JAPANOLOGY, VOL 1 NO 2, MARET 2013 : 1 - 12
“YOUJIGO DALAM KOMIK AKACHAN TO BOKU VOLUME 1 DAN 2 KARYA RAGAWA MORIMO (SEBUAH TINJAUAN FONETIK)” Yulita Dewi Pusparanny Sastra Jepang, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga, Dharmawangsa Dalam Selatan Surabaya 60286 Email:
[email protected] ABSTRAC Youjigo is the manner of speaking that used by Japanese children when they were in early of their language development ages. In their research, Ogura,et al (1997) said that youjigo words like manma, wan-wan, etc. was take from adult language that applying a phonemic change. In the manner of youjigo, children does a many kinds of simplification, sounds reduplication, or use onomatopoeia for expressing some words. This research is to examine youjigo according to phonemic change and simplification by means of phonological process and the structure of mora in each word. In this research, the comics of Akachan to Boku volume 1 and 2 which written by Ragawa Marimo is used as the primary object and the focus is the words which pronounced by Minoru as a baby character in the story. Youjigo adalah ragam bahasa yang digunakan oleh anak-anak jepang ketika ia berada pada awal masa perkembangan bahasanya. Dalam penelitiannya, Ogura, et al (1997) mengatakan bahwa kata-kata ragam youjigo seperti manma, wan-wan dan sebagainya diambil dari bahasa orang dewasa yang mengalami perubahan fonemik. Dalam ragam youjigo, anak-anak melakukan banyak penyederhanaan, pengulangan suara, atau menggunakan onomatope untuk mengungkapkan sebuah kata. Penelitian ini akan menganalisis perubahan fonemik dan penyederhanaan pada kata dalam youjigo berdasarkan proses fonologis dan struktur mora pada setiap kata. Pada penelitian ini, komik Akachan to Boku volume 1 dan 2 karya Ragawa Marimo akan dijadikan sebagai obyek dan akan difokuskan pada kata-kata yang diucapkan oleh tokoh Minoru sebagai tokoh bayi dalam cerita komik tersebut. Key words: youjigo, perubaganfonemis, proses fonologis, struktur mora.
1.
PENDAHULUAN
berpendapat
Masa anak-anak adalah awal
memperoleh
dari
perkembangan
bahwa
anak-anak
sistem
fonologi
pemerolehan
layaknya orang dewasa dengan cara
bahasa pada seorang individu untuk
menciptakan strukturnya sendiri, dan
dapat
dengan
kemudian mengubah struktur itu
bahasa
sendiri
pada anak akan berlangsung didalam
dengan
otak hingga ia dapat menghasilkan
pengetahuannya
mengenai
bunyi-bunyi yang hingga akhirnya
fonologi
dewasa
dapat membentuk suatu kata. Ingram
baik.Karena
berkomunikasi
baik.Proses
pemerolehan
untuk
menyelaraskannya
kenyataan
orang
itulah
jika sistem semakin anak-anak
1
JAPANOLOGY, VOL 1 NO 2, MARET 2013 : 1 - 12
memiliki ragam bahasa sendiri yang
menganalisis
perubahan
fonemik
berbeda dengan bahasa orang dewasa
beserta perubahan struktur moranya.
(dalam Chaer2003: 212).
Selain itu digunakan pula teori
Dalam komik Akachan to Boku
tentang pemerolehan fonologis pada
volume 1 dan 2 karya Ragawa
anak yaitu teori kontras dan proses
Manrimo, tokoh Minoru sebagai
yang
perwujudan karakter anak-anak yang
ingram.
berusia 2 tahun selalu menggunakan kata-kata ragam youjigo, misalnya:
dikemukakan
oleh
David
Proses fonologis (音韻プロセ ス ) adalah tahapan yang dilalui
「にーちゃあ、ごめちゃーい」
seorang anak dalam perkembangan
(Akachan to Boku volume 1
fonologisnya dalam usaha untuk
halaman 145)
dapat
Kata yang seharusnya adalah
mencapai
sempurna
pelafalan
layaknya
yang orang
“gomennasai” ternyata diucapkan
dewasa(Bernthal,
oleh Minoru dalam ragam youjigo
Ishigawa: 2008). Proses Tahapan
menjadi gomechai. Dapat dilihat
tersebut antara lain:
adanya perbedaan bunyi yang begitu mencolok
antara
ragam
youjigo
dengan ragam orang dewasa pada umumnya karena adanya perubahan
J.E
dalam
1) Onsetsu no Shouryaku, yaitu pemotongan
silabel.
Misalnya: バスバ. 2) Gotoushiin
noShouryaku,
fonemik. Tujuan penelitian ini adalah
yaitu pemotongan konsonan
untuk
pertama
Mengetahui
perubahan
fonemik pada tahap perkembangan fonologisyang dialami tokoh Minoru ketika mengucapkan kosakataragam youjigo.
awal
kata.
Misalnya: バナナアナナ. 3) Gochuushiin no Shouryaku, yaitu pemotongan konsonan di tengah kata. Misalnya:ゴ
Untuk menganalisis data yang diperoleh,
di
penulis
menggunakan
teori proses fonologis dalam youjigo dan penertian umum tentang mora dan silabis bahasa Jepang untuk
ハンゴアン 4) On’itenka, yaitu pertukaran letak bunyi.Misalnya: テ レ ビテビレ.
2
JAPANOLOGY, VOL 1 NO 2, MARET 2013 : 1 - 12
5) Douka, mengasimilasikan
yaitu
menjadi [k], [g]. Misalnya:
suatu
デンワゲンワ.
bunyi dengan bunyi lain
10) Haretsuon
ka,
yaitu
yang berdekatan. Misalnya:
mengubah bunyi konsonan
トケートテー.
[ɸ], [s], [ʦ], [ʣ], [ʃ], [ʧ], [ɾ]
6) Koukougaion no Zenhou ka, yaitu
mengubah
menjadi
bunyi-bunyi
bunyi
haretsuon, yaitu [p], [t], [d],
patalal dengan mengarahkan
[k]. Misalny: ハサミハタ
keluarnya
ミ.
mulut
bunyi
kepada
bagian
depan.
Konsonan
[ʃ],
[ʧ],
berubah
menjadi
[ʦ],[ʣ].Misalnya
11) Hasatsuon
yaitu
[ʤ]
mengubah bunyi konsonan
[s],
[s],
Shinbun
menjadi bunyi dental dengan
menjadi
bunyi
Misalnya: サカナチャカ
7) Nankougaion no Zenhou ka, yaitu mengubah bunyi velar
[ʃ]
hasatsuon, yaitu [ʦ] dan [ʧ].
[ʃiɴbɯɴ] sinbun [siɴbɯɴ].
mengarahkan
ka,
ナ. 12) Masatsuon no watarion ka, yaitu
keluarnya
mengubah
bunyi
konsonan masatsuon [ɸ], [s],
bunyi kepada mulut bagian
[ʃ], [h] menjadi bunyi semi
depan. Konsonan [k], [g]
vokal [w] dan [j]. Misalnya:
menjadi [t] dan [d].Misalnya:
ゴハンゴワン.
ゴハンドハン.
りゅうおん
8) Koukougaion
ka,
yaitu
;流音 の わ た り 音 化
13)
perubahan bunyi konsonan
(Ryuuon no watarion ka),
[s], [ʦ], [ʣ] menjadi [ʃ], [ʧ],
yaitu
[ʤ]. Misalnya kata sakana
jentikan [ɾ] menjadi bunyi
サカナ menjadi shakana.シ
semi vokal [w] dan [j].
ャカナ
Misalnya: ラッパヤッパ.
9) Kouhou ka, yaitu perubahan bunyi
konsonan
[t],
[d]
14) Hibion
mengubah
ka,
bunyi
merupakan
kesalahan bunyi konsonan nasal. Konsonan nasal [m],
3
JAPANOLOGY, VOL 1 NO 2, MARET 2013 : 1 - 12
[n] berubah menjadi [b], [d].
struktur tersebut menjadi lebih baik
Misalnya: ツミキツビキ
jika pengetahuannya tentang bunyi-
Pengertian mora adalah satu
bunyi
yang
didengarnya
telah
semakin
baik
ketukan dalam setiap kata bahasa
berkembang
Jeapang yang dapat dilambangkan
pula.Pemerolehan bunyi pada anak
dalam setiap satu hurufnya dianggap.
bukanlah sesuatu yang terjadi secara
Satu mora dihitung dengan satu
tiba-tiba
dan
bunyi vokal pendek (V) atau satu
melainkan
sesuatu
bunyi konsonan dan satu bunyi vokal
secara perlahan-lahan dan berangsur-
pendek (CV) yang menjadi satu
angsur.Di dalamnya akan terjadi
silabel (Saito: 2003) Bisa dikatakan
beberapa
setiap huruf kana pada suatu kata
penyederhanaanbunyi secara umum
dihitung
mora.
yang menyangkut berbagai kelas
Sedangkan bunyi yang dilambangkan
bunyi. Proses penyederhanaan bunyi
dengan dua huruf kana (bunyi you-
terjadi karena ucapan anak-anak
on) seperti cha ちゃ, chu ちゅ, cho
selalu
ち ょ , dan sebagainya dihitung
antara ucapan yang benar, salah,
sebagai
satu
sebagai satu mora. Misalnya pada kata biyouin びよういん terdiri dari
sendiri-sendiri, yang
terjadi
proses
berubah
secara
progersif
hingga kemudian mendekati ucapan seperti orang dewasa (Chaer: 2003). 2. METODE PENELITIAN
lima huruf kana sehingga dihitung lima mora. Sedangkan pada kata byouin び ょ う い ん terdiri dari empat mora.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan deskriptif
metode untuk
analisis
menjelaskan
perubahan fonemik yang terjadi pada
Dalam teori kontras dan proses,
kata-kata yang diucapkan oleh tokoh
Ingram berpendapat bahwa anak-
Minoru beserta dengan perubahan
anak memperoleh pengertian bunyi
struktur moranya.
atau fonologi orang dewasa dengan
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
cara menciptakan strukturnya sendiri,
3.1 Proses Fonologis (音韻プロセ
sesuai dengan pengetahuan yang
ス)
dimilikinya,
kemudian
mengubah
4
JAPANOLOGY, VOL 1 NO 2, MARET 2013 : 1 - 12
Proses fonologi adalah tahapan yang
silabel /na/. Kemudian terjadi pula
bejalan
dengan
penggantian bunyi konsonan [s] pada
anak
dalam
suku kata /sai/ dengan konsonan [ʧ]
fonologi
hingga
sehingga menjadi /chai/. Perubahan
mencapai pelafalan yang sempurna
konsonan [s] menjadi [ʧ] termasuk
layaknya orang dewasa
pada proses fonologi pada tahapan
seiring
perkembangan pemerolehan
(Bernthal,
硬 口 蓋 音 化
J.E dalam Ishigawa: 2008). Berikut
Koukougaionka
adalah
yang
(Bernthal,J.E dalam Ishigawa: 2008),
fonemik
yaitu penggantian bunyi shikeion [s]
analisis
mengalami
kata-kata
perubahan
dalam tahapan proses fonologis
yang terjadi karena tehambat oleh
3.1.1 Pemotongan Silabel(音節の
bertemunya ujung lidah dengan gigi
省略) pada Kata“Gomennasai”
atas dan gusi atas bagian dalam,
実:にーちゃ、ごめちゃい
dengan bunyi shikei kougaion [ʧ]
拓也:絶対許さない!!
yang
(Akachan to Boku, volume 1
diucapkan
mempertemukan gusi langit-langit keras dengan lidah bagian depan.
halaman 145) Ketika meminta maaf, Minoru mengucapkan gomechai. Pada ragam biasa, kata yang dipakai adalah
Perubahan fonemik dengan proses pemotongan
dikarenakan
kecenderungan
anak-anak
adanya untuk
menciptakan struktur katanya sendiri
gomennasai. ごめんなさい ごめちゃい [gomeɴnasai]
sesuai
[gomeʧai]
pemotongan silabel kata gomennasai
pemendekan dengan menghilangkan
berikut:
shouryaku. Yang dihilangkan adalah
gomechai
tentunya
mengubah struktur mora. Secara ringkas
beberapa silabel atau onsetsu no
kemampuannya
Perubahan struktur kata dengan
mengalami
ini
dengan
(Ingram dalam Chaer: 2003 hal 212).
menjadi
Kata
dengan
akan
dijelaskan
sebagai
ごめんなさい ごめちゃい
konsonan [ɴ] ditengah kata dan
5
JAPANOLOGY, VOL 1 NO 2, MARET 2013 : 1 - 12
/gomennasai/
Pada
/gomechai/
perubahan
(CVCVCCVCVV)
kata
hai,
pemotongan
terjadi konsonan
yang terdapat di awal kata. はい
(CVCVCSvVV) Stuktur mora kata gomennasai adalah
CVCVCCVCVV
あい
dengan
[hai]
jumlah enam mora. Dengan adanya proses
pemendekanbunyi
dengan
[ai]
menghilangkan konsonan [ɴ] dan silabel /na/ serta penggantian bunyi [s]
menjadi
Salah satu proses perubahan
[ʧ], maka menjadi
struktur kata adalah pemotongan
gomechai yang struktur moranya
konsonan pertama di awal kata atau
berubah
menjadi
Gotoushiin noShouryaku 語 頭 子 音
Adanya
penggantian
CVCVCSvVV. bunyi
[s]
menjadi [ʧ] menyebabkan adanya perubahan yang mencolok. Hal ini dikarenakan bunyi ち ゃ menggantikan
yang さ
bunyi
,
の省略
(Ishigawa Don: 2008).
Konsonan [h] di awal kata hai dihilangkan karena konsonan [h] merupakan bunyi seimon’on yang keluar dari celah sempit diantara pita
mengandung unsur bunyi semivokal.
suara sangat dekat dengan bunyi
Dengan
vokal [a]. Oleh karena itu, yang
adanya
perubahan-
perubahan tersebut, jumlah moranya
terucap
pun berubah menjadi empat mora
konsonan di awal kata merupakan
saja.
salah satu bentuk dari kecenderungan
3.1.2Pemotongan Konsonan Awal
anak-anak
(語頭子音の省略) pada Kata “Hai”
strukturnya sendiri, sesuai dengan
hanya
ai.
untuk
Pemotongan
menciptakan
拓也:あのね、実君
pengetahuan yang dimilikinya dalam
実:あい
usahanya
(Akachan to Boku, volume 1
pengertian bunyi atau fonologi orang
halaman 34)
dewasa (Chaer: 2003 hal 212)
untuk
memperoleh
6
JAPANOLOGY, VOL 1 NO 2, MARET 2013 : 1 - 12
Proses perubahan struktur kata juga mengubah struktur mora. Secara ringkas
akan
dijelaskan
(TerjeΝmahan dalam Baby and I volume 1 halaman 105)
sebagai
Minoru mengucapan kata ichai いちゃい untuk menyebut kata itai
berikut: はい
い た い . Perubahan yang terlihat adalah bunyi suku kata /tai/ menjadi
あい
/chai/, sehingga bunyi kata itai
/hai/
berubah menjadi ichai. いたい
/ai/
いちゃい (CVV)
[itai] [iʧai]
(VV) Pada kata itai, perubahan yang Stuktur mora kata hai adalah CV.
Dengan
adanya
proses
pemotongan bunyi konsonan [h], maka yang tertinggal hanyalah bunyi /ai/ yang berstruktur VV. Jumlah mora
pada
meskipun
kata
tersebut
telah
tetap
mengalami
pemotongan. 3.1.3 Asimilasi (同化) pada Kata “Itai”
terlihat adalah konsonan hambat [t] atau
( 破 裂 音 ),
haretsuon
diasimilasikan konsonan
dengan
alveolar-patalal[ʧ]
bunyi atau
shikei koukougaion (歯茎硬口蓋音) sehingga
menjadi
ichai.
Bunyi
konsonan [t] dikeluarkan dengan cara cara menghambat sejenak aliran udara pernapasan yang keluar dari paru-paru dengan alat ucap, yaitu
実:にーちゃ、いちゃいの
ujung lidah dengan gigi atas dan gusi
いちゃいのとでけ
atas bagian dalam. Sedangkan bunyi
(Akachan to Boku, volume 1 halaman 105) Minoru: Kakaa, cakit-cakit hilang
konsonan [ʧ] keluar dengan cara menghambat aliran udara pernapasan dari paru-paru dengan alat ucap kemudian
membukanya
sedikit
7
JAPANOLOGY, VOL 1 NO 2, MARET 2013 : 1 - 12
sehingga aliran udara tersebut keluar
Kata itai memiliki tiga mora
melalui celah sempit yang ada di
dengan
antara alat ucap. Adapun alat ucap
mengalami perubahan bunyi akibat
yang digunakan untuk menghasilkan
adanya
bunyi konsonan [ʧ] adalah gusi
berubah
menjadi
langit-langit keras dan lidah bagian
struktur
VCSvVV
depan.
tersebut
jumlahnya tetap tiga mora. Suku kata
terjadi disebabkan karena adanya
/tai/ di akhir kata itai memiliki
kecenderungan
meleburkan
struktur CVV yang terdiri dari bunyi
dua bunyi yang berdekatan. Jika
konsonan [t], vokal [a],dan vokal [i].
dilihat dari cara pengucapannya,
Perubahan
konsonan [t] dan konsonan [ʧ]
konsonan [t]
merupakan
yang
konsonan[ʧ] sehingga menjadi suku
berdekatan, sehingga oleh anak-anak
kata /chai/yang memiliki struktur
seusia Minoru cenderung dilebur ke
SvVV. Dengan demikian struktur
arah bunyi konsonan [ʧ]. Hal ini
mora kata itaiberubah dari VCVV
dikarenakan
menjadi
Proses
asimilasi
untuk
dua
untuk
bunyi
membunyikan
struktur
VCVV.
proses
Setelah
asimilasi,
struktur
maka
ichaidengan meskipun
terlihat
setelah
diganti dengan bunyi
ichai
dengan
konsonan [ʧ] lebih sederhana karena
VCSvVV
hanya melibatkan gusi langit-langit
perubahan jumlah mora.
keras dan lidah bagian depan.
3.1.4 Perubahan Bunyi Patalal (硬
Proses konsonan
asimilasi [t]menjadi
bunyi [ʧ]
tanpa
struktur
mengalami
口蓋音化) pada Kata “Tsuyoi”
juga
mempengaruhi struktur mora pada
実:うさちゃんちゅよいね
kata itai. Secara ringkas perubahan
(Akachan to Boku, volume 2
tersebut dijelaskan sebagai berikut:
halaman 140 ) Minoru
いたい いちゃい
mengucapan
kata
chuyoi ち ゅ よ い untuk menyebut kata tsuyoi つよい. Perubahan yang
/itai/ /ichai/ (VCVV) (VCSvVV)
terlihat adalah bunyi suku kata /tsu/ menjadi /chu/, sehingga bunyi kata tsuyoi berubah menjadi chuyoi.
8
JAPANOLOGY, VOL 1 NO 2, MARET 2013 : 1 - 12
つよい
untuk menghasilkan bunyi konsonan [ʧ] adalah gusi langit-langit keras
ちゅよい
dan lidah bagian depan.
[ʦɯjoi]
Proses perubahan bunyi ini
[ʧɯjoi]
terjadi disebabkan karena adanya Pada kata tsuyoi, perubahan
kecenderungan
untuk
meleburkan
yang terlihat adalah konsonan dental-
dua bunyi yang berdekatan (Chaer:
alveolar [ʦ] atau shikeion (歯茎音),
2003).
berubah menjadi bunyi konsonan
pengucapannya, konsonan [ʦ] dan
alveolar-patalal[ʧ]
konsonan [ʧ] merupakan dua bunyi
atau
shikei
koukougaion ( 歯 茎 硬 口 蓋 音 ) sehingga menjadi chuyoi.Menurut Bernthal,J.E (dalam Ishigawa: 2008), perubahan kearah bunyi koukougaion seperti
ini
disebut
denganKoukougaionka(硬口蓋音化). Bunyi konsonan [ʦ] dikeluarkan dengan
cara
cara
menghambat
sejenak aliran udara pernapasan yang keluar dari paru-paru dengan alat ucap, yaitu ujung lidah dengan gigi atas dan gusi atas bagian dalam. Sedangkan
bunyi
konsonan
[ʧ]
keluar dengan cara menghambat aliran udara pernapasan dari paruparu dengan alat ucap kemudian
yang
Jika
dilihat
berdekatan,
sempit yang ada di antara alat ucap. Adapun alat ucap yang digunakan
cara
sehingga
oleh
anak-anak seusia Minoru cenderung dilebur ke arah bunyi konsonan [ʧ]. Hal
ini
dikarenakan
untuk
membunyikan konsonan [ʧ] lebih sederhana karena hanya melibatkan gusi langit-langit keras dan lidah bagian depan. Proses konsonan
perubahan [ʦ]menjadi
bunyi
[ʧ]
juga
mempengaruhi struktur mora atau haku pada kata tsuyoi. Secara ringkas perubahan
tersebut
dijelaskan
sebagai berikut: つよい ちゅよい
membukanya sedikit sehingga aliran udara tersebut keluar melalui celah
dari
/tsuyoi/ /chuyoi/ (CVSvVV) (CSvVSvVV)
9
JAPANOLOGY, VOL 1 NO 2, MARET 2013 : 1 - 12
yang hampir sama, ditemukan pula 2 Kata tsuyoi memiliki tiga mora
macam proses fonologis lainnya, yaitu
dengan struktur CVSvVV. Setelah
perubahan bunyi frikatif (破擦音化 ),
mengalami perubahan bunyi akibat
dan
adanya
menjadi semivokal ( 流音のわたり音
proses
berubah
asimilasi,
menjadi
struktur
maka
chuyoidengan
VCSvVV
meskipun
化
Perubahan
).
Di
bunyi
jentikan
dalamnya
kecenderungan
untuk
terjadi mengubah
jumlahnya tetap tiga mora. Suku kata
bunyi [t] menjadi [ʧ], bunyi [s]
/tsu/ di awal kata tsuyoi memiliki
dan[ʦ] menjadi [ʃ] dan [ʧ], bunyi [s]
struktur CV yang terdiri dari bunyi
menjadi [ʧ], serta bunyi [ɾ] menjadi
konsonan
[ ʦ]
Perubahan
struktur
dan
vokal terlihat
[ɯ]. setelah
[j]. Selain itu terjadi pula perubahan fonemik
dengan
menggugurkan
konsonan [ʦ] diganti dengan bunyi
konsonan akhir dan menambahkan
konsonan[ʧ] sehingga menjadi suku
bunyi konsonan di tengah kata.
kata /chu/yang memiliki struktur
Berbagai perubahan fonemik tersebut
CSvV. Dengan demikian struktur
mempengaruhi jumlah dan struktur
mora kata tsuyoi dengan struktur
mora. perubahan struktur mora yang
mora
chuyoi
mencolok adalah ketika bunyi-bunyi
dengan struktur mora CSvVSvVV.
pada suatu kata ada yang diganti
Perubahan ini tidak mempengaruhi
dengan bunyi しゃ, しゅ, ちゃ, dan
CVSvVV
menjadi
jumlah mora
ち ゅ . Hal ini dikarenakan bahwa
3 KESIMPULAN Dalam perubahan terjadi
pada
ragam
fonemik yang youjigo
yang
bunyi-bunyi tersebut dalam bahasa Jepang mengandung unsur bunyi
diucapkan oleh tokoh minoru dalam
semivokal (dengan struktur mora
komik Akachan to Boku volume 1 dan 2
CSv), sehingga pada kata-kata yang
karya Ragawa Marimo terjadi 4 macam
mengalami
proses fonologis, yaitu Pemotongan
bunyi-bunyi
silabel ( 音 節 の 省 略 ), Pemotongan
dengan CSv pada struktur mora-nya.
penggantian tersebut
dengan bertambah
konsonan awal( 語 頭 子 音 の 省 略 ), Asimilasi ( 同 化 ),Perubahan bunyi patalal (硬口蓋音化). Dengan analisis
10
JAPANOLOGY, VOL 1 NO 2, MARET 2013 : 1 - 12
Bahasa Jepang. Jakarta: Kesaint
DAFTAR PUSTAKA Cahyono, Bambang Yudi. 1995. Kristal-kristal
Ilmu
Blanc
Bahasa.
Surabaya: Airlangga University
Sutedi, Dedi. 2008. Dasar-dasar Linguistik
Press.
Bahasa
Jepang.
Bandung: Humaniora Chaer, Abdul. 2003. Psikolingistik, Kajian Teoritik. Jakarta : Rineka
Tarou, Takahashi.1975.Youjigo no Keitaironteki
Cipta
na
Bunseki:
Doushi – Keiyoushi – Jutsugo
Marimo, Ragawa. 1991. Akachan to
meishi. Japan: Shuei Shuppan
Boku - volume 1.Japan: Hana to Yoshio, Saito. 2003. Nihongo Onsei
Yume Comics
Gaku Marimo, Ragawa. 1991. Akachan to
Nyuumon.
Tokyo:
Sanseido. Co., Ltd
Boku - volume 2.Japan: Hana to Jurnal Ilmiah :
Yume Comics Marimo, Ragawa. 2006. Baby and I volume 1. Jakarta: Gramedia
Dra. Renariah, M.Hum : Bunyi Bahasa Jepang. Jurnal Fokus: FPBS UPI
Pustaka Utama Marimo, Ragawa. 2006. Baby and I volume 2. Jakarta: Gramedia
Ishikawa, Don. 2008. Onsei no Hattatsu: Utchuu Go-Sono Ko Go kara Nihongo e. Nire no
Pustaka Utama
Kaihattatsu Subyakto,
Sri
Utari
Nababan.1992. Suatu
dan
Kenkyuu
Sentaa
Houkouku.
Psikolinguistik,
Pengantar.
Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Ogura, Tamiko, et al. 1997. Baby Talk and Children Linguistic and Cognitif Development. Kobe.
Sudjianto
dan
Ahmad
2004.Pengantar
Dahidi. Linguistik
Japan: Kernel Repository Kobe University
11
JAPANOLOGY, VOL 1 NO 2, MARET 2013 : 1 - 12
Runtuwarou, Jeane Jurike. 2009. Sistem Suku Kata dan Mora Bahasa
Jepang.
Jurnal
Interlingua volume 3 Website : http://mbahbrataedu.blogspot.com/2009/06/tahap -pemerolehan-bahasa.html diakses pada 6-5-2012 pukul 14:32 http://id.shvoong.com/humanities/lin guistics/2009064-pemerolehanbahasa-pada-anak/ , diakses pada 6-5-2012 pukul 14:45 http://nahulinguistik.wordpress.com/ 2009/04/14/pemerolehanbahasa-pertama/ diakses pada 65-2012 pukul 15:01 http://semestaberpikir.blogspot.com/ 2011/06/tahap-tahapperkembanganpemerolehan.html , diakses pada 6-5-2012 pukul 14:45 http://health.merrymall.net/cc11_04_03. html, diakses padatanggal 10-92012 pukul 16:49
12