Judul Media
: Bertaruh Harga Diri Bangsa di Dunia Internasional : Indo Pos Wartawan 15 Tanggal : Feb Nada Pemberitaan 2016 Halaman : 3
: adv : Positif
Bertaruh Harga Diri Bangsa di Dunia Internasional JAKARTA-Persoalan gizi buruk pada anak di bawah umur lima tahun (balita) masih mengemuka di tanah air. Buruknya lingkungan di sekitar balita dan faktor ekonomi orangtua menjadi penyebab utama anak tak mendapat asupan gizi yang memadai Pemerintah masih harus bergelut untuk membenahi persoalan gizi buruk di Tanah Aif. Direktur Bina Gizi Kementerian Kesehatan (Ke-menkes) Doddy Izwardy mengatakan, bahwa Indonesia sangat fokus dalam pembenahan gizi warga usia mudanya. Pasalnya, negara ingin membuktikan kepada dunia internasional kemampuan terbaiknya dalam memelihara anak bangsa Potret gizi kita harus bagus. Karena menyangkut harga diri bangsa Mempertaruhkan harga diri negara Iata ini," ujar Doddy saat diwawancara INDOPOS di kantor Kemenkes, Jakarta, kemarin. Kasus terbaru soal giaburukyangterjadi di Bekasi belum lama ini membuatnya heran. Mengingat, kota tersebut dekat dengan Jakarta dan merupakan kota yang tengah berkembang. Doddy sendiri mengaku belum mendapat laporan detail terkait kasus gizi buruk di Bekasi Namun pihaknya memastikan akan segera menangani persoalan gizi buruk yang ada di sana Pemerintah, melalui Kemenkes berusaha maksimal memberantas gizi buruk. Sejumlah sarana dan prasarana untuk meningkatkan pemahaman masyarakat pentingnya asupan gizi pada anak. disediakan pemerintah, sejak di Fasilitas Kesehatan (Faskes) tingkat 1. Antara lain. menyediakan Therapeutic Feeding Center di setiap Pos Layanan Terpadu (Posyandu) dan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) di seluruh Indonesia Selain fasilitas, pemerintah juga menyediakan kader-kader penggiat gizi dari kalanganmasyarakat. Tentunya mereka sudah mendapatkan pelatihan sebelumnya Kader gizi dibutuhkan, sehingga mereka bisa mengawasi perkembangan pasien gizi buruk. "Di Therapeutic Feeding Centre disediakan makanan tambahan berupa biskuit padat vitamin. Biasanya menjadi bekal mereka memberi pertolongan utama Kemenkes sendiri, selalu memberikan secara gratis makanan tambahan tersebut kepada masyarakat yang membutuhkan melalui Puskesmas dan LSN I. paparnya Keberadaan kader Posyandu dan Puskesmas itu bisa membantu pemerintah untuk mengetahui data terkini pasien gizi buruk, ladi yang baik itu. pelacakan awalnya itu ada di masyarakat." tutur Doddy. Terkait kasus gizi buruk di Bekasi menurutnya perlu dicermati dari latar belakang perilaku orangtua balita Beberapa poin masalah dipaparkan Doddy terkait hubungan antara gizi buruk dengan pola asuh orang tua Pertama terkait pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif kepada balita dimulai sejak bayi lahir hingga berusia 6 bulan. Kemudian dilanjutkan dengan pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI) dimulai sejak berusia 6 bulan hingga 2 tahun. Bersamaan dengan pemberian ASI. Menurut Doddy, ASI adalah kunci balita terhindar dari gizi buruk. Selain soal ASL dia juga mengkritisi perilakuibu hamil zaman sekarang Banyak ibu hamil yang tidak mengontrol asupan makan bayi di dalam kandungan. Ibu hamil masih mengkonsumsi junk food dan makanan instaa Sehingga gizi buruk sudah terjadi sejak balita di kandungan." ungkapnya. Menurut data yang dihimpun pemerintah, saat ini gizi buruk terjadi paling banyak di daerah Indonesia Timur. Kontur alam yang sulit air dan susah bercocok tanam menjadi faktor utama kekurangan gizi Persentase mencapai 5,7 persen dari total jumlah balita di Indonesia Paling tinggi sekitar 20 ribu balita menderita gizi buruk tiap tahunnya Namun, angka tersebut diyakini Doddy menurun karena penyuluhan dan turun tangan langsung pemerintah. Utamanya dalam memberikan makanan tambahan berupa biskuitttMsrrwun kesehatankaya gizi Tapi ada juga yang harus diwaspadai dari pemberian makanan tambahan ini Pasalnya, kebanyakan orang tua memberikan makanan tersebut sebagai pangan pokok. "Padahal seharusnya hanya asupan tambahan. Berarti seharusm-a tetap mengedepankan makanan pokok terlebih dahulu. Kembali lagi. karena faktor ekonomi, orangtua balita tidak mampu mencukupi makanan pokok sehari-hari." ulasnya Pemerintah, sejauh ini terus fokus menekan angka kematian akibat gizi buruk Di NTT misalnya, ada 3.000 lebih bayi dengan gizi buruk. Tapi dengan upaya keras, dari 3.000 balita sebanyak 12 bayi meninggal pada tahun 2015. Kami berusaha agar tidak ada lagi bayi yang meninggal akibat gizi buruk di sana." pungkasna. (adv) Kategori : 5.10 Dirjen Kesehatan Masyarakat , 5.3 BUK , 5.4 GKIA , 5.9 Dirjen Pelayanan Kesehatan
, Kementerian Kesehatan , Menteri Kesehatan