Penerapan Konseling Kelompok Trait Factor untuk Mengatasi Kesulitan dalam Perencanaan Karir pada Siswa Ary Wahyu Ratnaningtyas1 dan Satiningsih2
Abstrak Tujuan penelitian ini untuk menguji keefektifan penggunaan konseling kelompok trait factor untuk mengatasi kesulitan dalam perencanaan karir pada siswa. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian pre eksperimen berupa one group pre-test and post-test design. Subyek penelitian ini 10 orang siswa XI-3 jurusan administrasi perhotelan SMK Negeri 6 Surabaya yang mempunyai skor kesulitan dalam perencanaan karir rendah. Penentuan subyek penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah angket tertutup. Teknik analisis data yang digunakan yaitu Uji Tanda, menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan pada skor perencanaan karir antara sebelum dan sesudah pemberian perlakuan yaitu konseling kelompok trait factor. Karena pada nilai (0.002) lebih kecil dari taraf nyata (0.05). Maka hipotesis (HO) ditolak dan (HI) diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa konseling kelompok trait factor dapat digunakan untuk mengatasi kesulitan dalam perencanaan karir pada siswa. Kata kunci : Konseling kelompok trait factor, perencanaan karir
1 2
Konselor pada SMK di Sidoarjo Staf Pengajar Prodi Psikologi Unesa
Pendahuluan Sistem kerja dan sistem pendidikan telah diatur sedemikian rupa, sehingga pilihan-pilihan bidang pendidikan pada gilirannya akan menentukan jenis karir individu pada masa yang akan dating. Karena dengan memilih suatu bidang pendidikan maka hal tersebut merupakan suatu langkah awal dalam membuat dan melakukan rencana masa depan karir yang merupakan salah satu tugas perkembangan yang harus dicapai oleh siswa atau siswi SMU dan yang sederajat. Namun pada kenyataan untuk membuat suatu perencanaan karir yang matang tersebut masih merupakan masalah yang sering dijumpai pada siswa-siswi SMU sederajat. Berdasarkan informasi yang dipelajari diketahui penyebab siswa mengalami kesulitan dalam menentukan pilihan, karena siswa masih belum memiliki pandangan atau gambaran yang jelas tentang karir apa yang sesuai dengan minat bakatnya. Sering kali siswa mengalami kebingungan, keraguan, serta kesulitan untuk mempersiapkan diri dalam memilih bidang atau program pendidikan, fakultas dan jenis lembaga atau kursus-kursus keterampilan yang dibutuhkan pasca studi di SMU atau SMK. Ini disebabkan karena siswa kurang mempersiapkan diri untuk merencanakan karir yang dicitacitakan (Basori, 2008:89). Kesalahan, kekeliruan dan ketidaktepatan dalam memilih program penjurusan maupun studi yang sering dihadapi oleh para siswa SMU merupakan masalah-masalah yang bersangkutan paut dengan perencanaan karir yang kurang matang. Donal E. Super (dalam
Winkel dan Hastuti, 2004: 632-633) berpendapat : “Pada masa-masa tertentu dalam kehidupannya, individu dihadapkan pada tugastugas perkembangan karir tertentu yang salah satunya yaitu perencanaan garis besar masa depan antara 14-18 tahun, yang terutama bersifat kognitif dengan meninjau diri sendiri dan situasi hidupnya”. Pendapat tersebut berkaitan dengan tugas-tugas perkembangan karir siswa SMU, dimana pada masa antara 14-18 tahun seharusnya seorang siswa telah mampu untuk membuat perencanaan karir untuk mendukung masa depannya. Maka dari fakta-fakta yang telah diuraikan dapat diketahui bahwa masih banyak siswa SMU yang belum memiliki konsep yang matang dalam perencanaan karir mereka. Keberhasilan individu dalam merencanakan karir merupakan salah satu sumbangan yang khas dalam tahap memenuhi tugas-tugas perkembangannya. Ada beberapa macam konseling yang dapat digunakan untuk membantu individu dalam meningkatkan kemampuannya merencanakan karir dengan matang. Dan untuk membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi tersebut maka salah satu cara adalah dengan mengadakan konseling kelompok trait factor ini, akan menggunakan data-data yang diperoleh dari siswa tersebut yang digunakan sebagai pendukung dalam membantu siswa mengatasi masalah karirnya tersebut. Menurut W.S Winkel dan Sri Hastuti (02004 :627), selain data yang diperoleh dari siswa tersebut juga menambahkan data tentang diri pribadi individu dan data tentang lingkungan hidup siswa yang juga harus dipertimbangkan. Sehingga trait factor diperluas dan
menghasilkan suatu pendekatan praktis untuk konseling kelompok ini. Keuntungan menggunakan konseling kelompok menurut Tim Pembina mata kuliah konseling kelompok (2005 :59), bahwa dalam konseling kelompok ini masingmasing anggota dapat mengemukakan tentang dirinya dan memberikan pendapatnya tentang anggota yang lain. Tiap anggota akan memperoleh masukan yang dapat digunakan untuk mengevaluasi dirinya sebagai upaya dalam memperoleh pemahaman tentang diri dan lingkungannya. Konseli dapat belajar mengamati orang lain dengan melihat bagaimana orang berperilaku dan mereka dapat mengkaji sikap dan reaksi melalui interaksi dengan beberapa anggota kelompok sehingga tidak hanya dengan konselor saja. Alasan penerapan konseling kelompok trait factor ini adalah untuk merealisasikan SK Mendikbud no. 025/0/95 dan jurnal konselor (2003 :2) yang menyatakan bahwa konseling kelompok mengefesiensikan pelayanan BK di sekolah, karena konseling perorangan saja tidak memadai, tidak efisien dan tidak ekonomis. Akibat dari rasio guru pembimbing yang lebih sedikit dibanding dengan lebih banyaknya jumlah siswa SMU atu SMK yang bermasalah. Sehingga dengan menggunakan konseling kelompok dapat menghemat waktu karena suatu konselor dapat menolong beberapa klien sekaligus. Selain itu yang paling utama bahwa dengan menggunakan pendekatan trait factor ini mereka memudahkan siswa SMU atau SMK untuk membuat keputusan san perencanaan karir yang mantap sedini mungkin sehingga setelah itu dapat
mengembangkan langkah-langkah konkrit dalam sebuah perencanaan untuk mencapai tujuan masa depan karirnya. Prosedur dan sifat trait factor yang mudah dipahami, sistematis, dan orientasi pada tujuan masa depan karir yang jelas juga mempermudah konselor untuk membantu klien dalam memahami pentingnya membuat rencana untuk masa depan. Berdasarkan beberapa teori dan pernyataan di atas, maka kunci dari perencanaan yang matang sehingga dapat mengambil keputusan yang bijak dalam karir terletak pada pengolahan informasi tentang diri sendiri dan lingkungan hidupnya. Dengan kata lain seorang remaja diharapkan mampu membuat pilihanpilihan dan perencanaan karir yang dapat dipertanggung jawabkan. Oleh karena itu maka permasalahan yang diangkat yaitu tentang penrapan konseling kelompok trait factor untuk meningkatkan perencanaan karir. Penelitian ini memusatkan perhatiannya pada pelaksanaan konseling kelompok trait factor untuk mengatasi kesulitan dalam perencanaan karir pada siswa. Berkenaan dengan hal itu, penelitian ini bermaksud memperoleh jawaban terhadap pertanyaan “Apakah konseling kelompok trait factor dapat mengatasi kesulitan dalam perencanaan karir pada siswa?”. Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka dapat dioperasionalkan sebagai berikut “ Apakah terdapat peningkatan yang signifikan dalam perencanaan karir pada siswa sebelum dan sesudah pemberian konseling kelompok dengan pendekatan trait factor? ”. Perencanaan Karir Dalam Konseling Kelompok Trait Factor
Perencanaan karir merupakan suatu perencanaan tentang kemungkinan-kemungkinan seseorang meniti proses karir sesuai persyaratan dan kemampuannya (Martoyo, 1992: 70). Perencanaan karir adalah salah satu usaha yang menjadi rencana seluruh kehidupan (Slameto, 1990: 457). Dalam perencanaan karir mencakup rencana membina karir dan pendidikan yang harus ditempuh dalam mempersiapkan diri memasuki pekerjaan, dan dalam merencanakan karir hendaknya disesuaikan dengan pemahaman diri dan minat penjurusan individu yang bersangkutan, sehingga perencanaan karir akan lebih mantap. Hani Handoko (1993: 123) mengemukakan bahwa perencanaan karir merupakan proses melalui mana seseorang memilih sasaran karir dan jalur ke sasaran tersebut. Merencanakan karir adalah kegiatan membuat rencana masa depan, dimana setelah memutuskan pilihan pekerjaan atau karir perlu melaksanakan suatu rencana yang diprogramkan agar tercapai citacita karir yang diinginkan. Perencanaan karir adalah pemikiran yang matang tentang tujuan-tujuan yang hendak dicapai oleh jangka waktu pendek dan tujuan-tujuan yang hendak dicapai dalam jangka waktu panjang (W.s Winkel dan Sri Hastuti). Menurut Sukardi (1997: 25) adalah suatu rangkaian dari suatu pekerjaan, jabatan, dan posisi yang dilakukan seumur hidup dan nampaknya sangat bermanfaat untuk kehidupan. Karir juga berarti status jenjang pekerjaan atau jabatan sebagai sumber nafkah,
apakah itu berupa mata pencaharian pokok ataupun mata pencaharian sambilan. Berdasar pada pengertian perencanaan dan karir tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa perencanaan karir adalah pemikiran yang matang tentang tujuan-tujuan yang hedak dicapai dalam jangka waktu pendek maupun jangka panjang yang meliputi rangkaian dari suatu pekerjaan, jabatan, dan posisi yang dilakukan seumur hidup dan nampaknya sangat bermanfaat untuk kehidupan. Beberapa pengertian teori diatas bila disimpulkan maka perencanaan karir adalah suatu usaha yang menjadi rencana seluruh kehidupan tentang kemungkinan-kemngkinan seseorang mau meniti proses karir sesuai persyaratan dan kemampuannya dan sasaran karir yang akan dituju atau dipilih, yang meliputi pemahaman dan penelitian diri, menentukan tujuan kerja secara jelas, eksplorasi pekerjaan, mengidentifikasi diri, mengetahui prospek pekerjaan tersebut memiliki alternative, mengambil keputusan dan tujuan jangka pendek maupun jangka panjang. Pengertian konseling kelompok trait factor menurut W.S Winkel dan Sri Hastuti (2004: 407) adalah corak konseling yang menekankan pemahaman diri melalui testing psikologi dan penerapan pemahaman itu dalam memecahkan problem-problem yang dihadapi, terutama menyangkut pilihan program dan bidang pekerjaan. Crites (dalam Munandir 1996: 112) trait factor merupakan teori yang khususnya
mengacu kepada kemampuan (termasuk kemampuan mental umum atau kecerdasan, kemampuan khusus atau bakat, kemampuan belajar atau prestasi akademik, dan keterampilan kerja), minat jabatan, dan ciri kepribadian. Dalam trait factor dipertimbangkan juga sebagai factor atau sumber tingkah laku. Komitmen nilai ini dikenal dengan menggunakan tes-tes kepribadian orang memiliki apa yang dipandang penting yang menentukan gaya hidupnya, perilakunya sehari-hari, dan citacitanya. Trait factor dalam penerapannya pada penelitian ini yaitu dengan konseling kelompok. Pengertian konseling kelompok sendiri menurut Shertzer and Stone (1981) yang dikutip oleh Moch. Nursalim dan Suradi S.A dalam layanan bimbingan dan konseling (2002: 72), konseling kelompok adalah suatu proses dimana seorang konselor terlibat di dalam suatu hubungan dengan sejumlah klien pada waktu yang sama. Kemudian Winkel dan Sri Hastuti (2004: 590) juga menyatakan tentang pengertiain konseling kelompok adalah wawancara konseling antara konselor professional dengan beberapa orang sekaligus yang tergabung dalam suatu kelompok kecil. Sehingga dari teori-teori di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa, konseling kelompok trait factor adalah wawancara konseling antara satu orang konselor dengan beberapa orang klien, terlibat dalam suatu hubungan pada waktu yang sama dengan menekankan pada
pemahaman diri dan lingkungan hidup serta penggunaan testing psikologi dalam penerapannya untuk memecahkan problemproblem karir yang dihadapi individu. Metode Penelitian ini dikategorikan sebagai jenis penelitian preeksperimen dengan model pendekatan pre-test post-test one group design yaitu eksperimen yang dilakukan pada satu kelompok tanpa kelompok pembanding. Menurut Arikunto (2002: 78) mengungkapkan “pre-test post-test one group design adalah penelitian ini dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum eksperimen (pre-test) dan sesudah ekperimen (post-test) dengan satu kelompok subjek.” Perlakuan ini diberikan sebanyak 8 kali pertemuan kepada sejumlah siswa kelas XI-3 jurusan Administrasi Perhotelan SMK Negeri 6 Surabaya yang memiliki perencanaan karir rendah. Dengan menggunakan konseling kelompok trait factor. Adapun prosedur perlakuannya telah disusun dalam bentuk modul perlakuan yang sedikit mengadaptasi dari tahap-tahap yang dikemukakan oleh Nixon dan Glover, serta Williamson (dalam Winkel dan Sri Hastuti, 2004). Data yang terkumpul melalui angket akan diolah dengan menggunakan analisis statistik non parametrik dengan uji tanda. Alasan menggunakan uji tanda ini dikarenakan sampel kurang dari dua puluh lima orang. Dijelaskan oleh Sugiono bahwa “uji tanda (sign-test) digunakan untuk menguji hipotesis komporatif dua sampel yang berkorelasi dan uji tanda digunakan
untuk sampel kecil ≤ dari 25.” (2006: 126 – 127) Pembahasan Didasarkan pada data yang dihasilkan pada pengumpulan data pre-test dan pengumpulan data posttest, maka selanjutnya dapat dilakukan analisis data melalui teknik uji tanda seperti yang telah disinggung terdahulu. Penggunaan uji tanda ini untuk mengetahui perbedaan diantara skor pre-test dengan skor post-test yang diperoleh siswa. Jika probabilitas atau nilai signifikan yang dihasilkan > 0.05, maka H0 diterima dan disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara sikap sebelum dan sesudah melihat iklan. Dan jika nilai signifikan yang dihasilkan < 0.05, maka H0 ditolak dan disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara sikap sebelum dan sesudah bimbingan konseling. Sebelum melakukan uji tanda dengan menggunakan pendekatan binomial, terlebih dahulu ditentukan tanda beda antara sebelum dan sesudah bimbingan konseling. Diketahui bahwa hasil uji tanda menghasilkan nilai signifikan sebesar 0,002 dimana nilai tersebut lebih kecil dari 0,05, dengan demikian H0 ditolak dan disimpulkan bahwa ada perbedaan 10 siswa terpilih kelas XI-3 administrasi perhotelan SMKN 6 Surabaya sebelum dilakukannya bimbingan konseling dan setelah dilakukannya bimbingan konseling. Selain itu juga diketahui bahwa rata-rata 10 siswa terpilih dari kelas XI-3 administrasi perhotelan SMKN 6 Surabaya sebelum dilakukannya bimbingan konseling lebih kecil dibandingkan
dengan rata-rata 10 siswa terpilih dari kelas XI-3 administrasi perhotelan SMKN 6 Surabaya sesudah dilakukannya bimbingan konseling yaitu 93,1 < 152,3. Rumus perhitungan : Digunakan rumus Binom p (X ≤ x) = ∑ b (x ; n, p) x = banyaknya tanda negatif (-) yang paling sedikit = 0 n = banyaknya tanda positif (+) = 10 Jadi n =10 ; x = 0 ; p =
1 2
Penelitian ini menguji keefektifan penggunaan konseling kelompok trait factor untuk membantu mengatasi kesulitan dalam perencanaan karir. Hasil analisis terhadap data penelitian membuktikan bahwa strategi konseling kelompok trait factor untuk mengatasi kesulitan dalam perencanaan karir. Bukti ini didasarkan pada adanya perbedaan yang signifikan skor rata-rata perencanaan karir siswa antara sebelum dan sesudah di berikan konseling kelompok trait factor, dimana skor rata-rata perencanaan karir siswa sesudah perlakuan lebih tinggi dibanding skor rata-rata perencanaan karir siswa sebelum perlakuan. Terhadap temuan ini dapat diberikan pembahasan sebagai berikut. Keefektifan strategi dengan pendekatan perilaku untuk mengatasi kesulitan dalam perencanaan karir siswa memberikan bukti untuk memperkuat teoritik yang diungkapkan oleh beberapa ahli, bahwa pemberian latihan atau pembelajaran dapat meningkatkan
perencanaan karir seseorang. Seperti yang diungkapkan oleh Gunarsa (2001) bahwa setiap latihan atau pembelajaran pasti ada tujuan yang ingin dicapai agar seseorang belajar bagaimana mengganti sesuatu respon yang tidak sesuai dengan respon yang baru sesuai. Dari pendekatan perilaku, kesulitan perencanaan karir diberikan melalui konseling kelompok trait factor. Keefektifan strategi konseling kelompok untuk mengatasi kesulitan dalam perencanaan karir membuktikan fakta bahwa konseling kelompok trait factor bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan kesulitan dalam perencanaan karir. Gibson dan Mitchell (dalam Nursalim dan Atmadjaya, 2002 : 74), mengemukakan tujuan konseling kelompok ialah pencapaian suatu tujuan pemenuhan kebutuhan, dan pemberian suatu pengalaman nilai bagi setiap anggota kelompok. konseling kelompok trait factor adalah wawancara konseling antara satu orang konselor dengan beberapa orang klien sekaligus yang tergabung dalam suatu kelompok kecil, terlibat dalam suatu hubungan pada waktu yang sama dengan menekankan pada pemahaman diri dan lingkungan hidup serta penggunaan testing psikologi dalam penerapannya untuk memecahkan problem-problem karir yang dihadapi individu. Namun demikian terhadap temuan tersebut hendaknya ditafsirkan secara hati-hati dan terbatas. Artinya, keefektifan dari strategi untuk mengatasi kesulitan dalam perencanaan karir siswa seperti ditemukan dalam penelitian ini tidak bersifat universal, dalam arti bahwa generalisasinya bersifat terbatas.
Simpulan Penelitian ini bertujuan untuk menguji konseling kelompok trait factor untuk membantu siswa mengatasi kesulitan dalam perencanaan karir. Hipotesis (H1) yang diajukan adalah peningkatan yang signifikan kesulitan dalam perencanaan karir siswa kelas XI-3 SMK Negeri 6 Surabaya sebelum dan sesudah diberi perlakuan konseling kelompok trait factor. Berdasarkan analisis data dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan mengatasi kesulitan dalam perencanaan karir siswa antara sebelum dan sesudah diberikan konseling kelompok trait factor. Sehingga hipotesis penelitian yang diajukan terbukti atau diterima. Hal tersebut dapat diartikan, bahwa sebelum diberikan perlakuan konseling kelompok trait factor skor rata-rata perencanaan karir siswa rendah, tetapi setelah diberikan perlakuan konseling kelompok trait factor skor rata-rata perencanaan karir siswa mengalami peningkatan. Jadi konseling kelompok trait factor secara efektif dapat mengatasi kesulitan dalam perencanaan karir siswa. Saran Berdasarkan temuan penelitian, dapat direkomendasikan beberapa saran sebagai berikut: a. Bagi guru Untuk pengembangan keterampilan dan kehidupan sosial siswa khususnya dalam perencanaan karir, maka dapat menempatkan perencanaan karir sebagai pusat perhatian untuk tujuan mengatasi kesulitan dalam perencanaan karir siswa, untuk itu, guru dapat menggunakan
berbagai macam perilaku yang lain.
pendekatan
b. Bagi siswa Agar siswa lebih berani mengungkapkan perasaan, pendapat ataupun hal yang ingin disampaikan dalam mengatasi kesulitan dalam perencanaan karir di dalam kehidupan sehari-hari. c. Untuk peneliti selanjutnya Penelitian selanjutnya yang ingin melatih hal yang sama, disarankan untuk menggunakan subyek lain serta pengembangan pendekatan yang lain selain dengan cara konseling kelompok trait factor. Daftar Pustaka Arikunto, Suharsimi., 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi V. Jakarta: P.T Rineka Cipta. Basori, Muh. 2000. Paket Bimbingandan Perencanaan Karir. Malang: Unipress UM. Corey, Gerald. 2003. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: PT. Refika Aditama. Depdikbud. 1984. Bimbingan Karir Membuat Perencanaan Masa Depan (Untuk SMA), Paket V. Jakarta: Depdikbud. Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Edisi 3. Semarang: Universitas Diponegoro. Gunarsah, Singgih. D. 2004. Psikologi Untuk Membimbing. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia. Munadir. 1996. Program Bimbingan Karir di Sekolah, Jakarta:
Dirjen Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Akademik. Nursalim, Moch. Dkk, 2005. Strategi Konseling, Surabaya: Unesa University Press. Nursalim, Moch dan Suradi S.A. 2002. Layanan Bimbingan dan Konseling. Surabaya: Unesa University Press. Nursalim, Moch. Dkk, 2008. Konseling Kelompok Surabaya: University Press. Purwoko, Budi. 2003. Penerapam Konseling Trait Factor dalam Membantu Problem Pilihan Karir Siswa. “Makalah Disampaikan pada seminar Guru BK se-Surabaya. Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, FIP. Unesa. Santosa, 2000. Buku Latihan SPSS Statistika Parametrik, Cetakan Pertama. Jakarta: Elex Media Komputindo. Slamento. 1990. Perspektif Bimbingan Karir dan Penerapannya di Berbagai Institusi. Semarang: university Press Unes. Sukardi, Dewa Ketut. 1997. Pedoman Perencanaan Karir. Jakarta: Grasindo. Sukardi, Dewa Ketut. 1994. Bimbingan Karir di Sekolahsekolah. Jakarta: Ghalia Indonesia. Suryabrata, Sumadi. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: Rajawali Press.