JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN SOSIOLOGI ANTROPOLOGI
PEMENUHAN KEBUTUHAN HAK DASAR ANAK BAGI ORANG TUA DI TEMPAT PENITIPAN ANAK BALITA (TPAB) AKHLAQUL KARIMAH AISYIYAH WARU KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO
Oleh : Siti Koyimah NIM. K8413067
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Mei 2017
1
PEMENUHAN KEBUTUHAN HAK DASAR ANAK BAGI ORANG TUA DI TEMPAT PENITIPAN ANAK BALITA (TPAB) AKHLAQUL KARIMAH AISYIYAH WARU KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO Siti Koyimah, Dr.rer.nat.Nurhadi, S.Ant, M.Hum dan Drs. Slamet Subagya, M.Pd Pendidikan Sosiologi Antropologi, FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta, 57126, Indonesia
[email protected] ABSTRAK Siti Koyimah. K8413067. Pemenuhan Kebutuhan Hak Dasar Anak bagi Orang Tua di Tempat Penitipan Anak Balita (TPAB) Akhlaqul Karimah Aisyiyah Waru Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Mei 2017. Penelitian ini bertujuan : (1) Mengetahui arti anak bagi orang tua yang menitipkan di TPAB Akhlaqul Karimah Aisyiyah Waru (2) Mengetahui bagaimana proses pengambilan keputusan orang tua yang akhirnya memilih TPA sebagai tempat menitipkan anaknya (3) Mengetahui pemahaman orang tua terhadap pemenuhan hak dasar anak di TPAB Akhlaqul Karimah Aisyiyah Waru. Penelitian ini menggunakan metode yaitu deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Sumber data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Dalam pengambilan subyek penelitian menggunakan teknik purposive yaitu orang tua yang menitipkan di TPA dengan kriteria kurang memperdulikan anaknya serta pengasuh TPA sebagai penguat data. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan observasi. Uji validitas data yang digunakan yaitu triangulasi sumber dan triangulasi metode. Teknik analisis data menggunakan model analisis data Miles & Huberman yang terdiri dari tiga tahapan yaitu (1) reduksi data; (2) paparan data; dan (3) penarikan kesimpulan dan verifikasi. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan : (1) Arti anak bagi orang tua bersifat ambivalen yaitu sebagai investasi, sebagai bukti pengakuan diri bagi perempuan, sebagai pelengkap keluarga, dan sebagai tenaga kerja. Namun secara tersirat, peneliti melihat bahwa pada dasarnya anak bagi orang tua merupakan beban tersendiri bagi mereka (2) Dalam pengambilan keputusan orang tua memilih TPA sebagai tempat menitipkan anak dipengaruhi oleh faktor dan aktor di dalamnya (3) Pemahaman orang tua terhadap hak dasar anak di TPA Akhlaqul Karimah dirasa cukup, namun dalam penerapannya orang tua kurang memenuhi kebutuhan tersebut. Simpulan yang diperoleh adalah keberadaan TPA membantu orang tua khususnya perempuan yang bekerja. Namun, hal ini membuat orang tua menjadi terlalu melimpahkan sehingga pemenuhan kebutuhan hak dasar kurang dipenuhi. Bagi masyarakat, sering menyalahkan perempuan secara sepihak. Dan TPA menjadi tempat pelepasan salah satu beban atau sebagai liberalisasi para perempuan karir yang harus menanggung beban ganda. TPA juga menjadi tempat untuk mengkompromikan tekanan-tekanan yang dihadapi (eksis strategi) oleh perempuan karir dari waktu ke waktu. Kata Kunci : Hak Dasar Anak, TPA, Perempuan Karir, Pengasuhan, Liberalisasi 2
ABSTRACT Siti Koyimah. K8413067. Fulfillment of the Basic Rights of the Child for Parents in Akhlaqul Karimah Aisyiyah Waru Daycare Baki Subdistrict Sukoharjo District. Thesis. Surakarta: Faculty of Teacher and Education Sebelas Maret Surakarta, May 2017. This research aims are: (1) Knowing the meaning of children for parents who entrusted in Akhlaqul Karimah Aisyiyah Waru daycare (2) Knowing the decision-making process of parents choosing child care as a place to entrust their children (3) Knowing the parent's understanding of the fulfillment of the basic rights of children in Akhlaqul Karimah Aisyiyah Waru daycare. The research used qualitative descriptive approach with case study. Sources of data were primary and secondary data. The subject of research were used purposive, the informant is the parents who careless with their children and caregiver daycare as data amplifier. Technique of collecting data were interviews and observation. Validity data used method and sources tringulation. Analysis technique used interactive data analysis model by Milles & Huberman which consist of three stages : (1) data reduction; (2) data exposure; And (3) conclusion and verification. Based on the results of this study can be concluded: (1) The meaning of the child for the parent is ambivalent as an investment, as a proof of self-acknowledgment for women, as a complement to the family, and as a workforce. But implicitly, researchers see that basically a child for parents is a burden for them (2) In decision making parents choose daycare as a place to entrust children affected by factors and actors in it (3) Parent's understanding the children basic right in Akhlaqul Karimah daycare is enough, but the fact they don’t fulfill it. The conclusions of the research are the existence of daycare help the parents, especially working women. But, the parents are too depend on daycare, and the basic right of their children aren’t fulfilled. The society blame the women. So that, daycare become a place either to release this burden or reflect the liberalitation of working women. TPA is also a place to compromise the pressures of working women from time to time. Keywords : Children Basic Right, Day Care, Career Women, Parenting, Liberation
3
Tanggung jawab mengurus dan
A. PENDAHULUAN sebuah
memenuhi hak anak pada dasarnya bukan
institusi yang terbentuk karena ikatan
hanya tanggung jawab perempuan sebagai
perkawinan yang didalamnya terdapat ayah
ibu tetapi juga tanggung jawab bersama
ibu sebagai orang tua dan terdapat anak
dari kedua orang tua. Orang tua memiliki
yang lahir dari buah cinta keduanya. Setiap
tanggung jawab dalam memenuhi hak-hak
individu tersebut memiliki peran masing-
anak sehingga anak dapat tumbuh dengan
masing untuk berjalannya sebuah keluarga
baik. Menurut Siahaan H.M (1996:9)
yang ideal. Ayah yang berperan mencari
dalam Malinton (2013) mengemukakan
nafkah
bahwa,
Keluarga
yang
merupakan
sering
menghabiskan
"peranan
adalah
rumah
tangga
mendidik
mengurusi anak dan mengurus rumah
sangatlah penting sebab dalam rumah
tangga. Namun kini banyak perempuan
tanggalah
yang lebih memilih bekerja di ruang publik
memperoleh bimbingan dan pendidikan
sehingga peran mengurus anak tidak dapat
dari orang tua. Tugas orang tua sebagai
dijalankan dengan sepenuhnya.
pendidik pertama dan utama bagi anakanaknya
dalam
tua
waktunya diluar. Sedangkan ibu berperan
Fenomena perempuan yang bekerja
anak
orang
seorang
dalam
anak
mula-mula
menumbuhkan
dan
mengembangkan kekuatan mental, fisik
diruang publik semakin banyak terjadi di
dan rohani mereka”.
keluarga sekarang. Berdasar jenis kelamin Berdasarkan
dalam kurun waktu yang sama, komposisi
pendapat
tersebut,
perempuan yang bekerja lebih besar dari
maka keluarga memiliki peranan yang
pada laki-laki. Hal ini diperkuat dengan
sangat
adanya data Sakernas, jumlah pekerja
mengembangkan pribadi anak. Seiring
perempuan selama 3 tahun (2008-2010)
perkembangan jaman, peran-peran untuk
terus mengalami peningkatan yakni dari
memenuhi hak dan kebutuhan anak sulit
102,01 juta orang pada tahun 2008 menjadi
dilakukan oleh orang tua secara langsung
107,41 juta pada tahun 2010 (Kusumastuti,
karena
2013:1). Dengan adanya hal tersebut, maka
sehingga kadang orang tua tidak sempat
peran mengasuh anak tidak mungkin
mengawasi perkembangan anaknya, dan
dilakukan oleh ibu-ibu sekarang.
tidak sempat memberikan bimbingan pada
penting
kesibukannya
dalam
dalam
upaya
bekerja
anaknya. Hal ini mempengaruhi konsep 4
anak bagi orang tua sekarang yang
data Wahyuti (2003)
mengalami perubahan.
seluruh Indonesia
Dulu
menurut
Hildred
jumlah TPA di
sampai tahun 2002
sebesar 1.789 lembaga.
Geertz
(1983), anak merupakan sesuatu yang
Begitupun di desa Waru yang kini
sangatlah berharga dimana berbagai ritual
sudah
dilakukan demi keselamatan sang anak.
dikategorikan cukup banyak karena dalam
Disinilah orang tua menjadi sosok utama
satu desa terdapat lebih dari satu TPA,
yang secara langsung mengurus anak mulai
belum lagi desa sekitarnya yang juga
dari
terdapat beberapa TPA dengan berbagai
membedung,
menggendong
anak,
terdapat
3
yang
kegiatan
bisa
menyusui, memberi makanan tambahan
fasilitas
anak, menyapih, menananamkan nilai-nilai
Menjamurnya TPA di desa Waru menjadi
kesopanan, mengajari cara belajar berjalan
hal lumrah mengingat mata pencaharian
dan sebagainya.
penduduk desa Waru rata-rata bekerja
Globalisasi yang terus
dan
TPA
diikuti dengan tuntutan yang tinggi terhadap
sebagai
dunia
berkontribusi
sebanyak 107 orang, TNI/Polri sebanyak 6
menyebabkan semakin meningkatnya orang
orang, petani sebanyak 92 orang, pengrajin
tua yang bekerja di luar rumah sehingga
33 orang, pedagang 56 orang, dokter 5
membuat fungsi keluarga sebagai tempat
orang
untuk mendidik anak semakin berkurang.
(http://desawarubaki.blogspot.com
industri
pun
pada
Untuk mengatasi hal tersebut maka
Pegawai
Sipil
dan
7
meningkatnya
dengan menitipkan anaknya ke Tempat
kebutuhan
Penitipan Anak (TPA) agar kebutuhan dan
sekarang.
(PNS)
sebagainya
Desember
orang tua mulai mencari alternatif lain yaitu
hak-hak anak terutama hak dasar anak dapat
Negeri
berbeda.
jumlah
tersendiri
diakses
2016). TPA bagi
Maka menjadi
orang
tua
Belum lagi sekarang, jumlahnya
terpenuhi. Hal ini sesuai dengan hasil
pasti
wawancara Ibu Nafi’ salah satu pengelola
berkembangan jaman dan ditambah dengan
TPA Akhlaqul Karimah pada 30 September
peningkatan jumlah kelahiran dari tiap
2016. TPA sendiri merupakan lembaga
tahunnya
nonformal
membutuhkan jasa tersebut. Dari data BPS
yang
mulai
menjamur
di
mengalami
sehingga
peningkatan
banyak
orang
lingkungan masyarakat baik dilingkungan
bayi yang lahir
kota maupun lingkungan desa. Berdasarkan
tahunnya mengalami peningkatan. 5
karena
tua
di Jawa Tengah tiap
menitipkan anaknya. Padahal TPA hanya 2,5
2,6
pengganti orang tua disaat ditinggal
2,3
2,4
2000
2,14
bekerja. Tak hanya itu, ada beberapa orang
2007
2,2
tua yang menjemput anaknya terlambat
2012
2
bahkan sampai malam, tak jarang pula sang anak sampai dibawa pulang salah
1,8
satu pengasuh di TPA tersebut. Gambar 01. Persentase Jumlah Peningkatan Bayi di Jawa Tengah
Tak cukup sampai disana, beberapa
(Sumber : https://www.bps.go.id diakses tanggal 30 September 2016) Kelahiran
enggan
memandikan
anak,
membersihkan BAB sang anak, terlalu
meningkat jika tanpa di barengi dengan
sering memakaikan pampers pada anak
pendidikan yang baik dan pola asuh yang
dan menyerahkan semua itu kepada TPA
baik
bahkan
kedua
orang
yang
seperti
selalu
dari
bayi
orang tua karir melakukan penelantaran
tua
maka
beberapa
orang
tua
merasa
pertumbuhan anak akan terganggu sedang
direpotkan dengan adanya kehadiran sang
anak adalah investasi kedepan bagi orang
anak.
tua. Banyak diantara orang tua yang
merupakan gambaran tidak terpenuhinya
berusaha membuat anak mereka menjadi
hak dasar anak yang harusnya dipenuhi
anak yang pintar walau kedua orangtua tak
oleh orang tua. Bagi masyarakat pada
secara langsung mengurus dan mendidik
umumnya, tugas-tugas demikian yakni
sang anak dan lebih memilih menitipkan
mengasuh dan mendidik anak merupakan
anaknya kepada institusi lain yaitu TPA.
tugas yang dilimpahkan kepada seorang
Berbagai
fenomena
tersebut
Disinilah terjadi perubahan peran
perempuan, namun karena banyaknya
dan tugas dari orang tua. Beberapa contoh
perempuan yang bekerja di luar maka
kasus dari hasil wawancara Ibu Nafi pada
peran tersebut tidak bisa mereka jalankan.
30 September 2016, selaku pengasuh dan
Pada dasarnya anak merupakan anugerah
pengelola di salah satu TPA di Sukoharjo
dan harta terbesar bagi orang tua. namun,
mengatakan bahwa ada beberapa orang tua
kini seolah orang tua hanya sebatas
yang menitipkan anaknya tidak hanya
melahirkan
disaat bekerja, tetapi disaat hari libur
perannya pada pihak lain.
masih
ada
orang
tua
yang
ingin 6
dan
melimpahkan
semua
Dengan adanya hal tersebut, maka
yang orang tuanya bekerja di luar rumah.
penulis melakukan penelitian di TPAB
Di TPA ini terdapat 35 anak yang
“Akhlaqul
dititipkan
Karimah
Aisyiyah”
yang
dan
6
pengasuh.
Maka
terletak di Desa Waru, Kecamatan Baki,
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Kabupaten Sukoharjo. Penulis meneliti
apa arti anak bagi orang tua yang
pada TPA “Akhlaqul Karimah” yang
menitipkan
berperan dalam pengasuhan anak bagi
mengetahui
orang tua yang bekerja diluar rumah dan
mengambil
memilih menitipkan anaknya di TPA
memilih TPA, dan bagaimana pemahaman
tersebut
orang tua terhadap pemenuhan Hak Dasar
sebagai
alternatif
dalam
pemenuhan hak anak. Peserta didik di
anaknya
di
bagaimana keputusan
TPA, orang pada
untuk tua
akhirnya
Anak.
TPA ini yaitu anak usia lahir - 6 tahun
triangulasi sumber dan triangulasi metode.
B. METODE PENELITIAN Penelitian
ini
Teknik analisis data menggunakan model
menggunakan
analisis data Miles & Huberman yang
metode yaitu deskriptif kualitatif dengan
terdiri dari tiga tahapan yaitu (1) reduksi
pendekatan studi kasus. Untuk sumber
data; (2) paparan data; dan (3) penarikan
data, penelitian ini menggunakan sumber
kesimpulan dan verifikasi.
data primer dan data sekunder. Dalam pengambilan
subyek
menggunakan orang
tua
teknik
yang
C. HASIL
penelitian
purposive
menitipkan
1. Arti Anak bagi Orang Tua
anaknya
lapangan, orang tua yang menitipkan
melimpahkan dengan berbagai variasi baik
anaknya di TPAB Akhlaqul Karimah
dari
serta
sekitar 30 orang berasal dari latar
pengasuh TPA sebagai penguat data.
belakang keluarga yang berbeda-beda
Teknik pengumpulan data yang digunakan
dengan pekerjaan yang berbeda pula.
adalah wawancara dan observasi. Uji
Kebanyakan pekerjaan orang tua yang
validitas
menitipkan anak di TPAB Akhlaqul
data
dan
yang
dan
Berdasarkan hasil temuan di
terlalu
pendidikan
anaknya
DAN
PEMBAHASAN
yaitu
dengan kriteria orang tua yang kurang memperdulikan
PENELITIAN
pekerjaan
digunakan
yaitu 7
Karimah yaitu bekerja sebagai pegawai
memiliki alternatif lain seperti diasuh
kantor, buruh pabrik, maupun guru.
sendiri oleh ibunya, tetangga ataupun
Setiap orang tua yang memiliki anak
dititipkan
akan mengartikan keberadaan anak
setelah adanya TPA ini, maka banyak
tersebut dengan berbeda, begitupun
orang tua berinisiatif menitipkan sang
dengan orang tua di TPAB Akhlaqul
anak ke TPA. Proses pengambilan
Karimah. Arti anak bagi orang tua
orang tua dalam memutuskan kemana
bersifat ambivalen karena disatu sisi
anak akan dititipkan tidaklah lepas dari
orang tua yang menitipkan anaknya di
peran berbagai pihak seperti dari sang
TPAB Akhlaqul Karimah mengartikan
suami, rekan kerja maupun dari nenek.
memiliki anak merupakan investasi
Namun,
bagi
memutuskan suatu hal adalah sang
orang
tua,
sebagai
bukti
pengakuan dirinya bagi perempuan, sebagai
pelengkap
keluarga,
ke
neneknya.
biasanya
Namun,
pihak
yang
suami.
dan
Hal ini, tidak terlepas dari
sebagai sumber tenaga kerja. Namun
kehidupan
masyarakat
disisi lain, secara tersirat anak bagi
cenderung
patriakal
orang tua merupakan beban tersendiri
adalah pemegang keputusan tertinggi
bagi mereka.
di
dalam
keluarga.
Jawa bahwa
Orang
yang suami
tua
Keputusan
khususnya perempuan karir tidaklah
Orang Tua Menitipkan Anak di
memiliki pilihan lain selain menitipkan
TPA
anaknya di TPA karena berbagai hal
2. Proses
Pengambilan
Dalam
proses
keputusan
orang
menitipkan
sang
merupakan
proses
seperti tidak memungkinkannya anak
pengambilan tua
dibawa saat bekerja, maupun kesulitan
memilih TPA
mencari pengasuh yang mau mengasuh
tidaklah
sang anak di rumah. Maka keputusan
tunggal dan dipengaruhi oleh beberapa
menitipkan anak di TPA menjadi
faktor
pilihan terakhir bagi perempuan karir
dan
aktor
anak
di
yang
yang
berperan
maupun orang tua sekarang.
didalamnya. Sebelum adanya TPA di Desa Waru, orang tua yang menitipkan
3. Pemahaman Orang Tua Terhadap
di TPAB Akhlaqul Karimah dengan
Pemenuhan Kebutuhan Hak Dasar
jumlah
Anak
anak
sebanyak
35
orang 8
Pemahaman orang tua terhadap Hak
dan mengasuh sang anak, sedang ranah
Dasar
Akhlaqul
publik ditempatkan untuk laki-laki sebagai
Karimah dirasa sudah cukup, namun
seorang suami dan ayah yang berperan
dalam penerapannya orang tua kurang
bekerja di luar rumah (Abdullah, 2006 : 4).
Anak
di
TPAB
memenuhi kebutuhan Hak Dasar Anak
Namun
kini,
perempuan
mulai
yakni baik dalam memberikan waktu
memasuki dunia kerja sehingga peran
bersama anak, pemberian ASI, Hak
untuk mengurus sang anak pun terabaikan.
atas pendidikan Informal anak, Hak
Dalam hal ini, perempuan karir yang telah
anak untuk bermain di luar, Hak atas
menikah dan bekerja akan memiliki beban
kesehatan, dan Hak Partisipasi. Sedang
ganda (double burden) baik pekerjaan di
dalam pemenuhan Hak kasih sayang
rumah maupun di tempat kerja. Dengan
dan Hak Perlindungan anak dirasa
beban ganda tersebut, perempuan kesulitan
sudah cukup. Apa yang orang tua
dalam menjalankan 2 peran yang ia
pikirkan dan apa yang mereka lakukan
tanggung maka alternatif lain yang bisa
sering kali tidaklah sesuai dengan
dilakukan salah satunya dengan adanya
tindakan kesehariannya sehingga TPA
TPA. Keberadaan TPA bagi perempuan
bisa saja menjadi tempat melepaskan
menjadi
dan pelimpahan semua peran mereka
(liberalisasi) dari salah satu beban tersebut
untuk mengurus dan mengasuh anak.
untuk meraih apa yang ia inginkan. Karena
4. Pembahasan
tempat
membebaskan
diri
hal inilah, maka hak dasar anak cenderung
Dalam penelitian ini, kaitannya
kurang dipenuhi oleh orang tua terutama
dengan pemenuhan hak dasar anak maka
oleh perempuan karena bagi masyarakat
orang
perempuanlah lebih berperan pada ranah
tua
yang
cenderung
terlalu
melimpahkan perannya sebagai orang tua kepada
TPA,
domestik.
bagi
masyarakat
akan
Perempuan-perempuan karir yang
secara
sepihak
yakni
menitipkan anaknya di TPA pada dasarnya
perempuan. Dalam berkeluarga, perempuan
memiliki tekanan-tekanan selama ia di
bagi
lebih
rumah. Perempuan karir memiliki beberapa
menduduki posisi sebagai seorang istri dan
beban yang harus ia tanggung baik beban
ibu yang hidup dalam ranah domestik
untuk mengurus urusan rumah dan anak
dengan tanggung jawab mengurus rumah
namun,
menyalahkan
masyarakat
secara
culture
9
bekerja
juga
menjadi
beban
tersendiri bagi setiap perempuan. Di satu
tidak bisa. Tak hanya itu informan lain
sisi perempuan memiliki keinginan untuk
seperti Bu UP yang juga sependapat dengan
tinggal di rumah dan mengasuh sang anak
Bu HR. Bagi mereka pendidikan yang
namun, disisi lain perempuan harus bekerja
tinggi, membuat mereka tidak terkukung
karena tuntutan ekonomi yang dirasa
dengan perannya yang hanya di rumah,
kurang seperti kebingungan yang dirasakan
yang hanya bertugas mengasuh anak dan
informan bernama Bu AH.
mengurus
rumah.
Pendidikan
menjadi
diri
sebuah alat untuk liberalisasi dari berbagai
perempuan, namun disisi lain ekonomi
beban yang ia tanggung. Maka dengan
keluarga yang
bekerja,
Adanya
tekanan
dalam
kurang, maka bekerja
perannya
mengasuh
ibu
untuk
anak
dapat
menjadi pilihan perempuan dan menitipkan
mengurus
anak menjadi pelepasan salah satu beban
terkurangi dengan adanya TPA.
yang ditanggung. Begitupun yang dialami
dan
sebgaai
Sedangkan tidaklah
laki-laki
yang
dibebani
telah
informan lain baik Bu HR, Bu RN, Bu UP,
menikah
dengan
maupun istri Pak WA yang bekerja begitu
pekerjaan rumah, karena perannya yang
kerasnya dari pukul 7 pagi hingga 9 malam
hanya bekerja mencari nafkah di luar. Bagi
demi memenuhi ekonomi keluarga dan
sebagian laki-laki masih merasa malu harus
memuaskan dirinya akan sebuah status.
mengasuh sang anak ketika istri bekerja
Tekanan dalam diri perempuan karir
karena menganggap bahwa mengasuh anak
pada umumnya, juga berkaitan dengan
merupakan pekerjaan perempuan, seperti
adanya perasaan malu jika tidak bekerja
yang diutarakan oleh salah satu informan
dan keinginan untuk mendapatkan sebuah
bernama Pak WA yang awalnya malu saat
pengakuan
mengasuh sang anak karena kesulitan
dari
masyarakat,
karena
mencari pengasuh.
banyaknya perempuan yang telah meraih pendidikan tinggi hingga jenjang sarjana.
Tekanan-tekanan
yang
dihadapi
Seperti Bu HR yang merasa eman-eman
perempuan karir yang menitipkan anaknya
(sia-sia) jika ia tidak bekerja. Hal ini karena
di TPA tidak hanya dari dalam dirinya
Bu
gelar
namun, terdapat pula tekanan lain dari
jika
orang lain seperti tekanan dari orang tua
pendidikannya hanya untuk menghabiskan
atau dari mertua. Berdasar wawancara
waktunya di rumah, maka Bu HR merasa
beberapa informan merasa malu jika tidak
HR
Sarjananya
sudah
menamatkan
bahkan
2
kali,
dan
10
bekerja karena adanya rasa perkewuh
anaknya
di
TPA secara
tidak sadar
seperti Bu HR yang mengungkapkan.
melimpahkan peran pengasuhan sang anak
Adanya fenomena orang tua yang
kepada perempuan lain yaitu pengasuh di
menitipkan anaknya di TPA serta kurang
TPA yang semuanya adalah perempuan.
terpenuhinya hak dasar anak pada dasarnya
Berdasarkan
karena konsep liberalisasi diri tersebut.
seksual
Bagi Taylor secara psikologis sangatlah
mengasuh dan mendidik anak merupakan
penting bagi perempuan untuk bekerja.
pekerjaan
Untuk menjadi partner dan bukan budak
diperuntukan untuk perempuan. Hal ini
dari
punya
terlihat dalam penerimaan karyawan baru
penghasilan sendiri dari pekerjaannya di
di TPAB Akhlaqul Karimah syarat yang
luar rumah. Namun, Taylor menyadari
diajukan haruslah perempuan muslimah.
suami,
perempuan
harus
pembagian
(jenis
yang
kerja
kelamin),
secara
pekerjaan
dikhususkan
dan
bahwa tidak ada seorang perempuan yang
Para pengasuh dan pendidik yang
dapat menjadi istri dan ibu sekaligus
merupakan perempuan yang ketika di
pekerja yang hebat, tanpa bantuan orang
rumah juga berperan mengasuh anak dan
lain.
mengurus rumah, sedang disisi lain mereka keluar rumah untuk bekerja dengan harapan
Begitu juga dengan perempuanmenitipkan
terbebas dari peran domestik tersebut
anaknya di TPA. Maka bisa disebut bahwa
namun sayangnya mereka kembali lagi ke
TPA
untuk
ranah domestik. Perbedaanya hanya ketika
mengkompromikan tekanan-tekanan yang
mereka di rumah, mereka mengasuh anak
dihadapi (eksis strategi) oleh perempuan
mereka sendiri tanpa diberikan imbalan.
karir dari waktu ke waktu.
Sedangkan ketika perempuan itu bekerja di
perempuan
pekerja
yang
merupakan
tempat
TPA, mereka sama-sama mengasuh anak Namun perempuan
sayangnya,
karir
yang
perempuanbekerja
tetapi
dan
tidak
langsung
pengasuh
yang
tersebut
secara
tidak
sadar
terkukung kembali kepada ranah domestik
juga memiliki pemikiran serupa dengan Perempuan
tersebut
uang (gaji). Pada dasarnya perempuan
melakukan
penindasan kepada perempuan lain yang
mereka.
mengasuh
dberikan penghargaan berupa imbalan atau
melepaskan salah satu beban tersebut secara
pekerjaan
yang dikhususkan untuk perempuan. Para
menitipkan
pengasuh tersebut secara tidak langsung 11
mereka bekerja karena adanya tekanan-
D. Simpulan
tekanan yang juga dirasakan perempuan
Sesuai uraian diatas maka dapat
pekerja lain. Seperti Bunda TT dan Bunda
disimpulkan sebagai berikut: (1) Arti anak
FT yang bekerja karena tuntutan keluarga.
bagi orang tua bersifat ambivalen karena
Beban ganda pun dirasakan juga
disatu sisi orang tua yang menitipkan
oleh perempuan lain yaitu para pengasuh
anaknya di TPAB Akhlaqul Karimah
TPA. Perempuan harus bekerja baik di
mengartikan memiliki anak merupakan
rumah maupun di tempat kerja tanpa
investasi, sebagai bukti pengakuan dirinya
adanya bantuan dari suami. Adanya konsep
bagi
tersebut benar-benar merugikan bagi pihak
keluarga, dan sebagai sumber tenaga kerja
perempuan.
Namun disisi lain, peneliti secara tersirat
dalam
Untuk
keluarga
tercipta
maka
kesetaraan
sebagai
pelengkap
The
melihat bahwa pada dasarnya anak bagi
Fountain of Age, terdapat pesan dimana
orang tua merupakan beban tersendiri
harus
bagi
mengembangkan
berdasar
perempuan,
sifat
androgini
mereka.
(2)
Dalam
keputusan
orang
proses
didalam sebuah keluarga. Sehingga peran
pengambilan
tua
dan pembagian kerja bisa terbagi dengan
memilih menitipkan sang anak di TPA
baik tanpa mengalami ketimpangan salah
merupakan proses yang tidaklah tunggal
satunya.
dan dipengaruhi oleh beberapa faktor dan harus
aktor yang berperan didalamnya (3)
saling mendorong satu sama lain dan saling
Pemahaman orang tua terhadap hak dasar
bekerjasama demi kesejahteraan keluarga.
anak di TPAB Akhlaqul Karimah dirasa
Demikian pula dengan keluarga-keluarga
sudah cukup, namun dalam penerapannya
sekarang,
orang tua kurang memenuhi kebutuhan
Perempuan
dimana
dan
laki-laki
perempuan
sudah
diberikan kebebasan untuk bekerja namun,
hak dasar anak.
tanggung jawab ranah domestik pun juga
Dengan
keberadaan
harus dijalankan oleh perempuan sehingga
membantu
perempuan memiliki beban ganda. Dan
perempuan yang bekerja. Namun, orang
disini sifat androgini harus ditumbuhkan
tua menjadi terlalu melimpahkan sehingga
pada laki-laki sehingga beban tersebut bisa
pemenuhan kebutuhan hak dasar kurang
dibagi.
dipenuhi. Hal ini bagi masyarakat sering menyalahkan 12
orang
secara
tua
TPA
khususnya
sepihak
yakni
perempuan. Sehingga keberadaan TPA menjadi tempat pelepasan salah satu beban atau sebagai liberalisasi para perempuan karir yang harus menanggung beban ganda. dan TPA merupakan tempat untuk
mengkompromikan
tekanan-
tekanan yang dihadapi (eksis strategi) oleh perempuan karir dari waktu ke waktu.
DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Irwan. (2006). Sangkan Paran Gender. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
2017, https://jurnal.ugm.ac.id/populasi.
Akhir,Yaumil. (1994). Keluarga sebagai Wahana Pembangunan, paper dipresentasikan dalam Seminar NasionalIPADI, diYogyakarta, 4-5 Maret. Diperoleh pada 23 Januari 2017, dari https://jurnal.ugm.ac.id/populasi.
dari
Esphenshade. (1977). The Value and Cost of Children. Population Bulletin, Vol.32, no. 1. Washington D.C.: Population Reference Bureau. Franzen, M.A. (1991). Every Child’s Right:Literacy. The 45(2). The Reading Teacher. Diperoleh tanggal 29 November 2016, dari http://E-Resouces. Perpusnas.go.id.
Daradjat, Zakiah. (1979). Ilmu-Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang. Depdiknas. (2003). Pedoman Rintisan Program Taman Penitipan Anak. Jakarta: Ditjen PLSP Depdiknas RI.
Geertz, Hildred. (1983). Keluarga Jawa. Terj. Hersri. Jakarta: Grafiti Pers
Depsos. (2002). Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Sosial Anak di Taman Penitipan Anak (TPA). Jakarta: Ditjen Bina Kesejahteraan Sosial Depsos RI.
Giantari, V.K. (2012). Perikehidupan Keluarga dalam Kota Layak Anak (Solo, Sragen dan Klaten). Jurnal Perempuan Untuk Pencerahan dan Kesetaraan. Jakarta: FordFoundation
Effendi, Sofian. (1994). Perubahan Struktur dan Peranan Keluarga dalam PJP II. Jurnal Populasi. Lembaga Penelitian Universitas Gadjah Mada Yogyakarta . 5(1). 47-56. Diperoleh pada 23 Januari
Gökalp, Murat, dkk. (2010). Pre-school education and the effects of the relations between parents and teachers on preschool age children (Ordu Centrum). Procedia Social and Behavioral 13
Sciences. 203–212. Diperoleh pada 20 Oktober 2016, dari http://ScienceDirect.com
Moleong, L.J. (2001). Metodologi Penelitian Kualitatif. Cet.XIV. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Gunawan, Imam. (2014). Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
____________. (2002). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
Ihromi. (1999). Bunga Rampai Sosiologi Keluarga. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Nasution, Thamrin. (1985). Peran Orang Tua Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Anak. Jakarta : Kanisius.
Kotaman, Huseyin. (2012). Freedom and Child Rearing: Critic of Parenting Practices From a New Perspective. Social and Behavioral Sciences. 39 – 50. Diperoleh pada 20 Oktober 2016, dari http://ScienceDirect.com
Newberry, J. (2013). Back Door Java, Negara, Rumah Tangga, dan Kampung di Keluarga Jawa. Terj. Bernadetta Esti Sumarah. Jakarta: KITLV-Jakarta dan Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Setyadin, B. (2005). Desain dan Metode Penelitian Kuantitatif. Modul IV disajikan dalam Penataran Tenaga Fungsional Akademik Politeknik Kotabaru, Lembaga Penelitian Universitas Negeri Malang, Kotabaru Kalimantan Selatan, 15-22 Februari 2005.
Kusumastuti, N.I. (2013). Fenomena Taman Penitipan Anak (Tpa) Jaya Kartika Bagi Perempuan Pekerja (Studi Kasus DI TPA Desa Ngringo, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar). Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Liestyasari, S.I.,dkk. (2013). Fenomena Persoalan Anak dalam Kajian Sosial Budaya. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Press.
Supsiloani, dkk. (2015). Eksistensi Taman Penitipan Anak dan Manfaatnya bagi Ibu Rumah Tangga yang Bekerja (Studi Kasus di TPA Dharma Asih Kota Medan). Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, 7 (2). 119-124. Diperoleh pada 28 November 2016 dari http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.ph p/jupiis
Malintoni, Sherly. (2013). Studi tentang pelayanan anak di taman Penitipan anak puspa wijaya tenggarong (versi elektronik). eJournal Sosiatri-Sosiologi, 1(1), 45-73. Diperoleh pada 11 September 2016, dari http://ejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/ 18).pdf.
Suyadi. (2010). Psikologi Belajar Anak Usia Dini. Yogyakarta : Pedagogia.
Mardalis. (2004). Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Tocu, Rodica. (2014). Study On The Parental Beliefs And Attitudes Towards Child Rearing And Education. Social and Behavioral Sciences. 153 – 157. 14
Diperoleh pada 20 Oktober 2016, dari http://ScienceDirect.com Tong,
R.P. (2008). Feminist Thought:Pengantar Paling Komprehensif kepada Aliran Utama Pemikiran Feminis. Terj. Aquarini Priyatna Prabasmoro.Yogyakarta: Jalasutra.
Wahyuti, Tuti. (2003). Posisi Strategis Taman Penitipan Anak. Buletin Pendidikan Usia Dini. 2 (2), 28-37. Xin Gonga, dkk. (2016). The Effects Of Preschool Attendance On Adolescent Outcomes In Rural China. Early Childhood Research Quarterly, 37.140– 152. Diperoleh pada 29 September 2016, dari https://ScienceDirect.com. Http://desawarubaki.blogspot.com diperoleh pada tanggal 7 Desember 2016 www.depnakertans.co.id/upload/doc/RPJP.pdf diperoleh pada tanggal 11 September 2016.
15