JURNAL PENELITIAN POS dan INFORMATIKA VOL 5 Edisi September Tahun 2015
i
JURNAL PENELITIAN POS DAN INFORMATIKA e-ISSN. 2476-9266 p-ISSN. 2088-9402 VOL. 5 No.1 September Tahun 2015
SUSUNAN REDAKSI SK Sekretaris Badan Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian Komunikasi dan Informatika Nomor : 48B/KEP/KOMINFO/BLSDM-1/5/2015 PENGARAH Kepala Badan Litbang SDM Kementerian Komunikasi dan Informatika DEWAN REDAKSI PENANGGUNG JAWAB
Dr. Hedi M Idris M.Sc (Kapuslitbang Penyelenggaraan Pos dan Informatika) ANGGOTA DEWAN REDAKSI
Dr. Ramon Kaban, M.Si (Komunikasi Politik-Kementerian Kominfo) Drs. Sumarsono Soemardjo, M.Si (Media dan Penyiaran – Kementerian Kominfo) Dr. Ashwin Sasongko (Manajemen Teknologi Informasi - LIPI) Dr. I Nyoman Adhiarna (Telekomunikasi – Kementerian Kominfo) Wahyudi Adi Saputra, S.E.,M.M (Logistik dan Pos – Sekolah Tinggi Manajemen Logistik) MITRA BESTARI / PEER REVIEWER : Dr. Ir. Suntoro (Logistik Pos – PT. Pos Indonesia) Dr. Yan Rianto (Teknologi Informasi – LIPI) Dra. Siti Meiningsih, M.Sc (Informatika – Kementerian Kominfo) Ir. Nonot Harsono (Telekomunikasi – ITS) Dr L.T Handoko (Informatika – LIPI) Dr. Dadang Rahmat Hidayat. M.Si (Penyiaran – Universitas Padjadjaran) Dr Udi Rusadi MS (Komunikasi – Kementerian Kominfo) Dr Fadhilah Mathar (Informatika – Pusat TIK Nasional) REDAKTUR PELAKSANA : Diah Arum Maharani, SE, MM Yane E Marentek, SS Reza Bastanta Sitepu, S.Si.
SEKRETARIAT REDAKSI : Pusat Penelitian dan Pengembangan Penyelenggaraan Pos dan Informatika Badan Litbang SDM Kemkominfo Kementerian Komunikasi dan informatika Jl. Medan Merdeka Barat no. 9 Gedung B Lt. 4 Jakarta 10110 Telp/Fax : 021- 3846189
JURNAL PENELITIAN POS DAN INFORMATIKA (JPPI) adalah jurnal ilmiah yang menjadi media publikasi karya tulis ilmiah mengenai ilmu pengetahuan dan teknologi bidang perposan, penyiaran telekomunikasi, dan informatika. Terbit pertama kali tahun 2011 dengan frekuensi terbit dua kali setahun pada bulan September dan Desember. Jurnal ini bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan serta menjadi wadah tukar pikiran bagi peneliti, akademisi, dan praktisi khususnya dalam bidang perposan, penyiaran, telekomunikasi, dan informatika dan menerima tulisan berupa hasil penelitian maupun tinjauan teori atau karya ilmiah lain (analisis empirik dan studi kasus) yang bersifat asli dan belum pernah dipublikasikan di media lain.
ii
JURNAL PENELITIAN POS DAN INFORMATIKA e-ISSN. 2476-9266 p-ISSN. 2088-9402
VOL. 5 NO. 1 SEPTEMBER 2015
DAFTAR ISI
iii
PENGANTAR REDAKSI
v
Strategi Peningkatan Daya Saing Melalui Framework Rantai Nilai Untuk Kompetensi Usaha Jasa Telematika Indonesia 1 – 18
Eneng Tita Tosida, Hermawan Thaheer dan Sufiatul Maryana Penggabungan, Peleburan Telekomunikasi Di Indonesia
Dan
Pengambilalihan
Pada
Industri
19 – 36
Diah Arum Maharani dan Helena Wirastri Wulandari Implikasi Persyaratan dan Tata Cara Pemberian Izin Penyelenggaraan Pos
37 - 48
Sri Wahyuningsih Analisis Ekosistem Tik Indonesia Yang Mendorong Perkembangan Industri Lokal Dan Ekonomi Kreatif
49 – 64
Vidyantina Heppy Anandhita Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Penggunaan Internet Masyarakat Desa Pasar Vi Kualanamu, Deli Serdang Sumatera Utara
65 - 86
Anton Susanto Dinamika Tata Kelola Kebijakan Industri Penyiaran dan Telekomunikasi Indonesia Menuju Konvergensi: Sebuah Studi Paradigma Interpretatif
87 - 108
Vience Mutiara Rumata KETENTUAN PENULISAN NASKAH
iii
iv
PENGANTAR REDAKSI Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, Puslitbang Penyelenggaraan Pos dan Informatika (Puslitbang PPI) telah dapat menerbitkan Jurnal Penelitian Pos dan Informatika (JPPI) Volume 5 No. 1 Edisi September tahun 2015. Pada volume 5 edisi September 2015, redaksi JPPI menyajikan 6 (enam) tulisan hasil penelitian di bidang pos dan informatika, serta tulisan yang bersumber bersumber dari hasil telaah terhadap layanan telekomunikasi serta penyiaran. Di bidang telekomunikasi, disajikan tulisan hasil riset yang dilakukan oleh Eneng Tita Tosida, Hermawan Thaheer dan Sufiatul Maryana, Mahasiswa Pasca Sarjana Program Studi Ilmu Komputer, FMIPA, Universitas Pakuan berjudul “Strategi Peningkatan Daya Saing Melalui Framework Rantai Nilai Untuk Kompetensi Usaha Jasa Telematika Indonesia”. Tulisan ini menggambarkan peta kompetensi inti telematika Indonesia serta bagaimana kondisi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman untuk kelompok usaha jasa. Metode yang digunakan antara lain, Analisis Rantai Nilai yang dilakukan penulis melalui wawancara dengan pemangku kepentingan telematika (regulator, asosiasi atau pelaku usaha jasa telematika, akademisi). Kemudian dilanjutkan dengan analisis Fuzzy Analitical Hierarchy Process (FAHP) serta dilengkapi dengan penyusunan analisis SWOT. Hasil penelitian menunjukan bahwa usaha konsultasi komputer merupakan usaha yang memiliki dukungan internal dan eksternal yang baik. Usaha edukasi bidang telematika masih membutuhkan penyetaraan kompetensi untuk memperkuat dukungan eksternal. Reparasi Komputer, Portal Web, Hosting menunjukan kejenuhan diakibatkan banyaknya pelaku bisnis dan persaingan yang semakin ketat. Masih dalam artikel terkait bidang telekomunikasi, adalah “Penggabungan, Peleburan Dan Pengambilalihan Pada Industri Telekomunikasi Di Indonesia” ditulis oleh Diah Arum Maharani, Peneliti pada Puslitbang Penyelenggaraan Pos dan Informatika Kementerian Kominfo, serta Helena Wirastri Wulandari, mahasiswi dari Faculty of Law, Freie Universitaet Berlin – Jerman. Tulisan ini merupakan kajian mengenai penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan penyelenggara (operator) telekomunikasi seluler di Indonesia untuk lebih menciptakan iklim yang sehat. Ada beberapa saran dan rekomendasi yang dihasilkan dari hasil kajian ini yang ditunjukan pada Kementerian Kominfo/ BRTI yang diantaranya penilaian pre-merger dan pengawasan post-merger. Selanjutnya artikel terkait bidang Pos adalah “Implikasi Persyaratan Dan Tata Cara Pemberian Izin Penyelenggaraan Pos” oleh Sri Wahyuningsih , Peneliti Madya bidang studi Pos pada Puslitbang Sumber Daya dan Perangat Pos dan Informatika Kementerian Kominfo. Tulisan ini membahas implikasi persyaratan izin penyelenggaraan pos dari aspek bisnis dan operasional. Dari hasil kajian dapat diketahui bahwa penyelenggara pos memiliki pelauang menentukan wilayah potensial sedangkan implikasi v
terhadap aspek operasional penyelenggara pos wajib melakukan kegiatan jaringanya sesuai jenis izin yang diajukan. Sedangkan berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi Ditjen PPI tahun 2014, dari 603 penyelenggara pos, pada tahun 2013 sampai semester 2 tahun 2014 diketahui bahwa hal tersebut belum sepenuhnya dipenuhi oleh para penyelenggara pos. Artikel
berikutinya
ditulis
oleh
Vidyantina
Heppy
Anandhita,
Peneliti
Puslitbang
Penyelenggaraan Pos dan Informatika Kementerian Kominfo, mengenai “Analisis Ekosistem Tik Indonesia Untuk Mendorong Perkembangan Industri Lokal dan Ekonomi Kreatif”. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana peluang dan tantangan bagi pelaku industri ekosistem TIK Indonesia serta strategi-strategi bagi pemerintah untuk mendukung pertumbuhan industri TIK lokal dan ekonomi kreatif. Metoda yang digunakan adalah FGD dan studi literatur serta analisis SWOT dan benchmarking pada data sekunder. Penulis menggali data dan informasi dari informan yang mewakili Pakar IT, Perwakilan MIKTI, Perwakilan Detiknas, Kominfo, dan Kementerian Perindustrian. Hasil Penulis menemukan terdapat 4 kelompok yang masing-masing mempunyai strategi-strategi untuk mendorong perkembangan industri local dan ekonomi kreatif Indonesia. Hasil studi menyimpulkan bahwa kondisi Ekosistem TIK berdasarkan model New ICT Ecosystem (Fransman), kekuatan Indonesia berada dalam layer 3 yaitu industri konten dan aplikasi. Artikel mengenai
Informatika
yaitu Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Perilaku
Penggunaan Internet Masyarakat Desa Pasar VI Kualanamu, Deli Serdang Sumatera Utara, yang dilakukan oleh Anton Susanto, Peneliti Puslitbang Penyelenggaraan Pos dan Informatika Kementerian Kominfo. Penelitian dilakukan di Desa Pasar VI (Desa Informasi), Kualanamu, Deliserdang, Sumatera Utara. Dari hasil studi, Terdapat 2 dari 4 hipotesis yang signifikan dari penelitian ini, yaitu Effort Expectancy dan sosial influence terhadap Behavioral Intention to Use, serta Penulis sedangkan faktor penyebab ketidaktersediaan akses internet, baik dari biaya, infrastruktur, serta faktor sosial dan budaya. Selain itu, beberapa artikel tersebut diatas, redaksi juga menjaikan artikel Penyiaran dan Telekomunikasi mengenai sebuah studi paradigma interpretatif “Dinamika Tata Kelola Kebijakan Industri Penyiaran dan Telekomunikasi Indonesia Menuju Konvergensi” yang dituli oleh Vience Mutiara Rumata dari Peneliti Puslitbang Aptika dan IKP Kementerian Komunikasi dan Informatika. Tulisan ini bertujuan untuk memahami relasi kekuasaan serta pandangan para pemangku kebijakan dalam mengatur industri penyiaran dan telekomunikasi di era konvergensi. Studi ini memilih pendekatan kualitatif-deskriptif dengan berdasarkan kerangka paradigma interpretatif (bergantung pada persepsi manusia terhadap realitas dunia ataupun realitas studi yang diteliti). Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara mendalam kepada narasumber yang dipilih secara purposive yakni wakil dari
vi
Kemkominfo, KPI, BRTI, dan DPR. Wawancara dilaksanakan pada bulan Januari-Februari 2015. Hasil penelitian menemukan sebuah pola distribusi kekuasan berbeda dalam prosedur pembuatan kebijakan, dimana Proposal revisi UU baik dari Kemkominfo dan KPI tidak mengatur hal-hal yang berkaitan dengan konvergensi akan tetapi, perebutan otoritas antar kedua institusi tersebut justru menjadi fokus dalam proposal tersebut.
Demikian beberapa artikel yang dapat kami sakikan pada Jurnal Penelitian Pos dan Informatika edisi ini, semoga bermanfaat dan menambah khasanak hasil studi dan pembahasan dalam bidang perposan, telekomunikasi dan informatika dan penyiaran.
Kami berharap saran dan kritik yang membangun demi kemajuan JPPI ke depannya. Terima kasih.
Jakarta, September 2015
REDAKSI
vii
viii
Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan Pada Industri Telekomunikasi di Indonesia (D. Arum Maharani dan Helena W)
PENGGABUNGAN, PELEBURAN DAN PENGAMBILALIHAN PADA INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA MERGER, CONSOLIDATION AND ACQUISITION IN THE TELECOMMUNICATION INDUSTRY IN INDONESIA 1
Diah Arum Maharani dan 2Helena Wirastri Wulandari
1
Puslitbang Penyelenggaraan Pos dan Informatika – Kementerian Kominfo Jalan Medan Merdeka Barat No. 9 Jakarta 10110, Indonesia 2 Faculty of Law, Freie Universitaet Berlin – Jerman 1
diah003@kominfo. go. id, 2helena_wulandari@yahoo. de
Naskah diterima : 1 Juni 2015; Direvisi : 29 Juli 2015; Disetujui : 31 Juli 2015
Abstrak Kajian tentang penggabungan, peleburan dan pengambilalihan dari penyelenggara (operator) telekomunikasi seluler di Indonesia dilakukan untuk lebih menciptakan iklim yang sehat dan membangun perekonomian nasional tanpa merugikan pemain di sektor ini dan juga konsumen. Evaluasi penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan dilakukan oleh masing-masing instansi terkait sesuai dengan kewenangan yang diberikan oleh Undang-Undang. Koordinasi tata cara/prosedur penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan antara instansi terkait perlu dilakukan. Beberapa hal yang disarankan perlu dilakukan oleh Kemkominfo/BRTI terhadap penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan penyelenggara telekomunikasi seluler diantaranya penilaian pre-merger dan pengawasan post-merger. Penilaian premerger melalui nilai perusahaan dan penilaian kelayakan (pre-merger) dalam hal strategic and business due diligence (kecuali isu hukum persaingan usaha); technological & integration issues; financial & commercial due diligence (kecuali isu hukum perusahaan); dan public interest. Sementara itu, pengawasan post-merger meliputi: laporan berkala tentang pencapaian komitmen, laporan berkala tentang kinerja, dan pengawasan terhadap kewajiban interkoneksi. Kata Kunci : penggabungan, peleburan dan pengambilalihan;pre-merger, post-merger
Abstract Studies on merger, consolidation and acquisition of mobile telecommunications providers(operators) in Indonesia is to be carried out to further create a healthy climate, and build the national economy, which would not be detrimental to the players and consumers in the sector. The evaluation of merger, consolidation, and acquisitions were carried out by each of the relevant agencies in accordance with the authority granted by the Act. The coordination of the procedure / merger procedure, consolidation or acquisition between the relevant agencies is to be implemented. Based on this study Kemkominfo / BRTI is recommended to assess the pre-merger and supervision of post-merger through the company's value and feasibility assessment (pre-merger) in terms of strategic and business due diligence (except in the law concerning competitive issues); technological and integration issues; financial & commercial due diligence (except for the company's legal issues); and public interest. The post-merger includes: periodic reports on the achievement of commitments, periodical reports on the performance and supervision of interconnection obligations. Keywords: merger, acquisition and consolidation, pre-merger, post-merger
19
Jurnal Penelitian Pos dan Informatika, Vol.5 No 1 September 2015 : 19 - 36
jaringan tersebut. Pesatnya pertumbuhan pelanggan
PENDAHULUAN
seluler Industri telekomunikasi merupakan salah satu industri yang menjanjikan profit besar bagi
menunjukkan
investor di bidang ini. Kondisi ini juga menjadi pertimbangan bagi pelaku bisnis telekomunikasi untuk melakukan investasi di Indonesia. Luas wilayah Indonesia dan jumlah penduduk Indonesia yang besar menjadikan Indonesia sebagai pasar yang
baik
bagi
industri
telekomunikasi.
Perkembangan industri telekomunikasi di Indonesia ditandai dengan jumlah pelaku usaha maupun pelanggan layanan telekomunikasi yang meningkat. Sampai dengan akhir Desember 2012,
kebutuhan
masyarakat terhadap layanan komunikasi seluler di Indonesia.
investornya, apalagi dengan jumlah penduduk yang banyak tentunya akan menjadi pasar yang baik bagi
tingginya
Walaupun menjadi pasar yang menjanjikan, pasar telekomunikasi Indonesia dipenuhi dengan tantangan-tantangan Tantangan
ini
bagi
operator
diantaranya
seluler.
disebabkan
oleh
banyaknya operator seluler yang beroperasi yang membuat jumlah pemain banyak, sehingga akan sangat kompetitif. Jumlah pemain operator seluler di Indonesia saat ini cukup banyak, dengan regulasi yang ketat, melalui pemberian ijin per jenis layanan. Selain itu, kenaikan jumlah pelanggan di industri ini tidak
diikuti
mengikuti
dengan
peningkatan
pertambahan
jumlah
pendapatan
penggunanya,
terdapat sebanyak 125 izin sebagai penyelenggara
operator tidak dapat mengandalkan pendapatan dari
jaringan
voice dan SMS saja tetapi juga harus dapat ber-
telekomunikasi
di
Penyelenggaraan
telekomunikasi
penyelenggaraan
jaringan
Indonesia. ini
meliputi
telekomunikasi,
jasa
telekomunikasi, penyelenggaraan telekomunikasi khusus.
Peningkatan terbanyak terdapat
pada
penyelenggara jaringan tetap dengan peningkatan sebesar 12,63% pada tahun 2012. Sementara untuk penyelenggara
jaringan
bergerak
transformasi dalam memberikan layanan data.
mengalami
peningkatan juga sebesar 5,88% pada tahun 2012. Sementara, jumlah pelanggan seluler di Indonesia hingga tahun 2011 mencapai 249,80 juta pelanggan atau terjadi peningkatan sekitar 18,23% dari tahun sebelumnya. Peningkatan juga terjadi pada tahun 2012 sebesar 12,87% dengan jumlah pelanggan pada tahun 2012 mencapai 281 juta pelanggan
Kedepannya dalam memenuhi kebutuhan layanan
data
tentunya
akan
meningkatkan
kebutuhan bandwidth yang semakin besar bagi operator seluler, hal ini belum lagi ditambah dengan transformasi penyelenggara BWA
yang
akan
menjadi penyelenggara seluler tentunya semakin memperbanyak
operator.
Di
tengah
ketatnya
persaingan saat ini, operator yang ingin berhasil haruslah mempunyai gambaran seperti apa industri telekomunikasi seluler Indonesia di masa depan. Operator yang dapat memprediksi masa depan dunia telekomunikasi akan dapat mempersiapkan strategi yang tepat untuk mengatasinya.
(Kementerian Komunikasi dan Informatika, 2013). Perkembangan
dalam
bidang
telekomunikasi
Penggabungan,
peleburan
dan
khususnya seluler baik dari sisi perangkat telepon
pengambilalihan telah menjadi strategi andalan
maupun penyelenggaraan jaringan bergerak seluler
industri telekomunikasi selama bertahun-tahun.
sangat terlihat dari perkembangan jumlah pelanggan
Selama dekade terakhir industri telekomunikasi
20
Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan Pada Industri Telekomunikasi di Indonesia (D. Arum Maharani dan Helena W)
telah menghabiskan USD 1,5 triliun untuk kegiatan
METODE
penggabungan, peleburan dan pengambilalihan
Penelitian ini menggunakan pendekatan
(Jean-Christophe Lebraud, 2012). Strategi investasi
kualitatif dengan melakukan analisis deskriptif
ini mengubah lanskap industri menjadi lebih
terhadap data kualitatif dan kuantitatif. Penelitian
kompetitif. Namun, motivasi dibalik terjadinya
ini juga menggunakan pendekatan normatif analisis
penggabungan, peleburan dan pengambilalihan
dengan fokus penelitian pada pengembangan
didorong oleh terjadinya persaingan dan gangguan
hukum
pada industri telekomunikasi. Perubahan struktur
telekomunikasi
kepemilikan operator telekomunikasi di Indonesia
penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan.
sektor
industri seluler,
penyelenggaraan
khususnya
mengenai
melalui perpindahan penguasaan saham mayoritas juga pernah terjadi di Indonesia,
Penelitian
contohnya
diawali
identifikasi
dan PT. Bimagraha (Puslitbang SDPPI, 2013).
peleburan dan pengambilalihan dalam industri
Penggabungan ini menyebabkan Indosat menguasai
telekomunikasi
frekuensi GSM900 dan DCS1800 yang dimiliki
pemetaan penyelenggaraan telekomunikasi seluler
oleh Satelindo. Perubahan struktur kepemilikan
yang
melalui
telekomunikasi
juga
otomatis
memindahkan
terkait
melakukan
penggabungan PT. Indosat, PT. Satelindo, PT. IM3,
saham
masalah
dengan
seluler.
Selanjutnya
menggambarkan seluler,
pasar,
penggabungan,
dilakukan
kondisi
industri
penjelasan
mengenai
kepemilikan seluruh aset perusahaan termasuk
struktur
perilaku
penyelenggara
spektrum frekuensi kepada pemilik saham yang
telekomunikasi seluler, dan performa industri
baru. Perubahan struktur kepemilikan saham terjadi
telekomunikasi seluler.
Indonesia,
Untuk pemetaan tersebut diperlukan data
termasuk operator besar seperti Telkomsel, Indosat,
mengenai jumlah penyelenggara telekomunikasi
XL-Axiata, Mobile-8 dan lain-lain.
seluler termasuk dengan kepemilikan ijin, baik
pada
hampir
seluruh
operator
di
Di sisi lain, berdasarkan Undang-Undang No. 36 Tahun 1999, dalam penyelenggaraan telekomunikasi dilarang melakukan kegiatan yang dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan
persaingan
usaha
tidak
sehat
diantara
penyelenggara telekomunikasi. Untuk menciptakan kondisi yang sehat bagi seluruh pemain di industri telekomunikasi, mengenai
perlu
dilakukan
penggabungan,
pengambilalihan
dari
sektor
penelitian
peleburan
dan
telekomunikasi
sebagai penyelenggara jaringan dan/atau jasa, maupun
pangsa
penyelenggara.
pasar
Data
masing-masing
tentang
teknologi
telekomunikasi seluler dan kepemilikannya serta perilaku penyelenggara telekomunikasi seluler juga akan diidentifikasi. Perilaku yang dimaksudkan disini meliputi perilaku yang berkaitan dengan penyediaan interkoneksi, tarif, dan perilaku lainnya yang
relevan
dengan
penyelenggaraan
telekomunikasi seluler yang sehat.
Indonesia sehingga tercipta iklim yang sehat dan membangun perekonomian nasional yang tidak merugikan pemain di sektor ini dan juga konsumen.
21
Jurnal Penelitian Pos dan Informatika, Vol.5 No 1 September 2015 : 19 - 36
Data
lain
yang
diperlukan
untuk
menggambarkan kondisi industri telekomunikasi seluler
adalah
data-data
mengenai
penyelenggaraan
telekomunikasi
seluler
di
Indonesia.
kinerja
penyelenggaraan telekomunikasi seluler, yaitu data-
HASIL DAN PEMBAHASAN
data yang berkaitan dengan kualitas layanan, tarif, ketersediaan alternatif layanan bagi konsumen, dan data-data kualitatif lainnya yang berkaitan dengan
1.
Kondisi Industri Seluler Saat Ini Berdasarkan
data
Technology
Information (ICT)
and
kepuasan pelanggan atau konsumen telekomunikasi
Communication
mengenai
seluler.
kesiapan jaringan yang dimiliki oleh Indonesia Berdasarkan data dan hasil analisis maka
masih berada dalam urutan kempat dibawah
akan disusun rekomendasi mengenai kebijakan dan
beberapa Negara ASEAN lainnya dalam Network
aturan-aturan tentang penggabungan, peleburan dan
Readiness Index (NRI). (Sutjipto, 2014).
pengambilalihan sebagai solusi dari permasalahan
Gambar 1. ICT Indonesia Today (WEF & ITU) Sumber: Presentasi Telkom pada Seminar Kominfo di Makasar, November 2014
Dalam gambar tersebut dapat dilihat bahwa
menghadapi
kesiapan jaringan Indonesia masih berada dibawah
Mengacu pada gambar 1, dapat disimpulkan bahwa
Singapura, Malaysia dan Brunei. Oleh karena itu
jaringan yang dimiliki oleh Indonesia masih belum
perlu
jaringan
mencukupi untuk menghadapi persaingan kedepan.
Indonesia dalam meningkatkan kesiapan Indonesia
Sedangkan jaringan yang ada saat ini dikuasai oleh
22
ada
upaya
peningkatan
NRI
persaingan
dengan
negara
lain.
Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan Pada Industri Telekomunikasi di Indonesia (D. Arum Maharani dan Helena W)
Telkomsel (peringkat 1), XL (peringkat 2) dan
berdasarkan total produksi data pada Tahun 2012
Indosat (peringkat 3).
dikuasai oleh PT. SmartFren Telecom, , yaitu
Dalam menentukan struktur pasar, salah
sebesar 33%. Penguasaan pangsa pasar kedua
satu komponen penting yang harus diketahui adalah
terbesar dipegang oleh PT. Telekomunikasi Selular,
pangsa pasar dari para pelaku usaha. Berikut ini
yaitu sebesar 31%. Penguasaan ketiga terbesar
adalah data-data yang digunakan untuk melihat
dimiliki oleh PT. XL Axiata, dengan pangsa pasar
pangsa pasar dari masing-masing pelaku usaha
sebesar 14%. Sedangkan PT. Indosat, berada pada
telekomunikasi seluler.
peringkat keempat dengan pangsa pasar sebesar 9%.
Berdasarkan tabel 1, maka pangsa pasar
Tabel 1. Pangsa Pasar Berdasarkan Total Produksi Data 2011 No.
Perusahaan
1 2 3
PT Telekomunikasi Selular PT Indosat PT XL Axiata
4 5 6 7 8
PT Hutchison CP Telecom PT Telekomunikasi Indonesia PT Axis Telekom Indonesia PT Bakrie Telekom PT Smartfren Telecom
Total Produksi Data (Terrabyte) 9,671 10,858
Total
2012 Market Share 0% 23% 25%
13,979
0% 12% 7% 0% 33%
42,675
100%
5,247 2,920
Total Produksi Data (Terrabyte) 51,938 15,194 22,612 5,130 9,421
VS. 2011 Market Share 31% 9% 14%
GROWTH
57. 1% 108. 3%
6,970 54,234
3% 6% 0% 4% 33%
287. 97%
165,499
100%
287. 81%
79. 6%
Sumber: Direktorat Telekomunikasi, Ditjend PPI
Sementara itu, pada Tabel 2, pangsa pasar
harga. Akibat adanya perang harga tersebut
berdasarkan jumlah pelanggan broadband dikuasai
membuat kualitas produk maupun layanan juga
oleh PT. Telekomunikasi Indonesia dengan pangsa
mengalami penurunan. Ketersediaan layanan dapat
pasar sebesar 88,87%. Kemudian penguasaan
digambarkan
pangsa pasar terbesar kedua dimiliki oleh PT.
distribusi cakupan ke arena sub urban dan rural
Indosat dengan pangsa pasar sebesar 5,44%. Pada
hanya dilakukan oleh satu pelaku penyelenggara.
posisi ketiga terbesar adalah PT. Bakrie Telecom
Dari
bahwa
sisi
availability
penyelenggara,
rendah,
dan
pertumbuhan
(BTEL) dengan penguasaan pangsa pasar sebesar
EBITDA masih terjadi, namun pertumbuhannya
3,57%.
mulai menurun, bahkan EBITDA negatif terjadi Selanjutnya, berdasarkan data dari Ditjen
pada penyelenggara yang tidak dominan. Pada
PPI, kondisi pasar mobile saat ini sudah jenuh.
Tahun 2012
terjadi rugi bersih,
baik
pada
Jumlah penyelenggara yang relatif banyak dan
penyelenggara dominan maupun penyelenggara non
churn yang tinggi mengakibatkan terjadi perang
dominan.
23
Jurnal Penelitian Pos dan Informatika, Vol.5 No 1 September 2015 : 19 - 36
Tabel 2. Pangsa Pasar Berdasarkan Jumlah Pelanggan Broadband
No.
Perusahaan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
PT NTT Indonesia PT Indosat PT XL Axiata PT Telekomunikasi Indonesia PT First Media PT Centrin PT AT&T BTEL PT Palapa Pacific (ITKP) PT Atlasat ITKP Total
2012 Total Produksi Data (Terrabyte) 832 828,310 503 135,293,69 290,000 9,521 269 543,956 361 152,246,12
Market Share 0. 01% 5. 44% 0. 00% 88. 87% 1. 90% 0. 06% 0. 00% 3. 57% 0. 00% 0. 00% 100. 00%
Sumber: Direktorat Telekomunikasi, Ditjend PPI
Gambar 2. Perbandingan Profitabilitas 3 Operator berdasarkan Return on Asset (%) Sumber: BRTI
Kondisi tersebut diatas dapat dilihat dari hasil
penelitian
dan
analisis
pasar
yang
dilakukan oleh Ditjend PPI, yang menunjukkan bahwa pertumbuhan kinerja industri seluler semakin melandai. Hasil penelitian dan analisis pasar tersebut memperlihatkan bahwa:
pada level 22%; 3. Biaya akuisisi pelanggan cukup mahal dan biaya entry to market semakin tinggi; 4. Dinamika indikator ekonomi terjadi pada penyelenggara non dominan;
1. Revenue industry seluler hanya ditopang
5. Satu penyelenggara mendorong skala
oleh 2 (dua) penyelenggara, sementara
ekonomi yang besar bagi pelaku usaha
EBITDA margin penyelenggara lainnya
non dominan.
negative
24
2. Tingkat churn diperkirakan sudah berada
Sedangkan
untuk
berdasarkan
data
kondisi Direktorat
pasar
broadband,
Telekomunikasi,
Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan Pada Industri Telekomunikasi di Indonesia (D. Arum Maharani dan Helena W)
Ditjend PPI, kondisi pasar broadband dapat
dalam pencarian pendanaan antara Satelindo dan
digambarkan bahwa:
IM3.
1. Pasar masih dikuasai oleh PT. Telkom,
Akuisisi Mobile 8 dan Smart
dengan pertumbuhan yang rendah;
Akuisisi antara Mobile 8 dan Smart
2. Pertumbuhan yang rendah tersebut terjadi sebagai akibat pasar mobile broadband belum terbentuk sebagai basis dalam mendorong
pengembangan
fixed
broadband; 3. Biaya
dilaksanakan Smartfren.
pada
Tahun
Akuisisi
2010
tersebut
melahirkan
ditujukan
untuk
mencapai skala ekonomis yang ideal, karena melalui akuisisi dimungkinkan adanya pengaturan pengeluaran operasional yang lebih efisien dan
infrastruktur
yang
tinggi
dan
ketidakterbukaan akses bagi gedung dan kawasan menjadi faktor hambatan yang utama;
efektif sehingga dapat mencapai penghematan biaya operasional
bagi
kedua
perusahaan.
Dengan
demikian, melalui upaya akuisisi tersebut dapat memperkuat posisi layanan di pasar telekomunikasi
4. Suplai pasar secara marjinal masih terjadi
nasional.
oleh pelaku usaha yang pragmatis dalam Akuisisi saham Axis oleh XL
memenuhi demand broadband. 2.
Penggabungan,
Peleburan
Akuisisi saham Axis oleh XL dilakukan
Dan
Pengambilalihan Yang Telah Terjadi Di
pada Tahun 2014. Terdapat beberapa manfaat dari akuisisi Axis dan XL yang dikemukaan. Manfaat
Industri Seluler
tersebut antara lain adalah merealisasikan program Indosat, Satelindo, dan IM3
broadband nasional sehingga dapat ikut mendorong
Merger Indosat, Indosat Multi Media Mobile (IM3)
program
dan Satelindo terjadi pada Tahun 2003. Bentuk
telekomunikasi,
merger tersebut adalah merger vertikal, dimana
Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari sektor
Indosat menggabungkan anak perusahaannya yang
telekomunikasi.
bergerak dalam industri seluler, yaitu IM3 dan
dilaksanakannya akuisisi tersebut maka akan dapat
Satelindo dengan Indosat. Tujuan penggabungan
meningkatkan
adalah
menjadi lebih baik, serta meningkatkan ketersediaan
untuk
menjadikan
Indosat
sebagai
penyelenggara jaringan dan jasa terpadu yang
pemerintah
memperkuat
mendorong
peningkatan
Disamping
kualitas
industri
itu,
layanan
dan
dengan
jaringan
produk dan layanan customer service di pasar.
berfokus pada selular. Melalui merger tersebut, IM3 dan Satelindo tidak hanya akan menjadi satu
3.
Masa Depan
manajemen dan keputusan finansial yang terpadu,
Trend industri telekomunikasi nantinya
melainkan juga jaringan yang terpadu dan sistem manajemen brand yang terpusat. Melalui cara ini Indosat ingin mencapai sinergi yang maksimal dalam
hal
pengeluaran
modal,
menghindari
duplikasi biaya dan menghilangkan persaingan
Roadmap Industri Seluler Indonesia
akan terdapat banyak perubahan landscape. Hal tersebut
disebabkan
karena
adanya
berbagai
perkembangan, yaitu perkembangan teknologi, konvergensi
telekomunikasi,
penyiaran
dan
25
Jurnal Penelitian Pos dan Informatika, Vol.5 No 1 September 2015 : 19 - 36
komputer, kebutuhan bandwidth yang besar ke arah
Industri Telekomunikasi kedepannya adalah seperti
pita lebar, dan teknologi netral yang membutuhkan
yang digambarkan pada gambar 4, dimana industri
spectrum refarming. (Sutadi, 2014)
telekomunikasi akan berkembang membentuk suatu
Saat ini sudah mulai dapat dilihat adanya pergeseran industri dari voice dan SMS ke data.
pasar yang saling terhubung antara telekomunikasi, penyiaran dan komputer.
Disamping itu juga penggunaan broadband semakin
Sejalan dengan perkembangan industri ke
meningkat. Oleh karena itu, peran data dan
depan, maka diperlukan regulasi yang mendukung
broadband di masa depan akan semakin penting.
broadband. UU No. 36/1999 dan PP 53/2000 yang
Namun sayangnya, meskipun terdapat trafik data
berlaku saat ini sudah tidak sesuai dengan
yang terus meningkat, namun terjadi penurunan
perkembangan industri TIK yang dinamis. Selain
pemasukan operator, seperti yang ditunjukkan oleh
itu, untuk menumbuhkan konten dibutuhkan konsep
gambar 3.
intermediary sebagai platform yang terbuka bagi
Sedangkan
pada
Trend
Konvergensi
industri.
Gambar 3. Scissor Effect Sumber: Nokia-Siemens; IBM Institute for Business Value (IBV) Analysis
Gambar 4. Trend Konvergensi Telekomunikasi Sumber: Direktorat Telekomunikasi – Ditjend PPI
26
Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan Pada Industri Telekomunikasi di Indonesia (D. Arum Maharani dan Helena W)
Gambar 5. Kriteria Broadband Sumber Direktorat Telekomunikasi, Ditjend PPI
Gambar 6. Ekosistem Broadband Sumber: Direktorat Telekomunikasi, Ditjend PPI
Masing-masing aspek tersebut memerlukan
Pemerintah
juga
telah
menyiapkan
Strategic
capacity building bagi SDM-nya. Namun, dalam
Development Plan (SDP) Industri Telekomunikasi.
pengembangan
berbagai
SDP yang meliputi rencana pergerakan perubahan
backbone,
struktur beserta komposisinya, rencana roadmap
backhaul, access, dan content, sebagaimana dapat
regulasi penyelenggaraan telekomunikasi sebagai
dilihat pada gambar 7.
tools dalam mencapai target rencana pergerakan
permasalahan
broadband, yang
terkait
terdapat dengan
Ada 4 (empat) masalah utama, yaitu
perubahan struktur industri beserta komposisinya,
infrastruktur dan kebijakan yang belum mendukung
dan rencana roadmap kebijakan sebagai fasilitasi
broadband, keamanan infrastruktur belum dijamin,
rencana pergerakan perubahan struktur industri
belum adanya kesamaan misi antar sektor, dan
beserta komposisinya.
masalah
efisiensi
industri
telekomunikasi.
27
Jurnal Penelitian Pos dan Informatika, Vol.5 No 1 September 2015 : 19 - 36
Gambar 7. Permasalahan Pengembangan Broadband Sumber: Direktorat Telekomunikasi, Ditjend. PPI
Gambar 8. Strategic Development Plan Industri Telekomunikasi Sumber: Direktorat Telekomunikasi, Ditjend PPI
Berdasarkan
data
Direktorat
PP 53 (atau menunggu UU Telekomunikasi
Telekomunikasi, Ditjend PPI, terdapat beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam konsep strategi,
baru),
yaitu:
“Spektrum
frekuensi“
yang
ditempatkan
Telekomunikasi
baru
Tahun 2018,
Diperlukan adanya roadmap regulasi dan
konsolidasi secara B2B sulit tercapai,
kebijakan yang mendorong reposisi tahapan
Implementasi
konsolidasi industri oleh pasar,
fleksibilitas
penggunaan
spektrum frekuensi masih menunggu perubahan
28
UU
kemungkinan baru akan dilaksanakan pada
sebagai “company value“ membuat reposisi
Implementasi
Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan Pada Industri Telekomunikasi di Indonesia (D. Arum Maharani dan Helena W)
Penyelenggara yang menyuplai pasar secara
kinerja industri telekomunikasi yang lebih baik di
marjinal dengan hanya menyuplai demand
masa
tertentu perlu dikonsolidasi agar terdapat
telekomunikasi di masa depan akan terlihat dari
kepastian pasar bagi penyelenggara untuk
adanya pertumbuhan ketersediaan jaringan dan
mengakselerasi pertumbuhan broadband,
layanan telekomunikasi bagi pengguna, baik dari
Penyelenggara telekomunikasi khusus masih
sisi kualitas dan kuantitas.
“enggan“
menggunakan
layanan
4.
broadband
(baik
sebagian
maupun
masyarakat,
industri
Pengambilalihan Di Masa Depan
keseluruhan) menjadi “single access” bagi
kinerja
Potensi Penggabungan, Peleburan Dan
Adanya keterbukaan industri penyiaran pada saat
Perbaikan
yang
disediakan oleh industri,
depan.
Berbagai pendapat mengemukakan bahwa penggabungan, peleburan dan pengambilalihan
Implementasi
layanan
konvergensi
(e-
sangat
diperlukan
untuk
seluler
mencapai yang
industri
commerce, e-logistic, e-transaction dan lain-
telekomunikasi
lebih
baik.
lain) belum efektif,
Penggabungan, peleburan dan pengambilalihan
Konsistensi implementasi roadmap kominfo
adalah cara untuk mencapai berbagai target strategi
harus tetap dijaga,
yang telah disusun.
Realisasi pencapaian target RPJM KOMINFO,
Perlu ada pendekatan soft approach yang
penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan
mendorong industri bergerak secara bertahap
diperlukan dengan beberapa alasan berikut ini
menuju ekosistem yang ideal (struktur dan
(Sutadi, 2014):
komposisi ideal),
Perkembangan teknologi yang cepat dan harus
FGD
I
disinggung
bahwa
Pendekatan soft approach akan diganti pada
diikuti membutuhkan CAPEX dan OPEX yang
pendekatan hard approach yang memaksa
besar;
industri bertransformasi ke ekosistem yang ideal setelah dianggap siap.
Dalam
Adanya
suatu
pergerakan
broadband membutuhkan spektrum frekuensi industri
yang
difasilitasi implementsi kebijakan dan regulasi yang konsisten dan transparan bagi pelaku
Pemerintah telah menyiapkan berbagai untuk
besar sehingga menjadi daya pemikat operator untuk melakukan konsolidasi; Konsolidasi dapat juga terjadi dan dibangun akibat adanya operator yang sudah “menyerah”
usaha industri.
strategi
Persaingan untuk dapat memberikan layanan
mencapai
pasar
seluler
dan
broadband yang sehat. Strategi tersebut telah
maupun agar dapat maju bersama melalui pemanfaatan infrastruktur secara bersama; Selain
Penggabungan,
peleburan,
dan
disusun dengan rinci yang mencakup berbagai isu
pengambilalihan tidak hanya dapat dilakukan
penting, seperti teknologi, jumlah pelaku usaha
secara horisontal, tetapi juga secara vertikal.
(struktur pasar), perizinan, peran pemerintah.
Pada prinsipnya, inisiasi penggabungan,
Strategi tersebut dimaksudkan untuk menghasilkan
peleburan dan pengambilalihan sepenuhnya berasal 29
Jurnal Penelitian Pos dan Informatika, Vol.5 No 1 September 2015 : 19 - 36
dari industri sebagai upaya untuk mencapai efisiensi
Penggabungan,
peleburan,
dan
yang lebih baik dan alasan bisnis lainnya. Namun
pengambilalihan pada kondisi tertentu menjadi
demikian,
pilihan
regulator
dapat
mendorong
penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan yang dipandang sebagai solusi terhadap aturan pre-
yang
lebih
mudah
permohonan ijin,
requisite dalam penyelenggaraan telekomunikasi.
Keuntungan perluasan networking perusahaan dan jaringan,
Dalam hal regulator mendorong adanya
Memperoleh brand value,
penggabungan, peleburan dan pengambilalihan,
Keuntungan
regulator akan bertindak sebagai booster dan enabler. Regulator sebagai booster penggabungan,
daripada
perluasan
basis
pelanggan/koporasi yang lebih besar,
Produk dan layanan menjadi lebih beragam.
peleburan dan pengambilalihan dengan mengatur batasan
regulasi
penyelenggaraan. enabler
yang
dibuat
dalam
Sedangkan regulator sebagai
mengatur
regulasi
melihat
kondisi
Faktor
Pendorong
Penggabungan,
Peleburan dan Pengambilalihan
penggabungan,
peleburan, pegambilalihan yang dibuat. Apabila
6.
Faktor-faktor
yang
dapat
mendorong
dilaksanakannya penggabungan, peleburan, dan industri
telekomunikasi saat ini, maka dapat dikatakan
pengambilalihan sektor telekomunikasi diantaranya:
Pertumbuhan investasi yang agresif, dukungan
bahwa terdapat potensi adanya penggabungan,
regulasi, tarif yang rendah serta menurunnya
peleburan, pengambilalihan di masa depan cukup
biaya jaringan dan handset,
oleh
Kompetisi yang semakin ketat,
pertimbangan manfaat bagi pelaku bisnis itu sendiri
Sinergi peluang untuk pertumbuhan bersama,
dan kepentingan regulator untuk mengatur industri
Pengembangan teknologi telekomunikasi,
telekomunikasi dengan lebih baik
Deregulasi
besar.
5.
Hal
tersebut
karena
didorong
Manfaat Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan Bagi Pelaku Bisnis
industri
dalam
menyediakan
layanan konvergensi,
Dorongan
untuk
menciptakan
nilai baru
(produk inovatif). Dari
sudut
pandang
pelaku
bisnis,
penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan
7.
Gambaran
dan
Pola
Penggabungan,
adalah perangkat strategi manajemen untuk dapat
Peleburan dan Pengambilalihan di Industri
mencapai tingkat efisiensi yang lebih baik dengan
Telekomunikasi
memanfaatkan sinergi dan peluang pertumbuhan. Beberapa manfaat yang dapat diperoleh
Penggabungan, peleburan dan pengambilalihan
oleh pelaku bisnis dari penggabungan, peleburan
di industri telekomunikasi biasanya dipahami secara
dan pengambilalihan adalah:
sebagai berikut:
Pembangunan infrastruktur lebih convenient karena skala ekonomi yang lebih baik,
Bentuk
penggabungan,
peleburan,
pengambilalihan sering diasosiasikan kepada perkawinan atau aliansi korporasi;
30
dan
Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan Pada Industri Telekomunikasi di Indonesia (D. Arum Maharani dan Helena W)
Penggabungan, peleburan, pengambilalihan
Akuisisi
berdasarkan ijin yang dimiliki atau cakupan
kompetitor
area layanan,
dengan
produk
sejenis
atau
produk komplementer.
Akuisisi pita spektrum frekuensi yang dimiliki,
Penggabungan, peleburan, pengambilalihan
Akuisisi
untung untuk mengakuisisi perusahaan yang
Akuisisi perusahaan dengan EBITDA margin yang lebih tinggi, atau kombinasi dari pola akuisisi di atas.
dapat dilakukan dengan: Mengambilalih
saham
mayoritas
perusahaan
telekomunikasi
satu
Sebagai contoh penggabungan, peleburan,
dan
dan pengambilalihan di industri telekomunikasi,
membiarkannya tetap menjadi perusahaan
baik di Indonesia dan di negara lain:
stand alone tanpa merger dengan integrasi
Merger Indosat dengan Satelindo
usaha. Pola seperti ini dilakukan pada akuisisi
Akuisisi Smart Telecom terhadap Mobile-8
dengan resiko gagal merger yang tinggi,
Pengambilalihan Mobillink Telecom oleh
Akuisisi dan langsung dengan merger dengan
Broadcom
persetujuan regulator terlebih dahulu,
Pengambilalihan BellSouth oleh AT&T Inc.
Pembelian aset perusahaan dan perusahaan
Akuisisi eScription Inc. oleh Nuance
tetap stand alone dengan integrasi usaha.
Communications Inc.
Akuisisi yang dapat dilakukan pada industri
Pengambilalihan Hutchison Essar oleh the
telekomunikasi, dapat dibedakan menjadi:
Vodafone Group
Horisontal, yaitu akuisisi perusahaan dengan
Pengambilalihan China International
produk sejenis untuk dapat dengan cepat
Telecommunication Construction Corporation
memperbesar
oleh China Communications Services
cakupan
layanan,
basis
pelanggan, tingkat profitabilitas dan skala ekomoni.
jaringan
Akuisisi pelanggan agar memperoleh basis
dan pengambilalihan di bidang telekomunikasi
dan
ekonomi,
Sedangkan pola penggabungan, peleburan,
infrastruktur
telekomunikasi,
merugi untuk membangun “tax shelter“
telekomunikasi
diinisiasi dengan rencana akuisisi terhadap
biasanya juga diinisiasi oleh perusahaan yang
perusahaan
Akuisisi
horisontal juga dapat
Corporation Ltd.
Akuisisi Ameritech Corporation oleh SBC
menciptakan efisien dalam pengembangan
(Southwestern Bell Corporation)
teknologi,
Communications
Vertikal, yaitu akuisisi perusahaan dengan
produk yang berbeda namun masih dalam stream layanan yang sama dalam rangka
Electronics) dengan Bell Atlantic
memperbesar economic of scope. Secara lebih teknis, akuisisi yang terjadi pada industri telekomunikasi dapat dilakukan
Merger GTE (General Telephone and
Akuisisi US West oleh Qwest Communications
Merger MCI Communications Corporation dengan Worldcom
dengan beberapa pola, yaitu: 31
Jurnal Penelitian Pos dan Informatika, Vol.5 No 1 September 2015 : 19 - 36
Meskipun
adanya
berdasarkan asas demokrasi dengan memperhatikan
penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan
keseimbangan antara kepentingan pelaku usaha dan
yang besar di sektor telekomunikasi, namun,
kepentingan
berdasarkan hasil diskusi dengan Telkom, diperoleh
penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan
informasi adanya kendala dalam proses kesepakatan
tersebut
penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan.
Pemerintah No. 57 Tahun 2010 (PP 57/2010).
Kendala
tersebut
terdapat
potensi
biasanya
selanjutnya
Pengaturan
diatur
tentang
dalam
Peraturan
mengenai
Dalam perspektif hukum persaingan usaha,
negosiasi B to B dalam menentukan kesepakatan
penggabungan, peleburan dan pengambilalihan
biaya atau nilai transaksi. Dan juga kesepakatan
dapat mengakibatkan konsentrasi pengendalian atau
mengenai nama yang muncul setelah dilakukannya
beralihnya pengendalian kepada satu pelaku usaha
peleburan.
atau suatu kelompok pelaku usaha. Hal tersebut
Berdasarkan
adalah
umum.
informasi
yang
diperoleh
dalam FGD I, adanya potensi yang besar dalam pelaksanaan
penggabungan,
peleburan,
dapat mengakibatkan konsentrasi pengendalian atau konsentrasi pasar yang harus diawasi oleh KPPU.
dan
Bentuk-bentuk penggabungan, peleburan
pengambilalihan perlu dibarengi dengan kehati-
dan pengambilalihan
hatian. Hal-hal yang nantinya perlu diperhatikan
persaingan usaha adalah penggabungan, peleburan
adalah (Sutadi, 2014):
dan pengambilalihan sesuai PP 57/2010, yang
yang menjadi perhatian
Penguasaan sumber daya yang terbatas yang
cakupannya diperluas dalam Peraturan KPPU No.
berkaitan dengan penomoran dan spektrum
3/2013 tentang Pedoman Penggabungan, Peleburan,
frekuensi;
dan Pengambilalihan Saham Perusahaan yang dapat
Penguasaan pasar baik praktik monopoli
mengakibatkan terjadinya Praktik Monopoli dan
maupun oligopoli, serta penguasaan dari hulu
Persaingan Usaha Tidak Sehat.
sampai hilir akibat adanya integrasi vertikal
Pemerintah telah menyiapkan rancangan
yang dapat menimbulkan persaingan usaha
kebijakan dan regulasi untuk mengatur pelaksanaan
tidak sehat;
penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan.
Potensi adanya diskriminasi interkoneksi;
Kebijakan dan regulasi tersebut meliputi penilaian
Potensi adanya transfer pricing maupun kartel.
terhadap
8.
Pengaturan Persaingan Usaha Tentang
pengambilalihan
Penggabungan,
panduan pelaksanaan penggabungan, peleburan, dan
Peleburan
Dan
pengabungan, di
peleburan,
industri
dan
telekomunikasi,
Pengambilalihan Di Indonesia
pengambilalihan
bagi
Persaingan Usaha diatur dalam Undang-
telekomunikasi, bagi perusahaan yang terkait
Undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan
dengan
Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak
telekomunikasi yang berstatus terbuka (Tbk), dan
Sehat (UU No. 5/1999). Dalam Pasal 2 UU No.
panduan bagi perusahaan telekomunikasi pada
5/1999 diatur tentang asas dan tujuan undang-
umumnya.
undang, yaitu bahwa kegiatan usaha di Indonesia
partisipasi
Penilaian peleburan,
32
dan
asing,
penyelenggara
bagi
terhadap pengambilalihan
perusahaan
penggabungan, di
industri
Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan Pada Industri Telekomunikasi di Indonesia (D. Arum Maharani dan Helena W)
telekomunikasi meliputi:
Nilai perusahaan
memiliki “Significant Market Power” (SMP)
Penilaian akan melihat:
pasca merger, maka aturan yang masih ada dan
EV/EBITDA Ratio: pengembalian investasi
peraturan yang berlaku untuk SMP juga akan berlaku untuk perusahaan gabungan.
dari akuisisi EV/Revenue Ratio: pencapaian rate of
per subscriber EV (EV/number of acquired subscribers):
nilai
Proses penggabungan tidak dapat dijadikan alasan untuk mengubah kewajiban pajak dan
return dari akuisisi
subscriber
lainnya. Sedangkan
yang
panduan
pelaksanaan
penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan
diakuisisi
Dalam hal perusahaan gabungan menjadi
terkait partisipasi asing meliputi:
Penilaian kelayakan akuisisi, meliputi:
Strategic and Business due diligence
Jumlah kepemilikan asing pada gabungan perusahaan mengikuti ketentuan yang berlaku,
Technological & Integration issues Financial & commercial due diligence
Penyelenggara yang akan bergabung diminta
penggabungan,
untuk mengungkapkan status kepemilikan
peleburan, pengambilalihan bagi penyelenggara
asing dan menyatakan bawa investasi asing
telekomunikasi mencakup isu-isu mengenai:
adalah dalam batas maksimum per semester,
Panduan
pelaksanaan
Persetujuan dari regulator diperlukan untuk
direksi dan manajerial tertentu.
penggabungan lisensi.
Persetujuan regulator biasanya akan diberikan
Untuk perusahaan telekomunikasi yang
dalam jangka waktu sekitar empat minggu dari
berstatus terbuka (Tbk) berlaku ketentuan panduan
tanggal pengajuan permohonan.
pelaksanaan
Penggabungan izin harus dibatasi pada area
dibawah ini:
layanan yang sama untuk pasar yang sama.
Memenuhi aturan SDM asing pada level
penggabungan,
pengambilalihan
Menyertakan analisis dampak negatif terhadap
Jumlah minimal operator di daerah layanan
perusahaan
untuk suatu layanan harus konsekuen setelah
gabungan dari “appraisal independen”, karena
merger.
dampak negatif dapat mengakibatkan “default“
Merger akuisisi atau restrukturisasi yang
yang mengganggu operasional perusahaan dan
mengarah ke situasi pasar monopoli di bidang
dapat berdampak pada kelangsungan layanan
area layanan tertentu tidak diizinkan.
kepada pengguna.
Atas
konsekuensi
penggabungan
lisensi,
pengakuisisi
atau
perusahaan
Formulasi kerangka kerja analisis dampak
perusahaan gabungan berhak untuk jumlah
negatif
spektrum
mempertimbangkan aturan yang ada.
yang
dimiliki
oleh
entitas
penggabungan, dengan syarat bahwa setelah
disusun
Sedangkan
regulator
panduan
dengan
pelaksanaan
merger, jumlah spektrum tidak akan melebihi
penggabungan, peleburan, pengambilalihan pada
jumlah bandwith tertentu per operator.
perusahaan telekomunikasi mencakup berbagai laporan dan kewajiban yang harus dilakukan 33
Jurnal Penelitian Pos dan Informatika, Vol.5 No 1 September 2015 : 19 - 36
perusahaan setelah penggabungan, peleburan, dan
Direktorat Penyelenggaraan Pos dan Informatika
pengambilalihan (post regulation). Laporan dan
serta Direktorat Sumber Daya Perangkat Pos dan
kewajiban tersebut terkait dengan:
Informatika
dapat
lebih
mengoptimalkan
Laporan per semester dalam pencapaian
penggunaan Undang-undang ini. Alat yang dapat
komitmen
dipakai terutama adalah regulasi terkait kualitas
penyelenggaraan
setelah
penggabungan, peleburan, pengambilalihan,
layanan sehingga operator yang tidak sanggup
Laporan kinerja penyelenggaraan per semester,
memenuhi regulasi ini karena kekurangan modal
Laporan dampak negative terhadap perusahaan
atau tidak ekonomis karena bisnisnya terlalu kecil
bagi perusahaan terbuka per semester,
akan mengkonsolidasikan usahanya.
Laporan
susunan direksi dan
manajerial
Pada prinsipnya disarankan agar Satker
tertentu setelah penggabungan, peleburan, dan
terkait dapat mengetatkan “Law Enforcement”
pengambilalihan,
sesuai regulasi yang sah ada saat ini. Perlu
Kewajiban yang terkait mencegah distorsi
diperhatikan bahwa pengetatan regulasi ini dapat
pasar akibat penggabungan, peleburan dan
mengakibatkan berbagai hal selain konsolidasi
pengambilalihan (tergantung pada kondisi
usaha yang dituju, misalnya pengaruh terhadap tarif,
terjadinya
dsb. Karena itu perlu Regulatory Impact Analysis
penggabungan,
peleburan,
dan
pengambilalihan) dan telah ditetapkan dalam
dilaksanakan sebelumnya.
persetujuan penggabungan, peleburan, dan
REKOMENDASI
pengambilalihan,
Kewajiban
apabila
setelah
Dalam evaluasi penggabungan, peleburan,
peleburan,
dan
dan pengambilalihan, perlu mempertimbangkan
SMP
penggabungan,
beberapa aspek meliputi:
pengambilalihan menjadi SMP. Dari berbagai data dan informasi di atas, maka
dapat
dilihat
bahwa
pemerintah
yang sehat
telah
menyiapkan berbagai bentuk strategi, baik yang
yang
mendorong
tercapainya
Pendapatan negara
Manfaat bagi kepentingan umum, contohnya
IMPLEMENTASI
inovasi teknologi
Karena yang jadi kewenangan Kominfo hanya UU No. 36 Tahun 1999, disarankan agar Satuan Kerja yang berkewenangan, dalam hal ini
34
Pemeriksaan legal: hukum perusahaan, pasar modal, penanaman modal
perbaikan-perbaikan di sektor telekomunikasi masa depan.
Pertimbangan teknis, antara lain kecocokan teknologi, sumber daya terbatas.
regulasi mengenai penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan
Peciptaan bisnis industri telekomunikasi yang sehat
berkaitan dengan teknis teknologi jaringan dan layanan jasa telekomunikasi, maupun kebijakan dan
Penciptaan struktur industri telekomunikasi
Aspek lainnya Perlu adanya pengaturan tentang keputusan
atas
permohonan
pengambilalihan,
penggabungan, termasuk
peleburan, didalamnya
Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan Pada Industri Telekomunikasi di Indonesia (D. Arum Maharani dan Helena W)
persyaratan
penggabungan,
peleburan
dan
UCAPAN TERIMA KASIH
pengambilalihan yang harus dipenuhi. Pembagian peran dalam evaluasi penggabungan, peleburan,
Terima kasih penulis sampaikan ke semua pihak
dan pengambilalihan suatu Perseroan dilakukan
yang
oleh masing-masing instansi terkait sesuai dengan
terlaksananya penelitian ini, terutama
kepada
kewenangan yang diberikan oleh Undang-Undang.
segenap
Litbang
telah
ikut
mendukung
pimpinan
di
dan
Pusat
membantu
Penyelenggaraan Pos dan Informatika yang telah memberikan
PENUTUP Berdasar hasil studi ini dapat disimpulkan bahwa kondisi pasar seluler saat ini terdiri dari 7
kesempatan
untuk
melakukan
penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
pelaku usaha: 3 pelaku dominan, sedangkan sisanya non dominan dengan perilaku pasar perang harga dan kartel. Hal ini mengakibatkan menurunnya
Direktorat Telekomunikasi, Ditjen PPI. (2014). Paparan FGD I Kajian Konsolidasi Industri Telekomunikasi di Indonesia. Jakarta.
kualitas layanan, EBITDA margin penyelenggara menurun, bahkan negatif pada penyelenggara non
Jean-Christophe Lebraud, P. K. (2012). The Future of M&A in Telecom. McKinsey&Company.
dominan. Sementara, untuk kondisi pasar seluler Indonesia ke
Kementerian Komunikasi dan Informatika. (2013). Buku Putih Kominfo Tahun 2013. Jakarta.
depan dengan adanya penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan, terdapat potensi perilaku anti persaingan karena jumlah pelaku usaha yang semakin sedikit. Di samping itu juga menumbuhkan potensi
efisiensi
dan
efektifitas
industri.
Peningkatan keterjangkauan layanan dan distribusi, dan
ketersediaan
telekomunikasi
serta
infrastruktur terbentuknya
jaringan komunikasi
berbasis digital dan bisnis digital. Oleh karena itu, regulator perlu berperan sebagai booster dan enabler dalam mekanisme penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan industri telekomunikasi kedepannya. Kebijakan dan regulasi penggabungan, peleburan dan pengambilalihan sektor telekomunikasi perlu memperhatikan aspek teknis, aspek perusahaan, aspek penanaman modal dan aspek persaingan
Puslitbang SDPPI. (2013). Studi Potensi Pasar Sekunder Spektrum Frekuensi Radio di Indonesia. Jakarta. Peraturan KPPU No. 3/2013 tentang Pedoman Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan Saham Perusahaan Peraturan Pemerintah No. 57 Tahun 2010 tentang Penggabungan atau Peleburan Badan Usaha dan Pengambilalihan Saham Perusahaan yang Dapat Mengakibatkan Terjadinya Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat Sutadi, H. (2014). Paparan FGD I Kajian Konsolidasi Industri Telekomunikasi di Indonesia. Jakarta. Sutjipto, R. (2014). Peran Strategis Industri Telekomunikasi Dalam Mendukung Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, "Dari Telkom Indonesia Untuk Indonesia". Makassar: PT Telkom Indonesia.
usaha.
35
Jurnal Penelitian Pos dan Informatika, Vol.5 No 1 September 2015 : 19 - 36
Undang-Undang No. 36 Tahun 1999 Tentang Telekomunikasi
36
Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat
UCAPAN TERIMA KASIH Dalam penerbitan Jurnal Penelitian Pos dan Informatika Vol. 5 No. 2 Desember 2015, proses penelaahan naskah melibatkan beberapa Mitra Bestari. Untuk itu, redaksi mengucapkan terima kasih kepada : 1. Wahyudi Adi Saputra, S.E.,M.M (Logistik dan Pos – Sekolah Tinggi Manajemen Logistik) 2. Dr Udi Rusadi MS (Komunikasi – Kementerian Kominfo) 3. Dr. Ir. Rudi Lumanto, M.Eng (Telekomunikasi - ID-SIRTII) 4. Somo Arifianto, SE, M.A (Media – Kementerian Kominfo) 5. Dra. Siti Meiningsih, M.Sc (Informatika – Kementerian Kominfo)
PEDOMAN / KETENTUAN PENULISAN JURNAL PENELITIAN POS DAN INFORMATIKA I. Pedoman Umum Penulisan Jurnal Penelitian Pos dan Informatika (JPPI) adalah jurnal yang diterbitkan secara periodik, yaitu dua kali setahun, yakni bulan September dan Desember, mengutamakan memuat Tulisan Karya Ilmiah (KTI) yang memenuhi standar (kaidah-kaidah ilmiah) atau minimal layaknya penulisan karya ilmiah, dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Ruang Lingkup Karya Ilmiah/Naskah KTI yang dapat dimuat di Jurnal PPI adalah hasil penelitian, studi, analisis data sekunder, pemikiran, resensi buku baru atau tinjauan kritis teori yang berkaitan dengan pos dan informatika. Naskah juga dapat berupa resensi buku, bedah buku, dan sejenisnya di bidang komunikasi, informatika, pos, atau telekomunikasi dengan mengikuti sistematika penulisan secara umum (universal). 2. Aktualitas (Actual) Aktualitas sebuah tulisan merupakan prioritas utama, yakni memuat isu-isu yang aktual, terpercaya, dan terkini atau yang sedang tren menjadi pembicaraan di kalangan masyarakat. Karena itu, hindari penulisan yang topiknya sudah usang atau kurang mendapat perhatian masyarakat atau publik. 3. Bahasa Yang Lugas KTI harus menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar (sesuai EYD) dan mudah dipahami, jelas, serta tidak membingungkan pembacanya. 4. Memuat Hal Yang Baru (Inovatif) KTI yang memuat hasil penelitian atau kajian atau analisis teori dan pengembangannya sehingga menghasilkan temuan baru atau informasi lain atau inovasi (inovations) bagi masyarakat/publik yang membacanya. 5. Keaslian atau Orisinil (Original) KTI atau Naskah yang dikirim harus orisinil (asli), dan belum pernah dipublikasikan atau tidak sedang dikirimkan ke Jurnal atau media lain. Hal ini untuk menghindari duplikasi atau penjiplakan atau plagiator. II. Pedoman Teknis Penulisan 1. Format Penulisan, naskah diketik dengan huruf Times New Roman ukuran 12, spasi 1.5, dan panjang naskah 15-25 halaman kertas A4. 2. Sistematika penulisan terdiri dari : a. Judul Judul diketik dengan huruf kapital tebal (bold) pada halaman pertama maksimal 4 baris atau sebelas kata. Judul harus mencerminkan isi tulisan (memiliki keterkaitan dengan masalah dan sesuai dengan metodologi penelitian). b. Nama dan Jenjang Jabatan Peneliti (optional) Nama penulis diketik lengkap di bawah judul beserta jenjang jabatan peneliti. Jika penulis lebih dari satu orang, kata penghubung digunakan kata “dan”.
c. Alamat lengkap penulis Alamat lengkap diketik di bawah Jenjang Jabatan Peneliti disertai dengan nomor telepon, fax, dan E-Mail. Contoh : Atjih Ratnawati1 dan Diana Sari2 Peneliti pada Puslitbang Penyelenggaraan Pos dan Informatika 12 Badan Litbang SDM Kementerian Komunikasi dan Informatika12 Jln. Medan Merdeka barat nomor 9, Jakarta Pusat 10110 Indonesia 12 e-mail :
[email protected] ,
[email protected] d. Abstrak Abstrak ditulis sebanyak 120-200 kata dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Abstrak diketik dengan huruf miring (italic) untuk bahasa Inggris berjarak satu spasi. Penulisan abstrak harus ringkas dan jelas, serta mewakili isi naskah. e. Kata kunci atau keywords Kata kunci terdiri atas empat sampai enam kata ditulis di bawah abstrak. Kata kunci dalam bahasa Inggris ditulis italic. f. Pendahuluan Bagian ini berisi Latar Belakang, Perumusan Masalah, dan Tujuan Penelitian. g. Metodologi Penelitian Bagian ini memuat paradigma penelitian, jenis penelitian, fokus penelitian, teknik pengumpulan data, sampel dan data, tempat dan waktu, teknik olah data, dan teknik analisis. h. Temuan/Hasil Hasil penelitian memuat temuan dan hasil analisis dalam berbagai bentuk dan berkaitan dengan masalah. i. Pembahasan/Analisis j. Penutup Bagian ini terdiri dari simpulan dan saran (jika perlu). Simpulan ditarik dari hasil diskusi dan masalah penelitian. k. Referensi sumber dituliskan: nama pengarang, tahun pengarang dalam halaman sumber di antara kurung. Contoh : Penelitian di Manado menunjukkan kebanyakan masyarakat menonton televisi pada waktu siang hari, karena sore harinya banyak dimanfaatkan untuk beristirahat (Rusdi, 2004 : 26). Atau bisa juga seperti ini : Menurut Rusdi (2008), budaya menonton televisi bagi masyarakat di Kota Manado….. l. Daftar Pustaka Penulisan Daftar Pustaka atau rujukan di halaman terpisah dan disusun menurut abjad. Urutan penulisan nama pengarang atau penyunting judul artikel (jika bukan buku) dicetak biasa, judul majalah atau buku dicetak tebal, kota dan nama penerbit biasa disertai tahun penerbitan diletakkan di bawah nama pengarang/penyunting. Contoh : Rakhmat, Jalaluddin. (1991). Metodologi Penelitian Komunikasi. Bandung: Remadja Rosdakarya. Atau disesuaikan dengan format APA-Style, sebagaimana terlihat dalam : http://owl.english.purdue.edu/owl/resource/560/01/
III. Ketentuan lainnya 1. Apabila di kemudian hari ada pemuatan ganda atas naskah yang sama maka segala resiko menjadi tanggung jawab penulis. 2. Apabila suatu saat ada pihak atau individu yang menuntut keaslian naskah merupakan tanggung jawab penulis, bukan tanggung jawab Redaksi. 3. Naskah penelitian yang disponsori oleh pihak tertentu harus memuat pernyataan yang berisi informasi sponsor yang mendanai. 4. Untuk Naskah / Tulisan mengenai Kebijakan, pada sistematika penulisannya perlu memuat Sub Rekomendasi dan Sub Implementasi, setelah sub pembahasan. (lihat pedoman penulisan) 5. Naskah diketik dengan memperhatikan aturan tentang penggunaan tanda baca dan ejaan yang dimuat dalam pedoman umum ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan. 6. Guna menentukan naskah yang sesuai dengan Jurnal PPI, naskah akan ditelaah dan disunting oleh Dewan Redaksi sesuai dengan mekanisme yang berlaku. 7. Pemuatan atau penolakan naskah akan diberitahukan secara tertulis. Naskah yag tidak dimuat akan dikembalikan, kecuali atas permintaan penulis. 8. Setiap naskah yang diterima akan melalui proses review tertutup oleh Mitra Bestari sesuai dengan kepakarannya. 9. Setelah dalam bentuk proof, Penulis artikel diminta menandatangani lembar pernyataan persetujuan untuk cetak menjadi Jurnal. 10. Kepada penulis yang tulisannya dimuat di Jurnal PPI akan diberikan 2 (dua) eksemplar Jurnal sebagai tanda bukti pemuatan. 11. Pengiriman naskah disertai nama, jabatan, unit kerja, alamat, nomor telepon, fax dan E-Mail. Dikirim via Redaksi di Pusat Penelitian dan Pengembangan Penyelenggaraan Pos dan Informatika, Badan Penelitian dan Pengembangan SDM, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Gedung Belakang, lantai 4 – Jln. Medan merdeka Barat No. 9 Jakarta Pusat. Telp./Fax. (021) 384 6189 Dikirim via email :
[email protected] 12. Contact Persons : Diah Arum Maharani : 082123734748 Reza Bastanta S : 085722556670 Yane Erima Marentek : 08121028131