Jurnal Ilmu Budaya, Vol.10, No 1 tahun 2013 DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF PADA TRADISI PERAHU BEGANDUNG DI DESA SEBERANG PANTAI KEC.KUANTAN MUDIK KABUPATEN KUANSING Yuhelmi, Juswandi Staf pengajar fakultas Ilmu Budaya, Unilak, Pekanbaru ABSTRACT This writing deals with a retual called “Perahu Begandung.”It highlights the impacts of the tradition in the village in the opposite coast of Kuantan district Mudik Singingi, Kuantan Regency, Positively, this tradition (ritual) makes the people in Kuantan Mudik appliest their islamic doctrine. Socially, this ritual strengthens the spirit of “gotong royong” and economically it increases the local people’s income, and various and colorful ornaments in the boat show the people’s artistic tastes. Besides, it also affects the people negatively. The coming of the outsiders with their inappropriate behavior affects the local people morally. Moreover, the more people come, the more crimes occur. Keyword : ritual, Perahu Begandung I. PENDAHULUAN
nasional sebagai bangsa dalam wadah Kebudayaan Nasional Indonesia.
Indonesia adalah negara kepulauan
Keberagaman kebudayaan
yang terletak pada garis khatulistiwa,
dilihat sebagai pluralitas dalam
diantara
kesatuan
lautan
teduh
dan
Samudra
Republik
ini
negara
Indonesia
yang
Indonesia. Penduduk yang berdiam dan
berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.
berasal dari sebuah masyarakat yang
Keragaman
pluralitas suku bangsa dan kemajemukan
terlihat
kebudayaannya.
dan
memiliki budaya Melayu yang terbuka dan
kemajemukan adalah suatu keadaan di
akomodatif dan adaptif dengan sistem nilai
dalam sebuah masyarakat yang terdiri atas
agama
berbagai suku, golongan, agama, ras dan
terkandung.
kebudayaan. Indonesia adalah negara yang
membangkitkan semangat masyarakat dan
majemuk, beragam dan plural yaitu sebuah
pendukung dalam pembangunan manusia
masyarakat
yang ada di propinsi ini.
Pluralitas
negara
yang
terdiri
atas
berbagai suku, golongan, agama, ras dan
budaya
salah
satunya
dalam upacara Daerah Riau
dan
adat
serta
Tradisi
Tradisi
tradisi
yang
kebudayaan
bisa
kebudayaan
yang
kebudayaan. Indonesia adalah negara yang
berkembang dari berbagai kabupaten yang
majemuk, beragam, dan plural itu sebuah
ada di provinsi Riau ini sangat banyak.
masyarakat negara yang terdiri atas
Diantaranya adalah tradisi budaya perahu
lebih dari
Begandung yang berasal dari berbagai
dipersatukan
500 suku bangsa yang oleh
sebuah
sistem
daerah termasuk di kabupaten Kuantan
24
Jurnal Ilmu Budaya, Vol.10, No 1 tahun 2013 Singingi.
Perahu
adalah
Islam. Agama Islam tersebut datang dari
desa
Kuntu Kampar dan Kunto Dar Es Salam,
Kuantan
yang dibawa oleh Syekh Burhanuddin
Mudik, yang sudah berkembang dari
seorang Mubalig beragama Islam abad
zaman
sekarang.
XIII Masehi. Akan tetapi sebelum agama
Kebudayaan ini diperingati setiap tahun
Islam berakar kuat di Kuantan maka
yaitu pada hari raya Idul fitri intinya
Adityawarman (Raja Pagaruyung) telah
adalah
berhasil
merupakan seberang
begandung
suatu
budaya
pantai dulu
kecamatan
sampai
untuk
dari
masa
mensucikan
diri
dari
malapetaka dan marabahaya.
menanamkan
dengan
tujuan
memonopoli
pengaruhnya
adalah
perladangan
untuk
dapat
lada
dalam
II. PEMBAHASAN
daerah penghasil lada. Hal ini terjadi
II.I Sejarah Perahu Begandung
sekitar abad XIV Masehi.
Upacara
perahu
Begandung
Adityawarman yang merupakan
pelaksanaannya diadakan di desa Seberang
keturunan Melayu
Pantai kecamatan Kuantan Mudik. Tidak
Melayu Kuantan dan Kampar yang kaya
diketahui secara pasti kapan dilakukan
rempah-rempah tetap setia kepadanya.
pertama kalinya oleh masyarakat daerah
Oleh sebab itu Adityawarman mengutus
ini. Namun upacara ini telah dikenal oleh
Datuk
masyarakat Kuantan Mudik sekitar abad
Ketemenggungan
ke XVII masehi. Sekitar abad ke XIV
dengan menaiki rakit Kulim (sejenis
Masehi dimulai dengan kedatangan datuk
pohon kayu)1.
Perpatih dan datuk Ketemengungan ke Kuantan. Mereka
menaiki
rakit kulim
ingin supaya daerah
Perpatih
dan
ke
daerah
Datuk Kuantan
Padahal oleh masyarakat Kuantan Mudik,
perahu
kebesaran
tersebut
(sejenis perahu) yang menghilir dari hulu
dipergunakan hanya untuk mengunjungi
sungai batang Kuantan sampai ke daerah
para raja dan penghulu raja. Maka perahu
Kuantan sekarang. Kedua orang tersebut
kebesaran
adalah
manjopuik
pembesar
Pagaruyung
pada
kerajaan
dengan
rajanya
Setiap
tersebut limau
tahun
dipergunakan
(menjemput
jeruk).
masyarakat setempat
Adityawarman, yang turun kembali untuk
mengadakan acara perahu Begandung
menyampaikan pesan Adityawarman agar
terutama untuk menyambut hari raya Idul
di Kuantan di bentuk konfederasi dari
Fitri. Biasanya acara ini dilaksanakan tepat
negeri (koto) yang ada (Hasil Wawancara
pada malam hari raya ataupun pukul 00.00
dengan Tokoh Masyarakat).
WIB sampai subuh. Kegiatan tersebut
Kedatangan Datuk Perpatih dan
cukup unik dan mengandung nilai seni
Datuk Ketemenggungan di Kuantan pada
budaya yang cukup tinggi, baik sarana
abad XIV ini berarti sesudah masuknya
1
Wawancara, Mahadi, Tokoh Masyarakat, umur 46 tahun.
25
Jurnal Ilmu Budaya, Vol.10, No 1 tahun 2013 yang dipergunakan maupun nilai seni yang
memperjelas bahwa sarana utama dari
ditampilkan.
acara manjopuik limau itu adalah dengan mempergunakan perahu begandung yang
II.2
Persiapan
Upacara
Perahu
Begandung2
dilengkapi dengan hiasan warna-warni dan lambang yang disebut dengan gulanggulang.
Persiapan ritual ini secara
secara
dilakukan
gotong-royong
oleh
masyarakat. Pembuatan perahu ini paling lama
empat
hari
dan
perahu
yang
Selain dari alat-alat lain yang digunakan dalam ritual Perahu Bagandung ini adalah: 1. Tonggau
(tonggak)
yang
berbeda-beda
sesuai
digunakan adalah yang berukuran sedang
warnanya
sebanyak tiga buah yang diikat menjadi
dengan selera atau kedudukan
satu. Diatas perahu diberi lantai papan
orang yang mempunyai perahu.
sebagai
memakukan
Jika tonggau berwarna kuning
lambang dan hiasan seperti gambar-
melambangkan di dalam perahu
gambar, kaca dan sebagainya.
ada raja, jika tonggau berwarna
tempat
untuk
Adapun makna yang tersirat dari
putih melambangkan ada orang
tiga buah perahu begandung tersebut
besar. Dan jika tonggau berwarna
adalah “tungku tigo sajarangan atau tali
hitam
berpilin
dubalang ninik mamak.
tiga”
yang
merupakan
satu
kesatuan dan tidak bisa dipisahkan satu sama
lainnya.
Pepatah
adat
melambangkan
2. Payung
merupakan
ada tempat
juga
berteduh dikala panas dan tempat
mengatakan “ramo-ramo si kumbang janti,
berlindung di kala hujan. Jumlah
kotiak endah pulang bakudo, adat lamo
payung tersebut lima buah yang
hilang baganti, namun petatah si nan juo”.
melambangkan adat ninik mamak,
Pepatah lain juga mengungkapkan, “adat
yaitu dua orang besar (Datuk rajo
mudo-mudo manjopuik limau baparahu
Bandaro dan datuk obik) dan tiga
bagandung, adat pencak silat di halaman
orang penghulu. Apabila dibawa
sosoan, adat urang siak badoa di surau”.
ke dalam rukun Islam berarti
Bumi sojuak padi menjadi, mako bagiatlah
rukun
anak mudo-mudo, urang bararak baparahu
Republik
baganduang, babuek bagulang-gulang. Itu
Pancasila.
manuruik adat lamo jo pusako usang
Islam
dan
di
Indonesia
negara berarti
3. Labu air yang terletak di bawah
dengan lambang gulang-gulang sebagai
payung,
yang
lambang ninik mamak. Pepatah tersebut
sebagai
tempat
2
kemenakan, dan bagi sebagian
Wawancara, Idris, Dukun Kampung, umur 45 tahun
melambangkan minum
cucu
26
Jurnal Ilmu Budaya, Vol.10, No 1 tahun 2013 masyarakat labu tersebut masih
II.3.
dipergunakan
Begandung
sebagai
tempat
Pelaksanaan
minum atau mengangkut air dari telaga atau sungai. 4. Cermin
yang
Perahu merupakan
Upacara
Perahu
begandung
adat
ninik
adalah
mamak
yang
melambangkan
dipergunakannya untuk mengunjungi para
cermin ninik mamak yaitu cermin
raja dan penghulu raja. Acara perahu
yang tak kabur dan suluh yang
begandung
tidak
gelam
manjopuik limau dan sebelum acara ini
makanan suluh dan kalau terang
dilaksanakan, maka pihak pemuda disalah
makanan bijek artinya di waktu
satu desa telah menetapkan seorang
gelap dijadikan sebagai pelita dan
pemudi
di waktu terang untuk disimpan.
Sedangkan
padam.
5. Tanduk
Kalau
kerbau
ini
dilaksananakan
untuk
untuk
menjemput
limau.
keluarga
pemudi
pihak
yang
sebelumnya telah dibekali dengan uang
melambangkan kekuatan, selain
kenduri dirumahnya. Apabila kedua belah
dari
juga
pihak (maksudnya pihak pemuda dan
alat
pihak pemudi) telah bersepakat dan waktu
pembajak di sawah. Sebagaimana
yang telah ditentukan maka malam hari
kata pepatah “bumi sojuak padai
raya diadakanlah acara manjopuik limau.
pada
itu
kerja
dipergunakan
sebagai
menjadi, kerbau dipotomg dan dimakan basamo-samo”.
Pemuda yang dinobatkan sebagai putera
mahkota
pada
acara
tersebut
6. Ani-ani (alat pemotong padi) yang
dilengkapi dengan pakaian adat, kemudian
melambangkan sifat masyarakat
sekitar pukul 00.00 WIB perahu bertolak
Kuantan
menuju
Mudik
pencariannya
yang
mata
bertani,
ke
rumah
pemudi.
Perahu
sebab
biasanya bermuatan maximal 30 orang
sebagian besar dari penduduk atau
dengan pengikut diantaranya, yaitu: ninik
lebih
mamak, alim ulama, cerdik pandai, tokoh
kurang
70%
mata
pencariannya adalah bertani. 7. Selanjutnya
masyarakat dan pemuda.
ditambah
dengan
Selama dalam perjalanan suara
lainnya
yang
takbir tetap dikumandakan yang diselingi
disesuaikan dengan kemampuan
dengan letusan mercun, cagak, dentuman
keuangan
yang
meriam dan sejenisnya. Sesampainya di
namun
rumah pemudi, maka perahu merapat ke
merah,
tepi dan rombongan pun naik ke darat
kuning, hitam dan putih yang
menuju rumah pemudi tersebut. Setelah
keseluruhannya terbuat dari kain.
sampai di halaman rumah pemudi tersebut.
warna-warni
masyarakat
mempunyai warnanya
perahu, itu
adalah
Setelah sampai di halaman rumah pemudi
27
Jurnal Ilmu Budaya, Vol.10, No 1 tahun 2013 maka rombongan pemuda akan disambut
mamak kedua belah pihak, diantaranya
oleh pihak pemudi. Sebelum rombongan
berbunyi yaitu:
pemuda disambut oleh pihak pemudi dan
Pihak pemudi :
sebelum rombongan pemuda dipersilahkan
Ka duduak buah kaduduak
masuk
Jaan lupo padi pado tanah
maka
terlebih dahulu dibuka
dengan petatah-petitih oleh kedua belah
Kalau duduak somo-samo duduak
pihak yang disampaikan oleh pemuda dan
Jaan lupo nan di dopan mato
dijawab oleh pemudi antara berbunyi:
Terjemahannya :
Pemuda :
Keduduk buah keduduk
Limau mani di aia molek
Jangan lupa padi pada tanah
Sinan basa ang layang-layang
Kalau duduk sama-sama duduk
Itam mani ba ambuik panjang
Jangan lupa yang di depan mata
Sinan batumpa tompek sayang
Jawab pihak pemuda :
Terjemahannya :
Padi siji ak ji u jantan
Limau manis di Air Molek
Padi si puluik linduang daun
Disana bersarang layang-layang
Nasi basonduak balotak an
Hitam manis berambut panjang
Jo siapo kami makan
Disana tumpahan kasih sayang
Terjemahannya :
Jawaban pemudi:
Padi si jirak jiru jantan
Samo bak ujan di ulu
Padi si pulut lindung daun
Anak kudo makan padi
Nasi di sendok diletakkan
Samanjak bulan da ulu
Dengan siapa kami akan makan
Ati nan indak sonang lai
Selanjutnya
Terjemahannya :
dilakukan
makan
bersama, dan selesai makan barulah
Semerbak hujan di hulu
dikemukan
maksud
hati
rombongan
Anak kuda makan padi
pemuda datang ke rumah pemudi, seperti
Semenjak pertemuan bulan dahulu
hendak mengikat tali pertunangan (antara
Hati yang tidak senang lagi
pemuda dan pemudi) dan apabila pihak keluarga pemudi menerima maka sebagai
Apabila
telah
selesai
petatah
bukti
diterimanya
tawaran
pemuda,
petitih antara pemuda dan pemudi, maka
pemudi akan memberikan pucungan limau
rombongan
untuk
dipersilahkan
masuk
dan
dibawa
pulang
oleh
pemuda.
hidangan pun telah tersedia. Maka acara
Pucungan limau tersebut baru akan di
pertama adalah makan bersama yang
buka apabila rombongan pemuda
diawali juga dengan petatah petitih, akan
tiba di desanya, kemudian pemuda akan
tetapi untuk hal ini disampaikan oleh ninik
mandi dengan limau pemberian pemudi
telah
28
Jurnal Ilmu Budaya, Vol.10, No 1 tahun 2013 yang diikuti oleh rombongan pada pagi
ini maka akan terjalin hubungan yang
hari raya idul fitri.
lebih erat lagi antara kedua desa tersebut,
Kapan diberikan
pucungan
pemudi
tadi
limau
yang
dikembalikan
sedangkan makna yang dapat dipetik dari acara tersebut adalah bersifat sosial.
pemuda? Menurut lazimnya dikembalikan yaitu pada hari raya Idul adha berikutnya. Kadangkala acara manjopuik limau ini bisa sebagai sarana kontak jodoh yang dilanjutkan
ke
jenjang
perkawinan,
misalnya pada saat akan mengembalikan pucungan limau, maka pemuda tersebut mengikatkan sebentuk cincin pada kain pembungkus
limau.
Apabila
cincin
tersebut diterima dan maksud hati di balik pemberian cincin tersebut diterima dan maksud hati di balik pemberian cincin tersebut sudah dimaklumi oleh pihak keluarga pemudi, maka tinggal menunggu waktu hari pernikahan saja. Kebiasaan itu dilakukan, mengingat pergaulan pemuda dan pemudi di zaman dahulu tidak sebebas anak-anak
sekarang.
Jangankan
bisa
bergandengan tangan, bercinta-cintaan dan bertemu muka saja tidak pernah dilakukan sama sekali. Jika cincin dikembalikan, berarti pihak keluarga pemudi menolak lamaran tersebut, dan si pemuda tidak akan kecewa ataupun balas dendam dengan sikap pemudi tadi karena manjopuik limau bukanlah mengikat orang untuk berumah tangga. Namun acara manjopuik limau ini bisa menjadi jalan pendekatan ke arah itu, karena memang banyak yang terjadi dari kegiatan seperti ini yang dilanjutkan
II.4.Dampak Tradisi Perahu Begandung Bagi Masyarakat Desa Seberang Pantai Kecamatan Kuantan Mudik Kabupaten Kuantan Singingi. Tradisi
Perahu
Begandung
menimbulkan dampak positif dan negatif bagi masyarakat desa Seberang Pantai Kecamatan Kuantan Mudik kabupaten Kuantan Singingi. 1. Dampak positif a. Dari segi agama ini sangat penting sekali
karena
umumnya
masyarakat Kuantan Mudik ini menganut
Islam
yang
sangat
kental. Ini terbukti dengan tata cara pergaulan masyarakat yang tidak lepas dari unsur-unsur Islam. Baik dalam hal perkawinan acara manjopuik limau dengan perahu Bagandung ini yang kemudian dilanjutkan
dengan
acara
perkawinan. b. Dari segi sosial, upacara perahu begandung ini mendung nilai-nilai gotong-royong.
Karena
dalam
pembuatan perahu ini dilakukan secara
bergotong
begitu
juga
perlengkapan
royong dalam
yang
dan hal
digunakan
untuk perahu seperti papan, kain, payung dan bambu.
dengan perkawinan. Dengan adanya acara
29
Jurnal Ilmu Budaya, Vol.10, No 1 tahun 2013 c. Dari segi ekonomi, tradisi perahu
semakin banyak pengaruh buruk
begandung ini dapat meningkatkan
yang datang yang ditandai dengan
pendapatan
meningkatnya tindak kriminal.
masyarakat
terciptanya dan
lapangan
perluasan
dan
pekerjaan kesempatan
III. SIMPULAN Perahu Begandung telah dikenal oleh
berusaha. ini
masyarakat Kuantan Mudik, sejak abad ke
menyimpan nilai yang unik dan
XVII masehi, Perahu Begandung ini
mempunyai ciri tersendiri, apabila
dilaksanakan untuk manjopuik limau,
dibandingkan dengan yang lain,
dimana sebelum acara ini dilaksanakan
baik dari sarana yang ditampilkan
maka pihak pemuda di salah satu desa
maupun nilai budayanya. Perahu
telah menetapkan seorang pemudi untuk
yang
menjemput
d. Dari
segi
seni,
dihias
tradisi
dengan
berbagai
limau,
pihak
sebelumnya
telah
macam bentuk hiasan yang terdiri
keluarga
dari kain, labu air, payung, cermin,
dibekali dengan uang kenduri dirumahnya.
tanduk
Apabila
kerbau,
ani-ani
(alat
pemotong padi) dan sebagainya.
pemudi
Sedangkan
kedua
bersepakat
dan
belah
pihak
telah
waktu
yang
telah
ditentukan maka malam hari raya diadakan acara manjopuik limau.
2. Dampak negatif
a. Dari segi budaya, tradisi ini mengundang
wisatawan
lokal
Tradisi
Perahu
Begandung
ini
maupun nasional datang ke daerah
menimbulkan dampak positif dan negatif
Kuantan
yang tentunya menjadi pertimbangan yang
Mudik.
Kedatangan
mereka dapat membawa budaya
serius
lain dari luar Kuansing, dan ada
menyikapi dampak ini.
kemungkinan terpengaruh
budaya dengan
bagi
pemimpin
daerah
untuk
lokal adanya
DAFTAR PUSTAKA
budaya baru.
b. Dari
segi
Moral,
kedatangan
wisatawan yang berprilaku kurang
Wawancara, Mahdi, Tokoh masyarakat, umur 46 tahun, 20 Oktober 2012
baik membawa pengaruh buruk terhadap
moral
masyarakat
setempat.
Wawancara, Idris, Dukun Kampung, umur 45 tahun, 24 Oktober 2012.
c. Dari segi sosial, semakin banyak orang yang berkunjung ke daerah ini
30
Jurnal Ilmu Budaya, Vol.10, No 1 tahun 2013
31