ISSN 2087-4154
Jurnal Ilmu Kebidanan dan Kesehatan (Journal of Midwifery Science and Health) Vol. 5 , No. 2
Juli 2014
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGANKEJADIAN KETUBAN PECAH PADA IBU HAMILTRIMESTER III DI DESA GETAS KECAMATAN CEPU KABUPATEN BLORA Puji Hastuti, S.SiT,M.Kes dan Eko Juliyanti Nur Rahim Putri HUBUNGAN PEKERJAAN DAN PERILAKU IBU MENYUSUI TERHADAPKEPATUHAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI UMUR 0-6 BULAN DI DESA PUNDENREJOKECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI TAHUN 2012 Sri Hadi Sulistiyaningsih, S.Si.T., M.Kes. dan Aida Nur Azizah HUBUNGAN KUALITAS PEMENUHAN KONSUMSI TABLET FE DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI UPT PUSKESMAS SEDAN KABUPATEN REMBANG Siti Ni’amah, S.Si.T, M.Kes dan Niska Aprilia Widoningrum ANALISA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN KONSUMSI JAMU TRADISIONAL SAAT MENSTRUASI DENGAN DISMENORHEA PADA WANITA USIA REPRODUKSI DI DESA GLONGGONGKECAMATAN JAKENAN KABUPATEN PATI Irfana Tri Wijayanti, S.Si.T., M.Kes. dan Nita Adi Awan ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA UMUR 1-2 TAHUN YANG SUDAH MENDAPING MAKANAN PENDAMPING ASI DI DESA TEGALSAMBI KECAMATAN TAHUNANKABUPATEN JEPARA TAHUN 2012 Uswatun Kasanah, S.Si.T. dan Kurnia Fitri Setia Umi HUBUNGAN MOTIVASI SUAMI DENGAN KEPATUHAN IBU HAMIL TRIMESTER III DALAM KUNJUNGAN ANC DI DESA KEBEN KECAMATAN TAMBAKROMO KABUPATEN PATI. Yuli Irnawati, S.Si.T. dan Ririn Shophiyana
Diterbitkan oleh Akademi Kebidanan Bakti Utama Pati
Jurnal Kebidanan dan Kesehatan
Vol. 5 No. 2
Hal. 1-43
Pati Januari 2014
ISSN 2087-4154
Jurnal Ilmu Kebidanan dan Kesehatan (Journal of Midwifery Science and Health) Vol. 5, No. 2
Juli 2014
Susunan Dewan Redaksi Penanggung jawab (Chairman): Direktur Akbid Bakti Utama Pati Ketua (Editor in Chief) : Suparjo, S.Kp., M.Kes. Sekretaris (Secretary Editor) : Sri Hadi Sulistiyaningsih, S.Si.T., M.Kes. Anggota (Section Editors) : Siti Ni’amah, S.Si.T.,M.Kes dan Uswatun Kasanah, S.Si.T. Redaksi Teknis (Technical Editor): Irfana Tri Wijayanti, S.Si.T.,M.Kes Jurnal Ilmu Kebidanan dan Kesehatan terbit dua kali dalam setahun (Januari dan Juli)
Terbit pertama kali : Januari 2014 Administrasi dan Sekretariat : Khoirul Huda, S.Kom., Septi Diyah Ayu Wulandari Alamat : Jl. Ki Ageng Selo No.15 Pati, Website: http//www.akbidbup.ac.id E-mail :
[email protected] Jurnal Ilmu Kebidanan dan Kesehatan (Journal of Midwifery Science and Health) merupakan wadah atau sarana yang menerbitkan tulisan ilmiah hasil-hasil penelitian maupun nonhasil penelitian di bidang ilmu-ilmu kebidanan khususnya dan ilmu-ilmu kesehatan pada umumnya yang belum pernah diterbitkan atau sedang dalam proses penerbitan di jurnal-jurnal ilmiah lain. Redaksi berhak mengubah tulisan tanpa mengubah maksud atau substansi dari naskah yang dikirimkan. Naskah yang belum layak diterbitkan dalam Jurnal Ilmu Kebidanan dan Kesehatan tidak dikembalikan kepada pengirimnya, kecuali atas permintaan dari penulis yang bersangkutan.
Jurnal Ilmu Kebidanan dan Kesehatan
Vol. 5 No. 2
Hal. 1-43
Pati Januari 2014
ISSN 2087-4154
Jurnal Ilmu Kebidanan dan Kesehatan (Journal of Midwifery Science and Health) Vol. 5, No. 2
Juli 2014
DAFTAR ISI HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGANKEJADIAN KETUBAN PECAH PADA IBU HAMILTRIMESTER III DI DESA GETAS KECAMATAN CEPU KABUPATEN BLORA.................................................................................................... 1-6 Puji Hastuti, S.SiT,M.Kes dan Eko Juliyanti Nur Rahim Putri HUBUNGAN PEKERJAAN DAN PERILAKU IBU MENYUSUI TERHADAPKEPATUHAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI UMUR 0-6 BULAN DI DESA PUNDENREJOKECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI TAHUN 2012 ………………………………………......................................................................... 7-12 Sri Hadi Sulistiyaningsih, S.Si.T., M.Kes. dan Aida Nur Azizah HUBUNGAN KUALITAS PEMENUHAN KONSUMSI TABLET FE DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI UPT PUSKESMAS SEDAN KABUPATEN REMBANG………………………………................................... .. 13-19 Siti Ni’amah, S.Si.T, M.Kes dan Niska Aprilia Widoningrum ANALISA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN KONSUMSI JAMU TRADISIONAL SAAT MENSTRUASI DENGAN DISMENORHEA PADA WANITA USIA REPRODUKSI DI DESA GLONGGONGKECAMATAN JAKENAN KABUPATEN PATI................................................................................................................. 20-25 Irfana Tri Wijayanti, S.Si.T., M.Kes. dan Nita Adi Awan ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA UMUR 1-2 TAHUN YANG SUDAH MENDAPING MAKANAN PENDAMPING ASI DI DESA TEGALSAMBI KECAMATAN TAHUNANKABUPATEN JEPARA TAHUN………………………………………….................................................... 26-35 Uswatun Kasanah, S.Si.T. dan Kurnia Fitri Setia Umi HUBUNGAN MOTIVASI SUAMI DENGAN KEPATUHAN IBU HAMIL TRIMESTER III DALAM KUNJUNGAN ANC DI DESA KEBEN KECAMATAN TAMBAKROMO KABUPATEN PATI........................................................................................... 36-43 Yuli Irnawati, S.Si.T. dan Ririn Shophiyana
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA UMUR 1-2 TAHUN YANG SUDAH MENDAPATKAN MAKANAN PENDAMPING ASI DI DESA TEGALSAMBI KECAMATAN TAHUNAN KABUPATEN JEPARA TAHUN 2012 Uswatun Kasanah, S. Si.T.1 dan Kurnia Fitri Setia Umi.2 (Staf Pengajar Akbid Bakti Utama Pati 1), Alumni Akbid Bakti Utama2))
ABSTRAK
xiii hal + 91 hal + 16 tabel + 2 gambar + 8 lampiran Menurut Harsono dalam Marimbi (2010) status gizi dipengaruhi oleh ketidaktahuan akan hubungan makanan dan kesehatan, prasangka buruk terhadap makanan tertentu, adanya kebiasaan atau pantangan yang merugikan, kesukaan yang berlebihan terhadap jenis makanan tertentu, jarak kelahiran yang terlalu rapat, sosial ekonomi, penyakit infeksi, pola asuh orang tua, akibat Gizi yang tidak seimbang dan kekurangan energi dan protein (KEP). Berdasarkan pendahuluan yang dilakukan pada 10 balita di Desa Tegalsambi diketahui balita yang status gizinya kurang sebanyak 6 balita, dan yang status gizinya baik 4 balita. Dari 6 balita yang mengalami gizi kurang karena 4 dari ibu balita sudah tidak memberikan ASI pada anaknya sejak usia 1 tahun karena ibu bekerja Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa yang berhubungan dengan status gizi pada balita umur 1-2 tahun yang sudah mendapatkan makanan pendamping di Desa Tegalsambi Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara. Rancangan penelitian yang digunakan adalah studi korelasi (Correlational study) dengan menggunakan metode survey cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai bayi berumur 1-2 tahun yang sudah mendapatkan makanan pendamping ASI di Desa Tegalsambi Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara yang berjumlah 45 responden. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive, jumlah sampel sebanyak 40 responden. Uji statistik yang digunakan adalah Chi-Square. Hasil dari penelitian ini adalah orang tua balita usia 1-2 tahun di Desa Tegalsambi Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara sebagian besar berumur 21-30 tahun (75,5%), pendidikan orang tua sebagian besar tamat SMP sebanyak 41 orang (91,1%), sedangkan rata-rata orang tua balita bekerja sebagai pedangang sebanyak 20 orang (44,4%). Pengetahuan responden di Desa Tegalsambi Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara sebagian besar mempunyai tingkat pengetahuan cukup 24 orang (53,3%), baik 12 orang (26,7%) dan tingkat pengetahuan kurang baik 9 orang (20,0%). Tingkat ekonomi responden di Desa Tegalsambi Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara sebagian besar berpendapatan < Rp. 500.000 dan Rp.500.000 s/d Rp. 1.000.000 17 orang (37,8%), dan > Rp. 1.000.000 11 orang (24,4%). Pola asuh orang tua di Desa
35
J.Ilmu Kebid&Kesh, Vol 5 No 2, Juli 2014 ( hal 26-35)
Tegalsambi Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara sebagian besar mempunyai pola asuh cukup 23 orang (51,1%), buruk 12 orang (26,7%) dan pola asuh baik 10 orang (22,2%). Status gizi balita di Desa Tegalsambi Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara sebagian besar balita mempunyai status gizi buruk 20 orang (44,4%), kurang 12 orang (26,7%), sedang 11 orang (24,4%) dan status gizi baik 2 orang (4,4%). Ada hubungan tingkat pengetahuan dengan status gizi balita, (p value 0,001 < 0,05), ada hubungan tingkat ekonomi dengan status gizi balita (p value 0,000 < 0,05), ada hubungan pola asuh dengan status gizi balita usia 1-2 tahun (p value 0,005 < 0,05) di Desa Tegalsambi Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara Tahun 2012. Masyarakat diharapkan menerapkan pola asuh yang baik terutama dalam pemenuhan gizi agar pertumbuhan dan perkembangan anak normal, dan bagi petugas kesehatan diharapkan melakukan penyuluhan tentang hal-hal yang berhubungan dengan peningkatan status gizi termasuk pola asuh orang tua sehingga anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan dengan baik. Kata kunci
: Tingkat Ekonomi, Pengetahuan, Pola Asuh dan Status Gizi
Daftar Pustaka : 20 buku (2001 – 2010) PENDAHULUAN Kualitas manusia yang akan datang harus lebih baik dari sekarang. Dari aspek gizi harus dapat meningkatkan kecerdasan otak atau kemampuan intelektual dan kemampuan fisik atau produktivitas kerja. Balita dalam keadaan kekurangan gizi volume otak akan turun hingga 10-20%. Volume otak yang berukuran kecil menyebabkan kecerdasan otak berkurang secara nyata (Supariasa 2002). Pertumbuhan anak harus diamati secara cermat dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS). KMS berfungsi sebagai alat bantu untuk pemantauan pertumbuhan. Garis merah pada KMS merupakan garis kewaspadaan. Manakakala berat badan balita tergelincir di bawah garis merah, maka perlu diupayakan untuk peningkatan berat badan balita (Arisman 2007). Data dari WHO menunjukkan bahwa 20% angka kesakitan pada balita disebabkan karena gizi buruk, 19% diare, 19% Infeksi Saluran Pernafasan Akut, 18% perinatal, 7% campak, 5% malaria dan 12% penyebab lain (Depkes RI 2006). Di Indonesia prevalensi gizi buruk cenderung meningkat dari tahun 1989 hingga tahun 1995, yaitu 6,30% (1989) menjadi 7,23% (1992) dan 11,56% (1995) dan menurun pada tahun 1998 yaitu 10,51% dan 8,11% (1999) (Almatsier 2002). Pemenuhan gizi pada anak berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak yang berlangsung secara teratur dan saling berkaitan dan berkesinambungan. Kualitas anak merupakan penentu kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di masa yang akan datang. Untuk menanggulangi masalah tersebut melalui Instruksi Presiden (Inpres) No. 8 tahun 1999 pemerintah mencanangkan gerakan penanggulangan masalah gizi dan pangan, sehingga diharapkan setiap keluarga mampu mengambil langkah-langkah untuk mengatasi gizi yang dijumpai di anggota keluarga (Depkes RI Direktorat Gizi Masyarakat, 2002).
35
J.Ilmu Kebid&Kesh, Vol 5 No 2, Juli 2014 ( hal 26-35)
Untuk menanggulangi masalah gizi upaya pemerintah sejak tahun 1960 sudah mulai mengembangkan Upaya Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK). Kegiatan ini berintikan penyuluhan gizi melalui pemberdayaan keluarga dan masyarakat yang diharapkan dapat menjadi keluarga mandiri sadar gizi untuk mencapai visi Indonesia 2010 (Panduan Keluarga Sadar Gizi Depkes RI, 2000). Masalah status gizi pada balita dipengaruhi oleh beberapa sebab yaitu penyebab langsung, tidak langsung, pokok masalah dan akar masalah. Penyebab langsung yaitu konsumsi makanan dan penyakit infeksi dimana kedua hal tersebut saling mempengaruhi. Penyebab tidak langsung adalah ketersediaan makanan dalam rumah, perawatan anak dan ibu hamil dan pelayanan kesehatan di puskesmas dan posyandu. Adapun pokok masalah adalah sumber daya yang meliputi pendidikan, penghasilan, keterampilan, sedangkan akar masalah adalah keadaan politik, social, dan ekonomi (Soekirman, 2005). Pada 6 tahun terakhir balita gizi kurang dapat diturunkan. Status gizi balita di Jawa Tengah tahun 2002 dari 12,98 % menjadi 12,75 % jumlah balita di Jawa Tengah 2.816.499 jiwa balita gizi kurang 12,7 %. Jumlah balita di Kabupaten Jepara sebanyak 98.339 jiwa balita kurang gizi, 3,35 % (Dinkes Jepara tahun 2005). Di Puskesmas Tahunan jumlah balita 4.231 jiwa, balita gizi kurang 8,55 %, di desa Tegalsambi jumlah balita 402 jiwa, balita gizi kurang 9,45 % (Puskesmas Tahunan Jepara, 2010). Jumlah balita yang ditimbang di Kabupaten Jepara pada Tahun 2010 70.586 balita, naik timbangannya 57.881 (82%) di Bawah Garis Merah 1.683 (2,38%). Di Puskesmas Tahunan jumlah balita 4.231, yang ditimbang 1,226 balita (85,1%), BB naik 948 (77,3%), balita Bawah Garis Merah 79 balita (7,9%) (Dinkes Kab. Jepara 2010). Angka kejadian Kekurangan Energi Protein(KEP) pada umur 13-24 bulan ini sering terjadi, karena pada periode ini merupakan umur periode penyapihan. Anak yang disapih mengalami masa transisi pada pola makannya (Supariasa, 2001). Status gizi anak dibawah usia 2 tahun masih sangat memerlukan perawatan ibunya, baik perawatan makanan maupun perawatan kesehatan dan kasih sayang. Jika dalam masa 2 tahun itu ibu sudah hamil lagi (melakukan penyapihan), maka bukan saja perhatian ibu terhadap anak akan menjadi berkurang, akan tetapi Air Susu Ibu (ASI) yang masih sangat dibutuhkan anak akan berhenti keluar. Anak yang belum dipersiapkan secara baik untuk menerima makanan pengganti ASI, yang kadang-kadang mutu gizi makanan tersebut juga sangat rendah, dengan penghentian ASI akan lebih cepat mendorong anak menderita gizi buruk sehingga status gizi anak tidak terpenuhi (Proverawati, 2009). Puskesmas Tahunan Jepara memiliki 20 desa binaan, dari 20 desa tersebut kasus balita BGM paling banyak adalah Desa Tegalsambi sebanyak 18 balita, memiliki gizi kurang, dan 2 balita gizi buruk (Puskesmas Tahunan 2010). Status gizi pada masa balita perlu mendapatkan perhatian yang serius dari para orang tua, karena kekurangan gizi pada masa ini akan menyebabkan kerusakan yang irreversible (tidak dapat dipulihkan). Ukuran tubuh pendek merupakan salah satu indikator kekurangan gizi yang berkepanjangan pada balita.
35
J.Ilmu Kebid&Kesh, Vol 5 No 2, Juli 2014 ( hal 26-35)
Kekurangan gizi yang lebih fatal akan berdampak pada perkembangan otak. Fase perkembangan otak pesat pada usia 30 minggu sampai 18 bulan dapat diketahui dengan cara mencocokkan umur anak dengan berat badan standar (Proverawati, 2010). Peran aktif orang tua terhadap perkembangan anak-anaknya sangat diperlukan terutama saat mereka masih barada di bawah usia 5 tahun (balita). Seorang anak yang baru lahir secara mutlak bergantung pada lingkungannya, supaya ia dapat melangsungkan kehidupan dan mengembangkan kemampuan dasar yang dimilikinya (Suherman 2008). Menurut Harsono dalam Marimbi (2010) status gizi dipengaruhi oleh ketidaktahuan akan hubungan makanan dan kesehatan, prasangka buruk terhadap makanan tertentu, adanya kebiasaan atau pantangan yang merugikan, kesukaan yang berlebihan terhadap jenis makanan tertentu, jarak kelahiran yang terlalu rapat, sosial ekonomi, penyakit infeksi, pola asuh orang tua, akibat gizi yang tidak seimbang dan Kekurangan Energi dan Protein (KEP). Di Desa Tegalsambi terdapat 2 Posyandu Balita yaitu Posyandu Melati dan Posyandu Harapan Baru yang melayani 45 balita. Pada survei pendahuluan yang dilakukan kepada 10 balita diketahui balita yang status gizinya kurang sebanyak 6 balita, dan yang status gizinya baik 4 balita. Menurut hasil wawancara peneliti kepada 10 orang tua balita, dari 6 balita yang mengalami gizi kurang. Dari 4 ibu balita yang sudah tidak memberikan ASI pada anaknya sejak usia 1 tahun dikarenakan ibu bekerja. Ibu mengatakan bekerja sebagai buruh toko mebel di desanya dengan penghasilan Rp. 450.00,perbulan. Saat ibu bekerja anak diasuh oleh tetangganya, dan ibu hanya menitipkan uang pada pengasuh anaknya jika sewaktu-waktu anak rewel hanya diberi jajanan warung. Ibu mengatakan setelah menyapih anaknya hanya memberikan susu formula sebagai pengganti ASI di malam hari saja, sedangkan siang harinya anak hanya diberi air putih dan makanan seadanya saat di asuh oleh tentangganya, hal ini dikarenakan rendahnya pendidikan ibu (SMP) sehingga ibu tidak mengetahui bagaimana cara yang benar memberikan makanan pengganti ASI untuk anaknya setelah tidak diberikan ASI dan selama ibu bekerja. Karena kesibukannya bekerja ibu tidak dapat memperhatikan pertumbuhan, perkembangan, dan pemenuhan gizi pada anaknya sehingga ibu lupa untuk mendidik dan mengasuh anaknya. Dan 2 ibu balita mengatakan memberikan ASI dan susu formula pada anaknya sampai usia 2 tahun, hal ini dilakukan ibu karena ibu bekerja sebagai PNS dan dapat mengurus anak dan keluarga sepulang bekerja. Ibu mengatakan pertumbuhan dan perkembangan anak akan baik dan maksimal jika diberikan ASI sampai 2 tahun sesuai saran yang diberikan oleh bidan disaat ibu melahirkan. Dengan pendapatan lebih dari Rp. 800.000,- perbulan karena suami yang bekerja sebagai PNS di salah satu kantor Kabupaten Jepara sehingga ibu selalu menyediakan makanan yang mengandung gizi seimbang, namun anak susah untuk makan dirumah dengan menu yang telah disediakan melainkan lebih memilih mengkonsumsi jajanan diwarung seperti ciki maupun permen. Ibu mengatakan ini merupakan anak pertamanya sehingga selalu menuruti semua kemauan anak supaya tidak rewel meskipun ibu mengetahui bahwa jajanan warung seperti ciki maupun permen yang berlebihan tidak baik
35
J.Ilmu Kebid&Kesh, Vol 5 No 2, Juli 2014 ( hal 26-35)
untuk pertumbuhan dan perkembangan anaknya. Sedangkan 4 dari ibu balita mengatakan memberikan ASI sampai usia anak 1 tahun dan kemudian ibu melanjutkan dengan pemberian susu formula sebagai pengganti ASI. Ibu mengatakan walaupun dengan kesibukkannya bekerja sebagai pedagang ibu tetap menyempatkan diri untuk menyusui anaknya sampai 1 tahun, hal ini dilakukan karena ibu sudah mengetahui bahwa pemberian ASI baik untuk buah hatinya. Dengan pendidikan tamat SMA, sehingga ibu mudah mendapatkan informasi baik dari TV maupun saat menghadiri kegiatan posyandu di desanya tetang ASI eksklusif dan makanan pendamping ASI. Dengan hasil rata-rata diatas Rp 500.000,- per bulan sehingga ibu selalu memberikan makanan sesuai usia anak yang mengandung gizi lengkap seperti vitamin, protein dan karbohidrat sehingga status gizi balita dalam keadaan baik. Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi pada Balita Usia 1-2 Tahun yang Sudah Mendapatkan Makanan Pendamping ASI di Desa Tegalsambi Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara Tahun 2012.” BAHAN DAN CARA PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah korelasi dengan pendekatan cross sectional. Variabel bebas pada penelitian ini adalah tingkat pengetahuan, sosial ekonomi, pola asuh dan variabel terikat status gizi balita usia 1-2 tahun. . Populasi dalam penelitian ini adalah Ibu yang mempunyai bayi umur 1-2 tahun yang sudah mendapatkan makanan pendamping ASI yang berjumlah 40 orang. Sampel diambil dengan metode purposive sampling. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner yang valid dan reliabel. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Sebagian besar responden mempunyai tingkat pengetahuan cukup sebanyak 24 orang (52,5%), berpendapatan > Rp. 1.000.000 sebanyak 18 orang (45,5%), mempunyai pola asuh buruk sebanyak 19 orang (47,5%), serta sebagian besar balita mempunyai status gizi buruk 18 orang (45,0%). Hasil uji hubungan tingkat pengetahuan dengan status gizi balita diperoleh nilai chi square hitung 17,325 > chi square tabel 12,592 dan p value 0,007 < 0,05 artinya ada hubungan. Hasil uji hubungan tingkat ekonomi dengan status gizi balita didapatkan nilai chi square hitung 13,279 > chi square tabel 12,592 dan p value 0,039 < 0,05 artinya ada hubungan. Hasil uji hubungan pola asuh dengan status gizi balita usia didapatkan nilai chi square hitung 15,894 > chi square tabel 12,592 dan p value 0,014 < 0,05 artinya ada hubungan. B. Pembahasan
35
J.Ilmu Kebid&Kesh, Vol 5 No 2, Juli 2014 ( hal 26-35)
1. Status Gizi Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa responden di Desa Tegalsambi Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara sebagian besar balita mempunyai status gizi buruk 20 orang (44,4%), yang mempunyai status gizi kurang sebanyak 12 orang (26,7%), yang mempunyai status gizi sedang sebanyak 11 orang (24,4%) dan paling sedikit mempunyai status gizi baik sebanyak 2 orang (4,4%). Kebutuhan gizi seseorang adalah jumlah yang diperkirkan cukup untuk memelihara kesehatan pada umumnya. Secara garis besar, kebutuhan gizi ditentukakn olah usia, jenis kelamin, aktivitas, berat badan dan tinggi badan. Antara asupan gizi dan pengeluarannya harus ada keseimbangan sehingga diperoleh status gizi yang baik. Status gizi balita dapat dipantau dengan menimbang anak setiap bulan dan dicocokan dengan Kartu Menuju Sehat (KMS) (Proverawati, 2010). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai status gizi buruk yaitu 20 orang (44,4%), karena ibu tidak memperhatikan pemenuhan gizi pada anak setelah tidak diberi ASI, sehingga asupan makanan yang diperoleh anak kurang. Ibu balita tidak memberikan variasi makanan pada anak misalnya nasi diganti tahu supaya anak tidak bosan dan ibu hanya memberikan makan pada balita jika anak minta makan saja, sedangkan pemberian makanan sekurang-kurangnya 3 kali sehari saat usia anak 12-24 bulan. Anak yang tidak memperoleh cukup makan, maka daya tahan tubuhnya melemah dan akan mudah terserang penyakit. Penyebab langsung timbulnya gizi kurang pada anak tidak hanya disebabkan karena asupan makanan yang kurang tetapi juga penyakit. Selain hal tersebut diatas status gizi anak juga dipengaruhi oleh pola pengasuhan anak yang mana keluarga diharapkan dapat menyediakan waktu, perhatian dan terhadap anak agar dapat tumbuh kembang dengan baik, baik fisik, mental dan sosial. 2. Pengetahuan Berdasarkan hasil uji hubungan dengan chi square didapatkan hasil nilai chi square hitung 22,405 > chi square tabel 12,592 dan p value 0,001 < 0,05 artinya Ha diterima dan Ho ditolak, berarti ada hubungan tingkat pengetahuan dengan status gizi balita usia 1-2 tahun di Desa Tegalsambi Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara Tahun 2012. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah seseorang mengadakan pendengaran terhadap sesuatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2003). Menurut para ahli dalam Andrianus (2001) sumber informasi tentang pengetahuan berasal dari orang tua, guru, teman, media cetak dan elektronik, saudara dan instansi lain. Orang tua balita yang mempunyai pengetahuan kurang rata-rata status gizi anak buruk hal ini dikarenakan ibu tidak mengetahui bagaimana pemenuhan gizi yang baik dan benar terutama pada anak yang sudah tidak diberikan ASI. Sedangkan beberapa ibu balita mempunyai pengetahuan
35
J.Ilmu Kebid&Kesh, Vol 5 No 2, Juli 2014 ( hal 26-35)
baik sehingga status gizi balita anak baik, ibu memberikan ASI pada anak sampai usia 2 tahun dan kemudian ibu melanjutkan dengan pemberian susu formula sebagai pengganti ASI dan makanan sesuai usia anak yang mengandung gizi lengkap sehingga status gizi balita dalam keadaan baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan responden (orang tua) dengan status gizi balita sehingga semakin baik pengetahuan responden maka semakin baik status gizi pada balita tersebut, sedangkan semakin kurang pengetahuan responden maka status gizi balita semakin buruk. 3. Tingkat Ekonomi Berdasarkan hasil uji hubungan dengan Chi square didapatkan hasil nilai chi square hitung 30,434 > chi square tabel 12,592 dan p value 0,000 < 0,05 artinya Ha diterima dan Ho ditolak, berarti ada hubungan tingkat ekonomi dengan status gizi balita usia 1-2 tahun di Desa Tegalsambi Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara Tahun 2012. Keterlambatan pertumbuhan pada anak dipengaruhi oleh keadaan gizi dan latar belakang ekonomi keluarga. Pada anak yang pernah mengalami gizi kurang sewaktu masih bayi ternyata dapat mempengaruhi tingkat pemikiran yang lebih rendah dibanding dengan yang tidak pernah, baik pada anak yang digolongkan memiliki ukuran badan tinggi maupun pendek. Sedangkan anak yang tingkat pemikiran lebih tinggi dibandingkan dengan anak dari keluarga dengan status ekonomi rendah. Hal ini ditemukan pada anak yang ukuran badannya tinggi maupun pendek yang pernah menderita gizi kurang atau yang tidak pernah menderita gizi kurang (Suhardjo, 1992). Status gizi balita kurang dengan pendapatan ibu balita < Rp. 500.000 perbulan sehingga pemenuhan gizi tidak terpenuhi. Ibu hanya memberikan susu formula pada malam hari dan siang hari diberikan air putih saja mengingat pendapatan keluarga yang rendah. 4. Pola Asuh Hubungan antara Pola Asuh dengan Status Gizi Balita Usia 1-2 Tahun Berdasarkan hasil uji hubungan dengan Chi square di dapatkan hasil nilai chi square hitung 18,782 > chi square tabel 12,592 dan p value 0,005 < 0,05 artinya Ha diterima dan Ho ditolak, berarti ada hubungan pola asuh dengan status gizi balita usia 1-2 tahun di Desa Tegalsambi Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara Tahun 2012. Pola asuh adalah kemampuan keluarga dan masyarakat untuk menyediakan waktu, perhatian, dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh kembang dengan sebaik-baiknya secara fisik, mental dan sosial. Pengasuhan merupakan faktor yang sangat erat kaitannya dengan pertumbuhan dan perkembangan anak berusia di bawah lima tahun. Masa anak usia 1-5 tahun (balita) adalah masa dimana anak masih sangat membutuhkan suplai makanan dan gizi dalam jumlah yang memadai. Pada masa ini juga, anakanak masih sangat tergantung pada perawatan dan pengasuhan ibunya (Sarah, 2008).
35
J.Ilmu Kebid&Kesh, Vol 5 No 2, Juli 2014 ( hal 26-35)
Ibu balita yang mempunyai pola asuh kurang rata-rata status gizi anak buruk karena pola pengasuhan ibu yang tidak baik yang mana ibu hanya memberikan susu formula sekali dimalam hari saja bagi anak yang sudah tidak diberikan ASI, sedangkan siang harinya anak hanya diberi air putih dan makanan seadaanya. Ibu kurang memperhatikan pola pengasuhan anak dan takut anak menjadi rewel ibu selalu menuruti semua kemauan anak untuk mengkonsumsi jajanan warung dari pada makanan yang telah disediakan oleh ibu. Menurut hasil penelitian Puji Lestari (2012), yang menyatakan bahwa status gizi batita dipengaruhi oleh pola asuh orang tua terutama dalam mengontrol perilaku anak, memperhatikan kebutuhan makanan anak akan memberikan dampak positif terhadap status gizi anak. Sebaliknya pada usia batita anak sering sulit makan, apabila orang tua tidak mengajak makan sambil bermain, tidak merayu dan tidak mau bercerita agar anak senang dan mau makan, menyebabkan asupan gizi kurang dan pertumbuhan dan perkembangan anak kurang baik sehingga dengan pola asuh orang tua yang kurang baik maka akan mempengaruhi status gizi pada anak tersebut. PENUTUP A. Kesimpulan Sebagian besar responden mempunyai tingkat pengetahuan cukup sebanyak 24 orang (52,5%), berpendapatan > Rp. 1.000.000 sebanyak 18 orang (45,5%), mempunyai pola asuh buruk sebanyak 19 orang (47,5%), serta sebagian besar balita mempunyai status gizi buruk 18 orang (45,0%). Ada hubungan tingkat pengetahuan dengan status gizi balita usia (p value 0,001 < 0,05), ada hubungan tingkat ekonomi dengan status gizi balita, (p value 0,000 < 0,05), ada hubungan pola asuh dengan status gizi balita (p value 0,005 < 0,05). B. Saran Masyarakat diharapkan menerapkan pola asuh yang baik terutama dalam pemenuhan gizi agar pertumbuhan dan perkembangan anak normal. Puskesmas Tahunan diharapkan melakukan penyuluhan tentang halhal yang berhubungan dengan peningkatan status gizi termasuk pola asuh orang tua sehingga anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan dengan baik.
35
J.Ilmu Kebid&Kesh, Vol 5 No 2, Juli 2014 ( hal 26-35)
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. (2001). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Arisman, DR, MB. (2007). Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Depkes RI. (2006). Laporan Kasus Gizi Buruk http://gizi.depkes.go.id/2011/03/laporan-kasus-gizi-buruk.
di
Indonesia.
Dinkes Kabupaten Jepara. (2010). Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara. Jepara. Dinkes Kabupaten Jepara. (2011). Laporan Gizi Buruk di Kabupaten Jepara. Jepara. Dinkes Prop. Jateng. (2009). Profil Kesehatan Propinsi Jawa Tengah. Semarang: Dinkes Prop. Jateng. Subhan, Ady. (http://lubmazresearch.wordpress.com/2012/01/22/makanan-pendampingasi/, diunduh pada tanggal 04 Oktober 2012). Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Notoatmodjo, Soekidjo. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nursalam. (2003). Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Surabaya : Salemba Medika.
Proverawati, Atikah. (2010). Ilmu Gizi Untuk Keperawatan dan Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika. Proverawati, Atikah. (2009). Buku Ajar Gizi Untuk Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika. Puskesmas Tahunan. (2010). Laporan Gizi Buruk di Puskesmas Tahunan tahun 2010. Tahunan: Puskesmas Tahunan. Riwidikdo, Handoko. (2007). Statistik Kesehatan Belajar Mudah Teknik Analisis Data dalam Penelitian Kesehatan (Plus Aplikasi Sofware SPSS). Yogyakarta: Mitra Cendikia Press.
35
J.Ilmu Kebid&Kesh, Vol 5 No 2, Juli 2014 ( hal 26-35)
Suhardjo. (2002). Pemberian Makanan Pada Bayi dan Anak. Intitut Pertanian Bogor: Kanisius. Sarwono, Jonathan. (2006). Panduan Cepat dan Mudah SPSS 14. Jakarta: Andi Offset. Saryono.(2011). Metodologi Penelitian Kebidanan DIII, DIV, S1 dan S2.Yogyakarta: Nuha Medika. Sugiyono. (2010). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Supariasa, I Dewa Nyoman. (2002). Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC. Suherman, Herlan. (2008). Cara Pintar Mengasuh Anak. Jalarta: Nuha Medika.
35
J.Ilmu Kebid&Kesh, Vol 5 No 2, Juli 2014 ( hal 26-35)