JENIS PENGETAHUAN DAN UKURAN KEBENARAN Di masa perkembangannya, ilmu telah mengalami banyak kemajauan. Kini telah banyak ditemukan berbagai macam bentuk pengetahuan maupun jenis penerapan ilmu yang ada. Variasi tersebut tentunya perlu untuk diklasifikasikan dan dipahami secara tepat tentang manfaat maupun tujuannya bagi kehidupan. Karena, pengetahuan dan ilmu mempunyai bidang masing-masing berdasarkan jenisnya. Segala hal yang ada di kehidupan manusia tentunya akan dihubungan dengan ukuran kebenaran. Sehingga, ketika seseorang mengatakan kebenaran akan suatu hal maka hal tersebut perlu diukur dan ditentukan kesepakatan tentang seberapa akurat hal tersebut hingga orang lain juga setuju untuk mengetakan hal tersebut sebagai suatu hal yang benar. Jika dilihat dari segi historis, keterkaitan antara filsafat dan ilmu pengetahuan telah mengalami banyak perluasan dan perkembangan yang sangat pesat. Seiring perkembangan tersebut ilmu pengetahuan mengalami banyak kemajuan maupun ilmu-ilmu baru. Sehingga hal tersebut menjadikan ilmu pengetahuan menyebar dalam beberapa spesialisasi tertentu. Tentunya, ilmu pengetahuan juga perlu dibuktikan kebenarannya. Antara ilmu yang satu dengan ilmu yang lainnya saling memiliki keterkaitan. Sebagaimana yang dikatakan oleh Immanuel Kant “Filsafat merupakan disiplin ilmu yang mampu menunjukkan batas-batas dan ruang lingkup pengetahuan manusia secara tepat” (dalam kunto Wibisono dkk, 1997). Oleh karena itu,
diperlukan sesuatu yang perlu dijadikan induk ataupun ibu dari segala ilmu pengetahuan yang ada. Berdasarkan latar belakang tersebut, perlu diadakan pembahasan dalam menjelajahi Jenis Pengetahuan dan Ukuran Kebenaran. Sehingga, manusia dapat memahami secara baik keterkaitan antara ilmu dan filsafatyang selanjutnya akan mempermudah manusia dalam mengaplikasikannya dalam kehidupan.
Defenisi Pengetahuan dan Kebenaran Menurut Encyclopedia of Philosophy, pengetahuan didefenisikan sebagai knowledge is justified true (kepercaayaan yang benar). Jika dilihat secara terminologis, pengetahuan berasal dari bahasa Inggris yakni knowledge. Menurut Drs. Sidi Gazalba, pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti, dan pandai. Pengetahuan itu adalah semua milik atau isi pikiran. Pengetahuan merupakan terminologi generik yang mencakup hal yang diketahui manusia. Dengan demikian pengetahuan adalah kemampuan manusia seperti perasaan, pikiran, pengalaman, pengamatan, serta intuisi yang mampu menenangkapalam dan kehidupannya serta merta mengabstraksikan untuk mencapai suatu tujuan. Pengetahuan dalam arti luas diartikan sebagai semua kehadiran internasional objek dalam subjek. Namun dalam arti sempit dan berbeda dengan imajinasi atau pemikiran belaka, pengetahuan hanya berarti putusan yang benar dan pasti. Secara umum memang tepat jika mengatakan pengetahuan hanya sebagai pengalaman “sadar”. Sebab, tidak mudah untuk melihat suatu pribadi dapat sadar dengan suatu eksistensi tanpa eksisten itu di dalam dirinya. Pada prinsipnya, ilmu merupakan usaha yang dilakukan untuk membentuk sistematika serta mengorganisir common sense sebuah pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman dalam kehidupan manusia. Ilmu bukanlah sebatas pengetahuan saja, melainkan berperan merangkum berbagai pengetahuan sesuai dengan teori-teori yang sudah disepakati secara sistematik melalui metode yang telah diakui sesuai dengan pengklasikasian ilmu tertentu. 1
Rasa ingin tahu akan mendorong manusia untuk berfikir lebih dalam mengetahui pengetahuan yang ada dalam diri mereka. Orang yang pragmatis terutama John Dewey, tidak membedakan pengetahuan dengan kebenaran (antara knowledge dengan truth). Jadi, pengetahuan itu harus benar, jika tidak benar maka hal tersebut merupkan sebuah kontradiksi. Oleh karena itu, perlu adanya sebuah kesepakatan tentang kebenaran. Ilmu merupakan hal yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Dengan adanya ilmu manusia dapat membuat, menciptakan, serta melakukan setiap hal apa pun yang akan memberikan pengaruh yang baik bagi kehidupannya. Ilmu dikatakan sebagai sebuah kebenaran apabila telah diatur secara sitemati dan kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan secara teoritis. Sebagaimana diketahui bahwa sesungguhnya proses berpikir yang dilakukan seseorang merupakan suatu aktifitas untuk menemukan kebenaran. Dalam proses berpikir tersebut perlu memenuhi kriteria kebenaran yang tepat dan bersifat universal. Sehingga, kebenaran itu dapat berlaku bagi siapa saja sebagai hasil pemikiran dari seseorang. Dapat pula disebutkan bahwa kebenaran itu sesungguhnya tak lebih dari kesepakatan bersama bahwa yang dimaksudkannya adalah benar. Hal ini menjadi penting karena Apa yang disebut benar oleh seseorang belum tentu benar bagi orang lain. Di sinilah diperlukan suatu ukuran atau kriteria kebenaran. Hakikat dan Sumber Pengetahuan Manusia merupakan satu-satunya makhluk yang mengembangkan pengetahuannya secara sungguh-sungguh. Sebab, rasa keingintahuan manusia begitu tinggi, sehingga memunculkan pengetahuan mereka terhadap berbagai hal. Peningkatan pengetahuan akan membantu manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Maka pada hakikatnya manusia dalam kehidupan memiliki tujuan tertentu bahkan lebih tinggi daripada hanya sekedar memenuhi kebutuhan maupun keberlangsungan hidup. Pengetahuan membuat manusia memaknai hidupnya dan memanusiakan sesamanya. Oleh sebab itu, setiap manusia memiliki ciri dan karakteristik tersendiri dalam pribadinya masing-masing. Dari waktu ke waktu pengetahuan manusia akan terus bertambah dan berkembang. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya: 1. Adanya bahasa yang dimiliki oleh manusia. Peran bahasa tersebutlah yang nantinya akan membantu manusia dalam menyampaikan pemikiran yang ada dalam dirinya, sehingga mampu untuk mengkomunikasikan hal tersebut kepad orang lain. Dengan bahasa nantinya akan muncul informasi baru bagi mereka yang mendengarnya. 2. Adanya kerangka berpikir. Manusia memiliki kemampuan untuk mengembangkan kemampuan yang ada di dalam diri mereka dengan cepat dan mantap yang dijalan dengan alur terntentu. Hakikat pengetahuan yang sesungguhnya ialah pengetahuan merupakan sebuah keadaan mental (mental state). Berawal dari upaya untuk mengetahui cara menyusun suatu gambaran mengenai fakta-fakta yang diluar akal. Pemikiran tersebutlah yang nantinya membutuhkan sebuah kebenar apakah hal tersebut sesuai dengan fakta-fakta yang ada di kehidupan. Tujuan manusia memiliki pengetahuan adalah: 1. 2. 3. 4.
Memenuhi kebutuhan untuk kelangsungan hidup. Mengembangkan arti kehidupan. Mempertahankan kehidupan dan kemanusiaan itu sendiri. Mencapai tujuan hidup. 2
Tingkatan dan Kriteria Kebenaran 1. Tingkatan Kebenaran Berdasarkan potensi subjek, dapat disusun beberapa tingkatan dalam kebenaran, yaitu: a. Tingkatan kebenaran indera merupakan tingkatan yang paling sederhana serta yang palingawal dialami oleh manusia. b. Tingkatan ilmiah, pengalaman yang telah didapat melalui indera akana diolah menggunakan rasio. c. Tingkatan filosofi, rasio, dan pikir murni, renungan, yang mendalam ketika mengolah kebenaran itu semakin tinggi nilainya. d. Tingkatan religius, merupakan kebenaran mutlak yang bersumber dari Tuhan yang Maha Esa dan dihayati oleh kepribadian dengan integritas dengan iman dan kepercayaan. Manusia terus berusahan mencari kebenaran. Ketika manusia mulai memahami suatu hal, maka sifat asasinya akan terdorong serta semakin berupaya melaksanakan kebenaran yang mereka miliki. Pertentangan batin maupun konflik spilogis akan muncul apabila jika manusia tidak melakukan pembuktian. 2. Kriteria Kebenaran
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Adapun kriteria kebenaran di antaranya: Sesuatu adalah benar apabila memuaskan keinginan dan tujuan manusia. Sesuatu adalah benar apabila dapat diuji benar dengan eksperimen. Bisa mendorong atau membantu perjuangan biologus untuk tetap ada. Logis Proposisi yang koheren dengan kebenaran lainnya. Pengertian akan kepastian yang digunakan dalam pembicaraan umum, dimana hal itu diartikan sebagai kepastian yang didasarkan pada penalaran yang tidak dapat diragukan dan dianggap salah.
Teori Kebenaran
1. 2. 3. 4.
Ada empat teori kebenaran dalam filsafat, di antaranya: Korespondensi, merupakan hal yang dianggap benar jika terdapat kesesuaian arti dengan hal (objek) yang dituju. Koherensi (konsistensi), suatu hal bisa dianggap benar apabila menampak kan hasil yang sama dalam setiap kali ujicoba yang dilakukan. Pragmatis, sutu hal bisa dikatakan sebagai sebuah kebenaran apabila mempunyai kejelasan manfaat bagi manusiadan kehidupannya. Religius sebagai kebenaran mutlak, merupakan kebenaran yang muncul dari Tuhan serta hanya Tuhan lah yang memilikinya.
Mengklasifikasikan Hirearki Ilmu
3
Secara umum ada tiga hal yang mendasari penyusunan hirearki ilmu-ilmu metodologis, ontologis, dan etis. Pada umumnya, ketiga criteria ini telah diterima oleh para ilmuan muslim. Ada beberapa pendapat mengenai pengklasifikasian ilmu. Seperti halnya pendapat yangdikemukakan oleh Al-Farabi, beliau mengklasifikasikan ilmu secara filosofis kedalam beberapa wilayah yaitu, ilmu matematis, ilmu politik, ilmu metafisika, ilmu alam, dan yurisprudensi (teologi dialektis). Al Farabi membuat perincian ilmu-ilmu religious (Ilahiyah) dalam bentuk kalam dan fiqih langsung mengikuti perincian ilmu-ilmu filosofi. Namun, Al-Ghazali secara filosofis membagi ilmu ke dalam syati;iyyah dan ilmu aqliyyah. Menurut Al-Ghazali, ilmu yang terakhir ini dapat disebut sebagai ilmu ghair syar’iyyah. Ilmu non filosofis dipandang sinonim dengan ilmu religious, sebab menurut anggapan beliau ilmu berkembang dalam suatu peradaban yang memiliki syari’ah. Klasifikasi Al-Ghazali tentang ilmu syari’ah dan ilmu aqliyyah: 1. Ilmu Syar’iyyah, di antaranya: a. Ilmu tentang prinsip-prinsip dasar (al-ushul), meliputi Ilmu tentang keesaan Tuhan, kekenabian, akhirat (eskatologis), serta ilmu tentang sumber pengetahuan religious. b. Ilmu tentang cabang-cabang (luru’), meliputi ilmu yang membahas tentangf kewajiban manusia kepada Tuhan (ibadah), ilmu yang membahas tentang kewajiban manusia kepada masyarakat, dan ilmu tentang kewajiban manusia kepada jiwanya sendiri (ilmu akhlak). 2. Ilmu Aqliyyah, di antaranya a. Matematika yang mencakup aritmatika, geometri, astronomi, astrologi, dan music b. Logika c. Fisika yang mencakup kedokteran, metereologi, mineralogy, dan kimia. d. Ilmu metafisik Klasifikasi tersebut dirumuskan berdasarkan ilmu Al-Ghazali dalam AlRisalahAl-Ladunniyah dan The Book of Knoeledge, yakni berupa sintesis dari kedua buku tersebut dalam topic klasifikasi-klasifikasi Al-Ghazali. Sementara, menurut Mohammad Hatta (1964) membagi ilmu pengetahuan ke dalam : 1. Ilmu Alam (teoritika dan praktika). 2. Ilmu Sosial (teoritika dan praktika). 3. Ilmu Kultur (kebudayaan). A.M. Ampere berpendapat bahwa pembagian ilmu pengetahuan sebaiknya didasarkan pada objeknya atau sasaran persoalannya, menjadi dua, yakni: 1. Ilmu yang cosmologis, yaitu ilmu yang objek materilnya bersifat jasadi, seperti fisika, kimia dan ilmu hayat. 2. Ilmu yang noologis, yaitu ilmu yang objek materialnya bersifat rohaniah seperti ilmu jiwa. Pembagian ilmu sebagaimana dikemukakan di atas mesti dipandang sebagai kerangka dasar pemahaman, hal ini tidak lain karena pengetahuan manusia terus berkembang sehingga memungkinkan tumbuhnya ilmu-ilmu baru, sehingga pengelompokan ilmu pun akan terus bertambah seiring dengan perkembangan tersebut, yang jelas bila dilihat dari objek materialnya ilmu dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok saja, yaitu ilmu yang mengkaji/menelaah alam dan ilmu yang menelaah manusia, sementara variasi penamaannya tergantung pada objek formal dari ilmu itu sendiri. Kesimpulan 4
Pengetahuan merupakan terminologi generik yang mencakup hal yang diketahui manusia. Dengan demikian pengetahuan adalah kemampuan manusia seperti perasaan, pikiran, pengalaman, pengamatan, serta intuisi yang mampu menenangkapalam dan kehidupannya serta merta mengabstraksikan untuk mencapai suatu tujuan. Hakikat pengetahuan yang sesungguhnya ialah pengetahuan merupakan sebuah keadaan mental (mental state). Berawal dari upaya untuk mengetahui cara menyusun suatu gambaran mengenai fakta-fakta yang diluar akal. Pemikiran tersebutlah yang nantinya membutuhkan sebuah kebenar apakah hal tersebut sesuai dengan fakta-fakta yang ada di kehidupan.
Berdasarkan potensi subjek, dapat disusun beberapa tingkatan dalam kebenaran, yaitu: a. Tingkatan kebenaran indera. b. Tingkatan ilmiah. c. Tingkatan filosofi. d. Tingkatan religious.
1. 2. 3. 4.
Dalam filsafat ada beberapa teori kebenaran yang kita kenal, di antaranya: Korespondensi. Koherensi (konsistensi). Pragmatis. Religius sebagai kebenaran mutlak, merupakan kebenaran yang muncul dari Tuhan serta hanya Tuhan lah yang memilikinya.
Klasifikasi Al-Ghazali tentang ilmu syari’ah dan ilmu aqliyyah: 1. Ilmu Syar’iyyah, di antaranya: a. Ilmu tentang prinsip-prinsip dasar (al-ushul), meliputi Ilmu tentang keesaan Tuhan, kekenabian, akhirat (eskatologis), serta ilmu tentang sumber pengetahuan religious. b. Ilmu tentang cabang-cabang (luru’), meliputi ilmu yang membahas tentangf kewajiban manusia kepada Tuhan (ibadah), ilmu yang membahas tentang kewajiban manusia kepada masyarakat, dan ilmu tentang kewajiban manusia kepada jiwanya sendiri (ilmu akhlak). 2. Ilmu Aqliyyah, di antaranya a. Matematika yang mencakup aritmatika, geometri, astronomi, astrologi, dan music b. Logika c. Fisika yang mencakup kedokteran, metereologi, mineralogy, dan kimia. d. Ilmu metafisik
DAFTAR PUSTAKA Prof. Dr. Amsal Bakhtiar, M. (2010). Filsafat Ilmu. Jakarta: Pt RajaGrafindo Persada. http://hamzah-harun.blogspot.com/2012/02/klasifikasi-dan-hirarki-ilmu.html http://id.scribd.com/doc/56502731/Pengetahuan-Dan-Ukuran-Kebenaran http://afidburhanuddin.wordpress.com/2012/11/14/ilmu-pengetahuan-dan-ukuran-kebenaran/ http://www.slideshare.net/mira_punya/teori-filsafat-ilmu http://dirgantarawicaksono.blogspot.com/2013/04/kriteria-kebenaran-dalam-filsafat.html http://catatan-anakfikom.blogspot.com/2012/04/kriteria-cara-menemukan-kebenaran.html Oleh: Madu Restu Agesty
(Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Ilmu dengan dosen Afid Burhanuddin, M.Pd.) 5