Jurnal Kompilasi Ilmu Ekonomi INDEKS DOW JONES INDUSTRIAL AVERAGE, INDEKS HANG SENG, TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) BURSA EFEK INDONESIA

JURNAL KOMPILEK Jurnal Kompilasi Ilmu Ekonomi Aris Sunandes/ KEPUTUSAN INVESTASI DI BEI DENGAN Septika Sari Indrawati PENILAIAN HARGA SAHAM (Studi Kasus Perusahaan Food and Beverages) Hanif Yusuf Seputro

PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA SBI, INDEKS DOW JONES INDUSTRIAL AVERAGE, INDEKS HANG SENG, TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) BURSA EFEK INDONESIA

Yuyung Rizka Aneswari

EVALUASI IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI SIKLUS PENDAPATAN (Studi Kasus pada Hotel Patria Palace Blitar)

Rumanintya Lisaria Putri

HUBUNGAN MODEL KEPEMIMPINAN MANAJER DAN MOTIVASI KARYAWAN TERHADAP PRESTASI KERJA KARYAWAN PT. KITA PRATAMA BLITAR

Dedis Eko Setiawan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENDAPATAN PETANI JAGUNG DI KABUPATEN BLITAR (Studi Kasus Desa Wates Kecamatan Wates Kabupaten Blitar)

JURNAL KOMPILEK

Kukuh Suwandi Putro

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA LABA AKUNTANSI DAN LABA TUNAI DENGAN DEVIDEN KAS PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BEI

Heru

PENERAPAN BALANCED SCORECARD SEBAGAI TOLOK UKUR PENGUKURAN KINERJA PADA BADAN USAHA BERBENTUK RUMAH SAKIT (Studi Kasus Pada RSD. Mardi Waluyo)

[Vol 4, No. 1]

Hal. 1 - 96

Juni 2012

ISSN 2088-6268

Diterbitkan oleh: LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT (LPPM) SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI KESUMA NEGARA BLITAR Jl. Mastrip 59 Blitar 66111, Telp./Fax : (0342) 802330/813788 Email : [email protected]

[STIE KESUMA NEGARA BLITAR]

1

Vol. 4, N0. 1, Juni 2012

ISSN 2088-6268

JURNAL KOMPILEK Jurnal Kompilasi Ilmu Ekonomi

Daftar Isi : Aris Sunandes/ KEPUTUSAN INVESTASI DI BEI DENGAN Septika Sari Indrawati PENILAIAN HARGA SAHAM (Studi Kasus Perusahaan Food and Beverages) (Hal 1-11) Hanif Yusuf Seputro

PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA SBI, INDEKS DOW JONES INDUSTRIAL AVERAGE, INDEKS HANG SENG, TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) BURSA EFEK INDONESIA (Hal 12-26)

Yuyung Rizka Aneswari

EVALUASI IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI SIKLUS PENDAPATAN (Studi Kasus pada Hotel Patria Palace Blitar) (Hal 27-52)

Rumanintya Lisaria Putri

HUBUNGAN MODEL KEPEMIMPINAN MANAJER DAN MOTIVASI KARYAWAN TERHADAP PRESTASI KERJA KARYAWAN PT. KITA PRATAMA BLITAR (Hal 53-62)

Dedis Eko Setiawan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENDAPATAN PETANI JAGUNG DI KABUPATEN BLITAR (Studi Kasus Desa Wates Kecamatan Wates Kabupaten Blitar) (Hal 63-70)

Kukuh Suwandi Putro

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA LABA AKUNTANSI DAN LABA TUNAI DENGAN DEVIDEN KAS PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BEI (Hal 71-83)

Heru

PENERAPAN BALANCED SCORECARD SEBAGAI TOLOK UKUR PENGUKURAN KINERJA PADA BADAN USAHA BERBENTUK RUMAH SAKIT (Studi Kasus Pada RSD. Mardi Waluyo) (Hal 84-96)

iii

Jurnal Kompilek Vol. 4 No. 1 Juni 2012 Hal 12-26 Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Indeks Dow Jones Industrial Average, Indeks Hang Seng Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Bursa Efek Indonesia Hanif Yusuf Seputro Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Kesuma Negara Blitar Abstraksi : Fenomena krisis global yang melanda dunia memiliki dampak yang signifikan terhadap sektor keuangan di dunia. Tidak terkecuali di Indonesia, juga terkena dampak dari krisis global tersebut. Pasar Modal Indonesia terhambat pergerakan nya dikarenakan kondisi ini. Pergerakan pasar modal atau sektor keuangan menjadi menarik untuk dijadikan fokus untuk diteliti. Indeks harga saham gabungan (IHSG) merupakan indeks gabungan dari seluruh jenis saham yang tercatat di bursa efek. IHSG berubah setiap hari karena 1) perubahan harga pasar yang terjadi setiap hari dan 2) adanya saham tambahan. Pertambahan jumlah saham beredar berasal dari emisi baru, yaitu masuknya emiten baru yang tercatat di bursa efek, atau terjadi tindakan corporate action berupa split, right, waran, deviden saham, saham bonus dan saham konversi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tingkat suku bunga SBI, Indeks Hang Seng, Indeks Dow Jones Indusstrial Average terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. Penelitian ini merupakan penelitian eksplanatif yang berusaha untuk meneliti sebab akibat dari pengaruh dari variable yang diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan sampel yang diambil adalah Indeks Saham Harga Gabungan (IHSG) pada tahun 2007-2009. Teknik analisis menggunakan uji regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan ada pengaruh yang sangat signifikan antara Tingkat Suku Bunga SBI, Indeks Dow Jones dan Indeks Hang Seng terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Jakarta periode 2007-2009. Hal ini ditunjukkan dari besarnya signifikansi sebesar 0,000. Secara parsial tingkat suku bunga SBI dan Indeks Hang Seng berpengaruh secara signifikan. Sedangkan, Indeks Dow Jones tidak berpengaruh signifikan dengan koefisien 0,919. Saran yang dapat direkomendasikan terkait dengan hasil penelitian ini adalah: 1) Investor hendaknya juga memperhatikan faktor - faktor non ekonomis (politik, hukum, keamanan) sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi IHSG. Selain itu, Investor sebaiknya juga memperhatikan informasi-informasi mengenai Tingkat Suku Bunga SBI, dan mencermati pergerakan perdagangan awal Indeks bursa regional sebelum perdagangan di BEI dimulai. 2) Bagi perusahaan sebaiknya sebelum melakukan kebijakan seperti ekspor atau impor, harus mengkaji terlebih dahulu faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya beban perusahaan sehingga, dalam pelaksanaannya nanti manajemen perusahaan dapat mengambil kebijakan dalam rangka menarik investor di pasar modal Kata Kunci : Suku bunga SBI, Indeks Hang seng, Indeks Dow Jones, Industrial Average, Indeks Harga Saham Gabungan.

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena krisis ekonomi global memiliki dampak yang signifikan terhadap perkembangan pasar modal di Indonesia. Pasar modal merupakan salah satu tempat yang memberikan kesempatan berinvestasi bagi investor perorangan maupun institusional. Oleh karenanya pergerakan pasar modal menjadi topik yang menarik bagi para akademisi dan praktisi pasar untuk mempelajarinya. Pengaruh globalisasi dapat dilihat saat terjadi krisis keuangan global pada pertengahan tahun 2008. Jatuhnya perekonomian Amerika Serikat pada pertengahan tahun 2008 ini akibat dari krisis sub-prime mortgage yang mengakibatkan membengkaknya kasus kredit macet perumahan, membawa dampak secara global. Departemen

Keuangan Amerika mengambil alih perusahaan perumahan terbesar Fannie Mae dan Freddie Mac pada awal September 2008. Yang lebih mengejutkan lagi adalah bangkrutnya Lehman Brothers dan Merrill Lynch (yang kemudian diakuisisi Bank of Amerika). Walaupun Bank Sentral AS telah menyuntik pasar sebesar US$ 70 miliar, Indeks Dow Jones tetap jatuh 4,4% atau terbesar sejak September 2001. Selanjutnya bursa-bursa Eropa berjatuhan pada tanggal 15 September 2008. Adanya krisis ekonomi global memiliki dampak yang signifikan terhadap perkembangan pasar modal di Indonesia. Berbagai kebijakan diambil pemerintah untuk meredam pengaruh buruk dari krisis, mulai dari menaikkan tingkat suku bunga, menaikkan bahan bakar minyak, maupun memperketat lalu lintas mata uang asing.

12

Jurnal Kompilek Vol 4 No 1 Juni 2012

Salah satu dampak yang berpengaruh dari krisis ekonomi Amerika adalah nilai tukar rupiah yang semakin melemah terhadap dolar, hingga jatuhnya harga saham-saham yang diperdagangkan di BEI (Bursa Efek Indonesia). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencapai batas toleransi penurunan indeks dalam satu hari yaitu hampir 10%. Selain itu penutupan selama beberapa hari serta penghentian sementara perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan salah satu dampak nyata, yang tentunya dapat merefleksikan betapa besar pengaruh krisis ekonomi global terhadap perekomian Indonesia. Federal Reserve (the Fed) memangkas suku bunga jangka pendeknya sebesar 50 basis poin menjadi 3 persen, setelah sebelumnya memotong 75 basis poin pada awal tahun 2008. Turunnya suku bunga fedfund dicermati oleh BI untuk pengambilan kebijakan moneter. Kondisi serupa terjadi di mayoritas bursa regional, seperti Indeks Saham Hang Seng (HSI), Hong Kong melemah 342,29 poin (1,52 persen) pada 22.159,04. Untuk mencegah permintaan dolar berlebih, yang mengakibatkan nilainya meningkat dan menurunkan nilai rupiah, BI menaikkan suku bunga SBI. Diharapkan dengan suku bunga deposito yang tinggi (beberapa bank swasta menawarkan suku bunga deposito dari 25%-50%), pemilik modal akan menanamkan modalnya di deposito untuk mengurangi permintaan terhadap dolar. Tingginya suku bunga deposito berakibat negatif terhadap pasar modal. Investor tidak lagi tertarik untuk menanamkan dananya di pasar modal, karena itu harga-harga saham di pasar modal mengalami penurunan drastis. Selain itu bursa efek yang berada dalam satu kawasan juga dapat mempengaruhi karena letak geografisnya yang saling berdekatan seperti, Indeks Hang Seng di Hongkong. Indeks Hang Seng merupakan sebuah indeks untuk mendata dan memonitor perubahan harian dari perusahaan-perusahaan terbesar di pasar saham dan sebagai indikator utama dari performa pasar di Hong Kong. Pasar modal Indonesia melalui Bursa Efek Indonesia merupakan bagian tak terpisahkan dari kegiatan bursa saham global. Selain itu biasanya untuk bursabursa saham yang berdekatan lokasinya, seringkali memiliki investor yang sama. Bursa saham di Asia yang besar dan berdekatan secara geografis dengan perbedaan waktu 1 jam adalah bursa saham Hang Seng di Hong Kong. Mansur (2005) menjelaskan bahwa pasar modal Indonesia melalui Bursa efek

Indonesia merupakan bagian tak terpisahkan dari kegiatan bursa saham global. Selain itu biasanya untuk bursabursa saham yang berdekatan lokasinya, seringkali memiliki investor yang sama. Fenomena yang terjadi karena globalisasi serta Indonesia sebagai anggota World Trade Organization telah membuka bursa saham bagi investor asing yang berinvestasi di seluruh dunia. Oleh karena itu, perubahan di satu bursa juga akan di transmisikan ke bursa negara lain. Dalam hal ini, biasanya bursa yang lebih besar akan mempengaruhi bursa yang lebih kecil. Pasar modal memiliki peranan penting dalam perekonomian Indonesia, dimana nilai Indeks Harga Saham Gabungan dapat menjadi leading indicator economic pada suatu negara. Pergerakan indeks sangat dipengaruhi oleh ekspektasi investor atas kondisi fundamental negara maupun global. Adanya informasi baru akan berpengaruh pada ekspektasi investor yang akhirnya akan berpengaruh pada IHSG. Kemerosotan pasar saham ditunjukkan oleh indeks harga saham gabungan. “IHSG merupakan salah satu indeks pasar saham yang digunakan oleh BEI sebagai indikator pergerakan harga saham di Bursa Efek Indonesia, indeks ini mencakup pergerakan harga seluruh saham biasa dan preferen (saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa) yang tercatat di BEI yang mulai dikenalkan pertama kali pada tanggal 1 april 1983 dengan menggunakan landasan dasar tanggal 10 agustus 1982” (Hartono, 2009: 101). IHSG merupakan cerminan dari kegiatan pasar modal secara umum. Peningkatan IHSG menunjukkan kondisi pasar modal sedang bullish, sebaliknya jika menurun menunjukkan bearish. Untuk itu, seorang investor harus memahami pola perilaku harga saham di pasar modal. Berdasarkan paparan data diatas yang masih menimbulkan pertanyaan dan kontradiktif, maka peneliti tertarik untuk menelaah lebih lanjut mengenai variabel indeks Hang Seng, Indeks Dow Jones dan tingkat suku bunga terhadap IHSG pada saat terjadi krisis global AS. Oleh karena itu dalam penelitian ini diambil judul “Pengaruh Tingkat Suku Bunga Sbi, Indeks Dow Jones Industrial Average (Djia), Indeks Hang Seng (Hsi) Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (Ihsg) Pada Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2009”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

13

Jurnal Kompilek Vol 4 No 1 Juni 2012

1. Apakah Tingkat Suku Bunga SBI, Indeks Dow Jones Industrial Average dan Indeks Hang Seng berpengaruh secara simultan terhadap variabel dependen Indeks Harga saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2009? 2. Apakah Tingkat Suku Bunga SBI secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Indeks Harga saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2009? 3. Apakah indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Indeks Harga saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia tahun 20072009? 4. Apakah Indeks Hang Seng secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan tterhadap Indeks Harga saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2009? C. Keterbatasan Penelitian 1. Subyek penelitian yang dilakukan terbatas pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). 2. Objek yang diteliti adalah Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA), Indeks Hang Seng (HSI) dan Tingkat Suku Bunga selama periode 2007-2009 3. Penelitian hanya mengkaji seluruh saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia dan terdaftar dalam Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). 4. Periode penelitian terbatas, yaitu tahun 2007-2009. II. TELAAH LITERATUR A. Pasar Modal Menurut Keputusan Menteri Keuangan RI No 1548/KMK/90, pengertian pasar modal secara umum adalah suatu sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk di dalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga perantara di bidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar. Sunariyah (2006: 5) pasar modal adalah tempat pertemuan antara penawaran dengan permintaan surat berharga. Di tempat inilah para pelaku pasar yaitu individu-individu atau badan usaha yang mempunyai kelebihan dana (surplus fund) melakukan investasi yang ditawarkan oleh emiten. Menurut Samsul (2006:43) secara umum pasar modal adalah tempat atau sarana bertemunya antara permintaan dan penawaran atas instrument keuangan jangka panjang, umumnya lebih dari 1 tahun. Peranan pasar modal dalam suatu perekonomian negara adalah sebagai: Fungsi Tabungan (saving

function), Fungsi Kekayaan (Wealth Fuction), Fungsi Likuiditas (Liquidity Function), dan Fungsi Pinjaman (Credit Function). Macam-Macam Pasar Modal dalam bukunya Sunariyah (2006:13) disebutkan bahwa macam-macam pasar modal terdiri dari: Pasar Perdana ( Primary Market), Pasar Sekunder (Secondary Market), Pasar Ketiga (Third Market), dan Pasar Keempat (Fourth Market). Instrument Pasar Modal (Sekuritas) menurut Undang-undang pasar modal No. 8 tahun 1995 yang mendifinisikan efek adalah surat berharga, yaitu meliputi surat pengakuan hutang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti hutang, unit penyertaan investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek dan setiap derivatif dari efek (Tandelilin, 2010: 30). Menurut Samsul (2006:45) bentuk instrumen di pasar modal disebut efek, yaitu surat berharga yang berupa (1) saham, (2) obligasi, (3) bukti right, (4) bukti waran, (5) produk turunan atau biasa disebut derivative. Efek yang diterbitkan dan diperdaganngkan di pasar modal Indonesia diantaranya adalah: 1. Sekuritas di Pasar Ekuitas, Sekuritas di pasar ekuitas meliputi: Saham biasa (commons stock), Saham preferen Bukti right, Waran (warrant 2. Sekuritas di pasar obligasi, meliputi obligasi biasa dan obligasi Konversi. 3. Sekuritas di pasar derivative, meliputi Kontrak berjangka (future contract) dan Kontrak opsi (option contract) 4. Reksa Dana B. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indeks harga saham gabungan adalah indikator pergerakan harga saham di BEI, indeks ini mencakup pergerakan seluruh harga saham biasa dan saham preferen yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. IHSG disebut juga Jakarta Composite Index, JCI, atau JSX Composite. IHSG merupakan salah satu indeks pasar saham yang digunakan oleh Bursa Efek Indonesia. Sunariyah (2006:144) mengatakan bahwa untuk menghitung saham maka kita memerlukan apa yang disebut dengan waktu dasar dan waktu yang berlaku. Ada dua metode perhitungan indeks harga saham gabungan yaitu: 1. Metode rata-rata (Average Method) Rumus indeks harga saham gabungan dengan menggunakan metode rata-rata adalah:

14

Jurnal Kompilek Vol 4 No 1 Juni 2012

IHSG

t t-1

PS Pbase

Dimana: IHSG : Indeks harga saham gabungan PS : Harga pasar saham ∑Pbase : Suatu nilai pembagi 2. Metode rata-rata tertimbang (Weighted Average Method) Pada metode ini, dalam perhitungan indeks menambahkan pembobotan di samping harga pasar saham. 3. Metode Paasche Dalam metode ini, Paasche membandingkan kapitalisasi pasar seluruh saham dengan nilai dasar seluruh saham yang tergantung dalam suatu indeks. Jadi, makin besar kapitalisasi saham, maka akan memberikan pengaruh yang sangat besar jika terjadi perubahan harga pada saham yang bersangkutan. Rumus Paasche:

IHSG

PS xS S Pbase xS S

(Sunariyah, 2006:144) Dimana: IHSG = Indeks harga saham gabungan Ps = harga pasar saham Ss = Jumlah saham yang dikeluarkan Pbase = Harga dasar saham 4. Metode Laspeyres

IHSG

PS xS 0 Pbase xS 0

(Sunariyah,

2006:145) Atau n

H jLj indekst

t

j 1 n 1

H jLj

t 1

j 1

(Tandelilin, 2010:90) Dimana: IHSG = Indeks harga saham gabungan Ps = harga pasar saham S0 = Jumlah saham yang dikeluarkan pada hari dasar Pbase = Harga dasar saham Hj = Harga Lj = Lembar saham n = jumlah nilai pasar n-1 = Jumlah nilai dasar

= Waktu pasar = Waktu dasar

Perhitungan indeks harga saham baik di BEI tidaklah sederhana. Untuk menghilangkan pengaruh faktor-faktor di luar perubahan harga saham, jumlah lembar saham dan nilai dasar selalu disesuaikan bila terjadi aksi-aksi perusahaan (corporate action), seperti stock split, deviden saham, bonus saham, penawaran terbatas (right issue) dan lainlain (Tandelilin, 2010:90). C. Indeks Hang Seng Hang Seng Index (HSI), sebagai barometer terkemuka dari harga saham "blue-chip" di Hongkong, adalah salah satu index terkenal di kawasan Asia dan telah digunakan secara meluas oleh para manager keuangan sebagai performance benchmark mereka. Contoh perusahaan yang tergabung dengan Index Hang Seng adalah Bank of China, Cathay Pacific Airlines, Chine Mobile, Hangseng Bank, Bank of Asia dll. D. Indeks Dow Jones dan Pasar Saham AS Saat ini DJIA terdiri dari 30 perusahaan, di mana penambahan jumlah saham itu merefleksikan perkembangan dan perubahan ekonomi Amerika. Misalnya pada tahun 1999, Microsoft (simbol: MSTF) perusahaan pembuat software terbesar di dunia dan intel (simbol: INTC) perusahaan pembuat micro processor ditambahkan ke dalam indeks, sebagai cerminan dari meningkatnya pengaruh industri berbasis teknologi tinggi pada pasar modal Amerika. Metodologi perhitungan indeks Dow Jones dikenal dengan nama metode harga tertimbang. Walaupun dapat menyesuaikan dengan adanya stocks split, kekurangan dari metode ini adalah tidak memberikan cerminan bahwa perubahan US$1 untuk saham dengan harga US$10 lebih signifikan (dalam hal persentase) daripada perubahan US$1 pada saham dengan harga US$100 (www.mahadanalearning.com) E. Tingkat Suku Bunga SBI adalah surat berharga dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh BI sebagai pengakuan hutang berjangka waktu pendek dengan sistem diskonto. Tingkat suku bunga merupakan daya tarik bagi investor menanamkan investasinya dalam bentuk deposito atau SBI sehingga investasi dalam bentuk saham akan tersaingi (Pratikno, 2009:53). Menurut Cahyono (2000:117) terdapat 2 penjelasan mengapa kenaikan suku

15

Jurnal Kompilek Vol 4 No 1 Juni 2012

bunga dapat mendorong harga saham ke bawah. Pertama, kenaikan suku bunga mengubah peta hasil investasi. Kedua, kenaikan suku bunga akan mendorong laba perusahaan. Dalam paradigma yang dianut, jumlah uang primer (uang kartal + uang giral di BI) yang berlebihan dapat mengurangi kestabilan nilai Rupiah. SBI diterbitkan dan dijual oleh BI untuk mengurangi kelebihan uang primer tersebut. F. Pengembangan Hipotesis Penelitian 1. Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI terhadap IHSG Dalam melakukan investasi investor akan memikirkan tingkat keuntungan dan resiko yang akan diterima. Dalam hal ini investor akan mendapatkan perubahan suku bunga yang mempengaruhi harga saham secara terbalik. Suku bunga yang tinggi akan membuat investor lebih memilih menanamkan modalnya pada deposito di bank, tapsi sebaliknya jika suku bunga turun maka investor akan lebih memilih ke bursa efek kaarena tingkat return yang dijanjikan lebih tinggi. Menurut Sunariyah (2006:22) menyatakan bahwa “meningkatnya tingkat suku bunga akan meningkatkan harga capital sehingga memperbesar biaya perusahaan, sehingga terjadi perpindahan investasi dari saham ke deposito atau fixed investasi lainnya. Apabila faktor-faktor lain di anggap tetap (cateris paribus) profitabilitas perusahaan akan menurun. Tingkat suku bunga yang tinggi adalah signal negatif bagi harga saham”. Berdasarkan pendapat di atas maka rumusan hipotesisnya adalah (H1): ada pengaruh negatif yang signifikan antara tingkat suku bunga terhadap indeks harga saham gabungan. 2. Pengaruh Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) terhadap IHSG Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) adalah indeks utama pada bursa saham New York, Amerika Serikat yang merupakan salah satu indeks dengan kapitalisasi terbesar di dunia. Sedangkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah gabungan harga saham perusahaan emiten yang bertransaksi di Bursa Efek Indonesia yang merupakan nilai untuk mengukur kinerja gabungan seluruh saham yang tercatat di bursa efek. Dengan semakin terintegrasinya perekonomian global dan menyatunya pasar uang beberapa negara dalam wilayah yang berdekatan, ketergantungan ekonomi suatu negara pada ekonomi dunia juga

semakin besar. Mansur (2005) menjelaskan bahwa pasar modal Indonesia melalui bursa efek Indonesia merupakan bagian tidak terpisahkan dari kegiatan bursa saham global. Selain itu biasanya untuk bursabursa saham yang berdekatan lokasinya, seringkali memiliki investor yang sama. Fenomena yang terjadi karena globalisasi serta Indonesia sebagai anggota World Trade Organization telah membuka bursa saham bagi invetor asing yang berinvestasi diseluruh dunia. Oleh karena itu, perubahan di satu bursa juga akan ditransmisikan ke bursa negara lain. Dalam hal ini, biasanya bursa yang lebih besar akan mempengaruhi bursa yang lebih kecil. Karenanya IHSG juga sangat dipengaruhi oleh indeks harga saham global yang diproksikan dengan indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA). Hal ini didukung oleh Mansur (2005) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa, indeks Dow Jones Industrial Average berpengaruh secara siginfikan terhadap IHSG. Penelitian Pasaribu & Manurung mendukung penelitian Mansur yang menyimpulkan bahwa indeks DJIA berpengaruh siginfikan terhadap IHSG. Penurunan Indeks Dow Jones Industrial Average memberikan sentimen negatif terhadap harga saham meskipun keadaan fundamental di dalam negeri stabil. Hal ini dipicu oleh kekhawatiran investor akan terjadinya resesi perekonomian AS yang akan berdampak terhadap perekonomian dunia, kekhawatiran pasar inilah yang mengubah tren bursa menjadi bearish atau cenderung melemah. Melemahnya Indeks Dow Jones Industial Average memberikan pengaruh terhadap harga saham. Berdasarkan pendapat di atas maka rumusan hipotesisnya adalah (H2): ada pengaruh positif yang signifikan Indeks Dow Jones Industrial Average terhadap indeks harga saham gabungan. 3. Pengaruh Indeks Hang Seng (HSI) terhadap IHSG Indeks Hang Seng (disingkat: HSI) adalah indeks terbesar dan sudah maju di kawasan Asia yang terdiri dari 33 saham terlikuid dan terbesar, di mana ke-33 saham tersebut mewakili 65% dari kapitalisasi pasar dari Bursa Saham Hong Kong. Indeks Hang Seng merupakan sebuah indeks untuk mendata dan memonitor perubahan harian dari perusahaan-perusahaan terbesar di pasar saham dan sebagai indikator utama dari performa pasar di Hong Kong. Pasar modal Indonesia melalui Bursa Efek Indonesia merupakan bagian tak terpisahkan dari kegiatan bursa saham

16

Jurnal Kompilek Vol 4 No 1 Juni 2012

global. Selain itu biasanya untuk bursabursa saham yang berdekatan lokasinya, seringkali memiliki investor yang sama. Bursa saham di Asia yang besar dan berdekatan secara geografis dengan perbedaan waktu 1 jam adalah bursa saham Hang Seng di Hong Kong. Pergerakan indeks Hang Seng dapat mempengaruhi IHSG karena keduanya memiliki persamaan. Frensidy (2009:6) menjelaskan bahwa perhitungan indeks Hang Seng adalah berdasarkan nilai, sama seperti IHSG. Selain itu indeks Hang Seng lebih mendekati pergerakan IHSG karena sifat bearish. Penelitian Frensidy (2009) mendukung bahwa, indeks Hang Seng berpengaruh signifikan terhadap IHSG. Berdasarkan pendapat di atas maka rumusan hipotesisnya adalah (H3): ada pengaruh positif yang signifikan indeks Hang Seng terhadap indeks harga saham gabungan. III. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian hubungan kausal (causal effect), dimana menurut Hasan (2002:33) bahwa desain kausal berguna untuk menganalisis hubunan-hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya. Model dan teknik analisis menggunakan regresi linier berganda dengan pendekatan residual. Adapun sifat hubungan antara variabel adalah sebagai berikut: Populasi dalam penelitian ini adalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan sampel yang diambil adalah Indeks Saham Harga Gabungan (IHSG) pada tahun 20072009. Penellitian ini menggunakan data sekunder yaitu data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data serta dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data. Data dalam penelitian ini dapat diperoleh dari website Bank Indonesia, Bloomberg.com, finance.yahoo.com, dan website lainnya mengenai pasar modal. Data meliputi data indeks harga saham gabungan (IHSG), tingkat suku bunga SBI, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA)j dan Indeks Hang Seng. Semua data variabel tersebut berbentuk data bulanan periode 20072009. Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan cara dokumentasi, yaitu pengumpulan data dilakukan dengan kategori dan klasifikasi data-data tertulis yang berhubungan dengan masalah penelitian baik dari sumber dokumen/ buku-buku, koran, majalah, jurnal ilmiah, website, dan lain-lain.

IV. HASIL DAN ANALISIS PENGUJIAN A. Deskripsi Variabel 1. Suku Bunga SBI Data Tingkat Suku Bunga SBI diambil mulai bulan Januari 2007 sampai dengan Desember 2009. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa pada akhir tahun 2008 terjadi krisis di Amerika Serikat yang berpengaruh terhadap keadaan ekonomi global. Hal iniah yang menjadi pemicu gejolak ekonomi di dunia. Berikut perkembangan SBI tahun 2007 s/d tahun 2009.

Gambar 1. Perkembang tingkat suku bunga SBI Tahun 2007 s/d 2009

Berdasarkan gambar 1 di atas dapat dilihat bahwa selama tahun 2007 hingga pertengahan tahun 2008 tingkat suku bunga mengalami penurunan yang cukup signifikan yaitu dari 9,50% menjadi 8,00%, namun pada akhir tahun 2008 terjadi kenaikan yang cukup signifikan yaitu dari 7,99% menjadi 11,24%. Selanjutnya pada akhir tahun 2009 terjadi penurunan yang cukup signifikan, dengan titik terendah pada kisaran 6,46%. 2. Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) Dow Jones Industrial Average (DJIA) adalah salah satu indeks pasar saham yang didirikan oleh editor The Wall Street Journal dan pendiri Dow Jones & Company Charles Dow. Dow membuat indeks ini sebagai suatu cara untuk mengukur performa komponen industri di pasar saham Amerika. Saat ini DJIA merupakan indeks pasar AS tertua yang masih berjalan. Dalam penelitian ini digunakan data indeks bulanan DJIA, berikut perkembangan DJIA tahun 2007 s/d 2009 disajikan pada gambar 2:

17

Jurnal Kompilek Vol 4 No 1 Juni 2012

B. Analisis Data 1. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Uji normalitas ini dilakukan dengan tujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi variabel dependen dan variabel independen mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Gambar 2. Perkembangan Indeks Dow Jones Industrial Average tahun 2007 s/d 2009

3. Indeks Hang Seng (HSI) Hang Seng Index (HSI), sebagai barometer terkemuka dari harga saham "blue-chip" di Hongkong, adalah salah satu indeks terkenal di kawasan Asia. Dalam penelitian ini digunakan data indeks bulanan Hang Seng, berikut perkembangan Indeks Hang Seng tahun 2007 s/d 2009:

Gambar 3. Perkembangan Seng tahun 2007 s/d 2009

Indeks

Hang

4. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indeks harga saham gabungan (composite stock price indeks = CSPI) merupakan indeks gabungan dari seluruh jenis saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia yang merupakan nilai untuk mengukkur kinerja gabungan seluruh saham yang tercatat di bursa efek. Dalam penelitian ini digunakan data indeks bulanan IHSG, berikut perkembangan IHSG tahun 2007 s/d 2009:

Gambar 4. Perkembangan Indeks Harga Sham Gabungan (IHSG) tahun 2007 s/d 2009

Gambar 5. Uji Normalitas

Dari gambar 4.5, terlihat titik-titik menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal yang berarti bahwa model regresi terdistribusi normal. dengan demikian model regresi layak digunakan untuk memprediksi IHSG berdasarkan masukan variabel tingkat suku bunga SBI, DJIA dan indeks Hang Seng. b. Uji Multikolinearitas Multikolinieritas artinya ada hubungan linier yang sempurna diantara beberapa atau semua variabel independen. Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi atas variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya bebas multikolinearitas atau tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Untuk mengetahui apakah terjadi multikolinieritas dapat dilihat dari besarnya angka VIF seperti terlihat pada Tabel 1. Tabel 1. Uji Multikolinearitas

Kriteria yang digunakan mengacu pada Ghozali (2005: 92) maka tidak terdapat multikolinieritas pada model saham penelitian ini, yang ditunjukkan dengan

18

Jurnal Kompilek Vol 4 No 1 Juni 2012

nilai VIF kurang dari 10 dan tolerance lebih dari 0,1 sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi IHSG di BEI. c. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Penyimpangan autokorelasi dalam penelitian ini diuji dengan uji Durbin Watson (DW-test). Hasil regresi dengan level of significant 0,05 (α=0,05) dengan sejumlah variabel bebas (k=3) dan banyaknya data (n=36).

diprediksi dan sumbu X adalah residual (Y prediksi -Y sesungguhnya) yang telah distudentized seperti dalam Gambar 6. Dari grafik scatterplot tersebut di bawah, terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak dan tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi IHSG.

Tabel 2. Uji Autokorelasi

Diketahui dar tabel 2 di atas, bahwa nilai DW sebesar 1,667. Untuk sampel dengan jumlah 36 (n=36) dan 3 variabel indepnden (k = 3), maka nilai dL sebesar

Gambar 6. Uji Heteroskedasitas

Tabel 3. Hasil Perhitungan Regresi

1,295 dan dU sebesar 1,654 pada probabilitas 0,05. Sehingga dapat diketahui bahwa dU (1.654) < (1667) < 4-dU (2,333). Berdasarkan kriteria pengambilan keputusan, maka dapat disimpulkan bahwa idak terjadi gejala autokorelasi positif atau negatif. d. Uji Heteroskedastisitas Untuk menentukan heteroskedastisitas dalam penelitian ini dilakukan dengan cara melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah yang

2. Analisis Regresi Estimasi untuk mengetahui pengaruh variabel bebas (independent variable) terhadap variabel terikat (dependent variable) dilakukan dengan menggunakan model regresi linier berganda. Analisis ini digunakan untuk menghitung besarnya pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI , Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) dan Indeks Hang Seng (HSI) terhadap IHSG di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan pembatasan masalah dan hipotesis yang telah dikemukakan sebelumnya maka diperoleh hasil pengolahan data dengan paket program komputer statistik SPSS 16

19

Jurnal Kompilek Vol 4 No 1 Juni 2012

Tabel 4. Hasil Perhitungan Regresi

yang tampak pada tabel 3 di hal sebelumnya. Berdasarkan tabel 3 diperoleh model persamaan regresi linier berganda sebagai berikut: Y = 1615,875 - 130,866 X1 +0,003X2 + 0,075X3+ ε Dimana: Y : IHSG (Indeks harga Saham Gabungan) X1 : Tingkat Suku Bunga SBI X2 : Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) X3 : Indeks Hang Seng (HSI) Ε : disturbance error (faktor pengganggu/residual) Berdasarkan dari model regresi tersebut diperoleh kesimpulan bahwa: 1. Konstanta sebesar 1615,875. Hal ini berarti bahwa tanpa adanya rasio Tingkat Suku Bunga SBI, Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) dan Indeks Hang Seng (HSI) akan terjadi perubahan IHSG sebesar1615,875. 2. Koefisien regresi variabel Tingkat Suku Bunga SBI sebesar 130,866 dan bertanda negatife, hal ini berarti bahwa setiap perubahan Tingkat Suku Bunga SBI satu persen dengan asumsi variabel lainnya tetap maka perubahan IHSG akan mengalami perubahan sebesar 130,866 % dengan arah yang berlawanan. 3. Koefisien regresi variabel Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) sebesar 0,003 dan bertanda positif, hal ini berarti bahwa setiap perubahan Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) satu persen dengan asumsi variabel lainnya tetap, maka perubahan IHSG akan mengalami perubahan sebesar 0,003% dengan arah yang sama. 4. Koefisien regresi variabel Indeks Hang Seng (HSI) sebesar 0,075 dan bertanda positif, hal ini berarti bahwa setiap Indeks Hang Seng (HSI) satu persen dengan asumsi variabel lainnya tetap maka perubahan IHSG akan mengalami perubahan sebesar 0,075% dengan arah yang sama.

C. Pengujian Hipotesis 1. Uji Parsial (nilai t) Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing atau secara parsial variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y). Sebagaimana yang telah dirumuskan pada bab sebelumnya, bahwa pengujian secara parsial dilakukan dengan membandingkan nilai t- hitung dengan nilai t- tabel. Selain itu juga dapat diketahui dengan melihat signifikansi, yaitu signifikansi t ≤ 0,05 maka Ha diterima dan signifikansi t ≥ 0,05 maka Ha ditolak. Berdasarkan output SPSS 16 nampak bahwa pengaruh secara simulatan variabel independen ( Tingkat Suku Bunga SBI, Indeks Dow Jones dan Indeks Hang Seng) terhadap IHSG seperti ditunjukkan pada Tabel 4. Berdasarkan hasil estimasi diperoleh nilai t- hitung variabel probabilitas pada Tingkat Suku Bunga SBI sebesar 0,00<0,05 dengan nilai negatife, sehingga menolak H0 dan menerima Ha. hal ini berarti bahwa variasi variabel Tingkat Suku Bunga SBI secara parsial mempunyai pengaruh negatife yang signifikan terhadap IHSG di Bursa Efek Indonesia, sehingga hipotesis 1 yang menyatakan “ada pengaruh negatife yang signifikan antara tingkat suku bunga SBI terhadap Indeks Harga Saham Gabungan” diterima. Berdasarkan hasil estmasi diperoleh nilai t- hitung variabel probabilitas pada indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) sebesar 0,919>0,05 dengan nilai positif, sehingga menerima H0 dan menolak Ha. Hal ini berarti bahwa variasi variabel indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) secara parsial tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap IHSG di Bursa Efek Indonesia, sehingga hipotesis 2 yang menyatakan “ada pengaruh yang signifikan indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) terhadap Indeks Harga Saham Gabungan” ditolak. Berdasarkan hasil estmasi diperoleh nilai t- hitung variabel probabilitas pada sebesar 0,000<0,05 dengan nilai positif,

20

Jurnal Kompilek Vol 4 No 1 Juni 2012

sehingga menolak H0 dan menerima Ha. Hal ini berarti bahwa variasi variabel Indeks Hang Seng secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap IHSG di Bursa Efek Indonesia, sehingga hipotesis 3 yang menyatakan “ ada pengaruh yang signifikan antara indeks Hang Seng (HSI)s terhadap Indeks Harga Saham Gabungan” diterima. 2. Uji Simultan (nilai F) Pengujian ini bertujuan untuk melihat apakah variabel independen secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Pengujian hipotesis dengan uji f dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 5. Hasil Perhitungan Regresi

Dari hasil uji simultan yang dilakukan melihat signifikansi secara bersama-sama variabel bebas dalam mempengaruhi variabel terikat. Dari estimasi tersebut diperoleh nilai f-statistik sebesar 101,708 dengan tingkat signifikan 0,000 (sig. < 0,05) sehingga H0 ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti secara simultan (SBI, Indeks Dow Jones, dan Indeks Hang Seng) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap IHSG . 3. Koefisien Determinasi R2 Berdasarkan output SPSS 16 nampak bahwa pengaruh secara simultan variabel independen ( Tingkat Suku Bunga SBI, Indeks Dow Jones dan Indeks Hang Seng) terhadap IHSG seperti ditunjukkan pada Tabel 4.10. Tabel 6. Hasil Perhitungan Regresi

Koefisien determinasi digunakan untuk melihat berapa % dari variabel dependen (IHSG) dijelaskan oleh dari variabel independen (Tingkat Suku Bunga SBI, Indeks Dow Jones dan Indeks Hang Seng).

Nilai koefisien determinasi (Adjusted R²) sebesar 0,896 berarti variabel Tingkat Suku Bunga SBI, Indeks Dow Jones dan Indeks Hang Seng dalam menjelaskan variabel IHSG adalah sebesar 89,6 % dan sisanya 10,4 % dijelaskan oleh faktor lain yang tidak diteliti. Nilai Adjusted R² untuk IHSG yang besar akan membuat model regresi semakin tepat dalam memprediksi IHSG di Bursa Efek Indonesia. D. ANALISIS PENGUJIAN 1. Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Indeks Dow Jones Industrial Average dan Indeks Hang Seng secara simultan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2009 Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa Tingkat Suku Bunga SBI, Indeks Dow Jones Industrial Average dan Indeks Hang Seng secara simultan berpengaruh secara signifikan terhadap IHSG. Dari estimasi tersebut diperoleh nilai f-statistik sebesar 101.708 dengan tingkat signifikan 0,000 (sig. < 0,05) dengan tingkat kepercayaan 89,6% (α=5%), sehingga H0 ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti secara simultan (Tingkat Suku Bunga SBI, Indeks Dow Jones, dan Indeks Hang Seng) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap IHSG . Dengan demikian Hipotesis 1 yang menyatakan “Diduga bahwa Tingkat Suku Bunga SBI, Indeks Dow Jones, dan Indeks Hang Seng secara simultan mempunyai pengaruh signifikan terhadap IHSG (Y) di Bursa Efek Jakarta tahun 2007-2009” diterima. Selain itu, naiknya suku bunga SBI dan suku bunga deposito yang ditawarkan sektor perbankan, diperkirakan juga telah merubah portolio investasi di kalangan para investor. Yaitu dengan mengalihkan sebagian dananya dari pasar modal ke deposito atau obligasi. Keadaan ini menunjukkan bahwa penggabungan variabel Tingkat Suku Bunga SBI, Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) dan Indeks Hang Seng (HSI) relevan digunakan untuk memprediksi IHSG di masa yang akan datang. Nilai koefisien determinasi (Adjusted R2) sebesar 0,896 juga menunjukkan bahwa kontribusi Nilai Tukar Tingkat Suku Bunga SBI, Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) dan Indeks Hang Seng (HSI) dalam menjelaskan variansi IHSG sebesar 89,6 % dan sisanya 10,4 % dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti. Meskipun hasil tersebut bertolak belakang dengan Pasaribu & Manurung yang menyimpulkan bahwa Indikator ekonomi domestik seperti, inflasi, tingkat suku bunga SBI dan kurs tidak

21

Jurnal Kompilek Vol 4 No 1 Juni 2012

berpengaruh terhadap IHSG. Hal ini dikarenakan Pasaribu & Manurung menggunakan variabel bebas ekonomi makro dalam negeri dan pengaruh faktor luar negeri , yang hasilnya pengaruh faktor luar negeri lebih dominan terhadap IHSG saat penelitian dilakukan, sehingga variabel domestik menjadi kurang berpengaruh atau tidak signifikan. 2. Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI secara parsial terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2009 Hasil penelitian menunjukkan hubungan Tingkat Suku Bunga SBI dengan IHSG adalah negatif dan signifikan dengan nilai koefisien sebesar -130.866 di mana setiap kenaikan 1% Tingkat Suku Bunga SBI akan menyebabkan penurunan IHSG sebesar 130.866 poin, cateris paribus, dengan tingkat signifikasi 0,000 (sig. < 0,05). Signifikanya hubungan antara SBI dengan IHSG menunjukkan bahwa para investor sangat memperhatikan Tingkat Suku Bunga SBI jika hendak berinvestasi di pasar modal. SBI adalah surat berharga dalam mata uang Rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek. Sebagai otoritas moneter, BI berkewajiban memelihara kestabilan nilai Rupiah. Dalam paradigma yang dianut, jumlah uang primer (uang kartal + uang giral di BI) yang berlebihan dapat mengurangi kestabilan nilai Rupiah. SBI diterbitkan dan dijual oleh BI untuk mengurangi kelebihan uang primer tersebut. Kenaikan tingkat suku bunga berpengaruh negatife terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Hal ini dapat terjadi karena ketika suku bunga bank naik investor lebih tertarik investasi di bank dengan return yang lebih tinggi dari pada yang ditawarkan oleh saham. Karena return yang ditawarkan oleh saham lebih kecil dari bank , otomatis investor lari ke hal yang lebih besar dan pasti yaitu bunga bank, akibatnya demand saham rendah sehingga harga saham cenderung turun. Dan sebaliknya, apabila tingkat suku bunga turun maka harga saham naik karena permintaan akan saham meningkat karena investor lebih suka terhadap return yang lebih besar. Hasil penelitian ini didukung oleh Pratikno (2009) yang mengatakan bahwa peningkatan SBI disebabkan pemerintah mengendalikan jumlah uang beredar dan inflasi yang terjadi. Dalam kondisi yang krisis jumlah inflasi yang tinggi mendorong permintaan masyarakat akan uang semakin

banyak dan jumlah uang beredar juga makin banyak di masyarakat, untuk itu perlu peningkatan terhadap Sertifikat Suku Bunga Bank Indonesia sehingga jumlah uang beredar akan semakin menurun. Maka hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Octavia (2007) yang mendukung bahwa Tingkat Suku Bunga SBI berpegaruh negatif signifkan terhadap IHSG. Hal ini dapat dijelaskan bahwa Kenaikan tingkat suku bunga dapat menurunkan harga saham dan sebaliknya penurunan Tingkat Suku Bunga SBI akan menaikkan harga saham karena investor lebih tertarik dengan return yang lebih besar. Hasil penelitian tersebut tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Mansur (2009) yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif signifikan variabel Tingkat Suku Bunga SBI terhadap IHSG. Hasil penelitian ini juga tidak sesuai dengan penelitian Permana (2009) yang menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh negatif signifikan variabel Tingkat Suku Bunga SBI terhadap IHSG. yaitu tahun 2000 sampai tahun 2002 terjadi banyak sentimen diluar variabel yang diteliti. Faktor sentimen tersebut berasal dari situasi politik, ekonomi dan keamanan dalam negeri serta faktor kebijakankebijakan investasi. Tren kenaikan suku bunga ini bukan hanya terjadi di Indonesia, melainkan juga telah menjadi tren global. Amerika Serikat melalui The Fed telah menaikan suku bunganya ke level 2,75%. Selain itu, China juga yang selama ini konservatif dalam penetapan tingkat suku bunga, telah menaikan tingkat suku bunganya dalam 9 tahun terakhir untuk meredam memanasnya perekonomiannya. Berdasarkan hal itu pemerintah melalui kebijakan moneter menaikkan Suku Bunga SBI, tingkat suku bunga mengalami tren naik sehubungan dengan ancaman inflasi yang melanda dunia. Kenaikan harga minyak mentah, memanasnya perekonomian China serta defisit anggaran Amerika Serikat yang semakin parah disinyalir menjadi penyebab utama inflasi. 3.

Pengaruh Indeks Dow Jones Industrial Average secara parsial terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2009 Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa Indeks Dow Jones memiliki hubungasn yang positif dan tidak signifikan terhadap IHSG dengan tingkat signifikansi 0.919 (sig. < 0,05) dan nilai koefisien sebesar 0.003. hal ini berarti setiap

22

Jurnal Kompilek Vol 4 No 1 Juni 2012

peningkatan indeks Dow Jones sebesar 1 % akan diikuti oleh peningkatan IHSG sebesar 0.003 poin, cateris paribus. Berdasarkan hasil koefisien regresi tersebut diketahui nilai positif yang mengandung arti bahwa setiap peningkatan Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) maka IHSG juga akan meningkat, kemudian tidak signifikannya Dow Jones terhadap IHSG menunjukkan presentase peningkatan terhadap Dow Jones akan menghasilkan persentase penambahan IHSG yang lebih kecil. Hasil penelitian tersebut tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Maulino (2009) dan Pasaribu & Manurung yang menyatakan bahwa indeks Dow Jones berpengaruh negatif signifikan terhadap IHSG. Namun penelitian ini didukung Mansur (2005) yang menyatakan bahwa Indeks Dow Jones berpengaruh positif tidak signinifikan terhadap pergerakan IHSG. Penelitian yang dilakukan oleh Mansur (2005) menyimpulkan bahwa dari 7 indeks yang diteliti hanya 4 indeks yang berpengaruh signifikan diantaranya bursa di Korea, Tokyo, Taiwan dan Australia. Dilihat dari koefisien regresinya, pengaruh Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) tidak berpengaruh signifikan terhadap IHSG. Hal ini dikarenakan adanya berbagai faktor diantaranya: a. Bursa saham di New York-AS yang diwakili DJIA berbeda hingga 12 jam dengan Indeks Harga Saham Gabungan. Tidak signifikannya DJIA terhadap IHSG dalam penelitian ini salah satunya karena perbedaan waktu yang terpaut 12 jam antara New York dan Indonesia. Berbeda dengan Indeks Hang Seng yang hanya terpaut 1 jam dengan IHSG oleh karena itu, Indeks Hang Seng berpengaruh signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. Hal ini karena bursa-bursa saham yang berdekatan lokasinya, seringkali memiliki investor yang sama. Sehingga apabila terjadi pergerakan Indeks saham di bursa lain IHSG ikut berubah.bursa saham di Asia yang besar dan berdekatan secara geografis dengan Indonesia adalah Indeks Hang Seng yang hanya terpaut waktu 1 jam dibanding Indeks Dow Jones di AS yang memiliki perbedaaan waktu yang sangat lama terhadap Indonesia. b. Penghitungan indeks Harga Saham Gabungan menggunakan seluruh populasi berbeda dengan DJIA yang dihitung dari sampel sebanyak 30 saham perusahaan yang menjadi pemimpin pasar di industrinya

Perbedaan perhitungan juga menyebabkan tidak signifikannya DJIA terhadap IHSG, yang mana perhitungan Indeks Dow Jones Industrial Average berdasarkan harga sedangkan IHSG berdasarkan nilai. IHSG merupakan nilai representatif atas rata-rata harga seluruh saham di BEI berdasarkan jumlah saham tercatat. Itulah kenapa disebut sebagai weightened average nilai harga rata-rata terhadap bobot atau jumlah saham. Sedangkan DJIA menggunakan metode average Penghitungannya mirip dengan metode weightened average hanya saja tidak memasukkan bobot atau jumlah saham tercatat dalam penghitungan. Metode ini dipakai oleh indeks saham industri Dow Jones (Dow Jones Industrial Average/DJIA). Alasan indeks ini tidak memasukkan bobot sebagai pengali harga saham karena DJIA merupakan indeks 30 saham terpilih di bursa New York. Sebanyak 30 saham yang masuk dalam DJIA diasumsikan telah memiliki bobot yang setara, sehingga penghitungan bobot dianggap tidak perlu lagi. Sebagai catatan, 30 saham ini boleh dibilang mewakili setiap industri di Amerika Serikat (AS) dan memiliki likuiditas transaksi yang tinggi. Kelemahan penghitungan Weightened Average adalah karena rumus ini memasukkan saham-saham yang kurang aktif diperdagangkan serta memasukkan faktor bobot atau jumlah saham secara keseluruhan dalam penghitungannya Dan metode ini ikut memasukkan saham-saham yang kurang aktif diperdagangkan, malah terkadang tergolong saham tidur. Ini akan memangkas representasi pasar IHSG secara riil, karena saham-saham yang tidak ditransaksikan ikut dimasukkan dalam penghitungannya. Pergerakan IHSG tidak selalu disebabkan oleh pergerakan DJIA, tetapi dapat juga dipengaruhi oleh mekanisme pasar atau The Invisible Mechanism ataupun kebijakan moneter yang diambil oleh pemerintah dan kestabilan ekonomi suatu negara. Sehingga kesimpulannya, jika tidak ada isu–isu fundamental yang istimewa di dalam negeri, maka pergerakan IHSG akan cenderung mengikuti pergerakan indeks bursa global, dan sebaliknya. Untuk saat ini, kondisi fundamental ekonomi di Indonesia masih cukup kuat, sehingga beberapa kali berhasil menangkis sentimen negatif dari pergerakan bursa saham asing belakangan ini.

23

Jurnal Kompilek Vol 4 No 1 Juni 2012

4. Pengaruh Indeks Hang Seng secara parsial terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2009 Hasil penelitian menunjukkan hubungan Indeks Hang Seng dengan IHSG adalah positif dan signifikan dengan nilai koefisien sebesar 0.075 di mana setiap kenaikan 1% Indeks Hang Seng akan menyebabkan kenaikan IHSG sebesar 0.075 bps, cateris paribus dengan tingkat signifikansi 0,000 (sig. < 0,05). Signifikannya hubungan antara Indeks Hang Seng dengan IHSG menunjukkan bahwa para investor sangat memperhatikan Indeks regional yaitu indeks Hang Seng jika hendak berinvestasi di pasar modal. Berdasarkan hasil koefisien regresi tersebut diketahui nilai positif yang mengandung arti bahwa setiap peningkatan Indeks Hang Seng (HSI) maka IHSG juga akan meningkat, kemudian signifikannya Indeks Hang Seng terhadap IHSG menunjukkan presentase peningkatan terhadap Indeks Hang Seng akan menghasilkan persentase penambahan IHSG yang lebih besar. Dilihat dari koefisien regresinya, pengaruh Indeks Hang Seng terhadap IHSG lebih besar dibandingkan Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA). Hal ini dikarenakan pasar modal Indonesia melalui Bursa Efek Indonesia merupakan bagian tidak terpisahkan dari kegiatan bursa saham regional. Selain itu, biasanya untuk bursa-bursa saham yang berdekatan lokasinya, seringkali memiliki investor yang sama. Sehingga apabila terjadi pergerakan Indeks saham di bursa lain IHSG ikut berubah. Bursa saham di Asia yang besar dan berdekatan secara geografis dengan Indonesia adalah Indeks Hang Seng yang hanya terpaut waktu 1 jam dibanding Indeks Dow Jones di AS yang memili perbedaaan waktu yang sangat lama terhadap Indonesia. Pasar modal Indonesia melalui Bursa Efek Indonesia merupakan bagian tak terpisahkan dari kegiatan bursa saham global. Selain itu biasanya untuk bursabursa saham yang berdekatan lokasinya, seringkali memiliki investor yang sama. Bursa saham di Asia yang besar dan berdekatan secara geografis dengan perbedaan waktu 1 jam adalah bursa saham Hang Seng di Hong Kong. Pergerakan indeks Hang Seng dapat mempengaruhi IHSG karena keduanya memiliki persamaan. Frensidy (2009:6) menjelaskan bahwa perhitungan indeks Hang Seng adalah berdasarkan nilai, sama seperti IHSG. Selain itu indeks Hang Seng lebih mendekati pergerakan IHSG karena

sifat bearish. Penelitian Frensidy (2009) mendukung bahwa, indeks Hang Seng berpengaruh signifikan terhadap IHSG. Hal ini juga didukung oleh Mansur (2005) yang menjelaskan bahwa era globalisasi serta Indonesia sebagai anggota World Trade Organization telah membuka bursa saham bagi investor asingyanng berinvestasi diseluruh dunia. Oleh karena itu, perubahan di satu bursa juga kan ditransmisikan ke bursa Negara lain. Walaupun peranan investor domestik semakkin meningkat akan tetapi terdapat kebiasaan dari investor domestic untuk melakukan strategi “mengekor” pada investor asing atau setidaknya investor domesstik menggunakan perilaku investor asing sebagai acuan. Jadi dapat disimpulkan bahwa pergerakan Indeks Hang Seng kan berpengaruh dengan cepat terhadap IHSG, karena Indeks Hang Seng secara geogafis mempunyai jarak yang lebih dekat dan mempunyai perbedaan waktu yang paling sedikkit yaitu hanya 1 jam. Selain itu, pergerakan indeks Hang Seng lebih besar mempengaruhi IHSG karena mempunyai persamaan perhitungan indeks menggunakan seluruh populasi perusahaan yang terdaftar di bursa. V. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka kesimpulan yang dapat diambil sebagai berikut: 1. Secara simultan ada pengaruh yang sangat signifikan antara Tingkat Suku Bunga SBI, Indeks Dow Jones dan Indeks Hang Seng terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Jakarta periode 2007-2009. Hal ini ditunjukkan dari besarnya signifikansi sebesar 0,000. 2. Secara parsial ada pengaruh yang sangat signifikan antara Tingkat Suku Bunga SBI terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Jakarta periode 2007-2009. Hal ini ditunjukkan dari besarnya signifikansi sebesar 0,000. 3. Secara parsial ada pengaruh tidak signifikan antara Indeks Dow Jones terhadap indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Jakarta periode 2007-2009. Hal ini ditunjukkan dari besarnya signifikansi sebesar 0,919. 4. Secara parsial ada pengaruh yang sangat signifikan antara Indeks Hang Seng terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Jakarta periode 2007-2009. Hal ini ditunjukkan dari besarnya signifikansi sebesar 0,000.

24

Jurnal Kompilek Vol 4 No 1 Juni 2012

5. Nilai koefisien determinasi (Adjusted R²) sebesar 0,896, berarti variasi variabel Tingkat Suku Bunga SBI, Indeks Dow Jones dan Indeks Hang Seng dalam menjelaskan variasi variabel IHSG adalah sebesar 89,6 % dan sisanya 19,4 % dijelaskan oleh faktor lain yang tidak diteliti.

DAFTAR REFERENSI Anoraga, P. 2003. Pengantar Pasar Modal. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

2. Saran Berdasarkan hasil penelitian ini maka saran – saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut: 1. Bagi investor Investor hendaknya juga memperhatikan faktor - faktor non ekonomis (politik, hukum, keamanan) sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi indeks harga saham gabungan di Indonesia. Selain itu, Investor sebaiknya juga memperhatikan informasi-informasi mengenai Tingkat Suku Bunga SBI, dan mencermati pergerakan perdagangan awal Indeks bursa regional sebelum perdagngan di BEI dimulai, sehingga investor tidak salah dalam mengambil keputusan sehubungan dengan investasinya dalam hal jual beli saham.. 2. Bagi perusahaan Bagi perusahaaan sebaiknya sebelum melakukan kebijakan seperti ekspor atau impor, harus mengkaji terlebih dahulu faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya beban perusahaan sehingga, dalam pelaksanaannya nanti manajemen perusahaan dapat mengambil kebijakan dalam rangka menarik investor di pasar modal. 3. Bagi peneliti selanjutnya a. Untuk penelitian lebih lanjut diharapkan menggunakan jangka waktu yang lebih panjang di luar tahun krisis sehingga keakuratan pengujiandapat ditingkatkan. b. Menambah sampel penelitian selain Tingkat suku bunga SBI, Indeks DJIA dan Indeks Hang Seng yang termasuk dalam factor yang dapat mempengaruhi IHSG. misalnya faktor ekonomi makro domestik, kurs rupiah serta faktor perekonomian global atau regional.

Cahyono, Jaka E. 2000. Strategi dan Teknik Meraih Untung di Bursa Saham. Jilid 1. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Boediono. 2000. Ekonomi Moneter. Edisi 3 Yogyakarta: BPFE UGM

Frensidy, Budi. 2009. Analisis Pengaruh Aksi Jual-Beli Asing, Kurs, dan Indeks Hang Seng Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Jakarta dengan Model GARCH. Ghozali, Imam. 2007. Aplikasi Analisiis Multivariate dengan program SPSS. Semarang: Badan penerbit Universitas Diponegoro. Hartono, Jogiyanto. 2009. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi ke Enam. Yogyakarta: BPFE Mankiw, G. 2005. Teori Makroekonomi. Jakarta: Salemba Empat Mansur, M. 2005. Pengaruh Indeks Bursa Global terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Bursa Efek Jakarta (BEJ) Periode tahun 2000-2002. Sosiohumaniora: Vol. 7, no. 3 Mansur, M. 2009. Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI dan Kurs Dolar AS Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Bursa Efek Jakarta Periode Tahun 2000-2002. Research Days, Faculty of EconomicsPadjadjaran University Bandung: 19. Maulino, Deddy A. 2009. Analisis Faktorfaktor yang mempengaruhi pergerakan indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia. Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas GunadarmPasaribu & Manurung. Pengaruh Variabel Makroekonomi terhadap IHSG. Nopirin. 2000. Ekonomi Modeter. Buku II. Edisi ke 1. Cetakan Kesepuluh. Yogyakarta: BPFE UGM Ocktavia, Ana. 2007. Analisis Pengaruh Nilai Tukar Rupiah /Us$ dan Tingkat Suku Bunga SBI terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Jakarta. Skripsi. Semarang:

25

Jurnal Kompilek Vol 4 No 1 Juni 2012

Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang. Permana, Yogi. 2009. Pengaruh Fundamental Keuangan, Tingkat Bunga dan Tingkat Inflasi terhadap Pergerakan Harga Saham (Studi Kasus Perusahaan Semen yang Terdaftar di BEI). Jurusan Akuntansi Universitas Gunadarma.

_______, Dow Jones Industrial Average, (Online), (http://www.mahadanalearning.com/2nd/in dex.php/artikel/pasar-modal/Jones Industrial Average.html?start=3 diakses 13 Septemberi 2010).

Pratikno, Dedy. 2009. Analisis Pengaruh Nilai Tukar Rupiah, Inflasi, SBI, dan Indeks Dow Jones terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Tesis. Medan: Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara Medan. Samsul, Muhamad. 2006. Pasar Modal dan Manajemen Porofolio. Jakarta: Penerbit Erlanga. Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sunariyah. 2006. Pengantar Pengetahuan Paar Modal. Edisi ke-5. Yogyakarta: UPP-STIM YKPN Tandelilin, Eduardus. 2010. Portofoio dan Investasi. Edisi 1. Yogyakarta: Kanisius Universitas Negeri Malang. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Skripsi, Tesisi, Disertasi, Artikel, Makalah, Tugas Akhir, Laporan Penelitian (edisi Kelima). Malang: Biro Administrasi Akademik, Kemahasiswaan, Perencanaan, dan Sistem Informasi(BAAKPSI) bekerja sama dengan Penerbit Universitas Negeri Malang (UM PRESS) www.mahanalearning.com www.bemastertrader.com www. bi.go.id www.Finance/yahoo.com _______, Indeks Harga Saham Gabungan, (Online), (http://id.wikipedia.org/wiki/Indeks _Harga_Saham_Gabungan diakses 13 September 2010). _______, Hang Seng The Fast and Furious, (Online), (http://www.mahadanalearning.co m/2nd/index.php/artikel/pasarmodal/126-hang-seng-the-fastand-furious.html?start=3 diakses 13 Septemberi 2010).

26