Jurnal FASILKOM Vol.2 No.2, 1 Oktober 2004
STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI PIRANTI LUNAK BERBASIS CMM DI INDONESIA Dodi Wisaksono Sudiharto
[email protected]
ABSTRAK Penulisan ini adalah mengenai kebijakan dan strategi bagi industri piranti lunak secara umum, dan khususnya industri piranti lunak dalam negeri.Adapun standar yang diterapkan adalah standar minimal sehingga memicu para pengembang piranti lunak untuk terus meningkatkan kualitas produknya. Dengan adanya kebijakan dan strategi ini diharapkan dapat memberi arahan untuk pengembangan lebih lanjut terhadap produksi industri piranti lunak untuk dapat memenuhi standar yang diakui di dunia internasional dengan menggunakan CMM, Software. Kata Kunci : CMM,Software,Industri
berkualitas (bila ditinjau dari kemudahan
PENDAHULUAN Industri menunjukkan
piranti
lunak
pemakaian dan penggunaannya oleh
keuntungan
bagi
end-user). Namun karena tidak adanya
perekonomian Indonesia dalam rentang
acuan baku
waktu 5 tahun (1996 - 2001). Hal ini
sebagai standar yang bisa diakui dunia
bukan
internasional,
hanya
keuntungan
memberikan bagi
dampak
perekonomian,
yang dapat digunakan
sebagai
bukti
bahwa
piranti lunak produksi dalam negeri
namunjuga membuka lapangan kerja
cukup
baru di Indonesia Ironisnya, Business
berkualitas internasional (seperli standar
Software Associate (BSA) mencatat
ISO untuk kualitas produk), karena
bahwa pembajakan piranti lunak di
seringnya
Indonesia termasuk yang tertinggi di
berubah-ubah baik karena kurangnya
dunia. Hal ini dapat merusak citra dari
kemampuan
industti piranti Lunak Indonesia di masa-
maupun itser yang tidak mengetahui
masa yang akan datang. Padahal tidak
secara detail mengenai process maupun
sedikit industn piranti lunak yang berdiri
deliverable dari piranti lunak yang
di Indonesia menghasilkan aplikasi yang
diinginkan, dan tidak adanya dokumen
24
layak untuk
digunakan dan
user-requiretnetti
system
dari
yang
fevetoper
Jurnal FASILKOM Vol.2 No.2, 1 Oktober 2004 resmi yang bisa diakui bersama oleh
buatan industri dalam negeri dapat
pihak developer maupun user atau
diakui di dunia internasional, dapat
pemakai, yang bisa dijadikan dasar
bersaing dengan industri-industri piranti
software-acceptance, sehingga banyak
lunak dari luar negeri, maka diambil
terjadi kegagalan dalam memproduksi
standar minimal yang bisa diterima oleh
suatu piranti lunak.
standar
Untuk itu, adanya standarisasi di
international
menghasilkan
bidang software menjadi sangat penting.
piranti
lunak
umuk yang
berkualilas
Ini tidak hanya rnenyangkut hasil akhir dari peranti lunak, tetapi juga mencakup proses
pembuatannya
PEMBAHASAN
Sehingga
semenjak awal siklus piranti lunak tersebut,
sejak
pendefnisian
Terminologi Capability Maturity
user-
Model
(CMM)
yang dikembangkan
requirement sampai dengan realisasinya,
Software Enigineering Institute (SEI)
semuanya
digunakan dalam pengembangan proses
terangkum
dalam
suatu
dokumen baku yang disepakati bersama
piranti
(atau disebut juga sebagai dokumen
menjabarkan kesatuan antara orang,
standar). Dokumen tersebut harus detail
metode serta alat bantu yang digunakan
dan menggambarkan deliverable yang
untuk menghasilkan piranti lunak CMM
akan dihasilkan, karena akan menjadi
sendiri bukanlah software life cycle
acuan dalam realisasi peranti lunak
model, melainkan tingkatan yang bisa
sekaligus sebagai dasar traceability bila
dicapai
ada kesalahan dalam pengembangan
pengembang piranti lunak
peranti lunak tersebut
lunak
di
secara
Untuk
dunia.
bertahap
menghasilkan
untuk
oleh
piranti
Standarisasi yang kami usulkan
lunak yang berkualitas dan berdaya
mengacu pada Software Life Cycle
saing serta berdaya jual, baik dari segi
Development secara umum dan standar
mutu maupun orang-orang yang terlibat
Capability Maturity Model (CMM) dari
didalam
Software Engineering Institute (SEI)
kebijakan yang diusulkan tidak dikotak-
Mengingat tujuan dan kebijakan dan
kotakkan dalam beberapa level seperti
standarisasi ini adalah agar piranti lunak
CMM
25
pengembangannya,
yang
kita
kenal,
maka
tetapi
Jurnal FASILKOM Vol.2 No.2, 1 Oktober 2004 menetapkan
standar
minimal
yang
disebut juga sebagai suatu evolusi dalam
diambil dari aktivitas-aktivitas maupun
software process.
metode terbaik yang ada di tiap level dari
CMM
dengan
adanya
cycle material, tetapi beberapa aktvitas
pengkotak-kotakan tersebut, diharapkan
yang mutlak perlu dalam pengembangan
industri piranti lunak Indonesia tidak
suatu perangkat lunak dan dianjurkan
berpuas
sebagai standar adalah sebagai berikut :
diri
tidak
Ada beberapa jenis software life
dengan
melakukan
pencapaian di suatu level tertentu. Dan nilai minimun lerbaik dari level CMM
Gather/rig Software Requirement
yang bisa dijadikan dasar acuan adalah
Software Destgn
nilai dari define level
Construction
Pengadaan kebijakan standarisasi ini
disebabkan
mendasar
adanya
antara
Software Testing
perbedaan
standarisasi
Software
untuk
Maintenance
or
Implementation
produksi industri piranti lunak umumnya dengan produksi perangkat keras yang
Adapun untuk masing-masing
menggunakan standarisasi ISO. Selain
aktivitas di atas juga hatus diakhiri
itu, juga berkaitan dengan manajemen IT
dengan
yang berbeda dengan manajemen yang
acceptance dan user phase approval.
digunakan untuk IT .
Bertujuan agar akhir dan deliverable dari
adanya
user
documentation
tiap-tiap fase disadari tidak hanya oleh Standar
Software
Life
Cycle
pengembang peranti lunak, tapi juga
Development
oleh pemakai agar masing-masing pihak menyadari dan aware bahwa hasil dari
Software Life Cycle Development
piranti lunak yang berkualitas juga dapat
adalah aktivitas yang terjadi selama
tergantung oleh orang-orang di sekitar
pengembangan,
dan
pcngembangan peranti lunak tersebut,
pemeliharaan sistem perangkat lunak.
yang dalam hal ini adalah pengembang
Menurut Pressman (2001), life cycle atau
dan user atau pemakai.
pemakaian
proses iterasi atau rangkaian aktiitas dalam
software
engineering
dapat
Gathering Software Requirement 26
Jurnal FASILKOM Vol.2 No.2, 1 Oktober 2004 Operator’s manual
Gathering Software Requirement adalah aktivitas mengumpulkan semua
User’s manual
informasi dan dokumen yang dibutuhkan
Diagnostic
untuk meng-captare kebutuhan user
deliverable dari detail desain adalah :
manual
Sedangkan
akan piranti lunak yang dibuat Dalam
Software
hal ini item-item yang perlu didapat,
Document
dipahami
oleh
Interface Design Document
di
Database Design Document
antaranya adalah. Huwiie A process,
Software DevelopmentFiles
pengembang
bersama maupun
baik pemakai
flow process, flow document dan user
Detail
Design
Integration Test Cases
interface yang diinginkan
Software Test Description
Sedangkan deliverable dokumen yang dihasilkan pada fase gathering software
Coding Construction
requirement adalah :
Coding construction adalah tahap transition dari piranti lunak Pada tahap
Software Development Plan (SDP)
ini,
yang
menjadi
acuan
dari
Software Standar and Procedure
pengembangan oleh pihak pengembang
Manual
adalah
Software Configuration Management
dihasilkan pada tahap sebelumnya. Pada
Project
tahap ini, bila ada perubahan yang
Software Requirement Specification
diminta oleh end-user, maka pihak
Interfax Requirement Specfication
pengembang
Operational Concept Document
dokumen yang sudah disepakati bersama
Setelah pengumpulan software
Bila
dokumen-dokumen
akan
perubahan
mengacu
tersebut
yang
pada
hanya
requirement aktivitas selanjutnya adalah
merupakan tambahan kecil yang belum
mendesain piranti lunak tersebut. fase ini
berkembang dapat
terbagi dua, yaitu fase preliminary
dan mencantumkan perubahan yang ada
design dan fase detail design.
di setiap dokumen.
Deliverable dari fase preliminary design adalah : Software lest pc-Ian 27
merealisasikannya
Jurnal FASILKOM Vol.2 No.2, 1 Oktober 2004 memeiliki nilai atau kualitas yang
Kesimpulan Tidak ada proses pengulangan di
terbaik.
setiap pengembangan sistem / perangkat lunak
adalah
harapan
DAFTAR PUSTAKA Jeffery L. Whitten, Lonnie D. Bentley, System Analysis and Design Methods 5th Edition , Mc Graw Hill, 1997 Roger R. Presman, Software Engineering A Practitioner’s Approach, Fifth Edition, Mc Graw Hill, 2000
semua
pengembang, sehingga tidak ada waktu dan effort yang terbuang percuma. Dengan metode CMM ini diharapkan di setiap level pengembangan yang ada pada Software Life Cycle Development
28