JURNAL
BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK PERMAINAN SIMULASI UNTUK MENINGKATKAN KONTROL DIRI PESERTA DIDIK SMP
OLEH : FIKI EKA SUGIANTO AHMAD MUHARAM K3112029
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Juli 2016
BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK PERMAINAN SIMULASI UNTUK MENINGKATKAN KONTROL DIRI PESERTA DIDIK SMP Fiki Eka Sugianto Ahmad Muharam1, Siti Sutarmi Fadhilah2, Chadidjah Husain Abdat3 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Email:
[email protected],
[email protected],
[email protected]
ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keefektifan bimbingan kelompok dengan teknik permainan simulasi untuk meningkatkan kontrol diri peserta didik SMP. Penelitian ini merupakan penelitian Quasi Experimental Design dengan rancangan Nonequivalent Control Group Design yang terdiri dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Subjek penelitian masing-masing kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berjumlah 32 peserta didik yang dipilih menggunakan teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan angket kontrol diri. Analisis data menggunakan teknik independent sample t-test dengan bantuan SPSS 18. Berdasarkan hasil analisis menggunakan independent sample t-test diketahui nilai π‘βππ‘π’ππ 5.024 dengan nilai signifikansi 0.000<0.05. Sehingga π»π ditolak dan π»π diterima. Dengan demikian maka hipotesis dalam penelitian ini diterima berarti ada perbedaan hasil gain score pretest dan posttest kontrol diri pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang signifikan. Simpulan yang dapat diambil dari hasil analisis yaitu, bimbingan kelompok dengan teknik permainan simulasi efektif untuk meningkatkan kontrol diri peserta didik SMP. Kata kunci: bimbingan kelompok, permainan simulasi, kontrol diri ABSTRACT This research aims to investigate the effectivity of group guidance using simulation games technique to improve self-control of junior high school students. The research was a Quasi Experimental Design with Nonequivalent Control Group Design Program which consists of experimental and control group. The subject of the research were 32 students of each group which is chosen using purposive sampling technique. The data was collected using selfcontrol questionnaire. Then, the data was analyzed using paired sample t-test and independent sample t-test technique with the help of SPSS 18. From the analysis using independent sample t-test said that the number of t statistic was 5.024 and significance number was 0.000<0.05. Therefore, Ho was rejected and Ha is accepted. Hence the hypothesis of the research, there is a significant difference between the result of gain score pretest and posttest of self-control in experimental and control group, is accepted. In conclusion, the group guidance using simulation games is effective to improve self-control of junior high school students. Keyword: group guidance, simulation games, self-control 1
PENDAHULUAN Kontrol diri merupakan kemampuan individu untuk mengendalikan seluruh aktivitas individu baik fisik maupun mental. Dengan adanya kontrol diri individu mampu menjaga dirinya supaya tidak mudah terpengaruh oleh hal-hal negatif yang ada di lingkungannya. Borba (2008: 96) mengatakan bahwa kontrol diri membantu individu mengendalikan perilakunya, sehingga dapat bertindak benar berdasarkan pikiran dan hati nurani serta memberi kemampuan individu mengatakan βtidakβ pada tindakan yang tidak benar, dan memilih melakukan tindakan bermoral. Kemampuan kontrol diri perlu dimiliki semua orang terutama remaja. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa banyak perubahan yang dialami pada fisik, kognitif, sosial, emosi dan moral. Kemampuan kontrol diri sangat diperlukan remaja dalam interaksinya dengan lingkungan supaya mampu menyesuaikan diri, mengendalikan emosi dan mengatur perilakunya dengan baik. Remaja dalam interaksinya dengan lingkungan sosial dituntut untuk berperilaku sesuai dengan aturan. Banyak remaja yang sudah mengetahui perilaku baik yang diterima oleh lingkungan dan perilaku buruk yang tidak diterima oleh lingkungan sosial. Prakteknya banyak remaja tidak mampu mengontrol diri dan perilakunya sesuai dengan aturan. remaja dengan kontrol diri rendah biasanya bereaksi spontan dan menyampaikan apapun yang diketahui tanpa berpikir panjang. Perilaku kurang kontrol diri yang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari adalah berbicara dengan orang lain menggunakan kata kasar yang merendahkan misalnya, bodoh, jelek, dan goblok. Hal tersebut sering menimbulkan perselisihan sehingga mengakibatkan perkelahian, tindakan kekerasan, dan perilaku kenakalan remaja lainnya. Kenakalan remaja dapat digambarkan sebagai kegagalan untuk mengembangkan kontrol diri yang cukup dalam perilaku (Santrock, 2003: 523). Kinanti (2014) menjelaskan dalam konferensi pers catatan akhir tahun komnas PA 2014, yang dilakukan di media center komisi nasional perlindungan anak (30/12/2014), disebutkan dari 3.339 kasus kekerasan yang dilaporkan tahun 2
2013, 16% di antara pelaku adalah anak-anak berusia 14 tahun dan ditahun 2015 diprediksi meningkat dari 12-18% menjadi 38%. Kasus tersebut menunjukkan bahwa pada permasalahan dan penyimpangan remaja akan terus meningkat jika tidak adanya kesadaran tentang pentingya kontrol diri dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Kesadaran tentang pentingnya kontrol diri tidak hanya diterapkan di rumah namun juga di lingkungan masyarakat, lingkungan pergaulan teman sebaya, dan di lingkungan sekolah. Dalam lingkungan sekolah remaja sebagai peserta didik harus disiplin menjalankan sagala aturan dan tata tertib yang ada di sekolah. Namun, karena kurangnya kemampuan mengontrol diri peserta didik sering melanggar berbagai aturan kedisiplinan sekolah. Gorton (dalam Widodo, 2013: 143) mengklasifikasikan pelanggaran disiplin akibat kontrol diri rendah menjadi 4 kategori, yaitu: (1) Perilaku tidak sesuai yang dilakukan peserta didik dalam kelas berupa tindakan membantah atau menjawab kata-kata guru dengan kasar, tidak memperhatikan penjelasan guru, mengganggu teman lain, melakukan perusakan, mengucapkan kata-kata kotor, menyontek, dan menyerang teman, (2) Perilaku tidak sesuai yang dilakukan di luar kelas, meliputi berkelahi, merokok, mengkonsumsi obat-obat terlarang, mencuri, berjudi, membuang sampah sembarangan, melakukan tindakan yang digerakkan seseorang, misalnya demonstrasi, berada di tempat-tempat terlarang di lingkungan sekolah, misalnya bermain-main di laboratorium, (3) Membolos, dan (4) Terlambat, berupa terlambat hadir di kelas atau sekolah. Masalah-masalah rendahnya kontrol diri seperti kenakalan remaja, kekerasan, dan pelanggaran kedisiplinan semua itu berasal dari proses belajar yang kurang baik. Calhoun & Acocella (1990: 150) mengatakan bahwa masalah-masalah kontrol diri muncul dimana proses belajar sudah tidak lagi mencukupi atau tidak sesuai. Hal tersebut menunjukkan bahwa kemampuan kontrol diri dapat berkembang dengan baik jika proses belajar juga berjalan dengan baik dan lancar. Proses belajar yang baik harus memperhatikan suasana yang kondusif, proses belajar aktif, menyenangkan, menumbuhkan motivasi peserta didik serta memiliki sarana dan prasarana yang dikelola dengan baik. Dalam lingkungan 3
belajar yang baik dan didukung kompetensi tenaga pendidik yang baik, kemampuan kontrol diri akan berkembang dengan sendirinya. Louge & Forzano (dalam Aroma & Suminar, 2012) mengatakan beberapa ciri-ciri peserta didik yang mampu memiliki kontrol diri yang tinggi adalah sebagai berikut: (1) Tekun dan tetap bertahan dengan tugas yang harus dikerjakan, walaupun banyak mengalami hambatan, (2) Dapat mengubah perilaku menyesuaikan dengan aturan dan norma yang berlaku dimana ia berada, (3) Tidak menunjukkan perilaku yang emosional atau meledak-ledak, dan (4) Bersifat toleran atau dapat menyesuaikan diri terhadap situasi yang tidak dikehendaki. Kemampuan kontrol diri yang tinggi akan membawa dampak pada perilaku positif yang akan dilakukan peserta didik selain itu juga berpengaruh pada pencapaian tujuan dan nilai diri peserta didik. Bertitik tolak pada hal tersebut, dilakukan observasi dan wawancara dengan guru bimbingan dan konseling di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Kartasura. Menurut hasil observasi dan wawancara tersebut, diperoleh informasi bahwa ditemukan beberapa peserta didik SMP Negeri 1 Kartasura yang menunjukkan gejala kontrol diri yang rendah. Gejala tersebut antara lain terlambat masuk kelas, tidak memperhatikan penjelasan guru, mengganggu teman lain, mengucapkan kata-kata kasar, dan membuang sampah sembarangan. Hasil penyebaran angket kontrol diri pada peserta didik berjumlah 32 diperoleh hasil yaitu 31.25% memiliki kategori kontrol diri tinggi, 40.63% memiliki kategori kontrol diri sedang, dan 28.13% memiliki kategori kontrol diri rendah. Kontrol diri
peserta didik yang rendah dirasakan sebagai masalah yang harus segera
mendapat penanganan. Penanganan yang sering diberikan oleh guru bimbingan dan konseling di SMP Negeri 1 kartasura dalam menangani permasalahan peserta didik biasanya menggunakan ceramah, penggunaan LKS, konseling dan, bimbingan kelompok. Dalam pelaksanaan bimbingan kelompok belum banyak menggunakan variasi teknik yang digunakan. Mengingat pentingnya peningkatan kontrol diri pada perkembangan peserta didik maka dibutuhkan layanan bimbingan dan konselingyang efektif untuk meningkatkan kemampuan kontrol diri peserta didik. Layanan bimbingan 4
kelompok diprediksikan tepat dalam membantu peserta didik untuk meningkatkan kontrol diri. Sejalan dengan pendapat Gunarsa (2012: 60) mengatakan bahwa perilaku dan cara berpikir remaja banyak dipengaruhi oleh cara kelompok (sebagai kesatuan) berperilaku. Perilaku individu dipengaruhi oleh perilaku kelompok, apabila kelompok berperilaku baik maka individu anggota kelompok tersebut juga berperilaku baik. Hartinah (2009: 63) mengatakan βLayanan bimbingan kelompok merupakan media yang membantu peserta didik dengan memanfaatkan dinamika kelompok untuk mencapai tujuan bersamaβ. Dengan pelaksanaan bimbingan melalaui kegiatan kelompok peserta didik dapat mencapai tujuan bersama. Bimbingan kelompok yang dilaksanakan akan memberikan pengalaman-pengalaman baru, gagasan, serta diharapkan pemahaman kepada peserta didik mengenai pentingnya upaya-upaya peningkatan kontrol diri. Layanan bimbingan kelompok terdiri dari berbagai teknik, permainan simulasi diprediksikan efektif dalam meningkatkan kontrol diri. Majid (2013: 206) mengatakan bahwa permainan simulasi adalah cara penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu. Permainan simulasi dimaksudkan untuk memberikan suatu pengetahuan dan wawasan yang berguna dalam mengatasi permasalahan kontrol diri rendah yang ada pada peserta didik disederhanakan sesuai tingkatan anak SMP. Berdasarkan
fenomena
tersebut
maka
peneliti
terdorong
untuk
mengadakan penelitian eksperimen dengan judul βBimbingan Kelompok dengan Teknik Permainan Simulasi untuk Meningkatkan Kontrol Diri
Peserta Didik
Kelas VIII SMP Negeri 1 Kartasura Tahun Ajaran 2015/2016β. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam desain penelitian ini adalah eksperimen. Menurut Sugiyono (2013: 73) bentuk desain eksperimen, yaitu: Pre- Experimental Design, True Experimental Design, Factorial Design, dan Quasi Experimental Design. Penelitian ini dilakukan menggunakan desain penelitian ekperimen semu 5
(Quasi
Experimental
Design).
Tujuan
desain
ekperimen
semu
(Quasi
Experimental Design) adalah untuk memprediksi keadaan yang dapat dicapai melalui eksperimen yang sebenarnya, tetapi tidak ada pengontrolan atau manipulasi terhadap seluruh variabel yang relevan (Arifin 2011: 74). Jenis desain penelitian eksperimen semu yang digunakan adalah Nonequivalent Control Group Design. Nonequivalent Control Group Design merupakan suatu rancangan penelitian yang terdiri dari dua kelompok, yaitu, kelompok eksperimen yang diberi treatment dan kelompok kontrol yang tidak diberi treatment. Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas VIII SMP Negeri 1 Kartasura yang terdiri kelas VIII I sebagai kelompok eksperimen yang terdiri dari 32 peserta didik dan kelas VIII F sebagai kelompok kontrol yang terdiri dari 32 peserta didik. Pengambilan subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive Sampling. Dalam penelitian ini dicari kelas dengan kriteria peserta didiknya menunjukkan gejala kontrol diri rendah paling nampak, digunakan sebagai subjek penelitian menurut hasil wawancara dan observasi. Analisis data menggunakan bantuan SPSS 18 dengan rumus T-test. Analisis T-test
yang
digunakan adalah independent sample t-test. Penggunaan analisis independent sample t-test digunakan untuk mengetahui perbedaan gain score dari pretest dan posttest antara kelompok eksperimen yang menerima treatment dengan kelompok kontrol yang tidak menerima treatment. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Pengujian dilakukan dengan penghitungan mean pretest dan posttest terlebih dahulu pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol untuk mengetahui berapa besar peningkatan mean antara kedua kelompok yaitu kelompok eksperimen yang mendapatkan treatment dengan kelompok kontrol yang tidak mendapatkan treatment. Berikut hasil penghitungan mean antara kedua kelompok yaitu kelompok eksperimen yang mendapatkan treatment dengan kelompok kontrol tersebut:
6
Tabel 1. Deskripsi Mean Skor Pretest - Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Mean 126.56 140.69 133.09 135.38
Pretest Eksperimen Posttest Eksperimen Posttest Kontrol Pretest Kontrol Valid N (listwise)
Std. Deviation 9.765 12.167 13.206 12.207
Tabel 1, di atas menunjukkan bahwa nilai mean pretest kelompok eksperimen sebesar 126.56, sedangkan nilai mean posttest menjadi 140.69 sehingga dapat diketahui terdapat kenaikan sebesar 14.13 poin. Sedangkan kelompok kontrol diketahui bahwa nilai mean pretest sebesar 133.09, sedangkan nilai mean posttest menjadi 135.38, sehingga dapat diketahui terdapat kenaikan sebesar 2.29 poin. Dari perhitungan mean di atas dapat dikatakan bahwa peningkatan nilai mean kelompok eksperimen yang mendapatkan treatment permainan simulasi lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan nilai mean kelompok kontrol tanpa diberikan treatment. Berikut disajikan histogram perbedaan mean skor pretest - posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol: Histogram Perbedaan Mean Skor Pretest-posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol 145
140 135 130
Pretest
125
Posttest
120 115
Eksperimen
Gambar 1.
Kontrol
Histogram Perbedaan Mean Skor Pretest-posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Penelitian ini selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis menggunakan ttest, yaitu pengujian terhadap gain score antara pretest-posttest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol menggunakan teknik independent sample t-test. 7
Teknik pengujian hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini dengan menetapkan taraf signifikansi yaitu 5% (0,05), apabila nilai π‘βππ‘π’ππ dengan signifikansi (p)>0.05, maka π»π diterima dan π»π ditolak, tetapi apabila nilai π‘βππ‘π’ππ dengan signifikansi (p)<0.05, maka π»π diterima dan π»π ditolak. Adapun hasil perhitungannya sebagai berikut: Tabel 2. Hasil Analisis Gain Score Pretest-Posttest antara Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol. Independent Sample Test Levene's Test for Equality of Variances
Equal variances assumed Equal variances not assumed
t-test for Equality of Means
F Sig. t 3.891 0.053 5.024
95% Confidence Interval of the Difference Sig. (2Mean Std. Error df tailed) Difference Difference Lower Upper 62 0.000 11.844 2.357 7.132 16.556
5.024 57.209
0.000
11.844
2.357
7.124 16.564
Tabel 2, di atas menunjukkan hasil analisis independent sample t-test diperoleh nilai π‘βππ‘π’ππ 5.024 dengan nilai signifikansi 0.000. Dengan hasil signifikansi sebesar 0.000<0.05, menunjukkan bahwa π»π ditolak dan π»π diterima, berarti diketahui bahwa ada perbedaan hasil gain score - pretest dan posttest kontrol diri pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang sangat signifikan.
Pembahasan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan bimbingan kelompok dengan teknik permainan simulasi untuk meningkatkan kontrol diri peserta didik SMP. Hasil pengujian gain score antara pretest dan posttest angket kontrol diri pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol menggunakan independent sample t-test diketahui nilai π‘βππ‘π’ππ 5.024 dan hasil signifikansi sebesar 0.000<0.05. Dengan hasil signifikansi sebesar 0.000<0.05, menunjukkan 8
bahwa π»π ditolak dan π»π diterima, berarti diketahui bahwa ada perbedaan hasil gain score pretest dan posttest kontrol diri pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang sangat signifikan. Perbedaan peningkatan kemampuan kontrol diri yang dilihat dari analisis gain score ini terjadi karena pemberian treatment pada kelompok eksperimen. Berdasarkan analisis di atas dapat disimpulkan bahwa peningkatan kontrol diri yang terjadi merupakan hasil treatment bimbingan kelompok dengan teknik permainan simulasi yang diberikan kepada kelompok eksperimen. Gillispie (dalam Hasan, dkk: 2011) mengatakan bahwa permainan simulasi sebagai upaya untuk menyediakan lingkungan bagi peserta atau pemain yang tidak akan mereka alami seperti biasa yaitu, lingkungan yang ditarik dari kenyataan di mana fenomena yang ada dimasyarakat yang membentuk situasi kompleks dan kadangkadang membingungkan, menjadi situasi yang lebih mudah dipahami, jelas, dan mendidik. Sehingga dalam permainan simulasi menyediakan keuntungan yang tidak ditemukan dalam latihan dengan menggunakan cara yang lain. Peterson (dalam Gredler M. E: 2004) menjelaskan permainan simulasi memiliki beberapa keuntungan yaitu; Pertama, permainan simulasi mampu menjembatani kesenjangan antara ruang kelas dan dunia nyata dengan menyediakan pengalaman dengan masalah yang lebih berkembang dan kompleks. Kedua, permainan simulasi dapat mengungkapkan kesalahpahaman dan pemahaman peserta didik tentang konten atau materi yang diberikan. Ketiga, dan yang paling penting, permainan simulasi dapat menyediakan informasi tentang strategi penyelesaian masalah peserta didik. Dengan berbagai keuntungan yang didapat sehingga peneliti menggunakan permainan simulasi untuk meningkatkan kontrol diri peserta didik. Permainan simulasi membuat peserta didik terlibat secara aktif dengan memerankan suatu peran berdasarkan kartu tugas simulasi, saling bekerjasam dan menciptakan dinamika kelompok yang baik. Kartu tugas simulasi ini berisikan tentang kegiatan, pertanyaan, dan peristiwa yang berkaitan dengan kontrol diri 9
sehingga ketika diperankan menambah pengetahuan, informasi, keterampilan dan pengalaman peserta didik tentang kontrol diri seperti mampu mengatur perilaku, melakukan pertimbangan kognitif dan mampu mengambil keputusan dengan tepat. Semua itu membuat peserta didik untuk. Permainan simulasi ini selain untuk meningkatkan kemampuan kontrol diri peserta didik juga digunakan untuk mengubah perilaku kontrol diri rendah pada peserta didik. Perilaku kontrol diri rendah yang diubah dengan permainan simulasi yaitu: (1) Perilaku tidak sesuai yang dilakukan peserta didik dalam kelas berupa tindakan membantah atau menjawab kata-kata guru dengan kasar, tidak memperhatikan penjelasan guru, mengganggu teman lain, mengucapkan kata-kata kotor (2) Perilaku tidak sesuai yang dilakukan di luar kelas, meliputi membuang sampah sembarangan (3) Terlambat, berupa terlambat hadir di kelas atau sekolah. Setelah dilaksanakan treatment bimbingan kelompok dengan teknik permainan simulasi intensitas kemunculan perilaku kontrol diri rendah dapat diubah dan dikurangi namun ada perilaku yang belum bisa untuk diubah seperti mengganggu teman lain, dan membuang sampah sembarangan. Perilaku kontrol diri rendah berkaitan erat dengan keadaan emosi peserta didik. Pergolakan emosi yang terjadi pada peserta didik tidak terlepas dari berbagai macam pengaruh, seperti lingkungan tempat tinggal, keluarga, sekolah dan teman- teman sebaya serta aktivitas yang dilakukannya dalam kehidupan sehari-hari (Lestari, 2012). Pelaksanaan permainan simulasi terkadang tidak berjalan dengan baik seperti yang dikehendaki guru bimbingan dan konseling, masih ada peserta didik yang merasa malu saat tampil ataupun membuat kesalahan dengan melakukan pemeranan yang tidak sesuai dengan topik kartu tugas simulasi yang diperankan. Namun, demikian peserta didik tetap diberikan kesempatan untuk memeperbaiki penampilanya dan diberikan pengarahan tentang hal yang tidak dimengerti. Dudziak W & Hendrickson C (1998) mengatakan bahwa peserta didik yang melakukan permainan dengan kurang baik mampu mengidentifikasi dan menganalisis kesalahan mereka. Pemain yang melakukan kesalahan diawal akan belajar menjadi lebih baik pada permainan selanjutnya. Dengan melakukan 10
permainan simulasi bimbingan kelompok
akan menjadi lebih menarik, dan
menyenangkan terutama bagi peserta didik SMP, sehingga tujuan permainan simulasi untuk meningkatkan kontrol diri peserta didik dapat tercapai. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan pengujian hipotesis menggunakan teknik independent sample t-test diperoleh nilai π‘βππ‘π’ππ 5.024 dan hasil signifikansi sebesar 0.000. Dengan nilai signifikansi 0.000<0.05, maka π»π ditolak dan π»π diterima, dengan demikian dinyatakan bahwa ada perbedaan yang signifikan pada gain score antara pretest - posttest kontrol diri pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil pengujian independent sample t-test dapat disimpulkan bahwa penelitian yang dilakukan menggunakan treatment bimbingan kelompok dengan teknik permainan simulasi efektif untuk meningkatkan kontrol diri peserta didik SMP. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis yang diajukan peneliti terbukti dan diterima kebenarannya. Saran Berdasarkan simpulan dan implikasi dari hasil penelitian, maka dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut: 1.
Guru Bimbingan dan Konseling Guru bimbingan dan konseling sebaiknya mampu menerapkan bimbingan kelompok dengan teknik permainan simulasi untuk meningkatkan kontrol diri serta mampu membuat inovasi baru dalam upaya membantu serta membimbing peserta didik menyelesaikan masalah dan mengembangkan potensi yang dimiliki.
2.
Peserta Didik Peserta didik sebaiknya mampu menerapkan pengetahuan, pengalaman, dan cara menyelesaikan masalah tentang kontrol diri yang didapat dari bimbingan kelompok dengan teknik permainan simulasi dalam kehidupan sehari-hari.
11
3.
Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini sebaiknya digunakan sebagai referensi, informasi dan pengetahuan tentang cara meningkatkan kontrol diri peserta didik menggunakan bimbingan kelompok teknik permainan simulasi untuk dikembangkan dengan subjek dan bidang layanan yang lebih luas.
DAFTAR PUSTAKA Arifin, Zainal. (2011). Penelitian Pendidikan: Metode dan Paradigma Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Aroma, I.S & Suminar, D.R. (2012). Hubungan Antara Tingkat Kontrol Diri Dengan Kecenderungan Perilaku Kenakalan Remaja. Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan Vol. 01 No. 02. Borba, Michele. (2008). Membangun Kecerdasan Moral. Terj. Lina Jusuf. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Calhoun J.F & Acocella J.R. (1990). Psikologi tentang Penyesuaian dan Hubungan Kemanusiaan. Terj. R.S Satmoko. Semarang: IKIP Semarang Press. Dudziak W & Hendrickson C. (1988). Simulation Game For Contract Negotiations. Journal of Management in Engineering. Diperoleh pada 11 Februari 2016, http://ascelibrary.org/doi/10.1061/%28ASCE%299742597X%281988%294%3A2%28113%29. Gredler M. E. (2004). Games and Simulations and Their Relationships to Learning. Jurnal. Lawrence Erlbaum Associates. Diperoleh pada 11 Februari_2016,http://www.coulthard.com/library/%28gredler%2C%20200 4%29.html. Gunarsa S.D & Gunarsa, Yulia S.D. (2012). Psikologi untuk Membimbing. Jakarta: Libra. Hartinah, Siti. (2009). Konsep Dasar Bimbingan Kelompok. Bandung: PT Refika Aditama. Hasan L.M., Atmoko, Aji., Indreswari, Henny. (2011). Teknik Permainan Simulasi dalam Bimbingan Kelompok untuk Meningkatkan Keterampilan Hubungan Interpersonal Siswa SMP. Jurnal Bimbingan dan Konseling (JBK). Vol.24, Halm. 213. 12
Kinanti, A.A. (2014). Komnas PA: 2014, Jumlah Anak yang Jadi Pelaku Kekerasan Naik 10 Persen. Detik. Diperoleh pada 11 Februari 2016, dari http://health.detik.com/read/2014/12/30/170045/2790328/763/komnas-pa2014-jumlah-anak-yang-jadi-pelaku-kekerasan-naik-10-persen. Lestari, Indah. (2012). Pengembangan Model Bimbingan Kelompok dengan Teknik Simulasi untuk Meningkatkan Kecerdasan Emosi Siswa. Jurnal Bimbingan Konseling. Diperoleh pada 11 Februari pada 2016 pada, http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jubk. Majid, A. (2013). Strategi penbelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Santrock J.W. (2003). Adolescence: Perkembangan Remaja. Terj. Shinto B.A & Sherly Sargih. Jakarta: Erlangga. Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Widodo, Bernardus. (2013). Perilaku Disiplin Siswa Ditinjau dari Aspek Pengendalian Diri (Self Control) dam Keterbukaan Diri (Self Disclosure) pada Siswa SMK Wonosari Caruban Kabupaten Madiun. Jurnal Widya Warta No. 01 Tahun XXXV/Januari 2013.
13