JURNAL
EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK DENGAN TEHNIK BEHAVIORISTIK UNTUK MENGATASI SISWA TERISOLIR DI MTs. HASANUDDIN PARE
THE EFFECTIVENESS OF GROUP COUNSELING BEHAVIORAL TO HANSLE STUDENTS ISOLATED IN MTs HASANUDDIN PARE
Oleh: KARTIKA FADHILAH 11.1.01.01.0157
Dibimbing oleh : 1. DR. ATRUP, M.Pd, MM. 2. GURUH SUKMA HANGGARA, M.Pd
PENDIDIKAN BIMBINGAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI 2017
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
KARTIKA FADHILAH| 11.1.01.01.0157 FKIP – Pendidikan Bimbingan Konseling
simki.unpkediri.ac.id || 1||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK DENGAN TEKNIK BEHAVIORISTIK UNTUK MENGATASI SISWA TERISOLIR DI MTs. HASANUDDIN PARE Kartika Fadhilah 11.1.01.01.0157 FKIP – Pendidikan Bimbingan Konseling
[email protected] DR. Atrup, M.Pd, MM. Guruh Sukma Hanggara, M.Pd. UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI
ABSTRAK Penelitian ini dilatar belakangi oleh adanya gangguan perkembangan kepribadian siswa terisolir disekolah. Padahal perkembangan kepribadian siswa di sekolah dalam pergaulannya sangat penting, karena jika siswa terus menerus terisolir maka ia akan memiliki sikap yang selalu minder dan tidak berani untuk tampil di depan publik. Pertanyaan penelitian ini adalah apakah pemberian layanan konseling kelompok behavior efektif untuk mengatasi perilaku siswa terisolir di MTs. Hasanuddin Pare? Prayitno (2004), menyatakan bahwa konseling kelompok adalah suatu layanan bimbingan dan kelompok konseling yang memungkinkan peserta didik memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan yang dialaminya melalui dinamika kelompok. Dalam konseling kelompok, konseli berusaha menghasilkan suatu perubahan dalam diri, dalam sikap, serta dalam perilaku mereka sendiri. Penelitian ini menggunakan desain SSD (Single Subject Design). Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian fase AB atau fase Intervensi dan Fase Baseline dengan masing-masing fase terdiri dari 3 sesi. Penelitian ini juga menggunakan instrumen lembar observasi dan pedoman wawancara. Subyek pada penelitian ini sebanyak 2 siswa, yang semuanya kelas VII. Kegiatan analisis data yang dipakai dalam penelitian ini dilakukan dalam 2 cara yaitu teknik analisis dalam kondisi dan antar kondisi. Kesimpulan hasil penelitian ini adalah konseling kelompok behavior efektif untuk mengatasi perilaku terisolir siswa di sekolah. Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan pada analisis visual antar kondisi menunjukan bahwa adanya perubahan kecenderungan dan efek kearah positif atau membaik. Saran: 1) Bagi peserta didik agar dapat berusaha mengatasi perilaku terisolirnya dan merubahnya menjadi lebih baik diawali dari kesadaran diri sendiri, 2) Bagi guru BK agar menjadikan sebagai rekomendasi untuk membantu peserta didik dalam mengatasi perilaku terisolir peserta didik, 3) Bagi peneliti lanjut agar dapat mengusahakan untuk mengkaji permasalahan siswa terisolir di sekolah lebih lanjut dan dapat menggunakan subjek penelitian siswa terisolir dengan kriteria lainnya, dan dengan menggunakan teknik konseling lainnya. KATA KUNCI : Konseling Kelompok, Efektifitas, Behavioristik, Siswa Terisolir
KARTIKA FADHILAH| 11.1.01.01.0157 FKIP – Pendidikan Bimbingan Konseling
simki.unpkediri.ac.id || 2||
I.
Setelah memahami pentingnya
LATAR BELAKANG Pendidikan membimbing
merupakan usaha seseorang
menjadi
seseorang sosial,
memiliki
keterampilan
selanjutnya
memahami
manusia yang lebih baik yakni
pentingnya seseorang menghadapi
dengan
lingkungan
jalan
mengembangkan
sosial
yang
juga
potensi yang dimiliki manusia yang
termasuk dalam keterampilan sosial.
ada dalam dirinya. Pendidikan dapat
Cara siswa menghadapi lingkungan
ditempuh
belajar
baru dalam kehidupannya termasuk
mengajar. Proses belajar mengajar
kehidupan baru dalam lingkungan
dapat dilakukan di rumah, di sekolah,
sekolah sangatlah berbeda-beda. Ada
ataupun dimana saja. Dalam proses
siswa yang mampu bergaul dengan
belajar
cara yang harmonis, namun ada juga
dalam
proses
mengajar
kegiatan
juga
meliputi
bimbingan.
penelitian
ini
dimaksudkan
Dalam
bimbingan adalah
makhluk
dalam
bergaul
mengalami
yang
hambatan-hambatan, beberapa anak
kegiatan
mengalami kesulitan untuk bergaul
bimbingan dan konseling di sekolah. Sebagai
yang
sosial,
dengan kehidupan
teman
sebaya
sosial
dalam
sehingga
individu senantiasa membutuhkan
tersebut menjadi
bantuan orang lain dalam melakukan
menunjukan perilaku terisolir.
anak
terisolasi dan
segala hal. Tak terkecuali siswa,
Perilaku terisolir siswa dapat
dalam memenuhi kebutuhan hidup
ditemukan dalam kehidupan sehari-
sosialnya,
untuk
hari. Misalnya, siswa yang sering
memiliki keterampilan sosial, agar
duduk di pojok paling belakang,
mampu menyesuaikan diri dengan
jarang sekali berkomunikasi dengan
lingkungan
Sebagaimana
teman-teman yang lain terutama
dikatakan oleh Johnson & Johnson
dengan lawan jenis, siswa seperti ini
dalam
menunjukan perilaku terisolir di
siswa
sosial.
(Shahara,
dituntut
2013)
bahwa
individu yang memiliki keterampilan
kelas,
sosial akan mampu mengembangkan
keterampilan dalam bersosialisasi.
aspek-aspek psikologisnya; seperti
Jika perilaku terisolir siswa tidak
(1) kepribadian dan identitas, (2)
diatasi
kemampuan kerja, produktivitas, dan
perkembangan
kesuksesan karir, (3) kualitas hidup,
siswa siswi tersebut akan terhambat.
(4) kesehatan fisik, (5) kesehatan psikologis, (6) menghadapi stress.
dan
atau
tidak
memiliki
dirubah
maka
ketrampilan
sosial
Kegiatan bimbingan konseling yang diberikan untuk
mengatasi
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
perilaku terisolir siswa siswi salah
terisolir dikelas, karena perilaku
satunya adalah kegiatan konseling
terisolir siswa jika tidak bisa dirubah
kelompok.
akan mempengaruhi perkembangan
kelompok
Kegiatan dalam
konseling
penelitian
ini
kepribadian
siswa.
Dan
penulis
dimaksudkan agar siswa siswi dapat
menentukan tempat penelitian di
memperbaiki sikapnya. Pemilihan
MTs.
layanan
kelompok
sekolahan
tersebut
dianggap tepat karena konseling itu
perkotaan
yang
sendiri mempunyai tujuan untuk
siswinya berperilaku individual dan
membantu
mengatasi
berkelompok-kelompok, dan sesuai
permasalahan yang dialami, dan
dengan yang dicari oleh penulis
siswa siswi yang mengalami perilaku
untuk dijadikan objek penelitian.
konseling
siswa
Hasanudin
Pare,
karena
terletak
rata-rata
di
siswa
terisolir dalam satu kelas jumlahnya lebih dari satu, maka diberikan
II.
METODE
layanan konseling kelompok agar
Teknik yang digunakan dalam
mereka bisa saling bertukar pikiran
penelitian adalah rancangan SSD
untuk mengatasi perilaku terisolirnya
(Single Subjek Desain). Dengan
tersebut. Terlebih lagi pendekatan
menggunakan desain penelitian AB.
yang digunakan adalah pendekatan
Pada fase Baseline (A) peneliti
behavior atau akan dilaksanakan
mengamati perilaku terisolir siswa
konseling kelompok behavior, agar
selama 3 sesi pada kondisi kegiatan
siswa siwi tersebut bisa merubah
belajar mengajar dikelas maupun
sikapnya menjadi kearah yang baik
kegiatan diluar kelas. Kemudian
yaitu merubah perilaku terisolirnya
dilakukan
di
faseintervensi ini siswa atau subjek
dalam
pergaulannya,
karena
Intervensi
akan
untuk membantu siswa siswi atau
layanan konseling kelompok, untuk
konseli untuk merubah perilakunya
membantu
kearah yang lebih baik.
permasalahan yang ia alami. Fase
dari
pemikiran
tersebut penulis meneliti keefektifan pemberian
layanan
konseling
kelompok untuk mengatasi siswa KARTIKA FADHILAH| 11.1.01.01.0157 FKIP – Pendidikan Bimbingan Konseling
perlakuan
pada
pendekatan behavior memiliki tujuan
Bersumber
diberi
(B),
subjek
melalui
mengatasi
intervensi ini dilakukan selama 3 sesi. Tahapan
proses
pelaksanaan
penelitian. Dalam penelitian ini akan simki.unpkediri.ac.id || 1||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
dilakukan melalui beberapa tahap
stabilitas, jejak data, level stabilitas
antara lain : 1) Tahap Pra Penelitian,
dan rentang, serta level perubahan.
2)
Sedangkan
Pelaksanaan
Penelitian,
3)
Penulisan Laporan Penelitian. Prosedur
kondisi
pengumpulan
data
yang
trend
mengumpulkan
data
stabilitas,
dibutuhkan
sumber-sumber
secara
rinci.
yang
Pengumpulan
analisis
perlu
antar
dianalisis
meliputi: jumlah variabel, perubahan
merupakan tahapan peneliti dalam
dari
untuk
dan
efeknya, perubahan
perubahan level,
dan
persentase overlap. Teknik analisis
data
antar
kondisi
adalah
kegiatan
dalam penelitian ini dilakukan untuk
menganalisis data yang dilakukan
mendapatkan data yang relevan,
untuk mengetahui perubahan pada
akurat,
masing-masing kondisi.
dan
reliable.
Prosedur
pengumpulan data yang dilakukan peneliti, adalah melalui observasi
III.
dan wawancara sumber data. Analisis mencari
data
dan
adalah
proses
menyusun
secara
sistematis data yang diperoleh dari wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi,
dengan
cara
mengkategorikan data, mencari pola atau tema, untuk memahami makna
HASIL DAN KESIMPULAN Dapat dilihat bahwa subjek penelitian
mengalami peningkatan perilaku, dan tidak lagi terisolir dikelasnya secara bertahap dari
fase
baseline
(A)
hingga
fase
intervensi (B). Hal tersebut terbukti dengan analisis data yang telah dilakukan peneliti. 1) Peserta didik BE
dari data tersebut. Kegiatan analisis data dalam penelitian subjek tunggal dilakukan dalam 2 cara yaitu analisis dalam kondisi dan analisis antar kondisi.
Seperti yang dijelaskan
dalam bukunya Sunanto, dkk (2005) yang membahas mengenai penelitian SSD, Untuk analisis dalam kondisi, hal-hal
yang
perlu
dianalisis
meliputi, panjang kondisi, estimasi kecenderungan arah, kecenderungan KARTIKA FADHILAH| 11.1.01.01.0157 FKIP – Pendidikan Bimbingan Konseling
simki.unpkediri.ac.id || 2||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
b) Estimasi
kecenderungan arah
peserta didik BE pada fase baseline
(A)
intervensi
maupun
(B)
fase
cenderung
meningkat, maka ada perubahan yang positif pada peserta didik BE. c) Kecenderungan stabilitas peserta didik BE pada fase baseline (A) tidak stabil karena presentasenya sebesar 66.66%, dan pada fase intervensi (B) juga tidak stabil karena
presentasenya
sebesar
33.33%. d) Jejak data peserta didik pada fase
baseline
(A)
arahnya
meningkat, begitu juga pada fase intervensi (B) arah jejak datanya a) Beradasarkan
grafik
peserta
didik BE perilakunya mengalami perkembangan
yang
meningkat. e) Level
stabilitas
pada
fase
positif.
baseline (A) tidak stabil yaitu
Pada fase baseline (A) perilaku
dengan rentang 6 – 7, sedangkan
yang ditunjukan lebih rendah
pada fase intervensi (B) level
atau negative dibanding dengan
stabilitasnya juga tidak stabil
perilaku yang ditunjukan pada
yaitu dengan rentang 7 – 8.
fase intervensi (B), pada fase
f) Dengan membandingkan data
baseline (A) nilai observasi BE
terbesar dengan data terkecil
adalah 6 – 7, dan pada fase
pada
intervensi (B) nilai observasi BE
menunjukan
adalah 7 – 8. Hal tersebut
perubahannya meningkat yang
menunjukan perubahan positif
berarti positif, begitu juga pada
dari peserta didik BE.
fase intervensi (B) menunjukan
KARTIKA FADHILAH| 11.1.01.01.0157 FKIP – Pendidikan Bimbingan Konseling
fase
baseline bahwa
(A) level
simki.unpkediri.ac.id || 3||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
level perubahannya meningkat
pada fase intervensi (B), pada
yang berarti positif.
fase baseline (A) nilai observasi SW adalah 6 – 7, dan pada fase
2) Peserta didik SW
intervensi (B) nilai observasi SW adalah 7 – 8. Hal tersebut menunjukan perubahan positif dari peserta didik SW. b) Estimasi
kecenderungan arah
peserta didik SW pada fase baseline
(A)
intervensi
maupun
(B)
fase
cenderung
meningkat, maka ada perubahan yang positif pada peserta didik SW. c) Kecenderungan stabilitas peserta didik SW pada fase baseline (A) tidak stabil karena presentasenya sebesar 66.66%, dan pada fase intervensi (B) kecenderungan stabilitasnya
stabil
karena
presentasenya sebesar 100%. d) Jejak data peserta didik pada fase
baseline
(A)
arahnya
meningkat, begitu juga pada fase intervensi (B) arah jejak datanya meningkat. a) Beradasarkan didik
SW
grafik
peserta
perilakunya
mengalami perkembangan yang positif. Pada fase baseline (A) perilaku yang ditunjukan lebih rendah atau negative dibanding
e) Level
stabilitas
pada
fase
baseline (A) tidak stabil yaitu dengan rentang 5 – 6, sedangkan pada fase intervensi (B) level stabilitasnya juga tidak stabil yaitu dengan rentang 7 – 8.
dengan perilaku yang ditunjukan KARTIKA FADHILAH| 11.1.01.01.0157 FKIP – Pendidikan Bimbingan Konseling
simki.unpkediri.ac.id || 4||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
Dengan membandingkan data
Berdasarkan hasil pengamatan yang
terbesar dengan data terkecil pada
telah
fase baseline (A) menunjukan bahwa
keefektifan konseling kelompok untuk
level perubahannya meningkat yang
mengatasi perilaku terisolir peserta didik
berarti positif, begitu juga pada fase
dapat dilihat pada analisis visual antar
intervensi (B) menunjukan level
kondisi. Pada hasil tersebut menunjukkan
perubahannya
bahwa perubahan kecenderungan dan efek
meningkat
yang
berarti positif.
berkaitan
tentang
yang muncul adalah kearah positif. Dari
Berdasarkan yang
dilakukan
telah
hasil
penelitian
dilakukan
dapat
hal tersebut dapat disimpulkan bahwa konseling
kelompok
efektif
untuk
disimpulkan bahwa kegiatan atau
mengatasi perilaku terisolir peserta didik
pemberian
kelas VIIA di MTs. Hasanuddin Pare.
layanan
konseling
kelompok behavior dapat mengatasi permasalahan Pemberian
siswa
terisolir.
layanan
konseling
kelompok behavior cukup efektif untuk mengatasi permasalahan siswa terisolir, karena konseling kelompok behavior mempunyai tujuan untuk mengubah
perilaku
siswa
untuk
menjadi lebih baik dari sebelumnya dari belum bisa menjadi bisa, dan dari tidak mampu menjadi mampu. Dalam penelitian ini peserta didik BE maupun SW yang pada awalnya tidak bisa berbaur dengan temantemannya
dan
terisolir,
pada
akhirnya mereka bisa berbaur dengan teman-temannya
dan
terisolir,
perilaku
maka
tidak
lagi
mereka
berubah menjadi lebih baik dari sebelumnya.
IV.
DAFTAR PUSTAKA
Hudayana, R. 2010. Konseling Behavioral. Tersedia: http://makalahpsikologi.blogspot.com/ 2010/01/konseling-behavioral.html, Diunduh: 6 Desember 2014. Hurlock. 1997. Perkembangan Anak Jilid I. Jakarta: Erlangga. Prayitno & Erman A. 2004. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Riadi,
M.
2013.
Layanan Konseling
Kelompok.
Tersedia:
http://www.kajianpustaka.com/2013/0 1/layanan-konseling-kelompok.html, diunduh 24 Januari 2015. Retnomanisya, Perilaku
T.Y.
2013.
Mengatasi
Terisolir
Siswa
Menggunakan Konseling Behaviour Teknik Assertive Training Pada Siswa
KARTIKA FADHILAH| 11.1.01.01.0157 FKIP – Pendidikan Bimbingan Konseling
simki.unpkediri.ac.id || 5||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
Kelas
IV
SD
Negeri
Pekunden
Winkel W.S & M.M. Sri Hastuti. 2006.
Semarang.Skripsi.Dipublikasikan.
Bimbingan dan Konseling di Institusi
Semarang: UNS.
Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi
Sunanto,
J,
dkk.
2005.
Pengantar
Yanti. 2012. Makalah Anak Terisolasi.
Penelitian Dengan Subjek Tunggal.
Tersedia:
CRICED University of Tsukuba.
http://yantipgsdips.blogspot.com/2012/10/
Wahyuningsih, Kelompok.
R.
2013.
Konseling Tersedia:
makalah-anak-terisolasi.html, diunduh 13 November 2014.
http://rezky93.blogspot.com/2013/01/k onseling-kelompok.html, diunduh 24 Januari 2015.
KARTIKA FADHILAH| 11.1.01.01.0157 FKIP – Pendidikan Bimbingan Konseling
simki.unpkediri.ac.id || 6||