JURNAL ILMIAH EKONOMI AKUNTANSI MANAJEMEN PELITA ILMU-VOL 10. NO.2 – OKTOBER 2016
EVALUASI PENERAPAN PROGRAM THE LEADER IN ME PADA BUDAYA ORGANISASI DI SEKOLAH (Sebuah Studi Kasus pada Sekolah yang menerapkan konsep The Leader in Me) Oleh : Dayu Rifanto ABSTRAK Pentingnya pendidikan karakter, terutama karakter yang bercirikan kepemimpinan menjadi sangat penting di terapkan di lingkungan pendidikan, khususnya sekolah. Praktik pendidikan yang tidak meletakan tujuan (pendidikan karakter) tersebut sebagai prioritas utama yang sangat urgen untuk segera dicapai akan mandek pada posisi tawar yang sangat rendah bagi sumber daya insani yang dihasilkan (Zuchdi : 2013). Konsep pendidikan kepemimpinan secara menyeluruh dengan pendekatan The Leader in Me yang berhasil diterapkan pada sekolah – sekolah di Amerika kemudian diterapkan pada sekolah – sekolah di Indonesia, salah satunya adalah di Sekolah Gagas Ceria Bandung. Penelitian ini ingin melihat bagaimana penerapan The Leader in Me di Sekolah Gagas Ceria dilihat dari 5 jendela budaya organisasi yaitu : Leadership, norms & practice, stories & legends, traditions & rituals and Symbols menurut persepsi guru, manajemen serta staff sekolah, serta apa kekuatan dan kelemahan dari implementasi program The Leader in Me menurut persepsi guru, manajemen & staff sekolah serta orang tua. Penelitian dilakukan di SD Gagas Ceria Bandung menggunakan pendekatan kualitatif, dengan mewawancarai 6 orang guru, 3 orang tua dan 1 orang staff sekolah guna mendapatkan pemahaman penerapan The Leader in Me dilihat menggunakan 5 jendela budaya organisasi. Dari hasil penelitian, tampak sangat kuat adalah penerapan terhadap jendela budaya symbol. Kata Kunci:
The Leader in me, budaya organisasi, kepemimpinan dan pendidikan karakter
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ini difokuskan pada evaluasi penerapan pendidikan karakter kepemimpinan dengan pendekatan The Leader in Me yang dilihat menggunakan 5 Jendela Budaya Organisasi menurut Ira M Levin. Di Indonesia sendiri ada 60 Sekolah yang telah menerapkan program The Leader in Me, dan telah selesai program pendampingan dari Yayasan Dunamis sebagai pemilik program, dalam hubungannya dengan penelitian ini, ada sekolah yang sedang dalam pelaksanaan di tahun ke tiga di Bandung. Pentingnya pendidikan karakter, terutama karakter yang bercirikan kepemimpinan menjadi sangat penting di terapkan di lingkungan pendidikan, khususnya sekolah. Konsep pendidikan kepemimpinan secara menyeluruh yang berhasil diterapkan pada sekolah – sekolah di Amerika kemudian diterapkan pada sekolah
Tulisan 1, Oleh : Dayu Rifanto
Page 1
JURNAL ILMIAH EKONOMI AKUNTANSI MANAJEMEN PELITA ILMU-VOL 10. NO.2 – OKTOBER 2016
– sekolah di Indonesia, dengan konsep yang bernama The Leader in Me. Dan pada implementasi di Sekolah Gagas Ceria Bandung. Dari data permulaan, ditemukan fenomena adanya keberhasilan sekaligus target yang tidak tercapai dari penerapan program The Leader in Me di sekolah Gagas Ceria. Hal ini menjadi penting untuk diketahui, untuk dapat diteliti terkait penerapan konsep tersebut, dengan pertanyaan mendasar adalah ( Ross et all : 2012) : 1. Bagaimana penerapan The Leader in Me di Sekolah Gagas Ceria dilihat dari 5 jendela budaya organisasi yaitu : Leadership, norms & practice, stories & legends, traditions & rituals and Symbols menurut persepsi guru, manajemen serta staff sekolah ? 2. Apa kekuatan dan kelemahan dari implementasi program The Leader in Me menurut persepsi guru, manajemen & staff sekolah serta orang tua ? Tujuan penelitian adalah menemukan jawaban dari pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan, yaitu penelitian ini bertujuan menjawab Bagaimana persepsi anggota organisasi dan stakeholder terhadap budaya organisasi setelah diterapkannya program The Leader in Me serta menemukan kekuatan sekaligus kelemahan dari program The Leader in Me. Gambar 1 Kerangka Pemikiran Penelitian
Sumber : Disarikan dari The Leader in Me (Covey : 2009) dan Five Windows Into Organization Culture (Levin : 2000) Tulisan 1, Oleh : Dayu Rifanto
Page 2
JURNAL ILMIAH EKONOMI AKUNTANSI MANAJEMEN PELITA ILMU-VOL 10. NO.2 – OKTOBER 2016
III. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian (contohnya : perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain sebagainya) secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Penelitian kualitatif bertitik tolak dari paradigma fenomenologis yang objektivitasnya dibangun atas rumusan tentang situasi tertentu sebagaimana yang dihayati oleh individu atau kelompok sosial tertentu dan relevan dengan tujuan dari penelitian. Proses observasi dan wawancara mendalam bersifat sangat utama dalam pengumpulan data. Penelitian kualitatif percaya bahwa kebenaran (truth) adalah dinamis. Peneliti kualitatif bermaksud untuk memberi makna atas fenomena secara holistik dan harus memerankan dirinya secara aktif dalam keseluruhan proses studi. Oleh karena itu hasil temuan dalam studi kualitatif sangat dipengaruhi oleh nilai dan persepsi peneliti. Adapun jenis penelitian kualitatif yang digunakan adalah deskriptif, yaitu suatu metode yang digunakan untuk meneliti suatu status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, atau suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Berkaitan dengan pengertian ini, Arikunto (2010) mengungkapkan bahwa penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, namun hanya menggambarkan “apa adanya” tentang suatu variabel, gejala, atau keadaan. Penelitian sendiri akan dilangsungkan selama 2 minggu sampai dengan satu bulan untuk dapat mengumpulkan data yang diperlukan. Terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitian, yaitu, kualitas instrumen penelitian, dan kualitas pengumpulan data. Kualitas instrumen penelitian berkenaan dengan validitas dan reliabilitas instrumen dan kualitas pengumpulan data berkenaan ketepatan cara – cara yang digunakan untuk mengumpulkan data. Oleh karena itu instrumen yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya, belum tentu dapat menghasilkan data yang valid dan reliabel, apabila instrumen tersebut tidak digunakan secara tepat dalam pengumpulan datanya. Data yang dikumpulkan berasal dari hasil wawancara, pengamatan langsung dan bukti otentik yang dimiliki organisasi. Pengumpulan data melibatkan Informan terutama melalui pengamatan dan wawancara. Pemilihan narasumber harus memiliki kriteria telah bekerja ≥ 3 tahun kecuali bagi pihak narasumber orang tua. Berikut adalah data daftar Informan. Tabel 1 Daftar Informan Jabatan Jumlah Manajemen Sekolah 2 Guru 4 Staf Sekolah 1 Orang Tua 3 10 Tulisan 1, Oleh : Dayu Rifanto
Page 3
JURNAL ILMIAH EKONOMI AKUNTANSI MANAJEMEN PELITA ILMU-VOL 10. NO.2 – OKTOBER 2016
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif. Sesudah data dikumpulkan, langkah – langkah yang harus dilakukan oleh peneliti adalah : 1. Pemeriksaan Data (Editing) Sebelum pengumpulan data dilakukan, pewawancatra sudah memberikan penjelasan tentang data yang diperlukan. Dalam praktiknya, hasil kuestioner yang masuk dari Informan masih banyak dijumpai kesalahan, meskipun menurut pewawancara sudah benar. Oleh karena itu, editor diperlukan untuk memeriksa kesalahan atau kekurangan. Editing merupakan proses dasar untuk menguji ketelitian dan tanggung jawab dalam melihat apakah : a. Data sudah benar – benar akurat. b. Terdapat konsistensi antara data dengan fakta di lapangan c. Sudah terdapat keseragaman dalam pemberian tanda dan kriteria jawaban d. Data sudah lengkap e. Telah disusun fasilitas pemberian kode (coding) dan tabulasi 2. Pembuatan Kode (Coding) Proses pembuatan kode merupakan proses pemberian tanda dengan angka atau simbol atas semua jawaban yang terdapat dalam kuestioner. Kode sama diberikan untuk semua kuestioner yang jawabannya sama sehingga dengan tanda, semua jawaban dapat dimasukkan dalam sejumlah kategori atau kelompok. Di sini efisiensi analisis akan tercapai sebab ribuan jawaban dapat diturunkan menjadi enam atau delapan kategori yang dipilih secara seksama. Kategori berisi informasi yang dibutuhkan dianalisis. Ada empat pedoman yang dapat digunakan dalam pembuatan kategori, yaitu : a. Pemberian kode harus didasarkan pada masalah dan tujuan penelitian b. Lengkap dan terbatas c. Saling meniadakan d. Diturunkan dari prinsip klasifikasi Penentuan kategori harus dibuat sedemikian rupa sehingga dapat menyediakan informasi yang diperlukan sesuai dengan tujuan penelitian atau untuk uji hipotesis penelitian. Jika tidak demikian, maka penentuan kategori tidak akan berguna. Relevansi antar kategori merupakan kebutuhan standar yang harus diperhatikan dengan cermat. Irrelevansi terjadi karena beberapa topik memerlukan informasi lebih sedikit dibanding yang lain. Permasalahan lain dalam menentukan kategori adalah batas antar kategori. Kita sering membandingkan data dari sumber berbeda, contohnya tentang usia pekerja. Definisi usia sama, kategori sama pula (kurang dari 20 tahun ; antara 20-29 tahun ; 30-39 tahun ; dan seterusnya), tetapi karena batas kategori masing – masing berbeda, maka hasilnya akan berbeda pula. Tulisan 1, Oleh : Dayu Rifanto
Page 4
JURNAL ILMIAH EKONOMI AKUNTANSI MANAJEMEN PELITA ILMU-VOL 10. NO.2 – OKTOBER 2016
Penentuan kategori harus lengkap dan terbatas. Lengkap artinya sesuai dengan yang dibutuhkan, jangan sampai ada kebutuhan akan informasi yang tidak dapat dipenuhi oleh penentuan kategori. Terbatas maksudnya sebatas yang dibutuhkan, tidak perlu ditambah dengan yang lain sebab penambahan yang tidak perlu hanya akan menambah biaya, waktu dan tenaga. Masing – masing kategori harus bersifat saling meniadakan artinya jelas bisa dibedakan apakah jawaban tesponden termasuk pada suatu kategori atau tidak. Jangan sampai terjadi keraguan dalam memasukan jawaban karena penentuan kategori yang keliru. Penentuan kategori harus mengikuti prinsip klasifikasi, artinya tiap – tiap kelas dalam kategori didefinisikan secara jelas melalui suatu konsep. 3. Penyusunan Tabel (Tabulasi) Tabulasi merupakan proses peringkasan data dan menampilkannya dalam bentuk yang lebih rapi untuk kepentingan analisis lebih lanjut. Tabulasi merupakan suatu tahap yang harus dipertimbangkan sejak awal dalam urutan penelitian. Dalam prosesnya, tabulasi dapat dilakukan secara manual maupun dengan komputer. Jika jumlah variabel penelitian atau pertanyaan tidak terlalu banyak dan waktu yang tersedia cukup panjang, maka tabulasi secara manual sudah mencukupi. Sebaliknya, jika variabel penelitian cukup banyak, waktu terbatas dan jumlah pertanyaan banyak, maka pemrosesan dengan komputer merupakan pilihan tepat. (Murni& Wahyuni : 2005) IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini melihat penerapan program The Leader in Me pada lima jendela budaya organisasi di Sekolah Dasar Gagas Ceria yaitu jendela leadership, jendela norms & practice, jendela stories & legends, jendela traditions & rituals dan jendela symbols. Selain itu melihat kelebihan dan delta dari implementasi program The Leader in Me. Diharapkan dengan memahami penerapannya terhadap budaya organisasi dan memahami kelebihan sekaligus kekuatan penerapan The Leader in Me menjadi masukan berharga bagi pencapaian visi dan misi Sekolah Gagas Ceria melalui penerapan ini. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasannya, maka penerapan The Leader in Me terhadap budaya organisasi dapat terlihat penerapan simbol – simbol dari The Leader in Me sangat mudah ditemukan dalam lingkungan sekolah, termasuk juga dalam bahasa pergaulan sehari – hari. Norma dan tradisi mendapatkan pengaruhnya menjadi lebih cairnya komunikasi yang terbangun antara anggota organisasi satu dengan lainnya, dikarenakan penggunaan bahasa yang sama – sama dimengerti, beberapa praktik ditambahkan dengan proses berbagi tentang insight Leader in Me dan salah satu yang paling utama adalah bermanfaatnya prinsip – prinsip 7 Kebiasaan yang membuat Tulisan 1, Oleh : Dayu Rifanto
Page 5
JURNAL ILMIAH EKONOMI AKUNTANSI MANAJEMEN PELITA ILMU-VOL 10. NO.2 – OKTOBER 2016
rapat – rapat di Gagas Ceria menjadi lebih efisien dan efektif. Penerapan The Leader in Me terhadap cerita – cerita organisasi adalah, adanya cerita – cerita lisan kecendrungan ingin mengaitkan dengan bahasa 7 Habit dari The Leader in Me, sehingga selaras dan diharapkan semakin mempercepat proses internalisasi dari 7 Kebiasaan dan The Leader in Me dalam organisasi sekolah. Kelebihan dan delta dari penerapan program The Leader in Me adalah Kelebihannya adalah munculnya banyak media, aktivitas, kegiatan untuk mengembangkan peran kepemimpinan terutama bagi siswa dan guru. berdampak pada hal – hal praktis seperti rapat yang menjadi semakin efektif, memupuk kemampuan proaktif serta kemampuan bekerjasama dan saling mengerti satu dengan lainnya. Kelebihannya adalah membiasakan, mempertajam, memperjelas maksud, dan memperdalam makna dari sebuah aktivitas kegiatan yang telah menjadi tradisi di SD Gagas Ceria, sedangkan yang kesimpulan yang menjadi deltanya adalah tidak banyak kegiatan yang murni tumbuh akibat penerapan The Leader in Me, kalaupun telah ada dan telah dilakukan dirasakan belum konsisten, selain itu melibatkan orang tua untuk mengerti lebih dalam tentang 7 Kebiasaan dirasakan masih belum dilakukan secara maksimal oleh orang tua. Secara lengkap kesimpulan dari penerapan program The Leader in Me disarikan sesuai dengan jendela budaya dan kelebihan serta deltanya dihubungkan dengan 5 jendela budaya menurut Ira M Levin, berikut ini. a) Penerapan TLIM pada jendela budaya Leadership Beragamnya media bagi guru dan siswa untuk berlatih berbagai macam peran kepemimpinan, sehingga kita bisa melihat bahwa pengaruh The Leader in Me tidak hanya kepada guru saja, juga siswa. Ini sangat terlihat dari berbagai macam peran kepemimpinan yang diberikan kepada siswa, berbagai macam aktivitas yang juga turut melibatkan siswa. Sehingga, terasa sekali bahwa The Leader in Me mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap budaya organisasi khususnya jendela kepemimpinan. b) Penerapan TLIM pada jendela budaya Norms & Practices Hasil wawancara serta observasi beberapa hari yang peneliti lakukan, budaya gagas adalah budaya kerja keras, melakukan yang terbaik dan setiap orang di dorong untuk proaktif selalu. Hal ini dapat saja terjadi akibat tuntutan tanggung jawab, detilnya pekerjaan yang harus dilakukan semisal membuat portofolio semua murid, termasuk portofolio diri guru sendiri, banyaknya inisiatif kegiatan yang dilakukan di Gagas Ceria sendiri, pergantian susunan guru kelas, dimana ini memang karena semangat mau memberikan yang terbaik bagi siswa. Sedang untuk penerapan The Leader in Me terhadap jendela budaya norma dan praktik adalah menjadi lebih cairnya komunikasi yang terbangun antara anggota organisasi satu dengan lainnya, dikarenakan penggunaan bahasa yang sama – sama dimengerti, beberapa praktik ditambahkan dengan proses berbagi tentang insight Leader in Me dan salah satu yang paling utama adalah bermanfaatnya prinsip – Tulisan 1, Oleh : Dayu Rifanto
Page 6
JURNAL ILMIAH EKONOMI AKUNTANSI MANAJEMEN PELITA ILMU-VOL 10. NO.2 – OKTOBER 2016
prinsip 7 Kebiasaan yang membuat rapat – rapat di Gagas Ceria menjadi lebih efisien dan efektif. c) Penerapan TLIM pada jendela budaya Stories & legends Cerita – cerita tentang sejarah pendirian gagas, suka duka saat awal berdiri, diceritakan selain dalam kegiatan informal, juga dalam kegiatan formal, misalnya pada saat guru baru bergabung maka ada masa orientasi dan pelatihan guru, di pelatihan tersebut akan diceritakan oleh pendiri Gagas Ceria, hal ini dirasa menjadi penting sebab nilai – nilai yang dicita – citakan dapat dibangun melalui cerita – cerita tersebut, dan sehingga semua anggota organisasi mempunya persepsi yang sama terhadap visi dan misi organisasi, yang juga dapat dibangun melalui cerita – cerita ini. Memang masih ada beberapa anggota organisasi yang merasa jarang juga cerita ini disampaikan, sehingga perlu juga dibukukan sehingga menjadi bacaan atau pengetahuan yang terdokumentasi. Penerapan The Leader in Me terhadap cerita – cerita organisasi adalah di rasa belum ada, masih jarang, kecuali cerita – cerita yang dibangun dari cerita tentang TLIM sendiri melalui buku ajarnya, itu sebabnya menurut beberapa guru bahwa cerita – cerita masih lisan dan akan baik jika cerita – cerita ini agar bisa selaras dengan penerapan The Leader in Me maka di tarik insightnya menggunakan bahasa – bahasa 7 Habit, sehingga selaras dan diharapkan semakin mempercepat proses internalisasi dari 7 Kebiasaan dan The Leader in Me dalam organisasi sekolah. d) Penerapan TLIM pada jendela budaya Traditions & Rituals Harus diakui bahwa Gagas Ceria adalah sekolah dengan banyak tradisi dan ritual yang kaya dengan nilai, dan sudah dilakukan bahkan sebelum ada penerapan The Leader in Me, sebut saja Gagas Special Weeks, Gagas Ceria Session ini adalah event atau kegiatan atau tradisi dari Gagas Ceria yang sudah berlangsung sebelum penerapan The Leader in Me, namun memang dengan adanya penerapan The Leader in Me kegiatan dan tradisi – tradisi yang mencerminkan proses belajar yang tinggi di Gagas Ceria ini mendapatkan kedalaman, ketajaman dan arah yang dirasa selaras untuk mencapai visi dan misi sekolah, bahkan oleh salah seorang guru disebutkan bahwa betapa cepat di rasa mereka bisa mencapai seperti yang sekarang ini berkat bantuan penerapan The Leader in Me, jika di bandingkan sekolah lain dengan umur sekolah yang sama. e) Penerapan TLIM pada jendela budaya Symbols Pengaruh The Leader in Me pada simbol – simbol organisasi ini salah satu yang paling mudah terlihat. Mulai dari display di kelas yang dibuat dengan pengaruh dari The Leader in Me, display di lingkungan sekolah dengan poster – poster The Leader in Me, penciptaan lagu dan gerak The Leader in Me, penggunaan bahasa – bahasa 7 Habit antar anggota organisasi, sehingga kita akan sering mendengar orang berbicara dengan simbol simbol perkataan habit 1, habit 2 dan yang lainnya. Termasuk beberapa tradisi yang ikut diperdalam dengan Tulisan 1, Oleh : Dayu Rifanto
Page 7
JURNAL ILMIAH EKONOMI AKUNTANSI MANAJEMEN PELITA ILMU-VOL 10. NO.2 – OKTOBER 2016
menariknya pada insight 7 Kebiasaan merupakan pertanda ciri khas dari budaya Gagas Ceria ini. Selain itu, tidak lupa juga surat – surat kepada orang tua, pengumuman di sekolah menggunakan bahasa The Leader in Me sehingga hal ini mengkonfirmasi pengaruh The Leader in Me terhadap simbol – simbol budaya di organisasi. Persepsi kelebihan dan delta dari penerapan The Leader In Me Menjadi guru bisa jadi punya kelebihan dari siswanya, lebih dulu tahu, lebih banyak pengalamannya. Tapi terkadang dalam banyak hal Guru malah belajar banyak dari siswanya, dan keduanya saling belajar, ini yang terjadi menurut peneliti akibat penerapan The Leader in Me salah satunya, saling belajar keteladanan. Jika bicara kekuatan atau kelebihan dari penerapan The Leader in Me di lingkungan SD Gagas Ceria, menurut hasil wawancara dan observasi beberapa hari, dapat peneliti simpulkan bahwa ada empat hal utama yaitu : a) Kelebihan dan delta penerapan TLIM dilihat melalui Jendela Leadership Kelebihannya adalah munculnya banyak media, aktivitas, kegiatan untuk mengembangkan peran kepemimpinan terutama bagi siswa dan guru. Sedangkan yang menjadi deltanya adalah dengan banyaknya aktivitas kegiatan, dan peran yang kepemimpinan yang ada, jika sang pengajar tidak mampu menyusun prioritas kerja dengan baik, maka ia akan mudah tertekan dengan ritme kerja akibat banyaknya kegiatan dan aktivitas di lingkungan Gagas Ceria, terutama untuk pengajar dibawah 3 tahun masa kerja. b) Kelebihan dan delta penerapan TLIM dilihat melalui Jendela Norms& Practices Kelebihannya adalah berdampak pada hal – hal praktis seperti rapat yang menjadi semakin efektif, memupuk kemampuan proaktif serta kemampuan bekerjasama dan saling mengerti satu dengan lainnya. Tetapi hal seperti proaktif, kemampuan kerjasama dan saling mengerti dengan intensitas tinggi mengingat tuntutan kerja yang tinggi, kordinasi antar guru yang ketat, pencatatan administrasi cukup banyak jika sang pengajar khususnya tidak mampu mengelola waktunya dengan baik maka ia akan mudah merasa tertekan. c) Kelebihan dan delta penerapan TLIM dilihat melalui Jendela Stories & Legends Kelebihan pada jendela budaya ini adalah bahwa cerita – cerita tentang sejarah dan budaya sekolah diketahui semua anggota organisasi sekolah, dan diceritakan khususnya saat ada kegiatan pelatihan guru baru, sedang cerita lainnya bersifat spontan. Sedangkan deltanya adalah seharusnya cerita – cerita ini diselaraskan dengan istilah – istilah The Leader in Me sehingga satu dengan lainnya mendukung penerapan sebuah budaya kepemimpinan di Gagas Ceria. Tulisan 1, Oleh : Dayu Rifanto
Page 8
JURNAL ILMIAH EKONOMI AKUNTANSI MANAJEMEN PELITA ILMU-VOL 10. NO.2 – OKTOBER 2016
d) Kelebihan dan delta penerapan TLIM dilihat melalui Jendela Traditions & Rituals Kelebihannya adalah membiasakan, mempertajam, memperjelas maksud, dan memperdalam makna dari sebuah aktivitas kegiatan yang telah menjadi tradisi di SD Gagas Ceria, sedangkan yang kesimpulan yang menjadi deltanya adalah tidak banyak kegiatan yang murni tumbuh akibat penerapan The Leader in Me, kalaupun telah ada dan telah dilakukan dirasakan belum konsisten, selain itu melibatkan orang tua untuk mengerti lebih dalam tentang 7 Kebiasaan dirasakan masih belum dilakukan secara maksimal oleh orang tua. e) Kelebihan dan delta penerapan TLIM dilihat melalui Jendela Symbols Kelebihannya adalah kita akan merasa dikepung oleh berbagai symbol The Leader in Me, mulai dari poster, hasil karya anak, tulisan tentang The Leader In Me, kalimat bijak, juga penggunaan istilah – istilah dalam percakapan sehari hari di lingkungan sekolah, sehingga dirasakan The Leader in Me hadir dimana – mana. Tetapi sayangnya, symbol – symbol The Leader in Me tidak ada satu pun yang berkaitan dengan dimensi pencapaian target The Leader in Me yang dirasa sangat penting, karena berisis pedoman pencapaian, sehingga perlu dimengerti oleh guru, staf sekolah, siswa, bahkan oleh orang tua. V. KESIMPULAN Dari kesimpulan diatas, peneliti dapat memberikan beberapa saran atau masukan berdasarkan masing – masing jendela budaya sehingga membuat penelitian ini menjadi lengkap, antara lain adalah : a) Saran penerapan The Leader in Me dalam hubungannya dengan jendela budaya Leaderhip. Perlunya pendampingan bagi guru terutama yang baru (masa kerja 0-3 tahun) dalam rangka membiasakan dirinya dengan ritme kerja di Gagas Ceria, karena dengan aktivitas yang beragam maka diperlukan guru yang mampu mengelola kegiatannya dengan baik. Atau juga disediakan tambahan guru untuk mengelola kegiatan yang administratif sifatnya sehingga dapat membantu fungsi guru di Kelas. b) Saran penerapan The Leader in Me dalam hubungannya dengan jendela budaya Norms & Practices Karakteristik kerja di Gagas Ceria menuntut jenis pekerja yang mempunyai karakter yang sesuai dengan budayanya, kerja cepat, kerja keras dan kemampuan sinergi yang tinggi dimana ini membutuhkan orang yang tepat, oleh karena itu pada saat perekrutan sudah harus disesuaikan dengan karakter ini. Dan ditengah tuntutan pekerjaan yang banyak, harus ada pendamping atau fungsi pendampingan dari HRD.
Tulisan 1, Oleh : Dayu Rifanto
Page 9
JURNAL ILMIAH EKONOMI AKUNTANSI MANAJEMEN PELITA ILMU-VOL 10. NO.2 – OKTOBER 2016
c) Saran penerapan The Leader in Me dalam hubungannya dengan jendela budaya Stories & Legends Saran pada jendela budaya ini adalah membuatkan buku atau media belajar tentang cerita – cerita yang dapat digunakan untuk mengembangkan budaya organisasi. Sehingga cerita ini menjadi media belajar baik belajar budaya juga belajar tentang The Leader in Me yang dihubungkan dengan cerita – cerita pendiri Gagas ceria. Jika media ini melibatkan guru, siswa dan orang tua maka menjadi sangat strategis sebagai salah satu unsur budaya di gagas yaitu melibatkan banyak pihak.Terkait Budaya Organisasi adalah bahwa perlu diceritakan dan didokumentasikan sejarah organisasi Gagas Ceria sehingga bisa dijadikan rujukan, pegangan dan edukasi kepada anggota organisasi yang baru, mengingat hal tersebut berisi filosofi, sarat nilai dan makna dari pendiri, sekaligus dikemudian hari berguna jika Gagas Ceria berkembang maka sudah ada dokumentasi terhadap ingatan dari perjalanan Gagas Ceria yang penting sebagai fondasi semua anggota organisasi. d) Saran penerapan The Leader in Me dalam hubungannya dengan jendela budaya Traditions & Rituals Saran pada jendela ini adalah agar ada tradisi yang benar – benar baru muncul dari penerapan TLIM dan tradisi ini dapat dilakukan secara konsisten, selain itu perlunya melibatkan orang tua dalam pelatihan dan pendampingan menerapkan The Leader In Me dirumah. e) Saran penerapan The Leader in Me dalam hubungannya dengan jendela budaya Symbols. Saran terkait jendela budaya ini adalah membuat penanda tentang target pencapaian The Leader in Me di lingkugan sekolah, bila perlu melibatkan siswa dan orang tua untuk memberi masukan bentuknya. Hal ini agar tercipta keterlibatan dan dengan begitu aktor aktif penerapan The Leader in Me bukan hanya manajemen atau tim Lighthouse saja tetapi semua pihak, dan terfasilitasi dengan hal ini . DAFTAR PUSTAKA Anderson, Loretta. 2011. The Effects Of Formal Leadership Lesson on The Emergence of Positive Social Leadership Skills of Pre-Kindergarten Students. The School Of Education ST Jhon’s University. Armanu, Thoyib. 2005. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan Vol 7. No 1. Hubungan Kepemimpinan, Budaya, Strategi, dan Kinerja. Pendekatan Konsep. Surabaya Aqib, Zainal. 2012. Pendidikan Karakter di Sekolah Membangun Karakter dan Kepribadian Anak. CV Yrama Widya. Bandung Covey, Stephen R. 2000. Seven Habits of Highly Effective People, Ebook Covey,Sean.2001. Seven Habits of Highly Effective Teens, Binarupa Aksara. Covey, Stephen R. 2009. The Leader in Me, Kisah Sukses Sekolah dan Pendidik Menggali Potensi Terbesar Setiap Anak. Gramedia Pustaka Utama.
Tulisan 1, Oleh : Dayu Rifanto
Page 10
JURNAL ILMIAH EKONOMI AKUNTANSI MANAJEMEN PELITA ILMU-VOL 10. NO.2 – OKTOBER 2016
Covey, Franklin. 1.0 English October 2010 Center For Advanced Research, What Do We Want For Our Children, Klostermarksskolen Roskilde, Denmark Covey, Franklin October 2010 Center For Advanced Research,Joseph Welsh Elementary School. Covey, Franklin August 2011 Center For Advanced Research, The Leader in Me at Freemont Elementary School. Covey, Franklin 2007 Center For Advanced Research, Dreaming Big In Guatemala Covey, Franklin 2007 Center For Advanced Research, The Effects of “7 Habits” Training on Perceived Change at California University of Pennsylvania. Depiyanti, Oci Melisa. Model Pendidikan Karakter di Islamic Full Day School ( Studi Deskriptif pada SD Cendekia Leadership School, Bandung). Jurnal Tarbawi Vol.1 No 3 September 2012. Bandung Endriansyah.2013, Tesis. Menelaah Pemahaman dan Pelaksanaan Kerja Account Officer secara Onsite, Universitas Diponegoro Farisi, Mohammad Imam.Desain dan Konten Kurikulum Pendidikan Dasar Berbasis Karakter untuk Generasi Bangsa 2045. FKIP Universitas Terbuka, UPBJJ Surabaya. Ferdinand, Augusty.2011. Metode Penelitian Manajemen, BP Undip Edisi 3 Fonzi, Judith, Ritchie, Kathleen. 2011, The Leader in Me Research Literature Review. Warner School of Education, University of Rochester. Handan, Yusuf.2003. Penerapan konsep 7 Kebiasaan Manusia Efektif dalam profesi dosen, Media Mediator. Hatch, David. The Leader in Me, What it is and How it is Delivered, Franklin CoveyEducation,http://school.fultonschools.org/es/shakerag/Documents /Misc%20Docs/Covey%20Framework.pdf Istyarini, 2008. Tesis. Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Budaya Organisasi terhadap Keunggulan Suatu Sekolah di Sekolah Dasar Kabupaten Blora. Universitas Negeri Semarang Koesoema, Doni. 2011. Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di Zaman Global. Grasindo, Jakarta. Kong, Siew Huat. 2003. A Portrait of Chinesse Through The Lens of Organizational Culture. Asian Academy Of Management Journal, Vol 8 No 1. Listyarti, Retno. 2012. Pendidikan Karakter dalam Metode Aktif, Inovatif dan Kreatif. Esensi Erlangga. Jakarta Levin, Ira M. 2008. Five Windows into Organization Culture, An Assessment Framework and Approach. Organizational Development Journal Leithwood, Kenneth et All, 2004.How Leadership Influences Student Learning, Center For Applied Research and Educational Improvement University Of Minnesota Lestari, Hanna et All, 2013. Pengukuran Budaya Organisasi Pada Industri Minuman di Jawa Tengah untuk Meningkatkan Daya Saing di Era Global. Miles, M.B & Huberman, A.M.1992. Analisis Data Kualitatif, Buku Sumber Tentang Metode – metode Baru. Marshall, Catherine & Rossman, Gretchen B. Mendesain Penelitian Kualitatif Moleong, Lexy J.2005. Metodologi Penelitian Kualitatif, PT Remaja Rosdakarya, Bandung Tulisan 1, Oleh : Dayu Rifanto
Page 11
JURNAL ILMIAH EKONOMI AKUNTANSI MANAJEMEN PELITA ILMU-VOL 10. NO.2 – OKTOBER 2016
Marzuki. 2012. Pengembangan SoftSkill Berbasis Karakter Melalui Pembelajaran IPS Sekolah Dasar, IKIP PGRI Madiun Mulyono, 2013. Tesis. Implementasi Pendidikan Karakter Dalam ISMUBA (Al Islam – Kemuhamadiyahan Bahasa Arab) Sekolah Muhamadiyah di Kota Salatiga. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga Marzuki. Pengintegrasian Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran di Sekolah. FIS Universitas Negeri Yogyakarta. Prastowo, Andi. 2012. Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian, Ar-Ruzz Media, Yogyakarta. Rahmawati, Shintya Novita. 2012. Budaya Organisasi Pascatransformasi Oganisasi di PT Telkom (Studi Kasus pada PT. Telkom DIV A IV Jateng & DIY Semarang) Ross, Steven : Laurenzane, Mary et all. 2012. Implementation Quality and Outcomes of The Leader In Me (TLIM) Program: Case Studies at Two Diverse Elementary Schools, The Center for Research and Reform in Education, Jhon Hopkins University Robbins, Stephen P. 2006. Perilaku Organisasi. PT Indeks Kelompok Gramedia. Jakarta Sumarni, Murti & Wahyuni, Salamah. 2005. Metodologi Penelitian Bisnis. Penerbit Andi Suryabrata, Sumadi. Psikologi Pendidikan. 1993. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta Sutapa, Made. 2006. Model Pengembangan Sekolah Efektif. Jurnal Ilmiah Guru COPE Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung. Alfa Beta Schein, Edgar H. 2004. Organizational Culture and Leadership. Josey Bass Third Edition. San Fransisco Soedjono, 2005.Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Organisasi dan Kepuasan Kerja Karyawan pada Terminal Penumpang Umum di Surabaya. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan Vol 7 No 1. Surabaya Steinberg S & Li, X. White Paper. Developing The Healthy Leader : Return on Investment of The Leader in Me in Selected Alberta Schools, March 2014. Suyanto, 2009. Urgensi Pendidikan Karakter, Artikel Dirjen Pendidikan Dasar dan Menegah. (http://www.pendidikankarakter.org/articles_004.html) Tryanasari, Dewi . 2012. Menumbuhkan Karakter Baik (Good Character) melalui Menulis Kreatif di Sekolah Dasar. Prodi PGSD IKIP PGRI Madiun publikasi Ilmiah UMS. Solo Wibowo, 2010. Budaya Organisasi, Sebuah Kebutuhan Untuk Meningkatkan Kinerja Jangka Panjang. PT Raja Grafindo Persada. Warmansyah Abbas, Ersis. Pendidikan Karakter. 2014. Niaga Sarana Mandiri. Bandung Yuliawan, TP. 2012, There is No Such Things as Future Leader Dunamis Newsletterhttp://www.dunamis.co.id/knowledge/details/articles/208 Yadnyawati, Ni Wayan. 2012. Analisis Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Employee Engagement Studi Kasus pada PT Bursa Efek Jakarta. Universitas Indonesia Zuchdi, Damiyati et all. 2012. Model Pendidikan Karakter Terintegrasi Dalam Pembelajaran dan Pengembangan Kultur Sekolah, Jakarta
Tulisan 1, Oleh : Dayu Rifanto
Page 12