Hafidz Abdurrahman: Mereka tak Yakini Kebenaran Islam Tuesday, 04 May 2010 01:22
{mosimage}
Hafidz Abdurrahman Ketua Lajnah Tsaqafiyah DPP HTI
Penghinaan secara halus terhadap Nabi Muhammad SAW dilakukan oleh Luthfi Assyaukanie, salah satu gembong kelompok liberal dalam sidang Uji Materiil UU Penistaan Agama beberapa waktu lalu di Mahkamah Konstitusi. Apakah ini penistaannya yang pertama? Adakah penistaan lain yang ia lakukan sebelumnya? Untuk menjawab itu wartawan Media Umat Joko Prasetyo mewawancarai Ketua Lajnah Tsaqafiyah DPP HTI Hafidz Abdurrahman. Berikut petikannya.
Layakkah Lia Eden diumpamakan seperti Nabi Muhammad SAW?
Jelas tidak layaklah. Ini tidak apple to apple, atau orang pesantren bilang, baina as-sama' wa qa'r al-bi'r (antara langit dan dasar sumur).
Tapi mengapa Luthfi As Syaukanie membandingkan Lia Eden dengan Nabi Muhammad SAW?
Menurut pengakuan dia, seperti yang dilansir media, itu adalah contoh ekstrim, ketika agama baru muncul, pasti ada perlawanan dari para penganut agama lama. Bukan hendak menuduh Nabi melakukan penyimpangan. Meski begitu, menurut saya, tetap berbeda konteksnya antara perlawanan penganut agama lama kepada Nabi, dengan perlawanan umat Islam kepada Lia Eden.
Pertama, apa yang dialami Nabi merupakan sunnah yang dialami oleh setiap Nabi dan Rasul,
1/5
Hafidz Abdurrahman: Mereka tak Yakini Kebenaran Islam Tuesday, 04 May 2010 01:22
sebagaimana dinyatakan dalam Alquran. Sementara apa yang dialami Lia Eden adalah akibat dari ulahnya menodai dan menistakan Islam.
Kedua, Nabi Muhammad itu adalah Nabi dan Rasul, sehingga berlakulah sunnah kenabian, tetapi Lia Eden itu jelas bukan. Ini kalau memang benar faktanya begitu.
Tapi, kalau kita cermati ucapan Luthfi, menurut hemat saya, tidak murni seperti itu. Itu kira-kira hanya alibi. Karena pikiran dia, sama seperti pikiran yang dituangkan dalam naskah gugatan Tim Advokasi Kebebasan Beragama.
Di situ jelas dinyatakan, bahwa Islam dianggap sempalan Kristen dan Yahudi. Dengan begitu, juga bisa dipahami, bahwa Nabi Muhammad SAW itu telah melakukan penyimpangan terhadap kedua agama sebelumnya.
Nah, kalau ini yang dimaksud, maka konteks penyamaan Nabi SAW dengan Lia Eden, berarti menganggap Nabi SAW dan Lia Eden sama-sama telah melakukan penyimpangan. Na'udzubillah. Dan, kalau seperti itu maksudnya, tentu Luthfi sudah tidak yakin lagi dengan Islam dan Nabi Muhammad SAW.
Adakah unsur pelecehan atau desakralisasi Nabi Muhammad SAW oleh Luthfi dalam perumpamaan tersebut?
Kalau dasarnya sudah tidak percaya, baik kepada Islam maupun Nabi Muhammad SAW, tentu pelecehan itu ada. Wong sudah tidak percaya. Tetapi, terlepas dari maksudnya melecehkan atau tidak, sebenarnya ucapan itu menurut saya, bukan saja ngawur, tetapi menunjukkan kebodohan Luthfi, dkk. yang luar biasa.
Selain kasus di MK tersebut bisa disebutkan beberapa pelecehan atau penistaan lainnya yg dilakukan Luthfi, dkk.?
2/5
Hafidz Abdurrahman: Mereka tak Yakini Kebenaran Islam Tuesday, 04 May 2010 01:22
Wah banyak sekali…
Beberapa contohnya…
Luthfi, misalnya, pernah mengatakan, "Pada gilirannya, perangkat dan konsep-konsep Agama seperti Kitab Suci, Nabi, Malaikat, dan lain-lain tak terlalu penting lagi…..” (Kompas, 3/09/2005).
Tidak hanya itu, bersama sejumlah rekannya, dia juga menggugat apa yang disebutnya dengan sakralisasi Alquran. Bahkan, mereka telah membuat buku Dekonstruksi Alquran, yaitu bagaimana menyusun kembali Alquran versi mereka.
Tidak cukup mendekonstruksi Alquran, mereka bahkan tidak lagi meyakini kemurnian Alquran sebagai firman Allah. M. Guntur Romli, misalnya, dalam artikelnya, Pewahyuan Alquran: Antara Budaya dan Sejarah (Koran Tempo, 4/5/2007), menyatakan, "Alquran adalah karya bersama yang merupakan hasil gotong royong antara Allah, malaikat Jibril dan Nabi Muhammad".
Dia juga menyatakan, "Alquran terpengaruh dengan keyakinan Ebyon, sekte Kristen minoritas yang tidak mengakui Nabi Isa mati disalib.” Tidak hanya itu, "Alquran adalah suntingan dari kitab sebelum-sebelumnya, yang disesuaikan dengan kepentingan penyuntingnya. Alquran tidak bisa melintasi konteks dan sejarah, karena ia adalah wahyu budaya dan sejarah.” katanya.
Lebih naif lagi, dia katakan, "Kenabian Muhammad telah disiapkan oleh kaum Kristen. Khadijah adalah Santa Kristen.” Tidak cukup menghina Nabi, dia pun menghina Khalifah 'Umar, "Umar ibnu Al-Khaththab adalah pelaku anal seks." (Kompas, 1/9/2007).
Mereka tidak saja mengingkari perkara fundamental agama (ushuluddin), tetapi juga cabang (far'u ad-din), seperti pandangan Ulil Abshar Abdala, "Menurut saya, tidak ada yang disebut Hukum Tuhan dalam pengertian seperti yang dipahami orang Islam. Misalnya Hukum
3/5
Hafidz Abdurrahman: Mereka tak Yakini Kebenaran Islam Tuesday, 04 May 2010 01:22
Tuhan tentang pencurian, jual-beli, pernikahan, pemerintahan dan lain-lain.” (Kompas, 18/11/ 2002).
Menurutnya, "Negara Sekuler lebih unggul daripada Negara Islam ala fundamentalis, sebab Negara Sekuler bisa menampung energi kesalihan dan energi kemaksiatan sekaligus.” (Tempo, edisi 19-25/11/ 2002).
Karena itu, mereka pun tegas-tegas membela Ahmadiyah, yang jelas menodai ajaran Islam. Membela sekte Salamullah, pimpinan Lia Eden, yang juga jelas-jelas menodai Islam. Mereka juga anti syariah, menolak formalisasi syariah, dan mendukung pornografi dan pornoaksi.
Sebenarnya apa yang mereka inginkan dengan melakukan itu semua?
Alasan mereka, sebagaimana mereka lansir dalam buku-buku dan situs-situs mereka, katanya, untuk membuka pintu ijtihad pada semua dimensi Islam. Menurut mereka, jika ijtihad ditutup, atau dibuka secara terbatas, maka akan menyebabkan pembusukan Islam.
Maka, harus dibuka sepenuhnya, baik segi muamalat (interaksi sosial), ubudiyyat (ritual), dan ilahiyyat (teologi). Selain itu, mereka juga mempunyai keyakinan, bahwa kebenaran itu bersifat relatif, terbuka dan plural, tidak tunggal.
Karena itu, tidak boleh ada monopoli tafsir kebenaran. Termasuk perlunya tafsir yang memihak kepentingan pihak minoritas, seperti non-Muslim. Mereka juga meyakini kebebasan beragama, dan karenanya harus mendapatkan tempat dan penghargaan.
Namun, yang lebih esensial adalah keinginan mereka untuk memisahkan otoritas duniawi dan ukhrawi, otoritas keagamaan dan politik. Dengan kata lain, sekulerisasi kehidupan umat Islam.
4/5
Hafidz Abdurrahman: Mereka tak Yakini Kebenaran Islam Tuesday, 04 May 2010 01:22
Kenyelenehan mereka ini murni dari mereka atau merupakan bagian dari agenda kafir Barat?
Inti dari semuanya itu adalah sekulerisasi umat Islam dan penghancuran konstruksi keyakinan dan praktik keberagamaan umat Islam. Jika tidak bisa, paling tidak Islam bisa dikompromikan dengan kepentingan Barat, atau umat Islam bisa menerima pandangan hidup Barat, dan tidak alergi, apalagi memusuhi.
Padahal, dengan semuanya itu, umat Islam akan tetap bisa dengan mudah dijajah. Jadi, jika kita tarik benang merahnya, semuanya itu adalah proyek penjajahan di dunia Islam.[]
5/5