Katakan Cinta
(7 sample pages)
Judul Novel : Katakan Cinta Penulis : Neno
HP Ricky berbunyi lagi… “Ya, Pi…” jawab Ricky. Atas permintaan Papinya, HP pun di Loudspeaker. “Halo, Om.” sapa ketiga sahabatnya. “Gimana sekolah kalian?” tanya Papi Ricky. “So far so good, Om. Om, apa kabar?” jawab Arya yang duduk di jok depan dan memegang HP Ricky. “Baik juga. Ini Om lagi sama Papanya James. Nggak sengaja, ketemu.” kata Papi Ricky. “Salam buat Papa, Om.” celetuk James. “Oke. Ngomong-ngomong, jadi kapan kalian ujian akhir?” tanya Papi Ricky. “Dua minggu lagi, Om.” jawab Arya. “Heh, yang anaknya Om Freddy tu elo, apa Ricky sih? Nyerocos mulu aja, lo.” tukas Vino. Mereka tertawa. “It’s okay. Itu pasti Vino, kan?” tebak Papi Ricky, yang sudah hapal gaya bicara mereka, sebagai ciri khas. “Hadir, Om.” jawab Vino bersemangat. “Jadi kapan, kalian bisa free?” tanya Papi Ricky lagi. “Minggu depan, libur sih Om, tapi itu hari tenang buat ujian.” jawab James. “Oke. Minggu depan, kalian semua ke Jakarta, ya.” “Ngapain, Om?” Arya, Vino dan James penasaran. “Memangnya Ricky belum ngasih tau?” Papi Ricky malah terdengar bingung. “Lo gimana sih, Ky. Ada kabar, kok kita nggak dikasih tau?” Vino manyun, meruncingkan bibir tipisnya. “Kan tadi gue udah bilang. HP-nya mati, sinyalnya rusak.” Ricky membela diri dengan santainya, sembari tetap fokus pada jalanan dan membelokkan stir mobil dengan lihainya. “Jadi, tadi Papi ngomong sendiri?” Papi Ricky tertawa. “Soal apa, Om?” tanya Arya. “Perjodohan.” jawab Papi Ricky dengan santai, namun tetap tegas. Chiiiiit…!!! Ricky menginjak rem mendadak. Mobil pun terhenti seketika, membuat suasana seolah mencekam, lantas semua berdiam.
1 Neno – Jakarta (2009)
Katakan Cinta
(7 sample pages)
“Be Carefull, boys. Siapa yang nyetir? Biasa aja donk, denger berita baik ini. Kalo terlalu bersemangat, nggak usah sampe nge-rem mendadak gitu. Nanti kalo kalian kenapa-kenapa, gimana.” Papi Ricky mengomel. Mereka saling pandang penuh curiga. “Ricky nih, Om.” Vino memecah keheningan di dalam mobil. “Siapa yang dijodohin, Om?” tanya Arya dengan was-was. “Pasti Ricky tuh. Dari dulu kan, dia nggak punya pacar. Ya kan, Om?” celetuk James girang. “Sotoy Marotoy. Sok tau lo, monyong. Kayak lo pernah punya pacar, aja.” Vino gemas dan mengacak muka James dengan sebelah telapak tangannya. Mereka semua menatap Ricky. Papi Ricky tertawa. Ricky kembali menjalankan mobil. Beberapa saat kemudian, Vino sadar bahwa Ricky tidak menuju ke arah Rumah, tapi ke Rumah Sakit. “Ke mana, Ky?” tanya Vino. Ricky langsung menghentikan mobilnya di depan pintu UGD dan langsung turun tergesa-gesa, tanpa memarkirkan mobil pada tempatnya. Didapatinya sosok Amanda sedang berlari menuju Unit Gawat Darurat. Ricky pun mengikuti ke mana langkah cepat gadis itu. “Ayah…” Amanda memeluk Ayahnya yang terbaring tak sadarkan diri di atas tempat tidur Instalasi itu. “Mbak, tenang, ya. Tunggu di depan dulu, sebentar.” kata dokter. Amanda menurut dan melangkah ringan berbalik arah. Kepalanya tertunduk lunglai dan ditemukannya sepasang sepatu milik Ricky, ada di hadapannya. Ricky langsung memeluk sahabatnya yang tak berkata-kata lagi itu. “Semuanya baik-baik aja.” bisik Ricky. Amanda terisak. “Pasti, baik-baik aja.” bisik Ricky lagi. Arya, James dan Vino muncul. Niat awalnya hendak mengomel pada Ricky terurung, ketika melihat Amanda mengalungkan lengannya pada pinggang Ricky. “Man,” sapa Arya, memegang pundak Amanda. Amanda melepas pelukannya dan segera menghapus airmatanya. Mereka berempat pun menenangkan Amanda. “Ayah sakit lagi?” tanya James. Amanda mengangguk pelan.
2 Neno – Jakarta (2009)
Katakan Cinta
(7 sample pages)
“Ayah mbak, nggak apa-apa, tadi cuma kecapekan aja. Nasehatin untuk banyak istirahat, jangan kerja yang berat-berat dulu. Kasian jantungnya.” dokter muncul dan bersalaman dengan mereka semua. “Makasih, dok.” tutur Ricky. *** Di rumah, ketika mereka sedang berkumpul di ruang tengah seusai makan malam… “Tumben lo ikutan nimbrung di sini? Bukannya tadi pagi, lo bilang, mau meeting sama bokap?” tanya Ricky pada James. James tak menjawab, hanya melipat riak-riak wajahnya. “Lagi pusing, dia.” celetuk Arya yang bersandar pada punggung sofa, sambil memetik senar-senar gitar -pelan- miliknya itu bagai memeluk seorang gadis berbody montok. “Kenapa?” tanya Ricky sambil duduk di samping Vino yang dengan posisi enaknya, rebahan di sofa. “Masalah tadi siang itu loh, Ky.” jawab Vino sambil mengetik SMS di HPnya, membalas pesan-pesan pendek dari cewek-cewek yang mengajaknya keluar malam itu, entah nge-date, entah clubbing. “Oh, iya. Kenapa tadi siang?” tanya Ricky. “Sabtu ini, kita berangkat ke Jakarta. Bokap kita udah nunggu di sana, „acara gede‟ lagi, sekaligus peresmian pertunangan James.” jawab Arya, masih sambil menyanyikan lagu-lagu dengan pelan dan memetik gitar itu dengan nada merdu. Ricky yang tadinya menonton layar televisi, langsung menoleh pada James, yang masih bermuka bête. “Masih shock abis, gue. Males gue ketemu Papa hari ini. Urusin aja tuh proyek sendiri.” James ngomel, menyandarkan tubuhnya di punggung sofa. Diselonjorkan kedua kakinya di atas meja. “Serius lo?” tanya Ricky yang juga tampak shock, kaget, terkejut, terpana. James masih manyun memasang wajah ngambek di wajah polosnya. “Santai aja kali, Jem. Kalo cakep, lo juga kan, yang untung.” kata Vino asal. “Elo sih enak aja, kalo ngebawel. Gue kan bukan elo.” James manyunmanyun lagi. “Logikanya aja deh, ya.” “Apaan logikanya, pak?” tanya Arya langsung duduk tegak, sembari meletakkan gitar dari pangkuannya di samping sofa. Ia ingin mendengarkan masalah yang sedang mereka bahas.
3 Neno – Jakarta (2009)
Katakan Cinta
(7 sample pages)
“Kita ini kan masih 18 tahun. Lulus SMA, belum. Kuliah sarjana, juga belum. Kerja, juga belum.” jawab James, ngotot berapi-api! “Lulus SMA, sekitar bulan depan. KTP, udah punya. Masa depan, terjamin. Wanita, tinggal pilih. Udah komplit banget tuh kan, hidup lo.” kata Vino sambil bangkit dari rebahannya di sofa dan ikut duduk tegak. “Komplit, pala lo pitak. Lo pikir, nasi goreng, komplit?” James masih manyun. “Kalo lo nggak suka, kan tinggal bilang „nggak‟ sama Bokap lo. Ribet amat.” Ricky menyelonjorkan kakinya yang panjang di atas paha Arya. “Bingung gue. Bantuin gue, napa.” James merengut. Ia tampak kehabisan akal untuk berkata. “Kita bakal digituin juga nggak ya, sama bokap kita?” Arya berpikir. “Digituin? Diapain tuh?” Vino langsung Piktor –Pikiran Kotor-. “Sarap ni orang satu, emang!” Ricky mengacak muka Vino dengan satu telapak tangannya yang lebar. “Dijodohin juga, nyet. Jorok aja sih, tuh otak.” Arya melempar bantal ke muka Vino yang tertawa-tawa. “Bisa jadi.” tukas James dengan muka serius. “Yakin, lo?” Arya spontan menepuk kaki James. Ricky dan Vino terbelalak. “Kenapa enggak? Bokap kita kan relasi, kita juga sahabatan. Kemungkinan kecil kan, kalo cuma gue yang dijodohin?” James jadi bersemangat menghasut. “Bener juga, lo. Wah, parah bener dah!” Vino pun geleng-geleng kepala. “Kita tetep berangkat, nggak?” tanya James. “Ya iyalah. Kan, yang jadi bintangnya, elo. Masa iya, elo-nya kagak ada, basi amat tu pesta.” jawab Arya. “Pesta? Party? Banyak cewek donk… Asik.” Vino berbinar-binar. “Lo tuh ya, otaknya, Joroook mulu.” James bangkit dan menindih Vino dengan badannya. *** Ricky masuk ke dalam kamar James. Didapatinya sahabatnya itu sedang packing, memasukkan baju-baju ke dalam koper. “Lo udah siap?” tanya Ricky langsung rebahan di kasur James. James hanya diam, sibuk memilih-milih baju untuk dilipat ke dalam kopernya.
4 Neno – Jakarta (2009)
Katakan Cinta
(7 sample pages)
“Gue tau, lo sayang banget sama bokap lo. Gue ngerti, lo hormat sama beliau. Gue juga paham, lo nggak mau ngecewain harapan beliau. Kita semua pun sama seperti lo, hormat sama pemimpin keluarga.” Ricky menumpuk bantal dan guling di tengkuk lehernya, agar bisa menatap James dengan jelas. James konsen memilih beberapa jas hitam di lemarinya. “Lo nggak usah takut. Kalo lo emang punya pilihan sendiri, say it! Tell them! Jangan diem. Nggak semua silent is gold.” Ricky berkata dengan dewasanya. “Gue bingung.” James duduk di samping kopernya yang masih terbuka. “Gue bener-bener bingung, Ky.” ia menghela napasnya. *** “Terus Amanda mau lo apain, Ky?! Sumpah ya, lo jangan gila donk! Gue tahu, kalo Amanda sayang banget sama lo. Begitu juga sebaliknya. Sinting lo, ya!” Arya juga mulai ikut geram lagi. Ricky diam. “Lo sayang sama Amanda, nggak sih? Kenapa dari dulu, nggak lo pacarin aja?” tanya James. “Jaga kata-kata lo, James!” Ricky berkata dengan tegas. “Loh, emang bener, kan? Gue tau dan semua orang juga bisa liat, kalo lo sayang banget sama Manda. Dia spesial banget. Lo kasar, lo jutek, lo cuek sama semua cewek. Tapi elo bisa nurut, sama dia. Lo nggak pernah kasar sama dia! Tapi kenapa lo nggak pernah bilang, kalo lo sayang sama dia?” James melawan. Ricky diam. “Nggak ngejawab lagi, lo.” kata James. Ricky menopang kepalanya dengan meletakkan kepalan tangannya di dahinya, di atas pahanya sendiri. Dia mulai bingung lagi. “Diem bukan jawaban, Ky.” James masih mengejar pengakuan Ricky. “Itu hak gue. Lo nggak perlu ikut campur.” kata Ricky menahan emosinya. “Ky, bisa-bisanya sih, lo jadi gini? Padahal dulu Arya sempat suka sama Manda. Tau gini kejadiannya, gue dukung dia untuk deketin Manda.” aku Vino. Semua menatapnya. “Kok, lo jadi bawa-bawa gue?” Arya kaget. Ricky menatap Arya. “Gue jelasin, Ky.” Arya mencoba meralat. Ricky menatap Arya dengan tatapan buas. Saat ini, Ricky yang siap berhadapan dengan Arya.
5 Neno – Jakarta (2009)
Katakan Cinta
(7 sample pages)
“Dengerin gue dulu, Ky.” Arya mencoba lagi untuk menjelaskan. “Apa?! Apa yang bisa lo bilang?! Hahh?!” Ricky merasa sangat terpojok dan dia sangat bingung. “Gue nggak bermaksud…” belum selesai Arya menjelaskan, Ricky memotong. “Gue bisa liat, kalo lo care sama Manda, nggak kayak perhatian James atau Vino! Gue pikir lo emang sayang sama dia, karena kita berempat memang sayang sama dia! Sekarang, gue yang nggak habis pikir!” dia tibatiba marah dan tak bisa menahan emosinya. “Tapi, Ky. Bukan gitu, cerita sebenernya.” Arya kembali berusaha menjelaskan. “Hhahh!!!” diterjangnya Arya sampai mereka berdua tersungkur di lantai. “Maksud lo, apa? Gue tau, gue pengecut! Kalo lo emang suka sama Manda, bilang!!!” bentak Ricky sembari menimpa tubuh Arya. “Ky…” Arya menarik napas panjang. Ricky menggenggam telapak tangannya sendiri, sekuat tenaganya. Dia tetap berusaha menjaga amarahnya, agar tak meledak begitu saja dan melukai sahabatnya. “Gue memang pernah suka sama dia. Oke, gue akuin.” Arya langsung bercerita lagi, tanpa memperdulikan lagi apa yang akan muncul dari reaksi Ricky. “Tapi cuma sebentar! Karena gue sadar, kalian itu nggak bisa dipisahin satu sama lain. Dia sayang banget sama lo. Gue bisa liat itu, dari sikap dan sorot matanya. Toh ternyata, itu cuma rasa suka sesaat doank, karena kalo dipikir-pikir, cowok mana yang nggak terkagum-kagum sama kemandirian, juga riangnya seorang Amanda. Itu aja! Gue nggak mau berdiri di tempat yang salah.” Arya menjelaskan dengan cepat. Ia menghela napas. Ricky diam dan bersandar lagi di sisi kursi. “Gue tau dan gue bener-bener sadar! Semua orang juga pasti sadar betul, kalo Amanda itu cuma mau elo, begitu juga sebaliknya! Semua orang bahkan iri, gue yakin!” Arya menjelaskan dengan segenap perasannya. *** Pita suaranya mendadak tak stabil, dan mulai menimbulkan getaran tak beraturan. Pikiran perasannya kacau. Ingin marah, namun kecewa… Ingin berteriak, namun rasanya sia-sia belaka… Ingin menertawakan kebodohannya sendiri…
6 Neno – Jakarta (2009)
Katakan Cinta
(7 sample pages)
Matanya terpejam dihiasi dengan senyuman putus asa di bibir tipisnya, Ricky menikmati lagu itu dengan segenap perasaannya. Mulai menghabiskan lagu sampai ujungnya pada petikan-petikan senar terakhir. Kan slalu ku nanti, Karna Ku Sayang Kamu… Saat itulah, jemari Amanda bergerak-gerak refleks. Semua sahabatnya menoleh. Ricky segera membuka benda yang mengalirkan oksigen menutup mulut dan hidung Amanda itu. Buluk kuduk mereka sampai merinding, menyaksikan keajaiban itu. Mereka semua menunggu Amanda membuka matanya, susah payah. Arya, Vino dan James tersenyum pada Amanda, ketika gadis itu berhasil membuka matanya lebih dari separo. Ricky menatapnya cemas. Amanda berusaha sekuat dan semampunya, tersenyum pada mereka. “Kita semua kangen banget sama kamu, Man.” kata James. Amanda tersenyum. “Aku bangga, pernah punya sahabat kayak kalian. Aku sayang sama kalian.” suaranya agak serak. Airmatanya jatuh lagi di pinggir pipinya. Ricky menghapuskan tetesan bening itu. Amanda tersenyum. “Makasih buat semuanya, Ky. Aku hutang banyak banget sama kamu.” katanya dengan suara, yang juga agak berat. Ricky menahan airmatanya sambil menggeleng pelan. “Jamnya bagus.” ucap Amanda melihat sebuah jam terlilit di pergelangannya. “Makasih.” Amanda tersenyum pilu. Ricky masih diam, menahan airmatanya agar tidak banjir. “Aku tahu kok, kamu sayang sama aku. Tapi aku nggak butuh kata-kata itu. Aku cuma pengen kamu ngaku. Berani ngakuin, kalo cinta itu ada. Cuma itu.” Amanda menatapnya. Ricky menggenggam jemari Amanda dan menangis. Tak perduli lagi dengan semuanya, Ricky membiarkan dirinya menangis, di hadapan sahabatsahabatnya. ***
7 Neno – Jakarta (2009)