JURNAL ILMIAH ISSN : 1829 - 877X
EDISI 23, JUNI 2016
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
MIMBAR ILMU
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNDIKSHA SINGARAJA Penanggungjawab
Prof. Dr. Ni Ketut Suarni, M.S.Kons Wakil Penanggungjawab Dr. I Made Tegeh, S.Pd, M.Pd Luh Putu Putrini Mahadewi, S.Pd, M.S Drs. Ignatius I Wayan Suwatra, M.Pd Pimpinan Redaksi Prof. Dr. Nyoman Dantes Dewan Redaksi Prof. Dr. Ketut Dharsana, M.Pd, Kons Prof. Dr. Anak Agung Gede Agung, M.Pd Prof. Dr. Gede Sedanayasa, M.Pd Dr. I Komang Sudarma, S.Pd, M.Pd Penyunting Bahasa Indonesia Dra. Ni Wayan Arini, M.Pd Penyunting Bahasa Inggris Gede Wira Bayu, S.Pd, M.Pd Tata Usaha Made Suastawa, S.Pd Made Dyah Pradnya Paramita, SE Urusan Keuangan Luh Putu Santiari, SE Distributor Gusti Made Adi Suryawan, S.Pd Gede Mangku Tirta
ii
DAFTAR ISI Daftar Isi ................................................................................
iii
PENGARUH PENDEKATAN SAINTIFIK DARI PERTANYAAN DOSEN TERHADAP HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA Oleh: Ni Nyoman Ganing..........................................................
1
IMPLEMENTASI MODEL RESOLUSI KONFLIK DENGAN POLA LESSON STUDY UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL Oleh: Ndara Tanggu Renda ................................................... 39 IMPLEMENTASI SUPERVISI KLINIS BERBASIS LESSON STUDY UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 KELAS IV SD NOMOR 4 BANYUASRI Oleh: I Gusti Ngurah Japa ..................................................... 59 PENDAMPINGAN LESSON STUDY UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI KEGURUAN DAN KEMAMPUAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN MASTER DI SD NEGERI 1 PANJI KECAMATAN SUKASADA KABUPATEN BULELENG Oleh: Ni Wayan Rati .............................................................. 78 PENGEMBANGAN BUKU AJAR DENGAN MENGAPLIKASIKAN PRINSIP DESAIN PESAN PEMBELAJARAN Oleh: I Komang Sudarma ....................................................... 111 ASESMEN KINERJA DAN GAYA BERPIKIR SETTING LESSON STUDY DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA I Wayan Wiarta ...................................................................... 135
iii
78
PENDAMPINGAN LESSON STUDY UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI KEGURUAN DAN KEMAMPUAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN MASTER DI SD NEGERI 1 PANJI KECAMATAN SUKASADA KABUPATEN BULELENG Oleh Ni Wayan Rati dan I Gusti Ngurah Japa Jurusan PGSD FIP Undiksha email: niwayan_rati @ yahoo.com ABSTRAK
Peningkatan kompetensi guru-guru sekolah dasar (SD) yang tergabung dalam kelompok kerja guru (KKG) Gugus V Sukasada telah dilakukan tahun sebelumnya dengan menerapkan lesson study namun hasilnya belum optimal. Faktor utama sebagai penyebab adalah kurangnya pendampingan yang dilakukan oleh dosen pendamping terutama dalam menerapkan model-model pembelajaran inovatif yang tepat. Solusi yang disepakati untuk dilakukan oleh guru-guru mitra dan para dosen pendamping dari Jurusan PGSD FIP Universitas Ganesha adalah program pendampingan lesson study dengan menerapkan model pembelajaran MASTER yang telah dikembangkan oleh Rose & Nicholl (2003). Solusi ini dianggap tepat karena sintak model pembelajaran MASTER memiliki kemiripan dengan langkah-langkah lesson study. Metode dari kegiatan pengabdian ini adalah pendampingan partisipatori terhadap guru-guru mitra dalam melaksanakan lesson study dengan penerapan model pembelajaran MASTER. Lesson study dilakukan dalam dua siklus yang tiap-tiap siklus terdiri dari tiga langkah kegiatan, yaitu merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi. Lesson Study yang telah dilaksanakan telah mampu mengatasi kompetensi keguruan guru-guru mitra dalam mengatasi permasalahanpermasalahan pembelajaran di SD yang ditunjukkan oleh meningkatnya kemampuan guru menerapkan model-model pembelajaran inovatif khususnya model pembelajaran MASTER. Dampak kegiatan pengabdian ini adalah pembelajaran yang dilaksanakan guru dipandang efektif meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dan guru-guru sudah mampu dalam melaksanakan Lesson Study secara mandiri dan berkelanjutan. Dengan demikian, para guru di KKG Gugus V Sukasada telah mampu meningkatkan kompetensinya secara mandiri dan berkelanjutan. Kata-kata kunci: lesson study, model pembelajaran MASTER, pendampingan
79
ABSTRACT
The increasing competence of elementary teacher which is gather together in teachers group work (KKG) Cluster V Sukasada has been done since last year by implementing lesson study however the result is not yet optimal. Main factor that cause this problem is less of guidance from the lecture especially in implementing appropriate innovative learning models. The solution that agreed by the miter teacher and lectures from PGSD Department FIP UNDIKSHA is lesson study supervise program by implementing MASTER learning model which is developed by Rose & Nicholl (2003). This solution is appropriate because MASTER learning model syntax have many similarities with the steps of lesson study. The method of this service is participatory supervise to the miter teachers in implementing lesson study by MASTERS learning model implementation. Lesson study is done in two cycles and in every cycle consists of three steps that are planning, acting, and evaluating. Lesson study that has been done already able to coped the competence of miter teachers in solved learning problems is elementary which is showed by the increasing teachers ability in implementing innovative learning model especially MASTER learning model. The effect of this service is the effective teaching and learning process to increase student’s learning outcome and teachers already have good ability in implementing lesson study in standalone and continuously. So it can be conclude that the teachers in KKG Cluster V Sukasada can increase their competence in standalone and continuously. Key word: Lesson study, MASTER learning model, supervise.
PENDAHULUAN Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor dominan dalam menentukan kemajuan suatu bangsa dan kebesaran suatu negara. Oleh karena itu, pembangunan SDM mendapatkan perhatian yang sangat besar dari Negara, demikian juga Indonesia. Karena pendidikan merupakan usaha utama dalam pembangunan SDM, maka pemerintah Indonesia telah memberikan perhatian sangat besar pada pendidikan dengan kebijakan 20% anggaran negara yang diperuntukkan untuk itu.
80
Pembangunan SDM Indonesia dimulai dari penyediaan layanan pendidikan yang berkualitas bagi anak-anak Indonesia, salah satunya adalah pendidikan dasar untuk anak-anak di tingkat sekolah dasar (SD). Banyak hasil penelitian telah membuktikan bahwa pendidikan berkualitas di sekolah dasar ditentukan oleh guru sekolah dasar yang profesional. Peningkatan profesionalisme guruguru SD, sebagaimana guru-guru lainnya baik di tingkat TK maupun SMP dan SMA/SMK, terus diupayakan dengan pemberian berbagai pendidikan terkait profesi guru. Lesson Study muncul sebagai salah satu usaha peningkatan kualitas guru secara berkelanjutaan
dengan
mengatasi
masalah
praktik-praktik
pembelajaran dipandang kurang efektif. Seperti dimaklumi bahwa sudah sejak lama praktik pembelajaran di Indonesia pada umumnya cenderung dilakukan secara konvensional yaitu melalui teknik komunikasi oral. Praktik pembelajaran konvesional semacam ini lebih cenderung menekankan pada bagaimana guru mengajar (teacher-centered) dari pada bagaimana siswa belajar (studentcentered) dan secara keseluruhan hasilnya dapat kita maklumi yang ternyata tidak banyak memberikan kontribusi bagi peningkatan mutu proses dan hasil pembelajaran siswa. Untuk mengubah kebiasaan praktik pembelajaran dari pembelajaran konvensional ke pembelajaran yang berpusat kepada siswa memang tidak mudah, terutama di sebagian kalangan guru yang masih resisten atau menolak perubahan/inovasi.
81
Pengalaman melaksanakan Lesson Study menunjukkan bahwa terjadi interaksi intens dan sharing pengalaman antara para guru dan para pembimbing Lesson Study. Dengan demikian, Lesson Study
dapat
dipercaya
tidak
saja
memperbaiki
kualitas
pembelajaran tetapi juga peningkatan profesinalisme guru secara berkelanjutan. Analisis Situasi Sekolah Dasar Negeri (SDN) 1 Panji merupakan salah satu sekolah yang berada dalam Gugus V Sukasada bersama SDN 2 Panji, SDN 3 Panji, SDN 4 Panji, SDN 5 Panji, SDN 6 Panji beserta SDN-SDN yang ada di Desa Sambangan yaitu SDN 1 Sambangan, SDN 2 Sambangan, SDN 3 Sambangan. Guru-guru yang ada di gugus ini membentuk kelompok kerja guru (KKG) Gugus V Sukasada. KKG, merupakan salah satu wadah pengembangan
profesi
guru
dalam
meningkatkan
dan
mengembangkan kualifikasi akademik serta kompetensi secara berkelanjutan.
Kompetensi
yang dimaksud
meliputi
empat
kompetensi, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Anggota KKG Gugus V Sukasada adalah para guru kelas yang ada di semua SDN di Desa Panji dan Desa Sambangan sebanyak 82 orang. Berdasarkan tingkat pendidikan guru, sebagian besar guru telah berpendidikan S1 (96,34%) dan sekitar 3,66% guru masih berpendidikan D2. Selanjutnya, sekitar 71,95% guru
82
telah memperoleh tunjangan sertifikasi. Berdasarkan wawancara dengan salah satu guru, kompetensi para guru perlu ditingkatkan. Hal ini didasari oleh fakta bahwa pencapaian nilai ujian kompetensi guru (UKG) yang diperoleh para guru berada pada rentangan 3,56,0 atau berada pada rentangan kurang hingga cukup kalau dikonversi terhadap PAP. Menurut kepala UPP Kecamatan Sukasada, keberadaan KKG belum memberikan kontribusi yang signifikan terhadap peningkatan kompetensi guru. Hal ini disebabkan banyak guru-guru peserta KKG kurang mampu menerapkan secara mandiri di sekolah mereka masing-masing berbagai
pengetahuan,
teknologi
dan
keterampilan
terkait
peningkatan kompetensi dan perbaikan pembelajaran yang telah diperoleh dalam KKG. Interaksi para guru di KKG perlu dilanjutkan di tingkat sekolah sehingga terjadi proses pembelajaran bersama secara berkelanjutan. Fakultas
Ilmu Pendidikan (FIP)
khususnya
Jurusan
Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Pendidikan Ganesha (UNDIKSHA) telah memperkenalkan Lesson Study kepada para guru-guru di KKG Gugus V Sukasada. Hasil pantauan di SDN 1 Panji, para guru umumnya telah mengenal Lesson Study namun mereka belum mampu menerapkannya. Banyak kendala yang dihadapi para guru dalam menerapkan Lesson Study di antaranya adalah kurangnya pendampingan yang diberikan dalam penerapan di sekolah, kurangnya waktu dan biaya untuk menyiapkan, melaksanakan dan menindaklanjuti hasil-hasil Lesson
83
Study yang mereka coba terapkan, dan peningkatan kompetensi keguruan
khususnya
dalam
menerapkan
model-model
pembelajaran yang baru dan dipandang efektif belum dirasakan manfaatnya dari pengenalan Lesson Study yang telah mereka dapatkan. Berdasarkan analisis situasi tersebut disepakati oleh tim pelaksana dan para guru di SDN 1 Panji untuk melaksanakan program pendampingan peningkatan kompetensi guru menerapkan model-model pembelajaran inovatif melalui Lesson Study. Salah satu
model
pembelajaran
inovatif
yang
disepakati
untuk
dicobaterapkan melalui pelaksanaan Lesson Study adalah model pembelajaran MASTER. Model pembelajaran ini memiliki sintak pembelajaran yang mirip dengan langkah-langkah Lesson Study itu sendiri, sehingga pendampingan yang dilaksanakan bermanfaat ganda yaitu meningkatkan kompetensi dalam menerapkan model pembelajaran inovatif dan sekaligus meningkatkan kemampuan menerapkan Lesson Study sebagai upaya meningkatan kompetensi keguruan secara mandiri dan berkelanjutan. Perumusan Masalah Berdasarkan analisis situasi tersebut dapat diidentifikasi beberapa masalah yang dihadapi oleh guru-guru SD Negeri 1 Panji yang dijabarkan sebagai berikut. (1) Guru-guru
belum
mampu
meningkatkan
kompetensi
keguruannya secara mandiri di sekolah untuk mengatasi
84
permasalahan-permasalahan
pembelajaran
yang
semakin
kompleks akibat berbagai perubahan lingkungan siswa dan pengaruh kemajuan teknologi informasi dan komunikasi; (2) Guru-guru
masih
memerlukan
pendampingan
dalam
mengimplementasikan model-model pembelajaran inovatif khususnya model pembelajaran MASTER yang dipandang efektif dalam meningkatkan aktivitas pembelajaran dan hasil belajar IPA di sekolah dasar; dan (3) Guru-guru belum mampu menerapkan Lesson Study dengan baik karena belum mampu mengatasi kendala-kendala yang dihadapi. Berdasarkan beberapa masalah yang dapat diidentifikasi tersebut disepakati oleh para guru dan tim pelaksana P2M PGSD FIP UNDIKSHA untuk melaksanakan pendampingan penerapan Lesson Study dengan guru model yang mencoba menerapkan model pembelajaran MASTER
pada pembelajaran
IPA. Kegiatan
pendampingan ini dipercaya dapat meningkatkan kemampuan guru-guru di SDN 1 Panji dalam melaksanakan Lesson Study dan melaksanakan peningkatan
pembelajaran kompetensi
inovatif keguruan
yang dalam
berujung
pada
memecahkan
permasalahan-permasalahan pembelajaran di SD. 1. KAJIAN LITERATUR Menurut Purnel’s: Concise Dictionary of Science (1983), ilmu pengetahuan alam (IPA) didefisikan sebagai pengetahuan
85
manusia yang luas, yang didapatkan dengan cara observasi dan eksperimen yang sistematik, serta dijelaskan dengan bantuan aturan-aturan, hukum-hukum, prinsip-prinsip, teori-teori, dan hipotesis-hipotesis. Berdasarkan definisi tersebut, IPA adalah pengetahuan yang memiliki sifat rasional dan objektif tentang alam semesta yang diperoleh melalui observasi dan eksperimen. IPA dapat mengungkap takbir misteri alam semesta secara ilmiah. IPA pada hakikatnya dipandang sebagai produk, proses, dan sikap ilmiah. IPA sebagai produk adalah kumpulan hasil kegiatan empirik dan kegiatan analitik yang dilakukan oleh para ilmuwan selama berabad-abad. IPA sebagai produk terdapat dalam bentuk fakta-fakta, data-data, konsep-konsep, prinsip-prinsip, hukumhukum, dan teori-teori. Jika ditelaah lebih jauh, maka fakta-fakta merupakan hasil kegiatan empirik, sedangkan data, konsep, prinsip, hukum, dan teori dalam IPA merupakan hasil kegiatan analitik. IPA
sebagai
mengumpulkan
proses
diartikan
fakta-fakta
dan
memahami
bagaimana
memahami
bagaimana
menghubungkan fakta-fakta untuk menginterpretasikannya. Para ilmuwan menggunakan berbagai prosedur empirik dan prosedur analitik dalam usaha mereka untuk memahami alam semesta ini. Prosedur-prosedur tersebut disebut proses ilmiah atau proses sains. Keterampilan proses IPA atau keterampilan sains disebut juga keterampilan
belajar
seumur
hidup
sebab
keterampilan-
keterampilan ini dapat juga dipakai untuk kehidupan sehari-hari dan untuk bidang studi yang lain. Keterampilan proses IPA adalah
86
keterampilan yang dilakukan oleh para ilmuwan. Keterampilan tersebut menurut Bundu (2006) di antaranya: keterampilan melakukan
observasi,
mengklarifikasi,
berkomunikasi,
memprediksi, menginferensi, menginterpretasi, merancang dan melakukan eksperimen, mengendalikan variabel, dan keterampilan merumuskan hipotesis. IPA sebagai sikap ilmiah mengandung makna bahwa dalam pendidikan IPA menumbuhkan sikap rasa ingin tahu (curiosity), (2) sikap penemuan (inventiveness), (3) sikap yang dilandasi hasil berpikir kritis (critical thinking), dan (4) sikap tekun (peristensce) (Gega, 1977). Selanjutnya secara lebih detail, sikap ilmiah diuraikan oleh National Curriculum Council (1989) sebagai: (1) hasrat ingin tahu, (2) menghargai kenyataan (fakta dan data), (3) ingin menerima ketidakpastian, (4) refleksi kritis dan hati-hati, (5) tekun, ulet, dan tabah, (6) kreatif untuk penemuan baru, (7) berpikiran terbuka, (8) sensitif terhadap lingkungan sekitar, (9) bekerja sama dengan orang lain. Model Pembelajaran Inovatif MASTER Model pembelajaran MASTER merupakan operasional pembelajaran akselerasi. Model pembelajaran ini pertama kali diajukan oleh Georgi Lazanov seorang psikiater Bulgaria (Meier, 2002:49). Pembelajaran akselerasi (accelerated learning) adalah salah satu cara belajar alamiah yang diyakini mampu menghasilkan “tokoh orisinal” dalam menghadapi era globalisasi. Hal ini dikarenakan Accelerated Learning pada intinya adalah filosofi
87
pembelajaran dan kehidupan yang mengupayakan mekanisasi dan memanusiakan
kembali
proses
belajar,
serta
menjadikan
pengalaman bagi seluruh tubuh, pikiran, dan pribadi (Meier, 2000). Accelerated learning memiliki ciri cenderung: luwes, gembira, banyak jalan, mementingkan tujuan bekerjasama, manusiawi, multi indrawi, bersifat mengasuh, mementingkan aktivitas, melibatkan mental, emosional dan fisik, serta lebih mengutamakan hasil, bukan sarana atau metode tertentu. Metode apapun yang dapat mempercepat dan meningkatkan pembelajaran, bisa dimasukkan dalam accelerated learning. Penerapan
accelerated
learning
dalam
pembelajaran
menggunakan tahapan Master (Rose & Nicholl, 2003:94-97). Model
pembelajaran
MASTER
memiliki
enam
langkah
pembelajaran sebagai berikut. 1. Motivating your mind (Memotivasi pikiran siswa) Kegiatan guru yang dilakukan pada tahap ini adalah membantu memotivasi pikiran siswa untuk memperoleh informasi dengan cara mengaitkan kegunaan materi dalam kehidupan seharihari dan menyampaikan masalah yang berkaitan dengan dunia nyata siswa. Dari permasalahan kontekstual yang diberikan, diharapkan siswa tertarik pada pokok bahasan yang akan diajarkan. Motivasi untuk belajar merupakan faktor yang paling penting dan bersifat non intelektual dan memiliki peranan dalam menumbuhkan gairah, perasaan senang, dan menumbuhkan semangat untuk mengikuti proses belajar mengajar. Salah satu model yang dapat
88
dilakukan tenaga pendidik untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, yaitu: menjelaskan tujuan pembelajaran dengan jelas dan memberikan masalah yang terkait dengan dunia nyata siswa. 2. Acquiring the information (Memperoleh informasi) Pada tahap ini guru menuntun/mengarahkan siswa untuk menemukan konsep yang dicari dengan memberikan pertanyaan penuntun. Siswa bersama kelompoknya masing-masing berdiskusi kemudian guru membantu jika ada kelompok yang mengalami kesulitan
dalam
kegiatan
diskusi
tersebut. Sesuai
dengan
pandangan konstruktivisme tentang belajar dan pembelajaran, yang menjadi pusat dari pembelajaran adalah siswa. Artinya, siswa yang harus menemukan sendiri informasi-informasi kompleks apabila mereka harus menyediakan informasi itu sebagai miliknya. 3. Searching out the meaning (Menyelidiki makna) Pada tahap ini, guru memberikan siswa untuk berdiskusi dengan kelompoknya mengenai simpulan yang sudah dilakukan sebelumnya. Hal ini ditujukan agar siswa mampu mengaitkan konsep yang didapat dengan permasalahan sehari-hari sehingga pembelajaran menjadi bermakna. 4. Triggering the memory (Memicu memori siswa) Dalam tahap ini, guru memberikan masing-masing kelompok menyampaikan hasil diskusi tentang simpulan yang sudah dilakukan sebelumnya. Selanjutnya, guru membimbing siswa untuk membahas permasalahan-permasalahan yang timbul.
89
5. Exhibiting what you know (Mendemonstrasikan pengetahuan) Pada tahap ini, guru mengajak siswa untuk menunjukkan apa yang telah diketahui dengan cara memberikan pertanyaan untuk mengetahui pemahaman siswa mengenai konsep yang telah diperoleh dan siswa membuat kesimpulan dari konsep-konsep yang telah diperoleh. 6. Reflecting how you have learned (Merefleksi) Pada tahap ini, guru menyuruh siswa untuk menyampaikan konsep yang sudah dimengerti dan yang belum dimengerti. Tugas guru dalam hal ini adalah memberikan penekanan pada konsep yang belum dimengerti oleh siswa. Dalam tahap ini, siswa mendiskusikan simpulan akhir dari pembelajaran yang telah berlangsung. Lesson Study Lesson Study dalam bahasa Jepang disebut Jugyokenkyu. Lesson Study adalah pengembangan profesi inti yang dipraktikkan guru-guru secara berkelanjutan untuk dapat memperbaiki mutu pengalaman belajar siswa dalam proses pembelajaran yang mereka fasilitasi. Lesson Study merupakan model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berdasarkan prinsip kolegalitas. Lesson Study merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan proses dan hasil pembelajaran
yang
dilaksanakan
secara
kolaboratif
dan
berkelanjutan oleh sekelompok guru. Tujuan utama Lesson Study
90
yaitu untuk: (1) memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang cara atau upaya siswa belajar dan guru mengajar; (2) memperoleh hasil-hasil tertentu yang bermanfaat bagi para guru lainnya dalam melaksanakan pembelajaran; (3) meningkatkan pembelajaran secara sistematis melalui inkuiri kolaboratif. (4) membangun sebuah pengetahuan pedagogis, dimana seorang guru dapat menimba pengetahuan dari guru lainnya (Sudrajat, 2008 dalam Santyasa, 2009). Manfaat yang dapat diambil dari Lesson Study, di antaranya: (1) guru dapat mendokumentasikan kemajuan kerjanya, (2) guru dapat memperoleh umpan balik dari anggota lainnya, dan (3) guru dapat memublikasikan dan mendiseminasikan hasil akhir dari Lesson Study. Lesson Study dapat dilakukan melalui dua tipe yaitu berbasis sekolah dan berbasis MGMP. Adapun manfaat yang lainnya diperoleh dari kegiatan Lesson Study adalah: 1) meningkatnya
pengetahuan
guru
tentang
materi
ajar
dan
pembelajarannya, 2) meningkatnya pengetahuan guru tentang cara mengobservasi aktivitas belajar siswa, 3) menguatnya hubungan kolegalitas baik antar guru maupun dengan observer lain selain guru, 4) menguatnya hubungan antara pelaksanaan pembelajaran sehari-hari dengan tujuan pembelajaran jangka panjang, 5) meningkatnya motivasi guru untuk senantiasa berkembang, 6) meningkatnya kualitas rencana pembelajaran termasuk komponenkomponennya seperti bahan ajar, teaching materials (hands on) dan strategi pembelajaran (Rusman, 2010:394).
91
Manfaat lain Lesson Study adalah: 1) menciptakan suasana keakraban dan kekeluargaan antar sesama guru, 2) memberi peluang bagi guru untuk memecahkan masalah dan menciptakan solusinya secara bersama-sama serta saling bertukar pengalaman, 3) guru dapat membuat perencanaan pembelajaran secara bersamasama dan mempraktekkan hasil kerjanya, 4) membuat guru menjadi lebih profesional dalam mengajar sehingga mampu menciptakan suasana belajar yang kondusif bagi siswa sebagai tujuan menelurkan siswa-siswa terbaik demi masa depan Indonesia (Anggara & Umi, 2012). Lesson Study dilakukan berdasarkan tahapan-tahapan secara siklik, yang terdiri dari: (a) perencanaan (plan); (b) pelaksanaan (do); (c) refleksi (check); dan (d) tindak lanjut (act). a) Tahap perencanaan (Plan) Pada tahap plan ini, guru-guru yang tergabung dalam tim Lesson Study berkolaborasi untuk menyusun perangkat pembelajaran berupa RPP. Dalam tahap ini dilakukan analisi kebutuhan siswa dan permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran guna direncanakan pemecahannya. b) Tahap pelaksanaan (Do) Dalam tahap ini ada dua kegiatan utama yang dilakukan yaitu: (1) proses pelaksanaan penerapan RPP yang sudah dipersiapkan oleh tim Lesson Study pada kegiatan plan. Pelaksanaan pembelajaran dilakukan oleh salah seorang guru yang sudah disepakati dalam tim Lesson Study untuk
92
melaksanakan RPP yang sudah dibuat bersama, (2) kegiatan observasi dilakukan oleh seluruh anggota tim Lesson Study. c) Tahap Refleksi (check) Tahap ini merupakan tahap yang sangat menentukan atau tahap yang sangat penting sebab upaya perbaikan proses pembelajaran
selanjutnya
tergantung
dari
ketajaman
pengamatan pelaksanaan pembeljaran dan analisis dari tim Lesson Study. Setelah proses pengamatan, anggota tim dan pengamat
lainnya
pengamatan pembelajaran
dan
selanjutnya masukan
selanjutnya.
menyampaikan
guna Dalam
perbaikan penyampaian
hasil proses hasil
pengamatan harus didukung dengan bukti-bukti yang dikumpulkan selama pengamatan dan bukan berdasarkan atas opini pengamat semata. d).Tahap Tindak Lanjut (act) Berdasarkan hasil refleksi diperoleh suatu pengetahuan baru guna perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran. Lesson Study merupakan model pembinaan profesi guru dalam pelaksanaannya terdiri dari beberapa tahap. Lesson Study dilaksanakan dalam tiga tahapan, yaitu Plan (merencanakan), Do (melaksanakan), dan See (merefleksi) yang berkelanjutan dan tak pernah berakhir (continous improvement). Tahap perencanaan (Plan) bertujuan untuk merancang pembelajaran yang dapat mendorong siswa belajar dalam suasana menyenangkan, sehingga tujuan yang diinginkan dapat dicapai
93
secara efektif melalui aktivitas belajar secara aktif dan kreatif. Perencanaan yang baik tidak dilakukan sendirian tetapi dilakukan bersama. Beberapa orang guru dapat berkolaborasi untuk memperkaya
ide-ide.
Perencanaan
diawali
dari
analisis
permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran. Permasalahan dapat berupa materi bidang studi atau bagaimana menjelaskan suatu konsep. Permasalahan dapat juga menyangkut aspek pedagogi
tentang
metode
pembelajaran
yang
tepat
agar
pembelajaran lebih efektif dan efisien atau permasalahan fasilitas belajar,
yakni
bagaimana
mensiasati
kekurangan
fasilitas
pembelajaran. Selanjutnya, guru secara bersama-sama mencari solusi terhadap permasalahan yang dihadapi yang dituangkan dalam rancangan pembelajaran atau lesson plan, teaching materials berupa media pembelajaran dan lembar kerja siswa, serta metode evaluasi. Pertemuan-pertemuan yang sering dilakukan para guru dalam
rangka
perencanaan
pembelajaran
menyebabkan
terbentuknya kolegalitas antara pendidik dan pendidik lainnya sehingga tidak ada yang merasa lebih tinggi atau lebih rendah. Mereka berbagi pengalaman dan saling belajar sehingga melalui kegiatan-kegiatan pertemuan dalam rangka Lesson Study ini terbentuk mutual learning (saling belajar). Langkah kedua dalam Lesson Study adalah pelaksanaan (Do) pembelajaran untuk menerapkan rancangan pembelajaran yang telah dirumuskan bersama. Langkah ini bertujuan untuk menguji coba efektivitas model pembelajaran yang telah dirancang.
94
Pendidik lain bertindak sebagai pengamat (observer) pembelajaran. Fokus pengamatan ditujukan pada interaksi para peserta didik, peserta didik-bahan ajar, peserta didik-pendidik, dan peserta didiklingkungan yang terkait. Para pengamat dapat melakukan perekaman kegiatan pembelajaran melalui video camera atau foto digital untuk keperluan dokumentasi dan bahan studi lebih lanjut. Keberadaan para pengamat di dalam ruang kelas disamping mengumpulkan informasi juga dimaksudkan untuk belajar dari pembelajaran
yang sedang berlangsung dan bukan untuk
mengevaluasi pendidik. Langkah ketiga dalam kegiatan Lesson Study adalah refleksi (See). Setelah selesai pembelajaran langsung dilakukan diskusi antara guru dan pengamat yang dipandu oleh moderator atau personel yang ditunjuk untuk membahas pembelajaran. Guru model mengawali diskusi dengan menyampaikan kesan-kesan dalam melaksanakan pembelajaran. Selanjutnya, pengamat diminta menyampaikan komentar dan lesson learnt dari pembelajaran terutama berkenaan dengan aktivitas peserta didik. Tentunya, kritik dan saran untuk pendidik disampaikan secara bijak demi perbaikan pembelajaran. Sebaliknya,
pendidik harus
dapat
menerima
masukan dari pengamat untuk perbaikan pembelajaran berikutnya. Berdasarkan masukan dari diskusi ini dapat dirancang kembali pembelajaran berikutnya. Ada 8 (delapan) peluang yang dapat diperoleh oleh guru apabila melaksanakan Lesson Study secara berkesinambungan. Ke-
95
8 peluang tersebut sangat erat kaitannya dengan pengembangan profesionalisme guru. Menurut Lewis (dalam Santyasa, 2009), peluang-peluang tersebut adalah (1) memikirkan dengan cermat mengenai tujuan pembelajaran, materi pokok, dan bidang studi, (2) mengkaji dan mengembangkan pembelajaran yang terbaik yang dapat dikembangkan, (3) memperdalam pengetahuan mengenai materi pokok yang diajarkan, (4) memikirkan secara mendalam tujuan jangka panjang yang akan dicapai yang berkaitan dengan siswa, (5) merancang pembelajaran secara kolaboratif, (6) mengkaji secara cermat cara dan proses belajar serta tingkah laku siswa, (7) mengembangkan pengetahuan pedagogis yang kuat penuh daya, dan (8) melihat hasil pembelajaran sendiri melalui mata siswa dan kolega. 2. METODE PELAKSANAAN Metode pemecahan masalah dioperasionalisasikan dalam pencapaian beberapa tujuan khusus kegiatan yang telah disepakati untuk dicapai secara bersama antara tim pelaksana dan mitra pengabdian seperti yang telah dirumuskan pada Bab 1. Berikut secara
rinci
urutan
langkah-langkah
kegiatan
yang
akan
dilaksanakan sesuai dengan tahapan dari Lesson Study yang diawali dengan perencanaan (plan), pelaksanaan (do), dan refleksi (see).
96
(1) Tahap Perencanaan (Plan) Pada tahap perencanaan ini dilakukan pertemuan awal antara tim P2M dan guru model. Melalui tahap ini dilakukan beberapa kegiatan sebagai berikut. (a)
Guru
model
dan
guru
lainnya
menyusun
perangkat
pembelajaran yang menerapakan Model Pembelajaran MASTER yang akan dipergunakan dalam kegiatan pembelajaran. Guru model merancang pembelajaran yang dapat mendorong siswa belajar dalam suasana menyenangkan sehingga tujuan yang diinginkan dapat dicapai secara efektif melalui aktivitas belajar secara aktif dan kreatif. Perencanaan diawali dari analisis permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran. Permasalahan dapat berupa materi bidang studi atau menjelaskan suatu konsep. Permasalahan dapat juga menyangkut aspek pedagogi tentang metode pembelajaran yang tepat. (b)
Rancangan pembelajaran yang sudah disusun kemudian
disajikan dalam pertemuan berikutnya dengan tim P2M dan guru model juga guru lainnya yang terlibat dalam kegiatan Lesson Study. (c) Tim memberikan masukan guna perbaikan dari perangkat pembelajaran atau rancangan pembelajaran yang sudah dibuat. (d) Guru model dan tim guru lainnya melakukan perbaikan terhadap perangkat pembelajaran sesuai dengan yang sudah disepakati antara tim pelaksana P2M dan guru model.
97
(2) Tahap Pelaksanaan (Do) Dalam tahap ini, guru model menerapkan/ melaksanakan rancangan
pembelajaran
sesuai
dengan
perangkat
pembelajaran yang telah dirumuskan bersama pada tahap perencanaan. Pendidik lain/guru lain bertindak sebagai pengamat
(observer)
pembelajaran.
Fokus
pengamatan
ditujukan pada interaksi para peserta didik, peserta didik-bahan ajar, peserta didik-pendidik, dan peserta didik-lingkungan yang terkait. Para pengamat dapat melakukan perekaman kegiatan pembelajaran melalui video camera atau foto digital untuk keperluan
dokumentasi
dan
bahan
studi
lebih
lanjut.
Keberadaan para pengamat di dalam ruang kelas di samping mengumpulkan informasi juga dimaksudkan untuk belajar dari pembelajaran yang sedang berlangsung dan bukan untuk mengevaluasi pendidik. (3) Tahap refleksi (See). Setelah kegiatan pembelajaran selesai langsung dilakukan diskusi antara guru dan pengamat yang dipandu oleh moderator yang ditunjuk untuk memandu kegiatan refleksi. Pada tahap ini moderator memperkenalkan guru model, dan membacakan
aturan-aturan
yang berlaku.
Guru
model
mengawali diskusi dengan menyampaikan kesan-kesan dalam melaksanakan pembelajaran. Selanjutnya, pengamat satu persatu menyampaikan komentar dan didukung oleh faktafakta yang dijumpai selama kegiatan pembelajaran dari
98
pembelajaran, terutama berkenaan dengan aktivitas peserta didk. Guru model harus dapat menerima masukan dari pengamat untuk perbaikan pembelajaran berikutnya. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Kegiatan Siklus 1 dan Siklus 2 Kegiatan P2M ini dilakukan di SD Negeri 1 Panji. Lesson Study dilaksanakan di kelas V SD Negeri 1 Panji pada mata pelajaran IPA. Lesson Study ini dilaksanakan dalam dua siklus. Dalam kegiatan ini melibatkan beberapa guru dari SD Negeri 1 Panji. Sebagai guru model yaitu Made Suci Mariatini, S.Pd., M.Pd. Sedangkan sebagai observer adalah tiga orang guru dari SD Negeri 1 Panji yaitu: 1) Komang Obik Hermawan, 2) Ida Ayu Komang Suartini, dan 3) Made Sudartini. Sebagai observer dari tim Lesson Study adalah semua anggota pelaksana P2M PGSD yaitu: 1) Ni wayan Rati, S.Pd., M.Pd, 2) Drs. Gst. Ngurah Japa, M.Pd., 3) Drs. Ketut Dibia, M.Pd., 4) I Gede Astawan, S.Pd., M.Pd, dan 5) Drs. Ndara Tanggu Renda, M.Pd. 1.1 Hasil Siklus 1 Siklus 1 dari kegiatan Lesson Study ini dilaksanakan di kelas V SD N 1 Panji pada mata pelajaran IPA dengan materi pokok pernafasan pada manusia. Pelaksanaan kegiatan ini pada hari Jumat 14 Agustus 2015 dengan guru model Made Suci Mariatini,
99
S.Pd., M.Pd. Secara rinci hasil dari P2M ini dapat dipaparkan sebagai berikut. a). Tahap Perencanaan (Plan) Tahap perencanaan dilakukan pada hari Senin 3 Agustus 2015. Kegiatan Plan ini diikuti oleh guru model dan tim Lesson Study. Pada tahap perencanaan ini diawali dengan pertemuan tim P2M dengan guru model guna membahas mengenai pembelajaran yang akan dilakukan. Dari pertemuan tersebut disepakati bahwa guru model menerapkan pembelajaran dengan model MASTER. Dengan menerapkan model ini diyakini akan terjadi pembelajaran yang menyenangkan, sehingga siswa akan belajar dengan tidak ada rasa ketakutan akan pelajaran IPA. Dalam tahap ini dihasilkan perangkat pembelajaran berupa RPP, lembar kerja siswa, dan alat evaluasi. RPP yang sudah dibuat oleh guru model kemudian didiskusikan dengan tim P2M guna memperoleh masukan sehingga RPP yang dihasilkan menjadi lebih baik. Dalam tahap perencanaan ini dilakukan diskusi antara guru model dan tim Lesson Study mengenai penerapan RPP dan memperkirakan situasi yang akan terjadi di kelas sehingga bisa direncanakan penyelesaian jika sewaktu-waktu terjadi permasalahan dalam proses pembelajaran. b) Tahap Pelaksanaan (Do) Kegiatan Do dilaksanakan pada hari Jumat 14 Agustus 2015. Kegiatan pada tahap pelaksanaan ini dilakukan oleh seorang guru model dengan observer sebanyak 7 orang. Pelaksanaan Lesson Study oleh guru model diawali dengan kegiatan awal yakni:
100
melaksanakan doa bersama, mengecek kehadiran siswa, dan melakukan kegiatan apersepsi. Kegiatan apersepsi dilakukan dengan menanyakan kepada siswa terkait dengan pengetahuan awal yang mereka miliki sehubungan dengan materi yang akan dibahas. Selanjutnya, guru menyampaikan materi yang akan dibahas dan menyampaikan tujuan pembelajaran yang dilakukan. Pada kegiatan inti, guru menyampaikan inti-inti materi kemudian siswa dituntun untuk melakukan kegiatan praktikum tentang pembuatan alat sederhana pernafasan. Pada praktikmum ini siswa mengalami kesulitan karena bahan yang sudah dipersiapkan kurang pas. Balon yang seharusnya dipergunakan berukuran besar namun pada kenyataan saat praktikum balon yang tersedia berukuran lebih kecil, sehingga siswa kesulitan untuk memasukkan mulut botol yang sudah dipotong ke dalam mulut balon. Hal yang perlu diapresiasi positif adalah siswa tidak menyerah mereka berusaha terus memasukkan mulut botol ke dalam mulut balon. Dengan usaha yang keras hingga akhirnya ada satu kelompok yang berhasil. Mencermati kondisi yang terjadi di kelas, siswa tampak antusias mengikuti pembelajaran yang dilakukan. Ini terbukti dari tidak ada satupun siswa menunjukkan tanda-tanda mengantuk di dalam kelas. Hampir semua siswa terlibat dalam proses pembelajaran.
Melalui
kegiatan
praktikum
pembuatan
alat
sederhana dengan memanfaatkan barang bekas yang ada di sekitar lingkungan, anak dapat menanamkan pengetahuan bahwa barang bekas yang ada di sekitar mereka tersebut bisa sangat berguna
101
ketika kita dapat memanfaatkannya dengan baik. Melalui media yang dibuat mereka dapat mendemonstrasikan proses menghirup dan menghembuskan udara. Pada
kegiatan
penutup
diakhiri
dengan
kegiatan
menanyakan kembali pada siswa hal yang sudah mereka peroleh selama kegiatan pembelajaran berlangsung dengan menyampaikan rangkuman atau simpulan yang dituntun oleh guru model. Tahap yang terakhir yaitu memberikan evaluasi kepada siswa dengan membagikan beberapa pertanyaan terkait dengan materi guna mengetahui penguasaan materi oleh siswa. c) Tahap refleksi (See) Tahap akhir pada kegiatan Lesson Study adalah refleksi (see) yang dilakukan setelah proses pembelajaran selesai. Refleksi dilakukan pada tanggal 14 Agustus 2015. Kegiatan ini diikuti oleh guru model, tim Lesson Study, dan 3 orang observer dari pihak sekolah. Refleksi dilakukan guna menyampaikan masukan positif terhadap kegiatan pembelajaran yang sudah dilaksanakan. Selaku moderator dalam pelaksanaan refleksi adalah I Gede Astawan, S.Pd., M.Pd. Pertama-tama moderator membuka kegiatan refleksi, kemudian memperkenalkan memperkenalkan diri dan juga peserta dalam kegiatan refleksi. Kesempatan pertama diberikan kepada guru model untuk merefleksi kegiatan pembelajaran yang sudah dilaksanakan. Selanjutnya, secara bergantian diikuti oleh peserta yang lain. Berikut beberapa masukan yang dapat dirangkum dari kegiatan refleksi yang sudah dilakukan. 1) kegiatan pembelajaran
102
sudah berjalan dengan cukup baik, 2) siswa tampak aktif dalam mengikuti pembelajaran walau ada beberapa yang masih perlu perhatian, misalnya siswa dengan nomor 24, 5 dan 10, 3) sebelum melakukan praktikum terlebih dahulu guru harus mencobanya terlebih dahulu sehingga kejadian seperti saat pembelajaran seperti balon terlalu kecil tidak akan terjadi, 4) kegiatan pembelajaran tampak menyenangkan ini terlihat dari semua siswa bersemangat mengikuti kegiatan pembelajaran tanpa ada yang kelihatan mengantuk atau bertopang dagu, dan 4) guru model tampak rilek dalam mengajar walaupun diobservasi oleh banyak orang. 1.2 Hasil Siklus 2 Siklus 2 dari kegiatan Lesson Study ini dilaksanakan di kelas V SD N 1 Panji pada mata pelajaran IPA dengan materi fungsi organ pencernaan manusia dan hubungannya dengan makanan dan kesehatan. Pelaksanaan kegiatan ini pada hari Jumat 28 Agustus 2015 dengan guru model sama dengan siklus 1 yaitu Made Suci Mariatini, S.Pd., M.Pd. Secara rinci hasil dari P2M ini dapat dipaparkan sebagai berikut. a) Tahap Perencanaan (Plan) Tahap perencanaan dilakukan pada hari Jumat 14 Agustus 2015. Kegiatan Plan ini diikuti oleh guru model dan tim Lesson Study. Pada tahap perencanaan ini hal yang dilakukan sama dengan kegiatan perencanaan di siklus 1 yaitu diawali dengan pertemuan tim P2M dengan guru model guna membahas mengenai
103
pembelajaran yang akan dilakukan. Kegiatan perencanaan pada siklus ke 2 ini mengacu pada hasil refleksi dari silkus 1. Dengan mengacu pada hasil refleksi pada siklus 1 diharapkan pembelajaran yang dirancang akan berjalan dengan lebih baik dan mencapai hasil sesuai dengan kriteria yang sudah ditentukan. Dalam tahap ini juga dihasilkan perangkat pembelajaran berupa RPP, lembar kerja siswa dan alat evaluasi. RPP yang sudah dibuat oleh guru model dan tim Lesson Study. Dalam tahap perencanaan ini dilakukan diskusi antara guru model dan tim Lesson Study mengenai penerapan RPP. b) Tahap Pelaksanaan (Do) Kegiatan Do dilaksanakan pada hari Jumat 28 Agustus 2015. Kegiatan atau pelaksanaan dari Lesson Study siklus ke dua berjalan dengan lancer sesuai dengan perencanaan yang sudah dilakukan walaupun masih ada beberapa hal yang harus diperbaiki kembali. Secara umum pembelajaran pada siklus ke 2 sudah lebih baik dari kegiatan pada siklus 1. Pembelajaran diawali denagn memanjatkan doa ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa. Apersepsi dilakukan untuk memotivasi pikiran siswa untuk memperoleh informasi dengan cara mengaitkan kegunaan materi dalam kehidupan sehari-hari dan menyampaikan masalah yang berkaitan dengan dunia nyata siswa. Dari permasalahan kontekstual yang diberikan, diharapkan siswa tertarik pada pokok bahasan yang akan diajarkan.
Selanjutnya,
kelompok kecil.
dilakukan
pembentukan
kelompok-
104
Pada kegiatan inti guru menuntun/mengarahkan siswa untuk menemukan konsep yang dicari dengan memberikan pertanyaan penuntun. Siswa bersama kelompoknya masing-masing berdiskusi menyelesaikan LKS yang diberikan, kemudian guru membantu jika ada kelompok yang mengalami kesulitan dalam kegiatan diskusi tersebut.
Melalui diskusi kelompok diharapkan siswa mampu
mengaitkan konsep yang didapat dengan permasalahan sehari-hari sehingga pembelajaran menjadi bermakna. Kegiatan yang terakhir adalah memberikan kesempatan pada siswa untuk selanjutnya siswa menyampaikan simpulan yang sudah dirumuskan di kelompok masingmasing. Langkah terakhir adalah siswa menyampaikan konsep yang sudah dimengerti dan konsep yang belum dimengerti. Selanjutnya guru memberikan penekanan terhadap konsep yang kurang dipahami oleh siswa. c) Tahap refleksi (see) Tahap akhir pada kegiatan Lesson Study adalah refleksi (see) yang dilakukan setelah proses pembelajaran selesai. Refleksi dilakukan setelah pembelajaran berakhir. Kegiatan ini diikuti oleh guru model, tim Lesson Study dan 2 orang observer dari pihak sekolah. Refleksi dilakukan guna menyampaikan masukan positif terhadap kegiatan pembelajaran yang sudah dilaksanakan. Berikut beberapa masukan yang dapat dirangkum dari kegiatan refleksi pada siklus 2. Sesuai dengan ketentuan bahwa pada tahap refleksi ini dipandu oleh seorang moderator, pada refleksi di siklus ke 2 ini
105
dimoderatori oleh guru dari SDN 1 Panji yaitu bapak Komang Obik Hermawan. Kegiatan refleksi dilakukan sesuai ketentuan dalam Lesson Study. Berikut disajikan beberapa hasil refleksi pada siklus ini. 1) Kegiatan pembelajaran sudah lebih baik dari siklus 1, 2) penggunaan alat bantu LCD sangat membantu siswa dalam memahami materi yang dibahas, 3) kegiatan dalam diskusi kelompok sudah makin baik. Ini terlihat dari interaksi antar anggota kelompok dalam menyelesaikan LKS yang diberikan. 2. Pembahasan. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan selama kegiatan Lesson Study dapat diketahui bahwa kegiatan ini sangat memberikan manfaat baik pada guru-guru yang terlibat dalam kegiatan ini maupun bagi anggota tim P2M. Manfaat nyata yang dapat diperoleh adalah melalui kegiatan Lesson Study ini dapat meningkatkan pemahaman guru akan pentingnya kegiatan Lesson Study. Melalui masukan dari tim observer kita dapat memperbaiki kualitas pembelajaran siswa sehingga yang menjadi tujuan bisa tercapai dengan baik sesuai dengan yang sudah direncanakan. Kegiatan Lesson Study merupakan suatu upaya pengembangan profesi inti yang dipraktikkan guru-guru secara berkelanjutan untuk dapat memperbaiki mutu pengalaman belajar siswa dalam proses pembelajaran yang mereka fasilitasi. Lesson Study merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan proses dan hasil pembelajaran yang dilaksanakan secara kolaboratif dan berkelanjutan oleh sekelompok
106
guru. Melalui kegiatan Lesson Study ini pula, guru-guru dapat mengatasi permasalahan pembelajaran yang dihadapi di kelas secara kolaboratif. Dengan kolaborasi, permasalahan di kelas dapat diatasi dengan lebih baik karena pemecahannya dipikirkan secara berkelompok. Tujuan utama Lesson Study yaitu untuk: (1) memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang cara siswa belajar dan guru mengajar, (2) memperoleh hasil-hasil tertentu yang bermanfaat
bagi
para
guru
lainnya
dalam
melaksanakan
pembelajaran, (3) meningkatkan pembelajaran secara sistematis melalui inkuiri kolaboratif, (4) membangun sebuah pengetahuan pedagogis, dimana seorang guru dapat menimba pengetahuan dari guru lainnya (Sudrajat, 2008 dalam Santyasa, 2009). Pelaksanaan pembelajaran dengan seting Lesson Study dan dipadukan dengan penerapan model pembelajaran inovatif sangat berguna, baik bagi guru-guru maupun bagi siswa. Bagi guru, pelaksanaan
Lesson
Study
bermanfaat
guna
memperoleh
pengalaman dan pemahaman tentang cara-cara siswa belajar dan juga memperoleh pengetahuan dari guru-guru yang lainnya. Sedangkan bagi siswa, penerapan pembelajaran ini memberikan pengalaman belajar yang sangat menyenangkan dan memberikan pengalaman langsung yang bermanfaat. Berdasarkan observasi dan pendampingan yang sudah dilakukan saat pelaksanaan kegiatan Lesson Study terlihat bahwa proses pembelajaran yang dilakukan sangat menyenangkan ini terlihat dari keterlibatan siswa yang sangat antusias dalam
107
pembelajaran.
Secara
umum,
siswa
mengikuti
kegiatan
pembelajaran dengan baik dan bersemangat terutama pada saat mereka diajak melakukan kegiatan praktik. Hal ini sesuai dengan karakteristik
model
pembelajaran
yang
diterapkan.
Model
pembelajaran MASTER merupakan operasional pembelajaran akselerasi (accelerated learning). Accelerated Learning pada intinya adalah filosofi pembelajaran dan
kehidupan
yang
mengupayakan mekanisasi dan memanusiakan kembali proses belajar serta menjadikan pengalaman bagi seluruh tubuh, pikiran, dan pribadi (Meier, 2000). Accelerated learning memiliki ciri cenderung: luwes, gembira, banyak jalan, mementingkan tujuan bekerjasama, manusiawi, multi indrawi, bersifat mengasuh, mementingkan aktivitas, melibatkan mental, emosional dan fisik, serta lebih mengutamakan hasil, bukan sarana atau metode tertentu. Model pembelajaran MASTER memiliki enam langkah sebagai berikut. 1) Motivating, motivasi untuk belajar merupakan faktor yang paling penting dan bersifat non intelektual dan memiliki peranan dalam menumbuhkan gairah, perasaan senang, dan menumbuhkan semangat untuk mengikuti proses belajar mengajar; 2) Acquiring the information pada tahap ini siswa diberikan kesempatan untuk melakukan diskusi kelompok; 3) Searching out the meaning pada tahap ini ditujukan agar siswa mampu mengaitkan konsep yang didapat dengan permasalahan sehari-hari
sehingga
pembelajaran
menjadi
bermakna;
4)
Triggering the memory kelompok menyampaikan hasil diskusi
108
tentang kesimpulan yang sudah dilakukan sebelumnya; 5) Exhibiting what you know guru mengajak siswa menunjukkan apa yang telah diketahui dengan cara memberikan pertanyaan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa mengenai konsep yang telah diperoleh; 6) Reflecting how you have learned siswa menyampaikan hal-hal yang belum dimengerti. Dengan
pelaksanaan
model
MASTER
tersebut
memungkinkan siswa lebih memahami materi yang sedang dipelajari. Pemberian kesempatan dalam kerja kelompok dan menyampaikan konsep yang sudah maupun yang belum dimengerti dapat melatih siswa untuk berani mengungkapkan apa yang sudah diperoleh selama kegiatan pembelajaran. Secara umum pelaksanaan Lesson Study ini dapat menjawab permasalahan yang dikemukakan sebelumnya, yaitu: kompetensi keguruan guru-guru SDN 1 Panji dalam mengatasi permasalahan-permasalahan
pembelajaran
ditingkatkan;
guru
kemampuan
di
menerapkan
SD
dapat
model-model
pembelajaran inovatif khususnya model pembelajaran MASTER yang dipandang efektif meningkatkan aktivitas`dan hasil belajar dapat meningkat dan terlaksana dengan baik; dan yang terakhir, guru-guru sudah mampu dalam melaksanakan Lesson Study sebagai upaya secara mandiri dan berkelanjutan.
109
SIMPULAN Lesson Study yang telah dilaksanakan sudah mampu mengatasi kompetensi
keguruan
guru-guru
mitra
dalam
mengatasi
permasalahan-permasalahan pembelajaran di SD yang ditunjukkan oleh meningkatnya kemampuan guru menerapkan model-model pembelajaran inovatif khususnya model pembelajaran MASTER. Dampak kegiatan pengabdian ini adalah pembelajaran yang dilaksanakan guru dipandang efektif meningkatkan aktivitas dan hasil belajar dan guru-guru sudah mampu dalam melaksanakan Lesson Study secara mandiri dan berkelanjutan. Dengan demikian, para guru di KKG Gugus V Sukasada telah mampu meningkatkan kompetensinya secara mandiri dan berkelanjutan. DAFTAR PUSTAKA Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Terhadap Peningkatan Anggara dan Umi Chotimah Rian. 2012. Penerapan Lesson Study Berbasis Kompetensi Profesional Guru Pkn SMP Se-Kabupaten Ogan Ilir . Jurnal Forum Sosial, Vol. V, No. 02, September 2012. Arum, Wahyu Sri Ambar. 2007. Upaya meningkatkan profesionalisme guru berlandaskan ilmu pendidikan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Jurnal Perspektif Ilmu Pendidikan. Vol. 16 Th VIII. Oktober 2007. Meier, D. 2000. The Accelerated Learning Handbook. Bandung: Kafia. Rose & Nicholl. 2003. Accelerated Learning For The 21 Century. Jakarta: Yayasan Nuansa Cendikia.
110
Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Bandung: Raja Grafindo Persada. Santyasa, I W. 2009. Implementasi lesson study dalam pembelajaran. Makalah. Disajikan dalam ”Seminar Implementasi Lesson Study dalam Pembelajaran bagi GuruGuru TK, Sekolah Dasar, dan Sekolah Menengah Pertama di Kecamatan Nusa Penida, Tanggal 24 Januari 2009, di Nusa Penida.