JANGKA REPRODUKSI WANITA SUKU BADUY, KABUPATEN LEBAK, PROVINSI BANTEN
ENENG NUNUZ ROHMATULLAYALY
DEPERTEMEN BIOLOGI FAKULTAS METEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010
ABSTRAK ENENG NUNUZ ROHMATULLAYALY. Jangka Reproduksi Wanita Suku Baduy, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Dibimbing oleh BAMBANG SURYOBROTO dan KANTHI ARUM WIDAYATI. Manusia tumbuh dan berkembang menjadi anak-anak, remaja, dewasa, dan menua. Keadaan seseorang beralih dari fase anak-anak ke fase remaja atau dewasa muda disebut pubertas. Menstruasi pertama (menarke) pada wanita menandai terjadinya pubertas. Pada wanita fase reproduksi diawali dari menarke dan akan berakhir pada saat menopause. Menopause adalah keadaan saat sudah tidak adanya ovulasi dan siklus menstruasi berhenti. Waktu yang ditempuh dari pubertas sampai menopause disebut jangka reproduksi wanita. Mengetahui jangka reproduksi wanita sangat erat kaitannya dengan kodrat wanita untuk hamil. Suku Baduy dipilih sebagai pembanding penelitian-penelitian sebelumnya. Hal tersebut dikarenakan mereka hidup mengasingkan diri dari masyarakat luar, perkawinan terjadi sesamanya, tidak memperoleh pendidikan, dan masih memelihara adat istiadat. Penelitian ini menggunakan metode longitudinal, metode status quo, dan metode ingatan. Data diperoleh dengan wawancara. Data diolah menggunakan Probit GLM (Generalized Linear Models) pada Program R. Penelitian ini mendapatkan usia menopause 48,64 tahun dan usia menarke 14,97 tahun (tahun 1976). Jangka reproduksi yang dibatasi oleh usia menarke dan menopause didapat sebesar 33,67 tahun.
Kata kunci : Pubertas, menopause, jangka reproduksi
ABSTRACT ENENG NUNUZ ROHMATULLAYALY. The Reproductive Period of Baduy Tribe Women, Lebak District, Banten Province. Supervised by BAMBANG SURYOBROTO and KANTHI ARUM WIDAYATI. Humans grow and develop into a child, adolescent, adult, and aging. Condition who switch from the children phase to teen or young adult phase is called puberty. First menstruation (menarche) in women marking the occurrence of puberty. The women reproductive phase begin with menarche and end at the time of menopause. Menopause is a condition which there is no ovulation and the menstrual cycle. The lead time from puberty until menopause is called the reproductive period of women. Knowing the reproductive period of women is very close with to the nature of women to become pregnant. Baduy tribe was chosen as the comparative with previous studies. Due to, they live outside of alienating themselves from society, the marriage happens his fellow man, not getting an education, and still maintain customs. This study used longitudinal method, the status quo method, and memory method. Data was collected from interviews. The data was processed using the Probit GLM (Generalized Linear Models) in R program. The result showed that menopausal age was 48.64 years, menarche age was 14.97 years (year 1976). The reproductive period was limited by the age of menarche and menopause obtained for 33.67 years.
Key words: Puberty, menopause, reproductive period
JANGKA REPRODUKSI WANITA SUKU BADUY, KABUPATEN LEBAK, PROVINSI BANTEN
ENENG NUNUZ ROHMATULLAYALY
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Biologi
DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010
Judul Skripsi : Jangka Reproduksi Wanita Suku Baduy, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten Nama : Eneng Nunuz Rohmatullayaly NIM : G34060829
Disetujui, Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Bambang Suryobroto NIP. 19580326 198803 1 003
Kanthi Arum Widayati, M.Si. NIP.19820929 200710 2 001
Diketahui, Ketua Departemen Biologi
Dr. Ir. Ence Darmo Jaya Supena, M.Si. NIP. 19641002 198903 1 002
Tanggal Lulus :
PRAKATA Alhamdulillahirobbil alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia- Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Judul skripsi ini adalah Jangka Reproduksi Wanita Suku Baduy, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Penelitian ini dilakukan dari bulan Januari sampai dengan bulan Februari 2010 yang bertujuan untuk mengetahui jangka reproduksi wanita Suku Baduy. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Bambang Suryobroto dan Ibu Kanthi Arum Widayati, M.Si. sebagai pembimbing, serta Dr. Triadiati, M.Si. sebagai dosen penguji, atas segala bimbingannya. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Kepala Desa Kanekes, Pak Marsadi, Teh Adah, Pak Sidam dan istri atas bantuannya selama proses pengambilan data. Terimakasih kepada Ibu Irma, Ibu Tetri, Mba Gresh, Ibu Watri, Mba Ruth, Ka Vina, Mba Puji, Mba Tini, Mba Ani, Wienizma, Pa Joni, dan Ibu Nunik atas bantuannya selama ini. Terima kasih kepada keluarga besar saya yang telah memberikan dukungannya baik moril maupun materil. Selain itu, tak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada keluarga besar OWA (Mala, Dara, Allia, Ka Sinyo, Bunda Ana, Ade, Kushi, Teten, Budi, OWA’44, OWA’45), teman-teman zoologi (Diaz, Tedy, Indra, Sars, Iqbal), teman-teman Biologi’42 dan teman-teman Biologi’43 (Risa, Shabi, Mba Evi, Teh Rina) yang telah memberikan dukungan dan semangatnya serta kebersamaannya selama di Biologi. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pembacanya.
Bogor, Juni 2010
Eneng Nunuz Rohmatullayaly
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Pandeglang pada tanggal 03 Agustus 1988 sebagai anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak H. Roharjono dan Ibu Hj. Ida Masdaiah. Penulis menyelesaikan pendidikan di TK Aisyiah lulus tahun 1993, SDN Purwaraja 1 lulus tahun 2000, dan MTs Negeri Pasir Sukarayat Rangkasbitung lulus tahun 2003. Pada tahun 2006 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Rangkasbitung dan pada tahun yang sama diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui Undangan Seleksi Masuk (USMI). Penulis aktif sebagai anggota Observasi Wahana Alam (OWA) Himabio pada tahun 2007 sampai sekarang. Penulis juga aktif sebagai anggota Himabio pada tahun 2007-2008 sebagai anggota Bidang OWA, dan 2008-2009 sebagai Ketua Bidang OWA. Penulis melakukan Studi Lapang pada tahun 2008 mengenai Cendawan Selulolitik Asal Serasah di Taman Wisata Alam (TWA) Situ Gunung-Sukabumi. Penulis melakukan Praktik Lapang pada tahun 2009 mengenai Konservasi Ex-Situ Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) di International Animal Rescue (IAR) Indonesia, Ciapus-Bogor. Penulis pernah menjadi asisten praktikum Perkembangan Hewan pada tahun ajaran 2008-2009 dan tahun ajaran 2009-2010, asisten praktikum Struktur Hewan pada tahun ajaran 2009-2010, dan asisten praktikum Biologi Dasar pada tahun ajaran 2009-2010.
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL .................................................................................................................... viii DAFTAR GAMBAR.................................................................................................................. ix DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................................. ix PENDAHULUAN ....................................................................................................................... 1 Latar belakang ......................................................................................................................... 1 Tujuan ..................................................................................................................................... 1 BAHAN DAN METODE ............................................................................................................ 1 Waktu dan Tempat .................................................................................................................. 1 Keadaan lokasi penelitian ........................................................................................................ 1 Kriteria subjek ......................................................................................................................... 2 Penentuan usia......................................................................................................................... 2 Status sosial ekonomi .............................................................................................................. 2 Analisis data ............................................................................................................................ 2 HASIL ........................................................................................................................................ 2 PEMBAHASAN ......................................................................................................................... 5 SIMPULAN ................................................................................................................................ 7 SARAN....................................................................................................................................... 7 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 7 LAMPIRAN................................................................................................................................ 9
DAFTAR TABEL Halaman 1 Subyek berdasarkan kelas usia dan persentase menopause ......................................................... 3 2 Jangka reproduksi Wanita Suku Baduy ..................................................................................... 4 3 Subjek untuk mengetahui usia menarke tahun 2010 ................................................................... 5 4 Pengeluaran Konsumsi Keluarga Perbulan (PKP) ...................................................................... 5
DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Grafik usia menopause wanita Suku Baduy ............................................................................... 3 2 Grafik usia menarke wanita Suku Baduy untuk tahun 2010........................................................ 4
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Peta Lokasi Penelitian............................................................................................................... 9 2 Kuisioner Penelitian ............................................................................................................... 10
PENDAHULUAN Latar Belakang Manusia tumbuh dan berkembang menjadi anak-anak, remaja, dewasa, dan menua. Keadaan seseorang beralih dari fase anakanak ke fase remaja atau dewasa muda disebut pubertas. Pubertas ditandai dengan adanya pengaktifan sistem saraf untuk kematangan seksual dan adanya peningkatan hormon seks secara drastis (Bogin 1999). Hal ini mengakibatkan ovum diproduksi dan mengalami pematangan di ovarium. Pada saat yang sama, uterus menebalkan endometriumnya untuk tempat implantasi zigot. Jika tidak ada fertilisasi maka zigot tidak terbentuk dan endometrium meluruh dari uterus melalui serviks dan vagina dalam pendarahan (menstruasi) (Campbell et al. 2004). Menstruasi pertama (menarke) pada wanita menandai terjadinya pubertas (Parent et al. 2003). Menstruasi terjadi secara berkala yang disebut siklus menstruasi yang panjangnya rata-rata 28 hari. Menstruasi pertama biasanya terjadi pada usia sekitar 12,40 tahun, namun dapat juga terjadi pada usia 9 tahun sampai 17 tahun (Bogin 1999; Campbell et al. 2004; Billings & Westmore 2006; Suhartini 2007). Pada wanita fase reproduksi akan berakhir pada saat menopause (Bogin 1999). Menopause adalah keadaan saat sudah tidak adanya ovulasi dan siklus menstruasi berhenti. Ovarium akan kehilangan responsifitasnya terhadap hormon gonadotropin (FSH dan LH) dari pituitary (Campbell et al. 2004). Penurunan estrogen terjadi secara berangsurangsur dalam waktu yang cukup lama (Wirakusumah 2004). Menopause terjadi pada usia 46 sampai 54 tahun (Bogin 1999; Campbell et al. 2004). Bila siklus menstruasi berhenti selama 12 siklus atau 1 tahun maka wanita dikatakan telah memasuki masa menopause (Gold et al. 2001). Menurut Reis et al. (1998), Gold et al. (2001) dan Wirakusumah (2004) usia menopause dipengaruhi beberapa faktor antara lain: faktor keturunan, nutrisi, waktu menarke, berat badan, status sosial, pendidikan, pernikahan, penyakit yang diderita, penggunaan alat kontrasepsi, jumlah anak, dan kebiasaan merokok. Waktu yang ditempuh dari pubertas sampai menopause disebut jangka reproduksi wanita (Beall 1982). Penelitian mengenai jangka reproduksi wanita di Indonesia masih sedikit. Mengetahui jangka reproduksi wanita sangat erat kaitannya dengan kodrat wanita
untuk hamil. Keadaan biologis wanita berkaitan dengan keadaan fisik maupun nonfisiknya. Keadaan ini nantinya akan mampu menentukan kualitas kehidupan anggota masyarakatnya (Sukmaningrasa 2009). Penelitian sebelumnya di daerah rural di Kampung Naga Kabupaten Tasikmalaya mendapatkan jangka reproduksi wanita sebesar 36,47 tahun (Vidiawati 2009) dan di daerah urban di Kabupaten Bandung 35,55 tahun (Sukmaningrasa 2009). Seharusnya jangka reproduksi wanita di daerah urban lebih panjang dibandingkan di daerah rural karena tingkat sosial ekonominya lebih tinggi. Karena itu, kita memerlukan informasi tentang jangka reproduksi dari daerah lain. Oleh karena itu, Suku Baduy dipilih sebagai pembanding karena mereka mengasingkan diri dari dunia luar. Mereka bermukim di Tanah Ulayat Hutan Lindung di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Populasi mereka berjumlah 5.837 orang pria dan 5.641 orang wanita. Mereka masih memegang erat adat istiadat. Adat istiadat bagi mereka adalah kepercayaan. Pendidikan merupakan larangan dari adat istiadatnya, sehingga tak satu pun dari mereka mendapatkan pendidikan. Perkawinan dilakukan sesama Suku Baduy (inbreeding). Perkawinan sesamanya merupakan adat istiadat yang harus dipatuhi. Apabila mereka melakukan perkawinan dengan masyarakat luar Baduy maka mereka harus keluar dari lingkungan Baduy (INKOSBUDPAR 2004). Perkawinan sesamanya ini mengakibatkan variabilitas hayati mereka kecil, sehingga perkampungan Suku Baduy dapat dijadikan laboratorium alamiah untuk mengetahui jangka reproduksi. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jangka reproduksi wanita Suku Baduy, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Februari 2010. Bertempat di Perkampungan Suku Baduy, Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Analisis data dilakukan di Bagian Biosistematik dan Ekologi Hewan Departemen Biologi FMIPA IPB. Keadaan lokasi penelitian Pemukiman Suku Baduy merupakan kawasan hutan lindung. Rumah-rumah Suku
Baduy dibangun secara berkelompok dalam satu kampung. Perkampungan Suku Baduy berjumlah 61 kampung yang terdiri dari 56 kampung di Desa Kanekes dan 5 kampung di luar Desa Kanekes. Kampung-kampung tersebut hanya dihubungkan oleh jalan setapak dan sungai (Lampiran 1). Kriteria subjek Subjek penelitian ini adalah wanita Suku Baduy. Subjek didapat dengan cara mendatangi perkampungan Suku Baduy. Subjek didapat dari 9 kampung sebanyak 35 orang dengan rentang usia 35-95 tahun. Keaslian suku diketahui melalui wawancara yang menanyakan tempat lahir dirinya dan orang tua dua generasi ke atas (Lampiran 2). Selain itu, sebagai pembanding usia menarke didapat subjek sebanyak 18 orang dengan rentang usia 10-20 tahun. Pengambilan data dilakukan pada tanggal 29 Januari sampai 05 Februari 2010. Penentuan usia Usia menopause dan menarke diambil secara longitudinal dari subjek yang sama. Penentuan usia menopause menggunakan metode status quo dan metode ingatan sesuai dengan kebutuhan. Penentuan usia menarke hanya menggunakan metode ingatan. Metode status quo bertanya apakah menstruasi sudah berhenti atau belum. Bila perlu, metode ingatan digunakan untuk menanyakan usia atau tahun berapakah menstruasi berhenti. Jika subjek hanya mengingat berapa tahun lamanya tidak menstruasi, maka tanggal terakhir menstruasi dianggap tanggal 1 bulan Januari pada tahun kalender yang sesuai. Jika subjek hanya mengingat tahun kalender, maka tanggal terakhir menstruasi dianggap tanggal 1 bulan Juli. Wanita dianggap sudah menopause bila ia tidak menstruasi dalam waktu 365 hari. Penentuan tanggal pertama menstruasi sama dengan penentuan tanggal terakhir menstruasi. Status sosial ekonomi Pengeluaran keluarga per bulan untuk konsumsi ditanyakan guna mengetahui tingkat sosial ekonominya. Analisis data Jangka reproduksi didapat dengan mengurangkan tanggal terakhir menstruasi dengan tanggal pertama menstruasi dibagi 365,25. Usia menarke didapat dengan mengurangkan median menopause dengan rata-rata jangka reproduksi.
Persentase subjek yang telah mengalami menopause dihitung dan diplotkan sepanjang kelas usia yang ada. Kurva yang sesuai untuk titik-titik ini dihitung menggunakan metode Probit GLM (Generalized Linear Models) pada program R (Venables & Ripley 1999). Garis horizontal presentase 50% yang memotong kurva menunjukkan median usia menopause. Uji korelasi (pearson) dilakukan untuk mengetahui pengaruh PKP terhadap usia menarke, pengaruh PKP terhadap usia menopause, dan pengaruh usia menarke terhadap usia menopause.
HASIL Penelitian ini berhasil mendapatkan 35 orang subjek dengan rentang usia 35-95 tahun. Subjek digunakan jika ia ingat kapan waktu pertama dan terakhir menstruasi. Persyaratan ini mengakibatkan jumlah subjek berkurang menjadi 25 orang (Tabel 1). Dua puluh lima subjek yang didapat tidak semuanya telah memasuki masa menopause. Subjek dinyatakan menopause bila siklus menstruasi berhenti selama 12 bulan atau 1 tahun (Gold et al. 2001). Subjek yang telah memasuki masa menopause sebanyak 9 orang. Usia rata-rata subjek yang telah memasuki masa menopause dihitung menggunakan Probit GLM (Generalized Linear Models). Garis horizontal presentase 50% yang memotong kurva probit menunjukkan median usia menopause. Median menopause wanita Suku Baduy di dapat sebesar 48,64 tahun (Gambar 1). Rata-rata jangka reproduksi didapat sebesar 33,67 tahun, sedangkan median jangka reproduksi sebesar 31,00 tahun (Tabel 2). Usia rata-rata menarke didapat sebesar 14,97 tahun. Rata-rata usia menarke wanita Suku Baduy tahun 2010 yaitu 14,18 tahun 18 subjek dengan rentang usia 10-20 tahun (Gambar 2, Tabel 3). Status sosial ekonomi dapat dilihat dari Pengeluaran Konsumsi Keluarga Perbulan (PKP). Lebih dari 80% subyek mempunyai PKP untuk setiap keluarga kurang dari Rp 1.000.000,00 (Tabel 4). Berdasarkan uji korelasi yang dilakukan terhadap PKP subjek yang telah menopause terhadap usia menopause didapat bahwa PKP tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap usia menopause (R2= -0,28, P> 0.05). PKP juga tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap usia menarke tahun 2010 (R2= 0,17, P> 0,61). Penelitian ini juga menunjukkan bahwa usia menarke tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
waktu menopause (R2= -0,55, P> 0,05).
Tabel 1 Subyek berdasarkan kelas usia dan persentase menopause Kelas Usia (Tahun)
Jumlah subjek (n)
34,00-35,99
6
Jumlah yang sudah menopause 0
36,00-37,99
1
0
0
38,00-39,99
1
0
0
40,00-41,99
5
1
20
42,00-43,99
1
0
0
44,00-45,99
2
0
0
50,00-51,99
2
1
50
54,00-55,99
2
2
100
56,00-57,99
1
1
100
60,00-61,99
1
1
100
68,00-69,99
1
1
100
70,00-71,99 94,00-95,99
1
1
100
1
1
100
Gambar 1 Grafik usia menopause wanita Suku Baduy
Persentase (%) 0
Kelas Usia (Tahun)
Tabel 2 Jangka reproduksi Wanita Suku Baduy Menstruasi Pertama Menstruasi Jangka Reproduksi (Tahun) Terakhir (Tahun) (Tahun)
40,00-41,99
15
38
23,00
50,00-51,99
15
45
30,00
54,00-55,99
15
44
29,00
54,00-55,99
15
46
31,01
56,00-57,99
15
42
27,01
60,00-61,99
15
48
33,00
68,00-69,99
10
59
49,00
70,00-71,99
15
51
36,00
94,00-95,99
15
60
45,00
Rata-rata Median
33,67 31,00
Gambar 2 Grafik usia menarke wanita Suku Baduy tahun 2010
Tabel 3 Subjek untuk mengetahui usia menarke tahun 2010 Jumlah subjek yang Jumlah subjek yang Kelas Usia (Tahun) belum menarke telah menarke 09,50-10,49 1 0 10,50-11,49 2 0 11,50-12,49 1 1 12,50-13,49 1 0 13,50-14,49 1 0 17,50-18,49 0 2 18,50-19,49 0 1 19,50-20,49 0 8
Tabel 4 Pengeluaran Konsumsi Keluarga Perbulan (PKP) Jumlah subyek Kategori (000) Persentase (%) (n) PKP< Rp 500 2 8 Rp 500 ≤PKP< Rp 750 12 48 Rp 750 ≤PKP< Rp 1.000 8 32 Rp 1.000 ≤PKP< Rp 1.250 1 4 PKP≥ Rp. 1.250 2 8 Jumlah 25 100
PEMBAHASAN Menarke dan menopause merupakan dua komponen utama dalam reproduksi wanita. Interval waktu antara usia menarke dengan usia menopause menentukan masa reproduksi yang disebut jangka reproduksi (Beall 1982; Thomas et al. 2001). Untuk mendapatkan jangka reproduksi, pertama-tama harus dicari subjek yang sudah menopause. Setelah mendapatkan subjek yang telah menopause, dapat diketahui tanggal menopausenya. Kemudian, dapat ditanyakan kapan menarkenya. Sukarnya mendapatkan subjek mengakibatkan jumlah subjek untuk mendapatkan data menopause sedikit. Subjek tidak ingin diwawancarai karena masih awam dengan keberadaan orang dari luar Suku Baduy. Selain itu, banyak subjek yang pergi ke kebun yang berlokasi di luar kampung selama berbulan-bulan. Jumlah kampung yang didatangi sebanyak 9 kampung. Jumlah rumah yang didatangi lebih dari 600 rumah. Penelitian ini mendapatkan 25 orang subjek dengan rentang usia 35-95 tahun (Tabel 1). Sembilan di antaranya telah memasuki masa menopause. Jumlah subjek yang sedikit menyebabkan variabilitas yang rendah. Walaupun demikian, sampai saat ini jumlah 25 orang merupakan sampel terbaik yang bisa diperoleh. Dari subjek ini didapat perkiraan
median usia menopause wanita Suku Baduy sebesar 48,64 tahun (Gambar 1). Tanpa mempertimbangkan jumlah subjek yang sedikit, data median usia menopause didapat lebih cepat jika dibandingkan dengan penelitian sebelumnya di Jakarta yaitu 50,50 tahun (Samil & Wishnuwardhani 1994), di Kampung Naga Kabupaten Tasikmalaya yaitu 50,99 tahun (Vidiawati 2009), di Kabupaten Bandung yaitu 49,53 tahun (Sukmaningrasa 2009). Usia menopause di beberapa negara seperti, di Australia yaitu 51,00 tahun, di Cina yaitu 49,00 tahun, di Chiang-Mai, Thailand yaitu 49,00 tahun (Morabia et al. 1998), dan di Taiwan yaitu 49,50 tahun (Lau et al. 1995). Probabilitas pada grafik usia menopause wanita Suku Baduy (Gambar 1) menunjukkan persentase kemungkinan subjek memasuki masa menopause. Probabilitas 50% menyatakan bahwa separuh subjek telah memasuki masa menopause pada usia 48,64 tahun. Probabilitas 25% menyatakan bahwa masa menopause terjadi lebih cepat jika terjadi pada usia kurang dari 45,06 tahun. Probabilitas 75% menyatakan bahwa masa menopause terjadi lebih lambat pada usia lebih dari 52,22 tahun. Jangka reproduksi wanita Suku Baduy sebesar 33,67 tahun untuk rata-rata dan sebesar 31,00 tahun untuk median (Tabel 2). Angka jangka reproduksi wanita Suku Baduy
yang mendekati jangka reproduksi penelitian sebelumnya di Kampung Naga Kabupaten Tasikmalaya dan di Kabupaten Bandung adalah angka rata-rata sebesar 33,67 tahun bukan angka median sebesar 31,00 tahun. Rata-rata jangka reproduksi wanita Suku Baduy lebih pendek jika dibandingkan dengan penelitian sebelumnya di Kampung Naga Kabupaten Tasikmalaya yaitu 36,47 tahun (Vidiawati 2009), di Kabupaten Bandung 35,55 tahun (Sukmaningrasa 2009), dan di Negara Taiwan 35,90 tahun (Lau et al. 1995). Usia menarke 33,67 tahun yang lalu atau tahun 1976 didapat dengan mengurangkan median menopause dengan rata-rata jangka reproduksi sebesar 14,97 tahun. Usia rata-rata menarke wanita Suku Baduy lebih lambat jika dibandingkan dengan penelitian sebelumnya di Kampung Naga Kabupaten Tasikmalaya yaitu 14,52 tahun (usia menarke tahun 1971) (Vidiawati 2009) dan di Kabupaten Bandung yaitu 13,98 tahun (usia menarke tahun 1973) (Sukmaningrasa 2009). Usia rata-rata menarke wanita Suku Baduy juga lebih lambat jika di bandingkan dengan beberapa negara yaitu 13,00 tahun di Australia (tahun 1980-1983), 14,00 tahun di Jerman Timur (tahun 19811986) (Morabia et al. 1998), 13,60 tahun di Taiwan (Lau et al. 1995), dan 12,43 tahun di Amerika Serikat (tahun 1988-1994) (Chumlea 2003). Namun lebih cepat jika dibandingkan dengan usia rata-rata menarke wanita di Pengunungan Himalaya yaitu 16,20 tahun (tahun 1981) (Beall 1982), 16,00 tahun di Chiang Mai, Thailand (tahun 1979-1987) (Morabia et al. 1998). Usia menarke wanita Suku Baduy tahun 2010 yaitu 14,18 tahun 18 subjek dengan rentang usia 10-20 tahun (Gambar 2, Tabel 3), lebih muda jika dibandingkan usia menarke 33,67 tahun yang lalu yaitu 14,97. Usia menarke ini lebih lambat jika dibandingkan dengan usia menarke di Bogor (perkotaan) yaitu 12,40 tahun (Suhartini 2007), di Pekalongan (pedesaan) yaitu 13,31 tahun (Ulinnuha 2008) dan Kabupaten Bandung (perkotaan) yaitu 12,71 tahun (tahun 2008) (Sukmaningrasa 2009). Usia rata-rata menarke ini sesuai dengan pernyataan Bogin (1999), Campbell et al. (2004) dan Billings & Westmore (2006) bahwa menarke terjadi pada usia 9-17 tahun. Status sosial ekonomi dapat dilihat dari Pengeluaran Konsumsi Keluarga Perbulan (PKP). Lebih dari 80% subyek mempunyai PKP untuk setiap keluarga kurang dari Rp 1.000.000,00 (Tabel 4). Berdasarkan keputusan Gubernur Banten nomor 561/Kep.566-Huk/2009 tentang penentuan
Upah Minimun Kabupaten (UMK) Provinsi Banten tahun 2010, menyatakan bahwa UMK Lebak sebesar Rp 959.000,00 perbulan. Uji korelasi menunjukkan tidak ada pengaruh yang signifikan antara PKP terhadap usia menopause maupun usia menarke tahun 2010. Hal ini berbeda dengan pernyataan Gold et al. (2001) dan Wirakusumah (2004) bahwa usia menopause dipengaruhi oleh status sosial ekonomi. Uji korelasi antara usia menarke dengan usia menopause menunjukkan tidak ada pengaruh yang signifikan antara keduanya. Subjek yang mayoritas mengalami menarke pada usia 15 tahun tidak diimbangi dengan waktu menopause yang relatif sama (Tabel 2). Hal ini sama dengan penelitian sebelumnya di Kabupaten Bandung (Sukmaningrasa 2009). Usia menopause yang lebih lambat dan usia menarke yang lebih cepat pada wanita Suku Baduy kemungkinan dikarenakan faktor genetik, tidak mendapatkan pendidikan, dan memiliki nutrisi yang kurang memadai. Faktor genetik dimungkinkan sebagai faktor utama yang mempengaruhi waktu menarke dan menopause, karena Suku Baduy melakukan perkawinan sesamanya (inbreeding) sebagai pola hidupnya. Inbreeding mengakibatkan keseragaman. Hal ini, menyebabkan usia menopause kemungkinan tidak berbeda jauh dengan usia menopause generasi sebelumnya dan usia menarke tahun 1976 yaitu 14,97 tahun tidak berbeda jauh dengan usia menarke tahun 2010 yaitu 14,18 tahun. Pendidikan kemungkinan juga berpengaruh terhadap usia menarke dan menopause wanita Suku Baduy. Subjek yang tidak mendapat pendidikan, memungkinkan subjek tidak mengetahui komposisi makanan dan kebutuhan nutrisi mereka. Usia menopause maupun menarke sepertinya lebih dipengaruhi oleh nutrisi yang dikonsumsi seseorang. Nutrisi mempengaruhi kondisi hormonal seseorang. Pada saat pubertas (menarke pada wanita) hormon gonadotropin (FSH dan LH) meningkat, diikuti oleh peningkatan hormon estrogen dan progesteron. Hormon-hormon ini yang mempengaruhi usia menarke dan usia menopause seseorang (Campbell et al. 2004). Pada saat menopuase hormon estrogen turun berangsur-angsur. Estrogen banyak diproduksi jika nutrisi seseorang tercukupi. Semakin baik nutrisi seseorang maka menarke terjadi lebih cepat dan menopause terjadi lebih lambat (Parent et al. 2003; Wirakusumah 2004). Hal ini tentunya berpengaruh terhadap jangka reproduksiny.
SIMPULAN Wanita Suku Baduy memiliki jangka reproduksi sebesar 33,67 tahun, dibatasi oleh usia menarke 14,97 tahun dan usia menopause 48,64 tahun.
SARAN Sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan di daerah urban (perkotaan) sebagai data pembandingnya.
DAFTAR PUSTAKA [INKOSBUDPAR] Informasi Komunikasi Sosial Budaya dan Pariwisata. 2004. Membuka Tabir Kehidupan Tradisi Budaya Masyarakat Baduy dan Cisungsang Serta Peninggalan Sejarah Situs Lebak Sibedug. Lebak : INKOSBUDPAR. Beall CM. 1982. Ages at Menopause and Menarche in a High Altitude Himalayan Population. J CNAS 9: 49-54. Billings E, Westmore A. 2006. Metode Ovulasi Billings Cara Alami Mengatur Kesuburan. Jakarta : KPG (Kepustakaan Populer Gramedia). Bogin B. 1999. Pattern of Human Growth. Ed ke-2. Cambridge : Cambridge Univ Pr. Campbell NA, Reece JB, Mitchell LG. 2004. Biologi Ed ke-5. Lestari R, Adil EIM, Anita N, Andri, Wibowo WF, Manalu W, penerjemah; Jakarta : Erlangga. Chumlea WC, Schubert CM, Roche AF, Kulin HE, Lee PA, Himes JH, Sun SS. 2003. Age at Menarche and Racial Comparisons in US Girls. J AAP 111: 109-114. Gold BG, Bromberger J, Crawfod S, Samuels S, Greendale GA, Harlow SD, Skurnick J. 2001. Factor Associated with Age at Natural Menopause in a Multietnic Sample of Midllife Woman. Am J Epidemiol 153: 865-874. Lau EMC, Tsai KS, Woo J, Chan NF, Leung PC, Lim L. 1995. Bone Mineral Density in Hongkong and Taiwan Chinese Woman: a Comparative Study. HKMJ 1: 53-57.
Morabia A, Costanza MC, [WHOCSNSC] .the World Health Organization Collaborative Study of Neoplasia and Steroid Contraceptives. 1998. International Variability in Ages at Menarche, First Livebirth, and Menopause. Am J Epidemiol 148: 1195-1205. Parent AS, Teilmann G, Juul A, Skakkebaek NE, Toppari J, Bourguignon JP. 2003. The timing of normal puberity and the age limits of sexual precocity: variations around the world, seculat trend, and changes after migrations. Endo Jnls 24 : 668-693. Reis N, Pasinlioglu T, Dane S. 1998. The Natural Menopause Age of Women in Erzurum and Factors Influencing The Age at Menopause. J of Medical Science 28 : 415-418. Samil RS, Wishnuwardhani S.D. 1994. Health of Indonesian Women City-dwellers of Perimenopause Age. Maturitas 19:191197. Suhartini R. 2007. Tahap-tahap Kematangan Seksual Perempuan di Wilayah Bogor [skripsi]. Bogor : Institut pertanian Bogor. Sukmaningrasa S. 2009. Jangka Reproduksi Wanita di Kabupaten Bandung [tesis]. Bogor : Institut Pertanian Bogor. Thomas F, Renaud F, Bebefice E, De Meeüs T, Guegan JF. 2001. International Variability of Age at Menarche and Menopause: Patterns and Main Determinants. Human Biology 73: 271290. Ulinnuha DF. 2008. Usia Menarke dan Perkembangan Payudara Perempuan di Pedesaan Kabupaten Pekalongan [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Venables WN, Ripley BD. 1999. Modern Applied Statistic with S-Plus. New York : Springer Inc. Vidiawati V. 2009. Jangka Reproduksi Wanita Kampung Naga [skripsi]. Bogor : Institut Pertanian Bogor. Wirakusumah ES. 2004. Tips dan Solusi Gizi Agar Tetap Sehat, Cantik, dan Bahagian di Masa Menopause dangan Terapi Estrogen. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Peta Lokasi Penelitian
Keterangan : A= Lokasi Suku Baduy
Lampiran 2 Kuisioner Penelitian
JANGKA REPRODUKSI WANITA SUKU BADUY, KABUPATEN LEBAK, PROVINSI BANTEN Fnum Tanggal
: :
DATA PRIBADI Nama : Alamat (Kampung) : Tempat Lahir (Kampung) : Tanggal Lahir : Usia : Anak ke: dari Pemberian ASI sampai usia : Penyakit (jika ada) : Frekuensi makan per hari : kali Apakah anda sudah mengalami menopause Pada usia berapakah anda mengalami menarke Pada usia berapakah anda mengalami menopause DATA ORANG TUA Nama Ayah Tempat Lahir Ayah Tanggal Lahir Ayah Penyakit (jika ada) Nama Ayah dari Ayah Tempat Lahir Ayah dari Ayah Tanggal Lahir Ayah dari Ayah Penyakit (jika ada) Nama Ibu dari Ayah Tempat Lahir Ibu dari Ayah Tanggal Lahir Ibu dari Ayah Penyakit (jika ada)
: : : : : : : : : : : :
bersaudara
: SUDAH/BELUM : tahun : tahun
Nama Ibu Tempat Lahir Ibu Tanggal Lahir Ibu Penyakit (jika ada) Nama Ayah dari Ibu Tempat Lahir Ayah dari Ibu Tanggal Lahir Ayah dari Ibu Penyakit (jika ada) Nama Ibu dari Ibu Tempat Lahir Ibu dari Ibu Tanggal Lahir Ibu dari Ibu Penyakit (jika ada)
Pengeluaran keluarga per bulan untuk makan (pilih salah satu) : 1. x < Rp. 500.000 4. Rp. 1.000.000 ≤ x < Rp. 1.250.000 2. Rp. 500.000 ≤ x < Rp. 750.000 5. x ≥ Rp. 1.250.000 3. Rp. 750.000 ≤ x < Rp. 1.000.000 Keterangan : x = jumlah pengeluaran keluarga perbulan untuk makan DATA PENGUKURAN Pengukur Pencatat
: : No 1 2 3 4 5
Parameter Berat Badan Tinggi Badan Lingkar Panggul Kadar Lemak Kadar Air
Fnum : Tanggal : Hasil Pengukuran ……………………..kg ……………………..cm ……………………..cm ……………………..% ……………………..%
: : : : : : : : : : : :