Ani Indriawati /Joyful Learning Journal 2 (1) (2013)
JLJ 2 (1) (2013)
Joyful Learning Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jlj
PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA
UNTUK
Ani Indriawati, Moch. Ichsan, Nursiwi Nugraheni Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang, Indonesia
Info Artikel ________________ Sejarah Artikel: Diterima Juni 2013 Disetujui Juli 2013 Dipublikasikan Agustus 2013
________________ Keywords: PBL models; the quality of learning; mathematics ____________________
Abstrak Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran matematika melalui penerapan model Problem Based Learning (PBL) pada siswa kelas VA SDN Tambakaji 05 Semarang. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN Tambakaji 05 Semarang. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Subyek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas VA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) keterampilan guru pada siklus I mendapat jumlah skor rata-rata 65,5 dengan kriteria sangat baik, siklus II meningkat dengan jumlah skor rata-rata 75 dengan kriteria sangat baik, (2) aktivitas siswa pada siklus I mendapat jumlah skor rata-rata 29,5 dengan kriteria baik, siklus II meningkat dengan jumlah skor rata-rata 35,05 dengan kriteria sangat baik, (3) hasil belajar siswa pada akhir siklus I mendapat nilai rata-rata 64,17 dan ketuntasan belajar klasikal sebesar 70,83 %, pada akhir siklus II hasil belajar siswa meningkat dengan nilai rata-rata 74,37 dan ketuntasan belajar klasikal 91,67 %. Ini menunjukkan bahwa indikator keberhasilan sudah tercapai sehingga penelitian ini dinyatakan berhasil. Kesimpulan dari penelitian ini adalah melalui penerapan model Problem Based Learning dapat meningkatkan kualitas pembelajaran matematika pada kelas VA SDN Tambakaji 05 Semarang..
___________________________________________________________________
Abstract ___________________________________________________________________ The objective of the class action research is to improve the quality of mathematics learning through the application of the Problem Based Learning (PBL) in grade VA of SDN 05 Tambakaji Semarang. The study was conducted in a class action SDN Tambakaji 05 Semarang. This study was conducted in two cycles. Each cycle consists of four stages: planning, implementation, observation and reflection. The subjects of this study were teachers and students of class VA. The results showed that: (1) the skills of teachers in the cycle I got an average total score of 65.5 with the criteria very well, the second cycle increased with an average total score of 75 with the criteria very well, (2) the activity of students in the first cycle received an average total score of 29.5 with a good criterion, the second cycle increased with an average total score of 35.05 with the criteria very well, (3) student learning outcomes at the end of the first cycle scored an average of 64.17 and classical learning completeness by 70.83%, at the end of the second cycle student learning outcomes increased with the average value of 74.37 and 91.67% classical learning completeness. This suggests that the indicators of success were defined has been reached so that this study declared successful. The conclusion of this research is through the application of Problem Based Learning Model could improve the quality of mathematics learning in VA grade SDN 05 Tambakaji Semarang
.
© 2013 Universitas Negeri Semarang
Alamat korespondensi: Jl. Beringin Raya no. 5 Wonosari Kampus Ngaliyan E-mail:
[email protected]
ISSN 2252-6366
54
Ani Indriawati /Joyful Learning Journal 2 (1) (2013)
Berdasarkan hasil kajian kebijakan
PENDAHULUAN Pembelajaran matematika di Sekolah
kurikulum
mata
(Depdiknas
2007:17)
Matematika
menunjukkan
masih
masalah atau mengajukan masalah riil atau
pembelajaran matematika SD/MI, yaitu proses
nyata, yaitu pembelajaran yang mengaitkan
pembelajaran matematika kebanyakan masih
dengan kehidupan sehari-hari siswa, kemudian
belum menunjukkan hasil yang memuaskan,
siswa
upaya guru ke arah peningkatan kualitas proses
menguasai
bertahap
konsep
dibimbing
matematika
untuk
pembelajaran
dengan
permasalahan
bahwa
Dasar hendaknya dimulai dengan pengenalan
secara
banyak
pelajaran
belum
pelaksanaan
optimal,
metode,
melibatkan peran aktif siswa dalam proses
pendekatan dan evaluasi yang dikuasai guru
pembelajaran (Supinah dan Sutanti, 2010:2).
belum beranjak dari pola tradisional, dan hal ini
Lebih lanjut, Lencher (dalam Wardani dkk
berdampak negatif terhadap daya serap siswa
2010:14) menyatakan bahwa setiap penugasan
yang ternyata masih tetap lemah. Selain itu,
kepada siswa dalam belajar matematika dapat
menurut hasil survey IMSTEP-JICA (Herman
dikelompokkan ke dalam dua hal, yaitu sebagai:
2007:42)
(1) latihan (drill exercise) dan (2) masalah (problem)
matematika guru terlalu berkonsentrasi pada hal-
untuk dipecahkan. Aspek penting dari makna
hal
masalah adalah adanya penyelesaian yang
pembelajaran berpusat pada guru, konsep
diperoleh tidak dapat hanya dikerjakan dengan
matematika disampaikan secara informatif, dan
prosedur rutin, tetapi perlu penalaran yang lebih
siswa dilatih menyelesaikan banyak soal tanpa
luas dan rumit (Winarni dan Sri 2011:116).
pemahaman.
bahwa
yang
dalam
prosedural
pembelajaran
dan
Tercapainya pendidikan yang bermutu
Hasil
membutuhkan upaya terus menerus untuk selalu
menunjukkan
meningkatkan kualitas pendidikan (Hamdani
matematika
2011:295). Lebih lanjut, Hamdani (2011:295)
Tambakaji 05 Semarang belum optimal. Hal ini
juga mengemukakan bahwa upaya peningkatan
dikarenakan saat proses pembelajaran guru
kualitas
pendidikan
peningkatan
kualitas
observasi
mekanitik,
bahwa pada
memerlukan
upaya
kurang
pembelajaran
karena
pembelajaran.
pembelajaran
kelas
VA
menentukan menggunakan
metode
terlaksananya program
pembelajaran yang
memulai pembelajaran matematika dengan
berkualitas. Secara konseptual kualitas perlu
pengenalan masalah atau mengajukan masalah
diperlakukan sebagai dimensi kriteria yang
riil atau nyata. Dalam kegiatan pembelajaran
berfungsi sebagai tolok ukur dalam kegiatan
guru meminta siswa untuk menyelesaikan soal
yang berkaitan dengan usaha penyelenggaraan
latihan matematika yang diambil dari buku
lembaga
paket. Namun siswa berbicara sendiri dan tidak
kegiatan
menyelesaikan
pembelajaran di kelas (Dikti 2004:7).
soal
latihan.
Guru
metode
ceramah
maupun
pembelajaran.
SDN
tujuan dari berbagai program pendidikan adalah
pendidikan
saat
Guru
lapangan
proses
siswa
sesuai
di
Siswa
belum
tidak
tertantang untuk menyelesaikan soal latihan yang terdapat dalam buku paket, sehingga siswa
55
Ani Indriawati /Joyful Learning Journal 2 (1) (2013)
tidak
melakukan
proses
pemecahan
dan
Maka peneliti menetapkan alternatif
penyelesaian soal latihan yang terdapat dalam
tindakan untuk memperbaiki pembelajaran
buku paket. Kemudian, guru meminta siswa
matematika
untuk memperhatikan dan mencermati materi
kualitas
yang ada di buku paket serta menghafal rumus-
pembelajaran
rumus yang telah ditulis di papan tulis. Sebagian
Based Learning (PBL). HS Barrows (dalam
besar murid mulai bosan, kurang antusias dalam
Supinah
mengikuti
itu
pembelajaran berbasis masalah adalah suatu
pembelajaran diakhiri dengan pemberian soal
model pembelajaran yang didasarkan pada
evaluasi berupa soal pemecahan masalah secara
prinsip menggunakan masalah sebagai titik awal
individu. Namun siswa kesulitan mengerjakan
pembelajaran dan integrasi pengetahuan baru.
soal pemecahan masalah yang diberikan, karena
Tan (dalam Amir, 2010:22) mengemukakan
selama pembelajaran berlangsung siswa hanya
bahwa
diberi soal-soal latihan.
karakteristik seperti masalah digunakan sebagai
pembelajaran.
Berdasarkan
Setelah
pembelajaran
yang
terutama
untuk
pembelajaran
dengan
inovatif
2010:
Problem
meningkatkan menerapkan
yaitu model Problem
18)
menyatakan
Based
Learning
bahwa
memiliki
awal pembelajaran, masalah yang digunakan
berlangsung seperti di atas, tampak guru
merupakan
mendominasi proses pembelajaran, guru belum
pembelajarannya kolaboratif, komunikatif, dan
mampu
dalam
kooperatif dengan bekerja dalam kelompok, dan
pembelajaran. Siswa kurang antusias, cenderung
sangat mengutamakan belajar mandiri. Lebih
bosan, tidak memperhatikan penjelasan guru
lanjut, Anitah dkk (2007:12.8) menyebutkan
dan
soal
bahwa masalah yang digunakan mendorong
yang
siswa untuk memberi alasan, berpikir kritis dan
diberikan. Proses pembelajaran seperti di atas
mempertimbangkan bukti-bukti, mencari-cari
yang
proses
dan berbagi informasi yang relevan. Sementara
pembelajaran matematika di kelas tersebut
guru bertugas sebagai fasilitator. Jadi Problem
belum optimal.
Based Learning adalah model pembelajaran yang
mengaktifkan
kesulitan
pemecahan
siswa
dalam
masalah
mengerjakan matematika
mengakibatkan
kualitas
masalah
dengan
dunia
nyata,
Data awal yang diperoleh dari hasil
berpusat pada siswa yang berkaitan dengan
observasi dan evaluasi pembelajaran matematika
penggunaan intelegensi dari dalam diri siswa
pada siswa kelas VA semester I SDN Tambakaji
untuk memecahkan masalah yang berorientasi
05 Semarang menunjukkan bahwa rata-rata dari
masalah dunia nyata atau sesuai pengalaman
tiga nilai ulangan harian matematika masih
sehari-hari
berada di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal
kelompok.
(KKM) yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 55.
pembelajaran matematika dengan model PBL,
Dari 24 siswa, sebanyak 19 (79,17%) siswa
guru tidak menyajikan konsep matematika
belum mencapai KKM dan 5 (20,83%) siswa
dalam bentuk jadi, namun melalui kegiatan
mencapai
pemecahan masalah untuk menemukan konsep
KKM.
Selain
itu,
data
juga
menunjukkan bahwa nilai terendah 24,67 dan
sendiri.
tertingggi 67.
56
siswa
yang
Dengan
dipecahkan
secara
demikian
dalam
Ani Indriawati /Joyful Learning Journal 2 (1) (2013)
Rumusan masalah dalam penelitian ini
dan kesepakatan dengan guru kelas, maka
adalah “Bagaimanakah cara meningkatkan
pengamatan aktivitas siswa akan difokuskan
kualitas pembelajaran matematika pada siswa
pada 9 siswa yang berkemampuan rendah
kelas VA SDN Tambakaji 05 Semarang?”.
didasarkan
Tujuan umum penelitian ini adalah “Untuk
sebelumnya.
meningkatkan
kualitas
pada
hasil
nilai
rata-rata
tes
pembelajaran
Penelitian ini menggunakan rancangan
matematika melalui penerapan model Problem
penelitian tindakan kelas (Classroom based action
Based Learning (PBL) pada siswa kelas VA SDN
research,) menurut Kemmis & Mc Taggart (dalam
Tambakaji 05 Semarang.” Sedangkan tujuan
Arikunto, 2010:137) dengan prosedur penelitian
khusus penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan
menggunakan
peningkatan
dalam
peningkatan yang diharapkan tercapai. Setiap
menyajikan materi, menggunakan media, serta
siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu perencanaan
menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif
tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan
dan optimal dalam pembelajaran matematika
refleksi, dan seterusnya sampai perbaikan atau
melalui penerapan model Problem Based Learning
peningkatan
(PBL) di kelas VA SDN Tambakaji 05
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dalam 2
Semarang, (2) mendeskripsikan peningkatkan
siklus, tiap siklus terdiri atas 2 pertemuan.
keterampilan
guru
beberapa
yang
siklus
sampai
diharapkan
tercapai.
aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika
Sumber data terdiri dari siswa, guru,
melalui penerapan model Problem Based Learning
data dokumen, dan catatan lapangan. Teknik
(PBL) pada siswa kelas VA SDN Tambakaji 05
analisis data yang digunakan adalah kuantitatif
Semarang, (3) meningkatkan hasil belajar dalam
dan kualitatif. Data kuantitatif berupa hasil
pembelajaran matematika melalui penerapan
belajar kognitif. Data kualitatif diperoleh dari
model Problem Based Learning (PBL) pada siswa
hasil
kelas VA SDN Tambakaji 05 Semarang.
menyajikan materi, menggunakan media, serta
observasi
keterampilan
guru
dalam
menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif dan
METODE PENELITIAN
optimal
dan
aktivitas
siswa
dalam
pembelajaran matematika melalui penerapan model
Subyek penelitian ini adalah guru dan
Problem
Based
analisis
yang
siswa kelas VA SDN Tambakaji 05 Semarang
diinterpretasikan
sebanyak 24 siswa yang terdiri atas 13 siswa laki-
kualitatif. Indikator keberhasilan meliputi: (1)
laki dan 11 siswa perempuan. Sukajati (2008: 57-
keterampilan guru dalam menyajikan materi,
58) menyebutkan bahwa pemilihan subyek
menggunakan media, serta menciptakan iklim
penelitian dapat difokuskan pada siswa yang
pembelajaran yang kondusif dan optimal dalam
melakukan banyak kesalahan pada hasil tes dan
pembelajaran matematika melalui penerapan
mempertimbangkan kemudahan subyek dalam
model Problem Based Learning (PBL) dengan
berkomunikasi dengan peneliti. Berdasarkan
kriteria sekurang-kurangnya baik (skor ≥ 40); (2)
hasil observasi awal yaitu hasil pengamatan
aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika
proses pembelajaran matematika, wawancara
melalui penerapan model Problem Based Learning
57
dengan
Learning
deskriptif
Ani Indriawati /Joyful Learning Journal 2 (1) (2013)
(PBL) dengan kriteria sekurang-kurangnya baik
belajar
individual
sebesar
(skor ≥ 20 ); (3) 85 % siswa kelas VA SDN
pembelajaran matematika.
≥
55
dalam
Tambakaji 05 Semarang mengalami ketuntasan dalam
pembelajaran
matematika
dengan
menerapkan model Problem Based Learning pada
HASIL DAN PEMBAHASAN
siswa kelas VA SDN Tambakaji 05 Semarang. Hasil penelitian meliputi keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa 1. Keterampilan Guru Tabel 1 Peningkatan Keterampilan Guru pada Siklus I dan Siklus II No
Indikator keterampilan guru
1 2 3 4 5 6 7 8
Merencanakan pembelajaran Mempersiapkan pembelajaran Membuka pelajaran Mengajukan permasalahan Kualitas materi pembelajaran Materi pembelajaran sesuai kebutuhan siswa Pelayanan pendidikan pada siswa Membimbing pembentukan kelompok Membimbing diskusi kelompok dalam penyelidikan 9 penyelesaian masalah Mengajar kelompok kecil dan perorangan dalam penyelidikan 10 penyelesaian masalah Membimbing siswa mempresentasikan dan menyajikan hasil 11 diskusi 12 Mengajukan pertanyaan 13 Memberikan penguatan 14 Menggunakan variasi media pembelajaran 15 Kualitas media pembelajaran 16 Menutup pelajaran 17 Menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif dan optimal 18 Membangun persepsi dan sikap positif siswa terhadap belajar 19 Memberikan nilai ketaudalan, prakarsa dan kreatifitas 20 Mengevaluasi pembelajaran Jumlah skor rata-rata Kriteria
Skor rataSkor ratarata siklus rata siklus I II 4 4 3,5 4 4 4 3 4 4 4 4 4 2,5 3 3,5 4 3
3,5
3,5
4
3
4
2,5 2 4 4 3,5 3 2,5 2 4 65,5 Sangat baik
3 3 4 4 4 4 3 3,5 4 75 Sangat baik
Dari tabel 1 dapat diketahui bahwa
dengan kriteria sangat baik dan pada siklus II
keterampilan guru mengalami peningkatan dari
meningkat dengan jumlah skor rata-rata 75
siklus I ke siklus II. Pada siklus I keterampilan
dengan kriteria sangat baik.
guru memperoleh jumlah skor rata-rata 65,5
58
Ani Indriawati /Joyful Learning Journal 2 (1) (2013)
2. Aktivitas siswa Tabel 2 Peningkatan Aktivitas Siswa pada Siklus I dan Siklus II No
3,17 3,28 3,22
Skor rata-rata siklus II 3,33 3,5 3,83
2,84 1,95 2,22 3,56 3,06
3,61 2,89 3,33 3,67 3,72
2,95
3,44
3,28 29,5 Baik
3,72 35,05 Sangat baik
Skor ratarata siklus I
Indikator aktivitas siswa
1 2 3 4
Siap dalam kegiatan pembelajaran Berorientasi pada masalah Tertib saat pembentukan kelompok Aktif berdiskusi dalam penyelidikan penyelesaian masalah bersama kelompok 5 Menyajikan hasil karya penyelesaian masalah 6 Menganalisis proses pemecahan masalah 7 Mengerjakan soal evaluasi individu 8 Memiliki persepsi dan sikap positif terhadap belajar 9 Mau dan mampu mendapatkan mengintegrasi dan memperluas pengetahuan, keterampilan dan sikap 10 Mau dan mampu berpikir, bersikap dan bekerja produktif Jumlah skor rata-rata Kriteria Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa
rata aktivitas siswa sebesar 29,5 dengan kriteria
aktivitas siswa dari siklus I ke siklus II
baik dan siklus II skor rata-rata meningkat
mengalami peningkatan. Pada siklus I skor rata-
menjadi 35,05.
3. Hasil belajar kognitif siswa
100 80
71.33 65.63 64.17
83.33 70.83 66.67
74.37
91.67
Siklus I Pert I
60
Siklus I Pert II
40
Siklus II Pert I Siklus II Pert II
20 0 Rata-rata
Ketuntasan klasikal (%)
Gambar 1 Diagram Batang Peningkatan Hasil Belajar Siklus I dan Siklus II Berdasarkan gambar 1 menunjukkan
Learning. Hasil belajar kognitif pada siklus I
bahwa terdapat peningkatan hasil belajar
pertemuan pertama nilai rata-ratanya 64,17
kognitif siswa pada pembelajaran matematika
dengan ketuntasan belajar klasikal sebesar
melalui
66,67 %. Pada siklus I pertemuan kedua nilai
penerapan
model
Problem
Based
59
Ani Indriawati /Joyful Learning Journal 2 (1) (2013)
rata-ratanya 65,63 dengan ketuntasan belajar
pengetahuan untuk mencari solusi dari sebuah
klasikal
masalah (Rusman 2011:232). Selain itu, serta
sebesar
70,83%.
Pada
siklus
II
pertemuan pertama nilai rata-ratanya 71,33
adanya
dengan ketuntasan belajar klasikal 83,33%.
pembelajaran dengan Problem Based Learning
Pada siklus II pertemuan kedua dengan nilai
yaitu membimbing siswa memahami konsep
rata-rata 74,37 dengan ketuntasan belajar
dan menyiapkan situasi masalah dengan pokok
klasikal 91,67 %.
bahasan
Berdasarkan
hasil
pelaksanaan
peran
guru
yang
dalam
diajarkan
pelaksanaan
dan
siswa
mengonstruksi sebanyak mungkin masalah
tindakan siklus I dan II, diperoleh kesimpulan
untuk
dengan menerapkan model Problem Based
pemahaman konsep, aturan, dan teori dalam
Learning
dapat
meningkatkan
kualitas
meningkatkan
memecahkan
masalah
pengembangan (Hamzah
dalam
Rusman 2010:246).
pembelajaran matematika pada siswa kelas VA SDN Tambakaji 05 Semarang. Hal dapat diketahui pada keterampilan guru pada siklus I
SIMPULAN
diperoleh jumlah skor rata-rata 65,5 dengan kriteria sangat baik. Pada siklus II meningkat
Berdasarkan hasil penelitian mengenai
dengan jumlah skor rata-rata 75 dengan kriteria
penerapan model Problem Based Learning untuk
sangat baik. Aktivitas siswa juga mengalami
meningkatkan
peningkatan. Hal ini terlihat pada siklus I
matematika pada siswa
diperoleh jumlah skor rata-rata 29,5 dengan
Tambakaji Semarang, peneliti dapat menarik
kriteria baik. Pada siklus II jumlah skor rata-rata
kesimpulan sebagai berikut:
meningkat menjadi 35,05 dengan kriteria sangat
1. Keterampilan
kualitas
guru
pembelajaran kelas VA SDN
pada
siklus
I
baik. Ketuntasan hasil belajar siswa juga
mendapat jumlah skor rata-rata 65,5
meningkat. Pada akhir siklus I mendapat nilai
dengan kriteria sangat baik, siklus II
rata-rata 64,17 dan ketuntasan belajar klasikal
meningkat dengan jumlah skor rata-rata
sebesar 70,83 %, pada akhir siklus II hasil
75 dengan kriteria sangat baik.
belajar siswa meningkat dengan nilai rata-rata
2. Aktivitas siswa pada siklus I mendapat
74,37 dan ketuntasan belajar klasikal 91,67 %.
jumlah skor rata-rata 29,5 dengan kriteria
Peningkatan kualitas pembelajaran
baik, siklus II meningkat dengan jumlah
terjadi karena penerapan model Problem Based
skor rata-rata 35,05 dengan kriteria
Learning yang diawali dengan pemberian
sangat baik.
masalah
merupakan
3. Hasil belajar siswa pada akhir siklus I
pengalaman sehari-hari siswa (Supinah dan
mendapat nilai rata-rata 64,17 dan
Sutanti, 2010: 19). Karakteristik Problem Based
ketuntasan belajar klasikal sebesar 70,83
Learning berupa belajar adalah kolaboratf,
%, pada akhir siklus II hasil belajar siswa
komukasi, dan kooperatif, serta pengembangan
meningkat dengan nilai rata-rata 74,37
keterampilan inquiry dan pemecahan masalah
dan ketuntasan belajar klasikal 91,67 %.
sama
kepada
pentingnya
siswa
dengan
yang
penguasaan
isi
60
Ani Indriawati /Joyful Learning Journal 2 (1) (2013)
Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Matematika. Jakarta: Badan Penelitian Dan Pengembangan Pusat Kurikulum.
SARAN Guru sebaiknya menerapkan model pembelajaran
yang
sesuai
materi
yang
............................................... 2006. Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 Tanggal 23 Mei 2006. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
diajarkan, merencanakan dan mempersiapkan pembelajaran
dengan
baik,
menggunakan
bahasa yang mudah dipahami oleh siswa dalam menyampaikan materi pembelajaran, dan lebih
.............................................. 2006. Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 Tanggal 23 Mei 2006. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
luwes dalam menyikapi berbagai pendapat siswa agar pembelajaran berjalan dengan optimal dan kondusif. Siswa sebaiknya dapat lebih aktif dalam pembelajaran dan mempunyai
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. 2004. Peningkatan Kualitas Pembelajaran. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
motivasi yang tinggi dalam pembelajaran, sebagai upaya meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa sebaiknya selalu ditingkatkan dengan cara melakukan perbaikan
Herman, Tatang. 2007. Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa SMP. Jurnal Cakrawala Pendidikan: Februari 2007, Th. XXXVI. No 1. Tersedia di http://eprints.uny.ac.id/398/1/pembela jaran_berbasis_masalah.pdf ( di unduh 24 Januari 2012).
terus menerus terhadap proses pembelajaran. DAFTAR PUSTAKA Amir, M. Taufiq. 2010. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning: Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan. Jakarta: Prenada Media Group.
Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta
Supinah dan Titik Sutanti. 2010. Pembelajaran Berbasis Masalah Matematika di SD . Yogyakarta: PPPPTK Matematika.
Anitah, Sri, dkk. 2007. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
61