Jurnal D-III Kebidanan Mutiara Indonesia
Vol. 1, No. 11, Edisi Juni 2014
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG PENGOLAHAN MAKANAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA DI KELURAHAN LANGGA PAYUNG KECAMATAN SEI KANAN KABUPATEN LABUHAN BATU SELATAN TAHUN 2014 ABSTRAK Anemia merupakan masalah yang sering terjadi pada ibu hamil. Badan kesehatan dunia (WHO), melaporkan bahwa prevalensi ibu-ibu hamil yang mengalami defesiensi besi sekitar 35-75%. Di Indonesia anemia pada kehamilan masih tinggi yaitu sekitar 40,1% serta semakin meningkat dengan pertambahan usia kehamilan. Sebagai ibu hamil, ibu harus memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk mencegah ataupun menghindari anemia agar tidak menjadi lebih parah. Salah satunya adalah dengan mengetahui cara pengolahan makanan yang baik dan benar, seperti memilih bahan makanan, cara menyajikan makanan, menyimpan makanan, karena makanan merupakan sumber gizi yang dapat memenuhi kebutuhan ibu selama kehamilan. Jenis penelitian ini deskriptif korelatif dengan rancangan cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu hamil tentang pengolahan makanan dengan kejadian anemia di Kelurahan Langga Payung Tahun 2014. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang datang ke Kelurahan Langga Payung, dengan jumlah sampel 31 ibu yang diambil secara purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan memberikan kuesioner secara langsung dan mengukur kadar Hb menggunakan Nesco digital. Data dianalisa dengan uji statistik chi- square dengan nilai p < 0,05. Hasil penelitian bahwa ada hubungan pengetahuan ibu hamil tentang pengolahan makanan dengan kejadian anemia dengan nilai p = 0,011 < 0,05. Disarankan kepada ibu hamil untuk lebih aktif mencari informasi tentang pengolahan makanan dengan cara mengunjungi pelayanan kesehatan atau mencari informasi melalui media massa. Kepada perawat dan bidan disarankan untuk memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu disaat sedang melakukan kunjungan ANC secara berulang-ulang setiap kunjungan, dengan cara tanya jawab ataupun dengan memberikan brosur atau leaflat yang berisikan tata cara pengolahan makanan.
Kata kunci : Pengetahuan, Ibu Hamil, Pengolahan Makanan, Kejadian Anemia mengatasi masalah-masalah selama kehamilan itu berlangsung. Pengetahuan PENDAHULUAN yang harus dimiliki ibu melibatkan nutrisi atau gizi, medikasi atau pengobatan dan 1.1. Latar Belakang Pengetahuan merupakan hal yang senam hamil. Namun yang paling penting menuntut tercapainya tujuan untuk adalah pengetahuan ibu tentang nutrisi mendapatkan kebenaran, oleh karena itu seimbang yang berguna untuk pengetahuan pada dasarnya terdiri dari menghindari gangguan pertumbuhan janin sejumlah fakta dan teori yang dan kesehatan ibu itu sendiri. memungkinkan seseorang untuk Nutrisi seimbang merupakan memecahkan masalah yang dihadapinya makanan yang selain bergizi juga (Notoatmodjo, 2007). memiliki nilai seimbang. Makanan Menurut Bork (2007), ibu yang tersebut mengandung diantaranya zat besi, sedang hamil harus memiliki pengetahuan protein, asam lemak, vitamin, garam dan dan kemampuan untuk mencegah serta cairan. Namun, gizi yang ada dalam 40
Jurnal D-III Kebidanan Mutiara Indonesia
makanan dapat hilang atau berkurang saat dikonsumsi jika pengolahan makanan dilakukan dengan tidak benar, sehingga mengalami gangguan nutrisi saat hamil yang dapat mengakibatkan anemia (Dannimio, 2010) Menurut Dismasmis (2007), anemia yang dialami oleh ibu hamil terjadi saat darah tidak mempunyai cukup kandungan hemoglobin, dimana hemoglobin merupakan protein didalam sel-sel darah merah yang membawa oksigen dari paruparu ke seluruh anggota tubuh. Penyebab yang paling sering dari ketidakcukupan hemoglobin dalam darah adalah karena tubuh tidak mempunyai zat besi yang cukup untuk memproduksi hemoglobin membuat ibu menderita anemia. Badan kesehatan dunia (WHO), melaporkan bahwa prevalensi ibu-ibu hamil yang mengalami defesiensi besi sekitar 35-75%, serta semakin meningkat dengan pertambahan usia kehamilan. Di Indonesia anemia pada kehamilan masih tinggi yaitu sekitar 40,1%. Dari 31 orang wanita hamil pada trisemester II didapati 23 orang menderita anemia dan 9 orang menderita kekurangan zat besi (SKRT 2010). Penelitian SKRT yang diadakan di beberapa praktek bidan swasta di Kotamadya Medan, ditemukan bahwa terjadi peningkatan penderita anemia yaitu 20% pada trimester I kehamilan, trimester II sebesar 70% dan trimester III sebesar 70% (Dep Kes RI, 2007). Penelitian yang dilakukan di wilayah Puskesmas kota Bogor tentang hubungan pengetahunan pengolahan makanan dan kepatuhan meminum tablet besi dengan kejadian anemia pada ibu hamil, diperoleh diketahui bahwa pengetahuan pengolahan makanan berhubungan dengan kejadian anemia dengan nilai p = 0,01, sedangkan kepatuhan konsumsi tablet besi
Vol. 1, No. 11, Edisi Juni 2014
berhubungan dengan kejadian anemia dengan nilai p = 0,00. Kesimpulan yang diperoleh terdapat hubungan yang erat antara pengetahuan pengolahan makanan dengan kejadian anemia pada ibu hamil (Sahdani, 2010). Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di Klinik Khairani dari Januari s/d Oktober 2010 di dalam medikal record tercatat 78 orang ibu yang memeriksakan kehamilan, diantranya 58 ibu mengalami anemia sewaktu dilakukan pemeriksaan Hb rata-rata < 11 gr/dl. Wawancara dilakukan pada 10 orang ibu yang sedang memeriksakan kehamilan, tentang cara pengolahan sayur-sayuran yang diketahui dan biasa dilakukan, bahwa diketahui yang diperoleh 5 ibu menjawab sayuran terlebih dahulu dipotong kemudian dicuci dengan air mengalir dan dimasak sampai layu tapi tidak berubah warna. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah adakah terdapat hubungan pengetahuan ibu hamil tentang pengolahan makanan dengan kejadian anemia di Kelurahan Langga Payung 2014? 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan pengetahuan ibu hamil tentang pengolahan makanan dengan kejadian anemia di Kelurahan Langga Payung 2014 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Mengetahui pengetahuan ibu tentang pengolahan makanan di Kelurahan Langga Payung 2014 2. Mengetahui kejadian anemia pada ibu hamil di Kelurahan Langga Payung 2014
41
Jurnal D-III Kebidanan Mutiara Indonesia
1.4. Manfaat Penelitian 1. Bagi Pelayan Kesehatan Klinik Pelayan kesehatan baik bidan dan perawat mendapat masukan tentang hal-hal yang dapat mempengaruhi terjadinya anemia sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan obstetrik terutama dibidang penyuluhan tentang pengolahan makanan bagi ibu hamil. 2. Bagi Ibu Hamil Memperoleh informasi tentang tata cara pengolahan makanan yang baik dan benar, sehingga dapat mengaplikasikan dalam tindakan sehari-hari. 3. Bagi Keperawatan Adanya masukan untuk dijadikan bahan pertimbangan agar keperawatan lebih memperhatikan pengetahuan ibu selama masa kehamilan terutama tentang pemenuhan gizi yang melibatkan pengolahan makanan TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Definisi Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior) (Notoatmodjo, 2007). 2.1.4 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2007), ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu:
Vol. 1, No. 11, Edisi Juni 2014
1. Pendidikan Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat. 2. Mass media atau informasi Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang. 3. Sosial budaya dan ekonomi Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. 4. Lingkungan Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu. 42
Jurnal D-III Kebidanan Mutiara Indonesia
5. Pengalaman Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. 6. Usia Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini. Dua sikap tradisional mengenai jalannya perkembangan selama hidup : a. Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuannya b. Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang sudah tua karena mengalami kemunduran baik fisik maupun mental. Dapat diperkirakan bahwa IQ akan menurun sejalan dengan bertambahnya usia, khususnya pada beberapa kemampuan yang lain seperti misalnya kosa kata dan pengetahuan umum. Beberapa teori berpendapat ternyata IQ seseorang akan menurun cukup cepat sejalan dengan bertambahnya usia 2.2. Pengolahan Makanan Makanan yang akan dikonsumsi ibu harus dalam pengolahan yang baik dan benar. pengetahuan ibu tentang mengolah dan memodifikasi makanan dapat menutupi kekurangan asupan gizi, selain dapat dilengkapi dengan jenis makanan
Vol. 1, No. 11, Edisi Juni 2014
yang lainnya ibu juga terhindar dari kejenuhan menu yang sama. Pengolahan makanan meliputi cara memilih bahan makanan, menyajikan makanan dan menyimpan makanan (Dannimio, 2010). Menurut Sulistyoningsih (2014), di samping memastikan sayur-sayuran dan buah-buahan bebas dari hama dan racun pestisida, perlu memastikan sayur-sayuran dan buah-buahan juga aman dikonsumsi, dilihat dari aspek kebersihan dan kandungan zat makanan. 1. Tanda-tanda sayur dan buah yang aman disantap a. Warna sayur dan buah yang segar dan cerah warnanya. b. Buah-buahan dan sayur-sayuran berjenis bunga harus kelihatan cantik bentuknya dan bertekstur keras atau tidak lembek. c. Kulit permukaan buah atau sayursayuran berjenis buah tidak keriput dan banyak mengandung air Sayur-sayuran berjenis kacang-kacangan perlu dipilih yang cerah warnanya dan renyah/rapuh apabila dipatahkan. d. Sayur-sayuran jenis akar atau umbi-umbian bertekstur keras dan terlihat banyak mengandung air. e. Sayur-sayuran yang digunakan tunas atau pucuknya, hendaklah berwarna cerah, segar, dan banyak mengandung air. 2. Tanda – tanda daging dan lauk pauk yang baik dikonsumsi a. Daging sapi dan unggas yang berkualitas baik memiliki ciri ciri warnanya segar mengkilap (tidak kebiruan), baunya segar (tidak busuk), teksturnya lembab dan kenyal. Saat membeli daging, hati - hati jika mendapati daging dengan warna merah menyala dan mencurigakan, sebab ada sebagian penjual daging yang sedikit nakal 43
Jurnal D-III Kebidanan Mutiara Indonesia
menambahkan pewarna merah pada daging agar tampak segar, terutama daging yang sudah digiling. b. Ikan dan cumi - cumi ataupun udang sebaiknya dibeli dalam keadaan segar. c. Tempe yang baik adalah yang segar memiliki lapisan jamur yang berwarna putih merata, tidak ada bagian yang basah atau kecokelatan . 2.2.2. Menyajikan Makanan 1. Sayur-sayuran dan buah-buahan Sayur dan buah-buhan kaya dengan vitamin dan garam mineral. Vitamin C atau asid askorbik mudah rusak atau larut pada saat dimasak, melalui proses pengoksidaan, dan cara pemotongan atau pengupasan sayur-sayuran dan buahbuahan perlu dicuci bersih untuk menghilangkan kotoran, serangga yang melekat, dan sisa racun pestisida, proses mencuci harus dengan air yang mengalir kemudian baru dipotong. Jangan merendam sayur-sayuran dan buahbuahan yang telah dipotong, karena vitamin C mudah larut di dalam air. Buah-buahan yang perlu dikupas kulitnya harus cepat disantap karena vitamin terutama vitamin C mudah teroksida oleh udara dan suhu yang tinggi. Hindari memotong sayur-sayuran dan buah-buahan terlalu kecil karena ukuran kecil juga menyebabkan mudah terjadi proses pengoksidaan vitamin terutama vitamin C Sebaiknya buah-buahan segar baru dipotong ketika hendak dimakan saja. Sel yang rusak akan mengeluarkan enzim dan menyebabkan hilangnya vitamin C. Jangan memasak sayur-sayuran terlampau masak, masak sayuran sampai layu tapi jangan berubah warna dan merebus sayuran dengan air yang sedikit
Vol. 1, No. 11, Edisi Juni 2014
serta proses memasak kukus lebih baik dari menggoreng. 2. Daging sapi Agar daging sapi ataupun buntut sapi cepat empuk saat diolah, ada cara sederhana yang bisa digunakan : a. Bungkus dengan daun pepaya yang sudah diremas - remas (daun pepaya mengandung enzim papain). b. Tambahkan nanas yang telah dicincang (nanas mengandung enzim bromelain) dan diamkan beberapa saat. c. Bisa juga memakai meat tenderizer (bubuk pengempuk daging) yang siap pakai. 3. Ayam Potong (Ayam Ras) Ayam potong semua bagiannya bisa diolah seperti kepala, jerohan, sayap hingga kaki ayam (ceker). Untuk mengolah agar tidak tercium bau kurang enak dengan cara : a. Untuk menghilangkan bau amis, lumuri potongan ayam dengan air jeruk nipis dan diamkan beberapa saat, lalu cuci bersih dan tiriskan. b. Karena kandungan lemaknya terlalu banyak, buang bagian lemak yang terdapat dibawah kulit. Agar dagingnya lebih kesat, ayam potong bisa dikukus sebentar dan setelah itu olah ayam seperti biasa, namun memanggang lebih baik daripada menggoreng (Dismasmis, 2007). Menurut Asydad (2008), penyajian makanan bisa saja tercemar bakteri yang bisa merugikan kesehatan. Untuk menghindari dapat dilakukan : 1. Gunakan alat masak yang berbeda untuk mempersiapkan bahan mentah seperti pisau/alat potong dan papan alas. Air yang digunakan untuk melumuri daging mentah tidak boleh 44
Jurnal D-III Kebidanan Mutiara Indonesia
digunakan untuk bahan makanan yang telah siap untuk dikonsumsi. 2. Panaskan makanan seperti sup dan semur hingga mendidih, pastikan mencapai suhu 70 derajat C. Untuk daging ternak dan unggas pastikan kaldu berwarna jernih dan tidak lagi merah muda. Agar makanan aman dari bakteri, bahan makanan harus dimasak hingga temperatur 70 derajat C . Pada suhu ini mikroorganisme dapat mati dalam waktu hanya 30 detik. 3. Jangan tinggalkan makanan yang telah dimasak pada temperatur kamar lebih dari 2 jam. Masukkan segera makanan yang telah dimasak ataupun makanan yang mudah rusak ke dalam lemari pendingin. Panaskan makanan yang telah dimasak hingga matang (di atas suhu 60 derajat C) pada saat akan dihidangkan. 2.2.3. Menyimpan Makanan 1. Penyimpanan sayur dan buah-buahan a. Sayur-sayuran dan buah-buahan perlu dibasuh, dibungkus dengan kertas dan disimpan di ruangan khusus di dalam kulkas. b. Jika tidak ada kulkas, boleh disimpan di tempat yang dingin dan redup di dapur. Hindari penggunaan tas plastik supaya tidak menjadi layu dan hilang vitaminnya. c. Buah-buahan seperti pisang jangan disimpan di dalam kulkas karena kulitnya akan mudah menjadi hitam dan busuk.
Vol. 1, No. 11, Edisi Juni 2014
d. Sayur-sayuran dan buah-buahan di dalam kemasan hendaklah dipindahkan di dalam tempat penyimpanan yang lain, kemudian disimpan di kulkas. e. Kentang, labu, dan bawang, hendaklah disimpan di dalam tempat yang agak gelap dan sejuk. Bila perlu disimpan ditempat yang memiliki aliran udara. f. Jangan terlalu lama menyimpan bahan makanan dalam kulkas 2. Daging Sapi, tempe dan tahu Pisahkan bahan makanan mentah berupa daging ternak, unggas dan produk dari bahan makanan lain. Simpan bahan-bahan makanan di dalam wadah tertutup agar terhindar kontak antara bahan makanan mentah dan yang telah dimasak. Bahan makanan daging mentah mengandung mikroorganisme berbahaya yang dapat mencemari bahan makanan lain pada proses penyimpanan. Tempe yang tak habis diolah yang masih segar dan berbungkus daun atau plastik bisa disimpan dalam lemari es. 2.2.4. Gizi Seimbang Untuk Ibu Hamil Menurut Proverawati dan Asfuah (2009), tidak banyak perbedaan menu sebelum dan setelah hamil. tidak ada kesulitan yang berarti dalam pengaturan menu selama kehamilan. berikut adalah makanan yang dianjurkan dalam sehari :
45
Jurnal D-III Kebidanan Mutiara Indonesia
Vol. 1, No. 11, Edisi Juni 2014
Tabel 2.1 Contoh Menu Makanan Dalam Sehari Bagi Ibu Hamil Bahan Makanan Nasi Sayuran Buah Tempe Daging Susu Minyak Gula
Porsi Hidangan Sehari 5 + 1 porsi 3 mangkuk 4 mangkuk 3 poting 3 potong 2 gelas 5 sendok teh 2 sendok makan
Jenis Hidangan Makan pagi : nasi 1,5 porsi (150 gram) dengan ikan /daging 1 potong sedang (50 gram), sayur 1 mangkok dan buah 1 potong sedang. Makan selingan: susu 1 gelas dan buah 1 potong sedang. Makan siang : Nasi 3 porsi (300 gram) dengan lauk, sayur dan buah yang sama dengan makan pagi. Selingan : susu 1 gelas dan buah 1 potong sedang. Makan malam:nasi 2,5 porsi (250 gram) dengan lauk, sayur dan buah yang sama dengan makan pagi/siang. Selingan: susu 1 gelas.
2.2.6. Cara Mengolah Makanan Untuk Ibu Hamil Makanan yang aman untuk ibu hamil yaitu makanan kering seperti sereal, roti, tepung, dan kacang. Sebaiknya makanan jangan terlalu lama disimpan. Untuk jenis sayuran segera dihabiskan setelah diolah, susu sebaiknya jangan terlalu lama terkena cahaya karena akan menyebabkan hilangnya vitamin B, jangan digarami daging atau ikan sebelum dimasak dan apabila makanan yang mengandung protein lebih baik dimasak jangan terlalu panas, hindari pemakaian bahan makanan kaleng di dalam masakan apalagi menggunakan bahan makanan yang mengandung pewarna dan pengawet. Beberapa hal yang harus diperhatikan untuk menentukan gizi yang seimbang bagi ibu hamil yaitu : 1. Kebutuhan aktual selama kehamilan berbeda-beda untuk setiap individu 2. Kebutuhan dipengaruhi oleh status nutrisi sebelumya 3. Riwayat kesehatan 4. Kebutuhan terhadap suatu nutrisi dapat di ganggu oleh asupan yang lain 5. Kebutuhan gizi tidak konsisten selama kehamilan. Menurut Jones (2010), sekitar 50% mengalami mual-mual dan beberapa diantaranya sampai muntah-muntah. Keluhan ini biasanya muncul pada awal
kehamilan dan kadang-kadang muncul menjelang akhir kehamilan. Untuk mengatasi mual-mual komposisi makanan harus disesuaikan dengan makanan yang tidak mengandung lemak. Lebih sering memakan makanan yang mengandung karbohidrat rendah seperti biskuit dan teh atau sarapan dengan sereal. Mual-mual pada awal kehamilan dapat diatasi dengan cara : 1. Selalu makan dengan porsi kecil dan menghindari perut kosong dengan waktu lama (konsumsi 5 – 6 kali makan tiap hari dengan porsi sedikit) 2. Minum cairan di antara waktu makan (minum air 30 – 45 menit setelah makan makanan padat) 3. Menghindari makanan yang berminyak, digoreng atau telalu pedas 4. Konsumsi jeruk terutama yang wanginya segar 5. Mengakomodasikan keinginan dan ke engganan pangan 6. Konsumsi jahe dalam berbagai bentuk seperti permen, teh atau kue 7. Konsumsi krakers kering pada pagi hari 8. Hindari bumbu-bumbu yang menyengat pada makanan, makanan yang berbau merangsang dan bahan dasar makanan yang mengandung alkohol dan kafein 46
Jurnal D-III Kebidanan Mutiara Indonesia
9. Jika cairan yang dimuntahkan, dapat meminum jus buah atau permen (Aritonang, 2010). 2.3. Anemia 2.3.1. Definisi anemia Anemia merupakan turunnya kadar sel darah merah atau hemoglobin dalam darah. Anemia terjadi ketika darah kita kekurangan hemoglobin (Hb) yang bertugas membantu sel darah merah mengangkut oksigen ke seluruh tubuh. Anemia adalah kondisi dengan kadar hemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang dari 12 gr% (Wiknjosastro, 2010). 2. Derajat anemia Derajat anemia berdasarkan kadar hemoglobin menurut WHO adalah : a. Ringan : Hb 8 g/dl-9,9 g/d b. Sedang : Hb 6 g/dl- 7,9 g/dl c. Berat : Hb <6 g/dl 2.3.2. Anemia pada Kehamilan Anemia pada kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar <10,5 gr% pada trimester II (Saifuddin, 2002). Anemia dalam kehamilan yang disebabkan karena kekurangan zat besi, jenis pengobatannya relatif mudah, bahkan murah. Darah akan bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut Hidremia atau Hipervolemia. Akan tetapi, bertambahnya sel darah kurang dibandingkan dengan bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran darah. 2.3.3. Penyebab dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Ibu Hamil Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut bahkan tidak jarang keduanya saling berinteraksi (Saifuddin, 2010).
Vol. 1, No. 11, Edisi Juni 2014
Menurut Tarwanto & Wasnidar (2007), penyebab anemia pada umumnya adalah sebagai berikut: 1. Kurang gizi (malnutrisi) Ibu hamil memerlukan tambahan energi 300 kalori perhari atau sekitar 15% lebih banyak dari jumlah normalnya. Jumlah ini diperlukan untuk proses pembakaran tubuh, pembentukan jaringan baru, dan penghematan protein. Sumber energi dapat diperoleh dari karbohidrat dan lemak 2. Kurang zat besi dalam diit Jumlah sel darah merah ibu bertambah sampai 30%, oleh karena itu dibutuhkan tambahan zat besi untuk pembentukan sel darah merah yang baru 3. Malabsorpsi Gangguan absorpsi besi pada usus, dapat disebabkan oleh karena infeksi peradangan, neoplasma pada gaster, duodenum maupun jejenum. Absorpsi besi dipengaruhi oleh follattannin dan vitamin C. Kehilangan darah perhari 1 sampai 2 mg besi dapat disebabkan kerana erosif, gastritis, ulser duodenal, adenoma kolon dan kanker. 4. Kehilangan darah Keadaan ini disebabkan oleh darah perdarahan saluran cerna, neoplasma, gastritis, hemoroid dll. 5. Kebutuhan Asam folat meningkat. Asam folat merupakan satu-satunya vitamin yang dibutuhkan selama hamil. Asam folat berfungsi untuk metabolisme makanan menjadi energi, sintesis DNA, pematangan sel darah merah, pertumbuhan sel janin dan plasenta. Pada wanita tidak hamil kebutuhan asam folat sekitar 50-100 mg/hari. 6. Penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria dan lain-lain Penyakit yang diderita ibu hamil yang 47
Jurnal D-III Kebidanan Mutiara Indonesia
bersifat kronik dapat menurunkan daya tahan tubuh 2.3.4. Gejala dan Tanda-Tanda Anemia Pada Ibu Hamil Manifestasi klinis dari anemia defisiensi besi sangat bervariasi, bisa hampir tanpa gejala, bisa juga gejalagejala penyakit dasarnya yang menonjol, ataupun bisa ditemukan gejala anemia bersama-sama dengan gejala penyakit dasarnya. Gejala-gejala dapat berupa kepala pusing, palpitasi, berkunangkunang, perubahan jaringan epitel kuku, gangguan sistem neuromuskular, lesu, lemah, lelah, disphagia dan pembesaran kelenjar limpa. Pada umumnya sudah disepakati bahwa bila kadar hemoglobin < 7 gr/dl maka gejala-gejala dan tanda-tanda anemia akan jelas (Ervandi, 2008). 2.3.5.Klasifikasi Anemia dalam Kehamilan. Klasifikasi anemia dalam kehamilan menurut Tarwoto dan Wasnidar (2007), adalah sebagai berikut: 1. Anemia Defisiensi Besi Anemia defisiensi zat besi merupakan jenis anemia terbanyak di dunia, terutama pada Negara miskin dan berkembang. Anemia defisiensi besi merupakan gejala kronis dengan keadaan hipokromik (konsentrasi hemoglobin kurang), mikrositik yang disebabkan oleh suplai besi kurang dalam tubuh Terapi Oral adalah dengan memberikan preparat besi yaitu fero sulfat, fero glukonat atau Na-fero bisirat. Pemberian preparat 60 mg/ hari dapat menaikan kadar Hb sebanyak 1 gr%/ bulan. Saat ini program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram asam folat untuk profilaksis anemia a. Terapi Parenteral baru diperlukan apabila penderita tidak tahan akan zat besi per oral, adanya gangguan
Vol. 1, No. 11, Edisi Juni 2014
penyerapan, dan penyakit saluran pencernaan atau masa kehamilannya tua. Pemberian preparat parenteral dengan ferum dextran sebanyak 1000 mg (20 mg) intravena atau 2 x 10 ml/ IM pada gluteus, dapat meningkatkan Hb lebih cepat yaitu 2 gr%. Untuk menegakkan diagnosa Anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan anamnesa. Hasil anamnesa didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunangkunang dan keluhan mual muntah pada hamil muda. Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat sachli, dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu trimester I dan III. Hasil pemeriksaan Hb dengan sachli dapat digolongkan sebagai berikut: 1) Hb 11 gr% : Tidak anemia 2) Hb 9 - 10 gr% : Anemia ringan 3) Hb 7 - 8 gr%: Anemia sedang 4) Hb < 7 gr% : Anemia berat Kebutuhan zat besi pada wanita hamil yaitu rata-rata mendekati 800 mg. Kebutuhan ini terdiri dari, sekitar 300 mg diperlukan untuk janin dan plasenta serta 500 mg lagi digunakan untuk meningkatkan massa hemoglobin maternal. Kurang lebih 200 mg lebih akan dieksresikan lewat usus, urin dan kulit. Makanan ibu hamil setiap 100 kalori akan menghasilkan sekitar 8–10 mg zat besi. Perhitungan makan 3 kali dengan 2500 kalori akan menghasilkan sekitar 20–25 mg zat besi perhari. Selama kehamilan dengan perhitungan 288 hari, ibu hamil akan menghasilkan zat besi sebanyak 100 mg sehingga kebutuhan zat besi masih kekurangan untuk wanita hamil. 2. Anemia Megaloblastik Anemia megabolik adalah anemia yang disebabkan oleh karena kerusakan 48
Jurnal D-III Kebidanan Mutiara Indonesia
sintesis DNA yang mengakibatkan tidak sempurnanya SDM (sel darah merah). Keadaan ini disebabkan kerena deficit vit B12(cobalamin) dan asam folat. Karakteristik SDM-nya adalah megaloblas (besar, abnormal, premature SDM) dalam darah dan sumsum tulang. Sel megaloblas ini fungsinya tidak normal, dihancurkan semasa dalam sumsum tulang sehingga terjadinya eritropoesis tidak efektif dan masa hidup eritrosit lebih pendek, keadaan ini mengakibatkan : a. Menurunnya jumlah sel darah putih b. Gangguan pada oral, gastrointestinal dan neurology Kekurangan vitamin B12 dapat silakukan pengobatan: a. Asam folik 15 – 30 mg per hari b. Vitamin B12 3 X 1 tablet per hari c. Sulfas ferosus 3 X 1 tablet per hari d. Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban sehingga dapat diberikan transfusi darah. 3. Anemia Hipoplastik Anemia hipoplastik adalah anemia yang disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang dalam membentuk sel darah merah baru. Untuk diagnostik diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan diantaranya adalah darah tepi lengkap, pemeriksaan fungsi ekternal dan pemeriksaan retikulosit. 4. Anemia defisiensi asam folat Kebutuhan folat sangat kecil, biasanya terjadi pada orang yang kurang makan sayuran dan buah-buahan serta gangguan pada pencernaan. Alkoholik dapat meningkatkan kebutuhan folat wanita hamil selama masa pertumbuhan janin. Defesiensi asam folat juga dapat mengakibatkan sindrom malabsorpsi.
Vol. 1, No. 11, Edisi Juni 2014
5. Anemia Hemolitik Anemia Hemolitik adalah anemia yang disebabkan karena penghancuran atau pemecahan sel darah merah yang lebih cepat dari pembuatannya. Gejala utama adalah anemia dengan kelainankelainan gambaran darah, kelelahan, kelemahan, serta gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ vital. Pengobatannya tergantung pada jenis anemia hemolitik serta penyebabnya. Bila disebabkan oleh infeksi maka infeksinya diberantas dan diberikan obat-obat penambah darah. Namun pada beberapa jenis obat-obatan, hal ini tidak memberi hasil sehingga transfusi darah berulang dapat membantu penderita ini. 2.3.6. Penatalaksanaan Anemia Pada Ibu Hamil Menurut Tarwoto dan Wasnidar (2007), tentang penatalaksanaan dari anemia pada ibu hamil dapat dilakukan dengan : 1. Mengatasi penyebab anemia seperti : penyakit, perdarahan dan cacingan Jika anemia yang terjadi pada ibu hamil telah diketahui maka akan mudah untuk mengadakan perawatan ataupun pengobatan, jika ibu mengalami anemia dikarenakan perdarahan, maka pada ibu hamil tersebut dapat dilakukan tindakan untuk memberhentikan perdarahan, jika terjadi dikarenakan penyakit ibu dapat dilakukan pengobatan sesegera mungkin, dan jika ibu mengalami anemia karena cacingan maka ibu dapat dilakukan pengobatan untuk cacingan. 2. Pemberian nutrisi atau makanan Nutrisi pada ibu hamil sangat menentukan status kesehatan ibu dan janinnya. Kecukupan akan zat gizi pada ibu hamil dapat dipantau melalui keadaan kesehatannya dan berat badan 49
Jurnal D-III Kebidanan Mutiara Indonesia
janin saat lahir. Adanya penambahan berat badan yang sesuai standar ibu hamil merupakan salah satu indikator kecukupan gizi. Ibu dianjurkan untuk memilih makanan sesuai dengan: a. Makanan yang banyak mengandung zat besi, diantaranya adalah daging hewan, telor, ikan, dan sayuran hijau. b. Hindari makanan yang terlalu asin atau pedas c. Hindari makanan yang mengandung lemak terlalu tinggi d. Hindari makanan dan minuman yang mengandung alkohol e. Hindari makanan yang mengandung pewarna dan pengawet f. Hindari merokok 3. Pemberian zat besi selama kehamilan. Pemberian suplemen besi merupakan salah satu cara yang dianggap paling cocok bagi ibu hamil untuk meningkatkan kadar Hb sampai pada tahap yang diinginkan, karena sangat efektif dimana satu tablet di Indonesia mengandung 60 mg fe dan 0,25 folat. Setiap tablet setara dengan 200 mg ferrosulfat. 2.3.7. Pencegahan dan Perawatan Ibu Hamil Terhadap Anemia. Kondisi anemia adalah suatu kondisi yang mudah dikendalikan dan diperbaiki bila penyebabnya adalah kekurangan nutrisi atau bahan baku pembentukan hemoglobin. Bila kondisi anemia yang terjadi pada ibu adalah akibat perdarahan, penyakit darah atau kelainan tubuh lainnya, maka kondisi anemia membutuhkan perhatian lebih lanjut dan nasehat dokter. Menurut Tarwoto dan Wasnidar (2007) pada wanita hamil dengan janin tunggal dokter akan menganjurkan mengkonsumsi zat besi sekitar 1000 mg selama hamil atau naik sekitar 200-300%.
Vol. 1, No. 11, Edisi Juni 2014
Perkiraan besarnya zat besi yang perlu ditimbun oleh tubuh selama hamil 1040 mg. 200 mg tertahan oleh tubuh ketika melahirkan dan sisanya hilang. Jadi ibu diharapkan untuk patuh kepada peraturan yang telah ditetapkan untuk mengatasi anemia. 2.3.8. Dampak Anemia pada Ibu Hamil Anemia dapat terjadi pada setiap ibu hamil, karena itulah kejadian ini harus selalu diwaspadai. Anemia yang terjadi saat ibu hamil Trimester I akan dapat mengakibatkan: Abortus, Missed Abortus dan kelainan kongenital. Anemia pada kehamilan trimester II dapat menyebabkan: Persalinan prematur, perdarahan antepartum, gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, asfiksia intrauteri sampai kematian. 2.4. Pemeriksaan Kadar Hemoglobin (Hb) Menurut Riswanto (2009), hemoglobin merupakan protein yang terdapat dalam sel darah merah atau eritrosit, yang memberi warna merah pada darah. Hemoglobin terdiri atas zat besi yang merupakan pembawa oksigen. Kadar hemoglobin dapat ditetapkan dengan berbagai cara, antara lain metode Sahli, oksihemoglobin atau sianmethhemoglobin. Metode Sahli tidak dianjurkan karena memiliki kesalahan yang besar, alatnya tidak dapat distandardisasi, dan tidak semua jenis hemoglobin dapat diukur, seperti sulfhemoglobin, methemoglobin dan karboksihemoglobin. 2.4.1. Dasar Penetapan Penetapan Hb metode Sahli didasarkan atas pembentukan hematin asam setelah darah ditambah dengan larutan HCl 0.1N kemudian diencerkan dengan aquadest. Pengukuran secara visual dengan mencocokkan warna larutan sampel dengan warna batang gelas standar. Metode ini memiliki kesalahan 50
Jurnal D-III Kebidanan Mutiara Indonesia
sebesar 10-15%, sehingga tidak dapat untuk menghitung indeks eritrosit.Penetapan kadar Hb metode oksihemoglobin didasarkan atas pembentukan oksihemoglobin setelah sampel darah ditambah larutan Natrium karbonat 0.1% atau Ammonium hidroksida. Kadar Hb ditentukan dengan mengukur intensitas warna yang terbentuk secara spektrofotometri pada panjang gelombang 540 nm. Metode ini tidak dipengaruhi oleh kadar bilirubin tetapi standar oksihemoglobin tidak stabil. Metode sianmethemoglin didasarkan pada pembentukan sianmethemoglobin yang intensitas warnanya diukur secara fotometri. Reagen yang digunakan adalah larutan Drabkin yang mengandung Kalium ferisianida (K3Fe[CN]6) dan kalium sianida (KCN). Ferisianida mengubah besi pada hemoglobin dari bentuk ferro ke bentuk ferri menjadi methemoglobin yang kemudian bereaksi dengan KCN membentuk pigmen yang stabil yaitu sianmethemoglobin. Intensitas warna yang terbentuk diukur secara fotometri pada panjang gelombang 540 nm. \ 2.4.2. Bahan Pemeriksaan Bahan pemeriksaan yang digunakan untuk penetapan kadar hemoglobin (Hb) adalah darah kapiler atau darah EDTA. 2.4.3. Prosedur Prosedur pemeriksaan yang akan dibicarakan di sini adalah prosedur yang menggunakan metode sianmethemoglobin. Ke dalam tabung reaksi dimasukkan 5 ml larutan Drabkin lalu ditambah 20 ul sampel darah. Lakukan pencampuran dengan cara membolak-balikkan tabung beberapa kali. Diamkan pada suhu kamar selama 3-5 menit kemudian ukur intensitas warna dengan fotometer pada panjang gelombang 540 nm dengan blanko reagen.
Vol. 1, No. 11, Edisi Juni 2014
Kadar Hb dapat dibaca pada kurve kalibrasi atau dihitung dengan menggunakan faktor, dimana kadar Hb = serapan x faktor. Kurve kalibrasi dan faktor telah dipersiapkan sebelumnya. 2.4.4. Membuat Kurva Kalibrasi dan Perhitungan Faktor Sebelum melakukan penetapan kadar Hb, fotometer harus dikalibrasi dulu atau dihitung faktornya. Untuk keperluan tersebut disiapkan larutan standar Hemisianida (sianmethemoglobin) dan pengenceran larutan tersebut dalam larutan Drabkin. Kadar Hb dari larutan standar dapat dihitung dengan rumus = kadar hemisianida x 0.251 g/dl. Buatlah pengenceran larutan standar 100, 75, 50, 25 dan 0 %, sebagai blanko dengan larutan Drabkin. Setelah semua tercampur, biarkan 3-5 menit pada suhu kamar lalu baca serapan (absorbance atau optical density/OD) pada fotometer dengan panjang gelombang 540 nm. Buatlah kurvenya dengan kadar Hb sebagai absis dan serapan sebagai ordinat. Selanjutnya untuk menetapkan kadar Hb pasien tinggal memplotkan pada kurve kalibrasi. Jika memilih menggunakan perhitungan faktor, maka jumlahkan dulu nilai serapan (= total OD) dan kadar Hb larutan standar (= total kadar) yang telah diencerkan 100, 75, 50, 25 dan 0 %. Faktor (F) = total OD : total kadar. Kadar Hb pasien = OD pasien x F. Fotometer saat ini telah banyak yang dirancang untuk dapat menghitung secara otomatis dimana kadar Hb yang diukur sudah langsung diketahui tanpa kita harus melakukan penghitungan secara manual. 2.4.5. Faktor Yang Mempengaruhi Temuan Laboratorium 1. Pengaruh obat yang sedang dikonsumsi 2. Mengambil darah pada tangan atau lengan yang terpasang cairan intravena menyebabkan darah terencerkan 51
Jurnal D-III Kebidanan Mutiara Indonesia
Vol. 1, No. 11, Edisi Juni 2014
3. Memasang turniket terlalu lama (lebih
5. Penurunan asupan atau kehilangan dari 1 menit) menyebabkan cairan akan meningkatkan kadar Hb hemokonsentrasi akibat hemokonsentrasi, dan kelebihan asupan cairan akan mengurangi kadar 4. Tinggal di dataran tinggi menyebabkan Hb akibat hemodilusi. peningkatan kadar Hb 2.5. Kerangka Konsep Berdasarkan uraian diatas, maka kerangka konsep peneliti mengenai hubungan pengetahuan ibu hamil tentang pengolahan makanan dengan kejadian anemia di Kelurahan Langga Payung adalah sebagai berikut : Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Pengolahan Makanan -
Memilih bahan makanan Menyajikan bahan makanan Penyimpanan makanan
2.6. Hipotesisi Penelitian Ada hubungan pengetahuan ibu hamil tentang pengolahan makanan dengan kejadian anemia METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif korelasi dengan desain cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu hamil tentang pengolahan makanan dengan kejadian anemia di Kelurahan Langga Payung tahun 2014. 3.2. Lokasi dan waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Klinik Khairani Medan pada bulan Maret s/d Agustus 2014. 3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil anemia yang datang memeriksakan kehamilan di Kelurahan Langga Payung sebanyak 45 orang 3.3.2. Sampel Sampel dalam penelitian adalah seluruh ibu hamil anemia yang datang memeriksakan kehamilan di Kelurahan Langga Payung. Pengambilan sampel
Kejadian Anemia 1. 2. 3. 4.
Anemia berat (Hb < 7 g/dl) Anemia sedang (7 – 8 g/dl) Anemia ringan (Hb 9 - 10 g/dl) Normal (Hb 11-13 g/dl)
menggunakan purposive sampling dengan kriteria sampel: usia 18-36 tahun dan pendidikan minimal setingkat SMA (sekolah menengah atas).
Penentuan jumlah sampel dilakukan dengan rumus Nursalam (2007) sebagai berikut : N n= 1+N(d)2
Maka dapat diketahui jumlah sampel dalam penelitian ini adalah : N n= 1+N(d)2 45 n= 1+0,45 45 n= 1,45 n=
31,01 digenapkan 31
Maka sampel dalam penelitian berjumlah 31 orang ibu hamil
ini 52
Jurnal D-III Kebidanan Mutiara Indonesia
3.4. Metode Pengumpulan Data Data diambil langsung dengan menggunakan kuesioner yang diajukan secara tertulis kepada responden untuk mendapatkan jawaban pengetahuan ibu tentang pengolahan makanan, sedangkan untuk mengetahui kejadian anemia peneliti langsung melakukan pengukuran hemoglobin dengan pengukuran Hb digital dan mencatat hasil pengukuran. 3.5. Definisi Operasional 1. Pengetahuan pengolahan makanan adalah hal-hal yang diketahui oleh ibu hamil mengenai cara memperlakukan makanan dari mulai memilih sampai pada menyimpan, agar tidak menghilangkan atau mengurangi gizi dalam makanan yang akan dikonsumsi 2. Pengetahuan cara memilih bahan makanan adalah hal-hal yang diketahui ibu hamil mengenai ciri – ciri bahan makanan yang baik dan sehat untuk dikonsumsi meliputi : ciri – ciri sayuran segar, daging yang segar dan makanan laut yang segar. 3. Pengetahuan menyajikan makanan adalah hal-hal yang diketahui ibu hamil tentang cara membersihkan atau mencuci, memotong atau mensiangi bahan makanan sampai pada menggunakan alat masak dan ketentuan panas untuk memasak makanan agar makanan tidak kehilangan gizi. 4. Pengetahuan menyimpan makanan adalah hal-hal yang diketahui ibu hamil tentang cara atau ketentuan dalam menyimpan bahan makanan agar tidak rusak dan dapat diolah kembali tanpa mengurangi nilai gizi 5. Kejadian anemia adalah keadaan ibu hamil yang kekurangan hemoglobin didalam darah yang diketahui dengan pemeriksaan kadar Hb, yaitu : normal jika kadar Hb 11-13 g/dl, anemia ringan jika kadar Hb 9 - 10 g/dl,
Vol. 1, No. 11, Edisi Juni 2014
anemia sedang kadar Hb 7 – 8 g/dl dan anemia berat jika kadar Hb < 7 g/dl. 3.6. Aspek pengukuran 3.6.1. Pengukuran pengetahuan Untuk mengukur pengetahuan ibu hamil tentang pengolahan makanan di ambil dari 30 pertanyaan dengan alternatif jawaban jika salah diberi nilai 1 dan jika benar diberi nilai 2 dengan menggunakan rumus Sudjana : Rentang P= BK
60 - 30 P= 3
30 P=
= 10 3
P = 10 Maka pengetahuan ibu tentang pengolahan makanan secara umum diketegorikan sebagai berikut: Baik : jika nilai 51 – 60 Cukup : jika nilai 41 – 50 Kurang : jika nilai 30 – 40 3.6.2. Pengukuran Kejadian Anemia Untuk menentukan kejadian anemia maka diukur kadar Hb dengan sahli yang menunjukkan status kadar Hb ibu hamil di dalam darah. Penilaian kejadian anemia dikategorikan menjadi : Nilai 1 : jika kadar Hb < 7 g/dl (anemia berat) Nilai 2 : jika kadar Hb 7 – 8 g/dl (anemia sedang) Nilai 3 : jika kadar Hb 9 - 10 g/dl (anemia ringan) Nilai 4 : jika kadar Hb 11-13 g/dl (normal) 53
Jurnal D-III Kebidanan Mutiara Indonesia
3.7. Pengolahan Data Setelah kuesioner terkumpul, peneliti melakukan pemeriksaan pada setiap lembar kuesioner. Pemeriksaan dilakukan dengan melihat nomor responden, kelengkapan jawaban responden dan hasil-hasil pengukuran kadar Hb pada ibu hamil untuk mengetahui kejadian anemia. Kemudian di beri kode sesuai di inginkan pada setiap item jawaban seperti usia, pendidikan dan pekerjaan. Setelah itu diberi kode pada setiap jawaban kuesioner penelitian, hal ini dilakukan untuk memudahkan peneliti melakukan penjumlahan kuesioner. Setelah selesai kemudian menentukan nilai untuk setiap jumlah jawaban kuesioner pengetahuan tentang pengolahan makanan yaitu baik, cukup dan kurang.
Vol. 1, No. 11, Edisi Juni 2014
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.2. Hasil Penelitian 4.2.1. Karakteristik Responden Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Ibu Hamil Di Kelurahan Langga Payung Tahun 2014 No 1.
2. 3.8. Analisa Data Analisa univariat dilakukan dengan membuat tabel distribusi frekuensi masing-masing variabel, yaitu pengetahuan tentang pengolahan dan kadar Hb. Analisa bivariat dilakukan menggunakan uji Chi- Square dengan derajat kemaknaan p < 0,05 untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu hamil tentang pengolahan makanan dengan kejadian anemia di Kelurahan Langga Payung tahun 2014.
3.
Karakteristik 18 – 24 Tahun 25 – 30 Tahun 31 – 36 Tahun Total Pendidikan SMA Diploma 1 Diploma 3 Total Pekerjaan Ibu rumah tangga Pegawai swasta Pegawai negeri sipil Total
N Usia 5
% 16,1
20
64,5
6
19,4
31
100 83,9
26 2 3 31
6,5 9,7 100
26
83,9
4
12,9
1
3,2
31
100
Dari tabel 4.1 dapat diketahui bahwa usia ibu mayoritas antara 25 – 30 tahun sebanyak 20 orang (64,5%), pendidikan ibu mayoritas SMA sebanyak 26 orang (83,9%),dan pekerjaan ibu mayoritas ibu rumah tangga sebanyak 26 orang (83,9%).
54
Jurnal D-III Kebidanan Mutiara Indonesia
Vol. 1, No. 11, Edisi Juni 2014
4.2.2. Pengetahuan Ibu Tentang Pengolahan Makanan Tabel 4.2 Distribusi Pengetahuan Ibu Tentang Pengolahan Makanan Di Kelurahan Langga Payung Tahun 2014
No 1. 2. 3.
Pengetahuan Ibu Tentang Pengolahan Makanan Kurang Cukup Baik Total
N 6 21 4 31
4.2.4. Tabulasi Silang Dan Hasil Uji Statistik Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Pengolahan Makanan Dengan Kejadian Anemia Tabel 4.4 Tabulasi Silang Pengetahuan Ibu Tentang Pengolahan Makanan Dengan Kejadian Anemia
% 19,4 67,7 12,9 100
Dari tabel 4.2 dapat diketahui bahwa pengetahuan tentang pengolahan makanan mayoritas cukup sebanyak 21 orang (67,7%). 4.2.3. Kejadian Anemia Pada Ibu hamil Tabel 4.3 Distribusi Kejadian Anemia Pada Ibu hamil Di Kelurahan Langga Payung Tahun 2014 Kejadian No Anemia Pada N % Ibu hamil 1. Berat 1 3,2 2. Sedang 17 54,8 3. Ringan 13 41,9 Total 31 100 Dari tabel 4.3 dapat diketahui bahwa ibu hamil mayoritas mengalami anemia sedang sebanyak 17 orang (54,8%).
N o
Pengeta huan
1 . 2 . 3 .
Baik
Berat n % 0 0
Cukup
0
0
12
38,7
9
Kurang
1
3,2
5
16,1
1
3,2
17
54,8
Kejadian Anemia Ringan Sedang n % n % 0 0 4 12
Total n 4
% 12,9
29
21
67,7
0
0
6
19,4
1 3
42
31
100
P
0, 01
Total
Berdasarkan tabel 4.4 diatas diketahui bahwa ibu hamil memiliki pengetahuan baik sebanyak 4 orang (12,9%) tentang pengolahan makanan seluruhnya mengalami anemia ringan, tidak ada yang mengalami anemia sedang dan berat. Ibu yang memiliki pengetahuan cukup tentang pengolahan makan sebanyak 21 orang (67,7%), sebanyak 9 orang (29,0%) mengalami anemia ringan, sebanyak 12 orang (38,7%) mengalami anemia sedang tidak ada yang mengalami anemia berat. Ibu yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 6 orang (19,4%) tidak ada ibu yang mengalami anemia ringan, sebanyak 5 orang (16,1%) mengalami anemia sedang dan sebanyak 1 orang (3,2%) mengalami anemia berat. Dari hasil uji statistik p = 0,011 < 0,05 dan nilai x2 = 13.005, berarti ada hubungan kuat antara pengetahuan ibu hamil tentang pengolahan makanan dengan kejadian anemia
55
Jurnal D-III Kebidanan Mutiara Indonesia
4.3. Pembahasan 4.3.1. Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Pengolahan Makanan Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Di Kelurahan Langga Payung Tahun 2014 Hasil penelitian yang telah dilakukan pada ibu hamil di Klinik Khairani diketahui Ibu yang memiliki pengetahuan cukup tentang pengolahan makan sebanyak 21 orang (67,7%), sebanyak 9 orang (29,0%) mengalami anemia ringan, sebanyak 12 orang (38,7%) mengalami anemia sedang tidak ada yang mengalami anemia berat. Ibu yang memiliki pengetahuan cukup disebabkan oleh ibu mendapat informasi yang benar tentang pengolahan makanan. Hal ini diketahui dari jawaban yang dipilih ibu bahwa ibu mengetahui cara memilih bahan makanan yang baik yang masih mengandung zat gizi dan vitamin. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 1. Ada hubungan pengetahuan pengolahan makanan dengan kejadian anemia dengan nilai p = 0,011 2. Pengetahuan ibu tentang pengolahan makanan di Kelurahan Langga Payung 2014 adalah cukup sebesar 67,7%. 3. Kejadian anemia pada ibu hamil di Kelurahan Langga Payung 2014 adalah anemia sedang sebesar 54,8% 5.2 Saran 1. Bagi Ibu Hamil Disarankan kepada ibu untuk lebih aktif mencari informasi tentang pengolahan makanan yang benar sehingga tidak makanan yang dikonsumsi masih memiliki nilai gizi dengan cara mendengarkan penyuluhan dengan konsultasi dengan perawat atau bidan saat melakukan pemeriksaan ANC, serta mencari informasi melalui
Vol. 1, No. 11, Edisi Juni 2014
media massa seperti majalah dan buku sehingga terhindar dari resiko anemia. 2. Bagi Pimpinan dan Perawat Klinik Disarankan memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu hamil saat melakukan kunjungan ANC setiap kunjungan, dengan cara tanya jawab ataupun dengan memberikan brosur atau leaflat yang berisikan tata cara pengolahan makanan yang benar sehingga tidak mengurangi kandungan gizi, seperti memilih bahan makanan yang baik, proses mencuci dan memotong serta proses memasak yang tidak menghilangkan nilai gizi dalam makanan sehingga anemia yang dialami oleh ibu tidak menjadi berat. DAFTAR PUSTAKA Achadi dkk. 2007. Gizi & Pola Hidup Sehat. Jakarta: Yrama Widya Arief. 2007. Pengolahan Makanan. hhtp://id.wikipedia.org/. dibuka tanggal 10 Januari 2014 Arikunto. 2008. Manajemen Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta Aritonang, E. 2010. Kebutuhan Gizi Ibu Hamil. Medan: IBP Press Asyidad. 2008. Penanganan Makanan Pada Ibu Hamil. Jakarta: Kawan Pustaka Banyuningrat. 2008. Kehamilan sebagai penyebab anemia. http://bayuningrat.blogspot.com/ dibuka tanggal 12 Januari 2014 Bork. 2007. Nutrisi, Medikasi dan Senam Kehamilan. Jakarta: Prestasi Pustaka Dannimio. 2010. Mencegah Anemia Saat Kehamilan. http://www.squidoo.com/ dibuka tanggal 12 Januari 2014 Dep Kes RI. 2007. Mari Cegah Anemia. http://f-buzz.com/ dibuka tanggal 12 Januari 2014 Dimasmis. 2007. Penangan Makanan. http://kesmas.unsoed.blogspot.com/ dibuka tanggal 12 Januari 2014 56
Jurnal D-III Kebidanan Mutiara Indonesia
Vol. 1, No. 11, Edisi Juni 2014
Ervandi. 2008. Anemia Disaat hamil. http://www.blogdokter.net/ dibuka tanggal 12 Januari 2014 Jones dan Llewellyn. 2010. Setiap Wanita. Jakarta: Delapratasa Notoatmodjo S. 2007. Metode Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta. Nugraheni. 2009 .Pengolahan dan Menyimpan bahan makanan. http://www.Aksesorisbkkbn.com/ dibuka tanggal 16 Januari 2014 Nursalam (2007). Konsep Dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika Proverawati dan Asfuah. 2009. Buku Ajar Gizi Untuk Kebidanan. Yogjakarta: Nusa Medika Riswanto. 2009. Penetapan Kadar Hemoglobin. http://www.laboratoriumkesehatan.b logspot.com/ dibuka tanggal 16 Januari 2014 Rofiq. 2008. Anemia Pada Ibu Hamil. http://www.rofiqahmad.wordpress.c om/ dibuka tanggal 18 Januari 2014 Sahdani. 2010. Skripsi, Hubungan Pengetahunan Pengolahan Makanan Dan Kepatuhan Meminum Tablet Besi Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Puskesmas Kota Bogor Saifuddin. 2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: YBP-SP Sulistiyo Ningsih. 2014. Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta:Yogjakarta Tarwoto & Wasnidar. 2007. Anemia Pada Ibu Hamil. Jakarta: Tran Info Media Wiknjosastro. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBP-SP
57