KARYA TULIS ILMIAH
HASIL TINJAUAN TINGKAT KELULUSAN PESERTA UJIAN SERTIFIKASI PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH YANG DILAKSANAKAN OLEH BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH (BKD) PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PADA TANGGAL 24 MARET 2016
OLEH TATANG SONTANI, SKM NIP. 19820127 200501 1 005 FUNGSIONAL PENGELOLA PENGADAAN BARANG/JASA PERTAMA
PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH TAHUN 2016
i
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb. Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan nikmat yang telah diberikan-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat melaksanakan dan menyelesaikan karya tulis ilmiah ini yang berjudul “Hasil Tinjauan Tingkat Kelulusan Peserta Ujian Sertifikasi Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Yang Dilaksanakan Oleh Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada Tanggal 24 Maret 2016”, sebagai salah satu persyaratan kenaikan pangkat dan jabatan harus terpenuhi angka kredit pada unsur pengembangan profesi Jabatan Fungsional Pengelola Pengadaan Barang/Jasa dan angka kredit tersebut dapat diperoleh dari membuat Karya Tulis Ilmiah (KTI.
Penulis menyadari bahwa penyusunan karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan kemampuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca guna kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Penulis berharap semoga karya tulis ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Amin.
Pangkalpinang,
Oktober 2016
Penulis
Tatang Sontani, SKM
v
ABSTRAK KARYA TULIS ILMIAH,
OKTOBER 2016
TATANG SONTANI HASIL TINJAUAN TINGKAT KELULUSAN PESERTA UJIAN SERTIFIKASI PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH YANG DILAKSANAKAN OLEH BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH (BKD) PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PADA TANGGAL 24 MARET 2016 (XIII + 36 Halaman, 8 Tabel, 6 Lampiran) Kegiatan pengadaan merupakan salah satu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dengan pemerintahan, seperti yang kita ketahui setiap instansi pemerintah baik itu pusat maupun daerah bisa dapat dipastikan ada kegiatan pengadaan. Baik itu untuk kegiatan operasional sehari-hari maupun kegiatan-kegiatan yang non rutin. Untuk melegitimasi seseorang itu telah memahami aturan, maka seorang pejabat pengadaan /anggota Pokja ULP yang berwenang melaksanakan pengadaan harus memiliki sertifikat keahlian Pengadaan barang/jasa. Begitu juga dengan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) wajib harus memiliki sertifikat keahlian Pengadaan barang/jasa sesuai dengan Perpres 54 tahun 2010. Didapatkan persentase kelulusan peserta ujian pengadaan barang/jasa pemerintah pada tanggal 24 Maret 2016 sangat rendah yaitu 14,58 % atau 7 orang dari 48 peserta, melihat masalah ini maka peneliti ingin mengetahui gambaran persentase kecenderungan faktor penyebab rendahnya tingkat kelulusan yang dilaksanakan pada tanggal tersebut”. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran (persentase dan penilaian) kecenderungan hubungan sarana pembelajaran pendidikan latihan, proses pembelajaran pendidikan latihan, Pengajar, Peserta (Motivasi), Kondisi saat ujian, Passing grade (nilai ambang batas) kelulusan dengan tingkat kelulusan peserta ujian sertifikasi Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Penelitian ini bersifat deskriptif. Populasi dan sampel seluruh Peserta Ujian Sertifikasi Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah pada tanggal 24 Maret 2016. Analisa data diolah dengan Skala Likert yang merupakan suatu skala psikometrik yang umum digunakan dalam kuesioner. Hasil penelitian ini terhadap Kondisi Sarana Pembelajaran adalah Cukup (persentase index 58,3 %), Proses Pembelajaran adalah Cukup (persentase index 57,9 %), Pengajar adalah Baik (persentase index 64,1 %), Peserta (Motivasi) karena terpaksa sehingga sengaja tidak meluluskan diri adalah Sangat Setuju (persentase index 80,4 %), Kondisi Peserta Saat Ujian adalah Baik (persentase index 68,3 %), Passing Grade/Nilai Kelulusan yaitu sangat sulit dalam menjawab pertanyaan soal-soal ujian adalah Setuju (persentase index 76,2 %) Disarankan peserta ujian sertifikasi pengadaan barang/jasa pemerintah harus penuh dengan kesungguhan dan serius dalam mempelajari mengenai pengadaan barang/jasa pemerintah karena kesalahan dalam melaksanakan pengadaan barang/jasa pemerintah konsekuensi hukum sangat tinggi dan selalu aktif mengupdate informasi terbaru karena peraturan pengadaan barang/jasa pemerintah selalu berubah-ubah. Daftar Pustaka: 8 (1932-2016)
vi
DAFTAR ISI
Halaman Sampul Depan
…….……………………………………………
i
Halaman Sampul Dalam
………………………………………...……….
ii
Halaman Surat Pengesahan
…...……………………………………..………
iii
Halaman Surat Pernyataan
…...……………………………………..………
iv
Kata Pengantar
…...……………………………………..………
v
Abstrak
…....……………………………………………
vi
Daftar Isi
…………………………………………………
vii
Daftar Tabel
………....………………………………………
x
Daftar Lampiran
…………………………………………………
xi
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang ......................................................................
1
B. Rumusan Masalah …..………….………………………….
2
C. Tujuan Penelitian ..…………………………………………
2
1. Tujuan Umum ..…………………………………………........
2
2. Tujuan Khusus …………………….……………………........
2
D. Manfaat Penelitian ..……………………………….……….
3
1. Bagi Peneliti ..…………………………………………….
3
2. Bagi Tempat Penelitian ...............………………………...
4
E. Hipotesis ...........................………………………………….
4
TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Sertifikasi Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah ......................…………………………………....
6
B. Faktor Penyebab Rendahnya Kelulusan Ujian Sertifikasi Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah ....................................
7
1. Sarana Pembelajaran Pendidikan dan Pelatihan ................
8
2. Proses Pembelajaran Pendidikan dan Pelatihan .................
9
vii
3. Pengajar Pendidikan dan Pelatihan ....................................
10
4. Peserta Pendidikan dan Pelatihan .......................................
10
5. Saat Ujian Sertifikasi Pengadaan Barang/Jasa
BAB III
BAB IV
Pemerintah .........................................................................
11
6. Passing Grade (Nilai Ambang Batas) Kelulusan ...............
11
METODOLOGI PENULISAN A. Jenis Penelitian ..……………….………………….…………
12
B. Lokasi Penelitian ……………………….……........................
12
C. Objek Penulisan Karya Tulis Ilmiah ….…………………...
12
1. Populasi .................…….………………………………….
12
2. Sampel ...................……………………………..................
13
D. Pengumpulan Data ….............………………………………
13
E. Pengolahan dan Analisa Data …...…………….....................
13
1. Editing …..……………...………………………................
13
2. Coding ……...……………………………………………..
14
3. Tabulating ..………………………………………………..
14
4. Analisa Data …..…………………………………………..
14
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Keterbatasan Penelitian ....………………………………….
16
1. Jenis Penelitian .…………………………………………..
16
2. Jenis Informasi ..…………………………………….…….
16
B. Hasil Penelitian …...................................................................
17
1. Sarana Pembelajaran Pendidikan dan Pelatihan ................
17
2. Proses Pembelajaran Pendidikan dan Pelatihan .................
18
3. Pengajar Pendidikan dan Pelatihan ....................................
19
4. Peserta (Motivasi) Pendidikan Pelatihan dan Ujian Sertifikasi Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah .................
21
5. Kondisi Saat Ujian Sertifikasi Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah .........................................................................
22
6. Passing Grade / Nilai Kelulusan ........................................
24
viii
C. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................
25
1. Sarana Pembelajaran Pendidikan dan Pelatihan ................
25
2. Proses Pembelajaran Pendidikan dan Pelatihan .................
27
3. Pengajar Pendidikan dan Pelatihan ....................................
28
4. Peserta (Motivasi) Pendidikan Pelatihan dan Ujian Sertifikasi Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah .................
29
5. Kondisi Saat Ujian Sertifikasi Pengadaan Barang/Jasa
BAB V
Pemerintah .........................................................................
31
6. Passing Grade / Nilai Kelulusan ........................................
31
PENUTUP A. Kesimpulan …..…………....…………………………………
34
B. Saran .…..…………....………………………………………..
35
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
No.
Judul Tabel
Halaman
Tabel 3.1. Bobot Nilai ...............………………………………………….... 14 Tabel 3.2. Presentase Nilai (Rumus Interval) ......……………………….... 15 Tabel 4.1. Hasil Jawaban Responden Terhadap Variabel Sarana Pembelajaran Pendidikan dan Pelatihan ..…………………….... 17 Tabel 4.2. Hasil Jawaban Responden Terhadap Variabel Proses Pembelajaran Pendidikan dan Pelatihan ..…………………….... 18 Tabel 4.3. Hasil Jawaban Responden Terhadap Variabel Pengajar Pendidikan dan Pelatihan ........................…………………….... 20 Tabel 4.4. Hasil Jawaban Responden Terhadap Variabel Peserta (motivasi) Pendidikan dan Pelatihan ........................…………………….... 21 Tabel 4.5. Hasil Jawaban Responden Terhadap Variabel Kondisi Peserta Saat Ujian Sertifikasi Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah ........ 22 Tabel 4.6. Hasil Jawaban Responden Terhadap Variabel Passing Grade/ Nilai Kelulusan Sertifikasi Pengadaan Barang/Jasa .................. 24
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Ucapan Terimakasih
Lampiran 2
Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 3
Kuesioner (Instrumen Penelitian)
Lampiran 4
Surat Permintaan Data Pembuatan Karya Tulis Ilmiah (KTI)
Lampiran 5
Copy Berita Acara Hasil Ujian Sertifikasi Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Berbasis Komputer LKPP
Lampiran 6
Surat Permohonan Bantuan Pengisian Kuesioner Penelitian
xi
RIWAYAT HIDUP
Tatang Sontani lahir di Palembang pada tanggal 27 Januari 1982, penulis beragama Islam anak pertama dari pasangan Bapak Hasbullah Rahman dan Ibu Yaroni yang beralamat di Jalan Perum PNS Pemprov Bangka Belitung RT.03 No. 36 Desa Padang Baru Kec. Pangkalan Baru Kabupaten Bangka Tengah.
Masuk pendidikan SD Negeri 85 Palembang dan lulus pada tahun 1993, melanjutkan di SLTP Negeri 08 Palembang lulus pada tahun 1996, selanjutnya melanjutkan ke SMU Negeri 14 Palembang lulus pada tahun 1999 dan melanjutkan ke Diploma Satu Kesehatan Lingkungan atau Sekolah Pembantu Penilik Hygiene (SPPH) Pemda Sumatera Selatan lulus pada tahun 2000, setelah itu melanjutkan ke Politeknik Kesehatan Tanjungkarang Departemen Kesehatan RI jurusan kesehatan lingkungan lulus pada tahun 2003, Kemudian pada tahun 2008 melanjutkan Pendidikan Strata I pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Masyarakat Abdi Nusa Pangkalpinang dan tercatat pada Program Studi Kesehatan Masyarakat.
Mulai bekerja sebagai CPNS tahun 2005 dan penugasan pertama kali di Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, di Instansi tersebut Pengalaman di bidang pengadaan barang/jasa sebagai panitia penerima barang tahun 2006, Panitia Lelang 2007 s/d 2009, kemudian dipindah tugaskan di Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 2010, pengalaman di bidang pengadaan barang/jasa sebagai panitia penerima hasil pekerjaan 2011 s/d 2012, sebagai PPTK tahun 2012 s/d 2013, sebagai Pokja di Unit Layanan Pengadaan pada tahun 2015, serta sebagai Pejabat Pengadaan 2014 s/d sekarang.
xii
UCAPAN TERIMAKASIH
Segala Puja dan Puji di persembahkan Tuhan Pencipta semua Alam ini Allah SWT, Dengan Penuh Rasa Syukur atas Karunia dan Kehadirat-Nya,
Dalam proses
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis mendapatkan banyak bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak NAJAMUDIN, SH., selaku Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. 2. Bapak Drs. H. TARMIN, M.Si selaku Kepala Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. 3. Ibu Ir. Hj. ELFIYENA selaku Kepala Biro Pembangunan Setda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. 4. Seluruh rekan-rekan peserta ujian sertifikasi pengadaan barang/jasa pemerintah pada tanggal 24 Maret 2016 yang tidak dapat disebutkan satu-persatu namanya. 5. Seluruh rekan pegawai Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu. 6. Seluruh teman sejawat Ikatan Fungsional Pengadaan Indonesia (IFPI). 7. Isteriku tercinta dan kedua putriku tersayang yang selalu memberikan dorongan baik moril maupun materil. 8. Ayahanda dan ibunda tercinta yang selalu memberikan do’a restu baik secara moril maupun materil. 9. Semua rekan-rekan yang terlibat yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
xiii
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kegiatan pengadaan merupakan salah satu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dengan pemerintahan, seperti yang kita ketahui setiap instansi pemerintah baik itu pusat maupun daerah bisa dapat dipastikan ada kegiatan pengadaan. Baik itu untuk kegiatan operasional sehari-hari maupun kegiatan-kegiatan yang non rutin. Dalam melaksanakan kegiatan pengadaan tersebut, tentu tak lepas dari regulasi yang mengaturnya, yaitu Peraturan Presidan nomor 54 tahun 2010 dan sebagaimana telah diubah pada perubahan terakhir pada Peraturan Presiden nomor 4 tahun 2015. Hal ini karena berdasar pasal 2 ayat 2 ruang lingkup pelaksanaannya adalah dana yang sebagian atau seluruhnya berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan / Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Pengadaan yang berasal dari dana APBN/APBD dibuatkan regulasi/aturan sedemikian rupa dengan maksud untuk meminimalisir penyalahgunaan dana tersebut, karena pada dasarnya dana APBN/APBD adalah dana seluruh rakyat Indonesia. Sehingga, pelaksana pengadaan haruslah orang yang mengetahui dan memahami dengan benar aturan yang menjadi acuan pengadaan. Untuk melegitimasi seseorang itu telah memahami aturan, maka berdasarkan pasal 17 ayat 1 (e) seorang pejabat pengadaan /anggota Pokja ULP yang berwenang melaksanakan pengadaan harus memiliki sertifikat keahlian Pengadaan barang/jasa. Begitu juga dengan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) wajib harus memiliki sertifikat keahlian Pengadaan barang/jasa sesuai dengan Perpres 54 tahun 2010 pasal 12 ayat 2 point g. Sertifikat keahlian Pengadaan Barang/Jasa tersebut diperoleh dengan melalui ujian yang diselenggarakan oleh Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP). Adapaun sebelum seseorang itu dapat mengikuti ujian sertifikasi tersebut diharuskan mengikuti pelatihan Pengadaan Barang/Jasa terlebih dahulu, untuk menyamakan persepsi atas aturan tersebut. Mengikuti dengan perkembangan teknologi, sekarang LKPP menyelenggarakan ujian pengadaan 1
2
barang/jasa pemerintah berbasis komputer (UBK). Sehingga sekarang dapat meminimalisir tingkat kecurangan dan meningkatkan efektifitas dan efisiensi. Akan tetapi upaya LKPP sebagai instansi pembina pengadaan barang/jasa pemerintah tidak berbanding lurus dengan jumlah peserta yang lulus ujian pada setiap ujian pengadaan barang/jasa pemerintah, berdasarkan data Biro Pembangunan Sekretariat Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ujian yang dilaksanakan pada tanggal 24 Maret 2016 yang sebagai pelaksana ujian adalah Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, yang mana sebelum pelaksana ujian seluruh peserta mendapatkan pendidikan dan pelatihan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah selama 3 (tiga) hari dengan narasumber dari LKPP RI, setelah pelaksanaan ujian didapatkan persentase kelulusan peserta ujian pengadaan barang/jasa pemerintah pada tanggal 24 Maret 2016 sangat rendah yaitu 14,58 % atau 7 orang dari 48 peserta. B. Rumusan Masalah Berdasarkan data-data pada latar belakang diatas maka peneliti ingin mengetahui gambaran persentase kecenderungan faktor penyebab rendahnya “Tingkat Kelulusan Peserta Ujian Sertifikasi Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah di Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang dilaksanakan pada tanggal 24 Maret 2016.” C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaran (persentase dan penilaian) penyebab rendahnya “Tingkat Kelulusan Peserta Ujian Sertifikasi Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah di Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang dilaksanakan pada tanggal 24 Maret 2016”. 2. Tujuan Khusus a.
Untuk mengetahui gambaran (persentase dan penilaian) kecenderungan hubungan sarana pembelajaran pendidikan pelatihan dengan “Tingkat Kelulusan Peserta Ujian Sertifikasi Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah di
3
Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang dilaksanakan pada tanggal 24 Maret 2016”. b.
Untuk mengetahui gambaran (persentase dan penilaian) kecenderungan hubungan proses pembelajaran pendidikan pelatihan dengan “Tingkat Kelulusan Peserta Ujian Sertifikasi Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah di Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang dilaksanakan pada tanggal 24 Maret 2016”.
c.
Untuk mengetahui gambaran (persentase dan penilaian) kecenderungan hubungan pengajar pendidikan pelatihan dengan “Tingkat Kelulusan Peserta Ujian Sertifikasi Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah di Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang dilaksanakan pada tanggal 24 Maret 2016”.
d.
Untuk mengetahui gambaran (persentase dan penilaian) kecenderungan hubungan peserta pendidikan pelatihan (motivasi) dengan “Tingkat Kelulusan Peserta Ujian Sertifikasi Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah di Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang dilaksanakan pada tanggal 24 Maret 2016”.
e.
Untuk mengetahui gambaran (persentase dan penilaian) kecenderungan hubungan kondisi saat ujian peserta dengan “Tingkat Kelulusan Peserta Ujian Sertifikasi Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah di Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang dilaksanakan pada tanggal 24 Maret 2016”.
f.
Untuk mengetahui gambaran (persentase dan penilaian) kecenderungan hubungan passing grade (nilai ambang batas) kelulusan dengan “Tingkat Kelulusan Peserta Ujian Sertifikasi Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah di Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang dilaksanakan pada tanggal 24 Maret 2016”.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti
4
Bagi peneliti untuk bahan pembelajaran dan pemenuhan angka kredit dalam bidang unsur pengembangan profesi. 2. Bagi Tempat Penelitian Bagi Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebagai bahan masukan dalam menyusun dan memperbaiki rencana program pendidikan dan pelatihan pengadaan barang/jasa. E. Hipotesis Berdasarkan rumusan tujuan penelitian, maka hipotesis penelitian yang dibuat dalam penulisan ini : 1.
Kecenderungan faktor tingkat kelulusan peserta ujian sertifikasi pengadaan barang/jasa pemerintah yang dilaksanakan oleh Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Provinsi Kepuluan Bangka Belitung pada tanggal 24 Maret 2016 dengan sarana pembelajaran pendidikan pelatihan adalah sebesar 70 % atau Baik.
2.
Kecenderungan faktor tingkat kelulusan peserta ujian sertifikasi pengadaan barang/jasa pemerintah yang dilaksanakan oleh Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Provinsi Kepuluan Bangka Belitung pada tanggal 24 Maret 2016 dengan proses pembelajaran pendidikan pelatihan adalah sebesar 70 % atau Baik, Setuju.
3.
Kecenderungan faktor tingkat kelulusan peserta ujian sertifikasi pengadaan barang/jasa pemerintah yang dilaksanakan oleh Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Provinsi Kepuluan Bangka Belitung pada tanggal 24 Maret 2016 dengan pengajar pendidikan pelatihan adalah sebesar 70 % atau Baik, Setuju.
4.
Kecenderungan faktor tingkat kelulusan peserta ujian sertifikasi pengadaan barang/jasa pemerintah yang dilaksanakan oleh Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Provinsi Kepuluan Bangka Belitung pada tanggal 24 Maret 2016 dengan peserta pendidikan pelatihan (motivasi) dikarenakan terpaksa adalah sebesar 19 % atau Sangat Tidak Setuju.
5
5.
Kecenderungan faktor tingkat kelulusan peserta ujian sertifikasi pengadaan barang/jasa pemerintah yang dilaksanakan oleh Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Provinsi Kepuluan Bangka Belitung pada tanggal 24 Maret 2016 dengan kondisi saat ujian peserta adalah sebesar 70 % atau Baik, Setuju.
6.
Kecenderungan faktor tingkat kelulusan peserta ujian sertifikasi pengadaan barang/jasa pemerintah yang dilaksanakan oleh Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tanggal 24 Maret 2016 dengan passing grade (nilai ambang batas) kelulusan dikarenakan kesulitan dalam menjawab soal-soal ujian adalah sebesar 19 % atau Sangat Tidak Setuju.
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Sertifikasi Pengadaan Barang/jasa Pemerintah Pengadaan Barang/Jasa adalah kegiatan untuk memperoleh Barang/Jasa oleh Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh Barang/Jasa (LKPP RI, 2015). Sertifikat Keahlian Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang selanjutnya disebut dengan Sertifikat adalah tanda bukti pengakuan dari pemerintah atas kompetensi dan kemampuan profesi di bidang Pengadaan Barang/Jasa (LKPP RI, 2015). Pelaksana pengadaan haruslah orang yang mengetahui dan memahami dengan benar aturan yang menjadi acuan pengadaan. Untuk melegitimasi seseorang itu telah memahami aturan, maka berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 pasal 17 ayat 1 (e) seorang pejabat pengadaan /anggota Pokja ULP yang berwenang melaksanakan pengadaan harus memiliki sertifikat keahlian Pengadaan barang/jasa. Sertifikat keahlian Pengadaan Barang/Jasa tersebut diperoleh dengan melalui ujian yang diselenggarakan oleh Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP). Adapun sebelum seseorang itu dapat mengikuti ujian sertifikasi tersebut diharuskan mengikuti pelatihan Pengadaan Barang/Jasa terlebih dahulu, untuk menyamakan persepsi atas aturan tersebut (Amik Tri Istiami, 2013). Bilamana kita bicara 4 pillar reformasi yang banyak digagas oleh para ahli, maka kita akan mendapati bahwa salah satu pillar tersebut adalah pengembangan SDM. Sudah menjadi pengetahuan umum, bahwa pengadaan adalah pekerjaan keahlian, yang artinya pelaksana pengadaan harus orang yang memiliki pengetahuan, keahlian dan keterampilan melaksanakan pengadaan. Sertifikasi adalah salah satu upaya yang dilakukan agar pembinaan SDM dapat diukur dan dapat distandarisasi sehingga mudah untuk di evaluasi. Oleh karena itu, Kewajiban sertifikasi pengadaan sudah dikenal sejak Keppres No.80 Tahun 2003 dan menjadi
6
7
kebijakan yang masif berlaku sejak terbitnya Perpres No.54 Tahun 2010 (Nandang Sutisna, 2015). Peraturan Kepala LKPP Nomor 23/2015 merupakan pengganti Peraturan Kepala LKPP Nomor 9 tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Operasional Sertifikasi Keahlian Tingkat Dasar PBJP. Sejumlah poin revisi dalam peraturan tersebut adalah penjabaran ruang lingkup sertifikasi keahlian pengadaan barang/jasa pemerintah yang terdiri atas sertifikasi keahlian tingkat dasar dan sertifikasi keahlian berbasis kompetensi. Dengan digagasnya sertifikasi keahlian berbasis kompetensi diharapkan akan semakin memacu para pengelola pengadaan untuk meningkatkan kompetensinya. Mengingat sertifikasi keahlian PBJP yang telah dilaksanakan hanya menguji pada level pemahaman regulasi seputar pengadaan barang/jasa pemerintah. Dalam aturan ini juga dijelaskan bahwa sertifikat keahlian tingkat dasar pengadaan barang/jasa pemerintah yang semula memiliki masa berlaku empat tahun sekarang berlaku seumur hidup. Dasar perubahan ini adalah untuk memperluas kesempatan dan memaksimalkan kontribusi seluruh pemegang sertifikat. Selain itu, sejak berlakunya peraturan ini, maka sertifikat yang diberikan kepada peserta yang lulus ujian tingkat dasar akan berlaku seumur hidup. Ketentuan ini juga secara otomatis berlaku bagi sertifikat yang telah habis masa berlakunya, sebagaimana tercantum dalam Pasal 33 ayat (1) yang berbunyi bahwa Sertifikat yang dikeluarkan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional/LKPP dengan kategori L2, L4, dan L5, maupun Sertifikat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat 4 yang masih berlaku atau telah habis masa berlakunya tetap dapat digunakan dan dinyatakan masih berlaku sampai dengan seumur hidup (Tatang Rustandar Wiraatmaja, 2015). B. Faktor Penyebab Rendahnya Barang/jasa Pemerintah
Kelulusan
Ujian
Serifikasi
Pengadaan
Ada banyak faktor yang menyebabkan tingkat kelulusan ujian barang/jasa menjadi rendah. Berdasarkan pengalaman selama mengajar pendidikan dan pelatihan tersebut, terinventarisir beberapa hal yang disinyalir merupakan penyebab ketidaklulusan peserta diklat. Faktor-faktor yang disinyalir sebagai penyebab tingkat kelulusan rendah yaitu : 1. Sarana; 2. Proses pembelajaran Pendidikan dan
8
Pelatihan; 3. Pengajar; 4. Peserta diklat; 5. Saat ujian; 6. Passing grade (nilai ambang batas) kelulusan (Amik Tri Istiami, 2013). 1. Sarana Pembelajaran Pendidikan dan Pelatihan Yang termasuk sarana dalam hal ini adalah sarana yang berkaitan langsung dengan pembelajaran. Sarana tersebut terdiri dari: a.
Buku
Perpres
nomor
54
tahun
2010
dan
perubahannya.
Dalam diklat sering buku Perpresnya yang dipakai tidak sesuai dengan yang seharusnya. Di pasaran telah ada buku Perpres yang sudah tersusun dalam satu naskah/kompilasi antara Perpres nomor 54 tahun 2010 dengan perubahannya Perpres nomor 70 tahun 2012. Sehingga mudah untuk dibaca, dipelajari, dan dipahami. Namun kenyataannya yang dipakai adalah buku Perpres nomor 54 tahun 2010 dengan perubahannya terpisah dengan buku Perpres nomor 54 tahun 2010 ada secara lengkap, padahal banyak pasalpasal yang sudah tidak berlaku lagi. Hal ini tentu membingungkan peserta dalam mempelajari Perpres tersebut, apalagi memahaminya. Ada juga yang penyelenggara pelatihan tersebut hanya memperbanyak copian slide yang diberikan oleh LKPP. Meskipun isinya adalah penjabaran/penjelasan dari Perpres nomor 54 tahun 2010 dengan perubahannya (Amik Tri Istiami, 2013) b.
Modul. Modul seringkali tidak diberikan oleh panitia kepada peserta, kalaupun diberikan seringkali hanya dalam bentuk CD. Hal ini merupakan kelemahan tersendiri karena tidak semua orang familier belajar di depan komputer, atau bahkan tidak bawa laptop. Kalaupun bawa laptop, seringkali dalam bentuk notebook yang tidak difasilitasi pemutar CD. Akhirnya CD tersebut hanya bisa dibaca setelah peserta selesai pelatihan dan tiba di rumah. Hal ini tentu tidak efektif. Modul tersebut membantu peserta untuk memahami apa yang dimaksud dalam Perpres nomor 54 tahun 2010 dengan perubahannya. Hal ini dikarenakan bahasa dalam Perpres nomor 54 tahun 2010 dengan perubahannya adalah bahasa hukum formal yang kadang-kadang tidak mudah dimengerti begitu saja. Selain itu, susunannya pun merupakan
9
masalah tersendiri bagi kita dalam mempelajari dan memahami isinya (Amik Tri Istiami, 2013). c.
Latihan soal Latihan soal ternyata sama sekali tidak bisa diremehkan dalam pelaksanaan diklat tersebut. Seperti telah diketahui, tujuan akhir dari pelatihan ini adalah agar peserta dapat lulus dalam ujiannya. Maka sangat penting peserta harus berlatih mengerjakan soal-soal yang sejenis dengan soal-soal ujian yang sesungguhnya. Sering terjadi pada orang yang sudah mengerti dan bahkan hafal Perpres nomor 54 tahun 2010 dengan perubahannya, namun begitu ketemu dengan soal ternyata keteter juga karena terkaget-kaget tak siap dengan bentuk soal yang di luar perkiraannya. Namun ini tidak perlu terjadi jika peserta tersebut sudah ‘berkenalan’ terlebih dahulu dengan bentukbentuk soalnya (Amik Tri Istiami, 2013).
2. Proses Pembelajaran Pendidikan dan Pelatihan Proses selama diklat tentu tak bisa dinafikan. Selama proses berlangsung, banyak hal yang bisa terjadi yang mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran itu sendiri. Suasana yang kondusif itu yang kita inginkan terbangun dalam ruang belajar. Hal ini dapat tercapai dengan meminimalisir gangguan yang mungkin muncul selama pembelajaran. Gangguan-gangguan itu antara lain: suara HP yang sering berdering, panitia yang mondar-mandir, peserta yang lebih banyak bermain laptop, dll. Pihak yang punya kewenangan untuk menertibkan suasana tersebut bisa dilakukan oleh ketua kelas atau akademis. Karena pesertanya adalah orang dewasa, maka seharusnya sudah bisa di set sedemikian rupa di awal pembelajaran dengan membuat kesepakatankesepakatan pernyataan komitmen yang mendukung pembelajaran selama pelatihan berlangsung. Hal ini penting dilakukan, sehingga bila dalam pembelajaran ada peserta yang melanggar komitmen tersebut, ketua kelas atau akademis dapat mengingatkan demi keberhasilan bersama (Amik Tri Istiami, 2013). Hal ini juga berlaku untuk panitia untuk ikut serta mendukung kelancaran jalannya
pembelajaran
selama
pelatihan
berlangsung.
Seperti,
jangan
10
mengedarkan absen saat pembelajaran, ketiadaan bahan belajar yang seharusnya sudah disiapkan untuk dibagikan saat belajar, dll (Amik Tri Istiami, 2013). 3. Pengajar Pendidikan dan Pelatihan Pengajar juga sangat berperan penting dalam mengantarkan para peserta diklat untuk dapat mengerjakan ujian dengan baik dan benar. Setiap pengajar mempunyai gaya sendiri yang berbeda antara pengajar yang satu dengan yang lain. Demikian juga dengan tingkat penguasaan materi dan pengalaman berbeda. Maka akan sangat baik jika pengajar yang diberikan dari berbagai latar belakang dan berganti-ganti tidak monoton oleh satu atau dua orang saja. Sehingga peserta tidak jenuh dengan satu saja gaya pengajar. Demikian juga dari sisi materi, kekurangan pengajar yang satu akan dilengkapi oleh pengajar yang lain. Bahkan di beberapa kasus, penampilan seorang pengajar bisa sangat berpengaruh pada kesiapan belajar peserta. Ada pengajar yang penampilannya sangat rapi, sehingga enak dilihat. Tapi ada juga pengajar yang penampilannya seadanya, sehingga ada peserta yang merasa tidak nyaman melihatnya. Meskipun ini ada juga yang mengatakan tidak signifikan pengaruhnya, tapi tidak ada salahnya jika kita usahakan yang terbaik (Amik Tri Istiami, 2013). 4. Peserta (Motivasi) Pendidikan dan Pelatihan Dari semua faktor yang ada, tidak kalah pentingnya adalah faktor peserta pendidikan dan pelatihan itu sendiri. Berdasarkan pertanyaan/wawancara yang terlontar, banyak sekali motivasi peserta pendidikan dan pelatihan tersebut yang ternyata hanya karena adanya surat tugas, karena sudah tidak ada lagi yang bisa dikirim, bahkan ada yang hanya karena ingin jalan-jalan saja. Artinya, motivasi peserta yang memang benar-benar ingin lulus ternyata sedikit sekali. Belum lagi pengaruh-pengaruh dari para senior yang mengatakan untuk tidak lulus saja karena bila lulus akan dijadikan panitia pengadaan yang resikonya besar sementara honornya sangat kecil. Hal-hal demikian terjadi di hampir setiap pelatihan. Tentu ini bukan hal yang sehat. Seringkali para pengajar merasa perlu membangkitkan motivasi para peserta terlebih dahulu agar proses pembelajaran berjalan lebih kondusif (Amik Tri Istiami, 2013).
11
5. Saat Ujian Sertifikasi Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Dari Puncak dari segalanya adalah pada saat ujian itu sendiri. Segala hal yang sudah dilakukan dan sediakan di atas maksimal, tidak akan ada gunanya jika saat ujian peserta tidak bisa maksimal dalam menghadapinya. Hal pertama yang harus dipersiapkan adalah mental peserta itu sendiri dalam menghadapi ujian. Sebagian orang ada yang dihinggapi rasa nerveus yang berlebihan saat menghadapi ujian apapun juga. Hal semacam ini hanya yang bersangkutan yang tahu bagaimana cara mengatasinya, sehingga bisa menyelesaikan ujian tersebut dengan baik. Persiapan berikutnya adalah perlengkapan. Selama ujian masih dilakukan dengan manual, maka harus dipersiapkan benar peralatan yang akan digunakan (alat tulis), dan ketrampilan mengarsir jawaban. Jika ujian dilakukan melalui komputer, setiap peserta juga harus memiliki ketrampilan dasar pengoperasian komputer (Amik Tri Istiami, 2013). 6. Passing Grade (nilai ambang batas) Kelulusan Sebenarnya niat baik dari LKPP sudah benar, yaitu diharapkan orang yang bersertifikasi adalah yang memang mempunyai nilai tinggi sehingga bisa dipertanggung jawabkan. Hal ini terjadi sejak akhir 2012 yaitu sejak tidak ada lagi sertifikat yang berlevel L2, L4, dan L5 dengan menaikkan nilai ambang batas kelulusan yang semula nilai 155 dari total nilai 255 atau sekitar 60,8% sudah bisa dinyatakan lulus dengan level L2, maka sejak ditiadakannya level kelulusan yang dianggap lulus hanya yang dapat melampaui nilai 167 dari total nilai 255 atau sekitar 65,5%. Kenaikan ambang batas yang cukup signifikan ini tentu mempengaruhi sekali pada jumlah kelulusan dari setiap penyelenggaraan ujian. Jika dulu dalam satu kelas berisi 30 orang mengikuti ujian maka yang lulus bisa mencapai 20 orang atau sekitar 67% terdiri dari 15 orang level L2 dan sisanya 5 orang level L4. Sekarang dengan kondisi yang sama, maka yang lulus hanya 5 orang saja atau sekitar 17% yaitu yang mendapat level L4. Sekilas, kalau dilihat hanya dari sisi prosentasenya, terjadi penurunan yang cukup signifikan dan mengagetkan. Namun sesungguhnya hasil itu tak berbeda sama sekali dengan sebelumnya (Amik Tri Istiami, 2013).
12
BAB III METODE PENULISAN
A. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif yang tujuannya untuk menyajikan gambaran lengkap terhadap tinjauan tingkat kelulusan peserta ujian sertifikasi pengadaan barang/jasa pemerintah yang dilaksanakan oleh Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Provinsi Kepuluan Bangka Belitung pada tanggal 24 Maret 2016. Penelitian ini menggunakan instrumen penelitian dengan kueisioner/angket, dengan jenis penelitian Survei Deskriptif (Gambaran) dengan metode Skala Likert, responden menentukan tingkat persetujuan mereka terhadap suatu pernyataan dengan memilih salah satu dari pilihan yang tersedia, biasanya disediakan lima pilihan skala.
B. Lokasi Penelitian Lokasi Penelitian di Pangkalpinang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terhadap Pegawai Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang mengikuti sebagai peserta ujian sertifikasi pengadaan barang/jasa pemerintah yang dilaksanakan oleh Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Provinsi Kepuluan Bangka Belitung pada tanggal 24 Maret 2016.
C. Objek Penulisan Karya Tulis Ilmiah 1. Populasi Populasi kasus dalam penelitian ini adalah seluruh peserta Ujian Sertifikasi Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, yang dilaksanakan oleh Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tanggal 24 Maret 2016 berjumlah 48 orang yang mana sebelumnya seluruh peserta mendapatkan pendidikan dan pelatihan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
12
13
2. Sampel Menurut Arikunto (2008:116) “ Penentuan pengambilan Sample sebagai berikut : Apabila kurang dari 100 lebih baik diambil semua hingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Pada penelitian ini sample yang didapat seluruh peserta Ujian Sertifikasi Pengadaan
Barang/Jasa
Pemerintah,
yang
dilaksanakan
oleh
Badan
Kepegawaian Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tanggal 24 Maret 2016 berjumlah 48 responden yang mana sebelumnya seluruh peserta mendapatkan pendidikan dan pelatihan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
D. Pengumpulan Data Data Primer adalah data yang diperolah dengan cara langsung yaitu, melalui kuesioner dan wawancara singkat yang disebar keseluruh peserta Ujian Sertifikasi Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, yang dilaksanakan oleh Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tanggal 24 Maret 2016 berjumlah 48 responden. Dan data sekunder adalah data yang diperoleh dengan cara tidak langsung yang didapat dari Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan Biro Pembangunan Setda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yaitu, hasil Ujian Sertifikasi Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, yang dilaksanakan oleh Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tanggal 24 Maret 2016.
E. Pengolahan dan Analisa Data Dalam pengolahan data yang didapat dilapangan, diteliti dan diperiksa dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Editing Tahap ini merupakan kegiatan penyuntingan data yang telah terkumpul, meliputi cara pengisian kuesioner, kesalahan dalam pengisian kuesioner dan konsistensi dari setiap jawaban yang terdapat di dalam kuesioner. Kegiatan ini
14
dilakukan pada setiap lembar kuesioner yang telah diisi oleh responden. Apabila ditemukan kesalahan dalam pengisian kuesioner, maka kuesioner dikembalikan lagi untuk diperbaiki. 2. Coding Tahap ini dilakukan dengan cara memberi kode atau menandai setiap jawaban responden dengan tujuan untuk memudahkan dalam proses entri data. 3. Tabulating Tahap ini merupakan proses memasukan data dalam tabel untuk memudahkan analisis data. 4. Analisis Data Setelah data melewati proses diatas yang diperolah kemudian diolah dengan Skala Likert yang merupakan suatu skala psikometrik yang umum digunakan dalam kuesioner, dan merupakan skala yang paling banyak digunakan dalam riset berupa survei. Nama skala ini diambil dari nama penciptanya Rensis Likert, yang menerbitkan suatu laporan yang menjelaskan penggunaannya. Sewaktu menanggapi pertanyaan dalam skala Likert, responden menentukan tingkat persetujuan mereka terhadap suatu pernyataan dengan memilih salah satu dari pilihan yang tersedia. Biasanya disediakan lima pilihan skala dengan format seperti Pertanyaan Positif (+) dibawah ini : 1. Skor 1. Sangat (tidak setuju/buruk/kurang sekali) 2. Skor 2. Tidak (setuju/baik/) atau kurang 3. Skor 3. Netral / Cukup 4. Skor 4. (Setuju/Baik/suka) 5. Skor 5. Sangat (setuju/Baik/Suka) Kemudian mengisi tabel bobot nilai seperti contoh dibawah ini : Tabel 3.1 Bobot Nilai A B C D E
1 2 3 4 5
15
RUMUS : T x Pn T = Total jumlah panelis/responden yang memilih jawaban Pn = Pilihan angka Skor likert Dari data yang didapat diatas kemudian diolah dengan cara mengkalikan setiap point jawaban dengan bobot yang sudah ditentukan dengan tabel bobot nilai. Kemudian semua hasil total skor setiap point jawaban dijumlahkan = TOTAL SKOR. Berikut tabel presentase nilai : Tabel 3.2 Presentase Nilai (Rumus Interval) Jawaban 0% - 19.99% 20% - 39.99% 40% - 59.99% 60% - 79.99% 80% - 100%
Keterangan Sangat (Tidak Setuju, Buruk atau Kurang Sekali) Tidak Setuju atau Kurang Baik Cukup atau Netral Setuju, Baik atau Suka Sangat (Setuju, Baik, Suka)
Interpretasi skor perhitungan Untuk mendapatkan hasil interpretasi, harus diketahui dulu skor tertinggi (Y) dan angka terendah (X) untuk item penilaian dengan rumus sebagai berikut : Y = Skor tertinggi likert x jumlah panelis/responden X = Skor terendah likert x jumlah panelis/responden RUMUS INDEX % = Total Skor / Y x 100 Setelah mendapatkan persentase nilai dengan menggunakan dengan rumus index % kemudian membandingkan dengaan tabel presentasi nilai/rumus interval diatas. Maka didapatkanlah hasil penilaian setiap variabel penelitian.
16
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Sebelum
peneliti
membahas
mengenai
hasil
penelitian,
maka
perlu
dikemukakan beberapa keterbatasan – keterbatasan peneliti pada saat melakukan penelitian. A. Keterbatasan Penelitian 1. Jenis Penelitian Desain penelitian bersifat deskriptif yang tujuannya untuk menyajikan gambaran lengkap untuk, akan tetapi hasil penelitian tidak dapat melihat hubungan antara variabel independent dan variabel dependen dan tidak dapat membuat kesimpulan tentang hubungan sebab akibat antara variabel tersebut. 2. Jenis Informasi Pelaksanaan observasi dan wawancara dilakukan secara mendadak dan tidak melalui pemberitahuan terlebih dahulu kepada responden. Hal ini dimaksudkan agar hasil jawaban dan pengamatan lebih mendekati keadaan yang sebenarnya. Kuesioner langsung diisi pada saat itu juga sehingga hasil jawaban bersifat spontan. Kemungkinan bias yang dapat terjadi pada tahap pengumpulan data adalah bias informasi (information bias) atau bias pengukuran (measurenments bias) sebagai berikut : (Basuki, 2000). a.
Dari pewawancara (interviuewer), terjadi karena pewawancara bersifat subyektif atau sugesti dalam pengumpulan data. Hal ini karena pewawancara yakin suatu pajanan atau faktor risiko berkaitan dengan kejadian yang diteliti.
b.
Bias mengingat kembali (recal bias), terjadi karena subyek tidak ingat atau kemampuan mengingat informasi.
16
17
Sedapat mungkin menjamin obyektifitas dari peneliti dan subyek penelitian selama proses pengumpulan.
B.
Hasil Penelitian Pada penelitian ini analisa data dilakukan dengan metode skala likert. Hasil Penelitian yang dilakukan terhadap 48 responden peserta Ujian Sertifikasi Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, yang dilaksanakan oleh Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tanggal 24 Maret 2016, disajikan pada tabel pada masing-masing setiap variabel (faktor kecenderungan) berdasarkan kuesioner yang akan menjawab tujuan khusus dan hipotesis penelitian ini : 1. Sarana Pembelajaran Pendidikan Latihan Hasil kuesioner pada variabel sarana pembelajaran pendidikan dan pelatihan diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 4.1. Hasil Jawaban Responden Terhadap Variabel Sarana Pembelajaran Pendidikan dan Pelatihan
No 1. 2. 3. 4. 5.
Kriteria Jawaban Responden Sangat Buruk Kurang Baik Cukup Baik Sangat Baik Total
Jumlah Responden 3 6 32 6 1 48
Bobot Perkalian Nilai Bobot Jawaban Nilai 1 3x1 2 6x2 3 29 x 3 4 6x4 5 1x5
Total Skor Nilai 3 12 96 24 5 140
Untuk mendapatkan hasil interpretasi skor perhitungan, harus diketahui dulu skor tertinggi (Y) dan angka terendah (X) untuk item penilaian dengan rumus sebagai berikut : Y = (Skor bobot tertinggi likert) x (jumlah panelis/responden) X = (Skor bobot terendah likert) x (jumlah panelis/responden) RUMUS INDEX % = Total Skor / Y x 100
18
Setelah mendapatkan persentase nilai dengan menggunakan dengan rumus index % kemudian membandingkan dengaan tabel presentasi nilai/rumus interval diatas. Didapatkanlah hasil penilaian variabel penelitian Sarana Pembelajaran Pendidikan dan Pelatihan. Jumlah Skor tertinggi bobot nilai untuk item SANGAT BAIK yaitu 5 x 48 = 240, sedangkan item SANGAT TIDAK BURUK yaitu 1 x 48 = 48. Jadi, jika total skor nilai responden diperoleh angka 140, maka penilaian interpretasi responden terhadap Sarana Pembelajaran Pendidikan
dan Pelatihan tersebut
menggunakan rumus index % adalah sebagai berikut : Rumus Index %
= Total Skor / Y x 100 = 140 / 240 x 100 = 58,3 % atau pembulatan 58 %
Hasil persentase index dibandingkan dengan kategori tabel presentasi nilai (Bab III Metode Penulisan), didapatkan bahwa hasil tanggapan responden terhadap Kondisi Sarana Pembelajaran Pendidikan dan Pelatihan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang dilaksanakan pada tanggal 21 s/d 23 Maret 2016 oleh Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah CUKUP. 2.
Proses Pembelajaran Pendidikan Latihan Hasil kuesioner pada variabel proses pembelajaran pendidikan dan pelatihan diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 4.2. Hasil Jawaban Responden Terhadap Variabel Proses Pembelajaran Pendidikan dan Pelatihan
No 1. 2. 3. 4. 5.
Kriteria Jawaban Responden Sangat Buruk Kurang Baik Cukup Baik Sangat Baik Total
Jumlah Responden 1 10 30 7 0 48
Bobot Perkalian Nilai Bobot Jawaban Nilai 1 1x1 2 10 x 2 3 30 x 3 4 7x4 5 0x5
Total Skor Nilai 1 20 90 28 0 139
19
Untuk mendapatkan hasil interpretasi skor perhitungan, harus diketahui dulu skor tertinggi (Y) dan angka terendah (X) untuk item penilaian dengan rumus sebagai berikut: Y = (Skor bobot tertinggi likert) x (jumlah panelis/responden) X = (Skor bobot terendah likert) x (jumlah panelis/responden) RUMUS INDEX % = Total Skor / Y x 100
Setelah mendapatkan persentase nilai dengan menggunakan dengan rumus index % kemudian membandingkan dengaan tabel presentasi nilai/rumus interval diatas. Maka didapatkanlah hasil penilaian variabel penelitian Proses Pembelajaran Pendidikan
dan Pelatihan. Jumlah Skor
tertinggi bobot nilai untuk item SANGAT BAIK yaitu 5 x 48 = 240, sedangkan item SANGAT TIDAK BURUK yaitu 1 x 48 = 48. Jadi, jika total skor nilai responden diperoleh angka 139, maka penilaian interpretasi responden terhadap kondisi Proses Pembelajaran Pendidikan dan Pelatihan tersebut menggunakan rumus index % adalah sebagai berikut : Rumus Index %
= Total Skor / Y x 100 = 139 / 240 x 100 = 57,9 % atau pembulatan 58 %
Hasil persentase index dibandingkan dengan kategori tabel presentasi nilai (Bab III Metode Penulisan), didapatkan hasil bahwa tanggapan responden terhadap kondisi Proses Pembelajaran Pendidikan dan Pelatihan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang dilaksanakan pada tanggal 21 s/d 23 Maret 2016
oleh Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung adalah CUKUP. 3.
Pengajar Pendidikan Latihan Hasil kuesioner pada variabel pengajar pendidikan dan pelatihan diperoleh hasil sebagai berikut :
20
Tabel 4.3. Hasil Jawaban Responden Terhadap Variabel Pengajar Pendidikan dan Pelatihan
No 1. 2. 3. 4. 5.
Kriteria Jawaban Responden Sangat Buruk Kurang Baik Cukup Baik Sangat Baik Total
Jumlah Responden 1 5 25 17 0 48
Bobot Perkalian Nilai Bobot Jawaban Nilai 1 1x1 2 5x2 3 25 x 3 4 17 x 4 5 0x5
Total Skor Nilai 1 10 75 68 0 154
Untuk mendapatkan hasil interpretasi skor perhitungan, harus diketahui dulu skor tertinggi (Y) dan angka terendah (X) untuk item penilaian dengan rumus sebagai berikut : Y = (Skor bobot tertinggi likert) x (jumlah panelis/responden) X = (Skor bobot terendah likert) x (jumlah panelis/responden) RUMUS INDEX % = Total Skor / Y x 100
Setelah mendapatkan persentase nilai dengan menggunakan dengan rumus index % kemudian membandingkan dengaan tabel presentasi nilai/rumus interval diatas. Maka didapatkanlah hasil penilaian variabel penelitian Pengajar Pendidikan dan Pelatihan. Jumlah Skor tertinggi bobot nilai untuk item SANGAT BAIK yaitu 5 x 48 = 240, sedangkan item SANGAT TIDAK BURUK yaitu 1 x 48 = 48. Jadi, jika total skor nilai responden diperoleh angka 154, maka penilaian interpretasi responden terhadap Pengajar Pendidikan dan Pelatihan tersebut menggunakan rumus index % adalah sebagai berikut : Rumus Index %
= Total Skor / Y x 100 = 154 / 240 x 100 = 64,1 % atau pembulatan 64 %
21
Hasil persentase index dibandingkan dengan kategori tabel presentasi nilai (Bab III Metode Penulisan), didapatkan hasil bahwa tanggapan responden terhadap Pengajar
Pendidikan dan Pelatihan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah yang dilaksanakan pada tanggal 21 s/d 23 Maret 2016 oleh Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah BAIK. 4.
Peserta (Motivasi) Pendidikan Latihan dan Ujian Sertifikasi Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Hasil kuesioner pada variabel peserta (Motivasi) mengikuti pendidikan dan pelatihan dan ujian sertifikasi pengadaan barang/jasa pemerintah diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 4.4. Hasil Jawaban Responden Terhadap Variabel Peserta (Motivasi) Pendidikan dan Pelatihan No 1. 2. 3. 4. 5.
Kriteria Jawaban Jumlah Bobot Nilai Perkalian Total Responden Responden Jawaban Bobot Nilai Skor Nilai Sangat Tidak 1 1 1 1x1 Setuju 2 6 3 3x2 Tidak Setuju 3 15 5 5x3 Netral 4 96 24 24 x 4 Setuju 5 75 15 15 x 5 Sangat Setuju Total 48 193
Untuk mendapatkan hasil interpretasi skor perhitungan, harus diketahui dulu skor tertinggi (Y) dan angka terendah (X) untuk item penilaian dengan rumus sebagai berikut : Y = (Skor bobot tertinggi likert) x (jumlah panelis/responden) X = (Skor bobot terendah likert) x (jumlah panelis/responden) RUMUS INDEX % = Total Skor / Y x 100
Setelah mendapatkan persentase nilai dengan menggunakan dengan rumus index % kemudian membandingkan dengaan tabel presentasi
22
nilai/rumus interval diatas. Maka didapatkanlah hasil penilaian variabel penelitian Peserta (Motivasi) mengikuti pendidikan dan pelatihan dan ujian sertifikasi pengadaan barang/jasa pemerintah. Jumlah Skor tertinggi bobot nilai untuk item SANGAT SETUJU yaitu 5 x 48 = 240, sedangkan item SANGAT TIDAK SETUJU yaitu 1 x 48 = 48. Jadi, jika total skor nilai responden diperoleh angka 193, maka penilaian interpretasi responden terhadap Peserta (Motivasi) mengikuti pendidikan dan pelatihan dan ujian sertifikasi pengadaan barang/jasa pemerintah tersebut menggunakan rumus index % adalah sebagai berikut : Rumus Index %
= Total Skor / Y x 100 = 193 / 240 x 100 = 80,4 % atau pembulatan 80 %
Hasil persentase index dibandingkan dengan kategori tabel presentasi nilai (Bab III Metode Penulisan), didapatkan hasil bahwa tanggapan responden terhadap Peserta (Motivasi) dalam mengikuti pendidikan dan pelatihan dan ujian sertifikasi pengadaan barang/jasa pemerintah yang dilaksanakan oleh Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, apakah karena terpaksa oleh atasan atau sengaja tidak mau lulus karena pekerjaan pengadaan barang/jasa pemerintah mempunyai resiko besar sehingga sengaja tidak meluluskan diri adalah SANGAT SETUJU.
5.
Kondisi Peserta Saat Ujian Sertifikasi Pemerintah
Pengadaan Barang/Jasa
Hasil kuesioner pada variabel Kondisi Peserta Saat Ujian ujian sertifikasi pengadaan barang/jasa pemerintah diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 4.5. Hasil Jawaban Responden Terhadap Variabel Kondisi Peserta Saat Ujian Sertifikasi Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
23
No 1. 2. 3. 4. 5.
Kriteria Jawaban Responden Sangat Buruk Kurang Baik Cukup Baik Sangat Baik Total
Jumlah Responden 0 3 25 17 3 48
Bobot Perkalian Nilai Bobot Jawaban Nilai 1 0x1 2 3x2 3 25 x 3 4 17 x 4 5 3x5
Total Skor Nilai 0 6 75 68 15 164
Untuk mendapatkan hasil interpretasi skor perhitungan, harus diketahui dulu skor tertinggi (Y) dan angka terendah (X) untuk item penilaian dengan rumus sebagai berikut : Y = (Skor bobot tertinggi likert) x (jumlah panelis/responden) X = (Skor bobot terendah likert) x (jumlah panelis/responden) RUMUS INDEX % = Total Skor / Y x 100
Setelah mendapatkan persentase nilai dengan menggunakan dengan rumus index % kemudian membandingkan dengaan tabel presentasi nilai/rumus interval diatas. Maka didapatkanlah hasil penilaian variabel penelitian Kondisi Peserta Saat Ujian sertifikasi pengadaan barang/jasa pemerintah. Jumlah Skor tertinggi bobot nilai untuk item SANGAT BAIK yaitu 5 x 48 = 240, sedangkan item SANGAT TIDAK BURUK yaitu 1 x 48 = 48. Jadi, jika total skor nilai responden diperoleh angka 164, maka penilaian interpretasi responden terhadap Kondisi Peserta Saat Ujian sertifikasi pengadaan barang/jasa pemerintah tersebut menggunakan rumus index % adalah sebagai berikut : Rumus Index %
= Total Skor / Y x 100 = 164 / 240 x 100 = 68,3 % atau pembulatan 68 %
Hasil persentase index dibandingkan dengan kategori tabel presentasi nilai (Bab III Metode Penulisan), didapatkan hasil bahwa tanggapan responden terhadap Kondisi Peserta Saat Ujian sertifikasi pengadaan
24
barang/jasa pemerintah yang dilaksanakan oleh Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tanggal 24 Maret 2016 adalah BAIK. 6.
Passing Grade/Nilai Kelulusan Hasil kuesioner pada variabel Passing Grade/Nilai Kelulusan sertifikasi pengadaan barang/jasa pemerintah diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 4.6. Hasil Jawaban Responden Terhadap Variabel Passing Grade/Nilai Kelulusan Sertifikasi Pengadaan Barang/Jasa No 1. 2. 3. 4. 5.
Kriteria Jawaban Jumlah Bobot Nilai Perkalian Total Responden Responden Jawaban Bobot Nilai Skor Nilai Sangat Tidak 1 1 1 1x1 Setuju 2 4 2 2x2 Tidak Setuju 3 18 6 6x3 Netral 4 60 15 15 x 4 Setuju 5 100 20 20 x 5 Sangat Setuju Total 48 183
Untuk mendapatkan hasil interpretasi skor perhitungan, harus diketahui dulu skor tertinggi (Y) dan angka terendah (X) untuk item penilaian dengan rumus sebagai berikut : Y = (Skor bobot tertinggi likert) x (jumlah panelis/responden) X = (Skor bobot terendah likert) x (jumlah panelis/responden) RUMUS INDEX % = Total Skor / Y x 100
Setelah mendapatkan persentase nilai dengan menggunakan dengan rumus index % kemudian membandingkan dengaan tabel presentasi nilai/rumus interval diatas. Maka didapatkanlah hasil penilaian variabel Passing Grade/Nilai Kelulusan sertifikasi pengadaan barang/jasa pemerintah. Jumlah Skor tertinggi bobot nilai untuk item SANGAT SETUJU yaitu 5 x 48 = 240, sedangkan item SANGAT TIDAK SETUJU yaitu 1 x 48 = 48. Jadi, jika total skor nilai responden diperoleh angka 183, maka penilaian
25
interpretasi responden terhadap variabel Passing Grade/Nilai Kelulusan sertifikasi pengadaan barang/jasa pemerintah tersebut menggunakan rumus index % adalah sebagai berikut : Rumus Index %
= Total Skor / Y x 100 = 183 / 240 x 100 = 76,2 % atau pembulatan 76 %
Hasil persentase index dibandingkan dengan kategori tabel presentasi nilai (Bab III Metode Penulisan), didapatkan hasil bahwa tanggapan responden terhadap variabel Passing Grade/Nilai Kelulusan sertifikasi pengadaan barang/jasa pemerintah yang dilaksanakan oleh Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tanggal 24 Maret 2016 yaitu sangat sulit dalam menjawab pertanyaan soal-soal ujian sertifikasi pengadaan barang jasa pemerintah sehingga passing grade tidak mencukupi adalah SETUJU. C.
Pembahasan Hasil Penelitian 1. Sarana Pembelajaran Pendidikan Latihan Dari hasil dapat dilihat tanggapan responden terhadap Kondisi Sarana Pembelajaran Pendidikan dan Pelatihan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang dilaksanakan oleh Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah 58 % atau kategori Cukup. Menurut Amik Tri Istiami, yang termasuk sarana dalam hal ini adalah sarana yang berkaitan langsung dengan pembelajaran. Sarana tersebut terdiri dari: a. Buku
Perpres
nomor
54
tahun
2010
dan
perubahannya.
Dalam diklat sering buku Perpresnya yang dipakai tidak sesuai dengan yang seharusnya. Di pasaran telah ada buku Perpres yang sudah tersusun dalam satu naskah/kompilasi antara Perpres nomor 54 tahun 2010 dengan perubahannya Perpres nomor 70 tahun 2012. Sehingga mudah untuk dibaca, dipelajari, dan dipahami. Namun kenyataannya yang dipakai adalah buku Perpres nomor 54 tahun 2010 dengan perubahannya terpisah
26
dengan buku Perpres nomor 54 tahun 2010 ada secara lengkap, padahal banyak pasal-pasal yang sudah tidak berlaku lagi. Hal ini tentu membingungkan peserta dalam mempelajari Perpres tersebut, apalagi memahaminya. Ada juga yang penyelenggara pelatihan tersebut hanya memperbanyak copian slide yang diberikan oleh LKPP. Meskipun isinya adalah penjabaran/penjelasan dari Perpres nomor 54 tahun 2010 dengan perubahannya (Amik Tri Istiami, 2013). b. Modul. Modul seringkali tidak diberikan oleh panitia kepada peserta, kalaupun diberikan seringkali hanya dalam bentuk CD. Hal ini merupakan kelemahan tersendiri karena tidak semua orang familier belajar di depan komputer, atau bahkan tidak bawa laptop. Kalaupun bawa laptop, seringkali dalam bentuk notebook yang tidak difasilitasi pemutar CD. Akhirnya CD tersebut hanya bisa dibaca setelah peserta selesai pelatihan dan tiba di rumah. Hal ini tentu tidak efektif. Modul tersebut membantu peserta untuk memahami apa yang dimaksud dalam Perpres nomor 54 tahun 2010 dengan perubahannya. Hal ini dikarenakan bahasa dalam Perpres nomor 54 tahun 2010 dengan perubahannya adalah bahasa hukum formal yang kadang-kadang tidak mudah dimengerti begitu saja. Selain itu, susunannya pun merupakan masalah tersendiri bagi kita dalam mempelajari dan memahami isinya (Amik Tri Istiami, 2013). c. Latihan soal Latihan soal ternyata sama sekali tidak bisa diremehkan dalam pelaksanaan diklat tersebut. Seperti telah diketahui, tujuan akhir dari pelatihan ini adalah agar peserta dapat lulus dalam ujiannya. Maka sangat penting peserta harus berlatih mengerjakan soal-soal yang sejenis dengan soal-soal ujian yang sesungguhnya. Sering terjadi pada orang yang sudah mengerti dan bahkan hafal Perpres nomor 54 tahun 2010 dengan perubahannya, namun begitu ketemu dengan soal ternyata keteter juga karena terkaget-kaget tak siap dengan bentuk soal yang di luar
27
perkiraannya. Namun ini tidak perlu terjadi jika peserta tersebut sudah ‘berkenalan’ terlebih dahulu dengan bentuk-bentuk soalnya (Amik Tri Istiami, 2013). Dari hasil penjelasan diatas dapat dilihat tanggapan responden terhadap Kondisi Sarana Pembelajaran Pendidikan dan Pelatihan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang dilaksanakan pada tanggal 21 s/d 23 Maret 2016 oleh Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah 58 % atau kategori cukup, kondisi ini masih dibawah hipotesis yaitu sebesar 70% atau Baik, kemungkinan dengan hasil tanggapan dengan kategori tersebut disebabkan oleh faktor Kondisi Sarana Pembelajaran Pendidikan dan Pelatihan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang kurang maksimal, dan selayaknya kondisi tersebut harus dengan kondisi Baik. 2. Proses Pembelajaran Pendidikan Latihan Hasil kuesioner pada variabel proses pembelajaran pendidikan dan pelatihan diperoleh hasil bahwa tanggapan responden terhadap kondisi Proses Pembelajaran Pendidikan
dan Pelatihan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah yang dilaksanakan pada tanggal 21 s/d 23 Maret 2016 oleh Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah 58% atau kategori Cukup. Menurut Amik Tri Istiami, Proses selama pendidikan dan pelatihan tentu tak bisa dinafikan. Selama proses berlangsung, banyak hal yang bisa terjadi yang mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran itu sendiri. Suasana yang kondusif itu yang kita inginkan terbangun dalam ruang belajar. Hal ini dapat tercapai dengan meminimalisir gangguan yang mungkin muncul selama pembelajaran. Gangguan-gangguan itu antara lain: suara HP yang sering berdering, panitia yang mondar-mandir, peserta yang lebih banyak bermain laptop, dll. Pihak yang punya kewenangan untuk menertibkan suasana tersebut bisa dilakukan oleh ketua kelas atau akademis. Karena pesertanya adalah orang dewasa, maka seharusnya sudah bisa di set sedemikian rupa di awal pembelajaran dengan membuat kesepakatan-
28
kesepakatan pernyataan komitmen yang mendukung pembelajaran selama pelatihan berlangsung. Hal ini penting dilakukan, sehingga bila dalam pembelajaran ada peserta yang melanggar komitmen tersebut, ketua kelas atau akademis dapat mengingatkan demi keberhasilan bersama (Amik Tri Istiami, 2013). Hal ini juga berlaku untuk panitia untuk ikut serta mendukung kelancaran jalannya pembelajaran selama pelatihan berlangsung. Seperti, jangan mengedarkan absen saat pembelajaran, ketiadaan bahan belajar yang seharusnya sudah disiapkan untuk dibagikan saat belajar, dll (Amik Tri Istiami, 2013). Dari hasil penjelasan diatas dapat dilihat bahwa tanggapan responden terhadap kondisi Proses Pembelajaran Pendidikan dan Pelatihan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dengan kategori cukup, kondisi ini masih dibawah hipotesis yaitu sebesar 70% atau Baik, ini dimungkinkan dipengaruhi kondisi Proses Pembelajaran Pendidikan dan Pelatihan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang belum maksimal, dan selayaknya kondisi tersebut harus Baik. 3. Pengajar Pendidikan Latihan Hasil kuesioner pada variabel pengajar pendidikan dan pelatihan diperoleh hasil bahwa tanggapan responden terhadap Pengajar Pendidikan dan Pelatihan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang dilaksanakan pada tanggal 21 s/d 23 Maret 2016 oleh Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah 64 % atau kategori Baik. Menurut Amik Tri Istiami, Pengajar juga sangat berperan penting dalam mengantarkan para peserta diklat untuk dapat mengerjakan ujian dengan baik dan benar. Setiap pengajar mempunyai gaya sendiri yang berbeda antara pengajar yang satu dengan yang lain. Demikian juga dengan tingkat penguasaan materi dan pengalaman berbeda. Maka akan sangat baik jika pengajar yang diberikan dari berbagai latar belakang dan berganti-ganti tidak monoton oleh satu atau dua orang saja. Sehingga peserta tidak jenuh dengan
29
satu saja gaya pengajar. Demikian juga dari sisi materi, kekurangan pengajar yang satu akan dilengkapi oleh pengajar yang lain. Bahkan di beberapa kasus, penampilan seorang pengajar bisa sangat berpengaruh pada kesiapan belajar peserta. Ada pengajar yang penampilannya sangat rapi, sehingga enak dilihat. Tapi ada juga pengajar yang penampilannya seadanya, sehingga ada peserta yang merasa tidak nyaman melihatnya. Meskipun ini ada juga yang mengatakan tidak signifikan pengaruhnya, tapi tidak ada salahnya jika kita usahakan yang terbaik (Amik Tri Istiami, 2013). Dari penjelasan diatas dapat dianalisa bahwa tanggapan responden terhadap Pengajar Pendidikan dan Pelatihan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang dilaksanakan oleh Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dengan kategori Baik, dapat dimungkinkan dipengaruhi oleh kondisi pengajar/narasumber tersebut, meskipun kondisi saat ini sudah sesuai dengan hipotesis yaitu sebesar 70% atau Baik, namun demikian perlu peningkatan setidaknya persentase tanggapan responden mendekati Sangat Baik. 4.
Peserta (Motivasi) Pendidikan Latihan dan Ujian Sertifikasi Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Hasil kuesioner pada variabel peserta (Motivasi) mengikuti pendidikan dan pelatihan dan ujian sertifikasi pengadaan barang/jasa pemerintah diperoleh hasil sebagai berikut bahwa tanggapan responden terhadap Peserta (Motivasi) dalam mengikuti pendidikan dan pelatihan dan ujian sertifikasi pengadaan
barang/jasa
pemerintah
yang
dilaksanakan
oleh
Badan
Kepegawaian Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, apakah karena terpaksa oleh atasan atau sengaja tidak mau lulus karena pekerjaan pengadaan barang/jasa pemerintah mempunyai resiko besar sehingga sengaja tidak meluluskan diri adalah 80 % atau kategori Sangat Setuju. Menurut Amik Tri Istiami, Dari semua faktor yang ada, tidak kalah pentingnya adalah faktor peserta pendidikan dan pelatihan itu sendiri. Berdasarkan pertanyaan/wawancara yang terlontar, banyak sekali motivasi
30
peserta pendidikan dan pelatihan tersebut yang ternyata hanya karena adanya surat tugas, karena sudah tidak ada lagi yang bisa dikirim, bahkan ada yang hanya karena ingin jalan-jalan saja. Artinya, motivasi peserta yang memang benar-benar ingin lulus ternyata sedikit sekali. Belum lagi pengaruhpengaruh dari para senior yang mengatakan untuk tidak lulus saja karena bila lulus akan dijadikan panitia pengadaan yang resikonya besar sementara honornya sangat kecil. Hal-hal demikian terjadi di hampir setiap pelatihan. Tentu ini bukan hal yang sehat. Seringkali para pengajar merasa perlu membangkitkan motivasi para peserta terlebih dahulu agar proses pembelajaran berjalan lebih kondusif (Amik Tri Istiami, 2013). Dari penjelasan diatas, apabila dihubungkan dengan hasil tanggapan responden terhadap peserta (motivasi) dalam mengikuti pendidikan dan pelatihan dan ujian sertifikasi pengadaan barang/jasa pemerintah karena terpaksa oleh atasan atau sengaja tidak mau lulus karena pekerjaan pengadaan barang/jasa pemerintah mempunyai resiko besar sehingga sengaja tidak meluluskan diri dengan kategori Sangat Setuju, kondisi ini sangat timpang sekali dengan hipotesis yaitu sebesar 19% atau Sangat Tidak Setuju, hal ini dapat dimungkinkan tingkat kelulusan ujian sertifikasi pengadaan barang/jasa pemerintah kemungkinan sangat besar sekali dipengaruhi oleh faktor peserta (motivasi) untuk tidak serius atau kesengajaan tidak lulus dalam mengikuti ujian sertifikasi tersebut. Oleh karena itu perlu dukungan dan perhatian serius dari Pemerintah dalam membuat peraturan/regulasi pengadaan barang/jasa yang melindungi dan memberikan reward terhadap resiko pekerjaan tersebut serta meningkatkan kemampuan kompetensi Aparatur Sipil Negara dalam bidang pengadaan barang/jasa, apabila keadaan seperti ini dibiarkan maka tentunya akan menghambat Pembangunan Nasional.
31
5.
Kondisi Peserta Saat Ujian Sertifikasi Pemerintah
Pengadaan Barang/Jasa
Hasil kuesioner pada variabel Kondisi Peserta Saat Ujian ujian sertifikasi pengadaan barang/jasa pemerintah diperoleh hasil bahwa tanggapan responden terhadap Kondisi Peserta Saat Ujian sertifikasi pengadaan barang/jasa pemerintah yang dilaksanakan oleh Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tanggal 24 Maret 2016 adalah Baik (68 %). Menurut Amik Tri Istiami, dari puncak dari segalanya adalah pada saat ujian itu sendiri. Segala hal yang sudah dilakukan dan sediakan di atas maksimal, tidak akan ada gunanya jika saat ujian peserta tidak bisa maksimal dalam menghadapinya. Hal pertama yang harus dipersiapkan adalah mental peserta itu sendiri dalam menghadapi ujian. Sebagian orang ada yang dihinggapi rasa nerveus yang berlebihan saat menghadapi ujian apapun juga. Hal semacam ini hanya yang bersangkutan yang tahu bagaimana cara mengatasinya, sehingga bisa menyelesaikan ujian tersebut dengan baik. Persiapan berikutnya adalah perlengkapan. Selama ujian masih dilakukan dengan manual, maka harus dipersiapkan benar peralatan yang akan digunakan (alat tulis), dan ketrampilan mengarsir jawaban. Jika ujian dilakukan melalui komputer, setiap peserta juga harus memiliki ketrampilan dasar pengoperasian komputer (Amik Tri Istiami, 2013). Dari penjelasan diatas, dapat dilihat faktor kondisi saat ujian sangat menentukan sekali terhadap kelulusan ujian sertifikasi pengadaan barang/jasa pemerintah, apabila dihubungkan dengan hasil tanggapan responden yang hasilnya Baik meskipun hasilnya sama dengan hipotesis yaitu 70 % atau Baik, maka ini perlu dimaksimalkan lagi sehingga tidak mempengaruhi tingkat kelulusan ujian sertifikasi pengadaan barang/jasa pemerintah. 6.
Passing Grade/Nilai Kelulusan Hasil kuesioner pada variabel Passing Grade/Nilai Kelulusan sertifikasi pengadaan barang/jasa pemerintah diperoleh bahwa tanggapan responden
32
terhadap variabel Passing Grade/Nilai Kelulusan sertifikasi pengadaan barang/jasa pemerintah yang dilaksanakan oleh Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tanggal 24 Maret 2016 yaitu sangat sulit dalam menjawab pertanyaan soal-soal ujian sertifikasi pengadaan barang jasa pemerintah sehingga passing grade tidak mencukupi adalah Setuju (76%). Menurut Amik Tri Istiami, Sebenarnya niat baik dari LKPP sudah benar, yaitu diharapkan orang yang bersertifikasi adalah yang memang mempunyai nilai tinggi sehingga bisa dipertanggung jawabkan. Hal ini terjadi sejak akhir 2012 yaitu sejak tidak ada lagi sertifikat yang berlevel L2, L4, dan L5 dengan menaikkan nilai ambang batas kelulusan yang semula nilai 155 dari total nilai 255 atau sekitar 60,8% sudah bisa dinyatakan lulus dengan level L2, maka sejak ditiadakannya level kelulusan yang dianggap lulus hanya yang dapat melampaui nilai 167 dari total nilai 255 atau sekitar 65,5%. Kenaikan ambang batas yang cukup signifikan ini tentu mempengaruhi sekali pada jumlah kelulusan dari setiap penyelenggaraan ujian. Jika dulu dalam satu kelas berisi 30 orang mengikuti ujian maka yang lulus bisa mencapai 20 orang atau sekitar 67% terdiri dari 15 orang level L2 dan sisanya 5 orang level L4. Sekarang dengan kondisi yang sama, maka yang lulus hanya 5 orang saja atau sekitar 17% yaitu yang mendapat level L4. Sekilas, kalau dilihat hanya dari sisi prosentasenya, terjadi penurunan yang cukup signifikan dan mengagetkan. Namun sesungguhnya hasil itu tak berbeda sama sekali dengan sebelumnya (Amik Tri Istiami, 2013). Melihat penjelasan diatas, maka tanggapan responden terhadap variabel Passing Grade/Nilai Kelulusan sertifikasi pengadaan barang/jasa pemerintah yaitu sangat sulit dalam menjawab pertanyaan soal-soal ujian sertifikasi pengadaan barang jasa pemerintah sehingga passing grade tidak mencukupi adalah Setuju (76 %), kondisi ini masih sangat timpang sekali dengan hipotesis yaitu sebesar 19 % atau Sangat Tidak Setuju, ini perlu menjadi perhatian serius terutama bagi instansi penyelengara pendidikan dan
33
pelatihan barang/jasa pemerintah untuk bekerja secara maksimal agar semua materi yang diberikan mudah dipahami oleh peserta. Dan sebaiknya peserta diajak untuk praktek secara langsung sehingga peserta yang tadinya tidak mengetahui sama sekali tentang pengadaan barang/jasa pemerintah akan mudah memahami dan menjawab soal-soal ketika ujian.
34
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1.
Hasil tanggapan responden terhadap Kondisi Sarana Pembelajaran Pendidikan dan Pelatihan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang dilaksanakan pada tanggal 21 s/d 23 Maret 2016
oleh Badan Kepegawaian Daerah Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung adalah Cukup (persentase index 58,3 %) sedangkan Hipotesis adalah sebesar 70 % atau Baik. 2.
Hasil tanggapan responden terhadap Proses Pembelajaran Pendidikan dan Pelatihan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang dilaksanakan pada tanggal 21 s/d 23 Maret 2016 oleh Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah Cukup (persentase index 57,9 %) sedangkan Hipotesis adalah sebesar 70 % atau Baik.
3.
Hasil tanggapan responden terhadap Pengajar Pendidikan dan Pelatihan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang dilaksanakan pada tanggal 21 s/d 23 Maret 2016 oleh Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah Baik (persentase index 64,1 %) sedangkan Hipotesis adalah sebesar 70 % atau Baik.
4.
Hasil tanggapan responden terhadap Peserta (Motivasi) dalam mengikuti pendidikan dan pelatihan dan ujian sertifikasi pengadaan barang/jasa pemerintah yang dilaksanakan pada tanggal 24 Maret 2016 oleh Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, apakah karena terpaksa oleh atasan atau sengaja tidak mau lulus karena pekerjaan pengadaan barang/jasa pemerintah mempunyai resiko besar sehingga sengaja tidak meluluskan diri adalah Sangat Setuju (persentase index 80,4 %) sedangkan Hipotesis adalah sebesar 19 % atau Sangat Tidak Setuju. 34
35
5.
Hasil tanggapan responden terhadap Kondisi Peserta Saat Ujian sertifikasi pengadaan barang/jasa pemerintah yang dilaksanakan oleh Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tanggal 24 Maret 2016 adalah Baik (persentase index 68,3 %) sedangkan Hipotesis adalah sebesar 70 % atau Baik.
6.
Hasil tanggapan responden terhadap variabel Passing Grade/Nilai Kelulusan sertifikasi pengadaan barang/jasa pemerintah yang dilaksanakan oleh Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tanggal 24 Maret 2016 yaitu sangat sulit dalam menjawab pertanyaan soal-soal ujian sertifikasi pengadaan barang jasa pemerintah sehingga passing grade tidak mencukupi adalah Setuju (persentase index 76,2 %) sedangkan Hipotesis adalah sebesar 19 % atau Sangat Tidak Setuju.
Dari hasil kesimpulan diatas ada dua variabel yang sangat timpang jauh dengan hipotesis yaitu variabel Peserta (Motivasi) dalam mengikuti pendidikan dan pelatihan serta ujian sertifikasi pengadaan barang/jasa pemerintah dan variabel Passing Grade/Nilai Kelulusan sertifikasi pengadaan barang/jasa pemerintah dan kondisi ini menjadikan permasalahan yang cukup serius dalam bidang Pengadaan Barang/jasa Pemerintah.
B. Saran 1. Untuk seluruh Pegawai Negeri Sipil (PNS) Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung khususnya peserta ujian sertifikasi pengadaan barang/jasa pemerintah harus penuh dengan kesungguhan dan serius dalam mempelajari mengenai pengadaan barang/jasa pemerintah karena kesalahan dalam melaksanakan pengadaan barang/jasa pemerintah konsekuensi hukum sangat tinggi dan selalu aktif mengupdate informasi terbaru karena peraturan pengadaan barang/jasa pemerintah selalu berubah-ubah. Sedangkan Pegawai Negeri Sipil (PNS) dalam keseharian pekerjaannya tidak terlepas dari pengadaan barang/jasa pemerintah, dalam hal ini Pegawai Negeri Sipil (PNS) tidak hanya diharapkan lulus dan mempunyai sertifikat
36
tetapi harus mempunyai kemampuan dalam memahami pengadaan barang/jasa pemerintah dan bukan pula sengaja untuk menghindari dan tidak ingin mengetahui sehingga memperkecil kesalahan akibat ketidaktahuan Pegawai Negeri Sipil (PNS) tersebut. 2. Untuk instansi pemerintah pusat dalam hal ini LKPP RI hendaknya membuat regulasi yang jelas yang membedakan kesalahan administrasi dan kesalahan tindak pidana korupsi, sehingga tidak terjadi multi tafsir oleh Aparat Penegak Hukum (APH). Sedangkan instansi terkait seperti Inspektorat dan Aparat Penegak Hukum (APH), sebaiknya melakukan pembinaan sehingga Pegawai Negeri Sipil (PNS) tidak merasa takut dalam melaksanakan pengadaan barang/jasa pemerintah dan pembangunan tidak akan terhambat. Khususnya instansi penyelenggara pendidikan dan pelatihan serta ujian sertifikasi hendaknya berusaha secara maksimal dan optimal dalam melaksanakan pendidikan dan pelatihan pengadaan barang/jasa pemerintah dengan kondisi sarana prasarana dan pengajar yang baik dan mumpuni sehingga diharapkan peserta memahami dan kemudian lulus ujian sertifikasi pengadaan barang/jasa pemerintah. 3. Untuk peneliti selanjutnya agar dilakukan penelitian yang berkelanjutan dan berkesinambungan, dengan menggunakan variabel yang sama tetapi dengan metode yang berbeda sehingga dapat terlihat atau dibandingkan hasil penelitiannya.
DAFTAR PUSTAKA
Amik, T. I. 2013. Upaya-upaya Meningkatkan Kelulusan Ujian Diklat Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, Jakarta, Pusdiklat Kementerian Agama RI.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Metodelogi Penelitian. Yogyakarta. Bina Aksara.
LKPP, RI. 2015. Petunjuk Teknis Operasional Sertifikasi Keahlian Tingkat Dasar Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Jakarta. Deputi Bidang PPSDM.
LKPP, RI. 2016. Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah Pejabat Fungsional Pengelola Pengadaan Barang/Jasa. Jakarta. Deputi Bidang PPSDM.
Likert, Rensis. 1932. A Technique for the measurement of attitudes. Archives of Psychology 14: 1-55.
Nandang, Sutisna. 2015. Inilah Alasan Filosofis Pemberlakuan Sertifikat Seumur Hidup (on line). (www.nandangsutisna.com/artikel.html?id=Inilah_Alasan_Filosofis_Pemb erlakuan_Sertifikat_Seumur_Hidup diakses tanggal 26 April 2016.) Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 dan perubahannya. tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
Tatang, Rustandar, Wiraatmaja, (2015). (http://www.lkpp.go.id/#/read/3901. Diakses tanggal: 01 Agustus 2016.)
37
Lampiran 1 INSTRUMEN PENELITIAN (KUESIONER) JUDUL
: TINJAUAN TINGKAT KELULUSAN PESERTA UJIAN SERTIFIKASI PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH YANG DILAKSANAKAN OLEH BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH (BKD) PROVINSI KEPULAUAN BANGA BELITUNG PADA TANGGAL 24 MARET 2016
A. DATA UMUM 1. No. Urut
:
2. Nama
:
3. Instansi
:
B. DATA KHUSUS a. Sarana Pembelajaran 1.
Dalam pelaksanaan proses pendidikan dan pelatihan pengadaan barang/jasa pemerintah yang dilaksanakan oleh Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, bagaimana tanggapan saudara tentang kondisi sarana dan prasana tempat pembelajaran tersebut seperti buku, modul, latihan soal yang di fasilitasi oleh panitia pelaksana kegiatan tersebut, yang mana kondisi tersebut dapat mempengaruhi saudara dalam menerima dan memahami materi yang diberikan narasumber untuk lebih membantu saudara dalam mengerjakan soal dalam ujian sertifikasi pengadaan barang/jasa pemerintah? a.
Sangat Buruk
b.
Kurang Baik
c.
Cukup
d.
Baik
e.
Sangat Baik
b. Proses Pembelajaran 1. Selama dalam proses pendidikan dan pelatihan pengadaan barang/jasa pemerintah yang dilaksanakan oleh Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung,
bagaimana tanggapan saudara tentang kondisi Proses
pembelajaran tersebut seperti gangguan kebisingan, kondisi panitia pelaksana yang
mengganggu konsentrasi peserta atau suasana kelas yang tidak nyaman baik dari peserta ataupun dari lingkungan luar kelas, dll, yang mana kondisi tersebut dapat mempengaruhi saudara dalam menerima dan memahami materi yang diberikan narasumber? a. Sangat Buruk b. Kurang Baik c. Cukup d. Baik e. Sangat Baik c. Pengajar 1. Menurut saudara, bagaimana cara metode pengajar sehingga saudara mudah memahami materi dalam proses pendidikan dan pelatihan pengadaan barang/jasa pemerintah yang dilaksanakan oleh Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, ini memudahkan saudara dalam mengerjakan pertanyaan soal-soal dalam ujian sertifikasi pengadaan barang/jasa pemerintah? a. Sangat Buruk b. Kurang Baik c. Cukup d. Baik e. Sangat Baik d. Peserta (motivasi) 1. Mohon memberikan tanggapan mengenai motivasi saudara dalam mengikuti proses pendidikan dan pelatihan pengadaan barang/jasa pemerintah dan ujian sertifikasi pengadaan barang/jasa pemerintah yang dilaksanakan oleh Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, apakah karena terpaksa oleh atasan atau sengaja tidak mau lulus karena pekerjaan pengadaan barang/jasa pemerintah mempunyai resiko besar sehingga sengaja tidak meluluskan diri? a. Sangat Tidak Setuju b. Tidak Setuju c. Netral d. Setuju e. Sangat Setuju
e. Kondisi Peserta Saat Ujian 1. Dapatkah saudara menjelaskan kondisi saat ujian sertifikasi pengadaan barang/jasa pemerintah yang dilaksanakan oleh Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
pada tanggal 24 Maret 2016, baik itu kondisi
kesehatan, psikologis, maupun peralatan dan perlengkapan ujian yang saudara miliki? a. Sangat Kurang Sekali b. Kurang Baik c. Cukup d. Baik e. Sangat Baik f. Passing Grade/Nilai Kelulusan 1. Menurut saudara apakah pertanyaan soal-soal ujian sertifikasi pengadaan barang/jasa pemerintah yang dilaksanakan oleh Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tanggal 24 Maret 2016 sangat sulit dikerjakan atau tidak sesuai dengan materi yang dipelajari sehingga mempengaruhi hasil ujian sauadara karena passing grade untuk lulus tidak mencukupi? a. Sangat Kurang Setuju b. Tidak Setuju c. Netral d. Setuju e. Sangat Setuju