JURNAL PENELITIAN POS dan INFORMATIKA VOL 5 Edisi September Tahun 2015
i
JURNAL PENELITIAN POS DAN INFORMATIKA e-ISSN. 2476-9266 p-ISSN. 2088-9402 VOL. 5 No.1 September Tahun 2015
SUSUNAN REDAKSI SK Sekretaris Badan Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian Komunikasi dan Informatika Nomor : 48B/KEP/KOMINFO/BLSDM-1/5/2015 PENGARAH Kepala Badan Litbang SDM Kementerian Komunikasi dan Informatika DEWAN REDAKSI PENANGGUNG JAWAB
Dr. Hedi M Idris M.Sc (Kapuslitbang Penyelenggaraan Pos dan Informatika) ANGGOTA DEWAN REDAKSI
Dr. Ramon Kaban, M.Si (Komunikasi Politik-Kementerian Kominfo) Drs. Sumarsono Soemardjo, M.Si (Media dan Penyiaran – Kementerian Kominfo) Dr. Ashwin Sasongko (Manajemen Teknologi Informasi - LIPI) Dr. I Nyoman Adhiarna (Telekomunikasi – Kementerian Kominfo) Wahyudi Adi Saputra, S.E.,M.M (Logistik dan Pos – Sekolah Tinggi Manajemen Logistik) MITRA BESTARI / PEER REVIEWER : Dr. Ir. Suntoro (Logistik Pos – PT. Pos Indonesia) Dr. Yan Rianto (Teknologi Informasi – LIPI) Dra. Siti Meiningsih, M.Sc (Informatika – Kementerian Kominfo) Ir. Nonot Harsono (Telekomunikasi – ITS) Dr L.T Handoko (Informatika – LIPI) Dr. Dadang Rahmat Hidayat. M.Si (Penyiaran – Universitas Padjadjaran) Dr Udi Rusadi MS (Komunikasi – Kementerian Kominfo) Dr Fadhilah Mathar (Informatika – Pusat TIK Nasional) REDAKTUR PELAKSANA : Diah Arum Maharani, SE, MM Yane E Marentek, SS Reza Bastanta Sitepu, S.Si.
SEKRETARIAT REDAKSI : Pusat Penelitian dan Pengembangan Penyelenggaraan Pos dan Informatika Badan Litbang SDM Kemkominfo Kementerian Komunikasi dan informatika Jl. Medan Merdeka Barat no. 9 Gedung B Lt. 4 Jakarta 10110 Telp/Fax : 021- 3846189
JURNAL PENELITIAN POS DAN INFORMATIKA (JPPI) adalah jurnal ilmiah yang menjadi media publikasi karya tulis ilmiah mengenai ilmu pengetahuan dan teknologi bidang perposan, penyiaran telekomunikasi, dan informatika. Terbit pertama kali tahun 2011 dengan frekuensi terbit dua kali setahun pada bulan September dan Desember. Jurnal ini bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan serta menjadi wadah tukar pikiran bagi peneliti, akademisi, dan praktisi khususnya dalam bidang perposan, penyiaran, telekomunikasi, dan informatika dan menerima tulisan berupa hasil penelitian maupun tinjauan teori atau karya ilmiah lain (analisis empirik dan studi kasus) yang bersifat asli dan belum pernah dipublikasikan di media lain.
ii
JURNAL PENELITIAN POS DAN INFORMATIKA e-ISSN. 2476-9266 p-ISSN. 2088-9402
VOL. 5 NO. 1 SEPTEMBER 2015
DAFTAR ISI
iii
PENGANTAR REDAKSI
v
Strategi Peningkatan Daya Saing Melalui Framework Rantai Nilai Untuk Kompetensi Usaha Jasa Telematika Indonesia 1 – 18
Eneng Tita Tosida, Hermawan Thaheer dan Sufiatul Maryana Penggabungan, Peleburan Telekomunikasi Di Indonesia
Dan
Pengambilalihan
Pada
Industri
19 – 36
Diah Arum Maharani dan Helena Wirastri Wulandari Implikasi Persyaratan dan Tata Cara Pemberian Izin Penyelenggaraan Pos
37 - 48
Sri Wahyuningsih Analisis Ekosistem Tik Indonesia Yang Mendorong Perkembangan Industri Lokal Dan Ekonomi Kreatif
49 – 64
Vidyantina Heppy Anandhita Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Penggunaan Internet Masyarakat Desa Pasar Vi Kualanamu, Deli Serdang Sumatera Utara
65 - 86
Anton Susanto Dinamika Tata Kelola Kebijakan Industri Penyiaran dan Telekomunikasi Indonesia Menuju Konvergensi: Sebuah Studi Paradigma Interpretatif
87 - 108
Vience Mutiara Rumata KETENTUAN PENULISAN NASKAH
iii
iv
PENGANTAR REDAKSI Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, Puslitbang Penyelenggaraan Pos dan Informatika (Puslitbang PPI) telah dapat menerbitkan Jurnal Penelitian Pos dan Informatika (JPPI) Volume 5 No. 1 Edisi September tahun 2015. Pada volume 5 edisi September 2015, redaksi JPPI menyajikan 6 (enam) tulisan hasil penelitian di bidang pos dan informatika, serta tulisan yang bersumber bersumber dari hasil telaah terhadap layanan telekomunikasi serta penyiaran. Di bidang telekomunikasi, disajikan tulisan hasil riset yang dilakukan oleh Eneng Tita Tosida, Hermawan Thaheer dan Sufiatul Maryana, Mahasiswa Pasca Sarjana Program Studi Ilmu Komputer, FMIPA, Universitas Pakuan berjudul “Strategi Peningkatan Daya Saing Melalui Framework Rantai Nilai Untuk Kompetensi Usaha Jasa Telematika Indonesia”. Tulisan ini menggambarkan peta kompetensi inti telematika Indonesia serta bagaimana kondisi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman untuk kelompok usaha jasa. Metode yang digunakan antara lain, Analisis Rantai Nilai yang dilakukan penulis melalui wawancara dengan pemangku kepentingan telematika (regulator, asosiasi atau pelaku usaha jasa telematika, akademisi). Kemudian dilanjutkan dengan analisis Fuzzy Analitical Hierarchy Process (FAHP) serta dilengkapi dengan penyusunan analisis SWOT. Hasil penelitian menunjukan bahwa usaha konsultasi komputer merupakan usaha yang memiliki dukungan internal dan eksternal yang baik. Usaha edukasi bidang telematika masih membutuhkan penyetaraan kompetensi untuk memperkuat dukungan eksternal. Reparasi Komputer, Portal Web, Hosting menunjukan kejenuhan diakibatkan banyaknya pelaku bisnis dan persaingan yang semakin ketat. Masih dalam artikel terkait bidang telekomunikasi, adalah “Penggabungan, Peleburan Dan Pengambilalihan Pada Industri Telekomunikasi Di Indonesia” ditulis oleh Diah Arum Maharani, Peneliti pada Puslitbang Penyelenggaraan Pos dan Informatika Kementerian Kominfo, serta Helena Wirastri Wulandari, mahasiswi dari Faculty of Law, Freie Universitaet Berlin – Jerman. Tulisan ini merupakan kajian mengenai penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan penyelenggara (operator) telekomunikasi seluler di Indonesia untuk lebih menciptakan iklim yang sehat. Ada beberapa saran dan rekomendasi yang dihasilkan dari hasil kajian ini yang ditunjukan pada Kementerian Kominfo/ BRTI yang diantaranya penilaian pre-merger dan pengawasan post-merger. Selanjutnya artikel terkait bidang Pos adalah “Implikasi Persyaratan Dan Tata Cara Pemberian Izin Penyelenggaraan Pos” oleh Sri Wahyuningsih , Peneliti Madya bidang studi Pos pada Puslitbang Sumber Daya dan Perangat Pos dan Informatika Kementerian Kominfo. Tulisan ini membahas implikasi persyaratan izin penyelenggaraan pos dari aspek bisnis dan operasional. Dari hasil kajian dapat diketahui bahwa penyelenggara pos memiliki pelauang menentukan wilayah potensial sedangkan implikasi v
terhadap aspek operasional penyelenggara pos wajib melakukan kegiatan jaringanya sesuai jenis izin yang diajukan. Sedangkan berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi Ditjen PPI tahun 2014, dari 603 penyelenggara pos, pada tahun 2013 sampai semester 2 tahun 2014 diketahui bahwa hal tersebut belum sepenuhnya dipenuhi oleh para penyelenggara pos. Artikel
berikutinya
ditulis
oleh
Vidyantina
Heppy
Anandhita,
Peneliti
Puslitbang
Penyelenggaraan Pos dan Informatika Kementerian Kominfo, mengenai “Analisis Ekosistem Tik Indonesia Untuk Mendorong Perkembangan Industri Lokal dan Ekonomi Kreatif”. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana peluang dan tantangan bagi pelaku industri ekosistem TIK Indonesia serta strategi-strategi bagi pemerintah untuk mendukung pertumbuhan industri TIK lokal dan ekonomi kreatif. Metoda yang digunakan adalah FGD dan studi literatur serta analisis SWOT dan benchmarking pada data sekunder. Penulis menggali data dan informasi dari informan yang mewakili Pakar IT, Perwakilan MIKTI, Perwakilan Detiknas, Kominfo, dan Kementerian Perindustrian. Hasil Penulis menemukan terdapat 4 kelompok yang masing-masing mempunyai strategi-strategi untuk mendorong perkembangan industri local dan ekonomi kreatif Indonesia. Hasil studi menyimpulkan bahwa kondisi Ekosistem TIK berdasarkan model New ICT Ecosystem (Fransman), kekuatan Indonesia berada dalam layer 3 yaitu industri konten dan aplikasi. Artikel mengenai
Informatika
yaitu Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Perilaku
Penggunaan Internet Masyarakat Desa Pasar VI Kualanamu, Deli Serdang Sumatera Utara, yang dilakukan oleh Anton Susanto, Peneliti Puslitbang Penyelenggaraan Pos dan Informatika Kementerian Kominfo. Penelitian dilakukan di Desa Pasar VI (Desa Informasi), Kualanamu, Deliserdang, Sumatera Utara. Dari hasil studi, Terdapat 2 dari 4 hipotesis yang signifikan dari penelitian ini, yaitu Effort Expectancy dan sosial influence terhadap Behavioral Intention to Use, serta Penulis sedangkan faktor penyebab ketidaktersediaan akses internet, baik dari biaya, infrastruktur, serta faktor sosial dan budaya. Selain itu, beberapa artikel tersebut diatas, redaksi juga menjaikan artikel Penyiaran dan Telekomunikasi mengenai sebuah studi paradigma interpretatif “Dinamika Tata Kelola Kebijakan Industri Penyiaran dan Telekomunikasi Indonesia Menuju Konvergensi” yang dituli oleh Vience Mutiara Rumata dari Peneliti Puslitbang Aptika dan IKP Kementerian Komunikasi dan Informatika. Tulisan ini bertujuan untuk memahami relasi kekuasaan serta pandangan para pemangku kebijakan dalam mengatur industri penyiaran dan telekomunikasi di era konvergensi. Studi ini memilih pendekatan kualitatif-deskriptif dengan berdasarkan kerangka paradigma interpretatif (bergantung pada persepsi manusia terhadap realitas dunia ataupun realitas studi yang diteliti). Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara mendalam kepada narasumber yang dipilih secara purposive yakni wakil dari
vi
Kemkominfo, KPI, BRTI, dan DPR. Wawancara dilaksanakan pada bulan Januari-Februari 2015. Hasil penelitian menemukan sebuah pola distribusi kekuasan berbeda dalam prosedur pembuatan kebijakan, dimana Proposal revisi UU baik dari Kemkominfo dan KPI tidak mengatur hal-hal yang berkaitan dengan konvergensi akan tetapi, perebutan otoritas antar kedua institusi tersebut justru menjadi fokus dalam proposal tersebut.
Demikian beberapa artikel yang dapat kami sakikan pada Jurnal Penelitian Pos dan Informatika edisi ini, semoga bermanfaat dan menambah khasanak hasil studi dan pembahasan dalam bidang perposan, telekomunikasi dan informatika dan penyiaran.
Kami berharap saran dan kritik yang membangun demi kemajuan JPPI ke depannya. Terima kasih.
Jakarta, September 2015
REDAKSI
vii
viii
Strategi Peningkatan Daya Saing Melalui Framework… (E.Tita Rosida, H Thaheer, dan S. Maryana)
STRATEGI PENINGKATAN DAYA SAING MELALUI FRAMEWORK RANTAI NILAI UNTUK KOMPETENSI USAHA JASA TELEMATIKA INDONESIA STRATEGY TO ENHANCE COMPETITIVENES THROUGH THE VALUE CHAIN OF FRAMEWORK FOR THE INDONESIAN TELEMATICS BUSINESS SERVICE COMPETENCE Eneng Tita Tosida, Hermawan Thaheer dan Sufiatul Maryana Program Studi Ilmu Komputer, FMIPA, Universitas Pakuan Jl. Raya Pakuan Ciheuleut PO Box 452, Bogor, 16143, Indonesia enengtitatosida@unpak. ac. id, hermawan_mohdThaheer@yahoo. com, anna_nemo1413@yahoo. com
Naskah diterima : 20 Mei 2015; Direvisi : 27 Juli 2015; Disetujui : 31 Juli 2015
Abstrak Salah satu prioritas pembangunan di Indonesia adalah memperkuat daya saing bidang telematika. Fokus penelitian ini pada penyusunan framework rantai nilai kelompok usaha jasa telematika, sebagai langkah untuk menyusun strategi peningkatan daya saing. Data diperoleh dari wawancara terhadap pemangku kepentingan telematika mencakup regulator, asosiasi dan akademisi. Data diolah dengan metode Fuzzy Analitical Hierarchy Process, serta dilengkapi analisis SWOT. Hasilnya menunjukkan bahwa usaha konsultasi komputer merupakan usaha yang memiliki dukungan internal dan eksternal yang baik, sehingga menjadi lebih mudah dalam pengembangannya. Usaha edukasi bidang telematika masih membutuhkan penyetaraan kompetensi untuk memperkuat dukungan eksternal. Penerbitan Software, Pemrograman Komputer, dan Teknologi Informasi lainnya memiliki potensi pasar sangat luas, namun kemampuan internal masih perlu ditingkatkan. Reparasi Komputer, Portal Web, Hosting, dan Disain Khusus, mulai menunjukkan kejenuhan yang diakibatkan semakin banyaknya pelaku bisnis serta persaingan yang semakin ketat namun daya dukung sumberdaya manusia yang kurang memadai. Kata Kunci : Framework, Usaha Jasa Telematika, Fuzzy Analitical Hierarchy Process
Abstract One of Indonesia's development priorities is to strengthen the competitiveness of telematics. The focus of research is the value chain framework telematics services business, measures to increase competitiveness strategy. Data were obtained from interviews with stakeholders (regulator, association, academia). The data processed with the method of Fuzzy Analytical Hierarchy Process completed a SWOT analysis. The results indicate that the computer consulting business is a business that has the support of both internal and external, so that it becomes easier to deploy. Business education telematics field still needs to strengthen its competence equivalency external support. Publishing Software, Computer Programming, and other Information Technology has the potential market is vast, but the internal capabilities still need to be improved. Computer Repair, WEB Portal, Hosting, and Special Design, began to show saturation might be due to the increasing number of businesses and increasing competition, but the carrying capacity of human resources are inadequate. Keywords: Framework, Telematic Services Business, Fuzzy Analytical Hierarchy Process
1
Jurnal Penelitian Pos dan Informatika, Vol.5 No 1 September 2015 : 1 - 18
liberalisasi bidang telematika, Indonesia telah
PENDAHULUAN
memiliki beberapa komitmen baik melalui WTO, Bidang telematika adalah salah satu bidang
ASEAN, IJEPA, ACFTA maupun AIFTA. Kondisi
prioritas bagi pembangunan Indonesia. Oleh karena
ini belum sepenuhnya dilengkapi dengan perangkat
itu pemerintah terus melakukan berbagai upaya
peraturan dan perudang-undangan nasional yang
untuk meningkatkan daya saing bidang telematika,
jelas dan masih membutuhkan sinkronisasi diantara
terutama dalam menghadapi perdagangan bebas
kementerian dan lembaga terkait, tanpa melanggar
lingkup Asia pada tahun 2015. Beberapa penelitian
kesepakatan yang telah ada, sehingga mampu
terkait tentang kondisi telematika Indonesia baik
memberikan batasan yang jelas bagi pelaku dan
berupa model klasifikasi usaha jasa telematika
perusahaan asing (Tjahyana, 2008; Babiak, 2009)
(Tosida et al. , 2012); peta kompetensi SDM bidang
Berkaitan dengan proses peningkatan daya
telematika (Setyaingsihet al. , 2013) atau pun
saing melalui maksimalisasi keunggulan komparatif
implementasi model klasifikasi terhadap faktor
dan kompetitif industri serta bisnis komoditas
pengembangan usaha (Tosida et al. , 2013) serta
unggulan, para pelaku usaha perlu mempelajari tiga
potensi usaha jasa telematika (Tosida et al. , 2014)
elemen penting penyusunan konsep pengembangan
semakin
para
strategi bisnis yang mencakup tiga faktor (3-C),
pemangku kepentingan untuk dapat dimanfaatkan
yaitu company (perusahaan), competitor (pesaing
dalam upaya peningkatan daya saingnya (Sourbati,
usaha) dan customer (konsumen) (Hsu, 2013). Hal
2011). Daya saing kelompok usaha dapat dikaji dari
ini sangat penting mengingat trend di dunia industri
rantai nilai yang menunjukkan hubungan antara
menunjukkan pergeseran dari usaha manufaktur ke
produk utama yakni berupa jasa utama yang
arah usaha jasa. Dengan demikian sangat relevan
dihasilkan dengan semua jasa lain yang terkoneksi
jika dalam membangun daya saing usaha jasa
dengannya (Manal, 2012).
telematika diperlukan strategi. Strategi daya saing
memberikan
informasi
kepada
Pasar usaha jasa TI di Indonesia masih
dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya
didominasi oleh jasa infrastruktur sistem untuk
dengan menyusun peta kompetensi (Parbalene,
kategori peranti lunak dengan capaian pasar sebesar
2012), skenario perencanaan melalui roadmap
46. 3%, sedangkan pada segmen jasa didominasi
(Keller, 2014; Babiak, 2009) atau melalui eksplorasi
oleh jasa implementasi sebesar 40. 56%. Secara
interaksi antara rantai nilai, tipe bisnis dan kinerja
keseluruhan tingkat pertumbuhan usaha jasa TI di
R&D dari suatu organisasi (Wang, 2012).
Indonesia mengalami pertumbuhan sebesar 15. 8%
Usaha telematika dikelompokkan menjadi:
pada tahun 2009 dibanding tahun sebelumnya dan
1) industri perangkat keras (hardware); 2) industri
mengalami peningkatan pertumbuhan sebesar 26.
perangkat lunak (software); dan 3) industri dan non
5% pada tahun 2010. Indonesia memiliki peluang
industri jasa telematika. Hasil analisis Multy
yang sangat besar untuk peningkatan pasar jasa TI
Sectoral
dengan menggarap UKM yang ada di wilayah
menyimpulkan tingkat kepentingan pengembangan
Indonesia (Tosida et al. , 2013; Albert, 2011; Jones,
jenis industri telematika di Indonesia. Hasil tersebut
2011; Kowalkowski, 2013). Dalam menghadapi
dijadikan dasar untuk menyusun model pemetaan
2
Qualitative
Analysis
(MSQA)
Strategi Peningkatan Daya Saing Melalui Framework… (E.Tita Rosida, H Thaheer, dan S. Maryana)
SDM yang dapat digunakan sebagai salah satu
Kelompok Usaha Jasa Komunikasi difokuskan pada
acuan kebijakan investasi bidang telematika. Hasil
pengembangan
penentuan
pengembangan
komputer dan desain khusus. Pada kelompok Usaha
kompetensi SDM telematika untuk mendukung
Jasa Edukasi penting untuk dikembangkan pada
industri telematika di Indonesia menggunakan
usaha kursus informatika yang mencakup software,
Analitical Hierarchy Process (AHP) menunjukkan
hardware, multimedia, robotika dan computer
bahwa
Kurikulum
networking (Tosida, 2014). Hal ini dapat dijadikan
Pendidikan menjadi pilihan utama. Sesuai dengan
acuan dalam upaya prediksi kebutuhan tenaga kerja
pemetaan potensi program studi di Indonesia, maka
bidang jasa telematika (Keller, 2013; Yu, 2008;
kurikulum yang diusulkan untuk disesuaikan adalah
Ongondo, 2013).
prioritas
Strategi
Program
strategi
Pengembangan
Studi
Teknologi
Informatika
(Setyaningsih, 2013).
jasa
Karakteristik
pemrograman,
kelompok
usaha
reparasi
dapat
dieksplorasi melalui berbagai cara diantaranya
Secara spesifik kajian tentang klasifikasi
adalah melalui formulasi strategi berbasis clustering
usaha jasa telematika di Indonesia menghasilkan
(Hadighi, 2013). Menurut Lee (2011) oleh karena
tiga kelompok besar yakni Jasa Bisnis, Jasa
bidang telematika atau dikenal dengan Information
Komunikasi dan Jasa Edukasi (Tosida, 2012).
and Communication Technology (ICT) sarat dengan
Model ini diperoleh berdasarkan metode studi
perkembangan inovasi, maka untuk mendukung
komparasi model klasifikasi dilanjutkan melalui
penentuan keputusan strategis bidang ini dapat
expert acquisition metode Delphi. Dasar awal
dilakukan melalui pendekatan clustering terhadap
pengembangan model adalah Dokumen MTN.
ragam teknologi yang ada berdasarkan pola
GNS/W/120, karena terkait dengan perisapan
pertumbuhannya serta keterkaitan diantara inovasi
Indonesia menuju liberalisasi bidang telematika.
teknologi tersebut (Tsui, 2010). Hal ini diharapkan
Bidang-bidang tersebut memiliki sub-bidang dan
dapat membantu stakeholders dalam memahami
secara
rinci
dengan
mengikuti
karakteristik industri atau kelompok usaha yang
secara
sistematis
ada, dan menganalisis proses inovasi yang berlaku
mengikuti sistem penomoran Kelompok Baku
(Bannister, 2014). Kelompok/jenis usaha jasa
Lingkup Usaha Indonesia (KBLI).
telematika diidentifikasi berdasarkan kriteria yang
penomoran
diturunkan yang
Terkait
tersusun
pengembangan
merujuk kepada pendapat yang dimodifikasi untuk
kelompok usaha jasa telematika di Indonesia, fokus
tujuan penelitian ini dan ketersediaan data/informasi
pengembangan untuk kelompok usaha jasa bisnis
di
telematika yang paling memungkinkan adalah usaha
Multisectoral Sector Qualitative Analysis (MSQA)
jasa pemrograman, reparasi komputer, dan jasa
menggunakan kriteria (yang dimodifikasi sesuai
desain khusus lainnya.
Perkembangan usaha
kebutuhan), yang dapat dibagi menjadi delapan
software dan pemrograman di Indonesia mendapat
kelompok, disesuaikan dengan kegiatan ekonomi di
dukungan baik secara internal maupun eksternal.
daerah dan ketersediaan data, serta informasi di
Usaha tersebut menjadi bagian dari ekonomi kreatif
daerah berdasarkan hasil studi pendahuluan.
yang
menjadi
dengan
prioritas
upaya
untuk
daerah.
Metode
yang
dikenal
dengan
dikembangkan. 3
Jurnal Penelitian Pos dan Informatika, Vol.5 No 1 September 2015 : 1 - 18
Hardware
Data Base
USAHA JASA TELEMATIKA
Data Mining Project
Manufacturer, Entertainment, Social User
Creative Product
Pemasaran
Gambar 1. Sistem Usaha Jasa Telematika Terdiversifikasi
Babiak & Thibault (2009) menyatakan
METODE
bahwa dengan menggunakan Cross MSQA mampu menguji tantangan dari tingkat partnership antara
Analisis Rantai Nilai dilakukan dengan cara
kelompok organisasi di Kanada melalui tingkat
wawancara dengan responden (regulator, asosiasi
partnership pada sektor publik, non-profit dan
atau pelaku usaha jasa telematika, akademisi).
komersial.
Regulator diwakili oleh pihak Direktur Industri
Berdasarkan konsep rantai nilai Porter
Elektronika
dan
Telematika
Kementerian
(1997) interaksi antara jasa utama pada kelompok
Perindustrian RI, dan Kepala Dinas Komunikasi
usaha jasa telematika dengan semua jasa yang
dan Informasi Jabar. Asosiasi diwakili oleh Ketua
berkaitan digambarkan pada Gambar 1. Rantai nilai
Cimahi Creative Association dan Pelaku Usaha Jasa
vertikal (vertical chain) dijabarkan sebagai bidang-
Telematika diwakili oleh Lembaga Pengembangan
bidang yang merupakan input ataupun output dari
Inovasi dan Kreatif, ITB. Akademisi diwakili oleh
perusahaan tersebut.
Berdasarkan sudut pandang
Direktur Bandung Technopark. Hasil wawancara
usaha jasa utama, semua usaha yang terkait secara
diproses lagi dengan MSQA menjadi format yang
vertikal disebut ”usaha pendukung”. Berdasarkan
dibahas dalam kegiatan Focus Grup Discussion
hal tersebut maka dapat disusun pertanyaan
(FGD). Hasil tersebut selanjutnya diolah dengan
penelitian sebagai berikut:
metode Fuzzy Analitical Hierarchy Process (FAHP)
1.
2.
3.
dapat
serta dilengkapi dengan penyusunan analisis SWOT
mengarahkan pada penentuan peta kompetensi
melalui brainstorming pada kegiatan FGD dengan
inti untuk tiap kelompok usaha jasa telematika
mengundang para pakar sekaligus responden yang
Indonesia?
terkait industri telematika seperti halnya FGD awal.
Apakah
rantai
nilai
Strategi daya saing yang dianalisis melalui
Apakah peta kompetensi inti tiap kelompok usaha jasa telematika?
konsep rantai nilai menunjukkan hubungan antara
Berdasarkan kompetensi inti yang terbentuk
rantai nilai dengan kapabilitas dan kompetensi
bagaimanakah kondisi kekuatan, kelemahan,
industri/usaha didasari oleh keterampilan dan
peluang
keahlian khusus yang dimiliki industri tersebut,
tersebut?
4
framework
dan
ancaman
untuk
kelompok
sebagai
bagian
dari
rantai
nilai.
Aktivitas Pendukung
Strategi Peningkatan Daya Saing Melalui Framework… (E.Tita Rosida, H Thaheer, dan S. Maryana)
Infrastruktur Usaha Jasa Telematika (piranti elekronik, jaringan,backbone, transportasi, komunikasi, dll) ManajemenSumberdayaManusia (pengumpul dan pengelola Dbase, System Analist, Programmer,tenagalainnya) Margin
Pengembangan Teknologi (rekayasa software, teknologi pengolahan data,creative design,quality control, teknologi informasi lainnya)
Pelayanan
PemasarandanPenju alan
Logistik Keluar
OperasiKlasterusaha jasa telematika
LogistikKedalamusaha jasa telematika
Pembelian (Data, Disain, peralatan pengolahan, material produksi lain)
Margin
Gambar 2. Rantai Nilai Usaha Jasa Telematika
Keterampilan
suatu
Rantai ke depan (upstream chain) adalah usaha hilir
industri untuk dapat meraih peluang memasuki
yang menjadi produk usaha jasa utama. Pada kasus
pasar satu ke pasar yang lain (Hinson, 2010;
usaha jasa telematika, industri manufaktur, dunia
Bannister, 2014; Wang, 2012). Aktifitas utama yang
hiburan dan layanan sosial merupakan usaha
dinilai ditetapkan sesuai dengan rantai nilai masing-
hilirnya. Rantai ke belakang (downstream chain)
masing industri inti yang dianalisis pada masing-
adalah usaha hulu yang merupakan pelanggan usaha
masing bidang usaha jasa telematika (Tosida, 2012).
utama,
Jumlah aktifitas utama dalam rantai nilai adalah n,
perusahaan
dan dinilai terhadap faktor sebanyak m-faktor terdiri
pengolahan data merupakan pemasok (Wang,
dari
mencakup
2012). Rantai horizontal (horizontal chain) adalah
Development,
usaha lain yang bersifat saling komplementer
Infrastructure, dan Human Resource Development
dengan teknologi dan/atau pemasaran. Semua usaha
(Falch, 2014; Keller, 2013; Bannister, 2014). Skema
yang terlibat dalam rantai horizontal disebut ”usaha
aplikasi rantai nilai pada kelompok usaha jasa
terkait”. Penyedia peralatan telematika dan bahan
telematika Indonesia ada pada Gambar 2.
produksi lain merupakan salah satu rantai horizontal
Matrik analisis Vnxm. Matriks analisis tersebut diisi
bagi usaha jasa telematika. Konsep rantai nilai
dengan
H=tinggi,
(value chain) menurut banyak pakar merupakan
M=medium, L=rendah, dan VL=sangat rendah.
cara yang ampuh untuk mengkonsepsikan bisnis,
Pengolahan data untuk pengambilan keputusan
dimana perusahaan menciptakan nilai bagi para
menggunakan metode Non Numeric for Pairwise
pembeli
Fuzzy Decision Analysisatau dikenal dengan Fuzzy
(Hinson, 2010; Ongondo, 2013).
empat
tersebut
faktor
Procurement,
atribut
diperlukan
utama
Technology
VH=sangat
bagi
yakni
tinggi,
dalam
kasus
survei,
produk
usaha
jasa
pengumpulan
dengan
kegiatan
telematika, data
dan
perusahaan
AHP (Marimin, 2013) sebagai berikut : VA(1) = f (Ai) = max [Qi bj]
5
Jurnal Penelitian Pos dan Informatika, Vol.5 No 1 September 2015 : 1 - 18
Tabel 1. Konsep Matrik Integrasi Kompetensi Inti Hasil Analisis Rantai Nilai dengan Analisis SWOT untuk masing-masing Kelompok Usaha Jasa Telematika Elemen SWOT Kekuatan
Kelemahan
Peluang
Ancaman
Pendekatan
Aktifitas Utama Hasil Analisis Rantai Nilai 1. 2. 3. 1. 2. 3. 1. 2. 3. 1. 2. 3.
Tingkat Preferensi Pembobotan TS
KS
S
SS
Aktifitas 1 Aktifitas 2 ..... Aktifitas 1 Aktifitas 2 ..... Aktifitas 1 Aktifitas 2 ..... Aktifitas 1 Aktifitas 2 .....
didasarkan
besar (Tosida et al. , 2012) untuk penilaian analisis
serangkaian kegiatan yang berurutan, merupakan
SWOT. Penilaian ini melibatkan pakar/responden
sekumpulan aktifitas nilai (value activities) yang
seperti yang disebutkan pada kegiatan FGD
dilakukan
sebelumnya, selanjutnya dalam kuadran Analisis
untuk
rantai
nilai
mendesain,
memproduksi,
memasarkan, mengirim dan mendukung produk dan
SWOT.
Sebagaimana
analisis
jasa mereka (Keller, 2014). Aktifitas nilai menurut
ditunjukkan pada Tabel 1 diatas.
rantai
nilai
Porter (1997) terbagi atas dua, yaitu aktifitas primer dan aktifitas pendukung. Aktifitas primer adalah
HASIL DAN PEMBAHASAN
aktifitas yang terlibat dalam penciptaan fisik produk
1.
dan
penjualannya
serta
transfer
ke
pembeli
Kompetensi Inti Usaha Jasa Telematika : Bisnis Telematika
sekaligus bantuan purna jual. Aktifitas pendukung
Upaya menentukan sel paling dominan
adalah aktifitas pendukung primer dan mendukung
yang menjadi penentu mata rantai pada rantai nilai
satu sama lainnya dengan memberikan masukan
usaha jasa telematika kelompok bisnis telematika
yang dibeli, teknologi, SDM dan pranata dasar
dilakukan melalui penilaian bobot kepentingan
perusahaan.
Seluruh aktifitas berdasarkan hasil
terhadap aktifitas utama dan aktifitas pendukung
analisis rantai nilai disusun dan diberi bobot dalam
yang telah dikonversi menjadi bilangan fuzzy
konsep matrik merujuk pada kelompok usaha jasa
sebagaimana Tabel 2.
telematika yang terbagi menjadi tiga kelompok
6
Strategi Peningkatan Daya Saing Melalui Framework… (E.Tita Rosida, H Thaheer, dan S. Maryana)
Tabel 2. Pembobotan rantai nilai usaha jasa telematika, bisnis telematika Kemampuan Kemampuan Ketersediaan Aktifitas Utama Rincian Aktifitas pengadaan Teknologi pranata dasar
Logistik ke Dalam
Operasi
Logistik ke Luar
Pemasaran dan Penjualan
Pelayanan
Sumberdaya Manusia
Penanganan Material
4. 309
2. 261
4. 309
3. 634
Basis Data
3. 915
4. 642
3. 302
2. 261
Kontrol Sumberdaya
3. 302
2. 289
3. 302
3. 302
Transportasi Penjualan
3. 302
3
3. 302
1. 587
Retur
2. 621
2. 08
1. 817
3. 302
Kreativitas Proses
1. 26
3. 634
3. 175
2. 884
Kontrol Proses
1
3. 557
2. 884
3. 634
Kontrol Kualitas
1
3. 302
2. 884
3. 634
Penelitian & Pengembangan
1. 26
2
3. 634
1. 817
Kendali Biaya
1. 26
1. 26
2. 884
1. 26
Basis Data
1. 817
1. 26
2. 289
2. 621
Transfer Data
1. 817
2. 289
3. 634
2
Handling Practises
2
1. 587
3. 634
1
Promosi/ Advertisement
1
1. 26
2. 621
1. 587
Penanganan Pelanggan
1
1. 26
2. 621
2
Kebijakan Harga
2. 621
1
2. 289
1. 587
Komunikasi
2. 08
2. 08
3. 302
1. 817
Servis Purnajual
1. 26
2. 08
3
2. 289
Lisensi
1. 442
2
2. 621
1. 587
1
1
2. 289
3. 302
Pelatihan
Catatan : Nilai score antara 1-5, Atribut disusun berdasarkan pengelompokan Fuzzy trapesoidal. Atribut VH=sangat tinggi, H=tinggi, M=medium, L=rendah, dan VL=sangat rendah.
Dari Tabel 2. disusun lima matriks aktifitas yang
3.
menguraikan faktor penciri sub aktifitas paling menentukan pada usaha jasa telematika, bisnis
A(3)3X4 = Logistik ke luar = ((Basis Data, Transfer Data , Handling Practises)
4.
A(4)4X4 = Pemasaran dan Penjualan = (Promosi
telematika. Kelima matriks tersebut adalah:
penjualan, penanganan pelanggan, kebijakan
1.
harga, komunikasi)
A(1)5X4 = Logistik kedalam = (Penanganan Material, Basis Data, Kontrol Sumberdaya, Transportasi Penjualan, Retur)
2.
A(2)5X4 = Operasi = (Kreativitas Proses,
5.
A(5)3X4 = Pelayanan = (Servis Purnajual, Lisensi, Pelatihan) Selanjutnya
masing-masing
matriks
Kontrol Proses, Kontrol Kualitas, penelitian
kriteria penilaian disusun untuk penentuan alternatif
dan pengembangan, pengendalian biaya)
pilihan sebagai berikut:
7
Jurnal Penelitian Pos dan Informatika, Vol.5 No 1 September 2015 : 1 - 18
A1 =
H H M M L
M VH L M L
H M M M L
H M M L M
A3 =
L L L
VL L VL
M H H
L L VL
L L
M M
L L
A5 =
VL VL VL
VL
L
A2 =
VL VL VL VL VL
H H M L VL
M M M H M
M H M L VL
A4 =
VL VL M L
VL VL VL L
M M L M
VL VL L L
M
Selanjutnya keempat kriteria dari kelima matriks
usaha jasa telematika bisnis telematika disajikan
yang menggambarkan pengaruhnya kepada aktifitas
pada Tabel 3.
Tabel 3. Agregasi pada kriteria terhadap aktifitas dalam rantai nilai usaha jasatelematika, bisnis telematika (min aij=Qi) Alternatif Kriteria Kekuatan yang menjadi andalan Aktifitas yang mampu dikendalikan Pengadaan dan penyediaan bahan baku (Logistik ke dalam) Operasi produksi, pengembangan, dan pengendalian Penyerahan, distribusi dan pengeceran (logistik keluar) Promosi, pemasaran, dan penjualan Palayanan
Kemampuan pengadaan
Kemampuan Teknologi
Ketersediaan pranata dasar
Sumberdaya Manusia
L
L
L
L
VL
VL
M
VL
L
VL
H
VL
L
L
L
L
VL
VL
L
L
Tabel 4. Tingkat kepentingan kriteria dan negasinya usaha jasa telematika, bisnis telematika No
8
Kriteria
Tingkat Kepentingan
Negasinya (bj)
1
Kemampuan pengadaan yang mendukung aktifitas usaha jasa telematika, bisnis telematika
Sedang
Sedang
2
Pengembangan dan penguasaan teknologi yang mendukung aktifitas usaha jasa telematika, bisnis telematika
Tinggi
Rendah
3
Kemampuan mengelola infrastruktur untuk mendukung aktifitas usaha jasa telematika, bisnis telematika
Sedang
Sedang
4
Kemampuan sumberdaya manusia untuk mendukung aktifitas usaha jasa telematika, bisnis telematika
Rendah
Tinggi
Strategi Peningkatan Daya Saing Melalui Framework… (E.Tita Rosida, H Thaheer, dan S. Maryana)
Kemudian hasil penilaian semua aktifitas
(2013); Hsu (2013) dan Pivac (2012) yang
yang dipengaruhi semua alternatif menggunakan
menyatakan pada pengembangan ICT mendatang
formulasi (1), menghasilkan proses berikut:
dipengaruhi oleh tingkat kreatifitas yang tinggi serta
1. Agregasi pengaruh terhadap aktifitas 1 = max
perlu didukung oleh aktifitas SDM yang dibekali dengan pemahaman akan pola kompetisi yang
[LM, LL, LM, LH]
tinggi (Hernandez, 2013).
Max [L, L, L, L] = L 2. Agregasi pengaruh terhadap aktifitas 2 = max
2.
Kompetensi Inti Usaha Jasa Telematika : Jasa Telekomunikasi
[VLM, VLL, MM, VLH]
Upaya menentukan sel paling dominan
Max [VL, VL, M, VL] = M 3. Agregasi pengaruh terhadap aktifitas 3 = max
yang menjadi penentu dilakukan melalui penilaian bobot kepentingan terhadap aktifitas utama dan
[LM, VLL, HM, VLH]
aktifitas pendukung yang telah dikonversi menjadi
Max [L, VL,M, VL] = M 4. Agregasi pengaruh terhadap aktifitas 4 = max
bilangan fuzzy sebagaimana Tabel 5. Dari Tabel 5. disusun lima matriks aktifitas yang
[LM, LL, LM, LH]
menguraikan faktor penciri sub aktifitas paling
Max [L, L, L, L] = L 5. Agregasi pengaruh terhadap aktifitas 5 = max
menentukan
pada
kelompok
jasa
telematika
Telekomunikasi. Berdasarkan cara yang sama
[VLM, VLM, LL, LH] Max [VL, VL, L, L] = L. Hasil analisis tersebut di atas menyimpulkan bahwa rantai nilai paling dominan adalah aktifitas produksi dan logistik keluar. Kompetensi inti usaha jasa telematika, bisnis telematika yang menjadi tumpuan adalah Operasi (kreativitas proses, kontrol proses, kontrol kualitas, penelitian dan pengembangan, serta kontrol biaya) dan Logistik Ke Luar (basis data, transfer data,
diperoleh
lima
matriks
kriteria,
kemudian
untuk
diagregasi
masing-masing dan
dinilai
berdasarkan tingkat kepentingan masing-masing alternatif, sehingga diperoleh hasil penilaian semua aktifitas
yang
dipengaruhi
semua
alternatif.
Kompetensi inti usaha jasa telematika, jasa komunikasi
yang
menjadi
tumpuan
adalah
Logistik Ke Luar (basis data, transfer data, handling practises).
handling practises). Hal ini sejalan dengan Keller Tabel 5. Pembobotan Rantai Nilai Usaha Jasa Telematika Aktifitas Utama
Logistik ke Dalam
Operasi
Rincian Aktifitas
Kemampuan pengadaan
Kemampuan Teknologi
Ketersediaan pranata dasar
Sumberdaya Manusia
Penanganan Material
1. 817
3
4. 309
2
Basis Data
3. 915
3. 634
3. 302
2. 289
Kontrol Sumberdaya
3. 302
3. 634
3. 302
1. 517
Transportasi Penjualan
2. 289
3. 634
1. 587
1. 587
Retur
1. 26
1
1
1
Kreativitas Proses
1. 442
4. 309
2. 52
3. 175
Kontrol Proses
2. 884
4
2. 884
3. 634
Kontrol Kualitas
3. 634
3. 915
3. 302
4. 642
9
Jurnal Penelitian Pos dan Informatika, Vol.5 No 1 September 2015 : 1 - 18
Tabel 5. Pembobotan Rantai Nilai Usaha Jasa Telematika (lanjutan) Aktifitas Utama Operasi
Logistik ke Luar
Pemasaran dan Penjualan
Kemampuan pengadaan
Kemampuan Teknologi
Ketersediaan pranata dasar
Sumberdaya Manusia
Penelitian & Pengembangan
2. 884
2. 884
3. 302
3. 634
Kendali Biaya
2. 621
1
2. 621
1. 442
Basis Data
2. 621
3
1. 26
1. 26
Transfer Data
2. 884
1. 617
1. 817
1
Handling Practises
2. 621
2. 621
1. 587
1. 26
2. 621
1. 26
1. 26
1. 26
1
1
1
1
1
1
1
1. 587
1. 26
3
3. 634
1. 587
Servis Purnajual
1
1
1. 26
1. 587
Lisensi
1
1
1
1. 587
Pelatihan
1
1
1
2. 08
Rincian Aktifitas
Promosi/ Advertisement Penanganan Pelanggan Kebijakan Harga Komunikasi
Pelayanan
Hal
ini
menunjukkan
bahwa
bidang
jasa
Telematika dilakukan melalui penilaian bobot
telekomunikasi masih membutuhkan dukungan
kepentingan terhadap aktifitas utama dan aktifitas
akan teknologi pengelolaan data yang semakin
pendukung yang telah dikonversi menjadi bilangan
besar dan sangat krusial untuk mampu memenuhi
fuzzy sebagaimana Tabel 5. Hasil analisis yang
kriteria konsep “Big Data” yang terdiri dari,
diproses seperti halnya pada kedua kelompok usaha
Volume, Velocity dan Variety, yang didukung oleh
jasa telematika sebelumnya menunjukkan bahwa
pelayanan prima (Moniruzzaman, 2013; Falch,
rantai nilai paling dominan pada usaha jasa
2014).
telematika, jasa edukasi adalah aktifitas operasi
3.
produksi. Kompetensi inti usaha jasa telematika,
Kompetensi Inti Usaha Jasa Telematika:
Edukasi Demikian pula halnya proses yang sama
jasa edukasi yang menjadi tumpuan adalah aktifitas Operasi (kreativitas proses, kontrol proses, kontrol
dilakukan untuk penentuan sel paling dominan yang
kualitas,
menjadi penentu mata rantai pada rantai nilai
kontrol biaya). Berikut disajikan Tabel 6 :
kelompok usaha jasa telematika bidang Edukasi
10
penelitian
dan
pengembangan,
serta
Strategi Peningkatan Daya Saing Melalui Framework… (E.Tita Rosida, H Thaheer, dan S. Maryana)
Tabel 6. Pembobotan rantai nilai usaha jasa telematika Edukasi Aktifitas Utama
Logistik ke Dalam
Operasi
Logistik ke Luar
Pemasaran dan Penjualan
Pelayanan
4.
Rincian Aktifitas
Kemampuan pengadaan
Kemampuan Teknologi
Ketersediaan pranata dasar
Sumberdaya Manusia
Penanganan Material
2. 289
2
1. 26
4. 309
Basis Data
3. 915
1. 26
3. 302
2. 621
Kontrol Sumberdaya Transportasi Penjualan Retur
2. 884
1
3. 302
2. 621
1. 26
1
1. 587
3
1
1
1
2. 621
Kreativitas Proses
3. 634
3. 302
2. 52
3. 634
Kontrol Proses
3. 302
3. 302
2. 884
3. 175
Kontrol Kualitas Penelitian & Pengembangan Kendali Biaya
3. 634
3. 302
3. 302
3. 302
1. 26
1
3. 302
2. 621
1
1
2. 621
3. 621
Basis Data
2. 289
2. 289
1. 26
1. 617
1
1
1. 817
1
Handling Practises Promosi/ Advertisement Penanganan Pelanggan Kebijakan Harga
1. 442
2
1. 587
1
1. 26
2. 884
1. 26
2. 52
1
1
1
1
1
1
1
1
Komunikasi
3. 302
3
3. 634
2. 289
Servis Purnajual
1
1
1. 26
2. 289
Lisensi
1
1
1
3. 634
Pelatihan
1
1
1
2. 289
Transfer Data
atau pakar yang terlibat pada kegiatan ini masih
Analisis SWOT untuk Positioning Analisis
terhadap
kondisi
lingkungan
sama dengan kegiatan sebelumnya yakni mencakup
tersebut dilakukan terhadap kondisi lingkungan
Regulator, perwakilan Asosiasi Telematika dan
internal dan eksternal berpengaruh secara langsung
Akademisi
maupun tidak langsung terhadap pengembangan
Perindustrian, Diskominfo Jabar, Cimahi Creative
usaha jasa telematika. Analisis SWOT (Strength,
Association, Lembaga Pengembangan Inovasi &
Weakness, Opportunity, dan Threat) dalam hal ini
Kreatif, ITB dan Bandung Technopark. Interaksi
dilakukan sebagai landasan dalam menentukan
yang terjadi baik pada kegiatan FGD maupun in
strategi pengembangan usaha jasa telematika.
depth interview berlangsung secara aktif dan
Berdasarkan informasi dari stakeholder melalui
Focus
Group
Discussion
(FGD),
wawancara mendalam (in depth interview) serta
yang
diwakili
oleh
Kementerian
partisipatif, sehinga dapat diidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman sebagai berikut : 4.1. Faktor Internal
informasi yang digali dalam berbagai forum dan
Faktor internal dalam analisis SWOT
pertemuan serta hasil kajian pustaka. Responden
adalah faktor yang mengidentifikasikan kekuatan
11
Jurnal Penelitian Pos dan Informatika, Vol.5 No 1 September 2015 : 1 - 18
atau keunggulan-keunggulan yang dapat digunakan pada
pengembangan
usaha
jasa
6
Dukungan lembaga keuangan, mengingat arus
telematika.
perdagangan bisnis jasa telematika itu sendiri
Berdasarkan wawancara dan observasi di lapangan
yang sukar dilacak, sehingga kolateralnya kasat
diperoleh kekuatan-kekuatan yang dimiliki oleh
mata (Yu, 2008)
usaha jasa telematika sebagai kompetensi inti
7
sebagai berikut: 1
Sumberdaya manusia yang masih dirasa kurang, terutama pada bisnis jasa telematika dengan
Kesinambungan
sumberdaya,
adalah
keahlian khusus (Wang, 2012)
ketersediaan sumber data dan informasi serta sumberdaya lainnya yang dibutuhkan oleh
4.2. Faktor Eksternal Faktor eksternal dalam analisis SWOT
usaha jasa telematika (Keller, 2013; Hu, 2013) 2
Produktifitas yakni produksi masif yang telah
Penguasaan
teknologi
menunjuk
kepada
kemampuan para pelaku usaha jasa telematika
Penyediaan
energy,
yakni
infrastruktur
Pengembangan
komersial
terkait
dengan
2
yang
4
Infrastruktur untuk pengembangan bisnis jasa telematika yang masih dirasa kurang Penguasaan mesin dan peralatan, terutama dukungan produksi dalam negeri yang sangat lamban Penyediaan jaringan, termasuk backbone yang sangat kurang di Indonesia
5 12
Kebijakan insentif pengembangan ekonomi
Sinergi pemerintah pusat dan daerah dalam
Rencana aksi pemerintah seperti misalnya
Institusi penelitian yang kurang berperan
Keterbukaan pasar yang menciptakan ceruk cukup dalam dan potensial (Wissner, 2011) Adapun kondisi yang muncul yang dapat
Teknologi produksi, terkait dengan kekinian teknologi yang dipergunakan
4
jasa
city dan sebagainya
menunjukkan
untuk pengembangannya adalah sebagai berikut:
3
usaha
jaringan pita lebar, internet masuk desa, smart
kelemahan yang dimiliki oleh usaha jasa telematika
2
pengembangan
pengembangan ekonomi kreatif, pembangunan
telematika di Indonesia.
1
dengan
pengembangan usaha jasa telematika
Inovasi dan Kreatifitas para pelaku usaha jasa
kondisi
Faktor eksternal tersebut terdiri dari
2013; Leimbach, 2010)
3
(Yu, 2008; Falch, 2014)
Adapun
menggambarkan
kreatif di Indonesia (Bannister, 2014; Hsu,
Dukungan Pemerintah dan Lembaga Terkait
produk yang dapat diterima pasar secara luas
7
dapat
telematika adalah :
dalam pengembangan usaha jasa telematika 6
yang
peluang dan ancaman. Peluang yang muncul dalam
1
jaringan listrik 5
telematika.
kaitannya
di Indonesia 4
faktor
lingkungan di luar pengembangan usaha jasa
ada saat ini 3
adalah
menjadi ancaman bagi pengembangan usaha jasa telematika adalah sebagai berikut: 1
Peningkatan persaingan produk luar, termasuk sumberdaya manusia setelah CAFTA (China Asean Free Trade) dan menjelang MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) tahun 2015 (Changgyu, 2013)
Strategi Peningkatan Daya Saing Melalui Framework… (E.Tita Rosida, H Thaheer, dan S. Maryana)
2
Perubahan kebijakan pajak, terutama pajak
dan diberi skor antara 1-5.
Dari hasil evaluasi
yang dikenakan bagi UKM dengan penghasilan
faktor internal dan eksternal kemudian disusun
Rp. 400 juta per tahun.
matriks yang menggambarkan posisi pengembangan usaha jasa telematika yang telah dianggap penting
Uraian
tersebut
menggambarkan
bagaimana
dan sangat penting dalam analisis sebelumnya yang
peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi
dinilai sebagaimana diringkas pada Tabel 7,
disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang
dilanjutkan Gambar 3.
dimiliki. Faktor kunci tersebut kemudian dibobot Tabel 7. Rekapitulasi hasil perhitungan Analsis SWOT
No
Uraian
A.
PenerbitanSotfware
B.
PempogramanKomputer
C.
KonsultansiKomputer
D.
INTERNAL = Kekuatan-Kelemahan (0,224)
EKSTERNAL = Peluang-Ancaman 0,600
(0,117)
0,039
0,295
0,089
TeknologiInformasidanJasa Lain
(0,313)
0,373
E.
DesainKhusus
(0,623)
(0,463)
F.
ReparasiKomputer
(0,295)
(0,253)
G.
Hosting
(0,340)
(0,327)
H.
Portal WEB
(0,460)
(0,200)
I.
Edukasi
0,406
(1,309)
Gambar 3. Peta posisi usaha jasa telematika yang diunggulkan di Indonesia
13
Jurnal Penelitian Pos dan Informatika, Vol.5 No 1 September 2015 : 1 - 18
Usaha komputer
Jasa
Telematika,
berada
pada
konsultansi
Kwadran
I,
artinya
dukungan faktor internal dan eksternal sangat baik.
disain
khusus
mengalami
permasalahan
ketersediaan sumberdaya manusia dan potensi pasar yang kalah bersaing dengan produk impor.
Pengembangan usaha jasa pada kuadran I menjadi lebih mudah dan diarahkan kepada pengembangan
PENUTUP
ekspansif dengan mengoptimalkan usaha sebesarbesarnya (Arvanitis, 2013). Usaha Jasa Telematika,
Konsep rantai nilai pada kasus kelompok
Edukasi berada pada kuadran II di mana dukungan
usaha jasa telematika mampu dimodelkan sebagai
internalnya kuat namun faktor eksternalnya kurang
salah
kuat.
Faktor eksternal edukasi lebih dipengaruhi
peningkatan daya saing. Berdasarkan konsep rantai
oleh tekanan pasar internasional terhadap dunia
nilai diperoleh kompetensi inti usaha jasa bisnis
pendidikan di Indonesia dalam waktu dekat.
telematikaadalah pada bidang Operasi (creative
Pengembangan usaha jasa edukasi harus diarahkan
process, process control, quality control, penelitian
kepada upaya penyetaraan kompetensi, yakni
dan pengembangan,
melalui sistem pengakuan kompetensi produk
Logistik Ke Luar (data base, data transport,
edukasi (Keller, 2013; Falch, 2014).
handling practises), dan rantai nilai paling dominan
Usaha
Jasa
Telematika,
Penerbitan
satu
cara
untuk
menyusun
strategi
pengendalian biaya)
dan
pada aktifitas logistik keluar. Kompetensi inti usaha
dan
jasa komunikasi adalah data base, data transport,
pada
dan handling practise, rantai nilai paling dominan
Kuadran III, di mana dukungan faktor eksternal
adalah aktifitas operasi produksi. Kompetensi inti
kuat namun lemah secara internal. Potensi pasar
usaha jasa telematika edukasi adalah creative
sangat terbuka luas, namun kemampuan internal
process, process control, quality control, penelitian
masih
dan pengembangan, pengendalian biaya.
Software,
Pemrograman
Teknologi
Informasi
perlu
Komputer,
lainnya,
ditingkatkan
berada
seperti
misalnya
Kompetensi inti yang dilengkapi dengan
kemampuan sumberdaya manusia, infrastruktur pendukung, dan peralatan. Usaha jasa telematika
kajian
seperti
komprehensif dengan diintegrasikannya berbagai
Reparasi
Komputer,
Portal
WEB,
SWOT
eksternal
menunjukkan
dan
internal
hasil
yang
lebih
Hosting, dan Disain Khusus, berada pada Kuadran
kondisi
turut
IV. Pada kondisi ini dukungan internal maupun
mempengaruhi daya saing kelompok usaha jasa
eksternalnya
Beberapa
usaha
telematika. Usaha konsultasi komputer merupakan
karena
begitu
usaha yang memiliki dukungan internal dan
banyak pemain bisnis seperti misalnya Portal WEB
eksternal yang baik, sehingga menjadi lebih mudah
dan
dalam pengembangannya. Usaha edukasi bidang
sangat
kurang.
mungkin mendekati kejenuhan
Hosting.
Sementara
Reparasi
Komputer
semakin berkurang mengingat piranti dan perangkat
telematika
saat ini telah diproduksi dengan harga sangat
kompetensi untuk memperkuat dukungan eksternal.
terjangkau, jadi lebih menguntungkan membeli
Penerbitan Software, Pemrograman Komputer, dan
produk baru daripada reparasi (Hsu, 2013). Usaha
Teknologi Informasi lainnya memiliki potensi pasar
14
masih
membutuhkan
penyetaraan
Strategi Peningkatan Daya Saing Melalui Framework… (E.Tita Rosida, H Thaheer, dan S. Maryana)
sangat luas, namun kemampuan internal masih
banyaknya pelaku bisnis, persaingan yang semakin
perlu ditingkatkan. Reparasi Komputer, Portal
ketat namun daya dukung sumberdaya manusia
WEB,
yang kurang memadai.
Hosting,
dan
Disain
Khusus,
mulai
menunjukkan kejenuhan bisa diakibatkan semakin Management, Vol. 26 Iss: 6, pp. 679 – 701.
UCAPAN TERIMA KASIH
Emerald Group Publishing Limited. 10. 1. DP2M DIKTI Kementerian Pendidikan dan
1108/JEIM-07-2013-0048 (Permanent URL).
Kebudayaan, atas Hibah Bersaing yang telah
Babiak, K & L. Thibault. (2009). Challenges in
diberikan untuk pendanaan utama riset ini
Multiple Cross-Sector Parterships. Journal of
2. Program Studi Ilmu Komputer FMIPA Universitas Pakuan, atas dukungan proses riset secara keseluruhan dan penyediaan laboratorium untuk proses pengolahan dan analisis data
Nonprofit and Voluntary Sector Quarterly, Vol. 38, No. 1, p. 117-143. Bannister, F & R. Connolly. 2014. ICT, Public Values and Transformation Government : A
3. Lembaga Penelitian Universitas Pakuan, atas
Framework and Programme for Research.
dukungan koordinasi serta fasilitasi pengurusan
Journal of Government Information Quarterly
perolehan hibah pendanaan riset
31 (2014). 119-128. Elsevier.
4. Direktur
Industri
Elektronika
dan
Changgyu Yang, Sang-Gun Lee, Jaebeom Lee.
Telematika Kementerian Perindustrian RI,
2013. Entry barrier's difference between ICT
dan Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi
and non-ICT industries. Journal of Industrial
Jabar, Ketua Cimahi Creative Association,
Management & Data Systems, Vol. 113 Iss:
Lembaga Pengembangan Inovasi & Kreatif,
3, pp. 461 – 480. Emerald Group Publishing
ITB dan Direktur Bandung Technopark atas
Limited.
partisipasi aktif dalam kegiatan wawancara dan FGD.
Falch, M. (2014). The Impact of ICT on Market Organization : A Case of 3D-Models in Engineering
DAFTAR PUSTAKA
Consultancy.
Journal
of
Telematics and Informatics, 31 (2014) 282291. Elsevier.
Albert, Q. , B. Evelina, L. Bujar. (2011). The
Hadighi, S. A. , N. Sahebjamnia. , I. Mahdavi, M.
impact of ICT use in competitive advantage
A. Shirazi. (2013). A Framework for Strategy
in SME-s within service sector in Albania.
Formulation Based on Clustering Approach :
Journal
&
A Case Study in A Corporate Organization. J.
Economic Development. 2011, Vol. 2 Issue 1,
Knowledge-Base Systems, 49 (2013), 37-49.
p9-19. 11p.
Elsevier.
of
Information
Technology
Arvanitis, S. , E. Loukis, & V. Diamantopoulou.
Hernandez-Leo, D., et al (2013). Recommendations
(2013). The effect of soft ICT capital on
to Align Competences, Methodology, and
innovation performance of Greek firms.
Assessment in Telematics, Computing, and
Journal
Electronic
of
Enterprise
Information
Engineering
Courses.
Jounal 15
Jurnal Penelitian Pos dan Informatika, Vol.5 No 1 September 2015 : 1 - 18
ofTecnologias
del
Aprendizaje,
IEEE
RevistaIberoamericana de, vol. 8, no. 1, pp. 15,22, Feb. 2013.
& Social Change, Vol. 78. (2011) 953-967. Elsevier. Leimbach, T. , M. Friedewald. (2010). Assessing
Hinson, R. (2010). The Value Chain and e-Business
national policies to support software in
in Exporting : Case Studies from Ghana’s
Europe. Journal of Informatics, Vol. 12 Iss:
Non-Traditional
6, pp. 40 – 55. Emerald Group Publishing
Export
(NTE)
Sector.
Journal of Telematics and Information, 27 (2010) 323-340. Elsevier.
Limited. Manal M. Yunis, Kai S. Koong, Lai C. Liu, Reggie
Hsu, P. F. (2013). Integration ERP and e-Business :
Kwan, Philip Tsang. (2012). ICTmaturity as a
Resources Complementarity in Business
driver to global competitiveness: a national
Value Creation. Decision Support System, 56
level analysis". International Journal of
(2013) 334-347. Elsevier
Accounting and Information Management.
Jones, P. (2011). ICT impact within the SME sector. Journal
of
Systems
and
Information
Vol. 20 Iss: 3, pp. 255 – 281. Emerald Group Publishing
Limited.
Technology, Vol. 13 Iss: 2. http://www.
1108/18347641211245137
emeraldinsight.
URL).
com/journals.
htm?issn=1328-
10. (Permanent
Marimin, T. Djatna, Suharjito, S. Hidayat, D. N.
7265&volume=13&issue=2&articleid=19239
Utama, R. Astuti & S. Martini. (2013).
74&show=html.
Teknik & Analisis Pengambilan Keputusan
Wednesday
March
26th,2014.
Fuzzy dalam Manajemen Rantai pasok. IPB
Keller, J. & H. A Von der Gracht. 2013. The
Press.
Influence of Information and Communication
Moniruzzaman, A. B. M. & S. A. Hossain. (2013).
(ICT) of Future Foreshight Process – Result
NoSQL Database: New Era of Databases for
from
Big
A
Delphi
Survey.
Journal
of
Data
:
Analytics-
Classification,
Technological Forecasting & Social Change.
Characteristics and Comparison. International
85 (2014) 81-92. Elsevier
Journal of Database Theory and Application
Kowalkowski, C. , D. Kindström, H. Gebauer, (2013). ICT as a catalyst for service business
Vol. 6, No. 4, August, 2013 Ongondo, F. O. , I. D. Williams, J. Dietrich, & C.
orientation. Journal of Business & Industrial
Carroll.
Marketing, Vol. 28 Iss: 6, pp. 506 – 513.
Economic Enterprises. Journal of Waste
Emerald Group Publishing Limited.
Management 33 (2013) 2600-2606. Elsevier.
Lee Hyoung-joo, Lee Sungjoo, & Byungun Yoon.
(2013).
ICT Reuse
in Socio-
Parlabene, L. (2012). A business model analysis of
(2011). Technology Clustering Based on
Robert
Evolutionary
Patterns
Management. Munich, GRIN Publ.
Information
and
:
The
Case
of
Bosch.
Strategic
International
Communications
Pivac, N, Cubic, P & Skugor, G. (2012). Computer
Technologies. J. Technological Forecasting
aided competence management. MIPRO, 2012 Proceedings of the 35th International
16
Strategi Peningkatan Daya Saing Melalui Framework… (E.Tita Rosida, H Thaheer, dan S. Maryana)
Convention , vol. 1, no. 1, pp. 641,646, 21-25 May 2012. Porter, M. E.
Tosida, E. T. , P. Harsani, & Hermawan. (2013). Implementasi Model Klasifikasi Kelompok
1997.
Strategi Bersaing, Teknik
Usaha Jasa Telematika Nasional melalui
menganalisis industri & pesaing (Edisi
Identifikasi
Indonesia).
Pengembangan Usaha. Prosiding Seminar
Karisma Publishing Group,
Tangerang.
terhadap
Aspek
Pendukung
Nasional Matematika & Ilmu Pengetahuan
Setyaningsih, S. , Hermawan, & E. T. Tosida.
Alam “MIPA Sebagai Landasan Kreasi &
(2013). Pemetaan Kompetensi Sumber Daya
Inovasi
Manusia
Convention Center Bogor, 23 Oktober 2013.
Bi&g
Indonesia
Industri
sebagai
Telematika
Kebijakan
di
Investasi.
Teknologi”IPB
International
ISBN978-602-14503-0-7.
Prosiding Seminar Nasional Matematika &
Tosida, E. T. , S. Maryana, & H. Thaheer. (2014).
Ilmu Pengetahuan Alam “MIPA Sebagai
Potensi Kelompok Usaha Jasa Telematika di
Landasan Kreasi & Inovasi Teknologi”IPB
Indonesia.
International Convention Center Bogor, 23
Teknologi
Oktober 2013. ISBN978-602-14503-0-7
Manajemen (SEMNASTIK & MAGMA),
Sourbati,M. (2011). The digital switchover as an
Seminar Nasional Kualitas Hidup melalui
information society initiative: The role of
Aplikasi IT & Manajemen. Universitas Bina
public policy in promoting access to digital
Darma, Palembang, 23 Agustus 2014. . ISBN
ICTs.
: 978-979-3877-20-4,PPP-UBD Press.
Journal
of
Telematics
and
Prosiding
Seminar
Informasi
Nasional
Komunikasi
&
Informatics,Volume 28, Issue 4, November
Tsui Chia-jung, Ping Wang, K. R. Fleischann, D.
2011, Pages 295–30. Copyright © 2010
W. Oard & A. B. Sayeed. (2010). Exploring
Elsevier Ltd. All rights reserved.
the Relationships among ICTs : A Scalable
Tjahyana, A. (2008). Antisipasi Implementasi Perdagangan
Bebas.
Seminar
Nasional
Computational Divergence
Approach
and
Using
Hierarchical
KL
Clustering.
“Industrialisasi Menuju Kehidupan yang
Proceedings of the 43rd Hawaii International
Lebih Baik. Departemen Perindustrian RI.
Conference on System Sciences. 978-0-7695-
Tosida, E. T. , P. Harsani, Hermawan & S. Setyaningsih. (2012). Classification Models of
Information
Bussiness International
in
Technology Indonesia.
Seminar
on
Services Proceeding
Science
3869-3. IEEExplorer. Wang, H. W. , & M. C. Wu. (2012). Business Type, Industry Value Chain, and R&D Performance :
Evidence
from
High-tech
Firms
in
and
Emerging Market. Journal of Technological
Technology Innovations 2012. University of
Forecasting & Social Change, 79 (2012) 326-
Al Azhar Indonesia, October 2-4th 2012,
340.
ISBN 978-602-95064-5-7, UAI Press.
Wissner, M. 2011. ICT, Growth and Productivity in The German Energy Sector, On the Way to a
Smart Grid?. Journal of Utilities Policy, 19 (2011) 14-19. Elsevier. 17
Jurnal Penelitian Pos dan Informatika, Vol.5 No 1 September 2015 : 1 - 18
Yu, L. , K. Soujapelto, J. Hallikas, & O. Tang.
Major Chinese ICT Players. Int. J. Production
2008. Chinese ICT Industry from Supply
Economics. 115 (2008) 374-487. Elsevier
Chain Perspective : A case Study of The .
18
UCAPAN TERIMA KASIH Dalam penerbitan Jurnal Penelitian Pos dan Informatika Vol. 5 No. 2 Desember 2015, proses penelaahan naskah melibatkan beberapa Mitra Bestari. Untuk itu, redaksi mengucapkan terima kasih kepada : 1. Wahyudi Adi Saputra, S.E.,M.M (Logistik dan Pos – Sekolah Tinggi Manajemen Logistik) 2. Dr Udi Rusadi MS (Komunikasi – Kementerian Kominfo) 3. Dr. Ir. Rudi Lumanto, M.Eng (Telekomunikasi - ID-SIRTII) 4. Somo Arifianto, SE, M.A (Media – Kementerian Kominfo) 5. Dra. Siti Meiningsih, M.Sc (Informatika – Kementerian Kominfo)
PEDOMAN / KETENTUAN PENULISAN JURNAL PENELITIAN POS DAN INFORMATIKA I. Pedoman Umum Penulisan Jurnal Penelitian Pos dan Informatika (JPPI) adalah jurnal yang diterbitkan secara periodik, yaitu dua kali setahun, yakni bulan September dan Desember, mengutamakan memuat Tulisan Karya Ilmiah (KTI) yang memenuhi standar (kaidah-kaidah ilmiah) atau minimal layaknya penulisan karya ilmiah, dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Ruang Lingkup Karya Ilmiah/Naskah KTI yang dapat dimuat di Jurnal PPI adalah hasil penelitian, studi, analisis data sekunder, pemikiran, resensi buku baru atau tinjauan kritis teori yang berkaitan dengan pos dan informatika. Naskah juga dapat berupa resensi buku, bedah buku, dan sejenisnya di bidang komunikasi, informatika, pos, atau telekomunikasi dengan mengikuti sistematika penulisan secara umum (universal). 2. Aktualitas (Actual) Aktualitas sebuah tulisan merupakan prioritas utama, yakni memuat isu-isu yang aktual, terpercaya, dan terkini atau yang sedang tren menjadi pembicaraan di kalangan masyarakat. Karena itu, hindari penulisan yang topiknya sudah usang atau kurang mendapat perhatian masyarakat atau publik. 3. Bahasa Yang Lugas KTI harus menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar (sesuai EYD) dan mudah dipahami, jelas, serta tidak membingungkan pembacanya. 4. Memuat Hal Yang Baru (Inovatif) KTI yang memuat hasil penelitian atau kajian atau analisis teori dan pengembangannya sehingga menghasilkan temuan baru atau informasi lain atau inovasi (inovations) bagi masyarakat/publik yang membacanya. 5. Keaslian atau Orisinil (Original) KTI atau Naskah yang dikirim harus orisinil (asli), dan belum pernah dipublikasikan atau tidak sedang dikirimkan ke Jurnal atau media lain. Hal ini untuk menghindari duplikasi atau penjiplakan atau plagiator. II. Pedoman Teknis Penulisan 1. Format Penulisan, naskah diketik dengan huruf Times New Roman ukuran 12, spasi 1.5, dan panjang naskah 15-25 halaman kertas A4. 2. Sistematika penulisan terdiri dari : a. Judul Judul diketik dengan huruf kapital tebal (bold) pada halaman pertama maksimal 4 baris atau sebelas kata. Judul harus mencerminkan isi tulisan (memiliki keterkaitan dengan masalah dan sesuai dengan metodologi penelitian). b. Nama dan Jenjang Jabatan Peneliti (optional) Nama penulis diketik lengkap di bawah judul beserta jenjang jabatan peneliti. Jika penulis lebih dari satu orang, kata penghubung digunakan kata “dan”.
c. Alamat lengkap penulis Alamat lengkap diketik di bawah Jenjang Jabatan Peneliti disertai dengan nomor telepon, fax, dan E-Mail. Contoh : Atjih Ratnawati1 dan Diana Sari2 Peneliti pada Puslitbang Penyelenggaraan Pos dan Informatika 12 Badan Litbang SDM Kementerian Komunikasi dan Informatika12 Jln. Medan Merdeka barat nomor 9, Jakarta Pusat 10110 Indonesia 12 e-mail :
[email protected] ,
[email protected] d. Abstrak Abstrak ditulis sebanyak 120-200 kata dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Abstrak diketik dengan huruf miring (italic) untuk bahasa Inggris berjarak satu spasi. Penulisan abstrak harus ringkas dan jelas, serta mewakili isi naskah. e. Kata kunci atau keywords Kata kunci terdiri atas empat sampai enam kata ditulis di bawah abstrak. Kata kunci dalam bahasa Inggris ditulis italic. f. Pendahuluan Bagian ini berisi Latar Belakang, Perumusan Masalah, dan Tujuan Penelitian. g. Metodologi Penelitian Bagian ini memuat paradigma penelitian, jenis penelitian, fokus penelitian, teknik pengumpulan data, sampel dan data, tempat dan waktu, teknik olah data, dan teknik analisis. h. Temuan/Hasil Hasil penelitian memuat temuan dan hasil analisis dalam berbagai bentuk dan berkaitan dengan masalah. i. Pembahasan/Analisis j. Penutup Bagian ini terdiri dari simpulan dan saran (jika perlu). Simpulan ditarik dari hasil diskusi dan masalah penelitian. k. Referensi sumber dituliskan: nama pengarang, tahun pengarang dalam halaman sumber di antara kurung. Contoh : Penelitian di Manado menunjukkan kebanyakan masyarakat menonton televisi pada waktu siang hari, karena sore harinya banyak dimanfaatkan untuk beristirahat (Rusdi, 2004 : 26). Atau bisa juga seperti ini : Menurut Rusdi (2008), budaya menonton televisi bagi masyarakat di Kota Manado….. l. Daftar Pustaka Penulisan Daftar Pustaka atau rujukan di halaman terpisah dan disusun menurut abjad. Urutan penulisan nama pengarang atau penyunting judul artikel (jika bukan buku) dicetak biasa, judul majalah atau buku dicetak tebal, kota dan nama penerbit biasa disertai tahun penerbitan diletakkan di bawah nama pengarang/penyunting. Contoh : Rakhmat, Jalaluddin. (1991). Metodologi Penelitian Komunikasi. Bandung: Remadja Rosdakarya. Atau disesuaikan dengan format APA-Style, sebagaimana terlihat dalam : http://owl.english.purdue.edu/owl/resource/560/01/
III. Ketentuan lainnya 1. Apabila di kemudian hari ada pemuatan ganda atas naskah yang sama maka segala resiko menjadi tanggung jawab penulis. 2. Apabila suatu saat ada pihak atau individu yang menuntut keaslian naskah merupakan tanggung jawab penulis, bukan tanggung jawab Redaksi. 3. Naskah penelitian yang disponsori oleh pihak tertentu harus memuat pernyataan yang berisi informasi sponsor yang mendanai. 4. Untuk Naskah / Tulisan mengenai Kebijakan, pada sistematika penulisannya perlu memuat Sub Rekomendasi dan Sub Implementasi, setelah sub pembahasan. (lihat pedoman penulisan) 5. Naskah diketik dengan memperhatikan aturan tentang penggunaan tanda baca dan ejaan yang dimuat dalam pedoman umum ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan. 6. Guna menentukan naskah yang sesuai dengan Jurnal PPI, naskah akan ditelaah dan disunting oleh Dewan Redaksi sesuai dengan mekanisme yang berlaku. 7. Pemuatan atau penolakan naskah akan diberitahukan secara tertulis. Naskah yag tidak dimuat akan dikembalikan, kecuali atas permintaan penulis. 8. Setiap naskah yang diterima akan melalui proses review tertutup oleh Mitra Bestari sesuai dengan kepakarannya. 9. Setelah dalam bentuk proof, Penulis artikel diminta menandatangani lembar pernyataan persetujuan untuk cetak menjadi Jurnal. 10. Kepada penulis yang tulisannya dimuat di Jurnal PPI akan diberikan 2 (dua) eksemplar Jurnal sebagai tanda bukti pemuatan. 11. Pengiriman naskah disertai nama, jabatan, unit kerja, alamat, nomor telepon, fax dan E-Mail. Dikirim via Redaksi di Pusat Penelitian dan Pengembangan Penyelenggaraan Pos dan Informatika, Badan Penelitian dan Pengembangan SDM, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Gedung Belakang, lantai 4 – Jln. Medan merdeka Barat No. 9 Jakarta Pusat. Telp./Fax. (021) 384 6189 Dikirim via email :
[email protected] 12. Contact Persons : Diah Arum Maharani : 082123734748 Reza Bastanta S : 085722556670 Yane Erima Marentek : 08121028131