Vol. 5 No. 1, Maret 2011 ISSN : 1978-225X
Jumal Kedokteran Hewan
~~ ~
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA Bekerjasama dengan PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INDONESIA
~ . -
Jurnal Kedokteran Hewan ISSN : 1978-225X
\'ol. 5 'o. I.
~1aret ~01
PENGARUH PEMBERIAN IKAN YANG DIASINKAN DALAM MENGINDUKSI TUMORIGENESIS RONGGA HIDUNG PADA TIKUS SPRAGUE DAWLEY The effect ofSalted Fish in Inducing Nasal Cavity Tumor on Sprague Dawley Rats Dwinna Aliza', Amalia Sutriana\ E rdia nsyah Rahmi\ Nazaruddin\ dan Ha mdani Budiman ' Laboratorium Patologi Fakultas Kedoktcran Hewan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh =Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh 'Laboratorium Htstologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh E-mail:
dwinna2000(~yahoo.com
ABSTRAK Tingginya kasus kanker khususnya kankcr hati, pam-paru, dan saluran pemafasan atas di China, Korea. d.. n Thailand berhubungan dcngan pola makan rakyat yang tcrbiasa mengonsumsi ikan yang diasinkan. Hal ini berhubung.. n dengan senyawa nitrosamin yang terkandung pada ikan yang diasinkan. Nitrosamin mcmpunyai sifat karsinogem~ •taS dan mutagenisitas yang dapat menginduksi terjadinya tumor pada berbagai spestes hewan. Dalam penelitian m1 digunakan 25 ekor tik-us putih galur Sprague Dawler jantan umur ± 3 bulan dengan berat badan berkisar antara 150-200 g yang dibagi secara acak kc dalam lima kelompok, masmg-masing kelompok terdiri atas 5 ekor. Kclompok l dibcn pakan komersial yang dicampur dengan ikan yang diasinkan ( I 0° o) setiap hari. Kelompok II. III. dan IV diberikan pukan yang sama dengan sclang waktu masing-masing dua hari, empat hari, dan delapan hari. Sedangkan kelompok \' hanya dibcrikan pakan komcrsial. Pakan diberikan secara ad lihitw sclarna cnarn bulan. Pada akhir perlakuan. ukus dikorbankan, lalu dilakukan pcmeriksaan histopatologis dan dirangkai dengan dekalsifikasi serta pewamaan hematoksilin-eosin (HE). llasil pcnelitian menunjukkan bahwa dua tikus putih pada kclompok I ditemukan adarya pertumbuhan papilorna pada rongga hidungnya. Dari hasil penelitian ini dapatdisimpulkan bahwa pcmbcrian ikan }ang diasinkan pada tikus Sprague Dawl~vdapat menginduksi perturnbuhan tumor papiloma pada rongga hidung. 1
Kala kunci: nitrosamin, tumor hidung. ikan yang diasinkan
ABSTRACT The high incidence rate ofcancer especiallr fil-et; lung, and upper respiratory tract cancer m China, Korea. a Thailand related to the .feeding lzahit which consumed salted fish frequently. It caused by nitrosamines contained salted fish. Nitrosamines are carcinogenic and mutagenic agent that can induce tumors in various animal speet Til'f!lltyf/ve Sprague Dawley rats 3 months ofage and 150-200 grams ofbody weight were used in this research. Th era were randomly allotted into /l1·e experimental groups. 5 ofeach. Rats in group!, II, Ill, and IVwere exposed to saltedfl. hyfeeding them with the commercia/feed containing 10°/u ojsaltedfish eve1y day. every•two da.vs. everyfour da)'S, a evel)' eight days, respectireh: Rats in group V were received commercial feed. Feeding was gi1·en ad libitum )or months. Histopathological e:mminationfolloll'ed by decalcification and staining Hith Haematocylin-Eosin (H£1 \\ done to get the condition o.fnasal carities ofthe samples post treatment. The nasal ca,·i~l·papilloma occurred in tl\ fil'Crats in group I. It could he concluded that saltedfish can induce the nasal cavitypapilloma in Sprague Dall'ley rar Keywords: nitrosamines. nasal tumm; salted fish
PENDAHULUAN Neop1asma atau tumor merupakan penyakit yang disebabkan adanya pertumbuhan se1-scl yang telah kehi1angan daya aturnya dengan menyerang berbagai macam se1,jaringan ataupun organ, misalnya hati. jantung, kulit. sa1uran pencernaan, saluran pernafasan. dan lain -1ainnya. Mcnurut World Health Organi:::ation tumor tcrmasuk da1am urutan teratas dari kelompok penyakit yang mematikan di dunia dan diperkirakan 15 orang per l 00.000 penduduk di dunia mengidap tumor (Mu1yadi, 1997). 38
D i Indonesia menjelang akhir abad : terjadi perubahan pola penyakit dari pen~ 1k • infeksi ke penyakit degeneratif dan tu n • (Tjahjono, 1999). Hal ini diduga disebab o1ch pcningkatan jumlah industri, peruh ah pola makan maupun gaya hidup (~lu _~ 1995). Diperkirakan settap tahun terciatu 190.000 penderita baru dan seperh diantaranya mengalami kcmatian ( ~tul) 1997). Menurut hasi1 pemantauan ke:-eh<:• rumah tangga Departemen Kesehatan Repu Tndonesia,jum lah penderita tumor di Ja\ \ 3 Bali pada tahun 1995 adalah 100 ka'US ~ 100.000 penduduk (Tjahjono, 1999).
Jumal Kcdokteran Hewan
Tumor rongga hidung pada hcwan laboratorium ataupun manusia padu umumnya ditandai dengan terjadinya pembengkakan pada bagian dorsum hidung. penonjolan nostri I. pcrdarahan pada lubang hi dung. kchilangan keseimbangan. dan bcrnafas dengan mulut. Sccara makroskopis, ncoplasma terscbut tcrlihat sebagai massa mfilrrarin? berwama putih kecoklatan sampai kckuningan. Seringkali terjadi juga nekrosis padajaringan di sckitarnya. Tumor dapat menyebar kc otak dan organ-organ lain (Haschek dan Witschi. 1991 ). Pcnyebab utama tumor pada manusia discbabkan temtama oleh Htktor lingkungan, walaupun beberapa diantaranya dapat discbabkun oleh asap rokok. bahan-bahan karsinogcn. dan faktor nutrisi yang masuk ke dalam tubuh sebagai kontaminan makanan. Sejumlah senyawa yang tcrdapat dalam bahan makanan dapat bertindak sebagai inisiator karsinogen danJatau promoter (Hietancn et al.•
1991 ). Prckursor nitrosamin merupakan salah satu scnyawa karsinogen yang potcnsial dan sering digunakan sebagai bahan pcnga\\'et dan bahan pcwarna makanan . Pcnggunaannya dalam Jumlah besar merupakan faktor rcsiko pertumbuhan tumor. Senyawa nitrosamin misalnya X-nitrosodiethylamin e (NDEA) mcrupakan senyawa penccmar lingkungan yang bcrsifat karsinogenik dan mutagenik. Prckursor NDEA banyak terdapat di udara tcrccmar bahan bakar mobil atau mcsin diesel, lingkungan industri karct, industri pcnyamakan kulit. bahan asal tembakau (asap rokok), makanan, dan minuman (Yurchcnko dan Molder, 2006) juga pada ikan yang diasinkan (Mitacck eta/., 1999). Scnyawa nitrosamin juga dapat terbentuk di dalam tubuh dan reaksi nitrit dengan asam amina sekunder. Selam 1tu, nitrit juga terdapat dalam sayuran sepcrti bayam. atau yang ditambahkan dalam produk daging, ikan, sosis sebagai food additive dapat mcningkatkan kejadian tcrbcntuknya nitrosamin dalam tubuh (Spicgclhalder dan Preussmann. 1987). Mctabolisme beberapa zat kimia karsinogen seperti nitrosamin tcrjadi pada selsel epitel rongga hidung. Enzim sitokrom P-450 yang banyak dikandung oleh rctikulum endoplasma pada mukosa rongga hidung dianggap bertanggung jawab terhadap mctabolisme aktivasi nitrosamin schingga terbentuk rcaksi intermedier yang akan bcrintcgrasi dengan DNA sehingga terjadi
Dwmna Aliza. dkk
produk-produk teralkilasi atau DNA teralkilasi yan g bertanggung jawab tcrhadap tumorigenesis hidung. Rcaksi intcnnedicryang terb~.:ntuk di rongga hidung bcrsirkulasi di dalam darah dan akan tertimbun sccara selektif pada bcrbagai macam jaringan atau organ dan akh1m~a bcrakhir sebagai inisiator tumor (Wa~ I tO, 1990).
i\1,\TERI D.\:"1 \IETODE Pe nchtian im di lakukan :-.clama 6 bulan di Laboratorium Patologi Fakultas Kedoktcran HC\\ an Un iversitas Syi:: h Kuala. Mat~.:n yang d1gunakan dalam pene · 1n in i terdiri ata:-. ~5 ckor uku Sprague Dawley jantan berumur lebih kurang 3 bulan dengan bcrat badan 150-~0() g yang diperoleh dari laboratorium he\\ an pe rcobaan l n~titut Pertanian Bogor (IPB ). Pakan )an g diberikan adalah pakan ko mer::-ial ) ang terd
Prosedur Penelitian Dua puluh lima ekor tikus dibagi secant acak menjadi lima kclompok perlakuan yang terdiri atas 5 ckor per kelompok. Kelompok I d1bcri pakan komersial yang dicampur dcngan ikan yang diasinkan (10°/o) setiap hari. Kelompok II, TIL dan IV dibcrikan pakan yang sama dcngan selang waktu masing-masing dua hari, cmpat hari, dan delapan hari. Sedangkan kelompok V hanya diberikan pakan komersial. Pakan diberikan sccara ad libitum sclama 6 bulan. Sclanjutnya tikus tcrscbut dietanasi dengan mcnggunakan larutan eter dan dinekropsi untuk diambil jaringan rongga hidung untuk pemeriksaan histopatologis. Sebelum dilakukan proses pcmbuatan preparat histologis, rongga hidung terlcbih dahulu didekalsiflkasi. Metode dckalsiflkasi yang digunakan adalah metoda yang biasa digunakan di Bagian Patologi Fakultas Kcdokteran Hewan Universitas Syiah Kuala Banda Acch. Preparasi jaringan rongga hidung dikcrjakan dengan metode sepcrti yang dijclaskan oleh Wasito ( 1990) Untuk sediaan 39
Jumal Kedokteran Hcwan
histologis jaringan ro ngga hidung yang diperJukan adalah bagian kepala yang memungkinkan untuk dilakukan cvaluasi histologis terhadap potongan melintang turbinata rongga hidung pada tingkatan palatal ridge ke 2. Bagian kepala yang sudah didekalsifikasi dikcluarkan dari larutan alkohol 70° o. Setclah itu rahang bawah dihilangkan, diletakkan pada meja atau tempat nekropsi sedemikian rupa, sehingga langitlangtt keras (palatum durum) menghadap kc atas. Dengan skalpel tajam, dibuat potongan perpendicular pada arah palatum durum dan septum nasi. Jaringan yang tclah diftksasi dengan formalin 10% selama 24 jam kemudian dibuat scdiaan histologis dan dicat dengan HE sesuai dengan standar prosedur yang dikerjakan di Laboratorium Patologt Fakultas Kedokteran Hcwan Unsyiah. Pcngamatan sediaan histologis dilakukan dengan menggunakan mikroskop foto di laboratorium yang sama. Pcrubahan patologis yang dipcroleh dianalisis secara deskriptif. 1
HASIL DAN PEMBAHASAN Pada akhir masa pcrlakuan, tikus pada semua kelompok ttdak memperlihatkan adanya gejala klinis yang mengarah pada adanya pertumbuhan tumor pada saluran pernafasan bagian atas (rongga hidung). Hidung juga tidak menunjukkan adanya pembahan patologi anatomi akibat tumor, seperti pembengkakan di bagian dorsal hidung dan orbitalis serta perdarahan dari lubang hidung (Lane, 1981 ). Pemeriksaan histopatologi dilakukan terhadap jaringan rongga hidung dengan mengamati pembahan-pembahan yang mengarah pada adanya pertumbuhan scl-scl tumor seperti hiperplasia dan displasia epitel kelenjar maupun peningkatan aktivitas proliferasi epitcl squamus rongga hidung (Szumilo, 2007). Gambaran histopatologis rongga hidung pada kelompok yang tidak diberi tambahan ransum ikan yang diasinkan (V) setelah 6 bulan adalah normal (Gambar I). Pada kelompok yang dibcri tambahan ransum ikan yang diasinkan (I O~o) setiap hari (I), setiap selang waktu 2 hari (IT), setiap selang waktu 4 hari (III), dan setiap sclang waktu 8 hari (TV) selama 6 bulan, hanya dua dari lima ekor tikus putih dari kelompok I (Gambar 2) yang diduga menderita papiloma pada rongga hidung.
40
Vol. 5 ~o. 1, ~aret 2011
Papiloma tersebut tumbuh dari sel-sel cpitcl permukaan ductus phar.vngealis yang mcmpunyai pola berjonjot. Wasito (1994) juga melaporkan adanya adenoma pada 1 dari 6 ekor tikus Sprague Dawley betina yang dihcpatektomi parsial (70%) dan diberi ransum mengandung 100 ppt tetrachlorodiben::o-pdioxin (TCDD) atau I 00 ppt TCDD .... 5 ppm 245-lzexach/orobipheny/ (245-HCB) dengan pemberian NDEA dosis 10 mg/kb bb. Adenoma tersebut tampak sebagai gambaran sel -sel terdiferensiasi scmpurna dengan bentukan struktur yang menyempai kclcnjar dcngan pola pcrtumbuhan agak berjonjot sebagai basil proliferasi sel pada epitel kclenjar. Dilihat dari pcrtumbuhan tumor yang terjadi pada dua ekor tikus putih dari kclompok I pada penelittan ini diduga ada perbedaan respon indiYidu terhadap efek karsinogenik nitrosamin. Seperti yang d~ .aporkan olch Lijinsky ( 1987) walaupun senyawa nitrosamin mcrupakan karsinogen sistemik, diabsorpsi dan masuk ke dalam sirkulasi darah melalui berbagai cara pemberian, kadang-kadang terdapat perbedaan respon antar individu terhadap dosis yang sama yang diberikan dengan cara yang berbeda. Perbedaan ini mcnunjukkan bahwa dera 1 1t absorpsi dari tempat aplikasi dan perbedaan farmakokinetik dapat mcmpengaruhi karsinogenesis nitrosamin. Selain itu, karsinogenesis nitrosamin juga dapat dipengaruhi oleh galur, jenis kelamin, umur, dan makanan. Penelitian yang dilakukan oleh Hong et al. (1991) membuktikan bahwa metabolisme nitrosamin lcbih tinggi pada tikus yang berumur 9 minggu dibandingkan ttkus yang berumur 4 minggu. Senyawa nitrosamin menginisiasi dan menyebabkan pertumbuhan tumor temtama dcngan mcnginduksi perubahan pada DNA yang mengarah pada mutasi (Peto et a/. disitasi oleh Finberg et al., 2000), dan mungkinjuga menyebabkan sitotoksisitas dan apoptosis (Deal et a/. disitasi oleh Finberg er a/, 2000). KESIMPULA...~
Pemberian pakan tambahan berupa ikan yang diasinkan pada tikus galur Sprague Dawley diduga dapal menginduksi pertumbuhan tumor papiloma pada rongga hi dung.
Jurnal Kcdokteran Hewan
Dwinna Aliza. dkk
DAFTAR PGSTAKA
Gambar 1. Gambaran hi,>tologis rongga hidung normal dari tikus putih yang tidak diberikan penambahan ikan yang diasinkan dalam ransumnya (kontrol) (HE. 40X)
Gambar 2. Gambaran histopatologis rongga hi dung yang berasal dari tikus putih yang diberi tambahan ransum ikan yang diasinkan (I 0% ) (HE. 40X)
UCAPAN TERI?\IA KASTH Terima kasih dan penghargaan kepada Lembaga Penelitian Universitas Syiah Kuala yang telah memfasilitasi penclitian ini melalui Bantuan Direktorat Pcnelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional. Terima kasih dan penghargaan kepada Fakultas Kedokteran Hewan Unsyiah, khususnya Laboratorium Patologi atas bantuan dan fasilitas yang diberikan.
Finberg. "\1 .• L!. Stcnius, and J. Hodberg. 2000. X.enob10tics modulated the p53 response to D~A damage in preneoplastic enz) me-altered foci in rat liver: effects of diethylnitrosaminc and phenobarbital. To'\icol. Sci. 54:95-103. Hasc 11eh.. \\ .~. and H R. Witschi. 1991. Rcsptratory System. ln Handbook of fo'\ icologic Pathology. Haschek, W.O. and C.G. Rousscaux. (Eds). Academic Press Inc .. San Diego. Hietanen. E.. 11. Bartsch. M. Ahotupa, J.C. Bereziat, Y. Bussacchini-Griot. J.R. Cabral, A.M. Camus. M. Laitanen. and H. Wild. 1991. Mechanism oftat related modulation of N-nitrosodicthylamine induced tumors m rats: Organ distributton, blood lipids. enzymes. and prooxidantstate. Carcinogenesis. 12(4):591-600. Hong. J.Y.. T. Smith, M.J. Lee. W.S. Li. B.L. Ma. S.M. '\ing. J.F. Brad), P.E. Thomas, and C.S. Yang 1991. Metabolism of carcinogcmc nitrosamincs by rat nasal mucosa and the effect of diallyl sulfide. Cancer Resea reb . 51: 1509-1514. Lane . .\1 19R I. Cancer ofthe Head and Neck. In Cancer and Chemoterap\. Introduction to Clinical Oncology, C Loke. S.T. and A. W. Prcstayko (Eds). Academic Press, New York. Lijinsky, W. 1987. Structure-activity relation in carcinogenesis by N-nitroso compounds. Cancer and Met. Rev. 6(3 ):30 1-356. Mitacek. E.J., K.D. Brunncmann, M. Suttajit, 1\l'. Martin, T. Limsila. H. Ohshima, and L.S. Caplan. 1999. Exposure to N-nitroso compounds in a population of high liver cancer regions m Thailand: volatile nitrosamme (VNA) levels in thai food. Food and Chemical Toxicology. 37:297-305. Mulyadt 1997. Karsinogen, Karsinogenesis, dan Antikanker. Cetakan pertama. PT. Tiara Wacana Yogya. Yogyakarta. Mulyadt, B. 1995. Kebijaksanaan Departemen Kesehatan dalam Penanggulangan Kankcr di Indonesia. Pelatihan Penanggulangan Kanker Terpadu Pari puma, Jakarta. Spiegelhalder, B. and R. Preussmann. 1987. Nitrosamines Measurements in Ambient Air of an Industrial Area in Austria. JARC Science Publications No. 84. International Agency for Research on Cancer. Lyon. 41
Jumal Kedokteran Hewan
Szumilo, J. 2007. Effect on N-nitrosomcthylbcnzylamine on nasal mucosa in rats. Exp. Toxicol. Pathoi. 58(5):291-297. Tjahjono, 1999. Deteksi dini kanker: Peran pemeriksaan sitologik dan antisipasi era pasca genom. Majalah Kedokteran Indonesia. 49(7):278-285. Wasito, R. 1990. Teknik prcparasi histologik rongga hidung. Bulletin FKH UGM . Edisi K.husus:57-63
42
Vol 5 No. I, Maret 2011
Wasito, R. 1994. The promoting effects of 2,3, 7 ,8-tetrachlorodibenzo-p-dioxin on nasal tumor in Sprague Dawley rats. Indonesian Food and Nutrition Progress. 1(2):50-55. Yurchenko, S. and U. Molder. 2006. Analytical, nutritional and clinical methods: Volatile N-nitrosamines in various fish products. Food Chemistry. 96:325-333.
T
ISSN : 1978-225X
JURNAL KEDOKTERAN HEWAN Terbit setiap Maret dan September OAFTAR lSI Halaman I . Efek Antineoplasia Fraksi Etil Asetat Daun Kc:sum pnda lkwan Model Kanker
Paru Muhammad Aulanni'am
Agu~
Wibowo, Basuki B. l'urnomo, Muhammad Aris Widodo, dan 1-5
" lnhibin B: Kandidat Kontrasepsi Pria Berbasis Honnon Peptida Muslim Akmal, Aulanni 'am. Muhammad Aris Widodo, Sutiman B. Sumitro, dan l3asuki B. Pumomo 3. Respon Estrus pada Kambing Peranakan Ettawa dengan Body Condition Score 2 dan 3 terhadap Kombinasi Implant Controlled Internal Dru$? Release
6- 10
Jangka Pendek dengan lnjeksi Prostaglandin F2 Alpha 11-16
Ratri Ratna IX\\ i, Wahyuningsih, dan Diah Tn Widayat1 4. Morfologi dan Morfometri Pertumbuhan Ran gah l"elw:t Muncak Jantan
( Muntiacus muntjuk muntjak) Sri Wahyuni, Srihadi Agungpriyono. Muhammad Ag1l, dan Tuty Laswardi Yusuf
17-22
5. Penentuan Waktu Terbaik pada Pemeriksaan Ktmia Urin untuk Diagnosis Kebuntingan Dini pada Sapi Lokal Arman Sayuti. Herrialfian, T.Annansyah, Syafruddin. dun Tongl...u ~izv.an Sircgar 6. Kemampuan Anti Mayor Physiological Protem Substrat Ec:to Cylic Amp Independent Serinffheonin Protein Kinase (M PS ecto-C IK) dalam Menghambat Viabilitas Spennatozoa Kambing dan Sa pi Bayyi natul MuchtaromahdanSutiman B. Sumitro 7. Pengaruh Pemberian Ekstrak Jahe (Zin}{iher offinale) terhadap Gambaran Titer Antibodi Ayam setelah Ditantang dengan Virus Avian Influenza Fakhrurrazi danAzhari ffi Pengaruh Pemberian lkan yang Diansinkan dalam Menginduksi Tumorigenesis Hidung pada Tikus Spra}{ue Dawley Dwinna Aliza, Amalia Sutriana, Erdiansyah Rah1m, Nataruddin. dan Hamdani Budiman 9. Pengaruh Gangguan Ritme Sirkadian Akibat Paparan Debu Batubara pada Tikus (Ratlus norvegicus) Strain Wi star· Kemampuan Melatonin
V
23-26
27-32
33-37
e
38-42
Menurunkan KadarTNF-a Qomariyatus Sholihah. Nurdiana, Kusworini. dan Muhammad Aris Widodo
JKH
Vol. 5
No. 1
Hall-48
Banda Aceh, Maret 2011
43-48
ISSN: 1978-225X