Jurnal Matematika & Sains, April 2014, Vol. 19 Nomor 1
Studi Pembentukan Kompleks Nikel-Kloramfenikol dengan Pengaturan pH dan Pengaruhnya terhadap Aktivitas Antimikroba pada Staphylococcus aureus, Eschericia coli, Methicilin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) dan Vancomycin Resistant Enterococcus (VRE) Ilma Nugrahani dan Listia Ningsih Sekolah Farmasi, Institut Teknologi Bandung, Bandung e-mail :
[email protected] Diterima 10 Februari 2014, disetujui untuk dipublikasikan 25 Maret 2014 Abstrak Kloramfenikol merupakan antibiotik dengan spektrum luas, namun karena toksisitas yang tinggi dan masalah resistensi, kloramfenikol sudah jarang digunakan. Beberapa penelitian akhir-akhir ini melaporkan bahwa kloramfenikol dapat meningkat aktivitasnya jika dikompleks dengan logam menggunakan berbagai metode. Telah dilakukan pembuatan kompleks nikel-kloramfenikol menggunakan metode yang belum pernah dilakukan sebelumnya, yaitu dengan pengaturan pH dari bahan awal kloramfenikol base dan nikel-(II)-klorida. Kompleks yang diperoleh dievaluasi strukturnya menggunakan FTIR dan H-NMR, serta diuji aktivitas antimikrobanya terhadap bakteri non-resisten Gram-positif Staphylococcus aureus, bakteri non-resisten Gram-negatif Eschericia coli, serta bakteri resisten MRSA dan VRE, menggunakan metode difusi agar. Hasil percobaan menunjukkan bahwa kompleks nikel-kloramfenikol yang terbentuk berwarna hijau kekuningan, dengan data spektra FTIR dan H-NMR mengindikasikan bahwa ikatan dengan metal terjadi pada NH (amina) dari gugus dikloroasetamida. Pengujian aktivitas kompleks nikel-kloramfenikol tersebut menunjukkan, bahwa aktivitas antimikroba terhadap bakteri nonresisten Gram positif Staphylococcus aureus lebih tinggi secara bermakna (p<0,05) dibandingkan dengan kloramfenikol tunggal, juga dari campuran fisik kloramfenikol – nikel; sedangkan aktivitas terhadap bakteri Gram negatif Eschericia coli, dan bakteri resisten: MRSA, dan VRE tidak menunjukkan perbedaan bermakna (p>0,05). Kata kunci : Kloramfenikol, Kompleks, Nikel-(II)-klorida, Struktur, Uji potensi.
Study of Complex Formation Nickel-chloramphenicol by Setting the pH and Its Influence on the Microbial Activity toward Staphylococcus aureus, Eschericia coli, Methicilin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) and Vancomycin Resistant Enterococcus (VRE)
Abstract Chloramphenicol is a broad spectrum antibiotic, but due to its high toxicity and resistance cases, recently this drug is rarely used. Previous studies have reported that chloramphenicol can increase its activity when complexed with a metal with a variety of methods. The arrangement of nickel-chloramphenicol complex using pH adjustment method which has not been reported previously, from the starting material chloramphenicol base and nickel-(II)-chloride, has been performed. The complex obtained was evaluated using FTIR and H-NMR, and also evaluated its antimicrobial activity. Testing the antimicrobial activity of the nickel complex-chloramphenicol performed against Gram-positive non-resistant bacteria, e.g. Staphylococcus aureus, Gram-negative non-resistant, e.g. Escherichia coli, and resistant bacteria, e.g. MRSA and VRE, using agar diffusion method. The experimental results showed that nickel-chloramphenicol complex formed has a yellowish-green color, with FTIR data H-NMR data, supported indicated that a metal bonding occured at NH (amine) of dichloroacetamide moeity. The activity test of this nickelchloramphenicol complex showed that the antimicrobial activity against Staphylococcus aureus was significantly higher (p <0.05) compared with chloramphenicol itself, also of the physical mixture of nickel-chloramphenicol complex; whereas activity against Escherichia coli, and resistant bacteria: MRSA and VRE, showed no significant differences (p> 0.05). Keywords: Chloramphenicol, Complex, Nickel-(II)-chloride, Structure, Potency Test. memiliki toksisitas yang tinggi dan masalah resistensi maka penggunaannyapun kini semakin jarang. Penelitian untuk menemukan obat baru memerlukan waktu yang lama dan juga biaya yang mahal. Oleh
1. Pendahuluan Kloramfenikol merupakan antibiotik yang memiliki spektra kerja luas terhadap bakteri Gram positif maupun bakteri Gram negatif. Namun, karena 26
Nugrahani dan Ningsih Studi Pembentukan Kompleks Nikel-Kloramfenikol dengan pH dan Pengaruhnya …….…27 karena itu, banyak dilakukan penelitian terkait modifikasi struktur untuk meningkatkan aktivitas suatu bahan, salah satunya adalah melalui pembentukan kompleks. Beberapa senyawa antibiotik termasuk kloramfenikol merupakan golongan metalloantibiotics, yaitu senyawa yang aktivitasnya dapat meningkat apabila berikatan dengan logam. Kloramfenikol memiliki atom pasangan elektron bebas sehingga dapat berfungsi sebagai ligan dan dapat membentuk ion kompleks dengan logam. Keberadaan unsur logam dalam antibiotik, dapat meningkatkan aktivitas biologis dari antibiotik tersebut karena ion logam dapat berinteraksi dengan berbagai macam biomolekul seperti enzim, DNA dan RNA (Ming, 2003). Kloramfenikol memiliki mekanisme kerja menginhibisi sintesis protein bakteri yaitu berikatan dengan subunit ribosom 50S. Resistensi kloramfenikol dilaporkan terjadi pada Staphylococcus, S. pneumoniae, E. coli, H. influenzae, N. meningitidis, Salmonella, dan Shigella. Center of Disease Contol and Prevention (CDC) menyebutkan infeksi yang sering terjadi di rumah sakit, 16% penyebabnya adalah bakteri resisten, dengan bakteri penyebab terbanyak adalah MRSA dan VRE (CDC, 2008). Penelitian yang dilakukan oleh Ogunniran, dkk. (2008) melaporkan bahwa kloramfenikol dan oksitetrasiklin dapat dibuat kompleks dengan logam Co(II), Ni(II) dan Fe(III). Ketiga kompleks tersebut aktivitas antibakterinya 30% lebih tinggi daripada senyawa asalnya, yaitu kloramfenikol dan oksitetrasiklin. Namun, kompleks yang paling rendah toksisitasnya adalah kompleks kloramfenikoloksitetrasiklin dengan logam Ni(II). Metode kompleksasi yang dilaporkan oleh Ogunniran dkk. (2008) adalah menggunakan cara reflux. Selanjutnya, telah melakukan percobaan pembuatan kompleks nikel-kloramfenikol-oksitetrasiklin-klorida dan melaporkan, bahwa metode paling baik untuk membuat kompleks Ni(CHL)(OTC)Cl2 adalah dengan metode pengaturan pH, yaitu pada pH 8. Baru-baru ini, Guru (2011) juga melaporkan pembentukan kompleks Ni-kloramfenikol-vanadat dengan metode refluks, dan menyimpulkan bahwa ikatan kompleks dengan logam terjadi pada gugus nitrofenol dari kloramfenikol. Penelitian ini bertujuan membuat kompleks Ni-kloramfenikol dengan metode pengaturan pH menggunakan bahan awal kloramfenikol base dan nikel-(II)-klorida, mempelajari struktur, dan mengkarakterisasi kristal kompleks yang dihasilkan dengan menggunakan Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR) dan Nuclear Magnetic Resonance (NMR). Tujuan penelitian selanjutnya adalah mempelajari aktivitas antimikroba dari kristal kompleks yang terbentuk terhadap bakteri yang nonresisten Gram positif S. aureus, bakteri non-resisten Gram negatif E. coli; serta bakteri resisten: MRSA (Methycilin resistant Staphylococcus aureus) dan VRE (Vancomycin resistant Enterococcus).
2. Metodologi 2.1 Bahan NiCl2.6H2O, kloramfenikol, NaOH, air suling, etanol, kalium bromida, kertas timbang, kertas saring, KBr, aseton, nutrient agar (NA), nutrient broth (NB). 2.2 Alat Timbangan elektronik, FTIR (Jasco-4200 type A), spektrometer UV-Visible, NMR 500 MHz, dan alat-alat gelas kimia. 2.3 Cara kerja 2.3.1 Pembuatan kompleks pengaturan pH
dengan
metode
Sejumlah 0,8 gram kloramfenikol dan 0,6 gram nikel (II) klorida heksahidrat ditimbang. Kemudian masing-masing dilarutkan ke dalam 30 ml etanol, dan 5 ml etanol. Kedua larutan tersebut kemudian dicampur hingga larutan jernih dan pH larutan diatur sampai pH 8 dengan menggunakan larutan NaOH 0,2 M. Larutan didiamkan dalam cawan penguap dan gelas kimia selama 24 jam, sampai terbentuk kristal-kristal kompleks. 2.3.2 Evaluasi Struktur Analisa FTIR Sampel kompleks nikel-kloramfenikol, campuran fisik nikel dan kloramfenikol, dan kloramfenikol dicampur dengan kristal kalium bromida dengan perbandingan massa 1 : 100 dan digerus hingga homogen kemudian dikompres pada 20 Psi menggunakan alat pengepres pelat KBr. Spektra diukur pada bilangan gelombang 4500 hingga 400 cm-1 menggunakan spektroskopi FTIR Jasco-4200 type A. Analisa NMR Kristal kompleks nikel-kloramfenikol yang diperoleh dengan metode pengaturan pH dianalisa menggunakan NMR Varian 500 MHz di Laboratorium Basic Science A, Institut Teknologi Bandung. 2.3.3 Uji Aktivitas Antibakteri Alat dan bahan yang digunakan pada tahap ini disterilisasi menggunakan autoklaf pada suhu 1210C dan tekanan 1,5 psi selama 15 menit. Mikroba uji yang digunakan adalah bakteri E. coli, S. aureus, MRSA, dan VRE yang didapat dari Laboratorium Mikrobiologi, Sekolah Farmasi, Institut Teknologi Bandung. Pembuatan Media Nutrient Agar (NA) Sebanyak 28 gram serbuk Nutrient Agar disuspensikan dalam 1 L air suling, lalu dipanaskan sambil diaduk hingga mendidih selama 15 menit. Larutan media tersebut disterilisasi menggunakan autoklaf selama 15 menit. Dinginkan pada suhu kamar.
28
Jurnal Matematika & Sains, April 2014, Vol. 19 Nomor 1
Pembuatan Media Nutrient Broth (NB)
3. Hasil dan Pembahasan
Sebanyak 8 gram serbuk Nutrient Broth disuspensikan dalam 1 L air suling, lalu dipanaskan sambil diaduk hingga mendidih selama 15 menit. Larutan media tersebut disterilisasi menggunakan autoklaf selama 15 menit. Kemudian didinginkan pada suhu kamar.
3.1 Pembuatan kompleks Kristal kompleks diperoleh setelah larutan jenuh campuran kloramfenikol dan nikel klorida didiamkan selama 24 jam berbentuk jarum berwarna hijau kekuningan.
Penyiapan Kultur Bakteri Uji Sejumlah 3 mL NA dimasukkan dalam tabung reaksi yang diletakkan dalam posisi miring dan dibiarkan memadat. Kultur murni bakteri E. coli, S. aureus, MRSA, dan VRE digores pada agar miring menggunakan ose bundar, lalu dibiarkan selama 1824 jam di dalam inkubator bersuhu 35 ± 2 ˚C sebelum digunakan pada percobaan. Penyiapan Larutan Kloramfenikol
Uji
Kompleks
Nikel-
Sejumlah 140 mg kristal kompleks nikelkloramfenikol ditimbang dan dicampurkan dengan 14 mL etanol 96% untuk membuat stok awal larutan uji. Dari larutan stok tersebut diambil 0,1 mL dan diencerkan dengan air suling steril hingga diperoleh konsentrasi larutan uji 0,075% b/v. Penyiapan Larutan Campuran Fisik Sejumlah 80 mg kloramfenikol dan 60 mg nikel klorida dicampurkan dan digerus sampai homogen. Campuran dilarutkan ke dalam 14 mL etanol 96%. Dari stok larutan tersebut diambil 0,75 mL dan diencerkan dengan air suling steril hingga didapatkan larutan campuran fisik konsentrasi 0,075% b/v. Penyiapan Larutan Kloramfenikol Sejumlah 80 mg kloramfenikol ditimbang dan dilarutkan ke dalam 8 mL etanol 96%. Dari larutan tersebut diambil 0,75 mL dan diencerkan dengan air suling steril hingga didapatkan larutan kloramfenikol konsentrasi 0,075% b/v. Penentuan Aktivitas Antimikroba Kompleks dengan Metode Difusi Agar Kultur murni bakteri uji disuspensikan dalam NB dan diinkubasikan selama 18-24 jam pada suhu 37 C ̊ , kemudian diencerkan menggunakan NB hingga didapat transmitansi sebesar 25% pada panjang gelombang 530 nm. Kemudian 100 µL suspensi bakteri tersebut ditambahkan dengan 15 mL NA steril yang belum memadat, hasil campuran ini kemudian di-vortex hingga homogen. Campuran ini kemudian dituangkan ke dalam cawan petri steril dan dibiarkan memadat. Setelah itu, dibuat empat sumur dengan menggunakan pencadang. Pengisian larutan kompleks, campuran fisik, dan kloramfenikol ke dalam sumur dilakukan selang-seling. Inkubasi dilakukan pada suhu 36-37,5oC selama 16-18 jam. Masing-masing pengujian dilakukan triplo (3 pengulangan). Aktivitas antibakteri ditentukan dengan mengukur diameter hambat dalam mm.
Gambar 1. Kristal kompleks nikel-kloramfenikol. 3.2 Evaluasi struktur Analisa FTIR Analisa FTIR dilakukan pada senyawa kompleks nikel-kloramfenikol, campuran fisik yang terdiri dari nikel dan kloramfenikol dengan perbandingan 1:1 dan kloramfenikol standard. Reaksi kompleksasi dapat menyebabkan adanya pergeseran spektra inframerah dari sebuah molekul. Pergeseran spektra serapan kompleks nikel-kloramfenikol dibandingkan dengan spektra campuran fisik dan kloramfenikol standard yang diperoleh pada percobaan ini, ditunjukkan pada Gambar 2 dan Tabel 1. Ikatan antara logam dan molekul kloramfenikol umumnya melibatkan gugus karbonil dan nitrofenil (Musa, 2010; Guru, 2011). Pergeseran spektra serapan infra merah pada kloramfenikol, campuran fisik dan kompleks nikel-kloramfenikol terjadi pada spektra serapan –OH dan/atau NH seperti ditunjukkan pada Gambar 2–i dan Tabel 1. Pergeseran streching gugus –OH atau NH pada sekitar 3360 cm–1 bergeser ke 3347 cm–1, ditunjukkan pada Gambar 2 – i. Pergeseran juga terjadi pada gugus karbonil asam di daerah 1523 cm–1 yang bergeser ke 1519 cm–1 (Gambar 2 – iii), diduga akibat tarikan dari ikatan kompleks yang terbentuk. Spektra nitrofenol pada sekitar 1346 – 1349 cm–1 tidak mengalami perubahan yang berarti (Gambar 2–iv), sedangkan teramati perubahan profil spektra di wilayah sidik jari 400 – 700 cm–1 dan menajamnya spektra di daerah 678 cm–1 (Gambar 2–v). Keseluruhan data mengantarkan pada dugaan bahwa telah ikatan dengan logam melibatkan elektronelektron pada gugus dikloroasetamida. Hasil tersebut berbeda dengan posisi ikatan nikel-kloramfenikol vanadat yang telah dilaporkan oleh Guru (2011) yang terjadi pada gugus nitrofenil. Struktur kompleks yang dipaparkan oleh Guru (2011) dikutip dan ditunjukkan pada Gambar 3.
Nugrahani dan Ningsih Studi Pembentukan Kompleks Nikel-Kloramfenikol dengan pH dan Pengaruhnya …….…29
(a) (b)
iv i
ii
v
iii
(c)
Gambar 2. Spektra inframerah dari kloramfenikol (a), campuran fisik nikel- kloramfenikol (b), dan kompleks nikelkloramfenikol (c).
Gambar 3. Struktur kompleks Ni-kloramfenikol dengan M adalah nikel dan X adalah valadat. Lingkaran merah menunjukkan gugus nitrofenil (Guru, 2011). Tabel 1. Hasil pembacaan spektra IR dari Gambar 2. Frekuensi Inframerah (cm – 1) Sampel
i
ii
iii
iv
v
OH/NH
NH amida
C=O (asam)
Gugus nitro fenil
Gugus dikloroasetat
Kloramfenikol (CHL)
3363
1685
1523
1348
Campuran Fisik (Ni dan CHL)
3360
1685
1523
1349
Kompleks (Ni-CHL)
3347
1685
1519
1346
Perubahan profil, spektra tajam pada 678–1
Selanjutnya dilakukan analisis memperkuat dugaan tersebut.
NMR
untuk
Analisa NMR Berikut merupakan spektra NMR H kompleks nikel-kloramfenikol dan kloramfenikol standard dengan menggunakan pelarut metanol pada 500 MHz.
30
Jurnal Matematika & Sains, April 2014, Vol. 19 Nomor 1
Gambar 4 menunjukkan adanya perbedaan spektra NMR H antara kompleks nikel-kloramfenikol dan kloramfenikol standard. Pada spektra NMR H kloramfenikol, pergeseran spektra nyata terjadi pada spektra pada 3,25 yang bergeser ke 2 ppm, dan sebaliknya pergeseran 1 ppm dari H dari spektra 6,4 ke 6,5 ppm. Spektra pada 3,25 ppm diduga adalah
atom hidrogen dari ikatan –OH di sebelah (diasetamida) sedangkan spektra di menunjukkan atom hidrogen dari ikatan gugus dikloroasetamida. Posisi kedua berubah tersebut ditunjukkan dengan lingkaran pada Gambar 5.
(b) B2
A2
B1 A1
(a)
Gambar 4. Spektra NMR H : Kloramfenikol (a) dan kompleks Ni-kloramfenikol (b).
Gambar 5. Struktur kloramfenikol dan prediksi posisi spektra H-NMR.
gugus NH 6,4 ppm C-H pada H yang 2 tanda
Nugrahani dan Ningsih Studi Pembentukan Kompleks Nikel-Kloramfenikol dengan pH dan Pengaruhnya …….…31
penggunaan campuran fisik merupakan pendekatan yang dilakukan untuk membandingkan aktivitas antimikroba dari penggunaan bersama kloramfenikol dan nikel yang hanya dicampurkan secara fisik dengan aktivitas dari kompleks nikel dan kloramfenikol. Kloramfenikol digunakan sebagai pembanding untuk mengetahui adakah peningkatan aktivitas antimikroba kloramfenikol setelah dicampurkan dengan nikel klorida baik hanya secara fisik maupun setelah di-kompleks. Kloramfenikol merupakan antibiotik yang memiliki spektra luas baik terhadap bakteri gram positif dan bakteri gram negatif, namun aktivitasnya lebih tinggi terhadap bakteri gram negatif. kloramfenikol merupakan bakteriostatik yang memiliki mekanisme kerja menghambat sintesis protein bakteri pada ribosom 50S. Untuk itu, dipilih waktu inkubasi selama 16-18 jam pada pengujian aktivitas antimikroba yang dilakukan, untuk menghindari adanya pertumbuhan pada diameter yang telah terbentuk yang dapat menyulitkan pengamatan. Staphylococcus aureus dan Eschericia coli digunakan sebagai bakteri uji untuk mewakili golongan bakteri tidak resisten, dari kelompok gram positif dan negatif. Sedangkan MRSA dan VRE digunakan sebagai bakteri uji untuk mewakili golongan bakteri resisten. Keduanya merupakan bakteri gram positif penyebab infeksi bakteri resisten (CDC, 2008).
Lebih jauh lagi, dari sisi elektronegativitas, sisi yang paling mungkin untuk masuknya logam nikel adalah pada atom sisi NH – dikloroasetamida seperti ditunjukkan dengan anak panah pada Gambar 5. Dengan demikian, data NMR menguatkan hasil analisis FTIR, yang menunjukkan bahwa ikatan antara nikel dan kloramfenikol terjadi pada gugus dikloroasetamida. Ikatan ini berbeda dengan ikatan Ni-kloramfenikol-vanadat yang telah dilaporkan Guru (2011). Adanya pergerseran spektra H pada daerah dikloroasetamida merupakan respon dari perubahan lingkungan kimia atom hidrogen akibat pengikatan NH dari gugus tersebut dengan logam nikel. Perbedaan struktur dengan Ni-kloramfenikolvanadat yang telah dilaporkan oleh Guru (2011) kemungkinan disebabkan karena kompleks yang terbentuk dalam percobaan ini adalah antara kloramfenikol base dengan logam nikel bentuk bebas, bukan dalam bentuk garamnya seperti vanadat. Uji Aktivitas antibakteri Aktivitas antimikroba diperoleh dengan membandingkan diameter hambat yang dihasilkan oleh larutan kompleks nikel-kloramfenikol, campuran fisik, dan kloramfenikol standard pada setiap bakteri uji. Kloramfenikol merupakan antibiotik yang dilaporkan meningkat potensinya apabila berikatan dengan logam (Ming Lj., 2003). Pada penelitian ini,
Tabel 2. Diameter hambat kompleks nikel-kloramfenikol, campuran fisik, dan kloramfenikol 0,075% b/v dalam mm. Bakteri Staphylococcus aureus Eschericia coli
Kompleks Nikel-Kloramfenikol 24,75 ± 1,47
(a) (b)
Campuran Fisik
Kloramfenikol
21,86 ± 1,44
23,69 ± 1,01
MRSA
34,58 ± 1,46 28,04 ± 1,49
31,89 ± 2,26 27,03 ± 1,73
34,07 ± 1,07 29,93 ± 1,72
VRE
27,88 ± 2,11
26,76 ± 0,70
27,66 ± 0,35
(a)
Keterangan : = Berbeda bermakna (p<0,05) terhadap campuran fisik (b)
= Berbeda bermakna (p<0,05) terhadap kloramfenikol
Dari Gambar 6 (a) ditunjukkan bahwa aktivitas kompleks nikel-kloramfenikol terhadap Staphylococcus aureus memberikan perbedaan bermakna terhadap aktivitas antimikroba dari campuran fisik dan kloramfenikol standard (p<0,05). Aktivitas antimikroba terhadap Staphylococcus aureus menunjukkan adanya peningkatan aktivitas sebesar 13% daripada aktivitas antimikroba dari campuran fisik, dan peningkatan aktivitas sebesar 5% daripada aktivitas antimikroba dari kloramfenikol standard.
Aktivitas kompleks nikel-kloramfenikol terhadap Eschericia coli tidak menunjukkan adanya perbedaan bermakna terhadap aktivitas antibakteri dari campuran fisik dan kloramfenikol standard (p>0,05). Aktivitas antimikroba kompleks nikelkloramfenikol terhadap Eschericia coli lebih rendah 6,9% daripada aktivitas antimikroba dari kloramfenikol standard. Sementara itu, aktivitas kompleks nikel-kloramfenikol terhadap MRSA dan VRE tidak memberikan perbedaan bermakna terhadap aktivitas antimikroba dari campuran fisik dan kloramfenikol standard (p>0,05).
32
Jurnal Matematika & Sains, April 2014, Vol. 19 Nomor 1
(a)
(b)
antimikroba tersebut (Kadam, 2008). Perubahan struktur inilah yang mungkin memberikan peningkatan aktivitas pada bakteri uji Staphylococcus aureus, namun tidak mempengaruhi aktivitas antimikroba pada bakteri uji lainnya. Hal ini mengindikasikan kompleks yang terbentuk efikasinya hanya meningkat pada bakteri gram positif yang tidak resisten. Namun demikian perlu diuji terhadap jenis bakteri gram positif dan gram negatif lain untuk mendapatkan gambaran yang lebih kuat. 4. Kesimpulan dan Saran
(c)
(d)
Gambar 6. Diameter hambat kloramfenikol, campuran fisik kloramfenikol dan kompleks nikelkloramfenikol dengan konsentrasi 0,075% b/v pada (a) S. aureus, (b) E.coli, (c) MRSA, (d) VRE.
Kompleks nikel-kloramfenikol yang terbentuk dari metode pengaturan pH berbentuk kristal jarum yang memiliki warna hijau kekuningan. Data FTIR dan H-NMR, menunjukkan bahwa ikatan koordinasi antara kloramfenikol dengan nikel terjadi pada atom C dari gugus dikloroasetamida. Aktivitas antimikroba kompleks nikel-kloramfenikol mengindikasikan bahwa peningkatan aktivitas kompleks hanya terjadi pada bakteri Gram-positif Staphylococcus aureus non-resisten namun tidak meningkat terhadap bakteri Gram negatif Eschericia coli dan bakteri resisten MRSA dan VRE. Namun demikian, pengujian aktivitas masih dapat dilanjutkan terhadap berbagai jenis bakteri yang lain untuk mendapatkan kesimpulan yang lebih lengkap dan kuat. Daftar Pustaka
(a)
(b)
(c)
(d)
Gambar 7. Diameter hambat pada (a) S. aureus (b) E. coli (c) MRSA (d) VRE. Keterangan: U = Kompleks nikel-kloramfenikol K = Kloramfenikol standard C = Campuran fisik nikel klorida dan kloramfenikol Aktivitas antimikroba dari kloramfenikol disebabkan oleh adanya gugus nitrofenil dan gugus propandiol pada strukturnya, perubahan yang terjadi pada kedua gugus ini dapat mempengaruhi aktivitas
Kadam, S., 2008, Principle of Medicinal Chemistry, Pragati Books Pvt, Pune, 93. Guru, P., 2011, Spectral Study of of some Complexes with Cloramphenicol, Int. J. Chem. Tech. Res., 3:1, 119-121. Ming, Lj., 2003, Structure and Function of “Metalloantibiotics”, 2003, Med. Res. Rev., 23, 697-762. Musa, A., I.A. Yakasai, M. Garba, B.O. Olayinka, and C. Udekwel, 2010, In-vitro Effects of Cadmium, Chromium, Manganese and Zinc on The Antimicrobial, Activity of Chloramphenicol, J. Basic and Clin. Phar., 1:4, 255 – 261. Ogunniran, K. O., A. C. Tella, M. Alensela, and M. T. Yakubu, 2007, Synthesis, Physical Properties, Antimicrobial Potentials of Some Antibiotics Complexed With Transition Metals and Their Effects on Alkaline Phosphatase Activities of Selected Rat Tissues, Afr. J. Biotech., 10:6, 1202-1208. CDC, 2008, Antimicrobial-Resistant Pathogens Associated With Healthcare-Associated Infections: Annual Summary of Data Reported to the National Healthcare Safety Network at the Centers for Disease Control and Prevention, 2006–2007, Infection Control And Hospital Epidemiology, 29:11.