I
22// Mt/ Js: \.LISIS KECENDERUNGAN PEDAGANG KAKILIMA DALAM MEMILIH PINJAMAN JASA KEUANGAN UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN MODAL KERJA; (Pendekatan Teori Pilihan Rasional)
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Islam
Olch:
Hilman lrdhi Pringgodigdo NIM : l 03046 I 28228
KONSENTRASI PERBANKAN SY ARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSIT AS ISLAM NEGERI SY ARIF HIDAY ATULLAH JAKARTA
1428 HI 2007 M
EMBARPERNYATAAN
engan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar strata I di Universitas Islam Negeri (UJN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UlN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatu1lah Jakarta.
'd~ Hilman Irdhi P
c\NALISIS KECENDERUNGAN PEDAGANG KAKILIJVIA DALAJVI JVIEJVHLIH PIN.JAJVIAN JASA KEUANGAN UNTUK lVIEJVIENllHI KEBUTllHAN JVIODAL KER.JA; (Pe11dekatan Teori Pili/um Rasional)
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI)
Oleh:
Hilman Irdhi Pringgodigdo NIM: 103046128228
Di Bawah Bimbingan Pembimbing I,
Pembimbing II,
~
Zulpawat1, MA
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAY ATULLAH JAKARTA 1428 HI 2007 lVI
j'
''
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
;i berjudul ANALISIS KECENDERUNGAN PEDAGANG KAKILIMA DALAM ILIH PINJAMAN JASA KEUANGAN UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN MODAL A; PENDEKATAN TEORI PILIHAN RASIONAL telah diujikan dalam Sidang qasyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah a pada 21Nopember2007. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh Sarjana Ekonomi Islam (SEI) pada Program Studi Muamalat (Ekonorni Islam). Jakarta, 21 Nopember 2007
~~~~~)Iliad
Amin Suma, SH, MA, MJVI --.:.::.:..-- NIP. 15 0 210 422
'ia Ujian :tua
: Prof Dr. H. Muhammad Amin Suma. SH. MA, lV!l\1 NIP. 150 210 422
kretaris
: Ah. Azharuddin Lathif. M.Ag. NIP. 150 318 308
mbimbing I : Dr. Ir. Muhamad. Nadratuzzaman Rosen. MS. M.Sc. NIP. 450 005 016 "' mbimbing II : Zulpawati. MA. nguji I
: Drs. Noryamin Aini, MA. NIP. 150 247 330
nguji II
: Hendra Kholid. MA.
l(ATA PENGANTAR
Bismi//aahi Al-Rahmaan Al-Rahiim Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah, Sang Khalik, yang telah 1elimpahkan rahmat dan karunianya. Berbagai nikmat tiada terhingga selalu dilimpahkan epada kami, semoga kami selalu istiqomah di jalan-Nya. Sha!awaal dan Salaam semoga ~lalu
tercurah kepada junjungan Na bi besar kita Muhammad SAW., keluarga beserta
~luruh
karib-kerabatnya, dan seluruh pengikutnya hingga akhir zaman.
Alhaa111d11!i!laah, dalam penulisan skripsi ini, meskipun penulis mengalami banyak endala, namun banyak hal yang dapat penulis petik sebagai hikmah dari pengalaman yang enulis alami sendiri. Sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini engan baik meskipun penulis masih menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan alam skripsi ini, karena penulis sendiri hanyalah seorang manusia dhaifyang masih hams anyak belajar. Oleh karenanya, penulis ingin mengucapkan rasa syukur yang mendalam kepada Allah WT yang telah mengizinkan hamba-Nya untuk mampu menyelesaikan skripsi ini dengan aik. Selain itu, karena banyak pihak yang menclukung penulisan skripsi ini, penulis juga erterima kasih yang sebesar-besarnya kepada: l. Bapak Prof DR H.Muhammacl Amin Suma, SH,
MH. MM. sebagai Dekan
Fakultas Syariah clan Hukum Universitas Islam Negeri SyarifHidayatullah Jakarta.
2. !bu Euis Amalia !vi.Ag, clan Bapak Azharudclin Lati( !vi.Ag selaku ketua clan sekretaris Program Studi Muamalat yang telah memberikan clukungan clan kemuclahan kepacla penulis clalam menyelesaikan kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak Ir. Naclratuzzaman Bosen MS, !vi.Ee, Ph.O dan Zulpawati !vi.Ag atas kesecliannya memberikan waktu luang kepada penulis untuk membirnbing, mengarahkan
clan
memberikan
berbagai
petunjuk
sehingga
penulis clapat
menyelesaikan skripsi ini. 4.
Kepala perpustakaan Fakultas beserta jajarannya, seluruh staf BMT Al-Kariim clan juga kepacla pengurns Koperasi Pasar Blok A clan Koperasi Swamitra, yang telah banyak membantu penulis melakukan penelitian.
5. Segenap bapak dan ibu dosen yang telah memberikan berbagai bekal ilmu kepada penulis sejk penulis clucluk di bangku kuliah hingga lulus clari kampus tercinta ini. 6. Ayahanda clan ibunda tercinta Ors. H. Abclurrahman Abror dan Ora. Hj. Rosmicla M. Noor, atas kasih sayang yang tiacla terkira, membantu, menclulnmg clan mendorong ananda baik secara moriil clan materiil, sehingga penulis
dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini. 7. Kakak-kakaku tersayang, Rahmi Fitriyanti, Hamdan Akbar Notonegoro, Alm. Rifki Oamayanti, juga kepada Mbak Sulastri dan Bpk Aming Djamang yang telah membantu penulis lewat cloa-cloanya. 8. Adik angkatku tersayang, Lailatussari, senyum manismu, pesona dan keindahanmu memberikanku semangat untuk terns maju. 9. Para "keluarga barn" yang tumt mendukung kelancara11J2.enulisan skripsi ini. 11
10. Seluruh rekan mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan juga rekan-rekan mahasiswa di STIBA JI yang telah ikut membantu dan mendukung penulis baik secara moriil maupun materiil selama penulis menjalani kuliah. 11. Seluruh rekan-rekan sepetjuangan IKARIS 47 (lkatan Alumni Rohis SMU 47) yang selau optimis mempetjuangkan dakwah Allah, terima kasih juga kepada Akh Zamzam dan para ikhwan anggota pengajian mingguan IKARIS 47. 12. Seluruh Rekan-rekan yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, namun telah memberikan kontribusi yang cukup besar sehingga penulis dapat lulus menjalni perkuliahan di UIN hingga akhir. 13. Myfi-iend banget dech, Pandi, smoga bisa nyusul skripsinya. 14. My best students, Gita, Dewi, Ayu, Yanti, dkk. Be a good student and prepare your future well.
15. Seanjutnya, Thanks a lot toek Rental Astro yang telah memberikan hutang Printnya. Hanya kepada Allah jualah akhirnya penulis memanjatkan doa, semoga Allah memberikan balasan berupa amal yang berlipat. Tanpa dorongan dan dukungan mereka, penulis hanyalah hamba yang dhaif. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan mampu memberikan suatu kontribusi bagi perjuangan penegakkan kembali Ekonomi Islam.
Jakarta, Oktober 2007
Penulis
ABSTRAKSI
iegala permasalahan dan fenomena usaha berdagang secara kakilima tidak terlepas dari isi perekonomian bangsa saat ini. Pedagang kakilima (K-5) sebagai icon pedagang kecil di iesia sekaligus pelaku usaha dalam lingkup ekonomi sektor non-formal merupakan gang kecil dengan taraf usaba yang terbatas, dianggap sebagai salab satu bentuk usaha iatif dalarn menyediakan kehidupan yang mandiri, murab dan sederhana. :Jengan segala kesederhanaan dan keterbatasan serta semua permasalaban yang dihadapi pedagang K-5 dalam menjalankan usahanya, dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui imana kecenderungan pedagang K-5 dalam memperoleh modal kerj.a. Dari basil penelitian enulis mengharapkan akan memperoleh informasi mengenai arah kecenderungan pedagang dan penyedia jasa keuangan yang dianggap paling berperan penting dan berpengaruh dalam radabi kebutuhan modal kerja pedagang K-5 sebagai pedagang kecil. Dalam penelitian ini, penulis mencoba untuk menggunakan pendekatan analisis kuantitatifitatif dengan melakukan penelitian survei (penyebaran k:uisioner dan wawancara serta :rvasi). Penulis mencoba melakukan penelitian secara dua arah, yakni me1tjadikan pedagang K-5 lembaga formal penyedia jasa keuangan sebagai sampel objek penelitian. Sehingga :rapkan penulis dapat melakukan analisis terhadap dua sudut pandang yang berbeda, tidak aku pada satu pihak. Dari basil penelitian, diperoleh liasil yang menunjukkan babwa lembaga
mgan masih belum sepenuhnya dapat mewadabi kebutuhan moda:I kerja pedagang K-5.
aliknya, pedagang K-5 belum mampu memenuhi persyaratan dan kriteria yang diajukannya.
DAFTARISI
·IALAMAN JUDUL LEMEAR PERSETUJUAN PEMBIMBING LEMEAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR ABSTRAKSI
iv
DAFTAR ISi
v
DAFT AR T ABEL
vii
DAFT AR ILUSTRASI
x
BABI A. B. C. D. E.
PENDAHULUAN Latar Belakang Batasan dan Perumusan Masalah Tujuan dan Manfaat Penelitian Pendekatan Teori Metodologi Penelitian 1. Jenis Datadan Metode Pengumpulan Data 2. Sampel 3. Proses Analisis
F. G.
BAB II
7
-
8 12 12 13 17 19
21 22
Tinjauan Kajian Terdahulu Sistematika Pembahasan
KONSEP DAN TEORI A. Pedagang Kakilima Dalam Pandangan Sosiologi Ekonomi B. Rasionalitas Dalam Ilmu Ekonomi c. Konsep Biaya Transaksi E. Teori Pengambilan Keputusan ,
v
24 24 28 34 37
BAB III
GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
43
A. Gambaran Umum Pedagang Kakilima di Pasar Blok A B. Gambaran Umum Lembaga Keuangan Setempat l. Gambaran Umum Koperasi Pasar clan Koperasi Swamitra Blok A 2. Gambaran Umum BMT Al-Kariim Cipulir
43 52
C. Gambaran Umum Kegiatan Praktik Rentenir di Pasar Bl.ok A
56
BABIV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
53 54
58
A. Analisis SWOT 58 B. Analisis Kecenderungan Pilihan Pedagang Kakilima Terhadap Pilihan 74 Penyedia Keuangan yang Dianggap Paling Mudah C. Analisis Kecenderungan Pilihan Pedagang Kakilima Terhadap Pilihan yang Paling Dicari Pertama Kali 106 BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan B. Saran l. Pedagang Kakilima 2. Koperasi Pasar Blok A 3. BMT Al-Kariim 4. Pemerintah Daftar Pustalrn Lampiran
138
138 141 141
141 142 142
143
DAFTAR TABEL
l. Tabel I
Tahapan tahapan-penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini.
16
2. Tabel 2
Alasan keengganan pedagang kakilima meminjam uang.
78
3. Tabel 3
Omset rata-rata harian pedagang kakilima.
80
4. Tabel4
Uji statistik Chi Square untuk uji sifat ketahananjenis barang terhadap persepsi persaingan usaha.
5. Tabel"S
Uji statistik Chi Square untuk uji sifat ketahanan jenis barang terhadap Omset rata-rata harian pedagang kakilima.
6. Tabel 6
88
Uji statistik Chi Square untuk uji sifat ketahananjenis barang terhadap jumlah dana yang dibutuhkan untuk dipinjam.
7. Tabel 7
82
91
Uji statistik Chi Square untuk uji sifat ketahanan jenis barang terhadap penyedia jasa keuangan yang dianggap paling mudah menurut pedagang kakilima Pasar Blok A.
8.
Tabel 8
Pendapat pedagang kakilima mengenai kemudahan penyedia jasa keuangan.
9. Tabel 9
94
96
Uji statistik Chi Square untuk uji besamyajumlah dana yang dibutuhkan untuk di pinjam terhadap penyedia jasa keuangan yang dianggap paling mudah menurut pedagang kakilima Pasar Blok A. 99 Vll
10. Tabel 10 Uji statistik Chi Square untuk uji besarnya omset pedagang kakilima terhadap penyedia jasa keuangan yang dianggap paling mudah menurut pedagang kakilima Pasar Blok A.
11. Tabel 11
102
Uji statistik Chi Square untuk uji lamanya pedagang kakilima berdagang terhadap penyedia jasa keuangan yang paling dicari pertama kal i.
105
12. Tabel 12 Uji statistik Chi Square untuk uji besarnya dana yang Dibutuhkan pedagang kakilima untuk dipinjam terhadap penyedia jasa keuangan yang paling dicari oleh pedagang kakilima pasar Blok A.
108
13. Tabel 13 Uji statistik Chi Square untuk uji besarnya omset rata-rata harian pedagang kakilima terhadap penyedia jasa keuangan yang pali11g dicari oleh pedagang kakilima pasar Blok A.
111
14. Tabel 14 Uji statistik Chi Square untuk uji sifat ketahananjenis barang dagangan terhadap penyedia jasa keuangan yang paling dicari oleh pedagang kakilima pasar Blok A. 15. Tabel 15
114
Uji statistik Chi Square untuk uji lamanya pedagang kakilima berdagang di Pasar Blok A terhadap penyedia jasa keuangan yang paling dicari oleh pedagang kakilima pasar Blok A
16. Tabel.16 Uji statistik Chi Square untuk uji pemahaman pedagang kakilima Tentang konsep riba terhadap penyediajasa keuangan. yang paling
viii
116
dicari oleh pedagang kakilima pasar Blok A.
119
7. Tabel 17 Uji statistik Chi Square untuk uji tingkat kemudahan penyedia jasa keuangan terhadap penyediajasa keuangan yang dianggap paling mudah menurut pedagang kakilima Pasar Blok A.
122
18. Tabel 18 Prosentase Jumlah pedagang kakilima yang memiliki benda yang dapat dijadikan sebagai jaminan pinjaman.
126
19. Tabel 19 Prosentase jumlah pendapat pedagang kakilima mengenai kondisi
128
persaingan usaha kakilima. 20. Tabel 20 Prosentase jumlah pedagang kakilima berdasarkan kebutuhan pinjaman
129
Uang sebagai modal ke1ja. 21. Tabel 21 Penjabaran biaya transaksi pada lembaga koperasi pasar dan BMT
134
Al-Kariim. 22. Tabel 22 Penjabaran Biaya pinjaman pada Koperasi Pasar Blok A, BMT
135
Al-Kariim, dan rentenir. 23. Tabel 23 Prosentase anggapan responden terhadap penyedia jasa keuangan yang paling mudah 24. Tabel 24
136
Prosentase anggapan responden mengenai penyedia jasa keuangan yang paling dicari pe1iama kalinya
ix
13 7
DAFT AR ILUSTRASI
I.
Kurva 1
Analisis Chi Square
2.
Kurva 2 Uji statistik Chi Square untuk uji sifat ketahanan
11
jenis barang terhadap persepsi persaingan usaha 3.
Kurva 3 Uji statistik Chi Square untuk uji sifat ketahanan jenis barang terhadap omset harian rata-rata pedagang kakilima
4.
88
Kurva 4 Uji statistik Chi Square untuk uji sifat ketahanan jenis barang terhadap jumlah dana yang dibutuhkan untuk dipinjam
5.
83
92
Kurva 5 Uji statistik Chi Square untuk uji sifat ketahanan jenis barang terhadap penyediajasa keuangan yang dianggap paling mudah menurut pedagang kakilima Pasar Blok A
6.
95
Kurva 6 Uji statistik Chi Square untuk uji besarnya dana yang dibutuhkan untuk dipinjam terhadap penyediajasa keuangan yang dianggap paling mudah menurut pedagang kakilima Pasar Blok A
7.
I0 I
Kurva 7 Uji statistik Chi Square untuk uji rata-rata omset harian Pedagang kakilima terhadap penyedia jasa keuangan yang dianggap paling mudah menurut pedagang kakilima Pasar Blok A
8.
103
Kurva 8 Uji statistik Chi Square untuk uji lamanya pengalaman pedagang kakilima berdagang di pasar Blok A terhadap penyediajasa keuangan yang dianggap paling mudah menurut pedagang kakilima Pasar Blok A 106
v
kakilima berdagang di pasar Blok A terhadap penyediajasa keuangan yang dianggap paling mudah menurut pedagang kakilima Pasar Blok A l 06
~.
Kurva 9 Uji statistik Chi Square untuk uji besarnya dana yang dibutuhkan untuk di pinjam terhadap penyedia jasa keuangan yang paling dicari pertama kali oleh pedagang kakilima Pasar Blok A
109
10. Kurva 10 Uji statistik Chi Square untuk uji besarnya omset rata-rata harian pedagang kakilima terhadap penyedia jasa keuangan yang dinggap paling dicari pertama kali oleh pedagang kakilima Pasar Blok A
112
11. Kurva 11 Uji statsistik Chi Square untuk uji sifat ketahanan jenis barang terhadap penyedia jasa keuangan yang paling dicari pertama kali oleh pedagang kakilima Pasar Blok A
115
12. Kurva 12 Uji statsistik Chi Square untuk uji lamanya pedagang kakilima Berdagang di Pasar Blok A terhadap penyediajasa keuangan yang paling dicari pertama kali oleh pedagang kakilima Pasar Blok A
117
13. Kurva 13 Uji statsistik Chi Square untuk uji pemahaman pedagang kakilima ten tang konsep riba terhadap penyedia jasa keuangan yang paling dicari pertama kali oleh pedagang kakilima Pasar Blok A
120
14. Kurva 14 Uji statsistik Chi Square untuk uji tengkat kemudahan penyedia jasa keuangan terhadap penyedia jasa keuangan yang dianggap paling mudah oleh pedagang kakilima Pasar Blok A
XI
123
BABI PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Perekonomian Indonesia tidak terlepas dari peran Usaha Kecil Menengah ( UKM). karena sebagian besar masyarakat Indonesia berada pada tingkat perekonornian kelas menengah ke bawah. Usaha-usaha yang merupakan bagian dari UKM adalah usahausaha dalam ruang lingkup sektor non-formal. Salah satu usaha dalam sektor nonformal adalah pedagang kaki lima (K-5) yang merupakan salah satu icon pedagang kecil di Indonesia. Sebagai pedagang kecil, tingkat aktivitas pedagang K-5 dalam melakukan kegiatan ekonomi tergolong kecil. Usaha pedagang K-5 juga dapat dianggap sebagai salah satu bentuk usaha alternatif, karena sejak tahun 1997 hingga saat ini tingkat pengangguran di Indonesia semakin meningkat sepanjang tahunnya. Salah satu penye.bab meningkatnya jumlah pengangguran adalah akibat penerapan kebijakan efisiensi Sumber Daya Manusia (SOM) dengan melakukan pengurangan jumlah tenaga kerja 1
melalui Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) oleh sejumlah perusahaan. Dengan semakin banyaknya pengangguran menyebabkan usaha perdagangan K-5 dapat dianggap turut membantu pemerintah dalam mengurangi tingkat pengangguran dengan membuka lapangan pekerjaan secara mandiri. Tenaga kerja baru akibat PHK akan terserap dalam usaha sek:tor non-formal ini, sehingga kehiclupan murah dapat 1
Hartati, Sri Samhadi, "Dilema Sektor Informal". Kompas Sabtu 15 April 2006, h.33
2
tersedia dengan membantu masyarakat miskin untuk mendapatkan penghasilan baru untuk menyambung kehidupannya. Selain itu, pedagang K-5 dianggap turut mewakili distribusi penting bagi banyak perusahaan besar dalam membantu distribusi produk yang dihasilkannya. Dengan segenap potensi yang ada, pedagang K-5 mampu menyalurkan barang dagangannya secara langsung kepada pedagang sebagai pengecer akhir dengan lebih efektif dan elisien. Melalui potensi yang ada pada pedagang K-5 seperti kemampuan interaksi pedagang K-5 dengan para pembeli, sistem distribusi padat karya dan biaya murah denganjam kerja yang panjang tanpa tanggungjawab ikatan ke~ja 2 . Pepih
Nugraha
dalam
artikelnya
"Mereka
dianggap
bayang-huvang''
mengungkapkan bahwa semakin pesatnya pertumbuhan pedagang K-5 rnerupakan salah satu bentuk kegagalan pemerintah dalam membangun perekonomian, mengentaskan masalah pengangguran, kemiskinan dan tantangan untuk membuka lapangan peke1jaan bagi rakyatnya 3 . Di sisi lain, pedagang K-5 justru menjadi target pemerintah kota. yang mengagung-agungkan pembangunan dan penertiban kota. Sering kita n1enju1npai
keluhan masyarakat umum mengenai eksistensi pedagang K-5 yang dianggap mengga.nggu ketertiba.n dan keindaha.n kota.
' Rusli Ramli, Sektor ltiformal Perkotaan Pedagang Kaki/ima, h.35 3 Nugraha, Pepih, "Mereka Dianggap Bayang-bayang", Kompas, Sabtu 15 April 2006. h.34
' l
Tidak adanya penghargaan terhadap eksistensi dan martabat pedagang K-5 yang dinilai sebagai pengangguran tersembunyi menyebabkan tingkat keamanan usaha perdagangan K-5 sangat labil. Penyebab ketidakamanan tersebut antara lain disebabkan karena pedagang K-5 sering berhadapan atau "main kucing-kucingan" dengan aparat penertiban kota. Hal ini sering kita dengarkan melalui berita di media elektronik mengenai penertiban pedagang K-5 yang dianggap oleh aparat sebagai pengganggu ketertiban, kebersihan dan keindahan kota. Selain
itu,
ketidakamanan pedagang
K-5
dapat diartikan juga dengan
ketidakamanan pedagang terhadap keuntungan yang semakin tidak menentu karena labilnya kondisi pasar dan keadaan perekonomian secara makro serta tingginya tingkat persaingan dengan pasar modern. Oleh karenanya, berdasarkan hasil penelitian disertasi Prof. Dr. Rusli Ramli, disimpulkan bahwa sebagian pedagang K-5 tidak menjadikan usahanya sebagai usaha seumur hidup, akan tetapi hanya sebagai batu loncatan dan perantara untuk menunggu mendapatkan pekerjaan yang dianggapnya lebih baik. Hasil lain penelitian disertasi tersebut juga disimpulkan bahwa semua pedagang K-5 menginginkan usaha yang dilakukannya terns berkembang dan bertarnbah besar, hanya saja terkadang keinginan para pedagang itu harus terbentur dengan terbatasnya jumlah modal kerja yang dirnilikinya. Terbatasnya modal kerja dan ketidakrnampuan memperoleh modal kerja yang lebih tinggi, sifat pedgang K-5 yang tidak fo1mal dan tidak terstruktur, masa depan
4
usahanya yang tidak menentu, tingkat pendidikan mayoritas para pelakunya relatif rendab, dan identik dengan kemiskinan memperburuk citra pedagang K-5. Dengan citra pedagang K-5 yang dianggap sebagian orang kurang baik. maka sebagai
upaya
menjaga aktivitas
usaba atau
untuk
meningkatkan
kegiatan
produktifitas usaha ada saat-saat te11entu ketika mengalami kebutuban akan tambahan modal kerja. Tersedianya lembaga keuangan alternatif untuk mendapatkan pinjaman tambaban modal, yaitu dengan rnenggunakan jasa lernbaga keuangan (LK) non-bank seperti rnelalui jasa Koperasi Sirnpan-Pinjam (KSP) dan Baitul Maal wat Tamwiil (BMT). Selain dapat rnelayani pinjaman dan pernbiayaan dengan jumlab kecil, persyaratan dan prosedur administrasi yang diterapkan oleb kedua lembaga. lebib sederbana bila dibandingkan dengan yang diterapkan pada bank secara umum. Akan tetapi, berdasarkan pada prosedur umurn yang diterapkan oleb hampir semua lernbaga-lembaga penyedia jasa keuangan LK non-bank tetap membutubkan semua informasi yang akurat dalam proses pemberian jasa pinjaman kepada para peclagang K-5. Semua informasi mengenai berbagai kelengkapan atribut dan hak kepemilikan pihak perninjam serta informasi penting lainnya, seperti informasi rnengenai segala kernungkinan risiko yang akan dihadapi dan inforrnasi lain yang mendukung kebijakan LK. Tidak terpenuhinya persyaratan formal yang diajukan dan ancarnan risiko llSaha yang dihadapi oleh pedagang K-5, serta kepastian tingkat pendapatan pedagang K-5
5
yang sulit diprediksi dengan baik karena tanpa didukung dengan pembukuan clan laporan keuangan yang memadai akan menjacli pertimbangan yang sangat sulit bagi bank untuk memberikan kemudahan clan kepercayaan dalam memberikan bantuan j asa keuangan. Dengan demikian, pedagang K-5 mengalami kendala akses untuk menclapatkan pinjaman tambahan modal kerja melalui jasa lembaga keuangan formal. Usaha pedagang K-5 yang terbatas terkadang membutuhkan bantuan pinjaman modal ketja yang mudah, cepat dan tunai dengan tanpa adanya pembebanan berbagai macam biaya, seperti biaya transaksi, biaya administrasi, jaminan wajib dan selisih. atas pengembalian pokok yang cukup tinggi, serta berbagai persyaratan administrasi laimiya yang memberatkan. Oleh karena itu, pedagang K-5 dapat dianggap wajar bila berusaha untuk mencari alternatif pinjaman yang lebih mudah dan sederhana, karena tidak jarang pedagang K-5 dalam mendapatkan pinjaman tersebut harus mengorbankan waktu efektifoya untuk beke1ja, beban ongkos, dan biaya lain-lainnya. Beragam kesulitan yang dihadapi oleh pedagang K-5 dianggap sebagai suatu peluang bagi pribadi yang ingin menangguk keuntungan dengan memanfaatkan situasi tersebut. Sehingga memicu para rentenir untuk menawarkan kemudahan jasa kredit kepada para pedagang kecil, seperti pedagang K-5 yang sedang mengalami kesulitan modal. Hal tersebut berakibat bagi berkurangnya peran serta LK non-Bank dalam melayani kebutuhan modal kerja pedagang kecil, sepe1ti pedagang K-5.
6
Maka penulis dapat memastikan jika efektifitas peran LK non-bank terletak pada mutu akses yang menghubungkan antara pihak LK sebagai pemberi jasa pinjaman dan pedagang K-5 sebagai debitur. Selain itu, efektifitas peran Lembaga Keuangan non-bank dapat dilihat dari seberapa besar kecenderungan pedagang K-5 untuk memilihjasa pinjaman keuangan ke LK non-bank tersebut. Penulis ingin mengetahui bagaimana kecenderungan pedagang K-5 sebagai icon pedagang kecil di Indonesia dalam memilih pinjaman modal kerja untuk memcnuhi kebutuhan modalnya. Oleh karenanya, penulis berpendapat perlu diadakannya penelitian terhadap
aspek-aspek
yang mempengaruhi
kecenderungan
pilihan
pedagang berdasarkan pemikiran rasional dan berbagai macam pertimbangannya. Secara rasional, adanya indikator-indikator penentu yang akan mempengaruhi kebijakan seseorang untuk memilih atau bertindak. Penulis menganggap penelitian ini penting untuk dilakukan mengingat sebagai lembaga penyedia jasa keuangan, bagaimana mtlngkin LK non-bank dapat bersaing jika tidak be:nar-benar memahami karakter sasaran pasarnya yaitu pengusaha keeil sepe1ii pedagang K-5. Penulis merasa tertarik untuk meneliti faktor-faktor penentu dan latar belakang kecenderungan pilihan pedagang K-5 dalam mencari pinjaman modal kerja secara rasional. Alasan ketertarikan penulis terhadap masalah ini adalah karena dalam mengembangkan
lembaga
perekonomian
berbasis
syariah,
perlu
memaharni
kebutuhan dan kesulitan masyarakat keeil sebagai sasaran pasar dalam mendapatkan akse? penyedia jasa pinjaman keuangan demi meningkatkan taraf perekonomian kecil.
7
Dalam penelitian ini, diharapkan eksistensi LK non-bank mampu berpcran aktif dalam rnenjembatani kesulitan para pedagang K-5 dalam memperoleh pinjaman modal. Oleh karenanya, berdasarkan uraian dan penjelasan latar belakang di alas, rnaka judul yang penulis angkat dalam skripsi ini adalah sebagai berikut: "Analisis Kecenderungan Pedagang Kaki Lima Da/am Memilih Pinjamun Jasa Keuangan Untuk Memenuhi Kebutuhan Modal Ke1ja; Pendekaran Teori Pilihan Rasional"
B. B11tasan clan Perumusan Masalah Penelitian
ini
akan dibatasi
pada perrnasalahan
rnengenai
akses
yang
mempengaruhi kecenderungan pilihan para pedagang K-5 dalam mencari penyedia jasa keuangan bagi kelangsungan aktifitas usaha rnereka dengan berbagai Jatar belakang clan pertimbangan rasionalnya. Waktu penelitian dibatasi hingga akhir tahun diselesaikannya skripsi ini, dan tempat penelitian dibatasi di Pasar Blok A dan sekitarnya, terrnasuk pasar pelataran Ruko Blok A (Pasar Los D). Objek penelitian yang di tetapkan dalam penelitian ini adalah pedagang K-5 sebagai objek utarna penelitian dan lernbaga keuangan rnikro, seperti Kopernsi Pasar clan BMT, sebagai objek pendukung penelitian. Dengan demikian, rumusan masalah yang akan diangkat dalam skripsi ini adalah sebagai berikut: "Bagaimana kecenderungan pedagang K-5 dalam memilih pinjarnan jasa keuangan untuk memenuhi kebutuhan rnodalnya berdasarkan pilihan yang rasional ?"
8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian dalam skripsi ini bertujuan untuk: l.
Mengetahui faktor-faktor yang melatarbelakangi pilihan. pedagang dan akses pedagang K-5 dalam memperoleh pinjaman jasa keuangan ke lernbaga keuangan formal.
2.
Membuktikan hipotesa-hipotesa yang telah penulis susun dalam penelitian ini, hipotesa-hipotesa tersebut adalah: a.
Sebagai hipotesa no!, adanya analisis pembuktian hipotesa yang termasuk dalam kategori hipotesa nol, yaitu: • Adanya kecenderungan dan pengaruh antara ketahanan sifol _ienis barang dagangan terhadap persepsi pedagang K- 5 mengenai kondisi persaingan usaha. • Adanya kecenderungan dan pengaruh antara ketahanan sifat jenis barang dagangan terhadap rata-rata omset harian para pedagang K- 5. • Adanya kecenderungan dan pengaruh ketahanan sifat jenis barang dagangan terhadap jumlah dana untuk dipinjam pedagang K- 5. • Adanya kecenderungan dan pengaruh ketahanan sifat jenis banmg dagangan terhadap pilihan penyedia jasa keuangan yang dianggap oleh pedagang K-5 paling mudah.
9
• Adanya kecenderungan dan pengaruh besamya dana yang dibutuhkan untuk dipinjam terhadap pilihan penyedia jasa keuangan yang dianggap paling mudah. • Adanya kecenderungan
dan pengaruh
rata-rata ornset
harian
pedagang K-5 terhadap pilihan penyedia jasa keuangan yang dianggap paling mudah. • Adanya kecenderungan dan pengaruh larnanya pengalarnan pedagang K-5 berdagang terhadap pilihan penyedia jasa keuangan yang dianggap paling mudah. • Adanya kecenderungan dan pengaruh jumlah dana yang dibutuhkan untuk dipinjarn terhadap penyedia jasa keuangan yang paling dicari pe1iarna kalinya. • Adanya kecenderungan dan pengaruh jumlah rata-rata omset harian pedagang K-5 terhadap penyedia jasa keuangan yang paling dicari pertarna kalinya. • Adanya kecenderungan dan pengaruh sifat ketahanan jenis barang dagangan terhadap penyedia jasa keuangan yang paling dicari pertama kalinya. • Adanya kecenderungan dan pengaruh lamanya pengalarnan pedagang K-5 berdagang terhadap penyedia jasa keuangan yang paling dicari pertarna kalinya.
10
• Adanya kecenderungan dan pengaruh tingkat pemahaman pedagang K-5 terhadap konsep riba terhadap penyedia jasa keuangan yang paling dicari pertama kalinya. b.
Adanya kecenderungan dan pengaruh tingkat kemudahan peuyedia jasa keuangan terhadap pilihan penyedia jasa keuangan yang dianggap paling mudah.
Secara matematis, pembuktian hipotesa-hipotesa di atas dengan mengunakan bantuan hitung Chi Square adalah: •
H0
= 0, tidak ada pengaruh terhadap kecenderungan pilihan pedagang
p
dalam memilih jasa keuangan untuk hipotesis nol. •
H0
p f. 0, ada pengaruh terhadap kecenderungan pilihan pedagang dalam
memilih jasa keuangan. Untuk uji signifikasi, digunakan tingkat taraf nyata 5 %. Signifikasi data dapat dilihat dari hasil perhitungan data dilakukan dengan bantuan analisis grafik hitung
Chi Square seperti dibawah ini: (Kurva I)
rv1enerin1a H
0
0
•H ' 0
11
Grand hypothesis dari penelitian ini adalah lembaga kettangan mikro formal belun1 dapat sepenuhnya melayani dan memenuhi kebuttthan modal kerja peclagang K-5.
3.
Mengetahui
kecenderungan pilihan para pedagang K-5
berclasarkan
pertimbangan yang rasional dalam memilih jasa kettangan clalam memenubi kebutttban modal kerja mereka.
Manfaat yang cliharapkan clari basil penelitian ini adalab sebagai berikut: Bagi Penulis:
f.
Dapat menambab pengetabuan dan wawasan di bidang Sosiologi Ekonomi yang terkait dengan aktivitas usaba perdagangan K-5.
2.
Dapat memahami kesulitan yang dialami oleh pedagang K-5 clalam mendapatkan akses yang mudab dan tepat untuk memenubi kebutuban clana tunai sebagai modal kerja bagi kelangsungan aktivitas usaba mereka.
Bagi kalangan Akaclemisi: Menambah referensi dan baban pustaka bagi para mahasiswa serta bagi selm:uh pibak kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hiclayatullah clan kampus-kampus lain pada umumnya.
Bagi Kalangan Praktisi: 1.
Dapat menjadi sumber informasi bagi pihak pengelola dan pengembang Lembaga Keuangan Syariah (LKS) di Indonesia. Dengan demikian, basil
12
penelitian ini nantinya diharapkan dapat menjadi dasar pertimbangan bagi kalangan
praktisi
LKS
dalam
menjalankan
kebijakan
pemberian
pembiayaan modal ke1ja kepada pedagang kecil secara umum. 2.
Memberikan gambaran mengenai realita eksistensi dan peran LKS bank maupun non-bank dalam menopang kehidupan perekonomian rakyat, terutama bagi kelangsungan aktivitas pedagang kecil.
Dengan demikian, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan memberikan manfaat bagi kepentingan pengembangan Ekonomi Islam.
D. Pendekatan Teori Dalam penulisan penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan Teori Sosiologi Ekonomi, teori-teori yang digunakan berhubungan dengan teori pilihan dan teori rasionalitas manusia sebagai makhluk ekonomi, termasuk di dalamnya penggunaan teori perilaku konsumen. Selain itu, penulis juga menggunakan teori-teori yang mengkaji tentang biaya transaksi dan juga biaya sosial.
E. Metodologi Penelitian Penelitian yang dijalani akan menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dan kualitatif, serta bersifat empiris dan sosiologis. Jenis penelitian yang akan digunakan berdasarkan tujuan penelitian adalah jenis penelitian analisis deskriptif dan penelitian lapaogan, karena penulis berusaha untuk mengkaji kondisi dan perilaku pedagang K5, penulis juga akan meneliti hubungan atau pengaruh yang te1jadi dalam penelitian terhadap pedagang K-5 dalam memilihjasa keuangan.
13
Jenis pene_litian yang digunakan ditinjau dari manfaat penelitian adalah jcnis penelitian murni, karena penulis berharap penelitian ini dapat menjelaskan secara mendasar bagaimana pedagang K-5 dalam menetapkan suatu pilihan dalarn mencari jasa keuangan sebagai pinjaman untuk rnenambah modal kerja dan mengapa pilihan tersebut terj adi. Untuk meninjau aktivitas pedagang K-5 dalam memperoleh pinjaman, penulis melakukan pendekatan penelitian eksplanasi, yaitu menggambarkan dan menjelaskan prilaku dan aktivitas kerja objek penelitian di lapangan secara lebih mendetil. Sedangkan untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan hambatan akses pedagang K-5 dalam memperoleh pinjaman jasa keuangan dana dari lembaga keuangan formal digunakan pendekatan penelitian kualitatif yang didukung clengan analisis data kuantitatif. Dalam penenelitian ini penulis menetapkan acla tujuh pihak penyedia jasa keuangan yang peneliti tetapkan dalam penelitian ini, yaitu BMT Al-Kariim,
Kop~rasi Pasar dan Swamitra, Paguyuban yang bersifat kedaerahan, teman, keluarga, clan rentenir. Penetapan banyaknya jumlah penyedia jasa keuangan diambil berdasarkan hasil pengamatan penulis di lapangan. I.
Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data Data-data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data-data primer
yang diambil dari sejumlah responclen yang terdiri clari pedagang K-5 clan pihak yang mewakili lembaga keuangan, seperti pihak Koperasi Pasar (Kappas)' Pasar Blok A dan pihak dari BMT Al-Kariim yang beroperasi di lokasi penelitian.
14
Data diambil di daerah Pasar Blok A dan sekitarnya pada saat penulisan skripsi ini. Pengumpulan data dilakukan melalui penelii:ian lapangan (field
research) dan penelitian kepustakaan (library research), clengan penjelasan: a.
Penelitian Lapangan (Field Research). Dalam penelitian lapangan ini, penulis meneliti langsung ke lapangan
untuk memperoleh data primer yang terkait dengan pokok masalah. Data lapangan yang cliperoleh adalah merupakan data-data hasil dari wawancma penulis terhadap sejumlah responden dan data-data hasil dari kuisionei· yang bersifat non-random. Alasan responden tidak dipilih secara non-random adalah karena selain konclisi posisi lapak clan produk barang dagangan yang clijual tidak teratur. penulis lebih memilih responden dengan jenis produk barang dagangan yang lebih bervariasi. Metode wawancara dilakukan clengan cara tidak terstruktur dan wawancara secara mendalam (in-deep interview). Selain menggunakan
teknik
pengumpulan
data
dengan
rnetode
wawancara clan survei, penulis melakukan observasi pasar terhadap situasi clan kondisi serta aktivitas pedagang K-5 di lokasi. Selain itu, observasi juga dilakukan terhadap aktivitas jasa pembiayaan BMT Al-Kariim clan pinjaman kredit pada Koperasi Pasar Blok A. Observasi dilakukan untuk meninjau langsung kegiatan usaha pedagang K-5 di lokasi penelitian sebelum melakukan wawancara clan penyebaran kuisioner.
15
Instrumen yang cligunakan clalam penelitian kuantitatif aclalah melalui kuisioner yang clibagikan kepacla sejumlah 30 orang peclagang K-5 sebagai responclen. Tujuannya aclalah untuk mengetahui hubungan atau pengaruh terhaclap kecenclerungan pilihan peclagang K-5 terhaclap penyeclia jasa keuangan. Alasan mengapa hanya 30 orang yang clijaclikan objek penelitian aclalah karena keterbatasan waktu, kemampuan clan konclisi keuangan penulis yang terbatas. Seclangkan instrumen yang cligunakan clalam penelitian kualitatif aclalah clengan
menggunakan
pecloman
wawancara,
baik
clalam
rnelakukan
wawancara secara ticlak terstruktur maupun wawancara secara 111enclala111. serta hasil observasi terhaclap konclisi sosial clan perilaku peclagang K-5. Tujuannya aclalah untuk 111engetahui konclisi lapangan yang sebenarnya clan 111enjelaskannya secara mencletil hasil analisis data. Karena konclisi posisi lapak clan jenis barang yang clijual bervariasi clan tidak teratur, maka sampel clipilih secara sembarang. Pemilihan responden oleh penulis juga berclasarkan pacla variasi procluk barang clagangan. Lokasi penelitian yang dipilih aclalah Pasar Blok A, alasan pcmilihan lokasi aclalah karena selain terclapat peclagang K-5, P'asar Blok A le\aknya strategis. Lokasinya terletak antara Blok M clan lTC Fatmawati yang merupakan pusat perbelanjaan. Selain itu, Pasar Blok A berdekatan clengan Pasar Cipete, clan di sepanjang jalan RS. Famawati dan JL Panglima Polim Raya terdapat banyak ruko dan pertokoan.
16
b.
Penelitian Kepustakaan (Librmy Research). Penulis akan mencari informasi dan teori dari berbagai referensi yang
terkait dengan masalah penelitian dengan membaca, mempelajari, menelaah, serta membahas literatur dan referensi-referensi lain yang terkait dengan pembahasan dalam penelitian ini. Teknik yang digunakan dalam penulisan skripsi ini berpedornan pada ketentuan yang telah diatur oleh "Pedornan Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif!-Iidayatullah Jakarta tahun 2007."
Secara garis besar, tahapan-tahapan pendekatan penelitian yang akan dilakukan adalah sbb.: (Tabel I) ~~--~
Taha pan Pendekatan ldentifikasi usaha Eksploratif pedagang K-5
Meneliti akses pedagang K-5 dalam mendapatkan jasa keuangan dan peran LK dan LKS non-bank dalam memenuhi kebutuhan modal kerja pedagang K-5
Kualitatif
Sumber Informasi Pedagang K-5
Pedagang K-5 dan pihak yang mewakili LK dan LKS nonbank
lnstrumen Pra-Observasi dan wa\vancara tidak terstruk1:ur
Wawancara secara mend a lam
Has ii lnforn1a si teni-ang
pedagan g K-5 sebagai objek peneliti,an, dan tnenen1 ukan calon respond en lnforma si mengenai analisis SWOT pedagan g i<.5 dala111 mendap atkan akses ke peny ediajasa keuangan pinjaman modal kerja dan infonna si lain men gen ai peran LK 111aupun LKS nonbank da lan1 mement1hi kebutuhan modal kerja keuangan pedaga1i.g________~
17
Ylengkaji.
Kuantitatif
Pedagang K-5
:<.ecenderungan
Wawancara kuisioner
pilihan pedagang K-5 dalam 111encari p111Jan1an
dan
lnformasi mengenai pilihan rasional pedagang K-5 clalam memilih pinjaman jasa keuangan
modal keria
2.
Sampel Sebanyak 30 orang Pedagang K-5 dipilih sebagai objek penelitian secara non
random yaitu memilih responden secara sembarang berdasarkan variasi barang yang dijual. Responden yang dipilih hanya yang beragama Islam. karena responden yang non-Islam dikhawatirkan tidak memiliki respon yang baik terhadap Lembaga Keuangan Syariah. Dari sejumlah responden tersebut dibagi ke dalam dua kelompok yang masing-masing berjumlah
15 responden berdasarkan tingkat risiko sifat
ketahanan barang untuk pengisian kuisioner. 4 orang dari masing-masing kelompok selain mengisi kuisioner juga diwawancai secara mendalarn. Kelompok
pertama adalah
kelornpok
pedagang
yang
sifat
produk
dagangannya rnudah berubah, seperti: pedagang sayur, pedagang daging clan ayam potong. Sedangkan kelompok yang kedua adalah pedagang K-5 yang sifat produk barang dagangannya tidak mudah berubah, seperti pedagang kaset dan CD, pedagang pakaian dsb. Alasan pernbagian kelompok berdasarkan kriteria t:ertentu adalah untuk rnengetahui tingkat risiko usaha yang rnempengaruhi. kebijakan lernbaga keuangan dalam mernberikan bantuan keuangan.
18
Untuk penelitian dengan menggunakan metode wawanc:ara, responden tidak hanya dipilih dari pedagang K-5, melainkan juga pihak-pihak yang mewakili lembaga keuangan yang beroperasi di lokasi penelitian, seperti BMT Al-Kariim dan Koppas Blok A. Objek utama penelitian melalui metode wawancara dilakukan terhadap responden untuk wawancara secara formal. Pada lembaga BMT Al-Kariim adalah Bpk. Yarmin, sebagai ketua Divisi Marketing. Sedangkan objek utama wawancara pada Koppas adalah Bpk. Aflahanto, yang menjabat sebagai pimpinan Koperasi. Sedangkan tiga responden lain yang juga mewakili masingmasing pihak dari BMT dan Koperasi dilakukan wawancara secara tidak terstruktur. Alasan mengapa kedua lembaga keuangan tersebut dijadikan sebagai salah satu sumber data adalah karena sebagai lembaga formal yang menyediakan jasa keuangan, penulis ingin mengetahui bagaimana akses yang diberikan oleh kedua lembaga tersebut dalam memberikan jasa keuangan kepada pedagang K-5 terse but. Harapan penulis dalam penyusunan skripsi ini adalah tidak hanya rnenilai dan mengkaji pennasalahan yang akan diteliti berdasarkan dari sudut pandang pedagang K-5 saja, melainkan juga dari sudut pandang penyedia jasa keuangan formal di lokasi penelitian.
19
3.
Proses Analisis Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan rnetode
analisis kuantitatif dan didukung dengan analisis kualitatif terhadap faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi rasionalitas dan kecenderhngan pedagang K-5 (sebagai objek penelitian) dalam memilih pinjaman jasa keuangan. Adapun langkah-langkah yang akan digunakan adalah: a.
Analisis terhadap perilaku, ketergantungan dan interaksi antar objek penelitian (pedagang terhadap sesama pedagang dan atau pec\agang terhadap suatu lembaga).
b.
Mengidentifikasi lmbungan atau pengaruh dari dari faktor-faktor yang mempengaruhi sikap dan kecenderungan pilihan objek penelitian.
c.
Mengkaji akses dan analisis SWOT (kekuatan, kelemahan clan pcluang dan hambatan) pedagang K-5 clalam memperoleh pinjaman jasa keuangan yang dianggap paling tepat. Analisis SWOT yang akan clilakukan adalah analisis SWOT pedagang K-.5 secara umum 'dan analisis SWOT pedagang K-5 terhadap masing-rnasing penyedia jasa keuangan yang beroperasi di lokasi penelitian.
d.
Menganalisis kecenderungan pilihan peclagang K-5 terhadap penyec\ia jasa keuangan.
Data yang diperoleh akan penulis analisis dengan rnenggunakan:
20
a.
Teknik Analisis Kuantitatif, yaitu metode yang memaparkan data-data dalam bentuk angka dan tabel dari hasil survei.
b.
Teknik Analisis Kualitatif, yaitu metode analisis yang menjabarkan hasil analisis kuantitatif dipadu dengan penjabaran hasil observasi dan wawancara ke dalam bentuk tulisan.
Untuk menganalisis kondisi umum, sikap dan perilaku peclagang K-5, maka statistik clasar yang akan digunakan aclalah model statistik deskriptif, yaitu penggunaan hitung jumlah frekuensi dan hitung mode (jumlah mayoritas). Alasan penggunaan hitung fi·ekuensi aclalah untuk mengetahui kualitas atau banyaknya kecenclenmgan terhadap masing-masing Selain penggunaan statistik deskriptif, penulis juga menggunakan uji hitung Chi
Square
Cx2)
dengan akurasi data sebesar 5 %. Formula yang digunakan dalam uji
hitung Chi Square 4 adalah: b
k
x2 =L, I I= I I= I
(Oij-Eij) Eii
E
= Nilai yang diharapkan
B = Total Garis A K =Total Garis B
X2 = Chi Kuadrat
4
I Gusti Ngurah Agung, Statistika; Penerapan Metode Analisis Untuk Tabu/asi Sempuma don Tidak Sempurna, (Jakarta: RajaGrafindo, 2003), h.82
21
E. Tinjauan Kajian Terdahulu Dalam penulisan skripsi ini, penulis masih harus menemukan skripsi clan laporan penelitian ataupun jurnal yang judul maupun isinya menyinggung dengan apa yang dipermasalahkan dalam skripsi ini di perpustakaan pusat, perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum maupun di perpustakaan Fakultas Ilmu Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Akan tetapi, penulis menemukan sebuah buku yang telah dimodifikasi dari sebuah penelitian disertasi Prof. Dr. Rusli Ramli yang be1judul "Sektor informal Perkotaan Pedagang Kakilima yang diterbitkan oleh Ind-Hill..co di Jakarta pada Tahun 1992, yang pada akhirya digunakan oleh penulis sebagai referensi utama. Penelitian yang telah dilakukan oleh Prof. Dr. Rusli Ramli lebih mengarah kepacla realita dan kehidupan peclagang kakilima secara kompleks dan mendalam. baik ditinjau dari segi sosiologis dan morfologis. Sampel yang diambil dalam penelitian tersebut berjumlah cukup banyak, sebanyak 314 responden yang terpisah di 5 wilayah Kotarnadya DK! Jakarta. Berbeda dengan penelitian yang penulis lakukan dalam skripsi ini, penulis hanya menunjuk 30 responden, dan lokasi penelitian terkonsentrasi hanya di Pasar Blok A. Penelitian yang penulis lakukan lebih fokus mengarah kepada kecenderungan pedagang K-5 dalam rnencari pinjaman modal kerja. Penulis
menggunakan
statistik deskriptif dan
inferensial,
yaitu
dengan
menggunakan mode dan statistik frekuensi serta uji hitung Chi Square
(X\
22
Sedangkan Statsistik yang digunakan oleh Prof. Dr. Rusli Ramli adalah statistik deskriptif. dengan menggunakan statistik frekuensi. Buku tersebut dijadikan referensi utama karena isinya mengenai basil penC!itian Prof. Dr. Rusli Ramli terhadap seluk-beluk kehidupan pedagang K-5 di Jakarta secara mendalam. Sedangkan penelitian yang penulis lakukan lebih spesifik membahas mengenai keputusan dan pilihan pedagang K-5 dalam memilih penyedia pinjaman modal ketja.
F. Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasan dalam penelitian ini dibagi ke dalam lima bab. Secara keseluruhan, kelima bab tersebut merupakan satu rangkaian pembahasan yang saling terintegrasi dan saling terkait. Dengan demikian, sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai b.erikut:
Bab pertama merupakan suatu pendalrnluan yang terdiri dari beberapa sub-bab, yaitu, latar belakang penulisan, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, pendekatan teori, metode penelitian, tinjauan kitjian terdahulu, serta sistematika pembahasan.
Bab kedua merupakan kajian teoritis yang mengemukakan pedagang K-5 dalam pandangan Sosiologi Ekonomi, Rasionalitas dalam Ilmu Ekonomi, konsep · biaya transaksi, serta Teori Pengambilan Keputusan.
Bab ketiga memberikan. gambaran secara umum kondisi riil lapangan, yaitu gambaran umum pedagang K-5 Pasar Blok A Jakarta Selatan,
,~ksistensi
dan aktivitas
23
lembaga-lembaga keuangan formal seperti BMT clan Koperasi Pasar serla rentenir yang beroperasi di sekitar lokasi penelitian.
Bab keempat membahas tentang hasil penelitian clan mengkaji data yang telah diolah beserta penjelasannya. Hasil olah data meliputi analisis SWOT pedagang K-5 dalam memilih penyedia jasa pinjaman, analisis kecenderungan pedagang K-5 dalarn rnernilih penyedia jasa keuangan yang paling mudah clan analisis kecenderungan pedagang K-5 terhadap penyediajasa keuangan yang paling dicari.
Bab kelima merupakan bab penutup yang mencakup kesimpulan berupa pembuktian terhadap
pencapaian tujuan-tujuan
peneliti<m clan jawaban dari
permasalahan penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya. Bab lima juga berisi saran-saran yang diharapkan dapat bermanfaat.
BAB II KAJIAN TEORITIS
A. Pedagang Kaid Lima dalam Teori Sosiologi Ekonomi Selain mengatur kegiatan ekonomi, pasar juga mengatur kehidupan sosial. Pasar merupakan mediator atau tempat bertemunya pihak-pihak yang memiliki berbagai kepentingan, yaitu antara pihak penyedia dan pihak pencari barang dan jasa. Dengan adanya pertemuan antara pihak-pihak yang berkepentingan. maka pencapaian kepentingan dan kesejahteraan individu akan membawa hasil yang terbaik. Tidak hanya untuk kesejahteraan pribadi, akan tetapi juga untuk kesejahteraan sccara umum. Untuk mencapai taraf kesejahteraan, perlu terjadinya tindakan ekonomi di antara pihak-pihak tersebut di dalam pasar. Semua peristiwa dan fenomena yang te1jadi di dalam pasar dapat dikatakan sebagai peristiwa atau fenomena sosial. Seperti yang dikatakan oleh Weber 7 : "Tindakan ekonomi dapat dipandang sebagai suatu tindakan sosial sejauh tindakan tersebut memperhatikan tingkah laku orang lain." 8
Begitu juga seperti yang telah disebutkan oleh Alfred Marshall dalam bukunya
Principles of Economics, ia beranggapan jika secara keseluruha11 aktifitas hidup
7
Damsar, Sosiologi Ekonomi, (Jaka11a:PT. Raja Grafindo Persada, 2002), h.85
8
Alfred Marshall, Principles of Economics, (London: Macmillan and Co. LTD., 1969), 8'" edition, p. i
24
manusia adalah tindakan ekonomi. Oleh karenanya, marshall menamakan ekonomi sebagai studi umat manusia "dalam usaha hidup sehari-hari" 8 . Berdasarkan pendapat para ahli ekonomi di atas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa semua aktivitas, termasuk aktivitas kegiatan sehari-hari di dalam pasar merupakan bagian dari kajian ekonomi. Semua pelaku ekonomi di dalarn pasar termasuk dalam kajian ekonomi, yaitu: para pembeli, distributor, maupun para pedagang. Bahkan tidak hanya aktivitas, melainkan interaksi clan kehidupan sosial para 'pelaku ekonomi juga termasuk dalam kajian tersebut. Di Indonesia Pasar Tradisional adalah jenis pasar yang paling lekat dengan interaksi dan kehidupan sosialnya. Dikatakan paling lekat interaksi sosialnya karena dalam Pasar Tradisional adanya pertemuan secara langsung antara penjual dan pembeli. Dari pertemuan itu biasanya te1jadi suatu kesepakatan atau kesepahaman, seperti yang terjadi dalam proses saling tawar-menawar. Sebagai salah satu aktor ekonomi di dalam Pasar Tradisional, sejumlah pedagang kecil yang biasa disebut dengan pedagang kaki lima (K-5) banyak ditemukan. Berdasarkan Peraturan Daerah OKI Jakarta Nomor 5 Tahun 1978, Pedagang K-5 didefinisikan sebagai: "mereka yang di dalam usahanya mempergunakan bagian jalan atau trotoar dan tempat kepentingan umum yang bukan diperuntukkan sebagai tempat usaha, serta tempat lain yang bukan miliknya"9 .
8
Cyril S. Belshaw, Tukar Menukar Tradisioal dan Pasar Modern, (Jakarta: PT. Gramedia,
1981), h.2 9
Rusli Ramli, Sektor Informal Perkotaan Pedagang Kakilima, h.16
26
Pada urnumnya, pedagang K-5 banyak ditemukan di pasar-pasar clan ternpat kerarnaian seperti di luar halaman sekolab atau kampus, pelataran terminal clan stasiun, dsb. Karena konclisinya yang tidak resmi dan tidak r:erstruktur, mobilitas aktivitas peclagang K-5 cukup tinggi. Sehingga clalam
ilrnu Sosiologi Ekonomi.
fenomena-fenomena yang terjadi pada pedagang K-5 clianggap sebagai fenornena sosial. Selain rnenawarkan harga procluk yang relatif lebih murah, pedagang K-5 juga rnenawarkan procluk dengan rnerek dan jenis barang yang tidak jaub berbeda dengan procluk yang ditawarkan di pasar modern. Terkadang beberapa pedagang K-5 menjual produk dengan kualitas yang tidak jauh berbecla, seperti peclagang K-5 Sojong (Sogo Jongkok) di pasar Tanah Abang. Jenis-jenis peclagang K-5 clapat ditinjau clari beberapa aspek, sepe11i: I.
Ditinjau dari sifatnya, peclagang K-5 terbagi atas pedagang tetap clan nornaden (berpindah-pindah).
2.
Bila ditinjau dari eksistensinya, pedagang K-5 terbagi atas pedagang yang sifatnya situasional I kondisional dan pedagang permanen.
3.
Sedangkan jika ditinjau dari media atau lapak yang digunakan, acla peclagang K-5 yang menggunakan gubuk I tenda, baik yang sifatnya permanen maupun darurat, ada juga yang menggunakan kain terpal yang digelar sebagai alas, penggunaan meja
atau
rak
darurat
hingga model
pedagang
yang
menggunakan etalase berjalan (yang diberi roda), agar pedagang dapat dengan mudah berpindah lokasi.
4.
Jenis pedagang K-5 ditinjau dari kepemilikan barang dagangan dapat dibedakan atas pedagang dengan barang modal milik sendiri, pedagang setoran dan pedagang atas komisi. Pedagang K-5 setoran yaitu pedagang yang mendapatkan bagi hasil atau dengan mengambil selisih dari harga yang diberikan oleh pemilik barang dan harga penjualan barang. Contohnya adalah perdagangan yang dilakukan Rasulullah sebelum menikah dengan Khadijah, istrinya. Rasul rnembawa sejumlah barang milik Khadijah untuk dijual, lalu rasul mengambil keuntungan dari penjualan tersebut Pedagang K-5 atas komisi adalah pedagang yang mendapatkan sejumlah komisi dari pihak pemilik barang dari hasil menjajakan barang dagangan pemilik barang tersebut dengan cara K-5. Contoh yang tepat bagi pedagang jenis ini adalah pedagang koran clan majalah K-5
10
Beberapa kriteria yang menjadi ciri khas pedagang K-5 1.
•
11
,
diantaranya aclalah:
Berdasarkan jumlah modal usaha, pedagang K-5 sulit memperolehnya dari lembaga formal. Oleh karenanya, mayoritas pedagang K-5 mengusahakan sendiri modal awal yang diperoleh untuk usaha dagangnya.
'° ·Rusli Ram Ii, Sektor Informal Perkotaan Pedagang Kaki/ima, h.35 11
"Mereka Dianggap Bayang-bayang", Alisjahbana dalam "urban hidden economy", Kompas, Sabtu 15 April 2006, h.34
28
2.
Teknologi yang digunakan adalah teknologi padat karya. Masing-111asing pedagang K-5 memiliki ciri khas dan kreativitas tersendiri dalam mcnarik minat pembeli.
3.
Organisasi yang umumnya diikuti oleh pedagang K-5 adalah orga111sas1 kekeluargaan atau organisasi kelompok. Seperti kelompok sesama peclagang suatu produk, kelompok kedaerahan, dsb. Kelompok tersebut biasanya memiliki kegiatan rutin, seperti: silaturahmi, pengumpulan dana, tabungan atau &risan, bahkan hingga membentuk koperasi tersendiri.
4.
Sifat usaha yang berdikari, tidak terlalu banyak merongrong ataupun menuntut fasilitas dari pemerintah.
5.
Persediaan stok barang dagangan terbatas, tidak memili.ki gudang persediaan barang.
6.
Hubungan kekerabatan, seperti hubungan kekerabatan dengan sesama pedagang, hubungan pedagang K-5 dengan para kreditur dan hubungannya kepada pemasok barang didasarkan alas asas kepercayaan.
B.
asionalitas dan Teori Pilihan dalam Ilnrn Ekonomi Dalam penulisan skripsi ini, penulis mengidentikkan pedagang K-5 sebagai
k01 sumen dan
Lembaga Keuangan sebagai pihak produsen jasa keuangan
me berikan pinjaman uang sebagai modal kerja. Sedangkan pasar yang dimaksud dal m tulisan ini adalah pasar jasa keuangan.
Pendapat klasik bahwa pemasaran merupakan aktivitas pertukaran ekonomi telah terbantahkan oleh pendapat yang telah dikemukakan oleh Weber, dewasa ini terbukti bahwa sebenarnya tujuan kegiatan pemasaran saat ini lebih cenderung kepada pertukaran nilai. Kekuatan pertukaran tidak lagi seimbang antara produsen clengan konsumen, namun konsumen cenderung memiliki kekuatan lebih 12 • Oleh karena itu, untuk memenangi persaingan pem&sar kini harus lebih berorientasi kepada kualitas procluk, pelayanan hingga kepuasan konsumen. Konsep ini telah diterapkan oleh negara Jepang, negara aclikuasa di bidang pemasaran dalam melakukan ekspansi pemasaran ke seluruh dunia. Kini produk-produk barang .lepang merambah clan menyaingi pasar intemasional hingga mendepak kekuatan pemasaran produk lokal di masing-masing negara kapitalis barat
13
•
Pemasaran tidak hanya terkonsentrasi pada kegiatan menjual dan melakukan promosi produk, akan tetapi lebih mengarah kepada terwujudnya pencapaian tujuan hasil clari transaksi produk. Alasannya adalah dalam kegiatan transaksi di pasar, te1jadi pe11ukaran yang saling menguntungkan di antara kedua belah pihak ataupun lebih. Tujuan dil&kukannya pertukaran adalah memang untuk saling memenuhi kebutuhan. Hal-ha! yang mendasari terjadinya pertukaran
14
adalah:
12
Nugroho J. Setiadi, Perilaku Konsumen; Konsep dan lmplikasi Untuk Strategi dan Penelitian Pemasaran, (Jakarta: Kencana, 2003), h. 4 14
15
Philip Kotler, dkk., Kompetisi Baru (Jakarta: PT Gramedia, 1986) h.15
Nugroho J. Setiadi, Perilaku Konsumen; Konsep dan lmp/ikasi Untuk Strategi dan Penelitiun Pen1asaran, h.5
30
1.
Segala perilaku yang berclasarkan pacla sikap rasional clan bebas clari pengaruh luar untuk memaksimumkan kepuasan.
2.
Informasi lengkap atas procluk clan informasi lain mengenai berbagai pilihan alternatif lain yang tersedia untuk memenuhi segala kebutuhannya.
Seperti yang telah clisebutkan pacla point nomor 2 di atas rnengenai banyaknya pilihan procluk dan kelengkapan informasi atas pilihan-pilihan mengharuskan pihakpihak yang melakukan pertukaran untuk memiliki pertimbangan yang cermat mengenai pilihan yang akan cliambil. Setiap inclividu memiliki sense dan interpretasi yang berbeda terhaclap suatu pilihan dan kepuasan yang diinginkan secara temporal dan konclisional. Berbagai pertimbangan atas pilihan dalam melakukan pertukaran dianggap sulit bila adanya keterbatasan informasi
15
•
Oleh karena itu perlu adanya motif suatu pilihan yang
rasional, atau disebut juga clengan rational choice atau pilihan rasional. Istilah kata "rasional" menurut Kam us Besar Bahasa Indonesia berasal clari kata rasio, yaitu pemikiran yang logis atau sesuai dengan nalar manusia secara umurn. Rasional aclalah sesuatu yang clilakukan menurut pikiran dan pertimbangan yang logis. berclasarkan pikiran yang sehat clan cocok dengan aka!
16
•
Jadi, pilihan rasional aclalah
pilihan berclasarkan rasio aka! yang sesuai dengan logika pribacli. 15
Shaun Hargreaves Heap, dkk., The Theory of Choice; A Crilical Guide, (Oxford USA&UK: Blackwell, 1997), h. 2 16
Moeliono, Anton, M., dkk., Kamus Besar Bahasa Indonesia, Depa1temen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta: Balai Pustaka. 1996.
31
Teori Pilihan Rasional adalah suatu rangkaian kaidah-kaidah formal yang mernperhatikan hubungan antara bukti-bukti
kecenderungan dan
pilihan
17
.
Rasionalitas muncul ketika banyaknya pilihan yang ditawarkan dan adanya kebebasan untuk mernilih, keteraturan. dan informasi yang sempurna. Teori pilihan rasional terkonsentrasi dalam hubungan internal antara banyaknya pilihan, kepercayaan, dan antara kepercayaan dan perilaku. Oleh karena itu. suatu pilihan dapat dikatakan rasional bila pilihan tersebut diambil
d·~ngan
maksud untuk
memaksimalkan kebutuhannya 18 • Pilihan rasional juga harus dilatarbelakangi oleh suatu sistem sosial. dan sifatnya tidaklah mutlak melainkan lebih cenderung sesuai dengan nilai-nilai yang subjektif. Konsumen sebagai salah satu pelaku yang terlibat dalam melakukan pertukaran dianggap berperilaku rasional jika mereka secara teliti mempertimbangkan semua alternatif yang memberikan kegunaan dan kepuasan terbesar. Pilihan rasional dipengaruhi oleh faktor-faktor yang disebut juga dengan faktorfaktcir keterlibatan. Faktor-faktor tersebut saling terkait dan sating mempengaruhi antara satu dengan yang lainnya, sehingga rnenjadi dasar pertimbangan pelaku pertukaran clalam membuat suatu keputusan mengenai peristiwa pertukaran yang dilakukannya. Faktor-faktor tersebut adalah 19
17
18
Ibid, h.47 Shaun Hargreaves Heap, dkk., The Theaty of Choice; A Crilica/ Guide, h. 74
19
Kuraisin, "Respon Masyaraka1 Kecamalan Pu/o Gadung Jakarta Terhadap Pelayanan Bank Syariah (Studi Kasus Nasabah Bank Syariah Mandiri dan Bank Muamalat Indonesia)" Skripsi SI Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri SyarifHidayatullah Jakarta, 2006. H. 52
""f'j
I.
'
Faktor Pribadi, faktor ini bergantung pada latar belakang pribadi pelaku pertukaran itu sendiri. Selain itu, nilai-nilai yang dipegang teguh oleh rnasing-masing pelaku turut berperan penting sebagai dasar pertimbangan pribadi dalam rnengambil keputusan. Pertimbangan-pertirnbangan pilihan tersebut juga dapat berasal dari f'aklor penilaian terhadap seberapa baik citra kualitas, dan narna baik produk itu sendiri. Seperti citra rnerek, penjual, serta nama baik penjualan maupun korporasi produsen. Selain itu, layanan produk, fasilitas dan kemudahan serta nilai tambah yang ditawarkan dalam produk penting bagi para konsumen sebagai dasar pertimbangan rasional dalam kecenderungan memilih suatu pilihan.
2.
Faktor Situasi dan Kondisi, faktor ini bertumpu pada kondisi lingkungan yang sifatnya situasional, baik kondisi dan situasi internal maupun eksternal.
3.
Faktor Budaya, faktor ini meliputi kondisi riil geografis dan kondisi demografis masyarakat secara umum, seperti adat-istiadat atau agama yang memberikan kontribusi pengaruh yang besar.
4.
Faktor Sosial, Faktor sosial adalah faktor-faktor yang dipengaruhi oleh kelompok-kelompok yang memiliki pengaruh secara langsung maupun tidak langsung, seperti kelompok sosial, status sosial, keluarga dan peran sosial maupun status sosial.
''' j
5.
Faktor Psikologis, merupakan faktor-faktor yang dipengaruhi oleh motivasi. persepsi masyarakat, tingkat
pengetahuan dan keyakinan yang kuat.clari
masyarakat.
Pilihan rasional yang diambil akan menghasilkan konsekuensi te1ientu berupa sikap maupun tindakan. Tindakan yang dilakukan akibat dari ketetapan pilihan yang rasional disebut juga tindakan rasional. Tindakan rasional dapat diorientasikan oleh empat hal, diantaranya 20 : l.
Rasional instrumental, yakni tindakan dari harapan sebagai objek kebiasaan dalam lingkungan dan dari individu lain; harapan-harapan ini digunakan sebagai 'kondisi' atau 'alat' untuk mencapai rasionalitas dari keinginan pelaku itu untuk mengejar harapannya dan perhitungan akhir.
2.
Nilai rasional, yaitu tindakan yang dikarenakan oleh kesadaran dan kepercayaan demi diiinya dari beberapa nilai seperti etika, keindahan, agarna, atau dari bentuk kebiasaan lain, kebebasan dari prospek kesukssesannya.
3.
Pengaruh (khususnya emosi), yakni tindakan yang termotivasi oleh pengaruh yang berasal dari perasaan spesifik pelaku.
4.
Tradisional, adalah tindakan yang termotivasi dari kebiasaan yang mendarah daging.
20
Damsar, Sosiologi Ekonomi. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), h.32
34
C. Konsep Biaya Transaksi Dalam memilih fasilitas jasa keuangan yang tepat, pilihan yang diambil olch seorang individu disesuaikan dengan kecenderungan pilihan yang berdasar pada basil pertimbangan dan pemikiran yang matang atau disebut juga dengan pilihan rasional. Pilihan rasional merupakan pilihan yang dilakukan berdasar pada analisis terhadap hubungan-hubungan alternatif dari perolehan info1masi yang melahirkan beragam kalkulasi dan sejumlah biaya transaksi. Setiap transaksi, termasuk di dalamnya transaksi jasa keuangan yang dilakukan berdasarkan atas informasi yang tidak sempurna akan mengakibatkan munculnya biaya
untuk
menghindari
risiko.
Biaya yang
dipergunakan
untuk
mcncari
kelengkapan informasi merupakan bagian dari biaya transaksi. Sifat Rasionalitas yang terbatas (Bounded Rationality) akibat dari terba\asnya informasi menunjuk pada tingkat dan batas kesanggupan individu untuk menerima, menyimpan, mencari kembali, dan memproses infornmsi tanpa. adanya kesalahan 21 . Oleh karenanya, analisis terhadap biaya transaksi merupakan wujud dari rasionalitas terbatas dalam menghindari risiko kerugian yang mungkin akan dihadapi. Biaya transaksi timbul sebagai akibat dari biaya-biaya proses negos1as1. pengukuran, dan proses kontrak yang mengikat, dan bahkan terkadang sifatnya memaksa 22 . Maka individu dalam keterbatasannya akan mengorbankan sejumlah
21 Ahmad Erani Yustika, Ekonomi Ke/embagaan; D~finisi, Teo,..; & Strategi, (Malang: Bayumedia, 2006), h. I 04 22
Ibid, h.112
35
biaya untuk mencari informasi lebih dari batas kemampuan yang dimilikinya. Biaya pengorbanan itu bisa disebut juga dengan biaya transaksi. Dengan sendirinya, seorang konsumen dapat menaksir secara keseluruhan atas perbanclingan yang sesuai antara biaya yang dikeluarkan dengan kepuasan dan keuntungan yang akan diperoleh dari berbagai macam tujuan. Menurut
Mburu,
biaya
transaksi
dapat
diartikan
sebagai
biaya
untuk
mernasukkan 3 kategori biaya yang tirnbul akibat (I) biaya pencarian infonnasi, (2) biaya negoisasi dan keputusan eksekusi kontrak, (3) biaya penguasaan, pernaksaan, dan bi a ya pelaksanaan 23 . Se lain itu, biaya lain yang merupakan bagian dari biaya transaksi adalah biaya adaptasi. Furubotn dan Ritcher 24
menunjukkan bahwa biaya transaksi adalah ongkos
untuk melakukan transaksi di dalam pasar (market transaction cost) dan biaya dalam aktivitas rnanajerial perusahaan (managerial transaction cost). Biaya transaksi dapat dibedakan ke dalarn dua jenis biaya transaksi, yaitu biaya transaksi tetap (fixed transaction cost) dan biaya transaksi variabel (variable
. cos t)25 . lransactzon
23
Ibid, h. I07
24
Eirik Furubotn dan Rudolf Ritcher, tnstitutions and Economic Theory; The Contribution oft he New Institutional Economics, (USA: The University of Michigan Press, '.WOO), h. 368 25
Ahmad Erani Yustika, Ekonomi Kelembagaan, h. 108
36
Biaya transaksi tetap yaitu biaya spesifik yang digunakan dalam menyusun kesepakatan kelembagaan. Sedangkan biaya transaksi variabel adalah biaya transaksi yang besarnya tergantung dari jumlah dan volume transaksi. Ada pendapat lain yang mengemukakan bahwa biaya transaksi dipisahkan ke dalam biaya transaksi sebelum terjadi kontrak (ex-ante) dan biaya transaksi setelah terjadinya kontrak (ex-post)2 6 • Biaya ex-ante adalah biaya yang muncul dalam pembuatan drafi. biaya administrasi dan staf, negoisasi dan mengamankan kesepakatan. Sedangkan biaya transaksi ex-post muncul ketika terjadi hal-hal berikut: 1.
Biaya kegagalan adaptasi, yaitu biaya yang timbul ketika te1:jaclinya penyimpangan dalam kesepakatan transaksi yang telah dipersyaratkan.
2.
Biaya negoisasi, yaitu biaya yang muncul dalam upaya yang dilakukan dalam mengoreksi penyimpangan yang terjadi setelah kontrak dibuat.
3.
Biaya yang timbul dalam merancang clan menjalankan kegiatan yang berhubungan dengan struktur tata kelola pemerintahan apabila te1:jadi sengketa.
4.
26
Biaya pengikatan, yaitu agar komitmen yang telah disepakati dapat terjamin.
Michael Dietrich, Transaction Cost Economics and Beyond; Toward a New Economics uflhe
Firm. (New York: Routledge, 1994), h. 20
37
Ada pendapat lain yang mengelompokkan biaya transaksi secara lebih rinci ke dalarn tiga kelornpok I.
27
,
yaitu:
Biaya untuk mempersiapkan kontrak (biaya untuk pencarian dan perolehan informasi).
2.
Biaya untuk mengeksekusi kontrak (Biaya untuk negoisasi dan pengambil keputusan)
3.
Biaya pengawasan dan pemaksaan kewajiban yang tertulis dalarn kontrak.
Dalam hal ini, Lembaga Keuangan (LK) sebagai produsen jasa keuangan adalab pihak yang memiliki kepentingan dan otoritas paling besar dalam rnenentukan kebijakan produk dan biaya transaksi sebagai bentuk rasionalitas serta sikap hati-hati terhadap kemungkinan risiko yang akan dihadapi oleh konsumen.nya. Biaya transaksi diperlukan oleh LK sebagai proses untuk mengkaji kebijakan eksekusi kontrak kepada konsumen. Hal ini sangat penting mengingat risiko usaha pedagang K-5 sebagai konsumen produk jasa keuangan dinilai cukup besar. Oieh karena itu, pihak LK membutuhkan informasi yang cukup untuk mengetahui situasi da.n kondisi riil pedagang K-5 dengan usahanya, dan mengukur tingkat kemampuan pedagang dalam pengembalian pinjaman.
D. Teori Pengambilan Keputusan Kecenderungan seseorang untuk menentukan suatu pilihan tidak terlepas dari berbagai pertimbangan yang dilakukan sebelumnya. Pertirnbangan-pertimbangan 27
Ahmad Erani Yustika, Ekonomi Ke/embagaan, h. 118
38
yang rumit dapat dibantu dengan menerapkan teori pengambilan keputusan 28 . Sebagai ilustrasi penulis akan memberikan contoh kasus yang te1jadi pada seseorang yang ingin membeli sebuah produk DVD Player. Contoh kasusnya adalah sbb.: Seorang konsumen yang ingin membeli sebuah DVD player, dan hanya tersedia dua pilihan produk DVD player di pasaran. Asumsikan bahwa konsumen tersebut tidak mengetahui apapun tentang kualitas kedua produk tersebut DVD player produk A seharga Rp 325.000,- dengan jaminan garansi selama lima tahun, sedangkan DVD player produk B seharga Rp 295.000,- denganjaminan garansi selama setahun. Bila konsumen tersebut memilih produk A dengan pertimbangan kondisi keuangan yang mencukupi dan asumsi bahwa produk A berani memberikan jaminan selama lima tahun, lamanya jaminan tersebut dapat menunjukkan kualitas dan ketahanan produk A. Dalam kasus ini, konsumen tidak menghiraukan tingginya harga produk A karena diharapkan produk ini benar-benar akan menawarkan kepuasan lebih. Akan tetapi bila kosumen tersebut lebih memilih produk B dengan alasan keterbalasan jumlah anggaran yang ada. Konsumen dalam kasus kedua ticlak terl3lu mempertimbangkan lamanya jaminan yang diberikan, asalkan keinginan untuk memiliki sebuah DVD player untuk memenuhi hasratnya menonton 'film terbaru' tercapai. Maka konsumen tersebut memilih produk B karena atas dasar pertimbangan harga. 28
Philip Kotler, Manajemen Pemasaran; Analisis Perencanaan Jmp!ementasi dan Pengenc/alian, (Jakarta: Salemba Empat, 1994), h.46
39
Pada kedua kasus di atas, tujuan utama konsumen dalam memiliki DVD Player adalah untuk memenuhi keinginannya menonton 'film terbaru', dan tujuan pada kedua kasus tersebut sama-sama terpenuhi. Perbedaan kondisi keuangan konsurnen antara kasus pertama dan kedua terletak pada perbedaan pertimbangan dan pilihan pada kedua produk DVD. Berdasarkan rasionalitas individu, keputusan konsurnen pada kasus pertarna maupun pada kasus kedua tidak ada yang dapat dipersalahkan. Akibat keterbatasan informasi atas kedua produk DVD Player tersebut, konsumen menjadikan dua faktor yang menjadi standar informasi atas pilihannya. Yaitu faktor lamanya jaminan sebagai indikator kualitas procluk clan harga yang menjacli faktor penentu clalarn memilih produk yang dipilihnya. Sebelum memilih suatu pilihan, seorang konsumen akan mencari produk yang paling cocok clan sesuai clengan kebutuhan dan keinginannya. Dalam mencari procluk yang tepat baginya, seorang konsumen akan melewati clua macam proses pencarian procluk yaitu proses pencarian internal dan proses pencarian eksternai2
9
.
Proses pencarian internal, yaitu proses pencarian yang mengutamakan inforrnasi rnengenai procluk clan berbagai alternatifnya. Informasi yang cliclapat biasanya inforrnasi mengenai jenis, kualitas, nilai ekonomis, efektifitas dan efisiensi procluk beserta procluk-produk altematifnya. Proses
pencarian
eksternal
yaitu
proses
pencarian
yang
menggunakan
penclekatan-pendekatan teoritis, rneliputi pendekatan perspektif ekonomi (seperti
29
Ibid, 40
40
biaya transaksi) dan pendekatan pengambilan keputusan (sepe11i analisis terhadap risiko dan situasi). Risiko yang dimaksud adalah risiko kerugian terhadap pilihan yang diambil. seperti risiko fisik dan mental, risiko sosial, serta risiko waktu dan anggaran yang terbuang dalam proses melakukan pencarian, memutuskan dan menetapkan pilihan yang diambil. Sedangkan risiko situasi yang dimaksud adalah situasi ketcrbatasan ketersediaan informasi, dan terbatasnya altematif produk30 . Seorang konsumen dalam mencari produk yang diinginkan untuk memenuhi kebutuhannya akan melalui beberapa tahapan dasar dalam pengambilan keputusan 11 • yaitu:
I.
Problem Recognition (ldentifikasi terhadap kebutuhan/keinginan), yaitu mengidentifikasi kebutuhan pribadi yang dilatarbelakangi oleh keinginan yang kuat, bukan mumi kebutuhan individu yang bersifat urgent. Sayangnya, keinginan tersebut harus disesuaikan dengan kenya1aan bahwa faktanya keinginan tersebut sering terbentur oleh berbagai pe11imbangan yang rasional.
2.
Searching (Pencarian informasi terhadap pilihan dan alternatif pilihan lain), yaitu mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya mengenai alat pt:muas kebutuhan dan alternatif lain yang mungkin dapat diakses dengan mudah
°
3
Kuraisin, "Respon Masyarakat Kecamatan Pu/o Gadung Jakarta Terhadap Pelayanan Bank Syariah (Studi Kasus Nasabah Bank Syariah Mandiri dan Bank Muama/at Indonesia)", H. 52 31
31
James F. Engel, Peri/aku konsuenji/id /; edisi keenam, (Jakarta: Binarupa Aksara. 1995), h.
41
berdasarkFtn pada sumber informasi yang dapat mempengaruhi pencanan pilihan seseorang, yaitu sumber informasi internal dan eksternal. Sumber internal berasal dari pengalaman seseorang dan penggalian pengetahuan pribadi, sedangkan sumber informasi eksternal biasanya didapat dari referensi external,
seperti referensi dan ajakan orang lain,
promosi, ataupun media periklanan. 3.
Choices Evaluation (Evaluasi terhadap pilihan dan alternatif pilihan lain), yaitu mengevaluasi dan membandingkan pilihan yang diambil beserta alternatif pilihan-pilihan lain yang diambil berdasarkan berbagai inforrnasi dan pengkajiannya, namun pilihan tersebut belum ditetapkan secara pasti.
4.
Fixing Choice (Menetapkan pilihan), yaitu ketetapan suatu pilihan berdasarkan pengkajian terhadap berbagai informasi yang telah dikumpulkan, dievaluasi,
lalu
kemudian
dikaji
kembali
dengan
pertimbangan-
pertimbangan rasional dan penalaran berdasarkan kebutuhan, keinginan dan kenyataan yang dihadapi. 5.
Evaluation product (evaluasi terhadap hasil), yaitu mengevaluasi terhaclap ketetapan pilihan yang telah cliambil.
Dengan demikian, clari teori-teori di atas yang telah penulis kumpulkan, penulis mencoba untuk menerangkan mengenai rangkaian teori sec:ara satu-persatu clan hubungannya clengan pengambilan sampel clan analisis data pada bab berikutnya.
42
Pertama, mengenai pedagang K-5 dan fenomenanya penulis gunakan sebagai gambaran umum untuk mengelompokkan dan menentukan sampel atau responclen. Teori rnengenai rasionalitas clalarn ilmu ekonorni clan teori pengarnbilan keputusan cligunakan sebagai referensi penulis untuk rnencari clan menentukan faktor-faktor penentu peclagang K-5 clalam rnemilih jasa keuangan. Seclangkan teori mengenai biaya transaksi clan biaya sosial aclalah sebagai bahan pertimbangan penulis clalam menentukan variable-variabel analisis data. Seperti, omset peclagang, kepemilikan bencla yang biasa clipakai untuk dijaclikan jarninan, kebutuhan clana untuk clipinjam, clsb.
BAB III Gambaran Um um Objek Penelitian
A. Gambaran Umum Pedagang K-5 di Pasar Blok A Pasar Blok A mudah diakses karena berada tepat di tepi jalan RS Fatmawati yang kini menjadi Jl. Panglima Polim Raya. Letaknya tidak jauh dari Pasar Cipete dan lokasinya berada diantara pusat perbelanjaan Pasar Blok M dan ITC Fatmawati. Kaerna letaknya yang strategis, pedagang K-5 banyak ditemukan di Pasar Blok A. Pedagang K-5 juga banyak terdapat di pelataran kompleks Ruko Blok A tepatnya di se.berang Pasar PD Jaya yang menjual berbagai kebutuhan dapur atau disebut juga Pasar Los D. Pedagang K-5 yang berdagang di pelataran kompleks Ruko Blok A hampir semuanya adalah pedagang K-5, dan hanya memiliki
k'~sempatan
berdagang
hingga pukul 09.00 WIB. Sebelum lewat dari limit waktu yang diberikan, pedagang K-5 yang berdagang di pelataran ruko hams menutup usahanya clan pindah ke lokasi lai.n atau pulang. karena pemilik I pengguna ruko sudah mulai melakukan aktivitas rutinnya. Lapak-lapak peclagang K-5 mulai dirapihkan dan petugas kebersihan suclah mulai menja\ankan tugasnya. Sebagian pedagang K-5 yang berlokasi di dalam Pasar PD. Jaya diberlakukan peraturan waktu untuk membuka lapak oleh pengurus pasar, seperti pada pedagang pakaian yang berdagang di pelataran depan pasar, agar memberikan kesempatan
Jl
44
kepada pedagang pakaian yang menempati kios di dalam pasar agar terlebih dahulu mendapatkan pelaris. Sebagian pedagang K-5 lain di dalam Pasar PD. Jaya berdagang dengan menumpang Japak di depan, seberang toko atau di samping toko resmi. Karena sifatnya yang tidak ilegal, terkadang mereka terkena pemberlakuan penerti ban pedagang. Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, pedagang K-5 adalah pedagang yang memiliki skala usaha dan ruang lingkup usaha yang sederhana. Oleh karena itu. berdasarkan basil pra-observasi yang telah dilakukan oleh penulis selama 2 bu\an disimpulkan bahwa rata-rata modal kerja yang diperlukan untuk berdagang K-5 adalah sebesar Rp. 2.000.000,- s.d. Rp. 4.000.000,- dan besarnya modal tergantung dari produk barang yang dijual. Untuk mempermudah penelitian, maka peneliti melakukan pengelompokkan terhadap pedagang K-5 yang berada di Pasar Blok A dan sekitarnya menjadi dua bagian
kelompok.
Kelompok
bagian
pertama,
barang-barang
dagangan
dikelompokkan berdasarkan jenis barang yang dijual dan kclompok bagian yang kedua barang-barang dagangan dikelompokkan berdasarkan ketahanan sifat barang yang dijual. Kelompok pedagang K-5 bagian pertama, yaitu pengelompokkan berdasarkan jenis kebutuhan barang yang dijual, seperti barang primer, barang sekunder clan barang tersier.
Barang primer terdiri dari bahan-bahan untuk memasak. Contohnya adalah sayuran, lauk-pauk, bumbu-bumbu, daging, ikan, ayam dsb. Pedagang sayuran terdiri dari: I.
Pedagang sayur komplit yang menyediakan segala jenis sayuran, lauk-pauk, bumbu-bumbu masak, hingga beberapa jenis buah-buahan.
2.
Pedagang sayur yang hanya menjual beberapa jenis sayuran sa.1a scperti khusus menjual daun-daunan dan aneka jenis lalapan.
3.
Pedagang yang hanya menjual satu jenis sayuran saja, seperti hanya menjual tauge.
Pedagang ikan seperti ikan hidup (lele, ikan mas), ikan ba.sah dan ikan kering. Sedangkan pedagang bumbu yaitu: I.
Pedagang yang khusus menjual bumbu halus sepert cabe giling, tomat gi\ing. dan bumbu-bumbu halus praktis lainnya.
2.
Pedagang aneka bumbu basah seperti jahe, lengkuas, daun-daunan penyedap, dsb.
3.
Pedagang yang menjual aneka bumbu-bumbu kering seperti terasi, kemiri, lada, kayu manis, dsb.
Atau pedagang sayur campuran, yaitu: 1.
Pedagang sayur yang lengkap dengan turut menj ual buah-buahan.
2.
Pedagang sayur yang hanya menjual sayuran tertentu, seperti daun-daunan, lalapan, dan buah-buahan.
r
.'
46
3.
Penjual yang tidak hanya menjual sayuran tertentu tetapi turut rnenjual produk lain, seperti kelapa atau tahu-ternpe (barang yang dijajakan tidak selengkap pedagang sayur komplit).
Pedagang lauk-pauk adalah pedagang K-5 yang khusus menjual satu kelompok jenis produk barang, seperti hanya menjual tempe, tahu dan tempe, aneka telur. aneka jenis ikan kering, kulit (kikil), bahkan lauk-pauk pabrikan seperti sosis, otak-otak. bakso, nuget, dsb. Pedagang K-5 yang menjajakan barang sekunder adalah pedagang yang menjual aneka produk pelengkap kebutuhan dapur. Contohnya adalah pedagang alat-aiat perkakas rumah tangga seperti pisau, peralatan memasak, peralatan makan, teko. dan peda.gang pakaian. Jumlah pedagang barang sekunder K-5 yang be1jualan di Pasar Blok A tidak banyak. Kebanyakan yang berjualan barang sekunder di lokasi penelitian adalah jenis pedagang kios. Sedangkan pedagang K-5 barang tersier adalah pedagang yang dihitung clalam perjamnya paling jarang melakukan transaksi dan produk barang yang dijual tidak berhubungan dengan kebutuhan dapur. Contohnya seperti pedagang kaset dan CD. pedagang perhiasan dan alat kecantikan, pedagang sepatu, pedagang sepatu-sendal, pedagang pakaian, dsb. Penetapan kriteria barang kebutuhan primer, sekunder, maupun tersier oleh penulis berdasarkan intensitas frekuensi transaksi yang dilakukan. Barang kebutuhan primer seperti bahan-bahan memasak adalah karena diantara produk-produk lain,
,;' ,
47
jumlah pembeli barang bahan-bahan kebutuhan memasak lebih rarnai
bila
dibandingkan dengan jumlah pembeli sepatu pada setiap harinya. Kelompok pedagang K-5 bagian kedt1a adalah pengelompokkan berdasarkan si fat ketahanan barang yang dijual. Bagian kelompok ini selanjutnya akan digunakan penulis sebagai tolak ukur penelitian dalam menyelesaikan permasalahan penulisnn skripsi ini. Ditinjau dari sifat ketahanan barang, dapat dibagi ke dalam dua kelompok barang dagangan, yaitu barang yang sifatnya tahan lama dan barang yang sifatnya cepat rusak. Barang yang sifatnya tahan lama adalah barang yang bila tidak laku dijual sifatnya tidak berubah, sedangkan barang yang cepat rusak ada!ah barang yang tidak tahan lama, dan sifatnya akan rusak bila tidak laku dijual selama lebih dari dua hari. Contoh barang dagangan yang tahan lama adalah kaset, CD, perkakas, peralatan dapur, pakaian, dsb. Barang dagangan yang sifatnya mudah berubah adalah bumbubumbu kering, ikan-ikan kering, lauk-pauk pabrikan, ikan I daging bila dieskan, dsb. Sedangkan barang yang cepat rusak adalah sayuran, daging, daun-daunan. buahbuahan, dll. Untuk pedagang dengan sifat barang dagangan yang tidak tahan lama sepe11i pedagang sayur di Pasar Los D, maka setelah berjualan di depan kompleks ruko pada pukul 09.00 Sebagian dari mereka menjual kembali dagangannya yang tidak laku dan berusaha menjualnya di tempat lain dengan cara membuka lapak K-5 kernbaii atau dijual keliling, mengingat bahwa salah satu sifat pedagang K-5 adalah mobilitasnya yang tinggi.
48
Sisa barang dagangan yang tidak laku oleh pedagang dijual kernbali. Baik dengan cara dijual rnurah secara eceran atau dengan earn diobral untuk rnenghabiskan sisa barang dan rnenambah keuntungan. Jika tetap tidak laku, rnaka sisa dagangan yang sudah rusak akan dibuang. Bcrdasarkan pengarnatan penulis terhadap para pedagang K-5 di Pasar Blok i\. pedagang K-5 pasar Blok A rata-rata telah berdagang di lokasi penelitian sudah lebih dari 7 tahun larnanya. Sehingga terlihat suasana kekaraban antar sesama pedagang yang cukup dekat. Ikatan kelompok dan emosi keclaerahan cukup rnernpengaruhi pergaulan antar sesarna pedagang K-5. Hal itu clapat peneliti lihat clari bahasa sehari-hari yang mereka gunakan clalam pergaulan dan bercengkerama kepada sesama peclagang. ?vleskipun demikian, di antara mereka terjalin sikap saling menghormati clan tolong-menolong. Dengan aclanya pembauran buclaya, sikap toleransi clan sikap saling terbuka antara sesama peclagang maka hampir tidak pernah te1jacli konl1ik etnis atau benturan budaya di lokasi penelitian. Persaingan usaha di antara pedagang cukup sehat, tidak ada larangan bagi siapapun untuk keluar-masuk pasar. Namun karena terbatasnya lahan berclagang yang terseclia, maka mau-tidak mau pedagang penclatang baru yang ingin be1jualan di Pasar Blok A hanya bisa menempati sisa tempat kosong yang tidak strategis, atau mencari tempat lain. Berdasarkan pendataan penulis secara pribadi terhadap pedagang K-5, peclagang K-5 di pasar Blok A tersebar di tiga titik lokasi pasar dan sekitarnya. Ketiga titik
''" l "''
49
lokasi itu adalah pasar Los D Blok A, di dalarn lingkungan pasar PD Jaya Blok I\, dan pedagang K-5 yang tersebar berderet di sepanjang belakang pasar. Pendataan yang penulis hirnpun terhadap pedagang K-5 Pasar Blok A dan sekitarnya berdasarkan pedagang yang benar-benar tidak rnerniliki kios, sifatnya yang tidak terstruktur, tidak memiliki legalitas dan rnemiliki mobilitas tinggi. Pedagang K-5 Pasar PD. Jaya yang rnemiliki lapak khusus atau toko namun rnembuka lapak kecil tambahan K-5 di dalam rnaupun di luar pasar tidak penulis masukkan lapak tarnbahan tersebut ke dalam kriteria pedagang K-5 dalam penelitian ini, karena modal dan skala usaha pedagang tersebut di luar kriteria penelitian penulis. f'.endataan sementara terhadap pedagang K-5 di Pasar Los D Blok A (pelataran Komplek Ruko Blok A) adalah: I.
Pedagang beras, telur dan gula sebanyak satu Japak.
2.
Pedagang bumbu-bumbu basah, seperti daun serai, daun salam, aneka bawang, dsb. Sebanyak empat Japak.
3.
Pedagang aneka buah-buahan sebanyak lima Japak.
4.
Pedagang sayuran dengan kriteria hanya rnenjual jenis sayuran tertentu, seperti penjual lalap-lalapan, penjual jengkol, penjual sayur asern ell!. sebanyak sebelas Japak.
5.
Pedagang sayur-mayur, lengkap dengan bumbu-bumbu masak sebanyak tiga belas Japak.
6.
Pedagang pakaian dan pakaian anak sebanyak dua lapak.
7.
Pedagang ikan basah sebanyak empat lapak.
50
8.
Pedagang sayur dan buah-buahan sebanyak tiga lapak.
9.
Pedagang daging sapi sebanyak satu lapak.
l 0. Pedagang aneka tahu dan makanan lainnya seperti sos1s, nuget. dsb. sebanyak tiga lapak. 11. Pedagang bumbu giling sebanyak satu lapak. 12. Pedagang makanan dengan gerobak dorong sebanyak lima lapak.
J 3. Pedagang makanan sebanyak dua lapak. J 4. Pedagang ikan hidup sebanyak satu lapak. 15. Pedagang kelapa parut sebanyak empat lapak. 16. Pedagang tempe sebanyak tiga lapak.
J 7. Pedagang ayam potong sebanyak enam lapak. 18. Pedagang ikan-ikan kering sebanyak dua Japak. 19. Pedagang buah dengan kriteria hanya menjual jenis tertentu, seperti
pedagang yang hanya menjual rambutan, penjual jambu biji, dll. Sebanyak tujuh lapak. 20. Pedagang yang menjual kikil dan kerecek sebanyak empat lapak. 21. Pedagang yang menjual bumbu kering, seperti terasi, merica dan ketumbar
(kiloan), kayu manis, dll. Sebanyak satu Japak. 22. Pedagang yang menjual tauge sebanyak dua lapak. 23. Pedagang rokok sebanyak satu lapak.
'j
51
Jumlah pedagang K-5 yang terdata oleh penulis berdagang di dalam pasar PD. Jaya tidak sebanyak pedagang di belakang Pasar PD. Jaya Blok A dan peclagang Pasar Los D pada pagi harinya. Hal ini dikarenakan adanya penertiban usaha oleh pengelola Pasar PD Jaya. Pendataan terhadap pedagang K-5 di clalam Pasar PD. Jaya diantaranya adalah: 1. Pedagang aneka buah-buahan sebanyak empat Japak. 2. Pedagang pakaian dan pakaian anak sebanyak dua belas lapak. 3. Pedagang makanan sebanyak tiga Japak. 4. Pedagang sepatu-sendal sebanyak lima Japak
Peclagang K-5 yang berdagang di sepanJang belakang pasar berclasarkan penclataan penulis adalah sebagai berikut: 1.
Pedagang beras sebanyak satu Japak.
2.
Pedagang bumbu basah sebanyak satu Japak.
3.
Pedagang aneka macam buah-buahan sebanyak clua lapak.
4.
Peclagang sayuran dengan hanya menjual jenis sayuran tertentu sebanyak lima Japak.
5.
Peclagang aneka jenis sayur-mayur sayur sebanyak tiga Japak.
6.
Pedagang sayuran yang juga menjual buah-buahan sebanyak tiga lapak.
7.
Pedagang pakaian sebanyak dua lapak.
8.
Peclagang ikan basah sebanyak clua lapak.
52
9.
Pedagang tahu dan produk lainnya seperti sosis, nuget, dsb. Sebanyak satu lapak.
I 0. Pedagang bumbu halus giling sebanyak satu lapak. 1 1. Pedagang nasi sebanyak satu lapak. 12. Pedagang ikan yang masih hidup sebanyak satu lapak. 13. Pedagang kelapa parut sebanyak tiga lapak. 14. Pedagang tempe sebanyak empat Japak. 15. Pedagang ayam potong sebanyak lima lapak. 16. Pedagan ikan kering sebanyak tiga lapak. 17. Pedagan bumu kering sebanyak tiga lapak. 18. Pedagang bermacam jenis perkakas dapur seperti pisau, teko, peralatan makan, peralatan masak dsb., sebanyak empat lapak. 19. Pedagang yang menjual alat kecantikan seperti pita, penjepit rambut, kalung, alat berhias, dsb., sebanyak satu lapak. 20. Pedagang kaset dan CD sebanyak satu lapak.
B. Gambaran Um um Lembaga Keuangan Non-Bank setempat
Lembaga-lembaga keuangan formal non-bank terdiri dari Koperasi Pasar clan BMT. Koperasi pasar yang bernama Koppas Blok A memiliki unit usaha mikro yaitu Koperasi Swamitra yang bekerja sama clengan Bank Bukopin. Koperasi Swamitra adalah unit usaha yang melayani jasa simpan pinjam bagi anggotanya (anggota koperasi Swamitra).
53
1.
Gambaran Umum Koperasi Pasar (Koppas) Blok A Berlokasi di Pasar Blok A Lt II Los CIA 19-20, Koperasi Pasar (Koppas)
Blok A berdiri pada tanggal 19 Maret 1973 dan mendapatkan akta pendirian Badan Hukum No. 1056/BI-l/1 pada tangal 15 April 1974 dengan narna KPBA atau lazirn disebut Kopeba. Pada tahun 1979 dikeluarkan SK Gubernur No. 452 tentang status dan pembinaan Koperasi Pedagang Pasar, maka semua narna koperasi pasar diseragamkan rnenjadi Koperasi Pasar (Koppas). Koperasi Pasar Blok A memiliki jaringan kerjasama dengan beberapa Bank. di antaranya adalah: Bank Bukopin Cabang Fatmawati, Bank Dagang Negara Melawai, Bank Bumi Daya Wijaya GC, dan Bank OKI Cabang Trunojoyo. Bidang usaha dan jasa pelayanan yang dijalani adalah: a.
USP Swamitra (sejak tanggal 3 November 1997.
b.
USP Swakelola (layanan khusus I terbatas).
c.
Usaha distribusi perdagangan komoditi (TERP ADU).
d.
Usaha ekspor dan impor komoditi (sesuai dengan kebutuhan).
e.
Usahajasa cetakan, konveksi, wartel, dsb.
f.
Usahajasa travel, kepengurusan surat STNK, BBN, SIM, dsb.
g.
Usahajasa pembayaran rekening listrik, telepon, PAM, dsb.
h.
Usaha pengemasan, produksi komoditi dan kebutuhan lain yang terkait dengan anggota.
1.
Usaha renovasi I peremajaan tempat usaha, tempat tinggal sesuai dengan kebutuhan anggota I masyarakat di wilayah kerja.
54
J.
Usaha-usaha lain terkait dengan anggota dan masyarakat di wilayah kerja.
Bagi yang ingin melakukan pmjaman ke Koperasi, rnaka orang terscbut harus menjacli anggota Koperasi. Dalam melayani jasa simpan pinjam, Koppas Blok A rnenggunakan sistem pembebanan biaya administrasi. Koperasi juga rnenggunakan sistem pembayaran cicilan secara harian atau
mingguan.
Sebagaimana seperti yang diterapkan oleh para rentenir.
2.
Gambaran Umum Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) Al-Kariim Kantor BMT Al-Kariim saat ini berlokasi di Cipulir Center B/8, JI. Cileclug
Raya Kebayoran Lama Jakarta 12230. Sebelumnya BMT Al-Kariim bertempat di Kantor Masjid Raya Ponclok Inclah. Namun karena usaha BMT Al-Kariirn semakin maju clengan prospek yang besar, !cantor BMT Al-Kariirn pindah ke claerah Cipulir. BMT Al-Kariim berdiri pacla tanggal 15 Juli 1995 d!engan akta pendirian Koperasi Karyawan Yayasan Al-Kariim berclasarkan SK No. 534 I BH I KWK.9
I XII I 1996, lalu clisahkan oleh Menteri Negara Koperasi dan Pembinaan Usaha Kecil Menengah (UKM) Republik Indonesia dengan SK Nomor 77 I Bl-I. DK. 9 I
XI 2000. BMT Al-Kariim memiliki berbagai produk s1mpanan clan pembiayaan syariah yang berupa:
''
55
a.
Simpanan Mudharabah Al-Kariim.
b.
Simpanan Idul Fitri.
c.
Simpanan Pendidikan.
d.
Simpanan Qurban.
e.
Simpanan Be1jangka Mudharabah Al-Kariim (Deposito).
f.
Al Murabahah.
g.
Al Musyarakah.
h.
Al Mudharabah.
i.
Al Jjarah.
;.
A/Rahn.
k.
Pembiayaan syariah lainnya. Banyak keuntungan yang ditawarkan oleh BMT Al-Kariim, di antaranya
yaitu: a.
Pelayanan yang dilakukan dengan menjemput bola.
b.
Proses pembiayaan yang mudah dan cepat.
c.
Pengambilan simpanan yang cepat dan amam.
d.
Angsuran pembiayaan dapat ditransfer ke rekening Al-Kariirn di beberapa bank responden.
56
C. Gambaran Umum Praktik Renteuir di Lokasi Penelitian
Pada umumnya, kemudahan jasa rentenir didasarkan atas asas kepercayaan (trust), tidak memberikan persyaratan dan formalitas yang rumit, asalkan si f>eminjam bersedia membayar hutang dengan sejumlah bunga yang telah ditetapkan sesuai dengan perjanjian. Sebagai akibatnya, jasa rentenir dapat dianggap sebagai sebuah solusi 38 . Tidak hanya memberikan solusi kemudahan dalam pemberian jasa keuangan, rentenir juga dengan luwes mampu dengan akrab bergaul d,engan para pedagang K-5. Penulis mengamati bahwa rentenir di lokasi penelitian tidak segan-segan mendengarkan keluhan para pedagang, bahkan rela meluangkan waktu hanya untuk sekedar bergosip dan bercanda tawa dengan para pedagang. Rentenir secara aktif 'menjemput bola'
menemui,
berinteraksi
dan
bersosialisasi dengan para pedagang K-5 di pasar setiap harinya. Berclasarkan pengamatan penulis selama beberapa hari, di pasar Los D clari pukul 06.30 hingga pukul 07.00 rentenir sudah berkeliling memungut pembayaran cicilan kreclit clari para pedagang clan menawarkan pinjaman lainnya. Rentenir yang sama juga berkeliling di dalam dan di belakang Pasar Blok A. Berdasarkan infonnasi dari beberapa peclagang yang pernah menggunakan jasa rentenir, rentenir tidak mudah begitu saja mengabulkan permintaan kredit ke 38
Pendapat yang dikemukakan berdasarkan hasil kesimpulan dari dialog kecil antara penulis dengan beberapa kerabat dan keluarga penulis yang berprofesi sebagai pedagang kecil dan pedagang kaki lirna (secara terpisah). Mereka adalah para pedagang dari Pasar Ciputat, Pasar Pondok Labu, dan Pasar Cileungsi.
57
sernua orang. Setidaknya pedagang yang rnerninjarn dikenal baik oleh renlenir. dan rnerupakan pedagang tetap yang sudah lama berdagang di Pasar Blok J\. Pencairan kredit dapat diberikan rentenir dengan cepat dan tanpa proses yang berbelit.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Analisis SWOT Bermacam jenis dan tipe pedagang K-5 telah disebutkan dalam bab II. Oleh karenanya penulis merasa penting untuk melakukan pra-tinjau terhadap pedagang K-5 clalam menclapatkan pinjaman modal kerja. Pra-tinjau yang akan penulis lakukan berguna untuk memahami keaclaan riil peclagang K-5 di lokasi penelitian clengan rnenggunakan analisis SWOT untuk rnenclapatkan akses pinjaman modal kerja. Sebelum melakukan analisis SWOT, penulis mernbagi pedagang K-5 ke clalarn clua kategori yaitu pedagang setoran dan pedagang clengan modal barang milik sendiri. Masing-masing dari kedua kategori tersebut dibagi lagi ke dalam dua sub-kategori. yaitu peclagang K-5 yang sifat barang dagangannya tahan lama dan tidak tahan lama. 1.
Pedagang Setoran Istilah "Pedagang Setoran" dalarn lingkungan lokasi penelitian merniliki arti
yang berbeda dengan apa yang telah disebutkan dalam bab II mengenai tipe pedagang K-5. Istilah Pedagang Setoran yang umum digunakan di lokasi penelitian adalah: "Pedagang yang mengambil dahulu barang dagangannya dari agen atau distributor untuk dijual, lalu pedagang melunasi barang tersebut dengan cara dibayarkan beberapa hari kemudian atau (ditangguhkan) ketika pedagang kembali membeli barang modal dagangan berikutnya ke agen atau distributor tersebut".
59
Pedagang Setoran terbagi dalam dua sub-kategori, yaitu pedagang sctoran dengan sifat barang yang taban lama dengan peclagang setoran yang si fat barang clagangannya dapat berubab. Dalam penelitian ini, penulis rnenggunakan istilab modal kerja karena penelitian dilakukan terbadap para peclagang yang telah be1jalan usabanya. Peclagang Setoran dengan sifat barang dapat berubah
a.
Eksistensi Pedagang Setoran di lokasi penelitian yang sifat barang dagangannya mudah berubah berclasarkan yang penulis amati di antaranya adalah pedagang ayam potong, pedagang sayur, dan pedagang kelapa. di I. I)
Analisis karakteristik pedagang a yam potong Prakiraan jumlah modal ke1ja yang dibutuhkan oleb pedagang Gyam
potong K-5 dalam kategori ini bila dinilai dengan sejumlah uang adalah berkisar antara Rp 2,5 juta s.d. Rp 5 juta39 . Ayam potong didatangkan langsung dari agen yang memiliki akses langsung dari peternakan. Kendala umum yang dihadapi oleh pedagang ayam potong K-5 adalah masalah penyimpanan ayam yang belum laku terjual untuk dijual esok harinya. Karena minimnya aset yang dimiliki oleh pedagang ayam potong K-5,
39
mereka
tidak
mampu
memiliki
mesin
peti
es.
Mereka
Prakiraan jum\ah 1nodal dan omset rata-rata harian dalam nilai rupiah tidaklah n1ut!ak, karena penilaian prakiraan berdasarkan pada waktu dan situasi pada saat pengambilan sampel. Besarnya prakiraan bergantung pada besarnya ska la usaha pedagang dan sifotnya tidak menyeluruh.
60
menyimpannya secara sederhana, yaitu dengan menggunakan cs· balok dan pengadaan es balok untuk pengawetan ayam secara tidak langsung menambah total biaya penjualan. Karena kesegaran dan kualitas pcndinginan cs balok tidak ocbaik mesin peti es, maka risiko yang dialami pedagang seperti ini adalah ketika kualitas ayam potong yang menurun karena belum laku te1jual. Hingga pada akhirnya akan mempengaruhi hasil penjualan. Omset rata-rata harian para pedagang ayam potong K-'i kurang lebih antara Rp 100.000,- s.d. Rp 250.000,- tergamung dari bany'aknya penj ualan sehari-hari.
2)
Analisis karakteristik pedagang kelapa parut Prakiraanjumlah modal kerja kerja yang dibutuhkan oleh pedagang
kelapa parut K-5 berkisar antara Rp 250.000,- s.d. Rp 400.000,- . Kelapa yang diperoleh diantar langsung dari agen kelapa. Omset rata-rata harian para pedagang kelapa K-5 berkisar antara Rp 70.000,- s.d. Rp I 00.000.-. Pada umumnya, aset yang dimiliki oleh pedagang kelapa adalah mesin pemarut kelapa. Oleh karenanya, sebagian besar beban penjualan terletak dari penggunaan bensin. Pedagang
tidak
begitu
mengkhawatirkan
kualitas
barang
dagangannya, karena kesegaran kelapa yang belum dikupas dapat bertahan hingga beberapa saat lamanya.
61
3)
Analisis karakteristik pedagang sayuran Prakiraanjumlah modal ke1ja yang cliperlukan bagi pedagang sayur
adalah berkisar antara Rp 250.000,- s.d. Rp 2.500.000,- . Barang clagangan didatangkan langsung oleb distributor dari Bogor clan Bandung. Pedagang sayur dalam sub-kategori ini, ketersediaan modal barang dagangannya selalu terjamin. Kekerabatan clan kepercayaan antara pedagang dan distributor cukup erat. Omset rata-rata barian sebagian besar pedagang sayur dalam kategori ini adalab berkisar antara Rp 250.000, - s.d. Rp 500.000.tergantung pada besarnya skala usaba. Risiko yang dibadapai pedagang sayur sub-kategori ini aclalah ketika jumlah pembeli yang tidak ramai dan kualitas kesegaran sayuran yang berkurang. Sebagian besar pedagang tidak menyimpan barang clagangannya di lemari es, sehingga dengan berkurangnya kualitas barang dagangan, maka akan mempengaruhi nilai jual. Barang dagangan yang nicmbusuk segera dibuang sehingga akan mempengaruhi tingkat keuntungan.
b.
Pedagang Setoran dengan sifat barang dagangan tahan lama Pedagang dalam sub-kategori ini penulis temukan pada seorang pedagang perkakas. Pedagang mengambil barang dagangannya dengan
62
cara pembayaran tangguh (sebagian barang dagangannya ac\alah rnilik sencliri). Pedagang tersebut telah berdagang selama lebih dari 30 tahun, sehingga tingkat kepercayaan antara pedagang dengan distributor terjalin cukup baik. Modal kerja yang diperlukan oleh pedagang untuk sekali belanja barang dibutuhkan lebih dari Rp 5 juta dengan omset rata-rata hariannya yang mencapai Rp 250.000,- s.d Rp 300.000,- . Tingkat risiko yang dialami cenderung kecil, karena sifat barang dagangannya tahan lama clan arus transaksi pedagang perkakas tidak secepat arns transaksi pada pedagang sayur.
2.
Pedagang dengan barang dagangan milik sendiri Sama halnya dengan pedagang setoran, pedagang dengan barang dagangan
milik sendiri juga memiliki akses langsung ke agen dan distributor yang sama. Hanya saja pedagang dalam kategori ini membeli barang dagangannya sendiri secara tunai sebelum dijual kembali. I)
Pedagang Sayuran, kelapa clan ayam potong dengan barang dagangan milik sendiri Perbedaan pedagang sayuran, pedagang kelapa dan ayam potong antara
barang modal kerja yang diperoleh dengan cara setoran maupun secara tunai (milik sendiri) hanya terdapat pada status kepemilikan barang dagangan. Sedangkan jika ditinjau dari segi yang lainnya tidak terdapat perbedaan yang
63
mencolok dan bahkan cenderung sama saja dengan pedagang sayur clan ayam potong setoran. Pedagang dengan barang dagangan milik sendiri berpendapat bahwa dengan adanya kepemilikan barang modal secara pribadi, pedagang akan merasa lebih nyaman berusaha tanpa adanya bayang-bayang hutang. Berbeda dengan pedagang setoran yang merasa lebi,h aman clan lebih terjamin dalam memperoleh barang modal untuk usahanya.
2)
Pedagang Tempe Pedagang tempe tidak membutuhkan modal ke1ja yang terlalu besar.
karena sebagian besar pedagang tempe di lokasi penelitian mernbuat sendiri tempe yang dijualnya. Jika tempe tidak laku terjual, maka tcmpc aLm dikonsumsi secara pribadi, sehingga kemungkinan menghadapi risiko barang tersisa kecil. Dengan modal kerja kurang lebih sebesar Rp 50.000,- rata-rata scorang pedagang tempe mampu memproduksi tempe clan menjualnya sendiri hingga mendapatkan omset sebesar Rp 70.000,- s.d. Rp 100.000,- .
3)
Pedagang Buah Prakiraan rata-rata seorang pedagang buah memerlukan modal kerja
untuk usahanya berkisar antara sebesar Rp 250.000,.· s.d. Rp 500.000,- . Omset rata-rata harian yang diperoleh mencapai sebesar Rp 250.000.- s.d. Rp 500.000,- .
64
Kendala yang dialarni pedagang buah adalah risiko kualitas buah yang menurun karena tidak rnemiliki alat penyimpanan khusus. Buah yang helurn laku terjual hanya disimpan di dalarn kardus buah untuk clijual keesokan harinya. Buah yang membusuk dibuang, sehingga rnempengaruhi tingkat keuntungan.
4)
Peclagang Ikan Prakiraan rata-rata modal kerja yang dibutuhkan oleh para pedagang
ikan K-5 adalah berkisar antara Rp 250.000,- s.cl. Rp 1.000.000.- untuk pedagang ikan air tawar clan sekitar Rp 1.000.000,-
s.cl. Rp 2.500.000.-
untuk pedagang ikan laut. Omset rata-rata harian para pedagang ikan laut adalah sekitar Rp 300.000,- rupiah s.d. Rp 500.000,- clan omset rata-rata harian para pedagang ikan air tawar adalah sekitar Rp l 00.000,- s.d. Rp 300.000,-. Untuk pedagang ikan air tawar, modal barang didatangkan langsung dari peternak dengan atau tanpa perantara distributor. Sedangkan untuk pedagang ikan laut, barang dikirim langsung dari tengkulak atau pedagang rnen1bawa sendiri ikan-ikan yang akan dijajakan langsung dari pelelangan seperti yang dilakukan oleh seorang ibu pedagang ikan laut basah sei:iap harinya. Kendala yang dialami oleh pedagang ikan laut adalah pada saat pengadaan es batu. Ikan harus tetap terns diberi es sepanjang hari agar selalu
65
tetap segar dan banyaknya es yang diperlukan setiap harinya rnemperbesar jumlah biaya penjualan, sehingga mempengaruhi tingkat keuntungan. Untuk pedagang ikan air tawar, risiko yang dihadapi oleh pedag<1ng ikan air tawar seperti ikan mas umumnya adalah pada penggunaan rnesin pemompa air agar air selalu berarus dan ikan mas dapat betiahan hidup lebih lama. Pembelian mesin dan pembayaran bulanan tagihan listrik menjacli biaya tetap pedagang ikan mas. Sedangkan peclagang ikan lele dan belut tidak memerlukan pengeluaran biaya tetap karena sifat dasar lele dan belut yang mampu bertahan hidup lama di kondisi air yang minim (kedot).
5)
Pedagang Makanan Yang dimaksud pedagang makanan K-5 di lokasi penelitian meliputi
semua pedagang jenis rnakanan yang ticlak memiliki izin tempat resmi. Seperti penggunaan tencla darurat, gerobak, dan lemari etalase be1jalan. Berdasarkan keterangan clari clua orang responden yang masing-masing adalah seorang peclagang nasi goreng dengan menggunakan tencla darurnt dan pedagang kue clan gorengan dengan rnenggunakan lemari etalase berjalan. Seorang pedagang nasi goreng untuk be1jualan sehari memerlukan modal kerja sekitar Rp l 00.000,- s.d. Rp 150.000,- dan mendapatkan omset rata-rata harian sekitar Rp 175.000,- s.d. Rp 250.000,- .
66
Risiko usaha yang dialami hampir tidak ada, karena sisa penj ualan digunakan untuk konsumsi pribadi. Namun kenaikan harga minyak tanah menjadi kendala yang dapat mengurangi omset pejualan. Lain halnya dengan seorang pedagang kue dan gorengan yang rnengaku setiap harinya memerlukan modal kerja sekitar Rp 80.000,- s.d. Rp I 00.000.-. Omset rata-rata hariannya berkisar Rp I 00.000,- s.cl. Rp 140.000.- Risiko usaha tergantung clari harga bahan baku clan minyak tanah. Sisa kue clan gorengan yang tidak laku terjual dikonsumsi secara pribacli atau clibagikan kepacla tetangga dan kerabatnya.
Dengan demikian, analisis SWOT pedagang K-5 untuk mendapatkan akses pinjaman modal kerja adalah sbb.: I.
Strength (Kekuatan) a.
Pedagang K-5 tidak dibebankan bermacam-macam biaya, seperti biaya sewa tempat, beban pajak, dsb. Sehingga mempengaruhi besarnya .omset harian pedagang.
b.
Sosial kemasyarakatan clan solidaritas antar sesama pedagang K-5 lebih tinggi.
c.
Untuk Pedagang Setoran, ketersediaan barang modal selalu tetjamin. Karena tingkat kepercayaan antara agen clan pedagang yang tinggi. pedagang tidak perlu mengeluarkan uang sebagai modal ke1ja
untuk
67
mendapatkan barang dagangannya, sehingga pedagang tidak bergantung pada pinjaman.
2.
Weakness (Kelemahan) a.
Karena sifat pedagang K-5 yang tidak terstruktur, maka formalitas usaha tidak dimiliki oleh pedagang K-5, seperti izin usaha, lokasi usaha yang resmi, dsb.
b.
Karena mayoritas skala usaha pedagang K-5 termasuk kecil. tidak ada kepastian mengenai tingkat keuntungan yang diperoleh. Tcrlebih lagi tanpa didukung dengan pembukuan yang memadai.
c.
Sebagian besar pedagang K-5 adalah para perantau, oleh karenanya sebagian besar mereka tidak memiliki legalitas kependudukan secara resmi, bahkan cenderung tidak memiliki rumah tinggal yang tetap clan aset pribadi yang dapat digunakan sebagai jaminan yang memaclai.
3.
Opportunity (Peluang) a.
Kinerja bagi peclagang clengan sifat barang yang dapat berubah. seperti pedagang sayur cenclerung tinggi. Karena untuk menutupi risiko barang dagangan
yang
kualitasnya
menurun,
pedagang
harus
menjual
dagangannya lebih baik agar kerugian akibat kualitas barang yang rusak tertutupi. b.
Kinerja bagi pedagang setoran lebih tinggi, karena untuk menutup hutang barang sebagai modal kerja yang telah diambilnya dari agen,
68
pedagang harus rnenjual barangnya dengan baik agar jurnlah omset yang diterimanya dapat menutupi setoran hutang barang. c.
Risiko kerugian pada pedagang K-5 dengan barang yang sifatnya tahan lama relatif lebih kecil sehingga cos/ of marketing yang clikeluarkan juga seclikit.
cl.
Untuk peclagang yang sifat barang dagangannya dapat berubah. intensitas transaksi yang terjadi cenderung lebih tinggi. Hal tersebut dapat mengindikasikan bahwa barang yang dijual merupakan barang kebutuhan sehari-hari.
e.
Bagi Pedagang Setoran, ketersediaan barang modal yang teriamin rnenyebabkan pedagang dalarn kategori ini tidak terlalu tergantung pada pinjaman modal ke1ja. Hal ini dapat mengindikasikan keniancl irian pedagang dalam menjalankan usahanya.
4.
Threat (Ancaman) a.
Anggapan miring mengenai pedagang K-5 yang clianggap mengganggu ketetiiban, selalu berusaha mencari jalan pintas, tidak mau rumil. ticlak dapat dipcrcaya karena sering dijumpai terlalu mengumbar kata. miskin, jorok, berpendidikan rendah, kualitas barang yang dijual rcndah. clsb. dapat rnempengaruhi keinginan orang-orang untuk membeli barang di pedagang K-5.
69
b.
Beberapa pedagang barang tertentu, intensitas arus trnnsaksi sehariharinya cenderung kecil atau sepi pembeli, sehingga rawan akan kebangkrutan. Contohnya adalah peclagang kaset clan peclagang bunga di belakang Pasar Blok A.
c.
Kepastian omset harian rata-rata pedagang tidak menentu bahkan suasana pasar yang semakin sepi pembeli akibat semakin maraknya pertumbuhan
pasar
modern
clan
minimarket
berclampak
bagi
pengunjung yang clatang ke pasar. d.
Sifat mobilitas peclagang K-5 yang tinggi sehingga pedagang ccnderung clapat clatang clan pergi se11a berpinclah lapak clengan cepat clan rnudah.
e.
Untuk peclagang K-5 yang sifat barang clagangannya yang dapat berubah. besarnya kemungkinan risiko barang clagangan yang rusak atau kuulitas yang menurun menjacli pertimbangan tersencliri bagi pihak krcditur untuk menyalurkan pinjaman.
f.
Persaingan usaha cukup ketat, terutama yang te1jadi pada peclagang pakaian, peclagang sepatu clan peclagang sayur K-5. Hal ini dapat lerlihat pada rapatnya jarak antar Japak peclagang yang jenis clagangannya sejenis. Sehingga tidak menghilangkan aclanya kemungkinan terjaclinya persaingan yang ticlak sehat terhaclap sesama pedagang.
Karena analisis SWOT yang penulis kemukakan di atas aclalah hanya untuk menganalisis akses peclagang K-5 terhaclap penyeclia jasa keuangan secara Limum,
r
j_
,,,,
70
maka sekarang penulis akan melakukan analisis terhadap penyedia _1asa keuangan secara spesifik. Analisis SWOT untuk menganalisis keuntungan yang ditawarkan o\eh masingmasing penyedia jasa keuangan sepe11i Koperasi Pasar, BMT Al-Kariim clan rentenir. Analisisnya adalah sbb.:
I.
Analisis SWOT pedagang K-5 dalam memilih jasa keuangan Koperasi Pasar. yaitu: a.
Strength (kekuatan) I)
Biaya transaksi yang kecil.
2)
Tidak adanya penerapan bunga pada pinjaman modal ke1ja yang diberikan.
b.
Weakness (kelemahan) Akses yang diberikan lembaga cukup ketat, selain itu lembaga juga rnempersyaratkan penyediaan barang sebagai jaminan untuk pinjaman di atas 2 juta rupiah. mendapatkan
Pedagang anggota
pinjaman
dengan
mudah
wajah baru su\it untuk karena
adanya
proses
administrasi clan seleksi, apalagi bila tanpa memiliki benda yang cukup layak untuk dijadikan sebagai jaminan.
c.
Opportunity (Peluang) 1)
Pembayaran cicilan pinjarnan dapat diangsur dengan \vaktu yang cukup lama, sehingga dapat lebih meringankan pedagang keci\.
7l
2)
Koperasi Pasar dapat memberikan keringanan bagi peda)Ccu1g untuL mengganti
jaminan
berupa
barang
yang
berharga
dengan
menggunakan barang modal kerja (barang dagangan).
d.
Threat (ancaman) Koperasi hanya akan memberikan pmJaman sec:ara penuh kepada anggota pedagang K-5 yang telah mendapatkan pengakuan resmi dari pengelola PD. Jaya.
2.
Analisis SWOT pedagang K-5 dalam memilih jasa keuangan BMT AlKariim, adalah sbb.: a.
Strength (Kekuatan) Sistem operasional dan kebijakan yang diterapkan oleh BMT Al-Kariim mengg1makan prinsip dan asas syariah, dengan de:mikian dapat sesuai dengan
yang
diharapkan
oleh
masyarakat
muslim
yang
ingin
bermuamalah secara islami.
b.
Weakness (Kelemahan) l)
BMT Al-Kariim menerapkan proses administrasi, pe1·syaratan jaminan dan seleksi yang lebih ketat untuk proses eksekusi pencairan pinjaman.
2)
Adanya pembebanan biaya pinjaman (cos/ of/imd).
72
c.
Opportunity (Peluang) l)
Akad yang ditawarkan oleh pihak BMT Al-Kariim lebih lkksibd, schingga memberikan kesempatan bagi para nasabah pinjarnan untuk melakukan tawar-rnenawar.
2)
Beban komitmen yang dinilai lebih ringan bila clibamlingkan clengan beban bunga pada lembaga finansial konvensional lainnya.
d.
Threat (Ancaman) BMT Al-Kariim lebih cenderung lebih melayani nasabah lama aluu nasabah tetapnya yang dianggap resmi dan memang clianggap layak untuk dikabulkan permohonan pencairan pinjarnannya. Sulit bagi anggota muka baru dengan ruang lingkup usaha yang belurn dianggap layak untuk dipinjami.
3.
Analisis SWOT pedagang K-5 dalam memilih jasa keuangan rentenir. adalah sbb.: a.
Strength (Kekuatan) Rentenir dapat melayani pinjaman uang dalam waktu yang cepat. (kurang lebih selama satu hari) clan memberikan fasilitas kemudahan tanpa adanya persyaratan formal.
b.
Weakness (Kelemahan) Rentenir menerapkan kebijakan bunga yang tinggi., sekitar 20 % - 30 %, dengan asumsi risiko yang dihadapi oleh rentenir juga cukup tinggi.
l
'
73
c.
Opportunity (Peluang) Jasa yang diberikan oleh rentenir sernata-mata adalah karena intcraksi yang cukup lama antara pedagang K-5 dan rentenir dan ac\anya saling kepercayaan antara rentenir c\engan pedagang peminjarn, sehingga dapat terlihat keereatan antara keduanya . .Jika pec\agang sudah dikenal baik oleh rentenir, maka tidaklah sulit baginya untuk rnernperoleh .1asa pinjaman uang dari rentenir.
cl.
Treatment (Ancaman) Bila pedagang belum begitu akrab atau belum begitu dikenal oleh rentenir, maka akan sulit untuk rnendapat mendapatkan kepercayaan penuh untuk mendapatkan pinjaman secara mudah.
B. Analisis Kecenderungan Pilihan Pedagang Kakilima Terhadap Pilihan Penyedia Jasa Keuangan Yang Dianggap Paling Mudah
Sebelum mernbahas rnengenai kecenderungan pedagang K-5 terhadap suatu pilihan jasa keuangan, penulis akan membahas mengenai akses yang menghubungkan antara pedagang K-5 dan lembaga formal penyediajasa keuangan. Penulis membatasi akses dalam penelitian ini pada kesediaan dan kepercayaan pihak lembaga penyedia jasa keuangan formal untuk mengabulkan permohonan pinjaman dan pencairannya kepada pihak peminjam berdasarkan pada kesepakatan
74
dan kesediaan pihak peminjam untuk memenuhi kewajiban yang diminla atau dipersyaratkan oleh pihak lembaga penyedia jasa keuangan. Pertama, penulis akan mengkaji alasan para pedagang menghindari me111m1am dana ke lembaga penyedia jasa keuangan formal. Penulis menilai penting untuk mengetahui alasan para pedagang K-5 untuk berusaha tidak 111eminja111 dana ke lembaga penyedia jasa keuangan formal, karena akan terdapat banyak hal penting untuk diketahui menyangkut kesulitan pedagang dalam mendapatkan akses yang baik. Penulis telah membuat pe11anyaan kuisioner untuk mengt:tahui alasan-alasan para pedagang merasa enggan atau menghindari meminjam uang ke penycdia jasa keuangan. Sifat pertanyaan dibuat bebas sehingga responden dapat memilih khih clari satu jawaban mengenai hal-hal yang memberatkannya untuk meminjam uang ke penyedia jasa terse but. Dari hasil jawaban 30 orang responclen terhadap pertanyaan tersebut cliperoleh kesimpulan sbb.: I.
Sebanyak 12 dari 30 orang atau sekitar 40 % responden memilih point alasan enggan untuk memilih lembaga penyedia jasa keuangan karena takut dengan jumlah beban bunga atau bagi hasil yang dianggap besar. Hal ini · perlu diungkapkan bahwa anggapan besar-kecilnya jumlah beban yang perlu dibayarkan dari hasil pinjaman adalah variatif, tergantung pada persepsi masing-masing individu pedagang.
75
Dari basil wawancara secara tidak terstruktur terhadap pedagang K-5 disimpulkan bahwa sebagian besar pedagang tidak begitu memperclulikan sistem bunga, margin dan bagi hasil yang digunakan oleh penyedia jasa keuangan. Asalkan peminjam dari pedagang K-5 mendapat pinjaman modal ke1ja, maka bunga, margin dan bagi basil ada!ah beban yang wajar clibayar. 2.
Sebanyak 21 dari 30 orang atau sekitar 70 % responden memilih point alasan enggan untuk memilih lembaga penyedia jasa keuangan adalah karena khawatir tidak mampu mernbayar cici!an. Tipe pedagang seperti ini berpikir secara pragmatis, kebanyakan mereka beranggapan bahwa "jika merasa tidak mampu membayar, lebih baik tidak usah rneminjam."
3.
Sebanyak 25 dari 30 orang atau sekitar 83 % responden memilih point .alasan enggan untuk memilih lernbaga penyedia jasa keuangan karena kondisi pasar yang tidak menguntungkan atau kondisi pasar yang semakin sepi dari pembeli.
Sama halnya dengan point di atas, kondisi pasar yang sepi secara langsung memang mengurangi omset para pedagang dan ha! ini menimbulkan keraguan pedagang akan kernampuan membayar rnereka jika berhutang dan ketakutan rnereka terhadap ketidakamanan usaha mePeka karena ancarnan risiko terhadap kecilnya keuntungan yang dipero!eh. Penulis rnenganggap bahwa alasan pedagang K-5 ini adalah rasional.
76
4.
Sebanyak 15 dari 30 orang atau sekitar 50 % responden memilih point alasan enggan untuk memilih lembaga penyedia jasa keuangan karena tidak mau rumit. Penulis menganggap alasan ini bersifat individu karena hanya mewakili pendapat sebagaian dari keseluruhan responclen. Mereka beranggapan bahwa persyaratan formal yang cliterapkan oleh lembaga penyeclia jasa keuangan mempersulit mereka, sedangkan mereka mengharapkan kemuclahan dan kecepatan dalam mendapatkan pinjaman. berbeda dengan sebagian responden lainnya tidak yang tidak tcrlalu mempermasalahkan
formalitas
tersebut asalkan
mereka
rnendapatkan
kepastian pinjaman. 5.
Hanya sebanyak 8 dari 30 orang atau sekitar 27% responden mernilih point alasan enggan untuk memilih lembaga penyedia jasa keuangan karena biaya transaksi yang besar. Dari jumlah pedagang yang rnernilih point tcrsebut di atas dapat penulis sirnpulkan bahwa pada umumnya besarnya biaya transaksi tidak mernpengaruhi keinginan pedagang untuk rneminjam uang. Hal tersebut akan dikatakan rasional jika para pedagang itu beranggapan bahwa mereka akan rela berkorban sejumlah biaya asalkan rncnclapatkan pencairan pinjaman, karena alasan kebutuhan yang mendesak.
6.
Sebanyak 14 dari 30 orang atau sekitar 47 % responden memilih point alasan enggan untuk memilih lembaga penyedia jasa keuangan karena proses pencairannya yang lama. Mengingat skala usaha pedagang K-5 yang terbatas
77
dengan perputaran uang yang cepat, maka proses pencairan uang yang cepat mutlak cliperlukan bagi peclagang yang menjawab point ini. Kebijakan baku dan formalitas umum yang diterapkan oleh kmbaga penyedia jasa keuangan memerlukan proses waktu, maka mutu pelayanan dan lamanya waktu proses pencairan yang diperlukan masih menjacli kendala umum bagi setiap lembaga dalam melayani kebutuhan keuangan pedagang yang cepat. Tidak seperti rentenir yang tidak memerlukan persyaratan formal sehingga mampu menawarkan pelayanan proses pencairan dana yang cepal. 7.
Sebanyak 2 dari 30 orang atau sekitar 7 % responden rnemilih point alasan enggan untuk memilih lembaga penyedia jasa keuangan karena menganggap riba semua lembaga keuangan.
8.
l orang lainnya menganggap tidak terlalu membutuhkan pinjaman karena memiliki prinsip hidup yang apa adanya.
9.
l orang lagi berpendapat bahwa mereka lebih baik merniliki simparnm uang setiap harinya, daripada memiqjam uang. Penulis telah melakukan survey terhadap ketiga-puluh responden tersebut, basil yang didapat aclalah bahwa sebanyak 12 orang responden atau sebanyak 40 % pedagang K-5 rutin menabung setiap bulannya.
78
Dari point 3 di atas, kondisi pasar yang tidak menentu menjadi alasan bagi mayoritas responden untuk bersikap rasional, yaitu sedapat mungkin berusaha untuk tidak menggunakan pinjaman ke lembaga penyedia jasa keuangan. Alasan tersebut dikemukakan oleh beberapa orang pedagang berdasarkan dari jumlah pembeli yang beberapa tahun terakhir dirasakan terus menyusut. Kesimpulan di alas dapat lebih disederhakan lagi menjadi seperti yang clisaj ikan dalam tabel di bawah ini.
Alasan pcdagang K-5 enggan meminjam uang (label~)
_'"
_____
Alasan Keengganan Meminjam Uang
Beban bunga yang tinggi Khawatir tidak bisa membavar cicilan Kondisi pasar yang tidak rnenguntungkan (sepi) Prosedur yang rumit Besarnya biaya transaksi Pencairan dana yang lama Riba Tidak terlalu membutuhkan pinjaman Lebih baik menabung
---~--~----·--------
Banyaknya J>edagang yang memilih alasan ja\vaban (Frekuensi) -
12 Orang 21 Orang 24 Orang 15 Orang 8 Orang 14 Orang 2 Oran!:! I Orang I Orang
--
-
--------
--
40% 70 %
80 ~1o 50 % 27 o/o 47 %
3r~-~
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh beberapa pedagang, sebab menyusutnya jumlah pembeli diantaranya dikarenakan oleh tumbuhnya Pasar Modern dan minimarket yang terns menjamur sehingga pedagang mulai sulit untuk bersaing. Pasar Modern semakin banyak berdiri, seperti Giant dan Carrefour, serta mininwrket yang kian merambah hingga ke daerah pelosok, seperti Indomaret dan Alfamart membuat posisi pedagang tradisional menjadi semakin terdesak.
79
lvfinimarkel dan pasar modern menawarkan keunggulan produk dan kenyamanan lebih serta pernberian harga yang kompetitif, sehingga membuat pedagang K-5 sLliit untuk bersaing harga. Hal ini disebabkan oleh terbatasnya jumlah modal kcrja yang dimiliki pedagang K-5. Selain itu, kondisi Pasar Tradisional yang kotor dan bau berbeda dengan kondisi Pasar Modern dan minimarket yang nyaman, bersih dan sejuk. Alasan inilah yang memungkinkan pembeli lebih memilih untuk rnengunjungi Pasar Modern clan
minimarkel dibandingkan harus pergi ke Pasar Tradisional yang jauh dari kesan nyaman. Dengan beralihnya pembeli ke Pasar Modern dan minimarkel, menurunkan jurnlah pelanggan pada Pasar Tradisional. Secara tidak langsung, menurunnya jumlah pembeli akan meningkatkan kompetisi persaingan usaha antar sesama pedagang, termasuk pedagang K-5. Selain itu, isu dan realisasi tentang akan dibongkarnya pasar Blok A untuk dibangun kembali menjadi
pasar yang lebih modern oleh Pemda sctempat
menimbulkan kepanikan tersendiri bagi pedagang K-5. Pedagang K-5 sendiri merasa khawatir dengan kelangsungan usaha rnereka. Mereka harus mencari lokasi usaha yang barn untuk sernentara atau secara permanen, setelah menempati
Pasar Blok A selama
bertahun-tahun
lamanya.
Dengan
rnenurunnyajumlah pembeli, secara langsung menurunkan ornset pedagang K-5. Berikut adalah salah satu petikan wawancara secara tidak terstruktur antara penulis dengan salah seorang responden yang bernama Tuginem. Beliau adalah
80
seorang ibu peclagang ayam K-5 di belakang Pasar PD Jaya Blok A yang telah berclagang selama 15 tabun (usia beliau saat ini ad al ah 4 7 tahun).
Penulis: "Bu 'e, katanya pasar mau clibongkar, emangnya jacli?" Tuginem: "Ngga tau aku, alrn nggak ngurusi masalab gituan. Malah bikin pusing!"
Penulis: "Kalau nanti jacli cligusur, dagangan ibu bagaimana?" Tuginem: "Ngga mikirin! Yang penting sekarang ngurusin jualan aja. Lugion itu beritanya udah lama, sampe sekarang belom jadi-jadi dibongkat" Dah
cape aku. Lagian sekarang pasar ngga kayak dulu lagi, udah makin sepi. Kalo nanti jadi clibongkar paling-paling 11/ar ikut anakku" (pedagang di Pasar Kebayoran Lama) Penulis menganggap wajar bila pada point 2 di atas bahwa pedagang K-5 untuk sedapat mungkin mengbindari pinjaman adalah karena kekbawatiran pedagang ticlak dapat mengembalikan atau membayar cicilan pinjaman menjadi alasan mayoritas kedua.
Penurunan omset pedagang selama beberapa tabun terakhir clan isu
pembongkaran pasar, menimbulkan keraguan dan ketidakpastian pedagang K-5 akan kelangsungan masa depan usahanya. Di bawah ini merupakan data omset rata-rata harian para responden. (Tabel 3)
Besa rnya Om set < Rp 100.000,-
Ro 100.000,- s.d Ro 250.000,Rp 250.00 I,- s.d. Rp 500.000,> Ro 500.001,Total
Jumlah Pedagang (Frekuensi) 5 Orang 15 Orang 6 Orang
3 Orang 30 Orang
% 17% 50% 20% 10% 100%
81
Pada umumnya, besarnya omset harian berbanding lurus dengan besarnya risiko usaha dan biaya yang dikeluarkan. Sebagai ilustrasi: Omset pedagang ayam potong adalah sekitar Rp 250.001,- -
Rp 500.000,- namun pedagang a yarn harus
menyediakan cukup es balok untuk kebutuhan rutinnya mengawetkan ayarn agar kesegaran ayam tahan lama dan dapat dijual kembali esok harinya. Semakin lama ayarn laku terjual, maka semakin besar volume es yang harus disediakan sepanjang hari, dan kualitas kesegaran ayarn tetap saja akan semakin menurun. Untuk analisis selanjutnya. penulis ingin membagi jenis pedagang ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok dengan jenis barang dagangan yang sifatnya tahan lama dengan barang dagangan yang sifat barangnya tidak tahan lama. pernbagian kelompok ini bertujuan agar penulis dapat mengetahui risiko pedagang K-5 menurut sifat jenis barang dagangan. Pertama-tama, penulis menganalisis pengaruh risiko pedagang berdasarkan perbedaan sifat ketahanan jenis barang dagangan dengan persepsi pedagang terhadap tingkat persaingan usahanya. Hal ini penting untuk diketahui karena si fot banrng dagangan yang tidak tahan lama rentan terhadap perubahan sifat dan kualitas (busuk atau basi), sehingga penulis berasumsi bahwa barang tersebut harus tetap te1jua\ dengan cara apapun. Hipotesa penulis sebelumnya adalah bahwa adanya kecenderungan dan pengaruh ketahanan sifat jenis barang dagangan terhadap persepsi kondisi persaingan usaha pedagang K- 5.
8:2
Hipotesa penulis di atas berdasarkan pada kejadian bahwa pada pedagang dengan sifat barang tahan lama tidak akan ada masalah yang serius jika barang dagangan tidak habis dalam tempo seminggu, karena barang dapat dijual keesokan harinya tanpa mengurangi harga dan kualitas barang tersebut. Pedagang akan bcrusaha menjual barang dagangannya dengan harapan perputaran uang yang cepat. Pada pedagang dengan sifat barang tidak tahan lama akan terjadi perubahan harga yang menurun pada sisa persediaan barang yang tersimpan lebih lama kai:ena kualitas barang yang juga menurun. Bahkan barang dagangan dapat dibuang karena kualitas yang rusak sehingga akan merugikan pedagang. Dengan demikian, para pedagang dengan sifat barang yang tidak tahan lama akan berusaha secepatnya menjual habis barang dagangannya bagaimanapun caranya. Hal ini akan berpengaruh pada persaingan usaha karena semakin sore jumlah pcmbeli akan semakin sepi dan kesegaran barang akan semakin menurun. Dengan menggunakan uji statistik Chi Square (x2) dan taraf nyata yang digunakan adalah sebesar 5%. Perbedaan sifat ketahanan jenis barang dagangan sebagai variabel observasi clan persepsi tingkat persaingan usaha peclagang K-5 sebagai variabel harapan. ( rabel 4)
--Sifat Ketahanan Barang Dagangan
Barang Tahan Lama Barang Tidak Tahan Lama Jumlah
-~--··-----~.----
..------
Persepsi Tingkat Persaingan Usaha Sedikit San gat Tidak Ketat Ke tat Ket, Ketat - - - at 2 2 10 I
6
8
2
4
-
7
-
Jml 15
----~--·-
17 -------~--
15
0 I
-
30
83
Angka kritik = l X 3 = 3 Dengan menggunakan rumus Chi Square yang tertera pada Bab I, clitetapkan formula yang digunakan adalah: b
E = B; K; clan
k
X =L
L
'"I
'"I
2
T
(O;, - E,,). maka perhitungannya aclalah sbb. : EIJ
15 X 8 = 4 clan (2 - 4 )2 = 1 30 4 15 X 17 30 15 X 8 30 15 X 17 30
=
=
8,5 dan (10- 8,5) 2 8,5
4 dan (6 - 4 )2
=
= 0,26
8,5dan17- 8,5) 2 8,5
=
15 X 1 30
=
2 dan (2 - 2 )2 2
=
0,26
15 X 1 30
Sehingga jumlah keseluruhan basil hi tung
=
O
0,5 dan (I - 0,5) 2 = 0,5 0,5
15 X 4 = 2 dan (2 - 2 )2 30 2
1
4 =
15 X 4 30
=0 0,5) 2 0,5
= 0,5 clan {{l -
=
0,5
x2 adalah 3,52 (l\..urva 2)
Me erimfl H : 0
I I I
0
3,52
7,815
Dari hasil perhitungan, cliperoleh angka hitung aclalah 3,52 dan nilai pada label adalah 7,815. Karena menerima Ho. angka hitung pada kurva di atas nilainya lebih renclah dari nilai pada label maka tidak ada pengaruh risiko antara sifat barang dagangan clan persepsi tingkat persaingan usaha pedagang K-5. Jadi hipotesa penulis di atas tidak terbukti.
84
Jenis persaingan di pasar Blok A adalah jenis pasar persaingan sempurna, baik pedagang maupun pembeli dapat dengan mudah bebas keluar-masuk pasar. Sehingga tingkat persaingan yang terjadi di Pasar Blok A adalah wajar. Hubungan kekerabatan antar sesama pedagang cukup erat, maka antara pedagang satu dengan pedagang lainnya baik itu pedagang dengan sifat jenis barang clagangan yang mudah berubah maupun sifat jenis barang dagangan yang tidak mud ah berubah tidak saling merasa tersaingi meskipun Japak mereka berclekatan sangat rapal clan barang yang mereka jual adalah sama, Selanjutnya, penulis ingin mengetahui lebih
lm~ut
mengenai analisis terbadap
kecenderungan pilihan berdasarkan pengaruh pedagang K-5 berclasarkan sifat barang dagangan dengan besarnya rata-rata omset harian yang diterima oleh peclagang K-5. Hal ini penulis analisis karena penulis ingin membuktikan pengaruh antara sifat barang yang dijual dengan besarnya rata-rata omset harian yang cliterima oleh pedagang. Berdasarkan informasi yang didapat dari tiga orang responden pedagang K-5 Pasar Blok A, responclen pertama adalah pedagang sayur, reponden yang kedua adalah pedagang nasi goreng, sedangkan responclen terakhir aclalah peclagang pakaian, Penulis akan membanclingkan ketiga responclen tersebut berdasarkan sifat ketahanan barang yang clijual clan omset yang mereka terima, Pedagang nasi goreng ticlak memiliki risiko besar atas berkurangnya kualitas dagangannya, karena meskipun nasi goreng termasuk produk yang sifat clagangannya mudah berubah, clan setelah berclagang barang dagangannya tidak habis peclagang
85
akan menggunakan sisa barang dagangannya untuk dikonsumsi sencliri. Pedagang nasi goreng dapat memiliki omset hingga dua kali lipat dari modal kerja yang dikeluarkan sebelumnya. Berbeda dengan peclagang sayur, harga produk yang clijualnya cendcrung fluktuatif
mengikuti
perubahan
mus1m.
Harga
sayuran
selalu
mengikuti
perkembangan harga saat ini (up lo date). Barang dagangan cenclerung cliperoleh dari distributor yang sama clengan para peclagang yang lain clan arus transaksi pada pedagang sayur sangat cepat karena sayuran adalah kebutuhan konsumsi harian masyarakat. Kualitas produk yang berkurang mengurangi omset peclagang, karena omsct yang clidapat sudah dihitung dengan kerugian akibat produk yang clibuang karcna membusuk. Misalnya, seorang pedagang sayur membeli Daun Bawang yang dicampur dengan Daun Seledri sebanyak dua kilo dari distributor sayur seharga
22.000 rupiah atau 11.000 rupiah per kilo. Bila pedagang sayur K-5 menjual Daun Bawang campur tersebut secara ketengun. dengan asumsi setiap satu keteng adalah setengah genggam seharga seribu rupiah clan pedagang dapat menjual dua kilo Daun Bawang clan Daun Seledri tersebut scbanyak
34 keteng. Keuntungan yang didapat dari item Daun Bawang Campur aclalah 34 X Rp
1.000,-
= Rp 34.000,-
Dikurangi dengan harga modal sebesar Rp 22.000,- sehingga
omset yang diterima adalah sekitar Rp 12.000,- bila Daun Bawang habis te1jual.
86
Akan tetapi jika hingga sore hari Daun Bawang-seledri tersebut tidak laku tc1j1wl (sifat Daun Bawang dan daun seledri cepat sekali layu) dengan perkiraan deprcsiasi sebesar 30 %, maka besarnya depresiasi dalam satuan rupiah adalah 30 % X Rp 22.000,-
~
Rp 6.600,-
Besamya prakiraan omset yang diterima oleh pedagang sayur adalah sebesar Rp 12.000,- dikurangi dengan depresiasi sebesar Rp 6.600,- maka sekitar Rp 5.400.omset yang diterima hanya dari item Baun Bawang-seledri dan sudah termasuk kerugian daun yang membusuk. Namun seringkali keuntungan dari satu item produk menutupi kerugian ilem produk lainnya. Sebagai contoh, karena musim hujan cabe yang dibawa peclagang sayur terlalu basah sehingga banyak yang agak membusuk. Dengan demikian pembeli jarang yang berminat untuk membeli cabe tersebut. Bila hingga sore harinya cabe tersebut sebagian besar dibuang karena busuk. keuntungan pada penjualan item lainnya akan menutupi kerugian pada hasil penjualan cabe. Karena· bagaimanapun juga jika pedagang sayur tersebut adalah peclagang setoran, maka mau tak mau harus membayar semua setoran modal ke1ja secarn tt'111ai seharga total barang dagangan yang diambil tidak mengurangi barang yang membusuk. Pada umumnya, pedagang sayur tidak dapat menentukan maupun menctapkan kualitas barang yang diperoleh dari distributor atau agen. Dengan demikian. kualitas produk antara satu pedagang dengan pedagang lainnya relatif sama karena pada
87
umuinnya berasal dari agen atau distributor yang sama. Oleh karenanya. perbeclaan harga yang ditawarkan oleh para pedagang tidaklah berbedajauh. Lain halnya dengan pedagang pakaian yang dapat lebih leluasa untuk menentukan keuntungannya sendiri dengan menetapkan harga barang dagangannya. Arus transaksi hariannya tidak sebesar arus transaksi pada pedagang sayur. Pedagang pakaian dapat menyimpan barang dagangannya dalam kurun waktu yang lama bi la produk tidak laku te1jual, sehingga tidak mengharuskan pedagang untuk rnenj ual habis barang dagangannya setiap hari. Pedagang pakaian K-5 dapat menaikkan harga barangnya ketika pada saat-saat tertentu seperti pada saat menjelang hari raya karena pada umumnya pedagang suclah memborong terlebih dahulu barang yang akan dijual dua hingga tig::i bulan sebelumnya untuk menghindari kenaikan harga dari pedagang grosir. Sehingga pedagang akan mendapat keuntungan yang lebih besar dari penimbunan barang tersebut. Hal ini tidak dapat diterapkan oleh pedagang sayur. Hipotesa penulis sebelumnya adalah bahwa adanya kecenderungan dan pengaruh ketahanan sifatjenis barang dagangan terhadap rata-rata omset harian pedagang K- 5. Hipotesa penulis berdasarkan pada asumsi bahwa pedagang dengan sifat barang yang tidak tahan lama cenderung rentan terhadap kerugian akibat dari penurunan dan kerusakan kualitas barang yang mengakibatkan penurunan jumlah omset. Sedangkan pedagang dengan kualitas barang dagangan yang tahan lama arus transaksinya tidak secepat pedagang dengan sifat barangnya tidak tahan lama karena pada umumnya bukan pedagang jenis barang primer.
88
Dengan menggunakan
statistik Chi Square Cx2) dan taraf nyala yang
UJl
digunakan adalah sebesar 5%. Perbedaan sifat
jenis barang dagangan sebagai
variabel observasi dan besarnya rata-rata omset harian pedagang K-5 sebagai variabel hara pan. (label 5)
Perkiraan < Rp 100 ribu
Sifat Barang Dagangan
·-
Rata~rata
Omset 1-larian Peda ga_ng~::.5
Rp I 00.000,s.d Rp 250.000,-
Rp 251.000, s.d. Rp 500 .000,-
Barang Tahan Lama
2
9
2
Barang Tidak Tahan Lama
4
4
6
Jumlah
6
13
8
> Rp 500.000,-
Tl .J 111 \
2
I5
3
~:~
-1
~·------~----
Nilai Kritik = 3 X 1 = 3 b
E = B; Ki dan
2
X
=
L 2.: 1~
'[
k
I
2
1~
(0;;- E;;). maim perhitungannya adalah sbb. : I
E;;
15X6 =3dan(2-3) =0,33 3 30
15 X 13 30
15 X 8 = 4, dan (2 - 4 J2 = 1 30 4
15 X 3 30
2
15 X 6 = 3 dan L4 - 3) = 1 30 3 15 X 8 = 4 dan (6 - 4)2 30 4
=1
=
=
6,5 dan (9- Qd}2 6,5
=
0,96
1,5 dan (2 - l_j_.}2 = 0, 17 1,5
15 X 13 = 6,5 dan (4-_Q,2)2 = 0,96 30 6,5 15 X 3 30
=
1,5 dan
LL::.Jj}2 -·- 0, 17 1,5
Sehingga jumlah keseluruhan hasil hi tung X2 adalah 4,92 (Kurva 3) I
Men ima H:
p
o
4;92 7,815
89
Dari hasil perhitungan, diperoleh angka hitung adalah 4,92 dan nilai pada tabel adalah 7,82. Karena rnenerima Ho. angka hitung pada kurva di atas nilainya lebih rendah dari nilai pada tabel maka tidak ada pengaruh antara sifat barang Jagangan dengan besarnya rata-rata ornset harian pedagang K-5. Dengan demikian. hipotesa penulis tidak terbukti. Berdasarkan penjelasan sebelumya, jumlah penerimaan omset pedagang K-5 adalah berbanding lurus dengan tingkat risiko yang rnereka dihadapi. Akan tetapi hasil perhitungan di atas tidak membuktikan pengaruh tersebut. Oleh karenanya penulis memadukan hasil perhitungan di alas dengan penjelasan responden rnelalui hasil wawancara secara mendalam. Di bawah ini adalah salah satu petikan wawancara dengan Bpk Yarmin selaku pihak yang mewakili BMT dan Bpk Aflahanto sebagai pihak yang mewakili Koperasi. salah satu petikan hasil wawancara adalah sebagai berikut: Penulis: Bagairnana pihak lembaga yakin terhadap kemampuan anggota/nasabah dalam pengembalian atau pembayaran cicilan pinjaman? Bpk. Aflahanto: Pengurus terus
menganalisa dan rnengkoordinasi serta
memantau kondisi usaha anggota, dengan cara terns rnelakukan sosialisasi dan silaturrahmi kepada sesarna anggota sehingga kita dapat lebih mudah mengetahui kondisi usaha para anggota dan bi 111 ada masalah dalam usaha anggota, maka kita dapat memusyawarahkannya
90
(pengurus dan anggota Koperasi Pasar adalah para pedagang pasar Blok A).
Bpk. Yarmin: Bila kondisi pedagang baik, kita tawarkan. Kita rnelakukan analisa kelayakan usaha dan juga menerapkan analisa SC. Selain itu. kita juga melakukan analisis terhaclap konclisi kesehatan fisik pedagang.
Berclasarkan petikan hasil wawancara di atas, diketahui bahwa konclisi usaha pedagang menjadi pertimbangan penting bagi lembaga penyedi<1 jasa forrnal clalam membuat keputusan eksekusi pengabulan permohonan pinjaman. salah satu konclisi usaha adalah besarnya jumlah omset usaha yang terkanclung clalam salah satu pilar prinsip SC (capacity dan condition ofX) Selanjutnya,
penulis
menganalisis
lebih
lanjut
mengenai
kecenclerungan
pedagang K-5 clalam memperoleh modal kerja berclasarkan sifat barang dagangan dengan besarnyajumlah clana yang dibutuhkan untuk dipinjam oleh peclagang K-5. Penulis menganggap analisis ini penting karena risiko yang besar pada peclagang dengan sifat produk yang tidak tahan lama akan membutuhkan lebih besar rnoclal kerja dan biaya untuk mengurangi risiko kerugian, seperti halnya biaya penyccliaan es selama masa penjualan ikan basah. Hipotesa penulis sebelumnya adalah bahwa adanya kecenderungan clan pengaruh ketahanan sifat jenis barang dagangan terhadap jumlah dana untuk clipinjam pedagang K- 5. Pedagang dengan sifat barangnya yang tahan lama tidak rnernerlukan biaya extra untuk menjaga kualitas barang dagangannya.
lJ I
Sebaliknya, pedagang dengan sifat barang dagangannya yang tidak tahan lama cenderung rnernbutuhkan lebih banyak biaya untuk menjaga kualitas barnng dagangannya sehingga rnernperbesar jumlah dana yang dibutuhkan. Sebag<Ji contoh: biaya penyediaan es batu atau biaya listrik untuk pendinginan / pengawetan pada pedagang daging atau ikan untuk menjaga kesegaran barang dagangannya. Olch karenanya, akan semakin banyak biaya yang dibutuhkan untuk clipinjam agar dapat menutupi biaya ekstra tersebut. Dengan rnenggunakan uji statistik Chi Square (x.2) clan taraf nyata yang digunakan adalah sebesar 5%. Perbedaan sifat
jenis barang dagangan sebagai
variabel observasi dan besarnya jurnlah dana yang dibutuhkan untuk dipinjam oleh pedagang K-5 sebagai variabel harapan. (Tobe! 6)
-Sifat Barang
Dagangan
------~---------··----
< Rp 250 ribu
.
I
Tahan Lama
Jumlah Dana Yang Dibutuhkan Untuk Oiplnjam Rp Rp Rp > Rp Rp 250.000,- 500.001,1.000.001,2.500.001,5 Ju ta s.d. Rp s.d. Rp 1 s.d. s.d. ju ta 500.000,Rp 2,5 iuta Rp ~ juta __ f.---··· ----4 0 I 5 3 f---- -------- - >----~--···- -----I 4 3 I 2
Jml
-.
---·--~"-
14
~-----~--
Tidak Tahan Lama
I
3
f---~-----
5
I
4
Jumlah
8
4
6
Nilai Kritik
= 5 X 1= 5 b
E = B; Ki dan T
14 X 4 28
=
k
x = L: L: 2
I= I
2 dan (I - 2) 2 = 0,5 2
(Ou- Eij)
14
----
. maka perhitungannya adalah sbb. :
I= I
14 X4 =2 dan (3--21 2 =0,5 28 2
28
92
14 X 1 =0,5 dan (0 - 0,5)2 28 0,5
=
0,5
14X l = 0,5 dan 28
o - 0,5r' = 0,5 0,5
14 X 5 = 2,5 dan (I - 2,5) 2 = 0,9 28 2,5
14X5
14 X 8 = 4 dan (5 - 4) 2 = 0,25
14 X 8 = 4 dan (3 - 4 )2 = 0,25 28 4
28
4
14 X 4 28
= 2 dan (3 -
2)2 = 0,5
2
14 X 6 = 3 dan (4- 3)2 = 0,33
28
3
=
2,5dan(4-1.,_,'i}2 =0,9
28
2,5 0
14 X 4 = 2 dan (I - 2}2 = 0,5 28 2 14 X 6 = 3 dan (2- 31 28 3
2
''
0,33
2
Sehingga jumlah keseluruhan hasil hi tung X adalah 5, 96 (Kurva -1) Men ima fl
,o
I
()
5,96 1 \,07
Alasan mengapa jumlah pedagang yang clianalisis hanya terclapat 28 orang dari 30 orang total responclen aclalah karena sebanyak 2 orang responclen merupakan tipe pedagang yang tidak berminat terhadap pinjaman uang bahkan untuk sedikit menambah modal kerja sekalipun. Sehingga mereka tidak mengisi pertanyaanpertanyaan kuisioner yang menyangkut masalah pinjaman. Dari hasil perhitungan, diperoleh angka hitung aclalah 5,96 dan nilai pacla label adalah 11,07. Karena menerima Ho. angka hitung pacla kurva di atas nilainya Jebih renclah dari nilai pacla tabel maka ticlak acla pengaruh antara sifat jenis barang clagangan clan besarnya jumlah clana yang clibutuhkan untuk di pinjam oleh pedagang
03
K-5. Dengan demikian, berdasarkan perhitungan hipotesa penulis di atas tidak terbukti. Penulis tidak dapat menganalisis kebutuhan tambahan modal kerja pedagang K5 secara lebih mendetil, karena rnayoritas jawaban pedagang dalarn angket yang diberikan mengenai perkiraan jurnlah tambahan modal kerja yang diperlukan untuk dipinjam, merupakan jawaban yang dilontarkan dalarn waktu singkat. Penulis khawatir jurnlah perkiraan tersebut bukan rnerupakan jumlah yang rnernang benar-benar dibutuhkan oleh pedagang untuk usahanya, atau telah bercampur dengan kebutuhan pribadi di luar keperluan usahanya. Berdasarkan inforrnasi dari sejumlah pedagang K-5 cli lokasi penelitian. pedagang K-5 seringkali mernbutuhkan pinjaman uang yang bersifat darurat. seperti: kebutuhan sekolah anaknya yang memasuki tahun ajaran baru, kebutuhan membayar pajak dan rekening listrik, dsb. Karena tidak ada pengaruh yang signifikan antara sifat jenis barang dagangan dan jumlah dana yang clibutuhkan oleh pedagang untuk dipinjam. maka penulis melanjutkan analisis terhadap kecenderungan pilihan berdasarkan pengaruh antara perbedaan sifat jenis barang dagangan dengan pilihan penyedia jasa keuangan paling mudah rnenurut pedagang K-5 Pasar Blok A. Hipotesa penulis sebelumnya adalah bahwa adanya kecenderungan dan pengaruh ketahanan sifat jenis barang dagangan terhadap pilihan penyedia jasa keuangan yang dianggap paling mudah.
94
Hipotesis penulis di atas berdasarkan pacla hasil pemikiran sbb.: rentannya risiko kerugian usaha peclagang akan berpengaruh pacla pilihan peclagang terhadap penyedia jasa keuangan yang dianggap mudah, karena penyedia jasa keuangan seperti lembaga keuangan
formal
tidak akan
muclah mengambil
risiko
untuk
mengabulkan
permohonan pinjaman modal kerja peclagang clengan sifat barang dagangannya tidak aman dari ancaman risiko kerugian. Dengan menggunakan uji statistik Chi Square digunakan adalah sebesar 5%. Perbedaan sifat
Ci)
clan taraf nyata yang
jenis barang clagangan sebagai
variabel observasi dan pilihan penyeclia jasa keuangan paling muclah menurut peclagang peclagang K-5 sebagai variabel harapan. (Tnbel 7) Penyedia Jasa Keuangan Paling Muda Ah Me.nurut____ \ .Jml Pedagan~ K-5 Pasar Blok Keluarga \ l(operasi Rentenir BMT Terna n
Sifat Ketahanan Barang Dagangan Barang Tahan Lama
4
2
Barang Tidak Tahan Lama
6
1
0 0 ··---·
10
Jumlah
3
0
2
-+--5----+ 13"
0
5
12
IO
25
~-
2
Nilai Kritik = 3 X 1 = 3 b
k
2
E = B; Kj. clan X, =I T ["I 13 X 10 = 5,2 clan (4- 5.2) 25 5,2
2
I
(Oij - E;j)
["I
= 0,28
. maka perhitungannya aclalah sbb. :
E;;
12 X 10 25
= 5,2 clan (6-j_,£)2 = 0,12 5.,2
13 X 3 =l,56 clan (2- 1,56)2 = 0,12 25 1,56
12 X 3 = 1,56 dan (l - 1,56)2 25 1,56
13 X 0 = 0 dan (0 - 0)2 = 0
12
25
0
x0 25
= 0 dan (0 -- o/ = 0 0
= 0,20
I
95
LO~
13 X 2 = 1.04 dan (2 - 1.04/ = 0,89 25 1,04
12 X 2 = 1,04 dan (JL::_J,04) 2 25 1,04
13 X 10 = 5,2 dan (5 - 5,2)2 = 0,01 25 5,2
12 X 10 = 5,2 dan (5 - 5,112 = 0,01 25 5,2
Sehingga jurnlah keseluruhan hasil hi tung
c
x2 adalah 2,67 (Kurva5)
Men
0
1
na H
i
2,67
0
7,82
Dari hasil perhitungan, diperoleh angka hitung adalah 2,67 dan nilai pada tabel adalah 7,82. Karena menerirna Ho. angka hitung pada kurva di atas nilainya lebih rendah dari nilai pada tabel maka tidak ada kecenderungan yang terjadi dan pengaruhnya pada pedagang K-5 dengan perbedaan sifat ketahanan jenis barang dagangan terhadap pilihan penyedia jasa keuangan paling mudah menurut pedagang K-5 Pasar Blok A. Perhitungan di atas tidak rnembuktikan hipotesa penul is sebelurnnya. Setelah rnenganalisis semua kemungkinan yang terjadi mengenai sifat ketahanan jenis barang dagangan, maka penulis ingin melihat pendapat yang dikernukakan oleh ketiga puluh responden mengenai kemudahan yang ditawarkan oleh penyedia jasa keuangan. Berdasarkan hasil jawaban angket dari pertanyaan kuisioner yang bersifat terbuka, responden diperkenankan untuk mengisi seluruh atau sebagian opsi pendapat. Hasil jawaban pertanyaan terse but adalah sbb.:
96
I label 81
Pcnycdia Jasa Keuan<>an Rentenir Koperasi BMT Te1nan Keluarga
·---·
Pcndapat Mudah (Frckucnsi)
OA)
17 12 3 22 20
57% 40% 10% 73 % 67 %
·-·----
Pendapat Sulit (Frelmcnsi)
' -----0
3 8 0 0
-
F'endapat Biasa %
Saja
----·-- (Frckucnsi) 10% -l - 10% 0 ·-· .. 27% 2 0% -0 --0% 2 -~----·-~
Berdasarkan pendapat pedagang K-5 pada tabel di atas teman menempati posisi tertinggi dalam kategori mudah untuk dipinjami. Hal ini dapat dikarenakan c\alam beberapa hal, seperti karena hubungan keakraban, persamaan seprofesi clan rasa senasib, teman lebih rnudah clalam hal pencairan pinjaman maupun dalam pembayaran cicilan hutang. Berclasarkan hasil wawancara kepada pedagang, ada rasa risih untuk merninta bantuan kepada keluarga bila dibanclingkan kepada teman. Baik meminjarn kepada ternan sesama pedagang ataupun kepada tetangga. Responden Iain mengungkapkan bahwa terkadang keluarga juga sama-sama memiliki masalah keuangan secara pribadi, sehingga terkadang permintaan pinjarnan kepada keluarga ditolak atau lama terkabulkan. Di bawah ini merupakan petikan wawancara terhadap dua orang responden yang dalam proses mengisi kuisioner memilih teman sebagai penyedia jasa keuangan paling mudah, mereka aclalah Aceng dan !bu Sami (nama keduanya bukan rnerupakan narna sebenamya). masing-masing responden berjualan baju dan buah. Pelikan wawancara tersebut adalah sbb:
97
Penulis : "Bang I Bu, abang I ibu ngisi teman (sebagai penycdia jasa keuangan
yang paling mudah), emangnya kenapa?" Aceng : "Yaa abis gua kan orang perantauan, susah kala minta tolong sama
keluarga. Kalo sama temen kan dekel, jadi lebih gampang kalo ada perlu apa-apa. Lagian kalo sama keluarga kadang jadi omongan sama sodura-
sociaraH. Ibu Sarni : Kala sama sesama pedagang (teman) kadang lebih ngerti. sarna
tetanggajuga begitu Uuga pengertian). Kala keluarga kadang susah kalo minta tolong apa gitu. Ya bukannya apa-apa, abisnya kita sama-sarna orang susah jadi kalo ada perlu apa kita larinya (minta bantuan) ke tetangga atau sama yang sama-sama pedagang K-·5 di sini"
Rentenir rnenempati posisi ketiga dari kelima pilihan di atas. Dalam beberapa pertimbangan,
rentenir
rnemang
menawarkan
kemudahan
dalarn
mclakukan
pencairan pinjaman. Rentenir tidak mempersyaratkan jaminan melainkan hanya berdasarkan kepada rasa kepercayaan. Oleh karenanya, eksistensi rentenir tidak bisa dihapus karena rentenir dapat memenuhi kebutuhan finansial kepada pedagang kecil dengan mudah. Dari keterangan beberapa responden yang pernah meminjarn uang kepada rentenir dikatakan bahwa asalkan pedagang sudah lama menetap dan dikenal baik oleh rentenir, maka mudah baginya untuk mendapatkan pinjaman secara tunai dalam proses kurang lebih selama satu hari.
98
Koperasi menempati urutan keempat dan BMT menempati posisi terakhir. Pacla dasarnya, bentuk kelembagaan BMT lebih identik dengan Koperasi bila clibandingkan dengan bentuk kelembagaan 'bank', namun sebagian besar pedagang masih awam terhadap BMT Al-Kariim yang beroperasi di lokasi penelitian, mereka lebih mengenal BMT Al-Kariim sebagai bentuk lembaga bank, yaitu "Bank Kariim". Berdasarkan pendapat seorang responden, image nama bank pada BMT AlKariim yang dikenalnya selama ini membuat sebagian pedagang K-5 yang bclurn pernah meminjam di BMT Al-Kariirn membayangkan prosedur, proses dan akses yang sulit sehingga memposisikan BMT Al-Kariim sama sulitnya dengan prosedur, proses dan akses yang diterapkan oleh bank secara umum. Lain halnya dengan pendapat responden lain yang memiliki pernah pengalaman melakukan pembiayaan di BMT Al-Kariim, ia mengungkapkan bahwa sistem yang diterapkan oleh BMT Al-Kariim saat ini lebih ketat dan rumit bila dibandingkan pada saat dulu ia meminjam ke BMT, Sehingga membuatnya mengurnngkan niat untuk kembali melakukan pinjaman. Ketika dikonfirmasi kepada salah satu karyawan BMT Al-Kariim, rnemang diakui adanya penerapan kebijakan yang lebih ketat. Hal
1111
dilakukan demi
meajalankan arnanah para nasabahnya. Ia menambahkan bahwa BMT mendapat pelajaran berharga ketika banyak nasabah pembiayaan di Pasar Mayestik yang diasuhnya "kabur" pada saat terjadi penggusuran. Oleh karenanya dianggap pcrlu untuk melakukan seleksi yang lebih ketat bagi nasabah pembiayaan berikutnya.
99
Untuk itu, penulis menganggap perlu menganalisis kemudahan pedagang K-5 untuk mendapatkan pinjaman uang sebagai tarnbahan modal kerja. terlebih dahulu penulis ingin menganalisis kecenderungan pilihan berdasarkan pengaruh antara besarnyajumlah dana yang dibutuhkan untuk dipinjam terhadap pilihan penyedia jasa keuangan paling mudah menurut pedagang K-5 Pasar Blok A. Hipotesa penulis sebelumnya adalah bahwa adanya kecenclerungan clan pengaruh besarnya dana yang dibutuhkan untuk dipinjam terhadap pilihan penyedia jasa keuangan yang dianggap paling mudah. Hipotesa penulis berdasarkan pada asurnsi bahwa semakin banyak dana yang dibutuhkan, maka peminjam (pedagang K-5) akan mencari penyedia jasa keuangan yang dipercaya dan lebih siap dalam menyediakan jumlah pinjaman yang dibutuhkan. Dengan menggunakan uji statistik Chi Square
Cx2) clan taraf nyata yang
digunakan adalah sebesar 5%. Besarnya jumlah dana yang clibutuhkan untuk clipinjam sebagai variabel observasi dan pilihan penyedia jasa keuangan paling muclah menurut peclagang K-5 sebagai variabel harapan. ------·--·--------
Bcsarnya Jumlah Dana Yang Dibutuhkan Untuk Dipinjam < Rp 250.000,-
Pcnycdia Jasa Kcuangan Paling Mudah Men urut Pcda2ane K-5 Pasar Blok A I
2
1
Rp 500.00 I,- s.d. Rp 1.000.000,-
2
Rp 2.500.001,- s.d. Rp 5.000.000,-
> Rp 5.000.000,-
Jumlah
------··~-----
----·~--~·-·-----
Rp 250.001,- s.d. Rp 500.000,-
Rp 1000.001,- s.d. Rp 2.500.000,-
(Tabel 9)
2
I 2
10
0 0 0 1 I 1 3
0 1 1 0 0 0 . 2 0 0 ----1 2 0 -- - - - - - --·.. 2 0 0 0 0 J 0 2 10 ~-
0
·-~-
.----·
--
-·-
I
Jml
4 --·----~--
4 ··-·----
6
----------
4
--·-·
----
6
.. . -· -----·-·
25
--
-------
JOO
Nilai Kritik = 3 X 5 = 15 b
E = B, K1 dan
T
2
X
=
k
L L I= I
, maka
(Ou - E,1)
I= I
perhitungannya adalah sbb. :
E,1
4 X l O = 1,6 dan (2 - L6r' = O,l 25 1,6
6 X 10 = 2,4 dan (2-i:U2 = 0,067
4 X 3 = 0,48 dan (0 - 0,48)2 = 0,48 25 0,48
6 x 3 = 0,72 dan LL::,o.-ai = 0,109
4 X 0 = 0 dan (0 - 0)2 = 0 25 0
6 X 0 = 0 dan (0 - 0) 2 25 0
4 X 2 = 0,32 dan ( 1 - 0.32)2 = 0,445 0,32 25
6 X 2 = 0,48 dan U-=_Q,:l:fil2 = 0,52 25 0,48
4 X 10 = 1,6 dan (1 - 1,6)2 = 0,225 25 1,6
6 X 10 = 2,4 dan (2 -1.di = 0,067 25 2,4
1X10 = 0,4 dan (1-0,4)2=0,9 25 0,4
4 X l 0 = 1,6 dan 25
1X3 = 0,12 dan (0-0,12) 2 = 0,12 25 0,12
4 X 3 = 0,48 dan fl=J),48) 2 = 0,563 25 0,48
1 X 0 = 0 dan (0 -- 0) 2 = O 25 0
4 X 0 = 0 dan (0 - 012 25 0
1 X 2 = 0,08 dan (0 - 0,08) 2 = 0,08 25 0,08
4 X 2 = 0,32 dan (0 -::_Q,32) 2 = OJ2 25 0,32
1X10 = 1,92 dan (0-1,92)2 = 1,92 25 1,92
4 X 10 = 1,92 dan f1-=-l,92)2 = 0,003 25 1,92
4 X 10 = 1,2 dan (2- 1,2)2 = 0,53 25 1,2
6 X l 0 = 1,44 dan Ll-=-l,44) = 0,218 25 1,44
4 X 3 = 0,8 dan (0 - 0,8) 2 = 0,8 25 0,8
6 X 3 = 0,48 dan LL- 0,48) 2 = 0,56 0,48 25
4 X 0 = 0 dan (0 - 0)2 = 0 25 0
6
4 X 2 = 0,6 dan (0 - 0,6)2 = 0,6 25 0,6
6 X 2 = 0,36 dan [Q_-0.36)2 = 0,36 0,:16 25
4 X 10 = 2,4dan12- 2,4) 2 = 0,067 25 2,4
6X 10 = l,44dan{l-=-l,32) 2 =2.]38 25 1,32
25
2,4
25
0,72 =
O
LL:i&J2
= 0,225
l ,6
'"
0
2
x0= 25
0 dan (0 -
oi2 '" 0 0
IOI
Sehinggajumlah keseluruhan hasil hitung X2 adalah 11,417 (Kurva 6)
I
Mei ri1na:H
I
0
o
11,417 24,996
Dari hasil perhitungan, diperoleh angka tabel adalah 11,417 dan nilai pada tabel adalah 24, 996. Karena menerima Ho. angka hi tung pada kurva di atas nilainya lebih rendah dari nilai pada tabel maka tidak ada kecenderungan yang terjadi dan pengaruhnya pada pedagang K-5 dengan perbedaan jumlah uang yang dibutuhkan untuk dipinjam terhadap pilihan penyedia jasa keuangan paling mudah menurut pedagang K-5 Pasar Blok A. Sehingga berdasarkan perhitungan chi square di atas hipotesa penulis tidak terbukti. Pada umumnya, penyedia jasa keuangan seperti KoperasL BMT dan rentenir dinilai lebih mampu menangani kebutuhan modal kerja pedagang bila dibandingkan dengan kerabat atau keluarga. Di sisi lain mayoritas para pedagang tetap lebih menganggap keluarga sebagai penyedia jasa keuangan yang paling mudah dan lebih menguntungkan, karena tidak sepeserpun biaya yang perlu dikeluarkan. Tidak terbuktinya hipotesa di atas pada penelitian sebelumnya, maka pcnulis akan meneliti kemungkinan yang terjadi terhadap kecenderungan pedagang K-5 berdasarkan besarnya omset yang diterima. Oleh karenya, selanjutnya penulis ingin membuktikan kecenderungan pilihan pedagang K-5 berdasarkan hubungan antara
102
jumlah rata-rata omset harian pedagang K-5 dengan kemudahan yang diberikan oleh penyediajasa keuangan. Penulis berpendapat bahwa jumlah omset yang diterima sehari-hari dapat mencerminkan prestasi dan skala usaha pedagang sebagai bahan pertimbangan untuk lebih
meyakinkan
pihak
penyedia jasa keuangan
berani
mengambil
risiko
mengabulkan permohonan pinjaman pedagang. Hipotesa penulis sebelumnya aclalah bahwa adanya kecenderungan dan pengaruh rata-rata omset harian pedagang K-5 terhaclap pilihan penyedia jasa keuangan yang dianggap paling mudah. Maka, dengan jumlah omset yang besar pedagang akan lebih percaya cliri untuk meminjam di lembaga formal. Dengan menggunakan uj i statistik Chi Square
Cl)
dan taraf nyata yang
digu11akan adalah sebesar 5%. perkiraan rata-rata omset harian para peclagang sebagai variabel observasi dan pilihan penyeclia jasa keuangan paling mudah menurut pedagang K-5 sebagai variabel harapan. (Tabel 10) ··-
··--···
Perkiraan Rata-rata Omset Harian Para Pedagang K-5
--·-·------------------------------···
Penyedia Jasa Keuangan Paling Mudah Menuru Pedagang K-5 Pasar Blok A Kelu: Rentenir BMT Koperasi Teman
,_____
3
0
0
Jml
,--·~--·
0
I
4
13
Rp I 00.001,- s.d. Rp 250.000,-
5
I
0
2
--5
Rp 250.001,- s.d. Rp 500.000,-
2
I
0
0
2
5
Rp 500.001,- s.d. Rp 1.000.000,-
0
I
0
0
2
3
0
2
I0
25
Jumlah
Nilai Kritik = 3 X 4 = 12
JO
3
·-
103
b
E = B; Kj clan
k
x =I 2
T
4 X 10 = l,6 clan (3 - l,6t' 25 1,6
(O,;- E;,)
I
1° I
1° I
=
. maka perhitungannya aclalah sbb. :
E,J 5 X 10 = 2 clan (2 - 2)2 25 1,4
L225
==
O
4 X 3 =0,48 clan (0 - 0,48)2 = 0,48 25 0,48
5 X 3 = 0,6 clan LL=Jl,2i 25 0,6
4 X 0 = 0 clan (0 - 0) 2 = O 25 0
5 X 0 = 0 clan (0 - 0) 2 =' 0
.
0,267
0
25 2
=
0, 4 clan ffi_:::_!MJ2 0,4
= 0,4
4X 2 = 0,32 clan (0 - 0,32) = 0,32 25 0,32
5X2 25
4 X 10 = 1,6 clan (I - J.6)2 = 0,225 25 1,6
5 X l0
25
2
13 X I 0 = 5,2 clan (5 - 5,2) 2 = 0,008 25 5,2
3 X l0 25
= 1,2 clan (0 - _L;~}2 = 1,2
13 X 3 25
= 1,56 clan (I - 1,56)2 = 0,20 1,56
3X3 25
=
=
2 clan (2 - 2 )2
=O
L2 =
0,36 clan fl:::J1J6) 2 0,36
= I, 138
13XO =Oclan(0-0)2 =O 25 0
3 X 0 = 0 clan (0 - 0) 2 25 0
13 X 2 = 1,04 clan (2- 1,04)2 = 0,886 25 1,04
3 X 2 = 0,24 clan (0 ·- 0,24) 2 = 0,24 25 0,24
13 X 10
= 5,2 clan (5 - 5,2) 2 = 0,008
25
5,2
3 X l0 25
=
==
O
1,2clan11:::..LZi = 0,533 1,2
Sehingga jumlah keseluruhan has ii hi tung X2 aclalah 7, 13 ;Kurva 7) Mei fi111a 1-1
.
0
'-.._
iI
""' '
_,__ _ I _ _ _,__ - - - -
0
7,13
--
"
"'--
I
16,919
Dari hasil perhitungan, cliperoleh angka hi tung aclalah 7, 13 clan nilai pacla tabel aclalah 16,919. Karena menerima Ho. angka hitung pacla kurva di atas nilainya lebih
l 04
rendah dari nilai pada tabel maka tidak ada kecenderungan yang te1jadi dan pengaruhnya pada pedagang K-5 dengan perbedaan jumlah rata-rata omset harian pedagang terhadap pilihan penyedia jasa keuangan paling mudah rnenurut peclagang K-5 Pasar Blok A. Hasil perhitungan statistik di atas pada akhirnya tidak rnembuktikan hipotesa penulis di atas sebelurnnya. Berdasarkan observasi dan wawancara yang penulis lakukan sebelurnnya, jurnlah rata-rata ornset harian para peclagang K-5 yang besar pada umurnnya berbancling lurus dengan risiko yang dihadapi oleh para pedagang. Pada analisis berikutnya, hipotesa penulis untuk sementara ini adalah bahwa adanya kecenderungan dan pengaruh lamanya pengalaman pedagang K-5 berdagang terhadap pilihan penyediajasa keuangan yang dianggap paling mudah. Penulis beranggapan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara larnanya pengalarnan berdagang di pasar Blok A clengan kernudahan menclapatkan pinjarnan. Penclapat ini berdasarkan pacla kemampuan clan pengalaman peclagang dalam menghaclapi risiko, banyaknya informasi yang clihimpun selama ini dan lrnbungan kekerabatan yang suclah berlangsung lama sehingga sikap saling percaya menjacli lebih erat. Dengan menggunakan uji statistik Chi Square (X2) clan taraf nyata yang cligunakan adalah sebesar 5%. Lamanya pengalaman berdagang pedagang K-5 Pasar Blok A sebagai variabel observasi clan pilihan penyedia jasa keuangan paling mudah menurut pedagang K-5 sebagai variabel harapan.
105
(label 11)
--
Penyedia Jasa Keuangan Paling Mudah Menu rut Pedagang K-5 Pasar Biol< A Keluarga l'en1an Rentenir Koperasi BMT
Lan1anya
Pengalaman Berdagang
< 2 tahLm
1
0
0
1
0
2 - I 0 tahun
2
l
0
0
5
11 - 19 tahun
I
2
0
0
:'.: 20 tahun Jumlah
6
0
0
I
10
3
0
2
2 f-
0
~
10
Nilai Kritik = 3 X 3 = 9 b
dan
x2 = L L I~
2 X 10 = 0,8 dan (I - 0,8)2 25 0,8
I
I~
(0; 1 - E, 1)
= 0 dan (0 -
0)2
perhitungannya adalah sbb. :
= 0,05
5 X 10 = 2 dan (I - 2)2 = 0,5 25 2
2
5X3 25
2 X 3 = 0,24 dan (0 - 0,24) = 0,24 25 0,24 2X0 25
• maka
I
= 0,6 dan (2 - 0,(i)2 = 3,267 0,6
5 X 0 = 0 dan (0 - 0) ·~ 0 25 0 2
=0
0
2 X 2 = 0, 16 dan (1 - 0, 16)2 = 4,41 25 0, 16
5 X 2 = 0,4 dan (0 - OAi = 0,4 0,4 25
2 X I 0 = 0,8 dan (0 - 0,8) 2 = 0,8 25 0,8
5 X I 0 = 2dan (2 - 2}2 = 0
8 X 10 = 3,2 dan (2- 3,2) 2 = 0,45 25 3,2
10 X 10 = 4 dan (6 -· 4 )2 = l
2
25 25
2 4
ill..:::.1.122 =
8 X 3 = 0,96 dan (I - 0,96) = 0,002 25 0,96
10 X 3 = 1,2 dan 25
8 X 0 = 0 dan (0 - 0)2 = 0 25· 1,04
lOXO= Odan(O-Q)2=0 25 0
8 X 2 = 0,64 dan (0 - 0,64) 2 25 0,64
= 0,64
8 X IO= 3,2 dan (5- 3,2)2 = 1,012 25 3,2
1,2
1,2
10 X 2 = 0,8 dan (l=-9_,1~}2 = 0,05 25 0,8 lOX 10=4dan(3-4)2 =0,25 25 4
!06
2
Sehinggajumlah keseluruhan hasil hitung X adalah 14,271 (1<.urva 8)
0
~Mc-cimaf-1--+-~-~ 0
14,271 16,9!9
Dari hasil perhitungan, diperoleh angka hitung adalah 14,271 dan nilai pada tabel adalah 16,919. Karena menerima Ho. angka hitung pada kurva di atas nilainya lebih rendah dari nilai pada tabel maka tidak ada kecenderungan yang te1jadi dan pengaruhnya pada pedagang K-5 dengan lamanya pengalaman pedagang K-5 berdagang di Pasar Blok A terhadap pilihan penyedia jasa keuangan paling mudah menurut pedagang K-5 Pasar Blok A. Dengan clemikian, hipotesa penulis sementara di atas tidak terbukti.
C. Analisis Kecenderungan Pilihan Pedagang K-5 Terhadap Pilihan Penyedia Jasa Keuangan Yang Paling Dicari Pertama Kali Penulis ingin membeclakan analisis di atas dengan analisis sebelumnya yang menjadikan "pilihan penyeclia keuangan yang paling muclah menurut pedagang K-5" dengan "pilihan yang paling clicari pertama kali oleh peclagang K-5" sebagai variabel harapan. Pada "penyedia jasa keuangan yang clianggap paling muclah" hanya berupa persepsi pribadi pedagang, sedangkan pada "penyeclia jasa keuangan yang paling
I 07
dicad pertama kali" terdapat unsur tindakan yang nyata dari persepsi mudah dan dilakukan berdasarkan pertimbangan rasional. Belum tentu penyedia yang dianggap paling mudah merupakan yang pertama kali dicari oleh pedagang karena alasan yang rasional. Sebagai contoh: berdasarkan jawaban pada salah satu pertanyaan angket, beberapa responden menjawab bahwa rentenir adalah penyedia jasa keuangan yang paling mudah, akan tetapi pedagang tetap lebih memilih keluarga sebagai penyedia jasa keuangan yang paling ·dicari pertama kali. Dengan alasannya yang rasional, rentenir mudah meminjamkan uang dengan tidak mempersyaratan apapun kecuali dengan kesediaan pedagang untuk membayar bunga dan pedagang bersedia untuk mencicil pinjaman tersebut setiap harinya sesuai dengan kesepakatan sebelumnya. Jika sepakat, maka rentenir akan mencairkan pinjaman tersebut langsung secara tunai hari itu juga. Rentenir memberikan kemudahan dalam segi memberikan pencairan pinjaman. Bila meminjam kepada keluarga, meskipun tidak dapat memberikan pinjaman uang secara langsung dan tunai, akan tetapi pedagang tidak perlu membayar tambahan uang apapun, dan pembayaran dapat dilakukan berdasarkan rnusyawarah dan persetujuan bersama. Keluarga memberikan kemudahan clalam ha! pengernbalian pinjaman. Dari perbeclaan sudut pandang kemudahan di atas, diperlukan keputusan pilihan yang paling dicari dengan ma tang berdasarkan pertimbangan yang rasional. Pada analisis selanjutnya, penulis rnenganalisis kecendernngan dan pengaruh antara sifat ketahanan jenis barang yang dijual oleh peclagang K-5 dengan penyedia
I 08
jasa keuangan yang paling dicari pertama kali oleh pedagang K-5. 1-lipotesa penulis sebelumnya adalah bahwa adanya kecenderungan dan pengaruh sifat ketahanan jenis bara11g dagangan terhadap penyedia jasa keuangan yang paling dicari pertama kalinya. Penulis berasumsi bahwa perbedaan sifat ketahanan jenis barang dagangan dapat menimbulkan perbedaan risiko yang akan dihadapi oleh masing-masing pedagang. Maka akan berbeda pula cara pedagang mem-back up risiko tersebut. Semakin besar risiko kerugian yang akan dihadapi, akan semakin sulit pedagang K-5 mendapatkan kepercayaan dan pinjaman uang. Dengan menggunakan uji statistik Chi Square (-x,2) dan taraf nyata yang digunakan adalah sebesar 5%. Sifat jenis barang yang dijual sebagai variabel observasi dan pilihan penyedia jasa keuangan paling dicari pertama kali oleh pedagang K-5 sebagai variabel harapan. Hasilnya adalah sbb.: (label 12) -
Sifat Ketahanan Jenis Barang Dagangan
..
Penyedia Jasa Keuangan Paling Dicari Pcrtan1a Kali oleh Pedagang K-5 Pasar Blok A Keluarga Rentenir Koperasi BMT Teman
'fahan Laina
2
Tidak Tahan Lama Jumlah
0
3
Jml
·- - · - · - - - - - - - · 6
2
4
2
0
I
5
6
5
0
3
11
·-
-·
13 12
25 --~·
Nilai Kritik = 4 X I = 4
x2 =I I' b
E= B;K; clan T 13 X 6 25
I= I
= 3,12 dan (2- 3,12)2 3,12
(O;;- Eu)
. maka perhitungannya aclalah sbb. :
I= I
=
0,402
12 X 6 25
= 2,88 dan (4 - 2,88) 2 = 0,436 2,88
109
13 X 5 = 2,6 dan (3 - 2,6) 2 25 2,6 13 X 0 = 0 dan (0 - 0) 2 25 0 13 X 3 25
=
12 X 5= 2,4 dan (2 - 2,4J.2 = 0,066 25 2,4
0,062
l2XO = Odan(0--012 ~~o 25 0
=0
= 1,56 dan (2-1,56) 2 = 0,124 1,56
13 X 11=5,72 dan (6- 5,72)2 25 5,72
=
0,014
12 X 3 25 12 X 11 25
=
l,44 dan (L:._L44t' = 0,134 1,44
= 5,28 dan ~5,28) 2
=
0,015
5,28
Sehingga jumlah keseluruhan hasil hi lung X2 adalah 1,253 (Kurva 9) ' '' '
I
,
I
' 1------'-I~~~--i---~--~~--~~-
0 1;253
1:315
Dari hasil perhilungan secara manual, diperoleh angka hilung adalah 1,253 dan nilai pada label adalah 7,815_ Karena menerima Ho_ angka hilung pada kurva di atas nilainya lebih rendah dari nilai pada label maka lidak ada kecenderungan yang terjadi dan pengaruhnya pada pedagang K-5 dengan perbedaan jumlah sifal kelahanan barang lerhadap pilihan penyedia jasa keuangan paling dicari pertama kali rnenurut pedagang K-5 Pasar Blok A Sehingga hasil perhitungan di alas tidak rnernbuktikan hipolesa penulis dalarn analisis ini_ Pada
analisis
berikulnya,
penulis
menganalisis
kecenderungan
pilihan
berdasarkan pengaruh anlara besarnya jumlah dana yang dibuluhkan untuk dipinjam dengan pilihan penyedia jasa keuangan yang paling dicari pertama kali oleh pedagang K-5, Penulis ingin menguji ada-lidaknya pengaruh clan kecenderungan pilihan
110
pedagang kepada pilihan yang paling dicari berdasarkan besarnya jumlah pinjaman yang dibutuhkan. Hipotesa penulis sebelumnya adalah bahwa adanya kecenderungan dan pcngaruh jumlah dana yang dibutuhkan untuk dipinjam terhadap penyedia jasa keuangan yang paling dicari pertama kal in ya. Menurut penulis berdasarkan dari sudut pandang pihak pedagang. besarnya jumlah pinjaman berkaitan erat dengan risiko dan besarnya jumlah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menghadapi atau menutupi risiko tersebut. Di sisi lain. lembaga juga akan semakin selektif dalam meneliti kelayakan pengabulan permohonan pinjaman pedagang yang membutuhkan uang untuk modal kerja secepat mungkin. Sernakin besar kernungkinan risiko yang dihadapi, sernakin selektif pihak lembaga
akan
menganalisis
kelayakan
pemberian
pinjarnan
sehingga
akun
mernpengaruhi pilihan pedagang terhadap penyedia jasa keuangan yang paling dicari pertarna kalinya. Dengan menggunakan uji statistik Chi Square
Cx2l
dan taraf nyata yang
digui1akan adalah sebesar 5%. Besarnya jurnlah dana yang dibutuhkan unluk dipinjam sebagai variabel observasi dan pilihan penyedia jasa keuangan paling dicari pertama kali oleh pedagang K-5 sebagai variabel harapan. Hasilnya adalah sbb.:
I 11
(Tabel 13)
Penyedia Jasa Keuangan Paling Dicari Pertama ~J(..:;1~i·-~1;1~--1-~----Besarnya Jumlah Dana Yang
_________ PedaoanP K-5 Pasar Blok A
2
----···-
0
_
I
Jml
1
4
---+-R·_e~-~nir__ --~~~O~~~-~ ____BMo··-~ ----~~~-m__._"___ Keh~u-ga
Dibutuhkan Unh•_k_D_ip-in--j-an_'
< Rp 250.000,-
_ --"
' -"·--··-~
Rp 250.00 I,- s.d. Rp 500.000,-
I
0
0
0
0
Rp 500.001,- s.d. Rp 1.000.000,-
0
0
0
I
3
Rp 1000.001,- s.d. Rp 2.500.000,-
2
I
..
Rp 2.500.001,- s.d. Rp 5.000.000,-
I
I
0
0
> Rp 5.000.000,-
0
3
0
I
2 2 ------2
6
5
0
3
II
(O;J - E;J)
. maka perhitungannya adalah sbb. :
Jumlah
I
0
··- L-----·-
- -
Nilai Kritik = 4 X 5 = 20 b
E = B; Kj dan T
k
x =I 2
I~
I [
[o [
Eu
4X 6 = 0,96 dan (2- 0,96)2 = 1,127 25 0,96
6X6 = l,44dan~,44) 2 =0,218. 25 1,44
4 X 5 = 0,8 dan (0 - 0,8) 2 = 0,8 25· 0,8
6 X 5= 1,2 dan (I -1,2) 2 = 0,033 25 1,2
4 X 0 = 0 dan (0- 0) 2 = 0 25 0
6 X 0 = 0 dan (0 - 0)2 •= O 25 0
4 X 3 = 0,48 dan (0 - 0,48) 2 = 0,48 25 0,48
6 X 3 = 0,72 dan Ll_:::_Q,ll.}2 = 0, 109 25 0,72
4 X 11=1,76 dan (2- 1,76)2 = 0,033 25 1,76
6X 11 =2,64danf1-2,64)2 =0,156 25 2,64
I X 6 = 0,24 dan (I - 0,24) 2 = 2,407 25 0,24
4 X 6 = 0,96 dan U::- 0.96) 2 = 0,0017 25 0,96
I X 5 = 0,2 dan (0 - 0,2) 2 = 0,2 25 0,2
4 X 5= 0,8 dan LL::_Q,fil2 = 0,05 25 0,8
1 X 0 = 0 dan (0 - 0)2 = 0 25 0
4 X 0 = 0 dan (0- 0)2 25 0
IX 3 = 0,12 dan (0-0,12) 2 = 0,12 25 0, 12
4 X 3 = 0,48 dan (0 -- 0,48)2 25 0,48
=
0 =
0,48
-I4 ---------6
+-4--
II ~--6=~ r _)
112
1 X 11 = 0,44 dan (0 - 0,44) 2 = 0,44 25 0,44 4X6 25
=
0,96 dan (0 - 0,96) 2 0,96
=
0,96
4 X 11 = 1,76 dan (2 - l_,lfil"' 25 1,76 6X6 25
=
= 1,44 dan (0- 1,44)2 =
6 X 5 = 1,2 dan (3 - 1,2) 2 = 2, 7 25 1,2
4 X 0 = 0 dan (0 - 0) 2 = 0 25 0
6X0 25
4 X 3 = 0,48 dan ( 1 - 0,48) 25 0,48
=
0,563
4 X 11=1,76 dan (3 - 1,76)2 = 0,874 25 1,76
1,44
1,44
4 X 5 = 0,8 dan CO - 0,8) 2 = 0,8 0,8 25
2
0,033
=
0 dan (0 - O)2 = O
0
6X3 =0,72dan~72) 2 =0,109 25 0,72 6 X 11 = 2,64 dan (2- 2,64) 2 25 2,64
=
0,155
Sehinggajumlah keseluruhan hasil hitung X2 adalah 14,289
i
·neri\na H
(Kurva 10) 0
I
0
14,289
16,919
Dari hasil perhitungan di atas, diperoleh angka hitung sebesar 14,189 dan nilai pada tabel adalah 16,919. Karena menerima Ho. angka hitung pada kurva di atas nilainya lebih rendah dari nilai pada tabel maka tidak ada kecenclerungan yang te1jadi dan pengaruhnya pada pedagang K-5 dengan perbedaan jumlah uang yang dibutuhkan untuk dipinjam terhadap pilihan penyedia jasa keuangan paling dicari pertama kali menurut pedagang K-5 Pasar Blok A. Dengan demikian hipotesa penulis di atas mengenai adanya pengaruh dan kecenderungan pedagang K-5 dalam memilih jasa keuangan yang paling dicari pertama kalinya berdasarkan jumlah dana yang ingin dipinjamnya tidak terbukti.
l 13
Karena faktor persyaratan dan ketetapan mengenai kepastian pembayaran cicilan oleh penyedia jasa keuangan formal, pedagang K-5 Pasar Blok A ragu untuk melakukan pinjaman ke lembaga formal atau rentenir. Terlebih lagi akibat kondisi pasar yang sepi, dan isu akan dibongkarnya pedagang Pasar Blok A akhir tahun ini. pedagang semakin ragu akan kemampuannva untuk membayar cicilan hutang-hutangnya sesuai dengan yang telah dipersyratakan. Selanjutnya, penulis rnenganalisis pengaruh antara perkiraan jurnlah ornset ratarata harian pedagang K-5 dengan pilihan penyedia jasa keuangan yang paling dicm-i pertama kali oleh pedagang K-5. Tujuannya adalah untuk rnengernhui kecenderungan atau ·pengaruh pedagang K-5 dalarn rnernilih penyedia jasa keuangan berdasarkan omset rata-rata hariannya. Hipotesa
penulis
pada
analisis
ini
sebelurnnya
adalah
bahwa
adanya
kecenderungan dan pengaruh jumlah rata-rata omset harian peclagang K-5 terhadap penyediajasa keuangan yang paling dicari pertarna kalinya. Melanjutkan pada analisis sebelumnya, Risiko usaha perdagangan K-5 akan berpengaruh terhadap penerirnaan jurnlah ornset rata-rata harian pedagang, sehingga jumlah omset tersebut menjadi parameter tingkat kemarnpuan pembayaran atau pengembalian .rinj aman. Seharusnya, semakin besar jurnlah omset rata-rata harian para pedagang K-5 maka pedagang akan lebih berani untuk meminjam ke lembaga formal dan lembaga formal akan semakin percaya terhadap kemampuan peminjam.
l 14
Dengan rnenggunakan qji statistik Chi Square
Cx2l
dan taraf nyata yang
digunakan adalah sebesar 5%. Omset rata-rata harian pedagang K-5 sebagai variabc\ observasi dan pilihan penyedia jasa keuangan yang paling dicari pertarna kali oleh peda_gang K-5 sebagai variabel harapan. Hasilnya adalah sbb.: (label l•IJ
Penyedia Jasa Keuangan Paling Dicari Pertama Ka Ii oleh Peda2an2 K-5 Pasar Blok A Kel uarga Rentenir Koperasi BMT Teman
01nset Rata-rata Harian Pedagang K-5
< Rp I 00.000,-
0
0
Rp I 00.000,- s.d. Rp 250.000,-
5
3
Rp 250.001,- s.d. Rp 500.000,-
I
I
> Rp 500.000,-
Jumlah
0
3 4
I
···-
--
0
I
6
5
0
I
0
I
- -f--·
0
0
0
3
-·---· --··
_ _ i.._ _____
2 2
E = B; Ki dan
i
=
T 4X6 25
k
2.: 2.: 1~1
1~1
(O;j - Eij) E
. maka perhitungannya adalah sbb. :
iJ
= 0,96 dan (0 - 0,96) 2 = 0,96 0,96
5X6 25
=
1,2 dan (1- J,;~}2 1,2
4 X 5 = 0,8 dan (0 - 0,8) 2 = 0,8 25 0,8
5 X 5 = I dan (I - I )2 =• O 25 I
4 X 0 = 0 dan (0 - 0)2 = 0 25 0
5 X 0 = 0 dan (0 - 0)2 •= 0 25 0
4 X 3 = 0,48 dan (I - 0,48) 2 = 0,563 25 0,48
5X3 25
4 X 11=1,76 dan (3- 1,76) 2 25 1,76
5 X 11 25
= 0,874
13 X: 6 25
= 3,12 dan (5 -3,12)2 = 1,133
13 X 5 25
= 2,6 dan (3 - 2,6) 2 = 0,062
3,12 2,6
=
0,6 dan (I - 0,12}2 0,6
= 0,033
= 0,267
= 2,2 dan (2-2J}2 = 0,018 2,2
3 X 6 = 0,72 dan (0- 0,72)2 = 0,72 25 0,72 3
x5 25
= 0,6 dan (I
- o.~i2 0,6
= 0,267
4
··
I-13--
1-5--3-f
~l~-~-.L~-5~
Nilai Kritik = 4 X 3 = 12 h
.Jml
115
13 X 0 = 0 dan (0 - 0)2 = 0 25 0
3 X 0 = 0 dan (0 - 0) 2 = O 25 0
13 X 3 = 1,56 dan (1 - 1,56)2 = 0,201 25 1,56
3 x 3 = 0,36 dan 10 - o.:~2 = 0,36 25 0,36
13 X 11=5,72 dan(4-5.72) 2 =0,517 25 5,72
3 X 11 = 1,32 dan 25
Sebingga jumlab keseluruban basil hi tung
1 1cnc
Q_=--1_JlJ2 =0,35 1.32
x2 adalab 7, 125
·mh H : 0 .
I
I
0
(Kurvi\ 11)
7,125
Dari hasil perbitungan, diperoleb angka hitung adalah 7,125 dan nilai pada tabel adalah 16,919. Karena menerima Ho. angka hitung pada kurva di atas nilainya lebih rendah dari nilai pada tabel maka tidak ada kecenderungan yang terjadi dan pengarubnya pada pedagang K-5 dengan omset rata-rata harian pedagang K-5 terbadap piliban penyedia jasa keuangan paling dicari pertama kali menurul pedagang K-5 Pasar Blok A. Dengan demikian, basil perbitungan statistik di atas tidak membuktikan bipotesa penulis sebelumnya. Pada analisis selanjutnya, penulis mencoba untuk membuktikan kemungkinan kecenderungan pilihan berdasarkan pada sikap kepercayaan antara penyedia jasa keuangan dan pedagang selaku peminjam. penulis menganalisis pengaruh antara lamanya pengalaman pedagang Pasar Blok A berdagang di lokasi penelitian K-5
116
dengan pilihan penyediajasa keuangan yang paling dicari pertama kali oleh pedagang K-5. Asumsi bahwa lamanya pengalaman pedagang berjualan di lokasi penel itian erat hubungannya dengan interaksi pedagang dengan sesama pedagang lain dan terhadap kehidupan sosial lingkungannya. Dengan demikian, hipotesa penulis dalam penelitian ini adalah bahwa adanya kecenderungan dan pengaruh lamanya pengalaman pedagang K-5 berdagang terhadap penyediajasa keuangan yang paling dicari p<';rtama kalinya. Dengan menggunakan uji statistik Chi Square (x,2) dan taraf nyata yang digunakan adalah sebesar 5%. Omset rata-rata harian pedagang K-5 sebaga.i variabel observasi dan pilihan penyedia jasa keuangan paling dicari pertama kal i olch pedagang K-5 sebagai variabel harapan hasilnya adalah sbb.: (Tabel 15) ---·---~--
Penyedia Jasa Keuangan Paling Dicari Perlan1a Kali oleh Peda ang K-5 Pasar Blok A ---Keluarga Rentenir Koperasi BMT Teman
Lamanya Pengalaman Pedagang K-5 Berdagang di Pasar Blok A < 2 tahun
Jml
I
0
0
0
I
2
2 tahun - I 0 tahun
2
2
0
0
4
8
I 0 tahun - 19 tahun
I
3
0
0
?: 20 tahun Jumlah
2
0
0
3
6
5
0
3
b
E
= B; Kj T
dan
X
5
11
25 . --·---~----
k
=I I 1=1
tJ
s
-------- -10
-
Nilai Kritik = 4 X 3 = 12 2
I
--
(Ou- Eij)
. maka perhitungannya adalah sbb. :
I= I
2 X 6 = 0,48 dan ( 1 - 0,48)2 = 0,563 25 0,48
5 X 6 = 1,2 dan LL:---1~i2 = 0,033 25 1,2
II l
117
2 X 5 = 0,4 dan (0 - 0,4) 2 = 0,4 25 0,4
5 X 5= 1 dan (3 - 1)2 = 4 25 1
2 X 0 = 0 dan (0 - 0)2 = 0 25 0
5 X 0 = 0 dan (0 - 0)2 25 0
2 X 3 = 0,24 dan (0 - 0,24) 2 = 0,24 25 0,24
5X3 25
2 X 11=0,88 dan (1 - 0,88) 2 = 0,016 25 0,88
5 X 11 = 2,2 dan f._L::l.,;~}2 = 0,655 25 2,2
=
=· 0
0,6 dan (0 - Q,§i = 0,6 0,6
8 X 6 = 1,92 dan (2-1,92)2 = 0,003 25 1,92
10 X 6 = 2,4 dan (2 -2,_1}2 25 2,4
8 X 5 = 1,6 dan (2 - 1,6)2 = 0, 1 25 1,6
10 X 5 = 2 dan (0 - 2)2 ' 2 25 2
8 X 0 = 0 dan (0 - 0)2 = 0 25 0
10 X 0 = 0 dan (0 - 0) 2 = O 25 0
8 X 3 = 0,96 dan (0- 0,96) 2 = 0,96 25 0,96
10 X 3 = 1,2 dan Q::_l,l}2 = 2, 7 25 1,2
8 X 11 = 3,52 dan (4 - 3,52)2 = 0.065
!OX 11 =4,4danGi_::_4Al 2 =0.082 25 4,4
25
3,52
=
0,066
0
2
Dengan demikian, jumlah keseluruhan hasil hitung X adalah 12,483 (Kurva 12) I Men 1ma HJ
0
12,483 1'6,919
Dari hasil perhitungan, diperoleh angka hitung adalah 12,483 dan nilai pacla label adalf)h 16,919. Karena menerima Ho. angka hitung pada kurva di alas nilainya lebih rend ah dari nilai pada tabel, maka tidak ada kecenderungan yang te1j adi dan pengaruhnya pada pedagang K-5 dengan lamanya pengalaman pedagang berdagang
118
terhadap pilihan penyedia jasa keuangan paling dicari pertama kali menurut pedagang K-5 Pasar Blok A. Ternyata dari hasil perhitungan di atas, hipotesa penulis sebelumnya tidak terbukti, tidak adanya kecenderungan pedagang terhadap pilihan penyedia jasa keuangan berdasarkan lamanya pedagang berjualan di Pasar Blok A. Akan tetapi, di sisi lain lembaga penyedia jasa keuangan seperti BMT dan koperasi justru memberikan prioritas memberikan layanan pinjaman kepada calon anggota dan nasabah berdasarkan lamanya berdagang. Begitupun dengan rentenir yang memberikan kemudahan pinjaman uang kepada pedagang yang sudah lama dikenalnya dengan baik. Kebijakan
pemberian prioritas pinjaman tersebut clapat didasarkan atas
pertimbangan bahwa semakin lama pedagang berjualan, maka pengalaman dalam mengelola usaha dan kepastian akan usaha pedagang lebih te1jamin dalam aiii pedagang sudah menetap dan memiliki lapak sendiri. Sehingga memperkecil risiko pedagang untuk berpindah tempat. Oleh karena responden yang dipilih adalah muslim, sementara peran rentenir cukup besar bagi pemenuhan kebutuhan modal kerja mereka, maka akan menjadi perhatian tersendiri bagi penulis untuk menganalisis kualitas ketaatan mereka dengan menjadikan tingkat pemahaman mereka terhadap riba sebagai parameter ketaatan. Penulis menganalisis pengaruh antara pemahaman konsep terhadap riba dengan pilihan penyedia jasa keuangan yang dicari pertama kali oleh pedagang K-5 Pasar Blok A. Dengan menggunakan uji statistik Chi Square (x2) dan taraf nyata yang
119
digunakan adalah sebesar 5%. Pemahaman terhadap konsep riba sebagai variabel observasi dan pilihan penyedia jasa keuangan paling dicari pertama kali oleh pedagang K-5 sebagai variabel harapan. 1-Iipotesa penulis dalam analisis ini adalah bahwa adanya kecenderungan dan pengaruh tingkat pemahaman peclagang K-5 terhadap konsep riba terhadap penyedia jasa keuangan yang paling dicari pertama kalinya. Pedagang yang memahami konsep tentang riba seharusnya akan meminjam uang kepada pihak penyedia jasa keuangan yang bebas riba. Dalam pertanyaan kuisioner. penulis memberikan tiga pilihan jawaban terhadap pertanyaan mengenai pemahaman responden terhadap konsep bunga dan riba. antara lain: paham, sedikit paham clan tidak paham. Alasan penetapan hanya tiga jawaban yang diberikan adalah karena dugaan sementara penulis terhadap pemahaman sebagian besar responden yang rcnclah terhadap pemahaman konsep riba. Akan tetapi karena berdasarkan kejadian di lapangan yang berbeda maka penulis menggabungkan jumlah jawaban paham clan sedikit paham. menjadi satu hasil jawaban paham. Dengan asumsi bahwa jawaban sedikit paham berarti setidaknya responden paham dengan kosep riba. (Tabel 16) Pemahaman Pedagang K-5 Terhadap Konsep Riba
Penyedia Jasa Keuangan Paling Dicari Pertama Kali oleh Peda2an K-5 Pasar Blok A ... Keluarga Rentenir Koperasi BMT Ternan
Paham
6
5
0
2
10
Tidak Paham
0
0
0
I
1
6
5
0
3
11
Jumlah
----
,J -·~
I_3
2
25 -~
120
Nilai Kritik = 4 X I = 4 b
k
x2 = l: L
E = B; Ki dan T
1-1
1-1
(Ou-Eu) E;,
.maka perhitungannya ada!ah sbb.
23 X 6 = 5,52 dan (6 -- 5,52) 2 = 0,042 25 5,52
2 X 6 = 0,48 dan (0 -- 0.48J-' = 0,48 25 0,48
23 X 5 = 4,6 dan (5 -- 4,6) 2 = 0,035 25 4,6
2 X 5= 0,4 dan (0-- 0,±):? = 0,4 25 0,4
23 X 0 25
=
0 dan (0 -- 0) 2 = 0
0
23 X 3 = 2,76 dan (2-- 2,76) 2 = 0,209 25 2,76
2 X 0 •= 0 dan (0 -- 0) 2 25 0
=
0
2 X 3 = 0,24 dan LL:::.Q.24)2 = 2,407 25 0,24
23 X 11 = I 0, 12 dan (10 -- I 0, 12)2 = 0,00 I 2 X 11 = 0,88 dan U -- 0,88)2 = 0,016 25 10,12 25 0,88 2
Sehingga jumlah keseluruhan hasil hi tung X adalah 3,59 (Ktna 13) Men
11ya H :
0
I I
0
3,59
7,815
Dari hasil perhitungan, diperoleh angka hitung adalah 3,59 dan nilai pada tabd adalah 7 ,815. Karena menerima Ho. angka hi tung pada kurva di atas nilainya lebih rendah dari nilai pada tabel, maka maka tidak ada kecenderungan yang terjadi dan pengaruhnya pada pedagang K-5 dengan pemahaman pedagang K-5 mengenai konsep riba terhadap pilihan penyedia jasa keuangan paling dicari pertama kali menurut pedagang K-5 Pasar Blok A. Perhitungan statistik di atas tidak membuktikan hipotesa penulis di atas.
121
Tidak adanya pengaruh terhadap kecenderungan pilihan karena kecenderungan yang te1jadi pada pedagang K-5 adalah kecenderungan untuk rnencari penyedia jasa yang paling rnudah. Penulis menganggap demikian karena berdasarkan · basil wawancara kepada para pedagang K-5 di lokasi penelitian, sebagian besar pedagang yang mernahami konsep riba, akan tetapi tetap rnenginginkan kernudahan clan kelancaran usaha. Meskipun rnengetahui bahwa bunga sebagai bagian dari riba, akan tetapi jika pedagang rnembutuhkan tambahan biaya modal dengan mudah, cepat dan sangat mendesak, rnaka jika terpaksa memilih jasa rentenir adalah suatu hal yang dianggap rnaklurn. Terlebih lagi masyarakat urnum rnenganggap bahwa bunga adalah sebagai suatu solusi alternatif dan ha! yang wajar dan biasa berlaku di lokasi penelitian. Seperti yang telah dibahas pada bab sebelunmya bahwa peclagang K-5 rnemiliki arus perputaran uang yang besar. Oleh karenanya, berdasarkan pendapat para responclen, ada tiga macam pendapat mengenai penerapan sistem bunga p'acla pinjaman, antara lain: 1.
Pendapat bahwa riba clan bunga adalah haram dan harus clijauhi.
2.
Pendapat yang mengemukakan babwa praktik riba bunga pacla pin1aman adalah ha! yang umum dan rnemang sudah menjadi beban risiko bagi peminjam membayar bunga. Terlebih lagi pendapat yang menyatakan bahwa bunga adalah ha! yang sudah lumrah clan sah-sah saja.
122
3.
Pendapat yang mengungkapkan bahwa riba dan bunga adalah haram. narnun responden sendiri tidak dapat berbuat banyak tatkala bila sedang c\alam keac\aan terc\esak, tetap saja masih terpaksa menggunakan bunga.
Selanjutnya, berdasarkan hasil analisis pada tabel l 0 penulis ingin menganalisis rnengenai pengaruh anlara tingkat kemuc\ahan yang c\itawarkan oleh penyedia jasa keuangan menurut pedagang K-5 Pasar Blok A dengan pilihan penyeclia .1asa keuangan yang dianggap paling muclah oleh peclagang K-5 Pasar Blok A. Hipotesa penulis aclalah bahwa aclanya kecenderungan clan pengaruh tingkat kemuc\ahan penyedia jasa keuangan terhadap pilihan penyedia jasa keuangan yang dianggap paling mudah. Dengan menggunakan uji statistik Chi Square (X2) dan taraf nyata yang digunakan adalah sebesar 5%. Tingkat kernudahan yang ditawarkan oleh penyedia jasa keuangan menurut pedagang K-5 Pasar Blok A variabel observasi dan pilihan penyedia jasa keuangan paling mudah menurut pedagang K-5 sebagai variabel hara pan. (label 17) ---
Tinglrnt l(en1udahan
Penyedia Jasa Keuangan Paling Mudah Menurut Pedagang K-5 Pasar Blok A Keluarga Koperasi Rentenir Teman BMT ----f----~·---
Biasa Saja
17 4
Sulit
3
Mudah
·--~
Jumlah
24
~·-------
-
Jml -
-.,~-----·-----
22 20 12 3 - - - - - -------- ---·---- -·--· -- ------· 0 2 0 2 0 0 0 8 15 22 22 13
74 8 14
0
·-·
96 ___
--
,__,,
Nilai Kritik = 4 X 2 = 8 b
E = B; Kj clan T
k
x =I I 2
I" I
(0,, - E;,) E
l"I
. maka perhitungannya aclalah sbb ..
ii
3,5 clan fl - 3,5) 2 = 0,07 3,5
74 X 24 = 18,5 clan (17-18.5)2 = 0,12 96 18,5
14 X 24 96
74 X 15 =11,56 clan (12-11,56]2 = 0,02 96 l l,56
14 X 15 = 2, 19 clan Q - 2,l 9) 2 96 2,19
74 X 13 = 10,02 clan (3 -10,02) 2 96 I 0,02
14X 13 96
= 16,96 clan (22-16,96)
74 X 22
= 4,92 2
=
16,96
96
=
= l,90clan(8 - l,90t'
0.30 19.58
l,90 =
13,21 dan (0-3,21)2 · 3,21 3,21
= 16,96 dan (20-16,96) 2 = 0,54 14 X 22 = 13,21 dan (0--3,21) 2 •• 3,~l
74 X 22 96
16,96
8 X 24 = 2 dan (I - 2)2 96
=
96
8 X 15 = 1,25 dan (0-1.25) 2 = 1,25 96 1,25 =
l ,83 clan (2 - I ,83) 2 l ,83
3,21
8 X 13 = 2,44 dan (Q -- 2,44 )2 = 2,44 96 2,44
0,5
2
8 X 22 96
1,50 14 X 22 96
=
=
8 X 22 = 1,83 dan (J_ - 1,83) 2 96 1,83
= 0,38
0,02
Sehingga jumlah keseluruhan hasil hi tung
x2 aclalah 38,06 (l(urvn l·I)
Menjauhi H . 0
......
" '·~
'
i "
Dari basil perhitungan, diperoleh angka hitung adalah 38,06 dan nilai pada tabel adalah 15,51. Karena menjauhi Ho, angka hitung pada kurva di atas nilainya lebih tinggi dari nilai pada label, maka acla kecenderungan yang terjadi dan pengaruhnya
124
pada pedagang K-5 dengan tingkat kemudahan menurut persepsi pedagang terhaclap pilihan penyecliajasa keuangan paling muclah menurut peclagang K-5 Pasar Blok/\. /\nalisis
di
atas
membuktikan
hipotesa
penulis
bahwa
ada
pengaruh
kecenderungan pedagang untuk memilih penyedia jasa keuangan berdasarkan kemudahan. Sehingga kecenclerungan pedagang memilih penyedia jasa keuangan berdasarkan atas fasilitas kemudahan dapat dianggap rasional. Dengan menganalisis berbagai kemudahan yang ditawarkan pihak penyeclia jasa keuangan, maka penulis berharap dapat mengetahui berbagai infonnasi penting lainnya yang berkaitan denga usaha pemenuhan modal kerja para pedagang. Berdasarkan keterangan clari para responden, pemberlakuan persyaratan umum yang cliberlakukan oleh lembaga penyedia jasa keuangan formal yang ada di lapangan, seperti BMT dan Koperasi. Penulis merangkum clan mengelompokkannya ke clalam beberapa kelompok persyaratan umum yang akan menjadi inclikator persepsi mu.dab clan sebagai faktor-faktor yang melatarbelakangi pilihan pedagang K-5 dalam memilih penyedia jasa keuangan. Karakteristik kemudahan dapat penulis kelompokkan ke dalam 5 kelompok. yaitu: I.
Syarat Administrasi Persyaratan administratif meliputi persyaratan formal yang diperlukan untuk
memenuhi segala macam arsip yang diperlukan. Berkas-berkas wajib yang secara umum mutlak diperlukan adalah kelengkapan surat-surat wajib seperti:
1:25
KTP, Kartu Keluarga, NPWP, Slip gaji dan PBB, serta surat-surat pendukung lainnya. Pemberlakuan persyaratan kelengkapan administrasi ini sangat bermanfaat bagi
kepentingan
pendataan
lembaga
formal.
Meskipun
kebijakan
1111
mempersulit pedagang K-5 yang belum mendapatkan legalitas resmi. pada umumnya pedagang yang belum melengkapi legalitas resmi adalah pedagang yang
berasal
dari
perantauan
dan
belum
memiliki
bukti
pendukung
kependudukan yang formal. Berdasarkan pada wawancara penulis terhadap pihak BMT maupun Koperasi, jasa pinjaman kepada pedagang K-5 dapat dilayani jika pedagang sudah secara resmi berdagang di Pasar Blok A. Maksudnya adalah pedagang K-5 yang sudah lama menetap, diakui dan mendapatkan surat keterangan rcsmi clari pihak PD. Pasar Jaya. Jika belum mendapatkan pengakuan resmi, maka lembaga hanya akan melayani pinjaman dalam jumlah yang terbatas dan disertai jarninan. Persyaratan ini bertolak belakang dengan pedagang K-5, sebagaimana yang telah disebutkan dalam Bab II bahwa pedagang K-5 bersifat informal. ada kemungkinan bahwa ada usaha lembaga keuangan formal untuk "menjadikan formal" pedagang K-5 atau memang lembaga formal kurang rnemberikan akses yang mudah untuk kegiatan perdagangan informal.
126
2.
Jaminan Jaminan adalah salah satu kendala bagi pedagang K-5 untuk menc!apatkan
akses pinjaman ke lembaga penyedia jasa keuangan formal. Kendala yang muncul adalah karena banyak pedagang yang tidak memiliki status kepemilikan terhadap barang-barang yang biasa digunakan sebagai jaminan pinjaman atau memiliki layak bi la dijadikan jaminan. (Tabel 18)
Benda yang dimiliki Secara Pribadi Ru mah Seoeda Motor Mobil
Jumlah (Frckuensi) 9 13 I
--
%
30% 43 % 3%
Dari data di atas, dari 30 responden hanya sekitar 30 % pedagang yang memiliki rumah secara pribadi. 43 % responden memiliki sepeda motor. dan kebanyakan pemilik menggunakan sepeda motor sebagai alat transportasi angkut barang. Sedangkan pedagang yang memiliki mobil adalah pedagang wanita yang suaminya adalah supir penyedia jasa sewa angkut barang (mobil yang dimiliki adalah mobil jenis colt yang digunakan sebagai alat transportasi pengangkut barang). Dari tabel di atas, dapat kita ketahui bahwa dari ketiga puluh responden, hanya sebagian kecil saja yang memiliki benda yang
umum untuk dijadikan
jaminan. Dengan kata lain, kehidupan pedagang K-5 pada umumnya sangat sederhana.
127
Sesuai dengan yang artikel yang ditulis oleh Pepih Nugraha dalam harian Kompas, Sabtu 15 April 2006, pada halaman 34 ia menulis bahwa kebidupan peclagang
K-5
memang
mayoritas
cenclerung
miskin,
clengan
kualitas
pencliclikaan yang renclah clan tanpa aclanya proteksi sosial. Oleh karenanya, kenclala jaminan memang menjacli dilema tersencliri bagi peagang K-5 clalam menclapatkan akses pinjaman yang muclah. Dengan clemikian wajar bila keluarga clan teman memiliki memiliki peranan penting dalam kehiclupan peclagang K-5, karena dapat memberikan pinjaman dengan muclah tanpa aclanya syarat jaminan clan tambahan biaya apapun.
3.
Keanggotaan dan Pelayanan Terhaclap Anggota Untuk dapat memperoleh akses ke penyedia jasa keuangan dari lembagu
formal baik lembaga tersebut adalah BMT maupun Koperasi, seseorang harus menjadi anggota terlebih dahulu. Keanggotaan tersebut memang mutlak diperlukan karena pacla prinsipnya Koperasi (termasuk BMT) adalah badan yang cliclirikan oleh anggota. clidanai clari anggota, clan basil yang diperoleh clikembalikan lagi untuk anggota. Seorang responden pernah menyurutkan niatnya untuk meminjam uang ke salah satu lembaga di atas karena syarat keanggotaan tersebut. Ia tidak berkesempatan
untuk
memiliki
simpanan
sebagaimana
anggota
lainnya,
seclangkan untuk dapat melakukan pinjaman seticlaknya harus menjacli anggota dan aktif memiliki simpanan.
128
4.
Kondisi Usaha Proses pencairan pada lembaga formal bergantung kepada status kelayakan
debitur untuk mendapatkan pinjaman. Keputusan eksekusi 1.ayak atau ticlaknya sesorang menclapatkan pencairan pinjaman bergantung kepacta hasil seleksi dan eksekusi. Pada umumnya, selain seleksi terhadap kemampuan membayar dan kelayakan jaminan, pertimbangan eksekusi di antaranya juga bergantung kepacla perhitungan skala usaha, kompetisi clan jumlah pinjaman yang climinta. Tabel di bawah ini merupakan persepsi responden terhaclap konclisi persaingan usahanya. a.
Persaingan U saha (Tabel 19)
Kondisi Pcrsaingan Usaha
Tidak Ketat Biasa Saja Ketat Sangat Ketat Tidak Menjawab (Tidak Tahu)
Jnmlah (Freknensi) 7 3 17 2 I
% 23 % 10% 57 % 6% 4%
--
--
Berclasarkan data pacla tabel di atas, 19 responden atau sekitar 57 % peclagang menganggap bahwa persaingan usahanya dinilai cukup ketat. Hal ini clianggap wajar, karena jenis persaingan di Pasar Blok A aclalah persaingan sempuma, sehingga terclapat banyak penjual clengan produk yang heterogen. Banyaknya jumlah pinjaman merupakan pertimbangan tersendiri bagi lembaga, agar dana yang telah diberikan diharapkan untuk kegiatan yang
129
produktif dan terhindar dari penggunaan konsumtif. Besarnya jumlah modal kerja yang diperlukan pedagang K-5 untuk memenuhi kebutuhannya dapat mencerminkan skala usaha. Tabel dibawah ini menggambarkan prakiraan jumlah dana yang dipcrlukan pedagang untuk menambah modal ke1janya. b.
Jumlah Pinjaman (Tabet 20) --~-
Besarnya Jumlah Dana Yang Dibutuhkan Untuk Dipinjam < Rp 250.000,Rp 250.00 I,- s.d. Rp 500.000,Rp 500.001,- s.d. Rp 1.000.000,Rp I 000.001,- s.d. Rp 2.500.000,Rp 2.500.001,- s.d. Rp 5.000.000,> Rp 5.000.000,Jumlah
Jumlah (Frekuensi) 3
--
4 5 6 4 3
25
% 10% 13% 17% 20% 13% 10% 83 %
Berdasarkan data tabel di atas, dari ketiga puluh responden, hanya dua puluh lima responden yang mengisi jawaban kuisioner. Dari data tabel di atas maka dapat dilihat bahwa secara umum mayoritas pedagang memerlukan pinjaman sebagai tambahan modal kerja yang diperlukan pedagang dalam menjalankan usaha adalah Rp I juta hingga 2,5 juta.
5.
Biaya transaksi Pada umumnya, pedagang tidak terlalu mempermasalahkan biaya transaksi
yang diterapkan oleh lembaga. Karena dianggap "umum" atau "rasional,. jika ada pengorbanan untuk mendapatkan sesuatu. Oleh karenanya, penu\is merasa
\30
\ertarik untuk memaparkan perbedaan biaya transaksi yang diterapkan pada Btv!T Al-Kariirri dan Koperasi. Penulis ingin mengilustrasikan contoh model praktik pembiayaan dan pinjaman modal kerja. Dalam praktiknya, penulis ingin menjelaskan mengenai biaya (cost a/fund) dalam pemberian pinjaman. Cost of fund terdiri dari biaya transaksi (transaction cost), dan biaya komitmen (commitment cost). Tran.1·ac1iun
cost meliputi biaya keamanan atau biaya perlindungan (security cos!) dan biaya lain-lain. Sedangkan commitment cost mencakup biaya bagi hasil atau bunga. Sebagai ilustrasi, contoh Bapak Digdo, seorang pedagang pakaian wanita, masih lajang dan berumur 28 tahun. Ivlenjelang bulan puasa membutubkan tambahan modal kerja sebesar Rp 5.000.000,- untuk membeli empat ball (karung besar) pakaian untuk dijual menjelang Hari Raya Lebaran. Bapak Digdo memiliki BPKB sepeda motor Yamaha V-Ixion tahun 2007 seri terbaru seharga Rp 19.500.000,- dan baru dibeli secara tunai pada bulan April lalu sebagai jaminan. Dalam kasus ini, ada tiga pilihan penyedia jasa keuangan yang dapat Bapak Digdo gunakan, yaitu pilihan terhadap jasa Btv!T AlKariim, Koperasi Pasar, dan rentenir. a.
Bila Bapak Digdo menggunakan 3asa Koperasi Pasar karena fasilitas
kemudahan dan keanggotaannya yang cukup aktif. Dalam
proses waktu tiga hari Bapak Digdo telah mendapatkan pencairan dana secara tunai (dengan asumsi permohonan eksekusi pinjaman Bapak Digdo dikabulkan).
13 1
Dari jumlah pinjaman pokok sebesar Rp 5.000.000,- dipotong total dari
cost of.fund sebesar Rp 75.000,- dengan perincian sbb.: 1)
Biaya administrasi (termasuk dalam transaction cost) sebesar I %, yaitu 1 % X Rp 5.000.000,-
2)
= Rp 50.000,-
Biaya Profesi (termasuk dalam transaction cost) sebesar 0.5 %, yaitu 0,5 % X Rp 5.000.000,-
=
Rp 25.000,-
Total cost of.fund di atas dibayar di muka, sehinggajika tidak di bayarkan secara tunai maka dapat dibayar dengan cara mengurangi jumlah dana tunai yang dicairkan. Dana yang diterima oleh Bapak Digdo yaitu sebesar Rp 5.000.000,- - Rp 75.000,-
= Rp 4.925.000,- Pembayaran cicilan mulai
ditagih satu minggu kemudian sejumlah Rp 5.000.000,- yang dicicil setiap minggunya selama satu tahun. Bila satu tahun adalah 52 minggu, maka jumlah cicilan yang harus dibayar setiap minggunya adalah sebesar Rp 96.200, .. b.
Akan tetapi bila Bapak Digdo memilih menggunakan jasa lembaga BMT Al-Kariim dengan pertimbangan emosi
keagamaan,
maka
pencairan dana akan diberikan 3 s.d. 7 hari (asumsi Bapak Digdo telah memenuhi segala persyaratan dan permohonan pembiayaan dikabulkan). Dengan akad murabahah (paling umum digunakan) dan beban margin bapak Digdo yang diakadkan adalah sebesar 10 %.
13:?
Bapak Digdo akan mendapatkan dana tunai sebesar Rp 5.000.000,dengan catatan pembayaran cicilan pembiayaan mulai ditagih satu minggu kemudian setiap minggunya selama sepuluh bulan. Namun jumlah yang diterima dapat tidak tunai, karena transac1ion cost dibayarkan
di
muka
dan
Bapak
Digdo
membayamya
dengan
dibayarkan
tersebut
menggunakan jumlah pinjaman. Dengan
demikian,
transaction
cost
yang
mengurangi jumlah dana yang diterimanya dengan perincian jumlah pengurangan sbb.: 1)
Biaya administrasi sebesar 1 %, yaitu l % X Rp 5.000.000,-
= Rp 50.000,2)
Biaya pembelian materai seharga Rp 6000
3)
Biaya pencatatan akacl secara resmi pacla notaris sebesar Rp 45.000,-
4)
Biaya asuransi jiwa sebesar Rp 20.000
Sehingga total biaya transaksi yang dibebankan kepada Bapak Digdo di atas adalah sebesar Rp 121.000,-. Margin murabahah yang dibebankan kepada bapak Digdo adalah sebesar Rp 5.000.000,- X l 0 % 500.000,-
~-
Rp
133
Dengan demikian, total jumlah cos/ of.fund yang dibebankan adalah
total transaction cost + commitmenl cost, yaitu Rp 500.000.- + Rp 121.000,-
= Rp 621.000,-
Jumlah dana yang diterima adalah Rp 5.000.000,- - Rp 121.000.- '' Rp 4.879.000,- Jumlah pinjarnan yang harus dikembalikan adalah jumlah pinjaman pokok +margin murobahah, yaitu Rp 500.000.-
1
Rp
5.000.000,- = Rp 5.500.000. Pembayaran cicilan telah telah harus dibayarkan satu minggu kemudian, dengan
besarnya jumlah cicilan setiap minggunya
5.500.000,-: 40 minggu c.
=
sebesar
Rp
Rp 137.500,-
Bila Bapak Digdo lebih memilih rentenir sebagai penyedia jasa keuangan dan adanya saling kepercayaan sehingga perrnohonan pinjamannya terkabul, maka pada sore hari atau keesokan harinya Bapak Digdo telah mendapatkan pencairan dananya tetap sebesar Rp 5.000.000,-. Dengan ketetapan bunga sebesar Rp 20 % Gumlah bunga tergolong besar, dengan asumsi sesuai dengan risiko yang dihadapi oleh rentenir). Karena tidak adanya pemberlakuan persyaratan formal, maka hebun
cost offund yang dibebankan hanya merupakan commitment cost berupa biaya bunga. Yaitu sebesar Rp 5.000.000,- X 20 % = Rp 1.000.000,-
134
Total pengembalian pinjaman adalah jumlah pokok + beban bunga, yaitu Rp 5.000.000,- + Rp 1.000.000 = Rp 6.000.000,- . pada umumnya, pembayaran cicilan dilakukan setiap harinya selama tiga bulan (90 hari) dan akan ditagih mulai keesokan harinya. Cicilan harian yang ditagih sebesar Rp 6.000.000,-: 90 hari pembulatan, hingga berjumlah
=
Rp 66.667,- atau seringkali dilakukan
67~000
Risiko yang dihadapi rentenir cukup besar, sehingga dinilai wajar oleh pedagang jika rentenir menetapkan bunga sebesar 20 %. Berbeda dengan Koperasi dan BMT Al-Kariim yang meminta jaminan kepada pedagang peminjam meskipun pedagang tersebut sudah dikenal lama. Koperasi dan BMT Al-Kariim juga menetapkan biaya pinjaman (cost of.fund). Penjabaran biaya transaksi kedua lembaga formal tersebut adalah sbb: (Tabel 21)
1-c-~~~-,~-B~M'-c-T-,A~l-~K_a_,r~iim~---,,--,--,-,-t-=-c--c-c---c-0----Koperasi Dibebankan biaya administrasi umum sebesar I % Dibebankan biaya administrasi. Besarnya biaya (biaya administrasi sudah terrnasuk biava survai) adrninistrasi ada\ah sebesar I % dari p_injai:i_i'1f]~_ Biaya n1aterai Rp 6.000,Pen1bebanan biaya profesi sebesar 0,5 ~10 pada saat pencairan. Merniliki sirnpanan tabungan, minimal Rp 200.000,untuk pinjarnan sebesar Rp I 000.000,- sebagai jaminan pinjaman. Bi\a jurnlah pinjaman lebih dari Rp 2 juta, rnaka akan dibebankan biava akad di pencatatan notaris. Bila 'jumlah pinjaman tergo\ong besar, maka dibebankan biava·biava \ega\itas lainnva. Pernbebanan biaya asuransi jiwa untuk pinjarnan lebih dari 2 juta rupiah f-"----t-~~---------~---t--------------·~~---~-··----
Sebagai pertimbangan, penjabaran biaya pinjaman (biaya transaksi dan biaya komitmen) lembaga Koperasi, lembaga BMT Al-Kariim, dan rentenir adalab sbb:
135
(Tabel 22) .
·---------~----
Ren ten ir
BMT Al-Kariim
Koperasi
Dibebankan biaya administrasi umun1 sebesar I o/o (biaya administrasi sud ah
Dibebankan bi aya adn1inistrasi. biaya administrasi Besarnya adalah sebesar I % dari pinjaman .. Pembebanan biaya profesi sebesar 0,5 % pada saat pencairan.
termasuk biaya survai) Biaya,materai Rp 6.000,Memiliki simpanan tabungan, minimal Rp 200.000,- untuk pinjaman sebesar Rp I000.000,- sebagai jaminan oinjaman. Bila jumlah pinjaman lebih dari Rp 2 juta, maka akan dibebankan biaya akad di pencatatan notaris. Bila juinlah pinjaman tergolong besar, maka dibebankan biaya-biaya legalitas lainnya. Pembebanan biaya asuransi jiwa untuk pinjaman lebih dari 2 juta rupiah Dikenakan be ban margin (murobahah) atau beban nisbah (mudhorobah).
Pembebanan b~inga sebesar 20 ~,O pinjan1an pokok. -·-
--~------
--~·-------
-----
Keterangan data di atas menunjukkan bahwa di antara penyedia jasa keuangan (selain teman dan keluarga), rentenir merupakan penyedia jasa keuangan yang paling mudah dengan tingkat pengembalian yang paling besar. Setelah itu, penulis akan melanjutkan untuk menganalisis persepsi penyedia jasa keuangan yang dianggap paling mudah menurut pendapat pedagang K-5 Pasar Blok A. Dari ketiga puluh orang responden, total jawaban yang telah terkumpul be1jumlah 27 suara, sedangkan pada analisis sebelumnya hanya terdapat 25 suara. Hal ini disebabkan antara lain karena pada saat pengisian kuisioner, jawaban yang diberikan oleh dua dari lima orang yang mengaku tidak pemah memiliki pengalaman meminjam uang, mengisi jawaban pertanyaan tersebut berdasarkan
136
sugesti dari temannya sesama pedagang. Dengan demikian penulis menganggap bahwa jawaban tersebut bukan hasil dari pendapat pribadi responden. Sehingga penulis tidak memasukkan hasil dua suara tersebut ke dalam analisis sebelumnya. (Tabel 23)
Penyedia Jasa Keuangan Yang Dianggap Paling Mudah
--·----·
Jumlah (Frekuensi)
Rentenir Koperasi BMT Al-Kariim Teman Keluarga
8 3
0 ~
L.
14
-···---
'Yo 27 % 10% 0% 6,6% 47 %
-·--
Dengan menggunakan analisis statistik mode, kita dapat melihat bahwa rneskipun teman dan keluarga sebenarnya tidak cocok untuk dimasukkan ke dalam kelompok penyedia jasa keuangan namun pedagang K-5 tetap menjadikan teman dan keluarga sebagai pilihan tennudah rnenurut anggapan para responden. Lembaga keuangan menetapkan jadwal pernbayaran cicilan pmJaman secara disiplin, tetap dan konsisten. Sedangkan teman dan keluarga dapat menegosiasikan dan mempercayakan masalah pembayaran hutangnya berdasarkan musyawarah bersama karena adanya ikatan solidaritas, keakraban, dan sikap saling tolongmenolong baik di antara sesama pedagang ataupun terhadap keluarganya sencliri. Sebagai analisis terakhir, penulis ingin lebih meyakinkan kembali mengenai pendapat penyeclia jasa keuangan yang paling dicari pertama kalinya oleh para pedagang K-5 Pasar Blok A. Kesimpulan yang didapat berdasarkan analisis dengan menggunakan mode aclalah sebagai berikut:
137
(Tabel 2'1)
Penyedia Jasa Keuangan Yang Paling Dicari Pertama Kalinya Rentenir Kooerasi
BMT Te1nan Keluarga
Jumlah (Frekuensi) 2
5 0 4 14
% -
6.6 % 17% 0% 13 % 47%
·-
·-
Dengan demikian berdasarkan data pada tabel di atas dapat disimpulkan bahwa peran keluarga memegang peranan terpenting bagi pedagang K-5 dalam menjalankan usahanya, baik dalam memenuhi kebutuhan modal kerja maupun dalam memberikan dukungan lainnya.
BABY PENUTUP
A. Kesimpulan Dalam bab ini, penulis akan memberikan kesimpulan dari basil penelitian terhadap jawaban permasalahan yang telah diungkapkan dalam rumusan masalah pada Bab I. Kesirnpulan yang penulis kemukakan adalah sbb. : I.
Faktor-faktor yang melatarbelakangi pilihan pedagang dalam rnencan pinjaman adalah faktor kernudahan dan keamanan. Sedangkan faktor-faktor yang melatarbelakangi akses pedagang dalam mencari pinjaman kc lernbaga keuangan fonnal adalah persyaratan administratif, jaminan, keanggotaan dan pelayanan terhadap anggota, kondisi usaha, serta biaya transaksi.
2.
Pembuktian terhadap hipotesis-hipotesis yang telah penulis susun dalam tujuan penelitian, hasil pembuktian-pembuktian tersebut adalah: a.
Untuk hasil analisis hipotesis no!, kesimpulan hasil analisis tersebut adalah sbb.: • Tidak terbukti adanya kecenderungan dan pengaruh antara ketahanan sifat jenis barang dagangan terhadap persepsi pedagang K- 5 mengenai kondisi persaingan usaha. • Tidak terbukti adanya kecenderungan dan pengaruh antara ketahanan sifat jenis barang dagangan terhadap rata-rata omset harian para pedagang K- 5. 138
139
• Tidak terbukti adanya kecenderungan dan pengaruh ketahanan sifat jenis barang dagangan terhadap jumlah dana untuk dipinjam pedagang K- 5. • Tidak terbukti adanya kecenderungan dan pengaruh ketahanan sifat jenis barang dagangan terhadap pilihan penyedia jasa keuangan yang dianggap paling mudah. • Tidak terbukti adanya kecenderungan dan pengaruh besarnya dana yang dibutuhkan untuk dipinjam terhadap pilihan penyedia jasa keuangan yang dianggap paling mudah. • Tidak terbukti adanya kecenderungan dan pengaruh rata-rata omset harian pedagang K-5 terhadap pilihan penyedia jasa keuangan yang dianggap paling mudah. • Tidak terbukti
adanya kecenderungan dan
pengaruh lamanya
pengalaman pedagang K-5 berdagang terhadap pilihan penyeclia jasa keuangan yang dianggap paling mudah. • Tidak terbukti adanya kecenderungan dan pengaruh jumlah dana yang dibutuhkan untuk dipinjam terhadap penyedia jasa keuangan yang paling dicari pertama kalinya. • Tidak terbukti adanya kecenderungan dan pengaruh jumlah rata-rata omset harian peclagang K-5 terhadap penyedia jasa keuangan yang paling dicari pertama kalinya.
140
• Tidak terbukti adanya kecenderungan dan pengaruh sifat ketahanan jenis barang dagangan terhadap penyedia jasa keuangan yang paling dicari pertama kalinya. • Tidak terbukti adanya kecenderungan dan pengaruh pengalaman pedagang K-5
lamanya
berdagang terhadap penyeclia jasa
keuangan yang paling dicari pertama kalinya. • Tidak
terbukti
adanya
kecenderungan
dan
pengaruh
tingkat
pemahaman pedagang K-5 terhadap konsep riba terhaclap penyedia jasa keuangan yang paling dicari pertama kalinya.
b.
Terbukti adanya kecenderungan dan pengaruh tingkat kemudahan penyedia jasa keuangan terhadap pilihan penyedia jasa keuangan yang dianggap paling mudah.
Dari hasil penelitian dalam bab sebelumnya, terbukti lembaga keuanµan mikro formal belum sepenuhnya dapat melayani dan memenuhi kebutuhan modal pedagang K-5, karena mayoritas peclagang masih menganggap rentenir merupakan penyedia jasa paling mudah. Akan tetapi, kecenderungan pedagang K-5 dalam mencari ptnJaman jasa keuangan berdasarkan pilihan rasional adalah mayoritas pedagang cenderung mencarinya ke penyedia jasa keuangan yang dianggap paling mudah clan aman, yaitu cenderung memilih keluarga dalam mencari pinjaman.
141
B.Saran Saran yang dapat penulis berikan dari hasil penelitian ini ditujukan kepada pedagang K-5, pemerintah dan penyedia jasa keuangan formal. seperti BMT AlKariim dan Koperasi Pasar. Rentenir tidak penulis sertakan karena sama halnya dengan pedagang K-5, rentenir bersifat informal dan tidak terstruktur. Saran unuk pedagang K-5 penulis sertakan karena merupakan objek penelitian clalam tulisan ini. Saran-saran yang penulis berikan aclalah sebagai berikut: 1. Untuk peclagang K-5 Karena skala usaha pedagang K-5 relatif kecil, maka sebaiknya pcdagang K5 menggunakan pembukuan yang bersifat sederhana. Kemudian, penulis juga menyarankan kepada pedagang K-5 agar menjalankan usahanya dengan kejujuran dan moralitas yang tinggi. Saran lainnya clari penulis adalah ketetapan pedagang untuk bcrj ualan dengan terampil, sabar disertai dengan kesungguhan hati. Selain itu. sifatnya yang nomaden terkaclang mengecewakan pelanggan dan dapat meragukan pihak penyedia jasa keuangan formal.
2. Koperasi Pasar Blok A Saran penulis bagi Koperasi Pasar aclalah dengan meningkatkan peran serta Koperasi Pasar clalam mewadahi pennodalan rakyat dengan melakukan lebih baik lagi aktivitas promosi clan silaturahmi kepada para pedagang.
142
3. BMT Al-Kariim Penulis menyarankan agar BMT melakukan kegiatan promosi yang lebih baik clengan turut mcmbentuk sub-clivisi marketing pernbiayaan. Dari yang penulis amati clari kegiatan marketing, karyawan marketing suclah cukup sibuk clengan aktivitasnya melayani simpan-tarik tabungan para nasabah. Dikhawatirkan clengan cliburunya waktu untuk mengejar target pcnydesaian pekerjaan, silaturrahmi yang telah terjalin secara tatap muka antara pegawai BMT Al-Kariim clan nasabah peclagang pasar menjacli berkurang clan aktivitas promosi menjacli ticlak efektif Divisi marketing clapat lebih konsentrasi dalam melayani simpanan nasabah, sedangkan sub-divisi marketing pembiayaan clapat menjalankan aktivitasnya untuk mempromosikan masalah pembiayaan dan mensosialisasikan keunggulankeunggulan BMT Al-Kariim serta menjalin silaturrahmi dengan lebih baik.
4. Pemerintah Pemerintah hendaknya lebih memperhatikan masyarakat kecil yang ingin berusaha menghidupi clirinya clengan cam mempermuclah bagi masyarakat dalarn mendapatkan modal keija. Yaitu degan cam meregulasi kembali kebijakan pemberian
kreclit
clan
pembiayaan
yang
benar-benar
mengarah
kepacla
masyarakat kecil, bukan hanya terkonsentrasi kepacla kreclit untuk usaha inclustri.
143
DAFT AR PUST AKA na, Buchari. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Bandung: CV. Alfabeta, 1992. winsonl. Psikologi Kepribadian, Edisi Revisi. Malang: UMM Press, 2004. :!shaw, Cyril S. Tukar Menukar Tradisioal dan Pasar Modern. Jakarta: PT. Gramedia, 1981. 1msar, Sosiologi Ekonomi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002. ietrich, Michael. Transaction Cost Economics and Beyond; Toward a New Economics of the Firm. New York: Routledge, 1994. umairy, dkk., Kredit Pedesaan di Indonesia. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 1986. iunne, Patrick M., dan Robert F. Lusch. Retailing, 5' 11 Edition. USA: lbomson Southwestern, 2005. ~ngel,
James F. Perilaku konsuenjilid 1 dan 2, Edisi keenam. Jakarta: Binarupa Aksara, 1995.
~rani, .0
Ahmad Yustika, Ekonomi Kelembagaan. Malang: Bayumedia, 2006 .
urnham, A & M, dan Argyle. The Psychology Of Money. London: Routledge, 2000.
Furubotn, Eirik dan Rudolf Ritcher, Institutions and Economic Theory; The Contribution of the New Institutiona!Economics. USA: The University of Michigan Press, 2000. Hartati, Sri Samhadi, "Dilema Sektor Informal" Kompa.1-, Sabtu 15 April 2006. Halwani, Hendra, "Paradigma Baru Pembangunan; Pemberdayaan Ekonomi Rakyat" Jakarta; Jurnal PSPP, (Februari 1999). Heap, Shaun Hargreaves, dkk. The Theory of Choice; A Critical Guide. Oxford USA&UK: Blackwell, 1997. Kasmir. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT. RajaGrafindo, 2002. Kotler, Philip dkk. Kompetisi Baru. Jakarta: PT Gramedia, 1986. Kuraisin, "Respon Masyarakat Kecamatan Pulo Gadung Jakarta Terhadap Pelayanan Bank Syariah (Studi Kasus Nasabah Bank Syariah Mandiri dan Bank Muamalat
144 Indonesia)" Skripsi S 1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006. trshall, Alfred. Principles of Economics, 3•h edition. London: Macmillan and Co. LTD. 1969. 1flih, Muhammad. Perilaku Konsumen Dal am Perspekqf Ilmu Ekonomi LI-lam. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006. oeliono, Anton, M., dkk., Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta: Balai Pustaka. 1996. ?;urah Agung, I Gusti. Statistika; Penerapan Metode Ana/isis Untuk Tabulasi Sempurna dan Tidak Sempurna. Jakarta: RajaGrafindo, 2003. oer, Rosita. Menggugah Etika Bisnis Orde Baru, cet.ll. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1998. ugraha, Pepih, "Mereka Dianggap Bayang-bayang." Kompas. Sabtu 15 April 2006, urgiyantoro, B. Statistik Terapan Untuk Penelitian Ilmu-ilmu Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. 2003 ~ardhawi,
Yusuf. Peran Nilai dan Moral Dalam Perekonomian Islam. Jakarta: Rabbani Press, 1997.
lamli, Rusli. Sektor h1formal Perkotaan Pedagang Kakilima. Jakarta: Ind-Hill. Co, 1992. taja, P. Siregar, dkk., Politik Air; Penguasaan Asing Melalui Utang. Jakarta: WALHIKAU, 2004. :Zobert, W. Hefner. Budaya Pasar; Masyarakat dan Moralitas Dalam Kapitalisme Asia Baru. Jakarta: LP3ES, 2000 Rossini, R., G., dan Thomas, J., J., "The Size of The Informal Sector in Peru: A Critical Comment on Hernando De Soto's El Ontro Sendero." Britain: World Development, Vol. 18, No. I. PP. (Januari, 1990), h. 125-135 Setiadi, Nugroho J. Perilaku Konsumen; Konsep dan lmp/ikasi Untuk Strategi dan Penelitian Pemasaran. Jakarta: Kencana, 2003. Sevella, Consuelo G. dkk. Pengantar Metode Pene/itian. Jakarta: UI Press, 1993. Siamat, Dahlan. Manajemen Lembaga Keuangan. Jakarta: UI Press, 1999.
145 bana, Muhammad dan Sudrajat. Dasar-dasar Penelitian Ilmiah. Bandung: Pustaka Setia, 2005. n Peneliti. Aktivitas Ekonomi Berbasis Bagi Hasi/; Dalam Sektor Tersier. Jakarta: P2E-LIPI, 2007.
ran l
f-IASIL WA WAN CARA (Untuk Lembaga Keuangan)
awancara dilakukan terhadap pihak yang mewakili BMT Al-Kariim dan Koperasi Pasar. Al-Kariim diwakili oleh Div. pembiayaan, Bpk. Yarmin (Jumat, tanggal 3 Agustus 2007). gkan Koperasi Pasar diwakili oleh Bpk. Aflahanto, Kepala Koperasi Pasar (Kamis, tanggal i 2007). Berikut di bawah ini adalah hasil wawancara terhadap keclua tokoh yang mewakili g-masing lembaga keuangan formal yang sehari-hari beroperasi di Pasar Blok A. enulis: Bagaimana sikap lembaga terhadap para pedagang Kaki lima di pasar Blok Adan ~kitarnya,
Apakah promosi yang dilakukan oleh lembaga sampai menyentuh peclagang kaki
ma? Apakah lembaga berusaha menariknya untuk menjadi anggota/nasabah? ~pk.
Aflahanto: Kami selalu menariknya (untuk menjadi anggota), selalu bagi bagi yang
ernsaha dan mau. Dan anggota simpan pinjam dari pedagang K-5 yang tercatat sekitar
.o %. Anggota tetap mernpakan pedagang tetap atau pedagang yang sudah lama berjualan di 'asar Blok A, sudah diakui dan telah mendapatkan surat keterangan resmi dari PD Jaya. ~pk.
Yarmin: Di Pasar Blok A, nasabah pembiayaan sebanyak 40 % adalah peclagang K-5
1ang menetap. Pedagang K-5 lain (yang ticlak menetap, belum lama berdagang clan belum ·esmi) tidak diberikan pembiayaan yang besar dan climintai jaminan. Sedangkan pedagang <.-5 yang telah resmi clan sudah dikenal lama, cliberikan pembiayaan secara penuh.
nulis: Bagaimana lembaga melayani calon anggota I pedagang yang berasal dari luar
gkungan pasar? (Seperti pedagang pasar Los D, para pedagang di belakang pasar pasar, ik pedagang kaki lima maupun bukan) 1k. Aflahanto: Tetap kami layani, sebagai contoh: tukang sayur atau pedagang musiman
n dilayani dengan memberikan pinjaman lunak dengan jumlah pinjaman yang tidak .nyak, dengan sistem tanggung renteng (kolektif). Yaitu sebanyak lima orang dengan :menuhan jaminan oleh satu orang, tetap diseleksi dengan menggunakan 5 C. jaminan lak perlu dengan barang, akan tetapi dengan menggunakan barang dagangan juga bisa. pk. Yarmin: Tetap kami layani, asalkan ada pemenuhan jaminan clan persyaratan formal
inn ya.
ennlis: Bagaimana lembaga melayani para pedagang sayur di pelataran pasar Los D yang
erdagang sejak pukul 03.00 dini hari hingga tutup pada pukul 08.30 pagi? (sementara ktivitas lembaga baru dimulai pada pukul 8.00) lpk. Aflahanto: Tetap dilayani, asalkan tempat dagangannya jelas dan seleksi akan lebih
.et at. ~pk.
Yarmin: Tidak dapat tersentuh, selain itu risikonya tinggi dan tidak ada pegawai yang
lapat menagih ke sana saat itu (terlalu pagi).
~enulis:
Bagaimana promosi yang dilaln1kan lembaga dalam menghimpun dan menyalurkan
Jana kepada anggota/nasabah? Apakah ada strategi ~alon
lain yang dilakukan untuk menarik
anggota/nasabah baru? (terutama bagi calon anggota/nasabah yang masih awan)
1k. Allahanto: kita hams tahu arus kebutuhan pedagang. Dengan melakukan pendekatan-
ndekatan dan dari pergaulan sehari-hari terhadap sesama pedagang. Bila ada peclagang ng butuh uang, kita ajak agar mau clatang ke koperasi.
ik. Yarmin: Kita Jakukan dengan cara bahasa clan silaturahmi dengan baik kepada clagang. Dengan pergaulan clan bahasa (bahasa daerah yang digunakan masing-masing :dagang untuk memancing semangat emosi kedaerahan) yang baik, maka komunikasi bisa near, dan kita bisa diterima masuk ke lingkungan mereka.
'enulis: Bagaimana lembaga bersaing terhadap rentenir yang selain melakukan aktivitas
ernput bola", juga rnernberikan "kernudahan ekstra"? (Seperti perninjam mengajukan injaman pada pagi hari, langsung dicairkan pada sore harinya di hari yang sama) :pk. Allahanto: Kami selalu bersaing, kita punya (produk) pinjarnan dadakan, dengan
ielakukan sharing dengan anggota lainnya, kami memberikan pinjaman dadakan kepada ngota yang dikena I dengan j el as. tpk. Yarmin: Kita sulit bersaing dengan rentenir karena mereka sudah ada sejak lama
ekali (dari awal pasar dibangun). Kita terns memperbaiki pelayanan dan komunikasi, Jengan begitu, pencairan pembiayaan dapat lebih dipercepat. Akan tetapi, setidaknya lengan adanya kita, kita dapat mengurangi peran rentenir sedit demi sedikit.
Penulis: (Pertanyaan khusus untuk Koperasi) Bagaimana pihak lembaga menanggapi
pemyataan dari para pedagang yang masih awam clan berpendapat bahwa beban administrasi sama saja dengan bunga? Bpk. Aflahanto: memang ha! itu masih menjadi dilema. Kita masih berusaha untuk
merubah karakter pedagang,
karenanya masih dalam proses promosi kita dalam
nsosialisasi koperasi. Hal itu tidaklah mudah, karena rata-rata pendidikan pedagang 1njadi masalah utama clan juga pedagang masih lebih rnengenal bunga, meskipun kita ak rnenerapkan bunga, melainkan biaya administrasi yang jauh sekali berbeda dengan nga, tapi karakter pedagang lebih dekat dengan bunga. ertanyaan khusus untuk BMT) Banyak pernyataan dari para pedagang (termasuk dari ~ak
nasabah) yang masih awam. Mereka berpendapat bahwa bagi hasil adalah sama
1ngan bunga. Bagaimana pihak BMT menanggapi pernyataan tersebut?
pk. Yarmin: kita menjelaskannya dengan akad, begitu juga waktu menjelaskan mengenai sbah. Kalau ada yang ingin meminta pembiayaan., kita ajak dia clan kita jelaskan di kantor. tau kalau tidak sempat, kita datangi ke mmahnya, kita jelaskan di sana sekalian Jaturrahmi.
enulis: Bagaimana lembaga menyikapi kekhawatiran dan ketakutan yang dialami oleh para
edagang untuk melakukan pinjaman? (berdasarkan hasil survey penulis terhadap pedagang, anyak diantara pedagang yang khawatir clan takut meminjam dilihat dari kondisi pasar yang 1dak menentu, tidak dapat melakukan pembayaran cicilan, takut akan beban bunga/bagi 1asil, takut mgi, dsb.) ~pk.
Aflahanto: Memang itu masih menjadi dilema kita para pedagang (kepala Koperasi
'asar juga adalah seorang pedagang pasar), kita tergantung kepada kebijakan pemerintah. ;eperti contohnya gedung Pasar Blok A ini adalah milik Pemda, akan tetapi tidak terurns rnrena tidak ada biaya, kita hams mengeluarkan biaya sendiri untuk mengurus !dos masing:nasing. Selain itu, kondisi pedagang juga tidak menentu karena kondisi pasar yang semakin sept. Bp k Y ai·min: Tidak kita kasih .
nulis: Apa kemudahan yang lembaga berikan dalam produk pinjaman? Apa sap
lebihan yang lembaga tawarkan dalam produk pm1aman m1 bila dibandingkan dengan mberijasa pinjarnan lainnya 9 ik. Aflahanto: Kemudahan dan kelebihan yang kita berikan adalah ketepatan waktu
ncairan. Selain itu, koperasi memang didisain untuk rnemberikan keuntungan kepada ggota, yang meminjarn adalah anggota, keuntungan yang diperoleh kita kembalikan lagi :pada anggota yang menyirnpan. pk. Yarmin: Kita prioritas kepada nasabah-nasabah lama, selain itu kita juga memiliki
·oduk-produk akad yang kompetitif.
enulis: Bagaimana lembaga yakin
terhadap
kemampuan anggota/nasabah dalam
1engembalikan pinjaman? :pk. Aflahanto: Pengurns terns menganalisa dan mengkoordinasi serta memantau kondisi
saha anggota, dengan cara terns rnelakukan sosialisasi dan silaturrahrni kepada sesarna nggota sehingga kita dapat lebih mudah mengetahui kondisi usaha para anggota dan bila da rnasalah dalam usaha anggota, rnaka kita dapat memusyawarahkannya (pengurns dan .nggota Koperasi Pasar adalah para pedagang pasar Blok A). Jpk. Yarmin: Bila kondisi pedagang baik, kita tawarkan. Kita rnelakukan analisa kelayakan
1saha dan juga menerapkan analisa 5C. selain itu, kita juga melakukan analisis terhadap mndisi kesehatan pedagang.
i>enulis: Bagaimana perlakuan lembaga terhadap calon pemmiam yang bukan anggota I ~asabah?
Apakah ada seleksi extra terhadap calon peminjam "muka barn"?
k. AOahanto: Kami memang akan melakukan seleksi ekstra terhadap pendatang "muka ·u" maupun calon anggota di luar lingkungan pasar untuk rnenjadi anggota. 1k. Y arm in: Kita lakukan seleksi ketat, selain itu juga seleksi terhadap temp at tinggal, dan :1.lisis terhadap keterangan para tetangga dan juga tetangga pedagang di tempat berdagang.
nulis: Dalam rnelayani pinjaman kredit/pembiayaan kepada anggota/nasabah, bagaimana likasi biaya transaksi yang
diterapkan oleh lembaga? (Biaya transaksi meliputi biaya
rvey, biaya pengecekan, biaya pencarian informasi, dsb.) Bagaimana penetapan besarnya mlah biaya transaksi yang ditetapkan dalam rnelayani pinjaman? Dan Apakah biaya lministrasi sudah termasuk dalam biaya transaksi yang ditetapkan? pk. Aflahanto: Dalam pelayanan pinjaman, ada tiga macam biaya operasional yang
terapkan dan dibebankan kepada anggota. Yaitu: biaya administrasi, biaya profesi, dan 1aya risiko. Besarnya biaya administrasi adalah 10 %, sedangkan bi a ya profesi dibebankan epada anggota pada saat pencairan sebesar 0,5 % . ipk. Yarmin: Biaya-biaya yang diterapkan pada pembiayan BMT
dibebankan kepada
asabah pembiayaan itu sendiri. Macam dan besarnya biaya-biaya tersebut adalah biaya dministrasi sebesar 1 % jumlah pembiayaan, biaya asuransi jiwa, biaya meterai Rp 6000,lan biaya legalitas lainnya. Biaya-biaya tersebut dibebankan di muka. Untuk pembiayaan di 1awah dua juta tidak dikenakan jaminan, akan tetapi bila pinjaman tergolong besar, maka rkan di kenakan biaya legalitas lainnya secara sempurna, seperti SKMHT, dsb.
nulis: Bagaimana biaya transaksi tersebut clibebankan? (apakah biaya transaksi masuk ke lam
pernbukuan
beban
biaya
operasional
lembaga
atau
clibebankan
kepacla
ggota/nasabah peminjam) clan Kapan biaya transaksi tersebut dibebankan?
Jk. Allahanto: Pacla saat pencairan. Kecuali biaya profesi yang dibebankan pacla saat 1jadi kemacetan. Langsung dibebankan kepada anggota
pemi1~am.
pk. Yarm in: Sepe11i pe11anyaan sebelumnya, biaya-biaya clibebankan kepada nasabah clan
ngsung di muka, c!ibebankan pacla saat eksekusi persetujuan clan pencairan.
enulis: Bagaimana penetapan jumlah bunga I bagi hasil yang dibebankan kepada anggota/ osabah?
>pk. Allahanto: Kami tidak menerapkan bunga, hanya biaya aclministrasi clan biaya profesi oja, clan biaya risiko. Itupun kalau terjadi kemacetan. ~pk.
Yarmin:
Untuk nisbah pernbiayaan, karni analisis dulu clari faktor-faktor usaha
asabah dari tingkat persaingan nasabah clan kondisi pasar. Selain itu kami juga nenganalisis biaya operasional, seperti biaya sewa, biaya-biaya operasional lainnya. Kita L1ga rnelihat kondisi tingkat keuntungan, cadangan serta penyusutan aset-aset nasabah.
~enulis:
Bagairnana kebijakan lernbaga terhaclap pernbayaran cicilan nasabah yang tersendat
' rnacet? Apakah acla pendekatan lain atau sanksi yang cliterapkan oleh lernbaga terhaclap Jerninjarn tersebut?
Bpk. Allahanto: Sanksi jelas ada, namun kita lihat clulu, kita adakan dulu pendekatanpendekatan kekeluargaan, kita evaluasi dulu jika rnemang sebenarnya rnarnpu, namun rnenunggak, ticlak rnau rnernbayar, rnaka kita aclakan tinclakan, seperti penyitaan. Akan
1pi bila tidak mapu membayar, maka kita akan lakukan berbagai pendekatan-pendekatan 111ya. k. Yarmin: Kita lihat
pensasi. Jika macet karena kondisi usaha yang menurun, 111aka kita adakan re-scheduling. a terjadi kemacetan akibat terkena musibah sepe11i bencana alam, maka bila nasabah 1.sih mampu untuk berusaha, kita tetap berikan kesempatan untuk membayar. Atau jika ak mapu, maka bi la masih ada jaminan, maka dengan musyawarah, kita sita.
iran 2
KONSEP J(UISIONER 1t: arang Dagangan: ('fahan Laina/ l'idak l'ahan Lanta) _ __
1tas clan Asal Usu! Responden Apa jenis kelamin bpk/ibu/sdr/sdri?
1. Laki-laki
Berapa usia bpk/ibu/sdr/sdri sekarang?
2. Perernpuan - - -Tahun
Sud ah berapa lama bpk/ibu/sdr/sdri berdagang di Pasar Blok A? . ___Tahun Berapa rata-rata omset penjualan harian bpk/ ibu/sdr/sdri? 1.