KATALOG BPS: 1202031 ISSN: 2086–4132
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
Penyimpangan Perilaku Seksualitas: Virginitas Berdasarkan Pola Pergaulan dan Gaya Hidup (Studi Kasus di Salah Satu Perguruan Tinggi Swasta Fakultas Ekonomi di Jakarta, 2010) RATIH SARI DEWI dan AGUS PURWOTO Pemodelan Jumlah Kasus Gizi Buruk Balita dengan Ketahanan Pangan dan Sosial Ekonomi di Indonesia WAHYUNI ANDRIANA SOFA dan EKARIA Faktor-faktor yang Memengaruhi Total Perdagangan Bilateral Indonesia Berdasarkan Model Gravitasi Tahun 2000-2005 RATNA ASIH WULANDARI dan BUDIASIH SPK Online: Sistem Informasi Manajemen Pencarian Kode Klasifikasi Statistik Berbasis Web RATIH PUTRI PERTIWI dan SAID MIRZA PAHLEVI Penyelenggaraan Pendidikan Sekolah Islam Terpadu Berdasarkan Persepsi Orang Tua Siswa (Studi Kasus) ARI SHOBRI BUKHARI dan MUCHLIS HUSIN Variabel yang Memengaruhi Perilaku Hidup Sehat Wanita Usia Subur di Sumatera Selatan Tahun 2010 TITIK HARSANTI dan JEFFRY RH SITORUS
UNIT PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT SEKOLAH TINGGI ILMU STATISTIK (UPPM-STIS)
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK Journal of Statistical Application & Statistical Computing No Publikasi / Publication Number: 02700.1005 Katalog BPS / BPS Catalogue: 1202031 No ISSN / ISSN Number: 2086-4132 Ukuran Buku / Book Size: 14,8 cm x 21,5 cm Jumlah Halaman / Number of Pages: 135 + vii Diterbitkan oleh / Published by: Sekolah Tinggi Ilmu Statistik STIS-Statistics Institute Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya May be cited with reference to the source
ii
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK Pelindung
: Dr. Bambang Heru Santosa
Pemimpin Umum Redaksi
: Dr. Budiasih
Dewan Editor
: Muchlis Husin, S.E., M.A. Dr. Said Mirza Pahlevi Dr. Mohammad Dokhi
Layout Jurnal
: Retnaningsih, M.E. Agung Priyo Utomo, M.T.
iii
TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
KATALOG BPS: 1202031 ISSN: 2086-4132
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK Penyimpangan Perilaku Seksualitas: Virginitas Berdasarkan Pola Pergaulan dan Gaya Hidup (Studi Kasus di Salah Satu Perguruan Tinggi Swasta Fakultas Ekonomi di Jakarta, 2010) RATIH SARI DEWI dan AGUS PURWOTO
1-16
Pemodelan Jumlah Kasus Gizi Buruk Balita dengan Ketahanan Pangan dan Sosial Ekonomi di Indonesia WAHYUNI ANDRIANA SOFA dan EKARIA
17-38
Faktor-faktor yang Memengaruhi Total Perdagangan Bilateral Indonesia Berdasarkan Model Gravitasi Tahun 2000-2005 RATNA ASIH WULANDARI dan BUDIASIH
39-48
SPK Online: Sistem Informasi Manajemen Pencarian Kode Klasifikasi Statistik Berbasis Web RATIH PUTRI PERTIWI dan SAID MIRZA PAHLEVI
49-92
Penyelenggaraan Pendidikan Sekolah Islam Terpadu Berdasarkan Persepsi Orang Tua Siswa (Studi Kasus) ARI SHOBRI BUKHARI dan MUCHLIS HUSIN Variabel yang Memengaruhi Perilaku Hidup Sehat Wanita Usia Subur di Sumatera Selatan Tahun 2010 TITIK HARSANTI dan JEFFRY RH SITORUS
93-124
125-135
iv
PENGANTAR REDAKSI
Puji dan syukur kita haturkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, dengan terbitnya Jurnal Sekolah Tinggi Ilmu Statistik volume 1 pada tahun ke tiga. Dalam penerbitan ini terdapat enam tulisan yang dibuat oleh pegawai BPS Daerah dan STIS. Tulisan pertama, Penyimpangan Perilaku Seksualitas: Virginitas Berdasarkan Pola Pergaulan dan Gaya Hidup (Studi Kasus di Salah Satu Perguruan Tinggi Swasta Fakultas Ekonomi di Jakarta, 2010) oleh Dewi dan Agus Purwoto; tulisan kedua, Pemodelan Jumlah Kasus Gizi Buruk Balita dengan Ketahanan Pangan dan Sosial Ekonomi di Indonesia oleh Wahyuni Andriana Sofa dan Ekaria; tulisan ketiga, Faktor-faktor yang Memengaruhi Total Perdagangan Bilateral Indonesia Berdasarkan Model Gravitasi Tahun 2000-2005 oleh Ratna Asih Wulandari dan Budiasih; tulisan keempat, SPK Online: Sistem Informasi Manajemen Pencarian Kode Klasifikasi Statistik Berbasis Web oleh Ratih Putri Pertiwi dan Said Mirza Pahlevi; tulisan kelima, Penyelenggaraan Pendidikan Sekolah Islam Terpadu Berdasarkan Persepsi Orang Tua Siswa (Studi Kasus) oleh Ari Shobri Bukhari dan Muchlis Husin; dan tulisan keenam, Variabel yang Memengaruhi Perilaku Hidup Sehat Wanita Usia Subur di Sumatera Selatan Tahun 2010 oleh Titik Harsanti dan Jeffry RH Sitorus. Tim Redaksi mengucapkan terimakasih kepada rekan-rekan yang telah berpartisipasi memberikan hasil penelitian ilmiah dalam jurnal ini, serta kepada rekan-rekan dosen dan rekan lainnya diharapkan untuk mengirimkan karya-karya ilmiahnya sebagai bahan untuk tulisan di penerbitan jurnal selanjutnya. Kritik dan saran demi perbaikan jurnal ini sangat kami harapkan.
Jakarta, Juni 2011
Budiasih
v
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
PENYIMPANGAN PERILAKU SEKSUALITAS: VIRGINITAS BERDASARKAN POLA PERGAULAN DAN GAYA HIDUP (Studi Kasus di Salah Satu Perguruan Tinggi Swasta Fakultas Ekonomi di Jakarta, 2010)
Ratih Sari Dewi dan Agus Purwoto Abstract This study observes the factors that influence adolescent virginitas whom has a metropolitan lifestyle and especially the influence of socialization association. Primary data collected using a questionnaire. Analysis was performed by descriptive and inference using logistic regression method by partial and simultaneous. Results showed that 92 percent of students had sexual activity and 18 percent had no virgin. The variables that significantly influence is lifestyle. Permissiveness of sex depends on the attitude of permissiveness in the society which has assimilated the cultural metropolis of the West and permissiveness relationship between two people of the opposite sex. The more closely the relationship between the sexes (girlfriend), the higher is a freedom in sexual activity. This becomes the input to the student, parents, and communities to be more vigilant against teen dating behavior and permissive lifestyle (metropolitan) as well as to further researchers as material reference and evaluation. Keywords : virginitas, metropolitan lifestyle, logistic regression
I.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Remaja merupakan generasi penerus bagi suatu bangsa. Kondisi remaja merupakan indikasi awal penentu arah kondisi suatu bangsa yang berkualitas di masa yang akan datang. Oleh karena itulah remaja menjadi periode yang penting. Conger (dalam Sudrajat, 2008) berpendapat bahwa masa remaja merupakan masa yang amat kritis yang mungkin dapat merupakan the best of time and the worst of time. Masa remaja ditandai dengan adanya berbagai perubahan, baik secara fisik maupun psikis. Perubahan tersebut berkemungkinan untuk menimbulkan problema tertentu bagi si remaja. Apabila tidak disertai dengan upaya pemahaman diri dan pengarahan diri secara tepat, dapat menjurus pada berbagai tindakan kenakalan remaja dan kriminal. Keingintahuan mereka dalam pencarian identitas seperti perilaku coba-coba dan imitasi (self identity) dapat menimbulkan krisis identitas (identity confusion). Hal ini memungkinkan perilaku yang tidak menggambarkan keadaan diri mereka yang sebenarnya (Sudrajat, 2008).
TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
1
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
Kebudayaan dunia Timur yang sangat berbeda dengan dunia Barat terutama masalah budaya dan pergaulan menjadikan norma-norma pergaulan di Indonesia menjadi sesuatu yang penting. Masalah muncul ketika terjadi ketidaksesuaian terhadap norma dan budaya tersebut. Permasalahan remaja terutama di masa sekarang ini berangkat dari hal tersebut. Seperti yang marak dan menjadi sorotan di era globalisasi ini adalah masalah virginitas. Sebuah dampak dari perilaku penyimpangan seksualitas. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Iswarati (2005) disimpulkan bahwa banyak remaja baru akan dibilang gaul jika remaja tersebut sudah punya pacar, sudah pernah melakukan seks, hobi nongkrong, dll. Berbicara masalah virginitas di kalangan remaja saat ini terutama remaja yang berada di lingkungan metropolis atau perkotaan bukanlah suatu hal yang ditabukan lagi. Banyak remaja metropolis yang beranggapan bahwa virginitas bukanlah hal berharga yang harus diserahkan pada sakralnya pernikahan. Hal tersebut sangat erat kaitannya dengan gaya hidup yang penuh glamour dan kebebasan sebagai dampak asimilasi budaya Barat. Virginitas di sini dianalogikan sebagai akibat pasti dari perilaku penyimpangan seks risiko tinggi yaitu intercourse. Tidak diragukan lagi, dalam kondisi semacam ini hilangnya virginitas menjadi realita yang perlu mendapat perhatian karena akan menimbulkan banyak permasalahan. Perilaku seks menyimpang tersebut biasa terjadi di antara mereka yang memiliki pasangan atau berpacaran. Mereka yang mempunyai pasangan lebih berisiko melakukan perilaku penyimpangan seksual (Mappiare, 1982).
Identifikasi dan Perumusan Masalah Kelabilan kondisi masa remaja menempatkan problematika remaja menjadi masalah yang harus diperhatikan. Seperti permasalahan penyimpangan perilaku seksual atau seks pranikah yang juga telah menjadi target Propenas. Sehubungan dengan hal penyimpangan perilaku seksual yang digunakan sebagai indikator dari kevirginitasan remaja, pergaulan dan gaya hidup remaja menjadi faktor penyebab yang penting. Pada masa itu, remaja mengacu kepada peer groupnya sebagai panutan tingkah laku mereka dari pada orang tuanya. Delamater dan MacCorquodale, Lewis dan Burr (1975) mengatakan bahwa pengambilan keputusan pada remaja besar dipengaruhi oleh tingkah laku dari peer groupnya. Melihat karakteristik itu, faktor peer berhubungan erat dengan virginitas remaja, dalam hal ini pengaruh pergaulan untuk melakukan seks pranikah. TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
2
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
Informasi mengenai seks pranikah tidak hanya diperoleh dari literatur, fenomena ini juga diperoleh dari kehidupan sehari-hari dari orang-orang yang pernah melakukan hubungan seks menyimpang. Selain itu, konsumsi pornografi baik gambar, tulisan, cerita, video, film, dll yang marak di masyarakat dan akses yang semakin mudah terbukti menjadi pemicu awal yang sangat berpengaruh terhadap perilaku menyimpang seksual remaja di era globalisasi ini. Dalam kondisi ini, karakteristik individu dari remajalah yang dapat memfilter mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan termasuk perilaku seks menyimpang. Beberapa karakteristik individu yang berpengaruh antara lain moral, pengalaman pacaran sebelumnya, dan pengetahuan tentang seksualitas yang dimiliki remaja. Setelah terjadinya pengaruh sosialisasi ataupun kebudayaan dan kebiasaan yang dianut masyarakat dimana remaja tinggal dan bergaul, selanjutnya pengaruh faktor individu tadi berperan di sini dalam memfilter perilaku. Kebutuhan remaja dalam hal conformity bervariasi, hal ini bergantung kepada faktor-faktor seperti seks, latar belakang ekonomi, hubungan dengan individu yang lebih tua, lingkungan sekolah dan kepribadian, selanjutnya variasi sering terjadi pada saat usia yang lebih lanjut tetapi tidak dalam keseluruhan tahap perkembangan (Cohn, 1974). Beberapa rumusan masalah yang ingin dijawab antara lain: 1. Bagaimana karakteristik mahasiswi FE PTS X terkait perilaku seksualitasnya berdasarkan pergaulan, gaya hidup, dan variabel lainnya. 2. Bagaimana variabel-variabel memengaruhi perilaku menyimpang seksual yang dilakukan oleh mahasiswi di FE PTS X di Jakarta.
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui karakteristik umum FE PTS X dan karakteristik responden terkait dengan penyimpangan perilaku seksualitas. 2. Mengetahui variabel-variabel apa saja yang berpengaruh secara signifikan terhadap virginitas mahasiswi FE PTS X. 3. Mengetahui seberapa besar pengaruh dan kecenderungan variabel signifikan terutama gaya hidup terhadap virginitas mahasiswi FE PTS X.
TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
3
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
Manfaat Penelitian Beberapa manfaat penelitian ini adalah: 1. Masukan dan evaluasi kepada pemerintah tentang pencapaian kesehatan reproduksi remaja dan bahan advokasi sebagai tindak lanjut undang-undang antipornografi dan pornoaksi. 2. Memberikan wawasan dan masukan kepada orang tua, guru, ulama, masyarakat, dsb mengenai perilaku seksualitas terkait dengan pergaulan dan gaya hidup remaja sekarang ini untuk lebih diperhatikan. 3. Memberikan wawasan kepada remaja mengenai seks secara tepat waktu, tempat, tujuan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Pustaka Penyimpangan perilaku seksual remaja adalah adalah segala bentuk kegiatan sebagai media penyaluran dorongan seksual remaja kepada lawan jenis maupun diri sendiri yang dilakukan oleh remaja sebelum resmi diterima sesuai norma yang berlaku di lingkungannya. Norma-norma seksual mengidentifikasi objek seksual, tempat, dan situasi. Banyak kombinasi yang mungkin terjadi termasuk terjadinya kesalahan dalam sosialisasi seksual. Perilaku penyimpangan tersebut disebut penyimpangan seks (Massofa, 2008). Menurut Ma‟shum dan Wahyurini (2004) beberapa faktor internal dan eksternal yang memengaruhi perilaku seksual remaja, yaitu (1) biologis, (2) pengaruh orang tua, (3) pengaruh teman, (4) akademik, (5) pengalaman seksual, (6) faktor kepribadian seperti harga diri, kontrol diri, tanggung jawab, (7) pemahaman dan penghayatan nilai-nilai keagamaan, (8) pengetahuan kesehatan reproduksi. Frederick Cohn (1974) mengatakan motivasi individu untuk melakukan sexual intercourse terbagi menjadi sexual motivation dan nonsexual motivation. Perilaku menyimpang seksual yang dilakukan remaja sekarang menjurus pada perilaku seksual berisiko tinggi. Fenomena ini terkait dengan dekadensi moral bangsa yang semakin buruk. Hal ini terlihat dari gaya hidup yang semakin jauh dari moral dan budaya bangsa. Asimilasi budaya barat telah banyak diadopsi masyarakat metropolitan termasuk remaja. Virginitas bagi TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
4
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
seorang perempuan terutama di wilayah kota metropolitan yang penuh glamour dan kebebasan bukanlah suatu hal penting yang harus dipertahankan lagi (Depsos, 2006). Perilaku merupakan respon individu terhadap stimulus yang berasal dari luar (eksternal) maupun dari dalam (internal) individu tersebut (Notoatmodjo, 1993). Begitu juga perilaku menyimpang seksual remaja dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor internal (pengetahuan, sikap, dan kepribadian) maupun faktor-faktor eksternal (terkait dengan kondisi lingkungan dimana ia berada).
Kerangka Pikir Hubungan keterkaitan antara variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat berdasar pada definisi virginitas, yang dalam penelitian ini terbatas pada studi tentang risiko perilaku seks menyimpang yang mencapai tahap intercourse dan dilakukan oleh remaja sebelum menikah. Di wilayah remaja perkotaan yang metropolis dan glamour pengaruh terkuat diduga berasal dari lingkungan pergaulan (peer group) dimana mereka tinggal dan gaya hidup yang meliputi kebiasaan atau aturan-aturan yang lazim mereka jalani di kelompoknya. Masalah muncul ketika lingkungan pergaulan dan aturan-aturan tersebut tidak sejalan dengan normanorma pada umumnya atau sesuai dengan budaya bangsa. Pengaruh budaya barat dalam pergaulan remaja dan sikap masyarakat di daerah metropolis sudah mencapai tahap yang cukup serius. Selain itu terdapat pula pengaruh orang tua dan faktor-faktor internal yang berpengaruh terhadap perilaku menyimpang seksual yang dilakukan remaja. Orang tua sebagai orang yang pertama bagi seorang individu dalam bersosialisasi sangat menentukan perilaku awal seorang remaja terkait dengan nilai-nilai yang ditanamkan. Pendidikan dan keterbukaan orang tua mengenai masalah seks berpengaruh terhadap pandangan remaja. Selain itu, keharmonisan kondisi keluarga dan kedekatan hubungan serta pengawasan dari orang tua juga akan membentuk pola karakteristik dan cara hidup yang dijalani oleh remaja. Kebiasaan dan cara hidup kurang tepat menjadi kebiasaan yang dianggap lazim, berangkat dari lingkungan yang kecil yaitu keluarga dan akhirnya akan mereka bawa ke lingkungan sosial masyarakat yang lebih luas. Pengaruh faktor pengalaman berpacaran dan pengalaman dalam akses informasi seks (pornografi) melalui berbagai jenis media massa akan memengaruhi pola pikir remaja terhadap perilaku seks. Remaja yang pernah berpacaran rata-rata memiliki pengalaman TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
5
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
seksual dengan pasangannya dengan tahap yang berbeda-beda pada setiap orang. Mereka lebih berisiko untuk melakukan penyimpangan seksual kembali ke tahap yang lebih tinggi dibandingkan tahap sebelumnya. Begitu juga remaja yang kerap kali mengakses pornografi melalui media massa, mereka mempunyai stimulus untuk mempraktikkan informasi seksual yang mereka peroleh melalui media tersebut. Berikut merupakan kerangka pikir berdasarkan batasan dan tujuan yang digunakan dalam penelitian ini.
Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian
Hipotesis Penelitian Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: 1.
Adanya pengaruh antara variabel lingkungan pergaulan dan gaya hidup terhadap perilaku seks menyimpang risiko tinggi (tahap intercourse) remaja metropolis yang menyebabkan hilangnya kevirginitasan remaja perempuan.
2.
Adanya pengaruh variabel-variabel lain yaitu pengalaman pacaran (frekuensi pacaran dan umur pertama kali pacaran), orang tua, dan pengalaman akses konsumsi pornografi di media massa terhadap perilaku seks menyimpang risiko tinggi remaja metropolitan. TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
6
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
III. METODOLOGI
Waktu dan Tempat Dalam penelitian ini, pertama kali dilakukan survei lapangan untuk mendapatkan sample frame yang terdiri dari informasi mengenai kriteria responden yaitu umur, status kawin, dan status pacaran terhadap seluruh populasi. Survei tersebut dilaksanakan pada tanggal 31 Maret–4 April 2010 terhadap mahasiswi di salah satu perguruan tinggi swasta (fakultas ekonomi) terpilih yang ada di propinsi DKI Jakarta. Selanjutnya dilakukan uji coba kuesioner dan pengumpulan data yang dilaksanakan pada tanggal 6–16 April 2010.
Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswi yang sampai saat pengumpulan data masih berkuliah di Fakultas Ekonomi PTS X, di DKI Jakarta pada tahun 2010. Karena batasan atau kriteria objek penelitian yang menyebabkan sulitnya mendapatkan data populasi, maka berdasarkan observasi yang dilakukan di lapangan dan sumber terpercaya (BEM FE PTS X) diperoleh populasi sebesar 100. Pada penelitian ini, sampel yang digunakan sebanyak 50 responden dengan minimum sampel yang diperoleh berdasar penghitungan metode Slovin dengan presisi sebesar 10 persen. Sampel diharapkan mewakili populasi.
Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi langsung dengan menggunakan kuesioner. Data primer yang didapatkan merupakan data yang diperoleh melalui survei dengan mengisi instrumen penelitian berupa kuesioner.
Metode Analisis Metode atau teknik analisis yang digunakan dari data hasil penelitian adalah analisis deskriptif dan analisis inferensia menggunakan analisis regresi logistik. Pengolahan data dilakukan menggunakan paket program Statistical Package for Social Science (SPSS) for windows 16.0 dan lembar kerja Microsoft Excel 2007. Dalam penelitian ini, analisis deskriptif yang dimaksudkan untuk memaparkan karakteristik umum PTS X dan karakteristik mahasiswi fakultas ekonomi PTS X dalam hal pergaulan dan gaya hidupnya melalui variabel-variabel penjelas. Variabel pengalaman berpacaran secara khusus digunakan untuk keperluan deskriptif. TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
7
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
Analisis inferensia dilakukan dengan pengujian atau hipotesis. Uji-uji yang dilakukan antara lain uji independensi dan uji regresi logistik baik secara simultan maupun parsial.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran PTS X dan Mahasiswi FE PTS X Berdasarkan hasil penelitian, PTS X merupakan PTS berbasis teknologi informasi dan komunikasi terkemuka di Indonesia dan populer di Jakarta. PTS X memiliki akreditas dengan standar internasional. Secara umum berbagai peraturan resmi dan kehidupan kampus identik dengan PTS lainnya. Secara deskriptif, mayoritas responden (92 persen) pernah melakukan aktivitas seksual dan diperoleh sebesar 18 persen yang tidak virgin lagi atau telah melakukan aktivitas intercourse sebelum menikah. Angka tersebut menunjukkan perilaku penyimpangan seks yang tinggi. Padahal, dari mereka yang mayoritas berperilaku menyimpang memiliki hubungan yang baik dengan orang tua (70 persen), akses dan konsumsi informasi seks/pornografi yang jarang (84 persen), pergaulan yang baik (82 persen), serta gaya hidup yang relatif baik (86 persen). Hal ini menunjukkan fenomena yang menarik, tidak sejalan dengan teori yang ada sebelumnya. Terdapat suatu faktor lain yang sangat berpengaruh terhadap virginitas remaja ini.
Gambar 2. Virginitas Mahasiswi FE PTS X
Berdasarkan risiko perilaku seksual, paling banyak telah melakukan perilaku seks sampai risiko sedang (52 persen). Jenis aktivitas seksual yang dilakukan bermacam-macam dan secara rinci terlihat dalam gambar 4, berupa persentase aktivitas seks yang pernah TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
8
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
dilakukan menurut jenisnya dari seluruh mahasiswi. Aktivitas seksual ini merupakan gaya berpacaran mereka dengan pasangannya. Gambar 4 di bawah menunjukkan bahwa sebanyak 90 persen mahasiswi setidaknya pernah melakukan aktivitas seksual bergandengan tangan dan berpelukan dan 84 persen mahasiswi pernah melakukan aktivitas kissing. Mahasiswi yang melakukan perilaku seks risiko sedang berarti telah melakukan perilaku seks risiko rendah. Mahasiswi yang melakukan perilaku seks risiko tinggi berarti juga telah melakukan perilaku seks risiko rendah dan sedang. Jika digambarkan, perilaku seks yang dilakukan mahasiswi dalam penelitian ini seperti terlihat dalam gambar 3.
Gambar 3. Perilaku Seks Risiko Tertinggi
Gambar 4. Persentase Mahasiswi Menurut
Gaya Berpacaran/Aktivitas Seksual
Beberapa karakteristik yang dapat digambarkan antara lain, ada sekitar dua 66 persen (dua pertiganya) memperoleh pengetahuan atau informasi seksual dari internet, akses konsumsi pornografi paling banyak juga dilakukan melalui internet (60 persen). Sumber informasi seksual terbanyak yaitu teman/ pacar dan akses internet ternyata benar mahasiswi paling banyak mengonsumsi seksual ponografi sendirian dan bersama teman/ pacar yang dilakukan di rumah sendiri dan di rumah teman/ pacar. Paling banyak mahasiswi melakukan atau mengonsumsi seksual pornografi di rumah sendiri (44 persen). Beberapa temuan yang menarik adalah dari seluruh mahasiswi yang bekerja sampingan sebagai SPG, semuanya sudah tidak virgin lagi bahkan menunjukkan intensitas intercourse yang lebih dari sering dan dari mahasiswi yang mempunyai gaya hidup metropolitan bebas, seluruhnya telah melakukan perilaku seks menyimpang risiko tinggi.
TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
9
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
Pengaruh Orang Tua, Akses Media Terhadap Informasi Seks/ Pornografi, Pergaulan, dan Gaya Hidup Metode yang digunakan dalam analisis regresi logistik ini adalah metode Backward Stepwise (Wald) menggunakan SPSS 16. Berdasarkan penghitungan secara simultan, diperoleh hasil bahwa secara bersama-sama seluruh variabel memiliki pengaruh terhadap virginitas dan dimasukkan ke dalam pengujian regresi logistik. Untuk melihat pengaruh masing-masing variabel digunakan uji Wald. Diperoleh estimasi nilai peluang (
) dari
persamaan transformasi logit: gˆ ( x5 )
Keterangan:
2,590 4,382 D5 .
= gaya hidup.
Dari uraian di atas, secara ringkas dapat disebutkan bahwa hanya diperoleh satu variabel yang menjadi penyusun dalam model virginitas remaja perempuan yaitu variabel gaya hidup (life style). Ketiga variabel lainnya tidak signifikan secara statistik. Hasil tersebut menunjukkan kebalikan dari apa yang selama ini dihipotesiskan. Golongan ini melakukan perilaku seksual tidak sampai tahap intercourse (hasil menunjukkan sebesar 52 persen mahasiswi melakukan perilaku seksual risiko sedang) sehingga indikator virginitas yang diinginkan tidak dipenuhi oleh ketiga variabel tersebut. Terlihat bahwa responden yang tingkah lakunya dinilai baik-baik saja oleh orang tuanya atau temannya secara mayoritas ternyata juga melakukan penyimpangan perilaku seksual. Fenomena ini ditemukan peneliti terutama disebabkan karena sikap permisif (serba boleh) dan bebas di masyarakat metropolitan serta pengaruh yang lebih kuat dari teman dekat laki-lakinya (pacar) dibandingkan orang tua, teman, maupun akses pornografi lainnya. Gaya berpacaran responden dapat digunakan untuk menentukan apakah ia masih virgin atau tidak. Pacar lebih dominan karena memiliki kedekatan dan keterbukaan hubungan untuk berbagi yang lebih besar, serta sekaligus menjadi objek pelampiasan hasrat seksual. Remaja pria lebih awal melakukan berbagai perilaku seksual daripada remaja wanita. Hasil penelitian ini juga menunjukkan sebanyak 78 persen responden mengetahui informasi seks dari pacarnya dan 42 persen mengaku pacar sebagai partner dalam mengakses/ mengonsumsi pornografi.
TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
10
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
Nilai slope untuk variabel gaya hidup adalah 4,382 sehingga peluang variabel gaya hidup berpengaruh terhadap virginitas sebesar 0,8572. Artinya responden yang memiliki gaya hidup metropolitan bebas akan berkemungkinan melakukan perilaku seksual menyimpang sampai ke tahap intercourse dan kehilangan virginitasnya sebesar 85,72 persen. Angka ini menunjukkan pengaruh dan hubungan yang sangat erat antara gaya hidup dan virginitas remaja perempuan. Kecenderungan pengaruh variabel bebas yang signifikan terhadap virginitas diperoleh melalui nilai odds ratio, seorang mahasiswi yang mempunyai gaya hidup metropolitan bebas berkemungkinan 80 kali lebih besar melakukan perilaku seks menyimpang dan tidak virgin lagi dibandingkan dengan yang tidak mempunyai gaya hidup metropolitan bebas. Semakin kuat sikap permissive dalam gaya hidup yang metropolitan dan bebas termasuk perilaku berpacaran. Perasaan sayang kepada kekasih, keterikatan, dan kedekatan hubungan dengan pacar membolehkan mereka melakukan perilaku seksual menyimpang. Hal itu mengakibatkan semakin kuatnya perilaku penyimpangan seksual yang dilakukan hingga mereka sudah tidak berstatus virgin lagi. Semakin erat hubungan antarjenis kelamin, makin tinggi keserbabolehannya dalam aktivitas seks. Remaja yang berpacaran lebih mendukung perilaku seks pranikah (Riyanto, 2004). Selain itu, Resnayati (2000) juga menyatakan bahwa individu yang berpacaran lebih permisif terhadap seks pranikah.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Berdasarkan pembahasan dari hasil penelitian, dapat ditarik beberapa kesimpulan antara lain: 1.
Mayoritas mahasiswi memiliki hubungan baik dengan orang tua, akses dan konsumsi informasi seks/ pornografi di media massa yang jarang, dan pergaulan yang relatif baik.
2.
Variabel yang berpengaruh secara nyata dan dapat digunakan sebagai indikator virginitas adalah gaya hidup. Variabel yang tidak signifikan secara statistik adalah orang tua, akses dan konsumsi informasi seks/ pornografi di media massa, dan lingkungan pergaulan.
3.
Kecenderungan remaja perempuan yang mempunyai gaya hidup metropolitan bebas berkemungkinan 80 kali lebih besar untuk melakukan perilaku seks menyimpang dan
TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
11
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
tidak virgin lagi dibandingkan dengan yang tidak mempunyai gaya hidup metropolitan bebas.
Saran Beberapa saran yang dapat penulis sampaikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah: 1.
Pada penelitian sejenis ini, sebaiknya cakupan diperbesar, misalnya dengan menambah jumlah sampel atau jumlah PTS lainnya. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan pengaruh variabel lain yang signifikan dan persediaan jika nonrespon mengingat pertanyaan yang sangat sensitif.
2.
Mahasiswi perlu waspada dan menjaga pergaulan atau perilaku berpacarannya, tidak mudah terpengaruh oleh pacar dan hasrat seksual sesaat karena dampaknya dapat sangat besar.
3.
Para orang tua hendaknya tidak hanya menjaga keharmonisan saja tetapi juga meningkatkan pengawasan terhadap anaknya terutama perilaku hubungan dengan pacarnya.
4.
Mahasiswi, orang tua, maupun masyarakat metropolitan lainnya hendaknya lebih selektif dan mengurangi kecenderungan sikap permisif dalam mengikuti gaya hidup metropolitan yang telah terasimilasi dan bebas.
5.
Perlu ditemukan metode pengumpulan data yang lain mengingat banyak pertanyaan sensitif agar mahasiswi merasa lebih nyaman dan aman untuk menjawab pertanyaan misalnya dengan pendekatan depth interview karena tidak menutup kemungkinan adanya angka dan dampak perilaku seksual menyimpang yang lebih besar (fenomena gunung es) yang tidak hanya sampai hilangnya virginitas saja.
DAFTAR PUSTAKA Agresti, Alan. 1990. Categirical Data Analysis. Canada: John Wiley & Sons Inc. Akhmad Sudrajat. 2008. Problematika Masa Remaja [Buletin ed.2]. Jakarta: Wordpress. Arikunto Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Anonim. 1999. Perspektif Remaja Terhadap Seks [Artikel]. Koran Kompas. Anonim. Perilaku Menyimpang Seksual. Februari, 2010. http://www.wikipedia.com. _____. Virginitas. Januari, 2010. BPS. Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia 2005. Jakarta: Badan Pusat Statistik. TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
12
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
_____. Survei Penduduk Antarsensus 2005. Jakarta: Badan Pusat Statistik. _____. Jumlah Penduduk menurut Kelompok Umur, Jenis Kelamin, Provinsi, dan Kabupaten/Kota, 2005. Januari, 2010. http://datastatistikindonesia.htm Balai Pustaka. 1995. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta: Tim Prima Pena Gita Media Press. Baseline. 1999. Kesehatan Reproduksi Remaja [Jurnal]. Jakarta: Lembaga Demografi Universitas Indonesia. Burns, Robert C. 1982. Self Growth in Family. New York: Brumer Mazel Publisher. Cohn, Frederick. 1974. Understanding Human Sexuality. New Jersey: Prentice-Hall Inc. Dede Tarmana dan Sarasanti. 2009. Penggunaan Model Logit Untuk Menduga Peluang Terjadinya Hujan: Studi Kasus Hujan Di Banjarbaru-Kalimantan Selatan [Buletin vol. 5]. Banjarmasin: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. Delamater dan MacCorquodale, Lewis dan Burr. 1975. The Journal of Sex Research vol.20 no.4 [Jurnal]. Jakarta: Lembaga Demografi Universitas Indonesia. Departemen Pendidikan Nasional. 1995. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Direktorat Pemberdayaan Keluarga Departemen Sosial. 2006. Arti Virginitas di Kalangan Remaja Metropolis. Jakarta: Departemen Sosial. Endang Prastuti. 2001. Pengaruh Pendidikan Seks dan Pelatihan Asertivitas Terhadap Sikap Remaja Mengenai Seks Pranikah [Tesis]. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Handrawan Nadesul. 2005. Mengintip Rahasia Seksual si Doi. Yogyakarta: Gardien Books. Hosmer DW, Lemeshow S. 1998. Apllied Logistic Regression. Canada: John Wiley & Sons Inc. Hurlock, Elizabeth B. 1990. Psikologi Perkembangan. Jakarta: penerbit Erlangga. Istato Hudayana. 2006. Pengelompokan Perilaku Seksual Pranikah Melalui Pendekatan Pengetahuan Seksual, Sikap, dan Pengalaman Seksual Pranikah: Studi Kasus pada Sebuah Perguruan Tinggi Swasta di Jakarta [Skripsi]. Jakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Statistik. Iswarati dan T.Y. Prihyugiarto. 2005. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap Terhadap Perilaku Seksual Pra Nikah Pada Remaja di Indonesia. Jakarta: BKKBN Puslitbang KB dan Kesehatan Reproduksi. J. Supranto. 2000. Statistik Teori dan Aplikasi. Jakarta: Erlangga. Ma‟shum, Yahya dan Wahyurini. 2004. Perubahan pada Tubuh Kita. Januari, 2009. http://kompas.com. Mappiare, Andi. 1983. Psikologi Orang Dewasa. Surabaya: Usaha Nasional. Massofa. Teori-Teori Umum Tentang Perilaku Seks Menyimpang. Februari, 2010. http://www.massofa.wordpress.com. Mayasari. 2000. Dekadensi Moral. April, 2008. http://m.detik.com. Moammar Emka. 2009. Tumpang Tindih: Malem-Malem Bikin Syur. Jakarta Selatan: Gagas Media. Mohammad Nazir. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia. M Hisyam Syafioedin. 2002. Prostitusi Terselubung di Kalangan Mahasiswi di Kawasan Kota Malang dan Surabaya [Laporan Penelitian]. Malang: Universitas Brawijaya. Nia Damayanti. 2006. Peranan Komunikasi Interpersonal Orang Tua – Anak terhadap Perilaku Seksual Remaja SMA di Kabupaten Serang Tahun 2006 [Skripsi]. Jakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Statistik. Oei, Prof. Tian P.S. 1996. A Group Cognitive Behaviour Therapy for Depression. February, 1996. Pangkahila W. 1998. Perkembangan Seksual Remaja, Masalah, dan Upaya Mengatasinya. Kesehatan Reproduksi Remaja. Jakarta: YLKI The Ford Foundation. TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
13
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
Persky, Harold. 1987. Psychoendocrinologi of Human Sexual Behavior. New York: Praeger Publisher. Puslitbang BKKBN. 2005. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Pranikah pada Remaja Indonesia. Jakarta: Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Pusat. Redaksi Republika. Memberi Pengertian Puber pada Remaja. Desember, 2008. http://www.republika.co.id. Riduwan, Kuncoro, Engkos Achmad. 2008. Cara Menggunakan dan Memakai Analisis Jalur (Path Analysis). Bandung: Alfabeta. Rowe, William S. 1968. Social Work Practise and Social Justice: From Local to Global Perspectives. New York: Thomson Learning. S Notoatmodjo. 1993. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Yogyakarta: Andi Offset. Safari Riyanto. 2004. Sikap Remaja SMU terhadap Pornografi, Seks Pra Nikah, dan Pendidika Seks di Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur Tahun 2004 [Skripsi]. Jakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Statistik. Sarwono, Sarlito Wirawan. 2008. Psikologi Remaja. Jakarta: PT. Rajawali Press. Semoeng. 2005. Gaya Berpacaran pada Remaja [Jurnal]. Jakarta: Lembaga Demografi Universitas Indonesia. Singarimbun, Masri dan Soffin Effendi. 1995. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3S. Singgih Santoso. 2002. Buku Latihan SPSS Statistik Multivariat. Jakarta: PT. Alex Media Computindo Kelompok Gramedia. Singgih Santoso. 2004. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta: Alex Media Komputindo Gramedia. Stanislaus S Uyanto. 2006. Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Yogyakarta: Graha Ilmu. K Wahyudi. 2000. Kesehatan Reproduksi Remaja. Yogyakarta: Lab. Ilmu Kesehatan Jiwa FK UGM. Yeti Resnayati. 2000. Faktor – factor yang Berhubungan dengan Perilaku Seksusal Remaja Siswa SLTPN dan SMUN di wilayah Jakarta Timur Tahun [Tesis]. Jakarta: Universitas Indonesia. Yuliagnis Transver Wijaya. 2009. Perilaku Seksual Pranikah Remaja dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya: Studi Kasus pada Lima SMA di Salah Satu Kecamatan di Kabupaten Banyumas [Skripsi]. Jakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Statistik.
TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
14
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
LAMPIRAN Uji Simultan Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square Step 1
df
Sig.
Step
47.139
4
.000
Block
47.139
4
.000
Model 47.139 4 .000 Step 2a Step -3.819 1 .051 Block 43.320 3 .000 Model 43.320 3 .000 a Step 3 Step -7.410 1 .006 Block 35.911 2 .000 Model 35.911 2 .000 a Step 4 Step -16.274 1 .000 Block 19.637 1 .000 Model 19.637 1 .000 a. A negative Chi-squares value indicates that the Chi-squares value has decreased from the previous step. Uji Parsial Variables in the Equation B Step 1
Step 2
a
a
Step 3a
Step 4a
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
var2
36.093 7.345E3
.000
1
.996 4.732E15
var3
37.436 7.285E3
.000
1
.996 1.813E16
var4
36.602 8.729E3
.000
1
.997 7.869E15
var5
37.415 8.819E3
.000
1
.997 1.774E16
.000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 12.592 18.724
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
.995 .996 .996 .995 .995 .997 .997 .997 .000 .000
Constant var2 var3 var5 Constant var3 var5 Constant var5 Constant
TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
-55.553 35.822 37.149 55.595 -54.902 21.536 22.229 -21.131 4.382 -2.590
8.364E3 7.007E3 6.901E3 8.560E3 8.560E3 6.234E3 6.234E3 6.234E3 1.235 .599
.000 3.608E15 1.361E16 1.396E24 .000 2.254E9 4.508E9 .000 80.000 .075 15
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
Variables in the Equation B Step 1
a
S.E.
Wald
df
Exp(B)
var2
36.093 7.345E3
.000
1
.996 4.732E15
var3
37.436 7.285E3
.000
1
.996 1.813E16
var4
36.602 8.729E3
.000
1
.997 7.869E15
var5
37.415 8.819E3
.000
1
.997 1.774E16
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
.995 .996 .996 .995 .995 .997 .997 .997 .000 .000
Constant -55.553 8.364E3 .000 Step 2 var2 35.822 7.007E3 .000 var3 37.149 6.901E3 .000 var5 55.595 8.560E3 .000 Constant -54.902 8.560E3 .000 a Step 3 var3 21.536 6.234E3 .000 var5 22.229 6.234E3 .000 Constant -21.131 6.234E3 .000 a Step 4 var5 4.382 1.235 12.592 Constant -2.590 .599 18.724 a. Variable(s) entered on step 1: var2, var3, var4, var5. a
Sig.
.000 3.608E15 1.361E16 1.396E24 .000 2.254E9 4.508E9 .000 80.000 .075
TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
16
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
PEMODELAN JUMLAH KASUS GIZI BURUK BALITA DENGAN KETAHANAN PANGAN DAN SOSIAL EKONOMI DI INDONESIA
Wahyuni Andriana Sofa, SST Ir. Ekaria, M.Si
Abstract Result of basic health survey (Riset Kesehatan Dasar - Riskesdas) 2007 showed that most provinces in Indonesia still has a prevalence of malnourished children- under- five above the national level. In addition, it is also indicated that the increasing number of malnutrition cases actually occurred in the center of food production area. The study aims to describe severe malnutrition associated with food security, social and economic condition in Indonesia, knowing the factors influencing the number of cases of malnourished children – under- five in a region (county) and predicting the risk of high malnutrition area.In terms of modeling the number of malnourished children-under- five with regional approach, Negative Binomial Regression is better as compared to Poisson Regression. The model indicated that socio-economic factor significantly influencemalnourished children under five. The model shows that many regencies still prone withmalnutrition cases, especially in high prevalence stratum by 90.6 percent. Keywords:malnutrition, food security, socio-economic, Poisson regression, Negative Binomial regression
I. PENDAHULUAN Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa salah satunya ditentukan oleh ketersediaan sumberdaya manusia (SDM) yang berkualitas, memiliki fisik yang tangguh, mental yang kuat dan kesehatan yang prima serta penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Indikator keberhasilan yang dapat dipakai untuk mengukur keberhasilan suatu bangsa dalam membangun sumberdaya manusia adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index. Jika ditinjau dari peringkat IPM dalam Statistics of the Human Development Report tahun 2009, terlihat bahwa pembangunan sumber daya manusia Indonesia belum menunjukkan hasil yang menggembirakan, jauh tertinggal dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya. Indonesia berada pada peringkat ke-111 dari 182 negara yang diperhitungkan serta termasuk dalam kategori menengah (0.500 - 0.799), jauh di bawah negara-negara ASEAN lainnya, seperti Singapura (23), Brunei Darussalam (30), dan Malaysia (66) yang berada pada kategori IPM tinggi dan sangat tinggi (0.800 - 1.000). Sedangkan pada kategori menengah Indonesia berada di bawah Thailand (87) dan Philipina (105). TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
17
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
Aspek penting yang menjadi perhatian dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia secara berkesinambungan yang tercermin dalam Indeks Pembangunan Manusia (IPM) salah satunya adalah peningkatan kualitas fisik (kesehatan). Purcal dan Cohen (1995) dalam bukunya The Political Economy of Health and Development in South East Asia menulis betapa paradigma kesehatan di Indonesia memang jauh tertinggal dibanding negaranegara anggota ASEAN lainnya. Singapura, Malaysia, Thailand, Brunei Darussalam, bahkan Vietnam sejak beberapa tahun lalu mulai melihat dan menempatkan masalah kesehatan sebagai investasi jangka panjang (long term human investment), sementara Indonesia masih saja sulit beranjak dari paradigma lama yaitu kesehatan sekedar sebagai konsumsi (Sudirman, 2009). Selain itu, kondisi tersebut terutama dipengaruhi juga buruknya status gizi penduduk. Hal ini dibuktikan berdasarkan data BKKBN tahun 2009, Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia ternyata hingga saat ini masih mencapai angka tertinggi di Asia. Sementara itu, Lestari (2009) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa gizi buruk merupakan penyebab dasar kematian bayi dan anak balita. Sebagai faktor penentu kualitas sumber daya manusia, masalah gizi buruk merupakan cerminan kondisi sosial ekonomi suatu bangsa atau suatu wilayah sebab masalah ini terkait dengan masalah sosial secara lebih luas termasuk ekonomi, budaya, perilaku, kebiasaan dan pola makan, lingkungan dan bahkan juga politik. International Food Policy Research Institute (IFPRI) menemukan bukti kuat bahwa kondisi gizi buruk akan menyebabkan kondisi ekonomi turut memburuk pada 20 hingga 30 tahun ke depan (Antique, 2009). Pentingnya intervensi pemerintah terhadap masalah gizi buruk ini karena perbaikan gizi memiliki keuntungan ekonomi (economic returns) yang tinggi, mendorong pertumbuhan ekonomi, serta menurunkan tingkat kemiskinan melalui perbaikan produktivitas kerja, pengurangan morbiditas dan pengurangan biaya pengobatan (World Bank, 2006). Pengurangan jumlah penderita malnutrisi terutama gizi buruk juga menjadi salah satu target Millenium Development Goals (MDGs) yang dapat dicapai salah satunya dengan peningkatan ketahanan pangan. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi masalah gizi buruk di Indonesia antara lain melalui revitalisasi Posyandu dalam meningkatkan cakupan penimbangan balita, penyuluhan dan pendampingan, Makanan Pendamping ASI (MP-ASI), Pemberian Makanan Tambahan (PMT), peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi melalui tata laksana gizi buruk TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
18
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
di Puskesmas Perawatan dan Rumah Sakit, serta penanggulangan penyakit menular dan pemberdayaan masyarakat melalui keluarga sadar gizi (Kadarzi). Namun, hasil Riset Kesehatan Dasar yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan pada tahun 2007 menunjukkan bahwa sebagian besar propinsi di Indonesia masih memiliki angka gizi buruk balita di atas angka nasional. Seperti terlihat pada Gambar 1 angka gizi buruk balita di Indonesia mencapai 5.4 persen dengan hanya dua belas propinsi yang memiliki angka gizi buruk di bawah angka nasional. Dari dua belas propinsi tersebut sebagian besar berada di pulau Jawa dan Bali. Sementara itu, Nanggroe Aceh Darussalam merupakan provinsi yang memiliki angka gizi buruk terbesar, jauh di atas angka nasional, yakni mencapai 10,7 persen.
Sumber: Riskesdas 2007, Departemen Kesehatan Gambar 1. Angka Gizi Buruk Balita Per Propinsi Tahun 2007 Disamping itu, Rencana Aksi Nasional (RAN) penanggulangan gizi buruk seringkali tidak dilaksanakan secara cepat dan tepat terbukti dari hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional dari tahun 2000 hingga 2005 di beberapa propinsi di Indonesia kasus gizi buruk pada balita cenderung meningkat, baik dalam jumlah maupun prevalensinya 1. Selain itu, data Dinas Kesehatan NTB tahun 2009 menunjukkan bahwa peningkatan jumlah kasus gizi buruk ini justru terjadi di wilayah sentra pangan, dalam hal ini propinsi NTB sebagai lumbung padi nasional. Berbagai fakta dan kondisi yang telah dipaparkan di atas menjadikan fenomena gizi buruk pada balita menarik untuk dikaji lebih lanjut terutama dikaitkan dengan situasi ketahanan pangan wilayah dan aspek sosial ekonomi di Indonesia. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini akan difokuskan pada faktor-faktor yang berpengaruh terhadap jumlah kasus 1
Prevalensi gizi buruk pada balita yaitu proporsi balita dengan status gizi buruk terhadap total balita di suatu wilayah, pada umumnya disajikan dalam persentase. TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
19
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
balita gizi buruk di Indonesia melalui pendekatan wilayah (kabupaten) yang konsumsi pangan pokoknya adalah beras. Adapun tujuan yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui gambaran gizi buruk pada balita dikaitkan dengan situasi ketahanan pangan dan faktor sosial ekonomi di Indonesia, mengetahui faktor yang berpengaruh terhadap jumlah kasus gizi buruk pada balita di suatu wilayah (kabupaten) dan memprediksi risiko/peluang suatu wilayah terdapat kasus gizi buruk yang tinggi berdasarkan faktor yang signifikan berpengaruh terhadap banyaknya kasus gizi buruk.
II. KAJIAN PUSTAKA Masalah gizi adalah gangguan pada beberapa segi kesejahteraan perorangan dan atau masyarakat yang disebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan akan zat gizi yang diperoleh dari makanan. Sedangkan yang dimaksud zat gizi adalah zat kimia yang terdapat dalam makanan yang diperlukan manusia untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan (Sukirman, 2000). Mengacu pada konsep yang digunakan oleh Departemen Kesehatan RI, istilah gizi buruk yang digunakan dalam penelitian ini adalah keadaan kekurangan energi dan protein tingkat berat akibat kurang mengkonsumsi makanan yang bergizi dan/atau menderita sakit dalam waktu yang lama. Hal ini ditandai dengan status gizi sangat kurus (menurut BB terhadap TB) dan/atau hasil pemeriksaan klinis menunjukkan gejala marasmus, kwarsiorkor atau marasmik kwarsiorkor (Depkes RI, 2007). Khomsan (2002) dalam Soblia (2009) mengemukakan bahwa gizi yang cukup merupakan masukan yang penting untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Masalah gizi yang dalam bahasa inggris disebut malnutrition, dibagi dalam dua kelompok yaitu masalah gizi-kurang (under nutrition) dan masalah gizi-lebih (over nutrition), baik berupa masalah gizi-makro ataupun gizi-mikro. Gangguan kesehatan akibat masalah gizi makro dapat berbentuk status gizi kurang, gizi buruk atau gizi lebih. Sedang gangguan kesehatan akibat masalah gizi mikro hanya dikenal sebutan dalam bentuk gizi kurang zat gizi mikro tertentu, seperti kurang zat besi, kurang zat yodium, dan kurang vitamin A (Syarief, 2004). Berbagai faktor penyebab malnutrisi pada anak telah digunakan secara luas secara internasional sesuai dengan kerangka pikir UNICEFF dalam Soekirman (2000). Penyebab langsung yaitu makanan anak dan penyakit infeksi yang mungkin diderita anak. Penyebab TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
20
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
tidak langsung yaitu ketahanan pangan di keluarga, pola asuh anak, serta pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan. Ketiga faktor ini saling berhubungan. Ketiga faktor tidak langsung tersebut saling berkaitan dan bersumber pada akar masalah yaitu pendidikan dan ekonomi keluarga serta keterampilan memanfaatkan sumber daya keluarga dan masyarakat. Pada akhirnya, semuanya dapat berpangkal pada masalah pokok yang lebih besar di masyarakat dan bangsa secara keseluruhan, seperti masalah sosial dan ekonomi. Ketahanan pangan merupakan salah satu isu utama upaya peningkatan status gizi masyarakat yang paling erat kaitannya dengan pembangunan pertanian. Menurut Hanani (2009) ketahanan pangan terdiri dari tiga sub sistem utama yaitu ketersediaan, akses, dan penyerapan pangan, sedangkan status gizi merupakan outcome dari ketahanan pangan.
Ketersediaan pangan (Food Availability)
Akses pangan (Food Access)
Stabilitas (Stability)
Penyerapan pangan (Food Utilization)
Status gizi (Nutritional status )
Sumber : USAID (1999) dan Weingärtner (2004) dalam Hanani (2009)
Gambar 2. Sistem Ketahanan Pangan Ketersediaan, akses, dan penyerapan
pangan
merupakan subsistem yang harus
dipenuhi secara utuh. Salah satu subsistem tersebut tidak dipenuhi maka suatu negara belum dapat dikatakan mempunyai ketahanan pangan yang baik. Walaupun pangan tersedia cukup di tingkat nasional dan regional, tetapi jika akses individu untuk memenuhi kebutuhan pangannya tidak merata, maka ketahanan pangan masih dikatakan rapuh. Ketahanan pangan pada dasarnya berbicara tentang ketersediaan pangan (food availabilities), stabilitas harga pangan (food price stability), dan keterjangkauan pangan (food accessibility). Ketersediaan pangan yang cukup berarti rata-rata jumlah dan mutu gizi pangan yang tersedia di masyarakat dan pasar mencukupi kebutuhan untuk konsumsi semua rumah TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
21
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
tangga (Soekirman, 2000). Maxwell dan Frakenberger (1992) menyatakan bahwa pencapaian ketahanan pangan rumah tangga dapat diukur dari berbagai indikator. Indikator tersebut dibedakan menjadi dua kelompok yaitu indikator proses dan indikator dampak. Indikator proses menggambarkan situasi pangan yang ditunjukkan ketersediaan dan akses pangan. Ketersediaan pangan berkaitan dengan produksi pertanian, iklim, akses terhadap sumber daya alam, pasar, konflik regional dan kerusuhan sosial. Sedangkan akses pangan meliputi strategi rumah tangga untuk memenuhi kekurangan pangan. Indikator dampak digunakan sebagai cerminan konsumsi pangan yang meliputi dua kategori yaitu secara langsung yakni konsumsi dan frekuensi pangan dan secara tak langsung meliputi penyimpanan pangan dan status gizi. Konsep ini selanjutnya akan digunakan dalam penelitian ini, dengan perkataan lain bahwa ketahanan pangan yang diukur dalam penelitian ini adalah ketahanan pangan berdasarkan indikator proses. Dari aspek ketersediaan dan akses pangan, Harper et.al (1986) mengatakan bahwa “Jika pangan diproduksi dalam jumlah dan ragam yang cukup kemudian bahan tadi cukup tersedia di tingkat desa atau masyarakat dan kalau keluarga memilki uang cukup untuk membeli keperluan pangan yang tidak ditanam ditempatnya, tidak akan banyak terjadi kurang gizi” (Hal.8-9). Banyak kalangan sependapat bahwa timbulnya masalah pangan dan gizi sangat dominan dipengaruhi oleh faktor ekonomi atau rendahnya daya beli keluarga dan masyarakat. Menurut peraih hadiah Nobel Ekonomi, Armatya Sen, terjadinya gizi buruk dan kelaparan bukan semata-mata terkait kurangnya bahan pangan di suatu negara, tapi juga akibat akses pangan yang rendah serta lemahnya daya beli masyarakat. Artinya, ketersediaan pangan secara nasional tidak cukup untuk menjamin kecukupan pangan di tingkat rumah tangga. Selain ketahanan pangan, menurut Rudjito (1989) faktor sosial ekonomi merupakan salah satu indikator untuk menilai gizi masyarakat. Subindikatornya adalah pendapatan, pendidikan, dan sebagainya (Soblia, 2009). Dari aspek ekonomi, kemiskinan sebagai penyebab gizi kurang menduduki posisi pertama pada kondisi yang umum. Hasil penelitian Syaifuddin et.al. (1992) yang didukung oleh Bank Dunia melakukan di Propinsi Jambi dengan menggunakan pendekatan rumah tangga menunjukkan bahwa variabel pendidikan dan pendapatan mempunyai pengaruh yang berarti terhadap status gizi balita. TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
22
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
Masalah gizi buruk pada penelitian ini pada dasarnya berangkat dari masalah yang terjadi pada individu (balita), di mana status gizi setiap individu tersebut diukur berdasarkan metode antropometrik. Oleh karena dalam penelitian ini digunakan perspektif wilayah, maka ukuran masalah gizi buruk tersebut tidak lagi berupa status gizi balita namun lebih spesifik berupa jumlah balita yang berstatus gizi buruk di suatu wilayah. Pada penelitian ini, akan dibentuk persamaan regresi untuk melihat pengaruh ketahanan pangan dan faktor sosial ekonomi terhadap kasus gizi buruk balita dengan pendekatan wilayah. Tingkat ketahanan pangan wilayah diukur berdasarkan indikator proses yang terbentuk dari dimensi ketersediaan dan akses pangan. Sementara faktor sosial ekonomi wilayah diukur dari variabel pendapatan, pendidikan, dan penduduk yang bekerja di sektor pertanian. Selanjutnya, model ini digunakan untuk memprediksi risiko terjadinya kasus gizi buruk di suatu wilayah berdasarkan variabelvariabel yang signifikan berpengaruh terhadap jumlah kasus gizi buruk. Kerangka pikir dalam penelitian ini dapat dilihat melalui bagan berikut. Ketahanan pangan (Indikator Proses): 1. Ketersediaan pangan (Produksi beras domestik untuk pangan penduduk) 2. Akses pangan - Daya Beli - Persentase desa tanpa akses penghubung (jalan) yang memadai - Persentase rumah tangga tanpa akses listrik - Harga Pangan (Beras)
GIZI BURUK (Pendekatan Wilayah)
Faktor Sosial Ekonomi : 1. Pendapatan 2. Pendidikan 3. Persentase keluarga pertanian
Gambar 3. Bagan Kerangka Pikir
TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
23
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu faktor ketahanan pangan yang mencakup aspek ketersediaan dan aksesibilitas pangan serta faktor sosial ekonomi yang mencakup pendapatan; pendidikan; dan persentase penduduk yang bekerja di sektor pertanian diduga berpengaruh terhadap banyaknya kasus gizi buruk di suatu wilayah.
III. METODOLOGI Dalam penelitian ini kabupaten digunakan sebagai unit observasi maupun unit sampling, di mana populasi penelitian dibatasi pada kabupaten di Indonesia dengan konsumsi pangan pokok berupa beras pada tahun 2008. Unit sampling tersebut mencakup 233 kabupaten yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia kecuali kabupaten-kabupaten yang berada di Propinsi Sumatera Selatan, Riau, Sulawesi Barat, dan Maluku. Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu Stratified Proportional Allocation dengan stratifikasi didasarkan pada sebaran dari prevalensi balita gizi buruk hasil Riset Kesehatan Dasar 2007 yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan. Penentuan besar sampel dihitung berdasarkan metode Slovin dengan signifikansi 90 persen dan dengan menggunakan metode systematic arrangement diperoleh sampel sebanyak sebanyak 127 kabupaten. Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data sekunder dengan jumlah kasus balita gizi buruk diperoleh dari laporan pelayanan kesehatan dan gizi tingkat kabupaten/kota tahun 2008 (Departemen Kesehatan RI) sedangkan sisanya diperoleh dari berbagai publikasi dan data mentah (raw data) beberapa survei tahun 2008 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik, diantaranya Susenas dan Podes. Penyajian data dengan diagram/grafik akan digunakan untuk menggambarkan kasus gizi buruk balita pada masing-masing kelompok wilayah baik pada strata prevalensi tinggi, sedang, maupun rendah serta menggambarkan kondisi ketahanan pangan dan faktor sosial ekonomi wilayah dikaitkan dengan jumlah kasus gizi buruk balita. Selain itu analisis ini digunakan untuk mendeteksi secara dini dengan metode sederhana adanya kasus overdispersi pada data jumlah kasus gizi buruk balita untuk kepentingan pemodelan. Untuk pemodelan gizi buruk balita, variabel yang menjadi perhatian utama (interest variable) adalah banyaknya kasus gizi buruk di suatu wilayah. Variabel ini merupakan data diskrit (non-negative integer values) yang diperoleh berdasarkan penghitungan jumlah kasus gizi buruk di suatu kabupaten/kota. Kasus gizi buruk di suatu wilayah dapat dikatakan sebagai TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
24
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
variabel rare case karena peluang terjadinya kasus tersebut di suatu wilayah sangat kecil. Metode sederhana dalam pemodelan data yang berupa count (jumlah) salah satunya yaitu menggunakan asumsi distribusi Poisson. Distribusi Poisson sering digunakan dalam pemodelan kasus yang jarang terjadi (rare event), seperti pemodelan tentang kecelakaan, peperangan atau epidemik. Akan tetapi ada salah satu sifat dalam distribusi Poisson yang dirasakan sangat mengganggu dan sangat sulit dipenuhi oleh data observasi yaitu kesamaan antara nilai rataan dengan variansnya (equidispersion). Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan digunakan pula analisis regresi Binomial Negatif untuk mengatasi masalah tersebut dan mendapatkan model yang paling sesuai dengan kondisi data. Langkah-langkah dalam analisis inferensia dijelaskan dalam bagan prosedur kerja sebagai berikut:
a.
Model Regresi Poisson Regresi Poisson mengasumsikan bahwa variabel random Y berdistribusi Poisson dan
logaritma dari nilai ekspektasi Y dapat dimodelkan dengan suatu kombinasi linear dari parameter-parameter yang tidak diketahui. Karena nilai mean (μ) harus bernilai positif, maka dibutuhkan suatu fungsi penghubung (link function) untuk parameter . Pada regresi Poisson, link function ini berupa logaritma, sehingga dapat dituliskan bentuk link function sebagai berikut: k
log ( i )
x , i 1, 2,..., n
j ij j 1
Penaksiran parameter dapat dilakukan dengan metode Maximum Likelihood yaitu dengan cara memaksimumkan fungsi likelihood. Karena persamaan likelihood non linear dalam parameter, maka tidak bisa didapatkan estimator parameter dalam bentuk persamaan tertutup (closed form), sehingga untuk mendapatkan estimatornya digunakan metoda numerik seperti EM algorithm, Newton Raphson Algorithm dan sebagainya. Untuk keperluan estimasi parameter ini dapat digunakan bantuan berbagai software statistik. Suatu ciri dari distribusi Poisson adalah mean sama dengan varians. Pada prakteknya, kadang-kadang ditemukan suatu kondisi dimana variasi data lebih besar dibanding mean. Kondisi seperti ini disebut overdispersion, dan dengan demikian model distribusi Poisson untuk variabel respon yang digunakan mungkin tidak sesuai. Dalam kondisi overdispersi estimasi varians dari Y pada model regresi Poisson akan menghasilkan nilai yang underestimate, demikian pula untuk standar error dari koefisien regresi yang dihasilkan mengingat estimasi koefisien regresi yang dihasilkan merupakan TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
25
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
fungsi dari Y. Sehingga, sangat dimungkinkan bahwa dalam pengujian signifikansi parameter regresi akan dihasilkan keputusan yang cenderung menolak
. Dengan kata lain, suatu
variabel bebas mungkin terlihat berpengaruh signifikan secara statistik padahal sebenarnya tidak. Oleh karena itu, agar tidak menghasilkan keputusan yang missleading, equidispersi merupakan syarat utama yang harus dipenuhi dalam penggunaan model regresi Poisson.
b. Pengujian Overdispersi data Jumlah McCullagh & Nelder (1989) menyatakan ada dua cara yang dapat digunakan mendeteksi overdispersi, yaitu: 1) Pearson-statistic Hipotesis: H0 :
2
1
H1 :
2
1
Statistik uji: 2
ˆ2
2 db
db
dengan
2
n
ˆi )2
( yi ˆi
i 1
Jika nilai statistik uji lebih besar dari
2 db
maka terjadi overdispersi pada data.
2) Likelihood ratio goodness-of-fit statistic (deviance dalam SAS) Hipotesis: H0 :
2
1
H1 :
2
1
Statistik uji: ˆ2
G2 db
G2
2
2 db
n i
, db = banyaknya observasi – banyaknya parameter
y log 1 i
yi ˆi
Jika nilai statistik uji lebih besar dari
2 db
maka terjadi overdispersi pada data.
TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
26
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
Ismail dan Jemain (2007) menyarankan model Poisson umum (Generalized Poisson Regression Model) untuk mengatasi permasalahan overdispersion tersebut. Sementara itu, Halekoh (2001) dalam Dewi (2008) ada dua cara yang dapat digunakan sebagai solusi dari masalah overdispersi, yaitu dengan menggunakan sebaran Binomial Negatif atau dengan menambah/mengurangi peubah penjelas yang digunakan. c. Model Regresi Binomial Negatif Regresi Binomial Negatif merupakan salah satu solusi untuk mengatasi masalah overdispersi pada data jumlah yang disebabkan oleh inter subject variability yang didasarkan pada model campuran Poisson-Gamma. Lawless (1987) memperkenalkan suatu prosedur berhirarki dengan mengasumsikan data jumlah pada nilai rataan tertentu mengikuti sebaran Poisson, sementara
nilai
rataannya
sendiri
terdistribusi
Gamma
(Poisson-Gamma
Mixture
distribution). Prosedur berhirarki ini pada akhirnya akan membawa distribusi marginal dari variabel respons merupakan bentuk lain dari distribusi Binomial Negatif.
(y f ( y, , )
1 )
y
1 1
y! ( 1 ) 1
(1
; y 0,1, 2,...
)
Seperti halnya pada regresi Poisson, estimasi parameter dalam model regresi Binomial Negatif juga dilakukan dengan Maximum Likelihood. Untuk memperoleh penduga parameter ini juga dapat diselesaikan dengan metoda numerik di antaranya dengan Newton Raphson atau Scoring Algorithm (Lawless, 1987).
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Gambaran Umum Kasus Gizi Buruk Balita Dikaitkan dengan Situasi Ketahanan Pangan dan Sosial Ekonomi di Indonesia Saat ini masalah gizi dengan beragam jenis dan tingkatannya masih menjadi salah satu masalah kompleks yang harus dihadapi oleh berbagai negara di belahan dunia. Seperti negara sedang berkembang pada umumnya, Indonesia mengalami masalah gizi kurang bahkan buruk terutama akibat kekurangan pangan dan faktor-faktor penyebab lainnya, sementara di negara maju masalah gizi lebih atau biasa disebut obesitas telah menjadi issue yang sangat menonjol. Masih tingginya kasus gizi buruk di Indonesia tercermin dari nilai prevalensi balita gizi buruk di berbagai wilayah di Indonesia. Wilayah kabupaten yang merupakan objek penelitian ini tersebar di seluruh pulau di Indonesia yang terbagi menjadi tiga strata, yaitu prevalensi balita gizi buruk rendah, sedang dan tinggi. Baik pada populasi wilayah maupun sampel, persoalan gizi buruk menunjukkan TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
27
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
pola yang sama yaitu kabupaten dengan tingkat prevalensi tinggi memiliki persentase yang paling besar, yaitu mencapai 55 hingga 70 persen, di sebagian besar pulau di Indonesia kecuali pulau Jawa. Dilihat dari persebaran jumlahnya, kasus gizi buruk antar strata memiliki nilai tengah yang tidak jauh berbeda yaitu berada pada kisaran 20 hingga 45 kasus.
Sumber : Riskesdas 2007 (Depkes RI, diolah) Gambar 4. Persentase Kabupaten Penelitian dengan Prevalensi Gizi Buruk Balita Kategori Rendah, Sedang, dan Tinggi Menurut Pulau Tahun 2007
Dari gambar 4 dapat pula terlihat bahwa sebagian besar kabupaten-kabupaten pada pulau di Indonesia memiliki prevalensi gizi buruk balita yang tinggi. Pola yang berbeda dengan pulau-pulau lainnya terdapat di Pulau Jawa, yang persentase terbesar dimiliki oleh kabupaten dengan prevalensi rendah. Hal ini wajar saja terjadi mengingat pembangunan Pulau Jawa di segala bidang termasuk di bidang kesehatan telah dilaksanakan dan relatif cukup berhasil dibandingkan dengan pulau-pulau yang lainnya.
TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
28
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
Gambar 5. Diagram Kotak Garis (Boxplot) Ketersediaan Beras (ton) Tahun 2008 Menurut Strata Prevalensi Gizi Buruk Ketahanan pangan menjadi salah satu fokus utama pemerintah dalam mengatasi masalah kelaparan di berbagai wilayah. Ditinjau dari sisi ketersediaan pangan (beras) seperti terlihat pada gambar 5, ada kecenderungan bahwa kabupaten-kabupaten dengan prevalensi gizi buruk yang rendah memiliki stok beras yang tinggi dibandingkan dengan kabupatenkabupaten pada kedua strata lainnya. Pada strata ini juga terlihat bahwa ketersediaan beras kabupaten-kabupaten di dalamnya relatif menyebar dengan jangkauan interkuartil yang cukup tinggi yaitu sebesar 200.252,6 sementara pada strata prevalensi tinggi dan sedang berturutturut sebesar 137715,7 dan 134043,7. Namun demikian, terlihat kasus outlier terjadi di beberapa wilayah pada strata prevalensi sedang dan tinggi. Pada strata prevalensi sedang, ketersediaan beras Kabupaten Lamongan dan Grobogan mencapai lebih dari 300.000 ton, jauh melebihi katersediaan beras rata-rata kabupaten pada strata prevalensi sedang. Begitu pula untuk strata prevalensi tinggi sebagaimana situasi yang terjadi di Kabupaten Garut dan Jember. Kedua kabupaten tersebut memiliki stok beras yang sangat tinggi yakni mencapai lebih dari 400.000 ton. Jika dikaitkan dengan banyaknya kasus gizi buruk yang terjadi di suatu wilayah, menunjukkan bahwa dengan ketersediaan pangan wilayah saja belum menjamin bahwa di wilayah tersebut terbebas dari masalah gizi buruk. Di wilayah yang ketersediaan pangannya tinggi pun masih saja terdapat kasus gizi buruk, bahkan diimbangi dengan angka kejadian yang tinggi pula (lihat Gambar 6). Tidak dapat dipungkiri bahwa masalah gizi buruk bukan semata-mata aspek wilayah, namun aspek individu/rumah tangga serta lingkungan juga perlu diperhatikan. Artinya TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
pula
bahwa ketersediaan pangan saja
tidak cukup untuk 29
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
menggambarkan situasi ketahanan pangan suatu wilayah. Defiensi gizi seringkali masih terjadi meskipun penyediaan pangan mencukupi, tetapi karena masalah mekanisme distribusi maka pangan tersebut tidak dapat dapat diakses oleh yang memerlukannya.
Gambar 6. Diagram Pencar (Scatter Plot) Ketersediaan Beras (Ton) dan Jumlah Kasus Gizi Buruk Balita Tahun 2008 Anomali tingginya kasus gizi buruk balita pada wilayah yang ketersediaan pangannya tinggi ternyata tidak terjadi jika dilihat dari variabel-variabel akses pangan seperti daya beli masyarakat. Pada Gambar 7 memperlihatkan bahwa ketika akses terhadap pangan di suatu wilayah cukup baik, maka jumlah kasus gizi buruk balita juga dapat ditekan baik jumlah maupun prevalensinya. Kondisi yang sama juga terjadi jika ditinjau dari variabel persentase desa tanpa akses penghubung (jalan) yang memadai, persentase rumah tangga tanpa akses listrik dan harga beras serta variabel-variabel sosial ekonomi wilayah. Kurangnya akses terhadap infrastruktur menyebabkan “kemiskinan lokal”, di mana masyarakat yang tinggal di daerah terisolir atau terpencil dengan kondisi geografis yang sulit dan ketersediaan pasar yang buruk kurang memiliki kesempatan ekonomi dan pelayanan jasa yang memadai. Begitu pula yang terjadi di sebagian besar pulau di Indonesia yang memiliki tingkat gizi buruk yang tinggi. Di wilayah-wilayah dengan prevalensi rendah sebagian besar desanya sudah memiliki akses jalan yang memadai sehingga memudahkan masyarakatnya untuk menuju ke pusat kota.
TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
30
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
Gambar 7. Diagram Pencar (Scatter Plot) Daya Beli Masyarakat (Rp 000) dan Jumlah Kasus Gizi Buruk Balita Tahun 2008
b. Faktor yang Memengaruhi Jumlah Kasus Gizi Buruk Balita di Indonesia Dalam menganalisis persoalan gizi buruk, indikator-indikator ketahanan pangan dan variabel-variabel sosial ekonomi tidak dapat berdiri sendiri, melainkan terkait satu sama lain. Untuk itu pada tahap awal pembangunan model dilakukan reduksi variabel ketahanan pangan dan sosial ekonomi dengan metode komponen utama. Dari analisis komponen utama diperoleh hasil bahwa terdapat lima variabel yang memiliki korelasi erat dengan faktor pertama dan empat variabel berkorelasi kuat dengan faktor kedua. Variabel-variabel penyusun faktor pertama adalah Ketersediaan Beras ( dengan korelasi sebesar -0.736, Daya Beli Masyarakat ( Persentase Desa tanpa Akses ( Rumah Tangga tanpa Listrik (
)
) dengan korelasi sebesar -0.743,
) yang memadai dengan korelasi sebesar 0.751, Persentase ) dengan korelasi sebesar 0.767, dan Harga Beras (
)
dengan korelasi sebesar 0.698. Sementara itu, empat variabel yang menyusun faktor kedua adalah variabel Angka Melek Huruf (
) dengan korelasi sebesar 0.657, Rata-Rata Lama
Sekolah ( ) dengan korelasi sebesar 0.764, Persentase Keluarga Pertanian ( korelasi sebesar -0.590 dan Rata-Rata Konsumsi Non-Makanan (
) dengan
) dengan korelasi sebesar
0.736. Dua komponen utama yang merupakan kombinasi dari berbagai variabel di atas selanjutnya masing-masing secara berturut-turut dinamakan faktor ketahanan pangan dan faktor sosial ekonomi. Untuk pendeteksian lebih awal terjadinya pelanggaran asumsi equidispersi (rata-rata sama dengan varians) pada data jumlah kasus gizi buruk sebelum dilakukan pemodelan dapat dilakukan secara sederhana dengan melihat deskripsi nilai varians dan rata-rata jumlah kasus TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
31
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
gizi buruk seperti tertera pada Tabel 1. Jika rasio varians dan rata-rata tersebut bernilai lebih dari satu maka diindikasikan bahwa terjadi fenomena overdispersi pada data dan jika kurang dari satu terjadi underdispersi. Tabel 1.
Estimasi Titik Rata-Rata dan Varians
Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Menurut Strata Strata Prevalensi
Jumlah Kasus Gizi Buruk Rata-Rata
Varians
(1)
(2)
(3)
Rendah
111
42.646,25
Sedang
111
41.924,44
Tinggi
112
42.505,05
Dari tabel tersebut terlihat bahwa nilai varians dari jumlah kasus di ketiga strata jauh melebihi nilai rata-ratanya atau dengan kata lain rasio bernilai lebih dari satu. Hal ini mengindikasikan bahwa pada data jumlah kasus gizi buruk baik di strata prevalensi rendah, sedang maupun tinggi terjadi overdispersi. Pendeteksian asumsi equidispersi pada tahap ini masih bersifat deskriptif. Untuk melihat signifikansi statistik dari pengujian asumsi ini dilakukan bersamaan dengan pembentukan model regresi.
1. Pendekatan dengan Regresi Poisson Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa model jumlah kasus gizi buruk balita menghasilkan estimasi persamaan regresi Poisson sebagai berikut: log ( ˆ ( x1 , x2 ))
6,883 0, 001 x1 0, 005 x2
Berdasarkan hasil uji simultan (Omnibus test) diperoleh bahwa nilai statistik uji likelihood ratio Chi-Square sebesar 2116,072 dengan derajat bebas sebesar 2 sehingga diputuskan untuk menolak
. Hal ini berarti bahwa model ini mampu menjelaskan keterkaitan antara
faktor ketahanan pangan dan faktor sosial ekonomi dengan jumlah kasus gizi buruk di suatu wilayah. Hasil estimasi dan pengujian parameter melalui model regresi Poisson disajikan pada tabel berikut: TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
32
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
Tabel 2. Estimasi dan Pengujian Parameter pada Model Regresi Poisson Parameter (1) (Intercept) FKP FSE
Koefisien (2) 6,8828 0,0007 -0,0048
Std. Error (3) 0,0665 0,0001 0,0001
Wald ChiSquare (4) 10708,9147 24,0395 1568,9448
Sig. (5) 0,0000 0,0000 0,0000
Jika ditinjau dari keterkaitan masing-masing faktor secara parsial terhadap variabel respon, terlihat dari tabel di atas bahwa kedua faktor baik sosial ekonomi maupun ketahanan pangan berpengaruh signifikan secara statistik terhadap jumlah kasus gizi buruk di suatu wilayah. Namun, jika dilihat dari goodness of fit test, tampak bahwa model ini tidak cocok untuk digunakan. Terlihat dari nilai Deviance maupun Pearson ChiSquare yang dibagi dengan derajat bebas sebesar 124, masih cukup besar yakni secara berturut-turut sebesar 197,171 dan 349,959. Nilai ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan nilai tabel
2 ( 0, 05,124)
. Dengan demikian dapat diputuskan untuk menolak hipotesis
nol yang menunjukkan bahwa parameter dispersi signifikan lebih besar dari satu, atau dengan kata lain dengan tingkat kepercayaan 95 persen terdapat overdispersi dalam data jumlah kasus gizi buruk. 2. Pendekatan dengan Regresi Binomial Negatif Berbeda dengan hasil pengujian signifikansi parameter pada model regresi Poisson, pada model regresi Binomial Negatif hanya faktor sosial ekonomi yang mempunyai kontribusi signifikan terhadap jumlah kasus gizi buruk di suatu wilayah. Hasil estimasi dan pengujian parameter melalui model regresi Binomial Negatif disajikan pada tabel berikut: Tabel 3.
Estimasi dan Pengujian Parameter pada Model Regresi Binomial Negatif Parameter
(1) (Intercept) FKP FSE
Koefisien
Std. Error
(2) 6,2306 -0,0007 -0,0038
(3) 0,8009 0,0022 0,0013
Wald ChiSquare (4) 60,530 0,110 9,220
Sig. (5) 0,000 0,745 0,002
Pada tabel selanjutnya menunjukkan bahwa model regresi Binomial Negatif mampu mengatasi persoalan overdispersi ini. Hal ini, terlihat dari nilai-nilai statistik pada Goodness of Fit terutama untuk Deviance dan Pearson Chi-Square dibagi derajat bebas TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
33
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
yang signifikan mendekati satu. Terlihat pula dari nilai statistik Akaike Information Criterion (AIC) pada regresi Binomial Negatif jauh lebih kecil (yaitu sebesar 1431,925) dibandingkan pada regresi Poisson (yaitu sebesar 25003,881). Begitu pula untuk statistik Goodness of Fit yang lain. Untuk lebih jelasnya, berikut ini disajikan perbandingan hasil goodness of fits test pada model regresi Poisson maupun Binomial Negatif. Tabel 4.
Goodness of Fits Statistics Model Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk melalui Regresi Poisson dan Regresi Binomial Negatif
Goodness of Fits Statistics
Regresi Poisson
Regresi Binomial Negatif
(1)
(2)
(3)
AIC
25003,881
1431,925
BIC
25012,218
1440,458
Pearson Chi-Square
43394,855
227,974
Deviance
24503,545
155,788
Log-Likelihood
52697,218
64503,046
Jika dilakukan pengujian untuk mengetahui model mana yang terbaik di antara keduanya, dengan hipotesis H 0 :
0 dan H 1 :
0 dan nilai statistik uji dapat dihitung sebagai
berikut: Statistik LR = -2 (LL (Poisson) – LL (Binomial Negatif) = -2 (52697,2176 – (64503,0457)) = 23611,6562 Nilai statistik LR tersebut jika jauh lebih besar dibandingkan dengan nilai tabel sehingga dapat diputuskan untuk menolak
2 ( 0,1,1)
yang berarti bahwa parameter dispersi
signifikan lebih besar dari nol atau dengan kata lain model regresi Binomial Negatif lebih cocok digunakan dibandingkan dengan model regresi Poisson. Dari hasil pemodelan dengan regresi Binomial Negatif diperoleh bahwa faktor ketahanan pangan tidak memiliki pengaruh secara statistik terhadap jumlah kasus gizi buruk balita di suatu wilayah. Faktor yang disusun oleh variabel ketersediaan pangan beras dan akses pangan (daya beli masyarakat, persentase desa tanpa akses jalan memadai, persentase rumah tangga tanpa listrik dan harga beras) ini memang tidak memengaruhi jumlah balita gizi TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
34
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
buruk secara langsung, ada peran rumah tangga melalui ibu balita yang secara langsung terkait dengan gizi balitanya. Selain itu, bahwa aspek ketahanan pangan merupakan aspek yang memang dikendalikan melalui kebijakan pemerintah daerah setempat sebagai pemangku kepentingan. Sedangkan aspek sosial ekonomi seperti pendidikan, pendapatan dan persentase keluarga pertanian selain peran pemerintah juga memerlukan partisipasi dan kesadaran masyarakat maupun individual. Berikut ini disajikan estimasi persamaan regresi jumlah kasus gizi buruk balita berdasarkan faktor sosial ekonomi: log ( ˆ ( FSE )) 6, 443
0,004 FSE
dengan faktor sosial ekonomi diperoleh dari kombinasi linier sebagai berikut:
FSE
0,063X 1
0,431 X 2
0,483 X 8
0,501 X 3
0,219 X 4
0,096 X 5
0,287 X 6
0,387 X 7
0,194 X 9
Dari persamaan faktor sosial ekonomi tersebut dapat ditelusuri lebih lanjut bahwa variabel pendidikan (melalui angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah) dan variabel konsumsi non pangan (antara lain juga untuk biaya pendidikan) memberikan pengaruh yang lebih dominan terhadap jumlah kasus gizi buruk balita di kabupaten. Hal ini menunjukkan pula pentingnya peningkatan pendidikan untuk sumberdaya manusia di kabupaten, khususnya bagi para ibu guna mengurangi jumlah kasus gizi buruk pada balita. c. Prediksi Resiko Terjadinya Kasus Gizi Buruk di Suatu Wilayah Dengan menggunakan estimasi rata-rata jumlah kasus gizi buruk setiap sampel kabupaten ( ) dengan regresi Binomial Negatif dan estimasi parameter dispersi ( ) sebesar 1.8657 maka dapat diketahui resiko suatu wilayah (kabupaten) terdapat kasus gizi buruk pada jumlah tertentu. Untuk mengetahui resiko setiap wilayah akan terjadi kasus gizi buruk dengan jumlah yang relatif tinggi dapat diketahui dari hasil penghitungan nilai peluang masingmasing wilayah memiliki jumlah kasus gizi buruk di atas nilai median yang dibedakan untuk masing-masing strata. Selanjutnya, pada gambar berikut disajikan kisaran nilai peluang tersebut menurut strata prevalensi rendah, sedang maupun tinggi.
TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
35
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
Gambar 8. Resiko Wilayah Rawan Gizi Buruk (Jumlah Kasus di atas Nilai Median) Menurut Kategori Prevalensi Tahun 2008 Gambar di atas menunjukkan bahwa semua strata prevalensi masih didominasi oleh kabupaten-kabupaten yang rawan gizi buruk (memiliki nilai peluang di atas 0,5) dengan jumlah kasus gizi buruk yang tinggi. Dari prediksi model secara umum dapat ditunjukkan bahwa semakin baik kondisi sosial ekonomi wilayah maka peluang terdapat kasus balita gizi buruk dengan jumlah yang tinggi akan semakin kecil. Namun, jika dibandingkan antar strata prevalensi, pada strata prevalensi tinggi persentase kabupaten yang rawan terhadap kasus gizi buruk tinggi terlihat paling besar (90,57 persen). Hal ini menunjukkan bahwa kabupatenkabupaten yang tercakup dalam strata prevalensi tinggi masih diperlukan antisipasi dan upaya penanganan persoalan gizi buruk yang lebih serius, khususnya dengan memperhatikan kondisi sosial ekonomi penduduk sebagai faktor yang berperan penting terhadap jumlah kasus gizi buruk di suatu wilayah.
V. KESIMPULAN DAN SARAN Secara umum wilayah dengan kondisi ketahanan pangan yang cukup baik dilihat dari sisi akses pangan ditemukan jumlah kasus gizi buruk yang terjadi relatif cukup rendah. Sebaliknya jika ditinjau dari sisi ketersediaan pangan (beras), ternyata ketersediaan pangan wilayah yang tinggi diikuti oleh dengan angka kejadian gizi buruk balita yang tinggi pula. Kasus gizi buruk yang terjadi di suatu wilayah sejalan dengan karakteristik sosial ekonominya, di mana kabupaten dengan pendidikan masyarakat dan pendapatan perkapita TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
36
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
yang tinggi serta persentase rumah tangga pertanian yang rendah maka jumlah kasus balita gizi buruk di wilayah tersebut relatif rendah dan sebaliknya. Model Regresi Binomial Negatif memang lebih sesuai digunakan dalam pemodelan jumlah kasus balita gizi buruk dengan pendekatan wilayah (kabupaten) dibandingkan dengan model regresi Poisson. Model ini menghasilkan satu faktor yang berpengaruh signifikan terhadap jumlah kasus gizi buruk suatu wilayah yakni faktor sosial ekonomi, yang didominasi oleh variabel pendidikan. Dengan melihat prediksi peluang setiap wilayah, pada setiap strata prevalensi masih ditemukan banyak kabupaten yang rawan terhadap kasus gizi buruk yang tinggi, terutama pada strata prevalensi tinggi. Oleh karena itu program perbaikan gizi di Indonesia, terutama pada wilayah yang tercakup dalam strata prevalensi tinggi, hendaknya dikaitkan pula dengan program lain di luar program pangan secara konvergen seperti peningkatan pengetahuan masyarakat akan gizi, penyediaan lapangan kerja, perbaikan nasib para petani dan penanggulangan kemiskinan atau peningkatan taraf hidup masyarakat. Penggunaan data berupa laporan pelayanan kesehatan dan gizi tingkat kabupaten/kota tahun 2008 dari Departemen Kesehatan RI disadari masih mengandung banyak kelemahan karena data diperoleh dari registrasi, oleh karena itu untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk menggunakan data yang mampu merepresentasikan kondisi wilayah secara lebih tepat. Untuk mengatasi persoalan overdispersi pada data diskrit dalam penelitian selanjutnya dapat digunakan metode lain sebagai pembanding yaitu Generalized Poisson Regression Models.
DAFTAR PUSTAKA Antique dan Elly Setyo Rini. 2009. Harga Pangan Dunia Naik, Waspadai Gizi Buruk, dalam http://bisnis.vivanews.com/news/read/36037harga_pangan_dunia_naik__waspadai_gizi_buruk (diakses 3 Desember 2009) Depkes RI (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan). 2007. Riset Kesehatan Dasar Laporan Nasional 2007, dalam www.kesehatan.kebumenkab.go.id/data/lapriskesdas.pdf (diakses 27 Februari 2010) ________ (Direktorat Bina Gizi Masyarakat dan Puslitbang Gizi dan Makanan). 2007. Mengenal Balita Gizi Buruk (Pedomahaaan Petugas). Jakarta: Depkes RI Hanani, Nuhfil. 2009. Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota. [Jurnal]. dalam lecture. ub. ac. id/ nuhfil/ files/ 2009/ 02/ pertanian- kota- ketahanan- pangan- nuhfil- journal.doc (diakses 1 Maret 2010) Harper, dkk. 1986. Pangan, Gizi dan Pertanian. Suharjo: Penerjemah. Jakarta: UI Press Ismail, Noriszura dan Abdul Aziz Jemain. 2007. Handling Overdispersion with Negative Binomial and Generalized Poisson Regression Models. Casuality Actuarial Society TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
37
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
Forum: 103-158. dalam http://www.casact. org/pubs/forum/07wforum/07w109.pdf (diakses 4 April 2010) Lawless, Jerald F. 1987. Negative Binomial and Mixed Poisson Regression. The Canadian Journal of Statistics / La Revue Canadienne de Statistique, Vol. 15, No. 3 (Sep., 1987), pp. 209-225 Lestari. 2009. Gizi buruk sebagai penyebab dasar kematian bayi dan anak balita, dalamhttp://stikeskabmalang.wordpress.com/2009/08/30/gizi-buruksebagai-penyebabdasar-kematian-bayi-dan-anak-balita/ (diakses 8 Maret 2010) McCullagh, P dan J.A.Nelder. 1989. Generalized Linear Models. London: Chapman and Hall Maxwell, Simon dan Timothy R. Frakenberger. 1992. Household Food Security: Concepts, Indicators, Measurements. Rome: International Fund for Agricultural Development/UNICEF Soblia, Esta Tsania. 2009. Tingkat Ketahanan Pangan Rumah Tangga, Kondisi Lingkungan, Morbiditas, dan Hubungannya dengan Status Gizi anak Balita pada Rumah Tangga di Daerah Rawan Pangan Banjarnegara, Jawa Tengah. [Skripsi]. Bogor: IPB Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya untuk Keluarga dan Masyarakat. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional Sudirman. 2009. Kesehatan sebagai Investasi dan Hak Asasi Manusia, dalam http://els.bappenas.go.id/upload/other/Kesehatan sebagai Investasi dan Hak Asasi Manusia.htm (diakses 8 Maret 2010) Syaifudin, dkk. 1992. Faktor Sosial Ekonomi yang Memengaruhi Status Gizi Anak Balita di Propinsi Jambi. [Laporan Penelitian]. Fakultas Ekonomi. Universitas Jambi Syarief, Hidayat. 2004. Masalah Gizi di Indonesia: Kondisi Gizi Masyarakat Memprihatinkan, dalam http://www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews cgi?newsid1088142057,65767, (diakses 7 Maret 2010) United Nation Development Programme (UNDP)-Statistics of the Human Development Report. 2009. Human Development Report 2009 Statistical Tables, dalam http://hdr.undp.org/en/statistics/ (diakses 26 Februari 2010) ________________. 2009. Human Development Report 2009-HDI rankings, dalam http://hdr.undp.org/en/statistics/ (diakses 26 Februari 2010) World Bank. 2006. Repositioning Nutrition as Central to Development A Strategy for LargeScale Action. Washington DC: The International Bank for Reconstruction and Development/The World Bank
TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
38
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TOTAL PERDAGANGAN BILATERAL INDONESIA BERDASARKAN MODEL GRAVITASI TAHUN 2000-2005
Ratna Asih Wulandari & Budiasih Abstract
Bias urban of economic development tends to cause under development and poverty. Using 2006 village potencial (PODES – SE06), the study examines under development villages and build a model that explain the reason for under development. The object of the study is Central Sulawesi province as one of under developed province. Descriptive, taxonomic and MARS non parametric regression indicate that in rural areas 53,11 percent of villages are under developed , while in urban areas 28,28 percent. In rural areas, the model that explain the reason for under development need 26 variables with coefficient of determination 0.744 and level of precision 94,41 percent while in urban areas, the model that explain the reason for under development need 10 variables with coefficient of determination 0.856 and level of precision 98,99 percent. The most dominant factors that affect under development in rural areas are communication, public facilities and areas that prone to natural disaster, while in urban areas must be considered education and health facilities and slum areas.
Keywords : bias, economic development, under development, poverty,taxonomic, MARS non parametric regression,public facilities, education and health facilities, slum areas
I. PENDAHULUAN
Total perdagangan bilateral merupakan aliran barang dan jasa yang keluar dan masuk dalam perekonomian suatu negara dari satu negara lain atau penjumlahan dari ekspor dan impor Indonesia dengan negara mitra. Ekspor merupakan sumber devisa negara yang dapat digunakan untuk membiayai impor dan utang negara. Impor barang modal dan bahan baku/penolong mendorong pengembangan industri sehingga output meningkat dan akhirnya akan meningkatkan ekspor dan pertumbuhan ekonomi. Jika impor barang konsumsi lebih besar, tidak akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan hanya akan memboroskan devisa.
TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
39
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
Secara keseluruhan, nilai total perdagangan riil Indonesia selama periode 1990-1995 mempunyai tren yang meningkat. Penurunan nilai total perdagangan terjadi mulai tahun 1996. Saat krisis ekonomi melanda Indonesia tahun 1998, nilai total perdagangan merosot tajam dari 269,1 miliar US Dollar (USD) di tahun 1997 menjadi 84,3 miliar USD tahun 1998. Perdagangan luar negeri Indonesia mulai membaik tahun 1999-2000. Hal ini terlihat dengan meningkatnya nilai total perdagangan riil. Namun, tahun 2001 nilai ekspor riil dan impor riil kembali menurun karena pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat merosot dan melemahnya permintaan global. Ekspor riil di tahun 2005 nilainya lebih kecil dibanding dengan nilai impor riil karena kenaikan harga bahan bakar minyak yang membuat ongkos produksi meningkat dan akhirnya mengurangi daya saing produk kita di pasar internasional.
Nilai (Juta Rupiah)
350000 300000 250000 200000 150000 100000 50000 0 1990
1992
1994
1996
1998
2000
2002
2004
Tahun Ekspor Riil
Impor Riil
Total Perdagangan Riil
Gambar 1. Total perdagangan riil Indonesia tahun 1990-2005 Fluktuasi keadaan ekonomi negara mitra dagang Indonesia mempengaruhi perekonomian dalam negeri. Hal ini dikarenakan tingginya ketergantungan ekspor Indonesia ke negara-negara tertentu serta tingginya impor bahan baku dan bahan penolong yang digunakan dalam proses produksi Indonesia. Ketika Produk Domestik Bruto (PDB) suatu negara meningkat, ekspor negara tersebut akan meningkat karena keuntungan komparatif. Mereka juga memiliki pasar domestik yang lebih besar untuk menyerap impor (Sohn, 2001). Ukuran ekonomi yang tercermin dari besaran Produk Domestik Bruto (PDB) negara eksportir dan importir menggambarkan kemampuan dalam melakukan ekspor dan menyerap impor. Semakin besar PDB, kemampuan negara untuk menghasilkan komoditas ekspor akan
TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
40
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
meningkat. Demikian pula kemampuan negara menyerap impor akan meningkat. Peningkatan PDB negara eksportir dan importir dapat meningkatkan total perdagangan. Jarak antara dua negara yang berdagang berhubungan dengan biaya transportasi. Semakin jauh jarak dua negara, biaya transportasi akan semakin besar sehingga perdagangan menurun. Bertambahnya populasi penduduk suatu negara menyebabkan meningkatnya permintaan domestik akan berdampak menurunnya ekspor dan meningkatkan impor bila produksi domestik tidak mencukupi. Di sisi penawaran, pertamban populasi penduduk berarti penambahan tenaga kerja dan akan menaikkan produksi sehingga meningkatkan penawaran ekspor. Peningkatan populasi penduduk negara eksportir dan importir akan meningkatkan total perdagangan. Depresiasi nilai tukar mata uang dalam negeri dari negara mitra akan menyebabkan produk negara mitra akan menjadi lebih murah sehingga impor dari negara mitra meningkat. Ketergantungan produksi dalam negeri terhadap impor bahan baku dan penolong besar. Ekspor meningkat karena impor bahan baku dan penolong semakin murah dan produksi dapat ditingkatkan. Model gravitasi pertama kali diaplikasikan pada perdagangan internasional oleh Tinbergen (1962) dan Pöynöhen (1963). Model gravitasi secara sederhana menjelaskan bahwa aliran perdagangan bilateral dipengaruhi oleh PDB kedua negara yang berdagang dan jarak antara kedua negara. Model ini mengasumsikan ukuran ekonomi berhubungan positif dan jarak antara dua negara yang berdagang berhubungan negatif terhadap aliran perdagangan kedua negara. II. METODOLOGI Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data panel meliputi total perdagangan bilateral Indonesia, PDB Indonesia, PDB negara mitra, jarak nautical Indonesia dengan negara mitra, kurs mata uang negara mitra terhadap USD, populasi Indonesia, populasi negara mitra. Negara mitra yang menjadi observasi sebanyak 118 negara untuk periode 2000-2005.
TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
41
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
Data nilai ekspor dan impor, PDB riil Indonesia dan PDB riil negara partner (GDP, at market prices, at 2000 prices) diperoleh dari publikasi United Nations (UN), dalam miliar USD. Data populasi penduduk Indonesia dan negara mitra dagang serta nilai tukar mata uang negara partner terhadap USD, end of period dari publikasi IFS CD-ROM yang dikeluarkan oleh International Monetary Fund (IMF). Data jarak nautical antara Indonesia dan negara partner merupakan pendekatan jarak antara dua ibukota negara (mile) dari www.indo.com/distance. Data jarak yang digunakan dalam analisis adalah jarak ekonomi kedua negara yaitu perkalian jarak nautical dengan rasio PDB Indonesia dan negara mitra.
Model Untuk mengetahui pengaruh perubahan PDB, populasi penduduk, jarak kedua negara, dan kurs terhadap perubahan total perdagangan bilateral Indonesia, analisis inferensia yang digunakan adalah model gravitasi. Persamaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ln(TIND j ) t 4
0j
1
ln( KURS j ) t
ln(YINDY j ) t
2
ln( DIST IND j ) t
3
ln( POPIND POP j ) t
jt
di mana TIND j
: total perdagangan bilateral riil (ekspor + impor) antara Indonesia (IND) ke negara mitra (j)
YIND.Yj
: interaksi PDB Indonesia (IND) dan PDB negara mitra (j)
POPIND.POPj : interaksi populasi penduduk Indonesia (IND) dan populasi penduduk negara mitra (j) DIST IND j
: jarak Indonesia (IND) dengan negara mitra (j)
KURSj
: Nilai tukar mata uang negara partner terhadap USD TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
42
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
jt
t
: error term : waktu Model yang digunakan untuk mengestimasi parameter adalah model fixed effect GLS
(cross sectional weigthed). III. HASIL DAN PEMBAHASAN Total perdagangan Indonesia tahun 2001 mengalami penurunan sebesar 19,2 persen atau menjadi 87,28 miliar USD. Penurunan ini dikarenakan harga minyak dunia turun dan depresiasi rupiah terhadap USD. Dari segi produksi, biaya produksi meningkat karena kenaikan harga bahan bakar minyak pertengahan Juni 2001, disusul kenaikan tarif dasar listrik dan tarif telepon yang menyebabkan daya saing produk Indonesia kurang bersaing dengan produk luar negeri sehingga ekspor migas dan non migas berkurang. Kelesuan ekonomi global pascatragedi WTC 11 September 2001 dan penurunan harga minyak menyebabkan total perdagangan bilateral menurun. Total perdagangan Indonesia tahun 2005 penurunan kembali terjadi sebesar 16,1 persen dari tahun 2004. Pelambatan pertumbuhan total perdagangan Indonesia tahun 2005 disebabkan oleh gejolak eksternal seperti melonjaknya harga minyak mentah dunia, penguatan mata uang USD terhadap hampir seluruh mata uang dunia akibat peningkatan suku bunga The FED, dan gejolak domestik seperti kenaikan harga bahan bakar minyak 1 Maret 2005 dan 1 Oktober 2005. Permintaan dunia melemah akibat perekonomian dunia yang lesu dan biaya produksi yang tinggi pascakenaikan harga BBM menyebabkan nilai ekspor Indonesia turun hingga 36,1 persen. Pertumbuhan impor
awalnya tinggi, tetapi terus
melemah karena berkurangnya permintaan domestik akibat melemahnya daya beli masyarakat pascakenaikan harga BBM dan depresiasi rupiah. Dilihat dari nilai ekspor riil periode 2000-2005, pertumbuhan rata-ratanya turun sebesar 9,5 persen per tahun. Pertumbuhan rata-rata nilai impor riil Indonesia periode ini sebesar 3,48 persen. Setelah mengalami penurunan di tahun 2001, nilai impor riil terus meningkat dengan pertumbuhan terbesar tahun 2004 sebesar 28,4 persen dari tahun 2003.
TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
43
Nilai (Juta USD)
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
100000 90000 80000 70000 60000 50000 40000 30000 20000 10000 0
ekspor impor total
2000
2001
2002
2003
2004
2005
Tahun
Gambar 2. Total perdagangan riil Indonesia tahun 2000-2005
Pertumbuhan total perdagangan bilateral Indonesia dengan sepuluh negara mitra dagang utama dapat dilihat dari gambar 3. Proporsi total perdagangan bilateral Indonesia dengan 10 negara mitra utama terhadap total perdagangan Indonesia rata-rata sebesar 67,8 persen. Jepang sebagai negara mitra dagang dengan total perdagangan terbesar, disusul Amerika Serikat, dan Singapura. Rata-rata pertumbuhan nilai total perdagangan bilateral Indonesia dengan 10 negara mitra utama tertinggi adalah perdagangan dengan Malaysia yaitu 9,52 persen per tahun, sedangkan pertumbuhan nilai total perdagangan dengan Jerman ratarata turun 9,96 persen per tahun pada periode 2000-2005.
TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
44
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
2
1
0
-1
-2 2000
2001 AUSTRALIA CHINA GERMANY JAPAN
2002
2003
2004
KOREA MALAYSIA SAUDIARABIA SINGAPORE
2005
THAILAND UNITEDSTATES
Gambar 3. Total perdagangan bilateral Indonesia dengan 10 negara mitra utama tahun 2000-2005, data dinormalkan Pada saat total perdagangan Indonesia menurun di tahun 2001, total perdagangan bilateral Indonesia dengan sepuluh negara mitra utama juga menurun. Tahun 2005 total perdagangan bilateral Indonesia dengan 8 negara mitra turun sementara total perdagangan bilateral dengan China dan Korea meningkat. Total perdagangan dengan China tumbuh 14,4 persen karena kenaikan impor hasil minyak bumi, minyak mentah, besi baja, dan garam logam. Perdagangan Indonesia dan Korea tahun 2005 meningkat sebab peningkatan impor minyak bumi sebesar 1676,71 persen dari tahun 2004 dan ekspor tembaga naik 131,8 persen. Analisis inferensia yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh perubahan variabel interaksi PDB kedua negara, jarak antara kedua negara, interaksi populasi penduduk kedua negara, kurs mata uang negara mitra terhadap perubahan total perdagangan bilateral Indonesia adalah dengan model gravitasi. Persamaan hasil estimasi dengan menggunakan fixed effect GLS (cross sectional weigthed) adalah ln( TIND j ) t
cj
0,7605 ln( YINDYj ) t * 1,7923 ln( DIST IND j ) t * 2,2545 ln( POP IND POP j ) t *
(0,0000)
(0,0000)
(0,0000)
0,0126 ln( KURS j )t
(0,1692) = 4270,4850
F statistic R-squared Catatan:
Prob (F statistic) = 0,0000
= 0,9989 * signifikan pada tingkat kepercayaan 99% Nilai dalam tanda kurung merupakan nilai Prob t-statistic
TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
45
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
Nilai prob (F-statistic) 0,0000 artinya variabel bebas dalam model gravitasi secara keseluruhan signifikan mempengaruhi variabel tak bebasnya dengan tingkat kepercayaan 99 persen. Dengan nilai R-squared sebesar 0,9989, variasi variabel bebas dapat menjelaskan sebesar 99,89 persen dari variasi total perdagangan bilateral riil. Secara parsial dilihat dari nilai prob t-statistic, variabel penjelas yang signifikan mempengaruhi total perdagangan bilateral pada tingkat kepercayaan 99 persen adalah interaksi PDB jarak, dan interaksi populasi kedua negara, sedangkan variabel kurs mata uang negara mitra tidak signifikan secara statistik. Nilai koefisien regresi untuk variabel interaksi PDB kedua negara adalah 0,7605. Dalam bentuk elastisitas, kenaikan 1 persen PDB kedua negara secara bersama-sama akan meningkatkan total perdagangan bilateral Indonesia sebesar 0,7605 persen, dengan asumsi variabel lainnya konstan (ceteris paribus). Interaksi PDB kedua negara bernilai positif dan signifikan mempengaruhi total perdagangan bilateral sehingga sesuai dengan model gravitasi. Interaksi PDB kedua negara menunjukkan kemampuan pasar dalam menyerap komoditas yang diperdagangkan. Bagi negara eksportir, PDB menggambarkan kemampuan produksi untuk menghasilkan komoditas ekspor. Semakin besar PDB negara ekportir akan meningkatkan ouput sehingga menaikkan kemampuan ekspor. Peningkatan PDB negara importir akan menambah impor karena PDB yang semakin besar menunjukkan perluasan pasar yang akan menyerap lebih banyak produk yang diperdagangkan. Frankel (1997) menyatakan nilai elastisitas PDB kurang dari 1 mengindikasikan walaupun PDB berpengaruh positif terhadap perdagangan, negara-negara berukuran ekonomi kecil lebih terbuka dalam perdagangan internasional dibanding negara berekonomi besar yang berhasil melakukan diversifikasi dan lebih mampu memenuhi permintaan domestiknya. Jarak masih merupakan kendala dalam perdagangan. Dalam elastisitas, jarak memberikan pengaruh negatif terhadap total perdagangan bilateral sesuai dengan model gravitasi. Kenaikan 1 persen jarak antara Indonesia dan negara mitra akan menurunkan total perdagangan bilateral sebesar 1,79 persen, ceteris paribus.
TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
46
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
Jarak mengindikasikan biaya transportasi yang dikeluarkan agar produk sampai di tangan konsumen. Pertambahan jarak antara produsen dan konsumen mengakibatkan bertambahnya biaya transportasi sehingga harga produk akan meningkat. Jarak juga menunjukkan lamanya waktu pengiriman barang ke konsumen. Hal ini mengakibatkan volume perdagangan menurun. Namun, perkembangan teknologi yang pesat akan meminimalkan biaya dan waktu tempuh akibat peningkatan jarak. Pengaruh interaksi populasi kedua negara negatif dan signifikan terhadap total perdagangan bilateral. Dalam elastisitas, peningkatan populasi kedua negara sebesar 1 persen akan menurunkan total perdagangan bilateral sebesar 2,25 persen, ceteris paribus. Hal ini bertentangan dengan hipotesis yang diharapkan. Negara berpopulasi besar lebih mampu melakukan diversifikasi dan self sufficient
sehingga lebih dapat mencukupi permintaan
domestik yang menyebabkan impor berkurang. Negara berpopulasi besar akan cenderung berorientasi ke dalam, mereka mengutamakan produksinya untuk memenuhi permintaan domestik yang berimbas menurunkan ekspor.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
Interaksi PDB, jarak, interaksi populasi penduduk kedua negara signifikan secara statistik terhadap total perdagangan bilateral Indonesia periode 2000-2005 pada tingkat kepercayaan 99 persen. Sesuai dengan model gravitasi, interaksi PDB kedua negara memberikan pengaruh positif sedangkan jarak kedua negara memberikan pengaruh negatif terhadap total perdagangan bilateral Indonesia. Pengaruh interaksi populasi penduduk kedua negara negatif terhadap total perdagangan bilateral Indonesia. Pengaruh kurs mata uang negara mitra tidak signifikan secara statistik terhadap total perdagangan bilateral Indonesia. Indonesia harus lebih meningkatkan perdagangan tidak hanya dengan negara berukuran ekonomi besar seperti Amerika Serikat dan Jepang tetapi juga dengan negara berukuran ekonomi sedang dan rendah. Selain itu, Indonesia harus lebih meningkatkan perdagangan dengan negara yang dekat dari Indonesia dan negara dengan populasi penduduk kecil.
TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
47
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
Daftar Pustaka
Frankel JA. 1997. Regional Trading Blocs in the World Economic System. Washington DC: Institute for International Economics. Gujarati DN. 2003. Basic Econometric. Fourth edition. New York: McGraw Hill. International Monetary Fund (IMF). 2007. International Financial Statistics CDROM. New York: IMF. Kindred D. 1997. Great Circle Distance. Bali on Line. URL: http://www.indo.com/distance. [Diakses pada pukul 18.45 WIB, 12 April 2008]. Samuelson PA, Nordhaus WD. 2004. Ilmu Makroekonomi Edisi 17 Edisi Bahasa Indonesia. Alih Bahasa: Gretta, Theresa Tanoto, Bosco Carvallo, Anna Elly. Jakarta: PT. Media Global Edukasi. Sohn CH. 2001. A Gravity Model Analysis of Korea’s Trade Patterns and the Effects of a Regional
Trading
Arrangement.
ISCEAD
Working
Paper.
URL:
http://www.icsead.or.jp/7publication/workingpp/wp2001/2001-09.pdf. [Diakses pada pukul 19.45 WIB, 2 November 2007]. United
Nations
Statistics
Division.
2008.
UN
Data.
http://unstats.un.org/
unsd/cdb/cdb_help/cdb_quick_start.asp [Diakses pada pukul 20.14 WIB, 12 April 2008].
TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
48
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
SPK ONLINE: SISTEM APLIKASI PENCARIAN KODE KLASIFIKASI STATISTIK BERBASIS WEB
Ratih Putri Pertiwi dan Said Mirza Pahlevi Jurusan Komputasi Satistik, Sekolah Tinggi Ilmu Statistik
[email protected],
[email protected]
BPS standard classification is a reference for all statistical activities in collecting, processing, presenting and analyzing data.Code Seeking System (Sistem Pencarian Kode SPK) in BPS still have problem in term of a tendency of choosing a highest code without considering classification context.SPK is stillstand-alone. Thestudy develope a Code Seeking Systemthat can seek a code accurately based on classification with data management and support communication between BPS and classification code users.Users can easily seek a code based on a key word and a code supported by external information source, such as Wikipedia. To minimize classification code error, seeking result presented in a hierarchical by sector, ranked by score and highlightkeyword. The system is a web based system with acenterdatabasethat enable users to access the system through web browser, interaction with provider and update classification data quickly and efficiently Keywords: Code Seeking System, classification code provider,external information source
I. PENDAHULUAN Sistem Statistik Nasional berdasarkan tujuan pemanfaatannya, mencakup tiga jenis statistik, yaitu statistik dasar, statistik sektoral, dan statistik khusus.Penyelenggaraan statistik dasar merupakan tanggung jawab BPS, statistik sektoral merupakan tugas pokok instansi yang bersangkutan, dan statistik khusus dilakukan oleh lembaga, organisasi, perorangan, atau unsur-unsur masyarakat lainnya.Agar penyelenggaraan ketiga jenis statistik tersebut terpadu, kegiatan pengumpulan, pengolahan, dan penyajian data memerlukan suatu keseragaman konsep, definisi, dan klasifikasi. BPS melalui Subdirektorat Pengembangan Standardisasi dan Klasifikasi Statistik telah menyusun beberapa klasifikasi baku sebagai acuan penyelenggaraan kegiatan statistik, terutama kegiatan statistik yang mencakup bidang kegiatan ekonomi, antara lain Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI), Klasifikasi Baku Jenis Pekerjaan Indonesia (KBJI), Klasifikasi Komoditi Indonesia (KKI), Klasifikasi Baku Hasil Produksi Indonesia (KBHPI), Klasifikasi Pendidikan Indonesia (KPI) dan Klasifikasi Baku Pengeluaran/Konsumsi Rumah Tangga
Indonesia (KBPRTI). Pengklasifikasian dimaksudkan untuk penyeragaman
TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
49
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
pengumpulan, pengolahan, dan penyajian data kegiatan ekonomi di Indonesia agar keterbandingan data kegiatan ekonomi antarwaktu, antarwilayah, antarinstansi, dan keterbandingan dengan data internasional dapat dilakukan. Kegiatan ekonomi di Indonesia yang terus berkembang dari waktu ke waktu melatarbelakangi BPS untuk melakukan penyesuaian dan revisi klasifikasi. Terkait dengan revisi yang dilakukan tersebut, muncul beberapa permasalahan dan kebutuhan berikut.
- Penggunaan revisi klasifikasi yang tidak seragam karena kurangnya informasi. - Perlunya sosialisasi klasifikasi revisi kepada pengguna, baik pengguna internal BPS dan pengguna eksternal.
- Kebutuhan adanya media informasi sebagai rujukan sekaligus media komunikasi antara BPS dan pengguna klasifikasi berupa masukan-masukan atau kesulitan penggunaan di lapangan.
- Perlunya penyesuaian penggunaanklasifikasi dari klasifikasi lama kepada klasifikasi baru oleh pengguna klasifikasi.
Pada saat ini, untuk memfasilitasi pengguna klasifikasi dalam pencarian kode klasifikasi, Subdirektorat Pengembangan Standardisasi dan Klasifikasi Statistik BPS telah mengembangkan aplikasi Sistem Pencarian Kode (SPK)(Gambar 1).SPK merupakan aplikasi pencarian kode berbasis desktop (stand-alone) yang mencakup pencarian kode klasifikasi KBLI dan KBJI serta konversi atau kesesuaian kode antara KBLI dan KLUI.
TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
50
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
Gambar 1. Antarmuka Sistem Pencarian Kode (SPK) Berdasarkan hasil analisa terhadap aplikasi SPK dan wawancara dengan pengguna, diidentifikasi beberapa permasalahan utama aplikasi SPK yang ada saat ini sebagai berikut. a. Adanya kecenderungan kesalahan pemilihan kode oleh pengguna akibat kecenderungan pengguna untuk memilih kode hasil pencarian SPK teratas tanpa memperhatikan konteks klasifikasi. b. Tidak tersedianya fasilitas manajemen data yang meliputi penambahan (insert), revisi (update), dan penghapusan (delete) data klasifikasi yang meliputi kode klasifikasi, judul klasifikasi, deskripsi klasifikasi, maupun kata kunci. c. Sulitnyauntuk mengelola aplikasi (seperti, pendistribusian aplikasi kepada pengguna dan perbaikan kesalahan program/bugs) karena SPK merupakan aplikasi stand-alone. d. SPK merupakan aplikasi statis. SPK tidak mendukung adanya interaksi antara pengguna dan BPS, terutama ketika pengguna mengalami kesulitan menentukan kode yang sesuai untuk suatu klasifikasi tertentu. e. Hasil pencarian yang ditampilkan oleh SPK kurang informatif karena hasil pencarian belum dilengkapi dengan highlight yang menunjukkan kecocokan (match) kata kunci dengan hasil pencarian. Peluang relevansi pencarian yang disajikan pada hasil pencarian SPK hampir seragam untuk seluruh hasil pencarian sehingga tidak banyak membantu pengguna mengambil keputusan. f. Pemanfaatan dan pendistribusian SPK yang belum luas dan masih terbatas internal BPS.
TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
51
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
Permasalahan-permasalahan SPK yang ada pada saat inimemerlukan solusi untuk membuat suatu sistem aplikasi SPK yang baru agar BPS dapat memberikan fasilitas sistem pencarian kode dan media komunikasi yang andal demi memberikan pelayanan data yang lebih baik kepada masyarakat.
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan suatu sistem informasi yang dapat memberikan fasilitas pencarian kode klasifikasi secara akurat, dapat secara dinamis menangani perubahan dan pembaharuan basis data, serta memungkinkan adanya interaksi antara BPS dan pengguna klasifikasi.Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut. a. Melakukan analisis permasalahan serta kebutuhan sistem yang akan dijadikan sebagai dasar pembangunan sistem usulan. b. Melakukan perancangan sistem usulan, basis data, dan antarmuka pengguna berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan. c. Melakukan implementasi (pembuatan kode program aplikasi) terhadap hasil perancangan yang telah dilakukan. d. Melakukan uji coba dan evaluasi untuk melihat kefektivitasan dan keefisienan sistem.
Sistematika penulisan pada artikel ini tersusun dalam enam bagian yang meliputi Pendahuluan, Landasan Teori, Analisis dan Perancangan, Implementasi, Uji Coba dan Evaluasi, serta Penutup. II. LANDASAN TEORI Aplikasi Berbasis Web Jaringan (network) didefinisikan Hartono (2003) sebagai jaringan dari sistem komunikasi data yang melibatkan sebuah atau lebih node (sumber-sumber daya) yang dihubungkan dengan jalur transmisi (link) membentuk suatu sistem.Internet atau internetwork didefinisikan Shalahudin dan Rosa (2008) sebagai sekumpulan jaringan berbeda yang saling terhubung bersama sebagai satu kesatuan dengan menggunakan berbagai macam protokol. World Wide Web (WWW), yang juga sering disebut Web, menurut Tanenbaum (2003) adalah framework arsitektural untuk mengakses dokumen yang terhubung dan TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
52
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
tersebar di atas jutaan mesin melalui Internet. Kelebihan suatu aplikasi dibangun di atas Web disebutkan Avestro (2007) di antaranya bersifat netral terhadap teknologi, pendistribusiannya tidak perlu menggunakan media simpan berupa CD, dan untuk dapat menggunakannya, pengguna tidak perlu melalui sebuah proses instalasi yang panjang. Di samping itu, aplikasi Web memungkinkan adanya kemudahan updating secara mutakhir. Teknologi Aplikasi Web Java Java adalah bahasa pemrograman berorientasi objek yang dikembangkan oleh Sun Microsystems.Dalam platform Java, komponen web utama yang memberikan kemampuan dinamis meliputi JavaServlet dan JSP (Sun Microsystems, 2007). JavaServlet atau sering disebut Servlet saja adalah program Java yang berjalan pada web server dengan pengaksesan model request-response (Shalahuddin dan Rosa, 2008).JavaServer Pages (JSP) adalah teknologi berbasis servlet yang menyederhanakan penulisan kode dengan memisahkan kode HTML dengan scripting tag dan program Java yang terdapat dalam tag tersebut. MVC Design Pattern Pola perancangan Model-View-Controller (MVC design pattern) menurut Doray (2006) adalah pola perancangan yang memisahkan kode berdasarkan fungsinya, antara lain model yaitu kode untuk mengontrol akses data dan persistensi, view yaitu kode untuk menangani bagaimana data ditampilkan kepada pengguna, dan controller yaitu kode untuk menangani aliran data dan transformasi antara model dan view. Keuntungan perancangan dengan MVC adalah adanya pemisahan logik dengan presentasi
dan
data
sehingga
memungkinkan
kemudahan
pemeliharaan
dan
pengembangan sistem yang akan datang, kemudahan pembangunan sistem dalam tim karena pembagian tugas dapat dispesifikasikan dengan jelas, serta memungkinkan penggunaan kembali modul-modul program (reusable) sehingga program menjadi lebih efisien. Apache Struts Struts adalah framework aplikasi web open-source berbasis Java yang mempersingkat pembangunan aplikasi web berdasarkan prinsip perancangan MVC (Holmes, 2004). Struts2 mengimplementasikan pola perancangan MVC yang memberikan kemudahan (simplicity), ketahanan (robustness), dan kemampuan pemeliharaan (maintainability). 2
http://struts.apache.org/
TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
53
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
Information Retrieval Temu kembali informasi atau Information Retrieval (IR) adalah pencarian materi, biasanya berupa dokumen, dari suatu sifat tidak terstruktur, yang biasanya berupa teks, yang memenuhi kebutuhan informasi dari suatu koleksi yang banyak yang biasanya disimpan dalam komputer (Manning, Raghavan, & Schütze, 2009). Pada prinsipnya, penyimpanan dan pengambilan informasi itu sederhana (Rijsbergen, 1979). Sebuah proses temu kembali informasi dimulai ketika pengguna merumuskan pertanyaan (permintaan atau query) ke dalam sistem. Query adalah pernyataan formal kebutuhan informasi. Dalam temu kembali informasi, query tidak unik mengidentifikasi satu objek dalam suatu koleksi.Sebaliknya, beberapa objek mungkin teridentifikasi dengan query tersebut, dengan derajat relevansi yang berbeda. Information retrieval memiliki beberapa teknik atau model.Menurut Yates dan Neto (1999), information retrieval memiliki tiga model klasik, yaitu Boolean, Vektor, dan Probabilistik.Pada model Boolean, dokumen dan query direpresentasikan sebagai kumpulan index term. Pada model Vektor, dokumen dan query direpresentasikan sebagai vektor dalam ruang berdimensi-t. Pada model Probabilistik, framework untuk memodelkan representasi dokumen dan query berdasarkan pada teori peluang.
Librari IR Lucene Lucene3adalah librari IR yang memiliki performansi tinggi dan scalable yang mudah
digunakan
(Hatcher,
Gospodnetic,
&
McCandless,
2009).Lucene
merupakanApplication Programming Interface (API) Java sederhana tetapi sangat powerful yang memberikan kemudahan dalam menambahkan fungsionalitas pencarian pada aplikasi atau situs web.Objek pencarian yang ditangani Lucene adalah teks. Lucene memberikan pengguna aplikasi kemampuan full-text search yang tidak disediakan banyak basis data. Fitur-fitur yang disediakan Lucene (Sonawane, 2009) antara lain:
- Memiliki algoritma pencarian yang powerful, akurat, dan efisien. - Hasil pencarian yang diurutkan berdasarkanscore. 3
http://lucene.apache.org/ TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
54
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
- Mendukung berbagai jenis query. - Mendukung pemrosesan dari ekspresi query natural. - Fitur pencarian yang menggunakan pengurutan(sorting), penyaringan (filtering), dan pemrosesan ekspresi query tertentu.
- Menggunakan mekanisme penguncian berbasis file (file-based locking) untuk mencegah modifikasi indeks secara bersamaan.
- Memungkinkan pencarian dan pengindeksan secara simultan.
III. METODE PENELITIAN Pengembangan sistem pencarian kode klasifikasi secara keseluruhan menggunakan tahap-tahap metode pengembangan Design Research(Vaishnavi dan KuechlerJr., 2007) sebagai berikut.
- Awareness of the problemyang dilakukan melalui analisis sistem berjalan, yaitu dengan memahami gambaran umum sistem, mengidentifikasi permasalahan yang ada, serta menganalisis kebutuhan sistem.
- Suggestion yang dilakukan melalui perancangan sistem usulan sebagai solusi permasalahan dan kebutuhan sistem yang telah diidentifikasi pada tahap awareness of the problem.Rancangan dibuat dengan pemodelan secara visual dengan perangkat analisis berupa ERD dan UML.
- Developmentyang dilakukan dengan pembangunan sistem aplikasi berdasarkan rancangan dilakukan pada tahap development. Rancangan diimplementasikan dengan menggunakan perangkat keras dan lunak yang telah dispesifikasikan.
- Evaluation yang dilakukan dengan beberapapengujian seperti blackbox-testdan analisis kepuasan pengguna aplikasi. Pengujian kepuasan pengguna dilakukan melalui survei dengan suatu kuesioner.
- Conclusionyang merangkum dan menyusun saran perbaikan untuk penelitian lebih lanjut. IV.ANALISIS DAN PERANCANGAN Analisis Sistem Berjalan Penyusunan klasifikasi baku BPS hingga dapat digunakan pengguna klasifikasi dilakukan melalui beberapa proses (Gambar 3). Proses-proses tersebutmeliputi penyusunan publikasi klasifikasi (P01) yang mengacu pada klasifikasi standar TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
55
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
internasional yang diterbitkan United Nation Statistic Division (UNSD) ditambah penyesuaian-penyesuaian terhadap karakteristik nasional Indonesia serta masukanmasukan hasil pembahasan (P02) dan workshop instansi terkait (P03). Berdasarkan publikasi cetak yang telah disusun, basis data diperbaiki dan kemudian dikembangkan suatu aplikasi pencarianberbasis stand-alone dengan Microsoft Visual FoxPro, yaitu SPK (P07). Selanjutnya, dilakukan pendistribusianpublikasi cetak dan aplikasi (P08) ke BPS daerah yaitu BPS propinsi dan BPS kabupaten/kota serta pengguna klasifikasi. Namun selama ini, untuk pendistribusian aplikasi belum merata hingga tingkat BPS kabupaten/kota.Pendistribusian kepada pengguna klasifikasi hanya kepada beberapa instansi terkait dan hanya berupa publikasi cetak.
Dewan Statistik PBB (United Nation Statistic Division/ UNSD)
Klasifikasi Standar Internasional
Subdirektorat Pengembangan Standardisasi dan Klasifikasi Statistik BPS RI
P01 Pembuatan Draft Klasifikasi
BPS Propinsi/ Kab/ Kota
Draft Klasifikasi dan P02 Pembahasan Pembuatan Database Satuan Kerja BPS
Draft Klasifikasi yang P04 Edit/ Usulan Telah Diperbaiki Perbaikan Perbaikan
Pengguna Klasifikasi
Penerimaan Publikasi Cetak dan SPK
Penerimaan Publikasi Cetak
P03 Workshop Instansi Terkait
P09 Pencarian Kode dengan SPK/ Manual
Pencarian Kode Manual
P10 Bertanya
P05 Finalisasi Bahan Cetak P06 Publikasi Draft Klasifikasi Baku Pencetakan Cetak Publikasi P08 Distribusi Publikasi Klasifikasi
E-mail P07 Pengembangan Aplikasi SPK
Telepon Datang Langsung
Kode Klasifikasi Rekomendasi
P12 Klarifikasi Pertanyaan
Aplikasi SPK
P11 Penerimaan
P13 Penerimaan Kode Klasifikasi Rekomendasi
Penerimaan Kode Klasifikasi Rekomendasi
Gambar 3. Diagram Alur Kerja (Workflow) Sistem Berjalan
TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
56
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
Pencarian kode klasifikasi (P09) umumnya masih dilakukan pengguna secara manual menggunakan publikasi cetak tersebut. Hal ini dikarenakan selama ini SPK belum rutin dikembangkan, penggunaannya juga belum disosialisasikan merata ke seluruh BPS daerah.Bila terdapat kesulitan pengklasifikasian ataupun kekurangpahaman penjelasan klasifikasi, pengguna akan bertanya (P10) kepada Subdirektorat Pengembangan Standardisasi dan Klasifikasi Statistik melalui salah satu cara dari tiga cara, yaitu melalui telepon, datang langsung, atau melalui e-mail.Pertanyaan dari pengguna diterima (P11), diklarifikasi detilnya (P12), dan kemudian akan diberikan kode klasifikasi rekomendasi kepada pengguna tersebut (P13). Permasalahan Dari hasil analisis terhadap sistem berjalan diidentifikasi beberapa masalahmasalah penting sebagai berikut. 1. Pemanfaatan dan distribusi SPK yang belum luas dan masih terbatas internal BPS (P08). SPK belum dipergunakan secara menyeluruh sampai ke BPS tingkat Kabupaten/Kota, sehingga masih banyak BPS daerah yang melakukan pencarian kode secara manual dengan buku publikasi cetak sebagai rujukan. 2. Masukan untuk revisi hanya diperoleh dari instansi-instansi pusat (P02 dan P03). Masukan dari daerah yang berhubungan langsung dengan kegiatan ekonomi masyarakat tidak dapat tercakup dengan baik. 3. Tidak tersedianya fasilitas manajemen data pada SPK yang meliputi penambahan (insert), revisi (update), dan penghapusan (delete) data klasifikasi yang meliputi kode klasifikasi, judul klasifikasi, deskripsi klasifikasi, maupun kata kunci.Bila ada klasifikasi baru, basis data SPK harus dimodifikasi dari level program (P07). 4. Sulitnyauntuk mengelola aplikasi (seperti, pendistribusian aplikasi kepada pengguna dan perbaikan kesalahan program/bugs) karena SPK merupakan aplikasi stand-alone. Pendistribusian SPK harus menggunakan media simpan seperti CD-ROM (P08) dan bila terdapat perbaikan program harus dilakukan pendistribusian ulang. 5. SPK merupakan aplikasi statis. SPK tidak mendukung adanya interaksi antara pengguna dan BPS, terutama ketika pengguna mengalami kesulitan menentukan kode yang sesuai untuk suatu klasifikasi tertentu. Setiap mengalami kesulitan, pengguna harus menghubungi BPS melalui telepon, email, ataupun datanglangsung (P10). 6. Pemanfaatan dan pendistribusian SPK yang belum luas dan masih terbatas internal BPS. TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
57
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
Kebutuhan Sistem Kebutuhan sistem diperoleh dari hasil analisis terhadap sistem berjalan dan wawancara dengan subject matter. Kebutuhan sistem ini akan digunakan sebagai dasar pembangunan sistem baru. Adapun kebutuhan-kebutuhan dari sistem sebagai berikut: 1. Kebutuhan terhadap adanya media informasi sebagai rujukan tunggal yang memberikan akses informasi klasifikasi terkini. Dengan adanya kesatuan rujukan, pengguna dapat dengan cepat mengetahui informasi-informasi terbaru tentang klasifikasi. 2. Kebutuhan adanya media komunikasi antara BPS dan pengguna klasifikasi. Untuk melakukan revisi, BPS memerlukan masukan-masukan dari pengguna berdasarkan perkembangan penggunaan klasifikasi di lapangan. Penggunapun perlu berkomunikasi dengan BPS bila mengalami kesulitan dalam penggunaan klasifikasi. Oleh karena itu, komunikasi interaktif di antara keduanya perlu dijembatani. 3. Kebutuhan sistem pencarian yang lebih informatif dan akurat dalam pencarian, yang dapat mencegah kesalahan pemilihan kode karena mengabaikan konteks klasifikasi. 4. Kebutuhan manajemen admin terhadap basis data, pengguna, dan system content antara lain penyediaan fasilitas updating dan import klasifikasi, manajemen user, dan sebagainya. Rancangan Sistem Usulan Dengan memperhatikan permasalahan sistem berjalan dan kebutuhan sistem, sistem usulan dirancang sebagai berikut. 1.
Basis data yang bersifat dinamis Basis data yang bersifat dinamis adalah basis data yang dapat menangani
perubahan data yang dibutuhkan.Basis data dirancang untuk dapat dikelola dengan mudah oleh admin tanpa perlu memiliki keahlian pemrograman.Untuk itusistem dirancang memiliki antarmuka untuk fungsi penambahan klasifikasi baru dan manajemen data yang meliputi insert, update, dan delete.Di samping itu, sistem usulan dirancang menggunakan pola perancangan Model-View-Controller (MVC) yang memisahkan data (model) dari tampilan (view) dan proses (controller). Dengan menggunakan konsep pemrograman MVC, perubahan struktur tabel basis data bisa ditangani secara lebih mudah dengan memodifikasi bagian data atau modelnya saja, TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
58
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
sehingga sistem masih dapat tetap digunakan tanpa perlu membangun sistem baru dari awal. 2. Sistem yang berbasis web
Untuk memperluas sosialisasi dan distribusi klasifikasi serta memungkinkan adanya interaksi dengan pengguna, sistem usulan menggunakan teknologi berbasis web.Pengguna klasifikasi baik pengguna internal BPS maupun pengguna eksternal dapat mengakses sistem dengan mudah melalui jaringan Internet maupun Virtual Private Network (VPN). 3. Presentasi hasil pencarian dengan konsep hierarki/tree
Keberhasilan pencarian dengan kata kunci tergantung pada kata kunci yang digunakan oleh pengguna dan ketepatan pemilihan kode klasifikasi sepenuhnya tergantung pada subjektifitas pilihan pengguna.Agar didapatkan hasil pencarian kode klasifikasi yang lebih akurat, sistem perlu mencegah adanya kesalahan pemilihan kode oleh pengguna yang tidak memperhatikan konteks klasifikasi dari kata kunci yang digunakan.Dengan menampilkan hasil pencarian dalam bentuk tree, pengguna diharapkan dapat lebih teliti dalam memilih kode klasifikasi sehingga terhindar dari kesalahan pemilihan.Di samping itu, hasil pencarian ditampilkan terurut berdasarkan skor relevansi pencarian dan dilengkapi dengan penandaan kecocokan (highlight) untuk kemudahan dalam pemilihan kode klasifikasi oleh pengguna. 4. Dukungan interaksi dengan pengguna
Sistem usulan dirancang mendukung interaksi antara admin sistem dan pengguna klasifikasi melalui menu kontribusi, tanyakode, dan buku tamu. Menu kontribusi merupakan media pengguna untuk memberikan masukan istilah klasifikasi secara langsung kepada adminuntuk keperluan penyempurnaan klasifikasi (revisi). Menu
tanya
kode
memungkinkan
pengguna
yang
mengalami
kesulitan
pengklasifikasian untuk bertanya langsung kepada BPS sehingga kesulitan pengklasifikasian di lapangan dapat diketahui dan ditindak lanjuti. Pengguna juga dapat memberikan pendapat, kritik, dan saran sistem dengan menulis pesan langsung kepada admin melalui menu buku tamu. Gambaran Umum Sistem Usulan Proses atau alur kerja sistem usulan tidak jauh berbeda dengan sistem berjalan. Perbedaan di antara keduanya adalah penggunaan teknologi web sebagai media komunikasi antara Subdirektorat Pengembangan Standardisasi dan Klasifikasi Statistik TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
59
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
sebagai admin dengan BPS daerah dan pengguna klasifikasi lain sebagai user (Gambar 4). Dewan Statistik PBB (United Nation Statistic Division/ UNSD)
Klasifikasi Standar Internasional
Subdirektorat Pengembangan Standarisasi dan Klasifikasi Statistik, BPS RI (Admin)
P01 Pembuatan Draft Klasifikasi
Draft Klasifikasi Yang Telah Diperbaiki
P02 Pembahasan Satuan Kerja BPS
Draft Klasifikasi
P04 Edit/ Perbaikan
Usulan Perbaikan
Pengguna Klasifikasi (User)
Penerimaan Publikasi Cetak
P03 Workshop Instansi Terkait
Bahan Cetak P06 Pencetakan Publikasi Klasifikasi Baku P05 Finalisasi Draft
BPS Propinsi/ Kab/ Kota (User)
P10 Mengakses sistem secara online
Publikasi Cetak
Masukan Perbaikan
P08 Pembuatan Database Klasifikasi
P07 Distribusi Publikasi Klasifikasi
- Pencarian Kode Klasifikasi - Tanya Kode - Kontribusi Istilah - Download Softcopy Publikasi Klasifikasi
P09 Import Database Klasifikasi Baru
P11 Manajemen Sistem
Jawab Pertanyaan Manajemen Data Daftar Kontribusi
Request Respond
Server
Web Browser
Gambar 4. Diagram Alur Kerja (Workflow) Sistem Usulan Penyusunan klasifikasi selain memperhatikan masukan-masukan dari hasil pembahasan satuan kerja BPS dan workshop instansi terkait, juga memperhatikan masukan-masukan dari hasil kontribusi user yang diperoleh admin dari sistem (P11) termasuk pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.Penambahan klasifikasi yang baru tidak perlu pembangunan sistem maupun aplikasi dari awal, namun dapat dilakukan import (P09) dan manajemendata (P11) dengan mudah.Penggunaan basis data yang terpusat mendukung keseragaman data klasifikasi dan akses data secara mutakhir oleh pengguna meskipun basis data mengalami perubahan karena adanya update.Pendistribusian yang perlu dilakukan kini hanya pendistribusian publikasi cetak (P07).Untuk sosialisasi dapat dilakukan dengan melalui web yang didukung dengan pemberitahuan telepon atau email.Untuk
softcopy
publikasi
terbaru
dapat
diunduh
secara
mudah
oleh
pengguna.Pencarian kode klasifikasi dapat dilakukan langsung dengan sistem pencarian yang
disediakan
di
web.
Bila
terdapat
kesulitan
pengklasifikasian
ataupun
TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
60
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
kekurangpahaman penjelasan klasifikasi, pengguna dapat bertanya melalui menu tanya kode, atau melalui kontak. Bila user ingin mengusulkan suatu istilah sebagai bahan revisi dapat diinformasikan kepada admin melalui menu kontribusi. Fasilitas-fasilitas sistem tersebut dapat diakses dengan mudah secara online (P10) menggunakan web browser. Rancangan Basis Data Sistem memerlukan basis data untuk menyimpan data yang diperlukan, seperti klasifikasi dan data pengguna.Perancangan basis data usulan mengikuti tiga fase perancangan yang dikemukakan oleh Conolly dan Begg (2002) yang terdiri dari perancangan basis data konseptual, logik, dan fisik. Perancangan basis data konseptual dilakukan dengan menggunakan pendekatan top-down yang diilustrasikan denganEntity Relationship Diagram (ERD). Rancangan basis data konseptual yang dihasilkan terdiri dari sembilan entitas, yaitu user, klasifikasi, data_klasifikasi, kategori, modul, buku_tamu, arsip, pertanyaan, dan kontribusi.ERD dari rancangan basis data tersebut dapat dilihat padaGambar 5.
Gambar 5. Rancangan Basis Data Konseptual Jenis basis data yang akan digunakan dalam sistem adalah basis data relasional (relational database). Perancangan basis data logik memetakan model data konseptual ke dalam model data logik dengan menspesifikasikan komposisi relasi dan mengidentifikasi primary key/ foreign key di antara entitas. Rancangan basis data logik dijelaskan pada gambar 6. Berdasarkan Gambar 6, entitas klasifikasi dan user bertindak sebagai entitas parent dari entitas kontribusi, sehingga primary key dari entitas klasifikasi dan user yaitu id_klasifikasi dan id_user diberikan kepada entitas kontribusi sebagai foreign key. Di
TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
61
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
samping itu, entitas klasifikasi juga menjadi parent dari entitas kategori dan data_klasifikasi, serta entitas pertanyaan menjadi entitas child dari entitas user. Rancangan basis data fisik dirancang berdasarkan rancangan basis data logik untuk DBMS target yaitu MySQL. Dalam perancangan basis data fisik, masing-masing relasi dari rancangan basis data logik didefinisikan nama relasi, domain atribut, primary key, dan foreign key.
Gambar 6. Rancangan Basis Data Logik
Rancangan Program Rancangan program dibuat dengan pemodelan visual UML yang meliputi use case diagram, activity diagram, classdiagram, dan package diagram. Use Case Diagram
TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
62
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
Gambar 7.Use Case Diagram Sistem Berdasarkan use case diagram padaGambar 7 di atas, sistem memiliki dua aktor dan lima belasuse case. Aktor sistem meliputi user dan admin.Yang dimaksud user dalam sistem adalah pengguna klasifikasi dan admin adalah staf Subdirektorat Pengembangan Standardisasi dan Klasifikasi Statistik. Kelima belas use case sistem meliputi autentifikasi, pencarian, isi buku tamu, registrasi member, tanya kode, kontribusi istilah, inbox, download arsip, manajemen user, manajemen data, import klasifikasi, manajemen arsip, jawab pertanyaan kode, edit buku tamu, dan lihat daftar kontribusi. Beberapa use case, baik use case dari user maupun admin, menggunakan use case autentifikasi. Hal ini menunjukkan bahwa aktor harus melakukan autentifikasi atau login untuk dapat melakukan aktivitas use case tersebut. Activity Diagram Activity Diagram menggambarkan aliran aktivitas dalam sistem. Perancangan activity diagram dibuat berdasarkan use case diagram. Contoh activity diagram pada Gambar 8adalahactivity diagrampencarian deskripsi-kode.
TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
63
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
Pilih menu pencarian
Pilih pencarian deskripsi-kode
Pilih jenis klasifikasi
Pilih kategori
Masukkan kata kunci
Klik tombol search
Gambar 8.Activity Diagram Pencarian Deskripsi-Kode Pada gambar8, digambarkan diagram activity untuk proses pencarian deskripsikode. Untuk melakukan pencarian, prosesnya meliputi memilih menu pencarian, memilih pencarian deskripsi-kode, memilih jenis klasifikasi, memilih kategori, memasukkan kata kunci dan terakhir mengklik tombolsearch. Class Diagram Class diagram menggambarkan keterkaitan antar class-class.Class diagram untuk fungsi pencarian deskripsi-kode digambarkan padaGambar 9.Class-class meliputi class dalam package model dan controller, sedangkan view merupakan halaman
JSP.Class
yang
termasuk
package
controller
meliputi
KeySearchActionForm, KeySearchAction.Class yang termasuk package model yang berhubungan dengan akses data meliputi MySQLDAO, DataKlasifikasiMySQLDAO, DataKlasifikasiFacade,
DataViewHelper,
DataKlasifikasi,
DAOFactory,
dan
LuceneSearch. Dalam class diagram dilibatkan pula sebuah class interface DataKlasifikasiDAO.
TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
64
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
Gambar 9.ClassDiagram dari Fungsi Pencarian Deskripsi – Kode Package Diagram Seperti yang telah dikemukakan pada gambaran umum rancangan sistem usulan, perancangan program menggunakan pola perancangan MVC, sehingga struktur program dibagi ke dalam tiga package utama, yaitu model, view, controller dan satu package tambahan yaitu package util seperti padaGambar 10. Package model berisi class-class yang berhubungan dengan pengaksesan data.Package model memiliki tiga subpackage, yaitu dao, dto, dan facade.Subpackage dao berisi class-class dan subpackage yang menangani akses data ke basis data, termasuk subpackage lucene yang menangani pencarian. Subpackage dto berisi classclassobjek transfer data pemetaan dari basis data. Subpackage facade berisi class mediator pengaksesan data berdasarkan fungsi bisnis.
TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
65
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
Gambar 10. PackageDiagram Sistem
Rancangan Antarmuka Rancangan antarmuka dimulai dengan membuat rancangan template halaman. Halaman templateakan digunakan sebagai antarmuka dasar dari halaman-halaman lain, sehingga konsistensi antarmuka dapat terjaga. Rancangan halaman template dapat dilihat pada gambar 11.
TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
66
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
TOP NAVIGASI (1) HEADER (2) STATUS LOGIN (3)
MENU
BODY (5)
NAVIGASI (4)
FOOTER (6) Gambar 11. Rancangan Halaman Template Sistem Usulan
Halaman template terdiri dari enam bagian.Bagian (1) berisi menu navigasi yang bersifat umum untuk semua pengguna.Bagian(2) berisi gambar yang mengidentifikasikan sistem.Bagian (3) berisi status login pengguna yang berupa pesan sapaan kepada pengguna. Apabila pengguna belum melakukan login, sistem akan mengenali pengguna sebagai guest dan memberikan pilihan login dan register. Apabila pengguna telah melakukan login, pada bagian ini akan ditampilkan nama pengguna. Bagian (4) berisi menu-menu yang dapat diakses pengguna berdasarkan hak aksesnya yang diketahui TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
67
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
setelah melakukan login.Bagian (5) merupakan bagian utama halaman atau isi halaman.Bagian (6) berisi informasi pemilik sistem. Rancangan menu yang ditampilkan pada antarmuka seperti diilustrasikan padaGambar 12dibedakan untuk tiga level hak akses, yaitu guest, member, dan admin. Menu yang dapat diakses dan digunakan oleh member meliputi pencarian, tanya kode, kontribusi, buku tamu, tentang kami, download, inbox, dan logout. Guest dapat mengakses menu register dan tujuh menu yang sama dengan member. Meskipun demikian, untuk menu tanya kode dan kontribusi hanya bisa diakses saja namun guest tidak dapat menggunakannya sebelum terdaftar sebagai member dan melakukan login. Menu yang dapat diakses admin meliputi pencarian, manajemen data, manajemen modul, manajemen arsip, import klasifikasi, edit buku tamu, edit tentang kami, inbox kontribusi, inbox pertanyaan, dan logout. SPK Online Guest
Member
Admin
Register
Logout
Logout
Import Klasifikasi
Login
Pencarian
Pencarian
Inbox Kontribusi
Pencarian
Tanya Kode
Manajemen User
Inbox Pertanyaan
Tanya Kode
Kontribusi
Manajemen Data
Edit Buku Tamu
Kontribusi
Download
Manajemen Arsip
Edit Tentang Kami
Download
Tentang Kami
Tentang Kami
Inbox
Buku Tamu
Buku Tamu
--- Hanya bisa mengakses tapi tidak bisa menggunakan menu __ Bisa mengakses dan menggunakan menu
Gambar12. Rancangan Menu Berdasarkan Hak Akses TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
68
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
5.
IMPLEMENTASI
Sistem menggunakan jaringan internet/VPN di mana arsitektur jaringan bersifat clientserver.Server menyimpan resource sistem berupa basis data sistem dan file index Lucene. Pengguna sistem sebagai client menggunakan web browser untuk dapat mengakses fitur-fitur sistem sesuai dengan hak aksesnya.Selain itu, sistem mendukung pencarian eksternal yang memasukkan pencarian Google dan Wikipedia yang berada di luar sistem server.Arsitektur sistem dapat dilihat pada gambar 13.
SERVER
BASIS DATA: - Data Klasifikasi - Data Kontribusi - Data Pertanyaan - Data Pengguna
+ INDEKS KODE
CLIENT
ADMIN
- Manajemen Data - Menjawab Pertanyaan Pengguna - Import Klasifikasi Baru
SISTEM
- Pencarian - Kontribusi Istilah PENGGUNA - Tanya Kode - Download
Pencarian Eksternal
Gambar 13.Arsitektur Sistem Usulan (Berbasis Web)
5.1. Implementasi program Implementasi program dilakukan dengan cara mentransformasikan rancangan menjadi program. Pemrograman yang digunakan adalah JavaServer Pages (JSP) di sisi presentasi antarmuka dan Java untuk fungsi-fungsinya yang diakomodasi dengan penggunaan framework pembangunan aplikasi web MVC yaitu Struts versi 1.3.8.
TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
69
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
5.2. Implementasi Antarmuka Antarmuka merupakan bagian presentasi dari program, sehingga termasuk ke dalam bagian view dalam pola perancangan MVC.Bagian view dalam sistem usulan terdiri dari halaman-halaman JSP.Implementasi antarmuka dilakukan dengan menggunakan Netbeans IDE 6.8, sedangkan desain template halaman dibuat dengan Adobe Photoshop CS 2. Berdasarkan template halaman, halaman utama dapat diimplementasikan seperti pada gambar 14.Sistem dapat diakses oleh clientdengan web browserapapunyang mendukung (support) AJAX dimana status penggunaan javascript harus diaktifkan (enabled).Web browser yang direkomendasikan terbaik dalam tampilan sistem adalah Mozilla Firefox version 3.
Gambar 14. Implementasi Halaman Home Halaman home merupakan halaman yang pertama kali ditampilkan ketika sistem diakses. Pada bagian status login, dapat diketahui status pengguna masih sebagai guest.Menu navigasi yang ditampilkan berbeda-beda sesuai dengan hak akses pengguna setelah melakukan login, yaitu Guest, Member, dan Admin (Gambar 15).
TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
70
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
(a)( a) (c)(c )
(b)( b)
Gambar 15.Menu sesuai Hak Akses (a) Guest (b)Admin (c) Member Gambar 16menunjukkan implementasi antarmuka halaman pencarian deskripsikode.Hasil pencarian ditampilkan dalam bentuk tree berdasarkan hirarki kategori dan diberikan informasi skor tertinggi dari masing-masing kategori dan penandaan kecocokan hasil (highlight) dengan kata kunci sebagai pertimbangan pemilihan klasifikasi.
Gambar 16. Implementasi Antarmuka Pencarian Deskripsi-Kode TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
71
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
Di samping itu, seperti ditunjukkan pada Gambar 17, hasil pencarian diberikan rincian informasi kode klasifikasi dengan mengklik judul klasifikasi dengan tujuan pengguna dapat memahami dan mempelajari lebih jauh klasifikasi tersebut. Kata kunci tambahan (tag word)di samping deskripsi yang ditambahkan oleh admin untuk memperluas pencarian juga ditampilkan sebagai informasi detail kode.
Gambar 17. Implementasi Antarmuka Detail Kode Hasil Pencarian
Gambar 18. Implementasi Antarmuka Pencarian Kode-Deskripsi TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
72
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
Gambar 18 menunjukkan implementasi antarmuka halaman pencarian kodedeskripsi.Pengguna menginputkan kode klasifikasi untuk mengetahui deskripsi rincinya. Gambar
19
menunjukkan
implementasi
antarmuka
halaman
import
klasifikasi.Untuk menambah jenis klasifikasi baru ke dalam database, data klasifikasi dapat diimpor dari Microsoft Excel.
Gambar 19. Implementasi Antarmuka Menu Import Klasifikasi Gambar 20 menunjukkan implementasi antarmuka halaman manajemen data.Pada menu manajemen data, admin dapat menambah, mengedit, dan menghapus data. Dalam menu edit, admin dapat memberikan kata kunci tambahan di luar deskripsi baku klasifikasi untuk diindeks dalam pencarian sehingga dapat memperluas kata kunci pencarian.
Gambar 20. Implementasi Antarmuka Menu Manajemen Data TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
73
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
Gambar 21 menunjukkan implementasi antarmuka halaman tanya kode untuk menanyakan kesulitan-kesulitan pengguna dalam pencarian kode klasifikasi.Pada menu ini, pengguna dapat menginformasikan secara rinci permasalahan yang dihadapi dengan memilih kategori pertanyaan yang sesuai, mengisikan subjek pertanyaan, dan pertanyaan yang diajukan. Untuk menggunakan menu ini, pengguna harus telah mendaftar sebagai member.
Gambar 21. Implementasi Antarmuka Menu Tanya Kode(Member) Gambar 22 menunjukkan implementasi antarmuka halaman inbox pertanyaan. Menu ini hanya dapat diakses admin, berisi daftar pertanyaan yang diajukan pengguna baik yang sudah dijawab maupun masih dalam status menunggu.
TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
74
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
Gambar 22. Implementasi Antarmuka Menu Inbox Pertanyaan (Admin)
Gambar 23. Implementasi Antarmuka Menu Kontribusi(Member) Gambar 23 menunjukkan implementasi antarmuka halaman kontribusi untuk mengusulkan istilah atau data di lapangan yang belum tercakup dalam klasifikasi. Pada menu ini, pengguna dapat menginformasikan secara rinci istilah lapangan yang ditemuidengan memilih jenis klasifikasi, nama istilah, sinonim jika ada, deskripsi dari TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
75
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
istilah dan kode klasifikasi yang disarankan. Untuk menggunakan menu ini, pengguna harus telah mendaftar sebagai member. Gambar 24 menunjukkan implementasi antarmuka halaman inbox kontribusi. Menu ini hanya dapat diakses admin, berisi daftar kontribusiistilah yang disarankan pengguna yang belum tercakup dalam klasifikasi. Kontribusi-kontribusi yang ada dapat menjadi masukan bahan diskusi untuk revisi klasifikasi selanjutnya.
Gambar 24. Implementasi Antarmuka Menu Inbox Kontribusi(Admin) Gambar 25 menunjukkan implementasi antarmuka halaman inbox member yang berisi daftar pertanyaan yang pernah diajukan kepada admin baik yang berstatus sudah terjawab maupun yang masih menunggu serta daftar kontribusi.
Gambar 25. Implementasi Antarmuka Menu Inbox (Member) TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
76
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
5.3. Uji coba dan Evaluasi Uji coba Ujicoba yang dilakukan pada sistem usulan melalui dua pendekatan, yaitu pendekatan black-boxdan pendekatan kepuasan pengguna. Black-box test adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui apakah fungsionalitas sistem aplikasi berjalan sebagaimana mestinya. Pengujian dilakukan dengan cara mendemonstrasikan fungsi sistem aplikasi dan mengecek dengan test case apakah input diterima dengan benar, dan ouput yang dihasilkan benar. Fungsi-fungsi yang telah dilakukan pengujian black-box terdiri dari lima fungsi, yaitu pencarian deskripsikode, pencarian kode-deskripsi, pencarian eksternal, login, dan manajemen data. Fungsifungsi yang diuji secara keseluruhan telah menghasilkan output yang benar sesuai dengan input yang diberikan, sehingga spesifikasi fungsional sistem aplikasi sudah tercapai.Daftar test case dan tabel hasil pengujian secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 1. Pengujian kepada pengguna dilakukan melalui kuesioneruntuk mengukur tingkat kepuasan pengguna terhadap sistem aplikasi (Lampiran 2). Ujicoba pengguna dilakukan kepada limaresponden, dimana pengambilan sampel secara convenience sampling dengan karakteristik responden seperti pada Tabel 1 berikut. Tabel 1. Karakteristik Responden pada Ujicoba Pengguna Karakteristik
Keterangan
(1)
(2)
1. Jenis Kelamin
80% Perempuan, 20% Laki-laki
2. Umur
20-55 Tahun
3. Pekerjaan
50% Staf BPS, 50% Mahasiswa
4. Pengalaman Kodifikasi
10% Sering, 50% Pernah, 40% Belum Pernah
5. Pengalaman Menggunakan
100%Lebih dari 3 Tahun
Komputer 6. Browser yang Paling Sering Digunakan TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
60% Mozilla Firefox, 20% Google Chrome, 20% Internet Explorer 77
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa secara keseluruhan pengguna menyatakan 82,31% menyatakan puas, 15,38% menyatakan cukup puas, dan 2,31% menyatakan kurang puas. Berdasarkan tingkat persentase kepuasan tersebut, sistem aplikasi dapat dikatakan sudah memuaskan pengguna. Evaluasi Berdasarkan hasil pengujian, sistem dievaluasi dan diketahui memiliki kelebihankelebihan sebagai berikut. 1. Pencarian ditampilkan dengan tree memungkinkan pemilihan berdasarkan hirarki klasifikasi. 2. Sistem usulan memiliki menu manajemen data klasifikasi yang memberikan fasilitas tambah, edit, dan hapus data. 3. Sistem usulan memiliki menu import klasifikasi dari file Microsoft Excel sehingga penambahan klasifikasi baru dapat dilakukan. 4. Sistem usulan memiliki menu kontribusi dan tanya kode sehingga memungkinkan interaksi antara BPS dengan pengguna klasifikasi serta dapat digunakan sebagai bahan penyempurnaan dan revisi klasifikasi. 5. Pemrograman sistem dengan pola perancangan MVC mendukung pemeliharaan sistem ke depannya. Di samping itu, sistem yang dibangun masih memiliki kelemahan-kelemahan sebagai berikut. 1. Sistem aplikasi belum mendukung sharing pengetahuan antara user, sharing pengetahuan hanya berlangsung antara user dan admin. 2. Kata kunci yang digunakan sistem aplikasi belum bisa mengakomodasi persamaan kata (sinonim), sehingga hasil tergantung pada penggunaan kata pada basis data klasifikasi.
TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
78
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
6.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut: a.
Pengembangan sistem usulan berbasis web memberikan kemudahan akses klasifikasi secara luas oleh berbagai pihak yang memerlukan, kemudahan BPS dalam sosialisasi data klasifikasi secara up-to-date, dan kemudahan fasilitas komunikasi antara BPS dengan pengguna klasifikasi.
b.
Sistem usulan mendukung fasilitas manajemen data dan penambahan klasifikasi baru dalam menangani adanya perubahan dan pembaharuan (updating) basis data.
c.
Hasil pencarian ditampilkan dalam bentuk tree sehingga pengguna tidak mengabaikan konteks klasifikasi dalam pencarian.
d.
Pemrograman sistem menggunakan pola perancangan MVC yang memudahkan memudahkan pemeliharaan dan pengembangan sistem ke depannya.
e.
Penyempurnaan dan revisi klasifikasi melalui masukan-masukan dari pengguna dapat difasilitasi sistem.
f.
Sistem usulan tidak hanya dapat mengakomodasi pencarian dan manajemen data KBLI 2009 dan KKI 1998/1999, tetapi dapat juga dikembangkan untuk klasifikasi lain selama struktur kode klasifikasi tersebut sesuai dengan struktur kode yang dispesifikasikan sistem usulan.
Saran Saran yang dapat diusulkan untuk pengembangan penelitian lebih lanjut berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, antara lain: a.
Menambah fasilitas group user yang memungkinkan sharing pengetahuan antar pengguna.
b.
Menambah fasilitas kamus istilah yang berisi penjelasan istilah-istilah yang digunakan dalam klasifikasi agar meningkatkan pemahaman klasifikasi oleh pengguna.
c.
Kata kunci sistem pencarian kode klasifikasi dapat diperluas dengan pencarian yang didukung
sinonim
dari
kata
kunci
dengan
mengimplementasikan
Lucene
synonymanalyzer dengan padanan kata yang diperoleh dari Kamus Besar Bahasa Indonesia atau sejenis Wordnet Indonesia.
TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
79
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
DAFTAR PUSTAKA
Avestro, Joyce. 2007. JENI versi 1.2. Diterjemahkan oleh Tim Penerjemah.Jardiknas. Connolly, Thomas M. & Begg, Carolyn E. 2002.Database Systems: A Practical Approach to Design, Implementation, and Management 3rd Edition. Pearson Education. Doray, Arnold. 2006. Beginning Apache Struts: From Novice to Professional. SpringerVerlag New York Inc, New York. Hartono, Jogiyanto. 2003. Sistem Teknologi Informasi, Pendekatan Terintegrasi: Konsep Dasar, Teknologi, Aplikasi, Pengembangan dan Pengelolaan Edisi I. Andi, Yogyakarta. Hatcher, Erik, Gospodnetic, Otis, & McCandless, Michael. 2009. Lucene in Action MEAP Second Edition. Manning Publications, Connecticut. Holmes, James. 2004. Struts-The Complete Reference. McGraw-Hill Companies, California. Manning, Christopher D., Raghavan, Prabhakar, & Schütze, Hinrich. 2009. An Introduction to Information Retrieval. Cambridge University Press, Cambridge. Rijsbergen. 1979. Information Retrieval Second Edition. University of Glasgow, Glasgow.http://www.dcs.gla.ac.uk/Keith/Preface.html. Diakses terakhir pada tanggal 25 Agustus 2010. Shalahuddin, M. & Rosa, A.S. 2008.Java di Web. Informatika, Bandung. Sonawane,
Amol.
2009.
Using
Apache
Lucene
to
Search
Text.Artikel.http://www.ibm.com/developerworks/java/library/os-apachelucenesearch/index.html?ca=drs-. Diakses terakhir pada tanggal 25 Agustus 2010. Sun Microsystems, Inc. 2007. The Java EE 5 Tutorial. Sun Microsystems, Inc., California. http://docs.sun.com/app/docs/doc/819-3669?l=en. Diakses terakhir pada tanggal 11 Agustus 2010. Tanenbaum, Andrew S. 2003. Computer Network Fourth Edition. Prentice Hall, New Jersey.
TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
80
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
Vaishnavi, Vijay K. & Kuechler Jr., William. 2007. Design Science Research Methods and Patterns: Innovating Information and Communication Technology 1st Edition.Auerbach PublicationsBoston, MA, USA. Yates, Ricardo Baeza & Neto, Berthier Ribeiro. 1999. Modern Information Retrieval. ACM Press, New York.
TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
81
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
LAMPIRAN Lampiran 1 Black-Box Test Case
Black-Box Test Case Sistem Aplikasi Pencarian Kode Klasifikasi Online
Hasil yang Diperoleh *)
Test
Deskripsi
Id
Hasil yang Diharapkan Sesuai
Tidak Sesuai
I. Fungsi Pencarian Deskripsi – Kode 1.
2.
Pilih jenis klasifikasi:
Combo box kategori
KBLI 2009
menampilkan pilihan kategori
Pilih jenis klasifikasi:
Tree hasil pencarian
KBLI 2009, pilih kategori:
menampilkan empat kategori
Semua Kategori, masukan
hasil
kata kunci: sepatu 3.
Pilih jenis klasifikasi:
Tree hasil pencarian
KBLI 2009, pilih kategori:
menampilkan satu kategori
Industri Pengolahan,
hasil, yaitu Industri
masukan kata kunci:
Pengolahan
sepatu
TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
82
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
4.
Pilih jenis klasifikasi:
Muncul pesan bahwa kata
KBLI 2009, pilih kategori:
kunci tidak ditemukan
Semua kategori, masukan kata kunci: kkkk 5.
Pilih jenis klasifikasi:
Tree hasil pencarian
KBLI 2009, pilih kategori:
menampilkan kategori hasil
Semua Kategori, masukan kata kunci: sepatu kulit 6.
Pilih jenis klasifikasi:
Tree hasil pencarian
KBLI 2009, pilih kategori:
menampilkan kategori hasil
Semua Kategori, masukan kata kunci: jual sepatu kulit 7.
Lanjutan dari test id 6, klik Detail deskripsi kode 61914 node tree hasil: 61914
tampil
Warung Telekomunikasi (Wartel) II. Pencarian Kode-Deskripsi 1.
Pilih jenis klasifikasi:
Muncul pesan bahwa kode
KBLI 2009, masukan
harus berupa angka
kode: abc 2.
Pilih jenis klasifikasi:
Muncul pesan bahwa kode
KBLI 2009, masukan
minimal berupa 2 digit angka
kode: 1 3.
Pilih jenis klasifikasi:
Muncul pesan bahwa kode
KBLI 2009, masukan
tidak ditemukan
kode: 99999999 4.
Pilih jenis klasifikasi:
Deskripsi dari kode 01111
KBLI 2009, masukan
ditampilkan
TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
83
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
kode: 01111 III. Pencarian Eksternal 1.
2.
Pilih pilihan pencarian:
Hasil pencarian Google
Google, masukkan kata
dengan kata kunci cold
kunci: cold storage
storage ditampilkan
Pilih pilihan pencarian:
Hasil pencarian Wikipedia
Wikipedia, masukkan kata
dengan kata kunci bank
kunci: bank devisa
devisa ditampilkan
IV. Login 1.
Login dengan username:
Muncul pesan username dan
nouser, password:
password salah
nopassword 2.
Login dengan username:
Muncul pesan password harus
nouser, password
diisi
dikosongkan 3.
Login dengan username:
Muncul pesan login sukses,
admin, password: admin
Guest pada status login berubah menjadi Administrator, menu navigasi berubah menjadi menu untuk admin
V. Manajemen Data 1.
Pilih jenis klasifikasi:
Muncul pesan bahwa kode
KBLI 2009, masukan
1234 belum ada di database
kode: 1234, klik tombol
TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
84
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
Kelola 2.
Pilih jenis klasifikasi:
Deskripsi kode 01111 muncul
KBLI 2009, masukan
dengan pilihan manajemen
kode: 01111, klik tombol
edit dan hapus
Kelola 3.
Pilih jenis klasifikasi
Muncul pesan bahwa data
KBLI 2009, masukan
sudah ada di database
kode: 01111, klik tombol Tambah 4.
5.
6.
Lanjutan test id V.2, klik
Form edit kode 01111
edit
muncul
Lanjutan test id V.2, klik
Muncul pesan konfirmasi
hapus
hapus
Lanjutan test id V.4, ubah
Muncul pesan bahwa data
judul menjadi Pertanian
disimpan dengan sukses
Tanaman Jagung Energi, klik tombol Simpan 7.
Lanjutan test id V.6, cek
Tree hasil menampilkan node
dengan pencarian
kode 01111 pada kategori A
deskripsi-kode, kata kunci: energi 8.
Lanjutan test id V.5, klik
Muncul pesan data terhapus
hapus, namun sebelumnya catat dulu deskripsi 01111 untuk keperluan test id berikutnya (V.10 tambah data) 9.
Lanjutan test id V.8, cek
Muncul pesan kode tidak
dengan pencarian kode
ditemukan
TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
85
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
dengan kode 01111 10.
Lanjutan test id V.9, pilih
Muncul form tambah dengan
jenis klasifikasi KBLI
kode 01111
2009, masukkan kode: 01111, klik tombol Tambah 11.
Lanjutan test id V.10,
Muncul pesan bahwa data
masukkan deskripsi data
tersimpan
yang telah dicatat, klik tombol Simpan 12.
Lanjutan test id V.11, cek
Deskripsi untuk kode 01111
dengan pencarian kode,
muncul sesuai yang
masukkan kode: 01111
diinputkan
*) Beri tanda cek (√) pada kolom yang sesuai
TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
86
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
Tabel Hasil Pengujian dengan Pendekatan Black-Box Test Id
(1)
TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
Hasil yang Diperoleh Sesuai
Tidak Sesuai
(2)
(3)
I.1
1
0
I.2
1
0
I.3
1
0
I.4
1
0
I.5
1
0
I.6
1
0
I.7
1
0
II.1
1
0
II.2
1
0
II.3
1
0
II.4
1
0
III.1
1
0
III.2
1
0
IV.1
1
0
IV.2
1
0
IV.3
1
0
V.1
1
0
87
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
V.2
1
0
V.3
1
0
V.4
1
0
V.5
1
0
V.6
1
0
V.7
1
0
V.8
1
0
V.9
1
0
V.10
1
0
V.11
1
0
V.12
1
0
Total
28
0
TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
88
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
Lampiran 2
Kuesioner Penilaian Kepuasan Pengguna
SURVEI KEPUASAN INTERAKSI PENGGUNA Sistem Aplikasi Pencarian Kode Klasifikasi Online
BLOK I. IDENTITAS RESPONDEN
……………………………………...……..………… 1. Nama Lengkap
……………………………
2. Jenis Kelamin
1. Perempuan
2. Laki-laki
……………………………………...……..………… 3. Tanggal Lahir
……………………………
4. Pekerjaan
……………………………………...……..………… ……………………………
5. Pengalaman
1. Sering
2. Pernah
3. Tidak Pernah
Kodifikasi
TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
89
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
6. Pengalaman
1. < 1 tahun
2. 1-3 tahun
3. > 3 tahun
7. Browser yang
1. Mozilla
3. Internet Explorer
5. Opera
Paling
Firefox 4. Safari
6.
Menggunakan Komputer
Sering Digunakan
2. Google Chrome
Lainnya
BLOK II. TANGGAPAN SISTEM APLIKASI (UMUM)
No .
Pernyataan
1.
Aplikasi mudah digunakan
2.
Aplikasi bermanfaat
3.
Aplikasi memuaskan
TS
KS
CS
S
SS
BLOK III. LAYAR DAN PENGGUNAAN ISTILAH
TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
90
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
No
Pernyataan
. 1.
Huruf mudah dibaca
2.
Ukuran huruf sudah sesuai
3.
Penggunaan warna huruf dan latar belakangsudah
TS
KS
CS
S
SS
CS
S
SS
sesuai 4.
Tata letak informasi tidak membingungkan
5.
Istilah yang digunakan secara keseluruhansudah konsisten
6.
Penggunaan istilah sudah tepat/ tidak ambigu/ mudah dipahami
BLOK IV. KEMAMPUAN SISTEM APLIKASI
No
Pernyataan
. 1.
Waktu akses halaman cepat
2.
Waktu respon rata-rata dari operasi cepat
3.
Validasi kesalahan masukan secara
TS
KS
keseluruhansudah baik 4.
Hasil eksekusi operasi fungsi sesuai dengan yangdiharapkan
TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
91
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
Catatan: Blok II - IV isikan tanda cek () pada salah satu kolom jawaban yang sesuai: - TS : Tidak
- S : Setuju
Setuju - KS : Kurang
- SS : Sangat Setuju
Setuju - CS : Cukup Setuju
TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
92
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
Penyelenggaraan Pendidikan Sekolah Islam Terpadu Berdasarkan Persepsi Orang Tua Siswa (Studi Kasus)
Ari Shobri Bukhari dan Muchlis Husin
Abstract
One of function national education is form the person with faithful, pious, and have a noble morals. But, negatif impact of globalitation make difficult to reach for the function. Much parents believe that schooling the children into the school with religion base is a preventip eforts. Some problem in the islamic education world they have image that school with islamic base by and large have a low quality. In the midle of the condition, appear islamic resolute school that be hope can be a solution. In the trip, to make a high quality school not as easy as return palm of hand, many problem facing, principal problem is about cost. With case study in an islamic resolute school, this research will try to discover how good the quality of implementation islamic resolute school by opinion from student parents. Keywords: Islamic education, quadrant analysis
I.
PENDAHULUAN
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa fungsi dari pendidikan nasional adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertangung jawab. Berdasarkan fungsi pendidikan nasional di atas, maka sekolah sebagai institusi penyelenggara pendidikan nasional tidak hanya dituntut untuk mampu mencetak generasi yang pandai, tetapi juga memiliki moralitas yang baik. Generasi yang memiliki moralitas yang baik adalah generasi yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Saat ini, kehidupan globalisasi telah nyata melanda kehidupan kita. Disamping mendatangkan sejumlah kemudahan bagi manusia, juga memberikan dampak negatif yang dapat merugikan dan TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
93
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
mengancam kehidupan (Alaydroes dalam JSIT Indonesia, 2006). Maksum dan Ruhendi dalam sumber yang sama menyatakan bahwa dampak negatif globalisasi antara lain: pemiskinan nilai spiritual. Kedua, kejatuhan manusia dari mahluk sosial menjadi mahluk material, Ketiga, peran agama digeser menjadi urusan akhirat sedangkan urusan dunia menjadi urusan sains (sekularistik). Keempat, Tuhan hanya hadir dalam pikiran, lisan, dan tulisan, tetapi tidak hadir dalam prilaku dan tindakan. Kelima, gabungan ikatan primordial dengan sistem politik modern melahirkan nepotisme, birokratisme, dan otoriterisme. Keenam, individualistik, dan Ketujuh, terjadi frustasi eksistensial. Secara nyata, marak kita lihat saat ini beredarnya situs pornografi yang dapat dengan mudah diakses melalui internet bahkan oleh anak-anak sekalipun, peredaran narkoba yang semakin meluas, dan tayangan-tayangan media yang tidak mendidik. Hal tersebut, secara tidak langsung, mengakibatkan terjadinya berbagai tindak kejahatan yang diantaranya dilakukan oleh anak-anak usia sekolah. Di beberapa kota di Indonesia, jumlah kejahatan yang dilakukan anak-anak mencapai 10,2 persen dari seluruh tindak kejahatan (Statistik Politik dan Keamanan BPS, 2003). Fenomena tersebut merupakan implikasi negatif dari globalisasi yang menghambat pencapaian tujuan pendidikan nasional dalam membentuk generasi yang beriman dan memiliki moralitas yang baik. Mengingat kondisi di atas dibutuhkan sekolah, sebagai pelaksana fungsi pendidikan nasional, yang mampu mencetak siswa yang memiliki ketahanan moral yang baik disamping kapasitas intelektualnya. Hal inilah yang mendorong para orang tua siswa untuk menyekolahkan anaknya pada sekolah yang berbasis agama sebagai salah satu upaya preventif untuk melindungi anaknya dari ancaman pengaruh negarif globalisasi dan penyakit masyarakat (Darto, 2004). Menurut Alaydroes (JSIT Indonesia, 2006), pendidikan Islam memiliki peranan yang sangat penting dalam mempersiapkan generasi menghadapi era yang penuh dengan tantangan. Pendidikan Islam idealnya mampu menyelenggarakan proses pembekalan pengetahuan, penanaman nilai, serta pembentukan sikap dan karakter. Hingga saat ini banyak terdapat yayasan pendidikan Islam. Namun pada kenyataannya, pendidikan Islam di Indonesia umumnya telah mengalami kegagalan dalam mencetak siswa dengan moral dan intelektual yang baik. Pendidikan Islam telah kehilangan pijakan filosofisnya yang hakiki, yang kemudian berdampak kepada tidak jelasnya arah dan tujuan yang hendak dicapai sehingga tidak mampu menghadapi laju perkembangan zaman dan arus globalisasi. Akibatnya, output pendidikan Islam, yang semestinya melahirkan generasi imamul muttaqien (pemimpin yang bertakwa) malah melahirkan generasi yang gagap (gagap teknologi, gagap pergaulan global, gagap zaman, dan bahkan TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
94
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
gagap moral) (Lebih jelasnya, lihat lihat di buku: “Sekolah Islam Terpadu Konsep dan Aplikasinya”, JSIT Indonesia. 2006. Jakarta: JSIT Indonesia, halaman 8-11). Kondisi tersebut pada akhirnya mengakibatkan performa sekolah-sekolah Islam yang telah ada relatif tidak kompetitif dari sisi prestasi. Bahkan pada tahun ajaran baru, umumnya lembaga pendidikan Islam mengalami kekhawatiran akan rendahnya jumlah pelajar/mahasiswa yang mendaftar (Alaydroes 2006 dan Bakar dan Surohim 2005). Melihat kondisi pendidikan Islam di atas, diperlukan strategi yang tepat untuk membangun kembali pendidikan Islam yang sebenarnya. Oleh karena itu, didirikanlah Sekolah Islam Terpadu (SIT). Wahid 4 (Ketua MPR RI) dalam JSIT Indonesia (2006) menyatakan bahwa Sekolah Islam Terpadu hadir sebagai sebuah upaya “menghidupkan” kembali kejayaan lembaga pendidikan Islam. Selanjutnya, mulai awal tahun 1990-an, Sekolah Islam Terpadu mulai bermunculan hampir di seluruh daerah di Indonesia . Mengingat uraian di atas, keberadaan SIT menjadi sangat penting dalam pendidikan Islam. Dalam upayanya mengembalikan reputasi lembaga pendidikan Islam, SIT dituntut mampu mencetak generasi yang memiliki intelektual dan moral yang baik. Dalam mencapai tujuan besar tersebut bukan suatu hal yang mudah. Dalam proses perjalanan untuk mewujudkan tujuan besar tersebut, muncul beragam permasalahan dan tantangan. Mengingat usia SIT yang cukup muda, tentunya dalam menerapkan aspek-aspek pendidikan Islam belum sepenuhnya sesuai dengan yang telah dirumuskan lembaga pendidikan ini. Masalah yang mendasar yang umumnya terjadi pada SIT adalah masalah pendanaan, baik pendanaan untuk memenuhi fasilitas pendidikan maupun untuk balas jasa tenaga pengajar, mengingat pada umumnya SIT menerima murid dalam jumlah yang relatif kecil setiap tahunnya dengan maksud agar tercapai kualitas pendidikan Islam yang mantap. Untuk dapat mencukupi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan yang lebih berkualitas (tentunya dengan berbagai kelengkapan yang menunjang) menyebabkan biaya yang dibutuhkan lembaga pendidikan ini cukup besar. Kebutuhan biaya yang cukup besar tersebut menyebabkan setiap peserta didik harus mengeluarkan biaya pendidikan yang lebih besar, sehingga hanya kalangan masyarakat menengah keatas yang dapat menyekolahkan anaknya ke Sekolah Islam Terpadu. Berdasarkan uraian diatas, maka dalam penelitian ini, permasalahan yang ingin diteliti adalah posisi strategis Sekolah Islam Terpadu di dunia pendidikan Islam yang diharapkan mampu memperbaiki citra pendidikan Islam, namun pada kenyataannya dihadapkan pada berbagai kekurangan
TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
95
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
dan keterbatasan. Berdasarkan permasalahan penelitian tersebut muncul pertanyaan penelitian sebagai berikut: dengan berbagai kekurangan dan keterbatasan yang dihadapi, sudah sebaik apa penyelenggaraan pendidikan di Sekolah Islam Terpadu dalam mencapai tujuannya untuk menjadi solusi di dunia pendidikan Islam?;
Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui gambaran umum karakteristik siswa dan orang tua siswa. 2. Mengetahui persepsi orangtua siswa mengenai penyelenggaraan pendidikan. 3. Mengetahui persepsi orangtua siswa mengenai pelaksanaan penyelenggaraan pendidikan. 4. Mengetahui persepsi orangtua siswa mengenai kondisi religiusitas dan perilaku belajar siswa. 5. Mengetahui kecenderungan karakteristik dan persepsi orangtua siswa
mengenai kondisi
religiusitas dan perilaku belajar siswa terhadap persepsi orangtua mengenai penyelenggaraan pendidikan.
Sistematika Penulisan Secara garis besar penelitian ini dibagi ke dalam lima bagian. Pertama, pendahuluan yang membahas tentang latar belakang, identifikasi dan batasan masalah, tujuan penulisan skripsi, dan sistematika penulisan skripsi. Kedua, landasan teori yang membahas tentang tinjauan pustaka, kajian teori, kerangka penelitian, dan definisi peubah operasional. Ketiga, metodologi yang membahas metodologi penelitian yang terdiri dari metode pengumpulan data dan metode analisis yang digunakan untuk menjelaskan hasil penelitian. Keempat, pembahasan dan analisis yang membahas tentang hasil penelitian yang diperoleh berdasarkan metodologi yang digunakan. Kelima, kesimpulan dan saran.
II. LANDASAN TEORI Sekolah Islam Terpadu JSIT Indonesia (2006) menyatakan bahwa Sekolah Islam Terpadu pada hakekatnya adalah sekolah yang mengimplementasikan konsep pendidikan Islam berlandaskan Al-Qur‟an dan AsTAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
96
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
Sunnah. Istilah “terpadu” dimaksudkan sebagai penganut dari Islam itu sendiri. Maksudnya adalah Islam yang utuh, menyeluruh, integral, bukan parsial. Dalam aplikasinya, pertama, konsep terpadu berarti menerapkan penyelenggaraan pendidikan dengan memadukan pendidikan umum dan pendidikan agama menjadi satu jalinan kurikulum. Kedua, konsep terpadu juga diterapkan dalam metode pembelajaran. Tujuannya adalah agar dapat mengoptimalkan ranah kognitif, afektif dan konatif siswa. Ketiga, konsep terpadu juga diterapkan dengan memadukan pendidikan akal, ruh dan jasad. Keempat, konsep terpadu juga diterapkan dengan memadukan keterlibatan dan partisipasi aktif lingkungan belajar, yaitu: sekolah, rumah dan masyarakat. Dengan sejumlah pengertian mengenai keterpaduan diatas, dapatllah ditarik suatu pengertian umum yang komprehensif bahwa Sekolah Islam Terpadu adalah sekolah Islam yang diselenggarakan dengan memadukan secara integratif nilai dan ajaran Islam dalam bangunan kurikulum dengan pendekatan pembelajaran yang efektif dan pelibatan yang optimal dan kooperatif antara guru dan orangtua, serta masyarakat untuk membina karakter dan kompetensi siswa. Karakteristik Psikologi Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar Yusuf (2008) menyatakan bahwa ciri perkembangan anak pada usia sekolah dasar (6-12 tahun) dapat dipandang dari beberapa aspek, sebagai berikut: Aspek Perkembangan Intelektual Pada fase ini, anak telah dapat malaksanakan tugas belajar yang menuntut kemampuan intelektual atau kemampuan kognitif (seperti: membaca, menulis dan menghitung). Aspek Perkembangan Penghayatan Keagamaan Pada fase ini, perkembangan penghayatan keagamaan ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut: 1.
Sikap keagamaan bersifat resepsif disertai dengan pengertian.
2.
Pandangan dan pemehaman ketuhanan diperoleh secara rasional berdasarkan kaidah logika yang berpedoman pada alam semesta sebagai manifestasi dari keagungan-Nya.
3.
Penghayatan secara rohaniah semakin mendalam, pelaksanaan kegiatan ritual diterimanya sebagai keharusan moral (Syamsudin dalam Yusuf, 2008).
TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
97
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
Pada fase ini, kualitas kegamaan anak akan sangat dipengaruhi oleh proses pembentukan dan pendidikan yang diterimanya. Oleh karena itu, pendidikan agama (pengajaran, pembiasaan, penanaman nilai-nilai) di sekolah dasar harus sangat diperhatikan. Pengaruh Proses Pendidikan di Sekolah Terhadap Anak Hurlock (1986: 322) dalam Yusuf (2008) mengemukakan bahwa sekolah merupakan faktor penentu bagi perkembangan kepribadian anak (siswa), baik dalam cara berfikir, bersikap maupun cara berperilaku. Beberapa alasan mengapa sekolah memainkan peranan yang berarti bagi perkembangan kepribadian anak adalah sebagai berikut: 1.
Para siswa harus hadir di sekolah.
2.
Sekolah memberikan pengaruh kepada anak secara dini, seiring dengan perkembangan “konsep diri”-nya.
3.
Anak-anak lebih banyak menghabiskan waktunya disekolah daripada di tempat lain di luar rumah.
4.
Sekolah memberikan kesempatan kepada siswa untuk meraih sukses.
5.
Sekolah memberikan kesempatan pertama kepada anak untuk menilai dirinya, dan kemampuannya secara realistik. Dengan sistem full day-nya, pengaruh dari proses pembentukan dan pendidikan di sekolah
terhadap siswa pada Sekolah Islam Terpadu akan lebih berdampak daripada sekolah-sekolah lain dengan sistem regulernya (non full day). Religiusitas Anak Untuk menyusun alat pengukur konsep religiusitas, digunakan pendapat Glock dan Stark (1963) dalam Singarimbun (1989). Menurut kedua ahli ini, untuk mengetahui kadar religiusitas individu dapat digunakan kerangka berikut ini: 1.
Keterlibatan ritual (Ritual Involvement), yaitu tingkatan sejauh mana seseorang mengerjakan kewajiban ritual dalam agama mereka.
2.
Keterlibatan ideologis (Ideological Involvement), yaitu tingkatan sejauh mana orang menerima hal-hal yang bersifat dogmatik didalam agama mereka masing-masing.
3.
Keterlibatan intelektual (Intelectual Involvement), yang menggambarkan seberapa jauh seseorang mengetahui tentang ajaran agamanya.
TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
98
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
4.
Keterlibatan pengalaman (Eksperiential Involvement), yang menunjukkan apakah seseorang pernah mengalami pengalaman spektakuler yang merupakan keajaiban yang datang dari Tuhan.
5.
Keterlibatan secara konsekuen (Consequential Involvement), yaitu tingkatan sejauh mana perilaku seseorang konsekuen dengan ajaran agamanya. Pada penelitian ini ingin diteliti bagaimana tingkat religiusitas siswa Sekolah Islam Terpadu
berdasarkan persepsi orang tua. Oleh karena itu, dimensi religiusitas dibatasi pada dimensi yang dapat diamati oleh orangtua siswa. Adapun dimensi tersebut adalah keterlibatan ritual, keterlibatan intelektual, dan keterlibatan secara konsekuen.
Perilaku Belajar Anak Perilaku belajar yang dibahas dalam dalam penelitian ini adalah perilaku belajar yang erat kaitannya dengan hasil belajar. Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Jadi anak yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan-tujuan instruksional.
Kerangka Pikir Peubah-peubah yang digunakan untuk kepentingan penelitian ini disusun ke dalam suatu bagan sehingga alur pikir dapat dipahami dengan lebih mudah. Kerangka pikir dapat dijelaskan melalui bagan sebagai berikut:
TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
99
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
Karakteristik orang tua: 1. Pendidikan terakhir 2. Pekerjaan utama 3. Umur
Persepsi orang tua terhadap kondisi anak 1.
Ketertarikan orang tua terhadap penyelenggaraan pendidikan
4.
Religiusitas Anak 1. Keterlibatan ritual 2. Keterlibatan intelektual 3. Keterlibatan konsekuen Prilaku belajar anak 1. Respon terhadap pelajaran 2. Pemeranan
Persepsi terhadap pelaksanaan penyelenggaraan pendidikan -Kurikulum -Ketenagaan -Peserta didik -Pelibatan orangtua -Sarana prasarana -Pembiayaan -Pengembangan visi misi
Masukan untuk perbaikan penyelenggaraan sekolah Gambar 1. Kerangka Pikir
III. METODOLOGI Metode Pengumpulan Data
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus (case study). Studi kasus memiliki kelemahan, karena jumlah sampel yang terlalu kecil sehingga sulit dibuat inferensi terhadap populasi. Namun, studi kasus dapat mendukung studi-studi TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
100
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
besar kemudian hari dalam memberikan hipotesis-hipotesis (Nasir, 1999). Studi kasus dalam penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Islam Terpadu Lukmanul Hakim Bandung. Dalam penelitian ini, data dikumpulkan dengan menggunakan metode sensus. Metode sensus yaitu cara pengumpulan data jika seluruh elemen populasi diselidiki satu per satu (Supranto, 2000). Data diperoleh melalui pencacahan lengkap terhadap seluruh populasi penelitian pada tanggal 13 s.d. 21 Mei 2008. Beberapa responden tidak dapat ditemui/ tidak memberikan keterangan (non response) sehingga hanya diperoleh 80 responden dari total 91 responden. Data untuk penelitian ini diperoleh melalui wawancara yang dilakukan terhadap populasi penelitian. Populasi adalah kumpulan seluruh elemen yang sejenis akan tetapi dapat dibedakan satu sama lain (Supranto, 2006). Populasi dalam penelitian ini adalah orangtua/wali siswa kelas 3,4,5 dan 6 tahun akademik 2007/2008 yang terdaftar sebagai anggota komite orangtua siswa SDIT Lukmanul Hakim Bandung. Proses wawancara dilakukan dengan mendatangi tempat tinggal responden yang tersebar di Kota Bandung. Data primer dalam penelitian ini merupakan hasil dari kuesioner yang diisi melalui proses wawancara langsung dengan orangtua siswa. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 1997). Dalam penelitian ini, pengukuran persepsi orangtua menggunakan skala likert dengan lima alternatif jawaban yang disesuaikan dengan jenis pertanyaan. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang kejadian atau gejala sosial (Riduwan, 2007). Semua jenis pertanyaan dalam penelitian ini adalah pertanyaan positif, sehingga kelima jawaban akan memiliki skor yang sama pada setiap pernyataan. Keabsahan hasil penelitian sosial sangat ditentukan oleh alat ukur yang digunakan. Kerlinger (2006) menyatakan bahwa jika kita tidak mengetahui reliabilitas dan validitas dari alat pengumpulan data kita maka hasil yang diperoleh serta kesimpulan yang ditarik dari hasil tersebut akan memiliki tingkat kepercayaan yang sangat rendah. Oleh karena itu, kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini perlu diuji validitas dan reliabilitasnya. Dalam penelitian ini, uji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian menggunakan program komputer Statistical Product and Service Solutions (SPSS) versi 13.0. Sampel yang digunakan dalam pengujian validitas dan reliabilitas pada penelitian ini sebanyak 42 responden.
TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
101
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
Tabel 1. Hasil uji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian Sebelum Validitas
Sesudah Validitas
Indeks Reliabilitas
(1) Persepsi Orangtua Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
(2)
(3)
(4)
36
34
0,946
Persepsi Orangtua Terhadap Religiusitas Anak
14
14
0,890
4
4
0,864
Variabel
Persepsi Orangtua Terhadap Prilaku Belajar Anak Sumber: Pengolahan data primer
Untuk mengukur keterandalan pertanyaan dalam mengukur variabel dapat dilihat indeks reliabilitas. Pada tabel 3 ditunjukkan bahwa indeks reliabilitas termasuk kategori keterandalan tinggi karena berada dalam rentang 0,800 sampai dengan 1,000. Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil uji validitas dan reliabilitas terhadap 55 butir pertanyaan menghasilkan 53 butir pertanyaan valid yang digunakan sebagai instrumen penelitian dengan tingkat keterandalan yang tinggi. Metode Analisis Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif. Sugiyono (1999) menyatakan bahwa penelitian yang dilakukan pada populasi jelas akan menggunakan statistik deskriptif dalam analisisnya. Analisis deskriptif memaparkan data hasil pengamatan tanpa ada uji signifikansi, taraf kesalahan, dan pengujian hipotesis, karena peneliti tidak bermaksud membuat generalisasi sehingga tidak ada kesalahan generalisasi. Analisis Kuadran Analisis grafik kuadran dalam penelitian ini menggunakan diagram kartesius untuk melihat keterkaitan antara ketertarikan orangtua pada komponen-komponen penyelenggaraan pendidikan dengan penilaian orangtua terhadap pelaksanaan dari komponen-komponen tersebut. Sumbu mendatar (X) pada diagram kartesius akan diisi oleh skor tingkat kinerja (persepsi orangtua terhadap pelaksanaan), sedangkan sumbu tegak (Y) diisi oleh skor tingkat ketertarikan. Dalam penyederhanaan rumus, untuk setiap faktor yang mempengaruhi persepsi orangtua dengan:
X
xi n
Y
yi n TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
102
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
dimana: = skor rata-rata tingkat kinerja = skor rata-rata tingkat ketertarikan n = jumlah responden Diagram kartesius merupakan suatu bangun yang dibagi atas empat bagian yang dibatasi oleh dua buah garis yang berpotongan tegak lurus pada titik-titik (3,3), dimana nilai 3, merupakan nilai tengah dari rata-rata skor tingkat kinerja atau rata-rata skor tingkat ketertarikan. Sehingga nilai diatas 3 dapat dikategorikan sebagai kategori favorable dan nilai dibawah 3 sebagai kategori unfavorable secara rata-rata. Selanjutnya tingkat kesesuaian unsur-unsur tersebut akan dijabarkan dan dibagi menjadi empat bagian kedalam diagram kartesius sebagai berikut: Ketertarikan
Kuadran 1
Kuadran 3
3
Kuadran 2
Kuadran 4
Pelaksanaan
Gambar 2. Diagram kartesius Kuadran 1 Wilayah ini memuat faktor-faktor yang memiliki daya tarik yang besar bagi orangtua siswa, namun pada kenyataannya faktor-faktor ini masih dinilai belum memadai dalam pelaksanaannya. Kuadran 2 Wilayah ini memuat faktor-faktor yang memiliki daya tarik yang besar bagi orangtua siswa dan kenyataannya sudah dianggap memadai oleh orangtua siswa. Kuadran 3 TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
103
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
Wilayah ini memuat faktor-faktor yang memiliki daya tarik yang kecil bagi orangtua siswa dan pada kenyataannya komponen dalam kuadran ini dinilai belum memadai. Kuadran 4 Wilayah ini memuat faktor-faktor yang daya tarik yang kecil bagi orangtua siswa, namun dalam pelaksanaannya dianggap telah memadai. Relative Risk dan Odds Ratio Dalam bukunya5, Agresti (1990) menjelaskan bahwa untuk mendapatkan gambaran mengenai hubungan dua variabel kategorik dengan membandingkan proporsi antar dua variabel kategorik tersebut dapat dilakukan dengan melihat relative risk dan nilai odds ratio. Untuk mendapatkan nilai dari relative risk dan nilai odds ratio perlu dibentuk tabel kontingensi untuk dua variabel kategorik yang akan dilihat hubungannya. Adapun bentuk umum tabel kontingensi yang digunakan adalah sebagai berikut: Tabel 2. Bentuk Tabel Kontingensi Variabel Penjelas
Variabel Respon Total 1
2
1 1
2 1 Keterangan :
5
:
nilai peluang untuk sel pada baris ke-i dan kolom ke-j
:
jumlah dari nilai peluang pada baris ke-i yang besarnya adalah
:
marginal distribusi pada variabel penjelas yang besarnya adalah
Categorical Data Analysis. 1990. London: Academic Press Inc. Hal. 13-16. TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
104
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
1.
Relative Risk Agresti (1990) menjelaskan bahwa perbedaan proporsi mempunyai makna yang lebih berarti
apabila besar kedua proporsi yang diperbandingkan lebih dekat ke 0 atau 1 dibanding ke nilai tengah (0,5). Sebagai contoh, perbedaan proporsi antara 0,010 dengan 0,001 (dekat dengan 0) akan lebih bermakna daripada perbedaan proporsi antara 0,410 dengan 0,401 (dekat dengan 1). Agresti menjelaskan bahwa untuk beberapa kasus, rasio dari dua nilai proporsi merupakan ukuran deskriftif yang berguna. Rasio dari dua nilai proporsi tersebut dinamakan relative risk. Berdasarkan tabel kontingensi diatas, dapat dihitung nilai dari relative risk sebagai berikut: Relative risk untuk respon pertama adalah :
Relative risk untuk respon kedua adalah :
atau
atau
Relative risk tidak mungkin bernilai negatif. Sedangkan relative risk yang bernilai 1 atau mendekati 1 mengindikasikan adanya independensi (tidak ada hubungan). 2.
Odds Ratio Odd Ratio adalah suatu ukuran yang menunjukkan rasio untuk mengalami suatu kejadian
tertentu antara suatu bagian populasi dengan ciri tertentu dan bagian populasi yang lain yang tidak memiliki ciri tertentu tersebut (Hosmer dan Lameshow, 1989). Berdasarkan tabel kontingensi sebelumnya, dapat dihitung nilai dari odds ratio sebagai berikut:
IV.
Odds Ratio =
=
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Karakteristik Orangtua Siswa Sekolah Dasar Islam Terpadu Lukmanul Hakim Bandung. Sebagai format pendidikan dasar yang diharapkan dapat menjadi solusi alternatif dalam dunia pendidikan Islam, idealnya Sekolah Islam Terpadu dapat dinikmati oleh semua lapisan masyarakat khususnya yang beragama Islam. Namun, tingginya biaya pendidikan, jumlah sekolah yang masih terbatas dan informasi yang belum tersebar secara baik menjadikan sekolah dasar Islam terpadu hanya dapat dinikmati oleh sebagian kalangan saja. Pemaparan mengenai karakteristik orangtua siswa Sekolah Islam Terpadu dapat memberikan gambaran mengenai kalangan masyarakat yang dapat menyekolahkan anaknya ke Sekolah Islam Terpadu.
TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
105
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
Pendidikan Terakhir Sebagian besar ayah maupun ibu siswa siswa berpendidikan terakhir sarjana (S1 atau D4) yaitu sebesar 53,8 persen. Distribusi dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 4.
Persentase dan jumlah ayah siswa menurut tingkat pendidikan terakhir
Gambar 5.
Persentase dan jumlah ibu siswa menurut tingkat pendidikan terakhir
Pemaparan kondisi diatas mengindikasikan bahwa dari segi pendidikan orangtua siswa, belum semua kalangan masyarakat dapat menyekolahkan anaknya di sekolah dasar Islam terpadu. Mereka yang dapat menyekolahkan anaknya di sekolah tersebut adalah mereka yang berpendidikan tinggi.
TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
106
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
Pekerjaan Utama Ayah sebagai kepala rumah tangga, sebagian besarnya bekerja di sektor swasta (non pemerintah) yaitu sebagai pegawai swasta sebesar 32,5 persen dan ibu sebagian besarnya tidak bekerja (mengurus rumah tangga) yaitu sebesar 55 persen. Hal tersebut terlihat dalam gambar berikut:
Gambar 6.
Persentase dan jumlah ayah siswa menurut jenis pekerjaan utama
Gambar 7.
Persentase dan jumlah ibu siswa menurut jenis pekerjaan utama
Besarnya persentase ibu yang tidak bekerja (mengurus rumah tangga) membantah anggapan bahwa para orangtua siswa memilih SDIT sebagai sekolah full day dengan alasan orangtua sibuk bekerja dan tidak punya cukup waktu untuk mengawasi anaknya. Kondisi ini mengindikasikan bahwa sebenarnya para orangtua memiliki cukup waktu untuk mendidik dan mengawasi anaknya di TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
107
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
lingkungan rumah. Dari hasil wawancara dengan pertanyaan terbuka, diperoleh informasi bahwa para orangtua memilih SDIT dengan sistem full day-nya bukan karena kesibukan orangtua, tapi karena pandangan orangtua bahwa SDIT merupakan sekolah yang kondusif untuk membentuk anak agar memiliki keunggulan dari segi akademik maupun segi religiusitasnya. Rata-Rata Pengeluaran Rumah Tangga Perbulan
Gambar 8.
Persentase dan jumlah orangtua siswa menurut rata-rata pengeluaran rumah tangga perbulan
Gambar diatas menunjukkan bahwa hanya 5 persen dari orangtua siswa yang memiliki ratarata pengeluaran rumah tangga perbulan dibawah 2 juta rupiah, ini berarti 95 persen diantaranya memiliki pengeluaran rumah tangga perbulan diatas 2 juta rupiah. Mayoritas pengeluaran rumah tangga perbulan dari orangtua siswa adalah pada golongan berpengeluaran 3-3,99 juta rupiah yaitu sebesar 28,75 persen. Sumber Informasi Utama Mengenai SDIT LH Bandung Sumber informasi utama merupakan sumber informasi yang membuat orangtua siswa mengetahui keberadaan Sekolah Islam Terpadu berikut informasi mengenai kondisinya.
TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
108
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
Gambar 11. Persentase dan jumlah orang tua siswa menurut sumber informasi utama mengenai SDIT LH Bandung Dari gambar diatas, kita ketahui bahwa sumber informasi utama yang terbanyak adalah dari orangtua siswa sebelumnya (42,5%). Hal ini mengindikasikan pentingnya pencitraan sekolah dimata orangtua siswa. Keinginan Menyekolahkan Kembali Dalam penelitian ini, ditanyakan kepada orangtua siswa sebagai responden mengenai apakah jika mereka memiliki anak yang memasuki usia sekolah, mereka berkeinginan untuk tetap menyekolahkan di Sekolah Islam terpadu.
Gambar 12. Persentase dan Jumlah orangtua siswa menurut keinginan menyekolahkan kembali ke SDIT LH Bandung Dari seluruh responden yang diwawancarai, 21,3% diantaranya tidak berkeinginan untuk menyekolahkan kembali anaknya yang lain ke SDIT LH Bandung. Hal ini bisa saja disebabkan oleh ketidakpuasan orangtua terhadap penyelenggaraan pendidikan di SDIT LH Bandung.
TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
109
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
Untuk mendapatkan gambaran mengenai hubungan antara keinginan orangtua untuk menyekolahkan kembali dengan persepsi mereka terhadap penyelenggaraan pendidikan dapat dilihat melalui tabulasi silang berikut: Tabel 12.
Jumlah dan persentase persepsi orangtua siswa terhadap penyelenggaraan pendidikan berdasarkan keinginan menyekolahkan kembali
(1) Tidak Ingin
Persepsi Orangtua terhadap Penyelenggaraan Pendidikan Kurang Memadai Memadai (2) (3) 11 (26,2%) 6 (15,8%) 31 (73,8%) 32 (84,2%)
Total
42 (100,0%)
Keinginan Menyekolahkan Kembali
38 (100,0%)
Total (4) 17 (21,3%) 63 (78,8%) 80 (100,0%)
Sumber: Pengolahan data primer Dari tabel diatas terlihat bahwa persentase orangtua yang tidak ingin menyekolahkan kembali lebih besar pada orangtua yang menilai penyelenggaraan pendidikan di SDIT LH Bandung kurang memadai (26,2%) dibandingkan dengan orangtua yang menilai penyelenggaraan pendidikan telah memadai (15,8%). Keikutsertaan Anak Dalam Les (bimbel atau privat) diluar Sekolah Salah satu tujuan penerapan sistem full day dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah adalah memberikan pengajaran akademik yang cukup bagi anak dengan menambah jam belajar disekolah. Dengan menyekolahkan anak ke sekolah dengan sistem full day seharusnya orangtua merasa cukup dengan input akademik yang didapatkan anaknya di sekolah. Namun pada kenyataannya, ada sebanyak 23 (28,75%) orangtua yang memutuskan untuk mengikutsertakan anaknya dalam les (bimbel atau privat) diluar sekolah. Kondisi ini dapat mengindikasikan bahwa ada orangtua yang merasa kurang puas dengan penyelenggaraan pendidikan di SDIT LH Bandung. Jika ditelusuri lebih lanjut, diketahui bahwa keputusan orangtua untuk mengikutsertakan anaknya dalam bimbingan belajar diluar sekolah berhubungan dengan tingkatan kelas anak. Dari tabulasi silang dibawah, dapat kita lihat bahwa persentase siswa yang mengikuti les semakin besar seiring dengan meningkatnya tingkatan kelas dengan persentase terbesar pada siswa kelas enam (61,9%-nya mengikuti les). Hal ini disebabkan TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
110
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
karena para orangtua ingin anaknya lebih siap untuk menghadapi ujian akhir sekolah dan lebih siap bersaing untuk memasuki sekolah lanjutan favorit (informasi tambahan dari proses wawancara).
Gambar 15. Persentase dan jumlah siswa menurut keikutsertaan dalam les diluar sekolah Tabel 15. Jumlah dan persentase kelas siswa berdasarkan keikutsertaan siswa dalam les diluar sekolah Les
Kelas
3 4 (1) (2) (3) Tidak 22 (84,6%) 16 (84,2%) Ikut 4 (15,4%) 3 (15,8%) 25 19 Total (100,0%) (100,0%) Sumber: Pengolahan data primer
5 (4) 11 (78,6%) 3 (21,4%) 15 (100,0%)
Total
6 (5) 8 (38,1%) 13 (61,9%)
(6) 57 (71,3%) 23 (28,7%)
21 (100,0%)
80 (100,0%)
4.4
Penyelenggaraan Pendidikan Berdasarkan Persepsi Orangtua
4.4.1
Gambaran Persepsi Orangtua Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan Dengan menggunakan analisis korespondensi, untuk memperoleh informasi yang lengkap
(100%) seperti informasi awal, dibutuhkan empat dimensi. Total keragaman yang bisa disumbang oleh dimensi pertama adalah 71,8 persen. Jika ditambah dengan dimensi kedua total keragaman yang dapat dijelaskan sebesar 90,9 persen. Hal ini berarti dengan menggunakan dua dimensi dalam menginterpretasikan peta konfigurasi, peneliti memilki informasi dari data asal sebesar 90,9 persen. Oleh karena keragaman data yang dapat dijelaskan sudah cukup besar dan untuk kemudahan dalam interpretasi, peneliti menggunakan dua dimensi dalam analisis korespondensi sederhana ini. Adapun keragaman data yang dapat dijelaskan oleh masing-masing dimensi dapat dilihat pada tabel 18 berikut:
TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
111
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
Tabel 17. Keragaman data yang dijelaskan oleh masing-masing dimensi pada variabel penyelenggaraan pendidikan Dimensi (1) 1 2 3 4 Total
Inertia (2) 0,21394 0,05662 0,01397 0,00787 0,29781
Proporsi (3) 0,718 0,190 0,065 0,026 1,000
Kumulatif Proporsi (4) 0,718 0,909 0,974 1,000
Peta konfigurasi yang terbentuk dari persepsi dengan komponen penyelenggaraan pendidikan dapat dilihat pada Gambar 11.
2.0 Sangat Kurang Memadai 1.5 12
26
Dimension 2
1.0
Sangat Memadai 25 Kurang Memadai
0.5
21
30
15
32 6
11
31 1 27
Memadai 24
17
0.0
14 13 -0.5
22 Cukup
2 28
33 23
29
Persepsi
7 20 5 9 8 34
10 19
316
4
Atribut
18
-1.0 -2
-1
0
1
Dimension 1 Gambar 17. Peta konfigurasi komponen penyelenggaraan pendidikan dengan persepsi orangtua siswa
TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
112
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
Berdasarkan gambar 11, sebagian besar komponen mengumpul disekitar persepsi cukup memadai dan persepsi memadai. Komponen-komponen tersebut dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 18.
Persepsi orangtua siswa (1) Memadai
Cukup memadai
Komponen-komponen penyelenggaraa pendidikan berdasarkan jarak terdekat pada persepsi memadai dan cukup memadai Komponen penyelenggaraan pendidikan
(2) Penerapan sistem pembelajaran full day (1), Adanya program tahsin dan tahfidz (2), Pelayanan konselor dan psikologis anak yang disediakan sekolah (3), Kondisi kesehatan lingkungan (7), Kondisi ruangan kelas (8), Tingkat pendidikan minimal para guru (pada umumnya) (23) Kemampuan para guru dalam menyampaikan materi (24) Kelengkapan tenaga pengelola sekolah (meliputi kepala sekolah, guru, tenaga administrasi, dan konselor) (27), Jam belajar mata pelajaran umum (non agama) yang diberikan (28), Keberadaan komite orang tua siswa (31) Sistem pelaporan mengenai perkembangan anak yang diterapkan (32), Kualitas lulusannya (dari segi NEM/ nilai dan kesiapan bersaing di sekolah lanjutan) (33). Pengelolaan makan siang (5) Pengelolaan kebersihan (6) Kondisi fasilitas penunjang di dalam ruang kelas (meliputi meja, Kursi, papan tulis, poster-poster pengetahuan) (9) Kondisi ruangan perpustakaan (10) Jenis dan jumlah buku yang ada di perpustakaan (11) Kondisi lapangan upacara (13) Ketersediaan alat peraga praktik (14) Fasilitas antar jemput yang disediakan sekolah (16), Kondisi musola sekolah (18) Pengelolaan kantin sekolah (19) Fasilitas pelayanan kesehatan anak (20) Jumlah tenaga pengajar (22) Kegiatan ekstrakurikuler yang ada (29) Besarnya biaya yang harus dikeluarkan (34)
Banyaknya komponen yang mengumpul dengan jarak yeng lebih dekat kepada persepsi cukup memadai dan memadai mengindikasikan bahwa sebagian besar komponen penyelenggaraan pendidikan dinilai telah cukup hingga memadai oleh orangtua siswa. Walaupun telah dinilai relatif memadai, sekolah
masih dapat meningkatkan kualitas penyelenggaraannya untuk komponen-
komponen pada kategori ini. Peningkatan kualitas dimaksudkan untuk mencapai hasil yang optimal.
TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
113
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
Hubungan antara Persepsi Orangtua dengan Ketertarikannya Terhadap Komponen Penyelenggaraan Pendidikan Dengan metode analisis grafik kuadran dapat diketahui komponen penyelenggaraan yang menjadi prioritas perbaikan, dan komponen mana yang harus dipertahankan kualitas pelaksanaannya. Proses perbaikan dan pemeliharaan (mempertahankan yang sudah baik) dalam hal ini merupakan upaya untuk menambah daya tarik SDIT bagi para orangtua (sebagai konsumen).
Kuadran 1
Kuadran 2
Ketertarikan terhadap komponen-komponen penyelenggaraan pendidikan
2
26
4.50 25 32
1 28
33 23
3
4.00
27 22
21
3.50
30
7 16
18 20
17
4
24
6
9
8
10 29
19 14 15
31 11
3.00 12 13
34
Kuadran 3 2.50
Kuadran 4 3.00
3.50
4.00
4.50
Persepsi terhadap pelaksanaan komponen-komponen penyelenggaraan pendidikan
Gambar 18. Diagram
kartesius
komponen-komponen
penyelenggaraan
pendidikan
berdasarkan ketertarikan dan persepsi orangtua siswa terhadap pelaksanaannya di SDIT LH Bandung Berdasarkan diagram kartesius (gambar 5) diatas, hampir semua komponen penyelenggaraan pendidikan berada pada kuadran 2. Kuadran 2 merupakan wilayah dimana komponen yang ada memiliki daya tarik yang tinggi bagi orangtua dan pada kenyataannya dinilai telah memadai. Hal ini berarti secara rata-rata, orangtua menilai penyelenggaraan pendidikan telah memadai pada komponen yang membuat mereka tertarik.
TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
114
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
Hasil dari analisis dengan grafik kuadran ini menunjukkan hasil yang sejalan dengan analisis korespondensi. Dalam hal ini sebagian besar komponen penyelenggaraan pendidikan di nilai telah memadai, dalam arti secara rata-rata persepsi orangtua mengenai pelaksanaan penyelenggaraan pendidikan sudah diatas skor kategori cukup memadai (skor 3) untuk sebagian besar komponen penyelenggaraan pendidikan. Adapun komponen penyelenggaraan pendidikan yang tidak termasuk kedalam kuadran 2 adalah sebagai berikut: Kuadran 1 Menunjukkan komponen penyelenggaraan pendidikan yang memiliki daya tarik yang tinggi bagi orangtua siswa, namun dalam pelaksanaannya dinilai kurang memadai. Oleh karena itu, komponen-komponen pada kuadran ini perlu diprioritaskan dalam peningkatan kualitasnya. Komponen yang termasuk kedalam kuadran ini adalah: 1.
Akses transportasi menuju sekolah (15)
2.
Pengelolaan kantin sekolah (19)
3.
fasilitas multimedia (21)
Kuadran 3 Menunjukkan komponen penyelenggaraan pendidikan yang memiliki daya tarik yang rendah bagi orangtua siswa, dan dalam pelaksanaannya pun dinilai relatif kurang memadai. Perlu dilakukan peningkatan kualitas pada komponen-komponen dalam kuadran ini. Akantetapi, dibawah prioritas komponen pada kuadran 1. Komponen yang termasuk kedalam kuadran ini adalah kondisi lapangan dan fasilitas olah raga (12). Kuadran 4 Menunjukkan komponen penyelenggaraan pendidikan yang memiliki daya tarik yang rendah bagi orangtua siswa, tetapi dalam pelaksanaannya dinilai telah memadai. Komponen didalam kuadran ini perlu dipertahankan kualitasnya, namun dibawah prioritas komponen pada kuadran 2. Komponen yang termasuk kedalam kuadran ini adalah kondisi lapangan upacara (13) dan besarnya biaya yang harus dikeluarkan (34). Kondisi Anak Berdasarkan Persepsi Orangtua Siswa Gambaran Persepsi Orangtua Terhadap Religiusitas Anak Pada sisi religiusitas anak, keragaman data yang dapat dijelaskan oleh masing-masing dimensi pada analisis korespondensi dapat dilihat pada tabel 20 berikut: TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
115
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
Tabel 19.
Keragaman data yang dijelaskan oleh masing-masing dimensi pada variabel religiusitas anak Dimensi (1) 1 2 3 4
Inertia (2) 0,13748 0,05524 0,01322 0,00172 0,20767
Total
Proporsi (3) 0,662 0,266 0,064 0,008 1,000
Kumulatif Proporsi (4) 0,662 0,928 0,992 1,000
Selanjutnya, diperoleh peta konfigurasi persepsi orangtua dengan atribut religiusitas anak yang dapat dilihat pada Gambar 13 berikut:
3
Sangat Kurang Baik
Dimension 2
2
4
1 Sangat Baik
7 Kurang Baik
13 12
5 0
3
1
8
14
Baik
Persepsi
9
Komponen religiusitas siswa
Cukup 11 6
10 2
-1 -2.0
-1.5
-1.0
-0.5
0.0
0.5
1.0
Dimension 1
Gambar 19.
Peta konfigurasi komponen religiusitas anak dengan persepsi orangtua siswa
TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
116
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
Berdasarkan gambar 13, dapat dilihat bahwa sebagian besar atribut religiusitas mengumpul disekitar persepsi baik dan cukup baik. Komponen yang dekat dengan persepsi cukup baik dan baik dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 20. Komponen-komponen religiusitas anak berdasarkan jarak terdekat pada persepsi baik dan cukup baik Persepsi orangtua siswa (1) Baik
Komponen religiusitas anak
(2) Pelaksanaan sholat anak (2) Hafalan al-quran (5) Kepatuhan anak terhadap orang tua (8) Kejujuran anak (9) Kesantunan prilaku anak (10) Kesantunan cara berbicara anak (11) Kegemaran anak untuk membaca atau mendengarkan kisah-kisah islami (14) Cukup baik Kebiasaan anak membaca doa sebelum beraktifitas (1) Kebiasaan anak melaksaakan solat berjamaah (3) Kemampuan cara membaca al-quran (6) Banyaknya atribut yang mengumpul dengan jarak yeng lebih dekat kepada persepsi baik dan
cukup baik mengindikasikan bahwa sebagian besar atribut dari religiusitas anak dinilai telah cukup baik hingga baik oleh orangtua siswa. Dari semua atribut religiusitas anak, ternyata masih ada atribut yang dinilai kurang memadai, yaitu kerajinan anak untuk membaca al-quran setiap hari (7). Atribut ini memiliki jarak yang paling dekat kepada persepsi kurang baik. Gambaran Persepsi Orangtua Terhadap Perilaku Belajar Anak Sama halnya dengan pembahasan sebelumnya, digunakan analisis korespondensi untuk menggambarkan keterkaitan antara persepsi orangtua siswa dengan kondisi perilaku belajar anak di SDIT LH Bandung. Adapun keragaman data yang dapat dijelaskan oleh masing-masing dimensi dapat dilihat pada tabel 22 berikut: Tabel 21.
Keragaman data yang dijelaskan oleh masing-masing dimensi pada variabel perilaku belajar anak Dimensi (1) 1 2 3 Total
TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
Inertia (2) 0,14107 0,01021 0,00201 0,20767
Proporsi (3) 0,920 0,067 0,013 1,000
Kumulatif Proporsi (4) 0,920 0,987 1,000
117
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
Selanjutnya, peta konfigurasi persepsi orangtua dengan atribut religiusitas anak dapat dilihat pada Gambar 14.
1.5
Sangat Kurang Baik
Dimension 2
1.0
1
0.5
Sangat Baik Baik Kurang Baik
0.0
4
3
Persepsi Komponen perilaku belajar anak
Cukup
2 -0.5 -1.5
-1.0
-0.5
0.0
0.5
1.0
Dimension 1
Gambar 20. Peta konfigurasi komponen perilaku belajar anak dengan persepsi orangtua siswa
Berdasarkan kedekatan jarak antar profil yang ditunjukkan pada peta konfigurasi di atas, setiap komponen perilaku belajar anak dapat dikelompokkan kedalam masing-masing kategori persepsi. Hasil pengelompokkan dari komponen-komponen penyelenggaraan pendidikan disajikan pada tabel 23.
TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
118
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
Tabel 22. Komponen-komponen perilaku belajar anak berdasarkan jarak terdekat pada opsi pilihan persepsi orangtua Persepsi orangtua siswa (1) Kurang baik Sangat baik
Komponen penyelenggaraan pendidikan (2) Keteraturan anak untuk mengulang pelajarannya di rumah (2) Kesadaran anak untuk mau belajar atas keinginannya sendiri (1) Kesukaan anak terhadap pelajaran-pelajaran di sekolah pada umumnya (3) Kemampuan anak dalam menyelesaikan pekerjaan rumahnya (4)
Dari tabel 23, diketahui bahwa dalam keempat atribut perilaku belajar anak ini, orangtua telah menilai cenderung sangat baik untuk tiga diantaranya. Namun dalam hal keteraturan anak untuk mengulang pelajarannya di rumah masih dinilai kurang. Dari informasi tambahan hasil wawancara diketahui bahwa sebagian besar orangtua merasa pembelajaran yang dilakukan telah cukup banyak sehingga tidak perlu banyak mengulang di rumah.
Hubungan Karakteristik Orangtua dan Persepsi Mengenai Kondisi Anak dengan Persepsi Mengenai Pelaksanaan Penyelenggaraan Pendidikan Untuk memperkaya pembahasan dan mencari kemungkinan solusi, maka peneliti menggali hubungan antara variabel. Dalam hal ini, peneliti melihat hubungan antara karakteristik orangtua dan persepsinya mengenai kondisi anak dengan persepsi orangtua mengenai pelaksanaan penyelenggaraan pendidikan. 1.
Hubungan Karakteristik Otrangtua dengan Persepsinya terhadap Penyelenggaraan Pendidikan Robbins (2001) menyatakan bahwa karakteristik personal memiliki pengaruh yang sangat
besar terhadap persepsinya. Dalam penelitian ini, ingin diteliti hubungan karakteristik tingkat pendidikan, umur, dan pengeluaran dengan persepsi orangtua mengenai pelaksanaan dari penyelenggaraan pendidikan. Hubungan tersebut ditunjukan dalam tabel 20 berikut:
TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
119
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
Tabel 20 Jumlah orang tua menurut karakteristik dan persepsinya terhdp penyelenggaraan pendidikan
Persepsi Orangtua terhadap Penyelenggaraan Pendidikan Kurang Memadai Memadai
Variabel
Pendidikan Terakhir
Umur
Rata-rata pengeluaran rumah tangga perbulan
Total
Dibawah S1
16 (45,7%)
19 (54,3%)
35 (100,0%)
S1 keatas
26 (57,8%)
19 (42,2%)
45 (100,0%)
Relative risk
1,29
Odds Ratio
1,63
Kurang dari 40 tahun
29 (50,9%)
28 (49,1%)
57 (100,0%)
40 tahun keatas
13 (56,5%)
10 (43,5%)
23 (100,0%)
Relative risk
1,13
Odds Ratio
1,25
Di bawah 4 juta
17 (40,5%)
25 (59,5%)
42 (100,0%)
4 juta keatas
25 (65,8%)
13 (34,2%)
38 (100,0%)
Relative risk
1,74
Odds Ratio
2,83
Dari tabel 20 diatas terlihat bahwa nilai relative risk yang paling jauh dari nilai satu adalah nilai untuk rata-rata pengeluaran perbulan. Sementara itu, Agresti (1990) menyatakan bahwa nilai relative risk yang mendekati 1 mengindikasikan tidak adanya hubungan antar variabel. Oleh karena itu, variabel pendidikan terakhir dan umur tidak dibahas dalam penelitian ini karena memiliki nilai relative risk yang mendekati 1. Variabel rata-rata pengeluaran rumah tangga perbulan memiliki nilai relative risk untuk menilai penyelenggaraan pendidikan telah memadai bagi orangtua siswa adalah sebesar 1,88. Ini berarti bahwa proporsi orangtua siswa yang menilai bahwa penyelenggaraan pendidikan di SDIT LH telah memadai adalah 1,88 kali lebih tinggi pada orangtua yang memiliki rata-rata pengeluaran rumah tangga perbulan dibawah 4 juta daripada orangtua yang memiliki rata-rata pengeluaran rumah tangga perbulan 4 juta keatas. TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
120
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
Nilai odds ratio sebesar 3,46 menunjukkan bahwa kecenderungan orangtua siswa untuk menilai penyelenggaraan pendidikan telah memadai adalah 3,46 kali lebih tinggi pada orangtua yang memiliki rata-rata pengeluaran rumah tangga perbulan dibawah 4 juta daripada orangtua yang memiliki rata-rata pengeluaran rumah tangga perbulan 4 juta keatas. Nilai odds ratio di atas mengindikaskan bahwa para orangtua dengan tingkat pengeluaran yang lebih tinggi memiliki kecenderungan untuk menilai penyelenggaraan pendidikan di SDIT Lukmanul Hakim Bandung belum memadai. 2.
Hubungan Persepsi Orangtua terhadap Kondisi Anak dengan Persepsinya terhadap Penyelenggaraan Pendidikan Sears (2000) menjelaskan bahwa dalam psikologi sosial, seseorang biasa melakkan proses
asosiasi. Asosiasi disini adalah proses kognisi seseorang dengan menghubung-hubungkan dua hal yang berhubungan. Dalam penelitian ini, peneliti menduga bahwa terjadi proses asosiasi pada orangtua siswa. Orangtua yang melihat perubahan yang baik pada anaknya setelah anaknya bersekolah akan memiliki kecenderungan untuk memberikan penilaian yang lebih baik terhadap sekolah. Tabel 21. Jumlah orangtua siswa menurut persepsinya terhadap kondisi anak dan persepsinya terhadap penyelenggaraan pendidikan Persepsi Orangtua terhadap Penyelenggaraan Pendidikan Kurang Memadai Memadai
Variabel
Persepsi orangtua terhadap religiusitas anak
Persepsi orangtua terhadap perilaku belajar anak
Total
Baik
12 (30,0%)
28 (70,0%)
40 (100,0%)
Kurang baik
28 (70,0%)
12 (30,0%)
40 (100,0%)
Relative risk
2,33
Odds Ratio
5,44
Baik
11 (29,7,%)
26 (60,3%)
37 (100,0%)
Kurang baik
29 (67,4%)
14 (32,6%)
43 (100,0%)
Relative risk
2,16
Odds Ratio
4,90
Dari tabel 21 diatas terlihat bahwa nilai relative risk variabel persepsi orangtua terhadap religiusitas anak dan variabel persepsi orangtua terhadap perilaku belajar anak keduanya memiliki TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
121
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
nilai yang besarnya jauh dari 1 (keduanya bernilai diatas 2). Sehingga terindikasi kedua variabel tersebut memiliki hubungan dengan persepsi orangtua terhadap penyelenggaraan pendidikan.
Persepsi Orangtua Terhadap Religiusitas Anak Nilai odds ratio sebesar 5,44 menunjukkan bahwa kecenderungan orangtua siswa untuk menilai penyelenggaraan pendidikan telah memadai adalah 5,44 kali lebih tinggi pada orangtua yang menilai religiusitas anaknya baik daripada orangtua siswa yang menilai religiusitas anaknya kurang baik.
Persepsi Orangtua Terhadap Perilaku Belajar Anak Nilai odds ratio sebesar 4,90 menunjukkan bahwa kecenderungan orangtua siswa untuk menilai penyelenggaraan pendidikan telah memadai adalah 4,90 kali lebih tinggi pada orangtua yang menilai perilaku belajar anaknya baik daripada orangtua siswa yang menilai perilaku belajar anaknya kurang baik. Dari uraian diatas terindikasi bahwa persepsi orangtua terhadap kondisi anak berhubungan dengan persepsi orangtua terhadap penyelenggaraan pendidikan sekolah.
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Dari sisi karakteristik, sebagian besar orangtua siswa berpendidikan tinggi (sarjana), ibu sebagai ibu rumah tangga, dan dengan pengeluaran yang relatif tinggi (3-4 juta rupiah perbulan) Dari sisi proses penyelenggaraan pendidikan, komponen penyelenggaraan pendidikan sebagian besar dinilai telah cukup memadai oleh para orangtua, kecuali fasilitas olah raga. Dan dari grafik kuadran, dapat diketahui bahwa sebagian besar komponen penyelenggaraan pendidikan berada pada kuadran 2. Hal ini berarti sebagian besar komponen yang menjadi daya tarik bagi orangtua, dalam pelaksanaannya dinilai telah memadai. Dari sisi anak sebagai cerminan hasil proses pendidikan, sebagian besar dinilai oleh orang tuanya telah memiliki tingkat religiusitas yang tinggi. Hal yang dinilai masih kurang baik adalah TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
122
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
motivasi anak untuk membaca Al-qur‟an. Sedangkan dari segi perilaku belajar, pada umumnya dinilai sangat baik oleh orangtua siswa, kecuali keteraturan anak untuk mengulang pelajarannya di rumah. Lebih lanjut, diketahui bahwa penilaian orangtua mengenai penyelenggaraan pendidikan dipengaruhi oleh tingkat pengeluaran dan penilaiannya terhadap perkembangan anak.
Saran Sebagai institusi pendidikan yang diharapkan dapat menjadi solusi bagi pendidikan Islam, SDIT idealnya dapat dinikmati oleh lapisan masyarakat yang lebih luas. Terkait permasalahan biaya yang harus dikeluarkan oleh orangtua siswa dapat dicarikan solusinya, misalnya dengan penerapan sistem subsidi silang biaya pendidikan bagi orangtua siswa yang tidak mampu dari orang tua siswa yang mampu. Sebagai institusi swasta yang dituntut untuk mampu bersaing dalam mendapatkan konsumen, penting bagi SDIT untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan pendidikan yang menjadi daya tarik bagi orangtua. Oleh karena itu, penyelenggara SDIT LH perlu meningkatkan komponen penyelenggaraan yang dinilai masih kurang memadai dan mempertahankan komponen yang dinilai telah memadai oleh orangtua siswa. Sesuai dengan hasil penelitian bahwa semakin baik kondisi anak dimata orangtua maka akan semakin baik pula image sekolah dimata orangtua. Oleh karena itu, SDIT dituntut untuk berorientasi pada hasil proses pendidikan, diantaranya yaitu membentuk siswa yang baik dalam segi religiusitas dan perilaku belajarnya. Penelitian ini hanya melibatkan orangtua dalam memberikan penilaian dan masukan terhadap penyelenggaraan Sekolah Islam Terpadu. Untuk memperoleh masukan yang lebih lengkap, maka perlu melibatkan stake holder lainnya, seperti guru, pihak JSIT, atau pihak dari Departemen Pendidikan Nasional. Disarankan pada penelitian selanjutnya dapat membandingkan aspek prestasi, religiusitas, perilaku belajar, kepemimpinan, dan kemandirian antara siswa lulusan SDIT dengan siswa lulusan sekolah dasar lainnya yang telah berada pada level sekolah lanjutan. Hal ini untuk mengetahui gambaran kualitas siswa lulusan SDIT dibandingkan dengan lulusan sekolah dasar lainnya.
TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
123
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
DAFTAR PUSTAKA
Alaydroes F. 2005. “Pendidikan Harus Jadi Agenda Utama Pemerintah atau Bangsa Kita Jadi Pecundang”. http://www.pks-anz.org/pkspedia/index.php?title=Fahmi_Alaydroes. Diakses tanggal 23 Januari 2008. Arikunto S. 1997. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Assegaf A. 2005. Politik Pendidikan Nasional. Yogyakarta: Kurnia Kalam. Azwar S. 1988. Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Liberty. Bakar dan Surohim. 2005. Fungsi Ganda Pendidikan Islam (Respon Kreatif Terhadap Undang-Undang Sisdiknas). Yogyakarta: Safira Insania Press. Darto.
3 Juni 2004. “Islamic School Sebuah Alternatif [Artikel]”. searchengines.com/artikel.html. Diakses tanggal 23 Januari 2008.
http://re-
Jausi I. 2003. Evaluasi Penyelenggaraan Pendidikan Sekolah Dasar (Studi pada Empat Kecamatan di Kabupaten Luwu Utara) [Tesis]. Makasar: Universitas Negeri Makasar. JSIT Indonesia. 2006. Sekolah Islam Terpadu Konsep dan Aplikasinya. Jakarta: JSIT Indonesia. Kerlinger FN. 2006. Asas-asas Penelitian Behavioral. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Ladjid H. 2005. Pengembangan Kurikulum Menuju Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Quantum Teaching. SDIT
Lukmanul Hakim. 2006. “Tujuan Pendidikan”. hakim.blogspot.com. Diakses tanggal 23 Januari 2008.
http://sdit-luqmanul-
Sobur A. 2003. Psikologi Umum. Jakarta: Pustaka Setia. Syarifuddin R. 7 Oktober 2005. “JSIT Memberdayakan Sekolah-Sekolah Islam”. http://www.republika.co.id. Diakses tanggal 23 Januari 2008. Yusuf. 2008. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya.
TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
124
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
VARIABEL YANG MEMENGARUHI PERILAKU HIDUP SEHAT WANITA USIA SUBUR DI SUMATERA SELATAN TAHUN 2010
TitikHarsanti dan Jeffry RH Sitorus Abstract The study aims to analyze factors that influence heathy life of reproductive women in Sumatera Selatan Province, 2010. This topics are chosen because of highly maternal Mortality in that province. The research use primery data of 15 – 49 years old married women. Using Stratified Three Stage Sampling, 6 cities choosen in Sumatera Selatan Province are Palembang, OKU Selatan, Ogan Ilir, OKI, Musi Rawas dan Musi Banyuasin. The result shows that 86% of reproductive women did’nt live in healthy life. Based on logistic Regression analysis, reproductive women who tend not to live in healthy life are maximum senior high school, never attend health counseling and lived in bad environment. Key word: healthy life, reproductive women, maternal mortality I. PENDAHULUAN Kesehatan merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam kehidupan manusia karena menyangkut hak-hak dasar warga negara yang mutlak untuk dipenuhi.Pemenuhan hak dasar kesehatan diatur dalam Konstitusi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Undangundang Dasar 1945 Pasal 28H ayat 1, Pasal 34 ayat3, dan UU Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan. Landasan tersebut menyatakan bahwa kesehatan adalah hak asasi manusia yang merupakan hak fundamental setiap warga. Penyelenggaraan kesehatan juga didukung oleh UU Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah yang menyebutkan bahwa pemerintah wajib menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Berkaitan dengan hal tersebut setiap individu, keluarga, dan masyarakat berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya. Salah satu usaha pemerintah untuk mewujudkan pembangunan kesehatan adalah melalui pencanangan Program Indonesia Sehat 2010. Tujuan dari Program Indonesia Sehat 2010 adalah terciptanya pembangunan nasional berwawasan kesehatan, kemandirian masyarakat untuk hidup sehat, memelihara, dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu. Program ini mendapatkan dukungan dari pemerintah daerah di seluruh provinsi, salah satunya adalah Sumatera Selatan (Sumsel). Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan mencanangkan Program Sumsel Sehat (PSS) 2008. Sumsel Sehat 2008 diprogramkan untuk memberikan perlindungan dan jaminan kepada masyarakat untuk mendapatkan pelayanan
TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
125
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
kesehatan yang berkualitas, sehingga tercapai derajat kesehatan berkualitas dalam berbagai kondisi berhubungan dengan kesehatan dirinya. Jika dibandingkan dengan target Indonesia Sehat 2010, kondisi kesehatan di Provinsi Sumatera Selatan belum tercapai secara optimal, salah satunya terlihat dari Angka Kematian Ibu (AKI) yang tergolong tinggi. Berdasarkan data hasil survei United Nations Fund for Population Activities (UNFPA) dan BPS 2005, Angka Kematian Ibu (AKI)di Sumatera Selatan mencapai 467 kematian per 100.000 kelahiran hidup. Angka tersebut masih jauh dari target Program Indonesia Sehat 2010 yaitu sebesar 150 kematian per 100.000 kelahiran hidup. AKI menjadi salah satu indikator keberhasilan pembangunan pada sektor kesehatan. Kematian ibu erat kaitannya dengan kualitas kesehatan wanita usia subur (15-49 tahun), karena sebagian besarkelompok ibu merupakan kelompok wanita usia subur. Kelompok wanita usia subur merupakan kelompok yang berpotensi untuk melahirkan,karena merekalah yang akan melahirkan generasi baru sebagai penerus pembangunan nasional.Dengan demikian, kematian ibu berdampak secara luas terhadap rendahnya kualitas sumber daya manusia, terhambatnya pembangunan nasional, dan lost generation. Masalah-masalah tersebut perlu segera dikaji karena Indonesia membutuhkan sumber daya manusia yang berpendidikan dan sehat untuk kelancaran pembangunan nasional.
Berdasarkan teori H.L. Blum,faktor-faktor yang memengaruhi tingkat kesehatan adalah perilaku hidup bersih dan sehat, lingkungan tempat tinggal, dan genetika. penelitian ini ingin mengetahui kesehatan wanita usia subur (WUS) yangdibatasi pada dimensi pendidikan WUS, perilaku hidup sehat WUS, ekonomi rumah tangga, demografi, dan lingkungan tempat tinggal WUS. Adapunpermasalahan yang akan dijawab melalui penelitian ini dirumuskan dalam pertanyaan penelitian berikut ini yaitu: 1. Bagaimana karakterisik pendidikan, demografi, ekonomi rumah tangga, dan lingkungan tempat tinggal WUS di Sumatera Selatan? 2. Bagaimana karakteristik perilaku hidup sehat WUS? 3. Bagaimana keterkaitan antara variabel pendidikan, demografi, ekonomi rumah tangga, dan lingkungan tempat tinggal dengan perilaku hidup sehat WUS di Sumatera Selatan?
Denganpermasalahandiatas, maka penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui: TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
126
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
1. Karakterisik pendidikan, demografi, ekonomi rumah tangga, dan lingkungan tempat tinggal WUS di Sumatera Selatan. 2. Karakteristik perilaku hidup sehat WUS di Sumatera Selatan. 3. Variabel yang signifikan berpengaruh terhadap perilaku hidup sehat WUS di Sumatera Selatan, serta kecenderungan perilakunya.
II. METODOLOGI PENELITIAN
Metode Pengumpulan Data Untuk mendapatkan data yang diperlukan, digunakan metode pengambilan sampel dengan Multi Stage Sampling. Data-data tersebut diperoleh dengan wawancara terstruktur kepada responden. Cakupan dalam survei ini adalah: a. Populasisurvei: Seluruhwanita di Provinsi Sumatera Selatan b. Populasi target: Seluruhwanitausiasuburberusia 15-49 tahun di Sumatera Selatan c. Unit observasi: Wanitausiasuburberusia 15-49 tahunberstatuskawin d. Unit sampling: 1) Primary Sampling Unit
: Kabupaten
2) Secondary Sampling Unit : Blok sensus 3) Ultimate Sampling Unit
: Wanitausiasuburberusia 15-49 tahun
e. Unit analisis: Wanitausiasuburberusia 15-49 tahun Untuk mendapatkan data yang diperlukan, digunakan metode pengambilan sampel dengan Stratified Three Stage Sampling, dengan dasar stratifikasi adalah sembilan indikator kesehatan yang diambil dari Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007. Kabupaten Kota yang terpilih sebagai sampel adalah Palembang, OKU Selatan, Ogan Ilir, OKI, Musi Rawas dan Musi Banyuasin.
Metode Analisis Metodeanalisis yang digunakandalampenelitianiniadalahmetodeanalisisinferensia yang terdiridariujikebebasan (Test of Independency) dan analisis regresi Logistik Berganda.
UjiKebebasan (Test of Independency) Uji Kebebasan dengan statistik Chi-Square digunakan untuk mengetahui keterkaitan (association) antara dua peubah kategorik. Hasil pengujian ini digunakan untuk TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
127
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
mengidentifikasi variabel pendidikan, demografi, ekonomi rumah tangga, lingkungan tempat tinggal yang berkaitan dengan perilaku hidup sehat WUS di Sumatera Selatan.
Analisis Regresi Logistik Berganda Regresi logistik merupakan suatu model persamaan yang digunakan untuk menganalisis pengaruh sejumlah variabel kategorik dan numerik terhadap suatu variabel kategorik. Dalam penelitian ini model regresi logistik digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel pendidikan, demografi, ekonomi rumah tangga, dan lingkungan tempat tinggal terhadap perilaku hidup sehat WUS di Sumatera Selatan. Variabel respon dapat merupakan kategori biner dan variabel bebasnya merupakan variabel kategori dan kontinyu (Hosmer and Lemeshow, 2000). Nilai dari variabel respon (Y) dapat dibedakan dalam dua kategori, yaitu perilaku hidup sehat atau tidak sehat yang dinotasikan dengan Y = 1 (sehat) dan Y = 0 (tidak sehat) dan akan mengikuti distribusi Bernoulli untuk setiap observasi. Dugaan dari hubungan variabel respon (Y) dan variabel bebas (X) dinyatakan dengan E(y|x) yang memiliki probabilita antara 0 dan 1, atau 0≤E(y|x)≤1. MenurutAgresti (1990), variabel respon dalam regresi logistik biner merupakan variabel dengan nilai 0 dan 1 yang merupakan random variable yang mengikuti sebaran Bernoulli. Menurut Hosmer dan Lemeshow (2000), model regresi logistik mempunyai bentuk umum sebagai model peluang dengan p variabel bebas, dan diformulasikan sebagai berikut:
( x)
exp( 1 exp(
x
0
...
1 1 0
x
1 1
...
p
xp ) p
xp )
Nilai
(x) adalah peluang kejadian „perilaku hidup sehat‟ (y=1), sedangkan
j;j=0,1,…,p
adalah nilai parameter. Model regresi logistik ini merupakan model nonlinier
sehingga perlu dilakukan tranformasi logit untuk memperoleh model linier agar dapat dilihat hubungan antara variabel respon dengan variabel bebas. Hasil transformasi logit dari
g ( x) ln
( x) 1 ( x)
(x) adalah:
dan g ( x)
0
x
1 1
x
2 2
...
p
xp
TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
128
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
Formulasi di atas merupakan fungsi linier dalam parameter-parameternya atau g(x) telah linier dalam parameternya. Semua variabel bebas bersifat diskrit dan berskala nominal, maka variabel tersebut hanya sebagai identifikasi saja dan tidak mempunyai nilai numerik sehingga diperlukan dummy variable. Jika terdapat variabel bebas ke-j yang berskala kategorik (nominal) dengan k kategori, maka diperlukan dummy variable sebanyak kj-1 yang dinamakan Dju dengan koefisien βju, u = 1,2,…,kj-1. Sehingga model transformasi logit: kj 1
g ( x)
0
1 x1 ...
ju
D ju
p
xp
u 1
Dalam model regresi logistik, variabel respon diekspresikan sebagai berikut: yi = π(x) + εi
i = 1,2,3,…,n
εi(error) berdistribusi Binomial denganrataannol dan ragamπ(x) [1- π(x)], dan mempunyai nilai: εi = 1- π(x), jika y=1 denganpeluangπ(x), dan εi= - π(x), jika y=0 denganpeluang [1- π(x)] Variabel Y merupakan peubah acak yang menyatakan perilaku hidup sehat WUS dengan dua kategori, yaitu sehat dan tidak sehat. Sedangkan variabel X terdiri dari variabel-variabel pendidikan, demografi, ekonomi rumah tangga dan lingkungan tempat tinggal WUS.
BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN Perilaku hidup sehat ternyata belum sepenuhnya disadari oleh masyarakat, khususnya WUS di beberapa kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan. Hasil pengolahan dari penelitian ini menunjukkan hal tersebut, tercermin dari tingginya WUS yang belum berperilaku hidup sehat, yaitu sebesar 89 persen dari 2.260 responden yang berhasil diwawancarai. Selanjutnya untuk mengetahui variabel-variabel yang berpengaruh terhadap perilaku hidup sehat tersebut, berikut ini akan diuraikan hasil analisis inferensial data tersebut. Hasil pengujian hubungan (asosiasi) antara variabel kategorik pendidikan, demografi, ekonomi, dan lingkungan dengan perilaku hidup sehat WUS pada taraf uji 5 persen menunjukkan bahwa seluruh variabel signifikan mempunyai keterkaitan dengan perilaku hidup sehat WUS. Hasil pengujian ini menjadi dasar untuk membangun seluruh variabel tersebut secara simultan dalam model perilaku hidup sehat WUS. Pembentukan model selanjutnya juga bertujuan untuk mengetahui kecenderungan dari variabel yang signifikan memengaruhi perilaku hidup sehat WUS.
TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
129
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
Tabel 4.1. Hasil Uji Simultan dengan Uji Chi Square, Sumatera Selatan 2010 Chi-square -5.392 165.707 165.707
Step Block Model
df 4 9 9
Sig. .249 .000 .000
Catatan: Omnibus Tests of Model Coefficients
Pada tahap awal penggunaan metode adalah menguji secara simultan pengaruh dari variabel pendidikan, demografi, ekonomi, dan lingkungan terhadap perilaku hidup sehat. Pada tabel 4.1 memperlihatkan statistik uji G dengan Chi-square mempunyai nilai peluang 0.000, yang berarti bahwa ada variabel dalam model yang signifikan memengaruhi perilaku hidup sehat WUS. Berikutnya pengujian parsial dengan statistik uji Wald dan diperoleh hasil seperti pada Tabel 4.2. Pada taraf uji 5 persen, ternyata ada dua variabel yang tidak signifikan memengaruhi perilaku hidup sehat WUS, yaitu jenis pekerjaan WUS dan status pekerjaan Kepala Rumah Tangga (KRT). Hal ini menunjukkan bahwa ternyata hanya besarnya pendapatan yang berpengaruh signifikan terhadap perilaku hidup sehat WUS. Keuangan rumah tangga, tanpa memperhatikan jenis dan status pekerjaan, menjadi penyebab WUS untuk berperilaku sehat atau tidak sehat. Karena biaya hidup, yang antara lain untuk mampu memenuhi kebutuhan makanan dengan menu gizi seimbang dan melakukan pemeriksaan ke dokter untuk perawatan kesehatan, masih memerlukan biaya yang tinggi. Tabel 4.2. Hasil Uji Parsial dengan Statistik Uji Wald Variabel penelitian
B
Wald
Sig.
df
95.0% C.I.for Exp(B)
Exp(B)
Lower PDIDIKAN WUS PENGETAHUAN WUS PENGETAHUAN WUS (1) PENGETAHUAN WUS (2) PENYULUHAN PDIDIKAN KRT UMUR WUS RMH SHT RMH SHT(1) RMH SHT(2) PENDAPATAN Constant
.463
.178
6.752
1
.009
7.203
2
.027
4.956 6.078 13.687 11.475 12.879
1 1 1 1 1
.026 .014 .000 .001 .000
Upper
1.590
1.121
2.255
1.685 1.509 .536 1.835 .967
1.064 1.088 .385 1.292 .949
2.667 2.092 .746 2.608 .985
1.126 1.039 1.000
2.967 1.926 1.000
.522 .411 -.624 .607 -.034
.234 .167 .169 .179 .009
7.456
2
.024
.603 .347 .000
.247 .158 .000
5.958 4.840 4.227
1 1 1
.015 .028 .040
1.828 1.414 1.000
2.234
.388
33.198
1
.000
9.333 TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
130
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
Pengujian kesesuaian model dengan Hosmer and Lemeshow dengan statistik uji Chi Square mempunyai nilai pelang 0,731, yang tidak signifikan pada taraf uji 5 persen. Chi-square 5.246
Df
Sig. 8
.731
Hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa model regresi logistik telah sesuai digunakan untuk mengetahui pengaruh perilaku hidup sehat WUS berdasarkan variabel pendidikan, demografi, ekonomi, dan lingkungan dari amatan 2.260 orang sampel WUS. Kekuatan model untuk memprediksi berdasarkan variabel-variabel yang signifikan memengaruhi perilaku hidup sehat WUS ditunjukkan oleh koefisien determinasi Nagelkerke sebesar 0,14. Tampaknya untuk kemampuan prediksi model perilaku ini masih lemah, yaitu hanya mempunyai kemampuan memprediksi 14 persen saja untuk memperkirakan perilaku hidup sehat WUS berdasarkan variabel-variabel yang signifikan dalam model. Artinya diperlukan kehati-hatian untuk melakukan prediksi perilaku hidup sehat WUS hanya dengan menggunakan sebagian kecil variabel pendidikan, demografi, ekonomi, dan lingkungan. Akan tetapi jika prediksi menggunakan data amatan dalam penelitian ini maka kemampuan mengklasifikasikan perilaku hidup sehat WUS sebagai sehat atau tidak sehat sudah cukup baik, dengan tingkat ketepatan klasifikasi sebesar 88,7persen. Guna mengetahui kecenderungan dari masing-masing variabel untuk berperilaku hidup sehat akan dipelajari melalui nilai odds ratio, yaitu pada kolom Exp (β) dalam Tabel 4.2.
Pendidikan 1. WUS yang berpendidikan SMA+ mempunyai kecenderungan untuk berperilaku hidup sehat 1,59 kali dibandingkan yang berpendidikan di bawahnya. 2. WUS dengan pengetahuan kesehatan yang cukup mempunyai kecenderungan berperilaku hidup sehat 1,509 kali dibandingkan yang pengetahuan kesehatannya kurang, dan WUS yang mempunyai pengetahuan kesehatan yang baik mempunyai kecenderungan berperilaku hidup sehat 1,685 kali dibandingkan yang pengetahan kesehatannya kurang. 3. WUS yang tidak mengikuti penyuluhan kesehatan mempunyai kecenderungan untuk berperilaku hidup sehat 0,536 kali dibandingkan yang telah mengikuti penyuluhan. TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
131
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
Atau wanita yang mengikuti penyuluhan memiliki kecenderungan 1.866 kali untuk berperilaku hidup sehat dibandingkan wanita yang tidak pernah ikut penyuluhan kesehatan.
Ketiga variabel yang digunakan untuk mengukur variabel pendidikan tersebut menunjukkan bahwa pendidikan formal WUS, pengetahuan tentang kesehatan WUS, dan keikutsertaan WUS dalam penyuluhan kesehatan memberikan pengaruh positif terhadap perilaku hidup sehat WUS. Artinya untuk mensukseskan program Indonesia Sehat, program pembangunan Provinsi Sumatera Selatan perlu difokuskan pada peningkatan pendidikan wanita, menyebarluaskan pengetahuan tentang kesehatan melalui media cetak, media elektronik, dan melibatkan peran tenaga medis & paramedis, serta secara intensif menyelenggarakan penyuluhan-penyuluhan kesehatan untuk wanita melalui pemanfaatan peran serta wanita dalam Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di rumah tangga.
Demografi Umur WUS tidak lebih dari 34 tahun mempunyai kecenderungan untuk berperilaku hidup tidak sehat 0,967 kali dibandingkan dengan yang usia di atasnya. Atau WUS yang berusia 35 tahun keatas memiliki kecenderungan 1,435 kali untuk berperilaku hidup sehat.
Ekonomi Rumah Tangga Rumah tangga WUS yang mempunyai pendapatan per bulan di atas Rp 779,167,- atau tidak lebih dari Rp 779,167,-
per bulan memiliki kecenderungan yang sama untuk
berperilaku hidup sehat atau tidak sehat.
Lingkungan Tempat Tinggal WUS yang mempunyai tempat tinggal yang kurang sehat mempunyai kecenderungan berperilaku hidup sehat 1,414 kali dibandingkan yang tempat tinggalnya tidak sehat, dan WUS yang mempunyai tempat tinggal yang sehat mempunyai kecenderungan berperilaku hidup sehat 1,828 kali dibandingkan yang tempat tinggalnya tidak sehat. Pendidikan WUS yang rendah biasanya dibarengi dengan kondisi ekonomi rumah tangga yang kurang baik dan terkait dengan lingkungan tempat tinggal WUS yang tidak TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
132
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
sehat, sehingga perilaku hidup sehat WUS yang tidak sehat dipengaruhi oleh ketiga hal tersebut. Dalam hal ini diperlukan program pemerintah yang saling mendukung, terkait dengan pendidikan wanita dan penanggulangan kemiskinan rumah tangga untuk peningkatan kesehatan wanita, khususnya perilaku hidup sehat WUS. Program jaminan kesehatan/kepemilikan asuransi kesehatan perlu ditingkatkan melalui penyuluhan, karena 66 persen WUS tidak memiliki jaminan/asuransi kesehatan (Gambar 4.11).
Gambar 4.11 Persentase WUS Menurut Kepemilikan Jaminan/ Asuransi Kesehatan, Sumatera Selatan 2010
Disamping itu Program Jamsoskes Semesta dalam rangka Program Sumatera Selatan Sehat juga belum banyak diketahui oleh WUS (58%), padahal program ini merupakan salah satu program pemerintah Sumatera Selatan yang dapat dimanfaatkan oleh seluruh golongan masyarakat, khususnya ekonomi lemah untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia di bidang kesehatan.
Gambar 4.12 Persentase WUS Menurut Pengetahuan Adanya
Program Jamsoskes Semesta TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
133
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
Artinya peran serta WUS untuk berpartisipasi aktif dalam PHBS masih harus terus disosialisasikan, dipantau pelaksanaan dan pemanfaatannya oleh pemerintah daerah agar mengenai sasaran secara efektif.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis yang telahdilakukanmaka dapat ditarik beberapa kesimpulan, sebagai berikut: 1. Sebagian besar Wanita Usia Subur di Palembang memiliki perilaku hidup kurang sehat, yaitu 89 persen. Variabel-variabel yang memengaruhi perilaku hidup sehat WUS adalah pendidikan, pengetahuan tentang kesehatan, penyuluhan tentang kesehatan, pendidikan kepala rumah tangga, umur WUS, kondisi lingkungan rumah tangga WUS, dan pendapatan. 2. Kecenderungan WUS yang berperilaku tidak sehat adalah yang berpendidikan SMA ke bawah, kurang mempunyai pengetahuan tentang kesehatan, tidak pernah mengikuti penyuluhan tentang kesehatan, dan tinggal di lingkungan rumah yang tidak sehat. Sedangkan umur dan pendapatan pengaruhnya tidak terlalu besar dibandingkan keempat variabel di atas.
Saran Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya maka dapat diajukan beberapa saran, antara lain: 1. Rendahnya WUS yang memiliki Perilaku hidup sehat perlu menjadi perhatian Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan. Program jangka pendek yang bias dilakukan salah satunya adalah dengan melakukan penyuluhan, karena penyuluhan secara positif berdampak terhadap perilaku hidup sehat WUS. Penyuluhan ini sekaligus mensosialisasikan program-program pemerintah seperti Program Jamsoskes Semesta yang belum banyak dimanfaatkan masyarakat Sumatera Selatan. Untuk program jangka panjang bias dilakukan dengan meningkatkan pendidikan wanita minimal SMA, karena kelompok ini signifikan untuk berperilaku hidup sehat. TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
134
JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK, UPPM - STIS
2.
Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan sebaiknya melakukan sosialisasi dan penataan lingkungan yang memenuhi persyaratan tempat tinggal yang sehat, agar terpenuhi perilaku hidup sehat bagi WUS.
DAFTAR PUSTAKA Agresti, A. 1990. Categorical Data Analysis. Canada: John Wiley & Sons. Inc. _________________________. 1999. Indonesia Sehat 2010: Visi Baru, Misi, Kebijakan dan Strategi Pembangunan Kesehatan. Jakarta: DepkesRI. _________________________. 2008. Profil Kesehatan Indonesia 2007. Jakarta: DepkesRI. Badan Pusat Statistik. 2007. Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2006-2007. Jakarta: Badan Pusat Statistik. Badan Pusat Statistik. 2007. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007. Jakarta: Badan Pusat Statistik. Departemen Kesehatan (Depkes). 2008. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), Laporan Nasional 2007. Jakarta: Balitbang Depkes. Hosmer, David W. and Stanley Lemeshow. 2000. Applied Logistic Regression Second Edition. Canada: John Wiley Sons. Notoadmodjo, S. 1997. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar. Jakarta: PT Rineka Cipta Notoadmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta Sekretariat Kabinet RI. 1992. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan. Jakarta: Sekretariat Kabinet RI. Sekretariat Kabinet RI. 2004. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah. Jakarta: Sekretariat Kabinet RI.
TAHUN 3, VOLUME 1, JUNI 2011
135