% % 62,5 71,90 50,00% Kurang Cukup 71,40% Baik Baik 12 0% % 83,3 Sangat 90,60 Sangat 75,00% Baik Baik 89,30% 13 0% Baik % Baik Serambi PTK
Page | 81
Jurnal Serambi PTK, Volume 1 No. 1 Juni 2014 ISSN: 2355-9535
14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 Jumlah RataRata Kategori
1758,10%
70,8 Baik 0% 70,8 Baik 0% 70,8 Baik 0% 58,3 Cukup 0% 50,0 Kurang 0% 45,8 Kurang 0% 54,2 Kurang 0% 62,5 Cukup 0% 50,0 Kurang 0% 50,0 Kurang 0% 54,2 Kurang 0% 54,2 Kurang 0% 91,7 Sangat 0% Baik 58,3 Cukup 0% 58,3 Cukup 0% 100, Sangat 00% Baik 75,0 Baik 0% 70,8 Baik 0% 66,7 Cukup 0% 2150,00%
54,94% Kurang
62,50%
Cukup
62,50%
Cukup
70,80%
Baik
58,30%
Cukup
50,00%
Kurang
45,80%
Kurang
50,00%
Kurang
45,80%
Kurang
41,70%
Kurang
41,70%
Kurang
41,70%
Kurang
50,00%
Kurang
87,50%
Sangat Baik
45,80%
Kurang
45,80%
Kurang
100,00 %
Sangat Baik
58,30%
Cukup
50,00%
Kurang
54,20%
Kurang
Keterangan : Sangat Baik Baik Cukup Kurang
2193,00%
84,40 Baik % 84,40 Baik % 87,50 Sangat % Baik 65,60 Cukup % 65,60 Cukup % 68,80 Cukup % 68,80 Cukup % 53,10 Kurang % 75,00 Baik % 75,00 Baik % 78,10 Baik % 65,60 Cukup % 93,80 Sangat % Baik 78,10 Baik % 81,30 Baik % 100,00 Sangat % Baik 90,60 Sangat % Baik 78,10 Baik % 81,30 Baik % 2487,60%
67,19%
68,53%
77,74%
Cukup
Cukup
Baik
Baik
78,60%
Baik
89,30%
Sangat Baik
53,60%
Kurang
50,00%
Kurang
42,90%
Kurang
50,00%
Kurang
67,90%
Cukup
50,00%
Kurang
46,40%
Kurang
50,00%
Kurang
50,00%
Kurang
92,90%
Sangat Baik
67,90%
Cukup
67,90%
Cukup
100,00 %
Sangat Baik
75,00%
Baik
71,40%
Baik
75,00%
Baik
: 85% - 100% : 70% - 84% : 55% - 69% : di bawah 55%
Dari data pada tabel rekapitulasi di atas dapat diketahui bahwa rata-rata skor peningkatan perilaku terpuji siswa dalam menghargai karya orang lain secara individual terus membaik Serambi PTK
78,60%
selama 2 siklus (4 pertemuan). Pada siklus I pertemuan I, persentase rata-rata nilai tingkat perilaku terpuji siswa dalam menghargai karya orang lain adalah 54,94% (kurang). Pada Page | 82
Jurnal Serambi PTK, Volume 1 No. 1 Juni 2014 ISSN: 2355-9535 siklus I pertemuan II, persentase rata-rata nilai tingkat perilaku terpuji siswa dalam menghargai karya orang lain adalah 67,19% (cukup). Pada siklus II pertemuan I, persentase rata-rata nilai tingkatan perilaku terpuji siswa
dalam menghargai karya orang lain adalah 68,53% (Baik) dan pada siklus II pertemuan II mengalami peningkatan rata-rata nilai tingkat perilaku terpuji siswa dalam menghargai karya orang lain mencapai 77,74% (Baik). Tabel V Rekapitulasi Perubahan Tingkat Perilaku Terpuji Siswa SecaraKlasikal PadaSiklus I (Pertemuan I dan II) dan Siklus II (Pertemuan IDan II) No. Kategori Siklus I Siklus I Siklus II Siklus II Pertemuan I
Pertemuan II
Pertemuan I
Pertemuan II
Jlh
%
Jlh
%
Jlh
%
Jlh
%
3
9,40%
7
21,9%
8
25%
1
SangatBaik
3
9,40%
2
Baik
4
12,50% 9
28,10% 7
21,9%
16
50%
3
Cukup
5
15,60% 13
40,60% 10
31,2%
7
21,9%
4
Kurang
20
62,50% 7
21,90% 8
25,0%
1
3,1%
32
100%
100%
100%
32
100%
Jumlah
32
Hasil data di atas pada perilaku terpuji di siklus I pada pertemuan I dan 2 mengalami peningkatan, begitu pula di siklus II pada pertemuan 1 dan 2 juga sangat mengalami peningkatan yakni sebagai berikut: 1. Pada kriteria sangat baik mengalami peningkatan dari siklus I pada pertemuan 1 dan 2 ke siklus II pada pertemuan 1 dan 2 sebesar 25% atau sebanyak 8 orang siswa. 2. Pada kriteria baik mengalami peningkatan yang signifikan dari siklus I pada pertemuan 1 dan 2 ke siklus II pada pertemuan 1 dan 2 sebesar 50% atau sebanyak 16 orang siswa. 3. Pada kriteria cukup mengalami penurunan dari siklus I pada pertemuan I dan 2 ke siklus II pada pertemuan 1 dan 2 sebesar 21,9% atau sebanyak 7 orang siswa. 4. Sedangkan untuk kriteria kurang mengalami penurunan dari siklus I pada pertemuan 1 dan 2 ke siklus II pada pertemuan 1 dan 2 sebesar 3,1% atau sebanyak 7 orang siswa. Pada diagram di atas dapat dilihat perubahan tingkat perilaku terpuji siswa dalam menghargai karya orang lainsecara klasikal pada siklus I dan siklus II. Pada siklus I pertemuan I dari 32 orang siswa terdapat 9,40% siswa tingkat perilaku terpuji siswa dalam menghargai karya orang lain sangat Serambi PTK
32
baik, 12,50% siswa memiliki perilaku terpuji siswa dalam menghargai karya orang lainbaik,15,60% siswa memiliki perilaku terpuji siswa dalam menghargai karya orang laincukup dan 62,50% siswa memiliki tingkat perilaku terpuji siswa dalam menghargai karya orang lain kurang. Pada siklus I pertemuan II dari 32 orang siswa terdapat 9,40% siswa tingkat perilaku terpuji siswa dalam menghargai karya orang lain sangat baik, 28,10% siswa memiliki tingkat perilaku terpuji siswa dalam menghargai karya orang lain baik, 40,60% siswa memiliki tingkat perilaku terpuji cukup dan 21,90% siswa memiliki tingkat perilaku terpuji siswa dalam menghargai karya orang lainKurang. Pada siklus II pertemuan I dari 32 orang siswa terdapat 21,90% siswa tingkat perilaku terpuji siswa dalam menghargai karya orang lainsangat baik, 21,90% siswa memiliki tingkat perilaku terpuji siswa dalam menghargai karya orang lain baik, 31,20% siswa memiliki tingkat perilaku terpuji siswa dalam menghargai karya orang lain cukup dan 25% siswa memiliki tingkat perilaku terpuji siswa dalam menghargai karya orang lain kurang. Dan pada siklus II pertemuan II persentase tingkat perilaku terpuji siswa dalam menghargai karya orang lain meningkat dari Page | 83
Jurnal Serambi PTK, Volume 1 No. 1 Juni 2014 ISSN: 2355-9535 32 orang siwa terdapat 25% siswa tingkat perilaku terpuji siswa dalam menghargai karya orang lain sangat baik,50% siswa tingkat perilaku terpuji siswa dalam menghargai karya orang lain Baik dan 21,9% siswa tingkat perilaku terpuji siswa dalam menghargai karya orang lain Cukup dan 3,1% siswa memiliki tingkat perilaku terpuji siswa dalam menghargai karya orang lain kurang.
Serambi PTK
Page | 84
Jurnal Serambi PTK, Volume 1 No. 1 Juni 2014 ISSN: 2355-9535 Tabel VI Rekapitulasi Persentase Hasil Tingkat Ketuntasan Perilaku Terpuji Siswa Secara Klasikali siklus I(Pertemuan I &II) dan Siklus II(Pertemuan I &II)
No
Tingkat
Siklus I
Siklus I
Siklus II
Siklus II
Ketuntasan
Pertemuan I
Pertemuan II
PertemuanI
PertemuanI I
Jlh
%
Jlh
%
Jlh
%
Jlh
%
8
25%
16
50%
20
63,5%
30
93,75 %
24
75%
16
50%
12
37,5%
2
6,25%
32
100%
32
100%
32
100%
32
100%
perilaku siswa 1 2
terpuji
Tuntas > 65% Tidak tuntas <65%
Jumlah
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa presentase hasil tingkat ketuntasan perilaku terpuji siswa dalam menghargai karya orang lain dari 32 orang siswa pada siklus I pertemuan I mencapai 25% siswa yang tuntas dan 75% siswa tidak tuntas. Pada siklus I pertemuan II terdapat 50% siswa yang tuntas dan 50% siswa yang tidak tuntas.Pada siklus II pertemuan I terdapat 63,5% siswa yang tuntas dan 37,5% siswa yang tidak tuntas. Pada siklus II pertemuan II terdapat 93,75% siswa yang tuntas dan 6,25% siswa tidak tuntas. PENUTUP Dari hasil pembahasan yang telah dikemukakan pada bab-bab sebelumnya serta analisis yang telah ada,maka peneliti memperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Penggunaan model pembelajaran TPS (think pair share) memperbaiki perilaku terpuji siswa dalam menghargai karya orang lainpada pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelasXI Boga3 SMK Negri 8 Medan Ajaran 2012/2013 2. Penelitian dibagi menjadi II siklus tiap siklus terdiri dari 2 pertemuan,peneliti menggunakan analisis data observasi 3. Hasil penelitian berdasarkan observasi yang dilakukan oleh guru:rata-rata skor peningkatan perilaku terpuji siswa dalam menghargai karya orang lain secara individual terus meningkat selama 2 siklus (4 pertemuan ). Pada siklus I pertemuan I,persentase rata-rata nilai tingkat perilaku terpuji siswa dalam menghargai karya Serambi PTK
orang lain adalah 54,94% (kurang). Pada siklus I pertemuan II,persentase rata-rata nilai tingkat perilaku terpuji siswa dalam menghargai karya orang laina dalah 67,19% (cukup). Pada siklus II pertemauan I, persentase rata-rata nilai perilaku terpuji siswa dalam menghargai karya orang lain adalah 68,53% (baik) dan pada siklus II pertemuan II mengalami peningkatan rata-rata nilai tingkat perilaku terpuji siswa dalam menghargai karya orang lain mencapai 77,74% (baik). Perubahan tingkat perilaku terpuji siswa dalam menghargai karya orang lain secara klasikal pada siklus I dan siklus I.Pada siklus I pertemuan I dari 32 orang siswa terdapat 9,40% siswa tingkat perilaku terpuji siswa dalam menghargai karya orang lain sangat baik,12,50% siswa memiliki tingkat perilaku terpuji siswa dalam menghargai karya orang lain baik, 15,60% memiliki tingkat perilaku terpuji siswa dalam menghargai karya orang lain cukup dan 62,50% siswa memiliki tingkat perilaku terpuji siswa dalam menghargai karya orang lain kurang. Pada siklus I pertemuan II dari 32 orang siswa terdapat 9,40% siswa tingkat perilaku terpuji siswa dalam menghargai karya orang lain sangat baik, 28,10% siswa memiliki tingkat perilaku terpuji siswa dalam menghargai karya orang lain baik, 40,60% memiliki tingkat perilaku terpuji siswa dalam menghargai karya orang lain cukup dan 21,90% siswa memiliki tingkat perilaku Page | 85
Analisis Kebutuhan Bahan Ajar Materi Reproduksi terpuji siswa dalam menghargai karya orang lain kurang. Pada siklus II pertemuan I dari 32 orang siswa terdapat 21,9% siswa tingkat perilaku terpuji siswa dalam menghargai karya orang lain sangat baik, 21,90% siswa memiliki tingkat perilaku terpuji siswa dalam menghargai karya orang lain baik, 31,20% memiliki tingkat perilaku terpuji siswa dalam menghargai karya orang lain cukup dan 25% siswa memiliki tingkat perilaku terpuji siswa dalam menghargai karya orang lain kurang. Dan pada siklus II pertemuan II persentase tingkat perilaku terpuji siswa dalam menghargai karya orang lain siswa meningkat dari 32 orang siswa terdapat 25% siswa tingkat perilaku terpuji siswa dalam menghargai karya orang lain sangat baik, 50% siswa memiliki tingkat perilaku terpuji siswa dalam menghargai karya orang lain baik, 21,90% memiliki tingkat perilaku terpuji siswa dalam menghargai karya orang lain cukup dan 3,10% siswa memiliki tingkat perilaku terpuji siswa dalam menghargai karya orang lain kurang. Dan persentase hasil tingkat ketuntasan perilaku terpuji siswa dalam menghargai karya orang lainsiswa dari 32 orang pada siklus I pertemuan I 25% siswa yang tuntas dan 75% siswa tidak tuntas.Pada siklus I pertemuan II terdapat 50% siswa yang tuntas dan 50% siswa yg tidak tuntas. Pada siklus II dan I terdapat 63,50% siswa yg
Serambi PTK
tuntas dan 37,50% siswa yang tidak tuntas sedangkan Pada siklus II dan I terdapat 93,75% siswa yg tuntas dan 6,25% siswa yang tidak tuntas. DAFTAR PUSTAKA Aqib, Zainal,Maftuh,M, Sujak, Kawentar. 2009. Penelitian Tindakan Kelas Untuk GuruSMP, SMA, SMK. Bandung:Yrama Widya Riyanto,Yatim. 2010. Paradigma. Baru Pembelajaran : Sebagai Referensi bagi Guru/pendidik Dalam Implementasi pembelajaran yang efektif dan Berkualitas. Jakarta:Kencana Tarigan, Henry Guntur. 2007. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.Bandung :Angkasa Trianto.2009. Mendesaian Model Pembelajaran Inovatif-Progreif. Jakarta:Kencana Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (1990). Kamus Besar Bahasa Indonesia Cetakan 3,Jakarta:Balai Pustaka MGMP PAI Kota Medan .Pendidikan Agama Islam SMK II
Page | 86
Analisis Kebutuhan Bahan Ajar Materi Reproduksi
ANALISIS KEBUTUHAN BAHAN AJAR BIOLOGI BERBASIS MASALAH PADA KONSEP SISTEM REPRODUKSI DI SMA NEGERI BANDA ACEH M. Ridhwan1 Hambali1 1
Dosen FKIP Universitas Srambi Mekkah
ABSTRAK Masalah reproduksi manusia merupakan masalah penting yang hari ini diketahui dan dipahami siswa agar dapat mengambil keputusan dan tindakan yang tepat terkait permasalah reproduksi yang dihadapi sehari hari. Bahan ajar berupa buku pelajaran yang menjadi acuan utama siswa dalam mempelajari reproduksi khususnya reproduksi manusia dinilai kurnag efektif dalam menjawab kebutuhan siswa terhadap informasi tersebut. Hal ini membuat siswa mencari sumber informasi lain terkait masalah reproduksi yang kerap sekali sulit untuk dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu diperlukan terobosan terhadap bahan ajar reproduksi manusia yang menjadi suplemen utama dalam konsep biologi reproduksi untuk menjawab kebutuhan pengetahuan siswa terkait dengan masalah reproduksi dewasa ini. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kebutuhan siswa terhadap bahan ajar biologi reproduksi manusia.. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri Kota Banda Aceh dengan tehnik analisis data statistik deskriptif mengunakan survei angket dari siswa mengenai kebutuhan pengetahuan reproduksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa sangat membutuhkan materi reproduksi manusia tidak hanya yang bersumber dari buku teks namun sangat diperlukan dari sumber-sumber lainnya. Salah satu sumber yang mungkin dilakukan adalah pengembanan sumber materi dari bahan ajar yang berbasi masalah yang akan dikembangkan lebih lanjut oleh penulis.
Keywords: Analisis Kebutuhan, Bahan Ajar, Reproduksi, Berbasis Masalah
PENDAHULUAN Bahan ajar merupakan salah satu sumber belajar, yakni segala sesuatu yang memudahkan peserta didik memperoleh sejumlah informasi pengetahuan, pengalaman, dan ketrampilan dalam proses belajar mengajar. Dalam kurikulum Biologi SMA terdapat materi sistem reproduksi. Materi ini merupakan materi yang paling diminati oleh siswa pada umumnya. Sebenarnya hal yang membuat siswa lebih tertarik dengan sistem reproduksi yaitu remaja berada dalam potensi Serambi PTK
seksual yang aktif, karena berkaitan dengan dorongan seksual yang dipengaruhi hormon. Hormon seks yang dihasilkan pada saat remaja membuat fisik dan fisiologi mereka mengalami perubahan yang signifikans. Hal ini bisa membuat mereka mempunyai dorongan untuk melakukan percobaanpercobaan dalam aktifitas seksualnya. Untuk itu mereka membutuhkan informasi mengenai perkembangan system reproduksinya.
Page | 87
Analisis Kebutuhan Bahan Ajar Materi Reproduksi Apabila informasi mengenai aktifitas sesksualnya kurang mencukupi bisa berakibat kepada penyalahgunaan fungsi seksualnya. Akibat informasi yang tidak cukup ini siswa sering mencari sumber informasi alternatif yang berdampak buruk terhadap permahaman reprodukdi dan seksualitas. Sebenarnya informasi tersebut diperoleh siswa melalui materi sistem reproduksi. Materi ini dapat dijadikan sebagai pemecahan masalah yang sering muncul di masyarakat dan erat hubungan dengan perkembangan siswa dalam pembelajaran yaitu permasalahan reproduksi. Siswa dalam hal ini remaja berada dalam tahap psikologi perkembangan yang rentan dengan berbagai macam perubahan, baik secara fisik, psikis, maupun biologis. Perkembangan seksualiatas menjadi lebih menarik dipersoalkan karena dewasa ini rangsangan seksual melalui media visual dan media cetak sangatlah massif dan menggoda yang membuat berbagai kalangan menjadi sangat mengkhawatirkan. Hal ini diperparah lagi dengan ketidak tahuan remaja dalam memahami masalah reproduksi secara benar dan bertanggung jawab. Di samping itu pengetahuan seks mereka peroleh dari teman sebaya yang tidak tahu secara benar apa sebetulnya seks itu. Pendidikan reproduksi hendaknya diberikan sejak dini agar secara dini pula dapat dikenalkan dasar-dasar reproduksi mulai dari pengenalan organ-organ reproduksi serta bagaimana menjaganya, bagaimana dampak dari hubungan seks yang tidak aman sampai cara penularan HIV/AIDS dan pencegahannya ( Aditya, 2008). Pendidikan reproduksi di sekolah dapat diintegrasikan dalam pelajaran biologi pada materi sistem reproduksi, meliputi anatomi dan fungsi alat reproduksi, cara perawatan dan pencegahan terhadap infeksi sistem reproduksi. Selain itu mereka juga perlu tahu soal seluk beluk seksualitas termasuk kaitan kaitannya terhadap dorongan, pelecehan seksual, tindakan asertif, pengelolaa dan pemanfaatan, dampak kemajuan teknologi serta pengemabangan diri. Serambi PTK
Informasi yang didapatkan siswa harus dapat dipertanggung-jawabkan dan tidak menjerumuskan. Informasi ini dimaksudkan agar remaja tidak salah menilai dan tidak berprilaku asusila hingga merugikan diri sendiri dan orang lain. Selain itu materi ini juga merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan pemahaman, pengetahuan, sikap dan prilaku positif remaja tentang kesehatan dan hak hak reproduksi serta meningkatkan kualitas sistem reproduksinya. Dengan mengetahui informasi yang benar dan segala kaitan dan akibatnya, diharapkan para siswa dapat lebih baik bertanggung jawab diri sendiri dan sekitarnya. Akan tetapi bahan ajar biologi yang ada selama ini dinilai kurang dapat menjabarkan apa yang diperlukan dan terutama darurat dibutuhkan oleh siswa remaja dalam menjawab tantangan era globalisasi arus informasi seperti sekarang ini. Materi yang terkandung dalam buku sekolah dinilai kurang sesuai dan mendalam untuk menyelesaikan generasi muda dari fakta seks remaja yang sangat mengerikan di negeri ini. Aspek sosial dari masalah seksual juga sangat jarang dibahas dan textbook yang digunakan disekoalh, baik di SMP maupun di SMA (Utomo, 1999). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kebutuhan bahan ajar biologi berbasis masalah pada sistem reproduksi sebagai bahan bacaan bagi siswa SMA Negeri di Kota Banda Aceh.
TINJAUAN PUSTAKA 1. Bahan Ajar Bahan Ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru dalam melakasanakan kegiatan belajar mengajar dikelas. Bahan ajar memiliki posisi amat penting dalam pembelajaran, yakni sebagai representasi dari penjelasan guru didepan kelas. Keterangan keteranagn guru, uraian uraian yang harus disampaikan guru, dan informasi yang harus disajikan guru Page | 88
Analisis Kebutuhan Bahan Ajar Materi Reproduksi dihimpun didalam bahan ajar. Dengan demikian guru juga akan dapat mengurangi kegiatannya menjelaskan pelajaran, memiliki banyak waktu untuk membimbing siswa dalam belajar atau membelajarkan siswa (Zulkainaini, 2009). Bahan ajar merupakan wujub pelayanan satuan pendidikan terhadap peserta didik. Pelayanan individual dapat terjadi denagn bahan ajar. Peserta didik berhadapan dengan bahan yang terdokumentasi. Peserta didik berurusan dengan informasi yang konsisten. Peserta yang cepat belajar, akan dapat mengoptimalkan kemampuannya dengan mempelajari bahan ajarnya berulang ulang. Dengan demikian optimalisasi pelayanan belajar terhadap peserta didik dapat terjadi dengan bahan ajar. Keberadaan bahan ajar sekurang kurangnya meliputi posisi penting. Bahan ajar adalah bahan bahan atau materi pelajaran yang disusun secara sistematis, yang digunakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran (Pannen dalam Belawi, 2003). Materi pembelajaran (Instructional materials) adalah pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang harus diajarkan oleh guru harus dipelajari oleh siswa untuk mencapai standar kompetensi dasar. Ada beberapa jenis materi pelajaran seperti fakta, konsep, prinsip, prosedur dan sikap atau nilai. Materi pembelajaran yang termasuk fakta misalnya nama-nama objek, peristiwa sejarah, lambang, nama tempat, dan nama orang. Menurut Belawati, 2003 bahan ajar dapat dikelompokkan kedalam 3 katagori yaitu jenis bahan ajar cetak, non cetak, dan bahan ajar display. Bahan ajak cetak adalah sejumlah bahan yang digunakan dalam kertas, yang dapat berfungsi untuk keperluan pembelajaran atau penyampaian informasi (Kemp dan Dayton, dalam Belawi, 2003). Dari sudut pandang teknologi pendidikan, Serambi PTK
bahan ajar terdapat dalam beragam bentuknya dan dikatagorikan sebagai bagian dari media pembelajaran 2. Pembelajaran Biologi Berbasis Masalah Mata pelajaran biologi termasuk kedalam natural sains. Akan tetapi biologi memiliki karakteristik khusus dari sains lainnya. Karakteristik khususnya berupa adanya objek, persoalan serta metode yang memiliki struktur keilmuan yang jelas (Mayer dalam Anonim, 2008). Dengan adanya karakeristik khusus yang unik, memungkinkan biologi mudah dipahami dan dipelajari. Oleh sebab itu buku ajar biologi sering menampilkan contoh-contoh, gambargambar, diagram, dan kalimat yang sesuai dan selaras dengan lingkungan sekitar. Hal ini untuk memperjelas kajian mengenai objek biologi yang meliputi seluruh mahkluk hidup dan lingkungannya. Selama ini dalam proses pembelajaran siswa kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi. Otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut memahami informasi yang diingatnya untuk menghubungkan dengan kehidupan seharihari. Akibatnya ketika anak didik lulus dari sekolah, mereka pintar teroritis tetapi mereka miskin aplikasi. Dengan kata lain proses pendidikan kita tidak diarahkan membentuk manusia cerdas, memiliki kemampuan memecahkan masalah hidup serta tidak diarahkan untuk membentuk manusia kreatif dan inovatif. Pendekatan yang dianggap sesuai dengan perkembangan ilmu biologi adalah pendekatan pembelajaran berbasis masalah (Problem Basic Learning), karena dalam belajar berdasarkan masalah, pembelajaran didesain dalam bentuk pembelajaran yang diawali dengan struktur masalah real yang Page | 89
Analisis Kebutuhan Bahan Ajar Materi Reproduksi berkaitan dengan konsep-konsep biologi yang akan dibelajarkan. Pembelajaran dimulai setelah siswa dihadapkan dengan struktur masalah real, dengan cara ini siswa mengetahui mengapa mereka belajar, kerja praktikum laboratorium ataupun melalui diskusi dengan teman sebayanya, untuk dapat digunakan memecahkan masalah yang dihadapinya. Pembelajaran berbasis masalah (Problem Basic Learning) dimaksud untuk meningkatkan hasil belajar dan motivasi, karena melalui pembelajaran berbasis masalah (Problem Basic Learning) siswa belajar bagaimana menggunakan sebuah proses interaktif untuk menilai apa yang mereka ketahui, mengidentifikasi apa yang mereka ingin ketahui, mengumpulkan informasi-informasi dan secara kolaborasi mengevaluasi hipotesisnya berdasarkan data yang mereka telah kumpulkan (William & Shelagh dalam Santiyasa, 2009). Dengan menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis masalah (Problem Basic Learning) dalam pembelajaran biologi, siswa tidak hanya sekedar menerima informasi dari guru saja, karena dalam hal ini guru sebagai motivator dan fasilitator yang mengarahkan siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam seluruh proses pembelajaran.
3. Pendidikan Reproduksi Bagi Remaja Pada masa remaja rasa ingin tahu terhadap masalah seksual sangat penting dalam pembentukan hubungan baru yamg lebih mantang dengan lawan jenis, seperti berpacaran. Pada masa remaja informasi tentang seksual sudah seharusnya mulai diberikan agar remaja tidak mencari informasi dari orang lain atau sumber sumber yang tidak jelas atau bahkan keliru sama sekali. Remaja dengan sifat keingintahuanya akan masalah seksual sebetulnya memiliki hak atas akses informasi yang Serambi PTK
akurat dan bertanggung ajawab berkaitan dengan kesehatan reproduksinya sensiri. Sesuai dengan kesepakatan dalam konferensi internasional Kependudukan dan Pembangunan di Kairo tahun 1994 diantanya hak mendapat informasi dan pendidikan kesehatn reproduksi dan mendapat pelayanan dan perlindungan kesehatan reproduksi serta hak atas kebebasan dari segala bentuk diskriminasi dalam kesehatan reproduksi. Pendidikan reproduksi adalah istilah luas yang digunakan untuk menjelaskan pendidikan tentang anatomi seksual manusia, seksual reproduksi hubungan seksual, kesehatan reproduksi, hubungan emosional dan tanggung jawab, pantangan atau larangan, konstasepsi dan lain lain dari aspek prilaku seksual manusia. Pendidikan reproduksi juga dapat digambarkan sebagai seksualitas pendidikan yang berarti bahwa, hal ini meliputi pendidikan tentang semua aspek seksualitas termasuk informasi tentang keluarga berencana, reproduksi, citra tubuh, orientasi seksual, kencan, penyakit menular hubungan seksual dan bagaimana untuk menghindari dan metode kontrol kelahiran. Pengetahuan remaja tentang masalah reproduksi masih sangat rendah. Hal ini didukung oleh Survei Kesehatan Reproduksi Remaja tahun 2002 – 2003 (Pinem, 2009) menunjukkan bahwa 21% perempuan dan 28% laki-laki tidak mengetahui tanda perubahan fisik apapun darilawan jenisnya. Karena itu pembelajaran reproduksi siswa harus berinteraksi dengan lingkungannya sehingga membawa pengetahuan dan pengalaman diluar yang pernah ditemui dan bahkan pernah dialami siswa. Dengan melibatkan siswa pada proses penemuan, siswa belajar lebih efektif melihat fenomena lingkungan sekitarnya untuk mendapatkan informasi kemudian mengolah informasi dan melakukan tindakan terhadap informasi tersebut. Jika kita menyiapkan siswa Page | 90
Analisis Kebutuhan Bahan Ajar Materi Reproduksi sepenuhnya untuk memiliki kecakapan khusus dalam menghadapi kehidupan sosial yang kompleks, kita harus memberikan kesempatan pada mereka untuk melatih kemampuan inkuiri dan penemuannya. METODEOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri Kota Banda Aceh pada bulan april 2014. 3.2 Model Pengembangan Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan (Research and Development) model pembelajaran, khususnya berupa pengembangan produk bahan ajar biologi pada konsep Sistem Reproduksi dengan pendekatan berbasis masalah, yang merupakan pengembangan dari model bahan ajar dalam bentuk lain yang sifatnya melengkapi bahan ajar yang sudah ada. Model pengembangan yang digunakan dalam penelitian berupa model prosedural. Model Prosedural adalah model yang bersifat deskriptif yaitu
menggariskan langkah langkah yang harus di ikuti untuk menghasilkan produk. Model prosedural yang digunakan mengacu pada (R & D cyle Borg dan Gall dalam Setyosari, 2010). Namun untuk artikel ini penulis hanya membahas mengenai analisis kebutuhan siswa terhadap materi reproduksi manusia. 3.3 Instrumen penelitian Dalam penelitian ini instrument yang dibuat adalah berupa angket mengenai kebutuhan siswa akan materi reproduksi manusia. Soal angket dibuat sebanyak 10 butir soal dengan alternative jawaban: a = sangat setuju, b = setuju, c = tidak setuju, dan d = sangat tidak setuju. Adapun angket mengenai analisis kebutuhan siswa terhadap materi reproduksi ini diajukan kepada 25 orang siswa pada SMA Negeri di Banda Aceh. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Hasil penelitian yang didapatkan mengenai analisis kebutuhan siswa terhadap materi reproduksi disajikan dalam Tabel 1 berikut ini.
Tabel 1. Jawaban Siswa SMA Negeri Banda Aceh terhadap Kebutuhan Bahan Ajar Maeri Reproduksi No
Jenis Informasi
Jumlah Jawaban Siswa (%) SS
S
TS
Sumber belajar system reproduksi dalam biologi yang digunakan saat ini masih terbatas pada penggunaan buku teks
20 (80%)
4 (16%)
1 (4%)
2
Perlu adanya bahan ajar tambahan system reproduksi yang terintegrasi sehingga menjawab kebutuhan siswa di era globalisasi
19 (76%)
4 (16%)
2 (8%)
25 (100%)
3
Ide dan gagasan baru yang saya dapatkan untuk menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan system reproduksi masih kurang
16 (64%)
7 (24%)
2 (8%)
25 (100%)
1
Serambi PTK
STS Jlh 25 (100%)
Page | 91
Analisis Kebutuhan Bahan Ajar Materi Reproduksi 4
Saya tertarik dalam memecahkan persoalan reproduksi
19 (76%)
5 (20%)
1 (4%)
25 (100%)
5
Kemampuan saya dalam mengalisis permasalahan reproduksi sehari-hari masih kurang
18 (72%)
4 (16%)
3 (12%)
25 (100%)
6
Saya sering berdiskusi dengan teman sebaya mengenai permasalahan reproduksi
20 (80%)
2 (8%)
3 (12%)
25 (100%)
7
Dalam memperoleh informasi belajar biologi khususnya materi system reproduksi lebih teratarik melalui media elektronik (internet, tv, dan video)
18 (72%)
5 (20%)
2 (8%)
25
8
Saya tidak meyakini kebenaran informasi yang saya peroleh
21 (84%)
3 (12%)
1 (4%)
25 (100%)
9
Penyaringan informasi diperlukan untuk memahami masalah reproduksi
17 (68%)
5 (20%)
2 (8%)
25 (100%)
10
Saya membutuhkan informasi yang lebih terpercaya mengenai permasalahan reproduksi
20 (80%)
3 (12%)
2 (8%)
25 (100%)
(100%)
Pilihan jawaban: SS
= Sangat Setuju
S
= Setuju
TS
= Tidak Setuju
STS
=SangatTidak Setuju
Pembahasan Dari hasil penelitian didapatkan bahwa siswa masih sangat membutuhkan sumber informasi mengenai reproduksi yang terpercaya untuk memperkaya khasanah pengetahuan mereka terhadap pengetahuan reproduksi. Selama ini mereka mengaku bahwa materi reproduksi yang diajarkan oleh guru mereka masih terbatas dari buku teks saja. Buku teks bisa memberikan informasi yang sangat sedikit dibandingkan kebutuhan Serambi PTK
remaja akan pengetahuan reproduksi yang benar dan akurat. Bahan ajar yang bersumber dari luar buku teks sangat diperlukan siswa sebagai tambahan materi system reproduksi yang berguna untuk menjawab kebutuhan di era globalisasi dewasa ini. Hal ini diperlukan siswa untuk mengup-date pengetahuan mereka yang perkembangannya sangat cepat seperti sekarang ini. Page | 92
Analisis Kebutuhan Bahan Ajar Materi Reproduksi Siswa juga mengakui bahwa ide dan gagasan baru yang didapatkan untuk menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan system reproduksi juga masih kurang. Untuk itu sangat diperlukan materi tambahan berupa bahan ajar di luar buku teks. Materi tambahan ini dapat dilakukan salah satunya dengan membuat bahan ajar dengan berbasis masalah. Hal ini bermakna bahwa bahan ajar yang ditambahkan itu adalah materi yang benarbenar diperlukan oleh siswa dalam perkembangan kehidupannya. Dari hasil penelitian juga diperoleh bahwa siswa sangat tertarik dalam memecahkan persoalan reproduksi manusia. Ketertarikan siswa ini menjadi modal bagi pengembang materi ajar biologi khususnya reproduksi untuk mengembangkan materi ajar yang berbasis masalah. Di sini siswa sudah punya gairah (passion) dalam mempelajari biologi, sehingga keterbatasan bahan ajar yang diperlukan siswa perlu segera dilengkapi. Terhadap pertanyaan kemampuan siswa dalam mengalisis permasalahan reproduksi sehari-hari masih kurang, pada umumnya siswa menyatakan mereka sangat setuju dan setuju dengan pertanyaan tersebut. Artinya siswa masih sangat membutuhkan materi yang mudah dimengerti oleh siswa sesuai dengan kemampuan kognitif mereka dalam menjawab tantangan yang dialami oleh perkembangan fisiologisnya yang terus berkembang. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa siswa sering berdiskusi dengan teman sebaya mengenai permasalahan reproduksi. Dari hasil jawaban siswa terhadap pertanyaan ini ada hal yang perlu kita khawatirkan. Bisa saja hasil dari diskusi tersebut ada hal-hal yang mereka belum ketahui sehingga hasil diskusinya bisa menimbulkan kesimpulan yang tidak kita harapkan. Apalagi kalau diskusi tersebut berlangsung antar siswa yang berlainan jenis kelamin, untuk menjawab pertanyaan mereka, mereka langsung mempraktekkan hal tersebut. Serambi PTK
Dalam memperoleh informasi belajar biologi khususnya materi system reproduksi siswa lebih teratarik melalui media elektronik (internet, tv, dan video). Dalam hal memperoleh informasi yang cepat , penggunaan perangkat teknologi sudah baik. Namun terkadang siswa bisa terjerumus kepada pornografi yang didapatkan dari media tersebut. Seperti dikemukakan oleh BKKBN dan UNFPA (dalam Pinem, 2009) bahwa Keterpaparan remaja terhadap pornografi dalam bentuk bacaan berupa buku porno, melalui film porno semakin meningkat. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa siswa tidak meyakini kebenaran informasi yang diperoleh tentang materi reproduksi, apalagi yang didapatkan dari media elektronik. Hal ini menjadi starting point bagi kita pengembang bahan ajar untuk mengembangkan bahan ajar yang lebih bertanggung jawab dan terpercaya. Menurut siswa informasi yang masuk tentang masalah reproduksi juga perlu disaring, agar informasi yang didapatkan benar-benar valid dan berguna bagi mereka. Karena itu mereka juga menganggap bahwa media elektronik tidak begitu mereka yakini, karena dalam media tersebut bercampur baur antara informasi yang benar dengan informasi yang tidak benar. Karena itu mereka membutuhkan media yang benar-benar mereka percayai. Salah satunya adalah bahan ajar yang dibuat oleh pengembang atau oleh guru. PENUTUP Dari hasil penelitian pendahuluan ini dapat disimpulkan bebarap hal sebagai berikut: 1. Siswa mengharapkan adanya suatu bahan ajar yang lebih dari bahan ajar yang terdapat dalam buku teks. 2. Siswa mendapatkan informasi dari sumbersumber yang kurang dapat dipercaya. 3. Perlu dikembangkan bahan ajar ang dapat dipercaya oleh siswa.
Page | 93
Analisis Kebutuhan Bahan Ajar Materi Reproduksi DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2008. Kurikulum dan Modul Pelatihan Pengelolaan Pusat Informasi dan konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR) Jakarta Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. Belawati, 2003. Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta : Pusat Penerbitan Universitas Terbuka Pinem, S. 2009. Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi. Jakarta: Trans Info Media. Priatiningsih, T. 2003. Pengembangan Instrumen Penilaian Biologi. Semarang: Depdikbud. Santyasa, I. 2009. Metode Penelitian Pengembangan dan Teori Pengembangan Modul. Klungkung: Universitas Pendidikan Ganesha. Setyosari, P. 2010. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Malang: Kencana Setyowati, H. 2002. Beberapa Faktor Yang Berhubungan dengan Sikap Remaja Putri Terhadap Pendewasaan Usia Perkawinan. Semarang: UNDIP
Serambi PTK
Page | 94
Penerbit Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Serambi Mekkah
Serambi PTK
Page | 95