Jurnal GeoEco Vol. 2, No. 1 (Januari 2016) Hal. 1-10
ISSN: 2460-0768
ANALISIS TINGKAT KERAWANAN BANJIR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP UPAYA PENGURANGAN DAMPAK BANJIR DI KECAMATAN BAURENO KABUPATEN BOJONEGORO (Implementasinya sebagai sumber belajar siswa kelas 7SMPN2 Baureno, pada Topik: Keadaan alam dan aktifitas penduduk. Sub Topik: Bentuk mukabumi dan aktifitas penduduk Indonesia) Lilik Indawati1,Chatarina Muryani2, Puguh Karyanto2 Email :
[email protected]
ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah: untuk mengetahui tingkat kerawanan banjir di wilayah Kecamatan Baureno, untuk mengetahui persepsi masyarakat Kecamatan Baureno terhadap pengurangan dampak banjir dan sebagai sumber belajar siswa kelas 7 SMPN 2 Baureno pada Topik: Keadaan alam dan aktifitas penduduk. Sub Topik: Bentuk mukabumi dan aktifitas penduduk Indonesia. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan survei. Populasi yang dimbil adalah seluruh wilayah Kecamatan Baureno yang terdiri dari 25 desa dengan menggunakan 2 jenis sample yaitu sample wilayah dan sample responden. Sample wilayah dengan menggunakan unit analisis satuan medan dan sample responden yang diambil sejumlah 131 orang. Teknik pengambilan sampling penelitian ini adalah purposive sampling karena diyakini representative dalam penyusunan satuan medan berdasarkan overlay peta bentuk lahan, tutupan lahan dan peta ketinggian tempat. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumen, observasi dan wawancara. Teknik analisis data untuk tingkat kerawanan banjir adalah scoring dan overlay peta dengan bantuan SIG dan persepsi terhadap pengurangan dampak banjir adalah kuesioner. Hasil penelitian ini adalah Kecamatan Baureno terdiri dari 24 satuan medan yang terbagi menjadi 3 tingkat kerawanan bencana banjir yaitu: a). Tingkat kerawanan kurang terdapat 8 satuan medan: B-F4-Tgl, CF4-Ht, C-F4-Tgl, D-F4-TK, D-S1-Tgl, E-S1-Tgl, F-S1-TK dan F-S1-Tgl, b). Tingkat kerawanan sedang terdapat 11 satuan medan: A-F3-Pmk, A-F3-Sw, A-F3-Tgl, B-F3-Kb, B-F3-Pmk, B-F3-Tgl, B-F4-Pmk, C-F3-Pmk, CF3-Tgl, C-F4-Pmk dan D-F4-Pmk dan c). Tingkat rawan terdapat 5 satuan medan: A- F1-Pmk, A-F1-Sw, A- F1Tgl, A-F2-Sw dan B-F1-Pmk. Persepsi masyarakat dikelompokkan menjadi: tingkat pengetahuan termasuk kategori tinggi yaitu mencapai 91,9% sedangkan tingkat sikap termasuk kategori tinggi yaitu mencapai87,5% dan tingkat tindakan untuk melakukan upaya pengurangan dampak banjir masyarakat mampu melaksanakan kegiatan yang lebih mengarah pada pelestarian lingkungan,dan pelaksanaan mengurangi dampak.Sehingga diketahui secara keseluruhan masyarakat memiliki persepsi setuju dengan upaya pengurangan dampak banjir. Kaitanya dengan implementasi pembelajaran mata pelajaranIPS di kelas 7 SMPN 2 Baureno dilakukan dengan pembuatan produk berupa SSP(Subject Specific Pedagogy) Kata Kunci: Tingkat Kerawanan Banjir, Satuan Medan, Persepsi Masyarakat, Implementasi Pembelajaran.
PENDAHULUAN Salah satu upaya untuk meningkatkan kesadaran terhadap lingkungan hidup adalah melalui pendidikan.Melalui pendidikan dapat ditanamkan etika dan nilai untuk peduli
lingkungan (Keraf, 2005). Pendidikan merupakan fungsi terpenting dalam pengembangan pribadi seorang individu dan pengembangan kebudayaan nasional. Perkembangan diri seorang individu akan dipengaruhi oleh kualitas pendidikan dalam 1
1
* Staff Mengajar SMPN 2 Baureno *2 Staff Mengajar Magister PKLH FKIP UNS
Jurnal GeoEco Vol. 1, No. 2 (Juli 2015) Hal.1-10 lingkungan individu dan negara tersebut. Proses yang terjadi dalam pendidikanbermuara pada proses belajar. Belajar merupakan usaha yang dilakukan untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri yang dilakukannya secara terus-menerus dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003). Secara ideal, pendidikan diarahkan bukan sekedar pada penguasaan konsep ilmiah saja, melainkan juga pada aplikasi dari konsep tersebut agar pembelajaran lebih bermakna. Dalam meningkatkan pemahaman pada Topik: Keadaan alam dan aktifitas penduduk. Sub Topik: Bentuk mukabumi dan aktifitas penduduk Indonesia, diperlukan pemilihan dan pemanfaatan sumber belajar yang tepat, dengan harapan pembelajaran yang berlangsung lebih bermakna dan menghasilkan perubahan perilaku peserta didik yang positif terhadap lingkungan. Perilaku lingkungan yang positif salah satunyaditentukan oleh „attitude‟ lingkungan yang baik. „Attitude‟ tersebut dapat dibentuk secara kultural melalui pendidikan lingkungan terintegrasi sebagai instrumen yang kuat dan efektif melalui komunikasi, difusi informasi, penyadaran, pembiasaan dan pembelajaran menyangkut lingkungan hidup (Sri Hastuti, 2009). Secara umum dapat dikatakan bahwa pendidikan merupakan motor penggerak perubahan dan menjadi salah satu kunci bagi pembentukan insan dan masyarakat yang arif terhadap lingkungan. Salah satu unsur iklim yang sering dan menarik untuk dikaji di Indonesia adalah curah hujan, karena tidak semua wilayah Indonesia mempunyai curah hujan yang sama. Di Indonesia, banjir menimbulkan kerusakan sebesar dua pertiga dari bencana alam yang pernah terjadi (Robert J.Kodoatie,2002).Bencana banjir termasuk bencana alam yang hampir pasti terjadi pada setiap datangnya musim penghujan.
ISSN: 2460-0768 Pada awal tahun 2008 merupakan tahun terjadinya banjir besar akibat meluapnya Bengawan Solo, sebagian besar daerah yang dilintasi Bengawan Solo daerahnya dilanda banjir, salah satunya adalah KabupatenBojonegoro.Kabupaten Bojonegoromerupakan wilayah yang banyak dari daerahnya berada dijalur Bengawan Solo bagian hilir, sehingga saat banjir besar maka sebagian wilayah di Kabupaten Bojonegoro juga ikut terkena dampak luapan Bengawan Solo. Salah satu daerah yang terkena banjir pada awal tahun 2008 adalah Kecamatan Baureno. Banjir di wilayah Kecamatan Baureno, merupakan bentuk respon negatif dari komponen-komponen beberapa Sub-DAS di wilayah Baureno terhadap kondisi curah hujan. Kuat atau lemahnya respon sangat dipengaruhi oleh karakteristik Sub-DAS baik secara fisik, maupun sosial ekonomi serta budaya masyarakatnya. Karakteristik fisik Sub-DAS di wilayah Baureno merupakan unsur utama yang menentukan proses hidrologi pada Sub-DAS, sedangkan karakteristik sosial ekonomi dan budaya masyarakat disekitar Sub-DAS adalah unsur pendorong yang mempengaruhi percepatan perubahan kondisi hidrologi SubDAS yang ada. Banjir di wilayah Baureno disinyalir karena meningkatnya ancaman terhadap keberlanjutan daya dukung sumber daya air, baik air permukaan maupun air tanah. Kerusakan lingkungan yang dilakukan oleh kegiatan manusia seperti budaya masyarakat yang memposisikan sungai sebagai tempat pembuangan (limbah industri rumah tangga dan sampah) juga menyebabkan kondisi sungai kurang terpelihara, sehingga menyebabkan penurunan daya dukung Sub-DAS dalam menahan dan menyimpan air hujan. Disamping itu penurunan keandalan layanan jaringan irigasi, 2
Jurnal GeoEco Vol. 1, No. 2 (Juli 2015) Hal.1-10 menurunnya luas sawah produktif beririgasi karena alih fungsi lahan menjadi non-pertanian (terutama untuk perumahan). Disisilain lemahnya koordinasi, kelembagaan, ketatalaksanaan, partisipasi masyarakat, sebagai salah satu prasyarat terjaminnya keberlanjutan pola pengelolaan sumber daya air,masih belum mencapai tingkat yang diharapkan karena masih terbatasnya kesempatan dan kemampuan. Selain itu penyajian data tentang tingkat kerawanan banjir ke dalam bentuk peta akan sangat membantu sebagai sumber belajar siswa kelas 7 SMPN 2 Baureno semester ganjil, pada Topik: Keadaan alam dan aktifitas penduduk. Sub Topik: Bentuk mukabumi dan aktifitas penduduk Indonesia. Karena melalui peta persebaran lokasi banjir tersebut, siswa dapat dengan mudah memahami materi yang disampaikan dan menangkap ide dari data dan informasi yang disajikan. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif.Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan survei.Penelitian ini menggunakan mapping unitsatuan medan sehingga seluruh satuan medan di Kecamatan Baureno dijadikan sebagai sampel wilayah. Satuan medan dihasilkan dari overlay peta tutupan lahan, bentuk lahan dan ketinggian wilayah.Teknik pengambilan daerah penelitian dilakukan secara sengaja (purposive sampling). Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah triangulasi.Analisis terhadap tingkat kerawanan banjir, yaitu dengan cara scoring (pengharkatan) pada tiap parameter kerawanan banjir dan overlay, dengan menggunakan bantuan Sistem Informasi Geografi (SIG). Sedangkan Analisis terhadap persepsi masyarakat dalam upaya pengurangan dampak
ISSN: 2460-0768 banjir dilakukan dengan menggunakan instrumen kuesioner. HASIL DAN PEMBAHASAN Peta administrasi Kecamatan Baureno dapat dilihat sebagai berikut:
Kecamatan Baureno merupakan salah satu kecamatan yang ada diKabupaten Bojonegoro. Berdasarkanletak astronomis Kecamatan Baureno terletak pada posisi 112°3'0"BT– 112°9'0"BT dan 7°12'0"LS-7°6'0"LS.Secara administratifKecamatan Baureno terletak diKabupaten Bojonegorodengan luas wilayah 7.222 hektar dan terbagi atas 25desa. HASIL PENELITIAN 1. Tingkat Kerawanan Banjir Sebelum melakukan analisis tingkat kerawanan banjir, pertama yang perlu diketahui adalah satuan medan. Satuanlahan diketahui dengan cara overlay/ tumpang susun data tersebut. Sehingga dapat diketahui bahwa Kecamatan Baureno terbagi menjadi 24 satuan medan. Bisadilihat peta berikut:
3
Jurnal GeoEco Vol. 1, No. 2 (Juli 2015) Hal.1-10
ISSN: 2460-0768 kriteria datar dengan skor nilai 5 sedangkan untuk kategori landai dan agak curam mendapat kelompok kecil dengan skor masing- masing 4 dan 3. d. Genangan air
Tingkat kerawanan banjir diketahui dengan cara skoring (pengharkatan) pada tiap parameter kerawanan banjir dan overlay dengan menggunakan bantuan Sistem Informasi Geografi (SIG). Adapun parameter penentu kerawanan banjir antara lain : a. Curah hujan Berdasarkan informasidari DPU Pengairan Wilayah Bengawan Solo, rata-rata curah hujan di Kecamatan Baureno adalah 1834,20mm/tahun.Sehingga, banyak terjadi bulan basah pada 10 tahun terakhir dari tahun 2004 – 2013 yaitu rata-rata 7,00mm / tahun. b. Tutupan lahan Pada dasarnya tutupan lahan yang dimaksud adalah sesuai dengan data yang digunakan untuk pembentukan satuan medan. Sehingga dapat diketahui tutupan lahan di wilayah Kecamatan Baureno berupa 19,92% permukiman, 32,89% sawah, 45,88% tegalan, 0,32% kebun, 0,52% hutan, 0,47% tanah kosong. c. Kemiringan lereng Data kemiringan lereng wilayah Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro dapat diklasifikasikan 3 yaitu: datar (0-3%), landai (4-6%) dan agak curam (7-9%). Kemiringan lereng paling dominan terdapat pada
Data genangan air Kecamatan Baureno diperoleh dengan cara kompilasi data sekunder dan survey lapangan dengan wawancara kepada responden. Data genangan Kecamatan Baureno cukup bervariasiyangdalam pengelompokanya didasarkan pada bentuk lahan asal. Kriteria dominan genangan air terdapat pada kelompok sedang dengan bentuk lahan dataran alluvial dinilai dengan skor 3. Sedangkan kriteria paling kecil adalah kelompok berpotensi dengan bentuk lahan lembah alluvial yang dinilai dengan skor 4. Kriteria sangat berpotensi memiliki jenis bentuk lahan berupa jalur kelokan dinilai dengan skor 5, kriteria tidak berpotensi memiliki jenis bentuk lahan kipas dan lahar dataran dinilai dengan skor 2, sedangkan kriteria sangat tidak berpotensi memiliki jenis bentuk lahan pegunungan, perbukitan yang dinilai dengan skor 1. e. Kejadian banjir Dalam setiap tahun ada 16,66% daerah diwilayah Kecamatan Bureno yang terkena banjir lebih dari 3kali(sawah/permukiman penduduknya). Kejadian banjir tersebut diperoleh dari data sekunder dan data primer. Data sekunder didapat dari peta bencana banjir Kabupaten Bojonegoro yang dikeluarkan oleh BNPB sedangkan untuk data primer diperoleh dengan survey lapangan dengan menggunakan teknik wawancara dengan masyarakat sekitar. Setelah diketahui nilai skor tiap parameter, langkah selanjutnya adalah mengoverlay kesluruhan parameter tersebut. Sehingga diperoleh wilayah tingkat kerawanan banjir yang dapat ditampilkan dalam table berikut: 4
Jurnal GeoEco Vol. 1, No. 2 (Juli 2015) Hal.1-10 Tabel 1. Tingkat Kerawanan BanjirKecamatan Baureno Jumlah No Tingkat Kerawanan satuan Kelas medan 1. Kurang Rawan 8 2 2. Sedang 11 3 3. Rawan 5 4
Berdasarkan tabel diatas, wilayah tingkat kerawanan paling besar adalah tingkat sedang dan paling kecil adalah wilayah dengan tingkat kerawanan rawan. Dari tabel di atas kemudian dapat dipresentasikan dalam wujud peta tingkat kerawanan banjir berikut:
2. Persepsi Masyarakat terhadap Upaya Pengurangan Dampak Banjir a. Kategori Pengetahuan Tabel2.
Kategori Tingkat Pengetahuan Masyarakat Kecamatan Baureno
ISSN: 2460-0768 pengurangan dampak banjir. Jadi, bisa dibuktikan bahwa responden mengetahui tentang upaya pelestarian lingkungan sampai kepada usaha pengurangan dampak banjir.Untuk tingkat pengetahuan sangat tinggi memiliki persentase 7,1% dengan frekuensi 9 orang responden.Berarti masyarakat tidak sekedar mampu menjawab,tetapi mereka mampu menguraikan sebab serta menunjukkan bukti nyata jika mereka telah melakukan pengurangan dampak banjir. b. Kategori Sikap Tabel 3. Kategori Tingkat Sikap Masyarakat Kecamatan Baureno
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat sikap masyarakat terhadap upaya pengurangan dampak banjir tinggi. Hal ini dibuktikan bahwa 115orang responden menjawab setuju dan jika dipresentasekan menjadi 87,5%. Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat memiliki sikap yang tinggi terhadap upaya pengurangan dampak banjir. c. Kategori Upaya Pengurangan Dampak banjir
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa hampir 92% resonden tahu tentang upaya 5
Jurnal GeoEco Vol. 1, No. 2 (Juli 2015) Hal.1-10
ISSN: 2460-0768 kecil yaitu sekitar 5% dari total wilayah Kecamatan Baureno. b. Tingkat Kerawanan Sedang Pada tingkat kerawanan sedang wilayah Kecamatan Baureno cukup mendominasi yaitu mencapai sekitar 87% dari total keseluruhan wilayah. Berdasarkan kajian di tiap satuan medan Kecamatan Baureno memiliki sebanyak 11 satuan medan yaitu: A-F3-Pmk, A-F3-Sw, AF3-Tgl, B-F3-Kb, B-F3-Pmk, B-F3-Tgl, B-F4Pmk, C-F3-Pmk, C-F3-Tgl, C-F4-PmkdanD-F4Pmk. Wilayah kerawanan sedang ini memiliki
d. Implementasi Pembelajaran Sekolah
ketinggian yang cukup bervariatif yaitu antara 1-
Hasil penelitian mengenai wilayah tingkat kerawanan banjir dan persepsi masyarakat terhadap pengurangan dampak banjir nantinya dibuat produk pembelajaran. Pengemasan komponen pembelajaran yang disusun secara komprehensif dikenal sebagai Subject Specific Pedagogy (SSP). Produk inilah yang akan dijadikan sebagai bahan ajar kontekstual dan berbasis scientific approach. Namun dalam pengemasanya tidak seluruhnya hasil penelitian ini dimuat dalam bahan ajar, namun diseleksi terlebih dahulu agar sesuai dengan kapasitas anak didik kelas VII SMPN 2 Baureno.
13 sampai 40- 52 mdpl.
PEMBAHASAN
banjir ada 5 satuan medan yaitu A- F1-Pmk, A-
1. Tingkat Kerawanan Banjir a. Tingkat Kerawanan Kurang Pada wilayah dengan tingkatkerawanan kurang rawan terdapat 8 karakter satuan medan yaitu: B-F4-Tgl, C-F4-Ht, C-F4-Tgl, D-F4-TK, D-S1-Tgl, E-S1-Tgl, F-S1-TK dan F-S1-Tgl.
c. Tingkat Rawan Tingkat
kerawanan
bencana
banjir
menggunakan mapping unit berupa satuan medan. Hal ini memudahkan untuk menganalisis karakteristik medan terutama dalam pengambilan sample
untuk
data
banjir
secara
fisik,
klimatologis dan sosial. Setelah dilakukan penelitian lapangan satuanmedan Kecamatan Baureno berjumlah 24. Dari total 24 satuan medan tersebut yang dikategorikan daerah rawan
F1-Sw, A- F1-Tgl, A-F2-Swdan B-F1-Pmk. Berdasarkan
bentuklahan
tersebut
dapat
dipastikan bahwa kategori rawan didominasi oleh
bentuklahan
dataran
banjir
karena
berasosiasi langsung dengan sungai utama yang menjadi penyumbang luapan banjir.
Pada wilayah ini mencapai tingkatan luas yang 6
Jurnal GeoEco Vol. 1, No. 2 (Juli 2015) Hal.1-10
ISSN: 2460-0768
2. Persepsi Masyarakat terhadap Upaya
hanya lulusan SD. Hal ini terbukti dari hasil persentase pada skala sikap masyarakat desa
Pengurangan Dampak Banjir a. Tingkat Pengetahuan Masyarakat
terhadap usaha pengurangan dampak banjir yaitu
Berdasarkan analisis data yang telah
hampir 88% masyarakat memiliki kemampuan
dilakukan dengan menggunakan tabulasi dan
yang tinggi.
analisis frekuensi, maka dapat diketahui bahwa
c. Tindakan
secara
umum
pengetahuan
masyarakat
banjir
itu
Upaya
Berdasarkan analisis data yang telah
Pengetahuan
dilakukan dengan menggunakan tabulasi dan
masyarakat yang tinggi tersebut tidak didukung
analisis frekuensi, maka dapat diketahui bahwa
oleh pendidikan yang tinggi,yakni banyak dari
secara umum tindakan masyarakat Kecamatan
warga hanya lulusan SD.Hal ini terbukti dari
Baureno terhadap upaya penguranagn dampak
hasil
banjir itu tinggi.
presentase
tinggi.
terhadap
Pengurangan Dampak Banjir
Kecamatan Baureno tentang upaya pengurangan dampak
Masyarakat
pada
tingkat
pengetahuan
Tindakan masyarakat yang
masyarakat Kecamatan Baureno tentang usaha
tinggi terhadap upaya pengurangan dampak
pengurangan dampak banjir yaitu hampir 92%
tersebut seperti halnya pada keterangan pada
masyarakat
memiliki
yang
”pengetahuan” dan “sikap” diatas, yaitu sikap
tinggi.Untuk
lebih
dalam
masyarakat yang tinggi tidak didukung oleh
pengetahuan kognitif, tidak hanya pengetahuan
pendidikan yang tinggi pula yakni banyak dari
dan pemahaman mereka saja yang tinggi dalam
warga hanya lulusan SD.
kemampuan lengkapnya
penerapan juga mereka tinggi.
Tindakan masyarakat ini berupa upaya
b. Tingkat Sikap Masyarakat
dalam pelestarian lingkungan yakni beberapa
Berdasarkan
analisis data yangtelah
upaya
untuk
mengurangi
dampak
banjir.
dilakukan dengan menggunkan tabulasi dan
Pengetahuan tentang upaya yang dilakukan
analisis frekuensi, maka dapat diketahui bahwa
masyarakat tersebut dilakukan karena sudah
secara umum sikap masyarakat Kecamatan
turun temurun (dari nenek moyang). Dari hasil
Baureno terhadap upaya pengurangan dampak
wawancara
dampak banjir itu tinggi.
Sikap mereka yang
masyarakat yang rumahnya dekat dengan Sungai
tinggi terhadap upaya pengurangan dampak
Bengawan Solo sudah sadar tentang cara
banjir tersebut seperti halnya pada keterangan
memelihara dan menjaga kelestarian lingkungan.
pada sub pengetahuan diatas, yaitu sikap mereka
Hal ini dilakukan dengan cara menanam rumput
yang tinggi tidak didukung oleh pendidikan
atau tanaman di tepi tanggul sungai yang
mereka yang tinggi yakni banyak dari mereka
sederhana. Dikatakan sederhana karena tanggul
terhadap
responden,
bahwa
7
Jurnal GeoEco Vol. 1, No. 2 (Juli 2015) Hal.1-10
ISSN: 2460-0768
ini dibangun tidak menggunakan semen atau
dan faktor penyebabnya. Perangkat pembelajaran
beton, melainkan tanah biasa dan di tinggikan 2
SSP
– 3 m. Tanggul sederhana tersebut dibuat hasil
kerawanan
dari swadaya masyarakat desa.
dipaparkan lebih lengkap dibagian lampiran
berdasarkan dan
hasil persepsi
penelitian
tingkat
masyarakat
akan
penelitian ini. 3. Implementasi Pembelajaran di Sekolah SSP
(Subject
Specific
adalah pengemasan seluruh
Pedagogy )
KESIMPULAN DAN SARAN
komponen/
Kesimpulan
perangkat pembelajaran yang diperlukan guru ketika
mengajar yang
komprehensif.Format
dalam penyusunannya disesuaikan dengan Badan
Berdasarkan
hasil
penelitian
dan
pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa: a. Tingkat kerawanan banjir Kecamatan Baureno
Standar Nasional Pendidikan yang mencakup
menggunakan
unit
analisis
satuan
petikan silabus terkait dengan:
medan.Wilayah penelitian ini terdapat 24
a. Standar Kompetensi (SK)
satuan medan yang terbagi menjadi 3 tingkat
b. Kompetensi Dasar (KD)
kerawanan bencana banjir yaitu: a). Tingkat
c. Indikator pencapaian
kerawanan kurang terdiridari 8 satuan medan:
d. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
B-F4-Tgl, C-F4-Ht, C-F4-Tgl, D-F4-TK, D-
(RPP)
S1-Tgl, E-S1-Tgl, F-S1-TK dan F-S1-Tgl, b).
e. Materi ajar (buku siswa)
Tingkat kerawanan sedang terdiridari 11
f. Media
satuan medan: A-F3-Pmk, A-F3-Sw, A-F3-
g. Lembar kerja siswa (LKS)
Tgl, B-F3-Kb, B-F3-Pmk, B-F3-Tgl, B-F4-
h. Lembar penilaian
Pmk, C-F3-Pmk, C-F3-Tgl, C-F4-Pmk dan D-
Perangkat Pedagogy)
ini
SSP sebentuk
(Subject
Specific
penerapan
atau
implementasi dalam pembelajaran IPS terpadu khususnya dalam bidang geografi. SSP menjadi
F4-Pmk dan c). Tingkat rawan terdiri dari 5 satuan medan: A- F1-Pmk, A-F1-Sw, A- F1Tgl, A-F2-Sw dan B-F1-Pmk. b. Persepsi
masyarakat dampak
terhadap banjir
upaya
sangat penting karena relevansinya terhadap
pengurangan
dianalisis
masyarakat sekitar dan benar-benar diambil
berdasarkan pengetahuan, sikap dan tindakan.
daripermasalahan yang ada. Hasil penelitian ini
Tingkat pengetahuan masyarakat termasuk
nantinya akan menjadi warna baru dalam
kategori tinggi yaitu mencapai angka 91,9%
pembelajaran di kelas karena siswa mampu
sedangkan tingkat sikap masyarakat termasuk
belajar dari fenomena social dan fenomena banjir
kategori tinggi yaitu mencapai: 87,5% dan 8
Jurnal GeoEco Vol. 1, No. 2 (Juli 2015) Hal.1-10 tingkat
tindakan
ISSN: 2460-0768
untuk
melakukan
telah
rusak
dan
tidak
membangun
kategori setuju yaitu mencapai angka: 58,3%.
permanen/dari beton (konstruksinya kuat).
diketahui
secara
keseluruhan
b. Masyarakat
lebih
sungai
contoh
pengurangan banjir masyarakat masuk dalam
Sehingga
tanggul
layak,
meningkatkan
secara
kesiap-
masyarakat memiliki persepsi setuju dengan
siagaan serta kewaspadaan terhadap adanya
upaya pengurangan dampak banjir.
bencana banjir pada saat musim penghujan.
c. Implementasi pembelajaran bidang IPS di
c. Peran
guru
sebagai
dalam
harus
mampu
kelas 7 SMPN 2 Baureno dilakukan dengan
pelaksanaan
pembuatan produk berupa SSP (Subject
memberikan kemudahan kepada peserta didik
Specific Pedagogy) dengan cara sebagai
untuk
berikut:
terdapat
a. Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar
akan
mendorong
pendidikan
fasilitator
mempelajari dalam
berbagai
hal
lingkungannya,
yang karena
pengenalan terhadap lingkungan disekitarnya
pada
merupakan pengalaman yang positif untuk
penghayatan nilai-nilai atau aspek-aspek
mengembangkan minat keilmuan peserta
kehidupan yang ada di lingkungannya.
didik.
Kesadaran akan pentingnya lingkungan dalam kehidupan bisa mulai ditanamkan pada anak sejak dini, sehingga setelah mereka dewasa kesadaran tersebut bisa tetap terpelihara. b. Kegiatan belajar dimungkinkan akan lebih
menarik
bagi
siswa,
sebab
lingkungan menyediakan sumber belajar yang sangat beragam dan banyak pilihan. Saran Berdasarkan implikasi di atas maka penelitian ini memiliki saran sebagai berikut: a. Pemerintah
seharusnya
memperhatikan
masyarakat yang tinggal di sekitar DAS Bengawan Solo
yang memiliki tingkat
kerawan tinggi, seperti memberikan dana bantuan serta membangun infrastruktur yang 9
Jurnal GeoEco Vol. 1, No. 2 (Juli 2015) Hal.1-10
ISSN: 2460-0768
DAFTAR PUSTAKA Badan Standart Nasional. (2010). Klasifikasi Penutupan Lahan. Jakarta: BSN. Febrianti,
Diah.
2010.
Good
Corporate
Governance sebagai Pilar Implementasi Corporate Social Responsibility. Skripsi. Semarang: Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Halim, Abdul . 2005. Analisis Investasi. Jakarta: Salemba Empat. Keraf, A. Sonny. 2005. Etika Lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. Kodoatie,
J.R.
Beberpa
dan Sugiyanto. 2002. Masalah
Pengendaliannya
dan Dalam
Banjir, Metode.
Perspektif
Lingkungan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Miharja, Nata. Panjaitan, Seno D. Sumiyatinah. (2013).
Analisis
Kerawanandan
Pengurangan Resiko Banjir di Kalimantan Barat Berbasis Sistem Informasi Geografi (SIG). Jurnal Teknik Sipil. Fakultas Teknik Sipil Universitas Tanjungpura. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Suhardiman,Budi. 2012. Studi Pengembangan Kepala Sekolah Konsep dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta. Winkel, W.S. & M.M, Sri Hastuti. 2009. Bimbingan Dan Konseling Di Institusi Pendidikan. Yogjakarta : Media Abadi.
10