PERANAN MANAJEMEN DAN INSPEKTORAT JENDERAL TERHADAP PENGENDALIAN INTERN ATAS PENGADAAN BARANG/JASA PADA KEMENTERIAN AGAMA
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun Oleh: EFI KURNIAWATI NIM. 109082000019
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2013
PERANAN MANAJEMEN DAN INSPEKTORAT JENDERAL TERHADAP PENGENDALIAN INTERN ATAS PENGADAAN BARANG/JASA PADA KEMENTERIAN AGAMA
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun Oleh: EFI KURNIAWATI NIM. 109082000019
Dibawah Bimbingan
Pembimbing I
Pembimbing II
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2013
ii
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI Hari ini Kamis, 19 September 2013 telah dilaksanakan Ujian Skripsi atas mahasiswa: Nama
: Efi Kurniawati
NIM
: 109082000019
Jurusan
: Akuntansi/Audit
Judul Skripsi: Peranan Manajemen dan Inspektorat Jenderal Terhadap Pengendalian Intern Atas Pengadaan Barang/Jasa pada Kementerian Agama. Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 19 September 2013
1. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS NIP. 19570617 1985 03 1 002
2. Hepi Prayudiawan, SE., Ak., MM NIP. 19720516 200901 1 006
3. Reskino, SE., M.Si, Ak NIP. 19740928 200801 2 004
4. Dr. Rini, Ak., CA NIP. 19760315 200501 2 002
5. Yessi Fitri, SE., M.Si, Ak NIP. 19760924 200604 2 002 iv
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I.
Data Pribadi: Nama
II.
III.
:
Efi Kurniawati
Tempat, Tanggal Lahir :
Jakarta, 06 Januari 1992
Alamat
:
Jl. H. Jaidi No. 45 RT. 007/011, Pejaten Timur, Ps. Minggu, Jakarta Selatan
Telpon
:
021 – 7816829 / 085717092122
Email
:
[email protected]
Riwayat Pendidikan: 2006-2009
SMA Negeri 55 Jakarta
2003-2006
SMP Negeri 227 Jakarta
1997-2003
SD Negeri 01 Pejaten Timur, Jakarta Selatan
1996-1997
TK Assalam Pejaten Timur
Pengalaman Kerja: Juni-Desember 2012 Freelance sebagai Internal Auditor untuk audit laporan keuangan periode 2006/2007 dan 2007/2008 PT. Siladen Resort and Spa, Manado. Juli-Agustus 2012
IV.
Kuliah Kerja Sosial Bebas Terkendali (KKSBT)/Magang pada koperasi Serba Usaha (KSU) Ubasyada, Ciputat.
Seminar: 1. Talkshow Pemberantasan Korupsi Bersama KPK, 2009 2. Seminar Nasional “Peran Asuransi Dalam Era Globalisasi”, 2010
vi
3. Seminar Marketing Social Media Network “Situs Sosial Network (Jejaring Sosial) Alternatif Media Pemasaran Berbasis Information System (IS) dan Information Technology (IT)”, 2011 4. “Sekolah Pasar Modal” – Basic Training of Fundamental & Technical Analysis, 2012 5. Tax Intercollegiate Forum, 2012 6. Workshop Audit Terapan, Seminar Audit Forensik Untuk Indonesia Bebas Fraud dan Korupsi, 2012 7. Seminar “Perkembangan Pemikiran Ekonomi dan Akuntansi Islam”, 2012 8. Seminar “Langkah Emas Pengusaha Muslim”, 2012 V.
Data Orang Tua: Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, yaitu pasangan dari: Nama Ayah
: Hikmatullah
Pekerjaan
: Pegawai Negeri Sipil
Nama Ibu
: Mulyanah
Pekerjaan
: Pegawai Negeri Sipil
Alamat Orang tua
: Jl. H. Jaidi No. 45 RT. 007/011, Pejaten Timur, Ps. Minggu, Jakarta Selatan
vii
THE ROLE OF MANAGEMENT AND GENERAL INSPECTORATE TO INTERNAL CONTROL OVER THE PROCUREMENT OF GOODS/SERVICE AT MINISTRY OF RELIGIOUS AFFAIRS OF THE REPUBLIC OF INDONESIA By: Efi Kurniawati
ABSTRACT This research purposes to examine the role of management and general inspectorate to internal control over the procurement of goods/service at Ministry of Religious Affairs of the Republic of Indonesia. This research used primary data by the questionnaires. Questionnaires were distributed to the staff general section at the general secretariat and each general directorate of The Ministry of Religious Affairs of the Republic of Indonesia as much as 40 questionnaires. Number of questionnaires returned was 40 questionnaires. The analyzing method to examine hypothesis was multiple regression analysis. The result of this research showed that the management and general inspectorate significantly contribute to internal control over the procurement of goods/service .
Key words: management, general inspectorate, internal control, the procurement of goods/service
viii
PERANAN MANAJEMEN DAN INSPEKTORAT JENDERAL TERHADAP PENGENDALIAN INTERN ATAS PENGADAAN BARANG/JASA PADA KEMENTERIAN AGAMA Oleh: Efi Kurniawati
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji peranan manajemen dan inspektorat jenderal terhadap pengendalian intern atas pengadaan barang/jasa. Penelitian ini menggunakan data primer melalui kuesioner. Kuesioner dibagikan kepada staf bagian umum pada sekretariat jenderal dan masing-masing direktorat jenderal Kementerian Agama Republik Indonesia sebanyak 40 kuesioner. Kuesioner yang terkumpul sejumlah 40 kuesioner. Metode analisis untuk menguji hipotesis adalah analisis regresi berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa manajemen dan inspektorat jenderal berperan secara signifikan terhadap pengendalian intern atas pengadaan barang/jasa.
Kata kunci: manajemen, inspektorat jenderal, pengendalian intern, pengadaan barang/jasa
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, atas barokah yang selalu diberikan-Nya. Maka penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat dalam menempuh studi S1 untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada jurusan Akuntansi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari karya ini tidak terlepas dari bantuan dan doa, dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesarbesarnya atas bantuan dan do’a kepada: 1.
Mama, papa, kakakku serta adikku tercinta yang senantiasa memberikan kasih, sayang, semangat, dan do’a.
2.
Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Jakarta.
3.
Ibu Dr. Rini, SE., M.Si., Ak selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Jakarta serta Dosen Pembimbing 1 yang dengan sabar memberikan bimbingan dan petunjuk yang sangat membantu bagi penulis.
4.
Ibu Yessi Fitri, SE., Ak., M.Si., selaku Dosen Pembimbing 2 yang telah menuntun dan mengarahkan penulis agar dapat menyelesaikan skripsi ini.
5.
Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis khususnya Jurusan Akuntansi, terima kasih atas ilmu-ilmu yang telah diberikan kepada saya.
6.
Seluruh pihak Kementerian Agama atas partisipasinya sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian dengan baik.
7.
Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu selesainya Skripsi ini.
x
Selanjutnya dengan senang hati penulis menerima segala kritik dan saransaran yang sifatnya membangun dalam hubungannya dengan penulisan skripsi ini. Akhir kata penulis mengharapkan semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Jakarta, 19 September 2013
Penulis
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..........................................................................................i LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................ii LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF..............................iii LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ..............................................iv LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH .....................v DAFTAR RIWAYAT HIDUP ....................................................................... vi ABSTRAKSI....................................................................................................viii KATA PENGANTAR ...................................................................................... .x DAFTAR ISI ................................................................................................... xii DAFTAR TABEL .......................................................................................... ..xvi DAFTAR BAGAN ........................................................................................ ...xvii DAFTAR GAMBAR .......................................................................................xviii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. ...xix BAB I
PENDAHULUAN.............................................................................. 1 A Latar Belakang Penelitian ............................................................. 1 B Rumusan Masalah ......................................................................... 9 C Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 12 A Landasan Teoritis ......................................................................... 12 1
Teori Agency ......................................................................... 12
2
Teori Sistem ......................................................................... 13
xii
3
Pengendalian Intern ............................................................... 15
4
Pengadaan Barang/Jasa ......................................................... 18
5
Manajemen ............................................................................ 22
6
Inspektorat Jenderal .............................................................. 25
B Penelitian Sebelumnya ................................................................ 29 C Kerangka Berpikir ....................................................................... 34 D Keterkaitan Antar Variabel ......................................................... 34 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..................................................... 40 A Ruang Lingkup Penelitian ............................................................ 40 B Metode Penentuan Sampel ........................................................... 40 C Metode Pengumpulan Data .......................................................... 41 D Metode Analisis Data ................................................................... 42 1
Statistik Deskriptif ................................................................. 42
2
Uji Kualitas Data .................................................................... 42
3
Uji Asumsi Klasik ................................................................. 44
4
Uji Hipotesis .......................................................................... 45
E Definisi Operasional Variabel Penelitian Dan Pengukurannya ...... 48 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN .................................................. 52 A
Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ................................ 52 1
Sejarah Singkat Kementerian Agama .................................... 52
2
Struktur Organisasi Kementerian Agama .............................. 53
3
Tempat dan Waktu Penelitian ................................................ 61
B Analisis dan Pembahasan ............................................................. 62
xiii
1
Statistik Deskriptif ................................................................. 63
2
Hasil Uji Kualitas Data .......................................................... 65
3
4
5
a
Uji Reliabilitas ................................................................. 65
b
Uji Validitas .................................................................... 67
Hasil Uji Asumsi Klasik ....................................................... 71 a
Hasil Uji Multikolonieritas .............................................. 71
b
Hasil Uji Heteroskedastisitas .......................................... 72
c
Hasil Uji Normalitas ....................................................... 72
Hasil Uji Hipotesis ................................................................ 74 a
Hasil Uji Koefisien Determinasi ...................................... 74
b
Hasil Uji Regresi secara Simultan (Uji F) ....................... 75
c
Hasil Uji Regresi secara Parsial (Uji t) ........................... 76
Analisis dan Interpretasi ........................................................ 78 a
Peranan Manajemen Terhadap Pengendalian Intern atas Pengadaan Barang/Jasa .................................................... 78
b
Peranan Inspektorat Jenderal Terhadap Pengendalian Intern atas Pengadaan Barang/Jasa ................................. 81
c
Peranan Manajemen dan Inspektorat Jenderal secara Simultan Terhadap Pengendalian Intern atas Pengadaan Barang/Jasa ..................................................................... 83
BAB V PENUTUP ......................................................................................... 85 A Kesimpulan .................................................................................. 85 B Implikasi ....................................................................................... 86
xiv
C Saran ............................................................................................. 87 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 88 LAMPIRAN ..................................................................................................... 93
xv
DAFTAR TABEL No.
Keterangan
Halaman
2.1
Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu ....................................................... 29
3.1
Bobot dan Kategori Skala Likert ....................................................... 42
3.2
Operasional Variabel ......................................................................... 50
4.1
Jumlah Kuesioner .............................................................................. 62
4.2
Deskriptif Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ........................... 63
4.3
Deskriptif Responden Berdasarkan Pendidikan ................................ 63
4.4
Deskriptif Responden Berdasarkan Lama Bekerja ........................... 64
4.5
Statistik Deskriptif ............................................................................ 64
4.6
Hasil Uji Reliabilitas Peranan Manajemen ....................................... 66
4.7
Hasil Uji Reliabilitas Inspektorat Jenderal ........................................ 66
4.8
Hasil Uji Reliabilitas Pengendalian Intern atas Pengadaan Barang/Jasa ....................................................................................... 67
4.9
Hasil Uji Validitas Peranan Manajemen ........................................... 68
4.10
Hasil Uji Validitas Inspektorat Jenderal ........................................... 69
4.11
Hasil Uji Validitas Pengendalian Intern atas Pengadaan Barang/ Jasa ................................................................................................... 70
4.12
Hasil Uji Multikolonieritas ............................................................... 71
4.13
Hasil Uji Koefisien Determinasi ....................................................... 74
4.14
Hasil Uji ANOVA ............................................................................. 76
4.15
Hasil Uji Coefficient ......................................................................... 77
xvi
DAFTAR BAGAN No.
Keterangan
Halaman
2.1
Kerangka Pemikiran .......................................................................... 34
4.1
Struktur Organisasi Kementerian Agama ......................................... 53
4.2
Struktur Organisasi Sekretariat Jenderal ........................................... 54
4.3
Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Pendidikan Islam ............... 55
4.4
Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah ................................................................................................ 56
4.5
Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam .................................................................................................. 57
4.6
Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen ............................................................................................... 58
4.7
Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Katolik ............................................................................................... 59
4.8
Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu ................................................................................................. 60
4.9
Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Budha ................................................................................................ 61
xvii
DAFTAR GAMBAR No.
Keterangan
Halaman
4.1
Hasil Uji Heteroskedastisitas ............................................................. 72
4.2
Hasil Uji Normalitas ......................................................................... 73
xviii
DAFTAR LAMPIRAN No.
Keterangan
Halaman
1.
Surat Izin Penelitian ....................................................... 92
2.
Surat Keterangan Selesai Penelitian....................................................... 101
3.
Kuesioner ................................................................................................ 108
4.
Data Responden ..................................................................................... 114
5.
Data Jawaban Responden ....................................................................... 117
6.
Hasil Uji SPSS ........................................................................................ 124
xix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini banyak media massa yang memberitakan kasus korupsi pada kementerian-kementerian. Apabila kita melihat dari sejumlah kasus korupsi yang ada di Indonesia, kasus tindak pidana korupsi yang ditangani oleh komisi pemberantasan korupsi (KPK) sebagian besar (77%) adalah kasus tindak pidana
korupsi
yang
terkait
dengan
pengadaan
barang
dan
jasa
(Hardjowiyono, 2006) dalam Kurniawan (2009:116). Menurut Sutrisno (2013), hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) tahun 2012 terdapat 15 kementerian yang terindikasi merugikan negara, salah satunya yaitu kementerian agama yang menimbulkan kerugian negara sebesar 79 miliar dengan 572 kasus. Pada tahun 2011, terjadi kasus mengenai pengadaan barang/jasa di Kementerian Agama. Menurut Asril (2013), kasus korupsi proyek pengadaan laboratorium komputer tahun anggaran 2011 dan pengadaan Al Qur’an di Kementerian Agama disebabkan adanya suap yang dilakukan oleh tiga perusahaan sebagai upaya untuk memenangi tender proyek tersebut. Berdasarkan data-data tersebut, aktivitas pengadaan barang/jasa merupakan aktivitas yang paling potensial dimana fraud sering terjadi, baik dari tahap perencanaan maupun tahap pelaksanaan pengadaan barang/jasa. Sehingga aktivitas dalam hal pengadaan barang/jasa perlu mendapat perhatian yang lebih besar. 1
Dalam bidang pengadaan barang/jasa, pemerintah telah menerbitkan Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 2004 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa Instansi Pemerintah, sebagai penyempurnaan dari aturan dan prosedur sebelumnya, yaitu Keppres 80 Tahun 2003 (Bastian, 2005:58). Disamping itu, juga terdapat Peraturan Presiden yang terbaru Nomor 70 tahun 2012 tentang perubahan kedua atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Peraturan tersebut dibuat untuk mengatur pengguna barang/jasa dan penyedia barang/jasa sesuai dengan tugas, fungsi, hak, dan kewajiban serta peranan masing-masing pihak dalam proses pengadaan barang/jasa yang dibutuhkan instansi pemerintah. Tetapi, meskipun peraturan tersebut sudah diberlakukan, fraud di bidang pengadaan barang/jasa masih kerap terjadi pada kementerian maupun instansi lainnya. Fraud tersebut sebenarnya dapat diminimalisir apabila pengendalian intern di dalam kementerian maupun instansi lainnya tersebut memadai. Dengan menerapkan sistem pengendalian intern, maka segala bentuk penyalahgunaan dapat diidentifikasi sedini mungkin. Dengan ini maka segala bentuk upaya-upaya korupsi dapat dihindari (Wahyuni, 2010:15). Pencegahan kecurangan, dapat dilakukan melalui dengan cara-cara berikut (Amrizal, 2004:5): 1. Membangun struktur pengendalian internal yang baik 2. Mengefektifkan aktivitas pengendalian 3. Mengefektifkan kultur organisasi, serta 2
4. Mengefektifkan fungsi internal audit Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008, sistem pengendalian intern adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan asset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundangundangan. Pengendalian internal merupakan suatu prosedur atau metode baik secara langsung maupun secara tidak langsung dapat meminimalkan kecurangan maupun penyelewengan yang terjadi sehingga menimbulkan kerugian negara. Pane (1992) dalam Permana (2009:4) menyatakan pengendalian intern sebagai proses, dipengaruhi oleh dewan komisaris, manajemen dan seluruh karyawan dalam suatu organisasi, yang dirancang untuk menyediakan jaminan yang memadai sehubungan dengan pencapaian tujuan-tujuan perusahaan. Sebuah sistem pengendalian internal harus menjadi bagian yang terintegrasi dalam mengelola organisasi (Boxer, 2011:1). Pola pengendalian tiap organisasi berbeda-beda tergantung pada jenis dan karakteristik organisasi. Organisasi bisnis karena sifatnya yang berorientasi pada perolehan laba, maka alat pengendaliannya lebih banyak bertumpu pada mekanisme negosiasi (negotiated bargain), meskipun hal tersebut bervariasi untuk tiap organisasi dan tingkatan manajemen. Sementara itu, organisasi sektor publik karena sifatnya tidak mengejar laba serta adanya pengaruh politik yang besar, 3
maka alat pengendaliannya lebih banyak berupa peraturan birokrasi (Mardiasmo, 2009:35). Kegiatan pengendalian meliputi kegiatan seperti persetujuan, otorisasi, verifikasi, rekonsiliasi, ulasan kinerja operasional, pengamanan aset, dan pemisahan tugas (Quall, 2004) dalam Frazer (2011:363). Dengan adanya pengendalian
internal yang memadai, segala kesalahan, kecurangan, dan tindakan-tindakan lain yang dapat merugikan perusahaan dapat ditekan serendah mungkin (Permana, 2009:2). Oleh karena itu, perlu adanya struktur pengendalian internal pengadaan barang/jasa yang baik sehingga kegiatan ini bisa dilaksanakan
secara
efektif
dan
efisien
serta
hasilnya
dapat
dipertanggungjawabkan. Menurut PP Nomor 60 Tahun 2008, unsur sistem pengendalian intern pemerintah terdiri dari: lingkungan pengendalian, penilaian risiko, kegiatan pengendalian, informasi dan komunikasi, dan pemantauan pengendalian internal. Dari kelima komponen pengendalian intern, komponen lingkungan pengendalian, merupakan pondasi dari komponen pengendalian intern lainnya. Lingkungan pengendalian merupakan kondisi obyektif yang ada pada organisasi (Pratolo, 2007:3). Setiap orang dalam suatu organisasi memiliki tanggung jawab untuk memastikan sistem pengendalian intern efektif (Boxer, 2011:4).
Manajemen
harus
berhati-hati
dalam
menangani
masalah
pengendalian intern terutama dalam hal pengadaan barang/jasa pemerintah karena masalah ini sepenuhnya berada dalam tanggung jawab dan kendali manajemen. 4
Tanpa pengendalian internal maka manajemen tidak akan mengetahui dan merasa yakin apakah yang telah mereka lakukan telah sesuai dengan yang diharapkan (Purjono, Tanpa tahun:1). Semua tingkatan manajemen harus bekerja sama untuk menciptakan suatu kerangka kerja terpadu yang menurunkan risiko ke tingkat yang dapat diterima dan membantu organisasi dalam mencapai sasaran dan tujuannya (Dinapoli, 2010:3). Setiap anggota organisasi memiliki peran dalam sistem pengendalian intern. Manajemen memiliki sebuah peran dalam memastikan bahwa masingmasing individu yang bekerja memiliki keterampilan dan kemampuan untuk melakukannya, dan untuk menyediakan para pegawai dengan pengawasan, pemantauan, pelatihan yang tepat untuk menjamin bahwa organisasi memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugasnya (Dinapoli, 2007:7). Manajer pada organisasi harus memahami pentingnya menerapkan dan memelihara pengendalian intern yang efektif yang merupakan tanggung jawabnya (Pratolo, 2007:7). Untuk mencapai pengelolaan keuangan negara yang efektif, efisien, transparan, dan akuntabel, menteri/pimpinan lembaga, gubernur, dan bupati/walikota wajib melakukan pengendalian atas penyelenggaraan kegiatan pemerintahan (PP Nomor 60 Tahun 2008). Tanggung jawab dewan pimpinan terhadap pengendalian internal yang paling utama yaitu melibatkan pengawasan, otorisasi, dan etika kepemimpinan (Dinapoli, 2010:2). Selain tanggung jawab atas perencanaan dan penetapan sistem pengendalian intern, manajemen juga harus melakukan pengawasan terhadap 5
sistem pengendalian intern yang tengah berjalan (Fathurrachman, 2008:2). Apabila terjadi penyimpangan pimpinan harus cepat bertindak untuk mengarahkan kembali kepada tujuan yang telah ditetapkan yang dinamakan pengendalian sehingga pengendalian harus dapat menyediakan data yang andal, menggunakan aktiva dan catatan, mendorong efisiensi operasional, dan mendorong ketaatan kepada kebijakan yang ditetapkan manajemen (Permana, 2009:3). Selain para pimpinan yang melakukan pengawasan serta penilaian atas pengendalian intern, ada juga bagian lain dalam suatu perusahaan/organisasi baik yang bersifat publik maupun swasta yang bertanggung jawab untuk menilai efektivitas dan efisiensi pengendalian intern. Bagian ini disebut internal audit, orang yang bekerja dalam bagian ini disebut internal auditor. Dalam suatu kementerian, pelaksanaan internal audit dilakukan oleh Inspektorat Jenderal. Internal audit akan menyajikan analisis, penilaian, saran, bimbingan, serta informasi yang berkaitan dengan aktivitas yang telah dipelajari, ditelaah, dan dinilainya kepada manajemen. Audit internal adalah audit yang dilakukan oleh unit pemeriksa yang merupakan bagian dari organisasi yang diawasi (Mardiasmo, 2009:193). Terdapat empat jenis aktivitas audit internal: finansial, operasional, beriringan, dan desain sistem pengendalian internal (Raymond dan George, 2011:308). Pada saat internal auditor melaksanakan audit operasional, ada tiga fitur dasar yang harus ditemukan, yaitu kecukupan pengendalian, efisiensi, dan kepatuhan terhadap kebijakan perusahaan. 6
Organisasi sektor publik harus memperhatikan value for money dalam menjalankan aktivitasnya. Value for money merupakan konsep pengelolaan organisasi sektor publik yang mendasarkan pada tiga elemen utama, yaitu ekonomi, efisiensi, dan efektivitas (Mardiasmo, 2009:4). Untuk menjamin bahwa tujuan organisasi dijalankan secara ekonomi, efisien, dan efektif, maka diperlukan suatu sistem pengendalian yang efektif. Fungsi seorang auditor internal yaitu meyakinkan bahwa sistem pengendalian internal dalam sebuah organisasi sudah baik dan untuk meyakinkan bahwa perusahaan atau organisasi menggunakan sumber daya yang dimilikinya secara efektif dan efisien. Penelitian yang dilakukan oleh Widyaningsih (2010:53) mengenai pengaruh audit internal terhadap efektivitas pengendalian intern atas biaya produksi menunjukkan bahwa pelaksanaan internal audit memberikan pengaruh yang tinggi terhadap efektivitas pengendalian intern biaya produksi. Menurut Dow, Shea, and Waldrup (2009:124), studi-studi mengenai internal audit telah difokuskan pada dokumentasi struktur pengendalian internal dan dampak keuangan yang signifikan dari lemahnya pengawasan terhadap nilai perusahaan. Untuk memperkuat dan menunjang efektifitas sistem pengendalian intern dapat dilakukan pengawasan intern atas penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah termasuk akuntabilitas keuangan negara dan pembinaan penyelenggaraan sistem pengendalian intern pemerintah (SPIP) (Akso, 2010:9). Pengawasan intern atas penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah dilakukan oleh aparat pengawasan intern pemerintah. Pelaksanaan 7
pengawasan intern oleh aparat pengawasan intern pemerintah dilakukan melalui audit, review, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya. Internal audit dalam sektor publik disebut juga dengan aparat pengawasan
intern
pemerintah,
dilakukan
oleh
Inspektorat
Jenderal
Departemen, Satuan Pengawasan Intern (SPI) di lingkungan lembaga negara dan BUMN/BUMD, Inspektorat wilayah Propinsi (Itwilprop), Inspektorat Wilayah Kabupaten/kota (Itwilkab/Itwilko), dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) (Mardiasmo, 2009:193). Pentingnya pengendalian internal sebagai tindakan preventif untuk meminimalisir terjadinya hal tersebut, hal ini menimbulkan suatu masalah yaitu apakah pengendalian internal pada lingkungankementerian agama sudah efektif seperti yang diharapkan. Manajemen dapat bekerja sama dengan internal auditor untuk mengawasi dan memastikan apakah pengendalian internal sudah berjalan dengan baik. Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian pada kementerian agama, dengan judul: “Peranan Manajemen dan Inspektorat Jenderal terhadap Pengendalian Intern atas Pengadaan Barang/Jasa pada Kementerian Agama”. Penelitian ini merujuk pada hasil penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh (Widyaningsih, 2010) mengenai “Pengaruh Audit Internal Terhadap Efektivitas Pengendalian Intern Biaya Produksi”. Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu: a. Penelitian sebelumnya menggunakan variabel independen pengaruh internal audit dan variabel dependen efektifitas pengendalian intern biaya produksi. 8
Sedangkan pada penelitian ini, peneliti menggunakan variabel independen peranan inspektorat jenderal dan menambahkan satu variabel yaitu peranan manajemen. Variabel dependen yang digunakan pada penelitian ini yaitu pengendalian intern atas pengadaan barang/jasa. b. Populasi penelitian sebelumnya yaitu satuan pengawasan intern (SPI) pada PT. Dirgantara Indonesia (Persero) Bandung. Sedangkan populasi pada penelitian ini yaitu bagian umum pada sekretariat jenderal dan direktoratdirektorat jenderal kementerian agama. c. Penelitian sebelumnya objek yang diteliti yaitu staf satuan pengawasan intern (SPI) pada PT. Dirgantara Indonesia. Sedangkan pada penelitian ini objek yang diteliti yaitu pegawai yang bekerja di sekretariat bagian umum pada sekretariat jenderal dan direktorat-direktorat jenderal kementerian agama. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah yang akan diteliti oleh peneliti adalah sebagai berikut: 1. Apakah manajemen berperan terhadap pengendalian intern atas pengadaan barang/jasa pada Kementerian Agama? 2. Apakah inspektorat jenderal berperan terhadap pengendalian intern atas pengadaan barang/jasa pada Kementerian Agama? 3. Apakah manajemen dan inspektorat jenderal berperan secara simultan terhadap pengendalian intern atas pengadaan barang/jasa pada Kementerian Agama? 9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, peneliti ingin menemukan bukti empiris mengenai hal-hal sebagai berikut: a. Menganalisis peranan manajemen terhadap pengendalian intern atas pengadaan barang/jasa pada Kementerian Agama b. Menganalisis peranan inspektorat jenderal terhadap pengendalian intern atas pengadaan barang/jasa padaKementerian Agama c. Menganalisis peranan manajemen dan inspektorat jenderal secara simultan dalam terhadap pengendalian intern atas pengadaan barang/jasa di Kementerian Agama. 2. Manfaat Penelitian a. Kontribusi Teoritis 1) Mahasiswa jurusan akuntansi, penelitian ini bermanfaat untuk menambah ilmu pengetahuan mengenai peran manajemen dan inspektorat jenderal dalam pengendalian intern atas pengadaan barang/jasa. 2) Masyarakat, sebagai sarana informasi tentang bagaimana peranan manajemen dan internal audit terhadap efektivitas pengendalian internal atas pengadaan barang dan jasa di Kementerian Agama. 3) Peneliti berikutnya, sebagai referensi bagi pihak yang akan meneliti selanjutnya mengenai topik ini.
10
4) Penulis, sebagai sarana untuk menambah pengetahuan mengenai auditing, terutama tentang peran manajemen dan internal audit pemerintah sehingga di masa yang akan datang diharapkan bermanfaat bagi penulis. b. Kontribusi Praktis Bagi pemerintah, sebagai tinjauan yang diharapkan memberikan manfaat untuk meningkatkan peran manajemen mulai dari planning, organizing,
leading,
dan
controlling,
serta
kompetensi
auditor
inspektoratnya melalui pemberian pelatihan-pelatihan khusus mengenai internal
control,
meningkatkan
pendidikan
auditor
internalnya,
khususnya auditor inspektorat jenderal kementerian agar dapat lebih berperan dalam meningkatkan pengendalian internal pada bidang pengadaan barang dan jasa melalui kegiatan internal auditnya sehingga dapat
mengurangi
atau
meminimalisir
tindak
kecurangan
atau
penyelewengan yang terjadi pada aktivitas tersebut.
11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoritis 1. Teori Agency Menurut Djajadikerta (2004:18), hubungan agensi (agency relation) muncul pada saat satu atau lebih orang menyerahkan aktiva miliknya, mendelegasikan wewenang pengelolaan aktiva tersebut pada orang lain. Principal merupakan pihak yang mendelegasikan wewenang atau tanggung jawab untuk pengambilan keputusan. Sedangkan agent adalah pihak yang menjalankan wewenang atau tanggung jawab. Hak dan kewajiban masingmasing pihak (principal dan agent) dijelaskan dalam suatu perjanjian kerja yang disetujui bersama. Teori agensi ini dinyatakan secara sederhana dalam dua masalah. Pertama, ketika perilaku agen dapat diawasi, sebuah kontrak yang didasarkan pada perilaku menjadi optimal karena perilaku agen merupakan komoditi yang dibeli. Ini merupakan kasus sederhana adanya complete information. Semua pihak, prinsipal dan agen, mengetahui apa saja yang dilakukan agen. Kedua, adalah incomplete information. Agen mengetahui apa yang dilakukannya, tetapi prinsipal tidak (Mustikawati, 2004:80). Jadi menurut agency theory, agent yang mempunyai kesempatan dan dorongan diprediksi akan bertindak untuk kepentingan pribadi yang berbeda dengan kepentingan principal.
12
Menyadari adanya agency problem, principal memerlukan alat pengendali agar agent bertindaksesuai dengan tujuan yang ingin dicapainya dan terpaksa mengeluarkan biaya tambahan selain biaya membuat kontrak, namun walau begitu tetap ada kemungkinan masih terjadi kegagalan mengatasi agency problem tadi. Agency problem dapat diminimalisir melalui
pengawasan
(monitoring)
dengan
cara
mendesain
sistem
pengendalian intern serta menyediakan informasi yang bermanfaat secara memadai sehingga dapat mengurangi information asymmetry. Pengendalian intern tersebut akan di review serta di evaluasi oleh manajemen dan melalui kegiatan internal audit. 2. Teori Sistem Teori sistem memungkinkan kita menjelaskan perilaku organisasi baik internal maupun eksternal (Gibson, Vancevich, Donnelly, 1996:41). Secara internal, teori ini akan menjelaskan sebab orang-orang dalam suatu organisasi mau melaksanakan tugas mereka sendiri maupun kelompok. Secara ekternal, teori ini akan membandingkan aktivitas yang terdapat dalam suatu organisasi dengan organisasi lainnya. Ciri-ciri general system science menurut Winardi (2007:162), yaitu: a. Antar hubungan; setiap teori sistem harus memperhatikan elemenelemen di dalam sistem, atau antar hubungan antara berbagai elemen dan interdependensi komponen-komponen sistem. b. Holism; sistem merupakan sebuah keseluruhan yang tidak dapat dibagibagi. 13
c. Upaya untuk mencapai tujuan atau sasaran; sistem-sistem mencakup komponen-komponen
yang
berinteraksi.
Interaksi
menyebabkan
timbulnya situasi akhir atau tujuan atau sebuah posisi keseimbangan dimana aktivitas-aktivitas yang ada membantu pencapaian tujuan. d. Input dan Output; semua sistem tergantung pada input tertentu untuk menimbulkan
aktivitas-aktivitas
yang
akhirnya
menyebabkan
tercapainya tujuan. e. Transformasi; semua sistem merupakan alat transformasi input untuk dijadikan output. f. Entropi; entropi menggambarkan keadaan sebuah sistem tertutup, di mana semua elemen berada dalam keadaan kacau, sistem tersebut sudah “tamat riwayatnya”. g. Pengaturan (regulation); hal ini mencakup tindakan “perencanaan”. Pengawasan (control) berarti bahwa desain orisinal untuk bertindak akan diikuti dan penyimpangan-penyimpangan dari rencana dicatat dan diperbaiki. h. Hierarki; sistem-sistem pada umumnya merupakan keseluruhan yang kompleks yang terdiri dari subsistem-subsistem yang lebih kecil. i. Diferensiasi; pada sistem-sistem kompleks, kesatuan-kesatuan khusus melaksanakan fungsi-fungsi sistemik yang terspesialisasi. j. Ekuifinalitas; pada sistem-sistem terbuka, keadaan final yang sama dapat dicapai dari berbagai macam titik tolak.
14
Berdasarkan ciri-ciri teori sistem diatas, maka peranan manajemen dan internal audit dapat dijelaskan melalui teori ini. Karena peranan para pelaku dalam sebuah organisasi masing-masing memiliki keterkaitan dalam melaksanakan tugasnya yang akan membentuk suatu sistem. Pimpinan harus berhubungan secara keseluruhan dengan aspek perilaku organisasi internal maupun eksternal. Selain itu, melalui teori sistem ini, pimpinan akan mudah dalam mencapai tujuan organisasi karena akan memungkinkan pimpinan dapat memahami sebab efektivitas individu, kelompok, dan organisasi. Dengan pemahaman aspek perilaku dalam organisasi, maka pimpinan akan lebih mudah melaksanakan pengendalian intern yang baik. Karena pengendalian intern dalam suatu perusahaan dilakukan oleh semua lapisan dalam organisasi. 3. Pengendalian Intern Menurut Marshall dan Paul (2004:53), pengendalian intern adalah “pengendalian internal (internal control) adalah rencana organisasi dan metode bisnis yang dipergunakan untuk menjaga aset, memberikan informasi yang akurat dan andal, mendorong dan memperbaiki efisiensi jalannya organisasi, serta mendorong kesesuaian dengan kebijakan yang telah ditetapkan.” Berdasarkan Laporan COSO (The Committee of Sponsoring Organization) (Boynton, Johnson, Kell, 2002:142), pengendalian intern yaitu “Pengendalian intern (internal control) adalah suatu proses, yang dilaksanakan oleh dewan direksi, manajemen, dan personel lainnya dalam suatu entitas, yang dirancang untuk menyediakan keyakinan yang memadai berkenaan dengan pencapaian tujuan.”
15
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, sistem pengendalian intern di definisikan sebagai berikut: “proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan asset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan”. Jadi, pengendalian internal adalah proses yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan pegawai untuk mencapai tujuan keandalan laporan keuangan, efektivitas dan efisiensi kegiatan organisasi serta memberikan keyakinan yang memadai bahwa semua aktivitas organisasi sudah berjalan efektif
dan efisien.
Pemahaman akan pentingnya
pengendalian sektor publik menyebabkan perlunya pendalaman tentang pengendalian itu sendiri. Pengendalian
dapat
diinterpretasikan
sebagai
proses
maupun
pengarah. Jika sebagai proses, pengendalian lebih dianggap sebagai alat manajemen dalam pelaksanaan keputusan. Jika sebagai pengarah, pengendalian dapat diartikan sebagai intervensi dalam pengambilan keputusan (Bastian, 2005:83). Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008, unsur sistem pengendalian intern pemerintah terdiri dari: a. Lingkungan Pengendalian Pimpinan instansi pemerintah wajib menciptakan dan memelihara lingkungan pengendalian yang menimbulkan perilaku positif dan kondusif untuk penerapan sistem pengendalian intern dalam lingkungan 16
kerjanya, melalui: penegakan integritas dan nilai etika, komitmen terhadap kompetensi, kepemimpinan yang kondusif, pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan, pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat, penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan sumber daya manusia, perwujudan peran aparat pengawasan intern pemerintah yang efektif, dan hubungan kerja yang baik dengan instansi pemerintah terkait. b. Penilaian Risiko Pimpinan instansi pemerintah wajib melakukan penilaian risiko. Penilaian risiko terdiri atas: identifikasi risiko dan analisis risiko. Dalam rangka penilaian risiko, pimpinan instansi pemerintah menetapkan tujuan instansi pemerintah dan tujuan pada tingkatan kegiatan dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan. c. Kegiatan Pengendalian Pimpinan instansi pemerintah wajib menyelenggarakan kegiatan pengendalian sesuai dengan ukuran, kompleksitas, dan sifat dari tugas dan
fungsi
instansi
pemerintah
yang
bersangkutan.
Kegiatan
pengendalian terdiri atas: review atas kinerja instansi pemerintah yang bersangkutan, pembinaan sumber daya manusia, pengendalian atas pengelolaan sistem informasi, pengendalian fisik atas aset, pemisahan fungsi, otorisasi atas transaksi dan kejadian penting, pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas transaksi dan kejadian, pembatasan akses atas sumber daya dan pencatatannya, akuntabilitas terhadap sumber daya dan 17
pencatatannya, dan dokumentasi yang baik atas sistem pengendalian intern serta transaksi dan kejadian penting. d. Informasi dan Komunikasi Pimpinan instansi pemerintah wajib mengidentifikasi, mencatat, dan mengkomunikasikan informasi dalam bentuk dan waktu yang tepat.Untuk menyelenggarakan komunikasi yang efektif, pimpinan instansi pemerintah harus sekurang-kurangnya menyediakan dan memanfaatkan berbagai bentuk dan sarana komunikasi, serta mengelola, mengembangkan, dan memperbarui sistem informasi secara terusmenerus. e. Pemantauan Pimpinan instansi pemerintah wajib melakukan pemantauan sistem pengendalian intern.Pemantauan sistem pengendalian intern dilaksanakan melalui pemantauan berkelanjutan, evaluasi terpisah, dan tindak lanjut rekomendasi hasil audit dan review lainnya. 4. Pengadaan Barang/Jasa Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2012 tentang perubahan kedua atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, yang dimaksud dengan pengadaan barang/jasa yaitu: “Pengadaan barang/jasa pemerintah yang selanjutnya disebut dengan pengadaan barang/jasa adalah kegiatan untuk memperoleh barang/jasa oleh kementerian/lembaga/satuan kerja perangkat daerah/institusi yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh barang/jasa”. 18
Tujuannya adalah untuk memperoleh barang/jasa yang dibutuhkan instansi pemerintah dalam jumlah yang cukup dengan kualitas dan harga yang dapat dipertanggungjawabkan, serta dalam waktu dan tempat tertentu secara efektif dan efisien menurut ketentuan dan tata cara yang berlaku (Bastian, 2005:58). a. Prosedur Penyusunan Rencana Umum Pengadaan Barang/Jasa Berdasarkan Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) Nomor 12 Tahun 2011 tentang pedoman umum perencanaan pengadaan barang/jasa pemerintah, prosedur penyusunan rencana umum pengadaan barang/jasa pemerintah, yaitu: 1) Identifikasi kebutuhan barang/jasa 2) Penyusunan dan penetapan rencana penganggaran 3) Penetapan kebijakan umum tentang pemaketan pekerjaan 4) Penetapan kebijakan umum tentang cara pengadaan 5) Penetapan kebijakan umum tentang pengorganisasian pengadaan 6) Penyusunan kerangka acuan kerja 7) Penyusunan jadwal kegiatan pengadaan 8) Pengumuman rencana umum pengadaan b. Prosedur Persiapan Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Berdasarkan cara pengadaan yang terdapat dalam Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) Nomor 12 Tahun 2011, prosedur persiapan pelaksanaan pengadaan barang/jasa dapat dilakukan melalui: 19
1) Swakelola Persiapan pelaksanaan swakelola meliputi: a) Pelaksanaan
swakelola
oleh
kementerian/instansi
lainnya
penanggung jawab anggaran b) Pelaksanaan swakelola oleh instansi pemerintah lain pelaksana swakelola c) Pelaksanaan swakelola oleh kelompok masyarakat pelaksana swakelola 2) Penyedia barang/jasa Persiapan pelaksanaan pengadaan melalui penyedia barang/jasa meliputi: a) Perencanaan pemilihan penyedia barang/jasa b) Pemilihan sistem pengadaan barang/jasa c) Penetapan metode penilaian kualifikasi penyedia barang/jasa d) Penyusunan jadwal pelaksanaan pemilihan penyedia barang/jasa e) Penyusunan dokumen pengadaan barang/jasa f) Penetapan harga perkiraan sendiri (HPS) c. Pemantauan dan Evaluasi Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa Berdasarkan Pedoman Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa yang dibuat oleh Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, Maksud dan tujuan dilakukannya pemantauan dan evaluasi terhadap penyusunan rencana pengadaan barang/jasa adalah untuk mendapatkan umpan balik dalam penyusunan rencana pengadaan barang/jasa yang 20
dilakukan secara berkesinambungan, sehingga perencanaan pengadaan barang/jasa kementerian/institusi lainnya dilakukan sesuai dengan prosedur dan mencapai sasarannya, baik dilakukan oleh pengguna anggaran (PA) masing-masing kementerian/institusi lainnya maupun Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Prosedur pemantauan dan evaluasi atas pengadaan barang/jasa meliputi: 1) Pemantauan Prosedur pemantauan dan evaluasi perencanaan pengadaan barang/jasa, dapat dilakukan melalui pengisian daftar simak atau pertanyaan
oleh
masing-masing
Kementerian/Daerah/Lembaga/
Institusi lainnya, guna mengetahui ketaatannya terhadap pemenuhan ketentuan dan prosedur yang ditetapkan.Contoh formulir pengisian daftar simak terdapat dalam pedoman perencanaan pengadaan barang/jasa. 2) Evaluasi dan Pelaporan Pelaksanaan
tugas
pemantauan
dan
evaluasi
perencanaan
pengadaan barang/jasa dilakukan oleh bagian internal masing-masing kementerian/institusi lainnya melalui unit kerjanya, yang ditunjuk oleh pengguna anggaran, untuk melaksanakan pemantauan dan evaluasi terhadap perencanaan pengadaan barang/jasa kementerian/institusi lainnya dan menyampaikan laporan hasil pemantauan dan evaluasi kepada pengguna anggaran guna mendapatkan penanganan lebih lanjut. 21
3) Pembinaan Pembinaan perencanaan pengadaan barang atau jasa dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas perencanaan pengadaan melalui sosialisasi, diseminasi atau semiloka yang dilakukan secara berkala sesuai dengan kebutuhan. 5. Manajemen a. Definisi Manajemen Williams(2009:7), mendefinisikan manajemen sebagai berikut: “Management is working through others to accomplish tasks that help fulfill organizational objectives as efficiently as possible.” “Manajemen adalah bekerja dengan yang lainnya untuk melaksanakan tugas yang membantu untuk memenuhi tujuan organisasi seefektif mungkin”. Menurut Robbins dan Coulter(2012:36), definisi manajemen yaitu: “Management involves coordinating and overseeing the work activities of others so that their activities are completed efficiently and effectively.” “Manajemen melibatkan koordinasi dan mengawasi aktivitas pekerjaan dari yang lainnya sehingga aktivitas mereka diselesaikan secara efisien dan efektif.” Kinicki dan Williams (2011:5) menyatakan definisi manajemen sebagai berikut: “More formally, management is defined as (1) pursuit of organizational goals efficiently and effectively by (2) integrating the work of people through (3) planning, organizing, leading, and controlling the organization's resource”. 22
“Lebih formal, manajemen di definisikan sebagai (1) mencapai tujuan organisasi secara efisien dan efektif (2) mengintegrasikan pekerjaan orang-orang (3) perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan sumber daya organisasi”. Berdasarkan ketiga definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah sebuah proses yang dilakukan oleh tiap-tiap individu dari suatu organisasi yang dilakukan secara terus menerus untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efisien dan efektif. b. Tingkatan Management dalam Pemerintahan Pusat Dalam
pemerintahan
pusat,
tingkatan
manajemen
dapat
digambarkan pada gambar 2.1 berikut ini:
Eselon I Eselon II Eselon III Eselon IV Non-Eselon Sumber: data yang diolah Gambar 2.1 Tingkatan Manajemen Gambar 2.1 menjelaskan tingkatan manajemen dalam suatu pemerintahan berdasarkan jabatan struktural yang terdiri dari mulai eselon I (satu) sampai dengan non-eselon. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 100 tahun 2000 tentang Pengangkatan Pegawai 23
Negeri Sipil dalam Jabatan Struktural, eselon merupakan tingkatan jabatan struktural. Jabatan struktural adalah suatu kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak seorang pegawai negeri sipil dalam rangka memimpin suatu satuan organisasi negara. Menurut Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 490 Tahun 2003 tentang Pendelegasian Wewenang Pemeriksaan Pelanggaran
Disiplin
Pegawai
Negeri
Sipil
di
Lingkungan
Kementerian Agama, pejabat eselon I (satu) adalah sekretaris jenderal, inspektur jenderal, direktur jenderal, kepala bagian litbang agama dan diklat keagamaan. Pejabat eselon II (dua) adalah kepala biro, sekretaris, direktur, inspektur, kepala pusat pada sekretariat jenderal dan kepala badan litbang agama dan diklat keagamaan, kepala kanwil Dep. Agama Propinsi/D.I. Pejabat eselon III (tiga) adalah kepala bagian, kepala sub direktorat,
kepala
bidang,
kepala
kantor
departemen
agama
kabupaten/kota. Pejabat eselon IV (empat) adalah kepala sub bagian, kepala seksi, kepala KUA. Non-eselon merupakan staf/pegawai yang menjalankan tugas langsung dari pejabat eselon IV. c. Proses Manajemen Organisasi Pemerintahan Menurut Sumarsono (2010:25), proses manajemen organisasi pemerintahan pada dasarnya sama dengan organisasi komersial yaitu perencanaan, pengarahan, pengendalian, dan evaluasi penggunaan 24
sumber-sumber yang dikelola. Menurut Kinicki dan Williams (2011:14), proses manajemen yang dikenal juga sebagai fungsi manajemen dibagi menjadi 4 (empat): 1) Planning:
didefinisikan
sebagai
menetapkan
tujuan
dan
memutuskan bagaimana untuk mencapai tujuan tersebut. Menurut Yuwono, Indrajaya, dan Hariyadi (2005:3), perencanaan adalah salah satu tugas penting manajemen di awal siklus operasional. 2) Organizing: didefinisikan sebagai mengatur tugas, orang-orang, dan sumber daya lainnya untuk menyelesaikan pekerjaaan. 3) Leading:
didefinisikan
sebagai
motivasi,
pengarahan,
dan
kemudian mempengaruhi orang-orang untuk bekerja keras untuk mencapai tujuan organisasi 4) Controlling:
didefinisikan
sebagai
mengawasi
kinerja,
membandingkan kinerja dengan tujuan, dan mengambil tindakan koreksi seperti yang dibutuhkan. 6. Inspektorat Jenderal a. Definisi Inspektorat Jenderal Menurut Sirait (2009:28), inspektorat jenderal didefinisikan sebagai berikut: “Inspektorat jenderal merupakan salah satu unit kerja eselon 1 yang menjalankan fungsi pengawasan (controlling) yang mempunyai tugas pokok dan fungsi utama antara lain melaksanakan kegiatan pengawasan fungsional di lingkungan kementerian terhadap pelaksanaan tugas di setiap unit lingkungan kementerian.”
25
b. Definisi Internal Audit Agoes (2009:221) mendefinisikan internal audit yaitu: “internal audit (pemeriksaan intern) adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan, baik terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan, maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen puncak yang telah ditentukan dan ketaatan terhadap peraturan pemerintah dan ketentuan-ketentuan dari ikatan profesi yang berlaku.” Menurut Mardiasmo (2009:193) definisi audit internal yaitu sebagai berikut: “Audit internal adalah audit yang dilakukan oleh unit pemeriksa yang merupakan bagian dari organisasi yang diawasi.” Menurut Sawyer(2005:7), audit internal yaitu: “Audit internal bertindak sebagai penilai independen untuk menelaah operasional perusahaan dengan mengukur dan mengevaluasi kecukupan kontrol serta efisiensi dan efektivitas kinerja perusahaan.” Dari ketiga definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa internal audit yaitu suatu pemeriksaan yang dilakukan oleh unit bagian pemeriksa dalam organisasi yang bertindak independen untuk menelaah operasional perusahaan, dengan mengukur dan mengevaluasi pengendalian serta kinerja perusahaan dengan tujuan efisiensi dan efektivitas. c. Jenis Audit Internal Sektor Publik Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: PER/05/M.PAN/03/2008 tentang standar audit aparat
26
pengawasan intern pemerintah, kegiatan audit yang dilakukan oleh aparat pengawasan internal pemerintah (APIP) terdiri dari: 1) Audit kinerja Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008 tentang sistem pengendalian intern pemerintah, memberikan kewenangan pada aparat pengawas intern pemerintah (APIP) untuk melaksanakan audit kinerja sebagai bentuk pengawasan. Audit kinerja merupakan audit atas pengelolaan keuangan negara dan pelaksanaan tugas dan fungsi instansi pemerintah yang terdiri dari aspek kehematan, efisiensi, dan efektivitas. Audit kinerja dilakukan untuk menilai tingkat keberhasilan kinerja suatu kementerian/lembaga pemerintah untuk memastikan sesuai atau tidaknya sasaran yang kegiatan yang menggunakan anggaran. 2) Audit dengan tujuan tertentu Audit dengan tujuan tertentu adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan tujuan khusus, diluar audit keuangan dan audit kinerja. Audit dengan tujuan tertentu bertujuan memberikan simpulan atas suatu hal yang diaudit. Yang termasuk dalam kategori ini adalah audit investigatif, audit terhadap masalah yang menjadi fokus perhatian pimpinan organisasi dan audit yang bersifat khas.
27
d. Peran Internal Audit Internal auditor dalam suatu kementerian disebut Inspektorat Jenderal. Internal auditor tidak bertanggung jawab untuk memberikan pendapat tentang ketaatan terhadap hukum. Auditor internal secara periodik akan mengakumulasikan evaluasi pengendalian dari laporan audit
internal
dan
mencapai
kesimpulan
tentang
lingkungan
pengendalian internal, struktur, dan filosofi organisasi secara keseluruhan. Agar peranan audit pengendalian intern pengadaan barang/jasa efektif, maka unsur-unsur berikut ini harus dipenuhi (Permana, 2009:43): 1) Verifikasi. Audit pengendalian internal atas pengadaan barang/jasa melakukan pemeriksaan
secara
metodis
atau
menetapkan
asas-asas
manajemen. 2) Evaluasi Audit pengendalian internal atas pengadaan barang/jasa berperan dalam penilaian menyeluruh pengendalian internal pengadaan barang/jasa dengan membandingkan kriteria-kriteria yang ada. 3) Rekomendasi Audit pengendalian internal atas pengadaan barang/jasa berperan dalam memberikan rekomendasi untuk membantu menyelesaikan permasalahan pengendalian internal pengadaan barang/jasa, baik yang sekarang maupun masa yang akan datang. 28
B. Penelitian Sebelumnya Tabel 2.1 Hasil-hasil Penelitian terdahulu No. 1.
Peneliti, Tahun, dan Judul Penelitian Peranan Audit Internal dalam Menunjang Efektivitas Pengendalian Internal Penjualan dan Penagihan Piutang. (Permana, 2009)
2.
Internal Control and Management Guidance. (Feng, et al., 2009)
Metode Penelitian Jenis Penelitian: Kuantitatif Sumber Data: Primer, Kuesioner Sampel: Auditor Internal pada Divisi Internal Auditor PT. Telekomunikasi Indonesia Metode Analisis: Korelasi Jenis Penelitian: Kuntitatif Sumber Data: Sekunder; Audit Analytics, First Call, Annual Compustat, CRSP Sampel: 2.940 firm-years Metode Analisis: OLS Regression
Variabel X1 X2 Y √
√
√
√
Hasil Penelitian Pelaksanaan audit internal sangat memadai. Pengendalian Internal atas penjualan dan penagihan piutang sangat efektif. Audit internal memadai berperan dalam menunjang efektivitas pengendalian internal penjualan dan penagihan piutang. Panduan manajemen memiliki efek yang signifikan terhadap pengendalian internal.
Bersambung ke halaman selanjutnya 29
Tabel 2.1 (Lanjutan) No. 3.
Peneliti, Tahun, dan Judul Penelitian Pengaruh Audit Internal terhadap Efektivitas Pengendalian Intern Biaya Produksi (Widyaningsih, 2010)
4.
The Role of Internal Audit Fuction in the disclosure of Material Weaknesses (Lin, etal.,2011)
Metode Penelitian Jenis Penelitian: Kuantitatif Sumber Data: Primer, Kuesioner Sampel: 20 Auditor Internal PT Dirgantara Indonesia Metode Analisis: Korelasi Product Moment Jenis Penelitian: Kuntitatif Sumber Data: Sekunder; Sampel: 214 perusahaan yang didapatkan melalui survey GAIN IIA Metode Analisis data: Logistic Regression Variabel Lainnya: Pengungkapan Kelemahan yang Material
Variabel X1 X2 Y √
√
√
Hasil Penelitian Pelaksanaan audit internal memberikan pengaruh yang tinggi terhadap efektivitas pengendalian intern biaya produksi.
Internal audit berperan dalam pengungkapan kelemahan yang material.
Bersambung ke halaman selanjutnya 30
Tabel 2.1 (Lanjutan) No. 5.
Peneliti, Tahun, dan Judul Penelitian The Effect of Internal Contol on the Operating Activities of Small Restaurant (Frazer, 2011)
6.
Management Disclosure on Internal Control in Annual Report – A Study on Banking Sector: Bangladesh (Arifuzzaman, 2011)
Metode Penelitian Jenis penelitian: kuantitatif Sumber data: primer, kuesioner melalui mail Sampel: 270 manajer restoran yang beroperasi di Nassau County, New York Metode analisis: regresi berganda Variabel lainnya: pemisahan tugas (X1), penjagaan asset (X2), dan verifikasi transaksi (X3). Jenis Penelitian: Kuntitatif Sumber data: sekunder; Dhaka Stock Engchange (DSE) Teknik Sampling: Random Basis Sampel: 7 Bank yaitu:
Variabel X1 X2 Y √
√
√
Hasil Penelitian Adanya hubungan yang negatif antara pemisahan tugas dan perusahaan kecil. Adanya hubungan positif antara pengendalian internal dengan penjagaan aset. Adanya hubungan yang positif antara pengendalian internal dengan verifikasi transaksi.
Laporan manajemen dari sektor perbankan meliputi pengungkapan pengendalian internal. Tingkat pengungkapan bervariasi dengan perusahaan yang berbeda.
Bersambung ke halaman selanjutnya 31
Tabel 2.1 (Lanjutan) No.
7.
Peneliti, Tahun, dan Judul Penelitian
Internal Audit Function: an exploratory study from Egyptian list firm (Ebaid, 2011)
8.
Pengaruh Kualitas Audit Internal Terhadap Efektivitas Sistem Pengendalian Internal Satuan Kerja Perangkat Daerah di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Lumajang (Dityatama, 2012)
Metode Penelitian AB Bank Ltd, Bangla Bank Ltd, Jamuna Bank Ltd, Merchantile Bank Ltd, Mutual Trust Bank Ltd, Premier Bank Ltd, Southest Bank Ltd. Jenis penelitian: kuantitatif Sumber data: Primer, Kuesioner Sampel: Internal auditor perusahaan-perusahaan terdaftar di Mesir Metode penelitian: regresi berganda Jenis penelitian: kuantitatif Sumber data: Primer, Kuesioner Teknik sampling: sampling jenuh/sensus Sampel: 22 orang auditor
Variabel X1 X2 Y
√
√
√
Hasil Penelitian
Sebagian besar perusahaan di Mesir memiliki fungsi internal audit tetapi fungsinya masih kurang terpenuhi. Hasilnya juga mengungkapkan bahwa fungsi internal audit masih berfokus pada audit keuangan dan kepatuhan pengendalian internal. Kualitas audit internal berpengaruh positif terhadap efektifitas sistem pengendalian internal Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
Bersambung ke halaman selanjutnya 32
Tabel 2.1 (Lanjutan) No.
9.
Peneliti, Tahun, dan Judul Penelitian
Investigating the Effective Factors on Management Internal Control Applying (Pirayesh, Niazi, Ahmadkhani., 2012)
Metode Penelitian Internal pada Inspektorat Kabupaten Lumajang Teknik analisis data: Statistika deskriptif dengan Smart-PLS Jenis penelitian: kuantitatif Sumber data: Primer Sampel: 195 karyawan yang bekerja pada sektor administrasi dan keuangan instansi pemerintah di Provinsi Zanjan, Iran Metode analisis data: Non-parametric binomial test, t-student, dan Freedman test Variabel lainnya: penggunaan teknologi informasi
Variabel X1 X2 Y
√
Hasil Penelitian
Implementasi teknologi informasi secara positif mempengaruhi tim manajemen untuk mengontrol sistem mereka. Penggunaan manajer yang lebih terampil dan memiliki spesifikasi khusus berpengaruh positif terhadap manajemen pengendalian internal.
Sumber: Data yang diolah
33
C. Kerangka Berpikir Kerangka pemikiran penelitian ini dapat digambarkan dalam bagan 2.1 Adanya Fraud atas Pengadaan komputer dan al-qur’an di Dirjen BIMAS Islam
Lemahnya Pengendalian Intern pada kementerian agama
Dasar Teori: Teori Agency dan Teori Sistem
Variabel Independen
Variabel Dependen
Peranan Manajemen (X1) Pengendalian Intern (Y) Internal Audit (X2)
Metode Analisis: Regresi Berganda
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Kesimpulan, Keterbatasan, dan Saran
D. Keterkaitan Antar Variabel 1. Peranan Manajemen terhadap pengendalian intern antara pengadaan barang/jasa Manajemen sebuah organisasi, melibatkan empat (4) fungsi dasar: planning, organizing, actuating, controlling. Dalam mengelola suatu organisasi diperlukan suatu sistem pengendalian intern. Pengendalian 34
intern meningkatkan kemungkinan tercapainya tujuan manajemen. Secara umum, dewan pimpinan tidak mendesain pengendalian internal atau menyiapkan peraturan tertulis yang mereka adopsi. Manajemen (termasuk dewan pimpinan) adalah yang bertanggung jawab untuk memastikan bahwa pengendalian tepat berada di tempatnya, dan bahwa mereka bekerja sesuai dengan bagaimana yang dimaksudkan (Dinapoli, 2010:2). Masing-masing individu dalam suatu organisasi memiliki tanggung jawab untuk memastikan sistem pengendalian intern organisasi tersebut efektif. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Feng (2009:203), panduan manajemen memiliki efek yang signifikan terhadap pengendalian internal. Disamping itu, penelitian yang dilakukan oleh Arifuzzaman (2011:219) menunjukkan bahwa laporan manajemen mengungkapkan pengendalian internal, walaupun tingkatannya berbeda-beda. Pimpinan wajib melakukan pengendalian atas penyelenggaraan kegiatan pemerintahan dalam rangka untuk mencapai pengelolaan keuangan negara yang efektif, efisien, transparan, dan akuntabel dengan mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Pimpinan dan pegawai harus memiliki tindakan yang mendukung pengendalian internal. Pimpinan harus terus-menerus mengawasi output yang dihasilkan oleh sistem pengendalian dan mengambil tindakan yang tepat apabila terjadi penyimpangan.
35
Pembagian tugas seperti otorisasi, pemrosesan, pencatatan, dan pemeriksaan transaksi harus dipisahkan ke masing-masing individu dan unit. Pengawasan harus dilakukan dengan baik dan berkelanjutan untuk memastikan pencapaian tujuan pengendalian internal. Akses untuk mendapatkan dokumen atau catatan harus dibatasi ke individu yang memang
berwenang,
seseorang
yang
bertanggung
jawab
untuk
pengamanan dan penggunaan sumber daya dan orang lain yang mencatat. Selain itu, setiap karyawan instansi bertanggung jawab untuk menyadari
dan
memperhatikan
manajemen
risiko
dan
masalah
pengendalian intern, untuk mempertimbangkan keterbatasan dan area risiko utama, keputusan dokumen dan untuk memberikan dukungan informasi. Dalam pemerintahan, standar untuk pengendalian intern masingmasing kementerian tidak berbeda. Karena standar tersebut dibuat oleh pemerintah baik yang terdapat dalam perundang-undangan, peraturan pemerintah, keputusan presiden, dan sebagainya. Masing-masing unit di kementerian hanya melaksanakan pengendalian intern yang sudah distandarisasikan. Pengawasan
kegiatan
operasional
dalam
direktorat
jenderal
kementerian dilakukan oleh tiap-tiap tingkatan manajemen yang ada dalam kementerian tersebut, mulai dari direktur jenderal, direktur, sekretaris, kepala bagian, kepala sub bagian, sampai dengan staf.
36
2. Peranan Inspektorat Jenderal Terhadap Pengendalian Intern atas Pengadaan Barang/Jasa Pengendalian internal merupakan suatu alat manajemen untuk mencapai tujuan organisasi dengan melakukan serangkaian aktivitas guna memastikan tercapainya tujuan dan sasaran organisasi tersebut. Untuk memperkuat dan menunjang efektifitas pelaksanaan sistem pengendalian intern pemerintah perlu dilakukan pengawasan intern atas penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah termasuk akuntabilitas keuangan negara yang dilakukan oleh aparat pengawasan intern pemerintah. Aparat pengawasan intern pemerintah merupakan internal auditor yang bekerja pada lembaga pemerintah. Menurut Permana (2009:42), hubungan antara pengendalian internal dan audit internal tidak dapat dipisahkan karena audit internal merupakan salah satu unsur dalam pengendalian internal. Pendapat ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Ebaid (2011:124) yang menyatakan bahwa fungsi internal audit merupakan suatu fungsi yang penting dan telah terbukti untuk meningkatkan efektivitas manajemen risiko, pengendalian internal, dan pemerintahan. Dalam melakukan internal audit, auditor internal akan mengevaluasi pengendalian internal perusahaan, memastikan bahwa pengendalian internal perusahaan sudah dijalankan dengan baik. Oleh karena itu, internal audit sangat berperan dalam pengendalian internal. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Faturrachman (2008:9) menunjukkan bahwa semakin baik pelaksanaan internal audit maka
37
efektivitas pengendalian internal juga akan semakin meningkat. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Permana (2009:83) dengan hasil bahwa internal audit sangat berperan dalam menunjang efektivitas pengendalian internal penjualan dan penagihan piutang pada PT. Telekomunikasi Indonesia (Persero) atau PT. INTI. Praktisi dan akademisi umumnya berpendapat sama bahwa efektivitas pengendalian internal meningkat seiring dengan meningkatnya kualitas fungsi audit internal (Lin, et al, 2011:320). Audit internal yang baik dilakukan oleh orang yang memiliki kompetensi dan independensi sangat dibutuhkan oleh suatu organisasi atau perusahaan. Peranan internal audit dalam kaitannya terhadap pengendalian internal atas pengadaan barang/jasa meliputi semua aspek yang berkaitan dengan pengadaan barang/jasa. Oganisasi harus melaksanakan audit terhadap pengendalian barang/jasa untuk memastikan bahwa pengendalian internal yang terdapat pada aktivitas tersebut telah sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan dan dipelihara secara efektif dan efisien. Internal auditor kementerian, dalam hal ini yaitu inspektorat jenderal kementerian akan melakukan pemeriksaan berkala atas pelaksanaan pengendalian internal tersebut. Setelah itu, internal auditor tesebut akan memberikan saran-saran perbaikan yang diperlukan kepada manajemen dalam bentuk rekomendasi. Manajemen akan melaksanakan tindakan yang sesuai dengan rekomendasi yang diberikan oleh internal auditor.
38
Berdasarkan penjelasan diatas, hipotesis yang dibuat oleh penulis yaitu sebagai berikut: H1: Manajemen berperan secara signifikan terhadap pengendalian intern atas pengadaan barang/jasa H2: Inspektorat jenderal berperan secara signifikan terhadap pengendalian intern atas pengadaan barang/jasa H3: Manajemen dan Inspektorat jenderal secara simultan berperan signifikan terhadap pengendalian intern atas pengadaan barang/jasa
39
BAB III Metodologi Penelitian A. Ruang Lingkup Penelitian Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pegawai bagian umum yang terdapat pada sekretariat jenderal dan direktorat jenderal kementerian agama. Adapun objek penelitian ini adalah pegawai bagian umum yang terdapat pada sekretariat jenderal dan direktorat jenderal kementerian agama. B. Metode Penentuan Sampel Sampel pada penelitian ini adalah pegawai bagian umum yang bekerja pada sekretariat jenderal dan direktorat jenderal kementerian agama. Metode yang digunakan peneliti dalam pemilihan sampel penelitian adalah pemilihan purposive sampling, dengan teknik berdasarkan pertimbangan (judgement sampling) yang merupakan tipe pemilihan sampel secara tidak acak yang informasinya
diperoleh
dengan
menggunakan
pertimbangan
tertentu
(umumnya disesuaikan dengan tujuan atau masalah penelitian) (Indriantoro dan Supomo, 2002:131) dengan kriteria sebagai berikut: 1. Kepala bagian biro umum, kepala sub bagian biro umum, dan staf bagian perlengkapan pada Sekretariat Jenderal Kementerian Agama. 2. Kepala bagian umum, kepala sub bagian perlengkapan dan BMN (Barang Milik Negara), serta staf perlengkapan dan BMN pada masing-masing direktorat jenderal yang ada di Kementerian Agama, yang terdiri dari: Direktorat Jenderal Penyelenggaraan
Haji
dan
Umroh,
Direktorat
Jenderal Pendidikan Islam, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat
40
Islam, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Katolik, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu, serta Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Budha. C. Metode Pengumpulan Data Dalam mengumpulkan data, peneliti menggunakan dua metode penelitian yaitu penelitian lapangan dan penelitian kepustakaan. 1. Penelitian Pustaka Merupakan pengumpulan data sekunder melalui buku-buku, jurnaljurnal, serta literatur yang berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam skripsi ini. 2. Penelitian Lapangan Metode pengumpulan data yang dipakai adalah daftar pertanyaan (kuesioner). Metode kuesioner merupakan satu mekanisme pengumpulan data yang efisien bila peneliti mengetahui secara jelas apa yang disyaratkan dan bagaimana mengukur variabel yang diminati. Satu kuesioner atau angket adalah satu set tulisan tentang pertanyaan yang diformulasikan untuk
responden mencatat jawabannya. Kuesioner ini
terdiri dari dua bagian, pertama memuat pertanyaan tentang data diri responden dan kedua berisi pernyataan penelitian yang berhubungan dengan peranan manajemen dan internal audit terhadap pengendalian intern atas pengadaan barang/jasa.
41
Jenis skala yang digunakan untuk menjawab bagian pertanyaan penelitian adalah skala likert yaitu metode yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang suatu fenomena sosial (Indriantoro dan Supomo, 2002:104). Skala likert yang digunakan untuk menjawab pernyataan penelitian memiliki empat kategori sebagaimana disajikan dalam tabel 3.1 dibawah ini: Tabel 3.1 Bobot dan Kategori Skala Likert Jenis Jawaban Bobot
No 1
SL = Selalu
4
2
SR = Sering
3
3
JR = Jarang
2
4
TP = Tidak Pernah
1
D. Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari statistik deskriptif, uji kualitas data, uji asumsi klasik dan uji hipotesis. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan aplikasi IBM SPSS 20. a. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, range (Ghozali, 2011:19). b. Uji Kualitas Data Data ini merupakan data primer maka uji kualitas data penelitian ini menggunakan uji reliabilitas dan uji validasi.
42
a. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas merupakan alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Dalam pengujian reliabillitas ini, peneliti menggunakan metode statistik Cronbach Alpha dengan signifikansi yang digunakan sebesar > 0,70 dimana jika nilai Cronbach Alpha dari suatu variabel > 0,70 maka butir pertanyaan yang diajukan dalam pengukuran instrumen tersebut memiliki reliabilitas yang memadai dan sebaliknya apabila nilai cronbach alpha dari suatu variabel < 0,70 maka reliabilitasnya kurang memadai (Nunnally, 1994) dalam Ghozali (2011:48). b. Uji Validitas Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2011:52). Pengujian validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung dengan r tabel untuk degree of freedom (df) = n-2, dalam hal ini n adalah jumlah sampel. Untuk menguji apakah masing-masing item valid atau tidak, dilihat dengan cara melihat hasil output cronbach alpha pada kolom Correlated Item – Total Correlation untuk masing-masing variabel. Kemudian bandingkan nilai Correlated Item – Total Correlation dengan hasil perhitungan r tabel. Jika r hitung lebih besar
43
dari r tabel dan nilai positif maka atau butir pertanyaan atau tersebut dinyatakan valid (Ghozali, 2011:53). c. Uji Asumsi Klasik a. Uji Multikolonieritas Uji Multikolonieritas digunakan untuk mengetahui apakah ada hubungan atau korelasi diantara variabel independen pada model regresi. Multikolonieritas menyatakan hubungan antar sesama variabel independen. Uji multikolonieritas dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menganalisis matriks korelasi antar variabel independen dan perhitungan nilai tolerance dan VIF. Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai tolerance kurang dari 0,1 atau sama dengan nilai VIF lebih dari 10. Apabila nilai tolerance lebih dari 0,1 dan nilai VIF kurang dari 10, maka tidak terjadi multikolonieritas pada persamaan regresi penelitian (Ghozali, 2011:106). b. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi terdapat persamaan atau perbedaan varian yang dapat
dilihat
dari
grafik
plot.
Deteksi
ada
atau
tidaknya
heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED, dimana sumbu Y adalah Y telah diprediksi dan sumbu X adalah residual (Y
44
prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di studentized (Ghozali, 2011:139). c. Uji Normalitas Uji normalitas ini dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti yang diketahui bahwa uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dengan distribusi normal. Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Jika data (titik) menyebar menjauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis diagonal maka tidak menunjukkan pola distribusi normal yang mengindikasikan bahwa model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas (Ghozali, 2011:163). 4. Uji Hipotesis Pada penelitian ini penulis menggunakan dua variabel independen dan satu variabel dependen. Metode analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah metode regresi berganda (multiple regression), yaitu regresi yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen, yang digunakan untuk menguji H1,
45
H2, dan H3 dengan pendekatan interaksi yang bertujuan untuk memenuhi ekspektasi peneliti mengenai peranan manajemen dan inspektorat jenderal terhadap pengendalian intern atas pengadaan barang/jasa. Persamaan regresinya adalah sebagai berikut: Y = a+b1X1+b2X2+e Y
: Pengendalian intern atas pengadaan barang/jasa
A
: Konstanta
b1b2 : Koefisien regresi X1
: Manajemen
X2
: Inspektorat Jenderal
e
: Error Untuk membuktikan kebenaran uji hipotesis, digunakan uji statistik
terhadap output yang dihasilkan oleh model regresi berganda, yang meliputi: a. Uji Koefisien Determinasi Koefisien Determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2011:97). Nilai koefisien determinasi adalah antara 0 (nol) dan 1 (satu). Nilai R² yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan
hampir
semua
informasi
yang
dibutuhkan
untuk
memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2011:97). b. Uji Regresi secara Simultan
46
Uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat (Ghozali, 2011:98). Uji statistik F digunakan untuk mengetahui pengaruh semua variabel independen yang dimasukkan dalam model regresi secara bersama-sama terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikan 0,05. Menurut Ghozali (2011:98), dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut: 1) Jika nilai F lebih besar dari 4 maka H0 dapat ditolak pada derajat kepercayaan 5%. Dengan kata lain kita menerima hipótesis alternatif, yang menyatakan bahwa semua variabel independen atau bebas mempunyai pengaruh secara serentak dan signifikan mempengaruhi variabel dependen. 2) Jika nilai F lebih kecil dari 4 maka H0 dapat diterima pada derajat kepercayaan lebih dari 5%. Dengan kata lain bahwa semua variabel independen atau bebas tidak mempunyai pengaruh secara serentak dan signifikan mempengaruhi variabel dependen. c. Uji Regresi secara Parsial Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2011:98). Menurut Ghozali (2011:99), dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
47
1) Jika jumlah degree of freedom (df) adalah 20 atau lebih, dan derajat kepercayaan sebesar 5%, maka H0 yang menyatakan bi = 0 dapat ditolak bila nilai t lebih besar dari 2 (dalam nilai absolut). Dengan kata lain kita menerima hipotesis alternatif, yang menyatakan bahwa variabel independen secara individual mempengaruhi variabel dependen. 2) Jika jumlah degree of freedom (df) adalah 20 atau lebih, dan derajat kepercayaan sebesar lebih dari 5%, maka H0 yang menyatakan bi = 0 dapat diterima bila nilai t lebih kecil dari 2 (dalam nilai absolut). Dengan kata lain, hal tersebut menyatakan bahwa variabel independen
secara
individual
tidak
mempengaruhi
variabel
dependen. E. Operasional Variabel Sesuai dengan judul yang dipilih yaitu “Peranan Manajemen dan Inspektorat Jenderal terhadap Pengendalian Internal atas Pengadaan Barang/Jasa pada Kementerian Agama”, terdapat dua variabel independen yaitu peranan manajemen dan inspektorat jenderal, serta satu variabel dependen yaitu pengendalian internal. Berikut ini akan dijelaskan masingmasing variabel beserta cara pengukurannya. 1. Peranan Manajemen (X1) Manajemen adalah sebuah proses yang dilakukan oleh tiap-tiap individu dari suatu organisasi yang dilakukan secara terus menerus untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Variabel ini diukur dengan
48
menggunakan instrumen 4 (empat) fungsi manajemen yaitu planning, organizing, actuating, dan controlling. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini dikembangkan menggunakan instrumen fungsi manajamen oleh Kinicki dan William (2011). Variabel ini diukur dengan menggunakan skala interval (likert) 4 poin dari tidak pernah (1), jarang (2), sering (3), sampai dengan selalu (4). 2. Inspektorat Jenderal (X2) Inspektorat jenderal merupakan unit organisasi yang melaksanakan kegiatan internal audit dalam suatu kementerian. Internal audit memberikan nilai tambah dalam organisasi dengan lebih mengutamakan risiko usaha, pengendalian, dan pengaturan (Dedi Permana, 2009). Internal audit merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh bagian internal perusahaan bahwa segala aktivitas yang terjadi dalam perusahaan sudah diterapkan secara ekonomi, efektif, dan efisien. Variabel ini diukur dengan menggunakan instrumen verifikasi, evaluasi, serta rekomendasi. Variabel ini diukur dengan menggunakan skala interval (likert) 4 poin dari tidak pernah (1), jarang (2), sering (3), sampai dengan selalu (4). Kuesioner dalam penelitian ini merupakan pengembangan dari kuesioner penelitian oleh Permana (2009). 3. Pengendalian Internal (Y) Menurut PP No. 60 Tahun 2008, sistem pengendalian intern adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan
49
keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan asset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Variabel ini diukur dengan menggunakan instrumen komponen sistem pengendalian intern pemerintah yang sudah diatur dalam PP No. 60 Tahun 2008. Variabel ini diukur dengan menggunakan skala interval (likert) 4 poin dari tidak pernah (1), jarang (2), sering (3), sampai dengan selalu (4). Kuesioner dalam penelitian ini merupakan pengembangan dari kuesioner penelitian yang dilakukan oleh Permana (2009). Tabel 3.2 Operasional Variabel Variabel
Sub Variabel
Peranan 1. Planning Manajemen (X1) (Kinicki dan William, 2011)
2. Organizing
3. Leading
Indikator
Butir Skala Pernyataan Pengukuran 1 Interval
a. Menetapkan kebijakan pengadaan b. Membuat rencana 2 umum pengadaan a. Pengorganisasian 3 pengadaan b. Menentukan tugas 4 dan kewenangan a. Mengumumkan 5 rencana umum pengadaan b. Menetapkan 6 perencanaan swakelola c. Menetapkan sistem dan 7 dokumendokumen pengadaan d. Pengumuman 8 lelang Bersambung ke halaman berikutnya
50
Tabel 3.2 (Lanjutan) Variabel
Sub Variabel
Indikator
Butir Skala Pernyataan Pengukuran
e. Penandatanganan 9 kontrak 4. Controlling a. Program 10 pengawasan b. Evaluasi diri 11 Inspektorat Pelaksanaan a. Verifikasi 12, 13 Jenderal (X2) Internal Audit dokumen b. Evaluasi 14,15,16,17 (Permana, kegiatan 2009) c. Rekomendasi 18,19 hasil audit Pengendalian a. Lingkungan a. integritas dan 20, 21 Internal (Y) Pengendalian nilai etika b. Pendelegasian 22 (Permana, dan wewenang 2009) yang tepat b. Penilaian risiko a. Penetapan 23 tujuan kegiatan c. Aktivitas a. Review kinerja 24 Pengendalian b. Pembinaan 25 SDM c. Pemisahan 26 fungsi d. Otorisasi 27, 28, 29, transaksi 30 e. Pencatatan yang 31 akurat f. Pembatasan akses 32 dan sumber daya d. Informasi dan a. Menyediakan dan 33 komunikasi memanfaatkan sarana komunikasi b. Mengelola, 34 mengembangkan dan memperbarui sistem informasi e. Pemantauan a. Pemantauan 35 berkelanjutan
Interval
Interval
51
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Singkat Kementerian Agama Dalam pelaksanaan pembangunan nasional semangat keagamaan menjadi lebih kuat dengan ditetapkannya asas keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan yang Maha Esa sebagai salah satu asas pembangunan. Hal ini berarti bahwa segala usaha dan kegiatan pembangunan nasional dijiwai, digerakkan dan dikendalikan oleh keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sebagai nilai luhur yang menjadi landasan spiritual, moral dan etik pembangunan. Berdirinya Departemen Agama pada 3 Januari 1946, sekitar lima bulan setelah proklamasi kemerdekaan kecuali berakar dari sifat dasar dan karakteristik bangsa Indonesia tersebut di atas juga sekaligus sebagai realisasi dan penjabaran ideologi Pancasila dan UUD 1945. Ketentuan juridis tentang agama tertuang dalam UUD 1945 BAB E pasal 29 tentang agama ayat 1 (satu), dan 2 (dua). Visi Kementerian Agama: “Terwujudnya masyarakat Indonesia yang taat beragama, rukun, cerdas, mandiri, dan sejahtera lahir batin.” (Keputusan Menteri Agama Nomor 2 Tahun 2010) Misi Kementerian Agama: a. Meningkatkan kualitas kehidupan beragama. b. Meningkatkan kualitas kerukunan umat beragama. 52
c. Meningkatkan kualitas raudhatul athfal, madrasah, perguruan tinggi agama, pendidikan agama, dan pendidikan keagamaan. d. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan ibadah haji. e. Mewujudkan tata kelola kepemerintahan yang bersih dan berwibawa. 2. Struktur Organisasi Kementerian Agama Struktur organisasi Kementerian Agama dapat dilihat di bawah ini: Bagan 4.1 Struktur Organisasi Kementerian Agama Kementerian Agama
Sekretariat Jenderal
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Katolik
Inspektorat Jenderal
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Budha
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam
Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah
Badan Penelitian dan Pengembangan dan Pendidikan serta Pelatihan
Sumber: Peraturan Menteri Agama No. 10 Tahun 2010 Seperti yang terlihat pada bagan 4.1 di atas, Kementerian Agama terdiri dari Sekretariat Jenderal, Inspektorat Jenderal, beberapa Direktorat Jenderal, dan Badan Penelitian dan Pengembangan dan Pendidikan serta 53
Pelatihan. Satuan kerja yang digunakan dalam penelitian ini akan dijelaskan sebagai berikut: a. Sekretariat Jenderal Bagan 4.2 Struktur Organisasi Sekretariat Jenderal Sekretariat Jenderal
Biro Perencanaan
Biro Kepegawaian
Biro Keuangan dan BMN
Biro Umum
Biro Hukum dan Kerjasama Luar Negeri
Biro Organisasi dan Tata Laksana
Pusat Kerukunan Umat Beragama
Pusat Informasi dan Hubungan Masyarakat
Sumber: Peraturan Menteri Agama No. 10 Tahun 2010 Sekretariat Jenderal mempunyai tugas: 1) Menyelenggarakan koordinasi pelaksanaan tugas 2) Menyelenggarakan
pembinaan
dan
pemberian
administrasi kepada semua unit organisasi
dukungan
di lingkungan
Kementerian Agama. Susunan organisasi Sekretariat Jenderal seperti yang terlihat pada bagan 4.2 terdiri dari: Biro Perencanaan, Biro Kepegawaian, Biro Keuangan dan BMN (Barang Milik Negara), Biro Organisasi dan Tata Laksana, Biro Hukum dan Kerjasama Luar Negeri, Biro Umum, Pusat 54
Kerukunan Umat Beragama, serta Pusat Informasi dan Hubungan Masyarakat b. Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Bagan 4.3 Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Sekretariat
Bagian Perencanaan dan Sistem Informasi
Direktorat Pendidikan Madrasah
Bagian Keuangan
Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren
Bagian Organisasi dan Tata Laksana
Direktorat Pendidikan Agama Islam
Bagian Umum
Direktorat Pendidikan Tinggi Islam
Sumber: Peraturan Menteri Agama No. 10 Tahun 2010 Direktorat
Jenderal
Pendidikan
Islam
bertugas
menyelenggarakan perumusan serta melaksanaan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang pendidikan Islam berdasarkan kebijakan yang ditetapkan oleh menteri agama dan peraturan perundangundangan yang berlaku. Fungsi Direktorat Jenderal Pendidikan Islam yaitu: Penyiapan perumusan dan penetapan visi, misi, dan kebijakan teknis di bidang pendidikan Islam; perumusan standar, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur di bidang pendidikan Islam; 55
pelaksanaan kebijakan di bidang pendidikan Islam; pemberian pembinaan teknis dan evaluasi pelaksanaan tugas; pelaksanaan administrasi direktorat jenderal. Susunan organisasi yang terdapat dalam Direktorat Jenderal Pendidikan Islam seperti pada bagan 4.3 yaitu: Sekretariat, Direktorat Pendidikan Madrasah, Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, Direktorat Pendidikan Agama Islam, dan Direktorat Pendidikan Tinggi islam. c. Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Struktur organisasi Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah dapat dilihat di bawah ini: Bagan 4.4 Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Sekretariat
Bagian Perencanaan dan Sistem Informasi
Direktorat Pembinaan Haji
Bagian Keuangan
Direktorat Pengelolaan dana haji
Bagian Organisasi dan Tata Laksana
Bagian Umum
Direktorat Pelayanan Haji dan Umrah
Sumber: Peraturan Menteri Agama No. 10 Tahun 2010 56
Direktorat
Jenderal
Penyelenggaraan
Haji
dan
Umrah
melaksanakan urusan mengenai penyelenggaraan haji dan umrah. Struktur organisasi pada direktorat ini dapat dilihat pada bagan 4.4 di atas yaitu sebagai berikut: Sekretariat, Direktorat Pembinaan Haji, Direktorat Pengelolaan Dana Haji, dan Direktorat Pelayanan Haji dan Umrah. d. Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Bagan 4.5 Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Sekretariat
Bagian Perencanaan dan Sistem Informasi
Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah
Bagian b. Keuangan
Direktorat Penerangan Agama Islam
Bagian Organisasi dan Tata Laksana
Direktorat Pemberdayaan Zakat
Bagian Umum
Direktorat Pemberdayaan Wakaf
Sumber: Peraturan Menteri Agama No. 10 Tahun 2010 Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang bimbingan masyarakat Islam. Struktur Organisasi 57
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam pada bagan 4.5 di atas, terdiri dari: Sekretariat, Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah, Direktorat Penerangan Agama Islam, Direktorat Pemberdayaan Zakat, dan Direktorat Pemberdayaan Wakaf. e. Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen bertugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang bimbingan masyarakat Kristen. Susunan organisasi Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen dapat dilihat pada bagan 4.6 berikut ini: Bagan 4.6 Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen Sekretariat
Bagian Perencanaan dan Sistem Informasi
Bagian c. Keuangan
Bagian Organisasi dan Tata Laksana
Direktorat Urusan Agama Kristen
Bagian Umum
Direktorat Pendidikan Kristen
Sumber: Peraturan Menteri Agama No. 10 Tahun 2010
58
f. Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Katolik Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Katolik memiliki tugas untuk menyelenggarakan serta melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang bimbingan masyarakat Katolik. Susunan organisasi Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Katolik dapat dilihat pada bagan 4.7 yang terdiri dari: Sekretariat, Direktorat Urusan Agama Katolik, dan Direktorat Pendidikan Katolik. Bagan 4.7 Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Katolik Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Katolik Sekretariat
Bagian Perencanaan dan Sistem Informasi
Bagian Keuangan
Direktorat Urusan Agama Katolik
Bagian Organisasi dan Tata Laksana
Bagian Umum
Direktorat Pendidikan Agama Katolik
Sumber: Peraturan Menteri Agama No. 10 Tahun 2010 g. Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu memiliki tugas untuk
menyelenggarakan di
serta bidang
melaksanakan bimbingan
kebijakan
masyarakat
dan
standarisasi
teknis
Hindu
berdasarkan
kebijakan yang ditetapkan oleh Menteri. Susunan 59
organisasi Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu dapat dilihat pada tabel 4.8 di bawah ini, yang terdiri dari: Sekretariat dan Direktorat Urusan dan Pendidikan Agama Hindu. Bagan 4.8 Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu Sekretariat
Bagian Perencanaan dan Sistem Informasi
Bagian Keuangan
Direktorat Urusan Agama Hindu
Bagian Organisasi dan Tata Laksana
Bagian Umum
Direktorat Pendidikan Agama Hindu
Sumber: Peraturan Menteri Agama No. 10 Tahun 2010 h. Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Budha Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Budha bertugas menyelenggarakan serta melaksanakan
kebijakan dan standarisasi
teknis di bidang bimbingan masyarakat Budha berdasarkan kebijakan yang ditetapkan oleh Menteri. Susunan organisasi Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Budha terdiri dari: Sekretariat dan Direktorat Urusan dan Pendidikan Agama Budha.
60
Struktur organisasi direktorat jenderal bimbingan masyarakat Budha dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Bagan 4.9 Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Budha Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Budha Sekretariat
Bagian Perencanaan dan Sistem Informasi
Direktorat Urusan Agama Budha
Bagian d. Keuangan
Bagian Organisasi dan Tata Laksana
Bagian Umum
Direktorat Pendidikan Agama Budha
Sumber: Peraturan Menteri Agama No. 10 Tahun 2010 3. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Bagian Umum satuan kerja yang terdapat pada Kementerian Agama. Penyebaran kuesioner dilakukan dalam waktu dua hari, yaitu pada hari pertama disebarkan ke Biro Umum Sekretariat Jenderal, Bagian Umum Direktorat Jenderal Pendidikan Islam dan Direktorat Penyelenggaraan Haji dan Umrah yang kantornya terletak di Jalan Lapangan Banteng Barat No. 3-4, Jakarta Pusat. Sedangkan pada hari kedua, kuesioner disebarkan ke Bagian Umum Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Katolik, Direktorat 61
Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu, dan Direktorat Bimbingan Masyarakat Budha yang kantornya terletak di Jalan M.H. Thamrin No.6, Jakarta Pusat. Total kuesioner yang disebarkan yaitu 40 dan telah kembali sebanyak 40 kuesioner kuesioner dengan rincian sebagai berikut: Tabel 4.1 Jumlah Kuesioner Satuan Kerja
Sekretariat Jenderal Direktorat Jenderal Pendidikan Islam
Jumlah kuesioner yang disebarkan 5 5
Jumlah Persentase Kuesioner yang kembali 5 100% 5
100%
Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah
5
5
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam
5
5
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen
5
5
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Katolik
5
5
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu
5
5
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Budha
5
5
40
40
Jumlah Sumber: Data yang diolah
100%
100% 100% 100% 100% 100% 100%
B. Analisis dan Pembahasan Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode analisis regresi berganda, sehingga hasil pengolahan data dan pembahasannya yaitu sebagai berikut: 62
1. Statistik Deskriptif a. Deskriptif Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 4.2 Jenis Kelamin Frequency Percent Laki-laki Valid Perempuan Total Sumber: Hasil SPSS
25
62.5
Valid Percent 62.5
15 40
37.5 100.0
37.5 100.0
Cumulative Percent 62.5 100.0
Berdasarkan tabel diatas, responden dalam penelitian ini sebagian besar di dominasi oleh responden dengan jenis kelamin lakilaki sebanyak 25 orang sebesar 62,5% dari total responden 40 orang. Sedangkan responden perempuan sebanyak 15 orang sebesar 37,5% dari total responden 40 orang. b. Deskriptif Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tabel 4.3 Pendidikan Frequency Percent S1 Valid S2 Total Sumber: Hasil SPSS
28 12 40
70.0 30.0 100.0
Valid Cumulative Percent Percent 70.0 70.0 30.0 100.0 100.0
Berdasarkan data diatas, responden dalam penelitian ini, paling banyak berasal dari tingkat pendidikan S1 sebanyak 28 orang sebesar 70% dari total 40 responden. Sedangkan sisanya berasal dari tingkat pendidikan S2 sebanyak 12 orang dengan persentase 30% dari total 40 responden. 63
c. Deskriptif Responden Berdasarkan Lama Bekerja Tabel 4.4 Lama Bekerja Frequency Percent > 10 tahun 1-5 tahun Valid 6-10 tahun
20 12 8
50.0 30.0 20.0
Total Sumber: Hasil SPSS
40
100.0
Valid Cumulative Percent Percent 50.0 50.0 30.0 80.0 20.0 100.0 100.0
Dari tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini sudah bekerja dalam waktu > 10 tahun dengan jumlah sebanyak 20 orang sebesar 50% dari total responden. Responden yang tersisa, memiliki lama bekerja antara 1-5 tahun dan 610 tahun. Responden yang sudah bekerja selama 1-5 tahun berjumlah 12 orang sebesar 30%. Sedangkan responden yang sudah bekerja 6-10 tahun, sebanyak 8 orang sebesar 15% dari total responden. d. Hasil Uji Statistik Deskriptif Hasil pengujian statistik deskriptif dapat dilihat di bawah ini: Tabel 4.5 Descriptive Statistics N
Range Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
Variance
PM
40
18
26
44 38.08
5.526
30.533
IA
40
15
17
32 27.00
4.782
22.872
PI
40
22
42
64 54.90
7.128
50.810
Valid N (listwise)
40
Sumber: Hasil SPSS
64
Tabel 4.5 menunjukkan statistik deskriptif dari masing-masing variabel penelitian. Berdasarkan tabel 4.5, hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif terhadap peranan manajemen (PM) menunjukkan range (jangkauan) sebesar 18, nilai minimum sebesar 26, nilai maksimum sebesar 44, mean (rata-rata) sebesar 38,08 dengan standar deviasi sebesar 5,526, serta varians sebesar 30,533. Hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif terhadap internal audit (IA) menunjukkan range (jangkauan) sebesar 15, nilai minimum sebesar 17, nilai maksimum sebesar 32, mean (rata-rata) sebesar 27,00 dengan standar deviasi sebesar 4,782, serta varians sebesar 22,872. Hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif terhadap pengendalian intern atas pengadaan barang/jasa (PI) menunjukkan range (jangkauan) sebesar 22, nilai minimum sebesar 42, nilai maksimum sebesar 64, mean (rata-rata) sebesar 54,9 dengan standar deviasi sebesar 7,128, serta varians sebesar 50,810. 2. Hasil Uji Kualitas Data a. Hasil Uji Reliabilitas Dalam pengujian reliabillitas ini, peneliti menggunakan metode statistik Cronbach Alpha dengan signifikansi yang digunakan sebesar > 0,70 dimana jika nilai Cronbach Alpha dari suatu variabel > 0,70 maka butir pertanyaan yang diajukan dalam pengukuran instrumen tersebut memiliki reliabilitas yang memadai (Nunnally, 1994) dalam Ghozali (2011:48). Hasil uji reliabilitas peranan manajemen, 65
inspektorat jenderal, dan pengendalian intern atas pengadaan barang/jasa dapat dilihat melalui tabel 4.6, 4.7 dan 4.8 berikut ini: Tabel 4.6 Hasil Uji Reliabilitas Peranan Manajemen Variabel
Cronbach’s alpha
N of Item
Peranan 0,817 Manajemen Sumber: Hasil olahan data SPSS
11
Keterangan Reliabel
Berdasarkan data tersebut, semua item pernyataan sebanyak 11 pernyataan yang terkait dengan variabel peranan manajemen adalah reliabel. Dengan dasar penilaian apabila nilai cronbach’s alpha > 0,7 maka reliabilitasnya memadai. Nilai cronbach’s alpha pada variabel ini yaitu sebesar 0,817 > 0,7, sehingga item-item pernyataan mengenai peranan manajemen memiliki reliabilitas yang memadai. Tabel 4.7 Hasil Uji Reliabilitas Inspektorat Jenderal Variabel
Cronbach’s alpha
N of Item
Inspektorat 0,833 Jenderal Sumber: Hasil olahan data SPSS
8
Keterangan Reliabel
Berdasarkan data tersebut, semua item pernyataan dengan total 8 item mengenai inspektorat jenderal adalah reliabel. Dengan dasar penilaian apabila nilai cronbach’s alpha > 0,7 maka reliabilitasnya memadai. Nilai cronbach’s alpha pada variabel ini yaitu sebesar 0,833 > 0,7, sehingga item-item pernyataan mengenai inspektorat jenderal memiliki reliabilitas yang memadai. 66
Tabel 4.8 Hasil Uji Reliabilitas Pengendalian Intern atas Pengadaan Barang/Jasa Variabel
Cronbach’s alpha
Pengendalian Intern atas Pengadaan 0,866 Barang/Jasa Sumber: Hasil olahan data SPSS
N of Item
Keterangan
16
Reliabel
Berdasarkan data tersebut, semua item pernyataan dengan total 16 item mengenai pengendalian intern atas pengadaan barang/jasa adalah reliabel, dengan dasar penilaian apabila nilai cronbach’s alpha > 0,7 maka reliabilitasnya memadai. Berdasarkan hasil uji reliabilitas diatas yang terdiri dari peranan manajemen, inspektorat jenderal, dan pengendalian intern atas pengadaan barang/jasa, maka semua variabel tersebut dinyatakan reliabel. Nilai reliabilitas masing-masing variabel tersebut berada > 0,7. Dari hasil tersebut, dapat dijelaskan bahwa responden memiliki jawaban yang konsisten atau stabil dari waktu ke waktu sehingga kuesioner tersebut memiliki isi yang tidak akan berubah apabila digunakan kembali untuk waktu yang akan datang dan untuk menjelaskan item yang sama. b. Hasil Uji Validitas Pengujian validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung dengan r tabel untuk degree of freedom (df) = n-2, dalam hal ini n adalah jumlah sampel. Untuk menguji apakah masing-masing item valid atau tidak, dilihat dengan cara 67
melihat hasil output cronbach alpha pada kolom Correlated Item – Total Correlation untuk masing-masing variabel penelitian. Kemudian bandingkan nilai Correlated Item – Total Correlation dengan hasil perhitungan r tabel. Pada penelitian ini, jumlah sampel adalah 40. R tabel alpha 0,05 untuk sampel 40 responden yaitu: (df) = 40-2 = 38, yaitu 0,312 (Ghozali, 2011:52). Nilai correlated item – total correlation dibandingkan dengan nilai r tabel 0,312. Apabila nilai r hitung > r tabel dan nilainya positif maka butir atau pernyataan atau indikator tersebut dinyatakan valid. Hasil uji validitas masing-masing variabel dapat dilihat pada tabel 4.9, 4.10, dan 4.11 berikut ini: Tabel 4.9 Hasil Uji Validitas Peranan Manajemen Variabel
Peranan Manajemen
Item
r-hitung
r-tabel
Keterangan
Pernyataan 1
0,495
0,312
Valid
Pernyataan 2
0,498
0,312
Valid
Pernyataan 3
0,463
0,312
Valid
Pernyataan 4
0,634
0,312
Valid
Pernyataan 5
0,521
0,312
Valid
Pernyataan 6
0,718
0,312
Valid
Pernyataan 7
0,318
0,312
Valid
Pernyataan 8
0,425
0,312
Valid
Pernyataan 9
0,460
0,312
Valid
Pernyataan 10
0,519
0,312
Valid
Pernyataan 11
0,359
0,312
Valid
Sumber: Hasil olahan data SPSS
68
Berdasarkan data diatas, masing-masing item pernyataan mengenai variabel peranan manajemen dengan total 11 pernyataan adalah valid. Dengan menggunakan dasar penilaian apabila r hitung > r tabel dan positif, berarti data yang diperoleh adalah valid.Pada kolom r-hitung, tiap-tiap item memiliki nilai lebih besar dari 0,312. Sehingga item-item mengenai peranan manajemen memiliki tingkat validitas yang memadai. Tabel 4.10 Hasil Uji Validitas Inspektorat Jenderal Variabel
Inspektorat Jenderal
Item
r-hitung
r-tabel
Keterangan
Pernyataan 1
0,399
0,312
Valid
Pernyataan 2
0,789
0,312
Valid
Pernyataan 3
0,380
0,312
Valid
Pernyataan 4
0,471
0,312
Valid
Pernyataan 5
0,665
0,312
Valid
Pernyataan 6
0,749
0,312
Valid
Pernyataan 7
0,624
0,312
Valid
Pernyataan 8
0,369
0,312
Valid
Sumber: Hasil olahan data SPSS
Berdasarkan data diatas, masing-masing item pernyataan mengenai variabel inspektorat jenderal dengan total 8 pernyataan valid. Dengan menggunakan dasar penilaian apabila r hitung > r tabel dan positif, berarti data yang diperoleh adalah valid. Pada kolom r-hitung, tiap-tiap item pertanyaan memiliki nilai lebih besar dari 0,312. Sehingga item-item mengenai inspektorat jenderal memiliki tingkat validitas yang memadai. 69
Tabel 4.11 Hasil Uji Validitas Pengendalian Intern atas Pengadaan Barang/Jasa Variabel
Pengendalian Intern atas Pengadaan Barang/Jasa
Item
r-hitung
r-tabel
Keterangan
Pernyataan 1
0,384
0,312
Valid
Pernyataan 2
0,454
0,312
Valid
Pernyataan 3
0,405
0,312
Valid
Pernyataan 4
0,590
0,312
Valid
Pernyataan 5
0,606
0,312
Valid
Pernyataan 6
0,622
0,312
Valid
Pernyataan 7
0,613
0,312
Valid
Pernyataan 8
0,493
0,312
Valid
Pernyataan 9
0,397
0,312
Valid
Pernyataan 10
0,344
0,312
Valid
Pernyataan 11
0,565
0,312
Valid
Pernyataan 12
0,702
0,312
Valid
Pernyataan 13
0,487
0,312
Valid
Pernyataan 14
0,472
0,312
Valid
Pernyataan 15
0,376
0,312
Valid
Pernyataan 16
0,595
0,312
Valid
Sumber: Output SPSS Berdasarkan data diatas, masing-masing item pernyataan mengenai variabel pengendalian intern atas pengadaan barang/jasa dengan total 16 pernyataan valid. Dengan menggunakan dasar penilaian apabila r hitung > r tabel dan positif, berarti data yang diperoleh adalah valid. Pada kolom r-hitung, tiap-tiap item pertanyaan memiliki nilai lebih besar dari 0,312. Sehingga item-item mengenai pengendalian intern atas pengadaan barang/jasa memiliki tingkat validitas yang memadai. 70
Berdasarkan hasil uji validitas diatas yang terdiri dari peranan manajemen, inspektorat jenderal, dan pengendalian intern atas pengadaan barang/jasa, maka semua variabel tersebut dinyatakan valid. Nilai validitas masing-masing item dalam variabel tersebut lebih besar dari r-tabel 0,312. Dari hasil tersebut, dapat dijelaskan bahwa indikator yang digunakan mampu menggambarkan variabel penelitian. Dan dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa kuesioner adalah valid. 3. Hasil Uji Asumsi Klasik a. Hasil Uji Multikolonieritas Pada penelitian ini, uji multikolonieritas dilakukan dengan melihat nilai tolerance dan VIF. Apabila nilai tolerance lebih dari 0,1 dan nilai VIF kurang dari 10, maka tidak terjadi multikolonieritas pada persamaan
regresi
penelitian
(Ghozali,
2011:106).
Hasil
uji
multikolonieritas dapat dilihat pada tabel 4.12 berikut ini: Tabel 4.12 Hasil Uji Multikolonieritas (Constant) PM IJ a Dependen Variabel: PI
Collinearity Statistic Tolerance VIF 0,475 2,107 0,475 2,107 Sumber: Output SPSS
Dari tabel 4.12 di atas, bahwa tidak terdapat multikolonieritas dalam model regresi yang digunakan untuk menguji hipotesis, karena masing-masing variabel independen, yaitu peranan manajemen (PM) dan inspektorat jenderal (IJ) mempunyai nilai tolerance yang masingmasing nilainya lebih besar dari 0,1 yaitu 0,475 dan nilai VIF yang 71
kurang dari 10 yaitu 2,107. Sehingga tidak terjadi hubungan atau korelasi diantara variabel independen, jadi model regresi dalam penelitian ini ideal. b. Hasil Uji Heteroskedastisitas Hasil uji heteroskedastisitas dapat dilihat pada gambar 4.1 di bawah ini: Gambar 4.1
Sumber: Output SPSS Pada grafik scatterplot antara nilai prediksi variabel terikat dengan residualnya diperoleh hasil tidak adanya pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 (nol) pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi pengendalian intern atas pengadaan barang/jasa berdasarkan variabel bebas yaitu manajemen dan inspektorat jenderal. 72
c. Hasil Uji Normalitas Hasil uji normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Jika data (titik) menyebar mendekati diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka hal tersebut menunjukkan pola distribusi normal yang mengindikasikan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas. Sebaliknya, apabila data (titik) menyebar menjauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis diagonal maka tidak menunjukkan pola distribusi normal yang mengindikasikan bahwa model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas (Ghozali, 2011:163). Gambar 4.2
Sumber: Output SPSS
Dengan melihat tampilan grafik normal P-P Plot pada gambar 4.2 di bawah ini, dapat disimpulkan bahwa grafik normal plot terlihat titik73
titik menyebar disekitar diagonal, serta penyebarannya mengikuti garis diagonal. Grafik ini menunjukkan bahwa model regresi layak dipakai karena memenuhi asumsi normalitas. 4. Hasil Uji Hipotesis a. Hasil Uji Koefisien Determinasi Hasil uji koefisien determinasi dapat dilihat pada tabel 4.13 di bawah ini: Tabel 4.13 Model Summaryb Model
R
1
.792a
R Square .627
a. Predictors: (Constant), IJ, PM b. Dependent Variable: PI
Adjusted R Square .607
Std. Error of the Estimate 4.471
Sumber: Output SPSS
Pada tabel di atas, nilai Adjusted R2 yaitu 0,607. Semakin nilai R2 mendekati 1 (satu) berarti variabel-variabel independen hampir memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel-variabel dependen. Dengan demikian, karena nilai R2 dalam penelitian ini adalah 0,607 maka variabel-variabel independen dalam penelitian ini mampu menjelaskan variabel dependennya dengan baik. Selain itu, nilai R2 tersebut dapat berarti juga digunakan untuk mengetahui seberapa besar variabel independen lainnya yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini dapat mempengaruhi variabel dependennya dengan cara, hasil dari Adjusted R2 x 100%. Dengan demikian, koefisien determinasinya yaitu: 0,607 x 100% = 60,7%. 74
Jadi, secara serentak variabel-variabel bebas mempengaruhi variabel terikat sebesar 60,7%. Sisanya yaitu 100 – 60,7% = 39,3% ditentukan oleh variabel lainnya yang tidak disertakan di dalam penelitian ini seperti penggunaan teknologi informasi, penjagaan asset, pemisahan tugas serta verifikasi transaksi. b. Hasil Uji Regresi secara Simultan (Uji F) Uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat (Ghozali, 2011:98). Menurut Ghozali (2011:98), dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut: 3) Jika nilai F lebih besar dari 4 maka H0 dapat ditolak pada derajat kepercayaan 5%. Dengan kata lain kita menerima hipótesis alternatif, yang menyatakan bahwa semua variabel independen atau bebas mempunyai pengaruh secara serentak dan signifikan mempengaruhi variabel dependen. 4) Jika nilai F lebih kecil dari 4 maka H0 dapat diterima pada derajat kepercayaan lebih dari 5%. Dengan kata lain bahwa semua variabel independen atau bebas tidak mempunyai pengaruh secara serentak dan signifikan mempengaruhi variabel dependen. Hasil uji regresi secara simultan (uji F) pada penelitian ini antara variabel peranan manajemen dan inspektorat jenderal terhadap
75
pengendalian intern atas pengadaan barang/jasa dapat dilihat pada tabel 4.14 ANOVA di bawah ini: Tabel 4.14 ANOVAa Model Regression 1
Residual Total
Sum of Squares
Df
Mean Square
1241.955
2
739.645
37
1981.600
39
F
620.977 31.064
Sig. .000b
19.990
a. Dependent Variable: PI b. Predictors: (Constant), IJ, PM Sumber: Output SPSS
Berdasarkan data diatas, hasil uji F menunjukkan nilai F lebih besar dari 4 dan pada tingkat signifikansi 0,000 dimana hal tersebut berada di bawah tingkat signifikansi 5%. Jika nilai probabilitas < 0,05 (5%), maka H0 ditolak atau Ha diterima, ini berarti menyatakan bahwa semua variabel independen atau bebas mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat. Sehingga berdasarkan data tersebut dapat dinyatakan bahwa manajemen dan inspektorat jenderal berpengaruh atau berperan secara bersama-sama terhadap pengendalian intern atas pengadaan barang/jasa. c. Hasil Uji Regresi secara Parsial (Uji t) Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2011:98). Menurut Ghozali (2011:99), dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut: 76
3) Jika jumlah degree of freedom (df) adalah 20 atau lebih, dan derajat kepercayaan sebesar 5%, maka H0 yang menyatakan bi = 0 dapat ditolak bila nilai t lebih besar dari 2 (dalam nilai absolut). Dengan kata lain, kita menerima hipotesis alternatif yang menyatakan
bahwa
variabel
independen
secara
individual
mempengaruhi variabel dependen. 4) Jika jumlah degree of freedom (df) adalah 20 atau lebih, dan derajat kepercayaan > 5%, maka H0 yang menyatakan bi = 0 dapat diterima bila nilai t lebih kecil dari 2 (dalam nilai absolut). Dengan kata lain, hal tersebut menyatakan bahwa variabel independen secara individual tidak mempengaruhi variabel dependen. Hasil uji regresi secara parsial (uji t) ditunjukkan dalam tabel 4.15 coefficients di bawah ini: Tabel 4.15 Coefficients Model
a
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std.
t
Sig.
Collinearity Statistics
Beta
Tolerance
VIF
Error (Constant) 1 PM IJ
16.408
5.029
3.262
.002
.614
.188
.476 3.265
.002
.475 2.107
.560
.217
.376 2.576
.014
.475 2.107
a. Dependent Variable: PI
Sumber: Output SPSS
Di lihat dari data tersebut, nilai t lebih besar dari 2 dan tingkat signifikansi untuk peranan manajemen (PM) adalah 0,002 < 0,05 (5%). Jika nilai probabilitas < 0,05 (5%), maka H0 ditolak atau Ha diterima, 77
ini berarti menyatakan bahwa variabel independen mempunyai pengaruh secara individual terhadap variabel dependen. Sehingga variabel manajemen berperan signifikan terhadap pengendalian intern atas pengadaan barang/jasa. Untuk inspektorat jenderal (IJ), nilai t yaitu lebih dari 2 dan tingkat signifikansinya yaitu 0,014 < 0,05 (5%). Dengan demikian, inspektorat jenderal berperan signifikan terhadap pengendalian intern atas pengadaan barang/jasa. 5. Analisis dan Interpretasi a. Peranan Manajemen (X1) Terhadap Pengendalian Intern atas Pengadaan Barang/Jasa (Y) Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa manajemen berpengaruh positif signifikan terhadap pengendalian intern atas pengadaan barang/jasa, yaitu dengan nilai signifikansi 0,002. Hal ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Arifuzzaman (2011) bahwa manajemen memiliki efek yang signifikan terhadap pengendalian internal. Manajemen benar-benar berperan terhadap pengendalian intern atas pengadaan barang/jasa. Semakin baik pelaksanaan proses manajemen, maka pengendalian internalnya juga semakin baik. Semua kegiatan manajemen mulai dari tahap planning, organizing, leading, sampai dengan controlling yang terkait dengan pengadaan barang/jasa sudah dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan seperti Keppres Nomor 61 Tahun 2004, Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 78
2012, serta pedoman pengadaan barang/jasa dari Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP). Pada tahap planning, pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran selalu menetapkan kebijakan tentang pemaketan pekerjaan dan tata cara pengadaan, serta rencana umum pengadaan (RUP) per tahun. Hal ini berdasarkan jawaban dari responden yang telah dipilih. Sebagian besar dari mereka menjawab rata-rata 4 (empat) dari skala 4 (empat). Apabila pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran selalu melakukan semua aktivitas perencanaan ini, maka kebijakan organisasi yang ada sudah dijalankan atau diterapkan dengan baik. Sehingga komponen pengendalian dalam hal lingkungan pengendalian itu juga semakin baik. Pada
tahap
organizing,
para
pelaksana
kegiatan
harus
menetapkan panitia serta tugas mereka terkait dengan pengadaan barang/jasa. Hal ini selalu dilakukan oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran setelah mereka membuat perencanaan aktivitas pengadaan
barang/jasa
pada
masing-masing
satuan
kerja
di
Kementerian Agama. Apabila tahap organizing ini selalu dilaksanakan dengan baik, maka komponen pengendalian intern dalam hal penilaian risiko serta aktivitas pengendalian semakin baik. Pada tahap leading, pelaksana kegiatan harus mengadakan aktivitas pengadaan yang sudah direncanakan. Para pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran, pejabat pengadaan, maupun 79
pejabat pembuat komitmen harus melaksanakan aktivitas pengadaan barang/jasa sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkan, mulai dari mengumumkan
secara
e-procurement,
pelaksanaan
swakelola,
penetapan sistem pengadaan dan dokumen pengadaan, pengumuman serta penandatanganan oleh pejabat yang berwenang. Berdasarkan data yang sudah diperoleh, sebagian besar responden
menjawab
manajemen
selalu
melakukan
aktivitas
pengadaan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Semakin baik pelaksanaan aktivitas pengadaan sesuai dengan ketentuan yang ada, maka pengendalian pada tahap aktivitas pengendalian serta informasi dan komunikasi semakin baik. Pada tahap akhir controlling, masing-masing pimpinan unit kerja harus mengawasi, memantau serta mengevaluasi aktivitas pengadaan barang/jasa yang sudah dilaksanakan apakah sudah sesuai dengan prosedur, standar, dan aturan yang berlaku. Pada tahap ini, ada 2 (dua) metode yang digunakan dalam melakukan prosedur pemantauan dan evaluasi tersebut, yaitu: melalui daftar simak (pertanyaan) oleh masing-masing kementerian atau dengan menunjuk suatu unit kerja internal untuk melakukan kegiatan tersebut. Pada tahap ini, sebagian besar responden menjawab aktivitas pemantauan dan evaluasi selalu dilakukan. Sebagian besar responden menjawab aktivitas pemantauan dan evaluasi lebih sering dengan menggunakan daftar simak daripada oleh suatu unit internal itu sendiri. 80
Apabila aktivitas pemantauan dan evaluasi selalu dilakukan maka komponen pemantauan dalam kegiatan pengendalian intern juga akan semakin baik. Dengan penjelasan di atas ini, maka manajemen memang berperan dalam hal pengendalian internal atas pengadaan barang/jasa. Semakin baik pelaksanaan manajemen (planning, organizing, leading, dan controlling), maka semakin baik juga pengendalian internalnya. b. Peranan Inspektorat Jenderal (X2) Terhadap Pengendalian Intern atas Pengadaan Barang/Jasa (Y) Pada hasil pengujian hipotesis, inspektorat jenderal berperan signifikan positif terhadap pengendalian intern atas pengadaan barang/jasa dengan nilai signifikansi 0,014. Hal ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Widyaningsih (2010) dan Dityatama (2012) bahwa audit internal memiliki pengaruh terhadap pengendalian internal. Pada pengujian ini, inspektorat jenderal kurang berperan dibandingkan dengan manajemen, dilihat dari nilai signifikansi internal audit yaitu 0,014 > manajemen yaitu 0,002. Pada Kementerian Agama, inspektorat jenderal merupakan bagian internal dari kementerian itu sendiri. Tetapi berbeda dengan perusahaan, internal auditor dalam pemerintahan, tidak bekerja dalam suatu tempat yang sama dengan auditee-nya. Pada Kementerian Agama, pegawai internal auditnya dalam hal ini yaitu pegawai inspektorat jenderal kementerian agama, hanya melakukan 2 (dua) kali 81
pemeriksaan dalam 1 (satu) tahun. Biasanya dilakukan per 6 (enam) bulan sekali. Internal auditor tersebut akan melakukan audit pada semua bagian yang ada dalam satu kementerian agama. Salah satunya yaitu melakukan pemeriksaan di bagian umum yang merupakan pelaksana dari aktivitas pengadaan barang/jasa. Pada saat melakukan internal audit,
auditor
akan
memulai
dengan
mengumpulkan
serta
memverifikasi dokumen-dokumen yang terkait dengan pengadaan barang/jasa dalam proses auditnya. Berdasarkan data responden yang diperoleh dari berbagai satuan kerja, auditor inspektorat jenderal (itjen) sering melakukan aktivitas tersebut. Aktivitas inspeksi dalam hal pengadaan seperti menginspeksi bukti fisik barang yang dibeli, hal tersebut juga sering dilakukan. Pada saat melakukan audit internal, internal auditor selalu melakukan evaluasi kegiatan pengadaan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan, memastikan kepatuhan terhadap ketentuan, peraturan, dan kebijakan yang telah berlaku. Selain itu, auditor inspektorat jenderal (Itjen) kementerian agama saat melakukan audit pada bagian umum, biasanya akan memeriksa faktur-faktur
pembelian
untuk
memastikan
bahwa
organisasi
melakukan pembelian secara ekonomis, efektif, dan efisien. Mereka harus meyakinkan satuan kerja yang di auditnya bahwa organisasi telah memanfaatkan sumber daya secara ekonomis, efisien, dan efektif. 82
Setelah mereka selesai melakukan proses audit, mereka akan mendiskusikan hasil auditnya kepada bagian yang diaudit. Apabila terdapat kesalahan, mereka sering memberikan saran untuk memperbaiki kesalahan tersebut. Di samping itu, auditor inspektorat jenderal (Itjen) akan memberikan rekomendasi/saran yang akan bermanfaat dalam jangka pendek mengenai pengendalian intern. Dengan demikian semakin baik peranan inspektorat jenderal dalam pelaksanaan internal auditnya, maka pengendalian intern organisasi juga akan baik. c. Peranan Manajemen (X1) dan Inspektorat Jenderal (X2) secara Simultan
Terhadap
Pengendalian
Intern
atas
Pengadaan
Barang/Jasa (Y) Pada hasil uji hipotesis dalam penelitian ini, manajemen dan inspektorat
jenderal
berperan
secara
bersama-sama
terhadap
pengendalian intern, dengan hasil pada uji F memiliki nilai signifikansi 0,000 dimana nilai tersebut < tingkat signifikansi 0,05. Proses manajemen dan pelaksanaan internal audit apabila dilakukan lebih sering maka pengendalian intern organisasi juga akan meningkat. Selain itu, para pimpinan, pegawai dan internal auditor juga bersama-sama mengawasi atau memantau sistem pengendalian internal di masing-masing unit bagian. Apabila terjadi kesalahan maka internal auditor dapat membantu pegawai untuk memperbaiki kesalahan tersebut dengan memberikan saran/rekomendasi yang tepat sehingga 83
mereka dapat segera bertindak untuk memperbaikinya. Pada saat auditor inspektorat jenderal melakukan pemeriksaan, pimpinan maupun para staf bagian umum akan membantu dengan menyediakan dokumen-dokumen yang diperlukan sehingga pemeriksaan dapat berjalan dengan lancar. Aktivitas dalam internal audit tidak hanya memeriksa laporan keuangan, tetapi juga untuk memastikan bahwa para pegawai suatu satuan kerja dalam melakukan aktivitas pengadaan barang/jasa sudah sesuai dengan prosedur, ketentuan, dan standar yang berlaku.Selain itu, kegiatan internal audit juga harus memberikan keyakinan pada pegawai organisasi bahwa mereka sudah melaksanakan aktivitasnya dengan prinsip 3E (ekonomi, efisien, dan efektif). Para pimpinan akan melakukan pengawasan terhadap pengendalian intern atas barang/jasa dengan cara menggunakan daftar simak (pertanyaan) ataupun dengan menunjuk suatu unit internal untuk melakukan pengawasan. Biasanya pemeriksaan jenis yang kedua ini dilakukan oleh pejabat pembuat komitmen, dalam hal ini yaitu direktur suatu bagian unit kerja. Sedangkan internal audit akan melakukan pengawasan pada aktivitas pengadaan barang/jasa pada saat mereka melaksanakan pemeriksaan per semester. Namun, hal ini tidak selalu dilaksanakan.
84
BAB 5 PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian ini meneliti tentang peranan manajemen dan inspektorat jenderal terhadap pengendalian intern atas pengadaan barang/jasa. Analisis dilakukan dengan menggunakan analisis regresi berganda dengan program IBM Statistical Package for Social Science (SPSS) Ver. 20. Data sampel pegawai sebesar 40 responden yang masing-masing bekerja pada satuan kerja yang ada di Kementerian Agama. Hasil pengujian dan pembahasan pada bagian sebelumnya dapat diringkas sebagai berikut: 1. Manajemen secara statistik berperan terhadap pengendalian intern atas pengadaan barang/jasa. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Arifuzzaman (2011). Semakin baik pelaksanaan manajemen, maka akan semakin baik juga pengendalian internalnya. 2. Inspektorat jenderal secara statistik berpengaruh terhadap pengendalian intern atas pengadaan barang/jasa. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Fathurrachman (2008), Permana (2009), Widyaningsih (2009), serta Dityatama (2012). Semakin baik pelaksanaan internal audit yang dilakukan
oleh
inspektorat
jenderal,
maka
akan
meningkatkan
pengendalian intern organisasi. 3. Manajemen dan inspektorat jenderal secara statistik berperan secara besama-sama terhadap pengendalian intern atas pengadaan barang/jasa. 85
Apabila pelaksanaan proses manajemen dan internal audit dilakukan secara bersama-sama dengan baik, maka pengendalian intern organisasi juga akan meningkat. B. Implikasi Hasil penelitian ini memberikan masukan yang penting bagi para pimpinan di kementerian agama dalam rangka menyelesaikan permasalahan yang terkait dengan pengendalian intern atas pengadaan barang/jasa. Selain itu,
penelitian
ini
diharapkan
dapat
memberikan
kontribusi
pada
pengembangan ilmu pemeriksaaan akuntansi yang khususnya membahas mengenai pengendalian intern atas barang/jasa, terutama pada sektor publik. Serta diharapkan dapat memberikan informasi tambahan mengenai faktorfaktor apa saja yang dapat mempengaruhi organisasi sektor publik dalam melaksanakan pengendalian internalnya. Dalam penelitian ini, faktor manajemen dan inspektorat jenderal berperan dalam pengendalian intern atas pengadaan barang/jasa. Manajemen memiliki peran yang signifikan terhadap pengendalian intern atas pengadaan barang/jasa, sehingga berpengaruh pada pelaksanaan fungsi dan tugas sesuai dengan prosedur, kebijakan, dan standar yang berlaku. Pengendalian internal yang baik dapat mengidentifikasi segala bentuk penyimpangan sedini mungkin. Implikasinya adalah para pimpinan dan staf harus melaksanakan fungsi manajemen dengan baik. Inspektorat jenderal memiliki memiliki peran yang signifikan terhadap pengendalian intern atas pengadaan barang/jasa, sehingga berpengaruh pada 86
tingkat penyimpangan (fraud) yang dilakukan oleh pegawai. Dengan auditor inspektorat jenderal melakukan internal audit terus-menerus terhadap sistem pengendalian intern atas pengadaan barang/jasa, maka tindakan seorang pegawai melakukan penyimpangan dapat dikurangi. Dengan adanya pengendalian intern yang memadai, kemungkinan terjadinya penyimpangan lebih kecil. C. Saran Dari kesimpulan hasil penelitian di atas, peneliti mengajukan saran-saran sebagai berikut: 1. Para pimpinan seharusnya lebih sering memberikan penjelasan kepada pegawainya mengenai pentingnya pengendalian intern bagi sebuah organisasi dan pelaksanaannya. Sehingga para pegawainya akan dapat melaksanakan pengendalian intern secara lebih maksimal lagi. 2. Pelaksanaan audit internal oleh inspektorat jenderal kementerian agama hendaknya lebih sering dilakukan lagi, tidak hanya 6 (enam) bulan sekali saja. Hal ini bertujuan agar auditor lebih memahami dan mengerti kegiatan auditee, dalam hal ini yaitu mengevaluasi pengendalian intern atas pengadaan barang/jasa. Sehingga kegiatan audit dapat dilakukan lebih maksimal. 3. Pengawasan yang dilakukan oleh pimpinan maupun internal auditor hendaknya harus selalu ditingkatkan lagi agar dapat mengurangi penyelewengan (fraud) dalam aktivitas pengadaan barang/jasa.
87
Daftar Pustaka Agoes, Sukrisno. “Auditing (Pemeriksaan Akuntan) oleh Kantor Akuntan Publik”. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2009. Amrizal. “Pencegahan dan Pendeteksian Kecurangan oleh Internal Auditor”. Jakarta: Direktorat Investigasi BUMN dan BUMD Deputi Bidang Investigasi, 2004. Asril, Sabrina. “Priyo Keberatan kalau Diminta Bersaksi dalam Kasus Korupsi Al Quran”. Artikel diakses pada tanggal 31 Maret 2013 pada pukul 09.44 WIB melalui http://nasional.kompas.com/read/2013/01/29/16152760/Priyo. Keberatan.kalau.Diminta.Bersaksi.dalam.Kasus.Korupsi.Al.Quran Akso. “Peran Pengawasan Intern dalam Mewujudkan Satker Bebas Korupsi (SBK)”. Fokus Pengawasan No. 27, Tahun VII, Triwulan III, 2010. Bastian, Indra. “Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar”. Jakarta: Erlangga, 2005. Boxer, A. Metthew. “Internal Control Guide”. New Jersey: Office of the State Comptroller, 2011. Boynton, William C., Johnson, dan Kell. “Modern Auditing”. Jakarta: Erlangga, 2002. Dinapoli, Thomas P. “Management’s Responsibility for Internal Control”. New York: Division of Local Government and School Accountability, Office of the New York State Comptroller, 2010. ________________, “Standard for Internal Control: In New York State Government”. New York: State of New York Comptroller, 2007. Dityatama. “Pengaruh Kualitas Audit Internal Terhadap Efektivitas Sistem Pengendalian Internal Satuan Kerja Perangkat Daerah di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Lumajang”. Jurnal Ilmu Administrasi Volume IX, No. 1, hal. 25-33, April 2012. Djajadikerta, Hamfri. “Perbandingan pengendalian intern dan pengendalian manajemen dalam hubungannya dengan agency theory”. Bina Ekonomi Vol. 8, No. 1, hal. 17-31, Januari 2004.
88
Dow, K. E., Shea V. J, dan Waldrup, B. J. “Selling out at Daytona Dreams Restaurant: Linking accounting systems with business valuation”. Journal of Information Systems. Vol. 23, No. 1, hal. 119-136, 2009. Ebaid, Ibrahim El-Sayed. “Internal audit function: an exploratory study from Egyptian listed firms”. International Journal of Law and Management Vol. 53, No. 2, hal. 108-128, 2011. Fathurrachman, Tb. Aman. “Pengaruh Internal Audit Terhadap Efektivitas Pengendalian Intern Kas Pada Industri Tekstil di Rancaekek Kabupaten Bandung”. Percikan Vol. 91, Agustus 2008. Feng, Mei., Chan Li, dan Sarah McVay. “Internal Control and Management Guidance”. Journal of Accounting and Economics Vol. 48, Issues 2-3, hal. 190-209, Desember 2009. Frazer, Linval George. “The Effect of Internal Control on the Operating Activities of Small Restaurants”. Journal of Business & Economics Research Vol. 10, No. 6, hal. 361-374, 2012. Gibson, Vancevich, dan Donnelly. “Organisasi”. Edisi 8, Jakarta: Binarupa Aksara, 1996. Gozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19”. Semarang: BP Univesitas Diponegoro, 2011. Hudaya A. “Peran Inspektorat Jenderal dalam Sistem Pengendalian intern Pemerintah”. Jurnal Inspektorat Jenderal Transparansi Vol. 4, No. 1, 2009. Indriantoro dan Supomo. “Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen”. Edisi Pertama, Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 2002. Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 490 Tahun 2003 tentang Pendelegasian Wewenang Pemeriksaan Pelanggaran Disiplin Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Kementerian Agama. Kinicki, Angelo dan Brian William, "Management". Fifth Edition. New York: McGraw-Hill Irwin, 2011. Kurniawan, Teguh. “Peranan Akuntabilitas Publik dan Partisipasi Masyarakat dalam Pemberantasan Korupsi di Pemerintahan”. Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi Vol. 16, No. 2, hal. 116-121, Mei-Agustus 2009. 89
Lin, Shu., Mina Pizzini, Mark Vargus, dan Indranil Bardhan. “The Role of the Internal Audit Function in the Disclosure of Material Weaknesses”. Accounting Review American Accounting Association Vol. 86, No. 1, hal. 287-323, 2011. LKPP. “Pedoman Umum Perencanaan Pengadaan Barang atau Jasa Pemerintah di Lingkungan Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/ Institusi Lainnya”. Mardiasmo. “Akuntansi Sektor Publik”. Yogyakarta: ANDI Yogyakarta, 2009. McLeod, Raymond dan George P. Schell. “Sistem Informasi Manajemen”. Edisi 10. Jakarta: Salemba Empat, 2011. Mustikawati, Indah. “Kajian Teoritis dan Empiris Mekanisme Pengendalian Perusahaan”. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia Vol. III, No. 1, hal. 78-85, 2004. Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Peraturan Menteri Agama Nomor 10 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: PER/05/M.PAN/03/2008 tentang Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Peraturan Pemerintah Nomor 100 tahun 2000 tentang Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam Jabatan Struktural. Peraturan Presiden RI Nomor 70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Permana, Dedi. “Peranan Audit Internal dalam Menunjang Efektivitas Pengendalian Internal Penjualan dan Penagihan Piutang (Studi Kasus pada PT. INTI Bandung)”. Tesis Universitas Widyatama, 2009. 90
Pirayesh, Reza., Roghieh Niazi, dan Ahmad Ahmadkhani. “Investigating the Effective Factors on Management Internal Control Applying”. Management Scient Letters 2 hal. 1203-1208, 2012. Pratolo, Suryo. “Good Corporate Governance dan Kinerja BUMN di Indonesia: Aspek Audit Manajemen dan Pengendalian Intern sebagai Variabel Eksogen serta tinjauannya pada Jenis Perusahaan”. Simposium Nasional Akuntansi (SNA) X Makasar 2007. Purjono, “Menguji Efektifitas Sistem Pengendalian Internal dengan Menggunakan Metode Sampling Atribut”. Widyaiswara Pusdiklat Bea dan Cukai. Robbins, Stephen P. dan Mary Coulter. “Management”. Edisi 11. Inggris: Pearson, 2012. Romney, Marshall B. dan Paul John Steinbart. “Accounting Information System”. Edisi 9. Jakarta: Salemba Empat, 2004. Saha, Anup Kumar dan S.M. Arifuzzaman. “Management Disclosure on Internal Control in Annual Report – A Study on Banking Sector: Bangladesh Perspective”. International Journal of Economics and Finance Vol. 3, No. 5, hal. 216-222, Oktober 2011. Sawyer, Lawrence B. “Sawyer’s Internal Auditing”. Buku 1, Jakarta: Salemba Empat, 2005. Sirait, Mularia CJ, “Pengaruh Sistem Pengendalian Internal dan Auditor Internal terhadap Fraud”. Jurnal Auditor Vol. 2 No. 3, Mei 2009. Sumarsono, Sonny. “Manajemen Keuangan Pemerintah”. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010. Sutrisno, Elvan Dany. “Fitra: Hasil Audit BPK, 15 Kementerian Diduga Merugikan Negara”. Artikel diakses pada tanggal 15 April 2013 pada pukul 10.22 WIB melalui http://news.detik.com/read/2013/05/02/103203/ 2236029/10/fitra-hasil-audit-bpk-15-kementerian-diduga-rugikan-negara?99 22022 Wahyuni, Yulis Setia Tri. “Konkretisasi Peran Aparat Pengawasan Menuju Satuan Kerja Bebas Korupsi (SBK)”. Fokus Pengawasan No. 27, Tahun VII, Triwulan III, 2010.
91
Widyaningsih, Aristanti. “Pengaruh Audit Internal Terhadap Efektivitas Pengendalian Intern Biaya Produksi”. Fokus Ekonomi Vol. 5, No. 1, hal 43-54, Juni 2010. Williams. “Principle of Management”. Edisi 5. USA: South-Western Cengage Learning, 2009. Winardi, J. “Manajemen Perilaku Organisasi”. Edisi Revisi. Jakata: Kencana, 2007. Yuwono, Sony., Tengku Agus Indrajaya, Hariyandi. “Penganggaran Sektor Publik”. Malang: Bayumedia Publishing, 2005.
92
Lampiran 1 Surat Izin Penelitian
93
93
Lampiran 2 Surat Keterangan Selesai Penelitian
94
94
Lampiran 3 Kuesioner
95
Hal: Permohonan Pengisian Kuesioner
Jakarta,
Juni 2013
Kepada Yth. Bapak/Ibu/Saudara/i Responden Di tempat Dengan hormat, Sehubungan dengan penyelesaian tugas akhir sebagai mahasiswa Program Strata Satu (S1) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, saya: Nama: Efi Kurniawati NIM: 109082000019 Fak/Jur/Smtr: Ekonomi dan Bisnis/Akuntansi/VIII Telp/Email: 085717092122/
[email protected] bermaksud melakukan penelitian ilmiah untuk penyusunan skripsi dengan judul “Peranan Manajemen dan Inspektorat Jenderal terhadap Pengendalian Intern atas Pengadaan Barang/Jasa pada Kementerian Agama”. Untuk itu, saya sangat mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i untuk menjadi responden dengan mengisi lembar kuesioner ini secara lengkap dan sebelumnya saya mohon maaf telah mengganggu waktu bekerjanya. Data yang diperoleh hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian dan tidak digunakan sebagai penilaian kinerja di tempat Bapak/Ibu/Saudara/i bekerja, sehingga kerahasiaannya akan saya jaga sesuai dengan etika penelitian. Apabila ada diantara Bapak/Ibu/Saudara/i ada yang membutuhkan hasil penelitian ini, maka Bapak/Ibu/Saudara/i dapat menghubungi saya (telp/email).Atas kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i untuk meluangkan waktu untuk mengisi dan menjawab semua pertanyaan dalam penelitian ini, saya ucapkan terima kasih. Hormat saya, Dosen Pembimbing
Peneliti
(Dr. Rini S.E., Ak., M.Si)
Efi Kurniawati 96
Identitas Responden Nama
: ................................................
Satuan Kerja
:
SEKJEN DITJEN Pendidikan Islam DITJEN Penyelenggaraan Haji dan Umrah DITJEN BIMAS Islam DITJEN BIMAS Kristen DITJEN BIMAS Katolik DITJEN BIMAS Hindu DITJEN BIMAS Budha
Jenis Kelamin
:
Laki-laki
Perempuan
Pendidikan Terakhir :
D3
S1
S2
S3
Pengalaman Kerja
< 1 thn
1-5 thn
6-10 thn
>10
:
97
Kuesioner Pada bagian ini berikan penilaian dengan memilih salah satu dari 4 poin skala dibawah ini dengan memberikan tanda silang (x) atau centang (√) pada kotak yang telah disediakan. Dan kotak tersebut berisi jawaban yang diantaranya sebagai berikut: Keterangan TP: Tidak Pernah JR: Jarang SR: Sering SL: Selalu
Kondisi/Nilai 4 3 2 1
Peranan Manajemen (X1) No. Pernyataan TP 1. Pengguna Anggaran (PA)/Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) menetapkan kebijakan tentang pemaketan pekerjaan dan cara pengadaan 2. PA/KPA membuat rencana umum pengadaan (RUP) per tahun 3. PA/KPA menetapkan panitia pengadaan barang/jasa 4. PA/KPA menetapkan tugas dan kewenangan panitia pengadaan barang/jasa 5. PA/KPA mengumumkan rencana umum pengadaan secara e-procurement (on-line) 6. PA/KPA menetapkan prosedur pelaksanaan swakelola dan menyusun dokumen swakelola sesuai dengan prosedur yang ditetapkan oleh PPK 7. ULP/Pejabat Pengadaan menetapkan sistem pengadaan dan dokumen pengadaan 8. Pengumuman lelang dilakukan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan oleh ULP/Pejabat Pengadaan 9. Kontrak ditandatangani oleh pejabat yang berwenang dan penanggung jawab penyedia yang berhak 10. Melakukan prosedur pemantauan dan evaluasi melalui pengisian daftar simak/pertanyaan oleh masing-masing kementerian 11. PA/KPA menunjuk suatu unit kerja internal untuk melaksanakan pemantauan dan evaluasi pengadaan barang.jasa
JR SR SL
98
Peranan Inspektorat Jenderal (X2) Pada bagian ini berikan penilaian dengan memilih salah satu dari 4 poin skala dibawah ini dengan memberikan tanda silang (x) atau centang (√) pada kotak yang telah disediakan. Dan kotak tersebut berisi jawaban yang diantaranya sebagai berikut: Keterangan TP: Tidak Pernah JR: Jarang SR: Sering SL: Selalu
Kondisi/Nilai 4 3 2 1
No. Pernyataan 12. Auditor Inspektorat Jenderal mengumpulkan dokumendokumen yang terkait dengan pengadaan barang/jasa dalam proses auditnya 13. Auditor Inspektorat Jenderal melakukan verifikasi dokumen-dokumen yang terkait pengadaan barang/jasa dengan ketentuan yang berlaku dalam proses auditnya 14. Auditor Inspektorat Jenderal melakukan aktivitas inspeksi dan observasi dalam hal kegiatan pengadaan 15. Auditor Inspektorat Jenderal melakukan evaluasi kegiatan pengadaan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan 16. Auditor Inspektorat Jenderal memastikan kepatuhan terhadap ketentuan, peraturan, dan kebijakan yang telah berlaku 17. Auditor Inspektorat Jenderal meyakinkan bahwa organisasi telah memanfaatkan sumber daya secara ekonomis, efisien, dan efektif 18. Auditor Inspektorat Jenderal mendiskusikan hasil auditnya kepada bagian yang diaudit 19. Auditor Inspektorat Jenderal menghasilkan saran/rekomendasi yang mempunyai dampak jangka pendek mengenai pengendalian intern
TP
JR
SR
SL
Pengendalian Intern (Y) Pada bagian ini berikan penilaian dengan memilih salah satu dari 4 poin skala dibawah ini dengan memberikan tanda silang (x) atau centang (√) pada kotak yang telah disediakan. Dan kotak tersebut berisi jawaban yang diantaranya sebagai berikut:
99
Keterangan TP: Tidak Pernah JR: Jarang SR: Sering SL: Selalu
Kondisi/Nilai 4 3 2 1
No. Pernyataan 20. Pegawai melaporkan ke pimpinan yang lebih tinggi apabila terjadi penyimpangan 21. Setiap pengambilan keputusan, manajemen/pimpinan mempertimbangkan nilai etika 22. Pimpinan mendelegasikan dan memberikan wewenang terhadap suatu kebijakan terhadap orang yang tepat 23. Pimpinan menetapkan tujuan kegiatan, tugas, risiko, dan tanggung jawab mereka dengan jelas 24. Pimpinan melakukan review atas kinerja secara berkala 25. Pimpinan bekerja sama dengan pihak lainnya dalam melakukan pembinaan SDM 26. Pegawai melakukan pekerjaan tanpa merangkap pekerjaan yang lainnya 27. Pegawai memahami prosedur otorisasi yang tepat dalam kegiatan pengadaan 28. Setiap aktivitas pengadaan disertai dokumen dan catatan yang sudah di otorisasi oleh pejabat yang berwenang 29. Setiap keputusan yang diambil harus didiskusikan kepada manajemen tingkat atas 30. Kementerian memberikan sanksi kepada pegawai yang telah melakukan kecurangan (fraud) 31. Setiap isi dari dokumen-dokumen maupun bukti transaksi telah tercatat secara akurat 32. Menggunakan password untuk mengakses ke sumber daya yang penting 33. Setiap pegawai dapat memanfaatkan sarana komunikasi 34. Pimpinan mengelola, mengembangkan, dan memperbarui sistem informasi 35. Pimpinan melakukan pemantauan secara terus-menerus yang terkait dengan pelaksanaan tugas
TP
JR
SR
SL
100
Lampiran 4 Data Responden
101
DATA RESPONDEN No.
Nama Satuan Kerja
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
Sekretariat Jenderal Sekretariat Jenderal Sekretariat Jenderal Sekretariat Jenderal Sekretariat Jenderal Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Ditjen Pendidikan Islam Ditjen Pendidikan Islam Ditjen Pendidikan Islam Ditjen Pendidikan Islam Ditjen Pendidikan Islam Ditjen Bimas Budha Ditjen Bimas Budha Ditjen Bimas Budha Ditjen Bimas Budha Ditjen Bimas Budha Ditjen Bimas Islam Ditjen Bimas Islam Ditjen Bimas Islam Ditjen Bimas Islam Ditjen Bimas Islam Ditjen Bimas Katolik Ditjen Bimas Katolik Ditjen Bimas Katolik Ditjen Bimas Katolik Ditjen Bimas Katolik Ditjen Bimas Kristen Ditjen Bimas Kristen Ditjen Bimas Kristen Ditjen Bimas Kristen Ditjen Bimas Kristen Ditjen Bimas Hindu
Jenis Tingkat Lama Kelamin Pendidikan Bekerja Laki-laki S2 >10 thn Laki-laki S1 >10 thn Laki-laki S1 >10 thn Perempuan S1 6-10 thn Perempuan S2 >10 thn Laki-laki S1 >10 thn Laki-laki S2 >10 thn Laki-laki S2 >10 thn Laki-laki S2 6-10 thn Perempuan S1 >10 thn Perempuan S1 >10 thn Perempuan S1 1-5 thn Laki-laki S1 >10 thn Laki-laki S2 >10 thn Laki-laki S1 6-10 thn Laki-laki S2 >10 thn Laki-laki S1 >10 thn Laki-laki S1 1-5 thn Laki-laki S1 6-10 thn Perempuan S2 >10 thn Laki-laki S2 >10 thn Laki-laki S1 >10 thn Perempuan S1 1-5 thn Perempuan S1 1-5 thn Laki-laki S2 >10 thn Perempuan S1 1-5 thn Laki-laki S1 >10 thn Laki-laki S2 >10 thn Perempuan S1 1-5 thn Perempuan S1 1-5 thn Perempuan S1 6-10 thn Laki-laki S2 6-10 thn Perempuan S1 1-5 thn Laki-laki S1 1-5 thn Perempuan S1 6-10 thn Laki-laki S1 6-10 thn
102
DATA RESPONDEN (Lanjutan) No.
Satuan Kerja
37 38 39 40
Ditjen Bimas Hindu Ditjen Bimas Hindu Ditjen Bimas Hindu Ditjen Bimas Hindu
Jenis Tingkat Lama Kelamin Pendidikan Bekerja Laki-laki S1 1-5 thn Laki-laki S1 1-5 thn Perempuan S1 1-5 thn Laki-laki S1 >10 thn
103
Lampiran 5 Data Jawaban Responden
104
DATA JAWABAN RESPONDEN PERANAN MANAJEMEN 104 Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
PM 1 3 4 4 4 4 4 2 4 4 4 3 1 3 4 4 4 3 4 2 2 1 2 4 1 4 1 1 4 4 4 3 4 3
PM 2 4 2 2 4 3 4 3 3 4 4 3 2 3 4 4 2 4 4 2 2 3 2 4 1 4 1 2 4 4 4 3 4 2
PM 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 2 4 2 4 2 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 1 4 4 3 3 1 2
PM 4 4 3 4 4 4 4 2 4 4 4 2 4 2 4 4 4 4 4 3 2 3 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 1 2
PM 5 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 2 4 2 4 4 4 4 4 2 2 1 2 4 1 4 1 4 4 4 4 3 4 4
PM 6 4 3 4 4 4 4 2 4 4 4 2 4 2 4 4 4 4 4 3 2 3 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 1 2
PM 7 4 2 4 4 2 4 4 3 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 2 3 4 4 2 4 2 4 4 4 3 4 3
PM 8 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 1 4
PM 9 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 2 4 4 2 4 2 4
PM 10 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 2 4 4 2 4 2 4
PM 11 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 3 1 2 4 4 3 3 3 3 105
DATA JAWABAN RESPONDEN PERANAN MANAJEMEN (Lanjutan) Responden 34 35 36 37 38 39 40
PM 1 3 2 3 4 4 4 4
PM 2 2 2 2 4 4 4 4
PM 3 3 4 3 4 4 4 4
PM 4 3 4 2 4 4 2 4
PM 5 2 3 2 4 4 4 4
PM 6 3 4 2 4 4 4 4
PM 7 3 3 3 4 4 4 4
PM 8 4 4 3 4 4 4 4
PM 9 4 4 3 4 4 4 4
PM 10 4 4 3 4 4 4 4
PM 11 2 2 2 3 4 4 2
106
DATA JAWABAN RESPONDEN INSPEKTORAT JENDERAL Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
IJ1 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 3 2 4 4 1 3 4 4 4 4 4 4 4 4
IJ2 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 2 4 2 4 2 4 4 4 2 2 1 2 4 1 4 1 4 4 4 4 4 4 4
IJ3 4 2 4 4 2 4 4 3 3 4 3 4 3 4 2 4 4 4 4 3 2 3 4 4 2 4 2 4 4 4 3 4 3
IJ4 4 2 4 4 4 4 3 2 4 3 3 4 3 4 3 4 4 4 3 1 1 2 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4
IJ5 3 4 4 4 4 4 2 4 4 4 3 1 3 4 4 4 3 4 2 2 1 2 4 1 4 1 1 4 4 4 3 4 3
IJ6 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 3 2 3 4 4 4 4 4 2 2 3 2 4 1 4 1 2 4 4 4 3 4 2
IJ7 4 3 4 4 4 3 3 4 3 3 2 4 2 4 3 4 4 4 2 4 3 3 4 1 2 1 2 4 4 4 3 4 2
IJ8 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4
107
DATA JAWABAN RESPONDEN INSPEKTORAT JENDERAL (Lanjutan) Responden 34 35 36 37 38 39 40
IJ1 4 3 3 4 4 4 4
IJ2 2 3 2 4 4 4 4
IJ3 3 3 3 4 4 4 4
IJ4 3 3 3 4 3 3 4
IJ5 3 2 3 4 4 4 4
IJ6 2 2 2 4 4 4 4
IJ7 2 2 2 4 3 3 4
IJ8 2 3 2 4 4 4 4
108
DATA JAWABAN RESPONDEN PENGENDALIAN INTERN ATAS PENGADAAN BARANG/JASA Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
PI PI PI PI PI PI PI PI PI PI PI PI PI PI PI PI 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 2 4 4 3 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 2 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 2 3 3 4 4 4 1 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 3 4 3 3 3 3 4 4 4 4 1 2 4 4 2 4 3 3 4 2 2 4 3 2 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 2 3 2 4 4 1 4 4 4 4 3 4 3 3 3 2 2 2 2 3 4 3 2 3 2 4 4 2 2 2 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 2 2 2 2 3 4 3 2 3 2 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 2 2 3 4 4 4 3 3 3 4 2 3 3 4 4 4 4 4 2 3 4 4 3 4 4 4 2 4 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 4 3 2 3 4 3 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 1 1 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 2 2 2 4 2 4 3 4 4 2 2 4 4 2 2 1 1 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 2 3 2 2 1 2 3 3 3 3 4 3 3 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 1 4 4 4 1 4 4 4 4 3 1 4 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 2 3 4 4 1 4 4 4 1 4 4 4 4 4 1 4 4 1 4 3 3 3 3 2 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 109
DATA JAWABAN RESPONDEN PENGENDALIAN INTERN ATAS PENGADAAN BARANG/JASA (Lanjutan) Responden 34 35 36 37 38 39 40
PI PI PI PI PI PI PI PI PI PI PI PI PI PI PI PI 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 2 4 4 4 2 4 4 4 2 4
110
Lampiran 6 Hasil Uji SPSS
111
HASIL UJI VALIDITAS
Peranan Manajemen Item-Total Statistics Scale Mean if
Scale Variance
Corrected Item-
Squared
Cronbach's
Item Deleted
if Item Deleted
Total
Multiple
Alpha if Item
Correlation
Correlation
Deleted
PM1
34.90
24.092
.495
.635
.803
PM2
35.00
24.615
.498
.608
.801
PM3
34.60
25.477
.463
.584
.804
PM4
34.68
24.328
.634
.873
.787
PM5
34.75
24.244
.521
.696
.799
PM6
34.62
23.881
.718
.910
.779
PM7
34.60
27.631
.318
.162
.816
PM8
34.28
27.692
.425
.489
.809
PM9
34.32
27.353
.460
.809
.806
PM10
34.35
26.951
.519
.850
.802
PM11
34.65
26.387
.359
.342
.815
Internal Audit
Item-Total Statistics Scale Mean if
Scale Variance
Corrected Item-
Squared
Cronbach's
Item Deleted
if Item Deleted
Total
Multiple
Alpha if Item
Correlation
Correlation
Deleted
IA1
23.33
19.917
.399
.253
.832
IA2
23.70
15.344
.789
.683
.778
IA3
23.58
19.789
.380
.362
.834
IA4
23.63
18.753
.471
.558
.825
IA5
23.83
15.943
.665
.802
.799
IA6
23.78
16.076
.749
.846
.785
IA7
23.88
17.138
.624
.599
.805
IA8
23.30
20.472
.369
.446
.834
112
Pengendalian Intern Atas Pengadaan Barang/Jasa
Item-Total Statistics Scale Mean if
Scale Variance
Corrected Item-
Squared
Cronbach's
Item Deleted
if Item Deleted
Total
Multiple
Alpha if Item
Correlation
Correlation
Deleted
PI1
51.57
46.456
.384
.810
.863
PI2
51.35
46.746
.454
.599
.860
PI3
51.60
45.221
.405
.744
.863
PI4
51.45
44.356
.590
.781
.854
PI5
51.68
42.687
.606
.852
.852
PI6
51.75
42.244
.622
.883
.851
PI7
52.05
40.972
.613
.736
.852
PI8
51.43
45.533
.493
.736
.858
PI9
51.07
48.533
.397
.539
.863
PI10
51.50
46.359
.344
.708
.865
PI11
51.48
44.615
.565
.526
.855
PI12
51.25
45.474
.702
.748
.852
PI13
51.35
44.592
.487
.852
.858
PI14
51.15
47.003
.472
.637
.860
PI15
51.45
46.408
.376
.590
.863
PI16
51.38
43.728
.595
.844
.853
113
HASIL UJI RELIABILITAS
Peranan Manajemen Case Processing Summary N
%
Valid Cases
40
100.0
0
.0
40
100.0
a
Excluded Total
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's
Cronbach's
N of Items
Alpha
Alpha Based on Standardized Items .817
.826
11
Internal Audit Case Processing Summary N
%
Valid Cases
40
100.0
0
.0
40
100.0
a
Excluded Total
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's
Cronbach's
Alpha
Alpha Based on
N of Items
Standardized Items .833
.823
8
114
Pengendalian Intern Atas Pengadaan Barang/Jasa Case Processing Summary N
%
Valid Cases
40
100.0
0
.0
40
100.0
a
Excluded Total
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's
Cronbach's
Alpha
Alpha Based on
N of Items
Standardized Items .866
.872
16
115
HASIL UJI REGRESI BERGANDA
Descriptive Statistics N
Range Minimum
Maximum
Mean
Std.
Variance
Deviation PM
40
18
26
44
38.08
5.526
30.533
IA
40
15
17
32
27.00
4.782
22.872
PI
40
22
42
64
54.90
7.128
50.810
Valid N
40
(listwise)
Variables Entered/Removed Model
1
Variables
Variables
Entered
Removed
a
Method
b
IA, PM
. Enter
a. Dependent Variable: PI b. All requested variables entered. b
Model Summary Model
R
R
Adjusted
Std. Error
Change Statistics
Square
R Square
of the
R
F
Estimate
Square
Change
df1
df2
Sig. F Change
Change 1
.792
a
.627
.607
4.471
.627
31.064
2
37
.000
a. Predictors: (Constant), IA, PM b. Dependent Variable: PI a
ANOVA Model
Sum of Squares Regression
1
Residual Total
Df
Mean Square
1241.955
2
620.977
739.645
37
19.990
1981.600
39
F 31.064
Sig. .000
b
a. Dependent Variable: PI b. Predictors: (Constant), IA, PM
116
Coefficients Model
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B (Constant) 1
a
Std. Error
t
Sig.
Collinearity Statistics
Beta
16.408
5.029
PM
.614
.188
IA
.560
.217
Tolerance
VIF
3.262
.002
.476
3.265
.002
.475
2.107
.376
2.576
.014
.475
2.107
a. Dependent Variable: PI
Coefficient Correlations Model
a
IA
PM
IA
1.000
-.725
PM
-.725
1.000
IA
.047
-.030
PM
-.030
.035
Correlations 1 Covariances a. Dependent Variable: PI
Collinearity Diagnostics Model
Dimension
Eigenvalue
a
Condition Index
Variance Proportions (Constant)
1
PM
IA
1
2.978
1.000
.00
.00
.00
2
.015
13.964
.77
.01
.35
3
.006
21.864
.23
.98
.65
a. Dependent Variable: PI
Residuals Statistics Minimum Predicted Value
Maximum
a
Mean
Std. Deviation
N
44.80
61.34
54.90
5.643
40
Residual
-9.082
10.922
.000
4.355
40
Std. Predicted Value
-1.791
1.141
.000
1.000
40
Std. Residual
-2.031
2.443
.000
.974
40
a. Dependent Variable: PI
117
118
119